BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kebiasaan membaca dan menulis masih belum berkembang dengan sepenuhnya pada masyarakat. Kencenderungan mendapatkan informasi yang lebih instant dan juga melalui percakapan (lisan) tampaknya masih lebih kuat daripada melalui bacaan (dengan tulisan). Kecenderungan ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa minat baca dan kebiasaan membaca di kalangan masyarakat relatif masih lemah. Anjuran yang sering terdengar dari pihak pemerintah dan berbagai kalangan pemimpin masyarakat untuk meningkatkan minat dan kebiasaan membaca hanyalah sebagai wacana dan belum dilakukan secara efektif. Minat dan kebiasaan membaca yang baik, merupakan faktor penting dari budaya tulisan yang tak mungkin dimiliki dalam waktu singkat. Untuk mencapai pengembangannya membutuhkan waktu yang relatif lama dan harus sejalan dengan perkembangan zaman. Di samping itu indikator rendahnya minat baca dapat dihitung dari jumlah buku yang diterbitkan yang memang masih jauh di bawah penerbitan buku di Malaysia, Singapura, India, atau negara maju lainnya. Salah satu indikatornya suatu negara disebut maju karena rakyatnya suka membaca, ini tentunya didukung dari jumlah buku yang diterbitkan dan jumlah perpustakaan yang ada di negeri itu. Di Indonesia sendiri, penyediaan buku dan pengembangan minat baca di Indonesia masih mengalami beberapa kendala, antara lain pertama, jumlah penerbitan buku di Indonesia masih 1
timpang dibandingkan dengan jumlah penduduk. Kedua, minimnya jumlah perpustakaan yang kondisinya memadai. Menurut data dari Deputi Pengembangan Perpustakaan Nasional RI (PNRI) dari sekitar 300.000 SD hingga SLTA, baru 5% yang memiliki perpustakaan. Bahkan diduga hanya 1% dari 260.000 SD yang mempunyai perpustakaan. Juga baru sekitar 20% dari 66.000 desa/kelurahan yang memiliki perpustakaan memadai (Kompas, 2002). Kemudian, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat terkait dengan minat baca yang membudaya, sebab usaha tersebut berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar dan juga dapat membentuk kepribadian individual dalam menghayati kehidupan. Selain itu, dengan majunya teknologi seperti maraknya siaran televisi merupakan salah satu kendala bagi perkembangan minat baca masyarakat. "Budaya baca kita belum matang, tetapi malah masuk teknologi televisi sehingga orang akan lebih senang menyaksikan siaran televisi dari pada membaca. Tidak diragukan lagi, konsumen tergolong aset paling berharga bagi semua bisnis. Tanpa dukungan mereka, suatu media komunitas tidak bisa eksis. Sebaliknya jika media komunitas sukses memberikan informasi terbaik, konsumen tidak hanya membantu media komunitas bertumbuh. Lebih dari itu, mereka biasanya akan membuat rekomendasi untuk teman bahkan relasinya. Media komunitas adalah media yang memberikan informasi menarik sesuai dengan dinamika dan kebutuhan masyarakat yang menjadi target pembacanya di kawasan tertentu. Media komunitas ini sangatlah bermanfaat untuk dapat memberikan informasi seputar kawasannya, tidak hanya bermanfaat memberikan informasi, media komunitas ini juga bermanfaat untuk mempromosikan suatu usaha produk atau jasa agar semua masyarakat mengetahui usaha tersebut. 2
Saat ini, Info Gading Group sudah menerbitkan majalah berita komunitas di 12 kawasan di Jabodetabek, dan salah satu majalah yang terbit secara nasional. 13 majalah berita komunitas itu diterbitkan tiap bulan. Oleh karena itu, Info Gading Group menciptakan suatu media komunitas yaitu majalah Info Gading yang bertujuan untuk memberikan informasi – informasi seputar kawasan Kelapa Gading. Info Gading Group tidak hanya memiliki majalah Info Gading, namun juga memiliki beberapa majalah komunitas di kawasan – kawasan tertentu seperti China Town, Sunter, Pluit Kapuk, Puri, Citra Palem, Serpong, Kebayoran, Bekasi, Cibubur, Depok, dan Bogor. Di dalam majalah Info Gading ini tidak hanya memberikan informasi seputar kawasan Kelapa Gading tapi juga memiliki rubrik – rubrik seperti rubrik bisnis, properti, usaha, kesehatan, kecantikkan, kuliner, selebriti dan keluarga. Majalah Info Gading telah didistribusikan ke 54 perumahan di kawasan Kelapa Gading dan memiliki 25 tempat titik baca majalah Info Gading. Salah satu penyebaran majalah Info Gading tersebut adalah Perumahan Gading Griya Lestari. Diketahui terdapat 225 eks yang disebar di Perumahan Gading Griya Lestari. Gading Griya Lestari juga merupakan Perumahan yang tergolong C karena ratarata kelas sosialnya menengah ke bawah. Sehingga peneliti ingin mengetahui perngaruh fungsi majalah Info Gading terhadap Minat Baca masyarakat Gading Griya Lestari
1.2 Ruang Lingkup Penelitian membahas minat baca Majalah Info Gading ditinjau dari informasi yang diperoleh seputar produk dan jasa yang ditawarkan oleh Perumahan Gading Griya Lestari.
3
1.3 Perumusan Masalah Bedasarkan latar belakang dan ruang lingkup maka peneliti merumuskan. Permasalahan yang terkait dengan pengaruh konten majalah Info Gading terhadap pelanggan majalah Info Gading (Studi Kasus: PT. Sentra Info Bisnis Konsultama)”. 1. Apakah fungsi majalah Info Gading berpengaruh terhadap minat baca masyarakat perumahan Gading Griya Lestari ? 2. Isi konten apa yang paling banyak diminati oleh masyarakat ?
1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh, dan
mendapatkan data
sistematis mengenai pelaksanaan marketing komunikasi dan mengetahui apa yang menjadi dasar bagi masyarakat untuk menerima isi konten dari majalah yang ditawarkan dan mengetahui apa saja yang menjadi ketertarikan minat baca oleh masyarakat dari segi konten.
1.4.2
Manfaat
Manfaat dari penelitian adalah mendapatkan informasi Pengaruh kualitas isi terhadap pelanggan majalah Info Gading (Studi Kasus: PT. Sentra Info Bisnis Konsultama)” Bagi Praktis : Untuk memberikan saran atau masukan kepada perusahaan mengenai kepuasan konsumen terhadap konten – konten majalah Info Gading .
4
Bagi Akademis : Mempraktekan secara nyata kepada perusahaan PT. Sentra Info Bisnis Konsultama / Info Gading Group sebagai marketing komunikasi untuk melengkapi informasi, dan menjadikan sarana pembelajaraan bagi Mahasiswa Universitas Bina Nusantara.
1.5 Metodologi Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini disebut metode kuantitaif karena data penelitian berupa angka – angka dan analisis menggunakan statistik. (Sugiyono, 2008).
1.6
SISTEMATIKA PENULISAN Secara garis besar, penulis membagi penulisan penelitian ini menjadi 5 (lima) Bab: BAB 1
PENDAHULUAN Berisi uraian merupakan langkah awal untuk membuat metodologi penelitian, serta metodologi yang di lakukan oleh penulis.
5
BAB 2
LANDASAN TEORI Berisi uraian tentang beberapa teori yang berhubungan dengan topic penyusunan skripsi. Pengertian perilaku konsumen dan komunikasi massa.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN Secara garis besar bab ini menjelaskan metodologi penelitian yang diteliti oleh penulis dan membahas langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses penelitian.
BAB 4
HASIL PENELITIAN Bab ini menjabarkan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian selama kurang lebih 6 bulan telah membuahkan hasil-hasil berupa pemikiran baru yang mana diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap dunia pendidikan khususnya dalam perkembangan ilmu komunikasi.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini merupakan analisis yang terakhir yang dilakukan oleh penulis,dalam menyusun skripsi. Penulis dapat menyimpulkan yang telah di bahas pada bab sebelumnya dan memberikan saran dalam bentuk evaluasi jika di anggap perlu.
6