BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Menurut World Bank (1998), sekarang ini, sebagian besar ekonomi ber-
teknologi maju adalah benar-benar berbasis pengetahuan (dalam Goh, 2005). Untuk itu, perusahaan harus cepat mengubah strateginya dari bisnis yang berbasis tenaga kerja menuju bisnis yang berbasis pengetahuan (Kuryanto dan Syafruddin, 2008). Menurut Rupert (1998), dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi maka akan mendapatkan cara penggunaan sumber daya lainnya secara efisien dan ekonomis dan akan memberikan keunggulan kompetitif. Pengetahuan telah menjadi sumber daya ekonomik kunci dan menjadi sumber keunggulan kompetitif (Usoff dkk, 2002). Contoh sumber daya ini adalah keahlian auditor di kantor akuntan publik. Guthrie dkk (1999), International Federation of Accountants (1998), dan Society of Management Accountants of Canada (1998) menyatakan bahwa pengidentifikasian dan pengukuran mengenai sumber daya takberwujud pada organisasi berbasis pengetahuan tidak dapat disediakan oleh praktik pelaporan akuntansi tradisional (dalam Tan dkk, 2007). Menurut Stewart (1997), aset takberwujud yang baru seperti kompetensi staf, hubungan pelanggan, model simulasi, sistem komputer dan administratif, tidak memperoleh pengakuan dalam model pelaporan keuangan tradisional dan managemen (dalam Tan dkk, 2007). Ini dikarenakan adanya kesulitan dalam melakukan valuasi sumber daya ekonomik yang direpresentasikan
1
2
dengan aset takberwujud (Kieso dkk, 2005). Dengan demikian, sistem pelaporan ini telah kehilangan relevansinya karena tidak mampu menyediakan informasi esensial untuk pengelolaan proses yang berbasis pengetahuan dan sumber daya takberwujud bagi eksekutif (Bornemann dan Leitner, 2002). Menurut Canibano dkk (2000), suatu tanda bahwa informasi akuntansi telah kehilangan relevansinya adalah semakin meningkatnya kesenjangan antara nilai pasar dan nilai buku ekuitas perusahaan dalam pasar keuangan (dalam Purnomosidhi, n.d.). Adanya peningkatan kesenjangan ini telah menarik perhatian banyak pihak untuk meneliti “the invisible value” yang tidak tampak dalam laporan keuangan (Lev dan Zarowin, 1999; Lev dan Radhakrishnan, 2003). Lev (2002) menyelidiki rasio nilai buku perusahaan dalam US Standard & Poor’s 500 (S&P 500) tahun 1977-2001 dan menemukan bahwa lebih dari 80% dari nilai pasar perusahaan tidak tercakup di dalam laporan keuangan (dalam Wang, 2008). Kesenjangan antara nilai pasar dan nilai buku itu disebut dengan intellectual capital (IC) (Wang, 2008). Kesenjangan tersebut ditampilkan pada gambar berikut ini.
Sumber: Wang (2008). Gambar 1.1 Kesenjangan Antara Nilai Buku Saham dan Nilai Pasar Saham
3
Chartered Institute of Management Accountants (2001) mendefinisikan IC sebagai kepemilikan pengetahuan dan pengalaman, pengetahuan profesional dan keterampilan, hubungan yang baik, dan kapasitas teknologi yang ketika diterapkan akan memberikan keunggulan kompetitif organisasi (dalam Li dkk, 2008). Menurut Dzinkowski (2000), IC adalah ekuitas yang berbasis pengetahuan yang dimiliki perusahaan. Sveiby (1998) menyatakan bahwa IC sebagai pengetahuan yang dapat diubah menjadi nilai. Saat ini, banyak organisasi menyadari pentingnya IC sebagai pendorong utama kinerja perusahaan dan inti pembeda (Marr, 2005). Menurut Marr dkk (2003), organisasi mengukur IC dengan berbagai alasan sebagai berikut: 1. membantu organisasi merumuskan strateginya, 2. menilai pelaksanaan strategi, 3. membantu dalam keputusan diversifikasi dan ekspansi, 4. menggunakannya sebagai basis untuk kompensasi, dan 5. mengkomunikasikan ukuran IC kepada pemangku kepentingan eksternal. Pengukuran dan pelaporan ini penting karena IC merupakan efisiensi dari investasi dalam sumber daya (Salehdkk, 2009) dan telah menjadi sumber daya kunci dari penciptaan nilai (Goh, 2005). Menurut Yalama dan Coskun (2007), meskipun pengukuran IC menjadi isu yang masih didebatkan, banyak metoda pengukuran yang telah dikembangkan. Menurut pandangan pemangku kepentingan, laba akuntansi hanya ukuran return kepada pemegang saham sedangkan nilaitambahan (value-added/VA) adalah ukuran yang diciptakan secara lebih akurat
4
oleh pemangku kepentingan dan kemudian didistribusikan kepada para pemangku kepentingan yang sama (Meek dan Gray, 1988). Pulic (2000) merumuskan value added intellectual coefficient (VAIC) untuk menilai efisiensi sumber daya yang berwujud dan takberwujud dalam menciptakan nilai perusahaan. Menurut Zanjirdar dan Kabiribalajadeh (2011), VAIC digunakan untuk menghitung efisiensi absolut dari penciptaan nilai terkait dengan semua efisiensi absolut dari penggunaan sumber daya itu. Efisiensi ini dihasilkan dari investasi yang dilakukan perusahaan. Investasi ini adalah investasi pada human capital (HC) (Bontis dan Fitz-enz, 2002; El-Bannany, 2008; Deng dkk, 2012) dan investasi pada penelitian dan pengembangan (R&D) (You dkk, 2010; Deng dkk, 2012). Deng dkk (2012) mengemukakan bahwa pengeluaran R&D berpengaruh terhadap inovasi produk dengan dimoderasi oleh kepemilikan tunggal. R&D secara umum dipertimbangkan sebagai input daripada outputuntuk proses inovasi (Deng dkk, 2012). Menurut Lev (n.d.) pengeluaran untuk R&D berkontribusi secara signifikan terhadap produktivitas (value added/ VA) dan output perusahaan (dalam Chew dan Gillan, 2005). Penelitian El-Bannany (2008) menunjukkan pengaruh negatif investasi pada HC terhadap kinerja IC. Deng dkk (2012) mengemukakan bahwa variabel investasi pada HC berpengaruh positif terhadap inovasi produk. Inovasi ini merupakan salah satu dari kategori IC (Joia, 2000). HC penting karena merupakan sumber inovasi dan pembaruan strategik (Bontis dkk, 2000). Menurut Becker (1992),
5
investasi pada pendidikan dan pelatihan adalah tipe investasi pada HC yang paling relevan ketika mempelajari HC (dalam Cornachione, 2010). Berbagai penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja IC menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian ini mencoba melihat dari sudut padang lain dengan menggunakan variabel pemoderasi. Hal ini karena diduga bahwa terdapat variabel lain yang memoderasi hubungan investasi pada R&D, serta investasipada HC terhadap kinerja IC. Investasi pada R&Ddan investasi pada HC merupakan investasi strategik yang dapat memberikan keunggulan kompetitif perusahaan tetapi dapat memunculkan risiko kegagalan investasi yang besar. Hal ini dikarenakan di perusahaan terdapat masalah keagenan tipe I, yaitu konflik antara prinsipal dan agen (Jensen dan Meckling, 1976), yang terjadi karena kepentingan prinsipal dan agen tidak selalu sejalan. Untuk mengatasi masalah keagenan tersebut dalam investasi itu maka pemegang saham harus melakukan pemonitoran yang aktif. Kepemilikan saham melambangkan kekuasaan untuk menertibkan manager dan memiliki implikasi bagi strategi dan kinerja perusahaan (You dkk, 2010). Menurut Williamson dan Mellanby (1963), struktur kepemilikan adalah basis tata kelola perusahaan (dalamKim dan Park, 2012). Tentunya, dengan syarat bahwa kepemilikan itu bersifat mayoritas sehingga pemegang saham berpengaruh dalam pemonitoran aktif terha-dap keputusan investasi perusahaan. Menurut Saleh dkk (2009), penting untuk melihat pengaruh struktur kepemilikan terhadap kinerja IC karena pemilik mungkin menyediakan insentif kepada
6
dewan direktor untuk meningkatkan kinerja IC. Zanjirdar dan Kabiribalajadeh (2011) menyatakan bahwa perubahan strategi organisasi untuk mencapai kinerja IC yang lebih efektif dipengaruhi oleh tipe pengaturan kepemilikan. Saleh dkk (2009) menyatakan bahwa struktur kepemilikan perusahaan penting dalam menentukan kebijakan IC dan pemonitoran kemampuan managemen dalam mencapai strategi perusahaan. Menurut teori keagenan, diharapkan terdapat hubungan signifikan antara struktur kepemilikan dan kinerja investasi IC (Saleh dkk, 2009). Menurut Shleifer dan Vishny (1986, 1997), Morck dkk (1988), Hermalin dan Weisbach (1991), dan Davies dkk (2005), struktur kepemilikan mempengaruhi kinerja perusahaan (dalam You dkk, 2010). Jadi, penyelidikan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap IC kurang lengkap tanpa mempertimbangan pihak pemilik di belakang dewan direktor. Kepemilikan yang digunakan pada penelitian ini adalah kepemilikan institusional dan asing yang berperan sebagai variabel pemoderasi. Variabel tersebut diharapkan menginteraksi pengaruh investasi pada R&Ddan investasi pada HC terhadap kinerja IC. Alasan penggunaan variabel pemoderasi tersebut dijelaskan di bawah ini. Menurut hipotesis pemonitoran aktif, investor institusional memainkan peran yang aktif dalam pengawasan managemen perusahaan (Kochar dan David, 1996; David dkk, 2001). You dkk (2010) menyatakan bahwa untuk mencapai kinerja jangka panjang perusahaan, investor institusional mencari peluang petumbuhan yang lebih besar, membuat keputusan R&D lebih agresif dan mendorong ke arah tingkat efisiensi dan nilai perusahaan yang lebih tinggi. Cornett dkk,
7
(2006) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manager agar lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku mementingkan diri sendiri. Akan tetapi, kepemilikan institusional juga dapat berpengaruh negatif terhadap kinerja IC. Alasan di balik hasil ini dapat dinyatakan bahwa investor institusional tidak seperti investor pribadi yang mencari pemaksimalan profit. Investor institusional memiliki tujuan ekonomik, keuangan dan sosial-politis yang ganda yang terkadang berkonflik dengan pemaksimalan profit (Zanjirdar dan Kabiribalajadeh, 2011). Menurut Jensen (2001), tanpa menjernihkan misi yang disediakan oleh fungsi tujuan bernilai-tunggal, perusahaan dengan teori pemangku kepentingan akan mengalami kebingungan, konflik, inefisiensi, dan mungkin kegagalan kompetitif (dalam Chew dan Gillan, 2005). Menurut Jensen, teori ini memberi keuntungan kepada manager untuk mengizinkan mengejar kepentingan dirinya dengan mengabaikan masyarakat dan pengklaim keuangan perusahaan. Contohnya, menginvestasikan pada projek favoritnya yang menghancurkan nilai perusahaan tanpa keharusan untuk menjustifikasi penghancuran nilai. Hal ini menyebabkan kepentingan pemegang saham (konstituen yang seharusnya diutamakan) menjadi terpinggirkan dan akhirnya pemegang saham menarik investasinya dari perusahaan sehingga menghancurkan nilai perusahaan. Menurut Dahlquist dan Robertson (2001), kepemilikan asing menjadi salah satu mekanisme efektif dalam struktur tata kelola perusahaan untuk memantau manajemen dari aktivitas tidak bernilai-tambah dikarenakan perannya mirip dengan investor institusional (dalam Saleh dkk, 2009). Randøy dan Goel (2003) me-
8
nyatakan bahwa kepemilikan asing dikatakan memfasilitasi pemonitoran manager yang lebih kuat (dalam Abor dan Biekpe, 2007). Penelitian Goh (2005) menunjukkan bahwa bank asing di Malaysia memiliki tingkat efisiensi (VAIC) rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank domestik. Akan tetapi, kepemilikan asing dapat juga berpengaruh negatif terhadap kinerja IC. Menurut David dkk (2006), kepemilikan saham mempengaruhi alokasi sumber daya dalam investasi strategik di dalam perusahaan dan menghasilkan dua pendangan yang berlawanan. Kedunya adalah investor asing yang mengembangkan sedikit investasi (underinvestment) dan mengembangkan investasi yang tepat (appropriate underinvestment). Investor asing menurut pandangan pertama, memaksa manager untuk sedikit melakukan investasi strategik yang mengakibatkan nilai perusahaan menjadi rendah. Deng dkk (2012) menguji pengaruh kepemilikan tunggal sebagai variabel pemoderasi terhadap hubungan HC dan penelitian dan pengembangan (R&D) dan inovasi produk. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa kepemilikan tunggal berpengaruh positif terhadap hubungan HC dan inovasi sertahubungan penelitian dan pengembangan (R&D) dan inovasi. Penelitian mengenai pengaruh investasi terhadap kinerja IC dengan dimoderasi oleh tipe kepemilikan layak dilakukan di Indonesia dengan pertimbangan berikut ini: 1. Penilaian kinerja IC penting karena merupakan pengukuran efisiensi dari kegiatan penciptaan nilai yang tidak tercermin dalam laporan keuangan menurut sistem pelaporan tradisional (Saleh dkk, 2009).
9
2. Faktanya, sekarang ini efisiensi IC lebih besar daripada efisiensi financial capital (Bontis dkk, 2000). 3. Tipe kepemilikan juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi kinerja IC karena pemilik menyediakan insentif kepada dewan direktor (BOD) untuk meningkatkan kinerja IC (Saleh dkk, 2009). 4. Adanya ketidakkonsistenan hasil penelitian mengenai pengaruh investasi dan kepemilikan terhadap kinerja IC. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan studi yang berjudul “pengaruh investasi pada penelitian dan pengembangan dan investasi pada human capitalterhadap kinerja intellectual capital dengan dimoderasi oleh kepemilikan institusional dan asing”. 1.2
Rumusan Masalah Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ki-
nerja IC menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian yang menggunakan sudut pandang yang berbeda untuk memverifikasi teori mengenai pengaruh investasi terhadap kinerja IC. Penelitian ini mencoba melihat dari sudut padang lain, yaitu dengan menggunakan variabel pemoderasi kepemilikan institusional dan asing. Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah investasi pada penelitian dan pengembangan (R&D) berpengaruh positif terhadap kinerja IC?
10
2. Apakah investasi pada human capital(HC) berpengaruh positif terhadap kinerja IC? 3. Apakah kepemilikan institusional memoderasi hubungan investasi pada penelitian dan pengembangan (R&D) dengan kinerja IC? 4. Apakah kepemilikan institusional memoderasi hubungan investasi pada human capital(HC) dengan kinerja IC? 5. Apakah kepemilikan asing memoderasi hubungan investasi pada penelitian dan pengembangan (R&D) dengan kinerja IC? 6. Apakah kepemilikan asing memoderasi hubungan investasi pada human capital(HC) dengan kinerja IC? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat ditentukan tujuan pene-
litian sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh positif investasi pada penelitian dan pengembangan (R&D) terhadap kinerja IC. 2. Menganalisis pengaruh positif investasi pada human capital(HC) terhadap kinerja IC. 3. Menganalisis pengaruh moderasi kepemilikan institusional terhadap hubungan investasi pada penelitian dan pengembangan (R&D) dengan kinerja IC. 4. Menganalisis pengaruh moderasi kepemilikan institusional terhadap hubungan investasi pada human capital(HC) dengan kinerja IC.
11
5. Menganalisis pengaruh moderasi kepemilikan asing terhadap hubungan investasi pada penelitian dan pengembangan (R&D) dengan kinerja IC. 6. Menganalisis pengaruh moderasi kepemilikan asing terhadap hubungan investasi pada human capital(HC) dengan kinerja IC. 1.4
Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi sebagai berikut: 1. Bagi manager perusahaan, sebagai pertimbangan dalam pembuatan strategi perusahaan mengenai investasi yang dapat meningkatkan IC. 2. Bagi investor, sebagai informasi tambahan untuk mengetahui kinerja perusahaan dan distribusinya bagi pemangku kepentingan perusahaan. 3. Bagi pembuat standar (IAI) dan badan pengatur di pasar modal (BapepamLK), sebagai masukan dalam pembuatan standar pengukuran dan pelaporan IC agar dapat digunakan untuk mengetahui ukuran return yang lebih tepat bagi pemangku kepentingan. 4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai sumber referensi mengenai topik ini.
1.5
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Bab 1: pendahuluan Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab 2: tinjauan literatur
12
Bagian ini menjelaskan tentang landasan teori dan pembahasan tentang hasil penelitian sebelumnya yang sejenis, rerangka pemikiran dan model penelitian, dan hipotesis penelitian. 3. Bab 3: metoda penelitian Bagian ini menjelaskan tentang penentuan populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metoda pengumpulan data, variabel penelitian dan definisi operasional penelitian, dan metoda analisis. 4. Bab 4: hasil dan pembahasan Bagian ini menjelaskan tentang deskripsi objek penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil penelitian. 5. Bab 5: penutup Bagian ini menjelaskan tentang simpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.