Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain, sehingga bahasa menjadi sesuatu alat yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Pengertian bahasa yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:66) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Dirgandini (2004:1), juga mengemukakan bahwa masyarakat berinteraksi sosial dengan menggunakan bahasa. Dengan bahasa, mereka berkomunikasi mengungkapkan perasaan, suasana hati, dan sikap. Hal ini merupakan salah satu penyebab yang menjadikan bahasa memiliki peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap bangsa di dunia memiliki bahasanya masing-masing dan setiap bahasa memiliki keunikan tersendiri dalam struktur bahasanya. Namun terkadang ciri-ciri dan keunikan kosakata yang ada tersebut justru menjadi hambatan dalam memahami bahasa tersebut dengan baik dan benar. Hal seperti ini sering terlihat dalam proses penerjemahan bahasa. Salah satu penyebabnya adalah sebuah kata dalam bahasa sumber belum tentu memiliki padanan yang sesuai pada bahasa sasaran. Penerjemahan sebagai bentuk kegiatan manusia di bidang bahasa sudah lama menjadi profesi orang-orang yang mahir berbahasa asing. Terjemahan lisan pernah memainkan peranan penting pada periode, ketika di zaman dulu berlangsung kontakkontak pertama antaretnis yang bahasanya berlainan. Dan berkat karya terjemahan pula, 1
kita bisa mengenal sejarah peradaban manusia, misalnya sejarah peradaban dari zaman Mesopotamia yang merupakan salah satu peradaban paling tua di dunia. Moentaha (2006:9) mengemukakan bahwa proses terjemahan adalah proses penggantian teks dalam sumber dengan teks dalam bahasa sasaran tanpa mengubah tingkat isi teks bahasa sumber. Namun, dari mula perlu ditekankan di sini, bahwa pengertian “tingkat isi” harus dipahami secara maksimal dan luas, yakni tidak hanya yang menyangkut arti dasar (material meaning), ide atau konsepsi yang terkandung dalam tingkat isi, tapi juga semua informasi yang ada dalam teks bahasa sumber meliputi semua norma-norma bahasa, seperti makna leksikal, makna gramatikal, nuansa ekspresif. Profesi penerjemah merupakan salah satu profesi yang paling tua, namun bersamaan dengan itu, kegiatan penerjemahan tetap terus berkembang dan jumlah terjemahan yang diterbitkan semakin lama semakin bertambah. Ditambah lagi, dengan meningkatnya hubungan antarnegara dalam berbagai bidang, maka profesi sebagai penerjemah akan sangat dibutuhkan sekali. Penerjemah dapat menjalankan peranan penting dalam ikut serta melaksankan hubungan internasional. Peran serta penerjemah bisa dilihat dalam negosiasi antarnegara
yang membicarakan hubungan-hubungan politik, ekonomi,
budaya, militer, dan lain-lain. Dengan demikian, penerjemah mambantu orang-orang, yang bahasa ibu mereka berlainan, agar dapat mengatasi apa yang disebut “rintangan bahasa” (language barrier). Keraf (1991:15) membagi rintangan bahasa di dalam proses terjemahan menjadi 3 yaitu sarana leksikal, sarana gramatikal, dan sarana stilistis. Dalam sarana leksikal, kesulitan yang timbul terletak pada aneka makna yang dimiliki suatu kata, lalu suatu kata dari bahasa tertentu mungkin lebih luas atau lebih sempit dari bahasa lain, atau juga 2
bisa diterjemahkan menjadi beberapa kata atau lebih. Dalam sarana gramatikal, kesulitan terletak pada adanya bentuk tunggal dan jamak, kategori aspek yang menjelaskan keterangan waktu, lalu kategori genus contohnya seperti “he-she” yang hanya diterjemahkan “dia” dalam bahasa Indonesia. Lalu dalam sarana terakhir yaitu stilistis, kesulitan terletak pada perbedaan sistem fungsional gaya bahasa. Contoh “foe” yang berarti “musuh’ dalam bahasa Indonesia, gaya bahasanya bersifat puitis atau formal, tidak seperti “enemy” yang juga berarti “musuh”. Semua kesulitan bahasa dalam proses terjemahan di atas, baru merupakan kesulitan biasa, yakni kesulitan mencari padanan makna atau padanan fomal dalam proses terjemahan. Kesulitan yang sebenarnya ialah kesulitan mencari model-model padanan yang lain yang realisasinya tidak tergantung pada kamus atau konteks. Kesulitankesulitan seperti itulah yang membuat penulis tertarik menjadikan penerjemahan sebagai tema pembahasan skripsi ini. Tema yang akan dibahas adalah pergeseran atau shift rank dalam penerjemahan yang menjadi fokus utama penelitian penulis. Dalam penerjemahan, pergeseran atau shift rank merupakan hal yang wajar terjadi sebagaimana Vinay dan Darbelnet’s dalam Newmark (1989:10) yang mencontohkan beberapa shift rank yaitu : 1. Kata kerja dalam BSu menjadi kata benda dalam BSa 2. Kata hubung dalam BSu menjadi kata kerja tidak beraturan dalam BSa 3. Klausa dalam BSu menjadi sekumpulan kata benda dalam BSa 4. Sekumpulan kata kerja dalam BSu menjadi kata kerja dalam BSa 5. Sekumpulan kata benda dalam BSu menjadi kata benda dalam BSa 6. Kalimat rumit dalam BSu menjadi kalimat biasa dalam BSa
3
Penulis akan menggunakan manga atau komik Jepang sebagai korpus data karena shift rank atau pergeseran juga berlaku dalam penerjemahan manga. Manga artinya komik dalam bahasa Jepang; di luar Jepang, kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang. Menurut Maki (2002:1) manga adalah bahasa jepang untuk ’komik’. Sedangkan Mangaka adalah orang yang menggambar komik. Pada awalnya kata ini mengacu pada semua jenis komik namun seiring dengan perkembangan gaya kartun Jepang yang semakin dikenal orang, maka lambat laun sebutan manga diidentifikasikan hanya dengan gambar komik bergaya khas Jepang. Karena kekhasannya, dewasa ini sebagian khalayak menyebut menyebut manga sebagai salah satu aliran dalam dunia komik internasional. Manga kerap dipakai orang-orang sebagai aliran dalam mengekspresikan diri mereka. Pesona setiap orang berbeda-beda maka karya yang dihasilkan akan memiliki kekhasannya sendiri sekalipun semuanya berada ”di bawah bendera manga”. Banyak manga yang telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di negara-negara di luar Jepang termasuk Indonesia. Di Indonesia, kontribusi manga juga termasuk besar. Banyak manga yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, salah satunya manga Hikaru no Go karya Yumi Hotta yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo menjadi Hikaru’s Go. Salah satu contoh pergeseran penerjemahan kata benda dalam BSu yaitu bahasa Jepang yang diterjemahkan menjadi kata sifat dalam BSa yaitu bahasa Indonesia yang dapat ditemukan dalam manga Hikaru no Go: BSu: こりゃ高値で売れるぞ。(Hotta, 1998:8)
4
Korya takane de ureru zo BSa: Barangkali laku dijual mahal, nih. (Armanda, 2004:8) Kata 高値 (takane) yang dalam bahasa Jepang merupakan kata benda diterjemahkan menjadi ’mahal’ yang merupakan kata sifat dalam bahasa Indonesia. Penulis merasa tertarik dengan pergeseran kelas kata seperti itu, dan ingin meneliti lebih lanjut. Namun sebenarnya sudah terdapat beberapa penelitian sejenis yang juga meneliti tentang pergeseran pada kelas kata atau shift rank seperti pergeseran kata benda bahasa Jepang menjadi kata kerja Indonesia, lalu pergeseran kata kerja Jepang menjadi kata sifat Indonesia. Namun pada penelitian ini penulis akan tetap mengambil tema yang sama yaitu shift rank dengan menganalisis beberapa pergeseran kelas kata sekaligus dan tentu saja penulis tidak akan menggunakan pergeseran kelas kata yang sebelumnya sudah pernah dijadikan objek penelitian.
1.2 Rumusan Permasalahan Rumusan permasalahan yang ingin dibahas penulis dalam penelitian ini adalah pergeseran penerjemahan yaitu pergeseran pada kelas kata dalam manga Hikaru no Go karya Yumi Hotta.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Dalam penelitian ini, ada dua jenis pergeseran kelas kata yang akan dianalisis oleh penulis yaitu :
5
1) kata benda bahasa Jepang menjadi kata sifat bahasa Indonesia. Dari berbagai jenis meishi yang dipaparkan Masuoka dan Takubo, penulis hanya akan menganalisis 事態名 詞 (jitaimeishi) karena perubahan meishi pada BSu menjadi kata sifat dalam BSa hanya bisa terjadi pada 事態名詞 (jitaimeishi). 2) kata kerja bahasa Jepang menjadi kata benda bahasa Indonesia. Masuoka membagi kata kerja yang dianggap penting menjadi tiga macam dan penulis akan menganalisa ketiga-tiganya. Pergeseran penerjemahan dibagi menjadi dua yaitu obligartory shift dan optional shift. Penulis memfokuskan penelitian pada obligartory shift terutama pada tingkat gramatikal yang sudah penulis sebutkan di atas yaitu pergeseran kelas kata. Korpus data yang akan dianalisis adalah manga Hikaru no Go jilid 1 serta manga yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh E.P Armanda yaitu Hikaru’s Go yang diterbitkan di Indonesia melalui Elex Media Komputindo.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam pergeseran kelas kata yang bisa terjadi dalam penerjemahan manga. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah membantu pihak-pihak yang tertarik dalam penerjemahan, khususnya dalam penerjemahan manga untuk menambah wawasan dan pengetahuan penerjemahan manga ke dalam bahasa Indonesia.
1.5 Metode Penelitian Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka penulis akan menggunakan metode deskriptif analitis dan metode kepustakaan. Metode deskriptif adalah mendeskripsikan
6
atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya dan metode kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan data dari kepustakaan (buku, dokumen, artikel, dan lain-lain). Tahap penelitian penulis adalah mengumpulkan data berupa teori kelas kata dan teoriteori lain yang memiliki sangkut paut dengan penerjemahan. Selanjutnya penulis akan membandingkan manga asli Hikaru no Go dengan manga terjemahannya Hikaru’s Go. Dari situ, penulis akan mencari kata-kata yang mengalami pergeseran kelas kata atau shift rank.
1.6 Sistematika Penulisan Dalam bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang dan gambaran tentang permasalahan secara umum dari topik yang akan diteliti. Dalam bab ini juga akan dijelaskan mengapa penulis mengambil topik seperti ini untuk dijadikan penelitian, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penelitian, dan metode penelitian yang digunakan. Pada bab 2 Landasan Teori, penulis menguraikan teori-teori yang dijadikan sebagai landasan atau dasar dalam membahas permasalahan penelitian. Teori yang digunakan adalah teori-teori yang berhubungan dengan kelas kata dan penerjemahan. . Bab 3 merupakan analisis data penulis dari data data yang sudah ada. Dalam bab ini, penulis akan menganalisa kata-kata yang mengalami pergeseran kelas kata dalam manga Hikaru no Go yang sebelumnya sudah dipilih oleh penulis. Pada bab 4 Simpulan dan Saran, penulis menjabarkan simpulan dari hasil analisis data yang ada pada bab 3. Dalam bab ini berisi simpulan dan juga saran agar pihakpihak yang terkait dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.
7
Bab 5 Ringkasan, berisi ulangan kembali secara ringkas dari pendahuluan, landasan teori, analisis data serta hasil simpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang diangkat sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami isi tulisan ini.
8