BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan memiliki ciri-ciri dan karakteristik tersendiri sehingga dalam pengelolaannya pun harus disesuaikan dengan ciri dan karakteristik perusahaan tersebut. Salah satu ciri atau karakteristik yang berberbeda tersebut adalah antara perusahaan yang menjual produk yang berbentuk barang dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Kemudian diantara perusahaan yang menjual produk jasa pun terdapat perbedaan, hal ini disebabkan oleh jasa yang yang ditawarkan juga beragam bentuk dan karakteristiknya. Salah satu perusahaan yang menjual jasa adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan atau lebih dikenal dengan nama Bank. Bank merupakan perusahaan yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Fungsi bank merupakan perantara diantara masyarakat yang membutuhkan dana dengan masyarakat yang kelebihan dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya. Bisnis perbankan di Indonesia di era tahun 1960-an dan 1970-an merupakan bisnis yang belum begitu terkenal. Kesan bank masih “angker” karena bank tidak perlu mencari nasabah, tetapi sebaliknya nasabah yang datang mencari bank (Kasmir, 2003:3) Perbankan Indonesia telah memiliki rangkaian sejarah yang cukup panjang. Sejak masa pemerintahan kolonial, telah banyak berdiri bank-bank asing baik dari
1
2
Negara Belanda maupun negara asing lainnya serta beberapa bank lokal. Bahkan pada masa pergerakan nasional juga muncul beberapa bank yang bernuansa semangat nasional. Memasuki masa kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia mulai mendirikan bank-bank pemerintah seperti Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Industri Negara (BIN), dan Bank Tabungan Pos. Selain bank-bank pemerintah, pada masa itu juga telah beroperasi beberapa bank swasta nasional, bank-bank asing (termasuk DJB), lumbung desa, bank desa, dan yayasan kredit. Seluruh bank tersebut, baik bank pemerintah maupun swasta, terus berkembang hingga masa-masa selanjutnya. Adanya paket 27 Oktober 1988 (PAKTO 1988) yang isinya mendorong perkembangan perbankan, antara lain melalui kemudahan-kemudahan mendirikan bank baru, membuka kantor cabang baru serta ijin pembukaan kantor bank asing di beberapa ibu kota propinsi di Indonesia, menjadikan bank tumbuh pesat di tanah air. Hal ini dapat terlihat dari jumlah bank per Juni 1997 lebih kurang 239 bank yang terdiri dari Bank Pemerintah, Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran serta Bank Pembangunan Daerah (BPD). Bahkan secara keseluruhan peranan
perbankan
sebagai
faktor
penggerak
perekonomian
nasional
menunjukkan peningkatan. Kepemilikan asing di Indonesia sudah mencapai 48,51% dari asset total perbankan Indonesia per akhir 2005. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari kepemilikan pemerintah yang hanya sebesar 37,45%. Kepemilikan asing tidak hanya menyebar dicabang bank asing dan bank campuran saja, tetapi juga mendominasi kepemilikan bank-bank swasta nasional (Djalil, 2006). Dari sini dapat diambil
3
kesimpulan bahwa bank swasta nasional Indonesia pun nantinya dapat didominasi oleh pemilik dari Negara lain. Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan semua kegiatan keuangannnya. Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut (Kasmir, 2003). Laporan keuangan bank menunjukan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukna kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dengan membaca dengan membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimiliki (Kasmir, 2003). Isu kepemilikan asing di perbankan Indonesia kembali muncul setelah Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan BI Nomor 14/ 8 /PBI/2012 tanggal 13 Juli 2012 tentang Kepemilikan Saham Bank Umum. Peraturan ini tidak mengubah peta perbankan Indonesia yang saat ini sebagian besar dikuasai asing. Peraturan itu mengatur kepemilikan asing di saham bank nasional dengan mengaitkan tingkat kesehatan bank dan praktik Good Corporate Governance (GCG). Selama praktek GCG baik dan tingkat kesehatan bank baik, asing masih boleh menggenggam saham bank Indonesia hingga 99%.
4
Pada regulasi tersebut hanya ditulis, kepemilikan 40 persen dari modal bank untuk pemegang saham badan hukum lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Sementara, untuk kategori pemegang saham berupa badan hukum bukan lembaga keuangan, besarannya 30 persen. Sedangkan untuk kategori pemegang saham perorangan pada bank umum konvensional, batasnya 20 persen dari modal bank. Khusus batas maksimum kepemilikan saham untuk kategori pemegang saham perorangan pada bank umum syariah, besarannya 25 persen dari modal bank. Namun apabila ada institusi perbankan baik asing maupun lokal yang ingin memiliki saham bank di atas batas yang ditentukan, tetap diperkenankan atas izin dari Bank Indonesia. Selama ini pun, perpindahan kepemilikan perbankan atas izin dari BI, seperti rencana DBS Holdings yang ingin menguasai Bank Danamon. Hasilnya, kepemilikan asing di perbankan Indonesia pun makin mantap. Bahkan dari sisi aset, dari sepuluh bank terbesar di Indonesia, enam tempat diisi oleh bank yang dimiliki oleh pemodal asing misalnya; BCA (Mauritius), CIMB Niaga (Malaysia), Danamon (Singapura), Panin (Australia), Permata (Inggris), BII (Malaysia). Sisanya ditempati oleh bank plat merah. Di sinilah asing memiliki peluang baru untuk masuk ke pasar Indonesia yang eksotis. Dengan ukuran jumlah penduduk yang besar, kelas menengah terus tumbuh, perekonomian yang baik, plus masih 49 persen masyarakat belum tersentuh layanan perbankan. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat diambil judul dalam menyusun skripsi yaitu : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum
5
Swasta Nasional Devisa Sebelum dan Sesudah Didominasi Kepemilikan Asing Di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah : Apakah terdapat perbedaan kinerja antara Bank Umun Swasta Nasional Devisa sebelum dan sesudah didominasi oleh kepemilikan asing di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kali ini adalah : untuk mengetahui perbedaan kinerja antara Bank Umum Swasta Nasional Devisa sebelum dan sesudah didominasi oleh kepemilikan asing di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian a. Kontribusi Praktis Memberikan informasi tambahan bagi pemilik dan manajemen bank untuk meningkatkan kinerjanya. b. Kontribusi Teoritis Hasil penelitian ini penulis ingin berpartisipasi memberikan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti kuliah dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai struktur kepemilikan dari bank.
6
c. Kontribusi Kebijakan Sebagai pertimbangan bagi pihak manajemen bahwa kinerja keuangan bank
yang
baik
dapat
memperbaiki
kelemahan
yang
ada
serta
mempertahankan kekuatan yang miliki. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk
menghindari
pembahasan
yang
terlalu
luas,
maka
penulis
memfokuskan diri hanya pada analisis perbandingan untuk menilai kinerja keuangan Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang kepemilikannya didominasi oleh pemilik asing di Indonesia. Adapun bahasan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang kepemilikannya didominasi oleh pemilik asing di Indonesia. 2. Analisa perbandingan Yaitu teknik analisa untuk mengetahui perubahan pada setiap pos laporan keuangan yang memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. 3. Analisa Ratio Yaitu analisa yang membandingkan satu data dengan data yang lain untuk menilai kondisi keuangan dan menilai kinerja perusahaan di masa yang lalu dan di masa yang akan datang.
7
4. Kinerja Keuangan Bank Kinerja keuangan bank dapat dilihat dari laporan keuangan bank. Laporan keuangan bank dalam penelitian ini yang digunakan adalah laporan keuangan Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang kepemilikannya didominasi oleh pemilik asing di Indonesia.