ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Menurut PBB dan organisasi kesehatan dunia, WHO, bencana didefinisikan sebagai perusak paling berbahaya dalam sebuah komunitas atau masyarakat. Bencana alam maupun non-alam dapat mengakibatkan kehilangan atau kerugian jiwa, material, ekonomi dan lingkungan yang luas, melebihi kemampuan masyarakat yang terdampak untuk dapat mengatasinya menggunakan sumber daya yang dimiliki. Tahun 2005, lebih dari 1.000 warga New Orleans, AS, terjebak banjir akibat Sebagian besar korban adalah kelompok lansia, masyarakat yang rentan sakit, miskin, dan keturunan Afrika-Amerika, (Eisenman et al, 2007). Banjir di Pakistan 2010 mengakibatkan 20 juta orang di 78 distrik menderita, dan diperkirakan 1.700 orang meninggal dunia, dan jutaan orang kehilangan tempat tinggal, (Kirsch et al, 2012). Sementara perubahan iklim ekstrem yang memicu Topan Haiyan, di Filipina 2013, mengakibatkan lebih dari 2.275 orang meninggal dunia dan ribuan orang mengalami luka dan menderita penyakit (Tempo, 2013) Indonesia merupakan negara yang rawan bencana, karena secara geografis dan geologis terletak di antara tiga lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia; Lempeng Eurasia; dan Lempeng Pasifik. Perbedaan kecepatan pergerakan ketiga lempeng mengakibatkan gempa tektonik, dan struktur pelipatan yang membentuk pegunungan dan perbukitan. Gempa tektonik yang terjadi di dasar laut sering
1 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menimbulkan tsunami, yang menelan korban jiwa sangat besar, seperti gempa dan tsunami Aceh (2004) dan Mentawai (2010). Indonesia juga berada di jalur lingkaran gunung berapi (ring of fire), mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumba, Flores, hingga Sulawesi dan Pulau Andaman-Nicobar. Bencana erupsi gunung berapi yang terasa dampaknya adalah seperti letusan Gunung Merapi di Yogyakarta (2010), dan Gunung Sinabung di Sumatera Utara (2012-2013). Sementara intensitas hujan yang tinggi dan banyaknya sungai besar merupakan faktor pendukung terjadinya banjir dan tanah longsor. Apabila dilihat dari sisi sosio-antropologi, bencana konflik sosial yang dipicu oleh perbedaan suku, adat, dan keyakinan, rentan terjadi di Indonesia.
Banjir (37,5 %) Longsor (15,9 %) Topan (20,6 %) Kekeringan Gempa Gempa disertai Tsunami Banjir disertai Longsor Erupsi Gunung Gelomban Pasang dan Tsunami Kecelakaan Transportasi Terorisme Epidemik dan Wabah Konflik Sosial
Sumber: Diolah dari Data dan Informasi Bencana Indonesia, BNPB, 2013
Gambar 1.1 Jenis Bencana Alam dan Sosial di Indonesia (1815-2013) Berdasarkan data kejadian bencana alam di Indonesia selama tahun 18152013 (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2013), banjir merupakan
2 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bencana alam yang paling sering terjadi. Tercatat, 5.051 kejadian banjir (37,5%); tanah longsor 2.149 kejadian; dan angin puting beliung 2.777 kejadian. Data kebencanaan tahun 2003-2007 menempatkan bencana hidrometeorologi, yakni bencana akibat perubahan cuaca, seperti banjir, longsor, kekeringan, puting beliung, dan gelombang pasang, pada posisi teratas. Rata-rata, 67% bencana hidrometeorologi terjadi tiap tahun, dengan 40% bencana banjir dan 20% banjir disertai tanah longsor. Menurut statistik global, banjir adalah bencana yang paling sering merusak, sekitar 30% dari kejadian bencana yang terjadi di dunia, (Landesman, 2005). Frekuensi banjir meningkat tajam dari tahun ke tahun, jika dibandingkan bencana alam lainnya. Banjir dapat dipicu oleh urbanisasi yang tidak terkendali, penggundulan hutan (deforestasi), dan perubahan iklim yang ekstrem seperti el nino. Banjir juga dapat muncul bersamaan dengan bencana alam lainnya, seperti tsunami setelah gempa bumi, atau gelombang pasang akibat badai angin. Banjir adalah kondisi terjadinya genangan air pada tempat yang tidak semestinya, disebabkan oleh meluapnya aliran air sungai atau curah hujan yang tinggi sehingga mengganggu aktifitas masyarakat. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang muncul tiba-tiba akibat hujan yang terus menerus, meluncur cepat dari permukaan tanah yang tinggi ke permukaan yang lebih rendah. Dampak kerusakan yang ditimbulkan banjir bandang cenderung lebih besar dan parah. Umumnya, bencana banjir di Indonesia disebabkan oleh curah hujan tinggi di atas normal, atau naik dan meluapnya permukaan air sungai dan air laut.
3 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gempa disertai Tsunami (56 %) Erupsi Gunung (26,2 %) Banjir (6,3 %) Gempa Longsor Gelombang Pasang dan Tsunami Banjir disertai Longsor Epidemik dan Wabah Kecelakaan Transportasi Terorisme Konflik Sosial Topan Kekeringan
Sumber: Diolah dari Data dan Informasi Bencana Indonesia, BNPB, 2013
Gambar 1.2 Jumlah Korban akibat Bencana di Indonesia (1815-2013
Kondisi geologis menunjukkan bahwa 30% dari sekitar 500 sungai besar di Indonesia melintasi wilayah padat penduduk. Perubahan iklim, anomali cuaca, hingga kenaikan permukaan air laut merupakan faktor pemicu banjir saat musim hujan. Faktor pendorong bencana di daerah rawan banjir adalah perubahan tata guna lahan, drainase yang tidak berfungsi optimal, daya tampung waduk yang menurun, penggundulun hutan, hingga tumpukan sampah di sungai. Pusat Penanggulangan Krisis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mencatat, selama 2008-2012, rerata bencana banjir yang mengakibatkan krisis kesehatan adalah 37% dari total bencana alam yang terjadi setiap tahun. Banjir bandang cenderung mengakibatkan korban meninggal lebih banyak dari
4 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
pada banjir akibat luapan sungai, yang lebih banyak menimbulkan penyakit akibat banjir. Tabel 1.1 Jumlah Korban Banjir dan Banjir Bandang di Indonesia (2008-2012) Jumlah Korban Banjir
Tahun
Jumlah Kejadian Banjir
Jumlah Kejadian Bencana
Meninggal
Luka Berat
Luka Ringan
Hilang
2008
212
456
100
217
68.568
7
326.352
2009
34
98
197
53
37.706
15
229.854
2010
40
127
248
240
31.132
163
106.818
2011
89
211
98
55
653
10
60.304
2012
153
489
402
675
819
175
8.341
Pengungsi
Sumber: Diolah dari Data Profil Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2008-2012
Di sebagian wilayah kota dan kabupaten di indonesia, banjir merupakan bencana rutin yang terjadi tiap tahun di lokasi yang sama. Seperti banjir di Jakarta yang membanjiri perumahan elite dan kawasan perkantoran; banjir di pesisir utara Kota Semarang yang membanjiri pemukiman hingga stasiun kereta api; dan banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum Bandung selatan yang membanjiri kawasan industri tekstil. Banjir itu berakibat aktivitas penduduk terganggu dan kegiatan ekonomi terhenti. Salah satu bencana banjir terparah yang pernah terjadi adalah banjir Jakarta 2002 selama lebih dari seminggu dengan tinggi muka air rata-rata 1 meter. Dampaknya, 391.296 warga Jakarta mengungsi, 75 orang meninggal dunia, dan lebih dari 600.000 orang menderita sakit akibat banjir. Pada kasus banjir bandang, kerugian dan korban yang meninggal cenderung lebih banyak. Banjir bandang Wasior, Papua Barat (2010) tercatat 148 orang meninggal dunia, dan 9.016 penduduk kehilangan tempat tinggal akibat tersapu banjir. Hingga akhir 2011,
5 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
sebagian besar warga masih tinggal di lokasi pengungsian. Sedangkan banjir bandang Sampang, Madura (Mei 2013-Januari 2014), mengakibatkan 96 warga Sampang terjangkit leptospirosis, dan 10 orang diantaranya meninggal dunia, sehingga pemerintah menyatakan sebagai kejadian luar biasa (Antara, 2014). Peristiwa bencana banjir yang terbaru adalah banjir Jakarta 2014, yang telah merendam pemukiman, perkantoran, pertokoan, dan jalan-jalan di 100 kelurahan di ibu kota. Banjir akibat luapan 13 sungai ini mengakibatkan 22 orang meninggal dunia, 22.124 mengalami sakit akibat banjir, dan 62.189 terpaksa mengungsi sejak 14-25 Januari (Antara, 2014). Sementara banjir bandang Manado, Sulawesi Utara pada 15 Januari, telah mengakibatkan 19 orang tewas akibat hanyut, tenggelam, dan tertimbun longsor, ribuan rumah rusak, dan jalan Manado-Tomohon terputus. Banjir yang merupakan dampak penggundulan daerah resapan air itu juga mengakibatkan ribuan orang sakit dan 2.091 orang mengungsi (Kompas, 2014). Bencana banjir memunculkan dampak langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung pada kesehatan adalah kematian akibat tenggelam, terseret arus banjir, luka-luka, dan tersengat listrik. Dampak lanjutannya adalah muncul dan meningkatnya penyakit menular, bahkan sampai timbul wabah. Penyakit menular menyebar melalui air (water borne disease), sementara itu lingkungan yang tidak bersih akibat banjir memicu vector borne disease. Kualitas hidup korban banjir cenderung menurun karena kondisi tempat tinggal sementara mereka di lokasi pengungsian yang kurang atau tidak memenuhi standar kesehatan lingkungan.
6 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Dampak jangka panjang banjir adalah terganggunya fasilitas pelayanan kesehatan dasar, pasokan dan stok makanan berkurang, serta kebutuhan dasar manusia, seperti air bersih dan sanitasi, tidak terpenuhi maksimal. Akibatnya, penularan penyakit vector borne disease dan water borne disease makin meluas (lihat tabel 1.2). Menurut Kementerian Kesehatan RI, tujuh penyakit yang sering muncul akibat banjir adalah diare, leptospirosis, ISPA, penyakit kulit, penyakit saluran pencernaan, tifoid, dan demam berdarah atau malaria (Promkes Kemenkes RI, 2013). Tabel 1.2 Risiko Penyakit akibat Banjir yang Muncul di Lokasi Pengungsian Penyakit
Kolera dan demam tifoid
Faktor Risiko Pemukiman terlalu padat, sanitasi buruk, makanan dan air terkontaminasi Sanitasi lingkungan buruk dan kebersihan diri kurang
Hepatitis A
Kebersihan yang kurang
Campak dan Scabies
Malaria /Demam Berdarah
Pemukiman terlalu padat, kurangnya kebersihan diri Kondisi penampungan tidak layak, padat, kekurangan baju dan selimut Genangan air tempat berkembang biak nyamuk
Meningitis
Pemukiman terlalu padat
Cacingan
Pemukiman terlalu padat, sanitasi yang buruk
Anemia
Malaria, cacingan, kekurangan zat besi dan folat
Tetanus
Terluka, lingkungan yang kotor
Leptospirosis
Tikus, adanya luka, terkontaminasi lewat selaput lendir
Diare dan Shigella Disentri
ISPA dan Tuberkolosis
Konjungtiva Pemukiman terlalu padat, kurangnya kebersihan diri Sumber: Research paper, 111-118, Osman Arbaiah and friends, Outbreak Management During the Worst Flood Disaster of 2006-2007 in Johore Malaysia.
Penyakit akibat banjir dapat menjangkiti semua lapisan dan tingkatan usia manapun, terutama anak-anak, ibu menyusui, dan masyarakat kelompok lansia. Tingkat kerentanan terjangkit penyakit akibat banjir diakibatkan masyarakat
7 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
bermain di genangan air banjir, mengonsumsi air sumur yang tercemar banjir, keterbatasan sanitasi dan air bersih, dan buang hajat sembarangan. Tindakan prioritas yang dilakukan saat menghadapi bencana banjir adalah penyediaan air minum dan air bersih, fasilitas sanitasi dasar, saluran pembuangan tinja dan limbah, tempat sampah, makanan yang sehat, tempat penampungan layak huni, dan pengendalian vektor. Selain itu, peningkatan perilaku sanitasi (kebersihan diri) dan mengurangi risiko di saat banjir merupakan langkah yang penting dilakukan untuk meminimalkan dampak banjir terhadap kesehatan. Hal ini dilakukan dengan mempromosikan kesadaran perilaku hidup bersih saat banjir, sanitasi yang sehat, dan perilaku CTPS menggunakan air bersih saat banjir (Torti, 2012). Oleh karena itu, edukasi masyarakat tentang bahaya banjir dan upaya menghindari risiko kematian atau kesakitan akibat banjir perlu dilakukan, terutama di daerah rawan banjir.
1.2 KAJIAN MASALAH Salah satu sungai besar di Pulau Jawa, yang sering mengakibatkan banjir adalah Sungai Bengawan Solo. Sungai yang berhulu di Pegunungan Sewu, Surakarta, Jawa Tengah dan bermuara di Laut Jawa (utara Gresik, Jawa Timur) ini melintasi 21 kabupaten/kota di Pulau Jawa. Panjang sungai Bengawan Solo mencapai 600 km, dengan tiga zonasi, yakni Sub DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Bengawan Solo Hilir, dan Sub DAS Kali Madiun. Lima dari 12 kabupaten/kota di Jawa Timur yang masuk kawasan DAS Bengawan Solo,
8 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
merupakan daerah rawan banjir. Kelima kabupaten itu adalah Kabupaten Bojonegoro, Lamongan, Tuban, Gresik, dan Ngawi. Kabupaten Bojonegoro adalah wilayah terluas di Jawa Timur yang dilewati Sungai Bengawan Solo, sepanjang 143 km dan termasuk dalam zona DAS Bengawan Solo Hilir. Kabupaten ini paling sering mengalami bencana banjir. Hampir setiap tahun, banjir selalu terjadi di Bojonegoro, terutama di desa yang terletak di sepanjang DAS. Terdapat 126 desa di 16 kecamatan dengan 150.000 penduduknya punya risiko terdampak banjir pada saat puncak musim hujan (BPBD, 2013) Banjir di Bojonegoro terjadi karena meluapnya air sungai ke pemukiman atau lahan warga akibat peningkatan debit air secara tiba-tiba. Peningkatan debit terjadi karena tingginya curah hujan di hulu sungai, dan saat bersamaan curah hujan di daerah hilir meningkat. Faktor pendukung lainnya, terjadi penurunan daya tampung sungai akibat peningkatan sedimentasi, kondisi geomorfologi, alih fungsi guna lahan di sepanjang DAS Bengawan Solo Hulu hingga Hilir, dan sarana prasarana drainase yang belum baik. Setiap tahun, selama musim hujan, terjadi 2-3 kali banjir di Bojonegoro. Pada tahun 2013, banjir terjadi sebanyak 4 kali, yakni bulan Januari, Februari, April, dan Desember. Selama Januari-April 2013 banjir mengakibatkan 15.114 rumah terendam; 40 unit SD dan 17 unit TK terendam; 160 km jalan tergenang; dan sekitar 3.884 orang mengungsi, serta tiga orang meninggal dunia. Total kerugian mencapai Rp 14,94 miliar. Sementara tahun 2012, banjir menerjang 46
9 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
desa di 5 kecamatan mengakibatkan 310 unit rumah dan 12 km jalan terendam. Total kerugian mencapai Rp 9,5 miliar (BPBD Bojonegoro, 2013) Penyakit yang paling sering muncul akibat banjir Bangawan Solo di Bojonegoro adalah penyakit kulit, diare, dan ISPA, (lihat tabel 1.3). Namun, berdasarkan studi awal, penyakit yang paling dikeluhkan dan paling sering dirasakan adalah penyakit kulit, penyakit diare, dan flu (ISPA). Data Dinkes Bojonegoro 2007 menyebutkan bahwa prevalensi penderita diare sebelum terjadi banjir hanya 6,5%. Tetapi sebulan setelah banjir jumlah penderitanya meningkat menjadi 10,7%, dan setelah setahun turun lagi menjadi 5,7%. Prevalensi penyakit kulit sebelum banjir 0,7% naik menjadi 20,4% setelah banjir. Sedangkan prevalensi penyakit ISPA naik dari 16,2% sebelum banjir menjadi 19,1% sebulan setelah banjir. Tabel 1.3 Data Penyakit yang Muncul Setelah Banjir Sungai Bengawan Solo, Bojonegoro Diare
Banjir Desember 2007 2.499
Banjir Februari 2009 70
Banjir Mei 2010 39
ISPA
9.133
433
75
Penyakit kulit
12.089
433
98
7
7
-
208
-
-
3.844
249
1
Cephalgia
166
25
-
Astma
39
-
-
Hipertensi
376
13
-
Gastritis
459
65
-
Mata
59
75
-
Cacar air
3
-
-
Jenis Penyakit
Tifoid Flu Myalgia
DHF 1 Sumber: Data Dinas Kesehatan Kabupaen Bojonegoro, 2010
-
10 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Sumber: Aris Handayani, 2013
Gambar 1.3 Foto-foto Kondisi Banjir di DAS Bengawan Solo, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, 2013 Salah satu cara mencegah penularan dan meminimalkan morbiditas penyakit akibat banjir adalah dengan melakukan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) saat dan setelah bencana. Upaya ini merupakan salah satu bagian dari tindakan kesiapsiagaan (preparedness) dalam penanganan bencana. PHBS khusus dalam kondisi bencana merupakan kesiapsiagaan pada level individu dan kemunitas untuk mempertahankan status kesehatan masyarakat yang terdampak bencana. Dari 10 indikator PHBS, perilaku yang diharapkan dilakukan oleh korban bencana banjir adalah mencuci tangan pakai sabun (CTPS) dan menggunakan air bersih. Kedua perilaku ini mengacu pada 11 tindakan saat bencana banjir yang disarankan Kemenkes RI (2006) dan 10 perilaku hidup bersih-sehat pada kondisi kedaruratan yang dianjurkan Kemenkes (2013) kepada keluarga untuk mencegah 11 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
penularan penyakit. Tindakan dan perilaku yang disarankan diantaranya, mencuci tangan pakai sabun sebelum atau sesudah makan, melarang anak-anak bermain di daerah banjir atau setelah main di genangan banjir segera mandi yang bersih, dan menutup lubang-lubang persembunyian tikus. Penelitian meta-analisis yang dilakukan Curtis dan Cairncross (2003) sebanyak 17 riset menemukan bahwa perilaku CTPS mampu menurunkan risiko diare hingga 47%, dan mengurangi risiko kesehatan yang buruk sekitar 48-59%. Penelitian Luby et al (2004), tentang dampak promosi cuci tangan pada anak-anak Pakistan di lingkungan yang berisiko tinggi diare menemukan bahwa insiden diare 53% lebih rendah terjadi pada anak-anak usia <15 tahun yang mendapat edukasi CTPS. Lama hari balita mengalami sakit diare, juga lebih singkat (39%) pada balita yang di rumahnya pernah mendapatkan penyuluhan CTPS. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rompas dkk (2013) menunjukkan bahwa 93,2% anak SD di Kecamatan Tareran, Minahasa Selatan yang terbiasa melakukan CTPS cenderung 81,4% tidak menderita diare. Penelitian Utomo (2012), di Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Jateng, menunjukkan semakin baik perilaku CTPS siswa SD, semakin kecil insiden diare yang dialaminya. Sejumlah 64,2% siswa yang melakukan CTPS dengan baik tidak mengalami diare, sementara 81,1% siswa yang kurang melakukan CTPS mengalami diare. Dari penelitian yang dilakukan di luar dan dalam negeri menunjukkan perilaku cuci tangan memakai air bersih dan sabun dapat mengurangi risiko diare dan tertular penyakit lainnya. Meskipun promosi CTPS sudah sering dilakukan, namun perilaku masyarakat belum banyak mengalami perubahan. Di Bojonegoro,
12 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
perilaku hidup bersih dan sehat pada rumah tangga belum dilakukan sepenuhnya, meski terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2010, rumah tangga yang telah melakukan PHBS adalah 40,77%, tahun 2011 naik menjadi 42,85% dan tahun 2012 meningkat menjadi 43,39% (Dinkes Jatim, 2012). Sedangkan proporsi penduduk Jatim yang sudah mencuci tangan dengan benar (Riskesdas, 2013) hanya 48,1%, di atas angka nasional yang hanya 47,2%. Hal ini berarti, kurang dari setengah jumlah penduduk di Jawa Timur, termasuk di Bojonegoro, yang telah melakukan CTPS dalam kehidupan sehariharinya, dan di kondisi normal. Hal serupa, bahkan lebih rendah lagi proporsinya pada saat bencana banjir. Selain itu upaya promosi-edukasi tentang bahaya penyakit akibat banjir dan bagaimana cara mencegahnya masih belum maksimal. Bahkan, di dalam rencana kontijensi penanggulangan bencana banjir tahun 2013, Pemkab Bojonegoro belum merencanakan upaya promotif perilaku hidup sehat sebagai bentuk kesiapsiagaan bencana. Peneliti melakukan tiga tahap penelitian yang kontinyu. Tahap pertama, mengumpulkan dan menggali data kualitatif untuk menganalisis situasi dan perilaku warga di sepanjang DAS dalam menghadapi banjir, sehingga diperoleh hipotesis model. Tahap kedua, peneliti menguji hipotesis model yang akan dipadukan dengan teori integrated behavioral model (IBM), dengan penekanan pada niatan masyarakat melakukan perilaku (intention to perform the behavior) CTPS dan PAB saat banjir. Setelah diketahui variabel terkuat yang mempengaruhi perilaku, peneliti masuk tahap ketiga, menyusun strategi mempromosikan CTPS dan PAB, dengan model pemasaran sosial (social marketing).
13 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Produk yang ditawarkan adalah perilaku mencuci tangan pakai sabun dan menggunakan air bersih saat banjir. Pemasaran sosial CTPS dan PAB perlu dilakukan, meski tidak dalam kondisi banjir. Sebab, lokasi dan masyarakat yang disasar adalah di daerah rawan banjir. Pemasaran sosial mengajak warga mengubah perilaku hidup sehatnya, sebagai salah satu upaya dini kesiapsiagaan mencegah sakit akibat banjir. Strategi ini merupakan bagian dari promosi kesehatan yang tertuang di Ottawa Charter (1986) yaitu memampukan masyarakat meningkatkan status kesehatannya. Menurut Andreasen (Glanz, 2008), pemasaran sosial adalah aplikasi teknik pemasaran dalam menganalisis, merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi program yang dirancang untuk mempengaruhi perilaku sukarela dari khalayak yang ditarget. Sasaran pemasaran sosial yang disusun adalah untuk mengubah dan meningkatkan perilaku CTPS dan PAB masyarakat yang tinggal di sepanjang DAS Bengawan Solo Bojonegoro, terutama saat banjir/pascabanjir. Dampak yang diharapkan adalah mencegah penularan penyakit diare dan kulit saat banjir, sehingga status kesehatan masyarakat di daerah rawan banjir tetap terjaga dan meningkat. Dampak jangka panjangnya, diharapkan perilaku CTPS dan PAB berlanjut pada kehidupan sehari-hari. Sehingga, perilaku CTPS warga Bojonegoro meningkat dari 65% menjadi di atas 75% secara bertahap selama lima tahun. Bahkan, tanpa disadari masyarakat melakukan upaya kesiapsiagaan bencana banjir di level individu dan rumah tangga. Lebih lanjut, hasil penelitian dapat menjadi dasar kebijakan penanggulangan bencana berbasis pada kesehatan masyarakat.
14 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1.3 RUMUSAN MASALAH Bagaimana strategi pemasaran sosial CTPS dan PAB untuk meningkatkan perilaku CTPS dan PAB pada masyarakat di sepanjang DAS Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro saat menghadapi banjir agar risiko penularan penyakit diare dan kulit menjadi lebih kecil.
1.4 TUJUAN PENELITIAN 1.4.1. Tujuan Umum Menganalisis dan mengembangkan strategi pemasaran sosial CTPS dan PAB pada masyarakat di sepanjang DAS Bengawan Solo Bojonegoro untuk meningkatkan perilaku CTPS dan PAB saat terjadi banjir agar risiko penularan penyakit diare dan kulit menjadi lebih kecil.
1.4.2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik masyarakat di sepanjang DAS Bengawan Solo Bojonegoro dalam menyikapi banjir yang terkait dengan perilaku CTPS dan PAB. b. Menganalisis pengetahuan, keterampilan, dan penyuluhan tentang CTPS dan PAB yang mempengaruhi perilaku CTPS dan PAB masyarakat di sepanjang DAS Bengawan Solo Bojonegoro saat banjir. c. Menganalisis persepsi masyarakat di sepanjang DAS Bengawan Solo Bojonegoro tentang risiko banjir dan keparahan penyakit akibat banjir yang terkait dengan perilaku CTPS dan PAB.
15 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
d. Menganalisis manfaat CTPS dan PAB yang dirasakan oleh masyarakat di sepanjang DAS Bengawan Solo Bojonegoro pada saat banjir. e. Menganalisis tingkat kesulitan dan kemampuan diri pada masyarakat di sepanjang DAS Bengawan Solo Bojonegoro melakukan perilaku CTPS dan PAB pada saat banjir. f. Menganalisis keterbatasan air bersih, sabun, dan intensitas banjir yang mempengaruhi perilaku CTPS dan PAB masyarakat di sepanjang DAS Bengawan Solo Bojonegoro pada saat banjir. g. Menganalisis kebiasaan masyarakat di sepanjang DAS Bengawan Solo Bojonegoro saat banjir yang mempengaruhi perilaku CTPS dan PAB pada saat banjir. h. Mengembangkan dan merekomendasikan model strategi pemasaran sosial CTPS dan PAB untuk meningkatkan perilaku CTPS dan PAB saat banjir guna mengurangi morbiditas penyakit akibat banjir pada masyarakat di sepanjang DAS Bengawan Solo Bojonegoro.
1.5 MANFAAT PENELITIAN 1.5.1. Bagi Peneliti a. Memperoleh kemampuan, dan pengalaman praktis yang dibutuhkan oleh seorang Magister Kesehatan Masyarakat di minat studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku dengan menggunakan model pemasaran sosial.
16 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
b. Mengetahui faktor-faktor penyebab hingga alternatif solusi yang tepat untuk menjawab masalah yang terjadi di lokasi penelitian, yang terkait dengan judul penelitian. 1.5.2. Bagi Masyarakat di Lokasi Penelitian a. Mendapatkan informasi lengkap dan analisis mendalam tentang fenomena kesehatan yang terjadi akibat bencana banjir. b. Mendapatkan alternatif solusi mengurangi morbiditas penyakit akibat banjir dengan upaya preventif-promotif melalui pemasaran CTPS dan penggunaan air bersih pada saat banjir. 1.5.3. Bagi Instansi Terkait di Lokasi Penelitian a. Mendapatkan analisis mendalam tentang fenomena kesehatan akibat bencana banjir serta solusi alternatif mengurangi morbiditas penyakit akibat banjir dengan cara pemasaran sosial CTPS dan PAB saat banjir. b. Mengetahui dan mempersiapkan sarana-prasarana yang dibutuhkan agar masyarakat dapat melakukan dan meningkatkan perilaku CTPS dan PAB, khusus saat terjadi banjir. c. Memberikan saran bahwa pentingnya ada kebijakan pemerintah daerah tentang kesehatan (healthy public policy) terkait kesiapsiagaan bencana mengurangi angka morbiditas penyakit akibat banjir yang dimulai dari tingkat individu, masyarakat, sampai pemerintah daerah. 1.5.4. Bagi Akademisi a. Memperkaya kajian dan penelitian tentang promosi kesehatan, dari sudut pandang sosial dan kesehatan.
17 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
b. Memperkaya inovasi dan produk intervensi yang dapat digunakan dalam mengembangkan media promosi kesehatan, dalam hal ini terkait dengan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir yang rutin terjadi. c. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai masukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah diterapkan di berbagai instansi pelayanan kesehatan masyarakat pada level pemerintah maupun swasta.
18 TESIS
Pengembangan Pemasaran Sosial .....
Timbuktu Harthana