ARTIKEL
Judul PEMERTAHANAN TRADISI BUDAYA PETIK LAUT OLEH NELAYAN HINDU DAN ISLAM DI DESA PEKUTATAN, JEMBRANA -BALI
Oleh IDA AYU KOMANG SINTIA DEWI NIM. 1014021050
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014
1
PEMERTAHANAN TRADISI BUDAYA PETIK LAUT OLEH NELAYAN HINDU DAN ISLAM DI DESA PEKUTATAN, JEMBRANA -BALI
Oleh : Ida Ayu Komang Sintia Dewi1, Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum1, Dr. I Wayan Mudana, M.Si2 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] @undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) latar belakang masyarakat Desa Pekutatan tetap mempertahankan tradisi Petik Laut; (2) Proses pelaksanaan tradisi Petik Laut di Desa Pekutatan, (3) Aspek-aspek dari tradisi Petik Laut yang dapat di pakai untuk pengembangan suplemen Sejarah Bahari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) teknik penentuan informan; (2) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi analisis/content atau dokumentasi); (3) teknik analisis data; (4) teknik penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang pemertahanan tradisi Petik Laut di Desa Pekutatan berkaitan erat dengan fungsi dari tradisi yaitu; (a) pemenuhan kebutuhan fisik yaitu: (a) fungsi individu yang berkaitan erat dengan kekuatan rasa aman dan suatu kepuasan diri secara emosional; (b) fungsi sosial berkaitan erat dengan peningkatan solidaritas sosial antara sesama sehingga menumbuhkan rasa integrasi sosial antar masyarakat sehingga dapat bekerja sama dengan baik; (b) pemenuhan kebutuhan psikologis yaitu: () keyakinan atau kepercayaan, hal ini berkaitan erat untuk memohon keselamatan dalam melaut, menghindari diri dari mara bahaya dalam melaut serta rasa takut oleh hal yang bersifat gaib, yang ada di luar kemampuan dan nalar manusia atau alam niskala. Proses pelaksanaan tradisi Petik Laut meliputi : (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan; (3) tahap penutup. Aspek-aspek dari tradisi Petik Laut yang dapat di pakai untuk pengembangan suplemen Sejarah Bahari diantaranya: (1) aspek materi ajar; (2) aspek media pembelajaran. Kata Kunci : Latar belakang, pemertahanan tradisi, Petik Laut sebagai suplemen Sejarah Bahari. ABSTRACT This study aims to determine, (1) the background Pekutatan villagers still maintain the tradition of Petik Laut; (2) The process of implementation of Petik Laut tradition in the village Pekutatan, (3) Aspects of Marine Pick tradition that can be used to supplement the development of Maritime History. This study used a qualitative approach, namely: (1) a technique of determining the informant; (2) data collection techniques (observation, interview, study analysis / content or documentation); (3) data analysis techniques; (4) the techniques of writing. The results showed that the background retention Pick tradition in the Pekutatan Village Sea closely related to the function of tradition; (1) physical needs, namely: (1) the individual functions are strongly associated with strength and a sense of emotional self-satisfaction; (2) social function is closely related to an increase in social solidarity among fellow that foster a sense of social integration among the people so that they can work well together; (2) the fulfillment of psychological needs, namely: (1) belief or trust, it relates closely to invoke the safety at sea, prevent themselves from danger in the sea as well as by the fear of the supernatural, that is beyond the capability and human reasoning or abstract nature. Petik Laut tradition implementation process include: (1) preparation, (2) the implementation phase; (3) closing stages. Aspects of Marine Pick tradition that can be used for the development of Maritime History supplements include: (1) aspects of teaching materials; (2) aspects of learning media. Keywords: Background, retention tradition, Petik Laut Maritime History as a supplement.
2
bukan saja karena dilakukan oleh dua etnis yang berbeda, tetapi yang terpenting dari itu adalah mengapa nelayan yang berbeda etnis ini bisa punya filsafat yang sama untuk melakukan tradisi petik laut, bagaimana proses pelaksanaan ritual dan aspek-aspek yang bisa dijadikan sebagai suplemen dalam pembelajaran budaya bahari.
PENDAHULUAN Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang letaknya sangat unik dan strategis dalam konfigurasi peta bahari dunia. Untaian pulau-pulau yang sambung menyambung dan merentang diantara Benua Asia dan Australia serta melintang di antara Samudra Hindia dan Pasifik. Anugrah potensi kekayaan bahari yang strategis tersebut telah memberikan keuntungan dan kemungkinan bagi Indonesia untuk memanfaatkan aturan konfensi kebaharian internasional, sebagaimana diatur dalam United Nation Convention on the Low of the Sea 1982 ( UNCLOS’82) ( Pramono, 2005 : 1).
Dalam masyarakat Islam, setiap bulan Muharam atau suro dalam penanggalan Jawa, atau tahun baru dalam Islam yaitu setiap setahun sekali bukan hanya petani yang memiliki ritual atau upacara sebagai ucapan rasa syukur, nelayan juga memiliki ritual atau upacara untuk memohon berkah, rezeki, dan keselamatan. Ritual ini bernama “Petik laut”. Tradisi Petik Laut ini dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat nelayan Muslim termasuk di Banjar Dauh Pangkung Desa Pekutatan, Pekutatan Jembrana. Tradisi ini dilakukan dengan melakukan pelarungan sesajen berupa kepala hewan berkaki empat seperti, sapi atau kerbau ke tengah laut.
Secara geografis, Indonesia, sebagai Negara bahari mempunyai luas wilayah yang 0 membentang mulai dari 95 sampai dengan 0 0 0 141 BT dan di antara 60 LU dan 110 LS. Sedangkan luas wilayah perairan laut Indonesia tercatat mencapai kurang lebih 7,9 2 juta km . Posisi Negara kepulauan Indonesia sangat strategis, yaitu berada pada titik persilangan antara jalur lalu lintas dan perdagangan dunia ( antara Samudra Pasifik dan Hindia) ( Pramono, 2005 : 2).
Tujuan diadakannya ritual petik laut ini adalah untuk memohon berkah, rezeki dan keselamatan para nelayan saat melaut, sekaligus sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas hasil laut yang melimpah yang di terima oleh para nelayan.
Bali dengan budaya agrarisnya sudah sudah sangat terkenal dengan subaknya diseluruh dunia. Namun dibalik itu Bali juga menyimpan budaya bahari yang berkaitan dengan adanya penduduk yang tinggal di pantai dan menggantungkan hidupnya di laut. Umat Hindu menyebutnya dengan segara kertih. Terlepas dari itu ketika masuk etnis lain yang juga menggantungkan hidupnya dari laut dan akhirnya mereka hidup dalam komunitas laut yang sama, maka terjadi sinkritisme laut yang dikenal dengan budaya petik laut.
Tradisi petik laut ini juga dilakukan di daerah-daerah lain, daerah yang memiliki tradisi yang serupa dengan tradisi petik laut ini yaitu, Madura, Muncar, Banyuwangi, dan masih banyak daerah yang memiliki upacara semacam ini. Misalnya, artikel yang ditulis oleh Mudana (2009), yang menulis tentang “Modal Sosial dalam Pelestarian Sumber Daya Pantai dan Laut (Suatu Kajian Kritis pada Masyarakat Pesisir Multietnik di Desa Kubutambahan, Bali Utara)”, mengkaji tentang pengembangan sumber daya pantai dan laut sebagai suatu tatanan kosmis yang bersifat sekala niskala yang terbingkai ideologi segara gunung dan Tri Hita Karana. Kemudian, Nurlaili (2009) karya tulisnya yang berjudul “Upacara Nyalamak Laut di Desa Tanjung Luar, Keruak, Lombok Timur, NTB”, menjelaskan bahwa upacara Nyalamak Laut adalah sebuah upacara tradisional masyarakat nelayan, upacara ini sebagai ungkapan rasa syukur dan tanda terimakasih masyarakat nelayan kepada Tuhan atas limpahan berkah dan karunianya, serta dijauhkan dari segala macam mara bahaya berupa penyakit, kecelakaan laut dan lain sebagainya, Andi (2011), yang menulis tentang “Pantai Dreamland : Studi Sejarah
Hal ini tampak dilakukan oleh masyarakat nelayan Pekutatan yang berbeda agama, yaitu agama Hindu dan Muslim. Mayarakat nelayan muslim yang meyakini sebuah tradisi Petik Laut yang dikenal dengan upacara persembahan sesajen pada dewa laut untuk memohon keselamatan dan mengucapkan syukur atas hasil laut yang mereka dapatkan. Sedangkan masyarakat Hindu meyakini sebuah tradisi yang dikenal dengan Upacara Segara Kertih, sebagai ungkapan syukur dan memohon keselamatan dilaut maupun untuk menjaga harmonisasi dengan alam. Segara Kertih akhirnya bisa bersanding dengan ritual Petik Laut oleh nelayan Hindu dan Islam yang ada di Desa Pekutatan. Kondisi yang terjadi di desa nelayan Pekutatan ini menarik untuk dikaji
3
dan Perkembangannya sebagai objek wisata di Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung, Bali (2000-2009)”, yang mengkaji tentang sejarah dan perkembangan Pantai Dreamland sebagai objek wisata dari tahun 2000-2009.
yang dipilih dengan cara system snoball adalah suatu teknik yang semula berjumlah kecil sebagai informan kunci kemudian anggota sampel (responden) mengajak para sahabatnya atau orang yang dianggap tahu untuk dijadikan sampel dan seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak, (Ridwan, 2004: 64 ), (2) teknik pengumpulan data (observasi,wawancara, studi analisis/content atau dokumentasi). Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini yaitu I Gede Silagunada (47 tahun) selaku kepala Desa Pekutatan, dengan Saiful Badri ( 40 tahun) selaku ketua kelompok nelayan, I Made Ariyasa ( 49 tahun) selaku Sekretaris Desa, I Gst. Putu Aryana ( 47 tahun) selaku tokoh masyarakat, dengan I Ketut Suarsa ( 47 Tahun) selaku Kelian Banjar Dauh Pangkung, H. Misrin ( 40 tahun) selaku wakil kelompok nelayan, dan Jero Mangku I Gd. Seraya ( 43 tahun) selaku pemangku pelaksanaan tradisi Petik Laut. (3) teknik analisis data, analisis data merupakan usaha penggalian yang mendalam dengan menganalisis data secara sistematis dan intensif (seiring kalimat demi kalimat) terdapat catatan lapangan, hasil wawancara, atau dokumen. Dalam penelitian ini, peneliti akan melaporkan keadaan objek sesuai dengan apa adanya. (4) teknik penulisan. Penulisan laporan ini menggunakan gaya penulisan berupa pola deduktif dan juga menggunakan pola Induktif. Pendekatan Deduktif adalah suatu pendekatan untuk menggambarkan laporan jika ide pokok atau rekomendasikan dibahas terlebih dahulu, sebelum menjelaskan hal-hal yang rinci, sedangkan pendekatan induktif adalah menggambarkan fakta-fakta yang ada dijelaskan sebelum ide-ide pokok dan rekomendasi dikemukakan. Adapun teknik penulisan yang dipergunakan dalam mengkaji tradisi Petik Laut ialah teknik penulisan dengan pendekatan deduktif yang membahas hal-hal bersifat umum terlebih dahulu dan diakhiri dengan hal yang bersifat khusus membahas keunikan tradisi Petik Laut.
Perbedaan tradisi petik laut di Desa Pekutatan dengan daerah yang lainnya adalah tradisi petik laut di Desa Pekutatan ini dilakukan oleh dua umat yang berbeda agama, yaitu umat yang beragama Hindu dan umat yang beragama Islam. Bisa dikatakan tradisi petik laut yang diadakan di Desa Pekutatan menjadi sarana untuk melakukan komunikasi antar nelayan yang punya keyakinan beragama yang berbeda di Desa Pekutatan. Atas dasar itu penulis tergugah untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Pemertahanan Tradisi Budaya Petik Laut oleh Nelayan Hindu dan Islam di Desa Pekutatan, Jembrana -Bali”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Latar belakang masyarakat Desa Pekutatan tetap mempertahankan tradisi Petik Laut; (2) Proses pelaksanaan tradisi Petik Laut; (3) Aspek-aspek dari tradisi Petik Laut yang dapat di pakai untuk pengembangan suplemen Sejarah Bahari. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman pada rumusan masalah di antaranya : (1) Latar belakang masyarakat tetap mempertahankan tradisi; (2) Proses pelaksanaan tradisi; (3) Tinjuan tentang suplemen pembelajaran sejarah Bahari.
METODE PENELITIAN Metode merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk mengadakan penelitian dalam mencapai suatu tujuan penelitian (Moleong, 2001 : 130). Menurut Sugiyono (2010 : 2) mengatakan bahwa metode penelitian merupakan cara utama yang diperlukan untuk mencapai tujuan misalnya untuk mencapai serangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik dan alat-alat tertentu. Metode penelitian adalah ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah dalam menggali ilmu pengetahuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Pemertahanan Tradisi Petik Laut di Desa Pekutatan Desa Pekutatan merupakan desa yang terletak di Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu. Selain mayoritas masyarakat di desa Pekutatan beragama Hindu, sebagiannya lagi baragama Islam, dan agama Kristen, namun demikian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode penelitian yang bersifat deskritif kualitatif dengan menekankan pada teknik-teknik pendekatan kualitatif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) teknik penentuan informan, penentuan informan dalam penelitian ini, yaitu informan
4
sebagai nelayan, untuk mendapat hasil laut yang melimpah masyarakat sering melakukan acara selamatan laut yang lebih dikenal dengan sebutan “petik laut” yang berarti acara syukuran yang ditujukan ke penguasa laut.
kehidupan bermasyarakat di desa Pekutatan tetap berjalan rukun dan harmonis. Penduduk desa Pekutatan memiliki mata pencaharian sebagai petani atu buruh tani karena di desa Pekutatan tanahnya subur serta masih banyak lahan perkebunan serta lahan untuk bertani. Namun tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat di desa Pekutatan untuk menjadi nelayan karena keadaan geografis desa Pekutatan yang memiliki potensi yaitu langsung berbatasan dengan lautan di sebelah Selatannya, sehingga adat petik laut ini turun temurun dilakukan oleh warga pesisir pantai desa Pekutatan demi kelancaran melaut dan mendapatkan hasil laut yang melimpah.
Adrian B. Lapian (2009: 57-62 ), mengungkapkan tradisi semacam petik laut ini awalnya dilaksanakan oleh suku bajo (bajau). Karena orang bajau (bajo) merupakan pelaut sejati. Sebagian besar hidupnya dihabiskan di lautan, segala kebutuhannya dipenuhi melalui hasil laut. Oleh karena itu suku bajo (bajau) melakukan suatu ritual sebagai ucapan rasa syukur kepada dewa penguasa lautan, agar selalu mendapat berkah serta lindungan disaat melaut. Kemudian berkembang banyak tradisi syukuran yang bertujuan untuk mengucap rasa syukur atas berkah yang diterima. Salah satu seperrti yang dilaksanakan di Desa Pekutatan yang diberi nama tradisi petik laut.
Walupun berasal dari latarbelakang yang berbeda, tidak menutup kemungkinan bagi masyarakatnya untuk menjalin hubungan kemasyarakatan dengan rukun. Seperti dalam pelaksanaan tradisi Petik Laut, walaupun dilaksanakan oleh umat yang berbeda agama namun pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar.
Ernayanti (1999:1-2), menyatakan bahwa acara selamatan laut yang dalam bahasa Bajonya disebut Nyalamak laut (selamatan) atau di desa Pekutatan dikenal dengan “petik laut” adalah sebuah upacara tradisional masyarakat nelayan khususnya, dimana tradisi selamatan laut ini pertama kali dilakukan oleh suku Bajo (Sulawesi Selatan). Kegiatan selamatan laut hingga saat ini masih ditemukan di beberapa daerah Sulawesi, Lombok, Madura, Banyuwangi dan masih banyak lagi daerah yang lainnya termasuk di Desa Pekutatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan I Gede Silagunada (47 tahun) selaku Kepala Desa Pekutatan menyatakan bahwa,tradisi merupakan kebiasaan yang diturunkan oleh nenek moyang yang berupa kumpulan benda material dan gagasan yang diberikan makna khusus dan menjadi bagian dari kehidupan kelompok masyarakat dari suatu negara yang memiliki kebudayaan atau agama yang sama. Berdasarkan hasil wawancara dengan Saiful Badri ( 40 tahun) selaku ketua kelompok nelayan menyatakan bahwa, usaha yang dilakukan masyarakat Desa Pekutatan dalam mempertahankan tradisi petik laut yaitu dengan mewajibkan mengadakan tradisi petik laut ini setiap 1 (satu) tahun sekali. Selain itu dengan mengajak atau mengikut sertakan generasi muda dalam pelaksanaan tradisi petik laut tersebut. Karena dengan mengikut sertakan generasi muda dalam pelaksanaan petik laut para genersai muda dapat mengetahui secara langsung bagaimana prosesi petik laut tersebut dilaksanakan, serta dapat mengetahui makna yang terkandung didalamnya.
Diceritakan juga bahwa tradisi selamatan laut ini dilakukan karena msyarakat pesisir pantai serta nelayan ingin memberikan penghormatan terhadap seorang pelaut dari Sulawesi Selatan yang bernama Punggawa Rattung. Punggawa Rattung merupakan keturunan dari raja-raja Goa, yaitu dari garis keturunan Marakdia Palarangan, orang yang dihormati dan disegani. Punggawa Rattung adalah seorang pelaut yang hidupnya lebih banyak dilaut, hingga matinya di laut juga (Nurlaili, 2009:44-46). Sehingga dapat dikatakan tradisi merupakan kebiasaan dan dianggap sebagai suatu keyakinan yang di ikat oleh waktu sehingga kegiatan menjadi sacral. Tradisi petik laut ini tetap dipertahankan, karena untuk memohon keselamatan bagi para nelayan saat melaut agar terhindar dari marabahaya serta kecelakaan saat melaut. Untuk memohon agar hasil laut tetap melimpah serta tetap lestari. Masyarakat
Acara selamatan laut ini merupakan ritual masyarakat nelayan yang hampir dijumpai diseluruh tanah air Indonesia. Salah satunya adalah di Desa Pekutatan Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana. Daerah ini merupakan daerah pesisir pantai yang masyarakatnya memiliki mata pencaharian
5
dalam pemertahanan tradisi Petik Laut di Desa Pekutatan tentunya adalah persembahan sesajen pada dewa laut untuk memohon keselamatan dan mengucapkan rasa syukur atas hasil laut yang mereka dapatkan. Fungsi individu dalam sebuah tradisi akan memberikan suatu kepuasan diri secara emosional, serta dapat menumbuhkan rasa pekercayaan diri yang basar, sehingga individu yang melakukan suatu ritual akan merasa lebih aman dan nyaman dibandingkan tidak melakukan ritual upacara tertentu.
percaya apabila tradisi petik laut ini tidak dilaksanakan maka hasil tangkapan nelayan akan berkurang serta para nelayan akan terkena musibah saat melakukan kegiatan melaut. Ada beberapa alasan yang mendorong di lestarikannya dan dipertahankannya suatu tradisi oleh masyarakat. Seperti tradisi petik laut yang dilakukan oleh masyarakat Desa Pekutatan, karena tradisi tersebut merupakan suatu wadah, sarana atau tempat para nelayan atau warga pesisir pantai berkumpul dan bersilaturahmi, walaupun agamanya berbeda. Maka dari itu tradisi petik laut di Desa Pekutatan wajib untuk dilaksanakan setiap tahunnya.
Berdasarkan wawancara ( 30 Juni 2014) dengan I Gede Silagunada selaku kepala Desa Pekutatan menyatakan bahwa , tradisi petik laut ini dilaksanakan di Desa Pekutatan, bertujuan sebagai perwujudan rasa syukur nelayan, serta masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai kepada Tuhan sebagai Dewa penguasa lautan, atas berbagai limpahan hasil laut, rejeki bagi nelayan, dan memohon keselamatan bagi para nelayan dan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Selain itu prosesi petik laut ini dapat memberikan dampak yang positif bagi perkembangan keharmonisan hubungan antara umat yang beragama Islam dan umat yang beragama Hindu.
Selain itu generasi muda sebagai generasi penerus minatnya dalam meneruskan atau melanjutkan tradisi-tradisi yang telah turun temurun semakin berkurang, karena tradisi yang telah dilaksanakan secara turun temurun ini dianggap sudah kuno. Ketika nilai-nilai yang terkadung dalam budaya tradisional ini hilang dan tidak lagi dimengerti oleh generasi muda maka hilanglah jati diri suatu bangsa. Maka dari itu sangat penting bagi masyarakat terutama generasi muda untuk tetap mempertahankan tradisi-tradisi yang telah ada sehingga dapat terus berlanjut sampai ke anak cucu di masa yang akan datang.
Berdasarkan hasil wawancara H. Adriman (50 tahun) selaku tokoh masyarakat Muslim menyatakan bahwa, dengan melaksanakan tradisi Petik Laut berarti telah mendapatkan makna perwujudan rasa syukur serta rasa kebersamaan antar umat beragama, karena dengan melaksanakan tradisi Petik Laut ini, Tuhan telah memberikan rejeki bagi nelayan, serta selamat dalam melaut dan terhindar dari hal- hal negatif yang tidak diinginkan sehingga dapat memberikan rasa aman dalam melaut.
Dengan menanamkan arti penting dari pelaksanaan tradisi petik laut, diharapkan generasi muda akan memiliki kesadaran serta semangat dalam mempertahankan tradisi petik laut tersebut. Selain itu masyarakat pesisir serta nelayan memiliki kepercayaan apabila tradisi petik laut ini tidak dilaksanakan maka masyarakat pesisir akan terserang wabah penyakit, akan terjadi kecelakaan laut bagi nelayan dan hasil tangkapan ikan nelayan akan sedikit. Hal ini terbukti setelah diadakannya tradisi petik laut ini hasil tangkapan ikan nelayan akan bertambah serta kehidupan masyarakat menjadi tentram dan damai.
Selain mengungkapkan rasa syukur, tradisi petik laut yang diadakan di Desa Pekutatan menjadi sarana untuk melakukan komunikasi antar umat beragama di Desa Pekutatan. Dengan adanya tradisi petik laut ini kehidupan antar umat beragama memiliki rasa saling menghargai dan saling menghormati. Sehingga kehidupan antar umat di Desa Pekutatan terjalin selaras dan harmonis.
1. Pemenuhan Kebutuhan Fisik a. Fungsi Individu
b. Fungsi Sosial
Tradisi merupakan suatu institusi kegiatan budaya yang dianggap manakala memiliki fungsi dan andil bagi masyarakat itu sendiri baik fungsi individu, sosial yang dapat mengurangi kecemasan dalam menghadapi hal-hal yang tak dipahami. Fungsi individu
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, manusia juga tidak bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup ditengah-
6
tengah manusia lainnya. Manusia dalam hidupnya selalu diliputi oleh kebutuhan yang bersifat jasmani dan rohani.
dapat memperkuat adanya solidaritas manusia ( Suranto Aw, 2010 : 103).
Berdasarkan hasil wawancara dengan I Ketut Suarsa ( 47 Tahun) selaku Kelian Banjar Dauh Pangkung ( wawancara tanggal 1 Juli 2014), diyatakan bahwa, pelaksanaan Tradisi Petik Laut dikatakan dapat meningkatkan solidaritas sosial, hal ini dikarenakan dari pelaksanaan upacara keagamaan dapat tercapai keharmonisan antara manusia dengan sesamanya dan sebagai sarana interaksi sosial secara terus menerus hingga munumbuhkan integrasi sosial atau solidaritas sosial, sebab setiap ritual keagamaan akan melekat pada seluruh atau bagian dari anggota masyarakat yang dapat bekerja sama dengan baik.
2 Pemenuhan Kebutahan Psikologis Keyakinan atau Kepercayaan Keyakinan masyarakat Desa Pekutatan, menjadi salah satu faktor terpenting bagi bertahannya tradisi Petik Laut. Masyarakat Desa Pekutatan tidak berani mengubah atau memotong setiap bagian dari tradisi tersebut. Pada dasarnya suatu tradisi yang dilaksanakan oleh umat manusia tentunya didasari oleh kepercayaan atau keyakinan masyarakat setempat yang melaksanakan tradisi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan I Made Ariyasa ( 49 Tahun) ( wawancara 1 Juli 2014) menyatakan bahwa, pelaksanaan tradisi Petik Laut merupakan tradisi yang dilakukan oleh dua umat beragama, yaitu agama Hindu dan agama Islam. Dengan adanya kegiatan yang dilakukan bersama oleh masyarakat yang berbeda keyakinan maka akan menumbuhkan rasa kebersamaan serta menembuhkan rasa kepercayaan dan rasa saling memiliki antar umat beragama. Apabila rasa kepercayaan dan rasa saling memiliki antar umat telah tumbuh, maka kemungkinan terjadinya konflik antar umat tersebut sangatlah kecil yang dapat mengantarkan ketentraman dan keharmonisan dalam hidup bermasyarakatpun akan tercipta”.
Dengan adanya tradisi Petik Laut akan mengikar didalam masyarakat itu sendiri dalam menjaga dan melestarikan tradisi Petik Laut ini dan menjadi salah satu cara untuk menjaga solidaritas sosial dalam berkeluarga maupaun solidaritas dalam bermasyarakat sehingga bisa bekerja sama untuk melaksanakan tradisi Petik Laiut. Tradisi Petik Laut ini telah menjadi kewajiban masyarakat Desa Pekutatan dalam hal memohon keselamatan dilaut maupun didarat agar terhindar dari hal- hal yang tidak baik. Terkait dengan adanya solidaritas sosial dalam setiap upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam setiap tradisi, khusunya tradisi Petik Laut yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Pekutatan, hal ini sejalan dengan pendapat Durkheim (1968 ) yang menyatakan bahwa solidaritas sosial menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang berdasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas sosial menurutnya adalah solidaritas sosial yang didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” (collective consciousness) bersama yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan pada warga masyarakat yang sama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Misrin ( 40 tahun) selaku wakil kelompok nelayan menyatakan bahwa, jika tradisi Petik Laut tidak dilaksanakan oleh para nelayan, maka akan terjadi suatu kendala dalam melaut dan akan sering terjadi konflik antar umat beragama. Tradisi Petik laut jika dilaksanakan akan membawa rejeki dalam menangkap ikan dan terhindar dari konflik orang-orang pesisir antar umat beragama. Dapat disimpulkan dari wawancara diatas Tradisi petik laut merupakan salah satu wadah atau sarana bagi masyarakat serta Pemerintah dalam melakukan komunikasi, sehingga segala tujuan dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis dapat tercapai. Maksudnya adalah tradisi petik laut ini tidak hanya mewadahi komunikasi antar masyarakat, namun juga mewadahi komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah.
Yang ikatan utamanya adalah kepercayaan bersama, cita-cita, dan komitmen moral. Terkait dengan hal tersebut bawasannya solidaritas sosial sangat berpengaruh dalam tradisi yang mengasumsikan bahwa masyarakat selalu terikat satu dengan yang lain, untuk melihat fungsi agama dan kepercayaan dalam masyarakat yang seimbang tersebut sehingga
7
dikatakan pantai Pangkung Jukung karena pantai tersebut tanpa karang, serta tempatnya yang landai. Sehingga sangat strategis untuk dijadikan sebagai tempat berlabuhnya perahu atau jukung. Menurut I Ketut Suarsa, selaku tokoh masyarakat di desa Pekutatan. Petik laut merupakan rangkaian kegiatan upacara yang dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai khususnya masyarakat nelayan yang terorganisir dalam kelompok nelayan. Dalam pelaksanaannya kegiatan ini tidak memandang agama, suku, dan ras. Pelaksanaan tradisi petik laut ini bertujuan untuk memohon keselamatan dan rejeki bagi para nelayan, serta sebagai rasa syukur yang ditujukan kepada dewa lautan oleh nelayan dan masyarakat pesisir pantai atas berkah dan hasil yang diambil atau diperoleh dari pantai.
Dengan adanya keyakinan atau kepercayaan yang terjalin antar kedua umat di Desa Pekutatan, dapat meminimalisir terjadinya kesenjangan sosial seperti konflik antar umat beragama. Selain itu kepercayaan dan rasa kebersamaan sangat berpengaruh dalam menjalin kerukunan antar umat beragama. Sebaiknya untuk mencegah terjadinya konflik antar umat beragama di setiap daerah, perlu diadakan suatu kegiatan yang bermanfaat serta dapat memberikan dampak postif bagi perkembangan kehidupan beragama. . Proses Pelaksanaan Tradisi Petik Laut Tradisi petik laut merupakan suatu kegiatan agama yang dilakukan oleh para nelayan ataupun penduduk di pesisir pantai secara turun temurun, dengan tujuan untuk memohon berkah, rejeki dan keselamatan, sekaligus ungkapan terimakasih kepada Tuhan atas hasil tangkapan laut yang melimpah, dalam manifestasinya sebagai dewa lautan. Tradisi petik laut ini dilaksanakan setiap bulan muharam atau bulan suro dalam penanggalan Jawa atau tahun baru dalam Agama Islam, dengan cara membuang sesajen ke tengah laut yang dilakukan oleh pemuka agama dengan menggunakan perahu.
Tradisi petik laut juga memegang peranan penting dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di desa Pekutatan, karena di Desa Pekutatan khususnya banjar Dauh Pangkung terdapat 2 (dua) umat yang berbeda Agama. Dengan adanya Upacara petik laut dijadikan sebagai ajang silaturahmi dalam menjalin hubungan yang harmonis antar umat beragama. Maka dari itu tradisi petik laut wajib dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali oleh kelompok nelayan utamanya. Berdasarkan hasil wawawancara Saiful Badria (40 tahun) selaku ketua kelompok nelayan Desa Pekutatan ditambahkan bahwa, mengenai tradisi petik laut tersebut. Petik laut dilaksanakan oleh kelompok nelayan “Sumber Sari Karya” desa Pekutatan beserta masyarakat pesisir, petik laut ini merupakan rangkaian tasyakuran (ucapan rasa syukur) kelompok nelayan serta masyarakat pesisir pantai.
Prosesi petik laut di Desa Pekutatan bertempat di pesisir pantai Pangkung Jukung Banajar Dauh Pangkung Desa Pekutatan Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana. Tradisi petik laut ini dilaksanakan di Desa Pekutatan bertujuan sebagai perwujudan rasa syukur nelayan, serta masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai kepada Tuhan sebagai Dewa penguasa lautan, atas berbagai limpahan hasil laut, rejeki bagi nelayan, dan memohon keselamatan bagi para nelayan dan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai.
Anggota kelompok Nelayan di Desa Pekutatan terdiri dari dua umat yang berbeda Agama yaitu umat yang beragama Hindu dan Umat yang beragama Islam, sehingga dengan pelaksanaan upacara petik laut ini merupakan salah satu kegiatan yang dapat menjaga keharmonisan kehidupan bermasyarakat antar umat beragama tersebut. Adapun tahap prosesi petik laut ini yaitu : (1) tahap persiapan, dimana tahap ini mempersiapkan sarana dan prasana yang diperlukan nantinya dalam pelaksanaan petik laut tersebut. Dihari pertama ini dilakukan penyembelihan hewan yang berkaki empat seperti, sapi ataupun kerbau, dimana para istri nelayan mempersiapkan hidangan untuk acara makan bersama setelah acara persiapannya selesai. Selain itu juga dilaksanakan doa bersama
Berdasarkan hasil wawancara dengan H. Adriman (50 tahun) selaku tokoh masyarakat di Desa Pekutatan, dikatakan , sebagian besar masyarakat di pesisir pantai desa Pekutatan adalah berprofesi sebagai nelayan, maka tradisi petik laut ini dilaksanakan di Desa Pekutatan. Selain itu, karena adanya sarana pendukung untuk melakukan tradisi tersebut, salah satunya seperti adanya tempat untuk kapal berlabuh yang terletak di pantai Pekutatan yang diberi nama pantai Pangkung Jukung”. sebelah
Pantai Pangkung Jukung terletak di Barat Daya Desa Pekuatatan,
8
dengan tujuan untuk memohon kelancaran prosesi petik laut yang akan dilaksanakan keesokan harinya. Acara doa besama ini dihadiri oleh bapak Bupati, bapak Camat, perangkat Desa serta masyarakat Desa Pekutatan terutama masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. (2) tahap pelaksanaan, tahap ini merupakan inti dari pelaksanaan tradisi petik laut, karena dihari kedua inilah dilaksanakan pelarungan sesaji yang berupa kepala hewan berkaki empat, seperti kepala sapi ataupun kepala kerbau ketengah laut dengan menggunakan iringiringan perahu atau jukung. Tradisi Petik Laut ini dilaksanakan pagi hari setelah matahari terbit sekitar jam 07.30 Wita, masyarakat berkumpul di pesisir pantai Desa Pekutatan yaitu pantai pangkung jukung untuk mempersiapkan segala sesuatu yang akan dipergunakan dalam prosesi petik laut serta kepala hewan yang akan dilarung ketengah laut. Pelarungan sesaji ini dilaksanakan secara bersama-sama oleh kedua umat yang ada di desa Pekutatan. Dengan diwakili oleh masing-masing tokoh masyarakat. (3) tahap penutup, dalam kegiatan penutup ini masyarakat melakukan kegiatan syukuran dengan memanjatkan doa bersama, serta acara makan bersama, karena prosesi petik laut sudah berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti.
moyang, makhluk halus dan dunia gaib. Ritual yang dilaksanakan secara turun temurun akan melahirkan tradisi dalam kehidupan manusia. Secara umum tradisi merupakan segala sesuatu yang disakralkan dan diwariskan dari masa lalu hingga masa kini. Secara sederhana, tradisi dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah disakralkan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suati negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, tanpa adanya hal ini tradisi dapat punah. Salah satunya tradisi yang berada di Desa Pekutatan yaitu Tradisi Petik Laut yang dilakukan secara bersamasama oleh umat yang berbeda agama. Secara umum tradisi merupakan segala sesuatu yang disakralkan dan diwariskan dari masa lalu hingga masa kini. Secara sederhana, tradisi dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah disakralkan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suati negara, kebudayaan, waktu atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, tanpa adanya hal ini tradisi dapat punah. Salah satunya tradisi yang berada di Desa Pekutatan yaitu Tradisi Petik Laut yang dilakukan secara bersama-sama oleh umat yang berbeda agama.
Aspek-Aspek Dari Tradisi Petik Laut Yang Dapat Di Pakai Untuk Pengembangan Suplement Sejarah Bahari Manusia adalah makhluk yang berbudaya, karena perilakunya sebagian besar dikendalikan oleh budi dan akalnya. Dengan akalnya, manusia menghasilkan berbagai alat dan cara untuk mepertahankan hidup serta menyesuaikan diri dengan lingkungan hdiupnya. Segala alat dan cara yang lahir atas akal manusia itu disebut kebudayaan. Manusia menyadari keterbatasan dirinya serta adanya kekuatan di luar dirinya (supranatural). Kesadaran ini melahirkan usaha-usaha untuk mendekatkan diri pada Tuhan serta upaya menghindari kekuatan yang sifatnya negatif sehingga terciptalah upaya memberikan sesaji atau upacara yang berkaitan dengan keagamaan. Hal inilah yang melahirkan ritual dalam kehidupan beragama. Ritual merupakan sesuatu yang berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktian terhadap Tuhan dan alam yang bertujuan untuk berkomunikasi dengan para dewa, roh nenek
Tradisi Petik Laut merupakan suatu kegiatan agama yang dilakukan oleh para nelayan ataupun penduduk di pesisir pantai secara turun temurun, dengan tujuan untuk memohon berkah, rejeki dan keselamatan, sekaligus ungkapan terimakasih kepada Tuhan atas hasil tangkapan laut yang melimpah, dalam manifestasinya sebagai dewa lautan. Dari pengertian tradisi tersebut terdapat aspek-aspek yang dapat dipakai untuk pengembangan suplemen Sejarah Bahari. Aspek Materi Ajar Istilah “ Bahari ” merupakan sinonim dari pengertian “Purbakala” atau dahulukala. Hal demikian menunjukan betapa erat pengertian bahari dihubungkan dengan dahulukala sehingga seolah-olah sudah dianggap sebagai satu sinonim. Oleh sebab itu sejarah adalah disiplin yang mempelajari
9
masa bahari ( masa lampau) hendaknya juga memperhatikan masa bahari ( masa maritime) ( Adrian B. Lapian, 2009:2). Dalam pembelajaran Sejarah Bahari hal yang dibicarakan yaitu dimana intinya dapat memahami tentang konsep sejarah bahari, orang laut, bajak laut,dan raja laut. Selain itu juga mempelajari tentang perkembangan sejarah kelautan dari masa ke masa yang sangat menarik untuk dikaji.
Adapun sistem sosial merupakan wadah bagi pengamalan sistem nilai budaya dan penerapan sistem alat atau peralatan dari gambaran dan ilustrasi unsur-unsur budaya nelayan dan pelayar dapat diramu dan diseleksi berbagai unsur nilai budaya bahari yang dianggap potensial untuk direvitalisasi dan dikembangkan kedepan sebagai landasan pembangunan budaya bahari di Indonesia pada segala unsur atau aspeknya.
Dari sekian suku bangsa yang berada di Nusantara, beberapa diantaranya masih masih bertahan hidup sampai sekarang. Sebagian ada yang hidup di daerah pedalaman, namun ada pula yang hidup di pulau-pulau kecil dalam wilayah perairan Nusantara. Kehidupan suku bangsa tersebut masih akrab dengan kekuatan magis dan gaib. Seperti yang ada di Desa Pekutatan yang masyarakatnya masih mempertahankan budaya bahari yaitu salah satunya Tradisi Petik Laut yang dilakukan oleh dua umat beragama yaitu agama Hindu dan agama Islam. Masyarakat Islam yang berada di Desa Pekutatan termasuk suku Bugis.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya budaya bahari untuk dijunjung tinggi keberadaannya oleh bangsa lain, dengan penuh penghormatan terhadap tradisi, adat istiadat, serta budaya masyarakat setempat. Dari tradisi yang sudah mengental dalam masyarakat memang sulit untuk dirubah, bahkan dihilangkan. Tradisi bagi mereka adalah ibarat sebuah kewajiban dan sebuah keyakinan, dan keyakinan yang sudah matang sudah mengental dan menjadi watak dalam diri sebuah masyarakat. Tradisi tahunan Petik Laut juga merupakan tradisi yang wajib bagi masyarakat nelayan Desa Pekutatan, mereka berkeyakinan jika tradisi tersebut tidak dilaksanakan maka akan membawa dampak yang tidak baik, alam akan marah dan para nelayan tidak akan mendapatkan hasil laut.
Dalam sistem budaya bahari terdiri dari unsur-unsur sistem seperti; pengetahuan, gagasan, keyakinan atau kepercayaan, nilai, dan norma atau aturan dan pengenalan lingkungan sosialnya berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya dan jasa - jasa laut. Unsur - unsur sistem tersebut menjadi regulator masyarakat bahari dan dilain pihak, masyarakat bahari mendukung dan memberikan energi kepada budaya bahari. Keterhubungan antara informasi budaya bahari dan penguatan energi dalam sistem social masyarakat, akan menyebabkan masyarakat bahari di satu pihak membentuk kepribadian, watak atau jiwa bahari individu angggota-anggotanya dan dilain pihak, individu anggota masyarakat bahari mendukung dan memberikan energi kepada masyarakat bahari.
Maka dari itu sebuah Tradisi harus di jaga walaupun masa sekarang sudah memasuki masa modern, selain menjaganya kita harus juga melestarikan sebagai sumber wisata untuk memajukan Desa Pekutatan Kabupaten Jembrana sendiri agar terkenal dengan tradisi yang unik. Sehingga dalam pembelajar sejarah bahari perlu sekiranya untuk membahas tentang budaya masyarakat bahari untuk dijadikan suplemen pembelajarn sejarah bahari. Tidak hanya saja membahas tentang orang laut, atau bajak laut, tetapi tentang budaya bahari sangat perlu di kaji. Adapun nilai-nilai yang dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan tradisi petik laut yaitu, nilai religious, nilai estetika, dan nilai sosialbudaya.
Setiap unsur kebudayaan terdiri dari tiga tingkatan wujud atau rupa, yakni sistem budaya (gagasan, pengetahuan, nilai, keyakinan, norma, moral, perasaan, intuisi, dan lain-lain), sistem social (tindakan dan kehidupan kolektif), dan sistem alat peralatan atau teknologi. Sistem budaya yang terkristalisasi menjadi sistim nilai budaya merupakan pedoman atau acuan bagi sistem social dan sistem alat peralatan, sebaliknya sistem alat peralatan dan system sosial menjadi prasyarat atau penentu terhadap system budaya.
Aspek Media Sosial Media pembelajaran adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar. Sesuatu apa pun yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perhatian, perasaan, dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar tersebut sehingga dapat mendorong terjadinya
10
proses belajar atau kegiatan pembelajaran. Dilihat dari pengertian aspek media pembelajaran di atas, Tradisi Petik Lauk dapat dipakai sebagai suplement pembelajaran Sejarah Bahari seperti : aspek social ekonomi,dan budaya, dimana kehidupan laut kini telah banyak ditinggalkan, karena dianggap tidak prospekif. Karena itu para pelaut terpaksa mencari nafkah di darat. Demikian pula dengan nasib para pengerajin kapal, akibatnya budaya bahari yang dimiliki oleh beberapa etnis Nusantara sebagian besar telah punah. Hanya penduduk yang secara turun-temurun bermata penvaharian menangkap ikan yang tetap setia pada profesinya, meskipun harus menerima kenyataan hidup dalam kemiskinan.
masyarakat menyatakan bahwa, dengan terlaksanakannya tradisi Petik Laut, telah mengubah kehidupan ekonomi masyarakat Banjar Dauh Pangkung, seperti bertambahnya hasil tangkapan ikan dilaut, dan tidak hanya warga di Banjar Dauh Pangkung melaksanakan tradisi Petik Laut tersebut tetapi juga masyarakat Banjar Pasar ikut berparti sipasi dalam melaksanakan tradisi Petik Laut.
Sebagai pengemban kepercayaan masyarakat Pekutatan perlu memprioritaskan unggulan dan andalan produk kelautan Desa Pekutatan yang langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat itu sendiri dengan memprioritaskan kesejahtraan nelayan demi ketentraman antar umat beragama. Bedasrkan hasil wawancara H. Misrin ( 40 tahun ) selaku wakil kelompok nelayan menyatakan bahwa, bila kita ingat sebutan Jawadwipa atau Swarnadwipa, bukankah hal itu membuktikan bahwa mantra darat jika dikelola dengan benar akan member manfaat yang luar biyasa bagi masyarakat. Ini juga mengingatkan kita, yang hidup pada hari ini, bahwa kemajuan hasil pembangunan ala Orde Baru telah cukup bermanfaat untuk kehidupan rakyat. Sayangnya hasil-hasil itu kurang dikelola dan dimanfaatkan dengan cerdas.
Jadi jika ditinjau dari aspek social, ekonomi, dan budaya masyarakat Banjar Dauh Pangkung tetap melaksanakan tradisi Petik Laut, demi kelangsungan hidup ekonomi dan terjalinnya interaksi dan komunikasi antar umat beragama serta terciptanya budaya yang bias menambuh kembangkan kesadaran masyarakat yang berada di pesisir laut. Sehingga tradisi Petik Laut dapat dijadikan pembelajaran Sejarah Bahari yang berkaitan dengan indikator yaitu salah satunya mendeskripsikan budaya masyarakat bahari.
Sebagai pengemban kepercayaan masyarakat Pekutatan perlu memprioritaskan unggulan dan andalan produk kelautan Desa Pekutatan yang langsung dapat dimanfaatkan oleh masyarakat itu sendiri dengan memprioritaskan kesejahtraan nelayan demi ketentraman antar umat beragama.
Dengan pemanfaatan tradisi Petik Laut di Desa Pekutatan sebagai supplement Sejarah Bahari diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terutama nelayan tentang pentingnya melestarikan tradisi yang berkaitan dengan laut. Selain itu, juga menumbuhkan kebanggaan sebagai seorang nelayan maupun masyarakat yang ada di Desa Pekutatan maupun diluar Desa Pekutatan juga akan terbuka wawasan dan kesadarannya untuk merasa memiliki suatu tradisi yang ternyata mengandung nilai historis yaitu tradisi Petik Laut.
Kesulitan yang dihadapi oleh para nelayan dalam urusan kelautan di Desa Pekutatan disebabkan karena belum adanya undang-undang kelautan yang berpayung kepada satu wawasan dan kebijakan yang mampu memandu serta memberikan ramburambu bagi pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, serta pengelolaan hasil laut. Kondisi ini memicu para nelayan Pekutatan mengambil tindakan dalam bentuk kepercayaan yang berupa tradisi-tradisi yang mengingatkan kepada nenek moyang.
PENUTUP Simpulan dari penelitian ini dipaparkan sebagai berikut. Tradisi merupakan kebiasaan dan dianggap sebagai suatu keyakinan yang diikat oleh waktu sehingga kegiatan menjadi sakral. Tradisi akan bertahan apa bila dianggap memiliki fungsi dan andil bagi masyarakat itu sendiri. Begitu pula dengan tradisi Petik Laut di Desa Pekutatan masih dipertahankan dan dilestarikan karena memiliki fungsi dan andil bagi masyarakat seperti halnya fungsi pemenuhan kebutuhan fisik yang didalamnya
Dengan mencermati budaya masyarakat Pekutatan perjalanan sejarhnya tentang Petik Laut yang ada di Banjar Dauh Pangkung mengalami perkembangan yang telah mengubah kehidupan masyrakat. Biasanya dengan diatakannya tradisi Petik Laut ini akan menambah hasil tangkapan ikan nelayan, dan akan menghindari segala musibah yang akan terjadi di lautan. Berdasarkan hasil wawancara I Ketut Gamias ( 79 Tahun ) selaku tokoh
11
pengetahuannya, memotivasi dan membimbing dari awal sehingga penyusunan skrispsi ini menjadi lancar dan dapat terselesaikan dengan baik.
terdapat fungsi individu dan sosialt. Selain memiliki fungsi pemenuhan kebutuhan psikologis pemertahan tradisi Petik Laut ini juga memiliki fungsi sebagai pemenuhan kebutuhan psikologos yang didalamnya terdapat: (1) keyakinan atau kepercayaan.
Untuk semua itu semoga Tuhan memberikan imbalan yang setinggi-tinggi-Nya serta melimpahkan berkah yang menyertai semua orang yang telah membantu dalam penyelesaian artikel ini.
Prosesi petik laut di Desa Pekutatan bertempat di pesisir pantai Pangkung Jukung Banajar Dauh Pangkung Desa Pekutatan Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana. Adapun tahap prosesi petik laut ini yaitu : (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap penutup.
DAFTAR PUSTAKA Adrian, Vickers. 2009. Peradaban Pesisir Menuju Sejarah Budaya Asia Tenggara. Denpasar: Pustaka Larasan Arikunto, Suharsin. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta Ernayanti. 1999. Keberadaan PaguyubanPaguyuban Etnis di Daerah Perantauan Dalam Menunjang Persatuan dan Kesatuan (Kasus Ikami Sulawesi Selatan Cabang Bandung, Paguyuban Kedaerahan). Jakarta: CV Bima Sakti Raya Hassan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodelogi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Kartono, Kartini. 1996. Pengantar Metodelogi Riset Sosial. Bandung: CV. Bandar Maju.
Berdasarkan aspek-aspek yang dimiliki tradisi Petik Laut sehingga dapat dipakai untuk pengembangan suplemen Sejarah Bahari, seperti aspek materi ajar dan media pembelajaran. Dari aspek tersebut sebuah Tradisi harus di jaga walaupun masa sekarang sudah memasuki masa modern, selain menjaganya kita harus juga melestarikan sebagai sumber wisata untuk memajukan Desa Pekutatan Kabupaten Jembrana sendiri agar terkenal dengan tradisi yang unik. Sehingga dalam pembelajar sejarah bahari perlu sekiranya untuk membahas tentang budaya masyarakat bahari untuk dijadikan suplemen pembelajarn sejarah bahari. Tidak hanya saja membahas tentang orang laut, atau bajak laut, tetapi tentang budaya bahari sangat perlu di kaji.
Koentjaraningrat. 1998. Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II. Jakarta : Rineka Cipta
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur di panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat rahmat-Nya,artikel ini terselesaikan. Artikel ini disusun guna memenuhi persyaratan tugas akhir perkuliahan. Dalam penyusunan artikel ini tentu ada bantuan dari beberapa pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikannya, untuk itu di sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terkait. Adapun pihak yang ikut membantu baik itu dari dukungan dan bimbingan dalam penyelesaian artikel ini, yaitu: 1. Dr. Luh Putu Sendratari, M. Hum sebagai Pembimbing I yang telah memberikan motivasi, saran dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini sehingga penyusunan skripsi ini menjadi lancar. 2. Dr. I Wayan Mudana, M.Si selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya kepada penulis dalam memberikan
-------, 1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: DianRakyat. -------, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta -------, 2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. Lapian, A.B. 2009. Orang Laut Bajak Laut Raja Laut. Jakarta: Komunitas Bambu Lukman, Ali. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
12