ARTIKEL INCOME ANALYSIS OF ANORGANIC and ORGANIC PAKCOY FARMING IN TOMOHON Marzell Paat / 080 314 013 Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi
ABSTRACT This objective of this study is to determinethe amount of income earned by pakcoy non-organic farming and organic pakcoy farming income. This research is located in Tomohon for 3months (June 2012 to August2012). Data is collected by survey method assisted with a list of questions to non-organic and organic pakcoy farmers. Determination of the respondents for this study used two ways, firstly to growers of non-organic vegetables pakcoy using purposive sampling with 6 respondents, and secondly organic pakcoy farmers using census method by 6 respondents. The data is presented in tabular form and then analyzed using descriptive analysis. The results showed that the R/C ratio of non-organic farmers pakcoy was 1.35 which means that any expenditure of Rp. 1 provides revenue of Rp. 1.35 while for organic farmers pakcoy was 2.2 which means that any expenditure of Rp. 1 gives revenue of Rp. 2.2. R/C ratio of non-organic pakcoy farmers and organic farmers pakcoy value was greater than1. This means farming made a profit, but the most beneficial was the farming of organic pakcoy farming . Average revenue per ha for pakcoy non-organic farming was Rp. 1,511,721 smaller when compared to the average income per Ha pakcoy organic farming was Rp.3,878,527.
1
ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAKCOY NON-ORGANIK DAN PAKCOY ORGANIK KOTA TOMOHON ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh usahatani pakcoy non-organik dan pendapatan usahatani pakcoy organik. Lokasi penelitian di Kota Tomohon selama 3 bulan (Juni 2012 sampai dengan Agustus 2012) Pengambilan data dilakukan dengan metode Survei dibantu dengan daftar pertanyaan terhadap pakcoy non-organik dan petani pakcoy organik. Penentuan responden untuk penelitian ini menggunakan 2 cara, pertama untuk petani sayuran pakcoy non-organik menggunakan purposive sampling dengan 6 orang responden, kedua untuk petani sayuran pakcoy organik menggunakan metode sensus yaitu 6 orang responden. Data tersebut disajikan dalam bentuk table kemudian di analisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa R/C rasio petani pakcoy non-organik sebesar 1,35 yang berarti setiap pengeluaran sebesar Rp 1 memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,35 sedangkan untuk petani pakcoy organik sebesar 2,2 yang berarti setiap pengeluaran sebesar Rp. 1 memberi penerimaan sebesar Rp. 2,2. R/C rasio dari petani pakcoy non-organik dan petani pakcoy organik nilainya lebih dari 1. Hal ini berarti usahatani yang dilakukan mengalami keuntungan, tapi yang paling menguntungkan adalah usahatani dari petani pakcoy organik. Rata-rata pendapatan per Ha petani pakcoy non-organik adalah sebesar Rp. 1.511.721 lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pendapatan per Ha petani pakcoy organik yang sebesar Rp. 3.878.527.
2
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Masyarakat mulai menyadari akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormone tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik. Pertanian organik dijadikan alternatif, sebagai bentuk pertanian yang mengembalikan harmonisasi hubungan antara manusia dengan manusia dan antara manusia dengan alam. Pertanian dengan cara organic akan menjamin keberlanjutan kehidupan di muka bumi. Walaupun tumbuh sebagai gerakan alternatif, gerakan ini berkembang secara signifikan. Perkembangan permintaanakan produk pertanian organic telah mendorong meluasnya lahan pertanian organik. International Federation of Organic Agriculture Movement (IFOAM), 2007 dalam Saragih menyebutkan bahwa pertanian organic pada tahun 2005 sudah menyebar dan semakin dikenal di lebih dari 120 negara di dunia. Beberapa tahun terakhir, pertanian organik masuk dalam system pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organic berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan system produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organic belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Karena itu, sejak awal tahun 2000-an Departemen Pertanian telah berupaya mengembangkan Program Pertanian Organik dengan visi "GO ORGANIC 2010" sebagai salah satu pilihan langkah strategis untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (ecoagribisnis) guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani.
3
Sulawesi Utara sudah mulai menerapkan pertanian organik, walaupun belum semua daerah. Salah satu daerah yang sudah mengusahakannya adalah Kota Tomohon. Program pengembangan pertanian Organik di Tomohon salah satunya adalah program untuk mempromosikan sayuran Tomohon yang bebas Pestisida dan juga untuk pengembangan Agrowisata yang ada di Kota Tomohon. Sayuran pakcoy sangat cocok dengan kondisi alam Kota Tomohon, sehingga banyak petani yang mengusahakannya. Sayuran pakcoy organik sudah diterapkan oleh beberapa petani, dan hasilnya cukup memuaskan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pendapatan usahatani sayuran pakcoy non-organik dan sayuran pakcoy organik.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapa besar pendapatan usahatani sayuran pakcoy non organik dan sayuran pakcoy organik.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui berapa besar pendapatan usahatani pakcoy non-organik dan pendapatan usahatani pakcoy organik.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi pihakpihak yang terkait mengenai pelaksanaan usahatani sayuran pakcoy organik, terutama bagi petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, serta para pelaku usaha lainnya untuk dapat melakukan usahatani sayuran pakcoy organik dengan mudah dalam rangka meningkatkan pendapatannya.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Sayuran Pakcoy Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rhoeadales (Brassicales)
Famili
: Cruciferae (Brassicaceae)
Genus
: Brassica
Spesies
: Brassica rapa L.
Pakcoy (Brassica rapaL.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat serta Taiwan.Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Philipina dan Malaysia, terbatas di Indonesia dan Thailand. Pakcoy (Brassica rapaL.) kaya vitamin, mineral dan protein.
2.2 Konsep Pertanian Organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keanekaragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.(Saragih, 2010) Pertanian organik menurut IFOAM (2005) dalam Kementrian Negara Lingkungan Hidup adalah sistem pertanian yang mengedepankan daur ulang unsur hara dan proses alami dalam pemeliharaan kesuburan tanah dan keberhasilan produksi. Departemen Pertanian mendefinisikan pertanian organik sebagai sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. (BP2HP Deptan, 2000)
5
2.2.1 Filosofi dan Prinsip Pertanian Organik Filosofi yang melandasi pertanian organik adalah mengembangkan prinsip-prinsip memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman (feeding the soil that feeds the plants), dan bukan member makan langsung pada tanaman. Von Uexkull memberikan istilah “membangun kesuburan tanah”. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi unsur hara larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui satu atau lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan pangan (Sutanto, 2002). Menurut IFOAM dalam Sabastian Saragih ada empat prinsip pertanian organik, yaitu 1) Prinsip Kesehatan 2) Prinsip Ekologi 3) Prinsip Keadilan 4) Prinsip Perlindungan Pertanian organik mendorong perbaikan lima sumber daya yang dimiliki manusia yaitu, 1) Perbaikan sumberdaya manusia (SDM) 2) Perbaikan sumberdaya alam (SDA) 3) Perbaikan sumberdaya sosial 4) Perbaikan sumberdaya ekonomi 5) Perbaikan sumberdaya infrastruktur
2.2.2 Permasalahan dalam Pertanian Organik Terdapat beberapa permasalahan yang menyebabkan perkembangan pertanian organik berjalan lambat di Indonesia yakni antara lain: 1) Masih rendahnya minat petani untuk menerapkan pertanian organik 6
2) Kontinuitas produksi yang belum stabil 3) Pemasaran hasil pertanian 4) Sertifikasi dan Standarisasi
2.3 Konsep Usahatani, Biaya, Penerimaan dan Pendapatan 2.3.1 Usahatani Menurut Makeham dan Malcolm (1991) menyatakan bahwa usahatani (farm management) adalah cara bagaimana mengelola kegiatan-kegiatan pertanian. Petani mengelola usahatani. Ukuran dan jenis usahatani mungkin berkisar dari sebidang kecil usahatani subsisten dengan luas areal kurang dari 1 ha sampai perusahaan pertanian negara yang meliputi semua lahan dari beberapa desa. Menurut Soekartawi (1995) Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).
2.3.3 Biaya dan Penerimaan Dalam arti luas, biaya adalah sumber pengorbanan ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam usahatani dikeluarkan oleh petani dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi usahatani yang dikerjakan. Menurut Soekartawi, biaya usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 1. Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya yang terus dikeluarkan walaupun besarnya produksi banyak atau sedikit.Jadi, besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan.
7
2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Biaya yang dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.Contohnya biaya untuk sarana produksi. Penerimaan merupakan jumlah kuantitas hasil produksi dikalikan dengan harga dari kuantitas yang dihasilkan tersebut yang dinyatakan dalam bentuk rumus (Soekartawi, 2003) sebagai berikut : TRi = Yi . Pyi Dimana : TRi = Total Penerimaan Pyi = Harga Y Yi = Jumlah Produksi yang diperoleh
2.3.3 Pendapatan Pendapatan ada dua macam yaitu pendapatan kotor atau penerimaan dan pendapatan bersih. Untuk mengetahui pendapatan bersih maka dapat menggunakan rumus sebagai berikut : Pd = TR – TC Dimana : Pd = Pendapatan ; TR = Total Penerimaan; TC = Total Biaya
2.4 R/C Rasio Menurut Soekartawi analisis R/C Rasio merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu unit usaha dalam melakukan p r o s e s produksi
mengalami
kerugian,
impas,
untung.
Analisis
R/C
R a s i o merupakan analisis yang membagi antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari satu maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan, apabila nilai R/C Rasio yang diperoleh sama dengan satu maka usaha tersebut impas atau tidak mengalami keuntun gan maupun kerugian. Sedangkan apabila nilai R/C Rasio yang diperoleh kurang dari satu maka usaha tersebut mengalami kerugian.
8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani responden berdasarkan daftar pertanyaan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dengan penelitian ini yaitu Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara,
3.2 Metode Pengambilan Sampel Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja yaitu di Desa Kakaskasen 1 Kecamatan Tomohon Utara dan Desa Rurukan Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon. Penentuan responden untuk penelitian ini menggunakan 2 cara, pertama untuk petani sayuran pakcoy non-organik menggunakan purposive sampling dengan 6 orang responden, ini dilakukan untuk mengimbangi responden petani pakcoy organik yang hanya berjumlah 6 orang. Kedua untuk petani sayuran pakcoy organik menggunakan metode sensus yaitu 6 orang responden.
3.3 Konsep Pengukuran Variabel Variabel-variabel yang di akan di ukur dalam penelitian ini adalah : 1. Karakteristik Petani Umur Petani Tingkat Pendidikan (SD,SLTP,SMA dan Perguruan Tinggi) Jumlah Tanggungan Keluarga 2. Luas lahan yang ditanami pakcoy (Ha) 3. Biaya produksi yang dikeluarkan selama satu kali proses produksi, yang terdiri dari : a. Biaya tetap, yaitu sewa lahan, penyusutan alat-alat pertanian seperti cangkul dan bajak dan peralatan lainnya. Pakcoy non-organik Pakcoy organik
9
b. Biaya variabel, yaitu biaya tenaga kerja dari persiapan lahan sampai pengangkutan (Rp/HOK), benih (sachet), pupuk (kg), pestisida (L) Pakcoy non-organik Pakcoy organik
4. Total Produksi Pakcoy (Kg/Ha) Pakcoy non-organik Pakcoy organik 5. Penerimaan (Rp/Ha) Pakcoy non-organik Pakcoy organik 6. Harga jual pakcoy pada saat panen (Rp/kg) Pakcoy non-organik Pakcoy organik 7. Pendapatan (Rp/Ha) Pakcoy non-organik Pakcoy organik
3.4 Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif untuk menggambarkan karakteristik dari petani yang menjadi responden. Dan untuk untuk mengetahui besarnya pendapatan digunakan analisis pendapatan dengan rumus : Pd = TR – TC Dimana :
Pd
= Pendapatan
TR = Total penerimaan TC = Total biaya
Return Cost Ratio, yaitu perbandingan antar penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dengan rumus 10
R/C Rasio = TR/TC Dengan syarat:
R/C Rasio > 1 usaha tersebut menguntungkan
R/C Rasio = 1 usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi
R/C Rasio < 1 usaha tersebut tidak menguntungkan atau rugi
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Tomohon mulai Bulan Mei 2012 sampai dengan Bulan Juli 2012.
11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis Kota Tomohon merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi Sulawesi Utara. Kota Tomohon berjarak ± 25 km dari Kota Manado, Ibu Kota provinsi. Kota Tomohon memiliki luas wilayah sebesar 141,20 km2. Secara geografis batas wilayah Kota Tomohon adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Kecamatan Pineleng
Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Kecamatan Sonder
Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Kecamatan Tombariri
Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Tondano Utara.
4.1.2 Keadaan Demografis Data Demografis Kota Tomohon berdasarkan sensus tahun 2010 jumlah penduduk Tomohon adalah 91.553 jiwa yang terdiri dari 43.495 jiwa laki-laki dan 40.223 jiwa perempuan. 4.1.3 Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk di Kota Tomohon cukup beragam, penduduk yang bermata pencaharian petani adalah sebesar 9.940 jiwa; pegawai negeri sebesar 3.346 jiwa; pertambangan, industri dan bangunan sebesar 7.528 jiwa; sedangkan perdagangan, transportasi, keuangan, dan jasa-jasa lain sebesar 24.294 jiwa. 4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Umur Responden Umur dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bekerja secara fisik dan cara berpikir, secara fisik petani yang berumur 40 tahun mempunyai fisik yang baik dibanding dengan petani yang berumur diatas 50 tahun. Umur juga dapat mempengaruhi tingkat adopsi inovasi seseorang.
12
4.2.2 Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi sikap, sifat dan kemampuan tingkat intelektual seorang petani untuk dapat meningkatkan segala sesuatu lebih cepat dan tepat dalam mengambil suatu keputusan. Salah satunya adalah perubahan cara berpikir untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian tingkat pendidikan responden bervariasi dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi.
4.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Keluarga sebagai unit masyarakat terkecil dan biasanya terdiri dari beberapa orang yaitu ayah, ibu dan anak. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi petani dalam mengolah usahataninya yaitu jumlah tanggungan keluarga dimana banyaknya jumlah anggota keluarga dapat membantu keluarga dalam penyediaan tenaga kerja yang dipakai dalam melakukan suatu usahatani. Hal ini memungkinkan terjadi pengurangan penyerapan tenaga kerja luar keluarga.
4.3 Luas Lahan Status lahan yang dimiliki petani menentukan besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh petani. petani pakcoy non-organik dan organik memiliki luas lahan yang beragam. Untuk
petani pakcoy non-organik, petani yang memiliki lahan dengan luas kurang
dari 0,5 hektar yaitu sebanyak 3 petani atau 50%, kemudian dilanjutkan dengan petani yang memiliki luas lahan dalam interval 0,6 sampai 1 hektar yaitu sebanyak 2 petani atau 33,34 % dan petani yang memiliki luas lahan lebih dari 1 hektar yaitu 1 petani atau 16,66%. Untuk petani pakcoy organik, petani yang memiliki lahan dengan luas kurang dari 0,5 hektar yaitu sebanyak 5 petani atau 83,33%, kemudian petani yang memiliki luas lahan pada interval 0,6 sampai dengan 1 hektar yaitu 1 petani atau 16,67%. 4.4 Sarana Produksi Benih merupakan komponen yang penting untuk bisa meningkatkan produksi usahatani pakcoy. Berikut adalah Tabel 6 dimana terdapat rata-rata penggunaan benih. 13
Benih yang digunakan petani pakcoy non-organik sebanyak 3,78 sachet per hektar, sedangkan untuk petani pakcoy organik benih yang digunakan adalah 4,14 sachet per hektar. Ini berarti petani organik lebih banyak menggunakan benih pakcoy.
4.5 Pupuk Pupuk merupakan hal penting dalam peningkatan pakcoy. Dalam usahatani pakcoy non-organik dan organik menggunakan pupuk yang berbeda. Umumnya pakcoy nonorganik menggunakan pupuk kimia yang biasa dikenal dengan pupuk UREA, Ponskha, serta pupuk kimia lainnya. Sedangkan untuk pakcoy organik menggunakan pupuk kandang, bokashi serta pupuk organik lainnya. Pada pakcoy non-organik memakai tiga pupuk yaitu Urea dengan penggunaan 115,76 kg per Ha, ponskha 8,33 kg per Ha dan juga pupuk kandang sebanyak 1.346 kg per Ha. Sedangkan untuk petani pakcoy organik menggunakan pupuk kandang dengan jumlah sebesar 1.424 kg per Ha, bokhasi sebesar 41.6 kg per Ha dan metaflora sebesar 50 kg per Ha. Tetapi jika dilihat rata-rata per hektar petani pakcoy non-organik menggunakan lebih sedikit pupuk kandang dibandingkan dengan petani pakcoy organik. Petani non-organik juga menggunkan banyak pupuk urea sebagi tambahan, sedangkan petani organik menggunakan pupuk organik bokashi dan metaflora sebagai pupuk tambahan.
4.6 Pestisida Untuk perawatan tanaman pakcoy agar tidak terserang hama penyakit, maka petani non-organik biasanya memakai pestisida kimia bermerek Dursban dan Coracron. Sedangkan untuk petani organik. Penggunaan pestisida terbesar pada pakcoy non-organik adalah coracron yaitu sebesar 1,07 liter per petani, kemudian dursban yaitu sebesar 0,43 liter per petani. sedangkan untuk petani organik memakai pestisida alami yaitu urin kelinci yang diolah sendiri, rata-rata menggunakan 4 liter urin kelinci per petani.
4.7 Biaya Produksi Pakcoy Non-Organik dan Pakcoy Organik Biaya produksi adalah semua biaya yang digunakan petani untuk memproduksi pakcoy non-organik dan pakcoy organik selama satu kali proses produksi yang 14
digolongkan dalam biaya variabel dan biaya tetap. Komponen penyusunan biaya tetap diantaranya adalah biaya penyusutan alat, sewa lahan dan pajak sedangkan komponen penyusunan biaya variabel meliputi sarana produksi yaitu benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja.
4.7.1 Biaya Tetap Biaya tetap usahatani pakcoy adalah alat, penyusutan alat, pajak dan sewa lahan dan pengangkutan. Pajak adalah suatu kewajiban yang harus dibayar oleh setiap pemilik lahan kepada pemerintah. Besarnya pajak bervariasi antara Rp. 5.000 sampai Rp. 20.000, ada juga yang tidak membayar pajak. Biaya sewa lahan rata-rata per Ha petani pakcoy non-organik lebih besar dibandingkan dengan biaya sewa lahan rata-rata per Ha dari petani pakcoy organik. Dimana biaya sewa lahan rata-rata per Ha petani pakcoy non-organik sebesar Rp. 750.000 sedangkan petani pakcoy organik sebesar Rp. 416.000. Biaya sewa lahan tergantung hubungan dari petani dan pemilik, jika masih mempunyai hubungan keluarga biaya sewa lahan hanya Rp. 500.000/Ha per tahun, jika tidak biaya sewa lahan menjadi sebesar Rp. 1.500.000/Ha per tahun. Rata-rata biaya alat per Ha petani pakcoy organik adalah Rp. 500.000 lebih besar dibandingkan dengan rata-rata biaya alat per Ha petani pakcoy non-organik yaitu sebesar Rp. 400.347. Alat pertanian yang digunakan oleh petani ialah traktor (sewa), cangkul, sprayer. Alat pertanian tersebut akan mengalami penyusutan setelah digunakan beberapa tahun. Penyusutan rata-rata per Ha untuk alat-alat pertanian dari petani pakcoy nonorganik adalah sebesar Rp. 11.559 sedangkan untuk petani pakcoy organik sebesar Rp. 14.000. Ada juga biaya pengangkutan yang terdiri dari biaya alat dan tenaga kerja, untuk biaya rata-rata alat pengangkutan untuk petani pakcoy non-organik adalah sebesar Rp. 455.902 sedangkan petani pakcoy organik sebesar Rp. 276.388. Biaya pengangkutan bervariasi, mulai dari Rp. 15.000 sampai dengan Rp. 75.000 tergantung pada jarak yang ditempuh. Untuk biaya rata-rata tenaga kerja pengangkutan per Ha petani pakcoy nonorganik adalah sebesar Rp. 136. 979 dan petani pakcoy organik sebesar Rp. 261.805. Biasanya biaya tenaga kerja pengangkutan adalah sebesar Rp. 50.000 sampai Rp. 75.000.
4.7.2 Biaya Variabel 15
Biaya variabel pada usahatani pakcoy terdiri dari biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan benih, pupuk dan pestisida dan biaya tenaga kerja. Benih Benih merupakan komponen yang penting untuk bisa meningkatkan produksi usahatani pakcoy. Berdasarkan data yang diperoleh di lokasi penelitian terdapat perbedaan biaya benih untuk non-organik dan organik. Biaya penggunaan benih sama karena jenis dan produk penggunaan benih digunakan dari petani pakcoy non-organik dan pakcoy organik, biaya yang paling besar digunakan adalah pada jenis pakcoy organik dengan biaya sebesar Rp. 62.083. Pupuk Dalam upaya meningkatkan produksi pakcoy, pemupukan merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan. Untuk petani pakcoy non-organik biaya yang dikeluarkan rata-rata per petani lebih besar dibandingkan dengan petani pakcoy organik. Ini dikarenakan petani pakcoy non-organik membutuhkan lebih banyak pupuk tambahan seperti pupuk urea dan ponskha, sedangkan petani pakcoy organik dapat menekan pengeluaran untuk pupuk kandang dengan cara membuat sendiri pupuk tersebut. Untuk biaya rata-rata pupuk per Ha petani pakcoy non-organik sebesar Rp. 447.276 dan biaya pupuk urea adalah yang paling mahal yaitu Rp. 231.527 lebih dari setengah jumlah biaya pupuk untuk pakcoy non-organik. Sedangkan untuk biaya rata-rata pupuk per Ha petani pakcoy organik adalah sebesar Rp. 390.596 dengan biaya termahal berasal dari pupuk kandang yaitu sebesar Rp. 250.763, karena pakcoy organik memerlukan pupuk kandang lebih banyak dibandingkan pakcoy organik. Pestisida Untuk mencegah adanya hama pada pakcoy, maka diperlukan pemeliharaan tanaman dengan menggunakan pestisida. Jumlah biaya yang dikeluarkan petani organik rata-rata per Ha Rp 189.583 lebih besar dibandingkan dengan petani nonorganik yang rata-rata per Ha hanya sebesar Rp 85.065. Pengeluaran untuk pestisida organik memang lebih besar karena pestisida organik yang diperlukan 16
lebih banyak dibandingkan dengan pestisida non-organik. Ada beberapa petani yang sudah membuat sendiri pestisida organik urine kelinci, tetapi masih belum bisa mencukupi kebutuhannya sendiri. Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja manusia biasa digunakan untuk persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian hama, panen, dan pengangkutan. Biaya tenaga kerja laki-laki sebesar Rp 70.000 sampai Rp 80.000 per hari (7-8 jam kerja). Seluruh biaya usahatani pakcoy non-organik dan organik. Biaya tenaga kerja yang paling banyak digunakan pada kegiatan persiapan lahan. Biaya persiapan lahan pada pakcoy non-organik lebih besar dibandingkan dengan pakcoy organik. Rata-rata biaya persiapan lahan per Ha pada pakcoy non-organik adalah sebesar Rp. 724.583, sedangkan untuk pakcoy organik rata-rata biaya per Ha adalah sebesar Rp. 510.972.
4.8 Produktivitas dan Harga Rata-rata produktivitas pakcoy non-organik lebih besar dibandingkan dengan petani pakcoy organik. Rata-rata produktivitas pakcoy non-organik adalah sebesar 1.985 Kg per Ha. Sedangkan untuk petani pakcoy organik sebesar 1.419 Kg per Ha. Pakcoy organik memiliki harga Rp. 5.000 per kilogram. Ini lebih tinggi dibandingkan dengan harga pakcoy non-organik yang hanya Rp. 3.000
per kilogram. Harga ini adalah harga
langsung di petani pakcoy atau harga “Farm Gate”
4.9 Penerimaan, Biaya dan R/C Ratio Rata-rata penerimaan per Ha pakcoy non-organik adalah Rp. 5.750.000 lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata penerimaan per Ha pakcoy organik sebesar Rp. 7.097.222. Untuk rata-rata total biaya per Ha pakcoy non-organik adalah sebesar Rp. 4.238.278 sedangkan untuk pakcoy organik rata-rata total biaya per Ha adalah Rp. 3.267.194, ini lebih kecil dibandingkan dengan pakcoy non-organik. Rata-rata pendapatan per Ha petani pakcoy non-organik adalah sebesar Rp. 1.511.721 lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pendapatan per Ha petani pakcoy organik yang sebesar Rp. 3.878.527. 17
R/C rasio digunakan untuk mengetahui apakah usahatani yang dilakukan oleh para petani pakcoy mengalami kerugian, impas atau untung. R/C rasio petani pakcoy nonorganik sebesar 1,35 yang berarti setiap pengeluaran sebesar Rp 1 memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,35 sedangkan untuk petani pakcoy organik sebesar 2,2 yang berarti setiap pengeluaran sebesar Rp. 1 memberi penerimaan sebesar Rp. 2,2. R/C rasio dari petani pakcoy non-organik dan petani pakcoy organik nilainya lebih dari 1. Hal ini berarti usahatani yang dilakukan mengalami keuntungan, tapi yang paling menguntungkan adalah usahatani dari petani pakcoy organik.
18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata pendapatan petani pakcoy organik lebih besar dibandingkan dengan petani pakcoy non-organik. Dari hasil analisis R/C ratio menunjukan produksi pakcoy non-organik dan produksi pakcoy organik lebih besar dari satu, tetapi R/C ratio pakcoy organik lebih besar dari pakcoy non-organik oleh sebab itu pakcoy organik lebih menguntungkan.
Saran Disarankan agar petani untuk dapat beralih dari bercocok tanam pakcoy nonorganik ke organik. Lebih baik tidak menggunakan bahan kimia, dan juga perlu adanya penyuluhan dari pemerintah dan instansi terkait untuk memperluas wawasan petani tentang pertanian/usahatani pakcoy organik. Pemerintah atau instansi terkait juga perlu mempermudah petani untuk member sertifikasi/label organik pada pakcoy mereka.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2011. Materi Budi Daya Sayur Organik ( Pakcoy, Saladah dan Caesin ). http://amelia-lilia.blogspot.com/2011/02/materi-budi-daya-sayur organik-pakcoy.html. Diakses Kamis 22 Maret pukul 22.23 __________, 2002. Prospek Pertanian Organik di Indonesia. http://www. litbang.deptan.go .id/. Diakses Kamis 13 Oktober 2011 pukul 20. 25 __________. http://bappedatomohon.blogspot.com/. Diakses Kamis 26 Juli 2012 pukul 20.00 __________. http://pphp.deptan.go.id/xplore/view.php?file=PENGOLAHANHASIL/O8roadmappanganorganik.pdf. Diakses Kamis 26 Juli 2012 pukul 20.00 __________. http://www.tomohonkota.go.id/web/index.php?option=com content &view=article&id=507:pemaparan-garis-besar-draf-usulanprogram-pengembangan-pertanian-organik-kota-tomohon&catid=1:latest news&Itemid=284&lang=id. DiaksesKamis 26 Juli 2012 pukul 20.15 _________. http://www.tomohonkota.go.id/web/index.php?option=com_ content&view=article&id=199&Itemid=120&lang=id. DiaksesKamis 26 Juli 2012 pukul 20.20 Anonimous. 2011. Tomohon Dalam Angka 2011. Tomohon Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Pedoman Koservasi Tanah dan Air Dalam Pertanian Organik. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta Timur Mahekam, J.P. Malcolm, R.L. 1991. Manajemen Usahatani Daerah Tropis. LP3ES. Jakarta M. Surya Azis K. 2010.Pertanian: Organik Dan Anorganik. http://green. kompasiana.com/penghijauan/2010/07/31/pertanianorganoik-dan anorganik/.Diakses sabtu 8 september 2012 pukul 22.00 Nugroho, Sigit. 2007. Dasar-Dasar Metode Statistika. Grasindo. Bengkulu Saragih. 2010. Pertanian Organik. Penebar Swadaya. Bogor Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta ______. 2003. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Pers. Jakarta 20
Sutanto. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta Wendi Irawan, dkk. Laporan Pratikum Komoditas Pakcoy Organik. http:// www.scribd. com/. Diakses Kamis 22 Maret 2012 pukul 22.23
21