ARTIKEL ILMIAH
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED PROBLEM SOLVING DENGAN TIPE GROUP INVESTIGATION DI SMA NEGERI 11 KOTA JAMBI
OLEH 1. FUJA NOVITRA (RRA1C309012) 2. Drs. MENZA HENDRI, M.Pd 3. HAERUL PATHONI, S.Pd, M.PFis
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI MEI, 2014 Fuja Novitra : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi 0
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL COLLABORATIVE LEARNING TIPE STRUCTURED PROBLEM SOLVING DENGAN TIPE GROUP INVESTIGATION DI SMA NEGERI 11 KOTA JAMBI Oleh : 1. Fuja Novitra 2. Drs. Menza Hendri, M.Pd 3. Haerul Pathoni, S.Pd, M.PFis
ABSTRAK Kata Kunci: Hasil Belajar, Collaborative Learning, Structured Problem Solving, Group Investigation Materi momentum dan impuls membutuhkan pemahaman konsep sehingga perlu adanya suatu sistem pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran aktif merupakan solusi dalam mengkondisikan proses belajar agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna. Ada banyak tipe model pembelajaran yang dikategorikan sebagai pembelajaran aktif. Untuk memilih model pembelajaran yang tepat, perlu dibandingkan secara eksperimen, sehingga dapat diketahui model mana yang lebih baik. Dengan mempertimbangkan keunggulan dan kekekurangan yang dimiliki oleh masing-masing model pembelajaran, kemampuan penulis, dan waktu yang dibutuhkan, model Colloborative Learning dipilih dalam penelitian ini, karena model ini menekankan pada proses pembelajaran yang bermakna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model Colloborative Learning tipe Structured Problem Solving dengan tipe Group Investigation. Kelas eksperimen I menggunakan model Colloborative Learning tipe Structured Problem Solving dan kelas eksperimen II menggunakan model Colloborative Learning tipe Group Investigation. Data penelitian diperoleh dengan memberikan post-test pada ranah kognitif. Setelah hasil post-test diperoleh, data dianalisis untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji pihak kanan dengan uji-t. Adapun rata-rata hasil post-test yang diperoleh kelas yang menggunakan model Colloborative Learning tipe Structured Problem Solving (eksperimen I ) adalah 73,31 dan kelas yang menggunakan model Colloborative Learning tipe Group Investigation (eksperimen II) adalah 68,29. Hasil uji hipotesisnya didapat ttabel dengan taraf nyata α = 0,05 adalah 1,6641 sedangkan nilai thitungnya adalah 1,7994 sehingga thitung > ttabel, ini berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Karena H1 diterima, maka disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model Colloborative Learning tipe Structured Problem Solving lebih baik daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model Colloborative Learning tipe Group Investigation.
Fuja Novitra : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi 1
I.
PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu negara dapat dilihat dari mutu pendidikan di negara tersebut. Karena kemajuan pembangunan suatu negara tidak lepas dari dukungan mutu pendidikan yang baik. Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari tujuan tersebut tercermin bahwa pendidikan merupakan faktor yang sangat strategis sebagai dasar pembangunan bangsa. Oleh karena itu salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan meningkatkan sumber daya manusia melalui proses belajar mengajar di sekolah, maka dapat dikatakan pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kemajuan bangsa. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya berfungsi dalam kehidupan bermasyarakat (Hamalik, 2001). Dalam hal ini guru berperan sebagai ujung tombak di dalam dunia pendidikan yang akan menentukan bagaimana proses belajar mengajar di dalam kelas. Pembelajaran aktif merupakan solusi yang dapat dipilih oleh guru dalam mengkondisikan metode belajar agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang akan dilakukan selama proses belajar-mengajar dan dapat membentuk generasi muda yang terampil memecahkan masalah, bijak dalam menentukan sebuah keputusan, berpikir kritis dan kreatif, suka bermusyawarah, berkomunikasi secara efektif dalam mengemukakan gagasan, dan mampu berkerja secara efisien secara individu dan kelompok dalam pembangunan bangsa. Diantara model-model pembelajaran yang dikategorikan pembelajaran aktif, model Collaborative Learning menekankan pada proses pembelajaran yang bermakna. Model pembelajaran Structured Problem Solving memberikan siswa sebuah proses untuk menyelesaikan permasalahan kompleks yang berbasis konten dalam waktu tertentu, sehingga siswa tidak keluar jalur atau terlibat dalam langkah-langkah penyelesaian masalah yang tidak relevan. Model pembelajaran Group Investigation menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Suatu model dapat dikatakan paling baik, lebih baik, atau kurang baik dari model yang lain apabila model yang lain itu digunakan sebagai ukuran pembanding. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk membandingkan hasil belajar fisika siswa dari kedua model tersebut dengan judul “Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa yang Menggunakan Model Colloborative Learning Tipe Structured Problem Solving dengan Tipe Group Investigation di SMA Negeri 11 Kota Jambi”.
Fuja Novitra : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Arendes (Trianto, 2009) menyatakan bahwa, “Istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaknya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Istilah model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dari strategi, metode atau prosedur”. Model pembelajaran Structured Problem Solving (SPS) merupakan model pembelajaran yang memberikan siswa sebuah proses untuk menyelesaikan permasalahan kompleks yang berbasis konten dalam waktu tertentu (Elizabert dkk, 2005). Model Colloborative Learning tipe Structured Problem Solving tidak membuat siswa merasa kewalahan dengan besarnya masalah yang diberikan, sebaliknya justru akan memberikan siswa sebuah struktur, sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah secara terorganisir, karena model pembelajaran Colloborative Learning tipe Structured Problem Solving ini dapat membantu siswa karena membagi proses pemecahan masalah menjadi beberapa langkah spesifik Model pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan salah satu bentuk model pembelajaran yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi (Elizabert dkk, 2005). Hal ini dapat memotivasi siswa, karena mengajari siswa mengetahui bahwa riset tidak selalu harus dilakukan dengan langkah-langkah yang sama, tergantung konteksnya.
III.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Arikunto (2010) bahwa, “Penelitian eksperimen merupakan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu yang dikenakan pada subjek selidik”. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di dua kelas yaitu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Kelas ekperimen I diberikan perlakuan dengan menggunakan menggunakan model Colloborative Learning tipe Structured Problem Solving dan kelas ekperimen II menggunakan model Colloborative Learning tipe Group Investigation. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Posttest Only Comparison Group Design. Instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah soal-soal tes. Soal-soal yang digunakan pada tes akhir berbentuk objektif. Alasan digunakan soal berbentuk objektif adalah untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas (unsur pribadi yang masuk mempengaruhi nilai) diri penilai. Skor peserta didik diperoleh dengan cara menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar (Arifin, 2010).
Fuja Novitra : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi 3
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil post-test, diperoleh hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA SMAN 11 Kota Jambi pada materi momentum dan impuls untuk kelas eksperimen I (XI IPA 3) yang diajar dengan menggunakan model Colloborative Learning tipe Structured Problem Solving memperoleh rata-rata 73,31 dengan simpangan baku 13,63 dan kelas eksperimen II (XI IPA 1) yang diajar dengan menggunakan model Colloborative Learning tipe Group Investigation memperoleh rata-rata 68,29 dengan simpangan baku 11,64. Dari nilai ratarata dan simpangan baku kedua kelas di atas, dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji t untuk menguji hipotesis. Diperoleh thitung = 1,7994 dan dari ttabel dengan taraf nyata ∝ = 0,05 dan dk = n1 + n2 -2 adalah t(0,95)(80) = 1,6641. Sehingga diperoleh thitung > ttabel = 1,7994 > 1,6641. Dari perbandingan nilai t, maka pengujian hipotesis ini menolak H0 dan menerima H1.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa bahwa rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Colloborative Learning tipe Structured Problem Solving lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Colloborative Learning tipe Group Investigation. Guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran Colloborative Learning tipe Structured Problem Solving, karena model tersebut hasil belajar yang diperoleh di atas rata-rata syarat ketuntasan belajar. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Elizabert, dkk. 2005. Collaborative Learning. Jakarta: Nusa Media. Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Fuja Novitra : S1 Pendidikan Fisika Universitas Jambi 4