REKONSTRUKSI ACEH N0. 30 ■ 30 SEPTEMBER 2006 ■ DUA MINGGUAN
http://e-aceh-nias.org/ceureumen/
PANTON Ta pula pade beusabe banja Ta pula lada payah boh tawo Soe nyang meuheut jeut keu raja Sipreuk beulanja bek keundo-keundo Watee ie paseung udeng ji mudek Di aneuk itek seunang lam paya Ramee balon ta kalon ceureudek Ureung ji tarek yu bri suara Musem timu ta meu-ou blang Pula bawang oh lheueh koh pade Balon lawet nyoe jeub sagoe mutang Watee ka meunang hana bayeue lee Putoh keumudoe ji tampoe le bakat Eungkot jilumpat oh putoh kaja Dua thon tempoe ji pasoe lam glap Alasan meuhat cu peng neugara NURMAN SYAMHAS
2
Baca halaman 4 - 5 Upaya untuk merumahkan dan memukimkan kembali semua korban bencana yang kehilangan tempat tinggal merupakan kebutuhan mendesak dan penting. Akibat tsunami, sejumlah korban tidak dapat kembali ke kawasan pemukimannya semula, baik karena rumah dan tanahnya ‘lenyap’, rumahnya rusak, ataupun lokasi tempat tinggal semula menjadi terlampau berbahaya untuk dihuni kembali.
Peulanggahan Terkatung-katung
KULI-KULI BELUM DIGAJI 3
Arief Ara Banda Aceh – Aceh Besar
[email protected]
P
Warga Tionghoa, Korban yang Minim Perhatian
7 Kapan Kami Pulang ke Maree?
royek rekonstruksi tidak berjalan sendiri. Dia butuh banyak pekerja. Program rehab dan rekons ratusan ribu rumah korban tsunami di Aceh, memberi peluang baru yang menjanjikan. Apalagi kalau bukan peluang kerja dengan gaji yang menggiurkan. Namun kenyataan tidak selalu seperti yang dibayangkan. Harapan meraup penghasilan seperti yang dibayangkan, perlahan-lahan buyar. Akibat ada kontraktor “nakal”, dan mempermainkan nasib mereka. Itulah yang membuat ratusan pekerja alias kuli, dua pekan lalu melakukan unjuk rasa ke DPRD NAD. Sebagian besar pekerja ini berasal dari luar Aceh; Sumatera Utara, bahkan ada yang dari Tanah Jawa. Mereka bekerja di Desa Mon Ikeuen, Loknga, Aceh Besar, yang didanai Catholic Relief Services (CRS), dengan pelaksana PT Dieng Prima Kencana.
C M Y K
Dalam dialog dengan sejumlah anggota dewan, seperti Ketua Komisi E, Jamalauddin T Muku, Hamdani Hamid dan Asrul Abbas dari Komisi B, mereka meminta agar dewan menekan kontraktor, agar segera membayar gaji mereka yang tertunda hingga dua bulan lebih. Mungkin ini kasus perdana pekerja unjuk rasa. Mungkin banyak kasus serupa yang belum terkuak semuanya. Dia bak bola salju yang bisa menggelinding seketika. Apalagi bila ramai kontraktor tak bayar gaji pekerja. Kasus yang sama juga dialami puluhan buruh di kawasan Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. Namun mereka tidak sampai berdelegasi ke gedung dewan. Hanya saja, dampak tertundanya pembayaran gaji pekerja, pembangunan rumah korban tsunami jadi terhenti. “Kami tidak akan bekerja sebelum gaji dibayar,” kata Asep yang bekerja di Kajhu. Ironis memang, ketika rakyat
ingin segera menempati rumah, masih ada kendala nonteknis. Pasalnya, dampak dari tertundanya pembayaran gaji buruh ini, bukan saja dirasakan pekerja dan keluarganya, namun juga korban tsunami, karena nasibnya terkatung-katung. Mengantisipasi hal ini, sebaiknya donatur maupun Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias memperketat pengawasan. Anggota dewan dan Wakil Kepala Dinas Tenaga Kerja NAD, Drs Syamsuddin Daud sudah membahas persoalan itu agar tak terus berlarut. Dia akan panggil setiap pelaksana pembangunan yang bermasalah dengan pekerja. “Persoalan ini akan kita tuntaskan, karena ada aturan hukumnya bagi yang tak bayar gaji pekerja,” kata Syamsuddin. Lalu selesaikah? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Peran BRR amat diharapkan menjaga agar kasus serupa tak terulang lagi. Sebab, buruh pun berjasa dalam proses rekonstruksi. ■
2
CEUREUMeN
>> SMS
>> CEK BANUN
Mempertanyakan Pengerjaan Rumah Assalamua’laikum Wr.Wb. Kalau bisa tolong muat dalam surat kabar saudara, tentang masalah rekonstruksi rumah dari CARE. Sementara tahap ketiga sudah dibangun, tahap kedua masih diancang pondasinya. Itu pun belum dipasang. Bagaimana cara kerja sebetulnya. Apa benar dari atasan cara kerjanya memang begitu. Lokasinya di Desa Nusa, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar. Tolong dimuat harap dicek langsung ke lokasi. Izal - 081360885XXX
Kapan Aceh Tenang? Kapan Aceh bisa hidup tenang, Pak? Sudah aman korupsi pula. Kapan selesai Aceh ini Pak? 085260731XXX
BRR jangan Menjual Kata Manis Tolong orang-orang yang ada di BRR, jangan terlalu sombong dan menjual kata-kata manis untuk masyarakat korban konflik. Dan jangan terlalu tergiur dengan jabatan. Ingat dahulu teman. Kita sama-sama merasakan sakit dan susah. Jangan kau biarkan kejadian itu kembali. 085260210XXX
Buat Pak Gubernur Wahai pak gubernur yang terhormat. Sudah banyak nyawa melayang yang menjadi tangung jawab bapak di akhirat kelak Misalnya di Jalan Banda Aceh- Medan, hanya gara-gara menghindar lubang di jalan. Tolong jangan hanya banyak ngomong. Di sisi lain rakyat tak lupa ditagih pajak kendaraan untuk pembangunan. 08126922XXX
>> KORUPSI
Kontraktor Kabur, Lurah Terutang
Peulanggahan Terkatung-katung Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
K
elurahan Peulanggahan, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh, hancur berat dihantam tsunami. Kawasan itu tergolong padat rumah dan jumlah penduduknya sebelum tsunami datang. Sehingga, tak terhitung korban yang jatuh, baik jiwa maupun fisik. Itu sebab, ketika BRR menunjuk beberapa kontraktor pada Mei 2005 untuk membangun rumah mereka, timbul rasa senang luar biasa. “Kami senang bukan main saat itu,” kata Ramli, Lurah Peulanggahan, kepada Ceureumen, pekan lalu. Ada tiga kontraktor yang mendapat rezeki nomplok lewat penunjukan langsung kala itu. Mereka adalah PT Bumi Persada, CV Trasindo Pratama, dan CV Putra Paloh. Sumber anggarannya adalah DIPA tahun 2005. Sesuai dengan RAB (Rancangan Anggaran Biaya) yang ada, satu unit rumah dianggarkan Rp 39.600.000. Pembangunan rumah ini juga awalnya diawasi secara ketat oleh konsultan dari BRR. PT Bumi Persada dijatahkan
untuk membuat rumah sebanyak 50 unit. Dana yang diplotkan untuk mereka berjumlah Rp 1.980.000.000. Perusahaan ini mulai bekerja sejak Agustus 2005. Lalu, sudah bisa ditempatikah pembangunan rumah tipe-36 itu kini? Hasil investigasi GeRAK (Gerakan Rakyat Antikorupsi) Aceh menunjukkan, rumah tersebut tidak hanya terbengkalai. Ada yang setengahnya beratap. Ada juga yang tak beratap sama sekali. Sebagiannya ada yang batu-bata telah dipasang, tetapi ada juga yang pondasinya saja belum selesai. Dan yang lebih menyakitkan, pelaksananya, PT Bumi Persada, sudah kabur entah kemana. “Sudah empat bulan yang lalu ditinggalkan. Saya sudah berusaha mencari perusahaan itu, tapi hingga kini tidak dapat,” kata Ramli, Lurah Peulanggahan. Lebih menyakitkan lagi bagi Ramli. Uangnya senilai Rp 6.000.000 dibawa kabur oleh seseorang di perusahaan tersebut. “Sampai sekarang belum dikembalikan,” kata sang lurah, yang mengaku kecewa berat dengan perusahaan tersebut.
Tiga kontraktor yang mendapat rezeki nomplok lewat penunjukan langsung. Sebetulnya, Ramli sudah melaporkan kasus ini kemana-mana. bersama warga, Ramli mengaku telah melaporkan kasus ini kepada SAK BRR maupun kepada Deputi Perumahan di BRR. Kasus ini juga sudah dilaporkan kepada DPRD dan pihak Walikota. “Tidak ada tanggapan apa pun hingga kini,” ketanya. Berkualitas rendah Lalu, ada juga CV Trasindo Pratama yang dijatahkan mengerjakan rumah sebanyak 15 unit di Kelurahan Peulanggahan ini. Sang kontraktor ini memang tidak kabur, tetapi klaim bahwa mereka telah menyelesaikan pembangunan rumah tersebut hingga 100 persen, masih dipertanyakan. Hasil investigasi GeRAK menunjukkan, masih ada beberapa masalah yang timbul, antara lain: 1. Dalam serah terima bantuan dari kontraktor ke masyarakat serta laporan ke pihak BRR
ternyata perusahaan tersebut melakukan pemalsuan tanda tangan pemilik rumah, sebagaimana diungkapakan oleh Zainal Abidin Tanjong, tokoh masyarakat dari Peulanggahan. 2. Meski diklaim telah siap 100%, ternyata sebagian rumah malah tidak disiapkan WC. 3. Banyak kayu yang digunakan terutama dalam pembagunan tidak sesuai dengan spek yang telah disusun dalam RAB. 4. Pengerjaannya terkesan asal jadi. Banyak dari kayu yang digunakan terutama untuk kosen atas tidak baik dan berbubuk/ telah dimakan rayap. Sebagian dari 15 unit bantuan perumahan yang telah dikerjakan memang telah ditempati oleh masyarakat. Namun, masyarakat masih saja mengeluh dengan kondisi rumah yang tak sesuai dengan spek. Lalu, perusahaan lain yang juga kebagian jatah membangun di desa itu adalah CV Putra Paloh. Perusahaan ini dijatah sebanyak 15 unit dengan total alokasi anggaran yang diplotkan sebesar Rp 594.000.000. Ternyata buah tangan perusahaan ini tak jauh beda den-
gan saudaranya di atas, CV Trasindo Pratama. Dari hasil investigasi lapangan, ada beragam masalah yang muncul, antara lain: 1. Dalam serah terima bantuan dari kontraktor ke masyarakat serta laporan ke pihak BRR, ternyata perusahaan tersebut melakukan pemalsuan tanda tangan pemilik rumah. 2. Rumah yang dikalaim telah siap dikerjakan 100%, ternyata sebagian ada yang tidak disiapkan WC-nya. 3. Banyak kayu yang digunakan terutama dalam pembangunan tidak sesuai dengan spek yang telah disusun dalam RAB. 4. Pengerjaannya asal jadi. Saat ini banyak dari kayu yang digunakan terutama untuk kosen sudah mulai berbubuk atau dimakan rayap. 5. Rumah yang dikerjakan ternyata tidak dipasang plafon atas. 6. Sebagian rumah atapnya bocor, seng sudah hancur. Hingga tulisan ini diturunkan, Ceureumen belum berhasil menghubungi ketiga pelaksana pembangunan rumah di kawasan Peulanggahan itu. ■
>> FOKUS
CEUREUMeN
3
Boy Nashruddin Agus Banda Aceh
[email protected]
M
ukanya lesu, duduk termenung tak bergairah. Begitulah Lyung Seng salah seorang penghuni barak Peunayong ketika ditemui Ceureumen. Awalnya dia tinggal di Desa Blower-Banda Aceh, namun sekarang ia menumpang di tempat saudara tuanya di barak tersebut. Bujangan paruh baya ini belum mendapatkan rumah bantuan. Lain lagi dengan Avi, bekas toke boat. Dia kini bekerja pada usaha perbaikan boat milik orang lain. ”Dulu saya punya boat pukat sebanyak dua buah, salah satunya berkongsi dengan pak Ramli, pemilik usaha ini,” ujarnya. Lyung Seng dan Avi, contoh dua warga Banda Aceh keturunan Tionghoa yang hidupnya terlunta-lunata. ”Sekarang saya cuma bisa bantu-bantu buat onderdil kapal milik siapa saja. Kebetulan saya mempunyai keahlian dalam hal ini,” tambahnya lagi dalam bahasa Aceh yang fasih. Tak mengeluh Beberapa bulan lalu, separoh barak Peunayong dihuni oleh etnis Tionghoa dari berbagai desa di Banda Aceh. Ada yang berasal dari Lanteumen, Pelanggahan, Kampung Mulya dan Peunayong sendiri. Namun, sekarang banyak yang sudah pindah ke rumah bantuan yang diberikan Yayasan Budha Tzu Chi di Pante Riek. Seperti halnya permasalahan yang terjadi dalam rekonstruksi di Aceh. Masalah itu juga terjadi pada warga Tionghoa yang tinggal di barak Peu-
Jumlah warga Peunayong sebelum tsunami termasuk di dalamnya etnis Tionghoa No
Jumlah
Keterangan
1 2 3
797 2.468 1.894
KK LK PR
nayong. Sebanyak 18 KK warga Tionghoa dari berbagai desa di Banda Aceh ini belum mendapatkan rumah. “Sebenarnya mereka butuh bantuan, tapi tidak pernah sampai dan mereka tidak pernah mengeluh walaupun sudah ada yang berusaha membuat proposal bantuan untuk barak tersebut,” ungkap Sharifuddin Adi, Koordinator Barak Pengungsi Peunayong. Dia menjelaskan kondisi pengungsi barak ini tidak banyak mendapatkan bantuan layaknya barak-barak lain. ”Setiap bulannya hanya ada bantuan sembako yang disalurkan oleh World Vision dari WFP dan untuk etnis Tionghoa sendiri mendapatkan bantuan dari Yayasan Budha Tzu Chi dan LSM Matahari serta bantuan dari INTI (Ikatan Tionghoa Indonesia) bukan dari pemerintah seperti pengungsi lainnya.” tambahnya lagi. Untuk melanjutkan hidup banyak dari warga Tionghoa korban tsunami yang bekerja tanpa bantuan modal usaha. Seperti yang diungkapkan oleh Mulyadi, Staf Kelurahan Peunayong/ Kep. Lingkungan Cendrawasih-Peunayong. ”Kini yang menghuni barak itu umumnya warga Tionghoa yang status sosialnya bisa dikatakan kelas menengah ke bawah.” Bukan tak ada Walaupun begitu, Sharifuddin dan beberapa penghuni barak yang ditemui Ceureumen mengakui adanya bantuan yang diberikan dari NGO/LSM luar. Seperti halnya bantuan beras dari WFP yang disalurkan oleh World Vision, ICMC yang memberikan keterampilan memasak untuk Ibu-ibu di barak disamping bantuan modal usaha dari INTI. ”Itu semua hanya berjalan setahun lebih pascatsunami, sekarang tidak lagi,” ujar Sharifuddin. Kekurangan bantuan itu dapat dirasakan oleh penghuni barak tersebut umumnya mengenai masalah air bersih. Meskipun sudah ada tangki air, namun airnya tidak pernah terisi. ”Jangankan bantuan lain, air bersih saja kami harus beli,” celoteh Avi disela kesibukannya memperbaiki
Jumlah warga Peunayong sesudah tsunami termasuk di dalamnya etnis Tionghoa No
1
Jumlah KK
Jumlah LK
Jumlah PR
784 KK
1.931
1.362
Keterangan Meninggal Hilang 45 LK 62 PR
47 LK 74 PR
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Warga Tionghoa, Korban yang Minim Perhatian
Sebuah keluarga pengungsi keturunan cina sedang bersenda gurau di depan barak mereka di daerah Peunayong, Banda Aceh.
onderdil kapal. “Memang untuk air bersih kami sangat merasa kekurangan, salah satu solusinya adalah memasang pompa air dari dana pribadi,” ungkap koordinator barak, Sharifuddin. Padahal dari pihak koordinator ba rak dan kelurahan sendiri sudah pernah menyurati YBI selaku pengelola bantuan air bersih agar bisa ikut membantu menyalurkan air bersih di Hun tara tersebut, namun sampai saat ini belum ada reaksi dari lembaga yang diharapkan tersebut. Tak beda Banyak perbedaan yang didapat oleh warga Tionghoa dibandingkan warga pribumi. Dalam hal penyaluran bantuan saja dapat dilihat dengan jelas. Walaupun begitu, Mulyadi selaku aparatur desa mengatakan bahwa mereka tidak pernah membedabedakan pengungsi. ”Bagi mereka yang korban semua kita Bantu,” jawab Pria muda ini dengan tegas. Ketika ditanyakan masalah penyaluran bantuan, aparatur pemerintah ini menjelaskan bahwa tidak semua LSM yang masuk ke Huntara ini berkoordinasi dengan pihak kelurahan. Terkadang LSM masuk sendiri secara langsung ke Barak melalui Koordinator barak. ”Walaupun begitu Koordinator barak selalu mempunyai koordinasi dengan pihak kelurahan ketika ada bantuan yang dating,” tambah Mulyadi. ”Sekarang di antara warga Tionghoa yang menetap di Huntara itu sedang menunggu direhabnya toko-toko mereka oleh BRR, sedangkan yang berstatus penyewa menunggu rumah bantuan sembari terus bekerja,” tutup Mulyadi.
Data KK Warga Tionghoa di Huntara Peunayong 1. Firus Handalan (warga peunayong) 2. Go Tjung Fat (warga peunayong) 3. Yin Shin (warga peunayong) 4. Tina Yustina (Muallaf/ warga peunayong) 5. Husni (Muallaf/warga peunayong) 6. M. Hasan Basri (Muallaf/ warga peunayong)
Data KK Warga Tionghoa di Huntara Peunayong dari desa Lanteumen, Peulanggahan, Kp. Mulya, Kp. Laksana dan Keudah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Yak Yup Kin Go Ek Lie Sutikno Sutomo Yanti Liong Foe Tjin Lo Tjung Fa Rosmini Tjhia Tji Liong Ang Hok Tjuan Lio Fuk Sen Hasin Sie Boon Su
■ REDAKSI CEUREUMéN ■ Pemimpin Redaksi: Sim Kok Eng Amy ■ Sekretaris Redaksi: Siti Rahmah ■ Redaktur/Wartawan: Nani Afrida, Mohammad Avicenna, Muhammad Azami ■ Koordinator Artistik: Maha Studio ■ Fotografer: Hotli Simanjuntak ■ Bagian Keuangan: Atik Hidayati ■ Bagian Umum: Ratnasari Dewi, Andi Yoga Tama ■ Bagian Sirkulasi: Surya Windu ■ Dengan kontribusi wartawan lepas di Aceh ■ Alamat: Jl. Prada Utama No: 11 A. Gampong Prada, Banda Aceh. PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected] ■ Percetakan dan distribusi oleh Serambi Indonesia. CEUREUMéN merupakan media dwi-mingguan yang didanai dan dikeluarkan oleh Decentralization Support Facility (DSF atau Fasilitas Pendukung Desentralisasi). DSF merupakan inisiatif multi-donor yang dirancang untuk mendukung kebijakan desentralisasi pemerintah dengan meningkatkan keselarasan dan efektifitas dukungan dari para donor pada setiap tingkatan pemerintahan. Misi dari CEUREUMéN adalah untuk memberikan informasi di Aceh tentang rekonstruksi dan berita yang bersifat kemanusiaan. Selain itu CEUREUMéN diharap bisa memfasilitasi informasi antara komunitas negara donor atau LSM dengan masyarakat lokal.
4
CERITA SAMP
CEUREUMeN
>> KOMENTAR ANDA Apakah Anda setuju penerapan Syariat Islam di Aceh? Komentar berbicara syariat Islam bukan setuju atau tidak setuju, namun berbicara kewajiban artinya syariat Islam wajib ditegakkan dan diamalkan dalam hidup dan kehidupan sehari-hari. Wirzaini Usman Al-Mutiarai
Saya, siswa SMA 3, sangat setuju dengan penerapan syariat di Aceh. Ini semua demi akhirat. Tolong agar baju berbusana muslim segera diminati tapi tidak ketat. Pengirim: 081534091XXX Saya sangat setuju sikat semua yang melanggar syariat islam....?Aan Pengirim: 085262066XXX (Calang) Tentang Syariat di kami Rakyat Aceh setuju-setuju saja, tapi penerapannya jangan setengah-setengah dong masak Cuma yang ceweknya aja yang diserukan untuk memakai jilbab. Cowoknya yang gak sholat Jumat, minum minuman keras, judi, berganja masih meraja lela di Aceh ini. Jadi kepada kantor syariat Islamjangan berat sebelah dong. Syariat islamnya secara menyeluruh tanpa pandang bulu dan yang paling penting ajak-ajak dong remaja mesjidnya berpastisipasi. Pengirim: 085262459XXX Assalamualaikum Abdul Razak, Syariat Islam jangan Cuma dijadikan jargon hanya untuk mendapat pengakuan dari orang-orang luar. Kita bukan menyembah manusia…! Silahkan pake Syariat Islam atau sekalian saja ngajar Islam atau apa saja yang beraroma islam. Yang penting jangan lagi korupsi..!dan jangan lagi membohongi Tuhan Wassalam. Pengirim: 081360866XXX (Jeuram, Nagan Raya). Seharusnya hukum cambuk yang disebut-sebut sebagai penerapan syariat Islam itu berlaku adil. Selama ini baru tiga aspek yang berani dilakukan cambuk, yaitu khalwat, maisir, dan khamar. Selebihnya masih tetap menggunakan aturan nasional. Itu artinya, belum ada keberanian menerapkan hukum Islam secara kaffah di Aceh. Pengirim: 081360001XXX Ini bukan persoalan setuju atau tidak setuju. Hukum apa pun jika itu adil bagi semua pihak, tak bernuansa politis, dan membawa banyak manfaat, silakan diberlakukan di Aceh. Masalahnya, pemberlakuan hukum Islam di sini belumlah adil. Pengirim: 085260408XXX Saya sangat setuju dengan pemberlakuan syariat Islam di Aceh. Apalagi di tengah arus globalisasi asing yang sangat mengental, pemberlakukan syariat Islam di Aceh sudah waktunya. Bukankah kita ingin membuat sistem pemerintahan yang bernuansa syariat Islam. Pengirim: 081360777XXX
Tabloid Ceureumén membuka rubrik “Komentar Anda”. Rubrik ini mengundang partisipasi pembaca untuk memberi komentar terkait dengan topik yang akan kita bahas per edisi. “Komentar Anda” akan hadir setiap dua edisi atau setiap edisi bernomor genap Ceureumén. Anda bisa mengirim pendapat ke nomor 081377237728 dengan menulis komentar_isi komentar Anda, serta alamat tempat tinggal Anda. Komentar Anda bisa juga dikirim melalui email:
[email protected], atau lewat surat ke PO Box 061 Banda Aceh 23001.
■ FOTO-FOTO: HOTLI SIMANJUNTAK
Pengirim: 08126968XXX
Empat Aturan Bantuan Rumah Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
U
paya untuk merumahkan dan memukimkan kembali semua korban bencana yang kehilangan tempat tinggal merupakan kebutuhan mendesak dan penting. Akibat tsunami, sejumlah korban tidak dapat kembali ke kawasan pemukimannya semula, baik karena rumah dan tanahnya ‘lenyap’, rumahnya rusak, ataupun loka-
si tempat tinggal semula menjadi terlampau berbahaya untuk dihuni kembali. Pada Mei lalu, Kepala Badan Pelaksana BRR NAD-Nias Kuntoro Mangkusubroto mengeluarkan paket peraturan menyangkut pemberian bantuan perumahan bagi korban gempa dan tsunami di Aceh dan Nias. Paket aturan itu mengatur tentang; (1) Pembangunan rumah di lokasi baru, (2) Pembangunan rumah bagi korban se-
bagai keluarga yang tidak memiliki rumah dan hak atas tanah, (3) Pemberian bantuan untuk memperbaiki rumah yang rusak agar dapat digunakan sebagai tempat tinggal kembali, dan (4) Pemberian bantuan pembangunan rumah inti tipe-36 baru yang layak huni di atas tanah milik korban sebagai pengganti tempat tinggalnya semula yang telah musnah. Penjelasan tentang kebijakan itu disajikanCeureumen dalam bentuk ta nya jawab seperti berikut.
1. Membangun Rumah di Lokasi Baru Bantuan Perumahan dan Permukiman Kembali (BPPK) adalah bantuan pembangunan rumah inti baru yang layak huni di lokasi yang baru dengan dilengkapi prasarana dan sarana dasar.
Kepada siapa rumah di lokasi baru dibangun? BPPK diberikan kepada korban yang akibat bencana tanah dan rumahnya musnah atau tenggelam atau kawasan huniannya menjadi terlampau berbahaya untuk dihuni kembali.
Berapa besar nilai BPPK atau kompensasinya? Bentuk dan besarnya nilai BPPK atau kompensasi dananya adalah: a. Rumah inti tipe 36 yang dibangun sesuai dengan standar kelayakan dan biaya pembangunan sesuai dengan ketetapan Badan Pelaksana atau kompensasi dana yang setara nilainya. b. Kapling tanah seluas minimum 40 m2 dan hak kepemilikan atan nama penerima bantuan dengan harga tanah senilai maksimum sepertiga dari harga tertinggi unit rumah inti tipe 36 di Banda Aceh. c. Prasarana dan sarana dasar yang memadai unC M Y K
tuk lingkungan permukiman baru.
Apakah dana BPPK dapat digunakan untuk membangun rumah yang lebih besar? Dana BPPK dapat digunakan oleh penerima untuk membangun rumah yang lebih besar dan mendapatkan tanah yang lebih luas dengan tambahan biaya sendiri sepanjang memenuhi standar kelayakan.
Berapa KK sedikitnya agar permukiman kembali di lokasi baru dapat dilakukan?
RITA SAMPUL Pemukiman kembali di lokasi baru yang akan dihuni sedikitnya oleh 25 KK akan dilengkapi dengan prasarana dasar dan sarana umum. Lokasi permukiman baru dapat dimana saja, sepanjang sesuai dengan akidah-kaidah penataan ruang, layak secara teknis dan biaya, dan tidak rawan terhadap bencana alam.
Kondisi-Kondisi Khusus Apabila satu unit rumah yang hancur sebelum terjadi bencana dihuni oleh lebih dari satu KK maka: 1. BPPK diberikan hanya kepada keluarga sebagai korban yang memiliki secara sah rumah dan tanah atau ahli warisnya. 2. Korban yang menempati rumah yang hancur namun tidak memiliki rumah dan hak atas tanah, yang bersangkutan akan diberikan bantuan melalui program Bantuan Sosial untuk Bertempat Tinggal (BSBT) yang diatur dalam keputusan sendiri. 3. Korban yang tidak ingin mendapatkan BPPK di lokasi permukiman baru dan memilih tinggal dan membangun rumah di lokasi lain yang dipilihnya sendiri, akan diberikan bantuan uang tunai senilai harga pembangunan satu unit rumah inti tipe-36 dan nilai kompensasi tanah yang akan disalurkan melalui Lembaga Perbankan atau lembaga keuangan sejenis.
2. Korban tak Punya Rumah dan Hak atas Tanah Siapa penerima BSBT? Penerima BSBT adalah korban atau anggota keluarga selaku ahli waris yang menetap di kawasan bencana , tidak mempunyai tanah dan rumah serta kehilangan tempat tinggal yang disewanya akibat bencana.
Berapa besar nilai BSBT? Besar nilai BSBT untuk satu keluarga korban yang menyewa atau yang menumpang di rumah orang lain adalah sebesar 40 persen dari harga rata-rata satu unit rumah inti tipe 36 di Kota Banda Aceh tanpa pajak. Atau sekitar Rp 24 juta untuk kondisi harga saat ini.
Berapa pula besar nilai BSBT bagi korban tsunami yang bertempat tinggal di atas tanah yang bukan haknya? Bantuan Sosial Bertempat tinggal (BSBT) adalah bantuan dana ditujukan untuk korban sebagai keluarga yang tidak memiliki rumah dan hak atas tanah.
CEUREUMeN
Besar nilai BSBT untuk satu keluarga korban yang bertempat tinggal di atas tanah yang bukan haknya serta tidak bisa digunakan untuk ke perluan bertempat tinggal adalah 25 persen dari harga rata-rata satu unit rumah inti tipe-36 di Kota Banda Aceh tanpa pajak.
3. Bantuan Perbaikan Rumah Bantuan Perbaikan Rumah (BPR) adalah bantuan untuk memperbaiki rumah yang rusak akibat bencana agar dapat digunakan sebagai tempat tinggal kembali. 1. Maksimum nilai BPR untuk satu keluarga penerima bantuan yang rumahnya rusak, tidak dapat dihuni namun masih dapat diperbaiki, adalah maksimum 50 persen dari harga ter- tinggi rumah inti tipe 36 di Kota Banda Aceh tanpa pajak. 2. Maksimum nilai BPR untuk satu keluarga penerima bantuan yang rumahnya masih layak huni namun rusak akibat bencana dan memerlukan perbaikan, adalah maksimum 25% dari harga tertinggi satu unit rumah inti tipe-36 di Kota Banda Aceh tanpa pajak.
Siapa yang menentukan besarnya tingkat kerusakan rumah? Besarnya tingkat kerusakan dan nilainya ditentukan berdasarkan usulan kelompok penerima BPR dan ditetapkan oleh tim kerja penilai yang ditunjuk oleh Badan Pelaksana atau Mitra Pemberdaya. Mitra Pemberdaya adalah mitra badan pelaksana yang terkait dalam upaya pemberdayaan korban untuk mendapatkan tempat tinggal., seperti LSM, Pemda, lembaga pemberi bantuan.
4. Membangun di atas Tanah Korban Bantuan pembangunan rumah baru yang disingkat dengan BPRB adalah bantuan pembangunan rumah inti tipe-36 baru yang layak huni di atas tanah milik korban sebagai pengganti tempat tinggalnya yang rumahnya musnah karena bencana.
Siapa penerima BPRB? Penerimanya adalah korban atau ahli warisnya yang menerima bangunan baru sebagai pengganti tempat tinggalnya yang rumahnya musnah karena bencana.
Apa yang dimaksud dengan rumah inti tipe 36? Adalah bangunan rumah seluas 36 m2 ditambah kamar mandi dan dapur, sebagai rumah yang dapat diperbesar, diperluas, dan dikembangkan oleh penerima BPRB.
Bagaimana jika seorang korban tsunami yang telah membangun sendiri rumahnya? Penerima BPRB yang telah membangun sendiri rumahnya yang hancur akibat bencana dapat memperoleh kompensasi dana BPRB.
Berapa nilai kompensasinya? BPRB diberikan kepada korban yang masih mempunyai tanah, namun rumahnya hancur dan tidak dapat diperbaiki kembali. Bentuk dan besarnya nilai BPRB atau kompensasi dana berupa Rumah Inti Tipe 36 yang dibangun sesuai dengan standar kelayakan dan biaya pembangunan sesuai dengan ketetapan badan Pelaksana atau kompensasi dana yang setara nilainya. ■
Ketentuan Pidana 1. Setiap tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku pembangunan permukiman kembali dapat dikenakan sanksi dengan merujuk pasal 7 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2. Bagi siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakkkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya dikenakan sanksi dengan emrujuk pada pasal 378 KUHP. 3. Bagi orang atau penerima bantuan yang melakukan dan membiarkan perbuatan curan dalam mendapatkan bantuan dalam program pemberian bantuan permukiman dan perumahan yang tidak menjadi haknya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). ■
Itu Teori di Atas Kertas
W
isnubroto Sarosa, Direktur Perencanaan dan Pemrograman BRR, mengaku tak mudah merealisasikan semua peraturan tentang Perumahan dan Permukiman yang telah diteken oleh Kepala Bapel, Kuntoro Mangkusubroto. Soalnya, katanya, di lapangan masalahnya teramat pelik. Data yang diperoleh sering bias. Banyak orang kini mengaku sebagai korban. Dampaknya, kebutuhan dana pun membengkak. Nah, kalau melihat aturan yang dibuat, ternyata sangat fleksibel bagi korban. Misalnya saja dalam salah satu poin peraturan Kepala Bapel BRR disebutkan bahwa, “Penerima BPRB (Bantuan Pembangunan Rumah Baru) yang telah membangun sendiri rumahnya yang hancur akibat bencana dapat memperoleh kompensasi dana BPRB.” Benarkah poin itu akan direalisasikan sepenuhnya di lapangan? Tidak ada yang berani menjamin. Wisnubroto sendiri mengaku sulit merealisasikan semua aturan itu. Sebab nya, katanya, karena warga sering menyampaikan data yang tidak valid, dan di sisi lain pemerintah kekurangan dana. Lalu, ada juga poin lain di peraturan itu yang berbunyi, “Korban yang tidak ingin mendapatkan BPPK di lokasi permukiman baru dan memilih tinggal dan membangun rumah di lokasi lain yang dipilihnya sendiri, akan diberikan bantuan uang tunai senilai harga pembangunan satu unit rumah inti tipe-36 dan nilai kompensasi tanah yang akan disalurkan mela-
C M Y K
lui Lembaga Perbankan atau lembaga keuangan sejenis.” BPPK (Bantuan Perumahan dan Permukiman Kembali) adalah bantuan pembangunan rumah inti baru yang layak huni di lokasi yang baru dengan dilengkapi prasarana dan sarana dasar. Ini artinya, bagi warga korban tsunami yang ingin membangun rumah di lokasi lain, sejatinya sah-sah saja. Pemerintah akan mengganti biayanya. Namun, kenyataannnya tidak demikian. Banyak korban tsunami yang telah membangun rumah di daerah lain dengan kemampuan sendiri, tidak ada tanda-tanda biayanya akan diganti oleh BRR. Begitu pula bagi penyewa. Aturannya sih menyebutkan bahwa mereka yang menyewa akan memperoleh 40 persen dari harga rata-rata satu unit rumah inti tipe 36 di Kota Banda Aceh tanpa pajak. Itu artinya, 40 persen dari Rp 60 juta atau sekitar Rp 24 juta yang dijatahkan untuk penyewa yang sah. “Namun, untuk merea lisasikan ini juga tidak mudah. Teorinya sih begitu,” kata Wisnubroto Sarosa. Yang menjadi kesulitan adalah membuktikan seseorang penyewa atau bukan. “Ada yang sampai mengusulkan agar warga disumpah dulu supaya datanya lebih valid,” katanya. Pemerintah pun, kata Wisnu, meminta syarat yang ketat untuk itu. Aplagi dana yang dimiliki pemerintah kini memang agak seret. “Kalau APBN murni tidak akan cukup. Tentu harus ada dana hibah dan bantuan dari NGO,” kata Direktur Perencanaan dan Pemrograman BRR ini. ■
5
6
CEUREUMeN
> > > TANYA JAWAB Cara Masuk Sekolah Sukma Telur puyuh menjadi kegemaran semua orang. Bentuknya yang kecil menyebabkan telur ini sering digunakan untuk pelengkap menu. Biasanya telur puyuh ini nikmat untuk sambal goreng atau sup. Namun tidak kalah enaknya untuk penggemar masakan pedas seperti tauco. Mau mencoba?
Tauco Telur Puyuh
● ● ●
Bahan: ● Sepuluh butir telur puyuh rebus ● 5 buah cabai merah (sesuai selera) ● 5 buah cabai hijau (Sesuai Selera) ● 3 siung bawang merah ● 1 siung bawang putih ● Jahe secukupnya
● ● ● ● ●
Lengkuas secukupnya 2 lembar daun salam 2 sendok makan tauco 1 butir tomat Garam Penyedap rasa Minyak menumis ¼ gelas air
●
●
●
●
Cara membuat: ● Iris-iris cabai, bawang merah, bawang putih dan tomat ● Panaskan minyak, tumis cabai,
T:
Saya adalah salah seorang warga yang tinggal di daerah Caleu, Kecamatan Peukan Baro, Pidie. Beberapa waktu lalu saya mendengar bahwa banyak orang daerah saya yang masuk ke sekolah di Yayasan Sukma Bangsa yang dipimpin oleh Bapak Surya Paloh. Salah satu sekolah yang dibangun oleh yayasan Sukma memang terletak di daerah saya, yakni Caleu. Yang ingin saya tanyakan, bagaimana caranya agar anak saya dapat masuk ke sekolah yang unggul itu? Kalaupun tidak bisa lagi di Caleu, saya juga bersedia anak saya diterima di Bireuen dan Lhokseumawe yang katanya juga mempunyai sekolah tersebut. Dan apakah tahun ini masih mungkin anak saya masuk ke sekolah tersebut?
Bentuknya yang kecil menyebabkan telur ini sering digunakan untuk pelengkap menu. tomat dan bawang sampai harum Masukkan jahe, lengkuas daun salam dan tauco Tambahkan air, biarkan mendidih Masukkan telur puyuh garam dan penyedap rasa Siap dihidangkan
Nursyidah Keude Beureunuen Kecamatan Mutiara, Pidie
Catatan: Paling enak disantap sebagai menu makan siang
J:
Menurut Manajer Lapangan Sekolah Sukma Bangsa, Syarifuddin, murid-murid yang direkrut untuk belajar secara gratis di sekolah ini prioritas utamanya bagi korban tsunami dan kurang mampu. Jika anak Anda tergolong kurang mampu atau korban tsunami, maka besar kemungkinan akan diterima sesuai dengan kapasitas sekolah. Sebagaimana diketahui, Yayasan Sukma Bangsa membangun sekolah gratis yang diperuntukkan bagi korban tsunami dan warga miskin. Sekolah tersebut ada di Pidie, Bireuen, dan Lhokseumawe. Namun, Syarifuddin memastikan bahwa untuk tahun ajaran berjalan ini tidak mungkin pihaknya menerima lagi murid, mengingat mereka sudah belajar selama dua bulan. Untuk Pidie, bisa didatangi langsung sekolah ini dengan alamat Desa Meunasah Bale, Kemukiman Pineung, Kecamatan Peukan Baro, Pidie. Di setiap komplek sekolah Yayasan Suka Bangsa, baik yang di Pidie, Bireuen, maupun Lhoksumawe, terdiri atas tiga jenjang sekolah, yaitu tingkat SD, SMP, dan SMU. Semua pelajar diasramakan, kecuali pelajar SD yang tidak diasramakan. Direncanakan, enam tahun pertama Yayasan Sukma akan mencari donatur sendiri untuk biaya proses belajar-mengajar di sekolah ini. Sedangkan sesudahnya direncanakan Pemda setempat yang akan mengelola sekolah yang diprioritaskan bagi korban tsunami Sekolah Sukma di Caleu, Pidie. dan warga miskin ini.
Bagi Anda yang memiliki resep unik yang bisa dimasak dengan mudah dan enak, bisa mengirim surat ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected]. Cantumkan alamat lengkap. Ceureumen akan mengunjungi Anda dan melihat Anda memasak. Disediakan bingkisan kecil untuk Anda.
>> TIPS
M
eski badan dalam keadaan sehat dan bugar, gangguan sosial kerap dialami oleh orang yang sedang berpuasa, yaitu bau mulut. Hal ini dimungkinkan karena sejak batas imsak saat menjelang subuh hingga berbuka ketika magrib, lambung dalam keadaan kosong. Keadaan lambung kosong serta hawanya yang keluar lewat mulut menimbulkan bau tak sedap. Terlebih bila orang itu mengalami sakit maag. Bau yang keluar akan lebih menyengat. Berikut ada beberapa resep untuk menghilangkan bau mulut saat puasa. Semoga bisa membuat puasa Anda tambah khusuk dan teman tidak berkurang:
Bunga Melati Bahan: 30
Kunyit
buah kuntum bunga melati, 1 gelas air matang. Cara membuat: Bunga melati direndam 1 malam dalam keadaan tertutup dalam wadah plastik atau kaca. Airnya diminum setiap pagi selama lima hari berturut-turut.
Bahan: 2 jari kunyit, gula aren secukupnya, 1 gelas air. Cara membuat: Kunyit dicuci bersih lalu diparut dan diremas dengan air. Setelah itu tambahkan gula aren, kemudian aduk-aduk hingga rata. Selanjutnya campuran ini diperas atau disaring. Air perasan diminum sekaligus pada malam hari menjelang tidur. Lakukan hal ini selama beberapa hari.
Daun Sirih
Daun Jeruk Nipis
Bahan: 5 helai daun sirih, 3 gelas air. Cara Membuat: Daun sirih yang telah dicuci bersih direbus dengan air bersih hingga mendidih selama 15 menit. Biarkan rebusan air hingga dingin dalam keadaan tertutup. Gunakan rebusan air sirih untuk kumur-kumur sebanyak 3 kali sehari. Setiap kali kumur, gunakan 2 sendok makan. Lakukan hal ini hingga beberapa hari.
Bahan: 15 helai daun muda jeruk nipis, tepung beras secukupnya. Cara membuat: Daun jeruk nipis dicuci bersih lalu dihaluskan. Tambahkan tepung beras secukupnya pada halusan daun jeruk nipis. Campuran itu diaduk sampai rata, kemudian bentuklah menyerupai pil. Butiran pil tersebut ditelan sebanyak tiga kali sehari, satu butir setelah makan. Lakukan hal ini selama beberapa hari. (dbs)
■ MAHDI ABDULLAH
Puasa tanpa Bau
Anda bisa mengirimkan pertanyaan apa pun yang ingin Anda ketahui, terutama mengenai masalah rekonstruksi dan rehabilitasi. Redaksi akan mencarikan jawaban untuk pertanyaan Anda. Kirimkan ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001 atau email
[email protected] dengan mencantumkan “Rubrik Tanya Jawab”
TEKA TEKI SILANG CEUREUMÉN NO. 30 Mendatar: 1. Terpelajar 5. Hewan berbulu duri 8. Perserikatan yang bertujuan memenuhi keperluan kebendaan para anggotanya dengan cara menjual barang kebutuhan dengan harga murah 12. Kedai 15. Cepat menerima tantangan, Peka Menurun: 1. Lelah 2. Bilangan kosong 3. Koperasi Unit Desa 4. Alat Tulis Kantor 6. Ukuran Luas
7. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Berkurang karena gesekan Berdoa ( Latin ) Lari ( Inggris ) Sadar akan kekhilafan Wanita Tuna Susila Dibalik; Cahaya Saluran air, Riol
Pemenang Ceureumén No. 26 1. Safruddin Ali Kutabuloh II Meukek Aceh Selatan.
Jawaban TTS Ceureumén NO. 29
2. Azhar Guru SMP Negeri 1 Peukan Baro (Bambi), Sigli.
Mendatar 1. Sauh, 3. Sua, 5. Ilmu, 6. Ion, 7. Dua, 8. Care, 9. Rel, 10. Non, 12. Unit, 13. Ide, 14. Alto.
3. Partini Eri Cahyani Jl. Bandara Sultan Iskandar Muda, Kp. Ajee Cut, Kec. Ingin Jaya, Aceh Besar.
Menurun 1. Sari, 2. Hal, 3. Student, 4. Atma, 5. Include, 9. Rapi, 11. Nako.
4. Kurnia Peg. Kandepag , Kab. Aceh Besar Jl. T. Bachtiar P. Polem, Jantho.
Pengumuman pemenang TTS akan diumumkan setiap dua edisi berikutnya. Jawaban di kirim ke Po.Box 061 Banda Aceh. Kepada 5 (lima) pemenang akan mendapatkan kamus Bahasa Indonesia-Inggris.
CEUREUMeN
>> SOSOK
7
Contohlah Nek Asnah Siti Rahmah Aceh Utara
[email protected]
■ SITI RAHMAH
R
abu (20/9) siang, sinar matahari begitu menyengat. Hembusan angin pantai perlahan-lahan tak mampu mengurangi panasnya terpaan sinar mentari di badan. Namun, Asnah (62), tetap tak beranjak dari tempatnya berdiri sedari tadi. Perempuan yang biasa disapa Nek Asnah itu terus saja mengarukaruk pasir di ‘lancang’ garamnya. Peluhnya mengalir deras. “Inilah antara lain pekerjaan sehari-hari saya,” kata warga Desa Blang Teubai, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara itu. Setiap pekan Nek Asnah menjual garam yang dibuatnya ke pasar. Harganya Rp 1.500 per bambu. “Saya mendapatkan sekitar Rp 30 ribu per minggu,” katanya. Penghasilan yang diperolehnya ini sangatlah kecil. Selain untuk makan, uang sebanyak itu juga untuk membayar cicilan utang. Tetapi, kadang untung juga luma yan ketika musim buah belimbing tiba. Pasalnya, sebagian masyarakat pada musim itu membuat asam sunti, yang tentu membutuhkan garam yang tak sedikit. Hingga kini nenek dari beberapa cucu ini mengaku tetap saja kesulitan mendapatkan bantuan modal. “Yang datang ke sini cuma foto-foto, belum ada yang menyalurkan bantuan,” ka-
tanya kepada Ceureumen. Jika Asnah punya modal, dia me ngaku punya keinginan membuat kemasan garamnya menjadi lebih baik. Seperti juga warga lainnya di desa itu, Asnah berharap mampu membuat garam beryodium dengan kemasan yang lebih baik. “Kalau sekarang cuma capek saja, untungnya kecil sekali, nak,” katanya. Dulu, areal itu adalah kawasan tsunami. Ketika musibah besar itu terjadi pada 26 Desember 2004, lokasi pembuatan garam tersebut hancur lebur. Lumpur tinggi menggenang dimanamana. Namun, oleh karena masyarakat di desa itu tak punya pencaharian lain, maka areal pembuatan garam itu diperbaiki beramai-ramai. “Saat itu kami membersihkan ramai-ramai,” katanya. Nek Asnah memang luar biasa. Jika tak membuat garam, ia menganyam tikar pandan. Nyaris tidak ada waktu yang tersisa setiap pekan. Sebetul nya, Nek Asnah tak punya tanggungan banyak. Dia memang beranak tujuh, tapi semua mereka sudah berkeluarga. Sedangkan sang suami menjadi guru mengaji di desa itu. “Saya sudah 15 tahun menjadi petani garam. Tapi, ya begini-begini terus. Mudah-mudahan dengan adanya bantuan modal nanti akan lebih berhasil usaha ini,” katanya. Tekad dan kerja kerasnya layak dicontohi. ■
>> KAMPUNGKU ACEH JAYA
Firman Hadi Aceh Jaya
[email protected]
B
■ FIRMAN HADI
ila tidak ada konflik, maka Desa Maree, Kecamatan Lamno, Aceh Jaya, tetap berpenghuni. Bila tidak ada konflik, masyarakat akan tenang dan damai berdiam di desa yang berhawa sejuk sampai turun temurun itu. Dan bila tidak ada konflik, jumlah penduduk nya juga tidak tinggal 67 jiwa lagi. Maree memang bukan desa biasa. Desa ini pernah menjadi daerah hitam versi tentara Indonesia semasa kon flik. Berjarak 18 kilometer dari Lamno. Dan terletak di kawasan kaki pegunungan, yang berbeda dengan kawasan lain di Kecamatan Lamno yang terletak di kawasan pesisir. Mau ke Desa Maree? Untuk menuju desa ini dari desa tetangga terdekat, hanya bisa dilewati
dengan jalan tikus dalam belantara hutan sejauh 5 km. Dengan 6 kali menyeberangi anak sungai. Penuh semak Setelah bertahun-tahun ditinggalkan oleh penghuninya, semak dan rumput tumbuh liar tumbuh di bekas lahan pertapakan rumah warga. Ha nya dua bangunan saja yang masih terlihat utuh. Itupun dalam kondisi sudah reot. Jalan desa yang dulunya lebar, sekarang hanya berupa jelan tikus, yang dipenuhi semak belukar. Sejak tahun 2003 tepatnya saat darurat militer lalu, Warga Maree terpaksa meninggalkan kampung halaman, mengungsi di desa tetangga nya, Desa Sabet. Kondisi ini memang menimpa hampir semua desa yang dianggap desa konflik. Sejak mengungsi itulah keadaan ekonomi keluarga warga desa Maree menjadi tidak menentu. Mereka tidak bisa lagi mengolah sawah ladang mereka di Maree. Menurut pengakuan warga terasa sangat pahit. “Apalagi di masa darurat itu, warga tidak bisa dengan leluasa pergi ke kebun” ujar Madi, pemuda desa Maree. Di tempat pengungsian warga desa Maree di Sabet, mereka membangun pondok-pondok kecil sebagai tempat tinggal mereka sementara waktu. Di sini warga Maree
■ FIRMAN HADI
Kapan Kami Pulang ke Maree?
harus menjalani kehidupan serba susah sampai sekarang. Seperti penuturan Keuchik Maree, ”Sejak mengungsi hidup kami cukup pahit, apalagi di masa konflik”, tukasnya, dengan nada sedikit getir. Masih mengungsi Dan saat ini penduduk Maree memang belum bisa kembali ke desa asalnya. Banyak di antara mereka yang tidak memiliki rumah lagi. Lahan perkebunan pun sudah hampir menjadi hutan belantara. Kebun tidak pernah terawat lagi selama tiga tahun. Dari segi mata pencarian seluruh
masyarakat desa Maree adalah petani. Namun mereka juga melakukan pekerjaan mengambil hasil kayu di hutan. Dan terkadang juga, sebagian dari mereka menjadi buruh tani, jika ada permintaan. Dan buruh-buruh harian di bidang lainnya. Ingin kembali ke desa Semenjak konflik reda, tekad warga untuk kembali ke desa sangat kuat. Karena sumber penghidupan mereka adalah di desa asal mereka. ”Kami berharap ada pihak yang membantu kami untuk kembali ke desa,” ujar Keuchik Maree. ■
CEUREUMeN
>> DAMAI
8
Daftar Kecamatan Target 2006 Bantuan Reintegrasi Berbasis Masyarakat Bagi Korban Konflik
U
ntuk tahun 2006 pemerintah berencana memberikan bantuan dana reintegrasi berbasis masyarakat bagi korban konflik di berbagai kecamatan di Aceh.Namun, karena ada berbagai keterbatasan, BRA hanya memberikan untuk 67 kecamatan terlebih dahulu. Namun untuk tahun 2007, lembaga tersebut punya target memberikan bantuan bagi korban konflik untuk 154 kecamatan lainnya. Lalu, mulai kapan dana tersebut dicairkan? Menurut BRA, seberapa lama dana tersebut dicairkan sangat tergantung kepada seberapa lama masyarakat membutuhkan waktu untuk bermusyawarah. Hasil musyawarah mereka akan menentukan siapa penerima bantuan ini. Jumlah bantuan maksimal per desa adalah Rp 170 juta, sedangkan jumlah bantuan minimalnya adalah Rp 60 juta per desa. Berikut Ceureumen menyajikan daftar kecamatan penerima bantuan reintegrasi berbasis masyarakat untuk tahun 2006 bagi korban konflik. ■
No. Kabupaten
Kecamatan
No. Kabupaten
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
SAMATIGA BABAHROT TANGAN TANGAN MESJID RAYA KRUENG BARONA JAYA DARUSSALAM SUKA MAKMUR KRUENG SABEE KLUET TIMUR TAPAKTUAN SAMADUA KLUET SELATAN LONGKIP SULTAN DAULAT MANYAK PAYED KEBAYAKAN LAUT TAWAR LAWE ALAS BANDA ALAM JULOK RANTAU SELAMAT PEUREULAK BARAT PEUREULAK PANTE BIDARI INDRA MAKMU SIMPANG ULIM PEUDAWA IDI TUNONG MADAT RANTAU PEUREULAK NURUSSALAM DARUL AMAN LANGKAHAN SAWANG
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Aceh Utara Aceh Utara Aceh Utara Aceh Utara Aceh Utara Aceh Utara Aceh Utara Aceh Utara Bener Meriah Bener Meriah Bener Meriah Bireuen Bireuen
48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
Bireuen Bireuen Bireuen Bireuen Bireuen Bireuen Bireuen Bireuen Gayo Lues Gayo Lues Nagan Raya Nagan Raya Pidie Pidie Pidie Pidie Pidie Pidie Pidie Simeulue
NISAM SIMPANG KEURAMAT SEUNUDON SYAMTALIRA BAYU KUTA MAKMUR MATANGKULI PAYA BAKONG BAKTIYA BARAT PINTO RAME GAYO TIMANG GAJAH SYIAH UTAMA PEUDADA PEUSANGAN SIBLAH KRUENG PEUSANGAN SELATAN GANDAPURA SAMALANGA MAKMUR JEUMPA JEUNIEB JULI JANGKA TERANGON PINDING SEUNAGAN TIMUR BEUTONG MILA GEULUMPANG BARO MANE BANDAR DUA SAKTI GEUMPANG TITEU/KEUMALA TEUPAH SELATAN
Aceh Barat Aceh Barat Daya Aceh Barat Daya Aceh Besar Aceh Besar Aceh Besar Aceh Besar Aceh Jaya Aceh Selatan Aceh Selatan Aceh Selatan Aceh Selatan Aceh Singkil Aceh Singkil Aceh Tamiang Aceh Tengah Aceh Tengah Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Timur Aceh Timur Aceh Timur Aceh Timur Aceh Timur Aceh Timur Aceh Timur Aceh Timur Aceh Timur Aceh Timur Aceh Timur Aceh Timur Aceh Timur Aceh Utara Aceh Utara
■ SUMBER: BRA
>> KANDIDAT
Irwandi Yusuf, Maju Secara Individual
M
eskipun Gerakan Aceh Merdeka (GAM) memutuskan untuk tidak mengikuti pemilihan kepala daerah (pilkada) tahun 2009, beberapa pentolan GAM memutuskan untuk tetap mengikuti pesta demokrasi di Aceh. Irwandi Yusuf misalnya. Pria yang selama ini aktif sebagai wakil GAM di Aceh Monitoring Mission (AMM) ini ikut sebagai kandidat Gubernur dengan Muhammad Nazar, dari Setra Informasi Referendum Aceh (SIRA). Irwandi dikenal di kalangan GAM, terutama di kalangan militer GAM. Kehidupannnya cukup unik, karena dia sempat mendekam dalam penjara Keudah, Banda Aceh, saat darurat militer dan berhasil menyelamatkan diri ketika bencana tsunami menerjang penjara Keudah hingga rata dengan tanah. “Inilah saat GAM maju, meskipun secara individual,” kata Irwandi kepada Ceureumén. Pembaca setia Ceureumén. Sejak edisi 27 lalu, kami sudah menampilkan rubrik baru. Salah satunya yang sedang anda baca ini; Rubrik Kandidat. Rubrik ini tak punya tendensi ganda. Dia cuma sebatas memperkenalkan figur-figur yang bertarung dalam pemilihan kepala daerah nanti. Anda sendiri nanti yang memilihnya. Selamat membaca!
Berikut wawancara Ceureumén dengan Irwandi Yusuf. Apa yang menyebabkan Anda memutuskan ikut pilkada tahun ini meskipun GAM secara organisasi akan menunggu hingga tahun 2009? Keikutsertaan saya karena melihat tidak adanya unsur GAM lapangan dalam jajaran kandidat. Padahal selama ini GAM berjuang selama 30 tahun. Dan kami berjuang selama itu juga bukan untuk mendukung salah satu partai (Irwandi menyebutkan nama sebuah partai). Bagaimana tanggung jawab kami kepada para janda, anak yatim korban konflik? Anda berasal dari militer GAM, banyak yang menyangsikan Anda bisa menjadi gubernur karena terbiasa mengurusi militer bukan sipil? Hahahaha…Secara logika, militer saja bisa diurus, apalagi sipil. Lagi pula, saya ini bukan militer yang sangar. Anda memilih Muhammad Nazar dari SIRA sebagai wakil, apa yang menjadi pertimbangan Anda? Nazar itu tokoh muda, masih banyak energinya dan sedikit kepentingan pribadi. Yang paling penting dia berani dan memiliki massa. Apa yang akan Anda lakukan bila terpilih menjadi Kepala Pemerintahan Aceh? Yang pasti saya ingin membuat pemerintahan yang bersih. Kalau pemerintahan dengan menggunakan syariC M Y K
■ IST
Dina Damayanti Banda Aceh
[email protected]
at Islam, berarti pemimpin yang melayani masyarakat, bukan masyarakat yang melayani pemimpin. Setelah pemerintahan bersih, maka barulah peningkatan ekonomi. Semua orang tahu di Aceh banyak dana yang terkumpul. Tapi hanya memuaskan satu sektor saja. Jangan sampai 4-5 tahun mendatang orang Aceh miskin karena menjadi pemakan ikan, bukan pemancing ikan. Apa komentar Anda soal syariat Islam? Syariat Islam memang paling pen-
ting, tetapi akanlah lebih baik bila masyarakat diberikan pendidikan tentang syariat Islam ini terlebih dahulu, daripada langsung memberi hukuman. Kalau diberikan pendidikan terlebih dahulu, orang akan sadar melanggar hukum dan patut dihukum. Seperti saat ini, yang terkena imbasnya justru perempuan. Apa yang harus dilakukan? Qanun perlu diubah supaya tidak mudah mengiring orang ke hukuman cambuk. Kita harus melihat apakah qanun itu bisa untuk tujuan fitnah. ■