Daftar Isi
Daftar Isi — iii Angka-angka Justin Bieber — v Prolog — 1 1 Lahirnya Seorang Bintang — 5 2 Cowok Pengamen — 41 3 Saluran Juara — 67 4 Bersama Usher — 97 5 One Time — 131 6 Dunianya — 173 7 Biebermania — 207 8 Sweet Sixteen — 247 Situs-situs Pilihan — 366 Bibliografi — 367
iii
Angka-angka Justin Bieber 0,27 2 3 5 6 10 12 13 2007
persentase semua Tweet yang telah menyebut Justin menit yang Justin butuhkan untuk memecahkan sebuah Kubus Rubik menit yang pernah dibutuhkan oleh Justin untuk menandatangani lima puluh poster menit yang dibutuhkan oleh Justin untuk menyisir di pagi hari angka kesukaan Justin jumlah negara di mana My World menjadi hit 30 besar usia Justin ketika dia berkompetisi dalam Stratford Star usia Justin mulai berkencan tahun saat Justin membuka akun YouTube-nya
3.755
berapa banyak Tweet yang telah Justin tulis sampai Juni 2010 30.461 perkiraan jumlah penduduk Stratford, tempat Justin tumbuh besar 1,5 juta jumlah Tweet yang ditulis tentang album debut Justin (sampai Juni 2010) 18,1 juta jumlah Tweet yang menyebut “Justin Bieber” dalam periode yang sama 23,7 juta jumlah Tweet yang menyebut “Bieber” dalam enam bulan pertama 2010
vi
Prolog
P
ada April 2010, Justin Bieber beraksi secara langsung di depan 30.000 penggemar yang memujanya di Washington DC, ibukota Amerika. Bagi pemuda enam belas tahun, ini sudah menjadi prestasi yang sangat luar biasa—tapi bahkan lebih mengesankan daripada itu. Pertunjukan itu diadakan di Gedung Putih, dan di antara 30.000 orang penonton adalah pasangan yang tinggal di sana—Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dan istrinya, Michelle. Sang Ibu Negara terpergok menari sepanjang lagu-lagu Justin. Luar biasa, dan ternyata ini adalah kali kedua Justin muda menyanyi bagi sang Presiden dan Ibu Negara! Tempat pertunjukannya— pangkalan bagi sebuah kekuatan super global—memang cocok karena Justin sendiri telah menjadi semacam kekuatan super bagi dunia pop selama beberapa tahun terakhir.
Sekarang dia mempunyai jutaan penggemar di seluruh penjuru dunia. Tapi untuk mendeksripsikan para pemujanya sebagai “penggemar” tidaklah cukup. Pemujaan mereka kepada Justin melebihi penggemar biasa. Pusaran gila dari hiruk pikuk yang mengikuti Justin ke mana pun dia pergi dikenal sebagai “Biebermania”. Justin telah mengalaminya di berbagai pelosok lintas dunia. Para penggemar yang berlarian mengejarnya di Australia ke adegan-adegan histeris serupa di Selandia Baru, Paris, dan New York—dan di semua tempat di antaranya. Ketika dia terbang ke negara mana pun, rombonganrombongan besar menggerombol ke bandara untuk menyambutnya. Negaranya mungkin berbeda, tapi adegannya selalu sama. Ribuan pengagum menangis, histeris, berteriak, dan saling dorong supaya bisa lebih dekat dengan Justin. Para penggemar yang sering menjerit-jerit ini juga telah menciptakan istilah mereka sendiri untuk mengungkapkan pemujaan mereka. “OMB” berarti “Oh My Bieber”. “Belieber” adalah orang yang “percaya kepada Justin”. “Bieberholic” adalah, sebagaimana yang Justin sendiri jelaskan, seseorang “yang kecanduan kepada Bieber”. Ketika ketenaran dan kepopulerannya membubung, Justin kadang-kadang harus melihat kembali kepada bagaimana semua ini bermula. Dengan sebuah akun biasa di situs YouTube, Justin dan ibunya mengunggah video-video Justin yang sedang bernyanyi. Sebenarnya, mereka hanya mengira
klip-klip ini ditonton oleh saudara-saudara dan beberapa teman. Tapi begitu mereka mengeklik tombol “unggah” pada video pertama—pada 19 Januari 2007—mereka memulai sebuah rantai kejadian yang akan segera membuat Justin menjadi salah satu orang paling terkenal di planet ini. Takdir akan mengangkat Justin dan ibunya dari keberadaan������������������������������������������������ mereka yang biasa saja di sebuah kota kecil di Kanada tepat ke jantung industri musik di Amerika. Di sana, bos perusahaan rekaman yang dengan girang menandatangani kontrak dengan Justin percaya bahwa mereka telah menemukan seorang bintang yang akan sesukses The Beatles, Elvis Presley, dan Michael Jackson digabungkan menjadi satu. Justin tidak pernah melupakan dari mana dia datang— begitu pula kita. Sangat menggoda bagi publik untuk melihat dirinya sekarang dan berpikir bahwa dia adalah anak yang sangat beruntung. Gaya hidupnya jelas membuat kita cemburu. Tapi sebelum takdir membawa Justin kepada tangan-tangan ketenaran, kekayaan, dan keberhasilan, telah ada rintangan-rintangan yang keras dan bahkan menyedihkan yang harus dia lalui. Kisah hidupnya yang luar biasa adalah sebuah rollercoaster, dari ketinggian tertinggi sampai yang terendah dan kembali lagi. Ini benar-benar seperti di dalam film, sebuah film blockbuster dengan plot memikat yang penuh drama dan inspirasi. Mari kita mulai dari awal....
1
Lahirnya Seorang Bintang
Justin berbicara dengan bangga tentang masa-masa kecilnya, yang dia deskripsikan sebagai “kehidupan anak kecil biasa—cukup normal”. Namun, sejak awal sepertinya dia ditakdirkan untuk menjadi apa pun selain biasa atau normal.
J
ustin Drew Bieber lahir pada pukul 12.56 pada 1 Maret 1994 di sebuah kota di Kanada yang disebut London. Dia tumbuh di sebuah kota kecil yang disebut Stratford, yang bertempat di Provinsi Ontario, Kanada. Dia pernah menguraikan kampung halamannya sebagai “sebuah kota kecil berpenduduk 30.000 di antah berantah”. Dia juga pernah berkata bahwa “tidak ada yang pernah menonjol dari Stratford”. Jutaan penggemar Justin di seluruh dunia akan tidak setuju—mungkin begitu pula beberapa penduduk Stratford. Mereka yang telah belajar sejarah Kanada akan mengingatkan bahwa, sebagaimana Justin, orang-orang terkenal lainnya pernah tinggal di Stratford, termasuk Thomas Edison—orang yang menemukan bohlam. Tapi bagi jutaan gadis di seluruh dunia, satu-satunya orang yang menonjol dari kota itu yang benar-benar berarti adalah Justin Drew Bieber. Jadi, seperti apa daerah tempat Justin tumbuh besar? Stratford adalah tempat yang memesona dan hampir selalu tenang, yang diusulkan sebagai “kota tercantik di dunia”
pada 1997, ketika Justin masih balita. Kota itu diberi nama berdasarkan sebuah kota pasar Inggris, Stratford-uponAvon, sebuah daerah yang paling terkenal sebagai tempat lahir dan kampung halaman sang dramawan besar William Shakespeare���������������������������������������� . Stratford-Kanada sangat bangga dengan keterkaitan itu dan menggelar sebuah Festival Shakespeare tahunan di teater-teaternya. Justin pernah bermain sandiwara di salah satu teater tersebut sewaktu kecil.
Tantangan keuangan apa pun yang dihadapi oleh ibunya, Justin tidak pernah kekurangan rasa terima kasih dan sayang kepada pengabdian ibunya. Tepat sebagaimana kota tempat lahirnya dinamai mengikuti ibukota Inggris, beberapa jalan dan sungai di Stratford dinamai mengikuti tempat-tempat di Inggris. Seperti sebagian besar penduduk, Justin terpesona oleh angsa—baik yang putih maupun hitam—yang meluncur dengan luwes di sepanjang Sungai Avon (yang aslinya disebut Thames, untuk menyamai dengan tema Inggris). Di dekat sungai itu, ada sebuah taman yang sangat mengesankan. Taman itu menyimpan cukup banyak ketakjuban bagi Justin ketika dia tumbuh besar. Orangtua Justin, Jeremy dan Pattie, senang bukan main berkat kelahiran anak mereka, seorang anak laki-laki yang
kecil tapi sangat sehat. Mereka secara positif memanjakan Justin sejak awal dan secara otomatis amat sangat bangga kepadanya. Sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian besar orangtua, mereka membahas Justin paling mirip siapa di antara mereka. Sebenarnya Justin mewarisi campuran dari ciri-ciri kedua orangtuanya. Mata dan hidungnya menyerupai ayahnya, tapi bibirnya sangat mirip dengan ibunya. Kelahiran Justin membawa cahaya dan kebahagiaan ke dalam hidup mereka. Bagaimanapun juga, kenyataan pahitnya adalah, pernikahan mereka mulai terguncang pada tahun-tahun setelah kelahiran Justin. Pada akhirnya, Jeremy dan Pattie berpisah dan bercerai. Jeremy pindah ke Winnipeg di provinsi Manitoba, Kanada. Pattie, yang dianugerahi hak asuh penuh atas putra mereka, tetap tinggal di Stratford, tempatnya sendiri tumbuh besar. Pattie mengubah nama belakangnya kembali ke nama gadisnya. Dan sejak itu, ia dikenal sebagai Pattie Mallette. Tapi ia setuju Justin tetap memakai nama belakang ayahnya, Bieber. Keluarga itu tidak pernah hidup makmur, dan begitu menjadi orangtua tunggal, Pattie menghadapi perjuangan yang cukup berat supaya mereka tetap hidup. Akibatnya, Justin tumbuh di perumahan yang sederhana, di salah satu lingkungan yang paling miskin di Stratford. Hidup mereka bisa saja berat, tapi Justin adalah anak yang manis. Tantangan keuangan apa pun yang dihadapi oleh ibunya,
Justin tidak pernah kekurangan rasa terima kasih dan sayang kepada pengabdian ibunya. Menengok kembali kepada sebuah wawancara dengan majalah mingguan Kanada yang bernama Maclean’s, Justin melakukan usaha terbaiknya untuk melukiskan gambaran yang adil dan jujur tentang masa kecilnya. “Maksudku, beberapa orang salah mengartikannya. Dulu aku tidak miskin. Tapi aku memang tidak punya banyak uang. Aku biasanya tidak bisa beli banyak pakaian baru. Tapi aku punya tempat tinggal. Aku sangat beruntung. Aku punya nenek-kakek, aku sering bersama mereka, mereka sangat baik. Jadi, aku tumbuh besar dengan mendapatkan segala yang aku inginkan.” Pattie menyayangi Justin dan menginginkan yang terbaik dalam hidup putranya. Sebagai seorang wanita yang sangat religius, Pattie berdoa kepada Tuhan setiap hari, meminta-Nya untuk mengizinkan Justin supaya berhasil. Pattie membawa Justin ke gereja pada sebagian besar akhir pekan dan Justin segera menyadari rasa keikutsertaan yang dapat ditemukan oleh para jemaah. Justin datang dari sebuah keluarga kecil, hanya dua orang. Tapi ketika dia melangkah ke dalam gereja setempat, dia menemukan sebuah keluarga besar dalam bentuk perhimpunannya—yang membawakan kehangatan dan rasa aman tambahan yang sangat dia butuhkan. Hal yang sama juga dirasakan oleh ibunya. Pattie
10
menemukan bahwa ia bisa melakukan segalanya dengan lebih baik seorang diri. Yang paling mencolok, Justin mencinta musik yang merupakan bagian dari pelayanan setiap gereja. Pattie bernyanyi dalam sebuah band gereja dan anak laki-laki kecilnya terpana oleh himne serta nada-nada riang yang bergema di sekeliling gereja selama pelayanan. Pattie punya mimpi melakukan pertunjukan dalam cara-cara lain juga. Saat tumbuh besar, ambisinya adalah menjadi seorang aktris. Tapi cita-cita itu tertahan begitu ia tidak hanya menjadi seorang ibu, namun juga seorang ibu tunggal. Sebagaimana yang Pattie ingat, benar-benar perjuangan baginya supaya dirinya dan Justin tetap bisa makan, berpakaian, dan bertempat tinggal. “Kami dulu hidup di bawah garis kemiskinan,” kata Pattie, entah bagaimana berlawanan dengan kenangan Justin mengenai masa itu. “Kami tidur di bawah atap dan ada makanan di meja makan, tapi kami berjuang.” Supaya mereka tetap hidup, Pattie harus bekerja dengan sangat keras. “Aku melakukan dua pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan kami,” katanya. “Tapi kami punya semua hal yang dibutuhkan.” Kadang-kadang, orangtua Pattie, Bruce dan Diane Dale, akan membantu dengan dana yang amat dibutuhkan, begitu pula dukungan moral. Diane termasuk orang penting di Stratford, bekerja sebagai seorang perawat gedung kantor pusat pemerintah daerah, meskipun ia telah pensiun.
11
Seseorang yang mengamati Justin dari dekat sejak kecil adalah Chad Ritter, seorang pria yang berlaku sebagai sosok “abang” bagi Justin. Ritter berteman dengan Pattie ketika Justin tumbuh besar, sehingga bisa mengamati sensasi pop masa depan dari dekat selama tahun-tahun pembentukan Justin. Ritter berkendara ke Stratford pada akhir pekan untuk membantu menyenangkan Justin. Mereka pergi bermain boling, biliar, dan Laser Quest. Mereka menikmati waktu yang menyenangkan. Ritter berkata, “Justin agak cerdik, pelawak, pengguyon, macam anak yang menjadi badut di kelas. Dia suka mendapatkan reaksi, membuat keramaian.” Ritter menggambarkan tempat tinggal Justin sebagai tempat yang lumayan sederhana. “Mereka tinggal di sebuah apartemen bawah tanah, berkamar dua, dalam sebuah kompleks besar di bagian ujung belakang Stratford,” kata Ritter. “Ibunya berjuang. Pattie tidak punya pekerjaan penuh waktu. Ia tidak selalu bisa membelikan barang bagi Justin.” Bagaimanapun juga, Ritter bersikeras bahwa hal ini pada akhirnya menguntungkan Justin pada satu makna. “Aku rasa situasi keuangan dan kehidupan ini jelas membantu Justin tumbuh dewasa dengan sedikit lebih cepat, karena dia mulai tanpa apa-apa. Kau tidak bisa membuat anak-anak biasa untuk memahami tanggung jawab atau melakukan apa yang dia lakukan.”
JB
12
Entah bagaimana, Pattie dan Justin bisa bertahan. “Aku tumbuh tanpa banyak uang,” kata Justin. “Kami tidak pernah punya rumah.” Meskipun sadar bahwa mereka berada di ujung yang lebih miskin dari skala kekayaan, Justin berbicara dengan bangga tentang masa-masa kecilnya, yang dia deskripsikan sebagai “kehidupan anak kecil biasa—cukup normal”. Namun, sejak awal sepertinya dia ditakdirkan untuk menjadi apa pun selain biasa atau normal. Doa sehari-hari Pattie bagi Justin adalah bahwa suatu hari Justin akan menjadi versi modern nabi yang bernama Samuel, yang telah menjadi suara bagi generasinya. Pattie bahkan berharap Justin akan menjadi pastur bagi pemuda, atau bahwa Justin akan membuat rekaman lagu-lagu religius bagi sebuah label rekaman Kristen. Segera setelah kelahirannya, Justin mulai menunjukkan tanda-tanda masa depan musik. Semuanya bermula pada pelayanan gereja Minggu pagi. “Itu hanya seperti bermain kunci-kunci organ dan semacamnya,” Justin mengingat. “Orang-orang menunjukkan sesuatu kepadaku. Aku akan mencoba dan melakukan apa yang mereka lakukan. Aku suka musik saja, aku benar-benar punya semangat kepada musik.” Ini adalah semangat yang sepertinya ditakdirkan untuk diisi sejak awal. Pada hari Justin terlahir, tangga lagu pop didominasi oleh diva Mariah Carey. Di Inggris, Mariah selalu berada di Nomor 1 dalam baik tangga singel maupun album. Tahun
13
1994 juga penuh momen bagi peristiwa-peristiwa besar dunia. Nelson Mandela menjadi pemimpin berkulit hitam pertama untuk Afrika Selatan; sebuah gempa bumi besar menghantam Los Angeles, membunuh dua puluh orang; di Inggris, Terowongan Channel yang menghubungkan Inggris dan Prancis dibuka. Dalam bisnis pertunjukan, salah satu cerita terbesar pada tahun ini adalah pernikahan bintang pop Amerika, Michael Jackson, dengan anak perempuan dari legenda rock’n’roll Elvis Presley, Lisa Marie. Tentu saja, Justin masih bayi ketika peristiwa-peristiwa itu terjadi. Tapi ketika cintanya terhadap musik tumbuh dalam tahun-tahun berikutnya, dia segera beralih kepada materi Jackson, yang berpengaruh besar kepadanya. Dua dari album kesukaan sepanjang masa Justin adalah Thriller dan Bad, yang dirilis oleh Jackson pada tahun 1980-an, sebelum Justin bahkan dilahirkan. Keduanya merupakan koleksi klasik berisi lagu-lagu pop yang mewabah dan terus menjadi populer di antara orang-orang yang belum hidup pada saat album itu dirilis. Kedua album ini telah terjual sekitar 100 juta kopi—termasuk yang dibeli oleh Justin, yang selalu mencintai getaran riang dari membeli sebuah album baru.
JB
14
Kadang-kadang orang membandingkan karier awal Jackson dengan langkah-langkah pertama Justin di dalam industri musik. Jelas ada kesamaan dalam usia hijau saat mereka menjadi terkenal. Bagaimanapun juga, sementara Justin telah dikenal pada usia remajanya, Jackson masih sebelas tahun ketika band Jackson 5 meluncurkan singel pertama mereka pada 1968. Justin berusia lima belas ketika dia kali pertama meluncurkan sebuah lagu—termasuk kesiangan kalau dibandingkan! Tapi Justin telah sangat dipengaruhi oleh Jackson. “Aku sangat terinspirasi oleh masa lalunya,” kata Justin, yang menolak usul bahwa dia terlalu muda untuk memahami warisan yang ditinggalkan oleh Jackson. “Aku benar-benar memahaminya,” katanya. “Secara, aku tumbuh besar dengan banyak mendengarkan Michael. Ibuku mendengarkan lagu-lagu Michael dan aku menontonnya di YouTube. Aku masih menontonnya di YouTube. Aku paham seniman sebesar apa Michael Jackson itu dan bahwa dia benar-benar memengaruhi pop.” Sebagaimana menikmati lagu-lagu Jackson, Justin juga menyukai legenda musik soul, Stevie Wonder, yang memulai kariernya pada label Motown yang sama seperti Jackson. Lagu pertama yang Justin suka, katanya, “God is Bigger Than the Boogie Man’ dari VeggieTales (serial animasi). Dan ketika aku, kira-kira, tujuh atau enam tahun, ‘On Bended Knee’ dari Boyz II Men. Ibuku biasa memainkan album itu
15
lagi dan lagi. Aku masuk kamarku dan mencoba melakukan akrobat vokalnya.” Meskipun Justin terinspirasi oleh beberapa artis, termasuk Jackson, Justin yakin bahwa dia telah selalu berusaha jujur kepada diri sendiri dan memilih jalannya sendiri. “Memang ada orang-orang yang aku kagumi,” katanya tentang hari-hari itu, “tapi aku tidak akan pernah berusaha menjadi seperti siapa pun.” Dia menambahkan, “Aku sudah banyak belajar dari mendengarkan Michael Jackson dan Boyz II Men.”
Justin belajar memainkan drum pada usia dua tahun dan sangat piawai pada usia sehijau itu—ketika sebagian besar anak masih sedang menyempurnakan kemampuan berjalan dan berbicara— untuk memainkan ketukan “empatempat” yang meyakinkan. Salah satu lagu Jackson kesukaan Justin adalah “I’ll Be There”, yang dirilis pada 1970. Janji-janji manis mengenai kesetiaan dan pengabdian dalam lirik lagu itu mirip dengan yang ada dalam lagu-lagunya Justin sendiri. Namun, seperti yang Justin katakan, dia tidak pernah menjadi penggemar dari aksi pop khusus mana pun ketika kecil. Mungkin ������� karena�
16
inilah Justin sering bingung ketika berhadapan dengan reaksi histeris dari para penggemar kepadanya. Justin paling terkenal dengan suaranya yang manis dan lembut. Tapi para penggemarnya yang paling top tahu bahwa Justin mampu memainkan sejumlah alat musik dengan baik. Justin belajar memainkan drum pada usia dua tahun dan sangat piawai pada usia sehijau itu—ketika sebagian besar anak masih sedang menyempurnakan kemampuan berjalan dan berbicara—untuk memainkan ketukan “empat-empat” yang meyakinkan. Tapi itu bukanlah drum sungguhan. Justin berimprovisasi dengan memukulkan ketukan-ketukan itu kepada barang-barang rumah tangga, seperti bantal, kendi, dan panci. Baru pada saat Justin berusia empat tahun, Pattie terkesan dengan kemampuan putranya dengan stik dan lelah mendengar Justin memukuli perabotan, Pattie membelikannya peralatan drum sungguhan pertamanya. Peralatan drum tidaklah murah, tapi gereja setempat membantu dengan biayanya. Sesungguhnya, dilakukan sebuah pengumpulan dana untuk membeli alat musik itu. Para jemaah waktu itu pasti tidak tahu bahwa mereka sedang mendanai perkembangan seorang bocah yang akan, satu dekade kemudian, menjadi sensasi pop global. Untuk memastikan bahwa Justin tidak akan mengganggu� ����������� para tetangga dengan latihannya, nenek-kakeknya setuju Justin boleh menyimpan peralatan drumnya di ruang bawah tanah rumah mereka dan memukul-mukul di sana,
17
di mana gangguan yang disebabkan bersifat minimal. Lokasi itu bukan satu-satunya masalah yang harus dilerai bagi pengisi waktu luang Justin. Dia kidal, tapi peralatan drum itu disusun���������������������������������������� ����������������������������������������������� untuk seorang pemain yang tidak kidal, sebagaimana����������������������������������������������� kebanyakan alat musik. Lebih rumit lagi, gurugurunya (yang merupakan drummer dari band paduan suara gereja) juga tidak kidal, sehingga semakin sulit bagi Justin untuk belajar dari mereka. Justin selalu bertekad keras. Dia mengatasi rintanganrintangan ini dan menjadi drummer yang sangat mengesankan. Sebuah video pada saluran YouTube-nya menunjukkan betapa hebatnya Justin dalam bermain drum sejak dini. Dalam video singkat itu, Justin sedang memukuli peralatan drum seorang temannya dengan cemerlang, memainkan ketukan-ketukan yang mantap dan tetap, menambahkan beberapa guliran dram, dan juga memamerkan tangan yang luwes pada simbal. Yang paling mengesankan dari semua ini adalah betapa dia tampak mudah memainkannya. Video itu dengan jujur menunjukkan bahwa Justin terlahir untuk mempertunjukkan musik. Dia segera bermain dengan ������� sangat� baik dan kemampuan musik alaminya sudah menggaet banyak pemuja. Dengan tumbuhnya keahliannya bermain drum, Justin tidak berminat untuk menghentikan perkembangan musiknya, dan berlanjut dengan mengajari dirinya sendiri serentang alat musik lainnya, termasuk piano, gitar, dan
18
terompet. “Aku rasa kau bisa bilang aku dianugerahi bakat,” katanya. Dia datang dari apa yang dia sebut sebagai keluarga yang “agak cenderung kepada musik”. Neneknya adalah seorang pianis berbakat yang, kata Justin, “seorang penyanyi hebat, dan semacamnya”. Sebagaimana yang akan kita lihat, neneknya juga menulis lagu sendiri, dan salah satu lagu itu dimasukkan ke dalam unggahan YouTube awal yang dibuat pada situs Internet yang meluncurkan Justin menjadi superstar dunia. Ayah Justin adalah seorang pemain gitar dan penyanyi. Tapi gitar pertama Justin adalah sebuah lungsuran dari ibunya ketika dia berusia enam tahun. Pattie membelikan senar baru bagi gitar itu dan dengan penuh kasih mengganti senarnya sebelum menyerahkannya kepada Justin. Tentu saja, Justin memainkan gitar dengan tangan kiri. Justin dikerdilkan��������������������������������������������� oleh alat musik itu dan sangat imut ketika, sebagai anak kecil, mengintip dari puncak tubuh gitar ketika dia sedang memetik. Justin menangkap dasar-dasar bermain drum sendiri dan mengikuti jalan otodidak yang sama pada hari-hari pertamanya dengan gitarnya. Dia bukan anak biasa. Pengabdian Justin luar biasa. “Dulu dia bukan pemain gitar yang mengagumkan,” kata Chad Ritter. “Dia mengambilnya dan belajar sendiri. Dia mendorong dirinya—ada perasaan untuk berkompetisi.”
19
Justin berkonsentrasi dengan keras ketika dia menangkap kunci dan fokusnya bermain gitar tetaplah kuat sampai hari ini juga. “Ketika aku bermain gitar dan seseorang berusaha berbicara kepadaku, aku terhanyut,” katanya. Kadangkadang, seorang teman ibunya mampir ke apartemen untuk mengajarinya sedikit tentang gitar dan Justin selalu menangkapnya dengan cepat. Salah satu lagu pertama yang Justin pelajari adalah “Wheat Kings”. Lagu dari sebuah band rock Kanada yang bernama The Tragically Hip. Ini adalah lagu balada yang menyentuh, bercerita tentang seorang pria Kanada yang dituduh atas sebuah tindakan kiriminal. Kapan pun Justin mempertunjukkan lagu yang temanya sangat dewasa ini, termasuk dalam wawancara televisi dan radio, dia selalu melakukannya dengan mudah dan luwes. Bagaimana bakat alami yang halus ini terbit sangat awal? “Aku tumbuh di sekeliling musik sepanjang hidupku,” kata Justin. Dari pagi hingga malam, dia tidak pernah berhenti dengan musik. “Aku bernyanyi-nyanyi saja di rumah,” dia menulis di halaman situs MySpace-nya. “Ini hal yang aku suka lakukan.” Bahkan ketika dia menggosok gigi sebelum tidur, Justin menyanyikan lagu-lagu pop. “Ketika berumur lima tahun, dia mendengar sesuatu di radio dan mencarinya di keyboard,” kenang ibunya yang bangga. Dinding kamar tidur Justin ditempeli posterposter besar dari pahlawan-pahlawan musiknya, termasuk
20
boyband R&B Amerika, Boyz II Men. Sebuah band yang dibentuk saat SMA dan tenar pada usia muda, sebagaimana yang dialami oleh Justin. Bukan berarti ketenaran itu berada dalam benak Justin pada masa kecilnya. Dia terlalu asyik dengan dirinya sendiri. “Aku selalu bernyanyi-nyanyi dan memainkan alat musik, tapi aku tidak pernah berusaha menjadi terkenal,” katanya. Namun, Justin memang pernah berpikir untuk menjadi bintang di masa depan, meskipun awalnya dia lebih menyukai rute olahraga daripada musik. “Aku bernyanyi, tapi untuk senang-senang saja,” katanya. “Aku melakukan banyak hal yang berbeda. Aku berolahraga. Bernyanyi itu cuma hobi... Dan aku tidak pernah menganggapnya dengan serius. Aku tidak pernah les. Aku biasa melatih tanda tanganku untuk hoki. Itulah bagaimana aku belajar memberikan tanda tanganku.” Pahlawanan olahraganya adalah seorang bintang hoki es Kanada yang bernama Wayne Gretzky, yang oleh banyak orang dianggap sebagai pemain terhebat yang pernah ada dalam cabang olahraga itu. “Aku sering bermain hoki,” kata Justin tentang masa kecilnya. “Aku benar-benar fokus kepada olahraga.” Seperti halnya banyak anak-anak Kanada, Justin juga suka mengikuti tim-tim hoki es, termasuk pihak setempat, the Cullitons, dan the Toronto Maple Leafs. Sejak terkenal, Justin berkata bahwa karier alternatif terkenalnya adalah bermain hoki di Liga Hoki Nasional.
21
Artinya, ada jalan karier lain yang juga menarik bagi Justin. “Kalau aku bukan bintang pop, aku akan menjadi koki,” katanya. “Aku akan memasakkan makan malam yang enak bagi para wanita cantik.” Kalau hendak mengambil jalan itu, dia tidak akan kekurangan restoran yang mau menampungnya. Justin juga berbicara tentang minat sebelumnya untuk menjadi arsitek. Maka Justin jelas bukanlah anak yang kekurangan ambisi. Justin benar-benar menikmati berperan dalam kegiatankegiatan olahraga dan atletik. Justin bermain hoki dan sepak bola dengan lebih banyak semangat daripada kemampuan. Dia pernah dijuluki pemain yang “getol”. Ibunya yang selalu protektif lebih girang, dan berkata, “Justin selalu sangat berbakat dalam semua yang dia lakukan.” Kakeknya berkata bahwa kegiatan olahraga penting bagi Justin, yang diberkati dengan banyak energi. “Dia selalu bersemangat. Kau harus membuatnya tetap sibuk. Dia harus selalu berolahraga, kalau tidak, dia akan memantul-mantul dari dinding.”
Justin adalah anak laki-laki yang penuh semangat dan usaha. Seorang gadis yang pernah satu TK dengan Justin mengingat Justin sebagai bocah yang hiperaktif dan bermuka tebal. “Katanya, Justin selalu berada dalam masalah, tidak
22
mau duduk diam, menjadi badut kelas,” kata nenek gadis itu. Meskipun demikian, Justin bersikeras bahwa dia “bersekolah di rumah” dari ibunya di antara TK dan SD kelas 1. Artinya, Justin benar-benar mengakui bahwa dirinya selalu penuh dengan kehidupannya dan bahwa dia menikmati berada di tengah-tengah aksi. “Aku suka melucu dan menjadi pusat perhatian,” Justin pernah berkata. Ledakan energi tinggi yang kadang-kadang muncul adalah salah satu atribut yang sering ditautkan dengan orangorang kelahiran Pisces seperti Justin. Mereka yang lahir di bawah tanda bintang itu juga dipercaya senang terhubung dengan dunia. Justin akan memenuhi itu pada waktunya. Ttapi untuk sekarang dia menikmati pengisi waktu luang yang lebih biasa seperti bermain catur. Dan Justin menunjukkan benak taktisnya ketika dia memenangkan turnamenturnamen sewaktu kecil. Sekolah pertama yang dia kunjungi adalah Jeanne Sauvé, sebuah sekolah baptis Prancis yang mementingkan agama dalam kurikulumnya. Memang, sekolah itu menggembargemborkan dalam promosinya bahwa pendidikannya “berakar kepada iman kita terhadap Jesus Kristus”. Selama waktunya di sana, Justin belajar berbahasa Prancis dengan fasih, yang telah dia demonstrasikan dengan mengesankan dalam wawancara-wawancara. Dia juga bisa menghitung
23
sampai sepuluh dalam bahasa Jerman, setelah diajarkan oleh kakek buyutnya yang orang Jerman. Dia pindah ke Stratford Northwestern Public School di Forman Avenue. Guru SMP kesukaannya adalah Mr. Montheith. “Dia memberiku banyak kelonggaran,” kenang Justin. “Kadang-kadang aku menyulitkan guru-guru.” Mr. Montheith mengingat bahwa Justin adalah anak laki-laki yang penuh semangat dan usaha. “Dia tidak punya rasa takut, adalah salah satu hal yang aku temukan tentangnya,” kata guru itu. “Aku tidak bisa percaya betapa dengan cepatnya dia bisa menangkap hal-hal, entah itu basket, sepak bola, atau jelas, musik dan menari dan hal semacam itu.” Guru kesukaan Justin yang lainnya dari sekolah adalah Miss Brooker yang juga menyadari potensi musik Justin. “Aku ingat mengenali hasrat Justin untuk menyanyi bahkan pada kelas 7,” katanya. “Pelajaran kesukaanku, adalah, Inggris,” kata Justin. “Aku tidak begitu suka Matematika.” Tapi dia pernah berkata bahwa dia cukup menikmati aljabar. Seperti kebanyakan anak laki-laki, sebagai anak sekolah, Justin memperhatikan gadis-gadis dan mengklaim bahwa bahkan sebelum dia terkenal, sudah ada “banyak anak perempuan mengejarku”. Dia berkencan beberapa kali, memulai ketika dia sekitar tiga belas tahun, dan ingat bahwa ciuman pertamanya terjadi sekitar masa itu. Itu terjadi pada sebuah dansa sekolah. Tapi dia tidak ingat nama gadis yang
24
beruntung itu. Kata Justin, ciuman yang waktu itu “cool”. Tapi dia menambahkan, “Aku bilang kepada teman-temanku, ‘Orang pertama yang mencium cewek dapat $10.’ Lalu, teman-temanku yang cowok... mereka tidak mencium siapa-siapa. Mereka bilang, ‘Justin, kau harus melakukannya!’ Aku berdansa pelan dengan cewek ini, lalu aku menyerobot saja!” Dia mengonfirmasi bahwa gadis itu “mengikuti arus ciumannya”. Meskipun, sebagaimana yang dikatakan Justin, “Waktu itu aku hanyalah anak biasa yang bermain hoki, jadi aku beruntung dia menciumku balik.” Masa-masa yang menyenangkan, tapi pengalaman romantis awal ini sama sekali tidak serius. Justin berkata bahwa dia tidak lama bersama pacar pertamanya. “Sebulan kemudian, kami putus. Aku sedikit sakit perut selama dua hari, tapi kemudian aku asyik lagi.” Dia juga ingat bahwa seorang gadis yang dia ajak kencan di sekolah menolaknya. “Kau tahulah, itu salah satu naksir-naksiran yang kau alami ketika masih kecil,” dia memberi tahu US Weekly. “Aku mengajaknya jalan dan ia bilang tidak.” Faktanya, beberapa pengalaman masa sekolahnya mengejutkan, mengingat bagaimana Justin telah menjadi ikon remaja sekarang. Dengan uang yang sangat ketat di rumah, Justin tidak selalu mengenakan pakaian yang paling trendi. Dia harus bertahan dengan apa yang bisa Pattie belikan baginya. Dikombinasikan dengan tubuhnya yang
25
pendek, ini membuatnya sasaran empuk untuk dikerjai oleh para penindas. Pastinya, ini membuat Justin marah dan Pattie berpaling kepada seorang teman laki-lakinya untuk membesarkan hati anak muda itu. Cara luar biasa yang mana Justin telah bangkit dari sasaran������������������������������������������������������� dikerjai oleh para penindas menjadi salah satu remaja paling populer di planet ini. Tentunya sebuah inspirasi bagi siapa pun yang dikerjai seperti itu. Beberapa kejadian dikerjai itu lebih main-main daripada jahat. Suatu hari, seorang teman sekelas Justin membuat lelucon tentangnya. Justin sudah membuat tugas yang mengharuskannya melakukan presentasi di depan kelas. Saat Justin berdiri untuk berpresentasi, seluruh kelas mulai menertawainya. Awalnya, Justin tidak mengerti apa yang terjadi. Baru agak lama kemudian, dia menyadari itu adalah karena����������������������������������������������������� salah satu teman sekelasnya telah menggambar sebuah gambar lucu pada proyek yang sedang dipresentasikan oleh Justin. Itu jelas membuat wajah Justin memerah ketika dia menyadari apa yang telah terjadi. Tapi Justin tidak memasukkannya ke dalam hati. Bahkan, kedua anak laki-laki itu berteman dengannya hingga sekarang. Tapi tidak ada orang yang akan mengerjai Justin ketika dia sedang menari. Sejak kecil, dia menjinakkan beberapa gerakan yang mengesankan. Sebuah video klip singkat berisi Justin sedang melakukan break-dance ketika berusia delapan
26
tahun menunjukkan kemampuan yang dia punya di lantai dansa, bahkan sebagai anak belia. Sekolah terakhir yang Justin duduki adalah Stratford Northwestern Secondary School, di mana dia mengambil kelas 9 sampai 12. Sekolah itu berada di lingkungan sekolah yang sama dengan Public School. Justin bisa berjalan dari sekolah itu ke Rotary Arena di Glastonbury Drive, yang merupakan tempat bagi pertandingan-pertandingan hoki liga lokal Rotary ketika Justin masih kecil. Rotary Arena kini sudah diganti oleh Rotary Complex yang baru. Di seberang kota, ada dua tempat pertandingan lain di mana Justin bermain hoki dan sepak bola. Yang pertama adalah William Allman Memorial Arena di Morenz Drive. Justin bermain untuk sebuah tim hoki keliling di gedung bersejarah itu dan mencintai getaran riang dari perlombaan olahraga bersama teman-temannya. Dia menemukan hal itu sebagai cara yang hebat untuk lebih dekat dengan orang-orang dan membangun pertemanan. Meskipun tentu saja ada ketegangan di antara para pemain juga. Justin bermain sepak bola bagi sebuah tim sepak bola keliling yang disebut the Stratford Strikers. Sebuah tim yang dia ucapkan terima kasih dalam catatan album debutnya, My World. Pertandingan-����������������� pertandingan����� ini keras dan melelahkan. Semuanya dimainkan di Lapangan Sepak Bola Cooper Standard di Packham Road. Justin mulai diperhatikan ketika bermain pada tingkat U-11 (di bawah sebelas tahun). Pada suatu Jumat malam,
27
Juni 2004, timnya mengalahkan Taxandria 8-4. ����������� Kemenangan� yang menyehatkan itu semakin mengesankan karena Taxandria sempat unggul. Justin adalah kunci bagi serangan balik timnya dan menjadi pemain terbaik di lapangan. Dia berlari dengan membingungkan ke daerah penalti musuh dan membuat dua skor. Tidak heran dia mempertahankan tempatnya di dalam tim ketika dia tumbuh besar.
Justin selalu menjadi anak pendek bagi seumurannya, tapi dia tidak pernah membiarkan hal ini membuatnya berkecil hati di lapangan. Pada suatu pertandingan, melawan sebuah tim U-13 (di bawah tiga belas tahun) lainnya yang disebut London United Fury, Justin berada di mana dia suka: tempat di pusat aksi. Skor mulai didapatkan dengan sebuah tendangan bebas, yang ditembakkan oleh Nolan Murray dari sejauh 20 yard. Justin kemudian terkena pelanggaran, yang memberi pihaknya sebuah tendangan di tempat. Tendangan itu diambil oleh teman setimnya, Tyler Strawbridge, dengan gugup. Syukurlah, Tyler mencetak gol dengan penalti itu dan dia merayakannya bersama Justin. Setelah itu, Zach Bandura memberikan bola kepada Justin yang tidak membuat kesalahan dengan tembakannya dan mencetak gol bagi
28
dirinya sendiri, menutup sebuah kemenangan manis bagi the Strikers. Justin selalu menjadi anak pendek bagi seumurannya. Tapi dia tidak pernah membiarkan hal ini membuatnya berkecil hati di lapangan. Melawan London City Titans White, Justin dan teman setimnya, Ryan Butler, dikerdilkan oleh jumlah pemain lawan, tapi tetap bermain dengan gagah berani. Mereka berhasil menakut-nakuti musuhmusuh mereka dan menciptakan sejumlah kesempatan bagi tim mereka. Bagaimanapun juga, kau tidak memenangkan semuanya... Pertandingan itu berakhir 0-0.
JB Menang, kalah, atau seri, Justin suka berkompetisi di lapangan sepak bola. Itu adalah masa-masa yang membahagiakan bagi Justin dan teman-teman setimnya. Mereka semua menciptakan ikatan kuat sebagai satu tim. Berkat sifatnya yang selalu antusias, Justin menjadi sosok yang populer di tim. Setelah pertandingan, Justin dan para pemain lainnya berjalan������������������������������������������������������� bersama-sama ke kedai es krim Scoopers di Erie Street untuk menghadiahi usaha keras mereka. Setelah membakar begitu banyak kalori dalam pertandingan-pertandingan yang menguras keringat itu, mereka punya banyak ruang bagi es krim dan minuman ringan, yang selalu terasa sangat
29
jauh lebih enak setelah tujuh puluh menit di lapangan sepak bola. Tapi bahkan meskipun kesenangan itu membuatnya kehabisan napas, Justin segera kembali ke wujudnya yang tidak bisa diam, membuat kawan-kawannya tertawa. Mereka semua akan menunggu-nunggu pertandingan berikutnya ketika kesenangan berlanjut. Justin memang artis solo sekarang. Tapi pada masa itu, Justin menunjukkan bahwa dia seorang pemain tim yang hebat, baik di dalam maupun di luar pertandingan. “Aku rasa sungguh penting memiliki teman-teman dekatmu di sekelilingmu,” katanya. Sekarang ini, Justin mencintai tim yang mengikutinya di jalan. Banyak juga di antara mereka yang berkata bahwa mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga sekarang. Ketika cuara sedang cerah, Justin juga suka bermain di jalanan dengan teman-temannya. Dia suka bermain skateboard dan mengasah kemampuannya dengan keras di Stratford Skate Park, yang terletak di bayang-bayang gedung Young Men’s Christian Association (YMCA) di St Patrick Street. Pada hari yang sejuk, Justin dan kawan-kawannya bersenang-senang saat mereka saling membandingkan trik skateboard dan mengadu kemampuan, tapi selalu dalam suasana pertemanan. Sebagaimana yang Justin telah tunjukkan pada video-video yang dia unggah ke YouTube dan fotofoto yang diterbitkan oleh majalah Teen Vogue, Justin adalah
30
seorang pemain skateboard yang andal. Di antara trik-trik yang bisa dia pertunjukkan dengan mengesankan adalah “360”, “Ollie”, dan “Kickflip”. Justin juga sering ditemukan di gedung YMCA, di mana dia terdaftar dalam skema perawatan harian. Dia bahkan pernah terlihat di sana sejak menemukan ketenaran dan pindah ke Amerika. Kompetisi lainnya antara Justin dan kawan-kawannya bertempat di sebuah tempat nongkrong yang disebut The Pour House, hanya di belokan dari taman. Tempat ini dulu biasa disebut Sid’s Pub, tapi diubah menjadi aula biliar. Justin suka menantang teman-temannya untuk bermain di sana. Dia selalu senang untuk menang, tapi bersikap sportif apa pun hasil pertandingannya. Semua persaingan itu membuat Justin menjadi anak yang selalu lapar saat dia tumbuh besar. Sama seperti banyak murid Northwestern lainnya, dia suka mampir di Madelyn’s Diner di Huron Street untuk sarapan di sana sebelum masuk kelas. Ini adalah tempat nongkrong yang terkenal di pagi hari, menarik para pelanggan yang lapar dari banyak mil di sekitarnya untuk sarapan kesukaannya yang tiada duanya: omlet. Justin juga cukup rajin menghadiri tempat lain bernama Features, di mana dia menyukai menu sarapannya. Salah satu santapan lebih ambisius yang disajikan pada pagi hari adalah hidangan Paul Bunyan, yang termasuk telur, daging bacon, roti bakar Prancis, pancake empuk, dan kentang.
31
Itu dinamai mengikuti seorang penebang pohon raksasa dari mitos. Sementara raksasa bisa dengan mudah melahap hidangan sebesar itu, makanan itu lebih banyak daripada yang sanggup disantap anak seusia Justin. Untuk makan siang, Justin adalah pengunjung tetap di outlet Subway di Huron Street. Dia suka roti isi di Subway, minuman ringan, dan makanan siap saji lainnya yang diawarkan di outlet terkenal itu. Bahkan sekarang setelah terkenal, Justin masih suka makan di Subway ketika jadwalnya memungkinkan. Kadang-kadang dia kembali ke Madelyn’s di sore hari bersama ibunya. Pattie memberi nilai tempat makan itu, yang dijalankan oleh Madelyn Carty, sebagai restoran kesukaannya di daerah itu. Pada malam hari, tempat itu menyajikan suasana makan malam tradisional Amerika langsung dari 1950-an, dengan burger, kentang goreng, onion ring, dan milkshake. Justin suka pasta juga. Salah satu hidangan kesukaannya adalah spageti bolognese. Dan untuk hidangan penutup, dia pikir kau tidak bisa melakukan yang lebih baik daripada pai apel. Dia suka menuangkan jus jeruk untuk menemani makanannya, pada jam makan kapan pun. Kalau dia sedang mengatur sebuah malam romantis yang ideal bagi seorang gadis, dia ingin memasak sendiri. “Mungkin aku akan memasakkannya steak,” kata Justin. Meskipun berusaha untuk makan dengan sehat kapan pun dia bisa, Justin mengakui bahwa salah satu kebiasaannya
32
adalah “makan permen terlalu banyak”. Permen kunyah kesukaannya adalah Sour Patch Kids. Pada pagi hari, di rumah, sarapan bukanlah sarapan tanpa sereal Cap’n Crunch yang terkenal, dan Justin juga bangga dengan pancake Kanada yang terkenal di dunia bersama sirup mapelnya. Justin juga dikenal suka menyantap kue keju kesukaannya dengan rasa ceri. Dia percaya bahwa cokelat terbaik untuk dihadiahkan kepada seorang gadis adalah Hershey’s Kisses. Cokelat ini pertama diluncurkan pada 1907. Dan sejak itu menjadi tanda romantis yang populer, termasuk edisi khusus Hari Valentine. Pada akhir pekan, Justin suka pergi ke Festival Marketplace, di pinggiran Stratford. Ada toko di sana yang disebut Toko Musik Long & McQuade, di mana Justin sering terlihat pada hari Sabtu. Di seberang jalan dari Marketplace adalah King’s Buffet. Ini adalah latar bagi momen bersejarah dalam kehidupan anak laki-laki mana pun: kencan paling pertamanya dengan seorang gadis. “Aku suka mengajak cewek makan malam dan membelikannya bunga,” kata Justin yang romantis. Tapi kencan pertamanya jauh dari berjalan dengan mulus. “Kami pergi makan malam di luar,” kata Justin, ketika ditanya bagaimana sebuah malam romantis berjalan. “Kencan pertama yang ideal pada dasarnya bagiku adalah membuat cewek itu senang.”
33
Sedihnya, ini tidak menjadi kencan yang ideal. Justin gugup pada malam itu. Setelah memulai dengan baik, malam itu berubah menjadi bencana ketika Justin secara tidak sengaja menumpahkan spageti dan bakso kepada dirinya sendiri. “Ia tidak pernah jalan denganku lagi,” kata Justin tentang gadis tanpa nama itu. Pasti gadis itu tidak tahu bahwa ia sedang melewatkan kesempatan untuk berpacaran dengan anak laki-laki yang dalam beberapa tahun menjadi ikon global dan salah satu remaja yang paling didambakan di planet ini. Gadis-gadis di seluruh dunia kini akan girang bukan main untuk mengencani Justin... Entah dia menumpahkan makanan ke dirinya sendiri atau tidak! Justin tidak memasukkannya ke dalam hati. “Ia sangat baik,” dia mengenang kencan pertamanya. Bagaimanapun juga, Justin masih agak bergidik ketika teringat betapa buruknya malam itu. “Itu parah dan malu-maluin,” katanya. Sebagai orang yang selalu melihat sisi terang suatu kejadian, Justin telah bertahan dan belajar. “Jadi, aku sarankan jangan pergi ke restoran Italia pada kencan pertama karena itu bisa berantakan! Aku tidak akan pernah melakukan kesalahan itu lagi!”
Justin selalu suka membaca, sejak ibunya mengajarinya membaca ketika kecil.
34
Pengalaman lainnya yang tidak menyenangkan sewaktu kecil adalah hari yang mengerikan ketika Justin terjebak dalam sebuah lift selama empat jam. Itu adalah pengalaman yang membuat trauma dengan setiap menit yang dia lewatkan, karena sepertinya akan semakin tambah lama terperangkap. “Mereka harus memanggil orang sejauh dua jam untuk memperbaikinya,” dia mengenang. Akhirnya, para teknisi tiba dan membebaskan Justin yang malang dari lift sesak itu. Itu adalah pengalaman yang mengerikan bagi siapa pun, apalagi seorang anak kecil. Bisa dipahami, kenangan mengenai kejadian itu menghantui Justin hingga hari ini. “Aku sangat takut tempat sempit dan takut lift,” katanya. Dia sekarang lebih sering mengambil tangga atau eskalator daripada lift. Ketika pengagum di sekelilingnya tumbuh, dia terpaksa terbiasa dengan para penggemar mengerubunginya. “Aku awalnya sangat takut tempat sempit,” Justin berkata kepada Maclean’s. “Aku benci lift, terutama yang sesak. Aku sangat takut. Jadi, aku pikir sangat menakutkan ketika cewekcewek mengelilingiku dan aku tidak bisa ke mana-mana. Pada waktu yang sama, aku rasa aku telah terbiasa, kau tahu kan maksudku?” Salah satu ketakutan Justin yang lainnya adalah kegelapan, dan dia suka tidur dengan setidaknya sedikit cahaya di kamar. Justin selalu suka membaca, sejak ibunya mengajarinya membaca ketika kecil. Tumbuh besar, buku kesukaannya
35
adalah We’re Going on a Bear Hunt, karya seorang pengarang Inggris yang bernama Micheal Rosen, dan ilustrasinya dibuat oleh Helen Oxenbury. Buku itu mengikuti pengalaman sebuah keluarga yang berangkat untuk melakukan “perburuan beruang”. Mereka berjalan menembus rumput, lumpur, dan sungai untuk mencari binatang yang pandai menghindar itu... dan menghadapi sebuah kejutan ketika mereka memasuki sebuah gua. Buku itu terkenal di antara anak-anak dan orang dewasa di dunia, dan ditulis untuk memikat siapa pun dari usia tiga tahun. Bagi Justin, itu adalah kisah yang menyenangkan dan menarik rasa petualangan. Pendekatan yang diambil oleh keluarga di dalam cerita untuk mengatasi rintangan adalah pendekatan yang sama dengan yang diambil oleh Justin dalam kehidupannya sendiri. Ketika mereka mencapai sungai, hutan gelap, dan rintangan-rintangan lainnya, mereka menyadari bahwa menghindar bukanlah jawabannya. Mereka harus menempuhnya. Setiap kali, mereka berhasil mengatasi kesulitan yang dilemparkan oleh kehidupan kepada mereka. Mungkin ketika kehidupan menguji Justin, dia juga telah menyadarinya: Aku harus menempuhnya. Sebagaimana suka membaca, Justin juga penggemar film. Dia suka film keluaran tahun 1976 berjudul Rocky, yang dibintangi oleh Sylverster Stallone. Ini cerita seorang petarung pecundang yang diberikan kesempatan mustahil untuk bertarung dalam laga kejuraan dunia. Meskipun to-
36
koh utamanya adalah seorang petinju yang baik, sepertinya dia telah kehilangan kesempatan untuk berlomba dan ditakdirkan untuk hidup dalam kekecewaan serta kemiskinan. Kemudian, sebuah iklan tangkas yang diatur oleh seorang teman memberinya kesempatan besar. Dia masih harus bekerja keras dan memberanikan diri. Tapi akhirnya dia mendapatkan kesempatan untuk melaluinya dan bangkit dari lingkungannya yang pas-pasan. Tidak heran Justin menyukai film itu... kisahnya punya banyak kesamaan dengan kehidupannya sendiri! Justin juga suka film heroik Saving Private Ryan, yang berlatar pada Perang Dunia dan dibintangi oleh Tom Hanks dan Matt Damon. Bagaimanapun, Justin juga suka film-film yang lebih imut seperti animasi Disney berjudul Cars dan film komedi street-dance berjudul You Got Served (plot perlombaan dansanya mungkin mengingatkan Justin kepada kontes Stratford Star di mana dia ikut serta). Satu lawan satu di antara dua pemain drum dalam film kesukaan Justin lainnya, Drumline, dan pertunjukan dansa pada film berjudul Step Up mungkin juga mengingatkan Justin kepada hari-hari Stratford Star itu. Saat ditanya film cewek kesukaannya, Justin memilih The Notebook. Di sini, seorang pria lanjut usia menceritakan kisah panjang dari sebuah romansa yang dia nikmati pada kehidupannya. Tapi ini bukanlah satu-satunya film cewek yang telah Justin tonton dan sukai. A Walk to Remember
37
adalah sebuah film romatis remaja yang dirilis pada 2002. Justin suka film ini, dan lagu-lagu pengiringnya juga. Dari kartun sampai kisah-kisah romatis yang menyentuh hati dan film-film tentang orang-orang bangkit dari awal yang pas-pasan, Justin adalah seorang penggemar berat film. Dia suka menonton TV juga, termasuk serial berdasarkan Superman yang berjudul Smallvilee dan serial drama medis Amerika yang berjudul Grey’s Anatomy. Serial pop realitas yang menampilkan juri terkenal dengan gaya bicara blakblakan bernama Simon Cowell sepanjang sembilan seri pertamanya, American Idol, juga kesukaan Justin. Sejak menjadi terkenal, Justin telah pindah dari Kanada untuk tinggal di Amerika. Kesuksesannya telah membawakannya gaya hidup yang patut dicemburui, yang berarti dia secara rutin berkelana di dunia untuk mempromosikan musiknya dan bertemu dengan para penggemarnya. Dia harus bekerja keras untuk memenuhi semua tuntutan yang dilemparkan kepadanya. Tapi pada saat bersamaan, inilah hidup yang dimimpikan oleh banyak orang. Namun, Justin akan selalu menjadi anak manis dari Kanada. Karena bagi Justin, rumahlah di mana hatinya berada. “Aku sudah ke banyak tempat di seluruh dunia,” katanya, “tapi tempat kesukaanku tetaplah kampung halamanku.” Dia adalah seorang Kanada yang bangga dan mencintai segala tentang kehidupan di negeri itu. Termasuk salju lebat yang sering datang pada musim dingin. Sesungguhnya,
38
ketika�������������������������������������������������� dia bepergian ke Inggris selama musim dingin bersalju 2010, dia geli melihat bagaimana negeri itu berjuang untuk menghadapi salju. Sebagai orang Kanada, dia terbiasa dengan pendekatan yang jauh lebih efisien terhadap cuaca ekstrem, dan teringat dengan bangga akan musim dingin yang menggigit di sana. Justin mengungkapkan keterkejutannya ini di halaman Twitter-nya dan ditanyai tentang hal ini dalam sebuah wawancara dengan situs Digital Spy. “Kalian bertingkah seakan-akan itu dunia mau kiamat. Semuanya dibatalkan dan kereta bawah tanah tidak bekerja. Tapi di Kanada, seperti ini cuma jumlah salju paling sedikit yang kami dapatkan,” katanya. “Setidaknya salju harus setinggi sepuluh inci supaya sekolah libur.” Justin ditanyai tentang saran apa yang dia, sebagai orang Kanada, akan tawarkan kepada orang Inggris tentang mengatasi turunnya salju. “Hmm... coba aku pikir-pikir... yah, pada awalnya, kalian tidak mengenakan macam pakaian yang tepat. Kalian harus mengenakan topi, syal, sarung tangan... dan setelan long john! Aku tahu itu tidak keren, tapi bagiku lebih baik merasa hangat daripada kedinginan.” Lebih baik merasa hangat daripada kedinginan, meskipun itu berarti tidak tampak keren, kalau begitu, Justin?
JB
39
Sekarang dia terkenal. Justin suka bepergian ke seluruh dunia dan menjaga para penggemarnya tetap mengetahui gerakan terakhirnya lewat masukan Twitter-nya yang selalu populer. Tapi baginya secara pribadi, perjalanan yang paling diingat adalah sebelum dia terkenal. Itu adalah sebuah liburan yang diingat oleh Justin dan ibunya. Hal yang paling mengagumkan adalah Justin—yang waktu itu berusia tiga belas tahun—yang mendanai keseluruhan perjalanan itu sendiri. Meledak-ledak dengan inisiatif, cinta, dan pengabdian, Justin telah menemukan cara untuk berterima kasih kepada ibunya atas segala yang ibunya telah lakukan baginya. Secara tidak mengejutkan, musik adalah jantung dari inisiatifnya yang luar biasa ini. Tanda besar pertama yang Justin punya perihal kualitas yang bisa membuatnya menjadi seorang bintang.
40