ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN DAN FOSTER PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2007 – 2009)
Disusun Oleh : KOSASIH 103081029231
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
1
ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN DAN FOSTER PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2007 – 2009)
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Sebagai Persyaratan Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Kosasih NIM : 103081029231
Dibawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 19690203 2001121 003
IndoYama Nasaruddin, SE, MAB NIP. 19741127 2001121 002
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010
2
ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN DAN FOSTER PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2007 – 2009)
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi syarat – syarat untuk meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh KOSASIH NIM : 103081029231 Dibawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 19690203 2001121 003
IndoYama Nasaruddin, SE, MAB NIP. 19741127 2001121 002
Penguji Ahli I
Penguji Ahli II
Suhendra, SAg, MM
M. Arief Mufraini, Lc, MSI
NIP. 19711206 2003121 001
NIP. 19770122 2003121 001
Penguji Seminar Proposal Skripsi
Ella Patriana, SE, MM NIP. 19690528 200801 2010
3
Hari ini tanggal 10 bulan mei tahun 2010 telah dilakukan ujian komprehensif atas nama Kosasih nim 103081029231 dengan judul skripsi “ ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN DAN FOSTER PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2007 – 2009)” . Dengan memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada jurusan manajemen fakultas ekonomi dan bisnis. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 10 Mei 2010 Tim Penguji Ujian Komprehensif
Ketua
Sekretaris
Indo Yama Nasaruddin,SE.MAB
Titi Dewi Warninda,SE.MSI
NIP. 19741127 2001121 002
NIP. 19731221 2005012 002
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 19690203 2001121 003 4
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS Jl. Ir. H. Juanda no.95, Ciputat 15412 Indonesia
Telp Fax
: (62-21) 7493318, 7496006, 74715705 : (62-21)7496006, 74715705
Website : www.uinjkt.ac.id email :
[email protected] /
[email protected]
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa
: Kosasih
NIM
: 103081029231
Jurusan
: Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini di buat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 8 Juli 2010
Kosasih
5
Daftar Riwayat Hidup Kosasih Kebangsaan
: Indonesia
Tempat Kelahiran
: Jakarta
Tanggal Lahir
: July 12nd 1984
Alamat
: Perum. Dasana Indah TB3 no. 5 Kelapa Dua, Serpong Tangerang
Nomor Telepon
: 021 – 94078815
Handphone
: 0813 – 88009917
Email
:
[email protected] –
[email protected]
IPK / GPA
: 3, 51 (Cumlaude)
Pendidikan Pendidikan Formal ●
Sekolah Dasar – SDN 07 Jakarta
●
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama – SLTP 204 Jakarta
●
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas – SLTA 94 Jakarta
●
2010 – Strata Satu (S1) Jurusan Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Hobbi dan Ketertarikan ● Music
● Computer
● Game online, Nds, Psp
● Sport
● Reading book
● Photography
6
ABSTRACT The purpose of this study is to analyze the condition of the company and further to analyze the different levels of bankruptcies among companies Altman Model and Foster in Textiles and Garments Go - public on the Indonesia Stock Exchange the methodology used in this study using a different analysis test (t test) , so that the results obtained in this study occurred in a statistical difference between the results of Altman model analysis with Foster in 2007, this was due to test the hypothesis probability values smaller than 0.05, then Ho is rejected and the conclusion was also no difference statistical significance between the analysis using the Altman model and Foster in 2008 and 2009, and this is due to the results of hypothesis testing the probability values greater than 0.05, Ho is accepted that conclusion.
Keywords : Bankruptcy, Z – score Altman, Z – score Foster
7
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi perusahaan serta pula menganalisis perbedaan tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment Go – Public di Bursa Efek Indonesia.Dan metodologi yang digunakan didalam penelitian ini menggunakan analisis uji beda (uji t), sehingga hasil yang didapatkan didalam penelitian ini terjadi perbedaan secara statistik antara hasil analisis Model Altman dengan Foster pada tahun 2007, hal ini disebabkan karena hasil pengujian hipotesis nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05,oleh karena itu kesimpulannya Ho ditolak dan pula tidak terdapat perbedaan secara statistik antara hasil analisis menggunakan Model Altman dan Foster pada tahun 2008 dan 2009, dan hal ini disebabkan karena hasil pengujian hipotesis nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05, sehingga kesimpulannya Ho diterima. Kata Kunci: Kebangkrutan, Z-Score Altman, Z-Score Foster
8
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan curahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman Dan Foster Pada Perusahaan Textile Dan Garment Go Public di BEI Periode 2007 - 2009”. Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan baik yang bersifat moral maupun materi, waktu, tenaga dan pikiran dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan, perhatian, motivasi dan do’a serta saran-saran dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada kakak - kakak yang memberikan semangat kepada penulis. 2. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing I dan Pembantu Dekan I Bidang Akademik yang telah memberikan arahan serta petunjuk yang sangat penting sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 3. Bpk Indo Yama Nasaruddin, SE, MAB selaku Dosen Pembimbing II dan Ketua Jurusan Manajemen yang dengan sabar dan telah meluangkan waktunya untuk membantu serta memberikan bimbingan yang sangat mendasar dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik. 4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bpk Arief Mufraini, Lc, Msi dan Bpk Suhendra, S.Ag, MM selaku Tim Penguji Ujian Skripsi. 6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, Msi selaku Tim Penguji Ujian Komprehensif sekaligus Tim Penguji Seminar Proposal bersama Ibu Ella Patriana, SE, MM. 7. Para Dosen dan staf pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Jurusan Manajemen yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama masa perkuliahan.
9
8. Seluruh staf pegawai di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah bersedia membantu dalam segala urusan administrasi selama masa perkuliahan dan pembuatan skripsi ini hingga selesai. 9. Keluarga dan kerabat yang tidak pernah bosan mengingatkan, memberikan dukungan semangat dan motivasi serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Kawan-kawan Eral, Lilis, Hery, Dika, Ade, Ipung, Soni, Ajeng, Dada, Rizky dan Faiz yang telah membantu dan berbagi informasi selama proses pembuatan skripsi ini. 11. Dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun telah banyak membantu selama proses pembuatan skripsi ini. Semoga atas semua bantuannya diberikan balasan yang setimpal dan pahala yang berlipat-lipat dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan baik dari segi materi pembahasan maupun cara penyajiannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan dan menghargai berbagai saran dan kritik yang bersifat membangun guna menwujudkan karya ilmiah yang lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa selalu memberikan kemudahan bagi kita semua dalam meraih masa depan yang lebih baik. Amin. Wassalamualaikum wr wb Jakarta, 8 Juli 2010 Penulis
10
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL
…………………………………i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
…………………………………ii
PENGESAHAN KELULUSAN
………………………………...iii
PENGESAHAN KOMPREHENSIF
…………………………………iv
PERNYATAAN
…………………………………v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
…………………………………vi
ABSTRACT
…………………………………vii
ABSTRAK
………………………………...viii
KATA PENGANTAR
…………………………………..ix
DAFTAR ISI
…………………………………..xi
DAFTAR TABEL
………………………………….xiv
DAFTAR GAMBAR
………………………………….xvi
DAFTAR LAMPIRAN
………………………………...xvii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
................................................1
B. Identifikasi Masalah
….............................................7
C. Pembatasan Masalah
….............................................8
D. Perumusan Masalah
….............................................9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
...…..........................................9
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebangkrutan
…............................................11
B. Penyebab Kegagalan Perusahaan …............................................14 C. Manfaat Informasi Kebangkrutan …............................................16 D. Analisis Laporan Keuangan
…............................................17
E. Kerangka Pemikiran
…............................................42
F. Hipotesis
…...........................................45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
…...........................................46
B. Metode Penentuan Sampel
…...........................................46
C. Metode Pengumpulan Data
…............................................47
D. Metode Analisis Data
…...........................................48
E. Operasional Variabel Penelitian
…...........................................50
F. Penelitian Terdahulu
…...........................................52
G. Pengujian Hipotesis
…...........................................55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
…..........................................57
B. Rasio Keuangan Altman
..............................................63
C. Rasio Keuangan Foster
.................................................69
D. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Altman …….79
12
E. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Foster ……..90 F. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009, Menurut Undang – UndangKepailitan No. 37 Tahun 2004 …………………………..94 G. Pengujian Hipotesis
…....................................................97
H. Pembahasan
…....................................................106
I. Rasio Keuangan Altman
…....................................................107
J. Rasio Keuangan Foster
…....................................................115
K. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Altman……117 L. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Foster …..121 M. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment GoPublic di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009, Menurut Undang – Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 ……………………..124 N. Interpretasi BAB V
……….....................................................126
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
…..................................................... 128
B. Implikasi
…..................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA
…..................................................... 131
LAMPIRAN
…..................................................... 133
13
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel A.2
Ringkasan Profil Perusahaan Textile dan Garment Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 ………63
Tabel B.1
Rasio Keuangan Altman Perusahaan Textile dan Garment Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 - 2009
Tabel B.2
….......................................................64
Rasio Keuangan Foster Perusahaan Textile dan Garment Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 - 2009
Tabel E
….......................................................69
Daftar Perusahaan Yang Diprediksi Dalam Tiga Kategori Yaitu Bangkrut, Rawan Bangkrut Dan Tidak Bangkrut Model Altman
Tabel H
….......................................................81
Daftar Perusahaan Yang Diprediksi Dalam Tiga Kategori Yaitu Bangkrut, Rawan Bangkrut Dan Tidak Bangkrut Model Foster
Tabel I.1
….......................................................90
Daftar Perusahaan Yang Diprediksi Dalam Tiga Kategori Yaitu Bangkrut, Rawan Bangkrut Dan Tidak Bangkrut Menurut Undang – Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 .94
14
Tabel J.1
Hasil Means (Nilai rata – rata) Antara Z-score Model Altman dan Foster Pada Perusahaan Textile dan Garment Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 200...............................97
Tabel J.3
Hasil Uji F – hitung dan t – hitung Antara Z-score Model Altman dan Foster
Pada Perusahaan Textile dan Garment
Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 …100
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran …........................................... 44
16
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
Perhitungan Working Capital to Total Assets Ratio (X1) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
Lampiran 2
133
Perhitungan Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
Lampiran 3
133
Perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
Lampiran 4
134
Perhitungan Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4) Tahun 2007 – 2009 Dalam Jutaan Rupiah)
Lampiran 5
134
Perhitungan Sales to Total Assets Ratio (X5) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
135
Lampiran 6
Rata – Rata Rasio Keuangan Altman Tahun 2007 – 2009 135
Lampiran 7
Perhitungan Z-Score Altman Tahun 2007 – 2009
Lampiran 8
Hasil Perhitungan Z-Score Altman Tahun 2007 – 2009 136
Lampiran 9
Nilai Cut – Off Z-Score Altman Tahun 2007
137
Lampiran 10 Nilai Cut – Off Z-Score Altman Tahun 2008
137
Lampiran 11 Nilai Cut – Off Z-Score Altman Tahun 2009
138
136
Lampiran 12 Tingkat Kebangkrutan Model Altman
17
Tahun 2007 – 2009
138
Lampiran 13 Perhitungan Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (X) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
139
Lampiran 14 Perhitungan Time Interest Earned Ratio (Y) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
139
Lampiran 15 Rata – Rata Rasio Keuangan Foster Tahun 2007 – 2009 140 Lampiran 16 Perhitungan Z-Score Foster Tahun 2007 – 2009
140
Lampiran 17 Hasil Perhitungan Z-Score Tahun 2007 – 2009
141
Lampiran 18 Nilai Cut – Off Z-Score Foster Tahun 2007
141
Lampiran 19 Nilai Cut – Off Z-Score Foster Tahun 2008
142
Lampiran 20 Nilai Cut – Off Z-Score Foster Tahun 2009
142
Lampiran 21 Tingkat Kebangkrutan Model Foster Tahun 2007 – 2009 143 Lampiran 22 Perhitungan Debt Ratio (Ratio Hitung) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
143
Lampiran 23 Tingkat Kebangkrutan Menurut Undang – Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 Pada Tahun 2007 – 2009
144
18
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak mampu kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5).Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993:4). Disamping itu ada pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive) dalam
persaingan,
berkembang
(growth)
serta
dapat
melaksanakan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat. Harahap (2002: 69) menyatakan bahwa prinsip going concern (kelangsungan usaha) menganggap bahwa perusahaan akan terus melaksanakan operasinya sepanjang proses penyelesaian proyek, perjanjian dan kegiatan yang sedang berlangsung. Perusahaan dianggap tidak akan berhenti, ditutup atau dilikuidasi dimasa yang akan datang.Perusahaan dianggap akan hidup dan operasi untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Kemakmuran
diartikan
sebagai
kesejahteraan
dan
kesejahteraan merupakan nilai sekarang dari perusahaan
19
terhadap prospek masa depannya. Nilai masa depan merupakan keberlanjutan usaha bagi suatu perusahaan. Keberlanjutan usaha dapat dicapai, bila pengelolaan perusahaan dijalankan dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin sehingga sumber daya yang dimilki dapat dimanfaatkan secara efektif. Keberlanjutan usaha sangat penting bagi perusahaan dan bagi investor. Salah satu dampak dari krisis moneter adalah ditutupnya
sejumlah
peusahaan
karena
tidak
mampu
mempertahankan going concernnya (kelangsungan usahanya). Ketidakmampuan
atau
kegagalan
perusahaan-perusahaan
tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, pertama yaitu kegagalan ekonomi dan yang kedua yaitu kegagalan keuangan. Kegagalan ekonomi berkaitan dengan ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Selain itu, kegagalan ekonomi juga bisa disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi. Perusahaan dikategorikan gagal keuangannya jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun total aktiva melebihi total kewajibannya (Weston dan Brigham, 1993:474). Jatuh bangunnya perusahaan merupakan hal yang biasa. Kondisi yang membuat para investor dan kreditor merasa khawatir jika
20
perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress) yang bisa mengarah kebangkrutan. Tingkat kekhawatiran investor ini makin bertambah dengan munculnya Peraturan Pemerintah pengganti UndangUndang (Perpu) No. 1 tahun 1998 yang mengatur kepailitan. Menurut Perpu No. 1, debitur yang terkena default (gagal bayar) dapat dipetisikan bangkrut oleh dua kreditur saja. Resiko kebangkrutan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan , dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah dilaksanakan. Analisis rasio keuangan merupakan suatu alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap harga saham dipasar modal. Tingkat kesehatan perusahaan penting artinya bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan yang pada akhirnya dapat menghindari adanya
21
kemungkinan kebangkrutan (terlikuidasi) pada perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah maupun oleh stakeholders yang lain. Dari laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang posisi keuangan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan dan informasilain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi laporan keuangan. Analisis laporan keuangan tersebut meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Terjadinya likuidasi atau kebangkrutan pada sejumlah perusahaan tentu saja akan menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pemilik maupun karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya. Hal ini sebenarnya tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar kalau proses kebangkrutan pada sebuah perusahaan dapat diprediksi lebih dini. Adanya tindakan untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan tersebut, tentu saja akan dapat menghindari atau mengurangi resiko terjadinya kebangkrutan tersebut. Secara empiris prediksi kebangkrutan atau likuidasi ini dapat dibuktikan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
22
Analisis
diskriminan
dilakukan
untuk
memprediksi
kebangkrutan suatu perusahaan dua sampai dengan lima tahun sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut. Sektor textile dan garment cukup menarik untuk dijadikan obyek penelitian karena derasnya produk-produk textile buatan luar negeri yang membanjiri pasaran di Indonesia, terutama produk textile buatan Cina. Membanjirnya produk textile dari Cina membuat kalang kabut produsen dalam negeri. Kekhawatiran ini beralasan karena harga produk mereka jauh dibawah harga textile dalam negeri, dan dari segi kualitas
tidak
kalah
bagusnya.
Produk
lokal
harus
mempertahankan kualitasnya dengan menekan biaya serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produk buatan luar negeri, karena produk luar negeri ditawarkan dengan harga yang
relative
rendah.
Perusahaan
harus
mempunyai
keunggulan kompetitif agar mampu bersaing dan tetap survive. Berbagai kondisi tersebut di atas akhirnya akan memperburuk kondisi perusahaan textile dan garment yang tidak tertutup kemungkinan akan mengalami kebangkrutan dalam usahanya, meskipun sebelumnya kita ketahui sektor industri textile dan garment cukup memliki pangsa pasar yang bagus di dalam negeri. Salah satu indikator yang dapat kita gunakan untuk melihat perusahaan akan mampu bertahan hidup, tumbuh dan
23
berkembang, atau bahkan bangkrut adalah dengan melihat pendapatan bersih. Sebagai salah satu contohnya dari data tahun 2007 sampai dengan 2009 (Sumber : Indonesian Capital Market), dapat memperlihatkan bahwa sebagian besar perusahaan industri textile dan garment mengalami kecenderungan penurunan pendapatan bersih dan bahkan mengalami kerugian. Hal
ini
menunjukkan
bahwa
perusahaan
tidak
dapat
menghasilkan profit. Apabila keadaan ini terus – menerus terjadi maka kelangsungan usaha akan terganggu, sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajibankewajiban yang harus dipenuhi. Keuntungan atau laba merupakan sarana yang penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, makin tinggi laba yang diperoleh diharapkan perusahaan akan mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembang serta tangguh menghadapi persaingan. Perusahaan dituntut untuk seefisien mungkin dalam arti bahwa dalam pengorbanan tertentu yang diberikan maka dicapai hasil
yang
sebesar
mungkin,
maksudnya pengorbanan adalah modal usaha sedangkan hasilnya adalah laba usaha. Turunnya penjualan berakibat pada turunnya laba, bila itu terjadi dalam waktu berkepanjangan,
24
akan berdampak pada berkelanjutan usaha industri textile dan garment. Oleh karena itu, perlu kajian tentang analisis kinerja keuangan dengan menggunakan metode Z- Score model Altman dan Foster untuk mengukur tingkat kebangkrutan pada perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan pertimbangan bagi manajemen perusahaan textile dan garment mengenai kemungkinan terjadinya kebangkrutan agar dapat mengambil langkah pengambilan keputusan guna melakukan persiapan dan perbaikan kinerja melalui strategi yang cepat dan tepat demi peningkatan nilai perusahaan dimasa depan. Penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Para investor dapat berpikir dua kali untuk masuk ke saham textile dan garment. Bila industri textile dan garment mengalami kebangkrutan maka investor dapat segera menarik diri untuk tidak melakukan investasi. Berdasarkan
pemikiran-pemikiran
tersebut
maka
penelitian ini mengambil judul “ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN DAN FOSTER PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GOPUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA”.
25
B. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi beberapa masalah diantaranya : 1. Menganalisis kemampuan model Altman dalam mengukur tingkat kebangkrutan suatu perusahaan. 2. Menganalisis kemampuan model Foster dalam mengukur tingkat kebangkrutan suatu perusahaan. 3. Melihat perbedaan antara model Altman dan model Foster dalam mengukur tingkat kebangkrutan suatu perusahaan.
C. Pembatasan Masalah Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan
semakin
baik
bagi
manajemen
karena
manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Krediturkreditur dan pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan menggunakan datadata akuntansi. Kesulitan keuangan bisa berarti mulai dari kesulitan likuidasi yang merupakan kesulitan keuangan paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan kesulitan keuangan yang paling berat. Kesulitan keuangan bisa dilihat
26
sebagai kontinum yang panjang, mulai dari yang ringan sampai yang paling berat. Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi kebangkrutan perusahaan. Salah satu sumbernya adalah analisis aliran kas untuk saat ini atau untuk masa mendatang dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan.
D. Perumusan Masalah Mengadakan interpretasi atau analisa terhadap laporan finansiil suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa
untuk
dapat
mengetahui
keadaan
dan
perkembangan finansiil dari perusahaan yang bersangkutan, sehingga dapat diketahui kinerja perusahaan tersebut. Berdasarkan keadaan yang terdapat di perusahaan, maka timbul permasalahan : 1. Apakah kondisi perusahaan tersebut terjadi kebangkrutan dengan menggunakan model Altman dan Foster pada perusahaan Textille dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia ?
27
2. Apakah terdapat perbedaan tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa efek Indonesia ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas dan maka tujuan dan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Tujuan Penelitian a. Untuk menganalisis kondisi perusahaan tersebut terjadi kebangkrutan dengan menggunakan Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia. b. Untuk menganalisis perbedaan tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini merupakan media untuk belajar memecahkan masalah secara ilmiah dan memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh dibangku kuliah. b. Bagi civitas akademik, peneliti ini dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian bagi peneliti lebih lanjut.
28
c. Untuk dunia praktis, dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perusahaan agar dapat mengambil langkah dan keputusan guna melakukan persiapan dan perbaikan demi kemajuan perusahaan tersebut serta memberikan gambaran dan harapan yang mantap terhadap nilai masa depan perusahaan tersebut. Bagi Investor penelitian ini dapat digunakan dalam mengambil keputusan investasi. Bila industri textile dan garment mengalami kebangkrutan maka investor dapat segera menarik diri untuk tidak melakukan investasi.
29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kebangkrutan 1. Pengertian umum Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami
ketidakcukupan
dana
untuk
menjalankan
usahanya. Menurut Undang-Undang Kepailitan No. 4 tahun 1998, debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit
dengan putusan
pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri,
maupun atas permintaan
seorang
atau
lebih
krediturnya ( Yani dan Widjaja, 2004: 153 ). Emiten atau perusahaan publik yang gagal atau tidak mampu
menghindari
kewajibannya
terhadap
kegagalan
untuk
pemberi pinjaman
membayar yang
tidak
terafiliasi, maka emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan laporan mengenai pinjaman termasuk jumlah pokok dan bunga, jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman, penggunaan pinjaman dan alasan kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan kepada Bapepam dan Bursa Efek di mana efek emiten atau perusahaan publik
30
tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kedua sejak emiten atau perusahaan publik mengalami kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan untuk menghindari kegagalan dimaksud (Br Ferdinand D. Saragih,2005: 14). Kesulitan keuangan jangka pendek bisa berkembang menjadi kesulitan tidak solvable, dan perusahaan bisa dilikuidasi atau direorganisasi. Likuidasi dipilih apabila nilai likuidasi lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan kalau diteruskan. Reorganisasi dipilh apabila nilai perushaan kalau diteruskan lebih besar dibandingakn nilai likuiditas (Harahap dan Syafri,2002 : 140). Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan
semakin
baik
bagi
manajemen
karena
manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Kreditur dan pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan menggunakan datadata akuntasi (Ross, 2005: 156). Kesulitan keuangan bisa berarti mulai dari kesulitan likuidasi yang merupakan kesulitan keuangan paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan,
yang merupakan
kesulitan keuangan yang paling berat. Kesulitan keuangan
31
bisa dilihat sebagai kontinum yang panjang, mulai dari yang ringan sampai yang paling berat (Pindado,et.al, 2002: 135). Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi kebangkrutan perusahaan. Salah satu sumbernya adalah analisis aliran kas untuk saat ini atau untuk masa mendatang dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan. (Karen Wruck dalam Ross, 2005: 158). Pendekatan univariate bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan dengan asumsi bahwa distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan berbeda dengan distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Jika beberapa
variabel
dipakai
untuk
memprediksi,
ada
kemungkinan hasil yang saling bertentangan akan diperoleh. Untuk mengatasi kelemahan semcam itu metode prediksi multivariate bisa digunakan. (Platt,H: 2004) Kegagalan
(Failure)
dapat
didefinisikan
dalam
beberapa cara dan kegagalan tidak harus menyebabkan keruntuhan
atau
pembubaran
perusahaan.
Kegagalan
ekonomis berarti bahwa pendapatan perusahaan tidak mampu
32
menutup biayanya sendiri. Sedangkan kegagalan keuangan berarti jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada wakunya harus dipenuhi, walaupun harta totalnya melebihi kewajiban toatalnya (Weston dan Brigham, 1993: 474). B. Penyebab Kegagalan Perusahaan Menurut R. Agus Sartono (2001), ada tiga jenis kegagalan perusahaan yaitu : 1. Perusahaan yang menghadapi technically insolvent, jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya yang segera jatuh tempo tetapi asset perusahaan nilainya lebih tinggi daripada hutangnya. 2. Perusahaan yang menghadapi legally insolvent, jika nilai asset perusahaan lebih rendah daripada nilai hutang perusahaan. 3. Perusahaan yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat membayar hutangnya dan oleh pengadilan dinyatakan pailit. Sebab utama kegagalan sebuah perusahaan adalah manajemen perusahaan yang kurang kompeten (Weston dan Brigham, 1993: 474). Sementara menurut Bambang Riyanto (2001: 315) faktor-faktor yang merupakan penyebab kegagalan suatu
33
perusahaan pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu : 1. Sebab intern adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri, yang meliputi sebab finansiil maupun non finansiil. a. Sebab-sebab yang menyangkut bidang finansiil meliputi : 1). Adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan beban tetap yang berat bagi perusahaan. 2). Adanya “current liabilities” yang terlalu besar diatas “current assets” 3). Lambatnya pengumpulan piutang atau banyaknya “BadDebts” (piutang tak tertagih). 4). Kesalahan dalam “dividend-policy” 5). Tidak cukupnya dana-dana penyusutan. b. Sebab-sebab yang menyangkut bidang non finansiil meliputi : 1). Adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan, yaitu antara lain : a). Kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan. b). Kesalahan dalam penentuan produk yang dihasilkan. c). Kesalahan dalam penentuan besarnya perusahaan.
34
2). Kurang baiknya struktur oragnisasi perusahaan. 3). Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan 4). Adanya “managerial incompetence” a). Kesalahan dalam policy pembelian . b). Kesalahan dalam policy produksi. c). Kesalahan dalam policy marketing. d). Adanya ekspansi yang berlebih-lebihan. 2. Sebab ekstern adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar perusahaan dan yang berada diluar kekuasaan atau kontrol dari pimpinan perusahaan atau badan usaha, yaitu antara lain : a). Adanya persaingan yang hebat. b). Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkannya. c). Turunnya harga-harga dan lain sebagainya. C. Manfaat Informasi Kebangkrutan Menurut Hanafi dan Halim (2000: 261) Informasi kebangkrutan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini: 1. Pemberi Pinjaman Informasi
kebangkrutan
bisa
bermanfaat
untuk
mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan
35
kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada. 2. Investor Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat
adanya
kemungkinan
bangkrut
atau
tidaknya
perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi
kebangkrutan
untuk
melilhat
tanda-tanda
kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut. 3. Pemerintah Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah juga mempunyai badan-badan usaha yang harus selalu diawasi. Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakantindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal. 4. Akuntan Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.
36
5. Manajemen Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan
yang
berkaitan
dengan
munculnya
biaya
kebangkrutan. Misalnya dengan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari. D. Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan, yang
dibuat
oleh
manajemen
mempertanggungjawabkan
dengan
tugas-tugas
tujuan
yang
untuk
dibebankan
kepadanya, oleh para pemilik perusahaan dan juga diharapkan untuk memenuhi tujuan-tujuan lainnya yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan (Baridwan, 2001: 17). Laporan Keuangan merupakan produk dari akuntasi, begitu juga interpretasi laporan keuangan juga merupakan salah satu fungsi pokok dari akuntansi. Perusahaan menyediakan informasi akuntansi karena memilki stakeholders yang bervariasi seperti pemegang saham, pemegang obligasi, banker, kreditur, supplier, karyawan mengetahui
dan
manajemen.
bagaimana
Para
kinerja
stakeholders
keuangan
perlu
perusahaan.
37
Mengingat banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut maka laporan keuangan yang disajikan harus dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan kelayakannya. Oleh karena itu, dalam melaksanakan proses akuntasi tersebut, perlu mendasarkan diri dengan adanya konsep dasar (basic assumption) dan prinsip-prinsip yang diterima umum. Untuk itu mereka bergantung pada laporan keuangan perusahaan yang diumumkan secara periodik untuk menyediakan informasi mendasar tentang kinerja keuangan perusahaan (Asquith,P,1991: 34). Laporan keuangan berisi informasi tentang prestasi perusahaan dimasa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan dimasa yang akan datang. Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 740/KMK.00/1989 adalah laporan Direksi yang mencakup kebijaksanaan keuangan perusahaan, neraca, perhitungan laba rugi, sumber dan penggunaan dana, penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas) dan perubahan modal. Analisis
kinerja
keuangan
merupakan
suatu
interpretasi atau analisis terhadap prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Hal ini karena
38
menurut
Keputusan
Menteri
Keuangan
RI
No.
740/KMK.00/1989, pengertian kinerja itu sendiri adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan. a. Jenis Laporan Keuangan Analisis kinerja keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping informasi lain. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan (Munawir,2000: 26) yaitu : 1. Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang disusun secara sistematis untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat atau tanggal tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Ada tiga elemen pokok dalam neraca yaitu aktiva yang menggambarkan keputusan penggunaan dana atau keputusan investasi dimasa lalu, sedang hutang dan modal (passiva) menunjukkan asal sumber dana untuk kepentingan pendanaan dimasa lalu tersebut. Pos-pos pada neraca disusun mulai dari yang paling likuid, mudah dicairkan menjadi uang tunai sampai yang paling tidak likuid.
39
2. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi merupakan ikhtisar yang disusun secara sistematis tentang penghasilan, biaya rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Prinsip-prinsip yang umum diterapkan dalam laporan laba rugi adalah : a. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang atau service yang dijual sehingga diperoleh laba kotor. b. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi (operating expenses). c. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh dari luar organisasi pokok perusahaan yang diikuti dengan biayabiaya yang terjadi diluar usaha pokok perusahaan (non operating atau financial income dan Expenses). d. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary) diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
Laporan keuangan ini memperlihatkan laporan
hasil kegiatan atau operasional perusahaan selama suatu periode
tertentu.
Ikhtisar
perubahan
posisi
keuangan
memperlihatkan keefektifan manajemen dalam menyerap
40
dana dan menyalurkannya. Jenis dana yang diserap dan jenis penyaluran dana juga mencerminkan profesionalisme dari manajemen yang ada. 3. Laporan Aliran Kas Laporan aliran kas berguna untuk meringkas kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari kegiatan usaha perusahaan dalam tahun buku yang bersangkutan, dan melengkapi penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan aliran kas menggambarkan aliran kas yang masuk dan yang keluar pada suatu periode tertentu yang meupakan hasil atau efek dari kegiatan perusahaan yaitu operasi, investasi dan pendanaan. Laporan aliran kas mempunyai peran penting dalam memberikan informasi mengenai berapa besar dan kemana saja dana digunakan serta dari mana sumber dana itu diambil. Informasi yang diperoleh dari laporan ini dapat menunjukkan apakah perusahaan sedang maju atau akan mengalami kesulitan keuangan. Laporan keuangan menjadi sangat penting karena memberikan input yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, resiko, timing aliran kas, yang
41
kesemuanya akan memberikan pengaruh harapan pihak-pihak yang berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi nilai perusahaan (Supardi dan Mastuti,2003: 78). a. Jenis Analisa Laporan Keuangan Dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan keuangan, pada dasarnya ada beberapa jenis analisa yang dapat dilakukan yaitu : 1. Analisa Internal Merupakan analisa
yang dilakukan oleh pihak
manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan.
Selain
menghasilkan
laporan
yang
biasa
diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga menghasilkan laporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud internal saja. 2. Analisa Eksternal Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan calon kreditur lain yang mana
dalam
melakukan
analisa
mereka
tidak
bisa
memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang
42
sifatnya diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan kerjasama financial dengan perusahaan tersebut. 3. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis) Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode dasar pembanding.
Dari
analisa
ini
akan
dapat
terlihat
perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan. 4. Analisa Vertikal (Analisa Statis) Analisa vertikal, merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya lapoaran keuangan atau hasil usaha periode itu saja. b. Analisis Rasio keuangan Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran atau “yard-stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah “rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam
43
“arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan. Rasio
menggambarkan
suatu
hubungan
atau
perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio akan dapat memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan tentang posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2000:64). Penganalisa keuangan dalam mengadakan analisa rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukan dengan dua macam cara pembanding yaitu : 1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (ratio perusahaan/company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan
lain
yang
sejenis
atau
industry
(rasio
industry/rasio rata-rata/ratio standard) untuk waktu yang sama (Riyanto, 2001:329).
44
c. Penggolongan Angka Rasio Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Berdasarkan sumber datanya angka rasio digolongkan sebagai berikut : (Riyanto,2001: 330) 1. Rasio neraca (balance sheet ratios) yaitu semua rasio yang datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test ratio, dan sebaginya. 2. Rasio laporan laba rugi (income statement ratios) yaitu semua rasio yang datanya diambil atau bersumber dari laporan laba rugi misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan sebagainya. 3. Rasio antar laporan (interestatement ratios) yaitu semua rasio yang datanya diambil atau bersumber dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi, misalnya tingkat perputaran
persediaaan
(inventory
turnover),
tingkat
perputaran piutang (Accounting receivable turnover), assets turnover dan sebagainya. Menurut Edward Altman (2000:331) penggolongan rasio keuangan adalah sebagai berikut : 1. Rasio likuiditas adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan misalnya current ratio, acid test ratio, cash ratio, working capital to total asset ratio.
45
2. Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan yang dibiayai dengan utang, misalnya total debt to total asset ratio, total debt to total capital asset, long debt to equity ratio, tangible asset debt coverage, time interest earned ratio. 3. Rasio aktivitas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dayanya, misalnya total asset turnover, receivableturnover, average collection period, inventory turnover, average days inventory, working capital turnover. Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan-kemajuan perusahaan, faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian adalah : a. Rasio likuiditas Rasio kemampuan
likuiditas perusahaan
digunakan untuk
untuk
mengukur
memenuhi
kewajiban
keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban
keuangan pada saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu : (Riyanto,2001: 332).
46
1. Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar.
Aktiva Lancar Rasio Lancar =
Hutang Lancar
2. Rasio cepat (quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancar diluar persediaan. Aktiva Lancar - persediaan Rasio Cepat
=
Hutang Lancar
3. Rasio kas (cash ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhihutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya yang paling likuid. Kas + Effect Rasio Kas
=
Hutang Lancar
4. Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to total assets ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
47
Aktiva Lancar – Hutang Lancar Rasio Modal Kerja =
Total Aktiva
b. Rasio Aktifitas Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauhmana efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya : 1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai. Piutang x 360 hari Rasio Periode Pengumpulan Piutang =
Penjualan Kredit
2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya. Penjualan Kredit Rasio Tingkat Perputaran Piutang
=
Piutang
48
3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas
manajemen
persediaan,
yaitu
menunjukkan
lamanya dana tertanam dalam persediaan. Harga Pokok Penjualan Rasio Tingkat Perputaran Persediaan = 4. Rasio tingkat perputaran
Rata – rata Persediaan aktiva tetap menunjukkan
sejauhmana efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya. Penjualan Rasio Tingkat Perputaran Aktiva Tetap =
Aktiva Tetap
5. Rasio tingkat perputaran total aktiva menunjukkan efektifitas penggunaan total aktiva. Penjualan Rasio Tingkat Perputaran Total Aktiva =
Aktiva Tetap
c. Rasio Leverage atau Solvabilitas Rasio leverage atau solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk dalam rasio leverage atau solvabilitas diantaranya : 1.
Rasio
kemampuan
Hutang (debt ratio) perusahaan
mengukur sejauhmana
memenuhi
kewajiban
jangka
panjangnya. 49
Total Hutang Rasio Hutang =
Total Aktiva
2. Rasio Kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri. Total Hutang Rasio Kewajiban terhadap Modal
= Total Modal Sendiri
3. Time interest earned ratio mengukur kemapuan perusahaan membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bung dan pajak yang tersedia untuk menutup beban bunga. Laba Operasi Time Interest Earned Ratio =
Beban Bunga per Tahun
4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar. Hutang Lancar Rasio Kewajiban Lancar terhadap TA =
Total Aktiva
50
5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan lancar. Hutang Tidak Lancar Rasio kewajiban Tidak Lancar =
Total Aktiva
d. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas atau profitbilitas diantaranya (Riyanto, 2001: 332) : 1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok
penjualan
selain
mencerminkan
kemampuan
manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Laba Kotor Marjin Laba Kotor =
Penjualan Bersih
2. Marjin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha
51
dan harga pokok penjualan dalam hubungannya denga penjualan yang dilakukan. Laba Usaha Marjin Laba Usaha = 3.
Marjin
laba
Penjualan Bersih
bersih
mencerminkan
kemampuan
manajemen untuk mengahsilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau usaha, beban lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan. Laba Bersih Marjin Laba Bersih =
Penjualan Bersih
4. Return on Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin
sehingga
dicapai
laba
bersih
yang
diinginkan.(Weston dan Copeland, 2003) (EBIT) Laba Usaha ROI =
Total Aktiva Analisis perusahaan dengan menggunakan rasio
keuangan
memungkinkan
manajer
keuangan
untuk
mengevaluasi dengan cepat. Dengan rasio keuangan juga memungkinkan perbandingan jalannya perusahaan dari waktu
52
ke
waktu
serta
mengidentifikasi
perkembangannya.
(Muslich,2000: 61) Walaupun rasio-rasio keuangan merupakan alat yang sangat berguna dalam proses analisis kinerja keuangan perusahaan, analisis rasio mempunyai keterbatasan yang berasal dari kenyataan bahwa pada dasarnya metodologinya adalah univariate, dimana setiap rasio dianalisis secara terpisah. Pengaruh gabungan rasio hanyalah berdasarkan pertimbangan para analisis keuangan. Jadi untuk mengurangi kelemahan analisis rasio ini, adalah penting menggabungkan beberapa rasio menjadi suatu model peramalan yang berarti. Ada dua teknik statistik, yaitu analisis regresi dan analisis diskriminan yang telah sering digunakan untuk tujuan ini. a. Multiple Discriminant Analysis Analisis ini diskriminan adalah suatu analisis yang menghasilkan
suatu
indeks
yang
memungkinkan
penggolongan suatu observasi ke dalam salah satu kelompok yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Misalnya seorang analisis keuangan memiliki beberapa rasio keuangan dari sebuah perusahaan dan ingin menggunakan rasio tersebut untuk menggolongkan perusahaan itu masuk kategori bangkrut atau tidak.
53
Multiple Discriminant Analysis atau analisis pembeda ganda merupakan suatu metodologi formal yang digunakan untuk
memperkecil
rasio
dan
untuk
mempertinggi
kerepresentatifan rasio keuangan yang dipilih sebagai variabel. Model analisis semacam ini dapat digunakan untuk: 1. Memprediksi kebangkrutan perusahaan 2. Mengevaluasi atas prospek perusahaan secara individual 3. Menilai kelayakan dan kewajaran suatu rencana oragnisasi dalam memutuskan alternatif - alternatifnya. b. Analisis Z-score Model Altman Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengetahui kegunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan atau kebangkrutan usaha. Salah satu studi tentang prediksi ini adalah Multiple Discriminant Analysis yang dilakukan oleh Altman yaitu analisis Z-score. Z-score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan
perusahaan.
Formula
Z-score
untuk
memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan financial dari sebuah perusahaan.
54
Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Z-score Altman ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Z-score = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5 Keterangan : X1 = Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets) X2 = laba yang ditahan terhadap total harta (retained earning to total Assets) X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earning before interest and taxes to total assets) X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value equity to book value of total debt) X5 = Penjualan terhadap total harta (sales to total assets) Presentase rasio ke 1 sampai dengan ke 4 dihitung dengan presentase penuh, sedang untuk rasio ke 5 dihitung dengan presentase normal. Kriteria yang digunakan untuk
55
memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model ini adalah : Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu, dengan nilai “cut-off” untuk indeks ini adalah 2,675 (Muslich, 2000:60). Karena banyak perusahaan yang tidak go-public sehingga tidak mempunyai nilai pasar, maka Altman mengembangkan model alternatif dengan menggantikan variabel X4 yang semula merupakan perbandingan nilai pasar modal sendiri dengan nilai buku total hutang, menjadi perbandingan nilai saham biasa dan preferen dengan nilai buku total hutang. Model Altman hasil revisi tahun 1983 inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini.
56
Persamaan hasil revisi tersebut adalah : Z-score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Keterangan : X1 = Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets) X2 = Laba yang ditahan terhadap total harta (retained earnings to total assets) X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earnings before interest and taxes to total assets) X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value equity to book value of total debt) X5 = Penjualan terhadap total harta (sales to total assets) (Supardi dan Mastuti, 2003: 80). Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,20 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,20 sampai 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu.
57
Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Altman yaitu : Current Assets – Current Liabilities 1.
Working Capital to T.A =
Total Assets Retained Earnings
2.
Retained earnings to total assets =
Total Assets
EBIT 3.
EBIT to total assets =
Total Assets Market Value Equity
4.
MVE to BVTD =
Book Value of Total Debt Sales
5.
Total Assets Turnover =
Total Assets
Kelima Rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut. Dalam manajemen keuangan rasiorasio yang digunakan dalam metode Altman ini dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu : 1. Rasio likuiditas yang terdiri dari X1 2. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari X2 dan X3 58
3. Rasio Aktivitas yang terdiri dari X4 dan X5 (Riyanto, 2001:330). Uraian
masing-masing
variabel
tersebut
adalah
sebagai berikut : 1. Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets)
digunakan
untuk
mengukur
likuiditas
aktiva
perusahaaan relatif terhadap total kapitalisasinya atau untuk mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban jangka pendek. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan
adalah
indikator-indikator
internal
seperti
ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, utilisasi modal menurun, penambahan utang yang tak terkendali dan beberapa indikator lainnya. 2. Laba ditahan terhadap total harta (retained earnings to total assets) digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut
karena
semakin
lama
perusahaan
beroperasi
memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada umumnya akan menunjukkan hasil rasio
59
yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berikutnya. 1. Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earnings before interest and taxes to total assets) digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabiliats perusahaan diantaranya adalah piutang dagang meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan berkurang serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan. 2. Nilai Pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value equity to book value of total debt) digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham prefer, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang.
60
3. Penjualan terhadap total harta (sales to total assets) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan dengan menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan dua sampai dengan lima tahun sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami
ketidakcukupan
dana
untuk
menjalankan
usahanya. Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan kesulitan keuangan. Analisis diskriminan bermanfaat bagi perusahaan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan dan keberlanjutan usahanya. Semakin awal suatu perusahaan memperoleh peringatan kebangkrutan, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan dan dapat memberikan gambaran dan harapan yang mantap terhadap nilai masa depan perusahaan tersebut.
61
c. Analisis Z-score Model Foster George
Foster
dalam
bukunya
yang
berjudul
“Financial Statement Analysis” melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan-perusahaan kereta api di
Amerika
Serikat
periode
1970-1971.
Semula
ia
menggunakan Univariate models dengan menggunakan dua variabel rasio secara terpisah, yaitu Transportation Expense to Operating revenue ratio (TE/OR Ratio) dan Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio). Kemudian Foster
mencoba
menerapkan sampel
perusahaan yang sama untuk dianalisis dengan Multivariate Models, yaitu : Z-score = aX + bY Keterangan : X = TE/OR Y = TIE Rasio yang pertama menjelaskan seberapa besar biaya operasi dibandingkan dengan penghasilan, sedangkan rasio kedua menunjukkan seberapa besar laba operasi apabila dibandingkan dengan bunga yang harus dibayar. Dengan menggunakan data yang sama seperti Univariate Models, maka didapat persamaan diskriminannya yaitu :
62
Z-Score = -3,366 X + 0,657 Y Persamaan ini kemudian kita perguankan untuk menyusun peringakat nilai-nilai Z untuk semua perusahaan yang diambil sebagai sampel. Setelah itu dicari “Cut-off point” untuk memisahkan perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Dalam hal ini Foster mempergunakan “Cut-Off point” Z = 0,640, sehingga perusahaan yang mempunyai Z < 0,640 termasuk dalam kelompok perusahaan yang bangkrut, sedangkan jika Z > 0,640 termasuk dalam kelompok perusahaan yang tidak bangkrut. Studi ini dinilai berhasil karena dari 10 perusahaan hanya terdapat 1 perusahaan yang salah dalam pengelompokan (Husnan, 2002:685). Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Foster yaitu : Transportation Expense 1.
TE/TO =
Operating Revenue EBIT
2.
TIE
=
Interest Expense
63
D. Kerangka Pemikiran Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami
ketidakcukupan
dana
untuk
menjalankan
usahanya. Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan kesulitan
keuangan.
Kesehatan suatu
perusahaan bisa
digambarkan dari titik sehat yang paling ekstrim sampai ke titik yang tidak sehat yang paling ekstrim. Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan
awal
kebangkrutan
(tanda-tanda
awal
kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi. Bagi
setiap
perusahaan
penyusunan
lapporan
keuangan merupakan hal penting, laporan keuangan sendiri merupakan hal mutlak bagi perusahaan yang go-public. Melalui laporan keuangan dapat dilihat kinerja keuangan perusahaan yang meliputi posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Laporan
keuangan
bisa
dipakai
untuk
memprediksi
64
kebangkrutan
perusahaan
dengan
menggunakan
rasio
keuangan. Laporan keuangan adalah Ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan, yang
dibuat
oleh
manajemen
dengan
tujuan
unutk
mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan dan juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lainnya yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.
65
Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini :
Laporan Keuangan Perusahaan
Z-Score Model Altman
Z-Score Model Foster
1. Working Capital to Total Assets Ratio
1. Transportation Expense to Operating Revenue Ratio
2. Retained Earnings to Total Assets Ratio
( TE/OR Ratio )
3. Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio
2. Time Interest Earned Ratio ( TIE Ratio )
4. Market Equity to Book Value of Total Debt Ratio 5. Sales to Total Assets Ratio
Analisis Uji Beda ( Uji t )
66
B.
Hipotesis Hipotesis adalah suatu anggapan yang masih harus
diuji kebenarannya, digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian ini sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002: 64). Penelitian ini menggunakan uji beda (uji t) untuk mengetahui apakah ada perbedaan secara statistik tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan Landasan teori dan kerangka berfikir diatas, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ha : Bahwa ada perbedaan tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment gopublic di Bursa Efek Indonesia. Ho : Bahwa tidak ada perbedaan tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment go-public di Bursa Efek Indonesia.
67
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian kali ini, yang menjadi titik perhatian suatu penelitian dalam skripsi ini adalah penggunaan laporan keuangan perusahaan sebelum terjadi kebangkrutan untuk mengukur tingkat kebangkrutan pada perusahaan Textile dan Garment go-public di Bursa Efek Indonesia 2007 – 2009. B. Metode Penentuan Sampel Populasi
adalah
keseluruhan
subjek
penelitian
(Arikunto, 2002: 108). Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi menjadi subjek yang akan diteliti. Adapun populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaanperusahaan industri textile dan garment go-public di Bursa efek Indonesia periode tahun 2007 sampai periode 2009. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu ( Arikunto, 2002:117). Kriteria tersebut adalah :
68
1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selam 3 tahun berturut-turut yaitu tahun 2007,2008 dan tahun 2009. 2. Laporan Keuangan harus mempunyai tahun buku yang berakhir pada 31 Desember. 3. Perusahaan harus sudah listing pada awal periode pengamatan dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan. Perusahaan yang bergerak pada industri textile dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai 2009 hingga saat ini berjumlah 19 perusahaan, namun menurut hasil klasifikasi tersebut ternyata hanya ada 15 perusahaan yang memenuhi kriteria. C. Metode Pengumpulan Data 1. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk laporan bulanan antara lain JSX Monthly (Sekarang manjadi IDX atau Indonesia Stock Exchange) yang diperoleh dari publikasi BEI, publikasi Bank Indonesia yang diperoleh dari website www.idx.co.id dan www.bi.go.id dan beberapa publikasi lain.
69
2. Kepustakaan : Pengumpulan data ini juga dilengkapi dengan membaca dan mempelajari serta menganalisa literaturliteratur yang bersumber dari buku-buku, jurnal, artikel dan hal lain yang berkaitan dengan penelitian ini. D. Metode Analisis Data Analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, apabila dalam penelitian tersebut bermaksud untuk mengambil kesimpulan dari masalah yang diteliti. Untuk menganalisis data diperlukan suatu cara atau metode analisis data.
Metode analisis data digunakan untuk
menganalisis data hasil penelitian agar dapat diinterpretasikan sehingga laporan yang dihasilkan mudah dipahami. 1. Analisis Z-score model Altman Dengan fungsi sebagai berikut : Z-score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Keterangan : X1 = Modal kerja terhadap Total harta (working capital to total assets)
70
X2 = Laba yang ditahan terhadap total harta (retained earnings to total
assets)
X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (Earnings before interest and taxes to total assets) X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value equity to book value of total debt) X5 = Penjualan terhadap total harta (sales to total assets) Dengan klasifikasi skor Z > 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,20 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,20 sampai 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaaan pada grey area atau daerah kelabu. 2. Analisis Z-score Model Foster Dengan fungsi persamaan sebagai berikut : Z-score = -3,366X + 0,657Y Keterangan : X = Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio) Y = Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio) 71
Dalam hal ini Foster mempergunakan “cut-off point” Z = 0,640, sehingga perusahaan yang mempunyai Z < 0,640 termasuk dalam kelompok perusahaan yang bangkrut, sedangkan jika Z > 0,640 termasuk dalam kelompok perusahaan tidak bangkrut. E. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Endogen Variabel Endogen (variabel dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel eksogen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel endogen atau variabel dependent adalah Z-score model Altman yang dinotasikan dengan Y1 serta Z-score model Foster dijadikan variabel endogen atau variabel dependent yang dinotasikan dengan Y2. 2. Variabel Eksogen Variabel Eksogen (variabel independent) adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap variabel endogen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel eksogen atau variabel independent antara lain sebagai berikut : a. Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets) / X1
72
Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, utilisasi modal menurun, penambahan utang yang tak terkendali dan beberapa indikator lainnya. b. Laba ditahan terhadap total harta (retained earnings to total assets) / X2 Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut
karena
semakin
lama
perusahaan
beroperasi
memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. c. Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earnings before interest and taxes to total assets) / X3 Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabiliats perusahaan diantaranya adalah piutang dagang meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan berkurang serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan.
73
d. Nilai Pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value equity to book value of total debt) / X4 Digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham prefer, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang. e. Penjualan terhadap total harta (sales to total assets) / X5 Digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk mengahasilkan penjualan. F. Penelitian Terdahulu Penelitian yang pernah dilakukan mengenai prediksi kebangkrutan diantaranya adalah : 1. Oleh Siti Rodiyah (Alumnus program studi Akuntansi UMM 2004) dalam Jurnalnya yang berjudul “ Penerapan Analisa Diskriminasi Altman Untuk Memprediksi Tingkat Kebangkrutan ( Studi kasus pada perusahaan tekstil & produk
74
tekstil yang tercatat di BEJ )”. Dimana hasil analisis diskriminasi menunjukkan adanya empat rasio keuangan yang merupakan indikator dominan dalam penentuan kinerja perusahaan. Kombinasi keempat rasio tersebut, dalam fungsi diskriminan
mampu
mengelompokkan
perusahaan
–
perusahaan tekstil dan produk tekstil kedalam satu kelompok yaitu kelompok yang rendah (bangkrut) dan kelompok yang tinggi (tidak bangkrut). 2. Oleh Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi (STIE Perbanas 2005) dalam jurnalnya yang berjudul “ Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Dimana dari hasil analisis keduabelas persamaan regresi yang dibentuk diatas menunjukkan bahwa rasio
–
rasio
memprediksikan
keuangan financial
dapat distress
digunakan suatu
untuk
perusahaan.
Sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, bahwa rasio
–
rasio
keuangan
dapat
digunakan
untuk
memprediksikan financial distress suatu perusahaan. 3. Oleh Peni Sawitri (Alumnus Ekonomi, Universitas Gunadarma 2005), dalam jurnalnya yang berjudul “ Prediksi Tingkat Kesehatan Perusahaan Asuransi Jiwa Termasuk Kemungkinan Kebangkrutannya Dengan Rasio – Rasio 75
Keuangan”. Dimana hasil dari semua criteria rasio yang dipilih oleh Biro Riset Info Bank masih belum dapat dijadikan estimator atau penentu ukuran kesehatan perusahaan asuransi jiwa, karena hanya 44.9% saja ketepatannya. Jadi masih banyak variabel lain yang sebenarnya menjadi ukuran kesehatan perusahaan asuransi jiwa. 4. Oleh Theresia Niken Setyorini dan Aloysia Yanti Ardiati (Universitas Atmajaya Yogyakarta 2005), dalam junalnya yang berjudul “ Pengaruh Potensi Kebangkrutan Perusahaan Publik Terhadap Pergantian Auditor “. Dimana hasilnya dapat disimpulkan bahwa potensi kebangkrutan perusahaan public tidak mempengaruhi pergantian auditor, karena diduga adanya beberapa faktor, yaitu pertama di Indonesia perusahaan – perusahaan akan mempertimbangkan secara serius tentang masalah pergantian auditor karena auditor yang selama ini mereka gunakan telah mengetahui dan mengerti kondisi perusahaan, kedua adanya benturan kepentingan pada auditor dalam melaksanakan tugas audit dan memberikan jasa konsultan. Benturan kepentingan ini dapat mengganggu independensi auditor yang akan mempengaruhi opini audit perusahaan di Indonesia dan merasa hal tersebut dapat memberikan
keuntungan,
sehingga
perusahaan
enggan
melakukan pergantian auditor.
76
5. Oleh Semra Karacaer dan Ayhan Kapasuzoglu ( Hacettepe University, Department of Business Administration, Ankara Turkey, 2008 ), dalam jurnalnya yang berjudul “ An Analysis of the Effect of Financial Ratios on Financial Situation of Turkish Enterprises Resulting from their Annual Operations “. Dimana hasilnya menunjukkan bahwa rasio – rasio yang mempengaruhi
keadaan
keuangan
perusahaan
didalam
penelitian ini antara lain adanya 61 saham perusahaan – perusahaan bluechip yang diperdagangkan di Bursa Efek Istanbul Nasional (Istanbul Stock Exchange) pada tahun 2005 sampai dengan 2007. Dan ini pula menunjukkan tingkat kebangkrutan sekitar berjumlah 30 rasio yang dikategorikan dalam keadaan untung / rugi, likuidasi, operasional dan tingkat keuntungan rasio. G. Pengujian Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan yang signifikan untuk mengukur tingkat kebangkrutan antara model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment go-public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Penelitian ini menggunakan Independent Sample t Test (Uji t untuk dua sampel yang berpasangan) dengan bantuan
77
software SPSS. Dua sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Prosedur yang harus dilakukan adalah : a. Untuk pengambilan keputusan menggunakan tingkat signifikansi (5%) Dasar pengambilan keputusan : Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak b. Untuk menguji kesamaan dua rata-rata uji dua pihak. Ringkasan prosedur pengujian Uji t DUA SAMPEL : 1. Uji F test (Levence test) untuk menguji kesamaan varians dua populasi. 2. Jika varians dua populasi secara signifikan berbeda, maka untuk membandingkan Means digunakan t – test dengan asumsi varians tidak sama. 3. Jika varians dua populasi tersebut sama, maka secara otomatis
pada output SPSS tidak ada angka untuk t – test Equal
variance not assumed. Oleh karena itu, test dengan uji t untuk membandingkan means langsung dilakukan dengan Equal variance assumed. ( Singgih,2007: 198)
78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Profil Perusahaan Textile dan Garment GoPublic di Bursa Efek Indonesia 1. PT Apac Citra Centertex Tbk PT Apac Citra Centertex Tbk semula bernama PTMayadextion
Industry sebagai
perusahaan
garment.
Perusahaan merupakan perusahaan induk dari 6 perusahaan garment
yang
berdiri
pada
tahun
1987.
Perusahaan
memasarkan produknya dengan afiliasi perusahaan di Amerika, Eropa, Hongkong dan Jepang. Perusahaan juga memegang lisensi untuk Lanhattan, pakaian eksekutif pria yang diproduksi oleh PT Likespring untuk pasar modal. 2. PT Argo Pantes Tbk PT Argo Pantes Tbk adalah pabrik gabungan textile yang mengoperasikan pemintalan, penenunan, pencelupan, percetakan dan textile jadi, yang didirikan pada tahun 1977. Perusahaan berpatungan usaha dengan perusahaan Jepang pada PT Argo Fajar Textile Industry dan PT Argo Beni Manunggal, yang telah memproduksi rajutan dan penemuan textile rajut sejak kwartal 1 tahun 1991.
79
Sejak tahun 1977, perusahaan telah menyetujui bantuan tekhnis dengan Kurabo Industry Ltd, Jepang. Pada tahun
1990,
perusahaan
mengambil
alih
PT
Darma
Manunggal yang juga memiliki fasilitas produksi textile. Di tahun yang sama, International Finance Corporation di Washington bergabung dengan perusahaan dan memberikan fasilitas kredit. 3. PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk adalah perusahaan manufaktur yang didirikan pada tahun 1990. Kegiatan dasar dari
perusahaan
adalah
memproduksi
sweaters
dan
memasarkannya ke pasar domestik dan international. Kantor pusatnya berada di Sragen, Indonesia. 4. PT Eratex Djaja Tbk PT Eratex Djaja Tbk merupakan perusahaan penghasil textile, yang didirikan di Indonesia pada tahun 1972 sebagai perusahaan
Joint
Venture
Asing
antara
PT
Private
Development Finance Ltd, Unisouh Holding Ltd, dan Eastern Cotton Mills Ltd. Perusahaan membangun pabrik pemintalan pertama kali pada tahun 1973, kemudian memperluas dan mendiversifikasi usaha pada penemuan dan pembuatan garment.
80
5. PT Ever Shine Textile Industry Tbk PT Ever Shine Textile Industry Tbk beroperasi pada pembuatan textile sintetik gabungan yang mulai produksi komersialnya pada tahun 1975. Perusahaan memproduksi nylon dan textile polyster. Pada tahun 1996, perusahaan merencanakan untuk mengambil 100% saham PT Prima Rajuti Sukses dan PT Mingtale Niaga Jaya. Dua perusahaan ini memproduksi bahan baku nilon dan kain polyster. Perusahaan mengekspor 35% produknya dan 65% untuk pasar lokal. 6. PT GT Petrochem Industries Tbk PT GT Petrochem Industries Tbk adalah perusahaan textile yang didirikan pada tahun 1986 sebagai gabungan usaha antara orang Indonesia dan beberapa perusahaan Jepang. Sejak tahun 1993 perusahaan telah mengekspor produknya. 7. PT Indorama Syntetics Tbk PT Indorama Syntetics Tbk adalah produsen Polyster Indonesia yang didirikan pada tahun 1974. Pada akhir tahun 1997, perusahaan mengembangkan usahanya ke India dan bergabung dengan dua perusahaan Jepang, Itachu dan Mitsui dalam pemasangan fasilitas Purified Therapaltic.
81
8. PT Karwell Indonesia Tbk PT
Karwell
Indonesia
Tbk
adalah perusahaan
garment. Perusahaan memproduksi kemeja pria, blus wanita, piyama dan pakaian anak-anak. Pada bulan Mei 1996 perusahaan mengambil alih 55% saham dari PT Kaho Indah Citragarment. 9. PT Panasia Filament Inti Tbk PT Panasia Filament Inti Tbk memproduksi textile. Perusahaan didirikan pada tanggal 31 Desember 1987 dan memulai produksi komersilnya tahun 1988. PT Panasia Filament Inti Tbk telah terdaftar di Surabaya Stock Exchange pada tanggal 20 Agustus 1997. Mulai 1 Juli 1998, cabang PT Panasia Filament Inti Tbk memilki mayoritas saham 67% dari PT Tritama Texindoraya, sebuah perusahaan yang berdomisili di Bogor dan bergerak di bidang industry textile.Produksi komersial PT Tritama Texindoraya dimulai tahun 1994. Tahun 2000 dan 1999 komposisi penjualan ekspor berturutturut sebesar 66% dan 69% dan penjualan lokal sebesar 34% dan 31%. 10. PT Panasia Indosyntec Tbk PT Panasia Indosyntec Tbk didirikan pada tahun 1973 dengan nama awal PT Harapan Djaja Empat Saudara. Perusahaan berubah nama menjadi PT Handtex Indosyntec
82
pada tahun 1989 dan beberapa sahamnya telah diambil alih oleh PT Panasia Syntethic Abadi, penghasil benang polyster yang digunakan untuk memproduksi textile jadi untuk wanita dan kemudian digunakan pada gabungan operasi pembuat Textile, yaitu pemintalan, penenunan, percetakan, pencelupan dan proses akhir. 11. PT Pan Brother Tex Tbk PT Pan Brother Tex Tbk adalah penghasil textile dan siap membuat garment, yang didirikan pada tahun 1980 dengan nama PT Panca Brothers Textile. Perusahaan mengawali bisnisnya dengan membuat garment knite untuk pasar domestik. Kemudian pada bulan Desember 1989, perusahaan merubah namanya menjadi PT Pan Brother Tex Tbk dalam pembuatan persetujuan untuk lisensi dari merkmerk : Adidas, Esprit, Puma, Fila, Green Line, Nike, Arrow, Jordoche, Levi’s, Eddie Baner, Van Hensen. Pada bulan April 1997, perusahaan bekerjasama dengan Sariwarna Group, Keris Group dan perusahaan Argo Manunggal Group. 12. PT Ricky Putra Globalindo Tbk PT Ricky Putra Globalindo Tbk sebelumnya bernama PT Ricky Putra Garmindo, didirikan pada tahun 1987. Sejak tahun 1997 namanya telah berubah menjadi PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Produk yang dijual dengan merk GT Man,
83
Ricsony dan Ricky, sedangkan merk pakaian lainnya antara lain Ricky Jeans, Ricky Primer, Ricky Junior, Della, Stolle, dan Hiku. Tujuan ekspor produk adalah Jepang, Jerman, Afrika Selatan, Amerika Serikat dan Timur Tengah. Bahan baku yang digunakan adalah serat kapas yang disediakan oleh PT Jabatex, suatu perusahaan gabungan PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Anak perusahaan PT Ricky Putra Globalindo Tbk adalah PT Ricky Jaya Sakti di Surabaya, PT Jasa Ricky Abadi di Medan, PT Ricky Musi Wijaya di Palembang, PT Ricly mumbul Daya di Semarang, dan PT Ricky Jaya Artha di Bandung. 13. PT Roda Vivatex Tbk PT Roda Vivatex Tbk beroperasi dalam industry textile, memproduksi georgette, saten dan kain sutra. Beroperasi pada tahun 1983 dan memproduksi kain abu-abu, pada tahun 1984 perusahaan memproduksi kain biasa dan kain cetak. Pada tahun 1989 perusahaan mengambil alih 100% persediaan dari PT Chicatex Peni. Sebagian besar produksi dari PT Roda Vivatex Tbk 80% dijual dipasar ekspor melalui agen seperti C. Itoh & Co Ltd, Nichimen Corp, Cen In Corp dan Teisha.
84
14. PT Sunson Textile Manufacture Tbk PT Sunson Textile Manufacture Tbk didirikan pada tahun 1972 dengan nama PT Sandang Usaha Nasional Indonesia Textile Industry. Namanya diganti dengan PT Indo Suntex di tahun 1976 dan kemudian berubah menjadi PT Sunson Textile Manufacture Tbk pada tahun 1993. Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi meliputi kapas, rayon, dan serat sintetik. Kebanyakan bahan baku diimport dari Amerika Serikat, Australia, dan China. Penjualan produk untuk texturizing dan penenunan benang dipercayakan kepada PT Surya Rejeki dan PT Susindo Textile Investama. 15. PT Tiffico Tbk PT Tifico Tbk adalah produsen polyster yang didirikan pada tahun 1973 oleh perusahaan Jepang. Teijin Limited dan PT Tomen Corporation. Perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1976. Produknya saat ini adalah bahan baku serat polyster, polyster untuk benang, benang tenun, benang tekstur dan kancing polyster.
85
Tabel A.2 : Ringkasan Profil Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 20072009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Perusahaan Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk Karwell Indonesia Tbk Panasia Filament Inti Tbk Panasia Indosyntec Tbk Pan Brothers Tex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk Tifico Tbk
Kode MYTX ARGO DOID ERTX ESTI ADMG INDR KARW PAFI HDTX PBRX RICY RDTX SSTM TFCO
Listing Date Listed Shares Tahun Berdiri Status Perusahaan Bidang Usaha 10 Oktober 1989 1,466,666,577 10 Februari 1987 PMDN Garment 7 Januari 1991 264,705,000 12 Juli 1977 PMDN Textile 15 Juni 2001 3,395,205,930 26-Nov-90 PMDN Garment 21 Agustus 1990 98,236,000 12 Oktober 1972 PMA Textile 13 Oktober 1992 2,015,208,720 11 Desember 1973 PMDN Textile 20 Oktober 1993 3,889,179,559 25-Apr-86 PMDN Textile 3 Agustus 1990 654,351,707 3-Apr-74 PMA Polyster 20 Desember 1994 587,152,700 18 Februari 1978 PMDN Garment 22 Juli 1997 875,357,000 31 Desember 1987 PMDN Textile 6 Juni 1990 708,571,000 6-Apr-73 PMDN Textile PMDN 16 Agustus 1990 445,440,000 21 Agustus 1980 Textile&Garment 22 Januari 1998 641,717,510 22 Desember 1987 PMDN Garment 14 Mei 1990 268,800,000 27-Sep-80 PMDN Textile 20 Agustus 1997 836,707,000 18-Nov-72 PMDN Textile 26 Februari 1980 930,000,000 25 Oktober 1973 PMA Polyster
Sumber : Indonesian Capital Market Directory 2009. B. Rasio Keuangan Altman Nilai minimum, maximum dan mean dari masingmasing rasio keuangan digunakan untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik rasio-rasio keuangan dari kelima rasio keuangan dari kelima rasio keuangan yang digunakan oleh Altman dan dua rasio keuangan yang digunakan oleh Foster
yang dijadikan variabel penelitian
selama tahun 2007 sampai dengan 2009.
86
Berdasarkan
perhitungan
menggunakan
program
excel, diperoleh hasil seperti dalam tabel B.1 yaitu : Tabel B.1 : Rasio Keuangan Altman Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009 Variabel
2007 2008 2009 Min Max Mean Min Max Mean Min Max Mean WC/TA (%) -55.49 54.44 2.77 -46.03 49.88 6.42 -53.91 48.34 2.90 RE/TA (%) -53.8 40.72 -10.06 -60.43 41.83 -12.44 -85.10 43.71 -16.83 EBIT/TA (%) -6.47 18.80 -0.57 -15.36 6.52 -2.96 -8.04 10.17 1.35 MVE/BTD (%) 1.58 275.69 32.25 1.87 238.89 26.36 2.15 212.27 37.10 S/TA (kali) 0.44 2.13 0.86 0.48 2.35 0.93 0.38 2.43 0.93
Sumber: Hasil penelitian, diolah : Dari perhitungan tabel B.1 memperlihatkan : a. Working Capital To Total Assets Ratio (X1) Nilai minimal dari Working Capital To Total Assets Ratio (X1) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009.
Perusahaan dengan X1
terendah pada tahun 2007 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk yaitu : -55,49%, sedangkan tahun 2008 dan 2009 adalah PT Argo Pantes Tbk yaitu -46,03% dan -53,91%. Nilai maksimal dari Working Capital To Total Assets Ratio (X1) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio X1 tertinggi selama tiga tahun
87
berturut-turut adalah PT Pan Brothers Tex Tbk, yaitu 54,44% pada tahun 2007, kemudian turun menjadi 49,88% pada tahun 2008, dan turun lagi menjadi 48,34% pada tahun 2009. Mean digunakan untuk mengukur nilai sentral suatu distribusi data berdasarkan nilai rata-rata yang digunakan dengan cara membagi nilai hasil penjumlahan sekelompok data dengan jumlah data yang diteliti. Mean Working Capital to Total Assets Ratio (X1) yang dimilki oleh perusahaan textile dan garment pada tahun 2007 adalah 2,77%,tahun 2008 naik menjadi 6,42%, dan untuk tahun 2009 turun lagi menjadi 2,90%. b. Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) Nilai minimal dari Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X2 terendah pada tahun 2007 adalah PT Ricky Putra Globalindo Tbk yaitu -53,80%, pada tahun 2008 adalah PT Karwell Indonesia Tbk yaitu -60,43% dan pada tahun 2009 adalah PT Panasia Indosyntec Tbk yaitu -85,10%. Nilai Maksimal dari Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut.
88
Perusahaan dengan rasio X2 tertinggi selama tiga tahun berturut-turut adalah PT Roda Vivatex Tbk, yaitu 40,72% pada tahun 2007, kemudian naik menjadi 41,83% pada tahun 2008, dan naik lagi menjadi 43,71% pada tahun 2009. Rasio X2 pada PT Roda Vivatex Tbk selama tiga tahun berturutturut mengalami kenaikan. Mean Retained Earnings to Total Assets Ratio (X 2) selama tiga tahun berturut-turut yang dimiliki oleh perusahaan textile dan garment selalu mengalami penurunan. Pada tahun 2007 yaitu sebesar -10,06%, pada tahun 2008 turun menjadi 12,44%, dan pada tahun 2009 turun lagi menjadi -16,83%. c. Earnings Before Interest and taxes to Total Assets Ratio (X3) Nilai minimal dari Earnings Before Interest and taxes to Total Assets Ratio (X 3) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment gopublic di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X3 terendah pada tahun 2007 adalah PT Roda Vivatex Tbk yaitu -6,47%, pada tahun 2008 adalah PT Eratex Djaja Tbk yaitu -15,36% dan pada tahun 2009 adalah PT Panasia Filament Inti Tbk yaitu -8,04%.
89
Nilai maksimal dari Earnings Before Interest and taxes to Total Assets Ratio (X3) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio X3 tertinggi selama tahun 2007 dan 2008 adalah PT Pan Brother Tex Tbk yaitu 18,80% dan 6,52%, sedangkan pada tahun 2009 perusahaan dengan rasio X3 tertinggi adalah PT GT Petrochem Industries Tbk yaitu 10,17%. Mean Earnings Before Interest and taxes to Total Assets Ratio (X3). Pada tahun 2007 adalah -0,57% pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi -2,69%, dan pada tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 1,35%. d. Market Value Equity to Book Value of Total Debt ratio (X4) Nilai minimal dari Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment gopublic di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X4 terendah pada tahun 2007 adalah PT GT Petrochem Industries Tbk yaitu 1,58%, tahun 2008 adalah PT Panasia Filament Inti Tbk yaitu 1,87%, dan tahun 2009 adalah PT Eratex Djaja Tbk yaitu sebesar 2,15%. Nilai maksimal dari Market Value Equity to Book Value of Total Debt ratio (X4) merupakan nilai tertinggi dari
90
rasio X4 tertinggi selama tahun 2007 samapi dengan 2009 adalah PT Vivatex Tbk yaitu sebesar 275,69% pada tahun 2007, turun menjadi 238,89% pada tahun 2008, dan turun lagi menjadi 212,27% pada tahun 2009. Meskipun setiap tahun mengalami penurunan tetapi PT Roda Vivatex Tbk masih lebih baik dibandingkan dengan perusahaan-perusahaannya lainnya. Mean Market Value Equity to Book Value of Total Debt ratio (X4) dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 mengalami fluktuatif yaitu sebesar 32,25% pada tahun 2007, turun menjadi 26,36% pada tahun 2008, dan mengalami kenaikan menjadi 37,10% pada tahun 2009. X4 dari tahun ketahun mengalami kecenderungan menurun untuk masingmasing perusahaan. e. Sales to Total Assets Ratio (X5) Nilai minimal dari Sales to Total Assets Ratio (X 5) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X5 terendah pada tahun 2007 adalah PT GT Petrochem Industries Tbk yaitu 0,44 kali, tahun 2008 adalah PT Argo Pantes Tbk yaitu
91
0,48 kali, dan tahun 2009 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk yaitu 0,38 kali. Nilai maksimal dari Sales to Total Assets Ratio (X 5) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio X5 tertinggi selama tahun 2007 samapi dengan tahun 2009 adalah PT Pan Brother Tex Tbk yaitu sebesar 2,13 kali pada tahun 2007, naik menjadi 2,35 kali pada tahun 2008, dan naik lagi menjadi 2,43 kali pada tahun 2009. Mean Sales to Total Assets Ratio (X5) untuk tahun 2007 sebesar 0,86 kali, naik menjadi 0,93 kali pada tahun 2008, dan stagnan pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,93 kali. Rata-rata perusahaan industry textile dan garment memiliki penjualan yang lebih kecil daripada aktivanya, dan sebagian besar perusahaan berada dibawah rata-rata industry terutama pada tahun 2007 sampai dengan 2009.
92
B.2 Rasio Keuangan Foster Tabel B.2 : Rasio Keuangan Foster Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009 Variabel
2007 2008 2009 Max Mean Min Max Mean Min Max Mean 0.04 0.157 0.09 0.032 0.164 0.093 0.031 0.175 0.08 -18.084 3.882 -1.959 -7.335 20.720 2.578 -41.62 6.263 -2.348
Min TE/OR (%) TIE(%)
Sumber : Hasil Penelitian, diolah Dari perhitungan tabel B.2 memperlihatkan: a. Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio) Nilai minimal dari Transportation
Expense to
Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia tahun 20072009. Perusahaan dengan TE/OR terendah pada tahun 2007 dan 2008 adalah PT Tifico Tbk yaitu 0,040 dan 0,032 dan pada tahun 2009 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk yaitu sebesar 0,031. Nilai maksimal dari Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio TE/OR
93
tertinggi pada tahun 2007 adalah PT Eratex Djaja Tbk yaitu 0,157, tahun 2008 dan 2009 adalah PT Ricky Putra Globalindo Tbk yaitu 0,164 dan 0,175. Mean Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio) dari tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami fluktuasi yaitu sebesar 0,090 pada tahun 2007, naik menjadi 0,093 pada tahun 2008, dan mengalami penurunan pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,081. b. Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio) Nilai minimal dari Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan TIE terendah pada tahun 2007 adalah PT Karwell Indonesia Tbk yaitu -18,084, tahun 2008 adalah PT Argo Pantes Tbk yaitu 7,335 dan pada tahun 2009 adalah PT Ricky Putra Globalindo yaitu sebesar yaitu -41,617. Nilai maksimal dari Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio)
merupakan
nilai
tertinggi dari rasio
tersebut.
Perusahaan dengan rasio TIE tertinggi pada tahun 2007 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk yaitu 3,882, tahun 2008 adalah PT Ever Shine Textile Industry Tbk yaitu 20,720, dan
94
pada tahun 2009 adalah PT Panasia Filament Inti Tbk yaitu sebesar 6,263. Mean Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio) dari tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami fluktuasi yaitu sebesar -1,959 pada tahun 2007, naik menjadi 2,578 pada tahun 2008, dan mengalami penurunan pada tahun 2009 yaitu sebesar -2,348. C. Perhitungan Working Capital to Total Assets Ratio (X1) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) No
Nama Perusahaan 1 Apac Citra Centertex Tbk 2 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 4 Eratex Djaja Tbk 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk 7 Indorama Synthetics Tbk 8 Karwell Indonesia Tbk 9 Panasia Filament Inti Tbk 10 Panasia Indosyntec Tbk 11 Pan Brothers Tex Tbk 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 13 Roda Vivatex Tbk 14 Sunson Textile Manufacture Tbk Tifico Tbk 15
Current Assets 2007 2008 2009 663508 587112 653544 482600 403858 447671 32026 30991 302833 284645 167882 185862 309761 262136 273894 1573918 1698885 1654306 1808884 1737929 1999412 266549 192866 282555 305770 277597 278621 586158 565844 357507 116399 91262 104280 178161 187604 214381 98074 122841 71684 312854 348645 379301 756283 763543 1087415
Current Liabilities 2007 2008 2009 2154831 720969 904554 1417648 1382362 1395984 13353 12283 540049 147528 124619 165282 207068 92703 100614 3978955 914651 1053877 1299610 1552703 1527002 418658 342686 437299 185718 230022 204046 498614 547493 337071 39718 35256 43004 193552 193239 73459 32447 32447 32085 260265 329657 440503 639033 988193 1329876
Working Capital 2007 2008 -1491323 -133857 -935048 -978504 18673 18708 137117 43263 102693 169433 -2405037 784234 509274 185226 -152109 -149820 120052 47575 87544 18351 76681 56006 -15391 -5635 63680 90394 52589 18988 117250 -224650
2009 -251010 -948313 -237216 20580 173280 600429 472410 -154744 74575 20436 61276 140922 39599 -61202 -242461
2007 2687344 2265174 40856 418678 664935 6637499 4837746 491824 780672 2010353 140844 260766 301737 811519 2279387
Total Assets 2008 2592556 2125970 40096 290042 574093 6239217 4530166 412820 717711 1863039 112292 263827 309646 913734 2123547
2009 2576148 1759150 830457 298389 543566 4549288 4937424 514999 709778 1113478 126772 297377 322871 923895 2547453
(X1) Percentage (%) 2007 2008 2009 -55.49 -5.16 -9.74 -41.28 -46.03 -53.91 45.70 46.66 -28.56 32.75 14.92 6.90 15.44 29.51 31.88 -36.23 12.57 13.20 10.53 4.09 9.57 -30.93 -36.29 -30.05 15.38 6.63 10.51 4.35 0.99 1.84 54.44 49.88 48.34 -5.90 -2.14 47.39 21.10 29.19 12.26 6.48 2.08 -6.62 5.14 -10.58 -9.52
Sumber : Hasil Penelitian, diolah a. Working Capital To Total Assets Ratio (X1) Current Assets – Current Liabilities Working Capital to Total assets =
Total Assets
95
Nilai minimal dari Working Capital To Total Assets Ratio (X1) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X1 terendah pada tahun 2007 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk yaitu : -55,49%, sedangkan tahun 2008 dan 2009 adalah PT Argo Pantes Tbk yaitu -46,03% dan -53,91%. Nilai maksimal dari Working Capital To Total Assets Ratio (X1) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio X1 tertinggi selama tiga tahun berturut-turut adalah PT Pan Brothers Tex Tbk, yaitu 54,44% pada tahun 2007, kemudian turun menjadi 49,88% pada tahun 2008, dan turun lagi menjadi 48,34% pada tahun 2009.
96
C.1 Perhitungan Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
No
S u m s u m
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Retained Earnings 2007 2008 2009 Apac Citra Centertex Tbk -679761 -790516 -882460 Argo Pantes Tbk -1015014 -1001346 -1237694 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 3541 3717 5846 Eratex Djaja Tbk 22093 -25945 -51139 Ever Shine Textile Industry Tbk 145850 114166 101368 GT Petrochem Industries Tbk -2345618 -1547303 -1089119 Indorama Synthetics Tbk 583561 587753 686542 Karwell Indonesia Tbk -225324 -249459 -253490 Panasia Filament Inti Tbk -152632 -195118 -254509 Panasia Indosyntec Tbk -901682 -930958 -947525 Pan Brothers Tex Tbk 31326 28588 38021 Ricky Putra Globalindo Tbk -140287 -136675 -109366 Roda Vivatex Tbk 122859 129539 141125 Sunson Textile Manufacture Tbk 42499 51117 2563 Tifico Tbk 54964 -20517 -180533
Total Assets 2007 2008 2687344 2592556 2265174 2125970 40856 40096 418678 290042 664935 574093 6637499 6239217 4837746 4530166 491824 412820 780672 717711 2010353 1863039 140844 112292 260766 263827 301737 309646 811519 913734 2279387 2123547
2009 2576148 1759150 830457 298389 543566 4549288 4937424 514999 709778 1113478 126772 297377 322871 923895 2547453
X2 Percentage (%) 2007 2008 -25.29 -30.49 -44.81 -47.10 8.67 9.27 5.28 -8.95 21.93 19.89 -35.34 -24.80 12.06 12.97 -45.81 -60.43 -19.55 -27.19 -44.85 -49.97 22.24 25.46 -53.80 -51.80 40.72 41.83 5.24 5.59 2.41 -0.97
Sumber : Hasil Penelitian, diolah b. Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) Retained Earnings Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) =
Total Assets
Nilai minimal dari Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X2 terendah pada tahun 2007 adalah PT Ricky Putra Globalindo Tbk yaitu -53,80%, pada tahun 2008 adalah PT Karwell Indonesia Tbk yaitu -60,43% dan pada tahun 2009 adalah PT Panasia Indosyntec Tbk yaitu -85,10%.
97
2009 -34.26 -70.36 0.70 17.14 18.65 -23.94 13.90 -49.22 -35.86 -85.10 29.99 -36.78 43.71 0.28 -7.09
Nilai Maksimal dari Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio X2 tertinggi selama tiga tahun berturut-turut adalah PT Roda Vivatex Tbk, yaitu 40,72% pada tahun 2007, kemudian naik menjadi 41,83% pada tahun 2008, dan naik lagi menjadi 43,71% pada tahun 2009. Rasio X2 pada PT Roda Vivatex Tbk selama tiga tahun berturutturut mengalami kenaikan.
98
C.2 Perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) No
Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk Karwell Indonesia Tbk Panasia Filament Inti Tbk Panasia Indosyntec Tbk Pan Brothers Tex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk Tifico Tbk
EBIT 2007 2008 12589 -62379 -10946 -80098 -854 -780 -14022 -44556 -6862 -39472 -66430 4335 146946 101325 -12207 -11541 -41795 -76087 -74141 -131411 26484 7326 -15585 558 -19534 3272 20841 10363 -32508 -16886
2009 -14044 -93980 9241 9705 -7082 462658 111240 30322 -57098 -46902 8599 26177 12587 -12766 -28625
Total Assets 2007 2008 2687344 2592556 2265174 2125970 40856 40096 418678 290042 664935 574093 6637499 6239217 4837746 4530166 491824 412820 780672 717711 2010353 1863039 140844 112292 260766 263827 301737 309646 811519 913734 2279387 2123547
2009 2576148 1759150 830457 298389 543566 4549288 4937424 514999 709778 1113478 126772 297377 322871 923895 2547453
X3 Percentage (%) 2007 2008 0.47 -2.41 -0.48 -3.77 -2.09 -1.95 -3.35 -15.36 -1.03 -6.88 -1.00 0.07 3.04 2.24 -2.48 -2.80 -5.35 -10.60 -3.69 -7.05 18.80 6.52 -5.98 0.21 -6.47 1.06 2.57 1.13 -1.43 -0.80
Sumber : Hasil Penelitian, diolah c. Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3)
EBIT
EBIT to Total Assets =
Total Assets
Nilai minimal dari Earnings Before Interest and taxes to Total Assets Ratio (X3) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment gopublic di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X3 terendah pada tahun 2007 adalah PT Roda Vivatex Tbk yaitu -6,47%, pada tahun 2008 adalah PT Eratex Djaja Tbk yaitu -15,36% dan pada tahun 2009 adalah PT Panasia Filament Inti Tbk yaitu -8,04%.
99
2009 -0.55 -5.34 1.11 3.25 -1.30 10.17 2.25 5.89 -8.04 -4.21 6.78 8.80 3.90 -1.38 -1.12
Nilai maksimal dari Earnings Before Interest and taxes to Total Assets Ratio (X3) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio X3 tertinggi selama tahun 2007 dan 2008 adalah PT Pan Brother Tex Tbk yaitu 18,80% dan 6,52%, sedangkan pada tahun 2009 perusahaan dengan rasio X3 tertinggi adalah PT GT Petrochem Industries Tbk yaitu 10,17%. C.3 Perhitungan Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) Nama Perusahaan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk Karwell Indonesia Tbk Panasia Filament Inti Tbk Panasia Indosyntec Tbk Pan Brothers Tex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk Tifico Tbk
2007 110 700 90 200 300 110 450 350 100 200 2000 40 1000 90 240
Close Price 2008 175 1300 120 210 125 375 525 410 95 275 385 110 900 140 230
Total Listed Shares 2009 2007 2008 2009 130 534667 534667 767667 1325 132353 132353 132353 120 20577 20577 277790 130 49118 49118 49118 80 201521 201521 201521 345 1120000 1120000 1944590 625 327176 327176 327176 410 293576 293576 293576 100 125000 125000 187536 500 266000 266000 354286 405 38400 38400 38400 355 144000 144000 320859 825 134400 134400 134400 150 209177 209177 209177 255 465000 465000 465000
Market Capitalization 2007 2008 2009 58813 93567 99797 92647 172059 175368 1852 2469 33335 9824 10315 6385 60456 25190 16122 123200 420000 670884 147229 171767 204485 102752 120366 120366 12500 11875 18754 53200 73150 177143 76800 14784 15552 5760 15840 113905 134400 120960 110880 18826 29285 313766 111600 106950 118575
2007 2816389 2277498 14805 339660 276107 7798613 2820089 422433 654383 1708635 66895 246508 48751 530594 1425160
Liabilities 2008 1915103 2124752 13884 262717 214371 6601155 2581733 369948 633908 1592882 38171 246419 50634 574359 1385908
(X4) Percentage (%) 2009 2007 2008 2009 2048469 2.90 4.89 4.87 1983059 4.07 8.10 8.84 546606 12.51 17.78 6.10 297078 2.89 3.93 2.15 198378 21.90 11.75 8.13 3079865 1.58 6.36 21.78 2743174 5.22 6.65 7.45 475660 24.32 32.54 25.31 606634 1.91 1.87 3.09 837849 3.11 4.59 21.14 46019 114.81 38.73 33.79 78120 2.34 6.43 145.81 52236 275.69 238.89 212.27 633075 3.55 5.10 49.56 1888334 7.83 7.72 6.28
Sumber : Hasil Penelitian, diolah d. Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio(X4) Market Value Equity MVE to BVTD =
Book Value of Total Debt
100
Nilai minimal dari Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment gopublic di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X4 terendah pada tahun 2007 adalah PT GT Petrochem Industries Tbk yaitu 1,58%, tahun 2008 adalah PT Panasia Filament Inti Tbk yaitu 1,87%, dan tahun 2009 adalah PT Eratex Djaja Tbk yaitu sebesar 2,15%. Nilai maksimal dari Market Value Equity to Book Value of Total Debt ratio (X4) merupakan nilai tertinggi dari rasio X4 tertinggi selama tahun 2007 samapi dengan 2009 adalah PT Vivatex Tbk yaitu sebesar 275,69% pada tahun 2007, turun menjadi 238,89% pada tahun 2008, dan turun lagi menjadi 212,27% pada tahun 2009. Meskipun setiap tahun mengalami penurunan tetapi PT Roda Vivatex Tbk masih lebih baik dibandingkan dengan perusahaan-perusahaannya lainnya.
101
C.4 Perhitungan Sales to Total Assets Ratio (X5) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) No
Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk Karwell Indonesia Tbk Panasia Filament Inti Tbk Panasia Indosyntec Tbk Pan Brothers Tex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk Tifico Tbk
2007 1955031 1033464 71816 363804 417869 2935694 2834824 540637 559865 1164127 300118 234902 196859 507144 1570829
Sales 2008 1912468 1028794 81189 391008 376682 3059049 3008769 525007 371625 978309 264225 207634 178589 526184 1946954
2009 2165991 982371 311638 426083 487609 4481624 3936841 583340 403333 1073768 307709 222256 178585 548070 2590237
Total Assets 2007 2008 2687344 2592556 2265174 2125970 40856 40096 418678 290042 664935 574093 6637499 6239217 4837746 4530166 491824 412820 780672 717711 2010353 1863039 140844 112292 260766 263827 301737 309646 811519 913734 2279387 2123547
2009 2576148 1759150 830457 298389 543566 4549288 4937424 514999 709778 1113478 126772 297377 322871 923895 2547453
X5 Percentage (%) 2007 2008 0.73 0.74 0.46 0.48 1.76 2.02 0.87 1.35 0.63 0.66 0.44 0.49 0.59 0.66 1.10 1.27 0.72 0.52 0.58 0.53 2.13 2.35 0.90 0.79 0.65 0.58 0.62 0.58 0.69 0.92
Sumber : Hasil Penelitian, diolah e. Sales to Total Assets Ratio (X5) Sales Total Assets Turnover =
Total Assets
Nilai minimal dari Sales to Total Assets Ratio (X5) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan X5 terendah pada tahun 2007 adalah PT GT Petrochem Industries Tbk yaitu 0,44 kali, tahun 2008 adalah PT Argo Pantes Tbk yaitu 0,48 kali, dan tahun 2009 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk yaitu 0,38 kali.
102
2009 0.84 0.56 0.38 1.43 0.90 0.99 0.80 1.13 0.57 0.96 2.43 0.75 0.55 0.59 1.02
Nilai maksimal dari Sales to Total Assets Ratio (X 5) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio X5 tertinggi selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 adalah PT Pan Brother Tex Tbk yaitu sebesar 2,13 kali pada tahun 2007, naik menjadi 2,35 kali pada tahun 2008, dan naik lagi menjadi 2,43 kali pada tahun 2009. D. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan
Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 20072009 Model Altman Berdasarkan
perhitungan
analisis
prediksi
kebangkrutan Z-Score Altman diperoleh hasil seperti dalam tabel D sebagai berikut: No
Nama Perusahaan 2007 1 Apac Citra Centertex Tbk -55.49 2 Argo Pantes Tbk -41.28 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 45.70 4 Eratex Djaja Tbk 32.75 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 15.44 6 GT Petrochem Industries Tbk -36.23 7 Indorama Synthetics Tbk 10.53 8 Karwell Indonesia Tbk -30.93 9 Panasia Filament Inti Tbk 15.38 10 Panasia Indosyntec Tbk 4.35 11 Pan Brothers Tex Tbk 54.44 12 Ricky Putra Globalindo Tbk -5.90 13 Roda Vivatex Tbk 21.10 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 6.48 15 Tifico Tbk 5.14
X1 (0.717) 2008 -5.16 -46.03 46.66 14.92 29.51 12.57 4.09 -36.29 6.63 0.99 49.88 -2.14 29.19 2.08 -10.58
2009 -9.74 -53.91 -28.56 6.90 31.88 13.20 9.57 -30.05 10.51 1.84 48.34 47.39 12.26 -6.62 -9.52
2007 -25.29 -44.81 8.67 5.28 21.93 -35.34 12.06 -45.81 -19.55 -44.85 22.24 -53.80 40.72 5.24 2.41
X2 (0.847) 2008 -30.49 -47.10 9.27 -8.95 19.89 -24.80 12.97 -60.43 -27.19 -49.97 25.46 -51.80 41.83 5.59 -0.97
2009 -34.26 -70.36 0.70 17.14 18.65 -23.94 13.90 -49.22 -35.86 -85.10 29.99 -36.78 43.71 0.28 -7.09
X3 (3.107) 2007 2008 0.47 -2.41 -0.48 -3.77 -2.09 -1.95 -3.35 -15.36 -1.03 -6.88 -1.00 0.07 3.04 2.24 -2.48 -2.80 -5.35 -10.60 -3.69 -7.05 18.80 6.52 -5.98 0.21 -6.47 1.06 2.57 1.13 -1.43 -0.80
X4 (0.420) 2009 2007 2008 2009 -0.55 2.90 4.89 4.87 -5.34 4.07 8.10 8.84 1.11 12.51 17.78 6.10 3.25 2.89 3.93 2.15 -1.30 21.90 11.75 8.13 10.17 1.58 6.36 21.78 2.25 5.22 6.65 7.45 5.89 24.32 32.54 25.31 -8.04 1.91 1.87 3.09 -4.21 3.11 4.59 21.14 6.78 114.81 38.73 33.79 8.80 2.34 6.43 145.81 3.90 275.69 238.89 212.27 -1.38 3.55 5.10 49.56 -1.12 7.83 7.72 6.28
X5 (0.998) 2007 2008 0.73 0.74 0.46 0.48 1.76 2.02 0.87 1.35 0.63 0.66 0.44 0.49 0.59 0.66 1.10 1.27 0.72 0.52 0.58 0.53 2.13 2.35 0.90 0.79 0.65 0.58 0.62 0.58 0.69 0.92
Sumber : Hasil Penelitian,diolah
103
2009 0.84 0.56 0.38 1.43 0.90 0.99 0.80 1.13 0.57 0.96 2.43 0.75 0.55 0.59 1.02
2007 0.140 -0.214 2.145 1.056 0.985 -0.144 0.883 0.513 0.505 0.129 3.771 0.224 2.102 0.804 0.734
Z - Score 2008 0.389 -0.333 2.443 0.918 0.874 0.398 0.895 0.545 0.015 -0.087 3.284 0.368 2.179 0.698 0.842
2009 0.482 -0.552 0.241 1.441 1.279 1.287 1.086 0.785 0.104 0.208 3.378 1.66 2.020 1.129 0.881
Berdasarkan tabel D tersebut, dapat dilihat ada 80% atau 12 perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score Altman terklarifikasi “tidak aman” pada tahun 2007 dan 2008. Artinya model prediksi memberi sinyal bahwa keduabelas perusahaan tersebut termasuk dalam kategori “bangkrut”. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun 2007 dan 2009 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk,PT Ricky Putra Globalindo, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk. Pada tahun 2009 ada penurunan jumlah perusahaan yang masuk dalam kategori perusahaan “bangkrut”, yaitu berjumlah 60% atau 9 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun 2009 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk.
104
E. Dibawah ini merupakan perusahaan – perusahaan yang dikategorikan Bangkrut, Rawan Bangkrut dan Tidak Bangkrut pada Tahun 2007 – 2009 Model Altman No Nama Perusahaan
2007
Nilai Z Prediksi 1 Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk 2 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 4 Eratex Djaja Tbk 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk 7 Indorama Synthetics Tbk 8 Karwell Indonesia Tbk 9 Panasia Filament Inti Tbk 10 Panasia Indosyntec Tbk 11 Pan Brothers Tex Tbk 12 Ricky Putra Globalindo Tbk Roda Vivatex Tbk 13 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
Nilai Z
0.140 Bangkrut -0.214 Bangkrut 2.145 Rawan Bangkrut 1.056 Bangkrut 0.985 Bangkrut -0.144 Bangkrut 0.883 Bangkrut 0.513 Bangkrut 0.505 Bangkrut 0.129 Bangkrut 3.771 Tidak Bangkrut 0.224 Bangkrut 2.102 Rawan Bangkrut 0.804 Bangkrut 0.734 Bangkrut
2008 2009 Prediksi Nilai Z Prediksi 0.389 Bangkrut 0.482 Bangkrut -0.333 Bangkrut -0.552 Bangkrut 2.443 Rawan Bangkrut 0.241 Bangkrut 0.918 Bangkrut 1.441 Rawan Bangkrut 0.874 Bangkrut 1.279 Rawan Bangkrut 0.398 Bangkrut 1.287 Rawan Bangkrut 0.895 Bangkrut 1.086 Bangkrut 0.545 Bangkrut 0.785 Bangkrut 0.015 Bangkrut 0.104 Bangkrut -0.087 Bangkrut 0.208 Bangkrut 3.284 Tidak Bangkrut 3.378 Tidak Bangkrut 0.368 Bangkrut 1.663 Rawan Bangkrut 2.179 Rawan Bangkrut 2.02 Rawan Bangkrut 0.698 Bangkrut 1.129 Bangkrut 0.842 Bangkrut 0.881 Bangkrut
Sumber : Hasil Penelitian, diolah Tabel E menunjukkan daftar perusahaan yang diprediksi dalam tiga kategori yaitu bangkrut, rawan bangkrut dan tidak bangkrut. a. Kategori Perusahaan Bangkrut Berdasarkan tabel E tersebut, dapat dilihat ada 80% atau 12 perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score Altman terklarifikasi “tidak aman” pada tahun 2007 dan 2008. Artinya model prediksi memberi sinyal bahwa keduabelas perusahaan tersebut termasuk dalam kategori “bangkrut”. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun 2007 dan 2009 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama
105
Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk,PT Ricky Putra Globalindo, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk. Pada tahun 2009 ada penurunan jumlah perusahaan yang masuk dalam kategori perusahaan “bangkrut”, yaitu berjumlah 60% atau 9 perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun 2009 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk. Hasil perhitungan Z-score untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2007 diperoleh skor terendah -0,214 yaitu PT Argo Pantes Tbk, dan skor tertinggi 1,056 yaitu PT Eratex Djaja Tbk. Perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2008 diperoleh skor teremdah -0,333 yaitu PT Argo Pantes Tbk, dan skor tertinggi 0,918 yaitu PT Eratex Djaja Tbk. Dan perhitungan Z-score untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2009 diperoleh skor terendah -0,552 yaitu PT Argo Pantes Tbk, dan
106
skor tertinggi 1,129 yaitu PT Sunson Textile Manufacture Tbk. b. Kategori Perusahaan Rawan Bangkrut Berdasarkan tabel D.1 tersebut, dapat dilihat ada 13,33% atau 2 perusahaan yang menurut model prediksi ZScore Altman terklarifikasi “rawan bangkrut” pada tahun 2007 dan 2008. Ini berarti bila perusahaan dapat memperbaiki diri maka perusahaan bisa menjadi perusahaan sehat, namun bila perusahaan tidak segera memperbaiki diri maka perusahaan
akan
masuk
pada
perusahaan
bangkrut.
Perusahaan yang diprediksi masuk kategori “rawan bangkrut” pada tahun 2007 dan 2008
adalah PT Daeyu Orchid
Indonesia Tbk dan PT Roda Vivatex Tbk. Sedangkan pada tahun 2009 perusahaan yang diprediksi masuk kategori “rawan bangkrut” naik menjadi 33,33% atau 5 perusahaan yaitu PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Ricky Putra Globalindo Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk. Hasil
perhitungan
Z-Score
untuk
kelompok
perusahaan yang masuk kategori rawan bangkrut tahun 2007 diperoleh skor terendah 2,102 yaitu PT Roda Vivatex Tbk dan skor tertinggi 2,145 yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk.
107
Perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang masuk kategori rawan bangkrut tahun 2008 diperoleh skor terendah 2,179 yaitu PT Roda Vivatex Tbk dan skor tertinggi 2,443 yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Dan perhitungan ZScore untuk kelompok perusahaan yang masuk kategori rawan bangkrut tahun 2009 diperoleh skor terendah 1,279 yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk, dan skor tertinggi 2,020 yaitu PT Roda Vivatex Tbk. c. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut Berdasarkan tabel D.1 tersebut, dapat dilihat hanya ada satu perusahaan atau 6,67% yang menurut model prediksi Z-Score Altman terklarifikasi dalam perusahaan “tidak bangkrut” pada tahun 2007 sampai tahun 2009. Ini berarti hanya ada satu perusahaan yang benar-benar dalam kondisi sehat, namun sebaiknya perusahaan jangan sampai lengah dan mampu
mempertahankan
kondisi
keuangannya
agar
perusahaan tidak masuk dalam kategori perusahaan rawan bangkrut maupun perusahaan bangkrut. Perusahaan yang diprediksi masuk kategori “tidak bangkrut” pada tahun 2007 sampai tahun 2009 adalah PT Pan Brother Tex Tbk dengan nilai Z-Score sebesar 3,771 pada tahun 2007, turun menjadi 3,284 pada tahun 2008, dan naik
108
lagi menjadi 3,378 pada tahun 2009. Meskipun perusahaan mengalami penurunan, tetapi masih berada dalam kondisi yang aman dari kecenderungan kebangkrutan. F. Perhitungan Transportation Expense to Operation Revenue Ratio (X) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) No
Nama Perusahaan 1 Apac Citra Centertex Tbk 2 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 4 Eratex Djaja Tbk 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk 7 Indorama Synthetics Tbk 8 Karwell Indonesia Tbk 9 Panasia Filament Inti Tbk 10 Panasia Indosyntec Tbk 11 Pan Brothers Tex Tbk 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 13 Roda Vivatex Tbk 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
Transportation Expense 2007 2008 2009 161499 164732 179193 68142 72001 58358 9392 6628 9554 57163 60703 47283 27294 25158 30969 137385 192505 142322 237067 244696 271845 47380 57263 48582 54011 39113 53950 100037 74595 73511 32886 31394 35562 34273 34122 38826 19693 18477 17562 29321 39991 34114 62392 62203 83976
Operating Revenue 2007 2008 2009 1955031 1912468 2165991 1033464 1028794 982371 71816 81189 311638 363804 391008 426083 417869 376682 487609 2935694 3059049 4481624 2834824 3008769 3936841 540637 525007 583340 559865 371625 403333 1164127 978309 1073768 300118 264225 307709 234902 207634 222256 196859 178585 178585 507144 526184 548070 1570829 1946954 2590237
2007 0.083 0.066 0.131 0.157 0.065 0.047 0.084 0.088 0.096 0.086 0.110 0.146 0.100 0.058 0.040
TE/OR (X) 2008 0.086 0.070 0.082 0.155 0.067 0.063 0.081 0.109 0.105 0.076 0.119 0.164 0.103 0.076 0.032
Sumber : Hasil Penelitian, diolah Transportation Expense to Operation Revenue Ratio (X) Transportation Expense TE/TO =
Operating Revenue
Nilai minimal dari Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-
109
2009 0.083 0.059 0.031 0.111 0.064 0.032 0.069 0.083 0.134 0.068 0.116 0.175 0.10 0.062 0.032
2009. Perusahaan dengan TE/OR terendah pada tahun 2007 dan 2008 adalah PT Tifico Tbk yaitu 0,040 dan 0,032 dan pada tahun 2009 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk yaitu sebesar 0,031. Nilai maksimal dari Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio) merupakan nilai tertinggi dari rasio tersebut. Perusahaan dengan rasio TE/OR tertinggi pada tahun 2007 adalah PT Eratex Djaja Tbk yaitu 0,157, tahun 2008 dan 2009 adalah PT Ricky Putra Globalindo Tbk yaitu 0,164 dan 0,175.
110
F.1 Perhitungan Time Interest Earned Ratio (Y) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) No
Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk Karwell Indonesia Tbk Panasia Filament Inti Tbk Panasia Indosyntec Tbk Pan Brothers Tex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk Tifico Tbk
EBIT Interest Expense TIE (Y) 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 12589 -62379 -14044 -172446 -227795 -158028 -0.073 0.274 0.089 -10946 -80098 -93980 239542 10920 -250025 -0.046 -7.335 0.376 -854 -780 9241 -220 -606 -8135 3.882 1.287 -1.136 -14022 -44556 9705 21209 -12020 -36958 -0.661 3.707 -0.263 -6862 -39472 -7082 8406 -1905 -11760 -0.816 20.720 0.602 -66430 4335 462658 920660 257570 -309849 -0.072 0.017 -1.493 146946 101325 111240 -89435 -41725 -46828 -1.643 -2.428 -2.376 -12207 -11541 30322 675 -18078 -28624 -18.084 0.638 -1.059 -41795 -76087 -57098 74960 22109 -9117 -0.558 -3.441 6.263 -74141 -131411 -46902 154616 63019 35236 -0.480 -2.085 -1.331 26484 7326 8599 -3815 1059 3274 -6.942 6.918 2.626 -15585 558 26177 16289 3274 -629 -0.957 0.170 -41.617 -19534 3272 12587 3391 5156 3485 -5.761 0.635 3.61 20841 10363 -12766 19297 536 -53729 1.080 19.334 0.238 -32508 -16886 -28625 -18609 -66481 -112400 1.747 0.254 0.255
Sumber : Hasil Penelitian, diolah Time Interest Earned Ratio (Y) EBIT TIE =
Interest Expense Nilai minimal dari Time Interest Earned Ratio (TIE
Ratio) merupakan nilai terendah dari rasio tersebut pada kelompok perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Perusahaan dengan TIE terendah pada tahun 2007 adalah PT Karwell Indonesia Tbk yaitu -18,084, tahun 2008 adalah PT Argo Pantes Tbk yaitu 7,335 dan pada tahun 2009 adalah PT Ricky Putra Globalindo yaitu sebesar yaitu -41,617.
111
Nilai maksimal dari Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio)
merupakan
nilai
tertinggi dari rasio
tersebut.
Perusahaan dengan rasio TIE tertinggi pada tahun 2007 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk yaitu 3,882, tahun 2008 adalah PT Ever Shine Textile Industry Tbk yaitu 20,720, dan pada tahun 2009 adalah PT Panasia Filament Inti Tbk yaitu sebesar 6,263. G. Perhitungan Z-Score Model Foster No
Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk Karwell Indonesia Tbk Panasia Filament Inti Tbk Panasia Indosyntec Tbk Pan Brothers Tex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk Tifico Tbk
2007 -0.278 -0.222 -0.440 -0.529 -0.220 -0.158 -0.281 -0.295 -0.325 -0.289 -0.369 -0.491 -0.337 -0.195 -0.134
X (-3.366) 2008 -0.290 -0.236 -0.275 -0.523 -0.225 -0.212 -0.274 -0.367 -0.354 -0.257 -0.400 -0.553 -0.348 -0.256 -0.108
2009 2007 -0.278 -0.048 -0.200 -0.030 -0.103 2.550 -0.374 -0.434 -0.214 -0.536 -0.107 -0.047 -0.232 -1.079 -0.280 -11.881 -0.450 -0.366 -0.230 -0.315 -0.389 -4.561 -0.588 -0.629 -0.331 -3.785 -0.210 0.710 -0.109 1.148
Y (0.657) Z - Score 2008 2009 2007 2008 2009 0.180 0.058 -0.326 -0.110 -0.220 -4.819 0.247 -0.252 -5.055 0.047 0.846 -0.746 2.110 0.571 -0.850 2.435 -0.173 -0.963 1.913 -0.546 13.613 0.396 -0.756 13.388 0.182 0.011 -0.981 -0.205 -0.201 -1.088 -1.595 -1.561 -1.361 -1.869 -1.793 0.419 -0.696 -12.176 0.052 -0.976 -2.261 4.115 -0.691 -2.615 3.664 -1.370 -0.875 -0.604 -1.627 -1.105 4.545 1.726 -4.930 4.145 1.337 0.112 -27.342 -1.120 -0.441 -27.930 0.417 2.373 -4.121 0.069 2.042 12.702 0.156 0.515 12.447 -0.053 0.167 0.167 1.014 0.059 0.058
Sumber : Hasil Penelitian, diolah Hasil
perhitungan
Z-Score
untuk
kelompok
perusahaan yang bangkrut tahun 2007 diperoleh skor terendah -12,176 yaitu PT Karwell Indonesia Tbk, dan skor tertinggi 0,515 yaitu PT Sunson Textile Manufacture Tbk. Perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2008 diperoleh skor terendah -5,055 yaitu PT Argo Pantes
112
Tbk, dan skor tertinggi 0,571 yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Dan perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2009 diperoleh skor terendah -27,930 yaitu PT Ricky Putra Globalindo Tbk dan skor tertinggi 0,182 yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk. Hasil
perhitungan
Z-Score
untuk
kelompok
perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2007 diperoleh skor terendah 1,014 yaitu PT Tifico Tbk, dan skor tertinggi 2,110 yaitu PT Daeyu Orchid Indonesi Tbk. Perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2008 diperoleh skor terendah 1,913 yaitu PT Eratex Djaja Tbk, dan skor tertinggi 13,388 yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk. Dan perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2009 diperoleh skor terendah 1,337 yaitu PT. Pan Brother Tex Tbk, dan skor tertinggi 3,664 yaitu PT Panasia Filament Inti Tbk.
113
H.
Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 20072009 Model Foster Berdasarkan
perhitungan
analisis
prediksi
kebangkrutan Z-Score Foster diperoleh hasil seperti dalam tabel H sebagai berikut: No
Nama Perusahaan
2007
Nilai Z Prediksi 1 Apac Citra Centertex Tbk 2 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 4 Eratex Djaja Tbk 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk 7 Indorama Synthetics Tbk 8 Karwell Indonesia Tbk 9 Panasia Filament Inti Tbk 10 Panasia Indosyntec Tbk 11 Pan Brothers Tex Tbk 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 13 Roda Vivatex Tbk 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
-0.326 Bangkrut -0.252 Bangkrut 2.110 Tidak Bangkrut -0.963 Bangkrut -0.756 Bangkrut -0.205 Bangkrut -1.361 Bangkrut -12.176 Bangkrut -0.691 Bangkrut -0.604 Bangkrut -4.930 Bangkrut -1.12 Bangkrut -4.121 Bangkrut 0.515 Bangkrut 1.014 Tidak Bangkrut
2008 Nilai Z Prediksi -0.110 Bangkrut -5.055 Bangkrut 0.571 Bangkrut 1.913 Tidak Bangkrut 13.388 Tidak Bangkrut -0.201 Bangkrut -1.869 Bangkrut 0.052 Bangkrut -2.615 Bangkrut -1.627 Bangkrut 4.145 Tidak Bangkrut -0.441 Bangkrut 0.069 Bangkrut 12.447 Tidak Bangkrut 0.059 Bangkrut
2009 Nilai Z Prediksi -0.220 Bangkrut 0.047 Bangkrut -0.850 Bangkrut -0.546 Bangkrut 0.182 Bangkrut -1.088 Bangkrut -1.793 Bangkrut -0.976 Bangkrut 3.664 Tidak Bangkrut -1.105 Bangkrut 1.337 Tidak Bangkrut -27.930 Bangkrut 2.042 Tidak Bangkrut -0.053 Bangkrut 0.058 Bangkrut
Sumber : Hasil Penelitian, diolah Tabel H menunjukkan daftar perusahaan yang diprediksi dalam dua kategori yaitu bangkrut dan tidak bangkrut. a. Kategori Perusahaan Bangkrut Berdasarkan tabel H tersebut, dapat dilihat ada 86,67% atau 13 perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score Foster terklasifikasi “tidak aman” pada tahun 2007. Artinya
114
model prediksi memberi sinyal bahwa ketigabelas perusahaan tersebut termasuk dalam kategori “bangkrut”. Perusahaanperusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun 2007 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, PT Ricky Putra Globalindo Tbk, PT Roda Vivatex Tbk dan PT Sunson Textile Manufacture Tbk. Pada tahun 2007 ada penurunan jumlah perusahaan yang masuk dalam kategori perusahaan bangkrut, yaitu ada 73,33% atau 11 perusahaan yang menurut model prediksi ZScore Foster terklasifikasi “tidak aman”.
Perusahaan-
perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun 2007 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk, PT Ricky Putra Globalindo Tbk, PT Roda Vivatex Tbk dan PT Tifico Tbk. Dan pada tahun 2008 ada kenaikan jumlah perusahaan yang masuk dalam kategori perusahaan bangkrut, yaitu berjumlah 80% atau 12 perusahaan. Perusahaan-perusahaan 115
yang diprediksi bangkrut pada tahun 2008 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk, PT Ricky Putra Globalindo Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk. Hasil
perhitungan
Z-Score
untuk
kelompok
perusahaan yang bangkrut tahun 2007 diperoleh skor terendah -12,176 yaitu PT Karwell Indonesia Tbk, dan skor tertinggi 0,515 yaitu PT Sunson Textile Manufacture Tbk. Perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2008 diperoleh skor terendah -5,055 yaitu PT Argo Pantes Tbk, dan skor tertinggi 0,571 yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Dan perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2009 diperoleh skor terendah -27,930 yaitu PT Ricky Putra Globalindo Tbk dan skor tertinggi 0,182 yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk. b. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut Berdasarkan tabel H tersebut, dapat dilihat ada 13,33% atau 2 perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score Foster terklasifikasi dalam perusahaan “tidak bangkrut” pada
116
tahun 2007. Perusahaan yang diprediksi masuk kategori perusahaan “tidak bangkrut” pada tahun 2007 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk dan PT Tifico Tbk. Pada Tahun 2008 terjadi kenaikan yaitu terdapat 26,67% atau 4 perusahaan yang menurut model prediksi ZScore Foster terklasifikasi dalam perusahaan “tidak bangkrut” yaitu PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT pan Brother Tex Tbk, dan PT Sunson Textile Manufacture Tbk. Pada tahun 2009 terjadi penurunan lagi menjadi 20% atau 3 perusahaan yang menurut model prediksi Z-Score Foster terklasifikasi dalam perusahaan “tidak bangkrut” yaitu PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk dan PT Roda Vivatex Tbk. Hasil
perhitungan
Z-Score
untuk
kelompok
perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2007 diperoleh skor terendah 1,014 yaitu PT Tifico Tbk, dan skor tertinggi 2,110 yaitu PT Daeyu Orchid Indonesi Tbk. Perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2008 diperoleh skor terendah 1,913 yaitu PT Eratex Djaja Tbk, dan skor tertinggi 13,388 yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk. Dan perhitungan Z-Score untuk kelompok perusahaan
117
yang tidak bangkrut tahun 2009 diperoleh skor terendah 1,337 yaitu PT. Pan Brother Tex Tbk, dan skor tertinggi 3,664 yaitu PT Panasia Filament Inti Tbk. I. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 Menurut Undang-Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 Berdasarkan analisis prediksi kebangkrutan menurut Undang-Undang Kepailitan No.37 tahun 2004 diperoleh hasil seperti dalam tabel I.1 sebagai berikut : No Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2007 2008 2009 Ratio Hutang Prediksi Ratio Hutang Prediksi Ratio Hutang Prediksi Apac Citra Centertex Tbk 98% Bangkrut 74% Bangkrut 80% Bangkrut Argo Pantes Tbk 101% Bangkrut 100% Bangkrut 113% Bangkrut Daeyu Orchid Indonesia Tbk 36% Tidak Bangkrut 35% Tidak Bangkrut 65% Bangkrut Eratex Djaja Tbk 81% Bangkrut 91% Bangkrut 100% Bangkrut Ever Shine Textile Industry Tbk 42% Tidak Bangkrut 37% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut GT Petrochem Industries Tbk 117% Bangkrut 106% Bangkrut 68% Bangkrut Indorama Synthetics Tbk 58% Bangkrut 57% Bangkrut 56% Bangkrut Karwell Indonesia Tbk 86% Bangkrut 90% Bangkrut 92% Bangkrut Panasia Filament Inti Tbk 84% Bangkrut 88% Bangkrut 85% Bangkrut Panasia Indosyntec Tbk 85% Bangkrut 85% Bangkrut 75% Bangkrut Pan Brothers Tex Tbk 47% Tidak Bangkrut 34% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut Ricky Putra Globalindo Tbk 95% Bangkrut 93% Bangkrut 26% Tidak Bangkrut Roda Vivatex Tbk 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut Sunson Textile Manufacture Tbk 65% Bangkrut 63% Bangkrut 69% Bangkrut Tifico Tbk 63% Bangkrut 65% Bangkrut 74% Bangkrut
Sumber : Hasil Penelitian, diolah Tabel I.1 menunjukkan daftar perusahaan yang diprediksi dalam dua kategori yaitu bangkrut dan tidak bangkrut.
118
a. Kategori Perusahaan Bangkrut Berdasarkan tabel I.1 tersebut, dapat dilihat ada 73,33% atau 11 perusahaan yang menurut model prediksi Undang-Undang Kepailitan No.37 tahun 2004 terklasifikasi “tidak aman” pada tahun 2007,2008 dan 2009. Artinya model prediksi memberi sinyal bahwa kesebelas perusahaan tersebut termasuk dalam kategori “bangkrut”. Perusahaan-perusahaan yang diprediksi bangkrut pada tahun 2007 dan 2008 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk, PT Ricky Putra Globalindo Tbk, dan PT Sunson Textile Manufacture Tbk, PT Tifico Tbk. Pada
tahun
2009
ada
perubahan
nama-nama
perusahaan bangkrut meskipun tetap berjumlah 73,33% atau 11
perusahaan.
Perusahaan-perusahaan
yang
diprediksi
bangkrut pada tahun 2009 adalah PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Argo Pantes Tbk, PT Daeyu Orchid Indonesia, PT Eratex Djaja Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Panasia Indosyntec Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk. 119
Hasil perhitungan menurut Undang
–
Undang
Kepailitan No.37 tahun 2004 untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2007 dan 2008 diperoleh rasio hutang tertinggi sebesar 117% dan 106% yaitu PT GT Petrochem Industries Tbk, dan rasio hutang terendah sebesar 58% dan 57% yaitu PT Indorama Synthetics Tbk. Dan perhitungan raio hutang untuk kelompok perusahaan yang bangkrut tahun 2009 diperoleh rasio hutang tertinggi sebesar 113% yaitu PT Argo Pantes Tbk, dan rasio hutang terendah sebesar 56% yaitu PT Indorama Synthetics Tbk. b. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut Berdasarkan tabel I.1 tersebut, dapat dilihat ada 26,67% atau 4 perusahaan yang menurut model prediksi Undang – Undang Kepailitan No.37 Tahun 2004 terkalsifikasi “tidak bangkrut” pada tahun 2007,2008 dan 2009. Perusahaan yang diprediksi masuk kategori perusahaan “tidak bangkrut” pada tahun 2007 dan 2008 adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk, PT Ever Shine Textile Indusrty Tbk, PT pan Brother Tex Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk. Pada
tahun
2009
ada
perubahan
nama-nama
perusahaan yang masuk dalam kategori perusahaan tidak bangkrut
meskipun
tetap
berjumlah
26,67%
atau
4
120
perusahaan. Perusahaan – perusahaan yang diprediksi tidak bangkrut pada tahun 2009 adalah PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, PT Ricky Putra Globalindo Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk. Hasil perhitungan rasio hutang untuk kelompok perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2007 diperoleh rasio hutang tertinggi sebesar 47% yaitu PT Pan Brother Tex Tbk, dan rasio hutang terendah sebesar 16% yaitu PT Roda Vivatex Tbk. Perhitungan rasio hutang untuk kelompok perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2008 diperoleh rasio hutang tertinggi 37% yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk, dan rasio hutang terendah sebesar 16% yaitu PT Roda Vivatex Tbk. Dan perhitungan rasio hutang untuk kelompok perusahaan yang tidak bangkrut tahun 2009 diperoleh rasio hutang tertinggi sebesar 36% yaitu PT Ever Shine Textil Industry Tbk dan PT Pan Brother Tex Tbk, dan rasio hutang terendah sebesar 16% yaitu PT Roda Vivatex Tbk.
121
J. Pengujian Hipotesis Tabel J.1 : Hasil Means (Nilai rata – rata) Antara Z-Score Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. (dihitung secara periode)
Group Statistics
ALTMAN & FOSTER 2007 ALTMAN & FOSTER 2008 ALTMAN & FOSTER 2009
ALTMAN & FOSTER 1 2 1 2 1 2
N 15 15 15 15 15 15
Mean .90887 -1.59107 .89520 1.38173 1.02880 -1.81540
Std. Deviation 1.054604 3.411905 .998028 5.109408 .935213 7.356798
Std. Error Mean .272298 .880950 .257690 1.319243 .241471 1.899517
Pada tabel diatas memuat hasil ringkasan Mean (nilai rata – rata) dari kedua variabel yang dihitung secara periode yaitu untuk Z-score Model Altman pada tahun 2007 mempunyai nilai rata – ratanya sebesar 0,909 dan untuk Zscore Model Foster mempunyai nilai rata – rata yang lebih kecil sebesar -1,591, hal ini terjadi karena disebabkan karena banyaknya perusahaan yang dikategorikan bangkrut didalam perhitungan Z-score Model Foster dibandingkan Z-score Model Altman sehingga Z- nila rata – rata Z-score Model Altman > Z-score Model Foster. Dan pada tahun 2008 nilai rata – rata Z-score Model Altman sebesar 0,895 dan untuk nilai rata – rata Z-score Model Foster sebesar 1,382, hal ini terjadi disebabkan karena
122
banyaknya perusahaan yang dikategorikan bangkrut didalam perhitungan Z-score Model Altman dibandingkan Z-score Model Foster, sehingga nilai rata – rata Z-score Model Altman < Z-score Model Foster. Serta pula pada tahun 2009 untuk nilai rata – rata Z-score Model Altman sebesar 1,029 dan untuk nilai rata – rata Z-score Model Foster sebesar 1,815,
hal
ini
terjadi
disebabkan
karena
banyaknya
perusahaan yang dikategorikan bangkrut pada perhitungan Zscore Model Foster dibandingkan Z-score Model Foster, sehingga nilai rata – rata Z-score Model Altman > Z-score Model Foster. Tabel J.2 : Hasil Means (Nilai rata – rata) Antara Z-Score Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 2009. (dihitung secara akumulasi periode)
Group Statistics
ALTMAN DAN FOSTER
ALTMAN DAN FOSTER 1 2
N 45 45
Mean .94422 -.67491
Std. Deviation .976054 5.603818
Std. Error Mean .145502 .835368
Pada tabel diatas memuat hasil ringkasan Mean (Nilai rata – rata) dari kedua variabel yang dihitung secara akumulasi periode yaitu untuk nilai rata – rata Z-score Model Altman pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 sebesar 0.944, sedangkan untuk nilai rata – rata Z-score Model Foster
123
dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 sebesar -0,675, hal ini terjadi dikarenakan secara akumulasi perhitungan secara periode banyaknya perusahaan yang dikategorikan bangkrut pada Z-score Model Foster dibandingkan Z-score Model Altman, sehingga nilai rata – rata secara keseluruhan Z-score Model Altman > Z-score Model Foster. Tabel J.3 : Hasil Uji F-hitung dan t-hitung Antara Z-Score Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. (dihitung secara periode) Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F ALTMAN & FOSTER 2007
ALTMAN & FOSTER 2008
ALTMAN & FOSTER 2009
Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed
4.547
8.921
2.849
Sig. .042
.006
.103
t-test for Equality of Means
t
df
Mean Difference
Sig. (2-tailed)
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
Std. Error Difference
2.711
28
.011
2.499933
.922073
.611152
4.388715
2.711
16.651
.015
2.499933
.922073
.551417
4.448449
-.362
28
.720
-.486533
1.344175
-3.239952
2.266885
-.362
15.067
.722
-.486533
1.344175
-3.350470
2.377403
1.485
28
.149
2.844200
1.914804
-1.078098
6.766498
1.485
14.452
.159
2.844200
1.914804
-1.250619
6.939019
Berdasarkan tabel J.3 diatas bisa dilihat bahwa Fhitung untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2007 dengan Equal variances assumed (diasumsi kedua varians sama atau menggunakan pooled variance t-tes) adalah 4,547
dengan
probabilitas
0,042
dan
oleh
karena
probabilitasnya < 0,05, maka Ho ditolak atau kedua varians benar – benar berbeda.dan terlihat pula bahwa t-hitung untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2007 dengan
124
equal
variances
not
assumed
adalah
2,711
dengan
probabilitasnya 0,0075 dan oleh karena probabilitasnya 0,0075 < 0,025, maka Ho ditolak atau kedua varians benar – benar berbeda. Serta perubahan dari penggunaan equal variance assumed ke equal variance not assumed mengakibatkan menurunnya degree of freedom (derajat kebebasan) yaitu dari 28 menjadi 16,651 atau kegagalan mengasumsikan kesamaan varians. Setelah dilakukan uji dengan F-test dan t-test, kemudian diketahui penggunaan equal variance assumed dan equal variance not assumed dan dikeahui pula ada perbedaan yang nyata antara Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2007 langkah selanjutnya adalah mengetahui seberapa besar perbedaan tersebut. Dari output terlihat pada baris “Mean Difference”, untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2007 adalah 2,499 dan dari F-test pada bahasan sebelumnya didapat bahwa uji perbedaan rata – rata dilakukan dengan equal variance not assumed yang dapat dilihat pada keterangan “95% Confidence Interval of the Difference” dan kolom equal variance not assumed, sehingga pada baris tersebut didapat angka : Lower (perbedaan rata – rata bagian bawah) adalah 0,551 dan Upper (perbedaan rata – rata bagian atas) adalah
125
4,448. Dan hal ini berarti perbedaan Z-score Model Altman & Foster pada tahun 2007 berkisar antara 0,551 sampai 4,448 dengan perbedaan rata – rata adalah 2,499. Dan untuk F-hitung Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2008 dengan equal variances assumed (diasumsi kedua varians sama atau menggunakan pooled variance t-test) adalah 8,921 dengan probabilitas 0,006 dan oleh karena probabilitasnya < 0,05, maka Ho ditolak, atau kedua varians benar – benar berbeda. Dan terlihat pula bahwa t-hitung untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2008 dengan equal
variances
not assumed
adalah -0,362
dengan
probabilitasnya 0,361 dan oleh karena probabilitasnya 0,361 > 0,025, maka Ho diterima atau kedua varians sama. Serta perubahan dari penggunaan equal variance assumed ke equal variance not assumed mengakibatkan menurunnya degree of freedom (derajat kebebasan) yaitu dari 28 menjadi 15,067 atau kegagalan mengasumsikan kesamaan varians. Setelah dilakukan uji dengan F-test dan t-test, kemudian diketahui penggunaan equal variance assumed dan equal variance not assumed dan dikeahui pula ada perbedaan yang nyata antara Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2008 langkah selanjutnya adalah mengetahui seberapa besar perbedaan tersebut.
126
Dari output terlihat pada baris “Mean Difference”, untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2008 adalah -0,486 dan dari F-test pada bahasan sebelumnya didapat bahwa uji perbedaan rata – rata dilakukan dengan equal variance not assumed yang dapat dilihat pada keterangan “95% Confidence Interval of the Difference” dan kolom equal variance not assumed, sehingga pada baris tersebut didapat angka : Lower (perbedaan rata – rata bagian bawah) adalah
-3,350 dan Upper (perbedaan rata – rata
bagian atas) adalah 2,377. Dan hal ini berarti perbedaan Zscore Model Altman dan Foster pada tahun 2008 berkisar antara -3,350 sampai 2,377 dengan perbedaan rata – rata adalah -0,486. Sedangkan untuk F-hitung Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2009 dengan equal variances assumed (diasumsi kedua varians sama atau menggunakan pooled variance t-test) adalah 2,849 dengan probabilitas 0,103 dan oleh karena probabilitasnya > 0,05, maka Ho diterima, atau kedua varians sama. Dan terlihat pula bahwa t-hitung untuk Zscore Model Altman dan Foster pada tahun 2009 dengan equal
variances
not
assumed
adalah
1,485
dengan
probabilitasnya 0,0795 dan oleh karena probabilitasnya 0,0795 > 0,025, maka Ho diterima atau kedua varians sama.
127
Serta perubahan dari penggunaan equal variance assumed ke equal variance not assumed mengakibatkan menurunnya degree of freedom (derajat kebebasan) yaitu dari 28 menjadi 14,452 atau kegagalan mengasumsikan kesamaan varians. Setelah dilakukan uji dengan F-test dan t-test, kemudian diketahui penggunaan equal variance assumed dan equal variance not assumed dan dikeahui pula ada perbedaan yang nyata antara Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2009 langkah selanjutnya adalah mengetahui seberapa besar perbedaan tersebut. Dari output terlihat pada baris “Mean Difference”, untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2009 adalah 2,844 dan dari F-test pada bahasan sebelumnya didapat bahwa uji perbedaan rata – rata dilakukan dengan equal variance not assumed yang dapat dilihat pada keterangan “95% Confidence Interval of the Difference” dan kolom equal variance not assumed, sehingga pada baris tersebut didapat angka : Lower (perbedaan rata – rata bagian bawah) adalah 1,250 dan Upper (perbedaan rata – rata bagian atas) adalah 6,939. Dan hal ini berarti perbedaan Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2009 berkisar antara -1,251 sampai 6,939 dengan perbedaan rata – rata adalah 2,844.
128
Tabel J.4 : Hasil Uji F-hitung dan t-hitung Antara Z-Score Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. (dihitung secara akumulasi periode) Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F ALTMAN DAN FOSTER
Equal variances assumed Equal variances not assumed
6.540
Sig. .012
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
1.909
88
.059
1.619133
.847945
-.065979
3.304245
1.909
46.667
.062
1.619133
.847945
-.087033
3.325299
Berdasarkan tabel J.4 diatas bisa dilihat bahwa Fhitung untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2007 sampai tahun 2009 dengan equal variances assumed (diasumsi kedua varians sama atau menggunakan pooled variance t- test) adalah 6,540 dengan probabilitas 0,012 dan oleh karena probabilitasnya < 0,05, maka Ho ditolak, atau kedua varians benar – benar berbeda. Dan terlihat pula bahwa t-hitung untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2007 sampai tahun 2009 dengan equal variances not assumed adalah 1,909 dengan probabilitasnya 0,031 dan oleh karena probabilitasnya 0,031 > 0,025, maka Ho diterima atau kedua varians sama. Serta perubahan dari penggunaan equal variance assumed ke equal variance not assumed mengakibatkan menurunnya degree of freedom (derajat kebebasan) yaitu dari 88 menjadi 46,667 atau kegagalan mengasumsikan kesamaan
129
varians. Setelah dilakukan uji dengan F-test dan t-test, kemudian diketahui penggunaan equal variance assumed dan equal variance not assumed dan dikeahui pula ada perbedaan yang nyata antara Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2007 sampai tahun 2009, langkah selanjutnya adalah mengetahui seberapa besar perbedaan tersebut. Dari output terlihat pada baris “Mean Difference”, untuk Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2007 sampai tahun 2009 adalah 1,619 dan dari F-test pada bahasan sebelumnya didapat bahwa uji perbedaan rata – rata dilakukan dengan equal variance not assumed yang dapat dilihat pada keterangan “95% Confidence Interval of the Difference” dan kolom equal variance not assumed, sehingga pada baris tersebut didapat angka : Lower (perbedaan rata – rata bagian bawah) adalah -0,087 dan Upper (perbedaan rata – rata bagian atas) adalah 3,325. Dan hal ini berarti perbedaan Z-score Model Altman dan Foster pada tahun 2007 sampai tahun 2009 berkisar antara -0,087 sampai 3,325dengan perbedaan rata – rata adalah 1,619.
130
J.5 Pembahasan Rasio keuangan merupakan alat yang sering digunakan dalam
analisis
kinerja
keuangan
perusahaan.
Dalam
menganalisis kinerja keuangan perusahaan, analisis rasio keuangan memiliki keterbatasan yang berasal dari kenyataan bahwa pada dasarnya metodologinya adalah univariate, dimana setiap rasio dianalisis secara terpisah. Jadi untuk mengurangi kelemahan analisis rasio ini, adalah penting menggabungkan
beberapa
rasio
menjadi suatu
model
peramalan yang berarti. Dengan cara menginterpretasikan laporan keuangan pada suatu model atau tekhnik tertentu, maka Altman dan Foster merumuskan suatu model analisis diskriminan yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan. Menurut
Hanafi
dan
Halim
(2000)
indikator
kebangkrutan bisa dilihat dari aliran kas, analisis strategi perusahaan, laporan keuangan perusahaan dan lembaga penilai (rating). Pada tahun 2007 sampai 2009 perusahaan – perusahaan textile dan garment mengalami kesulitan dalam aliran kas, sumber pengeluaran kas lebih besar bila dibandingkan dengan sumber penerimaan kas karena sebagian besar pendapatan perusahaan mengalami penurunan dilain pihak biaya operasional makin membengkak. Hal ini
131
berakibat pada laba perusahaan mengalami penurunan, ada 6 perusahaan textile dan garment mengalami kerugian pada tahun 2007, bahkan pada tahun 2008 dan 2009 naik menjadi 8 perusahaan. J.6 Rasio Keuangan Altman a. Working Capital to Total Asset Ratio (X1) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas
aktiva
perusahaan
relatif
terhadap
total
kapitalisasinya atau untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. PT Apac Citra Centertex Tbk dan PT Argo Pantes Tbk merupakan perusahaan dengan rasio X1 terendah yang mengindikasikan
bahwa
perusahaan
tersebut
tingkat
likuidasinya paling rendah diantara perusahaan – perusahaan lainnya dalam kelompok tersebut, karena mempunyai tingkat kesulitan keuangan yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan lainnya. Pada tahun 2007 PT Apac Citra Centertex Tbk tercatat sebagai perusahaan yang ilikuid yaitu jumlah hutang lebih besar dari jumlah aktivanya, tetapi pada tahun – tahun berikutnya
perusahaan
ini
sudah
dapat
memperbaiki
kondisinya. Keadaan yang sama juga dialami PT Argo Pantes Tbk, pada tahun 2008 dan 2009 perusahaan ini juga tercatat
132
sebagai perusahaan yang ilikuid, pada suatu waktu akan menghadapi kesukaran financial (Riyanto,2001 : 33). PT Pan Brother Tex Tbk adalah perusahaan yang masih dalam kondisi likuid, yaitu total aktiva perusahaan bisa berubah menjadi kas dalam jangka waktu pendek setelah dipakai
melunasi
kewajiban
lancarnya.
Hal
tersebut
mengindikasikan bahwa PT Pan Brother Tex Tbk mempunyai tingkat likuiditas lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan lainnya dalam kelompok industry textile dan garment. Selama tiga tahun berturut-turut mean Working Capital to Total Assets Ratio (X1) bernilai sangat rendah, hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan textile dan garment mengalami tingkat kesulitan keuangan. b. Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada umumnya akan menunjukkan hasil
133
rasio yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berdirinya. Rasio X2 dari PT Ricky Putra Globalindo Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk dan PT Panasia Indosyntec Tbk bernilai negatif, ini berarti bahwa selama itu pula perusahaan tidak
pernah
membukukan
laba
ditahan
atau
selalu
mengakumulasikan rugi ditahan. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan aktivanya untuk memperoleh laba ditahan sangatlah rendah bila dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan lainnya. Rugi usaha yang dialami perusahaan tersebut disebabkan karena penghasilan yang diterima tidak mampu
menutupi
beban
–
beban
yang
menjadi
tanggungannya. Beban – beban yang harus ditanggung selama periode tersebut lebih mengarah kepada beban usaha (operating Expenses) dan biaya pokok penjualan (cost of goods sold). Rasio X2 pada PT Roda Vivatex Tbk selama tiga tahun berturut-turut mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa PT Roda Vivatex Tbk mempunyai kemampuan untuk memperoleh laba ditahan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan lainnya. Kemampuan memperoleh laba ditahan oleh perusahaan ini tidak terlepas oleh
134
perusahaan ini tidak terlepas pula oleh umur perusahaan, yang mana perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1980. Tahun 2007 sampai tahun 2009 secara rata – rata X2 bernilai negatif dan mengalami penurunan, ini berarti bahwa selama itu pula hamper semua perusahaan mengakumulasikan rugi. Rugi yang dialami perusahaan sebagai akibat karena penghasilan yang diterima tidak mampu menutupi beban – beban yang ditanggung selama periode tersebut. Beban – beban yang ditanggung tersebut lebih mengarah pada beban operasional dan beban bunga atas hutangnya, maka rugi bersih yang harus ditanggung oleh perusahaan menjadi lebih besar. Rugi bersih yang dialami oleh perusahaan secara otomatis akan mengurangi akumulasi laba ditahan bila sebelumnya perusahaan mengakumulasikan rugi. Dengan kata lain bahwa adanya keuntungan akan memperbesar retained earning yang berarti akan memperbesar modal sendiri, sebaliknya adanya kerugian yang diderita akan memperkecil retained earning yang berarti akan memperkecil modal sendiri (Riyanto,2001 : 244). Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) yang menurun mengindikasikan berkurangnya kemampuan aktiva untuk memperoleh laba ditahan, dengan adanya penurunan laba ditahan maka perusahaan akan lebih mengandalkan
135
modal asing untuk mendanai aktivanya. Dengan demikian perolehan aktiva yang dibiayai melalui modal sendiri semakin berkurang. Dengan adanya penurunan laba ditahan bahkan munculnya fenomena rugi ditahan, maka perusahaan akan lebih mengandalkan modal asing untuk mendanai aktivanya, dengan demikian perolehan aktiva yang dibiayai melalui modal sendiri semakin berkurang. Tambahan besarnya modal asing dan modal sendiri akan mempunyai efek terhadap tingkat solvabilitas perusahaan. c. Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio tersebut
mengukur
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Semakin kecil tingkat profitabilitas berarti semakin tidak efisien dan tidak efektif perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan laba usaha begitu juga sebaliknya. Perusahaan dengan X3 terendah adalah PT Roda Vivatex Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, dan PT Panasia Filament Inti Tbk. Rasio X3 dari ketiga perusahaan bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak dapat mengelola aktivanya secara efektif. X3 yang bernilai negatif
136
disebabkan karena probabilitas perusahaan selama tiga tahun penelitian mengalami kerugian yang mana operating profit yang dicapai perusahaan lebih kecil daripada total aktivanya. Dalam laporan laba rugi perusahaan, terlihat bahwa biaya operasi perusahaan selalu lebih besar dari laba kotornya, bahkan terjadi rugi secara berturut – turut selama tiga tahun. Akibatnya perusahaan tidak dapat membukukan laba rugi usahanya. Perusahaan dengan rasio X3 tertinggi adalah PT Pan Brother Tex Tbk, dan PT GT Petrochem Industry Tbk. Hal ini mengindikasikan bahwa kedua perusahaan tersebut lebih tinggi
tingkat
produktivitasnya
dibandingkan
dengan
perusahaan – perusahaan lain dalam sektor industri textile dan garment. Rata – rata perusahaan industry textile dan garment produktivitas aktiva yang digunakannya untuk menghasilkan laba usaha mengalami penurunan tetapi setelah itu mengalami kenaikan. Menurut Agnes Sawir (2001: 19), rasio X3 juga dapat
menunjukkan
rentabilitas
ekonomis
perusahaan
sehingga dapat diartikan bahwa rentabilitas ekonomis perusahaan pada industry textile dan garment juga menurun seiring dengan menurunnya rasio X3 dan begitu juga sebaliknya.
137
d. Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksug adalah gabungan nilai pasar dari modal dan saham preferen, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang. Perusahaan dengan X4 terendah adalah PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, dan PT Eratex Djaja Tbk. Perusahaan dengan rasio X4 terendah mempunyai
indikasi
bahwa
perusahaan
tersebut
mengakumulasikan lebih banyak hutang daripada modal sendiri dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan lainnya. Bila dilihat dari modal sendiri perusahaan yang berasal dari modal disetor pada sahamnya, selama tiga tahun berturut – turut kondisinya terlihat tidak mengalami peningkatan (stagnan). Sedangkan untuk laba ditahannya, kondisi yang ada selalu kebalikan yaitu mengalami rugi ditahan, sehingga ketergantungan perusahaan terhadap sumber eksternal guna mandanai aktivanya terutama yang berasal dari kreditur sangatlah tinggi.
138
Perusahaan dengan rasio X4 tertinggi adalah PT Roda Vivatex Tbk, meskipun setiap tahun mengalami penurunan tetapi perusahaan ini masih lebih baik dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan lainnya. Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut mengakumulasikan hutang terhadap modal sendiri lebih rendah bila dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan lainnya. Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4) dari tahun ketahun mengalami kecenderungan menurun untuk masing – masing perusahaan. Hal ini terjadi karena rata – rata emiten pada perusahaan textile dan garment mengakumulasikan lebih banyak hutang daripada modal sendiri terutama yang berasal dari pemilik. Penurunan rasio ini disebabkan oleh adanya harga saham selalu mengalami penurunan yang signifikan, bahkan harga pasar saham lebih rendah dari harga nominalnya. Sehingga mengakibatkan tingkat kesejahteraan pemegang saham semakin buruk, dengan semakin buruknya kondisi tersebut pada akhirnya semakin memperburuk nilai perusahaan (value of the firm). e. Sales to Total Assets Ratio (X5) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen
dalam
menghadapi
kondisi
139
persaingan. Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Perusahaan dengan X5 terendah adalah PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Argo Pantes Tbk dan PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Dalam hal ini ketiga perusahaa tersebut dapat diindikasikan kurang efektif dalam penurunan aktiva untuk meningkatkan penjualan dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan lainnya. Perusahaan dengan rasio X5 tertinggi adalah PT Pan Brother Tex Tbk. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai tingkat efektivitas tertinggi dalam penggunaan aktivanya untuk menghasilkan penjualan
bila
dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan lain. Rata – rata perusahaan textile dan garment memiliki penjualan yang lebih kecil daripada aktivanya, dan sebagian besar perusahaan berada dibawah rata – rata industry terutama pada tahun 2007 samapi dengan tahun 2009. Rendahnya rasio ini mengindikasikan bahwa aktiva yang dimiliki oleh rata – rata perusahaan tersebut tidak efektif unutk meningkatkan penjualan.
Rendahnya nilai Z-Score ini disebabkan oleh
rendahnya nilai dari variabel – variabel yang tedapat dalam formulasi Altman yaitu variabel – variabel working capital to total assets, retained eraning to total assets, earning before
140
interest and tax to total asset, rmarket value equity to book value of total debt dan sales to total assets. Dari rasio – rasio tersebut, rasio keuangan yang dominan mempengaruhi kegagalan perusahaan adalah rasio profitabilitas, rasio likuiditas dan rasio aktivitas. Hal ini terlihat dari hampir semua perusahaan yang bangkrut mempunyai nilai X1, X2, dan X3 yang sangat rendah bahkan bernilai negatif. J.7 Rasio Keuangan Foster a. Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio) Rasio Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (TE/OR Ratio) menjelaskan seberapa besar biaya operasi dibandingkan dengan penghasilan. Perusahaan dengan TE/OR terendah adalah PT Tifico Tbk dan PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Dalam hal ini terlihat bahwa besarnya biaya operasi dibandingkan dengan penghasilan pada perusahaan – perusahaan textile dan garment yang lain, kedua perusahaan tersebut sangatlah rendah. Perusahaan dengan rasio TE/OR tertinggi adalah PT Eratex Djaja Tbk dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Dalam hal ini terlihat bahwa besarnya biaya operasi dibandingkan dengan penghasilan pada perusahaan – perusahaan textile dan
141
garment yang lain, kedua perusahaan tersebut termasuk yang terbaik. Mean Transportation Expense to Operating Revenue ratio (TE/OR Ratio) mengalami fluktuasi dari tahun ketahun, hal
ini
mengindikasikan
bahwa
biaya
operasi
yang
dikeluarkan perusahaan lebih besar bila dibandingkan dengan penjualan. b. Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio) Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio) menunjukkan seberapa besar laba operasi apabila dibandingkan dengan bunga yang harus dibayar. Perusahaan dengan TIE terendah adalah PT Karwell Indonesia Tbk, PT Argo Pantes Tbk, dan PT Ricky Putra. Dalam hal ini dapat dilihat TIE selama tiga tahun berturut – turut bernilai negatif, ini berarti laba operasi dari sebagian besar perusahaan textile dan garment lebih kecil bila dibandingkan dengan bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Perusahaan dengan ratio TIE tertinggi adalah PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, dan PT Panasia Filament Inti Tbk. Ini berarti laba operasi yang dihasilkan dari ketiga perusahaan tersebut lebih
142
besar dari bunga yang harus dibayar sehingga perusahaan mampu menutupi kewajibannya. Mean Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio) dari tahun 2007 sampai dengan 2009 mengalami fluktuasi, hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar perusahaan textile dan garment laba operasi yang dihasilkannya lebih rendah dari bunga yang harus dibayar, sehingga perusahaan tidak mampu menutup kewajibannya. K.
Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Altman Kebangkrutan suatu perusahaan dapat diprediksi dan diketahui dengan menggunakan formula yang ditemukan oleh Altman dan Foster yang dikenal dengan Z-Score Altman dan Z-Score Foster. Z-Score Altman dan Z-Score Foster dapat digunakan sebagai Early Warning System (sistem peringatan dini) untuk mendeteksi kondisi perusahaan terutama yang berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan, sehingga apabila terjadi kesulitan keuangan akan segera dapat diambil tindakan perbaikan untuk mencapai kinerka keuangan yang lebih baik dimasa mendatang. Dari hasil perhitungan data laporan keuangan tahun 2007 sampai dengan 2009 dari seluruh perusahaan industry
143
textile dan garment yang dimasukkan ke dalam model prediksi dengan menggunakan Z-Score Altman diperoleh nilai yang memperlihatkan daftar perusahaan yang diprediksi bangkrut, rawan bangkrut dan tidak bangkrut. Nilai – nilai ZScore yang dicapai oleh sebagian besar perusahaan industry textile dan garment masih lebih kecil dari nilai cut-off, yang berarti banyak perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang cukup parah yang bisa mengarah pada terjadinya kebangkrutan terhadap perusahaan – perusahaan tersebut. a. Kategori Perusahaan Bangkrut Perusahaan
dalam
kategori
bangkrut
yang
memperlihatkan kecenderungan semakin parah dari tahun ke tahun ada 6,67% atau 1 perusahaan yaitu PT Argo Pantes Tbk. Perusahaan dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan secara konsisten selam tiga tahun berturut – turut ada 33,33% atau 5 perusahaan yaitu PT Apac Citra Centertex Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk dan PT Tifico Tbk. Meskipun kelima perusahaan ini mempunyai nilai Z-Score yang terus meningkat dari tahun 2007 sampai tahun 2009, namun kenaikan tersebut masih berada dalam kategori bangkrut. Dan perusahaan yang mampu memperbaiki diri keluar dari kategori bangkrut menuju
144
kategori rawan bangkrut pada tahun 2009 sebanyak 26,67% atau 4 perusahaan yaitu PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Berdasarkan Z-Score model Altman, rata – rata perusahaan yang bangkrut memiliki nilai cut – off dibawah 1,20. Hal ini membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh semua perusahaan bangkrut tersebut sangat rendah, ini berarti semua perusahaan tersebut berada dalam kondisi kesulitan keuangan yang cukup parah yang bila dibiarkan bisa mengarah pada kebangkrutan perusahaan. b. Kategori Perusahaan Rawan Bangkrut Perusahaan dalam kategori rawan bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan semakin memburuk ada 6,67% atau satu perusahaan yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk. Meskipun pada tahun 2008 mengalami peningkatan tetapi pada tahun 2009 PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk tidak mampu mempertahankan kondisi keuangannya sehingga masuk dalam kategori perusahaan bangkrut. Perusahaan dalam kategori rawan bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan dan mampu bertahan ada 6,67% atau satu perusahaan juga, yaitu PT Roda Vivatex Tbk, meskipun belum dapat masuk dalam kategori perusahaan
145
sehat. Dan perusahaan yang mampu memperbaiki diri masuk dalam kategori rawan bangkrut pada tahun 2009 sebanyak 26,67% atau 4 perusahaan yaitu PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Berdasarkan Z-Score model Altman, rata – rata perusahaan yang masuk kategori rawan bangkrut memiliki nilai cut – off antara 1,20 sampai dengan 2,90. Hal ini membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh semua perusahaan yang masuk dalam kategori rawan bangkrut masih belum maksimal, ini berarti semua perusahaan tersebut berada vdalam kondisi keuangan yang masih abu – abu jadi bagus tidak buruk juga tidak.
Sebaiknya perusahaan cepat
mengambil keputusan langkah – langkah agar kondisi keuangannya menjadi sehat atau jika tidak sebaiknya perusahaan mampu mempertahankan diri agar tidak masuk dalam kategori perusahaan bangkrut. c. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut Hanya ada 6,67% atau satu perusahaan yang menurut model
prediksi
Z-Score
Altman
terklasifikasi
dalam
perusahaan “tidak bangkrut” pada tahun 2007 samapi tahun 2009. Perusahaan tersebut adalah PT Pan Brother Tex Tbk, ini berarti hanya ada satu perusahaan yang benar – benar dalam
146
kondisi sehat, namun sebaiknya perusahaan jangan sampai lengah dan mampu mempertahankan kondisi keuangannya agar perusahaan tidak masuk dalam kategori perusahaan rawan bangkrut maupun perusahaan bangkrut. Meskipun perusahaan mengalami penurunan, tetapi masih berada dalam kondisi yang aman dari kecenderungan kebangkrutan. Berdasarkan Z-Score model Altman, rata – rata perusahaan yang masuk kategori tidak bangkrut memiliki nilai cut – off lebih besar dari 2,90. Hal ini membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh perusahaan yang masuk dalam kategori tidak bangkrut sudah cukup bagus karena berada jauh di atas nilai cut – off sebesar 2,90. Hal ini terlihat dari rasio – rasio keuangan yang tinggi. Laba yang dihasilkan akan dapat memperlancar aktivitas perusahaan dan kelangsungan hidup perusahaan, karena laba perusahaan merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan sebuah perusahaan. Laba akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pinjaman dan pendapatan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan serta kemampuan perusahaan untuk berubah. Dengan demikian akan berpengaruh pula terhadap besarnya nilai ZScore.
147
L.
Tingkat
Kebangkrutan Perusahaan
Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Foster Hasil perhitungan data laporan keuangan tahun 2007 sampai 2009 dari seluruh perusahaan textile dan garment yang dimasukkan ke dalam model prediksi dengan menggunakan Z-Score Foster diperoleh nilai yang memperlihatkan daftar perusahaan yang diprediksi bangkrut dan tidak bangkrut. Nilai – nilai Z-Score yang dicapai oleh sebagian besar perusahaan textile dan garment masih lebih kecil dari nilai cut – off, yang berarti banyak perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang cukup parah yang bisa mengarah pada terjadinya kebangkrutan terhadap perusahaan – perusahaan tersebut. a. Kategori Perusahaan Bangkrut Perusahaan
dalam
kategori
bangkrut
yang
memperlihatkan kecenderungan semakin parah dari tahun ke tahun ada 20% atau 3 peusahaan yaitu PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, dan PT Ricky Putra Globalindo Tbk. Perusahaan dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan secara konsisten selama tiga tahun berturut – turut ada 20% atau 3 perusahaan yaitu PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk. Bahkan ketiga
148
perusahaan tersebut mampu memperbaiki diri menjadi perusahaan kategori tidak bangkrut pada tahun 2009. Berdasarkan Z-Score model Foster, rata – rata perusahaan yang bangkrut memilki nilai cut – off dibawah 0,640. Hal ini membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh semua perusahaan bangkrut tersebut sangat rendah, ini berarti semua perusahaan tersebut berada dalam kondisi kesulitan keuangan yang cukup parah yang bila dibiarkan bisa mengarah pada kebangkrutan perusahaan. b. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut Perusahaan dalam kategori tidak bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan semakin parah dari tahun ke tahun ada 33,33% atau 5 perusahaan yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk. Bahkan kelima perusahaan ini pada tahun 2009 masuk dalam kategori perusahaan bangkrut. Perusahaan dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan secara konsisiten selama tiga tahun berturut – turut ada 20% atau 3 perusahaan yaitu PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, dan PT Roda Vivatex Tbk. Ketiga perusahaan tersebut mampu memperbaiki diri menjadi perusahaan kategori tidak bangkrut pada tahun 2009.
149
Berdasarkan Z-Score model Foster, rata – rata perusahaan yang masuk kategori tidak bangkrut memiliki nilai cut – off lebih besar dari 0,640. Hal ini membuktikan bahwa nilai Z-Score yang dicapai oleh perusahaan yang masuk dalam kategori tidak bangkrut sudah cukup bagus karena berada jauh diatas nilai cut – off sebesar 0,640. Hal ini terlihat dari rasio – rasio
keuangan
yang
tinggi,
dengan
demikian
akan
berpengaruh pula terhadap besarnya nilai Z-Score. M. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 menurut Undang – Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena hutang mempuyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang berakhir dengan kebangkrutan perusahaan. Perusahaan dengan hutang yang rendah mempunyai risiko yang kecil bila perekonomian dalam keadaan menurun, tetapi perusahaan juga memiliki laba yang rendah bila perekonomian membaik. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio hutang yang tinggi memiliki risiko menderita kerugian besar, tetapi juga mempunyai suatu kesempatan untuk memperoleh
150
keuntungan yang besar. Kemungkinan memperoleh laba yang tinggi sangatlah menarik, tetapi para investor juga enggan menghadapi risiko. Keputusan tentang penggunaan hutang berarti menyeimbangkan kemungkinan laba yang lebih tinggi dengan naiknya risiko. a. Kategori Perusahaan Bangkrut Perusahaan
dalam
kategori
bangkrut
yang
memperlihatkan kecenderungan semakin parah dari tahun ke tahun ada 40% atau 6 perusahaan yaitu PT Argo Pantes Tbk, PT Eratex Djaja Tbk, PT Karwell Indonesia Tbk, PT Panasia Filament Inti Tbk, PT Sunson Textile Manufacture Tbk, dan PT Tifico Tbk. Perusahaan dalam kategori bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan secara konsisten selama tiga tahun berturut – turut ada 33,33 % atau 5 perusahaan yaitu PT Apac Citra Centertex Tbk, PT GT Petrochem Industries Tbk, PT Indorama Synthetics Tbk, PT Ricky Putra Globalindo Tbk, dan PT Panasia Indosyntec Tbk. Bahkan PT Ricky Putra Globalindo Tbk mampu memperbaiki diri menjadi perusahaan tidak bangkrut pada tahun 2009. Berdasarkan rasio hutang menurut Undang – Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004, rata – rata perusahaan yang diprediksi bangkrut memiliki rasio hutang diatas 50%. Hal ini membuktikan bahwa rasio hutang yang dimiliki oleh semua
151
perusahaan yang diprediksi bangkrut tersebut sangat tinggi, ini berarti semua perusahaan tersebut berada dalam kondisi kesulitan keuangan yang cukup parah yang bila dibiarkan bisa mengarah pada kebangkrutan perusahaan. b. Kategori Perusahaan Tidak Bangkrut Perusahaan dalam kategori tidak bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan semakin parah dari tahun ke tahun ada 6,67% atau satu perusahaan yaitu PT Daeyu Orchid Indonesia Tbk, bahkan perusahaan ini pada tahun 2009 masuk dalam kategori perusahaan bangkrut. Perusahaan dalam kategori tidak bangkrut yang memperlihatkan kecenderungan peningkatan secara konsisiten selama tiga tahun berturut – turut ada 20% atau 3 perusahaan yaitu PT Ever Shine Textile Industry Tbk, PT Pan Brother Tex Tbk, and PT Roda Vivatex Tbk. Berdasarkan rasio hutang menurut Undang – Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004, rata – rata perusahaan yang diprediksi tidak bangkrut memiliki rasio hutang dibawah 50%. Hal ini membuktikan bahwa rasio hutang yang dimiliki oleh semua perusahaan yang diprediksi tidak bangkrut tersebut relative rendah, ini berarti perusahaan – perusahaan tersebut berada dalam kondisi keuangan yang cukup sehat.
152
N. Interpretasi Terjadi perbedaan antara hasil analisis Z-Score model Altman dan Foster pada tahun penelitian 2007 – 2009, hal ini disebabkan oleh : 1. Perbedaan dalam menggunakan rumus yang digunakan pada model Altman dan Foster. Altman menggunakan rumus Z-Score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 yang lebih banyak menggunakan real account, sementara Foster menggunakan rumus Z-Score = -3,366X + 0,657Y yang lebih banyak menggunakan nominal account. 2. Terjadi perubahan biaya yang cukup signifikan mulai tahun 2007 sampai 2009 sehingga cukup mempengaruhi hasil perhitungan model Altman dan Foster . 3. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode tahunan dan jangkanya relatif pendek yaitu 3 tahun, sehingga tidak bisa meng-cover perubahan – perubahan secara halus.
153
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut ; Analisis terhadap perusahaan textile dan garment dengan menggunakan model Altman menunjukkan 80% atau 12 perusahaan kategori bangkrut pada tahun 2007 dan 2008, serta 60% atau 9 perusahaan pada tahun 2009. Sedangkan yang masuk kategori rawan bangkrut sebanyak 13,33% atau 2 perusahaan pada tahun 2007 dan 2008, serta 33,33% atau 5 perusahaan pada tahun 2009.
Dan yang masuk kategori
perusahaan tidak bangkrut pada tahun 2007 sampai tahun 2009 hanya 6,67% yaitu satu perusahaan yaitu PT Pan Brother Tex Tbk. Dan analisis terhadap perusahaan industry textile dan garment dengan menggunakan model Foster menunjukkan 86,67% atau 13 perusahaan kategori bangkrut pada tahun 2007, 73,33% atau 11 perusahaan pada tahun 2008, serta 80% atau 12 perusahaan pada tahun 2009. Sedangkan yang masuk kategori tidak bangkrut sebanyak 13,33% atau 2 perusahaan
154
pada tahun 2007, 26,67% atau 4 perusahaan pada tahun 2008, dan 20% atau 3 perusahaan pada tahun 2009. Sehingga terjadi perbedaan secara statistik antara hasil analisis menggunakan model Altman dengan Foster pada tahun penelitian 2007. Hal ini disebabkan karena hasil pengujian hipotesis nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0,05, sehingga kesimpulannya Ho ditolak. Tidak terdapat perbedaan secara statistik antara hasil analisis menggunakan model Altman dengan Foster pada tahun penelitian 2008 dan 2009, hal ini disebabkan karena hasil pengujian hipotesis nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05, sehingga kesimpulannya Ho diterima. B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, adapun implikasi yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut : Prediksi kebangkrutan perusahaan tidak hanya dapat dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan model Altman dan Foster, tetapi juga harus memperlihatkan faktor – faktor lain, baik yang berasal dari pengelolaan internal perusahaan maupun yang berasal dari luar perusahaan seperti kondisi ekonomi, politik, dan lain – lain. Faktor – faktor lain
155
diluar rasio keuangan model Altman dan Foster tidak dapat digunakan
pada
penelitian
ini
karena
kesulitan
pengukurannya. Bila faktor – faktor tersebut dapat diperoleh serta dapat diukur dengan tepat, maka akan diperoleh tingkat prediksi kebangkrutan yang lebih akurat. Dan
sehubungan
dengan
kondisi
keuangan
perusahaan, manajemen perlu tetap berhati – hati dalam mengelola dan menjalankan operasi perusahaan dengan melakukan tindakan – tindakan perbaikan kinerja perusahaan guna
menghindari
terjadinya
gangguan
terhadap
kelangsungan usaha (going concern).
156
DAFTAR PUSTAKA Altman, E.I.2000. “Predicting Financial Distress of Companies : Revisting The Z-score And Zeta ® Models”. www.google.com Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta. Asquith,P, Gertner,R and Scharfstein, 1991. “Anatomy of Financial Distress: An Examination of Junk-Bond Issuers.” National Bureau of Economic Research Working Paper Series, No 3942. Baridwan, Zaki. 1992. Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE Br Ferdinand D. Saragih, Adler H. Manurung, Jonni Manurung, MS.,”Dasar – dasar Keuangan Bisnis: Teori dan Aplikasi”, cetakan 1, Elek Media Komputindo, Jakarta, 2005 Gitosudarmo, Indriyo. 2002. Manajemen Keuangan . Yogyakarta: BPFE Hamid, Abdul. 2004. Buku Panduan Penulisan Skripsi , FEIS UIN Press, Jakarta: Grafika Karya Utama Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN
157
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Husnan, Suad. 2002. Manajemen Keuangan Teori Dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). Yogyakarta: BPFE. Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam “Analisis Fiqih dan Keuangan”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Keown, J. Arthur. Jhon D.Martin. J. William Petty dan David F.Scott,JR.
2004.
Manajemen
Keuangan
“Prinsip –
Prinsip dan
Aplikasi”. Jakarta: PT. INDEKS Kelompok
GRAMEDIA Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Muslich,
Mohammad.
(Analisis,
2000.
Manajemen
Keuangan
Modern
Perencanaan, dan Kebijaksanaan). Jakarta:
Bumi Aksara Nachrowi, Djalal Nachrowi. MPhil dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan
Populer dan Praktis EKONOMETRIKA Untuk
Analisis Ekonomi
Dan
Keuangan.
Jakarta:
Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Pindado, J., and Rodrigues, L., and Torre, C.2002. “ Estimating The Probability of Financial Distress: International Evidence”. www.google.com
158
Platt, H. 2004. “Industry Relative Ratio Revisted : The Case of Financial Distress”.1201194. www.google.com Riyanto, Bambang. 2001. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta BPFE Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media Santoso, Singgih. 2007. Menguasai STATISTIK di Era Informasi dengan SPSS 15. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Ilmu Sudjana.1996. Metode Statistik. Bandung: Tarsito Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-score Altman Untuk Menilai Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go - Public Di Bursa Efek Jakarta. KOMPAK. Nomor 7, Januari - April Weston,J. Fred dan Eugene F. Brigham. 1993. Manajemen Keuangan.
Jakarta: Erlangga.
www.idx.co.id dan www.bi.go.id Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja. 2004. Seri Hukum Bisnis Kepailitan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
159
Lampiran 1 Perhitungan Working Capital to Total Assets Ratio (X1) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
No
Nama Perusahaan 1 Apac Citra Centertex Tbk 2 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 4 Eratex Djaja Tbk 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk 7 Indorama Synthetics Tbk 8 Karwell Indonesia Tbk 9 Panasia Filament Inti Tbk 10 Panasia Indosyntec Tbk 11 Pan Brothers Tex Tbk 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 13 Roda Vivatex Tbk 14 Sunson Textile Manufacture Tbk Tifico Tbk 15
Current Assets 2007 2008 2009 663508 587112 653544 482600 403858 447671 32026 30991 302833 284645 167882 185862 309761 262136 273894 1573918 1698885 1654306 1808884 1737929 1999412 266549 192866 282555 305770 277597 278621 586158 565844 357507 116399 91262 104280 178161 187604 214381 98074 122841 71684 312854 348645 379301 756283 763543 1087415
Current Liabilities 2007 2008 2009 2154831 720969 904554 1417648 1382362 1395984 13353 12283 540049 147528 124619 165282 207068 92703 100614 3978955 914651 1053877 1299610 1552703 1527002 418658 342686 437299 185718 230022 204046 498614 547493 337071 39718 35256 43004 193552 193239 73459 32447 32447 32085 260265 329657 440503 639033 988193 1329876
Working Capital 2007 2008 -1491323 -133857 -935048 -978504 18673 18708 137117 43263 102693 169433 -2405037 784234 509274 185226 -152109 -149820 120052 47575 87544 18351 76681 56006 -15391 -5635 63680 90394 52589 18988 117250 -224650
2009 -251010 -948313 -237216 20580 173280 600429 472410 -154744 74575 20436 61276 140922 39599 -61202 -242461
Total Assets 2007 2008 2687344 2592556 2265174 2125970 40856 40096 418678 290042 664935 574093 6637499 6239217 4837746 4530166 491824 412820 780672 717711 2010353 1863039 140844 112292 260766 263827 301737 309646 811519 913734 2279387 2123547
2009 2576148 1759150 830457 298389 543566 4549288 4937424 514999 709778 1113478 126772 297377 322871 923895 2547453
(X1) Percentage (%) 2007 2008 2009 -55.49 -5.16 -9.74 -41.28 -46.03 -53.91 45.70 46.66 -28.56 32.75 14.92 6.90 15.44 29.51 31.88 -36.23 12.57 13.20 10.53 4.09 9.57 -30.93 -36.29 -30.05 15.38 6.63 10.51 4.35 0.99 1.84 54.44 49.88 48.34 -5.90 -2.14 47.39 21.10 29.19 12.26 6.48 2.08 -6.62 5.14 -10.58 -9.52
160
Lampiran 2 Perhitungan Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
No
Nama Perusahaan 1 Apac Citra Centertex Tbk 2 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 4 Eratex Djaja Tbk 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk 7 Indorama Synthetics Tbk 8 Karwell Indonesia Tbk 9 Panasia Filament Inti Tbk 10 Panasia Indosyntec Tbk 11 Pan Brothers Tex Tbk 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 13 Roda Vivatex Tbk 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
Retained Earnings 2007 2008 2009 -679761 -790516 -882460 -1015014 -1001346 -1237694 3541 3717 5846 22093 -25945 -51139 145850 114166 101368 -2345618 -1547303 -1089119 583561 587753 686542 -225324 -249459 -253490 -152632 -195118 -254509 -901682 -930958 -947525 31326 28588 38021 -140287 -136675 -109366 122859 129539 141125 42499 51117 2563 54964 -20517 -180533
Total Assets 2007 2008 2687344 2592556 2265174 2125970 40856 40096 418678 290042 664935 574093 6637499 6239217 4837746 4530166 491824 412820 780672 717711 2010353 1863039 140844 112292 260766 263827 301737 309646 811519 913734 2279387 2123547
2009 2576148 1759150 830457 298389 543566 4549288 4937424 514999 709778 1113478 126772 297377 322871 923895 2547453
X2 Percentage (%) 2007 2008 -25.29 -30.49 -44.81 -47.10 8.67 9.27 5.28 -8.95 21.93 19.89 -35.34 -24.80 12.06 12.97 -45.81 -60.43 -19.55 -27.19 -44.85 -49.97 22.24 25.46 -53.80 -51.80 40.72 41.83 5.24 5.59 2.41 -0.97
2009 -34.26 -70.36 0.70 17.14 18.65 -23.94 13.90 -49.22 -35.86 -85.10 29.99 -36.78 43.71 0.28 -7.09
161
Lampiran 3 Perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
No
Nama Perusahaan 2007 1 Apac Citra Centertex Tbk 12589 Argo Pantes Tbk 2 -10946 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk -854 Eratex Djaja Tbk 4 -14022 5 Ever Shine Textile Industry Tbk -6862 6 GT Petrochem Industries Tbk -66430 7 Indorama Synthetics Tbk 146946 8 Karwell Indonesia Tbk -12207 9 Panasia Filament Inti Tbk -41795 10 Panasia Indosyntec Tbk -74141 11 Pan Brothers Tex Tbk 26484 12 Ricky Putra Globalindo Tbk -15585 Roda Vivatex Tbk 13 -19534 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 20841 Tifico Tbk 15 -32508
EBIT 2008 -62379 -80098 -780 -44556 -39472 4335 101325 -11541 -76087 -131411 7326 558 3272 10363 -16886
2009 -14044 -93980 9241 9705 -7082 462658 111240 30322 -57098 -46902 8599 26177 12587 -12766 -28625
Total Assets 2007 2008 2687344 2592556 2265174 2125970 40856 40096 418678 290042 664935 574093 6637499 6239217 4837746 4530166 491824 412820 780672 717711 2010353 1863039 140844 112292 260766 263827 301737 309646 811519 913734 2279387 2123547
2009 2576148 1759150 830457 298389 543566 4549288 4937424 514999 709778 1113478 126772 297377 322871 923895 2547453
X3 Percentage (%) 2007 2008 0.47 -2.41 -0.48 -3.77 -2.09 -1.95 -3.35 -15.36 -1.03 -6.88 -1.00 0.07 3.04 2.24 -2.48 -2.80 -5.35 -10.60 -3.69 -7.05 18.80 6.52 -5.98 0.21 -6.47 1.06 2.57 1.13 -1.43 -0.80
2009 -0.55 -5.34 1.11 3.25 -1.30 10.17 2.25 5.89 -8.04 -4.21 6.78 8.80 3.90 -1.38 -1.12
162
Lampiran 4 Perhitungan Market Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
No
Nama Perusahaan
Close Price Total Listed Shares Market Capitalization Liabilities (X4) Percentage (%) 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 1 Apac Citra Centertex Tbk 110 175 130 534667 534667 767667 58813 93567 99797 2816389 1915103 2048469 2.90 4.89 4.87 2 Argo Pantes Tbk 700 1300 1325 132353 132353 132353 92647 172059 175368 2277498 2124752 1983059 4.07 8.10 8.84 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 90 120 120 20577 20577 277790 1852 2469 33335 14805 13884 546606 12.51 17.78 6.10 4 Eratex Djaja Tbk 200 210 130 49118 49118 49118 9824 10315 6385 339660 262717 297078 2.89 3.93 2.15 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 300 125 80 201521 201521 201521 60456 25190 16122 276107 214371 198378 21.90 11.75 8.13 6 GT Petrochem Industries Tbk 110 375 345 1120000 1120000 1944590 123200 420000 670884 7798613 6601155 3079865 1.58 6.36 21.78 7 Indorama Synthetics Tbk 450 525 625 327176 327176 327176 147229 171767 204485 2820089 2581733 2743174 5.22 6.65 7.45 8 Karwell Indonesia Tbk 350 410 410 293576 293576 293576 102752 120366 120366 422433 369948 475660 24.32 32.54 25.31 9 Panasia Filament Inti Tbk 100 95 100 125000 125000 187536 12500 11875 18754 654383 633908 606634 1.91 1.87 3.09 10 Panasia Indosyntec Tbk 200 275 500 266000 266000 354286 53200 73150 177143 1708635 1592882 837849 3.11 4.59 21.14 11 Pan Brothers Tex Tbk 2000 385 405 38400 38400 38400 76800 14784 15552 66895 38171 46019 114.81 38.73 33.79 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 40 110 355 144000 144000 320859 5760 15840 113905 246508 246419 78120 2.34 6.43 145.81 13 Roda Vivatex Tbk 1000 900 825 134400 134400 134400 134400 120960 110880 48751 50634 52236 275.69 238.89 212.27 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 90 140 150 209177 209177 209177 18826 29285 313766 530594 574359 633075 3.55 5.10 49.56 15 Tifico Tbk 240 230 255 465000 465000 465000 111600 106950 118575 1425160 1385908 1888334 7.83 7.72 6.28
163
Lampiran 5 Perhitungan Sales to Total Assets Ratio (X5) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
No
Nama Perusahaan 2007 1 Apac Citra Centertex Tbk 1955031 2 1033464 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 71816 4 363804 Eratex Djaja Tbk 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 417869 6 GT Petrochem Industries Tbk 2935694 7 Indorama Synthetics Tbk 2834824 8 Karwell Indonesia Tbk 540637 9 Panasia Filament Inti Tbk 559865 10 Panasia Indosyntec Tbk 1164127 11 Pan Brothers Tex Tbk 300118 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 234902 13 Roda Vivatex Tbk 196859 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 507144 15 Tifico Tbk 1570829
Sales 2008 1912468 1028794 81189 391008 376682 3059049 3008769 525007 371625 978309 264225 207634 178589 526184 1946954
2009 2165991 982371 311638 426083 487609 4481624 3936841 583340 403333 1073768 307709 222256 178585 548070 2590237
Total Assets 2007 2008 2687344 2592556 2265174 2125970 40856 40096 418678 290042 664935 574093 6637499 6239217 4837746 4530166 491824 412820 780672 717711 2010353 1863039 140844 112292 260766 263827 301737 309646 811519 913734 2279387 2123547
2009 2576148 1759150 830457 298389 543566 4549288 4937424 514999 709778 1113478 126772 297377 322871 923895 2547453
X5 Percentage (%) 2007 2008 0.73 0.74 0.46 0.48 1.76 2.02 0.87 1.35 0.63 0.66 0.44 0.49 0.59 0.66 1.10 1.27 0.72 0.52 0.58 0.53 2.13 2.35 0.90 0.79 0.65 0.58 0.62 0.58 0.69 0.92
2009 0.84 0.56 0.38 1.43 0.90 0.99 0.80 1.13 0.57 0.96 2.43 0.75 0.55 0.59 1.02
164
Lampiran 6 Rata – Rata Rasio Keuangan Altman Tahun 2007 – 2009 No
Nama Perusahaan
X1 Percentage (%) 2007 2008 1 Apac Citra Centertex Tbk -55.49 -5.16 2 Argo Pantes Tbk -41.28 -46.03 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 45.70 46.66 4 Eratex Djaja Tbk 32.75 14.92 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 15.44 29.51 6 GT Petrochem Industries Tbk -36.23 12.57 7 Indorama Synthetics Tbk 10.53 4.09 8 Karwell Indonesia Tbk -30.93 -36.29 9 Panasia Filament Inti Tbk 15.38 6.63 10 Panasia Indosyntec Tbk 4.35 0.99 11 Pan Brothers Tex Tbk 54.44 49.88 12 Ricky Putra Globalindo Tbk -5.90 -2.14 13 Roda Vivatex Tbk 21.10 29.19 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 6.48 2.08 15 Tifico Tbk 5.14 -10.58 Rata - Rata 2.77 6.42 Tertinggi 54.44 49.88 Terendah -55.49 -46.03
2009 -9.74 -53.91 -28.56 6.90 31.88 13.20 9.57 -30.05 10.51 1.84 48.34 47.39 12.26 -6.62 -9.52 2.90 48.34 -53.91
X2 Percentage (%) 2007 2008 -25.29 -30.49 -44.81 -47.10 8.67 9.27 5.28 -8.95 21.93 19.89 -35.34 -24.80 12.06 12.97 -45.81 -60.43 -19.55 -27.19 -44.85 -49.97 22.24 25.46 -53.80 -51.80 40.72 41.83 5.24 5.59 2.41 -0.97 -10.06 -12.44 40.72 41.83 -53.91 -60.43
2009 -34.26 -70.36 0.70 17.14 18.65 -23.94 13.90 -49.22 -35.86 -85.10 29.99 -36.78 43.71 0.28 -7.09 -16.83 43.71 -85.10
X3 Percentage (%) 2007 2008 0.47 -2.41 -0.48 -3.77 -2.09 -1.95 -3.35 -15.36 -1.03 -6.88 -1.00 0.07 3.04 2.24 -2.48 -2.80 -5.35 -10.60 -3.69 -7.05 18.80 6.52 -5.98 0.21 -6.47 1.06 2.57 1.13 -1.43 -0.80 -0.57 -2.69 18.80 6.52 -6.47 -15.36
X4 Percentage (%) 2009 2007 2008 -0.55 2.90 4.89 -5.34 4.07 8.10 1.11 12.51 17.78 3.25 2.89 3.93 -1.30 21.90 11.75 10.17 1.58 6.36 2.25 5.22 6.65 5.89 24.32 32.54 -8.04 1.91 1.87 -4.21 3.11 4.59 6.78 114.81 38.73 8.80 2.34 6.43 3.90 275.69 238.89 -1.38 3.55 5.10 -1.12 7.83 7.72 1.35 32.25 26.36 10.17 275.69 238.89 -8.04 1.58 1.87
X5 Percentage (%) 2009 2007 2008 2009 4.87 0.73 0.74 0.84 8.84 0.46 0.48 0.56 6.10 1.76 2.02 0.38 2.15 0.87 1.35 1.43 8.13 0.63 0.66 0.90 21.78 0.44 0.49 0.99 7.45 0.59 0.66 0.80 25.31 1.10 1.27 1.13 3.09 0.72 0.52 0.57 21.14 0.58 0.53 0.96 33.79 2.13 2.35 2.43 145.81 0.90 0.79 0.75 212.27 0.65 0.58 0.55 49.56 0.62 0.58 0.59 6.28 0.69 0.92 1.02 37.10 0.86 0.93 0.93 212.27 2.13 2.35 2.43 2.15 0.44 0.48 0.38
165
Lampiran 7 Perhitungan Z-Score Altman Tahun 2007 – 2009
No
Nama Perusahaan 1 Apac Citra Centertex Tbk 2 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 4 Eratex Djaja Tbk 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk 7 Indorama Synthetics Tbk 8 Karwell Indonesia Tbk 9 Panasia Filament Inti Tbk 10 Panasia Indosyntec Tbk 11 Pan Brothers Tex Tbk 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 13 Roda Vivatex Tbk 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
X1 (0.717) 2007 2008 -55.49 -5.16 -41.28 -46.03 45.70 46.66 32.75 14.92 15.44 29.51 -36.23 12.57 10.53 4.09 -30.93 -36.29 15.38 6.63 4.35 0.99 54.44 49.88 -5.90 -2.14 21.10 29.19 6.48 2.08 5.14 -10.58
2009 -9.74 -53.91 -28.56 6.90 31.88 13.20 9.57 -30.05 10.51 1.84 48.34 47.39 12.26 -6.62 -9.52
X2 (0.847) 2007 2008 -25.29 -30.49 -44.81 -47.10 8.67 9.27 5.28 -8.95 21.93 19.89 -35.34 -24.80 12.06 12.97 -45.81 -60.43 -19.55 -27.19 -44.85 -49.97 22.24 25.46 -53.80 -51.80 40.72 41.83 5.24 5.59 2.41 -0.97
2009 -34.26 -70.36 0.70 17.14 18.65 -23.94 13.90 -49.22 -35.86 -85.10 29.99 -36.78 43.71 0.28 -7.09
X3 (3.107) 2007 2008 0.47 -2.41 -0.48 -3.77 -2.09 -1.95 -3.35 -15.36 -1.03 -6.88 -1.00 0.07 3.04 2.24 -2.48 -2.80 -5.35 -10.60 -3.69 -7.05 18.80 6.52 -5.98 0.21 -6.47 1.06 2.57 1.13 -1.43 -0.80
2009 -0.55 -5.34 1.11 3.25 -1.30 10.17 2.25 5.89 -8.04 -4.21 6.78 8.80 3.90 -1.38 -1.12
X4 (0.420) 2007 2008 2.90 4.89 4.07 8.10 12.51 17.78 2.89 3.93 21.90 11.75 1.58 6.36 5.22 6.65 24.32 32.54 1.91 1.87 3.11 4.59 114.81 38.73 2.34 6.43 275.69 238.89 3.55 5.10 7.83 7.72
2009 4.87 8.84 6.10 2.15 8.13 21.78 7.45 25.31 3.09 21.14 33.79 145.81 212.27 49.56 6.28
X5 (0.998) 2007 2008 0.73 0.74 0.46 0.48 1.76 2.02 0.87 1.35 0.63 0.66 0.44 0.49 0.59 0.66 1.10 1.27 0.72 0.52 0.58 0.53 2.13 2.35 0.90 0.79 0.65 0.58 0.62 0.58 0.69 0.92
2009 0.84 0.56 0.38 1.43 0.90 0.99 0.80 1.13 0.57 0.96 2.43 0.75 0.55 0.59 1.02
Z - Score 2007 2008 0.140 0.389 -0.214 -0.333 2.145 2.443 1.056 0.918 0.985 0.874 -0.144 0.398 0.883 0.895 0.513 0.545 0.505 0.015 0.129 -0.087 3.771 3.284 0.224 0.368 2.102 2.179 0.804 0.698 0.734 0.842
2009 0.482 -0.552 0.241 1.441 1.279 1.287 1.086 0.785 0.104 0.208 3.378 1.66 2.020 1.129 0.881
166
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Z-Score Altman Tahun 2007 – 2009
No
Nama Perusahaan
1 Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk 2 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk 4 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk 7 Indorama Synthetics Tbk Karwell Indonesia Tbk 8 9 Panasia Filament Inti Tbk Panasia Indosyntec Tbk 10 11 Pan Brothers Tex Tbk 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 13 Roda Vivatex Tbk 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
2007 0.140 -0.214 2.145 1.056 0.985 -0.144 0.883 0.513 0.505 0.129 3.771 0.224 2.102 0.804 0.734
Z-Score 2008 0.389 -0.333 2.443 0.918 0.874 0.398 0.895 0.545 0.015 -0.087 3.284 0.368 2.179 0.698 0.842
2009 0.482 -0.552 0.241 1.441 1.279 1.287 1.086 0.785 0.104 0.208 3.378 1.663 2.02 1.129 0.881
167
Lampiran 9 Nilai Cut – Off Z-Score Altman Tahun 2007 No Nama Perusahaan > 2.90 Tidak Bangkrut
Apac Citra Centertex Tbk 1 2 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk 4 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk 7 Karwell Indonesia Tbk 8 Panasia Filament Inti Tbk 9 Panasia Indosyntec Tbk 10 Pan Brothers Tex Tbk 11 12 Ricky Putra Globalindo Tbk Roda Vivatex Tbk 13 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
Z-Score 1.20 - 2.90 Rawan Bangkrut
< 1.20 Bangkrut 0.140 -0.214
2.145 1.056 0.985 -0.144 0.883 0.513 0.505 0.129 3.771 0.224 2.102 0.804 0.734
168
Lampiran 10 Nilai Cut – Off Z-Score Altman Tahun 2008 No Nama Perusahaan > 2.90 Tidak Bangkrut
1 Apac Citra Centertex Tbk 2 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 4 Eratex Djaja Tbk 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk 7 Indorama Synthetics Tbk 8 Karwell Indonesia Tbk 9 Panasia Filament Inti Tbk 10 Panasia Indosyntec Tbk 11 Pan Brothers Tex Tbk 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 13 Roda Vivatex Tbk 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
Z-Score 1.20 - 2.90 Rawan Bangkrut
< 1.20 Bangkrut 0.389 -0.333
2.443 0.918 0.874 0.398 0.895 0.545 0.015 -0.087 3.284 0.368 2.179 0.698 0.842
169
Lampiran 11 Nilai Cut – Off Z-Score Altman Tahun 2009 No Nama Perusahaan > 2.90 Tidak Bangkrut
1 Apac Citra Centertex Tbk 2 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk 4 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk 7 Indorama Synthetics Tbk 8 Karwell Indonesia Tbk 9 Panasia Filament Inti Tbk 10 Panasia Indosyntec Tbk Pan Brothers Tex Tbk 11 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 13 Roda Vivatex Tbk 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
Z-Score 1.20 - 2.90 Rawan Bangkrut
< 1.20 Bangkrut 0.482 -0.552 0.241
1.441 1.279 1.287 1.086 0.785 0.104 0.208 3.378 1.663 2.02 1.129 0.881
170
Lampiran 12 TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN TAHUN 2007 – 2009
No Nama Perusahaan 1 Apac Citra Centertex Tbk 2 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 4 Eratex Djaja Tbk 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk 7 Indorama Synthetics Tbk 8 Karwell Indonesia Tbk 9 Panasia Filament Inti Tbk 10 Panasia Indosyntec Tbk 11 Pan Brothers Tex Tbk 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 13 Roda Vivatex Tbk 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
2007 Nilai Z Prediksi Nilai Z 0.140 Bangkrut -0.214 Bangkrut 2.145 Rawan Bangkrut 1.056 Bangkrut 0.985 Bangkrut -0.144 Bangkrut 0.883 Bangkrut 0.513 Bangkrut 0.505 Bangkrut 0.129 Bangkrut 3.771 Tidak Bangkrut 0.224 Bangkrut 2.102 Rawan Bangkrut 0.804 Bangkrut 0.734 Bangkrut
2008 2009 Prediksi Nilai Z Prediksi 0.389 Bangkrut 0.482 Bangkrut -0.333 Bangkrut -0.552 Bangkrut 2.443 Rawan Bangkrut 0.241 Bangkrut 0.918 Bangkrut 1.441 Rawan Bangkrut 0.874 Bangkrut 1.279 Rawan Bangkrut 0.398 Bangkrut 1.287 Rawan Bangkrut 0.895 Bangkrut 1.086 Bangkrut 0.545 Bangkrut 0.785 Bangkrut 0.015 Bangkrut 0.104 Bangkrut -0.087 Bangkrut 0.208 Bangkrut 3.284 Tidak Bangkrut 3.378 Tidak Bangkrut 0.368 Bangkrut 1.663 Rawan Bangkrut 2.179 Rawan Bangkrut 2.02 Rawan Bangkrut 0.698 Bangkrut 1.129 Bangkrut 0.842 Bangkrut 0.881 Bangkrut
171
Lampiran 13 Perhitungan Transportation Expense to Operating Revenue Ratio (X) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
No
Transportation Expense 2007 2008 2009 Apac Citra Centertex Tbk 161499 164732 179193 Argo Pantes Tbk 68142 72001 58358 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 9392 6628 9554 Eratex Djaja Tbk 57163 60703 47283 Ever Shine Textile Industry Tbk 27294 25158 30969 GT Petrochem Industries Tbk 137385 192505 142322 Indorama Synthetics Tbk 237067 244696 271845 Karwell Indonesia Tbk 47380 57263 48582 Panasia Filament Inti Tbk 54011 39113 53950 Panasia Indosyntec Tbk 100037 74595 73511 Pan Brothers Tex Tbk 32886 31394 35562 Ricky Putra Globalindo Tbk 34273 34122 38826 Roda Vivatex Tbk 19693 18477 17562 Sunson Textile Manufacture Tbk 29321 39991 34114 Tifico Tbk 62392 62203 83976
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Operating Revenue 2007 2008 2009 1955031 1912468 2165991 1033464 1028794 982371 71816 81189 311638 363804 391008 426083 417869 376682 487609 2935694 3059049 4481624 2834824 3008769 3936841 540637 525007 583340 559865 371625 403333 1164127 978309 1073768 300118 264225 307709 234902 207634 222256 196859 178585 178585 507144 526184 548070 1570829 1946954 2590237
TE/OR (X) 2007 2008 0.083 0.086 0.066 0.070 0.131 0.082 0.157 0.155 0.065 0.067 0.047 0.063 0.084 0.081 0.088 0.109 0.096 0.105 0.086 0.076 0.110 0.119 0.146 0.164 0.100 0.103 0.058 0.076 0.040 0.032
2009 0.083 0.059 0.031 0.111 0.064 0.032 0.069 0.083 0.134 0.068 0.116 0.175 0.10 0.062 0.032
172
Lampiran 14 Perhitungan Time Interest Earned Ratio (Y) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
No
Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2007 Apac Citra Centertex Tbk 12589 Argo Pantes Tbk -10946 Daeyu Orchid Indonesia Tbk -854 Eratex Djaja Tbk -14022 Ever Shine Textile Industry Tbk -6862 GT Petrochem Industries Tbk -66430 Indorama Synthetics Tbk 146946 Karwell Indonesia Tbk -12207 Panasia Filament Inti Tbk -41795 Panasia Indosyntec Tbk -74141 Pan Brothers Tex Tbk 26484 Ricky Putra Globalindo Tbk -15585 Roda Vivatex Tbk -19534 Sunson Textile Manufacture Tbk 20841 Tifico Tbk -32508
EBIT 2008 -62379 -80098 -780 -44556 -39472 4335 101325 -11541 -76087 -131411 7326 558 3272 10363 -16886
2009 -14044 -93980 9241 9705 -7082 462658 111240 30322 -57098 -46902 8599 26177 12587 -12766 -28625
Interest Expense 2007 2008 2009 -172446 -227795 -158028 239542 10920 -250025 -220 -606 -8135 21209 -12020 -36958 8406 -1905 -11760 920660 257570 -309849 -89435 -41725 -46828 675 -18078 -28624 74960 22109 -9117 154616 63019 35236 -3815 1059 3274 16289 3274 -629 3391 5156 3485 19297 536 -53729 -18609 -66481 -112400
2007 -0.073 -0.046 3.882 -0.661 -0.816 -0.072 -1.643 -18.084 -0.558 -0.480 -6.942 -0.957 -5.761 1.080 1.747
TIE (Y) 2008 0.274 -7.335 1.287 3.707 20.720 0.017 -2.428 0.638 -3.441 -2.085 6.918 0.170 0.635 19.334 0.254
2009 0.089 0.376 -1.136 -0.263 0.602 -1.493 -2.376 -1.059 6.263 -1.331 2.626 -41.617 3.61 0.238 0.255
173
Lampiran 15 Rata – Rata Rasio Keuangan Foster Tahun 2007 – 2009
No
Nama Perusahaan 1 Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk 2 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 4 Eratex Djaja Tbk 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk 7 Karwell Indonesia Tbk 8 9 Panasia Filament Inti Tbk Panasia Indosyntec Tbk 10 11 Pan Brothers Tex Tbk 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 13 Roda Vivatex Tbk 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk Rata - Rata Tertinggi Terendah
2007 0.083 0.066 0.131 0.157 0.065 0.047 0.084 0.088 0.096 0.086 0.110 0.146 0.100 0.058 0.040 0.090 0.157 0.040
TE/OR (X) 2008 0.086 0.070 0.082 0.155 0.067 0.063 0.081 0.109 0.105 0.076 0.119 0.164 0.103 0.076 0.032 0.093 0.164 0.032
2009 0.083 0.059 0.031 0.111 0.064 0.032 0.069 0.083 0.134 0.068 0.116 0.175 0.10 0.062 0.032 0.081 0.175 0.031
2007 -0.073 -0.046 3.882 -0.661 -0.816 -0.072 -1.643 -18.084 -0.558 -0.480 -6.942 -0.957 -5.761 1.080 1.747 -1.959 3.882 -18.084
TIE (Y) 2008 0.274 -7.335 1.287 3.707 20.720 0.017 -2.428 0.638 -3.441 -2.085 6.918 0.170 0.635 19.334 0.254 2.578 20.720 -7.335
2009 0.089 0.376 -1.136 -0.263 0.602 -1.493 -2.376 -1.059 6.263 -1.331 2.626 -41.617 3.61 0.238 0.255 -2.348 6.263 6.263
174
Lampiran 16 Perhitungan Z-Score Foster Tahun 2007 – 2009
No
Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk Karwell Indonesia Tbk Panasia Filament Inti Tbk Panasia Indosyntec Tbk Pan Brothers Tex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk Tifico Tbk
X (-3.366) 2007 2008 -0.278 -0.290 -0.222 -0.236 -0.440 -0.275 -0.529 -0.523 -0.220 -0.225 -0.158 -0.212 -0.281 -0.274 -0.295 -0.367 -0.325 -0.354 -0.289 -0.257 -0.369 -0.400 -0.491 -0.553 -0.337 -0.348 -0.195 -0.256 -0.134 -0.108
2009 -0.278 -0.200 -0.103 -0.374 -0.214 -0.107 -0.232 -0.280 -0.450 -0.230 -0.389 -0.588 -0.331 -0.210 -0.109
2007 -0.048 -0.030 2.550 -0.434 -0.536 -0.047 -1.079 -11.881 -0.366 -0.315 -4.561 -0.629 -3.785 0.710 1.148
Y (0.657) 2008 0.180 -4.819 0.846 2.435 13.613 0.011 -1.595 0.419 -2.261 -1.370 4.545 0.112 0.417 12.702 0.167
2009 0.058 0.247 -0.746 -0.173 0.396 -0.981 -1.561 -0.696 4.115 -0.875 1.726 -27.342 2.373 0.156 0.167
2007 -0.326 -0.252 2.110 -0.963 -0.756 -0.205 -1.361 -12.176 -0.691 -0.604 -4.930 -1.120 -4.121 0.515 1.014
Z - Score 2008 -0.110 -5.055 0.571 1.913 13.388 -0.201 -1.869 0.052 -2.615 -1.627 4.145 -0.441 0.069 12.447 0.059
2009 -0.220 0.047 -0.850 -0.546 0.182 -1.088 -1.793 -0.976 3.664 -1.105 1.337 -27.930 2.042 -0.053 0.058
175
Lampiran 17 Hasil Perhitungan Z-Score Tahun 2007 – 2009
No
Z-Score
Nama Perusahaan 1 Apac Citra Centertex Tbk 2 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk 4 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk 7 Indorama Synthetics Tbk Karwell Indonesia Tbk 8 9 Panasia Filament Inti Tbk 10 Panasia Indosyntec Tbk 11 Pan Brothers Tex Tbk 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 13 Roda Vivatex Tbk 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
2007 -0.326 -0.252 2.11 -0.963 -0.756 -0.205 -1.361 -12.176 -0.691 -0.604 -4.930 -1.120 -4.121 0.515 1.014
2008 -0.110 -5.055 0.571 1.913 13.388 -0.201 -1.869 0.052 -2.615 -1.627 4.145 -0.441 0.069 12.447 0.059
2009 -0.220 0.047 -0.850 -0.546 0.182 -1.088 -1.793 -0.976 3.664 -1.105 1.337 -27.93 2.042 -0.053 0.058
176
Lampiran 18 Nilai Cut – Off Z-Score Foster Tahun 2007
No
Nama Perusahaan
Apac Citra Centertex Tbk 1 2 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk 4 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk 7 Karwell Indonesia Tbk 8 Panasia Filament Inti Tbk 9 Panasia Indosyntec Tbk 10 Pan Brothers Tex Tbk 11 12 Ricky Putra Globalindo Tbk Roda Vivatex Tbk 13 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
Z-Score < 0.640 > 0.640 Bangkrut Tidak Bangkrut -0.326 -0.252 2.110 -0.963 -0.756 -0.205 -1.361 -12.176 -0.691 -0.604 -4.930 -1.120 -4.121 0.515 1.014
177
Lampiran 19 Nilai Cut – Off Z-Score Foster Tahun 2008
No
Nama Perusahaan
1 Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk 2 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk 4 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk 7 Karwell Indonesia Tbk 8 Panasia Filament Inti Tbk 9 10 Panasia Indosyntec Tbk Pan Brothers Tex Tbk 11 12 Ricky Putra Globalindo Tbk Roda Vivatex Tbk 13 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
Z-Score < 0.640 Bangkrut -0.110 -5.055 0.571
> 0.640 Tidak Bangkrut
1.913 13.388 -0.201 -1.869 0.052 -2.615 -1.627 4.145 -0.441 0.069 12.447 0.059
178
Lampiran 20 Nilai Cut – Off Z-Score Foster Tahun 2009
Nama Perusahaan
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk Daeyu Orchid Indonesia Tbk Eratex Djaja Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk Karwell Indonesia Tbk Panasia Filament Inti Tbk Panasia Indosyntec Tbk Pan Brothers Tex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk Tifico Tbk
Z-Score < 0.640 Bangkrut -0.220 0.047 -0.850 -0.546 0.182 -1.088 -1.793 -0.976
> 0.640 Tidak Bangkrut
3.664 -1.105 1.337 -27.930 2.042 -0.053 0.058
179
Lampiran 21 TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL FOSTER TAHUN 2007 – 2009
No
Nama Perusahaan 1 Apac Citra Centertex Tbk 2 Argo Pantes Tbk 3 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 4 Eratex Djaja Tbk 5 Ever Shine Textile Industry Tbk 6 GT Petrochem Industries Tbk 7 Indorama Synthetics Tbk 8 Karwell Indonesia Tbk 9 Panasia Filament Inti Tbk 10 Panasia Indosyntec Tbk 11 Pan Brothers Tex Tbk 12 Ricky Putra Globalindo Tbk 13 Roda Vivatex Tbk 14 Sunson Textile Manufacture Tbk 15 Tifico Tbk
2007 2008 2009 Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi -0.326 Bangkrut -0.110 Bangkrut -0.220 Bangkrut -0.252 Bangkrut -5.055 Bangkrut 0.047 Bangkrut 2.110 Tidak Bangkrut 0.571 Bangkrut -0.850 Bangkrut -0.963 Bangkrut 1.913 Tidak Bangkrut -0.546 Bangkrut -0.756 Bangkrut 13.388 Tidak Bangkrut 0.182 Bangkrut -0.205 Bangkrut -0.201 Bangkrut -1.088 Bangkrut -1.361 Bangkrut -1.869 Bangkrut -1.793 Bangkrut -12.176 Bangkrut 0.052 Bangkrut -0.976 Bangkrut -0.691 Bangkrut -2.615 Bangkrut 3.664 Tidak Bangkrut -0.604 Bangkrut -1.627 Bangkrut -1.105 Bangkrut -4.930 Bangkrut 4.145 Tidak Bangkrut 1.337 Tidak Bangkrut -1.12 Bangkrut -0.441 Bangkrut -27.930 Bangkrut -4.121 Bangkrut 0.069 Bangkrut 2.042 Tidak Bangkrut 0.515 Bangkrut 12.447 Tidak Bangkrut -0.053 Bangkrut 1.014 Tidak Bangkrut 0.059 Bangkrut 0.058 Bangkrut
180
Lampiran 22 Perhitungan Debt Ratio (Ratio Hitung) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
Total Hutang 2007 2008 2009 Apac Citra Centertex Tbk 2816389 1915103 2048469 Argo Pantes Tbk 2277498 2124752 1983059 Daeyu Orchid Indonesia Tbk 14805 13884 546606 339660 262717 297078 Eratex Djaja Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk 276107 214371 198378 GT Petrochem Industries Tbk 7798613 6601155 3079865 Indorama Synthetics Tbk 2820089 2581733 2743174 422433 369948 475660 Karwell Indonesia Tbk Panasia Filament Inti Tbk 654383 633908 606634 Panasia Indosyntec Tbk 1708635 1592882 837849 66895 38171 46019 Pan Brothers Tex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk 246508 246419 78120 48751 50634 52236 Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk 530594 574359 633075 1425160 1385908 1888334 Tifico Tbk
Nama Perusahaan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Total Aktiva 2007 2008 2687344 2592556 2265174 2125970 40856 40096 418678 290042 664935 574093 6637499 6239217 4837746 4530166 491824 412820 780672 717711 2010353 1863039 140844 112292 260766 263827 301737 309646 811519 913734 2279387 2123547
Rasio Hutang 2007 2008 2009
2009 2576148 98% 74% 80% 1759150 101% 100% 113% 830457 36% 35% 65% 298389 81% 91% 100% 543566 42% 37% 36% 4549288 117% 106% 68% 4937424 58% 57% 56% 514999 86% 90% 92% 709778 84% 88% 85% 1113478 85% 85% 75% 126772 47% 34% 36% 297377 95% 93% 26% 322871 16% 16% 16% 923895 65% 63% 69% 2547453 63% 65% 74%
181
Lampiran 23 TINGKAT KEBANGKRUTAN MENURUT UNDANG – UNDANG KEPAILITAN NO. 37 TAHUN 2004 TAHUN 2007 – 2009
2007 2008 2009 Ratio Hutang Prediksi Ratio Hutang Prediksi Ratio Hutang Prediksi Apac Citra Centertex Tbk 98% Bangkrut 74% Bangkrut 80% Bangkrut Argo Pantes Tbk 101% Bangkrut 100% Bangkrut 113% Bangkrut Daeyu Orchid Indonesia Tbk 65% Bangkrut 36% Tidak Bangkrut 35% Tidak Bangkrut Eratex Djaja Tbk 81% Bangkrut 91% Bangkrut 100% Bangkrut Ever Shine Textile Industry Tbk 42% Tidak Bangkrut 37% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut GT Petrochem Industries Tbk 117% Bangkrut 106% Bangkrut 68% Bangkrut Indorama Synthetics Tbk 58% Bangkrut 57% Bangkrut 56% Bangkrut Karwell Indonesia Tbk 86% Bangkrut 90% Bangkrut 92% Bangkrut Panasia Filament Inti Tbk 84% Bangkrut 88% Bangkrut 85% Bangkrut Panasia Indosyntec Tbk 85% Bangkrut 85% Bangkrut 75% Bangkrut Pan Brothers Tex Tbk 47% Tidak Bangkrut 34% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut Ricky Putra Globalindo Tbk 95% Bangkrut 93% Bangkrut 26% Tidak Bangkrut Roda Vivatex Tbk 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut Sunson Textile Manufacture Tbk 65% Bangkrut 63% Bangkrut 69% Bangkrut Tifico Tbk 63% Bangkrut 65% Bangkrut 74% Bangkrut
No Nama Perusahaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
182
Hasil Group Statistics Antara Z-Score Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. ( dihitung secara periode )
Group Statistics ALTMAN & FOSTER ALTMAN & FOSTER 2007 1 2 ALTMAN & FOSTER 2008 1 2 ALTMAN & FOSTER 2009 1 2
N 15 15 15 15 15 15
Mean .90887 -1.59107 .89520 1.38173 1.02880 -1.81540
Std. Deviation 1.054604 3.411905 .998028 5.109408 .935213 7.356798
Std. Error Mean .272298 .880950 .257690 1.319243 .241471 1.899517
Hasil Group Statistics Antara Z-Score Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. ( dihitung secara akumulasi periode ) Group Statistics
ALTMAN DAN FOSTER
ALTMAN DAN FOSTER 1 2
N 45 45
Mean .94422 -.67491
Std. Deviation .976054 5.603818
Std. Error Mean .145502 .835368
183
Hasil Independent Samples Test Antara Z-Score Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. ( dihitung secara periode )
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F ALTMAN & FOSTER 2007 Equal variances assumed Equal variances not assumed ALTMAN & FOSTER 2008 Equal variances assumed Equal variances not assumed ALTMAN & FOSTER 2009 Equal variances assumed Equal variances not assumed
t-test for Equality of Means
Sig.
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
2.711
28
.011
2.499933
2.711
16.651
.015
2.499933
-.362
28
.720
-.486533
-.362
15.067
.722
-.486533
1.485
28
.149
2.844200
14.452
.159
2.844200
t
4.547
.042
8.921
.006
2.849
.103
1.485
df
Std. Error Difference .922073
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper .611152
4.388715
.922073
.551417
4.448449
1.344175
-3.239952
2.266885
1.344175
-3.350470
2.377403
1.914804
-1.078098
6.766498
1.914804
-1.250619
6.939019
Hasil Independent Samples Test Antara Z-Score Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. ( dihitung secara akumulasi periode)
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F ALTMAN DAN FOSTER
Equal variances assumed Equal variances not assumed
6.540
Sig. .012
t-test for Equality of Means
Sig. (2-tailed)
1.909
88
.059
1.619133
.847945
-.065979
3.304245
1.909
46.667
.062
1.619133
.847945
-.087033
3.325299
t
df
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
Mean Difference
184