Analisis Tindak Tutur dan Keberhasilan Komunikasi Dalam Naskah Drama Prima Klima Karya Fabian Schiedler B.Dana Pranesthi Wening dan Rita Maria Siahaan Program Studi Jerman, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak Skripsi ini membahas tentang kesinambungan tindak tutur dan keberhasilan komunikasi, pada percakapan antartokoh utama dan tokoh utama dengan tokoh lainnya dalam naskah drama Prima Klima karya Fabian Schiedler. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan kesinambungan antara tindak ilokusi dengan tindak perlokusi dalam percakapan dan faktor yang menentukan keberhasilan komunikasi ditinjau dari aspek pragmatis. Data dianalisis dengan menggunakan teori tindak tutur Austin dan Searle, dan teori prinsip kerja sama Grice. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil analisis menunjukkan, bahwa tidak selalu tercapai kesinambungan antar tindak ilokusi dengan tindak perlokusi pada percakapan tokoh dalam naskah drama Prima Klima. Sementara, hasil analisis terhadap keberhasilan komunikasi ditinjau dari prinsip kerja sama Grice, menunjukkan banyak terjadi pelanggaran terhadap maksim-maksim prinsip kerja sama, yang menyebabkan komunikasi tidak berhasil.
Analysis on Speech Acts and Communication Success in Prima Klima Play By Fabian Schiedler Abstract This undergraduate thesis is done to discuss the continuity of speech act and the communication success, between each main characters and the main character with other characters in Fabian Schiedler plays, Prima Klima. The purpose of this undergraduate thesis is to find the continuity between illocutionary act and perlocutionary act in the conversation and to find the factors that determine the success of the communication, in terms of pragmatic aspects. The data was analyzed using Austin und Searle Theory of Speech Act, and Grice Theory of Principle of Cooperation. This undergraduate thesis was conducted using descriptive qualitative method. The result of the analysis showed that the continuity between illocutionary act and perlocutionary act in Prima Klima plays is not always achieved. Meanwhile, the analysis done to the communication success using Grice Principle of Cooperation showed numbers of violations of the maxims of cooperation principle, thus result in communication failure. Keywords: Illocutionary and Perlocutionary act; Communication Success; environmental awareness; Prima Klima Play
Pendahuluan
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Dalam buku Studi Makna, Rahyono (2012 : 4) menjelaskan bahwa “komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan, atau pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat di dalamnya guna mencapai kesamaan makna“. Saat terjadi komunikasi, tentu saja, melibatkan peserta tutur, yakni orang yang berperan sebagai penutur dan mitra tutur. Ketika peserta tutur ingin memahami pesan atau ujaran yang disampaikan oleh lawan bicaranya, konteks adalah hal yang perlu diperhatikan, karena konteks sangat mempengaruhi makna ujaran tersebut. Dalam buku Doing Pragmatics, Grundy (2000 : 13) menyampaikan bahwa “In fact, the relationship between context and language is central in pragmatic.“, faktanya adalah bahwa hubungan antara konteks dan bahasa merupakan inti dari studi pragmatik. Pada prakteknya, sebuah komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila antarpeserta tutur memahami maksud yang disampaikan atau menemukan kesepakatan akhir bersama. Selain itu, komunikasi yang tidak berhasil terjadi karena maksud yang disampaikan tidak dapat dimengerti. Kegagalan dan keberhasilan komunikasi tersebut, disebabkan oleh berbagai macam faktor. Grundy (2000 : 73) mengutip teori Grice yang mengatakan, “…speakers intend to be cooperative when they talk,” bahwa para peserta tutur diharapkan untuk bekerja sama saat mereka sedang berbicara. Pemilihan naskah Prima Klima sebagai korpus data skripsi ini disebabkan pada percakapan antartokoh utama dan tokoh utama dengan tokoh lainnya, ditemukan permasalahan komunikasi. Permasalahan komunikasi yang muncul yaitu berupa ketidaksinambungan antara tindak ilokusi dengan tindak perlokusi dan pelanggaran terhadap prinsip kerja sama. Kedua permasalahan tersebut, mayoritas terjadi antara tokoh anak dengan orang tua. Kegagalan komunikasi muncul saat kedua belah pihak sama-sama mempertahankan pendapatnya masingmasing. Terdapat dua permasalahan yang diangkat pada penelitian ini yaitu apakah terjadi kesinambungan antara tindak ilokusi dan tindak perlokusi dalam naskah drama Prima Klima karya Fabian Schiedler, dan hal apakah yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan komunikasi antarsesama tokoh utama dan tokoh utama dengan tokoh lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan apakah ada kesinambungan pada percakapan antartokoh utama dan tokoh utama dengan tokoh lainnya, ditinjau dari tindak ilokusi dan perlokusi. Juga untuk menemukan faktor apa yang dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan komunikasi dalam naskah drama karya Fabian Schiedler yang berjudul Prima Klima.
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Tinjauan Teoritis Untuk meneliti kesinambungan tindak tutur dan keberhasilan komunikasi antartokoh pada naskah drama Prima Klima, saya menggunakan empat teori yaitu teori komponen pembentuk situasi komunikasi Hymes, teori tindak tutur Austin dan Searle, serta teori prinsip kerja sama Grice.
1. Teori Hymes Teori Hymes merupakan teori yang digunakan untuk menjabarkan komponen pembentuk situasi komunikasi atau konteks, yang terdapat pada setiap percakapan antartokoh. Hymes dikenal dengan delapan komponen pembentuk situasi komunikasi, yang disusun menjadi akronim S P E A K I N G. Kedelapan komponen tersebut (Components of Speech) yang terdapat dalam tulisan Hymes, Models of the Interaction of Language and Social Life, dalam buku Sociolinguistics : The Essential Readings karya Christina B. Paulston dan G. Richard Tucker (2003 : 40) adalah sebagai berikut : S P E A K I N
= setting and scene (waktu, tempat, situasi, dan konteks ketika komunikasi berlangsung) = participants (siapa berbicara dengan siapa; peserta tutur) = ends ; purpose and goals (tujuan dari sebuah percakapan) = act sequences (bentuk dan isi suatu ujaran) = key ; tone or spirit of act (nada, cara, dan “semangat” saat pesan disampaikan) = intrumentalities (pilihan jalur bahasa yang digunakan, lisan atau tulisan) = norms of interaction and interpretation (norma atau aturan dalam berinteraksi dan norma
penafsiran ujaran dari partisipan) G = genres (bentuk penyampaian ujaran, contohnya dapat berupa puisi, mitos, atau dongeng)
2. Teori Tindak Tutur Austin Henne (1975) dalam buku Sprachpragmatik menjelaskan mengenai teori tindak tutur Austin, yaitu Sprechakttheorie. Henne (1975 : 56) mengutip Austin, yang menjelaskan tentang performative Äußerung (ujaran performatif) yaitu „Äußerungen, die nichts beschreiben oder behaupten, sondern: „den Satz äußern heißt: es tun““. Dapat dikatakan bahwa ujaran performatif adalah ujaran yang bukan menjelaskan atau menyatakan apapun, melainkan bertujuan menindakkan sesuatu. Kesinambungan akan tercipta antara tindak ilokusi dengan perlokusi saat reaksi atau tanggapan dari mitra tutur sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Sebaliknya, ketika reaksi yang muncul tidak sesuai, maka kesinambungan komunikasi tidak akan
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
tercipta. Austin membagi tindak tutur menjadi tiga, yang terjadi secara simultan. Tindak tutur tersebut adalah (ibid.:57) : a. Tindak Lokusi (lokutiver Akt). ist der Akt, wenn jemand eine Äußerung tut, vollzieht er eine Handlung insofern, daß er etwas sagt. Man kann auch sagen, als ein Akt der somit die „Bedeutung“ der Äußerung bestimmt. (Tindakan saat seseorang membuat sebuah ujaran, untuk menunjukkan tindakan, bahwa ia mengatakan sesuatu. merupakan makna dasar dari sebuah ujaran.) b. Tindak Ilokusi (illokutiver Akt). ist der Akt, wenn der Sprecher den lokutiver Akt ausführt, übt er eine kommunikative Kraft auf den Hörer. In illokutiv ist also als „gleichzeitig“ zu interpretieren. Illokutiv soll also nach Austin verstanden werden als „performance of an act saying something“. (Mengacu pada Austin, tindak ilokusi adalah melakukan sesuatu dari apa yang diujarkan.) c. Tindak Perlokusi (perlokutiver Akt). Ist der Akt, der ein Konsequenz (Austin : consequential effect) aus dem illokutiven Aspekt gelten kann Kann man auch sagen als die Wirkung einer Sprachhandlung. (Tindak perlokusi adalah tindakan yang merupakan konsekuensi dari tindak ilokusi.)
3. Teori Tindak Tutur Searle Yule (1996 : 53) dalam buku Pragmatics membahas bahwa Searle membagi tindak ilokusi berdasarkan fungsinya. Tindak ilokusi yang dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan fungsi (ibid.:53-54) yaitu : -
Deklarasi, adalah tindak tutur yang dapat mengubah keadaan atau situasi dengan menggunakan ujaran.
-
Representatif, adalah tindak tutur yang menyatakan apa yang dipercaya oleh penutur kepada pendengar, sebagai sesuatu yang mereka percaya.
-
Ekspresif, adalah tindak tutur yang menyatakan apa yang dirasakan penutur dari sisi psikologisnya.
-
Direktif, adalah tindak tutur yang dapat memberikan dampak kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu setelah mendengar tuturan ini.
-
Komisif, adalah salah satu tindak tutur yang mengikat penutur pada sebuah tindakan di masa depan.
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
4. Teori Prinsip Kerja Sama Grice Busch mengambil kutipan dari Grice (1975 : 168) yang menjelaskan prinsip kerja sama (Kooperationsprinzip) : „Allgemeines Kooperationsprinzip : Mache deine Gesprächsbeitrag jeweils so, wie es von dem akzeptieren Zweck oder der akzeptieren Richtung des Gesprächs, an dem du teilnimmst, gerade verlangt wird.“ (Busch, 2008 : 220).
Dari kutipan tersebut Grice menjelaskan bahwa dengan prinsip kerja sama, seseorang diharapkan untuk dapat memberikan kontribusi pada suatu percakapan, yang Anda terlibat di dalamnya, seperti apa yang diminta atau sesuai dengan arah pembicaraan. Pada prinsip kerja sama terdapat empat maksim yang diharapkan dapat dipatuhi oleh penutur dan mitra tutur. Berikut ini adalah maksim dari prinsip kerja sama Grice yang diambil oleh Busch (ibid.:221). a. Quantität (Maksim Kuantitas), berikan kontribusi seperti yang diminta lawan bicara tanpa melebih-lebihkan informasi. b. Qualität (Maksim Kualitas), peserta tutur diharapkan memberikan informasi yang benar. c. Relation (Maksim Relasi), peserta tutur diharapkan untuk menyampaikan informasi yang relevan. d. Modalität (Maksim Cara), peserta tutur diharapkan untuk memberikan informasi secara jelas, menghindari kedwimaknaan, menyampaikan dengan singkat, dan teratur.
Metode Penelitian Pada penelitian ini saya menggunakan metode penelitian kualitatif, melalui studi pustaka yang bersifat deskriptif analitis. Penelitian terhadap korpus data akan ditinjau dari aspek pragmatis.
Pembahasan Tiga orang anak yang menjadi tokoh utama dalam drama Prima Klima karya Fabian Schiedler, adalah Rina, Marco, dan Kevin. Rina dan Marco masing-masing berumur sepuluh tahun, serta Kevin berumur sebelas tahun. Ketiga tokoh utama tersebut didukung oleh tokoh-tokoh lainnya yaitu ibu Rina (wanita karir, penulis), ayah Marco (seorang yang ahli yang bekerja dalam bidang
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
pertukangan), Abendroth (tokoh pecinta lingkungan), dan Borgstedt (ayah Rina). Analisis percakapan antartokoh yang terdapat pada sembilan babak yang dipilih, dikaitkan dengan empat teori yaitu teori komponen pembentuk situasi komunikasi Hymes, tindak tutur Austin dan Searle, serta teori prinsip kerja sama. Beberapa babak yang dipilih adalah babak yang mewakili inti jalannya cerita dan merupakan tujuan dari drama Prima Klima yaitu peduli lingkungan hidup. Pemilihan percakapan juga berdasarkan beberapa kriteria antara lain, dalam percakapan tersebut terdapat permasalahan komunikasi, adanya kesinambungan atau ketidaksinambungan antara tindak ilokusi dengan tindak perlokusi. Berikut ini adalah contoh analisis data terhadap percakapan antartokoh utama dan tokoh lainnya, dari babak-babak inti dalam drama Prima Klima. 1. ANALISIS DATA 1 / BABAK I / Halaman 4 Babak pembuka drama Prima Klima diawali dengan adegan Rina dan Kevin yang sedang berjalan bersama setelah pulang sekolah sambil bermain dan bercanda. Topik percakapan antara Rina dan Kevin adalah cuaca tidak menentu yang terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka, yang mereka rasakan saat pulang sekolah. Komponen pembentuk situasi komunikasi Hymes pada analisis pertama ini, antara lain lokasi percakapan antara Rina dan Kevin terjadi di pinggir jalan raya, saat mereka pulang sekolah. Mereka berdua berbincang sambil bercanda dan kedua anak ini bercakap-cakap dengan suasana hati yang gembira. Dialog antara Rina dengan Kevin yang menjadi fokus pembahasan adalah saat Kevin menyatakan kepada Rina mengenai cuaca hari itu yang panas sekali dan sudah lebih panas dari musim panas lalu di Nassau. KEVIN : Geil! Das tut gut. – Ej, erst Pfingstferien und schon heißer als letzten Sommer in Nassau! (Gila! Seger, enak banget rasanya. Eh baru aja libur Paskah tapi udah lebih panas dari musim panas lalu di Nassau!). RINA : Nassau? Da wohnt meine Tante. Da hat’s letzten Sommer aber nur geregnet. (Nassau? Tanteku tinggal di sana. Tetapi musim panas tahun lalu di sana hanya hujan.) KEVIN : Was denn, du hast ne Tante auf’n Bahamas? (Apa, kamu punya tante di Bahama?) RINA : Mann, in Sachsen. In Nassau. (Ya ampun, di Nassau, Sachsen). KEVIN : Mann, und ich rede von Nassau auf’n Bahamas! (Yah, yang aku maksud Nassau yang di Bahama!).
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Ditinjau dari teori tindak tutur Austin, ketidaksinambungan terjadi antara tindak ilokusi Kevin dan tindak perlokusi Rina, karena adanya perbedaan acuan mengenai lokasi Nassau. Nassau yang dimaksud Kevin adalah Nassau yang terletak di Bahama, sementara Nassau yang dipahami oleh Rina adalah Nassau di Sachsen tempat tinggal tantenya. Dapat
disimpulkan
bahwa
percakapan
antara
Rina
dan
Kevin
mengalami
ketidaksinambungan karena perbedaan acuan kota Nassau. Ditinjau dari teori tindak tutur Searle, ujaran Kevin merupakan jenis tindak ilokusi representatif, yaitu saat ia mengatakan kota Nassau sebagai acuan mengenai cuaca. Ditinjau dari prinsip kerja sama Grice pada perbincangan mengenai kota Nassau terdapat pelanggaran terhadap prinsip kerja sama, yakni maksim kuantitas dan cara. Dapat disimpulkan bahwa pada analisis data satu komunikasi tidak berhasil dan faktor yang menyebabkan komunikasi tidak berhasil adalah karena penutur tidak memberikan informasi yang dibutuhkan dengan jelas. 2. ANALISIS DATA 4 / BABAK III / Halaman 11 Tampak pada babak ketiga ini, ketiga tokoh utama yaitu Rina, Kevin, dan Marco. Rina berperan sebagai penengah saat adu mulut terjadi antara kedua temannya itu. Komponen pembentuk situasi komunikasi pada analisis data ini ditinjau dari teori Hymes menunjukkan, bahwa topik pembicaraan mereka adalah membicarakan bagaimana cara untuk bisa memanjat tembok tinggi dan besar rumah Abendroth. Kevin menginginkan Marco untuk pergi menjauh, karena ia merasa tidak mengundang Marco dalam misinya bersama Rina, serta Kevin merasa curiga bahwa Rina yang mengajak Marco. Percakapan mereka berlangsung tepat persis di sebelah tembok pembatas rumah Abendroth, „Am nächsten Tag. Abendroths Grundstück”. Nada bicara Kevin kepada Marco agak tinggi karena ia merasa tidak mengajak Marco ikut. Dialog yang menjadi fokus pembahasan adalah saat ketiga anak ini mencoba untuk memanjat tembok. RINA
KEVIN MARCO RINA
off: Seid doch mal ruhig, sonst hört der Alte uns noch. Helft mir lieber mal rauf. (Kalian berdua diam dong, nanti si Pak Tua bisa mendengar kita. Ayo lebih baik bantu aku naik.). off: Wie denn? (Bagaimana caranya?) off: Na schieben. So! (Nah dorong ke atas. Ayo!). ihr Kopf erscheint: Ej, ich sagte schieben, nicht grapschen! fällt zurück, off: Aua! (Ehh, sudah kubilang dorong, bukan ditarik! Jatuh lagi Auuu!).
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Ditinjau dari teori tindak tutur Austin, komunikasi antara Rina, Kevin, dan Marco mengalami ketidaksinambungan. Tindak ilokusi ujaran Rina adalah ia meminta kedua temannya untuk membantunya memanjat tembok. Namun tindak perlokusi terhadap ujaran Rina tidak ada, karena pada saat itu Marco dan Kevin masih bertengkar, sehingga tidak konsentrasi pada apa yang dikatakan oleh Rina. Berikutnya ditinjau dari teori tindak tutur Searle, ujaran pada data empat merupakan jenis tindak ilokusi direktif. Jenis tindak ilokusi direktif terdapat pada beberapa ujaran, seperti ketika Kevin menyuruh Marco pergi, kemudian saat Rina menyuruh kedua temannya diam, saat Rina menyuruh kedua temannya untuk mendorongnya ke atas agar bisa mengintip ke balik tembok. Ditinjau dari prinsip kerja sama Grice, pada percakapan ketiga anak ini ditemukan pelanggaran maksim kualitas. Pelanggaran maksim terjadi saat Kevin bertanya pada Rina,„Rina, hast du ihm etwa was erzählt?“. Ia merasa curiga, bahwa kedatangan Marco ke tembok pembatas rumah Abendroth tidak mungkin tanpa campur tangan Rina yang memberitahunya. Tetapi Rina justru menjawab „Quatsch. Ich doch nicht”. Rina melanggar maksim kualitas karena berbohong. Dapat disimpulkan faktor penyebab ketidakberhasilan komunikasi antara ketiga anak ini adalah pelanggaran terhadap maksim kualitas dan terjadinya ketidaksinambungan tindak ilokusi dengan perlokusi.
3. ANALISIS DATA 7 / BABAK VIII / Halaman 36 dan BABAK IX/ Halaman 38 Pada analisis data ketujuh, yang diambil dari babak delapan dan sembilan, terdapat kemiripan topik pembicaraan. Topik pembicaraannya mengenai
dampak pemanasan
global terhadap lingkungan hidup. Peran seorang anak dalam memberikan kesadaran kepada orang tua terhadap bahaya yang sedang mengancam lingkungan mereka, tampak jelas pada dua babak ini. Dua argumentasi yang berseberangan antara tokoh anak dengan orang tua terjadi antara tokoh Rina dengan ibunya (babak VIII) dan Marco dengan ayahnya (babak IX) . Komponen situasi komunikasi ditinjau dari Hymes antara lain, peserta tutur pada babak delapan yakni Rina dan ibunya. Pada dialog ini Rina ingin menyadarkan ibunya tentang dampak penggunaan pendingin ruangan yang dapat mengganggu kestabilan lingkungan hidup, akan tetapi di sisi lain ibu Rina bersikukuh harus bekerja dengan
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
menggunakan pendingin ruangan. Perdebatan diakhiri oleh Rina dengan sebuah sindiran yang ditujukan untuk ibunya. Kemudian untuk komponen komunikasi babak sembilan ditinjau dari teori Hymes, peserta tuturnya yaitu Marco dan ayahnya. Pada percakapan babak ini Marco menyampaikan pada ayahnya bahwa sudah ada binatang yang punah karena dampak pemanasan global. Di lain pihak, ayahnya menentang Marco untuk membicarakan masalah lingkungan, apalagi karena anaknya mendapat informasi dari Abendroth. Dialog pada potongan babak kedelapan yang menjadi fokus analisis adalah saat si Ibu mendesak Rina agar mengakhiri perdebatan mereka mengenai penggunaan pendingin ruangan. MUTTER
RINA
: Rina, wenn ich meine Arbeit nicht mache, dann können wir hier die Miete nicht bezahlen. Gib jetzt die Sicherung her. (Rina, apabila ibu tidak menyelesaikan pekerjaan ibu, nanti kita tidak bisa bayar uang sewa. Ayo kembalikan sekeringnya.) : Du tust immer nur so ökomäßig, dabei bist du genauso schlimm wie die andern. (Ibu seolah-olah peduli terhadap lingkungan, tetapi ternyata ibu sama saja seperti orang lain yang tidak peduli).
Ditinjau dari teori tindak tutur Austin, tindak ilokusi ibu Rina tidak mendapatkan tanggapan yang sesuai dari tindak perlokusi Rina, karena Rina tidak mau memberikan sekering yang diminta oleh ibunya. Rina justru menyindir ibunya dengan mengatakan, bahwa ibunya sama saja seperti orang lain yang tidak peduli terhadap lingkungan. Tindak tutur ibu Rina ditinjau dari teori Searle, saat meminta sekering, Gib jetzt die Sicherung her, merupakan jenis tindak ilokusi direktif. Selanjutnya, pada analisis prinsip kerja sama Grice terdapat pelanggaran terhadap maksim relasi, yaitu ketika jawaban Rina tidak relevan dengan apa yang diminta oleh ibunya. Fokus pada babak sembilan yaitu saat Marco mengatakan bahwa katak emas atau Goldkröte1 menjadi salah satu contoh hewan yang sudah punah, kepada ayahnya. Reaksi ayah Marco menunjukkan bahwa ia marah, karena anaknya mengetahui hal-hal tentang masalah lingkungan dari Abendroth. Kutipannya adalah sebagai berikut : MARCO
1
: Na die mexikanische Goldkröte. Die ist ausgestorben. (Iya katak emas Meksiko. Hewan itu sudah punah.)
Goldkröte atau katak emas dengan nama Latin Psyllophyrne didactyla. Berasal dari Costa Rica, Brasil yang berukuran 9,8 mm. Warna emas mencolok merupakan tanda yang menunjukkan bahwa ia adalah katak yang beracun. Kepunahannya diperkirakan karena temperatur yang memanas dan mengakibatkan wabah jamur. http://www.gallerydunia.com/2011/03/keunikan-yang-luar-biasa-dari-para.html?m=1 diakses pada 20.06.2013 / 08:25
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
VATER MARCO
VATER
: Seit wann interessieren dich denn Kröten? (Sejak kapan kamu tertarik dengan katak?) : Die Kröten sind doch erst der Anfang. Abendroth sagt, dann kommen die Eisbären, die Pinguine, die Orang Utans …(Katak-katak tersebut baru contoh hewan pertama. Kata Abendroth, selanjutnya yang punah bisa saja beruang es, pinguin, orang utan...) : explodiert: „Abendroth sagt“?! Ich glaub, ich hör nicht richtig! Ich will nie wieder diesen Klimaunsinn hören, verstanden? (“Kata Abendroth?!“ Ayah harap, apa yang ayah dengar tidak benar! Ayah tidak ingin mendengar omong kosong tentang iklim lagi, mengerti?)
Ditinjau dari teori tindak tutur Austin, terjadi ketidaksinambungan antara tindak ilokusi Marco dengan tindak perlokusi ayahnya. Tindak ilokusi ujaran Marco adalah keinginan menyadarkan ayahnya bahwa dampak kerusakan lingkungan sudah membuat salah satu hewan punah. Marco ingin ayahnya memberikan tanggapan kepeduliannya. Akan tetapi tindak perlokusi dari ayahnya yaitu marah besar kepada Marco, setelah mengetahui bahwa Marco mengetahui tentang kepunahan katak dari Abendroth. Sementara itu, jenis jenis tindak ilokusi Marco ditinjau dari teori tindak tutur Searle, saat ia mengatakan bahwa katak emas meksiko telah punah, merupakan jenis tindak ilokusi representatif. Ditinjau dari prinsip kerja sama Grice terjadi pelanggaran terhadap maksim kuantitas, yakni saat Marco memberikan jawaban yang melebihi apa yang diminta oleh ayahnya mengenai sejak kapan ia tertarik pada katak emas. Dari kedua babak dapat disimpulkan keduanya melanggar maksim prinsip kerja sama dan hal tersebut menjadi faktor penyebab gagalnya komunikasi antara orang tua dengan anak yang terdapat pada penggalan babak delapan dan sembilan.
4. ANALISIS DATA 8 / Babak XI / Halaman 48 Babak kesebelas ini menceritakan peristiwa yang menjadi titik balik tokoh orang dewasa, yaitu ibu Rina. Bencana alam yang menimpa ayah Rina di Brasil, membuat ibu Rina menyadari bahwa dampak perubahan iklim dapat menimpa siapa saja, termasuk suaminya. Komponen pembentuk situasi komunikasi pada babak kesebelas ditinjau dari teori Hymes, antara lain percakapan terjadi antara Rina, ibu Rina dan Abendroth, di rumah Rina. Suasana dialog diantara mereka bertiga menunjukkan ketegangan karena dipengaruhi oleh berita bencana alam yang membuat ayah Rina, yang sedang berada di Brasil, terjebak badai dan tidak bisa pulang.
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Percakapan yang menjadi fokus pembahasan adalah saat ibu Rina menunjukkan tanda-tanda simpati terhadap masalah yang dialami oleh Abendroth. RINA
MUTTER RINA MUTTER RINA
: Aber Mama, das geht doch nicht! Wir können ihn doch nicht einfach so gehen lassen. (Tapi Mama, hal tersebut tidak boleh terjadi! Kita tidak bisa membiarkan dia pergi begitu saja.) : Ja, was sollen wir denn machen? (Ya, lalu apa yang harus kita lakukan?) : Irgendwas müssen wir machen! (Kita harus melakukan sesuatu!) : Vielleicht … – ein Abschiedsfest? (Mungkin....sebuah pesta perpisahan?) : Ich will mich aber nicht verabschieden! (Tetapi aku tidak ingin berpisah.)
Analisis tindak tutur ditinjau dari Austin, tindak lokusi ibu Rina yang mengatakan, „Ja, was sollen wir denn machen?“ ia mengharapkan agar Rina memberikan ide. Tindak perlokusi Rina adalah ia mengatakan kalau mereka harus melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa terjadi kesinambungan antara tindak ilokusi ibu Rina dengan tindak perlokusi Rina, karena Rina memberikan tanggapan yang sesuai seperti yang diminta ibunya. Ditinjau dari tindak tutur Searle, jenis tindak ilokusi saat Rina berkata, „Irgendwas müssen wir machen!ˮ adalah tindak ilokusi direktif. Dialog diantara Rina dengan ibunya ini apabila ditinjau dari prinsip kerja sama Grice, mematuhi maksim kuantitas. Sebagai mitra tutur, ibu memberikan kontribusi seperti yang dibutuhkan. Jawaban ibu Rina merupakan respon yang singkat dan memenuhi apa yang dibutuhkan oleh penutur tanpa melebih-lebihkan informasi. Dapat dikatakan bahwa komunikasi antartokoh ibu dengan anak pada babak sebelas ini berhasil, karena ibu Rina mulai menunjukkan kepeduliannya agar Abendroth tidak digusur. Perubahan sikap dari ibu Rina tersebut, dipengaruhi oleh peristiwa bencana alam yang hampir merenggut nyawa suaminya. 5. ANALISIS DATA 9 / BABAK XII / Halaman 50 dan 54 Pada babak terakhir, yaitu babak 12, ditampilkan situasi saat orang tua akhirnya ikut berpihak pada anak-anak mereka, yaitu untuk turut peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Pada babak terakhir ini ditunjukkan bahwa kesadaran orang tua Rina dan Marco diwujudnyatakan dengan keahliannya masing-masing, sesuai bidang pekerjaan mereka. Bentuk kepedulian ibu Rina dan ayah Marco itu disalurkan melalui bidang pekerjaan masing-masing, ibu Rina menulis artikel berhubungan dengan lingkungan hijau dan ayah
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Marco membantu membuat anggaran perbaikan talang air hujan. Kondisi ini menggambarkan, jika ibu Rina dan ayah Marco kembali peka terhadap lingkungan. Dilihat dari komponen pembentuk situasi komunikasi menurut Hymes, antara lain peserta tuturnya adalah Rina, ibu Rina, Abendroth dan ayah Marco. Pada penggalan percakapan yang akan dianalisis, tokoh Kevin dan Marco hanya sebagai pendengar saja. Percakapan mereka terjadi di rumah Abendroth, di saat pesta perpisahan untuk Abendroth yang berlangsung dengan suasana yang gembira. Cara para tokoh bercakap-cakap sudah tidak lagi ditemukan bahwa mereka berbicara dengan marah-marah, justru dengan nada yang ramah dan bersahabat. Dialog utama yang akan dianalisis dari babak dua belas ini, yaitu saat Ibu Rina bertanya pada Abendroth, „Sagen Sie, kann man damit auch die Wohnung kühlen?“ (Coba katakan, apakah itu juga bisa dilakukan untuk mendinginkan ruangan?). Tanggapan muncul dari Rina, „Der Ventilator! Den haben wir ganz vergessen.“ (Kipas angin! Kita benar-benar melupakannya.). Ditinjau dari teori Austin, tindak ilokusi ibu Rina dengan tindak perlokusi Rina mengalami kesinambungan. Ujaran ibu Rina tersebut dapat dipahami oleh Rina yang mendengarnya, sehingga tindak perlokusi yang muncul, berupa tindakan dari Rina dengan memasang kipas angin, agar seluruh ruangan menjadi sejuk. Kemudian ditinjau dari teori Searle, tindak ilokusi ujaran ibu Rina merupakan tindak ilokusi direktif. Dalam percakapan ini tidak ada maksim prinsip kerja sama yang dilanggar, karena komunikasi berhasil. Rina sebagai mitra tutur dalam dialog dengan ibunya mematuhi maksim relasi. Rina melakukan tindakan yang sesuai dengan harapan ibunya, meskipun ibunya tidak secara langsung bertanya pada Rina. Dengan mematuhi maksim relasi, mitra tutur telah melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penutur. Keberhasilan komunikasi antartokoh Prima Klima tampak pada babak dua belas. Pada babak terakhir ini, ditunjukkan bagaimana hubungan antara Abendroth dengan ibu Rina dan ayah Marco yang sudah membaik. Suasana yang tercipta di pesta perpisahan berlangsung dengan gembira, tidak lagi dimunculkan rasa benci antartokoh.
Kesimpulan
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Naskah drama Prima Klima karya Fabian Schiedler ingin menonjolkan tokoh anak-anak yang diwakili oleh Rina, Kevin dan Marco, yang mencoba menyadarkan kembali orang tuanya terhadap masalah kerusakan lingkungan yang terjadi di lingkungan mereka dan dampaknya bagi ekosistem di dunia. Ketidakpedulian orang tua terhadap lingkungan tampaknya dipengaruhi oleh kesibukan mereka dalam mencari nafkah. Sifat kritis anak terhadap masalah lingkungan menyebabkan terjadinya adu argumentasi dengan orang dewasa. Dengan gaya anak-anak yang spontan dalam berbicara, pesan-pesan yang dibawakan mengenai peduli lingkungan, muncul dalam bentuk sindiran ringan yang mudah dipahami. Kesalahpahaman dalam komunikasi dapat terjadi saat kita memberikan pesan yang tidak lengkap, mengujarkan sesuatu tetapi tidak jelas, dan tidak menjawab pertanyaan seperti yang diminta oleh lawan bicara. Ketidaksinambungan antara apa yang diinginkan oleh penutur terhadap mitra tutur terjadi, antara lain karena mitra tutur tidak sepaham dengan penutur, mitra tutur salah mengerti atas apa yang diucapkan, dan lain-lain. Oleh karena itu, kita diharapkan dapat berkontribusi dalam setiap percakapan agar terhindar dari ketidakberhasilan komunikasi. Tokoh anak yang menjadi subjek dalam membangkitkan kembali rasa peduli lingkungan, dianggap dapat “menyentil” siapa saja yang membaca naskah drama atau menonton pementasan Prima Klima ini. Drama ini merupakan sarana edukasi untuk anak-anak maupun orang dewasa. Memang secara keseluruhan jumlah kegagalan komunikasi pada percakapan antartokoh lebih banyak. Perbedaan argumentasi antara tokoh anak dengan orang tua yang berujung pada ketidaksepakatan pendapat, yang menyebabkan komunikasi tidak berhasil. Akan tetapi akhir cerita Prima Klima menunjukkan bahwa keberhasilan komunikasi akhirnya tercapai. Terdapat suatu hal yang tidak biasa yang menjadi daya tarik drama Prima Klima, yaitu biasanya anak-anak belajar mengenai suatu hal dari orang tua, akan tetapi yang terjadi justru kebalikannya. Orang tua belajar mengenai bagaimana seharusnya menghargai dan menjaga lingkungan hidup dari anakanak. Tabel berikut ini adalah hasil analisis terhadap sembilan data. Dari tabel ditunjukkan apakah kesinambungan antara tindak ilokusi dengan perlokusi tercapai atau tidak, serta apakah komunikasi antartokoh Prima Klima berhasil atau tidak. Kegagalan dan keberhasilan komunikasi antartokoh Prima Klima dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni ditinjau dari jenis tindak ilokusi menurut Searle, kemudian kesinambungan antara tindak ilokusi dengan perlokusi menurut Austin, dan keberhasilan komunikasi yang ditinjau dari prinsip kerja sama Grice (mematuhi atau
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
melanggar maksim kerja sama). Dalam tabel dijelaskan bahwa total keseluruhan data yang dianalisis adalah sembilan data, yang berasal dari beragam babak. Dari sembilan data tersebut ditunjukkan keberhasilan komunikasi hanya tercipta pada tiga data. Kemudian enam data lainnya menujukkan kegagalan komunikasi pada percakapan antartokoh utama dengan tokoh lainnya. Tabel Kesimpulan Analisis Data / Babak
Tindak Tutur Austin
I / Babak 1
Tindak Tutur Searle Representatif
III / Babak 2
Komisif dan Direktif
IV / Babak 3
Direktif
V / Babak 4
Direktif
VI / Babak 5
Komisif dan Ekspresif
VII / Babak 8 dan Babak 9
Direktif dan Representatif
II / Babak 1
Direktif dan Komisif
VIII / Babak 11
Direktif
IX / Babak 12
Direktif
Simbol
Prinsip Kerja Sama Grice Maksim Kuantitas Maksim Kuantitas dan Relasi Maksim Kualitas Maksim Relasi Maksim Kualitas Maksim Relasi dan Kuantitas Maksim Cara Maksim Kuantitas Maksim Relasi
Kesimpulan Komunikasi tidak berhasil Komunikasi tidak berhasil Komunikasi tidak berhasil Komunikasi tidak berhasil Komunikasi tidak berhasil Komunikasi tidak berhasil Komunikasi berhasil Komunikasi berhasil Komunikasi berhasil
= hasil negatif
= hasil positif
tindak tutur > ketidaksinambungan prinsip kerja sama > melanggar maksim
tindak tutur > berkesinambungan prinsip kerja sama > mematuhi maksim
Daftar Referensi Books : Alan Cruse, D. (2000). Meaning in Language : An Introduction to Semantics and Pragmatics. New York : Oxford University. Austin, J.L. (1962). How to do Things with Words. New York : Oxford University Press. Bialkowski, Brigitte.,Günther Einecke & Jörg Ulrich Meyer - Bothling. (2002). Facetten : Epochen und Epochenumbrüche der deutschen Literatur. Stuttgart : Klett Verlag. Busch, Albert & Oliver Stenschke. (2008). Germanistische Linguistik. (2.Auflage). Tübingen : Narr Francke Attempo Verlag. Chaer, Abdul & Leonie Agustina. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal (rev.ed). Jakarta : Rineka Cipta.
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Grundy, Peter. (2000). Doing Pragmatics. (2nd.ed) New York : Oxford University Press. Hasanuddin, W.S., (2009) Drama: Karya Dalam Dua Dimensi. Kajian, Teori, Sejarah dan Analisis. Bandung : Angkasa. Henne, Helmut. (1975). Sprachpragmatik : Nachschrift einer Vorlesung. Tübingen : Max Niemeyer Verlag. Homberger, Dietrich. (1973). Linguistik in der Schule. Frankfurt am Main : Moritz Diesterweg Verlag. Hymes, Dell. (2003). Models of the Interaction of Language and Social Life. Dalam Paulston, Christina Bratt & G. Richard Tucker, Sociolinguistics: The Essential Readings. UK : Blackwell Publishing. Kushartanti, Untung Yuwono & Multamia RMT Lauder. (2005). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffrey, terj. Dr. M.D.D. Oka. (1993). Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Leech, Geoffrey, (1983). The Principles of Pragmatics, New York : Longman Group Limited. Levinson, Stephen C. (2000). Presumptive Meanings: The Theory of Generalized Conversational Implicature. London : MIT Press. Lyons, John. (1989). Language, Meaning, & Context. Sulfolk : Fontana Paperbacks. Nababan, PWJ. (1984). Sosiolinguistik. Jakarta : Percetakan Gramedia. Rahyono, F.X. (2012). Studi Makna. Jakarta : Penaku. Yule, George. (1996). Pragmatics. New York : Oxford University Press. Online : Bagaimana Cara Jerman Mengurus Sampah? http://jogja.tribunnews.com/2011/02/03/bagaimana-cara-jerman-mengurus-sampah diakses pada 18.05.2013 / 12:40 Episches Theater http://hajer.com/unterricht/deutsch/gattungen/drama/episches_theater.htm diakses pada 12.05.2013/13:12 Epic Theater http://www.uni-due.de/einladung/Vorlesungen/dramatik/epischthea.htm diakses pada 12.05.2013 /13:10 Fabian Schiedler http://www.galeriewedding.de/kuenstler/Fabian-Schiedler diakses pada 15.03.2013/ 15:23 Hans Hollmann http://tls.theaterwissenschaft.ch/wiki/Hans_Hollmann diakses pada 19.03.2013 / 18:02 Inovatif dan Berhasil dalam Ekspor: Teknologi Hijau http://www.tatsachen-ueber-deutschland.de/id/lingkungan-hidup-iklim-energi/startseite-klima/inovatif-dan-berhasildalam-ekspor-teknologi-hijau.html diakses pada 18.05.2013 / 13:39
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013
Keunikan yang luar biasa dari para reptil ini http://www.gallerydunia.com/2011/03/keunikan-yang-luar-biasa-daripara.html?m=1 diakses pada 20.06.2013 / 08:25 Merkel Upayakan Awal Baru Perlindungan Iklim http://www.dw.de/merkel-upayakan-awal-baru-perlindungan-iklim/a-16795982 diakses pada 18.05.2013 / 13:45 Prima Klima: A drama about climate change for people aged 8 and up http://www.bneportal.de/coremedia/generator/unesco/en/04_The_20UN_20Decade_20in_20Germany/02_Official_2 0German_20Projects/02_Official_20Decade_20Projects_List/0760_20Prima_20Klima_3A_20A_20drama_20about_ 20climate_20change_20for_20people_20aged_208_20and_20up,sourcePagedld=112.htm diakses pada 19.06.2013 / 15:46 Kamus Online : http://www.duden.de
Analisis tindak..., B Dana Pranesthi Wening, FIB UI, 2013