ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN
Oleh: MUKTI RIADI NIM. H14084016
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN MUKTI RIADI. Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan. Di bawah bimbingan SRI MULATSIH. Menurut Arsyad (1999) pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi daerah. Dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah tersebut dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunakan potensi sumberdaya lokal. Identifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial menjadi kebutuhan bagi optimalisasi proses dan keberhasilan pembangunan ekonomi dimaksud. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial dan untuk mengetahui pola maupun struktur pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur Provinsi Sumatera Selatan, berdasarkan kriteria keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan spesialiasi dengan menggunakan metode location quotient (LQ), shift share modifikasi Estaban Marquillas (SS-EM), model ratio pertumbuhan (MRP) dan analisis overlay. Hasil penelitian menemukan bahwa sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang memiliki keunggulan komparatif (analisis LQ) di OKU Timur. Dari sisi rasio pertumbuhan ekonominya (analisis MRP) sektor pertambangan dan penggalian (tanpa migas) dan sektor perdagangan, hotel dan restaurant di Kabupaten OKU Timur merupakan sektor ekonomi potensial terhadap Provinsi Sumatera Selatan. Dampak kebijakan luar (external factor) selama periode penelitian berpotensi mengakibatkan kenaikan agregat PDRB sebesar Rp. 700,84 milyar, dengan realiasasi sebesar Rp. 612,98 milyar. Berdasarkan analisis SS-EM kenaikan tersebut didominasi oleh 4 sektor ekonomi; sektor pertanian (Rp. 313,15 milyar), sektor perdagangan ( Rp. 133,00 milyar), sektor jasa-jasa (Rp. 48,15 milyar) dan sektor bangunan (Rp. 37,60 milyar). Berdasarkan keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, spesialisasi serta struktur dan pola pertumbuhan ekonominya, maka subsektor tanaman perkebunan merupakan subsektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur. Dari sisi sektor ekonomi belum ditemukan sektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur. Berdasarkan klasifikasi dengan menggunakan tipologi klassen, maka Kabupaten OKU termasuk dalam katagori kabupaten yang relatif tertinggal di Provinsi Sumatera Selatan. Adapun pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral berdasarkan tipologi klassen menunjukkan bahwa pertanian merupakan sektor yang maju dan tumbuh pesat, sedangkan subsektor yang maju dan tumbuh pesat adalah subsektor tanaman perkebunan dan subsektor pemerintahan umum.
ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN
Oleh: MUKTI RIADI NIM. H14084016
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama
: Mukti Riadi
NIM
: H14084016
Departemen
: Ilmu Ekonomi
Judul
: Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. NIP. 131 849 397
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal lulus:
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI MAUPUN LEMBAGA MANAPUN. Bogor, September 2008 Penulis
Mukti Riadi NIM. H14084016
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Mukti Riadi lahir di Pinrang (Sulawesi Selatan) pada tanggal 29 Juli 1974. Penulis merupakan anak bungsu dari lima bersaudara dari Bapak R. Tjus Abi Koesno Poejosoebroto (alm) dan Ibu Rr. Naniek Margini. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Tegal Arum, Baturaja Sumsel pada tahun 1987, selanjutnya menamatkan jenjang SLTP pada SMP Negeri 3 Baturaja Sumsel pada tahun 1990. Pada tahun yang sama penulis masuk ke Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam (1990-1994) dan menamatkan jenjang SLTA pada SMA Assalaam, Surakarta Jawa Tengah pada tahun 1994. Setelah tamat SMA, pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan ke Akademi Ilmu Statistik (AIS) Jakarta, tamat pada tahun 1997 dengan gelar Ahli Madya Statistik (A.Md.Stat). Selanjutnya pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta konsentrasi Statistika Ekonomi, tamat pada tahun 2001 dengan gelar Sarjana Sains Terapan (S.S.T), penulis juga mengikuti pendidikan pada Universitas Terbuka Jakarta Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Statistika Terapan, tamat pada 2002 dengan gelar Sarjana Sains (S.Si). Pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Sebagai bagian syarat memasuki jenjang strata dua (S-2) pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, maka penulis menyusun skripsi ini.
KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur yang tiada henti hanya terlimpah-curah kehadirat Allah Azza wa Jalla atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan” ini dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penyusunan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, September 2008
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Puja dan puji syukur yang tiada henti hanya terlimpah-curah kehadirat Allah Azza wa Jalla atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini. Penulis berkewajiban mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral-spritual dan material kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1.
Dr. Rusman Heriawan, M.S, sebagai Kepala BPS beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan sangat berharga kepada penulis melanjutkan studi ke IPB.
2.
Dr. Satwiko Darmesto, M.Sc, sebagai Kepala Pusdiklat BPS beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis guna melanjutkan studi ke IPB.
3.
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S, sebagai Ketua Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor beserta staf dan jajarannya atas semua keramahtamahannya menerima penulis sebagai peserta didiknya.
4.
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc, selaku dosen pembimbing, semoga Allah SWT senantiasa memberikan cucuran pahala atas kesabaran, ketelatenan dan kesungguhan dalam mendampingi penulis menyusun skripsi ini.
5.
Toni Irawan, SE, M.App.Ec, selaku dosen penguji dalam sidang skripsi. Terima kasih atas lontaran pertanyaan yang diberikan. Pertanyaan dan kritik yang diberikan menjadi justifikasi ilmiah atas skripsi ini.
6.
Ibundaku tercinta yang cucuran air mata dan rangkaian do’a dalam munajatnya tiada pernah terputus senantiasa mengisi malam sunyi untuk kebaikan penulis dan anak-cucunya. Restumu adalah kunci surga bagiku.
7.
Yang penuh kesabaran, ketabahan dan kesetiaan selalu memberi motivasi dan menyemangatiku, Ari Andriani istriku tersayang, R. Muchlas Mumtaz Taqwa dan R. Fath Ittaqi Syamil jagoan sekaligus mutiara hatiku, semoga Allah SWT senantiasa melindungi kalian. Bersama kalian hidupku semakin bermakna dan berwarna.
8.
Dosen dan staf pengajar selama matrikulasi; Mas Toni, Kang Alla, Bang Dedi, Bang Parulian, Kang Firdaus, Mbak Wid, Mbak Henny, Teh Tantri, Uda Fahmi, Bu Wiwiek, Bu Sri, Uni Fifi dan Teh Win, juga Kang Iwan (beserta crew cleaning servisenya). Sungguh kolaborasi care dan share yang anggun, hangat dan cantik. Bersamamu, IPB menjelma sebagai rumah sendiri.
9.
Mas Gugun, Dindo Dedi, Cece’ Parno dan Teh Nel_Gus serta teman-teman seperjuangan lainnya. Canda dan ceria antar kita, menjadikan badai UTS dan UAS yang datang silih berganti semakin menyejukkan dan mempersatukan hati kita.
10.
Rekan, sahabat dan staf yang senantiasa meneguhkan hati dan semangatku dengan sapaan-sapaannya; fahar, kang ismet, yudhis, leni, suryo, rani, gatot, fitri, ferti, fara, febri, fadli, fredy, desi, dila, dan tak lupa penjaga kantorku rebo. Tegur sapa kalian membuatku bangkit dan berdaya.
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ……………………………………………..…………….
x
DAFTAR TABEL………………………………………….…………..
xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………….………….
xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..
xv
I. PENDAHULUAN ………………………………………..……………
1
1.1
Latar belakang …………………………………………………..
1
1.2
Perumusan masalah ……………………………………………..
8
1.3
Tujuan penelitian ………………………………………………..
8
1.4
Kegunaan penelitian …………………………………………….
8
II. KERANGKA PEMIKIRAN …………………………………………
10
2.1
Tinjauan teoritis …………………………………….…………..
10
2.1.1 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah ……...
10
2.1.2 Struktur Ekonomi dan Pergeseran Sektoral ……………...
15
2.1.3 Teori Basis Ekonomi dan Sektor Ekonomi Potensial ……
16
2.2
Keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif wilayah ….
18
2.3
Spesialisasi perekonomian ……………………………………...
20
2.4
Pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah ……….………
21
2.5
Penelitian sebelumnya …………………………………..………
23
2.6
Kerangka pikir …………………………………………………..
25
III. METODE PENELITIAN …………………………………………….
28
3.1
Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………
28
3.2
Jenis dan Sumber Data ……………………………….…………
28
3.3
Metode Analisis …………………………………………………
29
3.3.1 Analisis Sektor Ekonomi Potensial ……………………...
30
a.
Analisis Location Quotient (LQ) …………………..
30
b.
Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ……….
32
c.
Analisis Shift-Share ………………………………..
35
d.
Analisis Overlay …………………………………...
40
3.3.2 Analisis Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Regional ………………………………………………….
41
Definisi Operasional Variabel ………………………….………
43
IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN OKU TIMUR ………….….
46
3.4 4.1
Kondisi Umum Kabupaten OKU Timur …………………….…..
46
4.2
Kondisi Kependudukan Kabupaten OKU Timur ………………..
48
4.3
Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten OKU Timur ………………
50
4.4
Kondisi Sosial Kabupaten OKU Timur ………………………….
51
4.5
Kondisi Ekonomi Kabupaten OKU Timur ………………………
53
4.5.1 Struktur Ekonomi …………………………………………
53
4.5.2 Pertumbuhan Ekonomi ……………………………………
58
4.5.3 Pendapatan Perkapita ……………………………..………
60
V. PEMBAHASAN ……………………………………………………….
63
5.1
Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten OKU Timur ……
63
5.1.1 Analisis Location Quotient …………………….…………
63
5.1.2 Analisis Model Rasio Pertumbuhan ………………………
67
5.1.3 Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-Marquillas …….
71
5.1.4 Analisis Overlay ………………………………………….
82
Analisis Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten OKU Timur …………………………..…………………………
84
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….
88
5.2
6.1
Kesimpulan ………………………………………………………
88
6.2
Saran ……………………………………………………………..
89
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….
91
LAMPIRAN ……………………………………………………………
93
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
PDRB atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam Jutaan Rupiah) ……………………………..
5
PDRB ADHK Kabupaten OKU Timur Tahun 2002-2007 (dalam Jutaan Rupiah) …………………………………………………………
6
3.1
Ringkasan Alat (Metode) dan Kegunaan Analisis Penelitian …..…….
31
3.2
Kemungkinan Hasil Penghitungan dari Efek Alokasi ..……………….
40
3.3
Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Daerah Menurut Klassen Typology ……………………………………………………………….
42
Klasifikasi Pertumbuhan Sektor (Subsektor) Ekonomi Menurut Klassen Typology ……………………………………………………...
43
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Persebaran Penduduk Kabupaten OKU Timur tahun 2007 …………………………………..
50
Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha di Kabupaten OKU Timur tahun 2006-2007 ………
51
Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten OKU Timur Tahun 2004-2006 ……………………………………………………..
52
Struktur Ekonomi Kabupaten OKU Timur dirinci Per Subsektor Ekonomi Tahun 2000-2007 (dalam persen) …………………………..
55
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten OKU Timur dirinci Per Subsektor Ekonomi Tahun 2000-2007 (dalam persen) …………………………..
59
Perkembangan Pendapatan per Kapita Penduduk Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 ………………………………………………
61
5.1
Hasil Perhitungan LQ Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2001 …...
64
5.2
Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Ladang dan Padi Sawah di Kabupaten OKU Timur Tahun 2006-2007
65
Luas Irigasi menurut Tipe dan Kecamatan di Kabupaten OKU Timur Tahun 2007 ……………………………………………………………
65
1.1 1.2
3.4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6
5.3
5.4
Belanja Pemerintah Kabupaten OKU Timur Untuk Tahun 2006-2007 .
66
5.5
Hasil Penghitungan Rasio Pertumbuhan Kabupaten OKU Timur (RPs) dan Rasio Pertumbuhan Provinsi Sumatera Selatan (RPr)…………….
68
Hasil Analisis Shift Share Modifikasi Estaban-Marquillas Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah) ………………..
72
Dampak Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah) ………………………………………………………….
75
Dampak Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Industrial Mix Effect) terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah) ………………………
78
Identifikasi Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 ……………………………
79
Dampak Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah) ………………………………………………………….
80
Analisis Overlay Potensi Ekonomi Ekonomi Kabupaten OKU Timur Tahun 1998 – 2003 Dirinci per Subsektor …………………………….
83
Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita Penduduk Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 ……
84
Klasifikasi Sektor/Subsektor Ekonomi menurut Tipologi Klassen di Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 …………………………
87
5.6 5.7
5.8
5.9 5.10
5.11 5.12 5.13
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
2.1
Kerangka Pikir Penelitian ……………………………………………
27
4.1
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten OKU Timur tahun 20002007 ………………………………………………………………….
48
Jumlah Penduduk Kabupaten OKU Timur tahun 2000-2007 ……….
49
4.2
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1 2 3 4
Halaman
PDRB Kabupaten Ogan Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000-2007 ……...
93
PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2000-2007 (Juta Rp.)
94
Struktur Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000-2007 (dalam %) ………………………..
95
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000-2007 (dalam %) ………………
96
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dalam kerangka perekonomian daerah, Arsyad (1999) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah adalah proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi daerah. Dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah tersebut dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunakan potensi sumberdaya lokal. Dalam upaya mendorong peningkatan partisipasi dan kreativitas masyarakat dalam pembangunan daerah maka pemerintah mengeluarkan kebijakan otonomi daerah melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Otonomi daerah merupakan perwujudan kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 22 tahun
2
1999 juga mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelaksanaan desentralisasi. Upaya untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kuat telah tercantum dalam GBHN 1999-2004, yaitu dengan memberdayakan pelaku dan potensi daerah serta memperhatikan penataan ruang, baik fisik maupun sosial sehingga terjadi pemerataan pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah. Sejalan pula dengan isu lintas bidang yang tercantum dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas 2000-2004) bahwa untuk meningkatkan dan mempercepat pembangunan daerah dilakukan dengan konsep pembangunan lintas wilayah. Isu pembangunan lintas wilayah mencakup upaya pengembangan wilayah untuk mendayagunakan potensi dan kemampuan daerah dengan berbagai alat kebijakan yang mendukung perkembangan perekonomian daerah, berkembangnya pemukiman, perkotaan, pedesaan, wilayah cepat tumbuh, perbatasan dan wilayah tertinggal, serta pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan
kapasitas
masyarakat,
meningkatkan
hidup
dan
kehidupannya. Salah satu implementasi Propenas 2000-2004 mengenai isu pembangunan lintas wilayah adalah upaya pengembangan wilayah. Dalam hal ini pemerintah pusat telah mengakomodir keinginan pemerintah dan masyarakat daerah melalui pemekaran wilayah, baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Seperti di Provinsi Sumatera Selatan, sejak terbentuknya Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2000 maka wilayah Provinsi Sumatera Selatan hanya memiliki 7 kabupaten/kota. Namun, seiring dengan keinginan masyarakat lokal
3
dan pemerintah daerah untuk mengelola dan mengembangkan pembangunan di wilayahnya sendiri, maka hingga tahun 2007, telah terbentuk 3 kota dan 5 kabupaten baru, sehingga saat ini Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas 15 kabupaten/kota. Perkembangan wilayah yang cukup pesat ini merupakan jawaban sekaligus justifikasi dari isu pengembangan wilayah yang digulirkan pemerintah pusat. Dengan adanya pengembangan wilayah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan diharapkan perekonomian daerah dapat berkembang pesat yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di lain pihak, setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda baik dari sisi potensi kandungan sumber daya alam, kondisi geografis maupun potensi khas daerah lainnya. Oleh karena itu penyusunan kebijaksanaan pembangunan daerah, terutama bagi daerah baru, tidak dapat secara serta merta mengadopsi kebijaksanaan nasional, provinsi maupun daerah induknya atau daerah lain yang dianggap berhasil. Untuk membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil harus sesuai dengan masalah, kebutuhan dan potensi daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu penelitian yang mendalam harus dilakukan untuk memperoleh informasi bagi kepentingan perencanaan pembangunan daerah (Arsyad, 1999). Terkait dengan pentingnya identifikasi kebutuhan dan potensi dalam proses perencanaan pembangunan daerah, maka berbagai pendekatan model perencanaan pembangunan daerah dapat dilakukan untuk menentukan arah dan bentuk kebijakan yang diambil. Salah satu model pendekatan pembangunan daerah adalah pendekatan sektoral. Sebagaimana yang dikemukakan Aziz (1994), pendekatan sektoral dalam perencanaan pembangunan daerah selalu dimulai
4
dengan pertanyaan “sektor ekonomi apa yang perlu dikembangkan”. Oleh karena itu identifikasi dan analisis sektor ekonomi potensial menjadi hal penting bagi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (selanjutnya disebut sebagai Kabupaten OKU Timur) sebagai daerah otonom yang relatif baru. Kabupaten OKU Timur yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 ini adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Ogan Komering Ulu. Pembentukan Kabupaten OKU Timur ini dilakukan karena keinginan masyarakat dan dilandasi oleh tujuan sebagai berikut: 1. memperpendek rentang kendali (span of contol) pemerintah, sehingga azas efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan bidang pemerintahan dapat terwujud; 2. meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat; 3. meningkatkan kemampuan daerah melalui eksploitasi sumber daya alam yang ada pada daerah tersebut secara optimal, guna meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
dan
mempercepat
pembangunan; 4. meningkatkan fungsi pengawasan yang efektif terhadap sistem pertahanan dan keamanan wilayah sebagai bagian integral dari sistem pertahanan dan keamanan nasional. Kabupaten OKU Timur merupakan wilayah yang memiliki luas 3.370 km2. Pada tahun 2007, kabupaten ini memiliki 269 desa dan 7 kelurahan, dengan sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai leading sektor yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian wilayah. Hal ini terlihat
5
dari PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) di Kabupaten OKU Timur dari tahun 2002-2007. Tabel 1.1 PDRB atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten OKU Timur Tahun 2002-2007 (dalam Jutaan Rupiah)
Sektor Ekonomi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
2002
2003
2004
2005 r)
2006*)
Pertanian 959.650 1.054.644 1.190.354 1.352.205 1.568.480 Pertambangan & penggalian 56.862 62.168 69.099 75.067 81.853 Industri pengolahan 154.957 164.386 172.878 195.438 221.542 Listrik, gas & air bersih 2.818 3.514 3.818 4.015 4.243 Bangunan 135.030 145.098 163.064 192.417 232.151 Perdag, hotel & restoran 233.636 256.677 283.761 345.057 429.232 Pngngkutn & komunikasi 24.327 30.795 39.258 51.260 62.916 Keu, persewaan, & jasa persh 69.667 75.551 83.226 94.026 106.446 Jasa-jasa 202.511 223.824 262.243 303.724 356.245 1.839.458 2.016.657 2.267.701 2.613.209 3.063.108 PDRB Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara
2007 **) 1.845.223 90.261 252.777 4.498 283.990 534.855 76.056 120.840 421.182 3.629.682
Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa kegiatan perekonomian di Kabupaten OKU Timur selama tahun 2007 mampu menciptakan nilai tambah bruto (NTB) sebesar Rp. 3,63 trilyun. Secara sektoral kegiatan ekonomi di Kabupaten OKU Timur didominasi oleh 2 sektor ekonomi, yaitu sektor pertanian yang memberikan kontribusi PDRB sebesar Rp. 1,84 triliun (atau sekitar 50,84 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan kontribusi sebesar Rp. 534,86 milyar (16,49 persen). Kondisi ini cukup beralasan, karena Kabupaten OKU Timur dikenal sebagai salah satu lumbung pangan bagi Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki sarana irigasi teknis dan didukung oleh dua bendungan modern yaitu Bendung Belitang dan Bendung Perjaya. Selain itu Kabupaten OKU Timur juga merupakan market area yang cukup berpotensi sehingga sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor ekonomi yang memiliki kontribusi besar dalam penciptaan PDRB. Subsektor pertambangan migas tidak terdapat di Kabupaten
6
OKU Timur ini. Akibatnya kontribusi subsektor pertambangan migas dalam pembentukan PDRB Kabupaten OKU Timur tidak ada (nol). Selanjutnya jika dilihat dari PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) pada tahun 2007 tercipta PDRB Kabupaten OKU Timur sebesar Rp. 2,00 triliun. Jika dihitung rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur selama periode 2001-2007 maka laju pertumbuhan rata-ratanya sebesar 6,31 persen per tahun (lihat Tabel 1.2). Tabel 1.2 PDRB ADHK Kabupaten OKU Timur Tahun 2002-2007 (dalam Jutaan Rupiah) Sektor Ekonomi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pertanian Pertambangan & penggalian Industri pengolahan Listrik, gas & air bersih Bangunan Perdag, hotel & restoran Pngngkutn & komunikasi Keu, perswaan, & jasa persh Jasa-jasa PDRB
2002
2003
2004
2005 r)
2006*)
2007 **)
777.287 44.650 122.011 1.784 112.920 222.015 16.591 59.617 154.543 1.511.418
814.541 46.547 125.859 1.820 115.653 236.331 18.503 60.825 160.831 1.580.910
863.128 48.484 129.094 1.869 119.382 254.460 19.993 62.435 167.339 1.666.184
910.584 50.554 136.264 1.920 125.566 274.285 21.293 65.209 175.888 1.761.563
964.535 52.733 144.070 1.986 133.753 300.736 23.003 68.355 186.770 1.875.941
1.023.356 55.137 152.341 2.055 142.808 329.988 25.044 71.720 199.223 2.001.672
Rata-rata Pertumbuhan*** (persen/tahun) 6,30 5,50 4,53 3,51 5,11 9,64 12,46 4,45 4,55 6,31
Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara *** Rata-rata pertumbuhan dihitung dari tahun 2001-2007
Jika dilihat secara sektoral maka sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restaurant tetap mendominasi kontribusi PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten OKU Timur. Selama tahun 2001-2007 rata-rata pertumbuhan ekonomi sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor perdagangan, hotel dan restoran cukup agresif yaitu sebesar 12,46 persen dan 12,64 persen, sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian menyusul di urutan ketiga dan keempat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,30 persen dan 5,50 persen per tahun. Sementara sektor ekonomi lainnya hanya memiliki laju rata-rata pertumbuhan dibawah 5 persen.
7
Dengan melihat pembangunan ekonomi Kabupaten OKU Timur melalui deskripsi struktur dan pertumbuhan ekonomi, maka tampak bahwa Kabupaten OKU Timur merupakan wilayah pusat pertumbuhan baru yang berkembang cukup pesat. Namun pembangunan ekonomi suatu wilayah, tidak cukup hanya dilihat dari sisi struktur dan pertumbuhan ekonomi saja. Menurut Thoha dan Soekarni (2000), selain struktur dan pertumbuhan ekonomi, kemampuan (potensi) ekonomi suatu wilayah dapat diukur melalui track record indikator-indikator ekonomi seperti: income per kapita, keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan lain-lain. Selain itu sebagai wilayah baru, sangat penting untuk mengetahui bagaimana kinerja perekonomian, pola struktur pertumbuhan ekonomi baik secara wilayah (posisi relatif) maupun secara sektoral (antar sektor) dan bagaimana pula tingkat spesialisasi perekonomian di Kabupaten OKU Timur. Berdasarkan uraian di atas, maka identifikasi dan analisis sektor maupun subsektor ekonomi potensial dalam perencanaan pembangunan Kabupaten OKU Timur, dengan melakukan perbandingan terhadap kondisi perekonomian Provinsi Sumatera Selatan sangat penting untuk dikaji secara lebih terinci, sehingga kegiatan-kegiatan ekonomi potensial Kabupaten OKU Timur dapat lebih dikembangkan. Dengan mengetahui potensi ekonomi yang layak dikembangkan, maka penyusunan perencanaan pembangunan Kabupaten OKU Timur diharapkan lebih terarah sehingga merangsang terciptanya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
8
1.2
Perumusan Masalah Sejalan dengan latar belakang dan uraian sebelumnya, maka masalah-
masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah: 1. Sektor dan subsektor ekonomi apa yang potensial di Kabupaten OKU Timur, berdasarkan kriteria keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, dan spesialisasi? 2. Bagaimana pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di Kabupaten OKU Timur baik secara sektoral maupun secara agregat terhadap Provinsi Sumatera Selatan?
1.3
Tujuan Penelitian Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi dan menganalisis sektor/subsektor ekonomi potensial di
Kabupaten
OKU
Timur,
berdasarkan
kriteria
keunggulan
komparatif, keunggulan kompetitif, dan spesialisasi. 2. Mengetahui pola dan struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur baik secara sektoral maupun secara agregat terhadap Provinsi Sumatera Selatan.
1.4
Kegunaan Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu: 1. Melalui informasi mengenai sektor dan subsektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif,
9
dan spesialisasi serta berdasarkan pola dan struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur, dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Kabupaten OKU Timur dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan ekonomi daerah. 2. Hasil penelitian ini dapat pula digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian serupa selanjutnya.
II.
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1
Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Pada awal pemikiran tentang pembangunan ekonomi sering ditemukan
adanya pandangan yang mengidentikkan pembangunan dengan perkembangan (pertumbuhan). Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, dimana pembangunan dan pertumbuhan, secara keseluruhan mengandung unsur perubahan. Kedua hal tersebut memiliki perbedaan prinsipil, karena masingmasing memiliki latar belakang, hakikat dan prinsip kontinuitas yang berbeda, meskipun keduanya memiliki bentuk refleksi perubahan (Bratakusumah, 2003). Menurut Jhingan (1988), beberapa ahli ekonomi seperti Schumpeter dan Ursula Hicks, telah membuat perbedaan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan menurut Schumpeter merupakan perubahan secara spontan dan terputus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Sementara pembangunan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor nonekonomi lainnya (Mangiri, 2000). Namun seiring perkembangan dan era globalisasi seperti sekarang ini, konsep pembangunan dan pertumbuhan ekonomi berjalan seiring, dimana jika terjadi pembangunan, maka pertumbuhan merupakan sisi dampak dari adanya suatu pembangunan.
11
Selanjutnya, dalam konteks pembangunan ekonomi daerah maka pengertian daerah (region) itu sendiri berbeda-beda tergantung pada aspek tinjauannya. Dari aspek ekonomi oleh Arsyad (1999) daerah mempunyai tiga pengertian yaitu: 1. Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi dan di dalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan per kapita, sosial budaya, geografis dan sebagainya. Daerah dalam pengertian seperti ini disebut daerah homogen. 2. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam pengertian ini disebut daerah nodal. 3. Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan sebagainya. Jadi daerah di sini didasarkan pada pembagian administrasi suatu negara. Daerah dalam pengertian seperti ini dinamakan daerah administrasi. Berdasarkan deskripsi di atas, maka pengertian ketiga lebih banyak digunakan dalam praktek pembangunan ekonomi daerah. Wilayah daerah biasanya lebih terbuka dibandingkan dengan wilayah nasional. Pergerakan sumber daya antar daerah lebih bebas bila dibandingkan dengan pergerakan sumber daya antar negara. Hal ini dimungkinkan karena halangan berupa tarif, kuota, lisensi ekspor dapat dikatakan tanpa hambatan antar daerah.
12
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas peluang kerja bagi masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus bersama-sama mengambil inisiatif memanfaatkan seluruh potensi yang ada secara optimal dalam membangun daerah untuk kesejahteraan masyarakat. Sjafrizal (1997) mengatakan untuk mencapai tujuan pembangunan daerah, kebijaksanaan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Hal ini perlu diusahakan karena potensi pembangunan yang dihadapi oleh masing-masing daerah sangat bervariasi. Karena itu, bila prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masingmasing daerah, maka sumber daya yang ada kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal. Keadaan tersebut mengakibatkan relatif lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dikatakan berjalan jika ditandai dengan adanya pertumbuhan ekonomi. Terkait
dengan
pertumbuhan
ekonomi
daerah,
maka
teori-teori
pembangunan daerah banyak membahas penggunaan alat analisis dan metode statistik dalam menganalisis perekonomian suatu daerah serta teori tentang berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Todaro (2000) mengatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, akumulasi modal yang meliputi semua bentuk dan jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun selanjutnya dengan
13
sendirinya membawa pertumbuhan angkatan kerja dan ketiga adalah kemajuan teknologi. Lebih lanjut Kuznets (1999) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang ekonomi bagi penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, penyesuaian kelembagaan dan ideologi yang diperlukannya (Jhingan, 1999). Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang telah dicapai pada masa sebelumnya. Artinya perkembangan baru tercipta apabila jumlah barang dan jasa yang dihasilkan (tingkat output) dalam perekonomian tersebut menjadi bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Menurut Syafrizal (2002), teori pertumbuhan ekonomi daerah dapat dibagi atas empat kelompok besar, yang masing-masing didasarkan pada asumsi yang berbeda, sehingga memberikan kesimpulan yang berlainan pula. Kelompok pertama dinamakan sebagai export base models yang dipelopori oleh North pada tahun 1956. Dalam teori export base dijelaskan adanya perbedaan sumber daya dan keadaan geografis antara daerah, yang menyebabkan masing-masing daerah mempunyai keuntungan lokasi dalam beberapa sektor atau jenis kegiatan produksi. Keuntungan tersebut dapat dimanfaatkan menjadi kegiatan basis ekspor dan sebagai sektor potensial (sektor basis) bagi pertumbuhan ekonomi yang bersangkutan bila kegiatan tersebut dapat didorong pertumbuhannya. Untuk mengetahui keuntungan lokasi suatu wilayah, dapat dilakukan melalui studi
14
terhadap sumber daya alam yang terdapat di wilayah yang bersangkutan, seperti tingkat kesuburan tanah, keadaan geografis, jaringan jalan dan kualitas sumber daya manusia. Selanjutnya untuk mengetahui secara kualitatif dapat diketahui melalui teknik statistik antara lain dengan perhitungan Location Quotient. Kelompok kedua lebih banyak berorientasi pada kerangka pemikiran neo classic. Teori ini dipelopori oleh Stein pada tahun 1964, kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Roman pada tahun 1965 dan Siebert pada tahun 1969. Model neo classic mendasarkan analisisnya pada fungsi produksi. Sama halnya dengan analisis pada pertumbuhan ekonomi nasional, kelompok ini berpendapat bahwa unsur-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah adalah modal, sumber daya alam, sumber daya manusia dan lalu lintas terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Kelompok ketiga menggunakan alur pemikiran ala Keynes dan menamakan pendekatannya sebagai cumulative causation models. Teori ini dipelopori oleh Myrdal pada tahun 1957 dan kemudian diformulasikan lebih lanjut oleh Kaldor pada tahun 1970. Penganut teori cumulative causation berpendapat bahwa peningkatan pemerataan pembangunan antar daerah tidak dapat hanya diserahkan pada kekuatan pasar sebagaimana yang dikemukakan oleh kaum neo classic. Bagaimanapun pemerintah perlu melakukan campur tangan secara aktif dalam bentuk program pembangunan wilayah, terutama untuk daerah yang tergolong masih terbelakang. Kelompok keempat lazim dinamakan sebagai core periphery models yang mula-mula diajukan oleh Friedman pada tahun 1966. Kelompok core periphery
15
models menekankan analisisnya pada hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antar pembangunan kota (core) dan desa (periphery). Menurut teori ini gerak pembangunan perkotaan akan lebih banyak ditentukan oleh keadaan desa-desa di sekitarnya. Sebaliknya corak pembangunan daerah pedesaan juga sangat ditentukan oleh arah pembangunan daerah perkotaan. Dengan demikian aspek interaksi antar daerah sangat ditonjolkan.
2.1.2
Struktur Ekonomi dan Pergeseran Sektoral Secara teoritis, struktur ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai
sisi. Dumairy (1996) membagi struktur ekonomi berdasarkan empat macam sudut tinjauan. Pertama, berdasarkan tinjauan makro sektoral, yang membagi perekonomian menjadi struktur agraris (agriculture), industri (industrial) atau niaga (commerce), tergantung pada sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian suatu wilayah. Kedua, berdasarkan tinjauan keruangan (spasial), yang membagi perekonomian menjadi struktur pedesaan (tradisional) atau perkotaan (modern). Ketiga, berdasarkan tinjauan penyelenggaraan, yang menjadikan perekonomian berstruktur etatis, egaliter atau borjuis. Predikat ini tergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeran utama dalam kegiatan perekonomian suatu wilayah. Keempat, struktur ekonomi dapat dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan, yaitu struktur ekonomi yang sentralistik atau desentralistik. Dalam kaitannya dengan struktur ekonomi suatu wilayah, Todaro (2000) mengatakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi mempunyai kaitan erat dengan
16
perubahan struktural dan sektoral. Beberapa perubahan komponen utama struktural ini mencakup pergeseran secara perlahan-lahan aktifitas pertanian ke sektor nonpertanian dan dari sektor industri ke sektor jasa. Suatu wilayah yang sedang berkembang proses pertumbuhan ekonominya akan tercermin dari penggeseran sektor ekonominya. Yaitu tercermin dari pergeseran sektor ekonomi tradisional dimana sektor pertanian akan mengalami penurunan di satu sisi dan peningkatan peran sektor nonpertanian di sisi lainnya. Terkait dengan proses pembangunan daerah, maka struktur ekonomi memiliki peran penting dalam konsep pendekatan model pembangunan daerah. Sebagaimana yang dikemukakan Aziz (1994), pendekatan sektoral dalam perencanaan pembangunan daerah selalu dimulai dengan pertanyaan yang menyangkut sektor ekonomi apa yang perlu dikembangkan, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan di mana aktivitas sektor tersebut akan dijalankan dan kebijakan (strategi dan langkah-langkah) apa yang perlu diambil dalam mencapai tujuan pembangunan.
2.1.3
Teori Basis Ekonomi dan Sektor Ekonomi Potensial Salah satu teori ekonomi yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan
perekonomian daerah adalah teori basis ekspor (atau teori basis ekonomi). Menurut Arsyad (1999), teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan
17
menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja (job creation). Daerah mempunyai kesempatan untuk mengembangkan sumber daya yang dimiliki dengan memanfaatkan tenaga kerja yang ada termasuk dari luar daerah dalam upaya meningkatkan peluang ekspor. Lebih lanjut dalam analisisnya, teori basis ekonomi biasanya menggunakan data PDRB untuk mengidentifikasi dan menentukan sektor potensial. Apabila sektor potensial tersebut dikembangkan dengan baik akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah secara optimal. Mengacu pada teori ekonomi basis tersebut maka Arsyad (2008) menjelaskan bahwa teknik location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan yaitu: 1. kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi potensial (basis); 2. kegiatan sektor ekonomi yang hanya dapat melayani pasar di daerah itu sendiri dinamakan sektor ekonomi tidak potensial (non basis) atau local industry. Menurut Syafrizal (2002), dalam kerangka teori basis ekspor ini, diketahui bahwa peningkatan ekspor terjadi apabila suatu daerah memiliki keuntungan kompetitif (competitive advantage) yang cukup besar pada beberapa sektor ekonomi. Dijelaskan pula bahwa dengan teori basis ekspor ini, bahwa untuk
18
melihat besarnya keuntungan kompetitif perekonomian suatu daerah dapat dilakukan dengan penaksiran multiplier ekspor dan analisis shift share.
2.2
Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif Wilayah Pada era otonomi daerah seperti sekarang ini, setiap daerah memiliki
kebebasan dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan ekonomi wilayah. Untuk menentukan arah dan kebijakan pembangunan ekonomi di suatu daerah sangat diperlukan informasi mengenai potensi ekonomi wilayah. Potensi ekonomi wilayah dapat diketahui dengan mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan berbagai sektor maupun subsektor ekonomi di wilayah tersebut. Sektor ekonomi yang memiliki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor ekonomi lain untuk berkembang. Keunggulan perekonomian wilayah tersebut secara garis besar terdiri atas keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif (daya saing). Istilah keunggulan komparatif (comparative advantage) mula-mula dikemukakan oleh Ricardo (1917) terkait dengan bahasan perdagangan antar dua wilayah. Ricardo membuktikan bahwa bila dua wilayah yang saling berdagang masing-masing mengkonsentrasikan diri untuk mengekspor barang yang memiliki keunggulan komparatif, maka kedua wilayah tersebut akan mendapatkan keuntungan. Ide tersebut bukan saja bermanfaat dalam perdagangan internasional tetapi juga sangat penting diperhatikan dalam ekonomi regional. Pengetahuan terhadap keunggulan komparatif suatu daerah dapat digunakan untuk mendorong perubahan struktur ekonomi daerah ke arah sektor
19
yang mengandung keunggulan komparatif. Jadi, apabila sektor yang memiliki keunggulan komparatif bagi suatu daerah telah teridentifikasi maka pembangunan sektor tersebut dapat disegerakan tanpa menunggu tekanan mekanisme pasar yang sering berjalan terlambat (Tarigan, 2003). Pada era perdagangan bebas seperti sekarang ini, keunggulan kompetitif mendapat perhatian lebih besar daripada keunggulan komparatif. Keunggulan kompetitif menunjukkan kemampuan daerah untuk memasarkan produknya ke luar daerah. Dalam analisis ekonomi regional, keunggulan kompetitif dimaknai sebagai kemampuan daya saing kegiatan ekonomi suatu daerah terhadap kegiatan ekonomi yang sama di daerah lainnya. Keunggulan kompetitif merupakan cermin dari keunggulan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah terhadap wilayah lainnya yang dijadikan benchmark dalam suatu kurun waktu (Thoha, 2000). Dalam kaitannya dengan keunggulan kompetitif, maka keunggulan komparatif suatu kegiatan ekonomi dapat dijadikan suatu pertanda awal bahwa kegiatan ekonomi tersebut punya prospek untuk juga memiliki keunggulan kompetitif. Jika suatu sektor memiliki keunggulan komparatif karena besarnya potensi sektor tersebut maka kebijakan yang diprioritaskan bagi pengembangan kegiatan ekonomi tersebut dapat berimplikasi kepada terciptanya keunggulan kompetitif. Kegiatan ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif sekaligus keunggulan kompetitif akan sangat menguntungkan perekonomian suatu wilayah. Terkait dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, maka berdasarkan kegiatan ekonominya suatu wilayah dapat saja memiliki kedua jenis
20
keunggulan tersebut secara bersama-sama. Hal ini sangat dipengaruhi oleh satu atau gabungan beberapa faktor berikut ini (Tarigan, 2003); 1. Memiliki potensi sumber daya alam. 2. Penguasaan
masyarakat
terhadap
teknologi
mutakhir
dan
tertentu
atau
keterampilan-keterampilan khusus lainnya. 3. Aksesibilitas wilayah yang baik. 4. Memiliki market yang baik atau dekat dengan market. 5. Wilayah
yang
memiliki
sentra-sentra
produksi
terdapatnya aglomerasi dari berbagai kegiatan ekonomi. 6. Ketersediaan buruh (tenaga kerja) yang cukup dan memiliki keterampilan baik dengan upah yang relatif rendah. 7. Mentalitas masyarakat yang baik untuk pembangunan: jujur, terbuka, bekerja keras, dapat diajak bekerja sama dan disiplin. 8. Kebijaksanaan
pemerintah
yang
mendukung
pada
terciptanya
keunggulan suatu kegiatan ekonomi wilayah
2.3
Spesialisasi Perekonomian Perekonomian suatu wilayah dikatakan terspesialisasi jika suatu wilayah
memprioritaskan pengembangan suatu sektor ekonomi melalui kebijakan yang mendukung kemajuan sektor tersebut (Muzamil, 2001). Pengembangan sektor prioritas tersebut dapat dilakukan melalui investasi dan peningkatan sumber daya manusia pada sektor tersebut. Spesialisasi dalam perekonomian merupakan hal penting dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dikatakan,
21
jika suatu wilayah memiliki spesialisasi pada sektor tertentu maka wilayah tersebut akan memiliki keunggulan kompetitif dari spesialisasi sektor tersebut (Soepono, 1993). Beberapa ahli ekonomi mulai memperhitungkan efek spesialisasi terhadap perekonomian suatu wilayah. Menurut Kuncoro (2002), salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan keterkaitan antar wilayah adalah melalui proses pertukaran komoditas antar daerah. Hal ini dapat ditempuh melalui penciptaan spesialisasi antar daerah. Berbagai macam alat analisis telah dikembangkan untuk melihat tingkat spesialisasi regional. Marquillas dalam Soepono (1993) memodifikasi analisis shift share klasik dengan memasukkan efek alokasi untuk melihat spesialisasi suatu sektor dalam suatu wilayah. Selanjutnya Kim dalam Kuncoro (2002) mengembangkan indeks krugman untuk melihat spesialisasi regional di Amerika Serikat.
2.4
Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Daerah Gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah merupakan
analisis yang cukup penting untuk melihat kondisi perekonomian suatu daerah. Dengan melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi dapat tergambar potensi relatif perekonomian suatu daerah baik secara agregat maupun sektoral terhadap daerah lain di sekitarnya. Untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah, para ahli ekonomi biasanya menggunakan analisis Klassen Typology.
22
Syafrizal (1997) mengemukakan bahwa analisis ini digunakan untuk membagi serta membedakan suatu daerah menjadi empat klasifikasi yaitu: 1. Daerah maju dan tumbuh cepat (rapid growth region) apabila kabupaten/kota memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita provinsi; 2. Daerah maju tapi tertekan (retarded region) apabila laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota lebih kecil dari pada laju pertumbuhan ekonomi provinsi akan tetapi pendapatan per kapita kabupaten/kota lebih besar dari pendapatan per kapita provinsi; 3. Daerah berkembang cepat (growing region) yaitu daerah yang berkembang dengan cepat apabila laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi provinsi akan tetapi pendapatan per kapita kabupaten/kota lebih rendah dari pendapatan per kapita provinsi; 4. Daerah relatif tertinggal (relatively backward region) apabila kabupaten/kota
memiliki
tingkat
pertumbuhan
ekonomi
dan
pendapatan per kapita lebih rendah dari tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita provinsi. Untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral dapat dilakukan melalui pendekatan analisis klassen typology seperti yang dilakukan oleh Apriliyanto (2003), dengan membedakan suatu sektor ekonomi menjadi empat klasifikasi yaitu;
23
1. Sektor potensial dan tumbuh cepat apabila suatu sektor memiliki laju pertumbuhan dan kontribusi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan dan kontribusi sektor yang sama pada tingkat provinsi; 2. Sektor maju tapi tertekan apabila laju pertumbuhan suatu sektor lebih kecil dari pada laju pertumbuhan sektor yang sama pada tingkat provinsi akan tetapi kontribusinya di wilayah tersebut lebih besar dari kontribusi sektor yang sama pada tingkat provinsi; 3. Sektor berkembang cepat yaitu sektor yang berkembang dengan cepat apabila
laju
pertumbuhan
sektor
kabupaten/kota
lebih
besar
dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor pada tingkat provinsi akan tetapi strukturnya pada tingkat kabupaten/kota lebih rendah dari struktur sektor yang sama pada tingkat provinsi; 4. Sektor relatif tertinggal apabila kabupaten/kota memiliki sektor yang tingkat pertumbuhan dan kontribusinya lebih rendah dari tingkat pertumbuhan dan kontribusi sektor yang sama pada tingkat provinsi.
2.5
Penelitian Sebelumnya Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan untuk mengidentifikasi sektor
dan subsektor potensial yang dilakukan di luar negeri antara lain oleh Coughlin dan Pollard di Amerika Serikat (2001). Dengan memakai alat analisis shift share dan
dilanjutkan
dengan
perluasan
dari
Gazel
dan
Schwer,
mereka
membandingkan pertumbuhan ekspor industri manufaktur di berbagai negara bagian di Amerika Serikat dan faktor apa saja yang menimbulkan perbedaannya.
24
Hasil yang didapat adalah selama tahun 1988 sampai 1998 kinerja ekspor negara bagian menunjukkan banyak variasi yang disebabkan oleh distribusi industri dari sebagian besar negara bagian semakin serupa dengan distribusi secara nasional pada tahun penelitian. Kemiripan ekspor secara geografis mengalami sedikit perubahan, arti penting efek tujuan luar negeri mungkin menjadi lebih penting dalam kaitannya dengan efek bauran industri. Yusuf (1999) dalam studinya menggunakan analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi potensial di Provinsi Bangka Belitung. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa perekonomian Kabupaten Bangka didominasi oleh sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, sedangkan sektor ekonomi potensial yang dapat dikembangkan terdiri atas sektor pertanian, angkutan dan komunikasi, dan jasajasa. Hal serupa dilakukan juga oleh Nugraha (2003) dalam mengidentifikasi sektor ekonomi potensial di Kota Prabumulih. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor ekonomi potensial yang sesuai dengan kondisi Kota Prabumulih sebagai penghasil minyak bumi bagi Provinsi Sumatera Selatan. Disamping itu, Kota Prabumulih juga sebagai kota satelit bagi Kota Palembang sehingga sektor perdagangan, hotel dan restoran berkembang pesat. Melalui analisis LQ yang diteliti oleh Marwa (2000) diketahui bahwa sektor basis di Provinsi Sumatera Selatan adalah sektor pertanian, pertambangan migas dan perdagangan. Namun berdasarkan analisis shift-share, sektor dan subsektor yang relatif bisa dikembangkan adalah sektor pertanian, subsektor
25
penggalian nonmigas, subsektor industri migas, sektor perdagangan dan sektor jasa. Kemudian Aswandi (2002), melakukan penelitian mengenai evaluasi penetapan kawasan andalan di Provinsi Kalimantan Selatan. Dalam penelitiannya digunakan alat analisis LQ, tipologi klassen dan indeks spesialisasi regional. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa berdasarkan analisis tipologi klassen, dari ketiga kawasan andalan yang telah ditetapkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan hanya Kabupaten Kotabaru yang berada pada klasifikasi daerah cepat maju dan tumbuh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan kawasan andalan sebagai daerah yang memiliki keterkaitan perekonomian sektoral dengan daerah lainnya masih lemah. Selanjutnya dengan analisis shift share modifikasi Estaban Marquillas yang digunakan Saimima (2003) untuk mengetahui sektor ekonomi potensial di Kota Ambon diperoleh kesimpulan bahwa sebelum konflik, perekonomian di Kota Ambon berspesialisasi pada sektor industri pengolahan dan sektor bangunan, sedangkan sektor pertanian merupakan kegiatan ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif di Kota Ambon. Pada periode setelah konflik, hanya sektor perdagangan yang mempunyai spesialisasi namun tidak memiliki keunggulan kompetitif, sedangkan sektor pertambangan mempunyai keunggulan kompetitif yang cukup besar.
2.6
Kerangka Pikir Model pembangunan ekonomi daerah dapat dilakukan dengan pendekatan
sektoral. Pembangunan ekonomi dengan pendekatan sektoral selalu dimulai
26
dengan pertanyaan sektor apa yang harus dikembangkan (Aziz, 1994). Dalam penelitian ini sektor/subsektor yang harus dikembangkan disebut sebagai sektor/subsektor potensial. Untuk mengidentifikasi sektor/subsektor potensial di Kabupaten OKU Timur digunakan analisis data PDRB baik dari sisi kontribusi maupun sisi pertumbuhan. Sektor ekonomi potensial tidak dapat dilihat dari sisi pertumbuhan dan kontribusi saja. Untuk menentukan sektor potensial perlu diperhatikan keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan spesialisasi sektor tersebut terhadap sektor yang sama pada tingkat provinsi. Untuk melihat keunggulan komparatif suatu sektor digunakan analisis location quotient, untuk melihat spesialisasi dan keunggulan kompetitif digunakan analisis shift share dan model rasio pertumbuhan, sedangkan untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral digunakan modifikasi tipologi Klassen. Penggunaan tipologi Klassen ini untuk mengklasifikasikan sektor/subsektor potensial yang merupakan gabungan keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, spesialisasi berdasarkan struktur dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur terhadap Provinsi Sumatera Selatan.
27
Model Pendekatan Pembangunan Ekonomi Daerah
Pendekatan sektoral
PDRB
Pertumbuhan Sektoral
Struktur Ekonomi (Kontribusi Sektoral)
Analisis Shift-Share dan MRP
Tipologi Klassen (Sektoral)
Sektor/Subsektor Ekonomi Potensial
Implikasi Kebijakan
Gambar 2.1
Kerangka Pikir Penelitian
Analisis LQ
III. 3.1
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan ruang lingkup lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten
OKU Timur, dengan melihat keterbandingannya dalam ruang lingkup Provinsi Sumatera Selatan. Yang menjadi objek penelitian adalah sektor dan subsektor ekonomi potensial. Sektor dan subsektor ekonomi potensial tersebut merupakan kegiatan ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif dan spesialisasi di Kabupaten OKU Timur. Disamping itu juga dikaji mengenai pola dan struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur dibandingkan dengan kondisi seluruh Provinsi Sumatera Selatan. Objek penelitian diamati selama delapan tahun, yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2007. Kurun waktu selama 8 (delapan) tahun ini dilandasi oleh tersedianya data hasil perhitungan PDRB Kabupaten OKU Timur dan data PDRB Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2000 hingga tahun 2007.
3.2
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
meliputi; data PDRB Kabupaten OKU Timur (tahun 2000-2007), data PDRB Provinsi Sumatera Selatan (tahun 2000-2007), baik atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK). Selain itu juga dikumpulkan data sekunder mengenai karakteristik wilayah, seperti kondisi geografis dan potensi sumber daya di Kabupaten OKU Timur. Seluruh data
29
sekunder tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur, baik yang berasal dari publikasi OKU Timur dalam Angka (2006 dan 2007), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) OKU Timur (2006 dan 2007) maupun data hasil kompilasi yang dikumpulkan dan dipublikasikan oleh BPS Provinsi Sumatera Selatan.
3.3
Metode Analisis Sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan dalam
penelitian ini maka metode analisis dibagi menjadi dua bagian yaitu analisis sektor dan subsektor ekonomi potensial untuk menjawab permasalahan pertama serta analisis pola dan struktur pertumbuhan ekonomi regional untuk menjawab permasalahan kedua. Disamping itu juga dianalisis berbagai indikator turunan dari PDRB seperti, pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan pendapatan per kapita penduduk Kabupaten OKU Timur. Secara garis besar dapat dijelaskan bahwa PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB Kabupaten OKU Timur yang perhitungannya telah dipisahkan dari PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu (kabupaten induk sebelum pemekaran). Mengacu pada metode penghitungan PDRB kabupaten/kota di Indonesia (BPS, 2003) maka metode yang digunakan dalam pemisahan PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten OKU Timur terhadap PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah dengan menggunakan metode tidak langsung atau metode alokasi (indirect method). Sedangkan untuk PDRB atas
30
dasar harga konstan digunakan teknik indikator tunggal dengan metode ekstrapolasi (extrapolation method).
3.3.1
Analisis Sektor Ekonomi Potensial Secara garis besar, analisis sektor dan subsektor ekonomi potensial dalam
penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi sektor dan subsektor ekonomi potensial dari sisi kontribusi PDRB (aspek keunggulan komparatif) melalui alat analisis location quotient (LQ) serta penentuan sektor dan subsektor ekonomi potensial dari sisi pertumbuhan PDRB (aspek keunggulan kompetitif) melalui alat analisis MRP dan analisis Shift-Share Estaban Marquillas (SS-EM). Khusus mengenai identifikasi dan pengaruh spesialisasi perekonomian wilayah akan dijelaskan melalui analisis Shift-Share Estaban Marquillas. Selanjutnya setelah aspek keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif dan spesialisasi teridentifikasi, maka dilakukan analisis overlay yang bertujuan untuk melihat potensi sektor dan subsektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur berdasarkan gabungan dari ketiga alat analisis tersebut. Secara ringkas, metode analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang dibahas pada skripsi ini ditampilkan pada Tabel 3.1.
a.
Analisis Location Quotient (LQ) Analisis Location Quotient digunakan untuk menunjukkan besar kecilnya
peranan sektor perekonomian suatu region dengan membandingkan sektor yang sama
pada
wilayah
yang
lebih
besar.
Metode
ini
digunakan
untuk
31
mengidentifikasi sektor ekonomi potensial yang menjadi unggulan yang dapat dikembangkan pada suatu wilayah dan dipergunakan untuk mengidentifikasi keunggulan komparatif (comparative advantage) suatu wilayah (Thoha dan Soekarni, 2000). Tabel 3.1. Ringkasan Alat (Metode) dan Kegunaan Analisis Penelitian Tujuan/kegunaan
Data yang Digunakan
1. Analisis Location Quotient (LQ)
Menunjukkan besar kecilnya peranan dan mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial (sektor basis), yang memiliki comparative advantage di suatu region.
Pengolahan data PDRB ADHB Kab. OKU Timur dan Prov. Sumsel (kontribusi sektoral)
2. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Mengidentifikasi sektor/subsektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan PDRB (competitive advantage)
Pengolahan data PDRB ADHK Kab. OKU Timur dan Prov. Sumsel (rata-rata pertumbuhan)
3. Analisis Shift-Share Modifikasi EstabanMarquillas
Mengidentifikasi competitive advantage dan mengetahui tingkat spesialisasi perekonomian di suatu region
Pengolahan data PDRB ADHK Kab. OKU Timur dan Prov. Sumsel (rata-rata pertumbuhan)
4. Analisis Overlay
Kelanjutan dari analisis LQ dan MRP bertujuan untuk memperoleh deskripsi ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan ( RPs dan RPr) dan kontribusi .
Pengolahan lanjutan dari LQ, MRP dan Shift Share
5. Analisis Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi
Mengetahui potensi relatif sektor/subsektor Kabupaten OKU Timur terhadap kabupaten/kota lain se Provinsi Sumatera Selatan dengan bantuan analisis Klassen Typology.
Pengolahan lanjutan dari LQ, MRP, Shift Share dan overlay
Alat Analisis
Penelitian ini menggunakan metode yang mengacu pada formulasi yang dikemukakan oleh Arsyad (1999).
32
LQ
=
Yi,k / Yi,p
….…………….….………...… (1)
Yk / Yp
Keterangan; Yi,k : Nilai tambah PDRB sektor i di Kabupaten OKU Timur Yk : Total PDRB di Kabupaten OKU Timur Yi,p : Nilai tambah PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Selatan Yp : Total PDRB di Provinsi Sumatera Selatan
Dari hasil analisis Location Quotient (LQ) maka didapat kesimpulan: 1. Jika nilai LQ > 1, berarti sektor tersebut merupakan sektor potensial, yang menunjukkan suatu sektor mampu melayani pasar baik di dalam maupun di luar Kabupaten OKU Timur; 2. Jika nilai LQ < 1, berarti sektor tersebut bukan merupakan sektor potensial, yang menunjukkan suatu sektor belum mampu melayani pasar di Kabupaten OKU Timur; 3. Jika nilai LQ = 1, berarti suatu sektor hanya mampu melayani pasar di Kabupaten OKU Timur saja atau belum dapat memasarkan hasil sektor tersebut ke luar daerah lain.
b.
Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Selain alat analisis LQ yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan
subsektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria kontribusi PDRB, alat analisis lain dirasakan penting dipergunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur. Hal ini mengacu kepada rekomendasi Yusuf (1999), yang menganjurkan untuk menggunakan lebih dari satu alat analisis dalam mengidentifikasi sektor ekonomi potensial di suatu
33
wilayah. Oleh karena itu, analisis MRP turut digunakan untuk menganalisis sektor dan subsektor ekonomi potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan PDRB Kabupaten OKU Timur. MRP adalah kegiatan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam skala yang lebih kecil maupun dalam skala yang lebih luas. Dalam analisis MRP terdapat dua macam rasio pertumbuhan, yaitu: 1. Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) merupakan perbandingan antara pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Kabupaten OKU Timur dengan pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Provinsi Sumatera Selatan. 2. Rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr) perbandingan rata-rata pertumbuhan pendapatan (PDRB) sektor i di Provinsi Sumatera Selatan dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan (PDRB) di Provinsi Sumatera Selatan. Analisis MRP ini merupakan modifikasi dari komponen proportional shift dan differential shift dalam analisis shift-share (Yusuf, 1999). Komponen proportional shift dan differential shift yang dalam analisis shift-share Estaban Marquillas disimbolkan dengan Mij dan Cij ini memberikan nilai perubahan baik pengurangan maupun penambahan PDRB. Dengan demikian, Mij dan Cij menunjukkan perubahan nilai yang besar (bukan rasio). Melalui modifikasi maka akan didapat nilai yang lebih besar, lebih kecil atau sama dengan 1 (rasio). Formulasi dari RPs dan RPr yang merupakan penurunan dari persamaan sebagai berikut (Yusuf, 1999):
34
1. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr): ∆E ∆E n M ij = in − Eij …………………….…………...……... En Ei n M ij ∆Ein En ∆En Ein = − ………………………….….……. Eij Ein En Ein En M ij ∆Ein En ∆En …………………………...…….…… = − 1 Eij Ein ∆En En
∆Ein ∆Ein En Ein +1 = = ………..………..……….… ∆E n ∆En Eij Ein ∆En En En M ij
∆Ein Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) =
∆ En
Ein
…….
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
En
2. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS) :
∆Eij ∆Ein Cij = − Eij ………………….……….……….….…....... Ein Eij ∆Ein Eij Cij = ∆Eij − …….…………..………….……..…....…...... . Ein ∆Eij Ein ∆Ein Eij ………………...……………..….... − 1 Cij = Ein ∆Ein Eij ∆Eij Eij Ein Cij ∆Eij Ein +1 = = …….…………………...…....... ∆Ein Eij Ein ∆Eij ∆Ein Ein ∆Eij Eij Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS) = ….….… ∆En En dimana : ∆Eij = Eij,t - Eij …………..…………...………..………..…….… ∆Ein = Ein,t - Ein …………..…………...……………….….….… ∆En = En,t – En …………..…………...……………………….…
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12) (13) (14)
Keterangan: ∆Eij : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur Eij,t : PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur pada tahun akhir analisis.
35
∆Ein : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Provinsi Sumatera Selatan. Ein,t : PDRB sektor (subsektor) i di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun akhir analisis. ∆En : Perubahan PDRB Provinsi Sumatera Selatan. En,t : Total PDRB tahun akhir analisis di Provinsi Sumatera Selatan Mij : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur
yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan (subsektor) i di Provinsi Sumatera Selatan
Cij
c.
sektor
: Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur yang disebabkan oleh keunggulan kompetitif sektor (subsektor) tersebut di Kabupaten OKU Timur.
Analisis Shift-Share
Untuk mengkaji kinerja berbagai sektor ekonomi yang berkembang di suatu daerah dan membandingkannya dengan perekonomian regional maupun nasional digunakan teknik analisis Shift-Share. Dengan teknik ini, selain dapat mengamati penyimpangan dari berbagai perbandingan kinerja perekonomian antar wilayah, maka keunggulan kompetitif (competitive advantage) suatu wilayah juga dapat diketahui melalui tenik analisis Shift-Share ini (Thoha dan Soekarni, 2000). Metode analisis shift share diawali dengan mengukur perubahan nilai tambah bruto atau PDRB suatu sektor-i di suatu region-j (Dij) dengan formulasi (Soepono, 1993): Dij = Nij + Mij + Cij di mana: Nij = Eij. rn Mij = Eij (rin - rn) Cij = Eij (rij – rin)
Dari
persamaan
…………………….………..………..…..
(15)
…..………………………………...………. (16) ...……..……………………….……..…….. (17) ….…..…………….…………..……..…….. (18)
(16)
sampai
(18),
rij
mewakili
pertumbuhan
sektor/subsektor-i di Kabupaten OKU Timur, sedangkan rn dan rin masing-masing laju pertumbuhan agregat Provinsi Sumatera Selatan dan pertumbuhan
36
sektor/subsektor i Provinsi Sumatera Selatan, yang masing-masing dapat didefinisikan sebagai berikut: rij = (Eij,t – Eij)/Eij rin = (Ein,t – Ein)/Ein rn = (En,t - En)/En
…...…..…………………..………....……….. (19) …………..…...………..………....…..……... (20) ………..…………..……..…………….……... (21)
Keterangan; Di,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur Ni,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan. Mi,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur yang disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan sektor (subsektor) i Provinsi Sumatera Selatan. Ci,j : Perubahan PDRB sektor (subsektor) i di Kabupaten OKU Timur yang disebabkan oleh keunggulan kompetitif sektor (subsektor) tersebut di Kabupaten OKU Timur. Eij : PDRB sektor i di Kabupaten OKU Timur tahun awal analisis Ein : PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Selatan tahun awal analisis En : PDRB total di Provinsi Sumatera Selatan tahun awal analisis Eij,t : PDRB sektor i di Kabupaten OKU Timur tahun akhir analisis Ein,t : PDRB sektor i di Provinsi Sumatera Selatan tahun akhir analisis En,t : PDRB total di Provinsi Sumatera Selatan tahun akhir analisis
Persamaan (19) sampai (21) juga menunjukkan bahwa peningkatan nilai tambah suatu sektor di Kabupaten OKU Timur (Dij) dapat diuraikan (decompose) menjadi 3 faktor berpengaruh, yaitu (Syafrizal, 2008): 1. Regional Share (Nij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh faktor luar yaitu; peningkatan kegiatan ekonomi daerah akibat kebijaksanaan nasional atau provinsi yang berlaku pada seluruh daerah. 2. Proportional Shift (Mij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang baik, yaitu berspesialisasi pada sektor yang pertumbuhannya cepat secara nasional atau provinsi.
37
3. Differential Shift (Cij) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah karena kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif. Unsur pertumbuhan ini merupakan keuntungan kompetitif daerah yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor daerah. Melalui ketiga komponen tersebut dapat diketahui komponen atau unsur pertumbuhan mana yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah. Nilai masing-masing komponen dapat saja negatif atau positif, tetapi jumlah keseluruhan akan selalu positif, bila pertumbuhan ekonomi juga positif dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan persamaan (2) sampai (8) di atas, maka untuk suatu wilayah, pertumbuhan nasional atau regional, bauran industri (industrial mix) dan keunggulan kompetitif dapat ditentukan bagi suatu sektor-i atau dijumlahkan untuk semua sektor sebagai keseluruhan wilayah. Persamaan Shift-Share untuk sektor-i di wilayah-j adalah: Dij = Eij.rn + Eij (rin –rn) + Eij (rij –rin) ……………...……………
Selanjutnya
menurut
Oppenheim
dalam
Yusuf
(1999),
(22)
analisis
pertumbuhan ekonomi regional komponen proportional shift (PS) dan differential
shift (DS) lebih penting dibanding komponen regional share. Hal ini karena DS digunakan untuk melihat perubahan pertumbuhan dari suatu kegiatan di wilayah studi terhadap kegiatan tersebut di wilayah referensi. Dari perubahan tersebut dapat dilihat berapa besar pertambahan atau pengurangan pendapatan dari kegiatan tersebut. Sedangkan PS untuk melihat perubahan pertumbuhan suatu kegiatan di wilayah referensi terhadap kegiatan total (PDRB) di wilayah referensi.
38
Dari kedua komponen ini jika besaran PS dan DS dinyatakan dalam suatu bidang datar, dengan nilai PS sebagai sumbu horisontal dan nilai DS sebagai sumbu vertikal, akan diperoleh empat kategori posisi relatif dari seluruh daerah atau sektor ekonomi tersebut. Keempat kategori tersebut adalah (dalam Freddy, 2001):
Kategori I (PS positif dan DS positif) adalah wilayah/sektor dengan pertumbuhan sangat pesat (rapid growth region).
Kategori II (PS negatif dan DS positif) adalah wilayah/sektor dengan kecepatan pertumbuhan terhambat tapi berkembang (depressed region yang berkembang).
Kategori III (PS positif dan DS negatif) adalah wilayah/sektor dengan kecepatan pertumbuhan terhambat namun cenderung berpotensi (depressed region yang berpotensi).
Kategori IV (PS negatif dan DS negatif) adalah wilayah/sektor
depressed region dengan daya saing lemah dan juga peranan terhadap wilayah rendah. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat spesialisasi perekonomian di suatu daerah dapat dilakukan dengan modifikasi analisis shift-share ini. Estaban Marguillas pada tahun 1972 telah melakukan modifikasi terhadap teknik analisis
Shift-share untuk memecahkan masalah pengaruh efek alokasi dan spesialisasi (Soepono, 1993). Dengan mengacu kepada persamaan di atas, maka modifikasi persamaan Shift-Share menurut Estaban Marguillas mengandung unsur baru yang diberi notasi E*ij didefinisikan sebagai suatu variabel wilayah (Eij), bila struktur
39
wilayah sama dengan struktur nasional atau Eij=E*ij maka E*ij dirumuskan menjadi: E*ij = Ej (Ein/En) ……………....………………………………….
(23)
Apabila Eij diganti dengan E*ij maka persamaan Cij = Eij (rij – rin) dapat pula diganti menjadi: C*ij = E*ij (rij – rin) ………………….……...……………………
(24)
Cij adalah untuk mengukur keunggulan atau ketidakunggulan kompetitif di sektor-i pada perekonomian suatu wilayah menurut analisis Shift-share klasik. Pengaruh efek alokasi (allocation effect) belum dijelaskan dari suatu variabel wilayah untuk sektor-i di wilayah j (Aij), untuk mengetahui efek alokasi tersebut didekati dengan menggunakan rumus (Soepono, 1993): Aij = (Eij – E*ij) (rij – rin) ……….…………….…………………. (25) dimana: (Eij –E*ij) : menggambarkan tingkat spesialisasi sektor i di Kabupaten OKU Timur, jika rij > rin (rij – rin) : menggambarkan tingkat keunggulan kompetitif sektor i di Kabupaten OKU Timur.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Aij sebagai pengaruh alokasi dapat dilihat dalam dua bagian yaitu tingkat spesialisasi sektor i di wilayah j (Eij – E*ij) yang dikalikan dengan keunggulan kompetitif (rij – rin). Persamaan tersebut dapat bermakna bahwa bila suatu wilayah mempunyai suatu spesialisasi di sektor tertentu, maka sektor tersebut pasti akan menikmati pula keunggulan kompetitif yang lebih baik. Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dari efek alokasi akan dijelaskan pada Tabel 3.2. Dari hasil modifikasi Estaban-Marquillas terhadap analisis Shift-Share dapat dirumuskan sebagai berikut (Soepono, 1993):
40
Dij = Eij (rn)+Eij (rin – rn)+E*ij (rij – rin)+(Eij –E*ij) (rij – rin) ………...… (26)
Tabel 3.2
d.
Kemungkinan hasil penghitungan dari Efek Alokasi
No.
rij – rin
Eij–E*ij
Keunggulan Kompetitif
Spesialisasi
1 2 3 4
>0 >0 <0 <0
>0 <0 >0 <0
√ √ x x
√ x √ x
Analisis Overlay
Setelah melakukan analisis LQ dan MRP, analisis dilanjutkan dengan menggunakan analisis Overlay yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi kegiatan ekonomi potensial dalam suatu wilayah yang didasarkan atas kriteria pertumbuhan (hasil analisis wilayah studi atau RPs) dan kriteria kontribusi (hasil analisis LQ). Menurut Yusuf (1999) terdapat empat kemungkinan dalam analisis ini
yaitu
kombinasi
antara
sektor/subsektor
ekonomi
potensial
yang
menggambarkan keadaan suatu daerah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan (+) dan kontribusi (+) menunjukkan suatu sektor (subsektor) yang sangat dominan baik dari pertumbuhan maupun dari kontribusinya. 2. Pertumbuhan (+) dan kontribusi (-) menunjukkan suatu sektor (subsektor) yang pertumbuhannya dominan tetapi kontribusinya kecil. 3. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+) menunjukkan suatu sektor (subsektor) yang pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya besar.
41
4. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (-) menunjukkan suatu sektor (subsektor) yang tidak potensial baik kriteria pertumbuhan maupun kontribusinya. Namun analisis overlay tersebut belum mengakomodasi hasil analisis SSEM
yang
merepresentasikan
keunggulan
kompetitif
dan
spesialisasi
perekonomian suatu wilayah. Sebagaimana yang pernah dilakukan Saimima (2003), analisis overlay digunakan dengan pertimbangan memasukkan hasil analisis SS-EM, sehingga akan diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi potensial suatu wilayah berdasarkan rasio pertumbuhan wilayah studi, keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif serta spesialisasi.
3.3.2
Analisis Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Regional
Gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di Kabupaten OKU Timur dapat diketahui dengan mengggunakan analisis Klassen Typology. Dengan melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi akan terlihat potensi relatif perekonomian di Kabupaten OKU Timur terhadap kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Selatan. Sjafrizal (1997) mengemukakan bahwa analisis ini digunakan untuk membedakan suatu daerah menjadi empat klasifikasi yaitu daerah maju dan cepat tumbuh (rapid growth region), daerah berkembang (growing region), daerah maju tapi tertekan (retarded region) dan daerah relatif tertinggal (relatively backward region). Keempat klasifikasi ini ditentukan berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan perkapita suatu
42
wilayah. Secara rinci pengklasifikasian suatu wilayah berdasarkan Klassen
Typology dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3
Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Daerah Menurut Klassen Typology Pendapatan per Kapita (y)
Laju Pertumbuhan (r)
yi › y
yi ‹ y
ri › r
Daerah maju dan tumbuh cepat (Rapid Growth Region)
Daerah maju tapi tertekan (Retarded Region)
ri ‹ r
Daerah Berkembang Cepat (Growing Region)
Daerah relatif tertinggal (Relatively Backward Region)
Sumber : Sjafrizal (1997) Keterangan; ri : Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur r : Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan yi : Income per kapita Kabupaten OKU Timur y : Income per kapita Provinsi Sumatera Selatan
Kemudian untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan berdasarkan sektor dan subsektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur dilakukan melalui pendekatan modifikasi analisis Klassen Typology. Analisis ini dilakukan dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi masing-masing sektor dan subsektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur dengan dibandingkan terhadap pertumbuhan dan kontribusi sektor maupun subsektor ekonomi yang sama pada tingkat Provinsi Sumatera Selatan. Penggunaan dan interprestasi alat analisis ini dapat dilihat pada Tabel 3.4.
43
Tabel 3.4. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor (Subsektor) Ekonomi Menurut Klassen Typology Kontribusi (p) pi › p
pi ‹ p
ri › r
Sektor dan subsektor Maju dan cepat tumbuh
Sektor dan subsektor Maju tapi tertekan
ri ‹ r
Sektor dan subsektor Berkembang cepat
Sektor dan subsektor Relatif tertinggal
Laju Pertumbuhan (r)
Sumber : Apriliyanto(2003) Keterangan : ri : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektoral Kab Ogan Komering Ulu Timur r : Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektoral Provinsi Sumatera Selatan pi : Rata-rata kontribusi PDRB sektoral Kabupaten OKU Timur p : Rata-rata kontribusi PDRB sektoral Provinsi Sumatera Selatan
3.4
Definisi Operasional Variabel
Beberapa variabel yang digunakan untuk kepentingan penelitian ini memiliki konsep dan definisi sebagai berikut :
1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku maupun Atas Dasar Harga Konstan merupakan nilai produksi barang dan jasa akhir dalam kurun waktu tertentu. Pada penelitian ini menggunakan periode
data
satu
tahunan.
Dinamakan
bruto
karena
masih
memasukkan komponen penyusutan. Disebut domestik karena menyangkut batas wilayah. Disebut konstan karena harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu (tahun dasar = 2000) dan dinamakan berlaku karena menggunakan harga tahun berjalan (tahun
44
sesuai dengan referensi waktu yang diinginkan). PDRB juga sering disebut dengan NTB (Nilai Tambah Bruto).
2. Sektor Ekonomi menyatakan lapangan usaha pembentuk PDRB sektoral di suatu wilayah. Sektor atau lapangan usaha pada tulisan ini sama dengan konsep yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik terdiri dari sembilan sektor yaitu: sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan perbankan dan sektor jasa-jasa.
3. Sektor dan subsektor ekonomi potensial merupakan sektor dan subsektor ekonomi yang memiliki satu atau gabungan kriteria seperti keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, spesialisasi jika dibandingkan dengan sektor dan subsektor ekonomi yang sama pada wilayah lainnya.
4. Keunggulan Kompetitif berarti kemampuan daya saing kegiatan ekonomi yang lebih besar pada suatu daerah terhadap kegiatan ekonomi yang sama di daerah lainnya. Keunggulan kompetitif juga merupakan cermin dari keunggulan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah terhadap wilayah lainnya yang dijadikan “benchmark”
5. Keunggulan komparatif mengacu pada kegiatan ekonomi suatu daerah yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi perekonomian daerah tersebut. Perbandingan tersebut merupakan perbandingan
45
kontribusi nilai tambah bruto suatu sektor/subsektor ekonomi suatu daerah yang lebih besar dibandingkan dengan daerah lainnya.
6. Spesialisasi mengacu kepada sektor ekonomi di suatu wilayah, dimana suatu wilayah dikatakan memiliki spesialisasi jika wilayah tersebut mengembangkan suatu sektor ekonomi sehingga pertumbuhan maupun andil sektor tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan sektor yang sama pada daerah lainnya, spesialisasi juga tercipta akibat potensi sumber daya alam yang besar maupun peran permintaan pasar yang besar terhadap output-output lokal.
7. Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan suatu pola dan posisi relatif suatu wilayah atau sektor dan subsektor ekonomi berdasarkan struktur dan pertumbuhannya jika dibandingkan dengan wilayah lainnya atau sektor dan subsektor ekonomi di wilayah lainnya. Biasanya untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi baik regional maupun sektoral digunakan klasifikasi dari klassen (Tipologi Klassen).
8. Dalam penelitian ini, sesuai rekomendasi Syafrizal, dkk (1997), maka unsur minyak dan gas bumi (pertambangan migas dan industri migas) tidak diikutsertakan. Apalagi kondisi Kabupaten OKU Timur yang tidak memiliki sumber daya migas potensial.
IV. 4.1
GAMBARAN UMUM KABUPATEN OKU TIMUR
Kondisi Umum Kabupaten OKU Timur Kabupaten OKU Timur dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 37
Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003. Sebelum menjadi daerah otonom, Kabupaten OKU Timur merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu. Secara geografis Kabupaten OKU Timur terletak 1030 40’ Bujur Timur sampai dengan 1040 33’ Bujur Timur dan antara 30 45’ sampai dengan 40 55’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 3.370 km2. Dilihat dari ketinggian terhadap permukaan laut, maka Kabupaten OKU Timur termasuk daerah yang berada di wilayah dataran rendah, dimana ketinggian maksimal dari permukaan laut hanya mencapai 67 meter, yaitu berada di sebagian wilayah Kecamatan Bunga Mayang dan Kecamatan Martapura. Selanjutnya jika dilihat dari derajat kemiringan tanah, maka pada umumnya Kabupaten OKU Timur memiliki dataran yang cenderung landai, dengan derajat kemiringan yang relatif kecil. Seperti kebanyakan iklim di Indonesia, iklim Kabupaten OKU Timur terdiri atas iklim tropis dan basah. Pada Bulan Juni sampai September, arus angin lebih banyak berasal dari Australia yang tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau di Kabupaten OKU Timur. Sebaliknya pada Bulan Desember sampai dengan Maret, angin pada umumnya bertiup dari Asia dan Samudera Pasifik, yang melewati beberapa lautan, sehingga banyak mengandung uap air, dan mengakibatkan terjadinya musim penghujan. Sepanjang
47
tahun 2007, suhu udara rata-rata pada siang hari di Kabupaten OKU Timur berkisar antara 220 C - 310 C. Pada awal terbentuknya kabupaten ini, wilayah Kabupaten OKU Timur terdiri atas 10 kecamatan dengan 204 desa dan 3 kelurahan. Pada tahun 2007 telah terjadi pemekaran kecamatan dan desa/kelurahan. Kini jumlah kecamatan mencapai 20 kecamatan dan jumlah desa menjadi 269 desa serta jumlah kelurahan menjadi 7 kelurahan. Adapun batas wilayah Kabupaten OKU Timur adalah sebagai berikut; Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ulu, Provinsi Sumatera Selatan. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan kondisi tersebut maka Kabupaten OKU Timur berada di wilayah bagian Selatan Provinsi Sumatera Selatan dan berbatasan langsung dengan Provinsi Lampung bagian Utara. Jarak Kota Martapura (ibukota kabupaten) ke Kota Palembang (ibukota provinsi) sekitar 200 km atau sekitar 5 jam perjalanan darat dengan menggunakann kendaraan umum. Hampir di sepanjang wilayah Kabupaten OKU Timur dilalui oleh Sungai Komering. Sungai Komering memberikan keberkahan tersendiri bagi Kabupaten OKU Timur. Dengan adanya Sungai Komering, maka mulai jaman penjajahan Kolonial Belanja telah dibangun sarana irigasi teknis, yang Bendung Belitang. Kemudian pada awal tahun 1990-an Bendung Perjaya yang lebih modern juga telah dibangun oleh
48
pemerintah RI. Kedua bendung tersebut mengandalkan Sungai Komering sebagai sumber airnya. Tak pelak jika Kabupaten OKU Timur kini menjadi salah satu lumbung pangan bagi Provinsi Sumatera Selatan. 2 1,8 1,6
1,78
Persen
1,4 1,40
1,2
1,45 1,28
1 0,8
0,93
1,20
1,21
0,95
0,6 0,4 0,2 0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
. Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur (diolah)
Gambar 4.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten OKU Timur tahun 2000-2007 4.2
Kondisi Kependudukan Kabupaten OKU Timur Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten
OKU Timur jumlah penduduk Kabupaten OKU Timur dari tahun 2000-2007 mengalami laju pertumbuhan yang berfluktuasi (lihat Gambar 4.1). Penurunan laju pertumbuhan terjadi penduduk mulai tahun 2005, yaitu dari 1,28 persen pada tahun 2005, turun menjadi 1,20 persen tahun 2006, tapi pada tahun 2007 kembali naik sedikit hingga menjadi 1,21 persen. Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa jumlah penduduk Kabupaten OKU Timur sebesar 533.392 jiwa pada 2000, tahun 2003 menjadi 553.914 jiwa, tahun 2005 menjadi 570.990 jiwa, dan tahun 2007 menjadi 584.834 jiwa.
49
Persebaran penduduk di Kabupaten OKU Timur pada tahun 2007 menurut kecamatan tampak tidak merata (lihat Tabel 4.1). Kecamatan Buay Madang Timur memiliki jumlah penduduk terbesar, mencapai 53.095 jiwa (9,08 persen), menyusul di urutan kedua Kecamatan Belitang I dengan jumlah penduduk 46.974 jiwa (8,03 persen) dan di tempat ketiga Kecamatan Martapura dengan jumlah penduduk 44.095 jiwa (7,54 persen).
590.000 580.000
Jiwa
570.000 560.000 550.000 540.000 530.000 520.000 510.000 500.000 Penduduk
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
533.392
538.459
545.997
553.914
563.774
570.990
577.842
584.834
. Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur (diolah)
Gambar 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten OKU Timur tahun 2000-2007 Persebaran jumlah penduduk di Kabupaten OKU Timur tidak diiringi dengan kepadatan penduduk menurut kecamatan, perhatikan Tabel 4.1. Kecamatan Martapura sebagai ibukota kabupaten memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 431,63 jiwa/km2, diikuti oleh Kecamatan Buay Madang dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 347,04 jiwa/km2 dan berikutnya adalah Kecamatan Buay Madang Timur sebesar 339,81 jiwa/km2. Adapun 3 kecamatan
50
yang penduduknya masih jarang adalah Kecamatan Bunga Mayang (32,26 jiwa/km2) dan Kecamatan Buay Pemuka Bangsa Raja (51,41 jiwa/km2). Tabel 4.1
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Persebaran Penduduk Kabupaten OKU Timur, 2007
Kecamatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Martapura Bunga Mayang Jaya Pura BP Peliung Buay Madang Buay Madang Timur B P Bangsa Raja Madang Suku II Madang Suku III Madang Suku I Belitang Mdg Raya Belitang I Belitang Jaya Belitang III Belitang II Belitang Mulya Semendawai Suku III Semendawai Timur Cempaka Semendawai Barat Jumlah
Jumlah Luas Kepadatan Penduduk Wilayah Penduduk (Jiwa) (Km2) (jiwa/km2) 44.095 102,16 431,63 15.870 113,54 139,77 7.426 230,17 32,26 28.964 154,13 187,92 39.688 114,36 347,04 53.095 156,25 339,81 9.920 192,95 51,41 28.395 129,34 219,54 20.093 195,32 102,87 34.652 211,25 164,03 36.783 163,59 224,85 46.974 354,50 132,51 19.402 91,97 210,96 29.040 153,87 188,73 35.799 153,59 233,08 19.193 45,97 417,51 36.981 297,77 124,19 31.115 183,27 169,78 28.119 101,00 278,41 19.230 225,00 85,47 584.834 3370,00 173,54
Jumlah Penduduk (%) 7,54 2,71 1,27 4,95 6,79 9,08 1,70 4,86 3,44 5,93 6,29 8,03 3,32 4,97 6,12 3,28 6,32 5,32 4,81 3,29 100,00
Luas Wilayah (%) 3,03 3,37 6,83 4,57 3,39 4,64 5,73 3,84 5,80 6,27 4,85 10,52 2,73 4,57 4,56 1,36 8,84 5,44 3,00 6,68 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur (diolah)
4.3
Kondisi Ketenagakerjaan Kabupaten OKU Timur Jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja di Kabupaten OKU
Timur tahun 2007 meningkat dibandingkan tahun 2006, perhatikan Tabel 4.2. Tahun 2006 penduduk yang bekerja sebanyak 253.007 orang, sementara pada tahun
2007
meningkat
menjadi
254.722
orang.
Kondisi
ini
cukup
menggembirakan karena sejalan dengan tujuan pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
51
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Usia 10 tahun ke atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha di Kabupaten OKU Timur tahun 2006-2007 2006
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik Gas dan Air Kontruksi Bangunan Perdagangan Transportasi dan Komunikasi Lembaga Keuangan Jasa-jasa JUMLAH
Jumlah (Jiwa) 202.788 1.391 4.000 467 3.415 29.200 5.422 592 5.802 253.077
2007 Persen
Jumlah (Jiwa)
Persen
80,13 0,55 1,58 0,18 1,35 11,54 2,14 0,23 2,29 100,00
203.207 1.457 4.188 489 2.938 30.117 5.631 620 6.075 254.722
79,78 0,57 1,64 0,19 1,15 11,82 2,21 0,24 2,38 100,00
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur (diolah)
Dari sisi sektoral tampak bahwa sebagian besar tenaga kerja di Kabupaten OKU Timur terserap pada lapangan kerja primer. Pada tahun 2006 sebesar 80,13 persen penduduk bekerja di sektor pertanian, sementara pada tahun 2007 terjadi pergeseran daya serap lapangan kerja. Akibatnya penduduk yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2007 turun hingga menjadi 79,78 persen. Berbeda dengan sektor pertanian yang persentase penyerapan tenaga kerjanya menurun, pada sektor perdagangan justru terjadi peningkatan penyerapan relatif terhadap sektor lainnya. Jika pada tahun 2006 sebanyak 29.200 penduduk (11,54 persen) bekerja di sektor perdagangan, maka pada tahun 2007 meningkat menjadi 30.117 orang (11,82 persen). 4.4
Kondisi Sosial Kabupaten OKU Timur Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, penduduk Kabupaten OKU
Timur cukup heterogen baik dari sisi etnis maupun agama. Etnis utama penduduk
52
Kabupaten OKU Timur adalah Jawa, Sunda, Bali, Komering, Ogan, Minang, dan lain-lain, sementara itu agama terbesar adalah agama Islam. Hampir 95 persen penduduk Kabupaten OKU Timur beragama Islam. Perkembangan agama Islam di Kabupaten OKU Timur tumbuh dengan baik, hal ini didukung oleh berkembangnya pondok pesantren hampir di setiap kecamatan. Indikator sosial penduduk ditunjukkan oleh Tabel 4.3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa angka harapan hidup penduduk Kabupaten OKU Timur selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 angka harapan hidup penduduk sebesar 67,8 tahun dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 68,1 tahun. Kondisi ini mengindikasikan bahwa derajat kesehatan penduduk Kabupaten OKU Timur semakin membaik. Tabel 4.3. Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten OKU Timur Tahun 2004-2006 Tahun
Harapan Hidup (Tahun)
Melek Huruf (Persen)
Lamanya sekolah (tahun)
Pengeluaran Riil per Kapita/bln (000 Rp)
2004 2005 2006
67,8 67,8 68,1
90,9 91,2 94,5
6,3 6,5 6,8
573,0 573,9 587,5
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur (diolah)
Peningkatan kualitas hidup penduduk Kabupaten OKU Timur juga ditunjukkan oleh peningkatan angka melek huruf dari tahun 2004-2006. Pada tahun 2004 angka melek huruf di Kabupaten OKU Timur baru mencapai 90,9 persen, pada tahun 2005 meningkat menjadi 91,2 persen dan pada tahun 2006 mengalami lonjakan hingga mencapai 94,5 persen. Kondisi melek huruf merupakan entry point bagi penduduk dalam mengembangkan dan meningkatkan
53
taraf hidupnya. Peningkatan angka melek huruf di Kabupatn OKU Timur sejalan dengan angka lama sekolah seluruh penduduk Kabupaten OKU Timur. Jika pada tahun 2004 angka lama sekolah baru mencapai 6,3 tahun, maka pada tahun 2005 meningkat menjadi 6,5 tahun dan tahun 2007 meningkat kembali menjadi 6,8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk Kabupaten OKU Timur telah mengikuti pendidikan pada jenjang SLTP. Tingkat pengeluaran riil per kapita per bulan penduduk Kabupaten OKU Timur, yang merupakan proxy daya beli penduduk (purchasing power parity) juga mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2004 pengeluaran riil per kapita per bulan penduduk Kabupaten OKU Timur sebesar Rp. 573.000, pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 573.900 dan pada tahun 2006 meningkat kembali hingga mencapai Rp.587.500. Peningkatan pengeluaran riil penduduk merupakan sinyal yang baik guna menggapai tujuan pembangunan yaitu tercapainya masyarakat yang makmur dan sejahtera.
4.5
Kondisi Ekonomi Kabupaten OKU Timur
4.5.1
Struktur Ekonomi Struktur ekonomi dapat menggambarkan kemajuan suatu daerah. Semakin
maju perekonomian suatu daerah maka kontribusi sektor primer cenderung mengalami penurunan sedangkan kontribusi sektor sekunder dan sektor tersier menunjukkan peningkatan. Di Indonesia struktur ekonomi biasanya dilihat dengan pendekatan makro sektoral, yaitu berdasarkan kontribusi sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB.
54
Secara makro sektoral, perekonomian Kabupaten OKU Timur masih mengandalkan potensi sektor pertanian. Hal ini tercermin dari kontribusi sektor pertanian yang lebih dari 50 persen selama tahun 2000 sampai 2007. Namun jika dilihat polanya maka secara berangsur ketergantungan perekonomian Kabupaten OKU Timur terhadap sektor pertanian mulai berkurang. Pada awal pembentukan kabupaten ini (2003), sektor pertanian mampu menyumbang 52,30 persen PDRB, tahun 2004 mengalami peningkatan menjadi 52,49 persen dan selanjutnya pada tahun 2005, 2006 dan 2007 mengalami penurunan mulai dari 51,75 persen, turun menjadi 51,21 persen dan turun lagi hingga menjadi 50,84 persen dari PDRB agregat. Pergeseran dominasi sektor pertanian secara perlahan yang mulai terjadi pada tahun 2005 tersebut, berimplikasi pada peningkatan kontribusi sektor ekonomi lainnya. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.4, sektor kedua yang paling berperan dalam penciptaan PDRB Kabupaten OKU Timur adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pada tahun 2000 sektor ini mampu menyumbang sebesar 14,19 persen dari PDRB agregat, selanjutnya pada tahun 2001 turun hingga menjadi 13,24 persen, tahun 2002 turun lagi menjadi 12,70 persen, tetapi pada tahun 2003 mulai meningkat menjadi 12,73 persen. Pada tahun 2005 kontribusi sektor ini terus meningkat yaitu sebesar 13,20 persen, tahun 2006 meningkat menjadi 14,01 persen dan tahun 2007 meningkat kembali hingga menjadi 14,74 persen. Kondisi ini tidak terlepas dari Kabupaten OKU Timur sebagai daerah pemekaran baru yang mengalami penataan berbagai sektor ekonomi dan pemerintahan. Pusat-pusat akitifitas perdagangan bertumbuh mulai
55
dari Kota Martapura, kawasan Gumawang, kawasan Sri Wangi dan Cempaka. Hal ini merupakan implikasi dari kondisi Kabupaten OKU Timur sebagai daerah otonom baru yang mulai membangun. Tabel 4.4 Struktur Ekonomi Kabupaten OKU Timur dirinci per Sektor dan Subsektor Tahun 2000-2007 (dalam persen) Sektor/Subsektor
2000
2001
2002
2003
2004
2005 r)
2006*)
2007 **)
1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan non Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta JUMLAH
51,14 25,38 15,78 5,01 1,22 3,76 2,87 2,87 8,33 8,33 0,12 0,11 0,01 7,58 14,19 13,31 0,03 0,85 0,96 0,73 0,23 3,94 0,11 0,04 3,71 0,08 10,88 6,93 3,95 100,00
51,44 25,75 15,33 5,25 1,13 3,98 3,06 3,06 8,57 8,57 0,12 0,12 0,01 7,56 13,24 12,39 0,03 0,82 1,13 0,92 0,22 3,64 0,11 0,04 3,42 0,07 11,24 7,42 3,82 100,00
52,17 25,54 16,23 5,19 1,11 4,10 3,09 3,09 8,42 8,42 0,15 0,14 0,01 7,34 12,70 11,90 0,02 0,78 1,32 1,09 0,23 3,79 0,10 0,04 3,58 0,06 11,01 7,38 3,63 100,00
52,30 25,11 16,93 4,94 1,08 4,24 3,08 3,08 8,15 8,15 0,17 0,17 0,01 7,19 12,73 11,91 0,02 0,79 1,53 1,27 0,25 3,75 0,10 0,04 3,54 0,06 11,10 7,51 3,59 100,00
52,49 23,91 18,31 4,87 1,11 4,28 3,05 3,05 7,62 7,62 0,17 0,16 0,01 7,19 12,51 11,72 0,02 0,77 1,73 1,39 0,34 3,67 0,10 0,04 3,47 0,06 11,56 8,16 3,41 100,00
51,75 23,05 18,95 4,52 1,02 4,21 2,87 2,87 7,48 7,48 0,15 0,15 0,01 7,36 13,20 12,42 0,02 0,76 1,96 1,65 0,31 3,60 0,10 0,04 3,40 0,06 11,62 8,40 3,22 100,00
51,21 22,42 19,62 4,13 0,91 4,12 2,67 2,67 7,23 7,23 0,14 0,13 0,01 7,58 14,01 13,26 0,02 0,73 2,05 1,76 0,30 3,48 0,10 0,05 3,28 0,05 11,63 8,63 3,00 100,00
50,84 21,68 20,54 3,79 0,82 4,01 2,49 2,49 6,96 6,96 0,12 0,12 0,01 7,82 14,74 14,01 0,02 0,71 2,10 1,80 0,30 3,33 0,10 0,05 3,14 0,05 11,60 8,84 2,76 100,00
Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur (diolah) Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
Sektor ekonomi lainnya yang cukup berperan besar dalam perekonomian Kabupaten OKU Timur adalah sektor jasa-jasa. Sejak tahun 2003 sektor ini mengalami peningkatan peran dalam penciptaan PDRB Kabupaten OKU Timur. Pada tahun 2003 sektor ini memiliki kontribusi sebesar 11,10 persen, kemudian di
56
tahun 2004, 2005, dan 2006 terus mengalami peningkatan kontribusi yaitu menjadi 11,56 persen, 11,62 persen dan 11,63 persen. Namun pada tahun 2007 kontribusi sektor ini mengalami sedikit penurunan hingga menjadi 11,60 persen. Sementara itu, sektor-sektor ekonomi lainnya hanya memiliki peran di bawah 10 persen dalam penciptaan PDRB agregat. Jika ditinjau berdasarkan subsektor maka kondisi perekonomian di Kabupaten OKU Timur tidak menunjukkan perbedaan jika dibandingkan secara sektoral. Hal ini disebabkan bahwa kegiatan ekonomi dominan yang diklasifikasikan per subsektor pun merujuk pada subsektor turunan dari sektor ekonomi yang dominan pula. Berdasarkan subsektor maka subsektor tanaman bahan makanan mampu menyumbang 25,38 persen (tahun 2000) dalam pembentukan PDRB di Kabupaten OKU Timur. Walaupun perannya dalam pembentukan PDRB Kabupaten OKU Timur dari tahun ke tahun selalu mengalami penurunan, namun subsektor ini tetap merupakan subsektor yang paling berperan dalam penciptaan PDRB di Kabupaten OKU Timur. Subsektor tanaman perkebunan juga turut berperan besar dalam perekonomian Kabupaten OKU Timur. Subsektor ini mampu menyumbang 15,78 persen dalam penciptaan PDRB pada tahun 2000. Di tahun-tahun berikutnya kontribusi subsektor ini terus mengalami peningkatan, terutama mulai tahun 2003 hingga 2007. Secara berturut-turut kontribusi subsektor ini adalah sebesar 16,93 persen (2003), 18,31 persen (2004), 18,95 persen (2005), 19,62 persen (2006) dan 20,54 persen (2007). Jika melihat fenomena perkembangan peran subsektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur dalam kurun waktu tahun 2000 sampai 2007
57
ini, bukan tak mungkin beberapa tahun ke depan dominasi subsektor tanaman bahan makanan akan tergeser oleh subsektor tanaman perkebunan, terlebih harga karet dan CPO dunia belakangan ini mengalami perbaikan cukup signifikan. Kondisi tersebut menjadikan petani karet dan kelapa sawit di Kabupaten OKU Timur semakin bergairah membudidayakan tanaman karet dan kelapa sawit. Subsektor lain yang turut berperan penting dalam perekonomian di Kabupaten OKU Timur adalah subsektor perdagangan. Peranan subsektor ini sempat mengalami penurunan pada tahun 2000 hingga 2002. Namun mulai tahun 2004 hingga 2007 peran subsektor ini mengalami peningkatan secara pasti. Secara berturut-turut peran subsektor ini dalam pembentukan PDRB Kabupaten OKU Timur sebesar 11,72 persen (2004), 12,42 persen (2005), 13,26 persen (2006) dan 14,01 persen (2007). Dominasi kegiatan ekonomi pada subsektor perdagangan, subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor tanaman perkebunan memiliki keterkaitan yang erat. Keterkaitan ini dapat dijelaskan bahwa meningkatnya peran perdagangan di Kabupaten OKU Timur tak terlepas dari peningkatan peran pengusahaan tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan, karena input terbesar dalam penghitungan Nilai Tambah Bruto subsektor perdagangan di Kabupaten OKU Timur adalah output dari sektor pertanian (BPS, 2004). Oleh karena itu kegiatan pertanian di Kabupaten OKU Timur memiliki “forward linkages” yang besar bagi subsektor perdagangan.
58
4.5.2
Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur sempat mengalami
penurunan pada tahun 2003. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003, yaitu dari 4,93 persen pada tahun 2002 menjadi 4,60 persen pada tahun 2003. Penurunan pertumbuhan ekonomi di tahun 2003 ini sangat dipengaruhi oleh penurunan hasil produksi (output) sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan dan sektor keuangan. Penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut tergambar pada penurunan pertumbuhan PDRB dari masing-masing subsektornya. Pertumbuhan ekonomi yang sempat melambat di tahun 2003 ternyata tidak terjadi di tahun-tahun berikutnya. Perekonomian Kabupaten OKU Timur pada tahun 2004 hingga 2007 menunjukkan kinerja yang membaik. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,39 persen (2004), 5,72 persen (2005), 6,49 persen (2006) dan 6,70 persen (2007). Selama kurun waktu tersebut pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur menunjukkan trend yang meningkat. Selanjutnya jika melihat Tabel 4.5 lebih rinci secara sektoral, pada tahun 2007 sektor yang mengalami pertumbuhan paling besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh sebesar 9,73 persen, kemudian disusul oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 8,87 persen dan sektor bangunan yang tumbuh sebesar 6,77 persen.
59
Tabel 4.5 Pertumbuhan Ekonomi (Atas Dasar Harga Konstan 2000) Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam persen) Sektor/Subsektor 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta Pertumbuhan OKU Timur
3,77 1,83 6,40 4,25 2,45 5,62 7,32 7,32
5,47 4,41 7,52 2,47 6,32 7,32 4,52 4,52
4,79 2,95 8,15 2,23 5,31 5,29 4,25 4,25
5,96 3,35 9,66 3,95 9,83 7,32 4,16 4,16
5,50 3,21 8,77 4,10 3,69 6,82 4,27 4,27
5,92 3,65 9,13 4,25 3,71 7,13 4,31 4,31
6,10 3,81 9,22 4,37 3,40 7,20 4,56 4,56
Rata2 (%) 6,30 3,66 10,84 4,08 5,73 8,16 5,50 5,50
3,29 3,29 3,33 3,25 4,55 3,56 5,38 5,50 2,30 3,52 12,30 13,09 9,83 4,29 4,55 3,55 4,32 2,65 -0,09 -1,66 2,66 3,73
2,10 2,10 4,63 4,59 5,22 3,64 6,95 7,04 4,00 5,62 10,42 11,02 8,50 4,53 5,85 6,17 4,48 4,34 2,39 2,60 2,04 4,93
3,15 3,15 2,02 2,10 0,83 2,42 6,45 6,43 4,81 6,76 11,52 12,50 8,30 2,03 5,88 3,23 1,86 3,80 4,07 3,43 5,14 4,60
2,57 2,57 2,69 2,59 4,10 3,22 7,67 7,83 3,67 5,26 8,05 8,19 7,57 2,65 4,33 4,54 2,56 3,24 4,05 4,10 3,95 5,39
5,55 5,55 2,73 2,64 3,94 5,18 7,79 7,93 3,76 5,62 6,50 5,32 10,60 4,44 8,67 4,19 4,31 4,46 5,11 5,14 5,06 5,72
5,73 5,73 3,44 3,36 4,55 6,52 9,64 9,85 4,26 6,33 8,03 6,77 12,18 4,82 9,64 4,60 4,66 5,13 6,19 6,75 5,25 6,49
5,74 5,74 3,47 3,41 4,35 6,77 9,73 9,92 4,50 6,51 8,87 6,87 15,13 4,92 10,00 4,67 4,74 5,33 6,67 7,15 5,85 6,70
4,53 4,53 3,51 3,44 4,42 5,11 9,64 9,84 4,38 6,71 12,46 11,95 14,04 4,45 8,60 5,05 4,31 4,68 4,55 4,38 4,86 6,31
2001
2002
2003
Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur (diolah) Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara
2004
2005
2006
2007
**) Angka Sangat Sementara
Kemudian jika dirinci per subsektor maka pada tahun 2007 subsektor komunikasi merupakan subsektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan paling pesat, yaitu sebesar 15,13 persen. Selain subsektor komunikasi, subsektor bank juga mampu tumbuh sebesar 10,00 persen. Kegiatan ekonomi lain yang tumbuh cukup signifikan di Kabupaten OKU Timur pada tahun 2007 adalah subsektor perdagangan yang tumbuh 9,92 persen dan subsektor tanaman perkebunan yang mampu tumbuh sebesar 9,22 persen. Sementara kegiatan ekonomi lainnya mengalami pertumbuhan kurang dari 8,00 persen per tahun. Tingginya laju
60
pertumbuhan subsektor perdagangan dan subsektor tanaman perkebunan di Kabupaten OKU Timur pada tahun 2007 dipengaruhi oleh membaiknya harga produk perkebunan (karet dan kelapa sawit) di pasaran nasional maupun internasional. Kondisi tersebut merangsang peningkatan daya beli masyarakat yang menumbuhkan peningkatan permintaan (konsumsi) terhadap barang dan jasa. Akibatnya subsektor perdagangan mendapatkan stimulus positif untuk bangkit. Dari berbagai deskripsi di atas maka dapat dinyatakan bahwa selama 7 tahun (2001-2007) Kabupaten OKU Timur mengalami pertumbuhan ekonomi dengan laju rata-rata 6,31 persen. Selama periode tersebut, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian memiliki rata-rata pertumbuhan yang paling besar dibandingkan sektor ekonomi lainnya. Dalam kurun waktu tersebut sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 12,46 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9,64 persen dan sektor pertanian sebesar 6,30 persen.
4.5.3
Pendapatan per Kapita Pertumbuhan ekonomi tidak hanya menunjukkan peningkatan output
produksi atau tingkat pendapatan secara makro, tapi pertumbuhan ekonomi yang tidak dibarengi laju pertumbuhan penduduk yang pesat dapat menjadi sinyal peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui indikator pendapatan per kapita. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa baik dihitung atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan, maka pendapatan per kapita masyarakat
61
Kabupaten OKU Timur selama tahun 2000-2007 selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku di Kabupaten OKU Timur hanya sebesar Rp. 2.712.601, delapan tahun kemudian, yaitu pada tahun 2007 telah meningkat menjadi Rp. 6.426.218. Ini berarti selama tahun 2000-2007 rata-rata pertumbuhan pendapatan per kapita penduduk Kabupaten OKU Timur adalah sebesar 19,56 persen setiap tahunnya. Sementara bila dihitung atas dasar harga konstan, pendapatan per kapita di Kabupaten OKU Timur pada tahun 2000 sebesar Rp. 2.712.601 dan pada tahun 2007 meningkat menjadi Rp. 3.543.886. Hal ini menunjukkan bahwa selama tahun 2000-2007 telah terjadi ratarata pertumbuhan pendapatan per kapita sebesar 4,38 persen setiap tahunnya. Tabel 4.6 Perkembangan Pendapatan per Kapita Penduduk Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 Atas Dasar Harga Berlaku Tahun
Nilai (Rp)
Rata-rata Pertumbuhan (%)
Atas Dasar Harga Konstan Nilai (Rp)
Rata-rata Pertumbuhan (%)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
2.712.601 3.092.603 3.479.045 3.734.128 4.110.746 4.631.502 5.423.119
14,01 12,50 7,33 10,09 12,67 17,09
2.712.601 2.763.045 2.858.609 2.927.280 3.020.353 3.122.093 3.321.284
1,86 3,46 2,40 3,18 3,37 6,38
2007 Rata-rata
6.426.218 4.201.245
18,50 19,56
3.543.886 3.033.644
6,70 4,38
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur (diolah)
Jika dilihat pertumbuhan pendapatan per kapita tahunan, tampak bahwa pada tahun 2003 terjadi penurunan pertumbuhan pendapatan perkapita di Kabupaten OKU Timur, baik dihitung atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
62
harga konstan. Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur yang juga melambat pada tahun 2003. Beberapa ahli ekonomi regional, termasuk Syafrizal (1997) menyatakan bahwa masuknya faktor migas dalam analisis dan penghitungan pendapatan regional perkapita penduduk menyebabkan ketimpangan antar region penghasil dan bukan penghasil sumber daya migas. Selain itu dijelaskan bahwa transfer income (pendapatan) dari kegiatan pertambangan migas dalam penghitungan pendapatan regional per kapita kurang mencerminkan kondisi riil kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Dengan demikian, karena Kabupaten OKU Timur bukan daerah penghasil migas maka pendapatan per kapita tersebut dapat mencerminkan kondisi riil kesejahteraan masyarakat Kabupaten OKU Timur.
V. PEMBAHASAN
5.1
Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten OKU Timur Untuk mengidentifikasi dan menganalisa sektor/subsektor ekonomi yang
potensial di Kabupaten OKU Timur akan digunakan 3 macam alat analisis, yaitu Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) dan Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban Marquillas (SS-EM). Secara lebih rinci pembahasan melalui ketiga alat analisis tersebut akan dijelaskan berikut ini.
5.1.1
Analisis Location Quotient Alat analisis Location Quotient (LQ) ini digunakan untuk mengidentifikasi
keunggulan komparatif kegiatan ekonomi (biasa disebut juga sebagai sektor basis) di Kabupaten OKU Timur dengan membandingkannya terhadap Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan analisis LQ sebagaimana termaktub pada Tabel 5.1 maka di Kabupaten OKU Timur terdapat dua sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif, yaitu: sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Jika dilihat per subsektor, maka keunggulan komparatif pada sektor pertanian di Kabupaten OKU Timur sangat dipengaruhi oleh subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan peternakan, hal ini terlihat dari nilai LQ subsektor-subsektor tersebut. Tingginya nilai LQ pada subsektor tanaman bahan makanan ini (yaitu sebesar 3,57) disebabkan oleh kontribusi subsektor ini dalam perekonomian Kabupaten OKU Timur yang sangat dominan. Hal tersebut karena salah satu komoditi tanaman bahan makanan yang menjadi andalan Kabupaten OKU Timur
64
adalah tanaman padi. Berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (lihat Tabel 5.2) diperoleh data luas tanam padi ladang pada tahun 2006 seluas 2.047 hektar dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 2.224 hektar. Tabel 5.1 Hasil Perhitungan LQ Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 Sektor/Subsektor 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta
Tahun 2000 1,88 3,75 1,37 2,41 0,44 0,92 0,43 1,60 0,47 0,47 0,19 0,22 0,07 0,82 0,82 0,84 0,20 0,69 0,20 0,19 0,26 0,77 0,37 0,57 0,88 0,14 0,97 0,97 0,97
2001 1,86 3,67 1,33 2,39 0,45 0,92 0,48 1,63 0,44 0,44 0,18 0,20 0,07 0,80 0,82 0,83 0,20 0,68 0,24 0,24 0,24 0,76 0,36 0,56 0,88 0,13 1,05 1,12 0,93
2002 1,84 3,66 1,33 2,29 0,47 0,92 0,52 1,60 0,44 0,44 0,18 0,20 0,07 0,78 0,79 0,80 0,20 0,64 0,27 0,28 0,23 0,76 0,36 0,56 0,87 0,13 1,07 1,20 0,89
2003 1,89 3,75 1,39 2,28 0,48 0,96 0,53 1,62 0,44 0,44 0,18 0,20 0,07 0,77 0,77 0,79 0,22 0,65 0,29 0,31 0,22 0,76 0,35 0,56 0,86 0,13 1,03 1,11 0,91
2004 1,91 3,72 1,50 2,27 0,51 0,95 0,52 1,62 0,42 0,42 0,18 0,20 0,07 0,76 0,75 0,76 0,21 0,64 0,32 0,35 0,23 0,74 0,30 0,56 0,84 0,13 1,06 1,14 0,91
2005 1,90 3,56 1,55 2,26 0,47 0,98 0,50 1,58 0,42 0,42 0,17 0,19 0,07 0,76 0,77 0,79 0,21 0,61 0,33 0,38 0,19 0,71 0,29 0,59 0,81 0,13 1,08 1,16 0,91
2006 1,88 3,31 1,67 2,10 0,37 0,96 0,48 1,45 0,40 0,40 0,17 0,19 0,07 0,83 0,81 0,84 0,20 0,58 0,34 0,39 0,18 0,70 0,31 0,59 0,78 0,13 1,06 1,13 0,91
2007 1,90 3,18 1,81 1,84 0,33 0,98 0,46 1,31 0,38 0,38 0,16 0,18 0,07 0,87 0,85 0,89 0,18 0,53 0,34 0,42 0,16 0,66 0,32 0,63 0,74 0,13 1,02 1,08 0,86
Rata2 1,88 3,57 1,49 2,23 0,44 0,95 0,49 1,55 0,43 0,43 0,18 0,20 0,07 0,80 0,80 0,82 0,20 0,63 0,29 0,32 0,21 0,73 0,33 0,58 0,83 0,13 1,04 1,11 0,91
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur
Sementara luas tanam padi sawah meningkat dari 107.052 hektar tahun 2006 menjadi 107.925 hektar pada tahun 2007. Peningkatan luas tanam padi sawah tersebut didukung oleh perluasan jaringan irigasi teknis (lihat Tabel 5.3). Panjang irigasi di Kabupaten OKU Timur pada tahun 2007 adalah; irigasi primer sepanjang 13.000 meter, irigasi sekunder sepanjang 219.079 meter, irigasi sub sekunder sepanjang 35.908 meter dan irigasi tersier sepanjang 182.710 meter.
65
Tabel
5.2
Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Ladang dan Padi Sawah di Kabupaten OKU Timur Tahun 2006-2007
Jenis Tanaman Padi (tahun) Padi Ladang 2006 2007
Luas Tanam (Ha)
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton GKG)
2 047,00 2.224,00
1 998,00 2.213,00
5 664,38 6.234,56
2,84 2,82
107.052,00 107.925,00
104.634,00 107.626,00
617.943,46 657.451,46
5,91 6,11
Padi Sawah 2006 2007
Produktifitas (Ton/ha)
Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. OKU Timur
Selain subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan dan subsektor peternakan juga cukup potensial di Kabupaten OKU Timur karena memiliki nilai LQ lebih dari satu (LQ > 1). Subsektor perkebunan memiliki nilai LQ sebesar 1,49 dan subsektor peternakan memiliki nilai LQ yang lebih signifikan yaitu sebesar 2,23. Dengan demikian keunggulan komparatif sektor pertanian di Kabupaten OKU Timur disumbang oleh tiga subsektornya, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, dan peternakan. Tabel 5.3.
Luas Irigasi menurut Tipe dan Kecamatan di Kabupaten OKU Timur Tahun 2007 Jenis Irigasi
1. 2. 3. 4.
Irigasi Primer Irigasi Sekunder Irigasi Sub Sekunder Irigasi Tersier Jumlah
Sumber :
Luas Sawah yang terairi irigasi (ha) 2.293 15.856 6.056 57.317
81.522 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten OKU Timur
Panjang Irigasi (m) 13.000 219.079 35.908 182.710 450.697
Adapun keunggulan komparatif pada sektor jasa-jasa dipengaruhi oleh subsektor pemerintahan umum. Nilai LQ sektor jasa-jasa ini sebesar 1,04, yang
66
disumbang oleh subsektor pemerintahan umum sebagai subsektor basis/potensial dengan nilai LQ sebesar 1,11. Potensialnya subsektor pemerintahan umum di Kabupaten OKU Timur disebabkan oleh agresifnya pemerintah kabupaten dalam melakukan penataan dan pembangunan di hampir seluruh lini. Hal tersebut bertujuan untuk mengejar ketertinggalan pembangunan Kabupaten OKU Timur dibandingkan kabupaten lain yang sudah lebih dahulu maju. Dari Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa belanja pemerintah kabupaten pada tahun 2007 bertumbuh sebesar 24,46 persen dibandingkan tahun 2006. Belanja pembangunan tumbuh lebih cepat (sebesar 25,46 persen) jika dibandingkan dengan belanja rutin (sebesar 21,90 persen). Instrumen belanja pemerintah tersebut juga dimaksudkan sebagai stimulans sekaligus sebagai investasi pemerintah dalam menumbuhkan potensi ekonomi Kabupaten OKU Timur secara lebih luas. Tabel 5.4 Belanja Pemerintah Kabupaten OKU Timur Tahun 2006-2007 Jenis Pengeluaran
2006 (Rp)
2007 (Rp)
Pertumbuhan (%)
Pengeluaran Rutin Pengeluaran Pmbangunan
188.392.846.211 319.671.880.641
229.655.101.900 401.049.582.662
21,90 25,46
Jumlah
508.063.726.852
630.724.684.560
24,14
Sumber: Bagian Keuangan Pemerintah Kabupaten OKU Timur (Data diolah)
Secara umum tampak bahwa perekonomian Kabupaten OKU Timur masih bercirikan ekonomi tradisional dimana sektor pertanian menjadi andalan perekonomian daerah. Di sisi lain, belanja pemerintah tampaknya juga masih menjadi faktor dominan dalam menggerakkan perekonomian daerah. Sinyal ini memberikan
petunjuk
pentingnya
penelitian
ini
guna
sektor/subsektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur.
mengidentifikasi
67
5.1.2
Analisis Model Rasio Pertumbuhan Model Rasio Pertumbuhan (MRP) merupakan alat analisis yang digunakan
untuk melihat potensi sektor ekonomi berdasarkan kriteria pertumbuhan. Menurut Yusuf (1999), analisis MRP terdiri atas 2 instrumen pengukuran yaitu Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yang menunjukkan rasio pertumbuhan antara wilayah studi dengan wilayah referensi yang lebih besar. Dalam hal ini adalah Kabupaten OKU Timur terhadap Provinsi Sumatera Selatan. Selanjutnya instrumen kedua adalah Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) yaitu rasio pertumbuhan suatu sektor/subsektor ekonomi pada wilayah referensi terhadap pertumbuhan ekonomi agregat pada wilayah referensi. Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa RPs sektor pertanian di Kabupaten OKU Timur memiliki nilai kurang dari 1. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian bukan merupakan kegiatan ekonomi yang potensial di Kabupaten OKU Timur berdasarkan kriteria pertumbuhan. Namun subsektor perkebunan, kehutanan dan perikanan merupakan subsektor yang potensial, karena memiliki nilai RPr yang lebih dari 1. Untuk Provinsi Sumatera Selatan sektor pertanian juga bukan merupakan sektor yang potensial, karena memiliki nilai RPr yang kurang dari 1. Sementara subsektor perkebunan di Provinsi Sumatera Selatan merupakan subsektor yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan. Sektor pertambangan dan penggalian (bukan migas) di Kabupaten OKU Timur ternyata memiliki nilai RPs lebih dari 1, yang berarti menunjukkan bahwa sektor ini merupakan sektor potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan. Kondisi ini berbeda jika dibandingkan dengan seluruh wilayah di Provinsi Sumatera
68
Selatan, karena nilai RPr sektor pertambangan dan penggalian (bukan migas) menunjukkan nilai kurang dari 1. Dengan demikian sektor pertambangan dan penggalian secara keseluruhan di Provinsi Sumatera Selatan juga kurang potensial dari sisi pertumbuhannya. Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Rasio Pertumbuhan Kabupaten OKU Timur (RPs) dan Rasio Pertumbuhan Provinsi Sumatera Selatan (RPr) Sektor/Subsektor 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta
RPs
RPr
0,96 0,66 1,26 0,71 2,00 1,60 1,59 0,76 0,58 0,58 0,45 0,44 0,00 0,98 0,59 1,18 1,22 0,69 0,69 0,94 1,68 0,36 0,59 0,64 0,86 0,00 0,59 0,73 0,93 1,31 0,64
0,91 0,77 1,20 0,79 0,40 0,71 0,48 0,29 1,00 1,08 1,08 1,09 1,09 57,63 0,62 1,20 1,13 1,12 0,88 1,34 1,83 0,99 5,42 1,05 1,87 0,82 0,48 1,02 0,89 0,68 0,46 1,05
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur
Potensialnya sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten OKU Timur ternyata tidak didukung oleh subsektor penggalian yang membentuk
69
pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian. Kondisi ini disebabkan oleh pertumbuhan PDRB subsektor penggalian Kabupaten OKU Timur yang jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian untuk Provinsi Sumatera Selatan. Subsektor penggalian di Kabupaten OKU Timur ternyata tidak potensial (RPs = 0,76) namun untuk seluruh Provinsi Sumatera Selatan cukup potensial (RPr = 1,00). Selanjutnya sektor industri pengolahan merupakan sektor yang kurang potensial di Kabupaten OKU Timur (RPs = 0,58), tetapi untuk seluruh Provinsi Sumatera Selatan cukup potensial (RPr = 1,08). Hal ini identik dengan subsektor industri (tanpa migas) Provinsi Sumatera Selatan cukup potensial (RPr = 1,08), sementara subsektor yang sama di Kabupaten OKU Timur kurang potensial (RPs = 0,58). Sektor listrik, gas dan air minum di Kabupaten OKU Timur juga bukan sektor yang potensial jika dilihat dari nilai RPs-nya. Demikian juga semua subsektor pembentuknya tidak potensial dari sisi pertumbuhan. Kondisi yang berbeda jika dilihat secara keseluruhan wilayah Provinsi Sumatera Selatan, sektor listrik, gas dan air bersih berpotensi dari sisi pertumbuhan, dengan nilai RPr sebesar 1,09. Potensi sektor listrik, gas dan air bersih Provinsi Sumatera Selatan ternyata didukung oleh subsektor listrik (RPr = 1,09) dan subsektor gas (RPr = 57,63), sementara subsektor air bersih Provinsi Sumatera Selatan kurang potensial (RPr = 0,62). Potensi subsektor listrik Provinsi Sumatera Selatan tersebut, selaras dengan program pemerintah provinsi untuk menjadikan Provinsi Sumatera Selatan
70
sebagai lumbung energi dan lumbung pangan nasional yang dicanangkan sejak tahun 2005. Sektor bangunan di Kabupaten OKU Timur juga bukan sektor yang potensial (RPs = 0,59) dari sisi pertumbuhan, jika dibandingkan dengan pertumbuhan sektor bangunan seluruh Provinsi Sumatera Selatan (RPr = 1,20). Adapun sektor perdagangan, hotel dan restoran cukup potensial di Kabupaten OKU Timur dengan RPs sebesar 1,18. Potensi sektor ini di Kabupaten OKU Timur didukung oleh potensi subsektor perdagangan (RPs = 1,22), adapun subsektor hotel dan restoran kurang potensial di kabupaten ini (RPs < 1). Potensi sektor perdagangan, hotel dan restoran Provinsi Sumatera Selatan cukup signifikan (RPr > 1). Selanjutnya sektor pengangkutan dan komunikasi Kabupaten OKU Timur tampaknya juga kurang potensial. Namun untuk subsektor pengangkutan di Kabupaten OKU Timur cukup potensial (RPs = 1,68), sementara subsektor komunikasi kurang potensial (RPs = 0,36). Sementara untuk Provinsi Sumatera Selatan maka sektor pengangkutan dan komunikasi sangat potensial (RPr = 1,83), potensi sektor ini dipengaruhi oleh subsektor komunikasi dengan nilai RPr sebesar 5,42, sementara subsektor pengangkutan kurang potensial (RPr = 0,99). Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di Kabupaten OKU Timur tampaknya juga tidak berpotensi (RPs = 0,59), kondisi ini didorong oleh subsektor pembentuknya yang kesemuanya tidak potensial. Sebaliknya di Provinsi Sumatera Selatan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan cukup potensial (RPr = 1,05). Subsektor lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang
71
keuangan dan jasa perusahaan merupakan subsektor yang tidak berpotensi (RPr < 1), sementara subsektor bank dan sewa bangunan sangat berpotensi (RPr > 1). Adapun sektor jasa-jasa di Kabupaten OKU Timur juga bukan merupakan sektor yang potensi dari sisi pertumbuhannya (RPs < 1). Sebagai daerah otonom yang relatif baru, peran belanja pemerintah cukup besar dalam mempengaruhi perekonomian daerah. Maka subsektor pemerintahan umum di Kabupaten OKU Timur cukup potensial (RPs = 1,31), tetapi subsektor swasta tidak potensial (RPs < 1). Sementara di Provinsi Sumatera Selatan sektor jasa-jasa tidak potensial (RPr = 0,68). Subsektor pemerintahan umum tidak potensial (RPr = 0,46), tetapi sebaliknya subsektor swasta justru cukup potensial (RPr = 1,05).
5.1.3
Analisis Shift-Share Modifikasi Estaban-Marquillas Peningkatan kegiatan ekonomi yang diindikasikan oleh kenaikan PDRB
suatu wilayah dapat diperluas (decompose) atas 3 faktor pengaruh (Syafrizal, 2002). Secara rinci ketiga faktor pengaruh tersebut adalah peningkatan PDRB yang disebabkan oleh faktor luar (kebijakan nasional/provinsi) atau sering disebut dengan efek pertumbuhan ekonomi regional (Nij). Pengaruh kedua adalah pengaruh struktur pertumbuhan sektor dan subsektor, atau disebut dengan industrial mix-effect (efek bauran industri-Mij) dan terakhir adalah pengaruh keuntungan kompetitif wilayah studi (Cij). Namun dalam perkembangannya ketiga pengaruh ini bertambah lagi, yaitu pengaruh spesialisasi perekonomian wilayah (Aij). Penambahan komponen pengaruh pertumbuhan ini telah dikembangkan oleh
72
Estaban Marquillas (dalam Soepono, 1993) yang direpresentasikan dalam model analisis shift-share modifikasi Estaban Marquillas (Analisis SS-EM). Tabel 5.6 Hasil Analisis Shift Share Modifikasi Estaban-Marquillas Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah)
Sektor/Subsektor 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta JUMLAH
Dampak Dampak Pertmbhan Bauran Ekonomi Industri Regional (Mij) (Nij) 358.428 177.848 110.599 35.110 8.536 26.335 20.089 0 0 20.089 58.384 0 58.384 833 777 0 56 53.097 99.417 93.268 197 5.952 6.752 5.119 1.633 27.600 776 284 0 26.007 533 76.244 48.571 27.673 700.844
-38.594 -40.086 21.580 -7.251 -5.149 -7.688 -15 0 0 -15 5.837 0 5.837 45 66 0 -21 10.624 12.792 10.779 -23 2.036 6.205 -860 7.065 1.080 677 -52 0 515 -60 -24.086 -26.014 1.927 -26.113
Cij Competitive Advantage (Cij') 28.908 -12.640 25.011 -3.316 7.756 12.098 -2.959 0 0 -2.959 -57.187 0 -57.187 -2.536 -2.112 -416 -9 -31.905 23.893 27.729 -269 -3.568 -19.621 2.118 -21.740 -14.832 -1.428 -57 -3 -12.428 -915 -3.323 7.134 -10.457 -79.561
Spesialisasi (Aij) -35.594 -34.786 9.152 -4.660 -4.361 -939 -1.783 0 0 -1.783 29.622 0 29.622 2.063 1.639 416 8 5.783 -3.105 -4.439 214 1.119 18.329 2.108 16.221 3.184 901 24 3 1.468 788 -686 -196 -490 17.813
Total Peningkatan PDRB (Dij) 313.148 90.336 166.342 19.883 6.781 29.806 15.332 0 0 15.332 36.656 0 36.656 405 371 0 34 37.599 132.997 127.338 120 5.539 11.665 8.485 3.180 17.032 926 199 0 15.561 346 48.149 29.496 18.653 612.983
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur
Tabel 5.6 memperlihatkan bahwa sejak tahun 2000 hingga 2007 terjadi peningkatan PDRB sebesar Rp. 612,98 milyar di Kabupaten OKU Timur. Berdasarkan hasil analisis SS-EM maka kenaikan PDRB ini didominasi oleh 4
73
sektor ekonomi yaitu: sektor pertanian yang meningkat Rp. 313,15 milyar, sektor perdagangan yang meningkat Rp. 133,00 milyar, sektor jasa-jasa yang meningkat Rp. 48,15 milyar dan sektor bangunan yang meningkat Rp. 37,60 milyar Jika dilihat per subsektor maka peningkatan PDRB sebesar Rp. 612,98 milyar ini tak terlepas dari peran subsektor-subsektor yang dominan di Kabupaten OKU Timur, yaitu subsektor tanaman perkebunan yang meningkat sebesar Rp. 166,34 milyar, subsektor perdagangan sebesar Rp. 127,34 milyar dan subsektor tanaman bahan makanan sebesar Rp. 90,34 milyar. Selanjutnya berdasarkan analisis SS-EM, maka peningkatan PDRB di Kabupaten OKU Timur sangat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: dampak pertumbuhan ekonomi agregat di Provinsi Sumatera Selatan (faktor eksternal) yang mampu meningkatkan agregat PDRB OKU Timur sebesar Rp. 700,84 milyar, dampak pertumbuhan ekonomi sektoral (industrial mix) di Provinsi Sumatera Selatan yang mampu mengakibatkan pertumbuhan negatif agregat PDRB OKU Timur sebesar Rp. 26,11 milyar, dampak keunggulan kompetitif (competitive advantage) yang mampu mengakibatkan pertumbuhan negatif agregat PDRB OKU Timur sebesar Rp. 79,56 milyar serta dampak spesialisasi perekonomian di Kabupaten OKU Timur, yang mampu mengakibatkan pertumbuhan agregat PDRB OKU Timur sebesar Rp. 17,81 milyar.
a.
Dampak Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan terhadap Perekonomian Kabupaten OKU Timur Sebagaimana yang dikemukakan oleh Syafrizal (2002) bahwa peningkatan
kegiatan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kebijakan regional atau
74
wilayah yang lebih luas (nasional/provinsi). Kebijakan-kebijakan ini secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak pada kinerja perekonomian daerah. Maka perkembangan perekonomian Provinsi Sumatera Selatan yang diindikasikan oleh laju pertumbuhan ekonomi akan berdampak bagi perkembangan perekonomian kabupaten/kota dalam Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini tentu akan berpengaruh pula pada aktifitas perekonomian di Kabupaten OKU Timur. Dampak atau pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan ini dapat dikatakan sebagai pengaruh yang bersumber dari luar Kabupaten OKU Timur (di luar kebijakan daerah), oleh karena itu pengaruh ini sering pula disebut faktor eksternal. Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa pengaruh kinerja perekonomian Provinsi Sumatera Selatan, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi memiliki kontribusi yang besar bagi kinerja perekonomian Kabupaten OKU Timur. Secara riil, pengaruh eksternal ini telah mengakibatkan peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur sebesar Rp. 700,84 milyar. Kondisi ini menunjukkan bahwa 114,33 persen peningkatan PDRB (pertumbuhan ekonomi) Kabupaten OKU Timur disebabkan oleh pengaruh perekonomian agregat Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini menunjukkan pula bahwa kinerja perekonomian Kabupaten OKU Timur sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Secara sektoral, pengaruh perekonomian Provinsi Sumatera Selatan sangat kentara terjadi pada hampir seluruh sektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur, kecuali sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Pada sektor pertanian terlihat bahwa subsektor tanaman bahan
75
makanan merupakan subsektor yang paling dipengaruhi oleh faktor eksternal (196,87 %). Faktor eksternal ini sesungguhnya dapat meningkatkan PDRB subsektor bahan makanan di Kabupaten OKU Timur sebesar Rp. 177,85 milyar, namun secara riil subsektor ini hanya mampu meningkat Rp. 90,34 milyar. Tabel 5.7
Dampak Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah dan persentase)
Sektor/Subsektor 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta JUMLAH
Dampak Faktor luar/Pertumbuhan Ekonomi Regional (Nij)
Total Peningkatan PDRB (Dij)
358.428 177.848 110.599 35.110 8.536 26.335 20.089 20.089 58.384 58.384 833 777 56 53.097 99.417 93.268 197 5.952 6.752 5.119 1.633 27.600 776 284 26.007 533 76.244 48.571 27.673 700.844
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur
313.148 90.336 166.342 19.883 6.781 29.806 15.332 15.332 36.656 36.656 405 371 34 37.599 132.997 127.338 120 5.539 11.665 8.485 3.180 17.032 926 199 15.561 346 48.149 29.496 18.653 612.983
Pengaruh Dampak Faktor Luar (%) 114,46 196,87 66,49 176,58 125,88 88,36 131,03 131,03 159,28 159,28 205,61 209,49 163,28 141,22 74,75 73,24 164,44 107,45 57,88 60,33 51,36 162,05 83,82 142,78 167,13 154,03 158,35 164,67 148,35 114,33
76
Pengaruh eksternal yang besar pada kegiatan subsektor bahan makanan disebabkab kebijakan dari luar yang menyangkut biaya input pertanian, seperti subsidi pupuk dan harga-harga sarana produksi tanaman bahan makanan. Disamping itu, kegiatan subsektor tanaman bahan makanan juga dipengaruhi oleh faktor musim. Oleh karena itu faktor luar sangat mendominasi peningkatan PDRB subsektor ini. Demikian pula yang terjadi dengan subsektor peternakan, sebenarnya dengan adanya pengaruh faktor luar PDRB subsektor ini dapat meningkat sebesar Rp. 35,11 milyar, namun riilnya hanya mampu meningkat sebesar Rp. 19,88 milyar. Selanjutnya subsektor yang paling dipengaruhi oleh faktor eksternal pada sektor listrik, gas dan air bersih adalah subsektor listrik. Pengaruh faktor luar terhadap sektor ini sebesar 209,49 persen. Adapun subsektor lain yang PDRB-nya dipengaruhi secara signifikan oleh faktor luar secara berurut adalah; subsektor sewa bangunan (118,73), pemerintahan umum (116,98 persen), hotel (116,82), air bersih (115,99), dan industri tanpa migas (113,15 persen). Secara umum, membaiknya kondisi perekonomian Provinsi Sumatera Selatan dalam kurun waktu tahun 2000-2007 sangat mempengaruhi kinerja seluruh sektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur. Beberapa sektor atau subsektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur terpengaruh secara sangat signifikan, tetapi beberapa sektor atau subsektor lainnya terpengaruh tidak terlalu signifikan. Tidak ada satu sektor/subsektor pun yang mengalami penurunan akibat faktor luar tersebut tersebut.
77
b.
Dampak Bauran Industri di Provinsi Sumatera Selatan terhadap Perekonomian di Kabupaten OKU Timur Dampak bauran industri (industrial mix-effect) atau struktur pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan berpengaruh secara negatif terhadap peningkatan PDRB di Kabupaten OKU Timur sebagaimana terlihat pada Tabel 5.8. Akibat dampak bauran industri tersebut PDRB Kabupaten OKU Timur menurun sebesar Rp. 26,11 milyar selama periode 2000-2007. Penurunan PDRB sebesar ini menunjukkan bahwa struktur pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan justru melemahkan perekonomian Kabupaten OKU Timur sebesar 4,26 persen. Namun pengaruh ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan dampak pertumbuhan ekonomi agregat Provinsi Sumatera Selatan yang mampu mempengaruhi peningkatan kinerja perekonomian Kabupaten OKU Timur sebesar 114,33 persen. Sektor ekonomi Kabupaten OKU Timur yang paling besar memperoleh imbas negatif bauran industri dari Provinsi Sumatera Selatan adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor pertanian menurun sebesar Rp. 38,59 milyar dan sektor jasa-jasa menurun sebesar Rp. 24,09 milyar akibat industrial mix effect tersebut. Kemudian disusul oleh sektor-sektor lainnya seperti sektor pertambangan dan penggalian yang menurunkan PDRB sebesar Rp. 15,33 milyar. Adapun sektor yang memperoleh imbas bauran industri positif yang cukup kuat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 12,79 milyar, sektor bangunan sebesar Rp. 10,62 milyar, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 6,20 milyar dan sektor industri pengolahan sebesar Rp. 5,84 milyar.
78
Tabel 5.8
Dampak Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Industrial Mix Effect) terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah dan persentase)
Sektor/Subsektor 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jumlah
Dampak Industrial Mix (Mij) -38.594 -40.086 21.580 -7.251 -5.149 -7.688 -15 -15 5.837 5.837 45 66 -21 10.624 12.792 10.779 -23 2.036 6.205 -860 7.065 1.080 677 -52 515 -60 -24.086 -26.014 1.927 -26.113
Total Peningkatan PDRB (Dij) 313.148 90.336 166.342 19.883 6.781 29.806 15.332 15.332 36.656 36.656 405 371 34 37.599 132.997 127.338 120 5.539 11.665 8.485 3.180 17.032 926 199 15.561 346 48.149 29.496 18.653 612.983
Pengaruh Dampak Industrial Mix (%) -12,32 -44,37 12,97 -36,47 -75,93 -25,79 -0,10 -0,10 15,92 15,92 11,21 17,87 -61,54 28,26 9,62 8,46 -19,10 36,75 53,20 -10,14 222,18 6,34 73,13 -26,26 3,31 -17,39 -50,02 -88,19 10,33 -4,26
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur
c.
Dampak Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Sebagaimana telah dijelaskan bahwa melalui analisis SS-EM dapat
dideteksi sektor dan subsektor ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi pada suatu wilayah. Tabel 5.9 menunjukkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian (tanpa migas) memiliki keunggulan kompetitif
79
sekaligus spesialisasi di Kabupaten OKU Timur. Keunggulan tersebut didukung oleh subsektor penggalian. Tabel 5.9
Identifikasi Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Perekonomian Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 Ada/Tidak*)
Sektor/Subsektor 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prsewaan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta
Eij*
rij - rin
Eij -
-0,02 -0,13 0,16 -0,11 0,20 0,21 0,14 -0,12 -0,23 -0,23 -0,30 -0,31 -29,09 -0,01 -0,25 0,10 0,13 -0,14 -0,21 -0,05 0,34 -1,75 -0,22 -0,34 -0,06 -0,24 -0,21 -0,12 -0,02 0,07 -0,19
353.441 258.477 58.706 40.646 -21.732 -4.389 14.967 14.967 -132.453 -132.453 -6.899 -5.343 -14 -1.541 -23.290 -42.154 -35.223 -1.539 -5.392 -38.579 -29.352 -9.226 -16.525 -2.626 -419 -12 -6.900 -6.567 -4.594 -2.715 -1.879
Keunggulan Kompetitif
Spesialisasi
tidak tidak ada tidak ada ada ada tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak ada ada tidak tidak tidak ada tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak ada tidak
ada ada ada ada tidak tidak ada ada tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur Keterangan: *) ada, berarti memiliki keunggulan dan Tidak, berarti tidak memiliki keunggulan
Suatu sektor ekonomi memiliki keunggulan kompetitif sekaligus spesialisasi jika pertumbuhan dan peranannya lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan dan peranan sektor yang sama dalam perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan. Adapun subsektor ekonomi yang memiliki keunggulan
80
kompetitif sekaligus spesialisasi di Kabupaten OKU Timur hanya satu yaitu subsektor tanaman perkebunan. Keunggulan kompetitif sekaligus spesialisasi pada subsektor tanaman perkebunan ini tampak anomali, dimana sektor pertaniannya justru justru tidak memiliki kedua keunggulan secara bersamaan. Sektor pertanian di OKU timur memiliki spesialisasi, tetapi tidak punya daya saing. Tabel 5.10
Dampak Keunggulan Kompetitif dan Spesialisasi Terhadap Peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 (dalam jutaan rupiah dan persentase)
Sektor/Subsektor 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jumlah
Dampak Keunggulan Kompetitif (C’ij)
28.908 -12.640 25.011 -3.316 7.756 12.098 -2.959 -2.959 -57.187 -57.187 -2.536 -2.112 -9 -31.905 23.893 27.729 -269 -3.568 -19.621 2.118 -21.740 -14.832 -1.428 -57 -12.428 -915 -3.323 7.134 -10.457 -79.561
Dampak Alokasi (Aij)
-35.594 -34.786 9.152 -4.660 -4.361 -939 -1.783 -1.783 29.622 29.622 2.063 1.639 8 5.783 -3.105 -4.439 214 1.119 18.329 2.108 16.221 3.184 901 24 1.468 788 -686 -196 -490 17.813
Total Peningkatan PDRB (Dij)
313.148 90.336 166.342 19.883 6.781 29.806 15.332 15.332 36.656 36.656 405 371 34 37.599 132.997 127.338 120 5.539 11.665 8.485 3.180 17.032 926 199 15.561 346 48.149 29.496 18.653 612.983
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur
Pengaruh Dampak Keunggulan Kompetitif (%)
Pengaruh Dampak Alokasi (%)
9,23 -13,99 15,04 -16,68 114,37 40,59 -19,30 -19,30 -156,01 -156,01 -626,28 -569,24 -26,04 -84,85 17,97 21,78 -223,75 -64,41 -168,21 24,97 -683,64 -87,08 -154,22 -28,82 -79,87 -264,48 -6,90 24,19 -56,06 -12,98
-11,37 -38,51 5,50 -23,44 -64,32 -3,15 -11,63 -11,63 80,81 80,81 509,47 441,88 24,30 15,38 -2,33 -3,49 178,41 20,21 157,13 24,84 510,10 18,70 97,26 12,29 9,43 227,85 -1,42 -0,66 -2,63 2,91
81
Hal ini dapat dijelaskan bahwa meskipun subsektor tanaman perkebunan memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi, namun keunggulannya masih kurang kuat untuk mendongkrak ketidakunggulan subsektor lainnya. Sehingga sektor pertanian masih belum memiliki daya saing secara sektoral. Dari Tabel 5.10 tampak bahwa dampak keunggulan kompetitif terhadap peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur dipengaruhi sektor pertanian (sebesar 9,23 persen) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (sebesar 17,97 persen). Adapun dampak spesialisasi terhadap peningkatan PDRB Kabupaten OKU Timur dipengaruhi sektor industri pengolahan (sebesar 80,81 persen), sektor listrik, gas dan air bersih (sebesar 509,47 persen), sektor pengangkutan dan komunikasi (sebesar 157,13 persen) dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (sebesar 18,70 persen). Pengaruh keunggulan kompetitif pada sektor perdagangan, hotel dan restauran tak terlepas dari peran subsektor perdagangan yang telah meningkatkan PDRB sebesar Rp. 27,73 milyar. Sementara pada sektor pertanian peran subsektor tanaman perkebunan, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan juga sangat membantu meningkatkan PDRB Kabupaten OKU Timur. Masing-masing subsektor berkontribusi sebesar Rp. 25,01 milyar (tanaman perkebunan), Rp. 7,76 milyar (kehutanan) dan Rp. 12,10 milyar (perikanan). Dengan teridentifikasinya spesialisasi perekonomian di Kabupaten OKU Timur, maka dampak alokasi yang direpresentasikan pada Tabel 5.10 dapat digunakan untuk mengetahui besaran pengaruh dampak alokasi terhadap peningkatan
PDRB
di
Kabupaten
OKU
Timur.
Tabel
5.10
tersebut
82
memperlihatkan bahwa walaupun sektor listrik, gas dan air bersih memiliki dampak
alokasi
cukup
besar
(Rp.
509,47
milyar),
namun
dengan
mempertimbangkan Tabel 5.12, maka sektor tersebut sesungguhnya tidak memiliki keunggulan kompetitif dan spesialisasi di Kabupaten OKU Timur. Dampak alokasi yang besar pada sektor listrik, gas dan air bersih lebih disebabkan faktor perhitungan matematis, karena nilai (rij-rin) dan (Eij-Eij*) yang negatif menyebabkan dampak alokasi menjadi positif.
5.1.4
Analisis Overlay Analisis overlay merupakan analisis yang digunakan untuk melihat sektor
dan subsektor ekonomi potensial baik dari sisi kontribusi maupun dari sisi pertumbuhan PDRB. Dalam penelitian ini, analisis overlay juga merupakan bahan komparasi berbagai alat analisis yang digunakan untuk melihat sektor dan subsektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur. Untuk melihat potensi ekonomi di Kabupaten OKU Timur secara lebih komprehensif,
maka
analisis
overlay
dilakukan
dengan
pertimbangan
memasukkan hasil analisis SS-EM, sehingga analisis overlay yang dipergunakan untuk melihat keunggulan dan potensi ekonomi di Kabupaten OKU Timur ini merupakan integrasi antara analisis LQ (aspek keunggulan komparatif), analisis MRP (Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi-RPs) dan analisis SS-EM (aspek spesialisasi dan keunggulan kompetitif). Tabel 5.11 menunjukkan bahwa berdasarkan analisis overlay tidak diperoleh satupun sektor ekonomi yang potensial di Kabupaten OKU Timur dan
83
hanya terdapat satu subsektor ekonomi yang berpotensi, yaitu subsektor tanaman perkebunan. Potensi yang besar pada subsektor tanaman perkebunan tersebut karena dari berbagai alat analisis yang digunakan menunjukkan bahwa subsektor ekonomi ini memiliki keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, spesialisasi sekaligus memiliki rasio pertumbuhan yang baik jika dibandingkan dengan perekonomian Provinsi Sumatera Selatan. Tabel 5.11
Analisis Overlay Potensi Ekonomi Ekonomi Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007
Sektor/Subsektor
Rasio Pertumbuhan (RPs) “MRP”
Keunggulan Komparatif (LQ)
1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta
0,96 0,66 1,26 0,71 2,00 1,60 1,59 0,76 0,58 0,58 0,45 0,44 0,98 0,59 1,18 1,22 0,69 0,69 0,94 1,68 0,36 0,59 0,64 0,86 0,59 0,73 0,93 1,31 0,64
1,88 3,57 1,49 2,23 0,44 0,95 0,49 1,55 0,43 0,43 0,18 0,20 0,07 0,80 0,80 0,82 0,20 0,63 0,29 0,32 0,21 0,73 0,33 0,58 0,83 0,13 1,04 1,11 0,91
Analisis SS-EM Keungglan Kompetitif (rij-rin) -0,02 -0,13 0,16 -0,11 0,20 0,21 0,14 -0,12 -0,23 -0,23 -0,30 -0,31 -0,01 -0,25 0,10 0,13 -0,14 -0,21 -0,05 0,34 -1,75 -0,22 -0,34 -0,06 -0,21 -0,12 -0,02 0,07 -0,19
Overlay Potensi*)
Spesialisasi (Eij - Eij*) 353.441 258.477 58.706 40.646 -21.732 -4.389 14.967 14.967 -132.453 -132.453 -6.899 -5.343 -1.541 -23.290 -42.154 -35.223 -1.539 -5.392 -38.579 -29.352 -9.226 -16.525 -2.626 -419 -6.900 -6.567 -4.594 -2.715 -1.879
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur Keterangan: Tanda (+), berarti berpotensi dan tanda (-) berarti tidak berpotensi
+ + + +
+ + + + -
+ + + +
+ + + + +
-
+ -
-
+ -
-
-
-
-
+ + + -
-
+ + + -
-
+ -
+ + -
+ -
-
84
5.2
Analisis Pola dan Struktur Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten OKU Timur
Melalui perbandingan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten OKU Timur dengan Provinsi Sumatera Selatan, maka dapat diperoleh pola dan struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur yang ditunjukkan oleh posisi relatif perekonomian Kabupaten OKU Timur dalam konteks perekonomian Provinsi Sumatera Selatan. Tabel 5.12
Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan per Kapita Penduduk Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007 Kabupaten OKU Timur
Provinsi Sumatera Selatan
Pertumbuhan Pendapatan Pertumbuhan Pendapatan Ekonomi Perkapita Ekonomi Perkapita (%) (Rp.) (%) (Rp.) 2000 2.712.601 3.794.958 2001 3,73 3.092.603 2,93 4.253.576 2002 4,93 3.479.045 4,44 4.727.304 2003 4,60 3.734.128 5,74 5.242.660 2004 5,39 4.110.746 6,79 5.872.473 2005 5,72 4.631.502 6,91 6.716.525 2006 6,49 5.423.119 7,31 7.706.540 2007 6,70 6.426.218 8,04 8.869.920 7,21 Rata-rata 6,31 4.201.245 5.897.994 Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur dan BPS Provinsi Sumatera Selatan (diolah) Tahun
Tabel 5.12 menginformasikan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten OKU Timur selama tahun 2000-2007 sebesar 6,31 persen per tahun, dengan rata-rata pendapatan per kapita sebesar Rp. 4.201.245 per tahun. Sementara di Provinsi Sumatera Selatan terjadi rata-rata pertumbuhan ekonominya lebih tinggi yaitu sebesar 7,21 persen per tahun selama tahun 20002007, dengan rata-rata pendapatan perkapita sebesar Rp. 5.897.994 per tahun.
85
Berdasarkan kondisi ini maka dapat disimpulkan bahwa Kabupaten OKU Timur memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah daripada Provinsi Sumatera Selatan dan pendapatan per kapita yang relatif lebih kecil dibandingkan pendapatan per kapita kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Selatan. Oleh karena itu berdasarkan tipologi klassen maka dalam konteks wilayah Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten OKU Timur masuk dalam klasifikasi daerah yang relative tertinggal. Selain untuk melihat klasifikasi pola dan struktur pertumbuhan ekonomi regional, tipologi klassen juga dapat digunakan untuk melihat pola dan struktur pertumbuhan ekonomi secara sektoral maupun subsektoral. Dengan modifikasi tipologi klassen dapat diklasifikasikan sektor dan subsektor ekonomi di suatu daerah (region). Klasifikasi sektor dan subsektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur berdasarkan tipologi klassen adalah: 1.
Sektor/subsektor
yang
maju
dan
tumbuh
cepat,
yaitu
sektor/subsektor yang memiliki laju pertumbuhan dan kontribusinya lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan dan kontribusi sektor/subsektor tersebut secara keseluruhan di Provinsi Sumatera Selatan. Sektor yang termasuk klasifikasi ini adalah sektor pertanian. Sedangkan subsektornya adalah subsektor tanaman perkebunan dan subsektor pemerintahan umum. 2.
Sektor/subsektor yang maju tapi tertekan, yaitu sektor/subsektor yang laju pertumbuhannya lebih kecil dari laju pertumbuhan sektor/subsektor di Provinsi Sumatera Selatan, akan tetapi kontribusi
86
sektor/subsektor tersebut lebih besar dari kontribusi sektor/subsektor di Provinsi Sumatera Selatan. Sektor ekonomi yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah sektor jasa-jasa. Sedangkan subsektornya adalah subsektor tanaman bahan makanan, peternakan, dan penggalian. 3.
Sektor/subsektor yang berkembang cepat, yaitu sektor/subsektor yang laju pertumbuhannya lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor/subsektor di Provinsi Sumatera Selatan, akan tetapi kontribusi sektor/subsektor tersebut lebih rendah dari kontribusi sektor/subsektor di Provinsi Sumatera Selatan. Sektor yang termasuk klasifikasi ini adalah sektor pertambangan dan penggalian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan subsektornya adalah subsektor kehutanan, subsektor perikanan, perdagangan dan pengangkutan.
4.
Sektor/subsektor yang relatif tertinggal, yaitu sektor/subsektor yang memiliki laju pertumbuhan dan kontribusinya lebih rendah dari laju pertumbuhan dan kontribusi sektor/subsektor tersebut di Provinsi Sumatera Selatan. Sektor dan subsektor selain yang masuk katagori di atas termasuk dalam kelompok sektor/subsektor yang relatif tertinggal (selengkapnya lihat Tabel 5.13).
Melalui pengklasifikasian tersebut, maka dapat pula diketahui potensi sektor/subsektor ekonomi di Kabupaten OKU Timur sehingga dapat menjadi
87
tolok ukur sekaligus acuan bagi Pemerintah Kabupaten OKU Timur dalam menentukan perencanaan dan kebijakan pembangunan. Tabel 5.13
Klasifikasi Sektor/Subsektor Ekonomi menurut Tipologi Klassen di Kabupaten OKU Timur Tahun 2000-2007
Sektor/Subsektor 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jumlah
Kab. OKU Timur
Prov. Sumsel Keterangan*)
Kontr
Pert
Kontr
Pert
51,67 24,10 17,71 4,71 1,05 4,09 2,90
32,48 3,66 10,84 4,08 5,73 8,16 5,50
27,45 6,75 11,88 2,11 2,40 4,31 5,94
27,89 5,58 8,62 5,72 2,86 5,10 3,46
1 2 1 2 3 3 3
Maju dan tumbuh cepat Maju tapi tertekan Maju dan tumbuh cepat Maju tapi tertekan Berkembang cepat Berkembang cepat Berkembang cepat
0,00 2,90 7,85
5,50 4,53
4,07 1,87 18,39
2,11 7,20 7,75
4 2 4
Relatif tertinggal Maju tapi tertekan Relatif tertinggal
7,85 0,14 0,14 0,00 0,01 7,45 13,41 12,61 0,02 0,78 1,60 1,33 0,27 3,65 0,10 0,04 0,00 3,44 0,06 11,33 7,91 3,42 100,00
4,53 3,51 3,44 0,00 4,42 5,11 9,64 9,84 4,38 6,71 12,46 11,95 14,04 4,45 8,60 5,05 0,00 4,31 4,68 4,55 4,38 4,86 6,31
18,39 0,82 0,69 0,02 0,12 9,35 16,81 15,45 0,12 1,24 5,41 4,10 1,31 4,97 0,31 0,07 0,00 4,13 0,46 10,86 7,11 3,75 100,00
7,75 7,86 7,82 415,53 4,49 8,65 8,15 8,04 6,37 9,68 13,20 7,11 39,04 7,59 13,50 5,88 3,47 7,35 6,40 4,89 3,35 7,59 7,21
4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 1 4 4
Relatif tertinggal Relatif tertinggal Relatif tertinggal Relatif tertinggal Relatif tertinggal Relatif tertinggal Berkembang cepat Berkembang cepat Relatif tertinggal Relatif tertinggal Relatif tertinggal Berkembang cepat Relatif tertinggal Relatif tertinggal Relatif tertinggal Relatif tertinggal Relatif tertinggal Relatif tertinggal Relatif tertinggal Maju tapi tertekan Maju dan tumbuh cepat Relatif tertinggal Relatif tertinggal
Sumber: Hasil pengolahan berdasarkan data PDRB Kab. OKU Timur Keterangan: *) katagori menurut tipologi klassen
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan melalui berbagai alat analisis pada
penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan
keunggulan
komparatif,
keunggulan
kompetitif,
spesialisasi serta struktur dan pola pertumbuhan ekonominya, maka subsektor tanaman perkebunan merupakan subsektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur. Dimana subsector perkebunan merupakan bagian dari sector pertanian, namun sector pertaniannya justru bukan merupakan sector potensial. Lebih lanjut, dari sisi sektor ekonomi belum ditemukan satupun sektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur. 2. Berdasarkan klasifikasi dengan menggunakan tipologi Klassen, maka Kabupaten OKU Timur memiliki laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih rendah daripada Provinsi Sumatera Selatan, oleh karenanya Kabupaten OKU Timur termasuk dalam katagori kabupaten yang relatif tertinggal di Provinsi Sumatera Selatan. 3. Pola dan struktur pertumbuhan ekonomi sektoral berdasarkan tipologi Klassen menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang maju dan tumbuh pesat di Kabupaten OKU Timur, sedangkan
89
subsektor ekonomi yang maju dan tumbuh pesat adalah subsektor tanaman perkebunan dan subsektor pemerintahan umum.
6.2
Saran Hasil temuan dalam penelitian ini memunculkan satu implikasi pokok,
yaitu pembentukan kerangka pengelolaan ekonomi makro jangka panjang di Kabupaten OKU Timur. Secara garis besar, pengelolaan ekonomi makro jangka panjang ini diaplikasikan melalui penerapan perencanaan pembangunan daerah yang komprehensif. Secara operasional perencanaan pembangunan daerah yang komprehensif dimulai dari penentuan skala prioritas pembangunan ekonomi sektoral yang dapat berpijak dari hasil studi ini. Hal ini sangat penting dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan dan memeratakan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten OKU Timur perlu melakukan perencanaan pembangunan daerah dengan bahan masukan dan implikasi kebijakan sebagai berikut: 1. Menjadikan subsektor tanaman perkebunan sebagai subsektor ekonomi potensial di Kabupaten OKU Timur sebagai prioritas pembangunan ekonomi yang perlu ditumbuhkembangkan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pendapatan masyarakat. 2. Dengan tetap mengacu pada rencana strategis yang ada, Pemerintah Kabupaten OKU Timur harus tetap memacu dan mengembangkan kegiatan ekonomi lain secara lintas sektoral dan terintegrasi untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dibanding daerah lainnya di
90
Provinsi Sumatera Selatan. Langkah dimaksud adalah melalui penciptaan “forward linkage dan backward linkage” atau saling keterkaitan antar berbagai kegiatan ekonomi, yang dapat menimbulkan multiplier effect yang positif. Pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, pasar, penyediaan sarana transportasi, informasi pasar serta jaminan keamanan berusaha bagi masyarakat merupakan simpul bagi kepastian keberhasilan pembangunan ekonomi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, Rahardo. 2008. Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori, Graha Ilmu, Jakarta Arsyad, Lincolyn. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE, Yogyakarta Aziz, Iwan Jaya. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya Di Indonesia, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta Badan Pusat Statistik. 2003. Pedoman Penghitungan PDRB Kabupaten/Kota: Pengertian Dasar (Buku 1). BPS, Jakarta Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2008. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 (Draft Publikasi). BPS, Palembang Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Timur. 2008. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten OKU Timur Tahun 2007. BPS, Martapura __________________ 2007. Kabupaten OKU Timur dalam Angka Tahun 2007 (Draft Publikasi). BPS, Martapura Bratakusumah, Deddy dan Riyadi. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah. Gramedia Press, Jakarta Budiharsono, Sugeng. 1995. Perencanaan Pembangunan Daerah. PAU-EK-UI, Jakarta Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Jakarta Jaya, Wihana Kirana. 1993. Pengantar Ekonomi Industri: Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar. BPFE, Yogyakarta Jhingan, ML. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Rajawali Press, Jakarta Kuncoro, Mudrajad dan Hairul Aswandi. 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris Di Kalimantan Selatan 1993-1999, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 17, Nomor 1, Tahun 2002 : 27-45, BPFE, Yogyakarta Mangiri, Komet. 2000. Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah, Edisi Kedua, BPS, Jakarta
92
Marwah, Taufik dan Syirod Saleh. 2002. Potensi Relatif Sektor-Sektor Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan. Kajian Ekonomi, Vol 1, Nomor 1, Tahun 2002: 1-13, Universitas Sriwijaya, Palembang Muzamil. 2001. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Musi Rawas. Tesis (Unpublished), Universitas Sriwijaya, Palembang Nugraha, Yudhistira Arya. 2003. Analisis Sektor Ekonomi Potensial Kota Prabumulih, Tesis (Unpublished). Universitas Sriwijaya, Palembang Republik Indonesia .1999. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat No. IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 19992004. Pustaka Setia, Bandung Saimima, Habiba. 2003. Analisis Sektor Ekonomi Potensial Dalam Perencanaan Pembangunan Di Kota Ambon (Perbandingan Dengan Kabupaten Lain Di Propinsi Maluku), Tesis (Unpublished). Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Sinar Grafika. 2001. Propenas 2000-2004, UU No.25 Th.2000 Tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2000-2004. Sinar Grafika, Jakarta. Soepono, Prasetyo. 1993. Analisis Shift-Share Perkembangan dan Penerapan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBI). Nomor 1, Tahun III : 43-54, BPFE, Yogyakarta Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma, No. 3, Tahun XXVI : 27-38, LP3ES, Jakarta ___________ 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Padang Tarigan, Robinson. 2003. Ekonomi Regional. Bumi Aksara, Jakarta Tarwiyanto, Junaidi. 1998. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan, Tesis (Unpublished). Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Todaro, M.P. 2000. Economic Development. Seventh Edition, New York University, Longman, London and New York Yusuf, Maulana. 1999. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) sebagai Salah Satu Alat Analisis Alternatif dalam Perencanaan Wilayah dan Kota, Aplikasi Model: Wilayah Bangka-Belitung. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Vol XLVII, Nomor 2, Tahun 1999 : 219-233
Lampiran 1. PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000-2007
Lapangan Usaha 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan non Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta PDRB tanpa migas
Kabupaten OKU Timur 2003 2004 2005 1.054.644 1.190.354 1.352.205 506.292 542.149 602.219 341.476 415.239 495.286 99.701 110.549 118.025 21.686 25.254 26.546 85.489 97.163 110.129 62.168 69.099 75.067
2000 710.208 352.397 219.147 69.569 16.913 52.182 39.805
2001 829.377 415.082 247.116 84.710 18.249 64.220 49.264
2002 959.650 469.714 298.492 95.497 20.497 75.450 56.862
39.805 115.685
49.264 138.173
56.862 154.957
62.168 164.386
69.099 172.878
115.685 1.650 1.540
138.173 2.010 1.878
154.957 2.818 2.659
164.386 3.514 3.343
110 105.209 196.991 184.807 391 11.793 13.379 10.143 3.236 54.688 1.538 563
132 121.854 213.396 199.755 422 13.219 18.263 14.793 3.470 58.666 1.772 671
159 135.030 233.636 218.827 453 14.356 24.327 20.094 4.233 69.667 1.912 784
51.531 1.056 151.074 96.242 54.832 1.388.689
55.117 1.106 181.242 119.594 61.648 1.612.245
65.786 1.185 202.511 135.688 66.823 1.839.458
Provinsi Sumatera Selatan 2003 2004 11.111.295 12.495.630 2.687.544 2.925.392 4.882.162 5.544.702 869.214 975.112 901.976 997.983 1.770.399 2.052.441 2.355.404 2.652.719
2006 1.568.480 686.891 600.931 126.570 27.913 126.175 81.853
2007 1.845.223 786.902 745.454 137.442 29.865 145.560 90.261
2000 7.627.133 1.892.587 3.233.036 582.818 778.737 1.139.955 1.886.247
2001 8.824.572 2.243.014 3.691.904 703.010 798.879 1.387.765 2.042.112
2002 10.120.900 2.497.455 4.372.764 811.334 840.218 1.599.129 2.141.406
75.067 195.438
81.853 221.542
90.261 252.777
1.385.737 500.510 5.000.224
1.442.852 599.260 6.216.724
1.449.464 691.942 6.828.693
1.592.349 763.055 7.491.801
172.878 3.818 3.630
195.438 4.015 3.811
221.542 4.243 4.021
252.777 4.498 4.257
171 145.098 256.677 240.234 495 15.948 30.795 25.683 5.112 75.551 2.092 855
188 163.064 283.761 265.761 542 17.458 39.258 31.580 7.678 83.226 2.187 950
204 192.417 345.057 324.691 610 19.756 51.260 43.159 8.101 94.026 2.528 1.150
222 232.151 429.232 406.059 693 22.480 62.916 53.802 9.114 106.446 2.954 1.399
241 283.990 534.855 508.466 789 25.600 76.056 65.326 10.730 120.840 3.458 1.704
71.364 1.240 223.824 151.405 72.419 2.016.657
78.777 1.312 262.243 184.959 77.284 2.267.701
88.886 1.462 303.724 219.552 84.172 2.613.209
100.459 1.634 356.245 264.428 91.817 3.063.108
113.850 1.828 421.182 320.857 100.325 3.629.682
5.000.224 172.262 138.697 288 33.277 2.589.373 4.819.001 4.433.820 38.883 346.298 1.317.334 1.066.212 251.122 1.435.016 83.918 19.785 247 1.177.447 153.619 3.136.865 1.994.080 1.142.785 27.983.455
6.216.724 222.499 182.768 655 39.076 3.013.564 5.186.493 4.758.275 41.676 386.542 1.513.458 1.232.586 280.872 1.521.785 96.652 23.690 259 1.238.567 162.617 3.418.844 2.108.891 1.309.953 31.960.051
6.828.693 303.184 253.244 4.307 45.633 3.383.156 5.778.870 5.299.980 43.303 435.587 1.776.317 1.411.722 364.595 1.776.339 104.203 27.383 272 1.470.232 174.249 3.665.124 2.201.233 1.463.891 35.773.989
7.491.801 380.447 325.540 4.912 49.995 3.762.967 6.605.709 6.071.697 45.708 488.304 2.120.056 1.647.254 472.802 1.980.596 119.449 30.624 353 1.641.969 188.201 4.305.340 2.722.395 1.582.945 40.113.615
2005 14.358.881 3.417.772 6.464.934 1.054.465 1.149.021 2.272.689 3.016.555
2006 17.300.120 4.299.814 7.452.310 1.251.997 1.563.352 2.732.647 3.527.925
2007 20.080.335 5.113.040 8.504.813 1.543.626 1.868.394 3.050.462 4.036.942
1.798.463 854.256 8.261.404
2.056.366 960.189 9.293.354
2.359.360 1.168.565 11.390.661
2.613.043 1.423.899 13.690.964
8.261.404 425.332 362.129 8.476 54.727 4.300.361 7.622.541 7.022.768 51.115 548.658 2.479.595 1.823.229 656.366 2.261.167 148.153 33.813 393 1.876.357 202.451 4.972.017 3.261.621 1.710.396 45.470.766
9.293.354 469.827 398.054 11.361 60.412 5.079.274 9.051.350 8.336.020 58.861 656.469 3.131.687 2.278.342 853.345 2.653.394 175.837 39.328 438 2.213.883 223.908 5.672.353 3.809.152 1.863.201 52.726.675
11.390.661 528.033 443.832 16.048 68.153 5.810.671 10.941.014 10.066.454 71.436 803.124 3.891.921 2.856.137 1.035.784 3.162.870 198.685 48.838 518 2.657.020 257.809 6.946.853 4.862.807 2.084.046 63.500.068
13.690.964 592.068 494.578 21.958 75.532 6.742.083 12.919.872 11.833.200 90.713 995.959 4.556.115 3.176.356 1.379.759 3.750.156 221.251 55.622 581 3.184.092 288.610 8.536.735 6.138.385 2.398.350 74.905.270
Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur dan BPS Provinsi Sumatera Selatan(diolah) Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara**) Angka Sangat Sementara
93
Lampiran 2.
PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 20002007 (Juta Rp.)
Lapangan Usaha 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan non Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta PDRB tanpa migas
2000 710.208 352.397 219.147 69.569 16.913 52.182 39.805
2001 736.990 358.850 233.172 72.526 17.327 55.115 42.719
Kabupaten OKU Timur 2002 2003 2004 777.287 814.541 863.128 374.692 385.746 398.668 250.707 271.142 297.343 74.317 75.974 78.975 18.422 19.401 21.308 59.149 62.278 66.834 44.650 46.547 48.484
2005 910.584 411.465 323.420 82.213 22.094 71.392 50.554
2006 2007 964.535 1.023.356 426.484 442.733 352.948 385.489 85.707 89.452 22.914 23.694 76.482 81.988 52.733 55.137
2000 7.627.133 1.892.587 3.233.036 582.818 778.737 1.139.955 1.886.247
2001 7.950.978 1.890.127 3.484.243 602.925 788.471 1.185.212 1.888.068
2002 8.311.409 1.960.628 3.672.740 631.364 807.234 1.239.443 1.886.430
39.805 115.685
42.719 119.496
44.650 122.011
46.547 125.859
48.484 129.094
50.554 136.264
52.733 144.070
55.137 152.341
1.385.737 500.510 5.000.224
1.366.337 521.731 5.163.793
1.338.873 547.557 5.379.253
115.685 1.650 1.540
119.496 1.705 1.590
122.011 1.784 1.663
125.859 1.820 1.698
129.094 1.869 1.742
136.264 1.920 1.788
144.070 1.986 1.848
152.341 2.055 1.911
110 105.209 196.991 184.807 391 11.793 13.379 10.143 3.236 54.688 1.538 563
115 108.954 207.586 194.978 400 12.208 15.025 11.471 3.554 57.032 1.608 583
121 112.920 222.015 208.705 416 12.894 16.591 12.735 3.856 59.617 1.702 619
122 115.653 236.331 222.129 436 13.766 18.503 14.327 4.176 60.825 1.802 639
127 119.382 254.460 239.518 452 14.490 19.993 15.501 4.492 62.435 1.880 668
132 125.566 274.285 258.512 469 15.304 21.293 16.325 4.968 65.209 2.043 696
138 133.753 300.736 283.975 489 16.272 23.003 17.430 5.573 68.355 2.240 728
144 142.808 329.988 312.145 511 17.332 25.044 18.628 6.416 71.720 2.464 762
51.531 53.757 56.165 57.210 58.675 61.204 64.056 67.092 1.056 1.084 1.131 1.174 1.212 1.266 1.331 1.402 151.074 150.932 154.543 160.831 167.339 175.888 186.770 199.223 96.242 94.641 97.101 100.436 104.558 109.928 117.348 125.738 54.832 56.291 57.442 60.395 62.781 65.960 69.422 73.485 1.388.689 1.440.439 1.511.418 1.580.910 1.666.184 1.761.563 1.875.941 2.001.672
Provinsi Sumatera Selatan 2003 2004 8.725.687 9.261.544 2.050.621 2.220.002 3.876.578 4.118.864 662.363 696.608 836.940 874.268 1.299.185 1.351.802 1.986.004 2.080.164 1.407.290 578.714 5.740.074
1.466.959 613.205 6.227.058
2005 2006 2007 9.805.678 10.437.334 11.113.699 2.323.232 2.446.207 2.632.452 4.441.783 4.830.883 5.183.054 726.980 769.461 816.210 907.403 931.358 934.675 1.406.280 1.459.425 1.547.308 2.166.072 2.254.058 2.343.445 1.514.787 651.285 6.655.373
1.556.141 697.917 7.153.642
1.590.532 752.913 7.714.048
5.000.224 5.163.793 5.379.253 5.740.074 6.227.058 6.655.373 7.153.642 7.714.048 172.262 189.392 197.460 205.662 216.931 231.369 248.673 267.073 138.697 154.744 158.396 165.366 173.783 185.426 200.056 214.667 288 655 4.273 4.600 6.139 7.308 7.969 8.665 33.277 33.993 34.791 35.696 37.009 38.635 40.648 43.741 2.589.373 2.718.842 2.877.078 3.069.555 3.332.309 3.585.898 3.845.876 4.157.657 4.819.001 5.053.572 5.333.740 5.618.867 5.967.998 6.429.518 6.939.621 7.567.159 4.433.820 4.650.284 4.902.800 5.157.180 5.469.969 5.899.908 6.373.082 6.930.089 38.883 39.502 39.724 40.231 42.646 45.738 49.425 56.227 346.298 363.786 391.216 421.456 455.383 483.872 517.114 580.843 1.317.334 1.385.282 1.469.749 1.612.040 1.797.325 2.005.038 2.216.756 2.534.185 1.066.212 1.097.374 1.136.972 1.219.197 1.315.074 1.401.592 1.492.152 1.596.752 251.122 287.908 332.777 392.843 482.251 603.446 724.604 937.433 1.435.016 1.476.031 1.536.138 1.617.057 1.732.202 1.859.817 2.013.374 2.197.304 83.918 87.746 92.747 102.910 127.371 141.781 150.032 163.220 19.785 20.594 21.612 22.887 23.784 24.535 25.906 27.934 247 250 255 263 266 274 288 307 1.177.447 1.208.061 1.255.175 1.316.302 1.397.386 1.500.328 1.631.457 1.783.450 153.619 159.380 166.349 174.695 183.395 192.899 205.691 222.393 3.136.865 2.978.164 3.092.067 3.235.779 3.353.552 3.578.911 3.861.690 4.211.579 1.994.080 1.779.631 1.830.057 1.908.892 1.947.437 2.077.473 2.249.280 2.461.461 1.142.785 1.198.533 1.262.010 1.326.887 1.406.115 1.501.438 1.612.410 1.750.118 27.983.455 28.804.122 30.083.324 31.810.725 33.969.083 36.317.674 38.971.024 42.106.149
Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur dan BPS Provinsi Sumatera Selatan(diolah) Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara**) Angka Sangat Sementara
94
Lampiran 3.
Struktur Ekonomi Kabupaten OKU Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000-2007 (dalam %) Kabupaten OKU Timur
Provinsi Sumatera Selatan
Lapangan Usaha 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan non Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta Jumlah
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
51,14 25,38 15,78 5,01 1,22 3,76 2,87
51,44 25,75 15,33 5,25 1,13 3,98 3,06
52,17 25,54 16,23 5,19 1,11 4,10 3,09
52,30 25,11 16,93 4,94 1,08 4,24 3,08
52,49 23,91 18,31 4,87 1,11 4,28 3,05
51,75 23,05 18,95 4,52 1,02 4,21 2,87
51,21 22,42 19,62 4,13 0,91 4,12 2,67
50,84 21,68 20,54 3,79 0,82 4,01 2,49
27,26 6,76 11,55 2,08 2,78 4,07 6,74
27,61 7,02 11,55 2,20 2,50 4,34 6,39
28,29 6,98 12,22 2,27 2,35 4,47 5,99
27,70 6,70 12,17 2,17 2,25 4,41 5,87
27,48 6,43 12,19 2,14 2,19 4,51 5,83
27,23 6,48 12,26 2,00 2,18 4,31 5,72
27,24 6,77 11,74 1,97 2,46 4,30 5,56
26,81 6,83 11,35 2,06 2,49 4,07 5,39
2,87 8,33
3,06 8,57
3,09 8,42
3,08 8,15
3,05 7,62
2,87 7,48
2,67 7,23
2,49 6,96
4,95 1,79 17,87
4,51 1,88 19,45
4,05 1,93 19,09
3,97 1,90 18,68
3,96 1,88 18,17
3,90 1,82 17,63
3,72 1,84 17,94
3,49 1,90 18,28
8,33 0,12 0,11
8,57 0,12 0,12
8,42 0,15 0,14
8,15 0,17 0,17
7,62 0,17 0,16
7,48 0,15 0,15
7,23 0,14 0,13
6,96 0,12 0,12
0,01 7,58 14,19 13,31 0,03 0,85 0,96 0,73 0,23 3,94 0,11 0,04
0,01 7,56 13,24 12,39 0,03 0,82 1,13 0,92 0,22 3,64 0,11 0,04
0,01 7,34 12,70 11,90 0,02 0,78 1,32 1,09 0,23 3,79 0,10 0,04
0,01 7,19 12,73 11,91 0,02 0,79 1,53 1,27 0,25 3,75 0,10 0,04
0,01 7,19 12,51 11,72 0,02 0,77 1,73 1,39 0,34 3,67 0,10 0,04
0,01 7,36 13,20 12,42 0,02 0,76 1,96 1,65 0,31 3,60 0,10 0,04
0,01 7,58 14,01 13,26 0,02 0,73 2,05 1,76 0,30 3,48 0,10 0,05
0,01 7,82 14,74 14,01 0,02 0,71 2,10 1,80 0,30 3,33 0,10 0,05
3,71 0,08 10,88 6,93 3,95 100,00
3,42 0,07 11,24 7,42 3,82 100,00
3,58 0,06 11,01 7,38 3,63 100,00
3,54 0,06 11,10 7,51 3,59 100,00
3,47 0,06 11,56 8,16 3,41 100,00
3,40 0,06 11,62 8,40 3,22 100,00
3,28 0,05 11,63 8,63 3,00 100,00
3,14 0,05 11,60 8,84 2,76 100,00
17,87 0,62 0,50 0,00 0,12 9,25 17,22 15,84 0,14 1,24 4,71 3,81 0,90 5,13 0,30 0,07 0,00 4,21 0,55 11,21 7,13 4,08 100,00
19,45 0,70 0,57 0,00 0,12 9,43 16,23 14,89 0,13 1,21 4,74 3,86 0,88 4,76 0,30 0,07 0,00 3,88 0,51 10,70 6,60 4,10 100,00
19,09 0,85 0,71 0,01 0,13 9,46 16,15 14,82 0,12 1,22 4,97 3,95 1,02 4,97 0,29 0,08 0,00 4,11 0,49 10,25 6,15 4,09 100,00
18,68 0,95 0,81 0,01 0,12 9,38 16,47 15,14 0,11 1,22 5,29 4,11 1,18 4,94 0,30 0,08 0,00 4,09 0,47 10,73 6,79 3,95 100,00
18,17 0,94 0,80 0,02 0,12 9,46 16,76 15,44 0,11 1,21 5,45 4,01 1,44 4,97 0,33 0,07 0,00 4,13 0,45 10,93 7,17 3,76 100,00
17,63 0,89 0,75 0,02 0,11 9,63 17,17 15,81 0,11 1,25 5,94 4,32 1,62 5,03 0,33 0,07 0,00 4,20 0,42 10,76 7,22 3,53 100,00
17,94 0,83 0,70 0,03 0,11 9,15 17,23 15,85 0,11 1,26 6,13 4,50 1,63 4,98 0,31 0,08 0,00 4,18 0,41 10,94 7,66 3,28 100,00
18,28 0,79 0,66 0,03 0,10 9,00 17,25 15,80 0,12 1,33 6,08 4,24 1,84 5,01 0,30 0,07 0,00 4,25 0,39 11,40 8,19 3,20 100,00
Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur dan BPS Provinsi Sumatera Selatan(diolah) Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara**) Angka Sangat Sementara
95
Lampiran 4. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Dan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000-2007 (dalam %)
Kabupaten OKU Timur
Provinsi Sumatera Selatan
Lapangan Usaha 1. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasil-hasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. Pertambangan & Penggalian a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. Listrik, Gas & Air Bersih a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. Bangunan 6. Perd, Hotel & Restoran a. Perdag. Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. Keu. Prswan & Jasa perush a. Bank b. Lembaga Keuangan non Bank c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta Pertumbuhan tanpa migas
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
RATA2
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
RATA2
3,77 1,83 6,40 4,25 2,45 5,62 7,32
5,47 4,41 7,52 2,47 6,32 7,32 4,52
4,79 2,95 8,15 2,23 5,31 5,29 4,25
5,96 3,35 9,66 3,95 9,83 7,32 4,16
5,50 3,21 8,77 4,10 3,69 6,82 4,27
5,92 3,65 9,13 4,25 3,71 7,13 4,31
6,10 3,81 9,22 4,37 3,40 7,20 4,56
6,30 3,66 10,84 4,08 5,73 8,16 5,50
4,25 -0,13 7,77 3,45 1,25 3,97 1,84
4,53 3,73 5,41 4,72 2,38 4,58 -0,17
4,98 4,59 5,55 4,91 3,68 4,82 -0,06
6,14 8,26 6,25 5,17 4,46 4,05 0,41
5,88 4,65 7,84 4,36 3,79 4,03 0,42
6,44 5,29 8,76 5,84 2,64 3,78 0,36
6,48 7,61 7,29 6,08 0,36 6,02 0,25
6,53 5,58 8,62 5,72 2,86 5,10 3,46
7,32 3,29
4,52 2,10
4,25 3,15
4,16 2,57
4,27 5,55
4,31 5,73
4,56 5,74
5,50 4,53
-1,40 4,24 1,73
-2,01 4,95 3,58
5,11 5,69 4,55
4,24 5,96 5,87
3,26 6,21 4,75
2,73 7,16 5,30
2,21 7,88 5,70
2,11 7,20 7,75
3,29 3,33 3,25
2,10 4,63 4,59
3,15 2,02 2,10
2,57 2,69 2,59
5,55 2,73 2,64
5,73 3,44 3,36
5,74 3,47 3,41
4,53 3,51 3,44
4,55 3,56 5,38 5,50 2,30 3,52 12,30 13,09 9,83 4,29 4,55 3,55
5,22 3,64 6,95 7,04 4,00 5,62 10,42 11,02 8,50 4,53 5,85 6,17
0,83 2,42 6,45 6,43 4,81 6,76 11,52 12,50 8,30 2,03 5,88 3,23
4,10 3,22 7,67 7,83 3,67 5,26 8,05 8,19 7,57 2,65 4,33 4,54
3,94 5,18 7,79 7,93 3,76 5,62 6,50 5,32 10,60 4,44 8,67 4,19
4,55 6,52 9,64 9,85 4,26 6,33 8,03 6,77 12,18 4,82 9,64 4,60
4,35 6,77 9,73 9,92 4,50 6,51 8,87 6,87 15,13 4,92 10,00 4,67
4,42 5,11 9,64 9,84 4,38 6,71 12,46 11,95 14,04 4,45 8,60 5,05
4,32 2,65 -0,09 -1,66 2,66 3,73
4,48 4,34 2,39 2,60 2,04 4,93
1,86 3,80 4,07 3,43 5,14 4,60
2,56 3,24 4,05 4,10 3,95 5,39
4,31 4,46 5,11 5,14 5,06 5,72
4,66 5,13 6,19 6,75 5,25 6,49
4,74 5,33 6,67 7,15 5,85 6,70
4,31 4,68 4,55 4,38 4,86 6,31
3,27 9,94 11,57 127,43 2,15 5,00 4,87 4,88 1,59 5,05 5,16 2,92 14,65 2,86 4,56 4,09 1,21 2,60 3,75 -5,06 -10,75 4,88 2,93
4,17 4,26 2,36 552,37 2,35 5,82 5,54 5,43 0,56 7,54 6,10 3,61 15,58 4,07 5,70 4,94 2,00 3,90 4,37 3,82 2,83 5,30 4,44
6,71 4,15 4,40 7,65 2,60 6,69 5,35 5,19 1,28 7,73 9,68 7,23 18,05 5,27 10,96 5,90 3,14 4,87 5,02 4,65 4,31 5,14 5,74
8,48 5,48 5,09 33,46 3,68 8,56 6,21 6,07 6,00 8,05 11,49 7,86 22,76 7,12 23,77 3,92 1,14 6,16 4,98 3,64 2,02 5,97 6,79
6,88 6,66 6,70 19,04 4,39 7,61 7,73 7,86 7,25 6,26 11,56 6,58 25,13 7,37 11,31 3,16 3,01 7,37 5,18 6,72 6,68 6,78 6,91
7,49 7,48 7,89 9,04 5,21 7,25 7,93 8,02 8,06 6,87 10,56 6,46 20,08 8,26 5,82 5,59 5,11 8,74 6,63 7,90 8,27 7,39 7,31
7,83 7,40 7,30 8,73 7,61 8,11 9,04 8,74 13,76 12,32 14,32 7,01 29,37 9,14 8,79 7,83 6,60 9,32 8,12 9,06 9,43 8,54 8,04
7,75 7,86 7,82 415,53 4,49 8,65 8,15 8,04 6,37 9,68 13,20 7,11 39,04 7,59 13,50 5,88 3,47 7,35 6,40 4,89 3,35 7,59 7,21
Sumber: BPS Kabupaten OKU Timur dan BPS Provinsi Sumatera Selatan(diolah) Keterangan : r) Angka Revisi *) Angka Sementara**) Angka Sangat Sementara
96