ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT DI KEBUN MANDAH ESTATE, PT BHUMIREKSA NUSASEJATI, MINAMAS PLANTATION, INDRAGIRI HILIR, RIAU
REZKY ABADI ABDI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTRA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut di Kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa NusaSejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2013 Rezky Abadi Abdi NIM A24080003
ii
ABSTRAK REZKY ABADI ABDI. Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut di Kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa NusaSejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau. Dibimbing oleh HARIYADI. Kegiatan magang dilakukan di Kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau dari tanggal 13 Februari sampai dengan 13 Mei 2012. Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit dan secara khusus menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit pada areal lahan gambut. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Kebun Mandah Estate secara menyeluruh sudah mencapai produksi yang cukup tinggi karena telah melebihi target yang ditentukan perusahaan dan secara berturut-turut mengalami peningkatan produksi dari tahun ke tahun. Hal ini terbukti dari lima kebun yang terdapat di PT Bhumireksa NusaSejati, kebun Mandah Estate yang memiliki rata-rata produksi tertinggi sebesar 57.54 ton/ha/tahun. Pengelolaan kebun kelapa sawit di lahan gambut dalam pencapaian produksi berbeda dengan kebun di lahan mineral. Beberapa faktor yang menjadi masalah utama dalam pengaruhnya terhadap produksi meliputi umur tanaman, serangan penyakit, curah hujan, jenis tanah/lahan, pemanenan, dan water management. Kata Kunci : Faktor produksi, Kelapa sawit, Lahan gambut
ABSTRACT REZKY ABADI ABDI. Production Analysis of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) on Peatlands in PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau. Supervised by HARIYADI. The internship program has been conducted at PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau from February 13 to May 13 2012. The purpose of this internship program is to learn oil palm cultivation and specifically analyzes the factors that influence the production of palm oil. The data to be collected consist of primary and secondary data. Mandah Estate has reached a high production and has exceeded its specified company targets and successively increased production from year to year. From five estates in PT Bhumireksa Nusa Sejati, Mandah Estate which has an average peak production of 57.54 tonnes/ha/year. Management of oil palm plantations on peatlands has a different management technique on soil minerals. There a several major factors that can effects a crop production is age of plant, disease, rainfall, soil/land, harvesting, and water management. Key Word: Determinant production factor, Oil palm, Peatlands
ANALISIS PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA LAHAN GAMBUT DI KEBUN MANDAH ESTATE, PT BHUMIREKSA NUSA SEJATI, MINAMAS PLANTATION, INDRAGIRI HILIR, RIAU
REZKY ABADI ABDI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTRA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
iv
Judul Skripsi : Analisis Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut di Kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa NusaSejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau. Nama : Rezky Abadi Abdi NIM : A24080003
Disetujui oleh
Dr Ir Hariyadi, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan serta hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai syarat untuk kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang telah dilaksanakan penulis selama tiga bulan di perkebunan kelapa sawit tepatnya di Kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Indragiri Hilir, Riau. Kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Hariyadi, MS selaku pembimbing skripsi dan Bapak Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro, M.Agr selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Kamsul Efendi selaku Estate Manager di Kebun Mandah Estate, Bapak Aron Schnitzer Saragih selaku Asisten Divisi III, Bapak Ritaudin selaku Asisten Divisi IV, Bang Andi Makkarumpa selaku Krani Divisi III, Ipar Dani, Bobby, Anita, Gilang Triono, Jamet, sahabat Panjen, dan rekan AGH angkatan 45 beserta semua pihak yang telah membantu, membimbingan, dan memberi masukan kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun ke arah yang lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2013
Rezky Abadi Abdi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Botani Kelapa Sawit
2
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
2
Sifat dan Jenis Tanah Gambut
4
Pemanenan
4
Produktivitas Kelapa Sawit di Lahan Gambut
5
METODE MAGANG
5
Tempat dan Waktu
5
Metode Pelaksanaan
5
Pengamatan dan Pengumpulan Data
6
Analisis Data dan Informasi
6
KEADAAN UMUM
7
Letak Geografi
7
Keadaan Iklim dan Tanah
7
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
7
Keadaan Tanaman dan Produksi
8
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
9
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
10
Aspek Teknis
10
Pemeliharaan dan Perawatan Tanaman Kelapa Sawit
10
Pengendalian Gulma secara Manual
11
Cabut Kentosan dan Tebas Anak Kayu
11
Pengendalian Gulma secara Kimiawi
11
Oles Anak Kayu
13
Pengendalian Hama dan Penyakit
13
Pemupukan
16
Penunasan
17
viii
Sarana Transportasi
18
Water Management
19
Pemanenan
19
Aspek Manajerial
22
Mandor I
22
Krani Divisi
23
Mandor Panen
23
Krani Panen
23
Mandor Perawatan
23
Mandor Chemis
24
Asisten Divisi
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
Rotasi Panen
24
Produksi Aktual dan Budget
26
Umur Tanaman
27
Serangan Ganoderma/ Busuk Pangkal Batang
27
Kapasitas Pemanen
28
Water Management
29
Produktivitas
30
SIMPULAN DAN SARAN
31
Simpulan
31
Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
33
RIWAYAT HIDUP
40
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tata guna lahan kebun Mandah Estate Produksi kebun Mandah Estate tahun 2006-2011 Tingkat kematangan dan kriteria panen di Mandah Estate Denda pemanen Pengaruh rotasi panen terhadap produksi pada bulan Februari di Mandah Estate Perbandingan antara produksi aktual dengan budget di Kebun Mandah Pengaruh umur tanaman terhadap produksi kebun Mandah Estate Sensus ganoderma pada blok G020 di Mandah Estate Kapasitas pemanen di Divisi III, Mandah Estate Perbandingan rata-rata produktivitas di Manda berdasarkankelas lahan
8 9 20 22 25 26 27 28 29 31
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Oles anak kayu Jenis ulat api yang ditemukan di Mandah Estate Jenis ulat kantong yang terdapat di Mandah Estate Serangan Ganodermadi Divisi III, Mandah Estate Denah seksi panen Divisi III, Mandah Estate Grafik level air di Divisi III, Mandah Estate
13 14 14 16 20 30
DAFTAR LAMPIRAN 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pekerja harian lepas di Kebun Mandah Estate 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Mandah Estate 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di Kebun Mandah Estate 4. Peta Kebun Mandah Estate 5. Data curah hujan di Kebun Mandah tahun 2006-2011 6. Struktur organisasi Kebun Mandah Estate
33 34 35 37 38 39
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi primadona perkebunan yang memegang peran strategis dalam mendukung perkembangan kondisi sosial ekonomi di Indonesia. Tanaman perkebunan yang memiliki prospek cerah sebagai sumber penghasil devisa, pajak serta mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat terletak pada komoditi kelapa sawit. Industri kelapa sawit di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat dan diperkirakan masih akan berlangsung dalam tahun-tahun mendatang. Berbagai produk dapat dihasilkan dalam industri kelapa sawit dan dapat digunakan untuk keperluan pangan maupun non-pangan. Salah satu produk non-pangan yang paling diminati dalam kurun waktu terakhir ini adalah biodiesel yang dihasilkan dari minyak kelapa sawit. Mangoensoekarjo dan Semangun (2008), potensi konsumsi dunia terhadap minyak kelapa sawit akan terus meningkat baik akibat pertambahan penduduk sebagai konsumen maupun sebagai akibat pertumbuhan global. Indonesia memiliki lahan gambut terluas diantara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha, yang tersebar terutama di Sumatera, Kalimantan, dan Papua (BB Litbang SDLP 2008). Tidak semua lahan gambut layak untuk dijadikan areal pertanian karena variabilitas lahan ini sangat tinggi, baik dari segi ketebalan gambut, kematangan maupun kesuburannya. Pulau-pulau utama Indonesia terdapat 18.3 juta ha lahan gambut dan hanya sekitar 6 juta ha yang layak untuk pertanian. Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan permintaan terhadap produk pertanian maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian juga meningkat. Lahan yang dulunya dianggap sebagai lahan marjinal yaitu lahan gambut menjadi salah satu sasaran perluasan lahan pertanian, seperti penanaman kelapa sawit di lahan gambut. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tahun 2009 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Budidaya Kelapa Sawit, lahan gambut yang dapat digunakan untuk budidaya kelapa sawit dengan ketebalan kurang dari 3 (tiga) meter dan proporsi lahan minimal 70% dari luas areal yang diusahakan. Areal gambut yang boleh digunakan adalah gambut matang (saprik) dan gambut setengah matang (hemik) sedangkan gambut mentah dilarang untuk pengembangan budidaya kelapa sawit. Tingkat kesuburan tanah dalam kategori eutrofik, yaitu tingkat kesuburan gambut dengan kandungan unsur hara makro dan mikro yang cukup untuk budidaya kelapa sawit sebagai pengaruh luapan air sungai dan/atau pasang surut air laut. Pencapaian produktivitas yang optimal di lahan gambut, perlu dilakukan pengelolaan yang memerlukan standardisasi teknologi dan kultur-teknis khusus yang berbeda dengan tanah mineral. Efektifitas operasional di lahan gambut juga memerlukan paket teknologi yang terintegrasi mulai dari sistem pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman, transportasi, pengendalian hama dan penyakit, dan panen.
2
Tujuan Tujuan dari kegiatan magang ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum magang untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mempelajari dan memahami proses produksi kelapa sawit serta dapat bekerja secara nyata pada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Tujuan khusus yaitu menganalisis faktor produksi kelapa sawit pada areal lahan gambut di perkebunan kelapa sawit Mandah Estate, PT Bhumireksa NusaSejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) menurut Fatmawati, Lubis, dan Ginting (2004) sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone Ordo : Palmales Famili : Palmaceae Genus : Elaeis Spesies : Elais guineensis Jacq. Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini justru lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1848 berasal dari Mauritius dan Amsterdam sebanyak empat tanaman yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara (Lubis 1992). Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil. Batangnya tumbuh lurus, umumnya tidak bercabang, dan tidak mempunyai kambium. Tanaman ini berumah satu atau monoecious, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon. Bunga dapat menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun. Sedangkan bagian generatif yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan adalah bunga dan buah (Mangoensoekarjo 2008). Akar kelapa sawit merupakan akar serabut yang terbagi menjadi akar primer yang tumbuh ke bawah dan ke samping, akar sekunder yang cabang akar primer yang bercabang ke atas dan ke bawah, dan akar tertier yang merupakan cabang akar sekunder berupa bulu-bulu akar (pilus radicalis) yang banyak menyerap hara makanan dan berfungsi sebagai alat pernafasan. Akar kelapa sawit dapat berkembang hingga kedalaman ± 1 meter dengan daerah perakaran terdapat pada kedalaman ± 25 cm, sehingga permukaan air tanah diusahakan pada kedalaman 80-100 cm. Panjang akar yang tumbuh menyamping dapat mencapai 6 meter. Penyerapan unsur hara dan air dilakukan oleh akar kuartener (Risza 2009).
3
Batang kelapa sawit tidak mempunyai cabang dan tidak mempunyai kambium. Jenis pertumbuhannya yaitu pertumbuhan primer, titik tumbuh berada pada ujung batang dan terus berkembang membentuk daun serta tinggi batang. Batang mencapai diameter 90 cm dengan ketinggian 12 meter. Hartley (1976), pertumbuhan batang sawit mencapi sebesar 0.3 – 0.6 m/tahun. Lubis (1992) mengemukakan bahwa batang sawit baru dapat terlihat setelah tanaman berumur 4 tahun. Daun kelapa sawit terdiri dari tempat duduknya helaian daun (leaflet), helaian daun (lamina), lidi (nervatio), tangkai daun (petiole), dan duri (spine). Produksi pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20 – 30 kemudian akan berkurang sesuai umur menjadi 18 – 25 atau kurang (Lubis 1992). Lubis (1992) menyatakan bahwa kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-24 bulan. Pembungaan termasuk monocious artinya bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon, namun tidak pada tandan yang sama, tetapi ada juga ditemukan bunga jantan dan betina yang terdapat dalam satu tandan yang disebut bunga banci (hermaprodit). Risza (1997) menambahkan bahwa penyerbukan kelapa sawit dapat dilakukan oleh angin, serangga, dan bantuan manusia. Corley (1976) mengemukakan buah kelapa sawit terdiri dari tiga bagian, yakni lapisan luar (exocarpium/epicarpium) yang disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) yang disebut daging buah, dan lapisan dalam (endocarpium) yang disebut cangkang yang melindungi 1 – 4 inti (kernel) yang mengandung minyak inti. Cangkang yang keras terdapat diantara inti dan daging buah. Biji sawit terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit biji atau cangkang (spermodermis), tali pusat (fumiculus), dan inti biji. Inti terdapat di dalam lembaga atau embrio yang merupakan calon tanaman baru.
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada suhu 270C dengan suhu maksimum 330C dan suhu minimum 220C. Surah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1 250 – 3 000 mm yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal sekitar 1 750 – 2 500 mm. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit pada kisaran 50 – 90% (optimal 80%). Elevasi untuk pengembangan kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dari permukaan laut. Tanaman kelapa sawit dapat diusahakan pada tanah yang memliki tekstur agak kasar sampai halus yaitu antara pasir berlempung sampai lempung berliat (Buana dan Siahaan 2003). Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit menurut Lubis (1992) adalah : 1. Solum tebal 80 cm (merupakan media yang baik bagi perlembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik). 2. Tekstur ringan yang memiliki pasir 20–60%, debu 10 – 40%, dan liat 20 – 25%. 3. Perkembangan srtuktur baik, konsistensi gembur, dan permeabilitas sedang. 4. Potensial hidrogen (pH) tanah yang terbaik pada 5 – 5.5. 5. Kandungan unsur hara tinggi.
4
Sifat dan Jenis Tanah Gambut Sifat tanah gambut berbeda dengan tanah mineral lainnya dan untuk menanam atau membuka lahan seperti ini memerlukan tindakan pengelolaan khusus. Sifat tanah gambut meliputi bobot isi atau bulk density yang rendah, memiliki sifat kering tak balik (irreversible drying), penurunan muka tanah (subsiden), pH yang rendah, dan miskin unsur hara. Lahan gambut adalah lahan yang memiliki lapisan tanah kaya bahan organik (C-organik>18%) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang (back swamp) atau daerah cekungan yang drainasenya buruk (PPKS 2005). Gambut terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum. Timbunan terus bertambah karena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi anaerob dan/atau kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat perkembangan biota pengurai. Pembentukan tanah gambut merupakan proses geogenik yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan tranportasi, berbeda dengan proses pembentukan tanah mineral yang pada umumnya merupakan proses pedogenik (Hardjowigeno 1986). Gambut merupakan tanah yang terbentuk dari bahan organik pada fisiografi cekungan atau rawa, akumulasi bahan organik pada kondisi jenuh air, anaerob, menyebabkan proses perombakan bahan organik berjalan sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi bahan organik yang membentuk tanah gambut. Proses pembentukan gambut di Kalimantan terjadi baik pada daerah pantai maupun di daerah pedalaman dengan fisiografi yang memungkinkan terbentuknya gambut, oleh sebab itu kesuburan gambut sangat bervariasi, gambut pantai yang tipis umumnya cukup subur, sedang gambut pedalaman seperti di Bereng Bengkel Kalimantan Tengah kurang subur (Harjowigeno 1996 dan Noor 2001). Berdasarkan kedalaman, maka lahan gambut dibedakan menjadi gambut dangkal (< 100 cm), gambut sedang (100 – 200 cm), gambut dalam (200 – 300 cm), dan gambut sangat dalam (> 300 cm). Berdasarkan tingkat pelapukan (dekomposisi), maka gambut dibedakan menjadi gambut mentah (fibrik) yaitu vegetasi/bahan organik belum terdekomposisi, masih berupa sisa-sisa potongan bagian-bagian tanaman, gambut sedang (hemik) yaitu vegetasi/bahan organik terdekomposisi sebagian, dan gambut matang (saprik) yaitu vegetasi/bahan organik sudah terdekomposisi semua, berwarna gelap, dan humus tinggi.
Pemanenan Lubis (2008), keberhasilan panen dan produksi tergantung pada bahan tanaman yang dipergunakan, manusia (pemanen) dengankapasitas kerjanya, peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta alat pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal, insentif yang disediakan dan lain-lain. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Kandungan minyak
5
pada daging buahnya telah maksimal. Buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai tandannya ketika terlalu masak, hal ini disebut dengan istilah membrondol. Pelaksanaan proses pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu untuk mencapai tujuan dari pemanenan yaitu di antaranya kriteria matang panen, cara panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen harus diikuti. Kriteria tersebut bertujuan untuk menciptakan produksi hasil yang maksimum dan baik serta rendemen minyak yang tinggi (Satyawibawa dan Widyastuti 1999).
Produktivitas Kelapa Sawit di Lahan Gambut Budidaya perkebunan Kelapa sawit berskala besar telah dikembangkan di lahan gambut Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan, pembangunan kebun dilakukan pada gambut dengan ketebalan antara 1-5 meter. Produksi tanaman di lahan gambut bervariasi sekitar 12 ton/ha – 25 ton/ha. Adapun produksi kelapa sawit di gambut tebal Kalimantan Barat pada tanaman tahun kedelapan sekitar 14 ton/ha (Fahmuddin 2008). Pemadatan tanah diperlukan untuk tanaman perkebunan berbentuk pohon seperti kelapa sawit, kelapa dan karet. Daya sangga tanah (bearing capacity) yang rendah dari tanah gambut dapat menyebabkan pohon mudah rebah dan menurunkan produksi. Pemadatan tanah dianjurkan dapat dilakukan untuk tanaman kelapa sawit agar kerapatan lindak tanah meningkat dan akar lebih kuat mencengkram tanah sehingga rebahnya tanaman dapat dikurangi. Pemadatan tanah juga akan meningkatkan hasil karena semakin besarnya serapan.Kendala yang dihadapi dalam penanaman kelapa sawit di lahan gambut yaitu gambut merupakan lahan marginal yang pemanfaatannya memerlukan perencanaan dan penanganan yang cermat, membutuhkan biaya besar untuk memperbaikinya, teknologi yang lebih dan kendala agronomis (Tahir 2004).
METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation yang terletak di Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Pelaksanaan magang dilaksanakan mulai tanggal 13 Februari 2012 sampai dengan 13 Mei 2012.
Metode Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan seluruh pekerjaan di lapangan pada berbagai tingkatan pekerjaan yang diprogramkan sesuai tahapan status ketenagakerjaan penulis selama magang yang meliputi aspek teknis dan aspek
6
manajerial. Aspek teknis yang dilakukan penulis adalah menjadi karyawan harian lepas (KHL) yang dimulai dari kegiatan pemupukan, pengendalian gulma, pengangkutan buah dari TPH sampai PKS, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan water management, sedangkan aspek manajerial dilakukan pada saat penulis menjadi pendamping mandor, pendamping krani, dan pendamping asisten divisi dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, dan 3.
Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengumpulan data secara langsung dilakukan dengan pengamatan pada kegiatan perkebunan di lapangan, diskusi, wawancara dengan staf dan karyawan kebun. Metode tidak langsung dilakukan studi pustaka dan pengumpulan data dari laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun. Data tersebut berkaitan dengan keadaan iklim, keadaan tanah dan tata guna lahan, keadaan tanaman dan produksi, struktur organisasi dan ketenagakerjaan.
Analisis Data dan Informasi Hasil kegiatan magang berupa data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung dilakukan analisis secara deskriptif dan kuantitatif menggunakan norma kerja yang berlaku dan sebagian dianalisis dengan menggunakan Uji-t untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit berdasarkan data yang diperoleh dari perusahaan. Faktor yang mempengaruhi terhadap produksi yang diamati meliputi : Rotasi Panen. Pengamatan terhadap rotasi panen yang mempengaruhi produksi aktual perusahaan. Produksi Aktual dan Budget. Pengamatan terhadap selisih target budget produksi perusahaan terhadap aktual produksi perusahaan. Umur Tanaman. Pengamatan terhadap umur tanaman bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tanaman di lapangan baik vegetatif maupun generatif yang berpengaruh pada tingkat produksi yang akan dicapai perusahaan. Serangan Ganoderma. Pengamatan terhadap serangan penyakit yang menyerang tanaman produktif yaitu penyakit busuk pangkal batang atau ganoderma yang mengakibatkan pokok produktif mati. Kapasitas Pemanenan. Pengamatan terhadap pemanenan yang diterapkan di kebun, baik kapasitas pemanen dan rotasi panen yang berpengaruh pada tingkat produksi kebun. Water Management. Pengamatan pada kegiatan water management untuk menyeimbangkan level air sehingga tidak berlebih ataupun kekurangan air. Produktivitas Kebun terhadap Kelas Lahan. Pengamatan terhadap produktivitas perusahaan terhadap kelas lahan yang ada.
7
KEADAAN UMUM Letak Geografi Lokasi kebun Mandah Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation secara administratif terletak di Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Lokasi kebun Mandah berada pada latitude 1030 28‟ 28”– 1030 34‟ 34” BT dan longitude 00 05‟ 41”– 00 09‟ 40” LU. Jarak yang ditempuh menuju kebun Mandah dari Tembilahan, Ibu Kota Kabupaten Indragiri Hilir melalui sungai menggunakan speed boat selama 4-6 jam dan dari Batam melalui laut menggunakan kapal ferry selama 2-4 jam. Peta kebun Mandah Estate terdapat pada Gambar Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah Kondisi iklim di Mandah Estate menurut klasifikasi Smith dan Ferguson termasuk tipe iklim A yaitu daerah sangat basah dengan vegetasi hutan hujan tropika. Rata-rata curah hujan tahunan kebun Mandah adalah 2 525 mm/tahun. Data curah hujan disajikan pada Lampiran 5. Tanah di areal perkebunan PT Bhumireksa NusaSejati tergolong tanah organik. Tanah ini berkembang terutama di daerah dengan kondisi anaerob (tergenang). Kondisi ini menyebabkan proses penumpukan bahan organik lebih cepat daripada proses mineralisasinya. Tanah gambut di Mandah Estate termasuk gambut ombrogin karena terbentuk di dataran rawa yang luas, tidak tergenang permanen, permukaan air tanah sangat dangkal, umumnya ± 40 cm dari permukaan tanah.Topografi di kebun Mandah memiliki areal yang datar dengan kemiringan 0–8%. Derajat kemasaman (pH) tanah di Mandah Estate rata-rata 2.93. Angka ini menunjukkan bahwa tanah gambut di Mandah Estate merupakan tanah dengan derajat kemasaman yang tinggi dengan kesesuaian lahan kelas S3 sehingga diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan pH dengan pembuatan kanal, parit, dan memberikan kapur.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan Luas total area Mandah Estate adalah 5 040 ha yang terdiri dari tanaman menghasilkan (TM) seluas 4111 ha, tanaman belum menghasilkan (TBM) tidak ada, dan luas areal yang tidak ditanami 929 ha. Areal pertanaman terdiri dari 5 divisi dengan luas areal masing-masing yaitu divisi I seluas 832 ha, divisi II seluas 822 ha, divisi III 784 ha, divisi IV seluas 819 ha, dan divisi V 854 ha. Luas areal dan tata guna lahan di Mandah Estate dapat dilihat pada Tabel 1.
8
Tabel 1. Tata guna lahan kebun Mandah Estate No
Uraian
Tanaman Menghasilkan TT. 1996 TT. 1997 TT. 1998 TT. 1999 TT. 2000 TT. 2004 TT. 2005 Total Areal TM Areal TBM Total Areal Ditanam 2 Areal Belum Ditanam / Lainnya - Emplasment/Pabrik - Kanal/kolektor - Sungai/rawa - Okupasi - Konservasi Total Areal Tidak Ditanam Total Areal Mandah Estate
Divisi (ha) III IV
V
Total Luas (ha)
413 145 261 819 819
229 376 249 854 854
141 842 810 645 642 521 510 4111 4111
11 36
14 18
17
69 150
47 831
235 208 475 1 294
I
II
141 691 832 832
151 671 822 822
139 645 784 784
30 41
14 38
1
71 903
52 874
267 284 1 138
502 208 929 5 040
Sumber : Kantor Besar Kebun Mandah
Tabel 1 dapat dilihat bahwa areal TM terdiri atas 81.57 %dari total areal Kebun Mandah, yang tersebar di Divisi I 20.24 %, Divisi II 19.99%, Divisi III 19.07 %, Divisi IV 19.92 %, dan Divisi V 20.77 %, dengan tahun tanam 1996 sampai dengan 2005. Areal yang di okupasi oleh masyarakat terdiri atas 9.96% yang terletak di Divisi IV dan Divisi V. Areal prasarana seperti emplasment, kanal, dan konservasi terdiri atas 8.47 % dari total areal kebun, dan areal yang belum ditanam terdiri atas 18.43 %.
Keadaan Tanaman dan Produksi Tanaman kelapa sawit di Mandah Estate didominasi oleh tanaman menghasilkan dengan tahun tanam 1996-2005. Varietas kelapa sawit yang ditanam di Mandah Estate berasal dari Socfindo, Guthrie Research, dan Marihat. Penanaman kelapa sawit menggunakan pola tanam segitiga samasisi dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m (populasi efektif 143 pokok/ha). Produksi kebun Mandah Estate selama enam tahun berturut-turut mengalami peningkatan, dapat dilihat pada Tabel 2.
9
Tabel 2. Produksi kebun Mandah Estate tahun 2006-2011 Aktual Produksi (ton/bulan) Bulan 2005 / 2006 / 2007 / 2008 / 2009 / 2010/ 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Juli 1 153 1 545 2 131 3 388 4 218 4 584 Agustus 1 553 1 065 2 316 3 589 4 080 4 628 September 1 210 1 509 3 194 3 027 2 637 3 343 Oktober 1 821 704 2 226 3 227 4 509 3 589 November 1 298 1 392 3 589 3 759 4 358 4 194 Desember 1 827 2 012 3 223 3 548 4 542 4 412 Januari 892 1 991 2 694 3 472 3 905 3 805 Februari 865 1 729 2 187 2 473 3 532 3 445 Maret 505 1 860 2 092 2 724 3 810 4 578 April 1 009 1 878 2 473 2 309 3 917 4 479 Mei 1 904 1 909 2 608 2 168 3 755 5 295 Juni 1 300 1 673 2 715 3 454 4 214 5 743 Total 15 343 19 272 31 454 37 144 47 482 52 101 Luas(ha) 3 207 3 207 3 589 3 589 4 116 4 111 Produktivitas (ton/ha) 4.78 6.01 8.76 10.35 11.54 12.67 Sumber : Data Kantor Besar Kebun Mandah 2012
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Mandah dipimpin oleh seorang estate manager yang bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di unit kebun. Estate manager membawahi seorang senior asisten, lima asisten divisi, seorang asisten traksi, satu asisten QA, dan seorang kepala seksi. Senior asisten memimpin sebuah divisi dan memiliki wilayah kerja seluruh divisi. Asisten divisi bertanggung jawab atas pekerjaan di setiap divisi. Kepala seksi memimpin kegiatan administratif di kantor besar. Pengelolaan kebun dilakukan oleh estate manager dibantu oleh asisten kepala, asisten divisi dan kepala seksi. Estate manager mengelola kebun mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun. Asisten kepala mempunyai tugas untuk menggantikan tugas manajer jika tidak berada di lokasi, serta memimpin sebuah divisi, bagian traksi, klinik,gudang, dan keamanan. Asisten kepala langsung bertanggung jawab kepada estate manager. Asisten kepala bertugas untuk memimpin, mengarahkan dan menegur para asisten dalam melaksanakan kegiatan di lapangan. Asisten divisi mempunyai tugas untuk membuat program kerja divisi, mengkoordinasikan pekerjaan mandor-mandor tanaman dalam menjalankan peraturan perusahaan, mengevalusi hasil kerja mandor I, krani divisi, mandor perawatan, mandor panen, krani panen serta membantu estate manager dalam pengawasan dan
10
pelaksanaan teknis di lapangan. Dalam kegiatan lapangan asisten dibantu oleh seorang mandor I. Pelaksanaan administrasi asisten dibantu oleh krani yang dibawahinya. Struktur organisasi kebun Mandah Estate dapat dilihat pada gambar Lampiran 6.
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pengelolaan tanaman kelapa sawit harus memperhatikan dua hal penting untuk tercapainya produktivitas yang tinggi yaitu persiapan potensi tanaman dan pemungutan hasil (panen). Persiapan potensi meliputi jenis benih, pembukaan lahan, pembibitan, lubang tanam, penanaman, pemeliharaan, dan sarana angkutan buah. Khusus di areal gambut perlu dilakukan pembuatan kanal dan parit selain untuk drainase juga sebagai sarana transportasi dan pengangkutan buah. Kegiatan panen tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menjaga kelestarian pertanaman dengan memungut hasil berupa TBS dan brondolan yang bernilai ekonomis tinggi. Sistem panen yang dilaksanakan di Mandah Estate dikenal dengan Block Harvesting System.
Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan penulis selama magang di Mandah Estate adalah sebagai KHL selama 3 minggu, yang dalam pelaksanaannya penulis bekerjasebagai KHL yang sebenarnya di lapangan. Pelaksanaan kegiatan teknis sebagai KHL dilakukan dengan mengikuti kegiatan pemeliharaan tanaman mulai dari pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pengangkutan buah dari TPH sampai PKS, water management, dan pemanenan. Kegiatan dimulai dengan mengikuti apel karyawan lapangan, dimulai pukul 06.00-06.30 WIB yang dipimpin masing-masing mandor. Pada saat apel karyawan, para mandor bertugas mengabsen karyawan, memberikan pengarahan jika ada pengalihan kegiatan, membagi hancak, dan volume pekerjaan. Pelaksanaan di lapangan dimulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB, istirahat pada pukul 11.30 – 12.30 WIB. Aspek teknis ini dilakukan di Divisi III, Kebun Mandah Estate. Kegiatan sebagai KHL, pendamping Mandor dan pendamping Asisten Divisi terlampir pada Lampiran 1, 2, dan 3.
Pemeliharaan dan Perawatan Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua fase, yaitu tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Kebun Mandah Estate memiliki tanaman yang telah menghasilkan sehingga pemeliharaan tanaman berfokus pada tanaman menghasilkan (TM). Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu
11
tindakan yang sangat penting dalam menentukan produktivitas tanaman kelapa sawit, disamping kondisi lingkungan dan potensi genetik. Kegiatan pemeliharaan meliputi pemeliharaan pengendalian gulma secara manual dan kimiawi, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, penunasan, pemeliharaan sarana transportasi, water management dan pemanenan.
Pengendalian Gulma secara Manual Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman yang sedang dibudidayakan. Gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pohon. Gulma yang dominan di perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut adalah Nephrolepis biserata, Paspalum conjugatum, Melastoma malabathricum, Borreria alata, dan Mikania micrantha. Piringan merupakan areal disekitar pertanaman kelapa sawit yang memerlukan perhatian khusus dalam hal pengendalian gulma dengan membersihkan selebar proyeksi tajuk kelapa sawit pada jari-jari 1-1.5 m. Piringan di sekitar tanaman kelapa sawit harus bebas gulma atau dikenal dengan zona W0 yaitu piringan harus benarbenar bersih dari semua gulma. Pemberantasan gulma di piringan bertujuan untuk mengurangi kompetisi unsur hara dan air karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan/pokok, untuk meningkatkan efisiensi pemupukan, mempermudah kontrol pelaksanaan panen dan aplikasi pemupukan, serta memudahkan pengutipan brondolan (menekan losses brondolan). Gawangan merupakan areal pertanaman kelapa sawit yang memiliki jarak 1.5-3 m dari tempat tumbuh pohon kelapa sawit. Pengendalian gulma di gawangan bertujuan mengurangi kompetisi hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain, dan menekan populasi hama (terutama pada TBM).
Cabut Kentosan dan Tebas Anak Kayu Cabut kentosan dan tebas anak kayu merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman dengan membuang tanaman sawit liar dan anak kayu yang tumbuh di sekitar tanaman kelapa sawit utama yang terdapat di piringan, gawangan maupun pasar pikul. Sawit liar dicabut bertujuan agar penyerapan hara oleh tanaman kelapa sawit utama tidak terganggu dan juga mencegah terbentuknya pokok ganda.
Pengendalian Gulma secara Kimiawi Pengendalian gulma secara kimiawi merupakan salah satu cara pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia (herbisida). Tujuannya adalah untuk mempermudah kegiatan pemupukan, pemanenan, memudahkan pengontrolan dan sanitasi terhadap hama dan penyakit.
12
Pengendalian gulma secara kimiawi di Mandah Estate menerapkan sistem kerja Block Spraying System (BSS). BSS merupakan program penyemprotan yang dilakukan secara terintegrasi dan terorganisir dari awal hingga akhir kegiatan penyemprotan. Tujuan dibentuknya sistem BSS adalah untuk meningkatkan output pekerja semprot, baik dari segi luasan (hancak semprot) maupun dari kualitas hasil semprotan. Tim BSS MDE dibentuk atas penggabungan beberapa divisi menjadi satu tim. Pembentukan berdasarkan aspek syarat yaitu jarak antar divisi saling berdekatan. Tim ini terdiri atas seorang mandor chemis membawahi 16 pekerja yang terdiri dari 1 orang pekerja lelaki sebagai operator, pembuat larutan herbisida, pelangsir herbisida sekaligus sebagai pengisi herbisida pada knapsack sprayer pekerja dan 15 orang pekerja perempuan yang bertugas mengaplikasikan herbisida ke lahan yang menjadi target semprot. Standar yang digunakan adalah sesuai dengan 7 jam kerja. Seorang pekerja dapat menyelesaikan 11-12 kep herbisida dalam kondisi standar. Output yang dihasilkan untuk penyemprotan piringan, pasar pikul, dan gawangan sebesar 3 ha/HK. Rotasi penyemprotan adalah 3 kali dalam setahun. Alat semprot yang digunakan adalah knapsack sprayer tipe “RB 15” dengan kapasitas kep 15 liter, berat bersih 3.5 kg, dan kaliberasi menggunakan CFValve. Perlengkapan lainnya seperti: nozzle VLV (Very Low Volume) 200, nozzle VLV 100, drum dengan kapasitas 220 liter, parang, ember, timbah, sarung tangan, masker, dan topi. Penggunaan VLV diaplikasikan jika kondisi gulma tergolong berat, kondisi sangat semak. Nozzle VLV 200 digunakan untuk aplikasi herbisida pada gawangan dengan lebar semprot adalah 1.2 meter dan tingkat kebasahannya lebih merata dengan flow rate 900-915 ml/menit. Volume semprot yang dibutuhkan jika menggunakan VLV 200 dalam keadaan standar adalah 156 l/ha blanket. Nozzle VLV 100 digunakan untuk aplikasi piringan dengan lebar semprot adalah 1.2 meter dan tingkat kebasahannya merata dengan flow rate 400-430 ml/menit. Volume semprot yang dibutuhkan jika menggunakan VLV 100 dalam keadaan standard adalah 69 l/ha blanket. Efisiensi penyemprotan akan tercapai jika tiga faktor utama dilakukan dengan benar meliputi: 1) kecepatan jalan, dalam pelaksanaan di lapangan kecepatan jalan sangat dipengaruhi oleh bentuk topografi areal, penghalang seperti parit dan batang melintang, kerapatan gulma, dan volume semprot yang dibutuhkan. Umumnya seorang penyemprot dapat menempuh jarak antara 0.5-0.8 meter/detik, untuk itu penyemprot harus dilatih berjalan dengan kecepatan yang sesuai agar diperoleh hasil pengendalian yang baik, 2) posisi ketinggian nozel, untuk mendapatkan ketinggian nozel yang konstan (± 45 cm) dari permukaan gulma sasaran (agar didapatkan lebar semprotan yang optimal), maka dapat dilakukan dengan cara menggantungkan seutas tali (panjang ± 45 cm) pada ujung tangkai nozel, dan 3) tekanan pompa semprot, tekanan pompa semprot “knapsack sprayer” yang umum digunakan untuk penyemprotan herbisida adalah 1 kg/cm². Jika tekanan pompa kurang atau berlebih, maka akan dihasilkan pancaran semprot yang kurang sempurna. Jenis herbisida yang digunakan adalah herbisida dengan merk dagang Audit dan Meta Prima. Audit merupakan herbisida pra dan purna tumbuh bersifat sistemik,
13
berbentuk larutan dalam air berwarna coklat kekuningan, dan berbahan aktif isopropilamina glisofat 486 g/l yang berfungsi untuk mengendalikan jenis gulma berdaun lebar, sempit dan teki. Pengaplikasian audit di lapang dengan dosis 78-80 cc/kap. Meta prima merupakan herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif, berbentuk butiran berwarna putih keabuan, dan berbahan aktif metil metsulfuron 20% yang berfungsi untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan gulma berdaun sempit. Cara pengaplikasian meta prima terlebih dahulu melarutkan bahan dan air dengan perbandingan 1:10. Meta prima yang digunakan sebanyak 3 gram dilarutkan kedalam 30 cc air.
Oles Anak Kayu Kegiatan oles anak kayu dilakukan beriringan dengan kegiatan pengendalian manual. Bahan olesan anak kayu menggunakan campuran herbisida dengan merk dagang “Kenlon” yang merupakan herbisida purna tumbuh sistemik berbentuk pekata, berwarna coklat terang, dan berbahan aktif triklopir butoksi etil ester 480 g/l. Cara aplikasi meliputi anak kayu yang telah didongkel atau ditebas hingga kulitnya mengelupas sampai terlihat kambium dilanjutkan dengan mengoleskan herbisida pada anak kayu tersebut, seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Oles anak kayu Pengolesan dengan menggunakan jenis herbisida ini tergolong ampuh dalam memberantas anak kayu karena bekerja secara sistemik sehingga anak kayu tersebut mati. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit pada hakikatnya mengendalikan populasi agar tidak melewati batas kritis keseimbangan alam sehingga tidak merugikan secara ekonomi. Hama yang sering mengganggu tanaman kelapa sawit untuk TM di Mandah Estate adalah ulat api dan kantong, tikus, dan rayap. Penyakit yang banyak menyerang tanaman kelapa sawit yaitu tirathaba dan ganoderma.
14
a) Hama Ulat Api & Ulat Kantong.Serangan hama ulat api dan ulat kantong telah banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan dari waktu ke waktu.Akibat serangan tersebut menyebabkan kehilangan daun (defoliasi) tanaman yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi. Jenis ulat api yang ditemukan terlihat pada Gambar 2.
(a) (b) (c) Gambar 2. Jenis ulat api yang ditemukan di Mandah Estate (a) Setothosea asigna (b)Thosea vetusta (c) Setora nitens Jenis ulat kantong yang terdapat di Mandah Estate terlihat pada Gambar 3.
(a) (b) (c) Gambar 3. Jenis ulat kantong yang terdapat di Mandah Estate (a) Mahasena corbetti (b)Metisa plana (c) Cremastopsyche pendula Tindakan pengendalian yang dilakukan bertujuan utama tindakan pengendalian hama adalah bukan untuk membasmi hama, tetapi untuk menurunkan populasi hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan. Pengendalian secara kimia adalah merupakan pilihan terakhir, apabila diperkirakan kerusakan akibat serangan akan menyebabkan kerugian penurunan produksi. Namun apabila kerusakan akibat serangan diperkirakan belum akan menurunkan produksi, maka tindakan pengendalian secara biologis lebih diprioritaskan dengan penanaman tanaman bermanfaat/beneficial plant. Contoh yang umum dari tanaman yang bermanfaat ini adalah Cassia cobanensis, Euphorbia heterophylla, Turnera subulata, dan Antigonon leptopus.
15
b) Hama Tikus. Serangan hama tikus (Rattus tiomanicus) dilakukan pada TBM dan TM. Tikusmenyerang umbut/titik tumbuh pada TBM. Gejala serangannya berupa bekas gerekan, lubang-lubang pada pangkal pelepah bahkan sering ditemui pelepah yang putus/terkulai. Kadang-kadang dijumpai serangan hama ini sampai ke titik tumbuh, terutama pada tanaman umur sekitar 1 tahun sehingga menyebabkan kematian tanaman. Hama tikus juga menyerang bunga betina dan bunga jantan, juga memakan mesokarp buah (daging buah) baik pada tandan muda maupun yang sudah matang pada TM. Pengendalian hama tikus dilakukan secara biologi dan kimia. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan pemberian umpan beracun atau rait-bait (contoh: Klerat RM-B atau umpan jenis lainnya yang direkomendasikan oleh Dept. Riset). Pengendalian secara biologi dengan memanfaatkan musuh alami yaitu burung hantu/Tyto alba. c) Hama Rayap. Rayap (Captotermes sp.) menyerang umumnya pada tanaman menghasilkan (TM). Areal yang rawan terhadap serangan rayap adalah areal bukaan baru terutama areal tanah gambut. Tanah gambut berasal dari pelapukan-pelapukan bahan organik yang berpotensi sebagai sarang dan tempat berkembangbiak rayap. Rayap merusak dengan cara menyerang titik tumbuh (umbut) yang mengakibatkan pelepah menjadi kering dan bunga betina tidak menjadi tandan sehingga menyebabkan kematian. Tanaman yang terserang mempunyai ciri-ciri pada permukaan batang pohon terdapat lorong-lorong dari tanah mengarah ke titik tumbuh. Pengendalian rayap pada serangan ringan menggunakan insektisida Regent 50 SC dengan bahan aktif fipronil 50 g/l. Konsentrasi yang digunakan 2ml/l. Satu knapsack sprayer yang berisi 15 liter digunakan untuk menyemprot satu pohon yang terserang dan 6 pohon di sekitarnya sebagai isolasi. d) HamaTirathaba sp. Stadia hama yang merugikan adalah larva (ulat). Kerusakan berat yang terjadi pada buah muda dapat menyebabkan terlambatnya pertumbuhan ulat Tirathaba sp. merupakan hama yang menyerang bunga (jantan dan betina) dan buah kelapa sawit, terutama bunga dan buah muda buah dan terjadinya kematangan buah yang lebih cepat. Gejala serangan ditunjukkan oleh adanya gumpalan kotoran ulat dan remah-remah sisa makanannya yang terikat menjadi satu oleh air liurnya di sekitar buah. Kerusakan ringan hanya akan menyebabkan permukaan buah, terutama di sekitar ujungnya berwarna coklat kering karena lapisan atas buah dimakan oleh ulatn. Serangan berat dapat ditemukan buah yang berlubang pada pangkal. Cara pengendalian untuk menghambat perkembangan hama Tirathaba sp. adalah cara sanitasi. Sanitasi dilakukan dengan cara membersihkan tanaman muda dari buah atau bunga yang busuk dan pelepah-pelepah kering serta mengusahakan piringan selalu bersih sesuai rotasi yang sudah ditentukan.
16
e) Penyakit Ganoderma/Busuk Pangkal Batang. Penyakit busuk pangkal batang merupakan penyakit yang terpenting di perkebunan kelap sawit di Asia Tenggara khususnya Indonesia. Mulanya penyakit ini hanya menyerang tanaman kelapa sawit tua (> 25 tahun), tetapi dapat menyebabkan kerugian besar pada tanaman yang berumur 10-15 tahun. Dari generasi ke generasi persentase serangan semakin meningkat. Penyakit ganoderma kebun Divisi III, Mandah Estate dapat terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Serangan Ganodermadi Divisi III, Mandah Estate Pengendalian penyakit ini dengan membersihkan sumber infeksi sebelum penanaman.Pembersihan sumber infeksi khususnya harus diperhatikan jika akan menanam kelapa sawit pada bekas kelapa sawit yang pernah terserang (replanting). Mencegah penyebaran penyakit dalam kebun yaitu dengan sensus pokok dan pembongkaran pokok.
Pemupukan Prinsip utama dalam aplikasi pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh Dept. Riset untuk mencapai produktifitas tanaman. Biaya pemupukan sangat signifikan mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan, oleh karena itu ketepatan/ketelitian aplikasi adalah sesuatu yang sangat mutlak untuk dilakukan. Hara yang ada di tanah gambut menjadi tidak tersedia bagi tanaman karena dipengaruhi pH yang rendah dan kelat. Kelat adalah senyawa organik yang berkombinasi dengan dan melindungi kation logam Fe, Mn, Zn, dan Cu membentuk suatu struktur lingkaran. Hal ini menyebabkan logam yang diikat kehilangan sifat ionnya sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Oleh karena itu, pemberian pupuk mikro (micro element) seperti CuSO4, ZnSO4, FeSO4 akan sangat menentukan keberhasilan pertumbuhan tanaman karena ketersediaan unsur tersebut di lahan gambut sangat miskin. Unsur mikro berfungsi menstabilkan pemanfaatan unsur hara oleh tanaman. Kekurangan unsur mikro, dapat menyebabkan tanaman mengalami pertumbuhan yang tidak stabil/normal tetapi bila kelebihan akan meracuni tanaman
17
Kebun Mandah Estate menerapkan sistem Block Manuring System. Sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam 1-2 hancak pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus, dan produktifitas yang lebih tinggi. Pencapaian output sistem BMS tidak terlepas dari prosedur kerja, sebagai berikut: 1) Persiapan pupuk. Jenis dan jumlah pupuk yang diperlukan harus tersedia di kebun pada waktunya. Stock pupuk lama dan pupuk yang karung goninya rusak harus digunakan lebih dahulu (prinsip FIFO: first in first out). Pupuk yang membatu/menggumpal harus dikeluarkandari karungnya dan dihancurkan untuk kemudian diuntil dengan disertai label jenis pupuk dan beratnya. Setiap satu untilan seberat 25 kg. Selain itu, jenis dan dosis pupuk juga telah ditentukan untuk aplikasi. Penentuan jenis dan dosis pupuk di Mandah Estate dilakukan oleh Departemen Riset. Rekomendasi pemupukan disusun atas dasar hasil analisis daun, status hara tanah, kondisi tanah dan LCC, serta proyeksi produksi (balance sheet). Pupuk makro menggunakan NK Blend dan Peat Kay, sedangkan pupuk mikro menggunakan CuSO4, ZnSO4, dan FeSO4. Pemupukan dilakukan sebanyak 2 rotasi untuk peat kay dan pemupukan lainnya hanya 1 kali rotasi/tahun. 2) Pelaksanaan Aplikasi. Aplikasi pemupukan memiliki tahapan-tahapan yaitu: a)stok pupuk di gudang yang telah diuntil, diangkut menggunakan bargas untuk diecer ke blok yang akan di pupuk, b) pengecer pupuk meletakkan didekat TPH, yang selanjutnya akan dilangsir ke pasar pikul, dan c) untilan pupuk di lorong akan ditabur ke tanaman dengan sistem angka 11. 3) Pemeriksaan Mutu Pemupukan. Pemeriksaan dilakukan oleh mandor perawatan. Selama kegiatan pemupukan, mandor selalu mengawasi para pekerja sehingga optimalisasi pemupukan tercapai. 4) Melakukan Management Goni/Karung. Jumlah goni/karung pupuk yang dikeluarkan di gudang harus kembali sesuai dengan jumlah awal, karena akan digunakan untuk pemupukan selanjutnya. 5) Pertanggungjawaban oleh tim supervisi.
Penunasan Tunas pokok adalah pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang, yakni mengusahakan agar cabang yang masih produktif (daun masih hijau) tetap dipertahankan, tetapi di lain pihak kadang kala harus dipotong untuk mempermudah pekerjaan potong buah dan memperkecil losses (brondolan tersangkut di cabang). Memotong pelepah sesuai dengan standar tunas yaitu untuk pokok kelapa sawit berumur 3–10 tahun jumlah pelepah yang dipertahan 56 pelepah (songgo dua) dan untuk tanaman berumur 10 tahun keatas jumlah pelepah yang dipertahankan 48 pelepah (songgo satu). Sistem penunasan yang dilakukan di Mandah Estate yaitu „„system progressive pruning’’. Penunasan progresif dilakukan terus menerus sepanjang tahun yang dilakukan pemanen pada saat memanen buah. Pelepah yang ditunas adalah pelepah yang menyangga buah matang dan pelepah yang tidak berfungsi lagi (kering). Norma
18
kerja penunasan sudah terintegrasi dengan norma panen 3 ha/HK. Pelepah dipotong serapat mungkin dengan batang berbentuk tapak kuda yang mempunyai kemiringan 15- 30ke dalam. Pelepah yang telah ditunas diletakkan di gawangan mati dengan posisi duri menghadap ke bawah bdan antar pokok (U-Shape Frond Stacking). Selain itu, penyusunan pelepah diantara pokok dengan ujung daun mengarah ke pasar rintis dan pangkal pelepah mengarah ke gawangan mati.
Sarana Transportasi Transportasi di perkebunan kelapa sawit adalah salah satu pekerjaan yang terpenting dengan prinsip dasar “Melakukan evakuasi TBS dari lapangan ke PKS secepat-cepatnya (maksimal 24 jam),sesegar-segarnya, dan sebersih-bersihnya”. Prinsip ini menjadi tantangan besar bagi perkebunan kelapa sawit di lahan gambut, utamanya dalam beberapa faktor yaitu water management, iklim (curah hujan), dan teknologi (pengembangan sistem transportasi air, contoh: bargas dan pontoon). Unit transport yang tersedia di kebun harus diutamakan untuk mengangkut TBS dan pupuk, baru angkutan lainnya. Kebutuhan untuk angkut TBS pada kebun yang sudah TM umumnya 75% - 80% dari total angkutan setiap hari. Sasaran kelancaran TBS meliputi: 1) meningkatkan kualitas TBS, 2) menjaga agar ALB harian 2% - 3%, 3) menjaga kelancaran dan kapasitas pengolahan di PKS, 4) keamanan TBS dilapangan, 5) menekan losses produksi, dan 6) cost (Rp/Kg TBS) yang efisien. Sistem transportasi buah di Mandah Estate dari kebun ke PKS, sebagai berikut: 1) Penyelesaian potong buah & pengutipan brondolan, dikumpulkan pada masingmasing TPH. Kemudian dimuat kedalam bargas yang didalamnya terdapat 3 keranjang buah oleh helper dan operator. 2) Selanjutnya, bargas akan menuju ke CP (Collection Point) yang nantinya, keranjang-keranjang pada bargas, diangkut ke dalam body pontoon (1 pontoon = 7 keranjang buah). 3) Pontoon-pontoon akan ditarik oleh pompong menuju ke PKS. Lama perjalanan ± 7 jam. 4) Sistem bongkar muat di PKS dengan transportasi air sangat berpengaruh terhadap kapasitas kendaraan angkut TBS per hari. 5) Setelah tiba di PKS, maka keranjang buah akan di grading untuk melihat buah mentah dan empty/busuk. Jika dalam 1 keranjang buah ditemukan 5 buah mentah / 25 janjang empty maka tim grading PKS akan menghubungi pihak yang bersangkutan (Asisten Kebun) untuk melakukan grading sendiri di PKS. 6) Keranjang TBS diangkut dari pontoon kemudian dilakukan penimbangan dan dimuat ke lori. 7) Proses ini biasanya mememerlukan waktu yang agak lama karena banyak antrian menunggu giliran bongkar muatan.
19
Water Management Tujuan water management adalah untuk mempertahankan ketinggian muka air/water level 50 cm – 70 cm dibawah permukaan tanah (dpt). Selain dari pada pengaturan aliran permukaan perlu juga diperhatikan efek evapotranspirasi dari tanah gambut itu sendiri dengan cara mengendalikan vegetasi yang ada di atas permukaan tanah. Beberapa manfaat water management yang baik, sebagai berikut: 1) Memberikan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan produksi tanaman 2) Mencegah terjadinya irreversible drying (kerusakan gambut karena kekeringan yang tidak dapat mengikat air kembali/gambut mati). 3) Memperlancar transportasi TBS dan logistik 4) Meningkatkan efektifitas pemupukan 5) Menekan perkembangan hama dan penyakit 6) Mencegah bahaya kebakaran 7) Ketersediaan air untuk karyawan dan PKS Pengelolaan water manegement menerapkan “Zoning System” yang berfungsi a) Menghindari water defisit di musim kemarau dan bahaya banjir dimusim hujan, b) Mempertahankan debit air tetap mencukupi bagi pertumbuhan tanaman dan jangan sampai terjadi kebakaran, dan c) Memudahkan pengangkutan dan over skip, kecepatan transportasi dan perpindahan kendaraan air, karena level air di kanal mencukupi pada masing-masing zona.
Pemanenan Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Kegiatan pemanenan panen yang perlu diperhatikan adalah sistem panen, kriteria panen, rotasi dan seksi panen, kerapatan panen, tenaga panen, basis dan premi panen Sistem Panen. Sistem panen yang digunakan di Mandah Estate adalah Block Harvesting Sistem (BHS). Metode ini memiliki sistem panen yang lebih terkosentrasi, adil, bersinergi, dan terigentrasi. BHS merupakan perbaikan dari sistem hanca giring dan hancatetap. Sistem kerja dan kelebihan BHS yaitu, pemanen secara bersamasama memanen di suatu seksi panen (hamparan) dan pindah bersama-sama ke seksi lainnya, memberikan pendapat yang lebih baik kepada pemanen, memberikan tingkat kemudahan dalam aktivitas kegiatan potong buah, dan adil. Ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan meliputi: 1) setiap divisi hanya mempunyai satu seksi per hari (rotasi 6/7), 2) seluruh kemandoran panen melakukan potong buah pada seksi yang sama per hari, 3) batas hancak kemandoran dalam blok, seksi panen dan tenaga panen harus jelas, 4) dibentuknya Kelompok Kecil Pemanen (KKP) untuk mengantisipasi ketidakhadiran salah satu anggota KKP (3-4 pemanen per KKP), 5) hancak mandor, KKP dan pemanen bersifat tetap, 6) kegiatan panen
20
dilakukan block by block berdasarkan posisi kanal setiap blok sehingga dibagi menjadi dua kemandoran. Kriteria Panen. Selain itu, kriteria panen didasarkan derajat kematangan buah di pohon. Derajat kematangan buah dapat ditentukan berdasarkan warna buah dan buah yang membrondol. Tingkat kematangan dan kriteria panen di Mandah Estatedapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Tingkat kematangan dan kriteria panen di Mandah Estate Jumlah Brondolan 1-5 6-9 >10
Tingkat Kematangan Unripe Under Ripe Ripe
Sumber: Pedoman Budidaya Kelapa Sawit, Minamas Plantation
Rotasi dan Seksi Panen. Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Rotasi panen bergantung padakerapatan panen, kapasitas pemanenan, dan keadaan pabrik. Rotasi panen juga dipengaruhi oleh iklim yang menimbulkan adanya panen puncak dan panen kecil. Rotasi panen yang digunakan di Mandah Estate adalah 6/7, artinya dalam satu luasan areal tertentu dibagi menjadi 6 hari panen yaitu hari Senin sampai dengan hari Sabtu dengan rotasi ulangan 7 hari. Rotasi yang dilakukan lebih dari 7 hari dapat mengakibatkan meningkatnya buah yang terlalu matang bahkan busuk dan meningkatkan ALB. Penentuan seksi panen di tanah gambut berdasarkan: 1) luasan seksi panen yaitu luas areal TM pada masing-masing divisi dibagi menjadi 6 seksi karena interval panen yang dikehendaki 7 hari, 2) setiap seksi disarankan hanya terdiri dari satu hamparan (± 150 Ha) karena terbatasnya titi penyeberangan bagi pemanen, 3) setiap seksi panen diberi rotasi huruf A sampai F dengan urutan diatur mulai hari Senin (seksi A) dan seterusnya sampai hari Sabtu (seksi F). Denah seksi panen di Divisi III, Mandah Estate dapat terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Denah seksi panen Divisi III, Mandah Estate Kerapatan Panen. Perhitungan angka kerapatan panen digunakan untuk mengetahui produksi yang dihasilkan pada suatu blok pertanaman, mengetahui
21
banyaknya janjang yang akan dipanen pada hari tersebut, jumlah tenaga pemanen yang diperlukan, dan kebutuhan transportasi. Perhitungan AKP dilakukan melalui taksasi atausensus potong buah dengan sampel yang diambil secara acak sebanyak 5% dari luas blok yang akan dipanen. Cara penentuan AKP adalah sebagai berikut:
Contoh: Seorang mandor panen melakukan taksasi produksi untuk menentukan jumlah janjang yang akan dipanen besok di Blok G024. Taksasi produksi dilakukan pada 100 pohon sampel dan didapatkan hasil bahwa jumlah janjang yang telah dihitung sebanyak 20 janjang. AKP pada blok tersebut dan estimasi janjang yang akan dipanen besok adalah sebagai berikut: Jawab: = 20 % janjang/pohon Besarnya estimasi jumlah janjang yang akan dipanen besok pada blok tersebut adalah: = AKP x populasi pohon/ha x luasan blok yang diamati = 20% janjang/pohon x 139 pohon/ha x 99 ha = 2 752 janjang Jadi, dapat diketahui bahwa pada Blok G024 memiliki AKP sebesar 20% dengan estimasi jumlah janjang yang akan dipanen besok sebanyak 2 752 janjang. Tenaga Panen. Tenaga pemanen harus dipersiapkan dengan baik sehingga kualitas buah dan kualitas hanca tetap terjaga. Selain itu akan memudahkan penilaian kerja, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kebutuhan tenaga kerja panen dalam sehari dapat diketahui dengan menggunakan persamaan: Keterangan: A = Luas ancak yang akan dipanen (ha) B = Kerapatan panen C = Berat janjang rata-rata (BJR) (kg) D = Populasi tanaman/ha E = Kapasitas panen/HK Basis dan Premi Panen. Block Harvesting System di Mandah Estate menerapkan basis borong. Basis borong adalah batas minimum TBS yang harus diperoleh oleh seorang pemanen dalam satu seksi panen untuk mendapatkan premi panen. Tim panen di Mandah Estate menerapkan sistem BHS Non–DOL adalah pemanen melakukan potong buah (cutter) sekaligus bertugas sebagai pengutip brondolan (LF Picker) dan membawa hasil panen langsung ke TPH (Carrier). Premi potong buah adalah insentif yang diberikan kepada pemanen jika mendapatkan basis
22
borong. Premi potong buah dalam Block Harvesting System berisi ketentuan basis borong TBS dan harga brondolan per kg. Penerapan sistem denda diberikan kepada pemanen yang melanggar ketentuan yang telah diterapkan. Bentuk kesalahan dan denda di Mandah Estate seperti potong buah mentah, buah masak tidak dipotong, buah masak dipotong tinggal di hancak, loose fruit tidak dikutip, memotong buah tidak sempurna, gagang panjang dengan panjang rata-rata lebih dari 3 cm, pelepah tidak disusun, pelepah sengkleh, buah busuk, janjang tinggal di TPH, over pruning, dan lain-lain. Rata-rata kesalahan yang umum dilakukan oleh pemanen adalah buah mentah dipotong, brondolan tidak dikutip yang tertinggal di pohon, piringan, pasar rintis maupun di TPH, buah busuk, dan over pruning. Pemanen yang melakukan kesalahan akan dikenakan denda yang telah ditentukan perusahaan sesuai pada Tabel 4. Tabel 4. Denda pemanen Kesalahan Panen
Denda (Rp)
Panen buah mentah Buah tinggal Long stock
5 000/janjang 15 000/janjang 1 000/janjang
Brondolan tinggal
2 000/2 brondolan
Sumber: Kantor Besar Mandah Estate
Aspek Manajerial Manajemen tingkat karyawan non staf adalah karyawan yang bertugas membantu jalannya kegiatan, baik kebun maupun pada administrasi kantor. Karyawan yang termasuk tenaga kerja tingkat non staf terdiri atas Mandor I, Kerani Divisi, Mandor Perawatan, Mandor Chemis, Mandor Panen, dan Kerani Panen. Kegiatan yang diikuti pada aspek manajerial yaitu berstatus sebagai Pendamping Mandor I, Kerani Divisi, Kerani Panen, Mandor Panen, Mandor Perawatan, dan Mandor Chemis.
Mandor I Mandor I bertugas membantu asisten divisi dalam mengawasi kegiatan seharihari di lapangan. Setiap divisi mempunyai seorang mandor I yang membawahi beberapa mandor seperti mandor perawatan, mandor panen, dan krani panen. Kegiatan yang dilakukan mandor I adalah mengawasi kegiatan yang dilakukan mandor dan karyawan agar rencana yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Selain itu, mandor I juga dapat menegur dan memberikan sanksi kepada mandor dan karyawan yang tidak melaksanakan pekerjaan sesuai rencana. Kegiatan yang diikuti antara lain mengawasi dan memberi pengarahan kepada supervisi dan menegur mandor dan karyawan yang menyalahi aturan yang ditetapkan.
23
Krani Divisi Krani divisi bertugas melakukan kegiatan administratif seperti laporan produksi, laporan penggunaan HK, laporan penggunaan bahan, laporan hancak dan laporanlaporan lainnya serta setiap hari melaporkan pasca panen ke kantor besar. Krani divisi dalam melakukan tugasnya berkoordinasi dengan mandor dan krani panen. Krani divisi juga membantu asisten untuk membagikan gaji dan jatah beras pada karyawan. Kegiatan yang diikuti antara lain mengabsen supervisi, melakukan pelaporan pasca panen, hancak, dan water level ke kantor besar, dan menginput laporan harian ke dalam SAP (Standart Administration Procedure).
Mandor Panen Mandor panen bertugas untuk mengabsensi karyawan, memberikan instruksi pekerjaan, mengatur hanca karyawan, mengawasi pekerjaan, memberikan petunjuk teknis, mengawasi pekerjaan dan melaporkan hasilnya dalam buku kerja mandor. Seorang mandor harus dapat meningkatkan hasil kerja karyawan agar dapat mencapai target yang diinginkan. Kegiatan yang diikuti antara lain menentukan hancak panen, mengabsen karyawan, mengawasi pekerjaan, memeriksa hancak, melaporkan dalam buku kerja mandor, dan selalu mengingatkan karyawan akan keselamatan kerja.
Krani Panen Krani panen bertugas untuk mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, membuat premi potong buah setiap hari panennya dan mengatur transportasi buah dari TPH ke CP. Laporan dimasukkan dalam buku laporan panen harian setiap divisi yang selanjutkan dilaporkan ke kantor besar. Kegiatan yang diikuti antara lain mencatat, menghitung jumlah TBS, brondolan yang dipanen, menyeleksi TBS di TPH, dan mengatur transportasi.
Mandor Perawatan Tanggung jawab seorang mandor perawatan adalah membagi hancak karyawan sesuai lokasi yang akan dikerjakan, memastikan semua alat yang digunakan dalam kondisi baik dan siap pakai, mengontrol dan mengawasi pekerjaan karyawan, dan mengingatkan keselamatan kerja. Kegiatan yang diikuti antara lain mengabsen karyawan, memberikan pengarahan dan memastikan APD, serta mengawasi pekerjaan.
24
Mandor Chemis Mandor chemis bertugas membagi hancak karyawan sesuai lokasi yang akan dikerjakan, memastikan semua alat yang digunakan dalam kondisi baik dan siap pakai, memastikan herbisida yang akan digunakan, mengontrol dan mengawasi pekerjaan karyawan, menjaga keselamatan diri, baik bawahan dan lingkungan, serta melakukan pemeriksaan “quality check” mutu semprot. Kegiatan yang diikuti antara lain mengabsen karyawan, memberikan pengarahan dan memastikan APD, membantu mencampur larutan herbisida, serta mengawasi pekerjaan.
Asisten Divisi Kegiatan yang dilakukan selama berstatus sebagai pendamping Asisten Divisi yaitu: membantu membuat RKB (Rencana Kerja Bulanan), bersama dengan asisten melakukan pemeriksaaan ke lapang meliputi kegiatan penggunaan alat berat (excavator), pemupukan sesuai dengan pedoman BMS, penanaman beneficial plant, penyemprotan herbisida, dan kegiatan pemanenan, serta mengikuti kegiatan “Field Day”. Field Day adalah aktivitas yang dilakukan dilapangan/blok untuk sharing pendapat dan menyelesaikan permasalahan dan bertujuan untuk membangun kerja sama, komunikasi, menularkan improvment dan menyelesaikan masalah. Kegiatan “Field Day” rutin dilakukan di Mandah Estate setiap hari Kamis yang dimulai pukul 08.00 WIB, pada tiap divisi yang berbeda secara bergiliran. Kegiatan ini diikuti oleh Estate Manager, Asisten Kepala, Asisten Divisi, Mandor I, Mantri Tanaman, Quality Assurance (QA) Kebun, dan Mandor Panen divisi yang dikunjungi. Semua permasalahan yang dihadapi divisi yang dikunjungi akan dibahas bersama, untuk mendapatkan solusi dan bahan pembelajaran bagi divisi lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Rotasi Panen Sistem panen yang digunakan di Divisi III, Kebun Mandah adalah Block Harvesting System non Division Of Labour (BHS non-DOL). Sistem BHS non-DOL merupakan program implementasi pengerjaan kegiatan panen yang terkonsentrasi pada satu seksi yang harus diselesaikan dalam satu hari sehingga penyelesaian hancak dari potong buah dan kutip brondolan dilakukan sepenuhnya oleh satu pemanen. Hal ini bertujuan untuk mengurangi buah tinggal atau buah yang tidak dipanen dan brondolan tidak terkutip yang merupakan salah satu penyebab kehilangan produksi dan meningkatkan kesejahteraan pemanen.
25
Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada hancak panen yang sama. Rotasi panen yang sesuai dengan perkembangan buah adalah 7 hari (PPKS 2005). Mandah Estate menggunakan rotasi panen yaitu 6/7, artinya dalam satu luasan areal tertentu dibagi menjadi 6 hari panen yaitu hari Senin sampai dengan hari Sabtu dengan rotasi ulangan 7 hari. Rotasi yang dilakukan lebih dari 7 hari dapat mengakibatkan meningkatnya buah yang terlalu matang bahkan busuk, meningkatnya losses yaitu janjang masak tinggal di pohon dan brondolan tidak terkutip, meningkatkan ALB > 3% sehingga mutu minyak rendah, dan menyebabkan tanaman terserang hama dan penyakit. Adapun ketika rotasi panen terlalu cepat (rotasi < 7 hari) yang biasanya terjadi pada musim kurang buah maka mengakibatkan pemanen akan memotong buah mentah untuk memenuhi basis kerja sehingga menurunkan persentase Oil Extraction Rate (OER). Rotasi panen di divisi III sebagian besar sudah melaksanakan dibawah 9 hari. Faktor yang mempengaruhi rotasi lebih yaitu beberapa pemanen yang mangkir kerja, gawangan yang tergenang sehingga menyulitkan pemanen dalam pengambilan dan pengangkutan TBS, dan jumlah tenaga kerja yang belum tercukupi. Berikut pengaruh rotasi panen terhadap produksi pada bulan Februari 2012 di Mandah Estate pada Tabel 5. Tabel5. Pengaruh rotasi panen terhadap produksi pada bulan Februari di Mandah Estate Produksi Pusingan (%) Luas Produksi Divisi /bulan/ha (ha) (kg/bulan) <9 10 sd 12 13 sd 15 (kg) 1 2 3 4 5
832 822 784 819 854
59 75 86 100 100
17 18 14 0 0
24 7 0 0 0
1 127 302 881 168 1 020 556 1 150 146 1 289 805
1354.93 1071.98 1301.73 1404.33 1510.31
Sumber : Data Kebun Mandah Estate
Berdasarkan Tabel 5 terlihat pada divisi 1, 2 dan 3 memiliki pusingan dibawah 9 hari berturut-turut 59%, 75% dan 86% yang tingkat produksinya juga menunjukkan produksi yang rendah dibandingkan dengan divisi 4 dan 5 yang memiliki pusingan dibawah 9 hari sebanyak 100%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya korelasi antara meningkatnya produksi perusahaan dengan lamanya rotasi panen. Rotasi panen merupakan faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, dan pengolahan TBS di PKS. Rotasi panen yang lama yaitu lebih dari sembilan hari akan menyebabkan buah terlalu masak, bahkan bisa menjadi tandan kosong. Produksi pada divisi 1 terlihat tidak jauh berbeda dengan divisi 4 yang rotasi panennya 100%. Hal ini dikarenakan umur tanaman pada divisi 1 yang sudah lebih tua yaitu tahun tanam 1997 yang memiliki berat janjang rata-rata yang besar dibandingkan berat janjang rata-rata pada divisi 4 dengan umur tanaman yaitu tahun tanam 2004 dan 2005.
26
Produksi Aktual dan Budget Ada tiga konsep yang berpengaruh pada produksi kelapa sawit yaitu produksi secara genetik, site yield potential, dan produksi aktual. Produksi aktual yang didapatkan perusahaan selalu disesuaikan dengan budget produksi yang telah ditargetkan. Apabila aktualisasi produksi melebihi budget maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang besar sehingga berimbas juga pada pendapatan karyawan yang lebih besar. Berikut data perbandingan selisih produksi antara aktual dengan budget pada Tabel 6. Tabel 6. Perbandingan antara produksi aktual dengan budget di Kebun Mandah Produksi (kg/bulan) Bulan Pencapaian (%) Aktual Budget Januari 3 805 585 4 891 170 77.81 Februari 3 445 992 4 603 460 74.86 Maret 4 578 807 4 603 460 99.47 April 4 479 539 4 891 180 91.59 Mei 5 295 816 4 603 460 115.03 Juni 5 743 446 4 603 460 124.76 Juli 6 576 803 5 732 321 114.73 Agustus 6 051 816 5 583 135 108.39 September 6 333 841 4 323 958 146.48 Oktober 6 974 142 6 219 734 112.12 November 5 802 772 5 239 595 110.74 Desember 5 194 023 5 894 543 88.12 Rata-rata 5 356 882 5 099 123 105.05 Sumber : Data Kantor Besar Kebun Mandah 2012
Berdasarkan Tabel 6 terlihat pencapaian rata-rata antara produksi di kebun Mandah Estate sebesar 105.05% yang artinya keseluruhan rata-rata produksi di kebun Mandah Estate mendapatkan lebih dari budget yang ditargetkan oleh perusahaan. Adapun pada beberapa bulan yaitu Januari, Februari, Maret, April dan Desember, kebun tidak mendapatkan produksi sesuai target parusahaan dikarenakan belum memasuki musim puncak panen dan curah hujan yang tinggi sehingga kebun banjir. Kendala paling utama di Kebun Mandah Estate yaitu curah hujan karena kondisi lahan yang gambut sehingga peningkatan curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan banjir. Hal ini akan menghambat seluruh kegiatan produksi di kebun baik pemanenan,pemupukan,maupun pengangkutan buah sehingga produksi juga menurun.
27
Umur Tanaman Pahan (2008) mengemukakan bahwa tanaman kelapa sawit dapat dipanen pada saat tanaman berumur tiga atau empat tahun. Umur ekonomis tanaman sawit berkisar antara 25 – 26 tahun. Kelapa sawit yang memiliki komposisi umur tanam muda akan memiliki jumlah janjang yang lebih banyak tetapi berat janjang yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang memiliki komposisi umur tanaman yang lebih tua. Kondisi ini berpengaruh pada BJR kebun sehingga faktor umur tanaman sangat mempengaruhi produksi TBS yang dihasilkan tanaman kelapa sawit. Terlihat pada Tabel 7 disajikan data selisih perbandingan berdasarkan umur tanaman. Tabel 7. Perbandingan umur tanaman terhadap produksi kebun Mandah Estate Perbandingan umur Nilai Tengah (kg) Selisih % tanaman (tahun) (kg) <7 7-11 > 11 24.79 < 7 dengan 7 – 11 203 008 253 332 50 324 12.98 < 7 dengan > 11 203 008 229 364 26 356 7 – 11 dengan > 11 253 332 229 364 23 968 9.46 Sumber : Data Kantor Besar Kebun Mandah 2012
Berdasarkan hasil Tabel 7 yang dikelompokkan berdasarkan umur tanaman yaitu umur tanaman dibawah 7 tahun, 7 sampai dengan 11 tahun, dan diatas 11 tahun didapatkan perbedaan selisih hasil rata-rata produksi pada masing-masing umur tanaman. Selisih hasil rata-rata produksi yang terbesar terdapat pada umur tanaman < 7 dengan 7-11 tahun, sedangkan selisih hasil rata-rata produksi antara umur tanaman < 7 dengan > 11 tahun dan umur tanaman 7-11 tahun dengan > 11 tahun hanya terdapat selisih yang tidak berbeda jauh. Adapun persen (%) peningkatan ratarata produksi pada umur < 7 dengan 7 – 11 tahun yaitu 24.79 %, umur tanaman < 7 dengan > 11 tahun yaitu 12.98 %, dan umur tanaman 7 - 11 dengan > 11 tahun yaitu 9.46 %. Hal ini dikarenakan banyaknya pokok produktif yang tumbang pada umur tanaman > 11 akibat kondisi tanah gambut yang lemah dalam menunjang akar pohon, penurunan muka tanah sehingga terjadi akar menggantung, serangan rayap dan ganoderma pada umur tanaman yang semakin tua. Lubis (1992) mengemukakan bahwa produksi tertinggi tanaman kelapa sawit dicapai pada saat tanaman berumur 711 tahun. Hal ini sudah sesuai dengan hasil yang didapatkan dari rata-rata produksi pada umur tanaman 7 sampai dengan 11 tahun sebesar 253 332 kg.
Serangan Ganoderma/Busuk Pangkal Batang Penyakit busuk pangkal batang diakibatkan oleh patogen ganoderma boninense yang mengakibatkan pokok kelapa sawit mati dengan gejala daun menguning seperti kekurangan unsur hara. Gejala diikuti oleh menggantungnya pelepah sengkleh pada tanaman yang sudah tua (PPKS 2005). Serangan penyakit ganoderma pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut menjadi masalah utama, beda halnya dengan perkebunan kelapa sawit di lahan mineral. Berikut ini disajikan sensus ganoderma pada Tabel 8.
28
Tabel 8. Sensus ganoderma pada blok G020 di Mandah Estate Tanggal
Blok
04 April 2012 07 April 2012 Total
G020 G020
Jumlah Populasi 8 906 8 906 17 812
Pokok Serangan Ringan 114 149 263
%
1.4
Pokok Serangan Berat 51 75 126
%
0.7
Pokok Mati 31 43 74
%
0.4
Sumber : Hasil Pengamatan Penulis
Berdasarkan Tabel 8 hasil sensus ganoderma terlihat bahwa serangan ganoderma pada tanaman kelapa sawit di lahan gambut sangat mempengaruhi produksi tandan buah segar. Jumlah pokok mati akibat serangan ganoderma ini sebanyak 74 pokok yang setara dengan setengah hektar, serangan berat ganoderma sebanyak 126 pokok dan serangan ringan sebanyak 263 pokok dari luasan blok G020 yaitu 127 ha dengan total pokok yang ada sebanyak 17 812. Hal ini sangat merugikan bagi perusahaan karena kehilangan pokok produktif jika tidak dilakukan tindakan pencegahan karena akan menyerang pokok produktif lainnya. Tindakan pencegahan yang efektif untuk menghindari penyakit ganoderma ini belum ditemukan, namun perusahaan telah melakukan penyemprotan fungisida bayfidan 250 EC dengan cara pengaplikasian yaitu dioleskan ke akar maupun batang pohon yang terserang dengan terlebih dahulu menggerus ganoderma sampai terlepas. Hal ini tidak menunjukkan adanya pengaruh nyata yang menghentikan siklus hidup dari ganoderma ini. Tindakan pengendalian yang mampu dilakukan perusahaan untuk menekan pertambahan jumlah serangan dari ganoderma ini yaitu dengan teknik mounding, sanitasi, sensus pokok, dan membongkar pokok yang telah mati.
Kapasitas Pemanen Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan pencapaian produktivitas suatu unit kebun. PPKS (2005), keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman. Sebaliknya kegagalan pemanenan akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pengelolaan tanaman yang sudah baku dan potensi produksi tanaman yang tinggi, tidak ada artinya jika pemanenan tidak dilaksanakan secara optimal. Kapasitas pemanen setiap harinya tergantung pada produksi/ha yang dipengaruhi oleh umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, insentif yang disediakan dan musim yang dikenal sebagai musim panen puncak dan musim panen rendah (Lubis 2008). Pengamatan kapasitas pemanen dilakukan kepada 10 tenaga pemanen selama 5 hari padaseksi yang samauntuk mengetahui output pemanen yaitu dengan basis di blok G024 adalah 1120 kg/pemanen. Kapasitas pemanen divisi III pada bulan Maret 2012 terdapat pada Tabel 9.
29
Tabel 9. Kapasitas pemanen di Divisi III, Mandah Estate Kemampuan Pemanen (kg/pemanen/hari) No.Pemanen Mandoran A Mandoran B 1 2341.26 3058.76 2 1734.14 1982.42 3 1930.68 1706.06 4 2396.52 2087.34 5 2418.56 2688.42 6 2047.70 1778.98 7 2233.40 1807.98 8 1745.58 1650.46 9 2098.44 1589.20 10 1767.58 2743.16 Rata-rata 2071.39 tn 2109.28 tn Sumber : Hasil pengamatan penulis 2012
Berdasarkan hasil pengamatan kapasitas pemanen yang dilakukan kepada 10 tenaga pemanen selama 5 hari pada seksi yang sama untuk mengetahui outputpemanenyaitu dengan basis di blok G024 adalah 1120 kg/pemanen/hari. Ratarata kapasitas pemanen yang diperoleh berdasarkan tabel bahwa pemanen mendapatkan basis ganda. Hal ini dikarenakan berat janjang rata-rata masih rendah yaitu sekitar 8 kg sehingga pemanen mampu memanen dan mengangkut buah lebih banyak. Selain itu, umur tanaman yang masih muda (tahun tanam 1999) dan tinggi pohon relatif pendek sehingga cukup menggunakan dodos dalam pemanenan. Berdasarkan Tabel 9 juga terlihat kapasitas pemanen antara mandoran A dan mandoran B tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan tenaga pemanen pada divisi III Mandah Estate telah terdistribusi dengan baik antara pemanen yang terlatih dengan kurang terlatih. Asisten divisi III Mandah Estate menerapkan pembagian tenaga panen untuk setiap kemandoran berdasarkan kemampuan dan pengalaman sehingga pemanen pemula atau belum terlatih akan didampingi oleh pemanen terlatih untuk diajarkan cara panen dan penentuan kriteria panen.
Water Management Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2005) menjelaskan bahwa terdapat beberapa pengaruh musim kering dan defisit air (water deficit) terhadap produksi kelapa sawit. Tinggi permukaan air dipertahankan sekitar 50 cm - 70 cm dibawah permukaan tanah (dpt). Air merupakan kunci sukses bagi kehidupan areal gambut dan ekosistemnya sehingga perlu dilakukan pengelompokkan kawasan areal/hamparan dengan topografi lahan dan elevasi ketinggian air (water level) yang relatif sama. Pahan (2008) mengemukakan bahwa pembuatan saluran drainase didasarkan pada topografi lahan, letak sumber air, dan tinggi muka air tanah. Dasar
30
pembangunan sistem drainase diperkebunan terutama pada lahan gambut ditujukan untuk menjaga kestabilan level air 50 cm - 70 cm. Pengendalian tinggi muka air dilakukan dengan pembuatan kanal utama, kanal cabang bantu (KCB), parit tengah, dan parit tersier. Berdasarkan Gambar 6, kondisi level air di semua kanal cabang bantu (KCB) yang berada di divisi III, Mandah Estate pada bulan Februari 2012 sudah sesuai dengan kisaran tinggi air ditentukan perusahaan. Pengelolaan air di Mandah Estate menggunakan zoning system yaitu pengelompokkan kawasan areal/hamparan dengan topografi lahan dan elevasi ketinggian air (water level) yang relatif sama dan mengamati kecepatan dan arah aliran air serta debit air pada setiap kawasan untuk menentukan letak bendungan. Water management yang baik akan memberikan kondisi yang optimal dengan mempertahankan debit air tetap tercukupi bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, menghindari water defisit di musim kemarau dan bahaya banjir dimusim hujan, mencegah terjadinya irreversible drying (kerusakan gambut karena kekeringan yang tidak dapat mengikat air kembali/gambut mati), memperlancar transportasi TBS dan logistik, meningkatkan efektifitas pemupukan, menekan perkembangan hama dan penyakit, mencegah bahaya kebakaran, dan ketersediaan air untuk karyawan.
0 CM
-10 -20
MIN
-30
Real
-40
MAX
-50 -60 -70 LOKASI
Gambar 6. Grafik level air di Divisi III, Mandah Estate
Produktivitas Produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bahan tanaman kelapa sawit, kultur teknis, serangan hama dan penyakit, kesesuaian lingkungan, dan kesesuaian lahan (PPKS 2005). Pencapaian produksi yang optimal di lahan gambut memerlukan pengelolaan dengan standardisasi teknologi dan kulturteknis khusus yang berbeda dengan tanah mineral. Produktivitas tanaman kelapa sawit yang ditanam di tanah subur memiliki produktivitas yang lebih tinggi dengan
31
yang ditanam di tanah yang miskin hara (Sunarko 2007). Berikut perbandingan ratarata produktivitas di Mandah Estate berdasarkan kelas lahan padaTabel 10. Tabel 10.Perbandingan rata-rata produktivitas di Mandah berdasarkan kelas lahan Tahun Tanam 1996 1997 1998 1999 2000 2004 2005
Umur
Produksi Mandah Estate (ton/ha/tahun)
Pokok Mati (%)
16 15 14 13 12 8 7
11.3 12.0 10.3 10.8 13.8 14.2 8.7
41.39 40.29 40.58 43.23 43.83 55.14 56.77
Produksi berdasarkan kelas lahan (ton/ha/tahun) S1 S2 S3 27.1 24.5 23.5 27.9 25.5 24.5 30.0 26.0 25.0 31.0 27.0 26.0 31.0 28.0 26.0 30.0 25.5 24.5 26.0 23.0 22.0
Sumber : PPKS Medan 2003
Berdasarkan Tabel 10 terlihat bahwa produksi di lahan gambut Mandah Estate pada tahun 2011 sampai dengan 2012 lebih rendah dibandingkan dengan produksi dari semua kelas lahan. Hal ini dikarenakan pokok produktif di Mandah Estate banyak yang mati. Selain itu, pokok produktif pada umur lebih dari 10 tahun sudah banyak yang tumbang akibat tanah gambut yang tidak dapat menahan akar pohon, punurunan permukaan tanah gambut yang menyebabkan terjadinya akar gantung pada pokok tanaman, terdapat serangan penyakit ganoderma yang tinggi akibat keadaan yang terlalu lembab di lahan gambut sehingga tanaman produktif mati, dan pada musim tertentu yang mengakibatkan kebun Mandah banjir sehingga menyulitkan dalam proses pemanenan dan tranportasi buah.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kebun Mandah Estate secara keselurahan telah mengikuti prosedur kerja pada setiap kegiatan budidaya kelapa sawit dengan baik meliputi pemupukan, pengendalian gulma, water management, sistem panen, dan transportasi buah. Tingkat produktivitas secara keseluruhan di kebun Mandah Estate masih rendah dibandingkan dengan produksi di semua kelas lahan. Beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya umur tanaman, penyakit tanaman, kapasitas pemanen, rotasi panen, dan water management, memerlukan perhatian dan perlakuan yang lebih dikarenakan sangat mempengaruhi fluktuasi produksi secara umum di kebun Mandah Estate.
32
Saran Demi menjaga kestabilan dan peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Mandah Estate diperlukan sensus pokok yang lebih intensif karena banyaknya pokok produktif yang mati akibat penyakit maupun pokok tumbang sehingga kehilangan produksi yang lebih besar dapat diminimalisir dengan penyisipan atau penggantian tanaman baru pada pokok yang mati.
DAFTAR PUSTAKA BB Litbang SDLP. 2008. Laporan Tahunan 2008, Konsorsium Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian. Bogor (ID). Buana dan Siahaan, 2003. Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. 56-77 hal Corley .1976. The Oil Palm Fourth Edition. Oxford (UK). Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Teknis Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. http://www.deptan.go.id[1Mei 2012] Fahmuddin. 2008. Lahan Gambut. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah. 41 hal. Fatmawati A, Lubis, dan Ginting. 2004. Proses Kultur Jaringan pada Kelapa Sawit. Medan (ID) : Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Hardjowigeno S. 1986. Sumber Daya Fisik Wilayah dan Tata Guna Lahan:Histosol. Bogor (ID). 86-94 hal. Hartley C. 1976. The Oil Palm 3rd Edition, Longman. London (UK). 562 hal. Lubis A U. 1992. Kelapa Sawit (ElaeisguineensisJacq.) di lndonesia Pusat Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Pematang Siantar-Sumatera Utara. 435 hal. Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia Edisi 2. Sumatera Selatan (ID) : Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Mangoensoekarjo dan Semangun. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID) : UGM Press. 605 hal. Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut: Potensi dan Kendala. Jakarta (ID): Kanisius. Pahan I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit (Manajemen Agribisnis Hulu hingga Hilir).Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 412 hal. [PPKS] Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2005. Panen pada Tanaman Kelapa Sawit. Medan (ID): PPKS. Risza S. 2009. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta (ID).Kanisius. 189 hal. Satyawibawa I, dan Widyastuti. 1999. Kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta (ID). 218 hal. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. 70 hal. Tahir M. 2004. Oil Palm Technical Policy Committee. Banjarmasin (ID): Pamudji. 327 p.
33
Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pekerja harian lepas di Kebun Mandah Estate. Tanggal
Uraian Kegiatan
10 Februari 2012 11 Februari 2012 12 Februari 2012 13 Februari 2012 14 Februari 2012 15 Februari 2012 16 Februari 2012 17 Februari 2012
Tiba di Lokasi Magang Menghadap Manager Kebun
18 Februari 2012
Upacara Peringatan K3
19 Februari 2012 20 Februari 2012 22 Februari 2012 23 Februari 2012 24 Februari 2012 25 Februari 2012 26 Februari 2012 27 Februari 2012 28 Februari 2012 29 Februari 2012 1 Maret 2012 2 Maret 2012 3 Maret 2012
Hari Minggu Penabur Pupuk Makro Penabur Pupuk Makro Pelangsir Pupuk Makro Pelangsir Pupuk Makro Pengangkutan Pupuk
Prestasi Kerja (Satuan/HK) Penulis Karyawan Standar
Lokasi
Keterangan
Kantor kebun Kantor kebun
Penempatan di Divisi III
-
-
Orientasi Kebun
14 lorong
14lorong
G026
-
8lorong
14 lorong
14lorong
G026
-
10lorong
14 lorong
14lorong
G026
-
10lorong
14 lorong
14lorong
G026
-
15 until
21 until
21 until
G027
-
Lapangan Kantor Besar
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8lorong
-
Hari Minggu
-
-
-
-
-
Pemupukan Mikro
19 lorong
28 lorong
28 lorong
G021
Pupuk Cu
Pengendalian Gulma secara Kimia
1 ha
2.5 ha
2.5 ha
G023
-
Panen
16 jjg
200 jjg
150 jjg
G024
-
Transpotasi TBS
-
-
-
Collection Point
CP ke PKS
Transpotasi TBS
-
-
-
PKS
PKS ke CP
Hari Minggu
-
-
-
-
-
Transpotasi TBS
2 000 kg
5 500 kg
2 500 kg
G028
TPH ke CP
Panen
18 jjg
180 jjg
150 jjg
G024
-
12 bedeng
G024
Penanaman Turnera
12 bedeng
G024
-
Penanaman Beneficial Plant Penanaman Beneficial Plant Pengendalian Gulma secara Manual Water Management
5 bedeng 6 bedeng
12 bedeng 12 bedeng
20 lorong
28 lorong
28 lorong
G029
-
-
-
Divisi III
Tebas anak kayu dan kentosan Pemantauan tinggi muka air
34
Lampiran 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun Mandah Estate. Prestasi Kerja Jumlah PHL yang Diawasi (orang)
Luas Area yang Diawasi (ha)
Lama Kegiatan (Jam)
Tanggal
Uraian Kegiatan
Lokasi
5 Maret 2012
Pengawasan Panen
2 Orang
4 Ha
7 Jam
G029
6 Maret 2012 7 Maret 2012 8 Maret 2012 9 Maret 2012 10 Maret 2012 11 Maret 2012 12 Maret 2012 13 Maret 2012 14 Maret 2012 15 Maret 2012
Pengawasan Panen Pengawasan Panen Pengawasan Panen Krani Panen Krani Panen Hari Minggu Krani Panen Mandor Chemis Mandor Chemis Pengamatan
14 Orang 14 Orang 17 Orang 16 Orang 6 Orang -
28 Ha 28 Ha 34 ha -
7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 jam 7 Jam 7 Jam -
G029 G029 G028 G026 G026 G025 F022 H020 G024
16 Maret 2012
Sensus HPT
-
2 Ha
7 Jam
G024
17 Maret 2012 18 Maret 2012 19 Maret 2012
Mandor Perawatan Hari Minggu Mandor Pupuk
9 Orang 12 Orang
18 Ha 24 Ha
7 Jam 7 Jam
G024 G024
20 Maret 2012
Sensus HPT
12 Orang
50 Ha
7 Jam
Divisi III
21 Maret 2012 22 Maret 2012 23 Maret 2012 24 Maret 2012 25 Maret 2012 26 Maret 2012 27 Maret 2012 28 Maret 2012 29 Maret 2012 30 Maret 2012 31 Maret 2012
Mandor I Mandor I Libur Nyepi Apel K3 dan Mandor I Hari Minggu Karani Divisi Karani Divisi Karani Divisi Karani Divisi Karani Divisi Karani Divisi
-
-
7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam 7 Jam
Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III Divisi III
Keterangan
Pemeriksaan ancak Mandoran A Mandoran A Mandoran B Krani Panen B Krani Panen B Krani Panen A Sensus Rayap dan Tirataba Sensus Ganoderma Ikut Field Day Pembukuan Laporan
35
Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di Kebun Mandah Estate.
Tanggal
Uraian Kegiatan
1 April 2012
Hari Minggu Pengawasan Panen dan Pengecekan Mutu Hancak Pengawasan Panen dan Pengecekan Mutu Hancak Sensus Ganoderma Field Day Pengawasan Transportasi di CP Apel K3 dan Sensus Ganoderma Hari Minggu Pengawasan Tim Chemist Pengawasan Tim Chemist Piket di PKS Field Day Penyuluhan Sensus HPT Pengawasan di Lapangan dan Apel K3 Hari Minggu Pengawasan Pemupukan Pengawasan Pemupukan
2 April 2012
3 April 2012 4 April 2012 5 April 2012 6 April 2012 7 April 2012 8 April 2012 9 April 2012 10 April 2012 11 April 2012 12 April 2012 13 April 2012 14 April 2012 15 April 2012 16 April 2012 17 April 2012
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) -
Prestasi Kerja Luas Area Lama yang Kegiatan Diawasi (Jam) (ha) -
Lokasi
Keterangan
-
-
2 Orang
-
7 Jam
Divisi III
2 Orang
-
7 Jam
Divisi III
1 Orang -
-
7 Jam 5 Jam
Divisi II Divisi V
-
5 Orang
-
-
Divisi II
-
1 Orang
-
7 Jam
Divisi III
-
-
-
-
-
-
4 Orang
-
7 Jam
Divisi I
-
10 Orang
-
7 Jam
Divisi I
-
-
5 Jam -
PKS Divisi III NPE
-
10 Orang
-
7 Jam
Divisi III
-
12 Orang 12 Orang
-
7 Jam 7 Jam
Divisi III Divisi III
Konsultasi dengan Bapak Hariyadi -
18 April 2012
Supervisi Dosen dan Pengecekan kebun bersama tim audit
-
-
-
Divisi V
19 April 2012 20 April 2012
Field Day Ke TBE bertemu dosen
-
-
7 Jam 7 Jam
21 April 2012
Rapat asisten
-
-
-
22 April 2012
Hari Minggu Pengawasan Panen dan Pengecekan Mutu Hancak Pengawasan Panen dan Pengecekan Mutu Hancak
-
-
-
Divisi V TBE Kantor Besar -
2 Orang
-
7 Jam
Divisi III
2 Orang
-
-
Divisi III
23 April 2012
24 April 2012
-
36
Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping Asisten di Kebun Mandah Estate (lanjutan). Prestasi Kerja Luas Area Lama yang Kegiatan Diawasi (Jam) (ha) 7 Jam
26 April 2012
Field Day
Jumlah Mandor yang Diawasi (orang) -
27 April 2012
Administrasi Kantor
-
-
7 Jam
28 April 2012
Administrasi Kantor
-
-
7 Jam
29 April 2012
Hari Minggu Pengecekan pembuatan Mandah Mill Membantu membuat laporan bulanan asisten Membantu Membuat Laporan Bulanan Asisten Field Day Olahraga Pembagian Upah Karyawan Hari Minggu Review seluruh kegiatan oleh Asisten Pembimbing Review seluruh kegiatan oleh Asisten Pembimbing Field Day
-
-
-
-
-
5 Jam
-
-
7 Jam
Divisi III
-
-
-
7 Jam
Divisi III
-
-
-
6 Jam -
Divisi III TBE
-
-
-
5 Jam
Divisi III
-
-
-
-
-
-
-
Pembuatan Laporan
Tanggal
30April 2012 1 Mei 2012 2 Mei 2012 3 Mei 2012 4 Mei 2012 5 Mei 2012 6 Mei 2012 7 Mei 2012
8 Mei 2012 9 Mei 2012 10 Mei 2012
Uraian Kegiatan
-
-
-
5 Jam
Kantor Besar
-
-
7 Jam
-
-
6 Jam
-
-
6 Jam
-
-
7 Jam
Divisi I
-
-
-
7 Jam
Divisi III Kantor Besar Kantor Besar Kantor Besar
-
-
-
-
16 Mei 2012
Pembuatan Laporan
-
-
-
-
-
-
18 Mei 2012
-
5 Jam
Pembuatan Laporan
Presentase Magang dan Penilaian Pulang
-
-
15 Mei 2012
17 Mei 2012
Divisi II Kantor Besar Kantor Besar Kebun Mandah
-
13 Mei 2012 14 Mei 2012
12 Mei 2012
Keterangan
Kantor Besar
Apel K3 dan Pembuatan Laporan Mengikuti penyuluhan LSU Hari Minggu Pengawasan LSU
11 Mei 2012
Lokasi
Divisi V Kantor Besar Kantor Besar
-
37
Lampiran 4. Peta Kebun Mandah Estate
38
Lampiran 5. Data curah hujan di Kebun Mandah tahun 2006-2011 Bulan Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Total BK BB
2006/2007 HH MM 11 500 11 297 4 132 4 88 13 994 10 670 5 310 8 449 4 239 12 1.030 7 779 8 795 97 6 283 0 11
2007/2008 HH MM 7 497 4 293 3 152 14 522 8 220 8 224 5 126 4 69 15 697 11 217 8 171 6 72 93 3 260 0 10
Kriteria Curah Hujan Smith-Ferguson Bulan Kering (BK)
: Bulan dengan CH < 60 mm
2008/2009 HH MM 6 202 8 112 11 207 8 148 12 142 14 91 4 35 6 69 12 185 12 137 8 121 4 67 105 1 516 1 8
2009/2010 HH MM 10 83 8 107 7 104 8 80 15 126 7 65 7 50 4 61 9 141 14 145 12 129 9 173 110 1 264 1 7
2010/2011 HH MM 9 252 9 368 8 149 6 138 11 205 7 84 12 565 1 2 9 70 9 104 9 88 90 2 025 1 7
2011/2012 HH MM 8 88 6 83 7 68 8 115 12 178 9 164 2 19 7 87 59 802 1 3
Cara Perhitungan Tipe Iklim di Kebun Mandah Q=
Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan CH antara 60-100 mm Bulan Basah (BB) : Bulan dengan CH > 100 mm Klasifikasi Iklim Scmidth-Ferguson 0 > Q ≤ 14.3 = Tipe A (sangat basah) 60 > Q ≤ 100 = Tipe D (sedang) 14.3 > Q ≤ 33.3 = Tipe B (basah) 100 > Q ≤ 167 = Tipe E (agak kering) 33.3 > Q ≤ 60 = Tipe C (agak basah) 167 > Q ≤ 300 = Tipe F (kering)
=
x 100 % =
x 100%
=8.69 %Tipe A (sangat basah) 300 > Q ≤ 700 = Tipe G ( sangat kering) Q > 700 = Tipe H (ekstrim kering)
2
Lampiran 6. Struktur organisasi Kebun Mandah Estate
39
40
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 19 Maret 1990 dari pasangan Abdi Jafri dan Hamdia. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Polewali dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis aktif mengikuti aktivitas organisasi kemahasiswaan, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (2008-2009), Korps Sukarela Institut Pertanian Bogor (2008-2012), dan Pelatih Palang Merah Remaja SMP Negeri 1 Dramaga (2010-2012).