ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ZAKAT PERUSAHAAN PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Eric Nurcahyo Atmahadi Miranti Kartika Dewi Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Abstrak Penelitian ini membahas tentang praktik perlakuan akuntansi zakat perusahaan pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Penelitian dilakukan melalui wawancara langsung kepada pihak Bank Umum Syariah yang memiliki wewenang dalam pengelolaan zakat, observasi terhadap laporan tahunan 2010-2011 dari bank yang bersangkutan, serta wawancara terhadap pihak IAI dan DSN MUI. Hasil dari penelitian ini menunjukkan masih banyaknya perbedaan dan kekurangan dalam pelaporan akuntansi zakat, khususnya zakat perusahaan pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Proporsi dalam pengumpulan dan penggunaan dana zakat total dari seluruh Bank Umum Syariah juga menunjukkan beberapa segmen yang paling dominan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan besaran dana zakat yang telah dikumpulkan serta realisasi dana zakat yang telah digunakan. Sebagai tambahan penelitian ini juga menunjukkan besaran potensi zakat perusahaan yang cukup besar yang berasal dari Bank Umum Syariah di Indonesia. Berdasarkan hasil-hasil diatas sebaiknya Indonesia menetapkan suatu regulasi khususnya standar akuntansi yang secara komprehensif mengatur praktik dan perlakuan akuntansi zakat perusahaan di Indonesia. Kata kunci: perlakuan akuntansi; zakat perusahaan; bank syariah; proporsi; potensi Abstract This research discuss about the practice of accounting treatment for corporate zakat on Full fledge Islamic bank in Indonesia. The research were conducted through an interview with the authorized personnel of Islamic Public Bank’s related to zakat management, observation on the bank’s annual report for the year of 2010 - 2011, and interview with IAI and DSN MUI. Results of the research shows that there are still a few differences and deficiencies regarding the reporting of zakat which is managed by the banks especially the accounting treatment for corporate zakat, a segment proportion domination and fluctuation on the sources and usages components of zakat funds managed by the banks, and the big potential of the corporate zakat amount from the banks. As a conclusion from the results above there’s a need for a more comprehensive rules that regulates the practice and the accounting treatment of corporate zakat in Indonesia. Keywords: accounting treatment; corporate zakat; islamic bank; proportion; potency.
1
Universitas Indonesia
Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
2 1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu isu zakat kontemporer yang ada pada zaman ini adalah zakat perusahaan. Nurhayati dan Wasilah (2009) menyatakan bahwa zakat perusahaan dianalogikan oleh para ulama kontemporer kepada zakat perdagangan, karena dipandang dari aspek legal dan ekonomi, kegiatan sebuah perusahaan intinya berpijak pada kegiatan trading atau perdagangan. Permasalahan mengenai zakat perusahaan menjadi sangat menarik untuk dibahas dikarenakan eksistensi penerapan zakat perusahaan tidak akan ditemukan perintah tertulisnya pada Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Adanya upaya untuk melakukan pembahasan maupun penelitian mengenai zakat perusahaan akan sangat membantu untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai zakat. Tingginya perkembangan aset pada bank-bank syariah (Laporan Perkembangan Perbankan Syariah, 2011) serta adanya komitmen dari beberapa bank syariah untuk mengeluarkan zakat dari hasil kegiatan usahanya merupakan sebuah kesempatan untuk menggali potensi zakat dari aset bank-bank syariah tersebut. Diperbolehkannya bank syariah mengelola dana zakat (UU No. 21 tahun 2008 pasal 4) mengakibatkan bermunculannya lembaga-lembaga baitul maal yang didirikan bank syariah serta banyaknya bentuk kerjasama dengan organisasi pengelola zakat dari pihak luar bank sebagai sebuah strategi pengelolaan dana zakat. Di dalam PSAK 101 diatur bahwa entitas syariah yang melakukan kegiatan pengelolaan dana zakat diwajibkan untuk membuat Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat (Laporan SPDZ). Adanya Laporan SPDZ sangat penting untuk mengetahui besarnya proporsi pada segmen-segmen serta rincian di dalam sumber dan penggunaan dana zakat serta efektivitas dan efisiensi dari dana zakat yang dikelola bank syariah. Peran Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam menetapkan suatu standar akuntansi serta Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) dalam melakukan kajian terhadap transaksi-transaksi Islami sangat relevan dengan praktik akuntansi zakat perusahaan yang terjadi di Indonesia. Saat ini ada beberapa peraturan/standar internasional yang mengatur praktik akuntansi zakat perusahaan antara lain Financial Accounting Standard No. 9 dari AAOIFI serta Technical Release i-1 dari MASB. Di Indonesia sendiri ada PSAK 101 yang mengatur Laporan SPDZ dan PSAK 109 yang mengatur akuntansi zakat dan infak/sedekah untuk organisasi pengelola zakat. Sayangnya pada PSAK 101 dan 109 tidak diatur secara rinci terkait perlakuan akuntansi zakat perusahaan kecuali aspek pelaporan dan pengungkapan (yakni pada PSAK 101) yang penyebutannya pun bukan sebagai zakat perusahaan melainkan zakat yang berasal dari internal entitas syariah. Lain halnya pada standar akuntansi zakat dari Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
3 AAOIFI maupun MASB (terutama pada AAOIFI) yang tidak hanya mengatur aspek pelaporan dan pengungkapan tetapi juga mengatur aspek perhitungan dan pengakuan. Meskipun tidak ada standar akuntansi yang mengatur zakat perusahaan dengan jelas, praktik zakat perusahaan tetap dilakukan oleh perusahaan-perusahaan terutama pada sebagian bank syariah. Metode perhitungan zakat perusahaan yang digunakan oleh beberapa bank syariah (2,5% dengan basis laba sebelum pajak –praktik pada Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri) pun berbeda dengan metode AAOIFI (metode berbasis Net Assets dan Net Investment Assets) maupun MASB (metode berbasis Adjusted Working Capital dan Adjusted Growth). Tidak adanya standar akuntansi yang mengatur zakat perusahaan memiliki potensi dampak negatif seperti yang dibuktikan Al Moghaiwli (2001) bahwa beberapa manajer perusahaan di Arab Saudi memanfaatkan akuntansi zakat untuk melakukan manajemen laba maupun meningkatkan nilai perusahaan mereka. 1.2 Permasalahan dan Tujuan Penelitian Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini antara lain adalah strategi pengelolaan dana zakat, praktik pelaporan akuntansi zakat, proporsi sumber dan penggunaan dana zakat, peran IAI serta DSN MUI dalam menetapkan regulasi zakat perusahaan, pelaporan akuntansi zakat perusahaan, metode perhitungan zakat perusahaan, serta potensi zakat perusahaan pada bank syariah di Indonesia. Berdasarkan pada permasalahan-permasalahan yang disebutkan di atas, tujuan spesifik dari penelitian ini adalah untuk menjawab kedelapan permasalahan diatas dengan melihat pada kenyataan yang ada di lapangan. Fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis kesesuaiannya dengan peraturan-peraturan terkait kemudian ditarik kesimpulan dari fakta yang ada. 2.
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pendapat dan Fatwa Terkait Zakat Perusahaan Ada beberapa pendapat, rumusan, serta fatwa dari beberapa peneliti, tokoh Islam kontemporer, maupun organisasi pengkajian Islam internasional yang mendukung praktik zakat perusahaan. Qardhawi (1999) menyajikan beberapa jenis zakat yang cukup berkaitan dengan praktik zakat perusahaan masa kini diantaranya zakat perdagangan, zakat investasi, serta zakat saham dan obligasi. Muktamar Internasional tentang zakat di Kuwait tahun 1404 H yang dikutip dari Hafidhuddin (2008) menyatakan bahwa zakat pada praktiknya berkaitan dengan perusahaan. Pendapat yang senada juga dikeluarkan oleh Council of Islamic Fiqh
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
4 Academy (1985-2000) dan Committe National Council of Islamic Religious Affairs di Malaysia (1992) yang menyetujui praktik zakat perusahaan. Islahi dan Obaidullah (2004) juga menyebutkan beberapa penelitian yang telah membahas tentang zakat atas kepemilikan usaha yang ada. Ridho (2007) dan Hafidhuddin (2008) secara umum memiliki pendapat yang sama terkait zakat perusahaan yakni dengan alasan perluasan jenis harta yang dapat dikenakan zakat karena kekayaan perusahaan termasuk sebagai suatu kekayaan modern. 2.2. Aturan Perundang-undangan Terkait Zakat di Indonesia Beberapa peraturan perundang-undangan terkait zakat di Indonesia antara lain UU No. 23 tahun 2011 (revisi dari UU 38 th. 1999) yang mengatur pengelolaan zakat, UU perpajakan No 17 tahun 2000 yang membolehkan zakat pada badan usaha yang dimiliki umat muslim sebagai pengurang penghasilan kena pajak, UU No 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah yang membolehkan bank syariah mengelola dana zakat melalui badan amil zakat, serta Qanun No. 7 tahun 2004 (UU yang berlaku khusus di provinsi Aceh) yang menetapkan bahwa zakat dikenakan atas harta perusahaan. 2.3 Standar Akuntansi Terkait Zakat Perusahaan Beberapa standar pelaporan akuntansi yang cukup relevan dengan zakat perusahaan yang ada di Indonesia antara lain adalah lampiran dari Surat Edaran BI No. 7/56/DPbS tahun 2005, PSAK 101, serta PSAK 109 yang mengatur pelaporan sumber dan penggunaan dana zakat pada bank syariah (kecuali PSAK 109 yang dikhususkan untuk organisasi pengelola zakat). Di Malaysia dikeluarkan TR i-1 oleh MASB yang mengatur perlakuan akuntansi zakat perusahaan apapun jenis usahanya. Selain itu ada organisasi internasional AAOIFI yang juga mengeluarkan standar akuntansi untuk zakat perusahaan yang perumusan dan penerapannya dikhususkan untuk lembaga keuangan syariah. 2.4 Metode Perhitungan Zakat Perusahaan Riyanti (2008) telah menyebutkan beberapa metode perhitungan zakat perusahaan. Tabel 1 menyajikan ringkasan metode-metode perhitungan zakat tersebut.
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
5 Tabel 1: Metode Perhitungan Zakat Perusahaan Perumus Standar T.E Gambling & Karim
Tarif zakat 2,5%
Yusuf Qardhawi
2,5%
Bazis DKI
2,5%
Syarikat Takaful Malaysia Berhand Bank Muamalat Indonesia Hafidhuddin Atiyah
2,5% 2,5% 2,5% 2,5% harta berubah dan 10% harta tetap
AAOIFI 2,5% (Hijriah) atau 2,5775% (Masehi)
Basis Perhitungan {(Modal + Cadangan - Aktiva tetap) + Laba Bersih} (modal + laba bersih) + (keuntungan aktiva bersih x 10%) (modal + laba bersih) + (keuntungan aktiva bersih x 10%) Laba sebelum zakat dan pajak Laba sebelum pajak {(total Aktiva Lancar + Laba bersih) – Hutang Lancar} Harta yang berubah: (modal + laba bersih) Harta tetap: keuntungan aktiva tetap {Aset wajib Zakat - (Hutang Lancar + Ekuitas non zakat)} x Tarif Zakat (Net Assets Method) {Modal tertanam + Reserves + Provisions+ Net Income + Laba ditahan + Hutang non lancar (Aset Tetap + Investasi non tradable + acumulated losses)}x Tarif Zakat (Net Invested Funds Method)
Sumber: Riyanti (2007)
Metode perhitungan zakat perusahaan lainnya yang tidak disebutkan diatas antara lain dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2: Metode Perhitungan Zakat Perusahaan Lainnya Perumus Standar MASB TR i-1 (2006)
Tarif zakat
2,5%
Qanun No. 7 tahun 2004
2,5%
Basis Perhitungan Aktiva Lancar Bersih - (Asset non zakat + Hutang) (Adjusted Working Capital Method) Ekuitas + Hutang jangka panjang - (Aset Tetap dan tidak lancar + Aset non zakat + hutang non zakat) (Adjusted Growth) Harta perusahaan yang keuntungannya mencapai nisab dalam kurun 1 tahun Sumber: Hasil olahan peneliti
2.5 Penelitian Terdahulu Berdasarkan studi terhadap beberapa literatur di tahun-tahun sebelumnya, ditemukan beberapa penelitian yang terkait dengan zakat perusahaan. Riyanti (2007) melakukan analisis terhadap aplikasi metode perhitungan zakat perusahaan pada PD Lisha Mart. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode perhitungan zakat perusahaan harus disesuaikan dengan kemashlahatan kondisi perusahaan tersebut. Abu Bakar (2007) membahas tentang pentingnya mengharmonisasikan praktik zakat pada perusahaan-perusahaan di Malaysia dengan suatu standar akuntansi zakat. Adnan dan Abu Bakar (2009) melakukan peninjauan ulang terhadap perlakuan akuntansi untuk zakat perusahaan sebagaimana telah
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
6 ditetapkan di beberapa standar akuntansi (AAOIFI dan MASB) serta praktiknya pada perusahaan-perusahaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada kesalahan dalam memahami konsep zakat pada perlakuan akuntansi untuk zakat perusahaan. Saksono dan Martin (2012) mengungkapkan potensi zakat yang belum tergali akibat penggunaan basis kalender yang kurang tepat dalam perhitungan zakat pada perusahaan (2,5% untuk kalender hijriyah dan 2,5775% untuk kalender masehi). 3.
METODE PENELITIAN
3.1
Sifat dan Ruang Lingkup Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif karena berusaha memberikan suatu gambaran atas kondisi yang terjadi secara faktual dari suatu obyek penelitian (Sekaran 2010). Ruang lingkup yang akan dibahas di dalam penelitian ini antara lain adalah perlakuan akuntansi untuk zakat khususnya zakat perusahaan pada bank umum syariah melalui observasi laporan tahunan dan wawancara kepada pihak bank umum syariah, proporsi sumber dan penggunaan dana zakat yang dikelola oleh bank umum syariah serta studi terhadap potensi zakat perusahaan yang ada pada bank umum syariah. 3.2
Sample dan Data
Sample yang merupakan obyek dari penelitian ini terdiri dari sebelas bank umum syariah yang terdaftar mempublikasikan laporan keuangannya di website Bank Indonesia (diakses tanggal 1 Oktober 2012) yang kemudian dikodifikasi untuk memudahkan penyajian matriks. Bank bank tersebut antara lain: Bank Muamalat (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Mega Syariah (Megas), BRI Syariah (BRIS), BNI Syariah (BNIS), BCA Syariah (BCAS), Bank Jabar Banten Syariah (BJBS), Panin Syariah (Panins), Bukopin Syariah (Bukops), Victoria Syariah (Victos), dan Maybank Syariah (MaybS). Alasan dipilihnya Bank Umum Syariah (BUS) adalah karena dengan status yang dimiliki bank sebagai “Bank Umum” diharapkan komitmennya terhadap pelaksanaan syariat Islam (termasuk zakat) lebih besar dibandingkan bank yang masih berstatus Unit Usaha Syariah (UUS). Selain itu berbeda dengan UUS, sistem perbankan pada BUS terpisah dengan bank konvensional sedangkan UUS masih berada dibawah sistem perbankan konvensional. Dengan terpisahnya sistem perbankan diharapkan harta yang dimiliki BUS lebih halal (yang merupakan syarat harta wajib zakat) dibandingkan UUS sehingga penelitian tentang zakat ini lebih relevan dengan ketentuan harta zakat menurut syariat Islam.
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
7 3.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data Dalam hal pengumpulan data, penelitian ini akan mengambil data primer melalui proses wawancara kepada narasumber serta observasi terhadap laporan tahunan/keuangan dari BUS. Proses pengumpulan data primer diawali dengan melakukan persiapan wawancara seperti menyiapkan draft pertanyaan yang akan diajukan, penentuan jadwal pertemuan untuk wawancara, persiapan segala sarana dan prasarana pendukung, Tahapan berikutnya adalah wawancara yang dilakukan terhadap tiga pihak yang terdiri dari pihak bank-bank umum syariah (seluruh bank umum syariah yang terdaftar di BI) melalui divisi akuntansi, sharia compliance, maupun pihak pengelola zakat bank, pihak IAI melalui Dewan Standar Akuntansi Syariah, dan pihak Dewan Syariah Nasional MUI. Wawancara kepada ketiga pihak diatas tentunya akan berusaha menguak permasalahan yang berbeda-beda berkaitan dengan wewenang, profesi, dan keahlian masing-masing pihak. Permasalahan terkait strategi pengelolaan dana zakat, praktik akuntansi zakat dan zakat perusahaan pada bank syariah tentunya akan ditanyakan langsung kepada pihak BUS. Sedangkan kepada IAI dan DSN MUI akan ditanyakan permasalahan-permasalahan terkait peraturan/standar yang berlaku, fatwa terkait zakat perusahaan, serta pendapat terkait praktik zakat perusahaan di Indonesia. Selain pengumpulan data primer melalui wawancara, di dalam penelitian ini juga dilakukan analisis serta pengujian terhadap data pada laporan tahunan/keuangan terkait zakat dari bank-bank umum syariah. Analisis dilakukan untuk melihat kelengkapan penyajian informasi terkait zakat dan zakat perusahaan pada laporan tahunan bank serta kesesuaian antara laporan penggunaan dan sumber dana zakat yang dipublikasikan bank-bank umum syariah dengan PSAK 101. Sedangkan pengujian yang dilakukan adalah uji potensi zakat perusahaan pada bank umum syariah dengan membandingkan basis perhitungan zakat yang digunakan (perbandingan antara metode 2,5% dan metode Net Assets AAOIFI). Setelah seluruh data primer berhasil terkumpul, prosedur pengolahan dan analisis data dapat dimulai. Proses pengolahan data diawali dengan mereduksi data untuk memudahkan proses pengolahan data. Reduksi dilakukan dengan cara membuat ringkasan intisari dari hasil wawancara. Setelah ditemukan intisari dari hasil wawancara, proses reduksi dilanjutkan dengan mengkategorisasikan data berdasarkan pihak-pihak yang diwawancarai. Setelah data berhasil dikategorisasikan, data akan ditampilkan pada sebuah ulasan tertulis maupun matriks yang meringkas dan menunjukkan hasil kodifikasi dan kategorisasi dari data yang telah diolah sebelumnya menjadi sebuah informasi sesuai dengan permasalahan yang dibahas pada penelitian ini.
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
8 Tahapan terakhir setelah data selesai diolah adalah pengambilan keputusan berupa simpulan dari hasil penelitian. Hasil simpulan ini tentunya didasari oleh hasil analisis dari data-data yang dikumpulkan beserta temuan dari studi-studi literatur sebagai penunjang argumentasi yang kuat atas analisis yang dilakukan. Simpulan yang diperoleh diharapkan dapat menjawab segala permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. 4.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Penelitian Wawancara terhadap pihak BUS hanya berhasil dilakukan terhadap tiga bank yakni BMI, BNIS, dan BJBS. Wawancara kepada narasumber dari pihak DSN MUI yang ternyata sekaligus merupakan anggota Dewan Standar Akuntansi Syariah IAI meringkas proses wawancara yang semulanya hendak dilakukan kepada dua lembaga tersebut. Observasi terhadap laporan tahunan maupun laporan keuangan publikasi Bank Indonesia dari BUS menemui beberapa kendala. Kendala yang pertama adalah bank tidak menyajikan data sesuai dengan yang diharapkan dari penelitian ini. Hal ini disebabkan bank tidak melakukan pembayaran zakat perusahaan serta bank tidak menyalurkan zakat secara langsung sehingga bank tidak membuat laporan-laporan khusus terkait sumber dan penggunaan dana zakat. Kendala lainnya adalah tidak adanya publikasi laporan tahunan dari bank umum syariah yang bersangkutan saat dicari melalui internet (Maybank Syariah) kecuali laporan keuangan publikasi di website BI. Terlebih lagi tidak ditemukan website perusahaan dari BUS tersebut yang dapat diakses untuk memperoleh informasi. 4. 2. Pengelolaan Dana Zakat pada Bank Umum Syariah 4.2.1 Strategi Pengelolaan Dana Zakat pada Bank Umum Syariah Berdasarkan hasil observasi dari laporan tahunan/keuangan dari sebelas bank umum syariah, hanya sembilan bank yang diketahui di dalam laporan tahunan maupun laporan keuangan publikasinya melaporkan informasi terkait kegiatan pengelolaan dana zakat. Sembilan bank tersebut adalah BMI, BSM, BNIS, MegaS, BRIS, BCAS, BJBS, BukopS, dan Victos. Pada dua bank lainnya yakni PaninS dan MaybS tidak ditemukan data terkait pelaporan kegiatan pengumpulan dana zakat oleh kedua bank tersebut. Tabel 3 meringkas strategi yang dilakukan oleh masing-masing BUS dalam mengelola pengumpulan dan penyaluran dana zakat.
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
9 Tabel 3: Strategi Pengelolaan Dana Zakat pada Bank Umum Syariah STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT Pendirian LAZ independent Pendirian UPZ Kerjasama penyaluran dengan BAZNAS Kerjasama dengan LAZ Eksternal Menyalurkan ke pihak LAZ Eksternal Disalurkan langsung oleh pihak Bank STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT Pendirian LAZ independent Pendirian UPZ Kerjasama penyaluran dengan BAZNAS Kerjasama dengan LAZ Eksternal Menyalurkan ke pihak LAZ Eksternal Disalurkan langsung oleh pihak Bank
BMI v
NAMA BANK BSM BNIS MegaS
BRIS
v v v v
BCAS
BJBS
BukopS
VictoS v
v v
v v
Sumber: data hasil olahan penulis
Pada BMI dan BSM zakat dikelola oleh LAZ independen yang dibentuk oleh bank (BMI mendirikan LAZNAS bernama Baitul Maal Muamalat; BSM mendirikan LAZNAS Bangun Sejahtera Mitra (LAZNAS BSM)). Pengelolaan zakat pada BNIS dan VictoS mengikuti
prosedur
sertifikasi
dari
BAZNAS
yakni
dengan
pendirian
Unit
Pengumpul/Pelayanan Zakat (UPZ) yang terhubung sistemnya dengan BAZNAS. Pada BRIS dan BCAS pengelolaan dana zakat dilakukan dengan membentuk kerjasama saluran distribusi pengumpulan zakat dengan BAZNAS. Selain itu BCAS serta BukopS juga melakukan kerjasama dengan LAZ eksternal lainnya selain BAZNAS seperti LAZIS NU, Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, dan Daarut Tauhiid. Pada MegaS penyaluran dana zakat dilakukan kepada LAZ-LAZ eksternal tanpa ada penyebutan di laporan tahunan/keuangan bahwa MegaS membentuk sebuah kerjasama dengan LAZ-LAZ tersebut. Sedangkan pada BJBS berdasarkan laporan keuangan publikasi 2011 serta hasil wawancara, penyaluran dana zakat dilakukan secara langsung oleh BJBS tanpa bantuan LAZ manapun. 4.2.2 Pelaporan Akuntansi Sumber dan Penggunaan Dana Zakat Berdasarkan data di laporan keuangan tahun 2011 dari sebelas BUS hanya tujuh BUS yang melaporkan sumber dan penggunaan dana zakat/ZIS-nya pada laporan keuangan entitasnya (sesuai PSAK 101 maupun mengikuti format SE BI No 7/56 tahun 2005). Ada sedikit perbedaan di komponen pelaporan sumber dan penggunaan dana zakat dimana sebagian BUS
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
10 mengikuti format PSAK 101 (BSM, BNIS, MegaS, dan BRIS) dan sebagian BUS lainnya (BJBS dan VictoS) menyajikan laporan SPDZ sesuai format SE BI No. 7/56 (lihat tabel 4). Tabel 4: Penyajian Laporan Dana Zakat pada Bank Umum Syariah JENIS LAPORAN Laporan SPDZ (PSAK 101)
BSM
BNIS
MegaS
BRIS
BCAS
v
v
v
v
v
BJBS
VictoS
v
v
Laporan SPD-ZIS (Format SE BI) Sumber: data hasil olahan penulis
BMI, PaninS, dan BukopS tidak menyajikan Laporan SPDZ pada laporan keuangannya. Secara umum, alasan dari bank-bank tersebut tidak membuat Laporan SPDZ adalah karena bank tidak melakukan kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana zakat secara langsung. Pada BMI kegiatan pengumpulan dana zakat dilakukan oleh Baitul Mal Muamalat sedangkan pada BukopS hanya disebutkan bahwa penyaluran zakat dilakukan melalui Dompet Dhuafa, dan Rumah Zakat. Berbeda halnya dengan PaninS, pada laporan tahunannya (2011) tidak ditemukan laporan mengenai pengelolaaan dana zakat dalam bentuk apapun. Pelaporan dan zakat yang cukup menarik dipraktikkan oleh BMI. Meskipun tidak menyajikan Laporan SPDZ pada laporan keuangan, BMI tetap menyajikan laporan penerimaan dan penggunaan dana zakatnya (beserta infak dan sedekah) yang dikelola oleh Baitul Mal Muamalat (BMM) pada Laporan Corporate Social Responsibility (CSR) di laporan tahunan BMI yang kelengkapannya cukup memenuhi ketentuan PSAK 101. Tabel 5 menyajikan perbandingan komponen Laporan SPDZ berdasarkan PSAK 101. Tabel 5: Komponen Laporan SPDZ pada Bank Umum Syariah KOMPONEN LAPORAN SPDZ (PSAK 101) Sumber Dana Zakat: Zakat dari Dalam Bank Syariah Zakat dari Pihak Luar Bank Syariah
NAMA BANK BSM
BNIS
MegaS
BRIS
BCAS
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v v v v v
Penggunaan Dana Zakat: Rincian Mustahik (8 asnaf di PSAK 101) Kenaikan (Penurunan) Dana Zakat Saldo Awal Dana Zakat Saldo Akhir Dana Zakat Tambahan Rincian lain dari Bank: Disalurkan ke UPZ/LAZ/BAZNAS Biaya Administrasi (Penggunaan) Disalurkan Sendiri Keuntungan (beban) selisih kurs - Bersih Lainnya
v v v
v v v
v v v
v v v
v v
v
v
v v v
v v v
Sumber: data hasil olahan penulis
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
11 Dari lima BUS di atas hanya BCA syariah yang menyajikan Penggunaan Dana Zakat-nya sesuai dengan format pada PSAK 101 dengan merinci delapan asnaf (mustahik). Jika disesuaikan dengan penjelasan mengenai Laporan SPDZ pada PSAK 101, seharusnya penyaluran dana zakat pada BUS tetap disajikan secara terperinci meskipun dikelola oleh lembaga amil zakat. Sebagian bank seperti bank MegaS dan BRIS dalam penyajian segmen ”Penggunaan dana zakat”-nya menggunakan format seperti yang diminta pada Surat Edaran BI 7/56/DPbS yang merinci nama-nama Lembaga Amil Zakat (LAZ) dari pihak luar yang dijadikan sebagai penyalur dana zakat. Meskipun rincian segmen penggunaan dana zakat mirip dengan yang ada pada format Laporan SPD-ZIS pada Surat Edaran BI, MegaS dan BRIS tidak menamainya sebagai Laporan SPD-ZIS di laporan keuangan terauditnya. Ditinjau dari segi pengungkapan pada catatan atas laporan keuangan (CALK) atas Laporan SPDZ yang dilakukan oleh bank umum syariah juga ditemukan ketidaksamaan antara praktik BUS dengan ketentuan di PSAK 101. Pengungkapan pada CALK yang dilakukan oleh sebagian besar bank tidak menjelaskan rincian mendetail mengenai sumber dana zakat dari pihak internal dan eksternal (poin 1 dan 2), kebijakan penyaluran kepada masing-masing asnaf (poin 3), dan proporsi dana yang disalurkan ke masing-masing asnaf (poin 4) sebagaimana yang dijelaskan di ketentuan pengungkapan Laporan SPDZ di PSAK 101. Pengungkapan CALK terkait zakat oleh sebagian BUS hanya menjelaskan definisi laporan SPDZ, laporan SPDZ yang menunjukkan pelaporan atas amanah dana kegiatan sosial yang dikelola perusahaan, serta kebijakan perusahaan untuk mengelola zakat melalui LAZ yang ditunjuk oleh bank (BSM, BNIS, dan BRIS). Sedangkan MegaS dan BCAS hanya membuat pengungkapan penggolongan zakat pada akun kewajiban lain-lain dan dana titipan. 4.2.3 Sumber dan Penyaluran Dana Zakat pada Bank Umum Syariah Secara rinci, perbandingan jumlah sumber dan penyaluran dana zakat berdasarkan informasi dari laporan keuangan dapat dilihat pada tabel 6 (lampiran 1). Berdasarkan hasil observasi laporan keuangan bank hanya delapan bank yang menyajikan informasi sumber dan penyaluran dana zakatnya. Bank-bank tersebut adalah BMI, BSM, BNIS, MegaS, BRIS, BCAS, VictoS, dan BJBS seperti yang tertera pada tabel 6. Perlu diingat bahwa pada tabel 6 tersebut tidak disajikan data mengenai sumber dan penggunaan dana zakat Bank Syariah Bukopin dan Panin Syariah karena kedua bank tersebut tidak menyajikan data terkait sumber dan penggunaan dana zakat. Penjelasan mengenai proporsi sumber dan penyaluran dana zakat dibahas pada poin-poin berikut:
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
12
1. Sumber Dana Zakat pada Bank Umum Syariah Pada gambar 1 (hasil visualisasi data tabel 6 di Lampiran 1), di tahun 2010 proporsi sumber dana zakat pada bank syariah 53%-nya (Rp 17,8 miliar) berasal dari zakat perusahaan, mengikuti di belakangnya Zakat dari Pegawai dan zakat yang berasal dari dalam bank lainnya adalah 38% (Rp 12,87 miliar) dan sebesar 9% (Rp 2,85 milyar) bersumber dari zakat nasabah dan pihak luar. Total keseluruhan sumber dana zakat yang dikumpulkan oleh bank umum syariah di tahun 2010 adalah sebesar Rp 33,53 miliar.
Gambar 1: Proporsi Sumber Dana Zakat pada BUS, 2010 & 2011 Sumber: data hasil olahan penulis
Kemudian di tahun 2011 proporsi dana zakat yang berasal dari zakat perusahaan meningkat menjadi 59% (Rp 27,8 miliar). Penyebab kenaikan ini diantaranya adalah kontribusi dari BNI Syariah yang mulai membayarkan zakat perusahaannya di tahun 2011 juga kenaikan laba sebelum pajak (yang merupakan basis perhitungan zakat) pada bank Muamalat dan Syariah Mandiri. Kemudian diikuti oleh porsi zakat dari nasabah dan pihak luar lainnya yang porsinya menurun menjadi 24% (Rp 11,28 miliar) serta Zakat dari pegawai dan zakat dari dalam bank lainnya pada tingkat 17% (Rp 8,21 miliar). Total keseluruhan sumber dana zakat yang dikumpulkan oleh bank umum syariah di tahun 2010 adalah sebesar Rp 47,29 miliar. Merujuk pada gambar 1 total sumber dana zakat dari tahun 2010 ke 2011 mengalami peningkatan (Rp 33,53 miliar menjadi Rp 47,29 miliar). Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada sumber dana zakat yang berasal dari perusahaan dan pegawai. Berdasarkan data di tabel 6 (lampiran 1) terlihat bahwa kontributor terbesar yang mendukung kenaikan sumber dana zakat ini adalah bank Syariah Mandiri, Muamalat, dan BNI syariah yang baru saja membayarkan zakat perusahaannya. Selain itu dari kedua gambar diatas juga terlihat bahwa segmen sumber dana zakat yang mengalami penurunan
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
13 adalah zakat dari nasabah dan pihak luar lainnya (dari Rp 12.87 milyar menjadi Rp 11.28 milyar). Kejadian ini sangat disayangkan karena seharusnya dengan meningkatnya jumlah bank syariah yang berkomitmen untuk menjadi penyalur zakat, kemudahan pembayaran zakat oleh masyarakat semakin meningkat yang memberikan dampak positif bagi jumlah zakat yang dibayarkan ke bank syariah. Penurunan pada zakat dari nasabah dan pihak luar ini bisa jadi disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah keengganan masyarakat untuk membayarkan zakatnya pada bank-bank umum syariah diatas. Selain itu masyarakat di Indonesia juga ditawarkan dengan banyak alternatif cara pembayaran zakat yang salah satunya dengan banyaknya lembaga/ amil zakat swasta yang berdiri di Indonesia. Namun permasalahan ini memerlukan penelitian lebih mendalam untuk mencari sebab terjadinya penurunan pembayaran zakat melalui bank syariah yang berasal dari nasabah-nasabah maupun pihak-pihak luar lainnya. 2. Penyaluran Dana Zakat pada Bank Umum Syariah Di tahun 2010 penyaluran dana zakat sebanyak 90,2%-nya (Rp 26,8 miliar) disalurkan melalui LAZNAS yang dibentuk oleh BUS seperti yang dilakukan oleh BMI dan BSM (gambar 2). Porsi terbesar kedua adalahpenyaluran ke UPZ yang didirikan oleh bank atau disalurkan ke BAZNAS secara langsung yang memperoleh porsi sebesar 5,6% (Rp 1,67 miliar). Sisanya disalurkan melalui LAZ diluar perusahaan sebesar 3,8% (Rp 1,13 miliar) dan disalurkan sendiri secara langsung oleh bank sebesar 0,4% (Rp 0,12 miliar). Total penyaluran dana zakat 2010 adalah sebesar Rp 29,77.
Gambar 2: Proporsi Penyaluran Dana Zakat pada BUS, 2010 & 2011 Sumber: data hasil olahan penulis
Pada tahun 2011 besarnya proporsi antar segmen penyaluran masih berada urutan dominasi yang sama seperti di tahun 2010 namun besaran persentase dan nominal
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
14 rupiahnya berbeda. Di posisi pertama sebesar 70,2% (Rp 17,52 miliar) disalurkan melalui LAZ yang dibentuk oleh bank Syariah. Mengikuti di belakangnya disalurkan melalui UPZ/BAZNAS sebesar 21,1% (Rp 5,27 miliar), disalurkan melalui LAZ lain sebesar 8,5% (Rp 2,11 miliar), dan disalurkan sendiri sebesar 0,2% (Rp 0,05 miliar). Adanya kesamaan dalam urutan dominasi penyaluran dana zakat kemungkinan disebabkan oleh komitmen dari bank syariah untuk menyalurkan dana zakat melalui saluran tersebut. Komitmen bank terlihat pada daftar pihak penyaluran dana zakat pada Laporan SPDZ maupun pernyataan resmi terkait kerjasama dengan LAZ oleh bank pada laporan tahunannya. Total penyaluran dana zakat tahun 2011 adalah Rp 24,94 miliar. Meskipun urutan dominasi penyaluran dana zakat tidak berubah pada tahun 2011, sangat disayangkan bahwa ada penurunan pada total jumlah dana yang disalurkan oleh Bank Umum Syariah. Besarnya total penyaluran dana zakat keseluruhan pada tahun 2010 yang sebesar Rp 29.77 milyar turun menjadi Rp 24.94 milyar pada tahun 2011. Hal tersebut juga dapat terlihat pada penurunan total persentase realisasi dana zakat di tahun 2011 yang awalnya (2010) sebesar 38% turun menjadi 26,7 %. Salah satu indikator turunnya persentase realisasi dana zakat (tabel 6) adalah adanya beberapa bank yang tidak menyalurkan dana zakatnya secara maksimal dan efektif. Berdasarkan informasi yang dijelaskan oleh narasumber dari pihak bank, penyebab tidak dimaksimalkannya dana zakat yang tersedia antara lain adalah kebijakan bank untuk menyisakan saldo dana zakat untuk kebutuhan periode berikutnya (Daryunanti, 2012). Alasan lainnya lagi adalah dikarenakan belum adanya manajemen yang jelas dan terfokus untuk mengelola zakat sehingga pengelolaan belum begitu efektif dalam mengelola dana zakatnya (Zakaria, 2012). Sorotan lainnya yang perlu ditinjau kembali adalah adanya penyaluran dana zakat yang dilakukan sendiri oleh pihak bank (“disalurkan sendiri”). Padahal menurut ketentuan UU No. 21 pasal 4 tahun 2008 seharusnya bank syariah yang melakukan kegiatan pengumpulan dana zakat menyalurkannya melalui baitul maal atau organisasi pengelola zakat (OPZ). 4.3 Zakat Perusahaan pada Bank Umum Syariah 4.3.1 Peran IAI dan DSN MUI dalam Pengaturan Praktik Zakat Perusahaan Untuk mengetahui secara mendalam mengenai standar akuntansi zakat perusahaan di Indonesia, maka yang harus diketahui terlebih dahulu adalah proses pembentukan standar akuntansi keuangan (SAK) syariah di Indonesia. Proses pembentukan SAK Syariah dengan
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
15 SAK umum pada dasarnya memiliki prosedur yang sama. Prosedur tersebut adalah melalui tahap perumusan, penerbitan exposure draft untuk meminta tanggapan publik, kemudian dilakukan revisi dan penerbitan. Bedanya pada penyusunan SAK Syariah ada kebutuhan terhadap persetujuan DSN MUI yang antara lain komposisi anggota dewan penyusun standarnya harus ada perwakilan DSN MUI dan harus ada surat pernyataan kesesuaian syariah dari DSN MUI. Menurut Hidaya (2012) proses pembentukan SAK syariah diawali dengan pengangkatan sebuah isu untuk didiskusikan oleh DSAS (misalnya isu mengenai zakat perusahaan). Selanjutnya tim DSAS akan mendiskusikan permasalahan tersebut, merumuskan PSAK-nya, kemudian melakukan public hearing guna memantapkan finalisasi PSAK Syariah yang baru. Setelah tahap finalisasi PSAK, tim DSAS akan mengajukan permohon review kesesuaian syariah kepada DSN MUI terkait PSAK syariah yang baru. Setelah DSN MUI menyetujui PSAK Syariah yang baru, maka Surat Pernyataan Keseuaian Syariah terkait PSAK tersebut akan diterbitkan dan PSAK Syariah tersebut dapat diberlakukan penerapannya. Berdasarkan informasi dari pihak DSN MUI (Hidaya, 2012), hingga saat ini DSN MUI tidak mengeluarkan fatwa terkait persetujuannya terhadap praktik zakat perusahaan. Dengan tidak adanya persetujuan dari DSN MUI, perumusan SAK khusus untuk akuntansi zakat perusahaan pun tidak bisa dilaksanakan. Oleh karena itu hingga saat penelitian ini berjalan, Indonesia masih tidak memiliki PSAK yang mengatur aspek perhitungan dan pengakuan untuk zakat perusahaan. Mengesampingkan isu ketiadaan standar, penerapan dan pelaporan akuntansi zakat perusahaan tetap dilakukan oleh beberapa perusahaan di Indonesia termasuk beberapa bank umum syariah. Sebagai akibat dari tidak adanya standar ini, kelengkapan sajian informasi dalam pelaporan zakat perusahaan menjadi tidak komparabel antara satu bank umum syariah dengan bank umum syariah lainnya. Sebenarnya ada beberapa faktor eksternal yang kemungkinan menjadi pemicu dipraktikkannya zakat perusahaan oleh sebagian perusahaan di Indonesia terutama oleh bankbank umum syariah meskipun tidak ada PSAK zakat yang mengatur aspek perhitungan dan pengakuannya. Faktor-faktor tersebut antara lain dengan dikeluarkannya UU No 17 tahun 2000 yang membolehkan besaran zakat yang dikeluarkan oleh suatu badan yang dimiliki pemeluk agama Islam sebagai pengurang komponen penghasilan kena pajak. Faktor lainnya dikarenakan bermunculannnya pendapat-pendapat dari cendekiawan muslim di Indonesia dan di negara-negara luar yang menganjurkan pembayaran zakat atas badan usaha/perusahaan. Kelengkapan dari laporan keuangan perbankan syariah sebagaimana dijelaskan pada PSAK 101 salah satunya merupakan Laporan Sumber dan Penggunaaan Dana Zakat. Kemudian Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
16 adanya standar akuntansi di negara lain maupun standar yang berlaku internasional yang mengatur perlakuan akuntansi untuk zakat perusahaan seperti MASB Tr i-1 di Malaysia dan FAS No. 9 dari AAOIFI. Tidak adanya PSAK yang mengatur khusus akuntansi untuk zakat perusahaan di Indonesia merupakan hal yang sangat disayangkan mengingat besarnya potensi zakat perusahaan di Indonesia serta diikuti risiko yang ada. Sebagaimana pendapat Beik (2010), melalui perhitungan kasar potensi zakat yang dapat digali yang hanya berasal dari seluruh perusahaan BUMN saja bisa mencapai 14 triliun per tahunnya. Risiko yang ada adalah seperti yang dikatakan Al-Moghaiwli (2001) yakni perilaku manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan di Arab Saudi dengan memanfaatkan akuntansi zakat perusahaan. 4.3.2 Pelaporan Akuntansi Zakat Perusahaan pada Bank Umum Syariah Berdasarkan peninjauan terhadap laporan tahunan dari sebelas bank umum syariah untuk periode 2010-2011, terlihat hanya BMI, BSM, BNIS, dan MegaS yang membuat pernyataan dan melaporkan dengan jelas praktik zakat perusahaannya. Tidak adanya standar akuntansi khusus yang mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk zakat perusahaan (baik dari segi pelaporan, perhitungan, dan pengungkapan) mengakibatkan variasi pada penyajian informasi zakat perusahaan oleh BUS-BUS diatas pada laporan tahunannya (tabel 7). Tabel 7: Perbandingan Penyajian Informasi Zakat Perusahaan pada BUS Segmen Laporan Tahunan: 1. Laporan Manajemen Laporan CSR Laporan Tatakelola Perusahaan 2. Laporan Keuangan Laporan Laba Rugi Laporan SPDZ Catatan atas Laporan Keuangan
Penyajian Informasi Zakat Perusahaan oleh BUS BMI BSM BNIS MegaS Ada Ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada Ada
Ada Ada Ada
Tidak ada Ada Ada
Ada Ada Ada
Sumber: data hasil olahan penulis
Jika diperbandingkan maka penyajian informasi zakat perusahaan pada BSM adalah yang paling lengkap dibanding BUS lainnya. Walaupun terjadi beberapa perbedaan sebagaimana yang telah disebutkan diatas, dapat terlihat bahwa masih ada beberapa kesamaan yakni semua BUS di atas telah menyajikan informasi terkait zakat perusahaannya meski dalam tingkat kelengkapan yang berbeda. Keempat BUS di atas juga telah menyajikan zakat perusahaan sebagai pengurang penghasilan kena pajak (laba sebelum pajak) sejalan dengan peraturan pada UU perpajakan no 17 tahun 2000.
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
17
4.3.3
Metode Perhitungan Zakat Perusahaan Pada Bank Umum Syariah
Berdasarkan informasi dari laporan tahunan bank serta hasil wawancara terhadap beberapa bank umum syariah di atas dapat diketahui bahwa metode perhitungan zakat perusahaan yang diterapkan oleh bank Muamalat dan bank Syariah Mandiri adalah: [ Zakat Perusahaan = 2,5% x Laba Sebelum Pajak ] Metode perhitungan zakat diatas sedikit berbeda dengan yang digunakan oleh bank BNI Syariah. Pada bank BNI Syariah perhitungan zakat didasari pada earning after tax (laba setelah pajak) perusahaan (Yani (2012) & Septiana (2013)). Besaran dana zakat perusahaan yang dikeluarkan pada tahun 2011 (yakni Rp 2,579 milyar) diambil dari saldo laba ditahan (retained earnings). Sedangkan pada Bank Mega Syariah tidak disajikan informasi metode perhitungan zakat. Selain itu penulis juga tidak berhasil melakukan sesi wawancara dengan pihak Bank Mega Syariah. Namun dengan mencoba mengaplikasikan metode perhitungan di atas (2,5% x laba sebelum pajak bank Mega Syariah), besaran zakat dari hasil perhitungan tersebut senilai dengan besaran zakat perusahaan yang dibayar Bank Mega Syariah tahun 2010-2011. Selain itu adanya beban zakat sebagai pengurang laba sebelum pajak dan zakat pada laporan laba rugi Bank Mega Syariah juga mengindikasikan metode perhitungan zakat yang digunakan sama dengan metode diatas. Pihak bank syariah mengungkapkan beberapa alasan dibalik penggunaan metode diatas yang antara lain hanya mengikuti keputusan dari Dewan Pengawas Syariah bank yang kemudian disetujui oleh RUPS, mengikuti metode yang diterapkan oleh BAZNAS dikarenakan pengelolaan zakat bank dilakukan oleh Unit Pelayanan Zakat (UPZ) yang merupakan anggota BAZNAS, atau menganalogikannya terhadap zakat kepemilikan usaha yang basis perhitungannya hanya diambil dari keuntungan usaha yang diperoleh perusahaan pada kurun waktu tertentu (berdasarkan hasil tanya jawab dengan pihak sharia compliance bank Muamalat). 4.3.4 Potensi Zakat Perusahaan pada Bank Umum Syariah (Metode Laba Sebelum Pajak dan Metode Net Assets AAOIFI) Pada Sub-bab ini disajikan hasi perhitungan potensi zakat berdasarkan metode perhitungan zakat yang dilakukan BUS di Indonesia (2,5% dari laba sebelum/sesudah pajak) dan metode perhitungan zakat yang ditetapkan oleh AAOIFI. Tabel 8 menyajikan hasil perhitungan potensi zakat perusahaan berdasarkan metode yang digunakan BUS.
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
18 Tabel 8: Potensi Zakat Perusahaan pada Bank Umum Syariah 2010-2011 (Berdasarkan Metode 2,5% dari Laba Sebelum Pajak) BESARAN ZAKAT
NAMA BANK
2011
2010
Zakat Perusahaan Tercatat Muamalat Syariah Mandiri BNI Syariah Mega Syariah
Rp Rp Rp Rp
4.406.259.790,96 19.177.801.129,00 2.579.000.000,00 1.847.620.000,00
Rp Rp Rp
1.293.799.000,00 14.582.880.512,00 2.162.901.000,00
Total Zakat Terbayar
Rp
28.010.680.919,96
Rp
18.039.580.512,00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
417.525.000,00 644.225.000,00 223.761.975,25 310.268.100,00 375.542.982,70 670.300.000,00 6.655.875.000,00
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
451.325.000,00 192.400.000,00 223.980.675,83 372.983.378,65 75.325.000,00 1.226.350.000,00
Total Potensi Zakat
Rp
9.297.498.057,95
Rp
2.542.364.054,48
Total Potensi Zakat BUS
Rp
37.308.178.977,91
Rp
20.581.944.566,48
Potensi Zakat Perusahaan belum Tercatat : BRI Syariah BJB Syariah BCA Syariah Panin Syariah Syariah Bukopin Victoria Syariah Maybank Syariah
Sumber: data hasil olahan penulis
Untuk keempat bank yang sudah melaporkan zakat perusahaannya, ditemukan jumlah total pembayaran zakat perusahaan adalah sebesar Rp 28 milyar untuk tahun 2011 dan Rp 18 milyar untuk tahun 2010. Metode 2.5% dari laba sebelum pajak tersebut juga dicoba diterapkan pada bank-bank yang tidak menyajikan zakat perusahaan pada laporan keuangannya. Hasilnya besaran potensi zakat perusahaan yang belum tergali pada bank-bank yang tidak melaporkan zakatnya adalah sebesar Rp 9,2 miliar untuk tahun 2011 dan Rp 2,5 miliar untuk tahun 2010. Total keseluruhan zakat sebagaimana tertera di tabel 4.6 adalah Rp 37,3 miliar (2011) dan Rp 20,5 miliar (2010) sehingga total keduanya sekitar Rp 57,8 miliar. Perhitungan potensi kedua yang berdasarkan metode perhitungan AAOIFI dipilih karena standar yang dikeluarkan oleh AAOIFI telah dibentuk khusus untuk lembaga keuangan syariah, derajat hukum dari standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI lebih tinggi dibandingkan TR i-1 yang dikeluarkan oleh MASB (Adnan, 2008), serta cakupan wilayah dari FAS yang dikeluarkan oleh AAOIFI pada dasarnya memang sebuah standar internasional yang ditujukan untuk semua lembaga keuangan syariah di dunia. Pada perhitungan potensi zakat berdasarkan metode AAOIFI ini tarif zakat yang digunakan adalah 2,5775% (karena kalender yang digunakan BUS di Indonesia adalah Masehi) sedangkan metode penentuan basis perhitungan yang dipilih untuk simulasi ini
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
19 adalah menggunakan metode Net Assets (Net Assets Method) agar dapat lebih menunjukkan aset-aset apa saja yang dapat dijadikan aset kena zakat (Zakatable Assets) pada BUS. Asumsi-asumsi yang digunakan untuk menyederhanakan perhitungan potensi zakat perusahaan metode AAOIFI ini, antara lain (1) Ekuitas milik pemerintah pada perusahaan yang seharusnya tidak kena zakat tetap dimasukkan dalam basis perhitungan zakat. (2) Tidak ada kewajiban jangka panjang yang digunakan untuk mendanai aset tetap sehingga semua kewajiban yang ada di bank dijadikan pengurang aset kena zakat. (3) Aset lain-lain pada bank syariah diikutsertakan seluruhnya dalam simulasi perhitungan untuk mempermudah perhitungan potensi zakat karena sebagiannya bersifat aset lancar (seperti pendapatan yang akan diterima dari rahn, SBIS, piutang pendapatan, dan lain lain). (4) Data keuangan bank umum syariah pada tahun 2010 tetap diikutsertakan meskipun pendiriannya bukan di awal 2010 yang terhitung belum 1 haul (sebagian bank umum syariah baru didirikan di pertengahan 2010 hingga akhir tahun 2010). Tabel 9 (lampiran 2) menyajikan potensi zakat perusahaan dari masing-masing Bank Umum Syariah ketika menggunakan metode perhitungan zakat berbasis aset bersih dengan tarif 2,5775% dari FAS No.9 oleh AAOIFI. Nilai pada komponen Aset Kena Zakat di tabel 4.7 sudah dikurangi dengan Aset Tetap serta beberapa asset lainnya yang tidak boleh dijadikan objek zakat sesuai peraturan FAS No. 9. Tabel 10 menjelaskan rincian dari masingmasing komponen aset penambah dan pasiva pengurang zakat yang dicoba diaplikasikan pada komponen neraca BUS secara umum. Tabel 10: Komponen Basis Perhitungan Zakat Perusahaan Pada BUS AKTIVA PENAMBAH BASIS ZAKAT Aset Kena Zakat: Kas Giro pada BI Giro pada Bank Lain Giro pada PT POS Penempatan BI dan Bank Lain Efek-efek Piutang Net Pinjaman Qardh Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Musyarakah Invetasi Saham Tagihan Akseptasi Aset Diperoleh untuk Ijarah Aset Pajak Tangguhan Aset Lain-Lain – Net
PASIVA PENGURANG BASIS ZAKAT Kewajiban Pengurang Zakat: Kewajiban Segera Bagi Hasil Dana Syirkah Terutang Simpanan Wadiah Simpanan dari Bank Lain Hutang Pajak Pembiayaan Diterima Estimasi Kerugian Kewajiban Lain-Lain Ekuitas Dari Investasi Tidak Terikat
Sumber: Data hasil olahan penulis
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
20 Berdasarkan hasil perhitungan potensi zakat yang menggunakan metode Net Assets dari AAOIFI pada tabel 9 (Lampiran 2), dapat diketahui bahwa jumlah total potensi zakat pada Bank Umum Syariah untuk 2011 adalah Rp 224,06 miliar dan 2010 adalah Rp 198,81 miliar. Total potensi zakat perusahaan untuk tahun 2011 dan 2010 berdasarkan metode Net Assets tentunya menjadi lebih besar (yakni Rp 422,87 miliar) dibandingkan dengan metode yang hanya menggunakan basis laba sebelum pajak (Rp 57,8 miliar). Penyebab lainnya juga bisa dikarenakan jumlah hutang perusahaan maupun dana syirkah temporer yang pada saat itu tidak terlalu besar porsinya dari total asset. Hasil perhitungan pada simulasi di tabel 8 dan 9 menunjukkan bahwa masih ada potensi zakat perusahaan yang cukup besar yang belum tergali pada bank umum syariah di Indonesia. Berdasarkan total perhitungan 2010 dan 2011 yang menggunakan metode 2,5% dari laba sebelum pajak saja sudah sekitar Rp 46 miliar yang sudah dibayarkan dari total Rp 57,8 miliar potensi zakat perusahaan yang ada pada bank umum syariah. Terlebih lagi hasil perhitungan simulasi metode Net Assets menghasilkan total zakat sebesar Rp 422,87 miliar atau dengan kata lain
sekitar delapan kali lipat dari zakat perusahaan yang sudah
direalsiasikan (Rp 46 miliar) oleh bank umum syariah di 2010 dan 2011. Lebih lanjut lagi akan dicoba dilakukan proyeksi perhitungan potensi zakat dilakukan dengan cara mengacu terhadap perkembangan aset dari bank umum syariah secara keseluruhan. Berdasarkan data dari perkembangan aset tersebut nantinya dapat diketahui proyeksi potensi zakat perusahaan dari bank-bank umum syariah pada tahun selanjutnya yakni tahun 2012 dan 2013. Berdasarkan data dari “Outlook Perbankan Syariah 2013”, diketahui bahwa pertumbuhan asset perbankan syariah berdasarkan data hingga Oktober 2012 (yoy) adalah 37%. Sedangkan proyeksi untuk pertumbuhan aset (skenario moderat) di tahun 2013 mendatang adalah dari Rp 174,09 triliun (Oktober 2012) menjadi Rp 255 triliun di tahun 2013 (atau tumbuh sebesar 46,4%). Pada simulasi ini digunakan nilai persentase pertumbuhan aset di tahun 2012 (37%) dan 2013 (46,4%) sebagai persentase pertumbuhan zakat untuk mengetahui proyeksi potensi zakat yang ada di tahun 2012 dan 2013. Potensi zakat pada tahun 2011 dijadikan basis perhitungan untuk potensi zakat di tahun 2012 dengan dikalikan persentase pertumbuhan zakat sebesar 37%. Sedangkan untuk potensi zakat tahun 2013, besaran potensi zakat tahun 2012 dijadikan sebagai basis perhitungan dengan dikalikan persentase pertumbuhan zakat sebesar 46,4%. Simulasi proyeksi potensi zakat ini juga berusaha membandingkan hasil proyeksi berdasarkan metode perhitungan zakat yang digunakan (metode Laba sebelum pajak dan metode Net Assets). Hasil perhitungan proyeksi potensi zakat tersebut disajikan pada tabel 11. Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
21 Tabel 11: Proyeksi Potensi Zakat Perusahaan BUS Tahun 2010-2013 (disajikan dalam miliar rupiah) BASIS PERHITUNGAN ZAKAT PERUSAHAAN
POTENSI ZAKAT BUS
Basis Laba Sebelum Pajak
2010 20,58
2011 37,30
2012 51,10
2013 74,81
Basis Net Assets FAS No. 9, AAOIFI
198,81
224,06
306,96
449,39
Sumber: Data hasil olahan penulis
Berdasarkan hasil simulasi-simulasi perhitungan potensi zakat pada sub bab ini dapat diketahui bahwa potensi zakat perusahaan yang ada pada BUS di Indonesia masih cukup besar dan ada sebagian yang belum tergali. Selain itu dapat diketahui pula metode perhitungan zakat yang lebih mengoptimalkan zakat yang tergali adalah metode yang ditawarkan oleh AAOIFI yakni metode Net Assets (yang digunakan pada penelitian ini). 5.
KESIMPULAN
Ada tiga kesimpulan terkait dengan praktik pengelolaan dana zakat pada BUS: 1. Strategi pengelolaan dana zakat yang dilakukan oleh BUS berbeda-beda diantaranya melalui pendirian LAZNAS independen, pendirian UPZ yang merupakan kepanjangan tangan dari BAZNAS, bekerjasama menjadi saluran distribusi dari BAZNAS, kerjasama penyaluran dengan LAZ dari pihak luar (selain BAZNAS), dan disalurkan sendiri secara langsung oleh bank. 2. Terdapat perbedaan pada penyajian Laporan SPDZ yang dibuat oleh BUS pada segmen Penggunaan dana zakat. Hanya satu bank yang menyajikan segmen “Penggunaan dana zakat”-nya sesuai dengan yang diminta pada PSAK 101 yakni rincian penyaluran dana zakat oleh organisasi pengelola zakat kepada delapan asnaf.
3. Sumber dana zakat pada BUS untuk tahun 2010 dan 2011 paling besar berasal dari zakat perusahaan, kemudian diikuti oleh zakat dari nasabah dan pihak luar di posisi kedua dan zakat dari pegawai dan dalam bank lainnya di posisi ketiga. Sedangkan untuk penyaluran dana zakat pada BUS di tahun 2010 dan 2011, porsi tertinggi disalurkan kepada LAZNAS yang dibentuk oleh bank. Pada posisi kedua dan ketiga disalurkan melalui BAZNAS atau pun UPZ dan disalurkan melalui LAZ lainnya secara berurutan. Kemudian yang memperoleh porsi terkecil adalah pada segmen disalurkan sendiri oleh bank. Kesimpulan selanjutnya adalah kesimpulan terkait perlakuan akuntansi zakat perusahaan di Indonesia.
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
22 1. Standar akuntansi terkait zakat perusahaan tidak bisa dirumuskan oleh IAI dikarenakan tidak adanya landasan kajian fikih berupa fatwa dari DSN MUI yang membenarkan praktik zakat perusahaan. 2. DSN MUI hingga saat ini tidak mengeluarkan fatwa terkait zakat perusahaan karena tidak sesuai dengan argumentasi fikih yang diyakini oleh MUI. 3. Pelaporan akuntansi zakat perusahaan pada bank umum syariah di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan dari aspek kelengkapan informasi yang disajikan, maupun comparability dari informasi zakat perusahaan. 4. Metode perhitungan zakat yang digunakan oleh Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri adalah 2,5% dari laba sebelum maupun setelah pajak. Sedangkan BNIS adalah 2,5% dari laba setelah pajak dengan mengambil dana dari saldo laba ditahan (retained earnings). 5. Potensi zakat dari bank umum syariah sangat besar dan masih ada yang belum tergali. Selain itu berdasarkan hasil simulasi dapat diketahui bahwa metode berbasis Net Assets dari AAOIFI-lah yang dapat memberikan besaran potensi zakat yang lebih optimal dibandingkan metode berbasis laba sebelum pajak. 6.
SARAN
6.1 Saran Kepada Bank Umum Syariah Karena ditemukannya beberapa kekurangan baik pada pengelolaan dana zakat maupun perlakuan akuntansi untuk zakat perusahaan pada BUS, ada beberapa saran yang dapat dijadikan masukan untuk bank-bank yang dijadikan objek penelitian. 1. BUS yang masih melakukan sendiri penyaluran zakatnya tanpa melalui baitul maal sebaiknya berbenah diri mengingat peraturan pada UU No. 21 pasal 4 tahun 2008 yang mengharuskan pengelolaan zakat oleh baitul maal. 2. Bagi BUS yang menyalurkan zakatnya kepada lembaga pengelola zakat sebaiknya meminta kepada lembaga tersebut untuk mengklasifikasikannya sebagai dana titipan khusus dari bank syariah. Dengan begitu pelaporan dan zakart dapat disajikan secara lebih rinci oleh bank syariah. 3. Sebaiknya BUS mempertimbangkan untuk menggunakan sebuah standar yang baku terkait perlakuan akuntansi untuk zakat perusahaan agar kualitas informasi yang diberikan lebih dapat dipertanggungjawabkan. 4. Bagi BUS yang melaporkan kegiatan pengelolaan maupun pembayaran dana Zakat oleh bank sebagai salah satu kegiatan CSR sebaiknya melakukan pemisahan antara Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
23 kedua kegiatan tersebut. Hal ini dikarenakan adanya perbedaam pada semangat ideologis dari kedua kegiatan. 6.2 Saran Kepada Regulator Saran yang dapat diberikan kepada beberapa pihak regulator antara lain: 1. Dewan Syariah Nasional MUI: Hendaknya melakukan peninjauan kembali pendapat fiqih yang menguatkan praktik zakat perusahaan kemudian memberikan pendapat terbuka kepada publik terkait zakat perusahaan agar praktik zakat perusahaan di Indonesia lebih jelas dan lebih terarah oleh MUI. 2. Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI: DSAK harus segera merumuskan sebuah standar akuntansi yang baku terkait zakat perusahaan demi kebaikan kualitas informasi laporan keuangan perusahaan terutama yang dapat terpengaruhi oleh transaksi zakat perusahaan. 3. Pemerintah: Pemerintah harus melakukan pengkajian ulang terhadap kebijakan fiskalnya mengingat dampak zakat terhadap perekonomian serta pengaruh dari UU 17 tahun 2000 yang membolehkan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak (PKP) pada badan usaha. 6.3 Saran Terhadap Penelitian Selanjutnya Dikarenakan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan hal-hal berikut di dalam pelaksanaan penelitiannya: 1. Memperluas cakupan waktu terkait data yang digunakan sebagai objek penelitian. Hal ini dapat menunjukkan fluktuasi perkembangan dana zakat yang dapat dikumpulkan dari Bank Syariah di Indonesia. 2. Memperluas objek penelitian menjadi seluruh bank syariah yang ada baik berstatus Bank Umum maupun masih sebuah Unit Usaha Syariah. 3. Mencari tahu alasan ilmiah dibalik peningkatan maupun penurunan jumlah sumber dan penggunaan dana zakat, baik pada baitul mal dari perbankan syariah maupun lembaga-lembaga amil zakat lainnya. 4. Mencari tahu pengaruh dari aspek keagamaan pada suatu lembaga terhadap semangat perusahaan tersebut untuk berbagi (terutama berbagi dana zakat). 5. Perhitungan zakat pada bank syariah yang dimiliki BUMN bisa dihitung lebih akurat jika kepemilikan pemerintah dikeluarkan dari saham yang dimiliki oleh BUMN terhadap bank syariah.
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
24 6. Persepsi mengenai zakat perusahaan, motivasi menyalurkan zakat perusahaan, zakat perusahaan pada perusahaan yang bisnisnya mengelola aset-aset yang termasuk obyek zakat (seperti pertanian, peternakan, pertambangan, dan lain lain). DAFTAR PUSTAKA AAOIFI (2008). Financial Accounting Standards No. 9: Zakah. AAOIFI (2008). Sharia Standard No. 35: Zakah. Adnan, Muhammad Akhyar & Abu Bakar, Nur Barizah (2009). Accounting treatment for corporate zakat: a critical review. Al-Moghaiwli, M.H. (2001), “Accounting for zakat and earnings management in Saudi Arabia”, Journal of Accounting, Accountability and Performance, Vol. 7 No. 1. Bank Indonesia (2011). Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2011. http://www.bi.go.id. CIFA (1988-2000). "Resolution and Recommendations of the Council of the Islamic Fiqh Academy (19882000)”. http://www.muslimtents.com/aminahsworld/28_3_4.html. Daryunanti, Yayan (2012, November) Wawancara Pribadi. Hafidhudin, Didin (2008). Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani Press. Hafidhudin, Didin (2008). Panduan Praktis tentang Zakat Infaq dan Sedekah. Jakarta: Gema Insani Press. Hamat, Zahri (2009). Business Zakat Accounting and Taxation in Malaysia, Makalah yang disampaikan pada Conference on Islamic Prespective on Management and Financing, UK. Hidaya, Kanny (2012, Desember) Wawancara Pribadi. Ikatan Akuntan Indonesia (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 101, Penyajian Laporan Keuangan Entitas Syariah. Ikatan Akuntan Indonesia (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109, Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah. Islahi, Abdul Azim & Obaidullah, Mohammed (2004). Zakah on Stocks: Some Unsettled Issues. J.KAU: Islamic Econ., Vol. 17, No. 2, pp. 3-17. Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum Syariah (2010 & 2011), http://www.bi.go.id. Laporan Keuangan Publikasi Bank Jabar Banten Syariah tahun 2011 Laporan Tahunan Bank BCA Syariah tahun 2011 Laporan Tahunan Bank BNI Syariah tahun 2011 Laporan Tahunan Bank BRI Syariah tahun 2011 Laporan Tahunan Bank Muamalat Indonesia tahun 2011 Laporan Tahunan Bank Panin Syariah tahun 2011 Laporan Tahunan Bank Syariah Bukopin tahun 2011 Laporan Tahunan Bank Syariah Mandiri tahun 2011 Laporan Tahunan Bank Syariah Mega tahun 2011 Laporan Tahunan Bank Victoria Syariah tahun 2011 MASB (2006). Technical Release i-1: Accounting Zakat on Business.
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
25 Mubarok, Jaih (2012). Peran DSN MUI dan Dewan Pengawas Syariah pada Lembaga Bisnis Syariah/Lembaga keuangan Syariah. Makalah yang disampaikan pada Seminar dan Workshop Review Kurikulum Program Studi Muamalah (Hukum Bisnis Islam), Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya,tanggal 29-31 Maret 2012, Surabaya. Muhajirin, Muhammad Rif’an (2009). Perusahaan Sebagai Muzakki (Studi terhadap Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid Yogyakarta). Skripsi S1 Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Nurhayati, Sri dan Wasilah (2009). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Ridho, Muhammad Taufik (2007). Zakat Profesi dan Zakat Perusahaan. Riyanti, Endang (2007). Analisis Aplikasi Metode Perhitungan Zakat Perusahaan (Studi Kasus PD Lisha Mart). Skripsi S1 Fakultas Syariah STEI SEBI, Jakarta. Sula, Atik Emilia, Alim, M Nizarul, dan Zuhdi, Rahmat (2010) Zakat Terhadap Aktiva Konsepsi, Aplikasi, dan Perlakuan Akuntansi. Makalah yang disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto.; Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/56/DPbS, 9 Desember 2005. Saksono, Tono & Martin, David (2012). Undisclosed Potential of Zakat Payment Deficit GIMC, Dubai. Septiana, Yolanda (2013, Januari). Wawancara pribadi. Undang-undang Republik Indonesia No. 39 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Undang-undang Republik Indonesia No. 25 tahun 2007. Penanaman Modal. Undang-undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007. Perseroan Terbatas. Undang-undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008. Perbankan Syariah. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2011. Pengelolaan Zakat. Qardhawi, Yusuf (1999). Hukum Zakat (Salman Harun, Didin Hafidhuddin, & Hasanuddin, Penerjemah). Jakarta: Litera AntarNusa dan Mizan. Yani, Ahmad (2012, November) Wawancara Pribadi. Zakaria, Isra (2012, Desember) Wawancara Pribadi.
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
26
Lampiran 1 Tabel 6: Sumber dan Penyaluran Dana Zakat pada Bank Umum Syariah tahun 2011 dan 2010 (disajikan dalam Milyar Rupiah) SUMBER DAN PENYALURAN DANA ZAKAT Saldo Awal
JUMLAH SUMBER DAN PENYALURAN DANA ZAKAT PADA BANK UMUM SYARIAH Muamalat*
BSM
2011
2010
2011
2010
20.88
21.47
22.98
20.66
BNIS 2011
2010
MegaS
BRIS
BCAS
2011
2010
2011
2010
2011
1.84
2.16
0.46
0.39
.002
2010
TOTAL
Victos 2011
2010
.02
BJBS 2011
2010
.082
.048
2011
2010
46.26
44.72
-
Sumber: Zakat Perusahaan
4.40
Zakat pegawai dan zakat dari dalam bank lainnya
1.80
Zakat dari Nasabah dan pihak luar lainnya
7.63
Total Sumber Dana Zakat
1.20
19.10
14.50
2.50
1.80
4.73
2.50
9.30
1.03
1.01
2.32
0.30
13.83
10.50
24.86
18.01
4.82
0.30
17.13
11.08
0.39
15.77
1.80
2.10
2.10
1.65
0.36
0.03
0.15
0.23
0.009
0.002
1.80
0.59
0.01
0.002
0.03
27.80
17.80
8.21
2.85
2.00
0.135
0.039
11.28
12.87
2.00
0.135
0.039
47.29
33.53
17.52
26.85
5.27
1.67
Penyaluran: Disalurkan melalui LAZNAS pribadi Disalurkan melalui UPZ/BAZNAS
3.24
0.30
0.05
1.02
1.94
0.36
0.03
Universitas Indonesia Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
27
(Lanjutan)
Disalurkan melalui LAZ lainnya
2.11
1.13
Disalurkan Sendiri
0.002 0.04
0.11
0.001
2.11
1.13
0.010
0.004
0.05
20.12
Total Penggunaan Dana Zakat
17.13
11.08
0.39
15.77
3.24
0.30
2.16
2.15
1.98
0.47
0.002
-
0.03
-
0.010
0.005
24.94
29.77
Saldo Akhir
17.59
20.88
47.45
22.90
1.58
-
1.48
2.12
0.28
0.51
0.01
0.002
0.02
2.00
0.21
0.08
68.61
48.48
Realisasi
49.3%
34.7%
0.8%
40.8%
67.2%
100%
59.3%
50.4%
87.8%
48.2%
18.2%
0%
64.0%
0.0%
4.6%
5.7%
26.7%
38.0%
Sumber: data hasil olahan penulis Catatan: •
Muamalat*: Data laporan zakat Bank Muamalat menggunakan data pada laporan keuangan Baitul Mal Muamalat
•
Data disajikan dalam milyaran rupiah.
•
BMI = Muamalat, BSM = Syariah Mandiri, BNIS = BNI Syariah, MegaS = Mega Syariah, BRIS = BRI Syariah, BCAS = BCA Syariah, BJBS = BJB Syariah, VictoS = Victoria Syariah.
Universitas Indonesia
Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013
28
Tabel 9: Potensi Zakat Perusahaan pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2011 dan 2010 (Metode Net Assets AAOIFI) KOMPONEN PERHITUNGAN ZAKAT PERUSAHAAN Asset kena Zakat (-) Kewajiban Pengurang Zakat (-) Dana Syirkah Temporer Total Basis Perhitungan Zakat
BMI 32.162,00 4.273,00 26.139,00 1.750,00
Zakat Terutang (Tarif 2,5775%)
45,11
POTENSI ZAKAT PADA BANK UMUM SYARIAH (Berdasarkan Neraca 2011) BSM BNIS MegaS BRIS BCAS BJBS PaninS BukopS VictoS 48.161,00 8.419,00 5.503,00 11.075,00 1.209,00 2.849,00 1.017,00 2.645,66 642,00 7.741,00 1.302,00 1.819,00 2.230,00 190,00 350,00 28,00 490,34 134,00 37.372,00 6.088,00 3.309,00 8.003,00 713,00 1.971,00 535,00 1.981,87 435,00 3.048,00 1.029,00 375,00 842,00 306,00 528,00 454,00 173,46 73,00 78,56
26,52
9,67
21,70
7,89
13,61
11,70
4,47
1,88
Asset kena Zakat (-) Kewajiban Pengurang Zakat (-) Dana Syirkah Temporer Total Basis Perhitungan Zakat Zakat Terutang (Tarif 2,5775%)
BMI 21.192,00 3.085,00 16.566,00 1.541,00 39,72
POTENSI ZAKAT PADA BANK UMUM SYARIAH (Berdasarkan Neraca 2010) BSM BNIS MegaS BRIS BCAS BJBS PaninS BukopS VictoS 32.117,00 6.371,00 4.569,00 6.764,00 866,00 1.930,00 459,00 1.474,54 337,00 5.210,00 825,00 1.398,00 1.192,00 112,00 274,00 20,00 425,23 72,00 24.932,00 4.518,00 2.858,00 4.709,00 369,00 1.150,00 295,00 1.351,83 164,00 1.975,00 1.028,00 313,00 863,00 385,00 506,00 144,00 (302,52) 101,00 50,91 26,50 8,07 22,24 9,92 13,04 3,71 2,60
Total Potensi Zakat Keseluruhan
22,95 244,06
Total Potensi Zakat Keseluruhan
KOMPONEN PERHITUNGAN ZAKAT PERUSAHAAN
MaybS 1.670,78 611,23 169,03 890,52
MaybS 1.398,30 265,91 275,07 857,33 22,10 198,81
Sumber: Data hasil olahan penulis Catatan: • Data disajikan dalam milyaran rupiah. • BMI = Muamalat, BSM = Syariah Mandiri, BNIS = BNI Syariah, MegaS = Mega Syariah, BRIS = BRI Syariah, BJBS = BJB Syariah, PaninS = Panin Syariah, BukopS = Syariah Bukopin, VictoS = Victoria Syariah, MaybS = Maybank Syariah. • Di tahun 2010 bank Bukopin Syariah (BukopS) nilai Total Basis Perhitungan Zakat-nya negatif sehingga tidak dikenakan zakat pada tabel tersebut.
Universitas Indonesia
Analisis perlakuan..., Eric Nurcahyo Atmahadi, FE UI, 2013