ANALISIS PERKEMBANGAN ANAK BALITA DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KOTA PADANG Tisnawati, Oksa Sherly Rustika (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)
ABSTRACT The purpose of research was to describe the level of knowledge of mothers about the stimulation of the development of preschool children (3-6 years) in early childhood education As-Shidiq at Pegambiran in 2015. This type of research was descriptive. The data collection was done in early childhood school As-shidiq. The study population was mothers with preschoolers, the population was 27 people. All the population became the subject of research. The analysis used univariate and bivariate data. The result showed more than half of the mothers (70.4%) are less knowledgeable about the meaning and purpose of stimulating development. Less than half of the mothers (48.1%) had solid knowledge of the principles of developmental stimulation. More than half of the mothers (81.5%) were less knowledgeable about the forms of stimulation. More than half of the mothers (74.1%) were less knowledgeable about the implementation of the stimulation of the development. It was expected to educators there to increase the awareness of parents in stimulating development of the child by means of a special meeting for parents to discuss their children's growth stages so that children can develop well in accordance with their age level. Keywords: Nutritional Status, Health Status, Stimulation, Development ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan anak usia prasekolah (3-6 tahun) di PAUD Permata As-Shidiq Kelurahan Pegambiran Tahun 2015. Jenis penelitian adalah deskriptif. Pengumpulan data dilakukan di PAUD Permata As-Shidiq tahun. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai anak usia prasekolah. Besar populasi adalah 27 orang. Semua populasi di jadikan subjek penelitian. Analisa data secara univariat dan bivariat Hasil penelitian didapatkan lebih dari separoh ibu (70,4%) berpengetahuan kurang tentang pengertian dan tujuan stimulasi perkembangan. Kurang dari separoh ibu (48,1%) berpengetahuan cukup tentang prinsip stimulasi perkembangan. Lebih dari separoh ibu (81,5%) berpengetahuan kurang tentang bentuk stimulasi. Lebih dari separoh ibu (74,1%) berpengetahuan kurang tentang pelaksanaan stimulasi perkembangan.. Diharapkan kepada Ibu pendidik di PAUD Permata As-Shidiq agar meningkatkan kesadaran orang tua dalam memberikan stimulasi tumbuh kembang anak dengan cara mengadakan pertemuan khusus bagi orangtua untuk membicarakan tahapan tumbuh kembang anaknya agar anak dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tingkat usianya. Kata Kunci: Status Gizi, Status Kesehatan, Stimulasi, Perkembangan
i
PENDAHULUAN Periode
penting
dalam
tumbuh
pendidikan,
kembang anak adalah masa balita, pada
jumlah
saudara.
(Ngastiyah,2005)
masa balita ini perkembangan kemampuan
Ditinjau dari faktor balita yaitu faktor
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,
lingkungan
emosional, intelegensi berjalan sangat cepat
merupakan poin penting yang mempengaruhi
dan merupakan landasan perkembangan
perkembangannya. Menurut Soedjatmiko, pada
berikutnya.
masa
Perkembangan
moral
serta
biologis,
balita
status
gizi
balita
otak
seorang
anak
akan
dengan
sangat
pesat
yang
dasar kepribadian juga dibentuk pada masa
berkembang
itu, sehingga setiap kelainan penyimpangan
nantinya akan mempengaruhi kecerdasan anak
sekecil apapun apabila tidak terdeteksi
tersebut.
apalagi tidak ditangani dengan baik akan
kreativitas dan perilaku akan tergantung dari
mengurangi kualitas sumber daya manusia
kualitas fungsi otak, sementara kualitas fungsi
kelak kemudian hari. (Dompas, 2010)
otak sendiri tergantung oleh banyaknya sel
Perkembangan
kecerdasan,
Pertumbuhan dan perkembangan anak
otak, banyaknya percabangan sel otak, kualitas
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
dan kuantitas sinaps dan kualitas mielinisasi.
genetik,
(lingkungan
Perkembangan otak anak agar dapat berjalan
prenatalatau lingkungan postnatal). Faktor
secara optimal diperlukan asupan nutrisi yang
postnatal
berkualitas. (Susanti, 2009)
faktor yang
lingkungan
mempengaruhi
tumbuh
kembang anak secara umum di golongkan menjadi 4 (empat), pertama
Status
kesehatan
anak
juga
dapat
lingkungan
berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan
biologis, seperti : ras, jenis kelamin, umur,
dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat
gizi,
apabila
perawatan
kesehatan,
kepekaan
anak
dengan
kondisi
sehat
dan
terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi
sejahtera maka percepatan untuk tumbuh
metabolisme, dan hormon ; kedua, faktor
kembang sangat mudah, akan tetapi apabila
fisik : cuaca, sanitasi, keadaan rumah,
kondisi status kesehatan kurang maka akan
radiasi ; ketiga, faktor psikososial : stimulasi,
terjadi perlambatan. (Hidayat, 2009)
motivasi
belajar,
hukuman
yang
wajar,
Mengingat jumlah balita di Indonesia
kelompok sebaya, stres, sekolah, cinta dan
sekitar sepuluh persen dari seluruh populasi.
kasih sayang, kualitas interaksi anak –
Maka sebagian calon generasi penerus
orangtua, dan keempat, faktor keluarga
bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di
meliputi : pekerjaan/ pendapatan keluarga,
Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi i
yang memadai sesuai tumbuh kembangnya
terendah adalah di Puskesmas Bungus,
serta intervensi dini penyimpangan tumbuh
yaitu sebanyak 150 balita ( 7,9%) dari 1900
kembang.
balita. Sedangkan terendah kedua adalah
Penelitian yang di lakukan di negara Jepang
pada
tahun
2004
Puskesmas Pegambiran, yaitu 1142 (28,8%)
menjelaskan
dari 3961 balita dan terendah ketiga adalah
bahwa masalah terbesar yang dihadapi anak
Puskesmas Padang Pasir, yaitu 1364 balita
adalah keterlambatan dalam kemampuan
(37,9%) dari 3601 jumlah balita. (DKK
berkomunikasi pada saat anak tersebut
Padang, 2012)
berumur 3-4 tahun.(Tri, 2010( Penelitian
Di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus
yang dilakukan di Equador pada anak 48-61
tahun 2013 jumlah balita yang ada adalah
bulan tahun 2003-2004 tercatat 28,1% anak
sebanyak 1.966 balita. Cakupan deteksi dini
mengalami keterlambatan motorik halus.
tumbuh kembang balita di sana sebanyak
Dan dari Jurnal Penelitian Indonesia yang
1.126
diambil dari dua rumah sakit di Jakarta
Puskesmas Bungus memiliki wilayah kerja 6
menyebutkan bahwa 11,3% anak mengalami
kelurahan, yaitu Kelurahan Bungus Barat,
keterlambatan perkembangan motorik halus.
Bungus
(Ayu, 2013)
Kabung Utara, Teluk Kabung Timur, dan
balita
(57%)
Timur,
dari
Bungus
1.966
balita.
Selatan,
Teluk
Hasil penelitian tahun 2007 sekitar
Teluk Kabung Selatan. Cakupan deteksi dini
35,4% anak balita di Indonesia menderita
tumbuh kembang balita yang terdeteksi di
penyimpangan
seperti
Kelurahan Teluk Kabung Utara , yaitu
penyimpangan dalam motorik kasar, motorik
sebanyak 184 balita (9%) sedangkan dilihat
halus,
dari standar nasional pada target dan
serta
perkembangan penyimpangan
mental
emosional. Pada tahun 2008 berdasarkan
indikator
cakupan
pemantauan status tumbuh kembang balita,
kembang
balita
prevalensi tumbuh kembang turun menjadi
(Puskesmas Bungus)8. capaian yang jauh
23,1%. Hal ini disebabkan karena Indonesia
dari target, hasil wawancara dengan petugas
mengalami
Puskesmas
kemajuan
dalam
program
edukasi. (Tri, 2010)
deteksi adalah
Bungus,
hal
dini
tumbuh
sebesar
yang
90%.
telah
dilakukan oleh petugas terhadap tumbuh
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
kembang
anak
adalah
Susan Dewi (2007) di TPA dan Play Group
penyuluhan
Permata Bunda dan PAUD Cahaya Baru
tentang gizi bayi dan balita, penyuluhan
Kota Padang menunjukkan bahwa 53% ibu
tentang berbagai penyakit pada anak.
mempunyai
balita
yang
tentang
tumbuh
memberikan kembang,
perkembangan
Guna menjawab fenomena tersebut
normal, 47% ibu mempunyai balita dengan
peneliti ingin melakukan penelitian tentang
perkembangan
Analisis Perkembangan Anak Balita serta
abnormal.
Jumlah
balita
yang ada di Kota Padang adalah sebanyak
Faktor
69.054 balita. Cakupan deteksi dini tumbuh
dielurahan Teluk Kabung Utara Kecamatan
kembang
balita di
Kota Padang yang i
Faktor
yang
Mempengaruhinya
Bungus Teluk Kabung Kota Padang Tahun 2014, METODE PENELITIAN Jenis penelitian
sedangkan data sekunder diperoleh dari
deskriptif
Analitik dengan
hasil pencatatan yang ada di Dinas
desain survey analitik dengan pendekatan cross
Kesehatan
sectional study.
di
Puskesmas Bungus Padang. Pengolahan
Kelurahan Teluk Kabung Utara Kecamatan
data dengan system komputerisasi melalui
Bungus Kota Padang tahun 2014
dengan
tahap-tahap berikut : Editing, coding, Entry
jumlah responden 65 orang. Semua populasi
dan Cleaning. Data dianalisis secara
dijadikan
univariat
dan bivariat
statistik
Chi
Penelitian dilakukan
sebagai
sauyek
penelitian.
Pengumpulan data primer untuk masing masing variabel diperoleh melalui wawancara,
Kota
dan
menggunakan uji
squere
α
kemaknaan
Parosdang
dengan
batas
≤ 0,05 dan derajat
kepercayaan 95%. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan perkembangan Anak Balita dan Faktor yang Mempengaruhinya di Puskesmas Bungus Kota Padang Tahun 2014
Karakteristik Frekuensi Perkembangan Tidak sesuai 38 Sesuai 27 Status gizi Gizi Kurang 11 Gizi Baik 54 Status Kesehatan Sakit 2 Sehat 63 Pemberian stimulasi Kurang baik 35 Baik 30 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa lebih dari
separo
(58,5%)
balita
Persentase 58,5 41,5 16.9 83.1 3,1 96,9 53.8 46.2 (96,9%) balita memiliki status kesehatan
memiliki
sehat,
lebih
dari
separo
(53,8%)
ibu
perkembangan yang tidak sesuai, sebagian
memberikan stimulasi yang kurang baik
besar (83,1%) balita memiliki status gizi baik,
terhadap perkembangan anak balitanya.
Analisis Bivariat Tabel 2.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak Balita di Puskesmas Bungus Kota Padang Tahun 2014 Perkembangan Jumlah P Status gizi Tidak sesuai Sesuai f
%
f
% i
f
%
Gizi kurang Gizi baik Status kesehatan Sakit Sehat Pemberian stimulasi Kurang baik Baik
10 28
90,9 51,9
1 26
9,1 48,1
11 54
100 100
0,020
1 37
50,0 58,7
1 26
50,0 41,3
2 63
100 100
1,000
26 12
74,3 40,0
9 18
25,7 60,0
35 30
100 100
0,011
Tabel 2 terlihat bahwa perkembangan anak
statistik
yang tidak sesuai lebih tinggi dengan status
bermakna antara status kesehatan dengan
gizi anak yang kurang (90,9%) di bandingkan
perkembangan anak balita. P = 1,000
dengan perkembangan anak dengan status
0,05), serta perkembangan anak yang tidak
gizi yang baik (51,9%), hasil uji statistik
sesuai lebih tinggi dengan pemberian stimulasi
menunjukkan ada hubungan yang bermakna
ibu yang kurang baik (74,3%) di bandingkan
antara status gizi dengan perkembangan anak
dengan pemberian stimulasi ibu dengan yang
balitanya. P = 0,020
baik (40,0%), Hasil uji statistik menunjukkan
(P < 0,05). Dan
tidak
terdapat
(P >
ada
tinggi dengan status kesehatan anak yang
pemberian
sehat (58,7%) di bandingkan dengan status
perkembangan anak balitanya. P = 0,011(P <
kesehatan anak yang sakit (50,0%), hasil uji
0,05).
PEMBAHASAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa
yang
yang
perkembangan anak yang tidak sesuai lebih
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hubungan
hubungan
bermakna
antara
ibu
dengan
stimulasi
dampak
dari
keterlambatan
(58,5%) responden di RW 02 Kelurahan Teluk
perkembangan personal sosial seorang anak
Kabung Utara Kecamatan Bungus Padang
adalah
memiliki perkembangan yang tidak sesuai,
bersosialisasi
sedangkan
sehingga
(41,5%)
responden
memiliki
anak
akan dengan
anak
juga
terlambat teman
dalam
sebayanya
bermasalah
dalam
perkembangan yang sesuai. Berbeda dengan
hubungan sosial awal karena tidak diterima
penelitian Susan Dwi (2007) bahwa (53%) ibu
oleh
yang
menyebabkan anak merasa kesepian dan
mempunyai
balita
yang
teman
sebayanya
tidak
ibu
berperilaku sesuai dengan harapan teman
mempunyai
balita
dengan
perkembangannya abnormal.
kesempatan
akan
perkembangannya normal, sedangkan (47%) yang
mempunyai
yang
untuk
sebaya. (Darsana, 2007)
Pertumbuhan dan perkembangan anak
Kurangnya
pencegahan
gangguan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
perkembangan motorik halus pada anak akan
genetik, faktor lingkungan baik lingkungan
menyebabkan perkembangannya tidak sesuai
prenatal
dengan umur. Misalnya, pada usia balita
maupun
lingkungan
postnatal.
i
seharusnya sudah mampu dalam hal motorik
kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis,
halus yang menggambar, melukis, bernyanyi
fungsi metabolisme, dan hormone. (Ngastiyah,
tetapi jika ada penyimpangan anak hanya
2005
mampu melaksanakan tahap perkembangan
Pada penelitian yang dilakukan, sesuai
motorik halus dibawah usia perkembangannya.
hasil
uji
statistik,
Herlina, 2015 Tingkat perkembangan pada
bermakna
antara
anak sangat penting diketahui oleh orangtua,
perkembangan anak balita. Artinya status gizi
karena setiap anak akan berbeda tahap
anak balita yang kurang baik, dapat memberi
perkembangan tergantung
yang
dari
ada
hubungan
status
gizi
yang dengan
dilaluinya
karena
pengaruh terhadap perkembangan anak balita.
anak.
Apabila
Gizi
umur
atau
nutrisi
merupakan
salah
satu
perkembangan anak terganggu anak bisa
komponen yang penting dalam menunjang
mengalami gangguan pada bicara dan bahasa,
keberlangsungan proses pertumbuhan dan
cerebral palsy, sindrom down, perawakan
perkembangan balita yang menjadi kebutuhan
pendek, gangguan autisme, retardasi mental,
untuk tumbuh dan berkembang selama masa
gangguan
pertumbuhan.
pemusatan
perhatian
dan
hiperaktivitas. (Depkes, 2008)
Apabila
kebutuhan
tersebut
tidak atau kurang terpenuhi maka dapat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang dengan status gizi kurang memiliki
menghambat
pertumbuhan
dan
perkembangannya. (Hidayat, 2004)
perkembangan yang tidak sesuai (90,9%) di
Pentingnya intervensi gizi di usia awal
bandingkan dengan status gizi anak yang baik
dan hubungannya dengan kemampuan kognitif
(51,9%). Hasil uji statistik ada hubungan yang
dalam jangka pendek dan jangka panjang
bermakna
sangat jelas. Oleh sebab itu, dalam rangka
antara
status
gizi
dengan
perkembangan anak balitanya. (p = 0,020). Berbeda
dengan
Dewi
perkembangan
(2009)
dan
pertumbuhan
anak
menjadi sehat dan kuat, perlu memperhatikan
menunjukkan bahwa dari 2 balita dengan
makanan,
status
(jumlah) makanan yang dimakan, melainkan
gizi
perkembangan
buruk
(50%)
segi
kuantitas
dengan status gizi kurang (18,2%) memiliki
sendiri. Pada balita, pemberian makanan yang
perkembangan abnormal dan dari 27 balita
bergizi bermanfaat dalam mengoptimalkan
dengan status gizi baik (74,1%) memiliki
pertumbuhan
perkembangan normal. Hasil uji statistik di
makanan yang kurang gizi dapat berdampak
dapatkan
buruk kepada balita yang mempengaruhi
artinya
11
dari
juga dari segi kualitas (mutu) makanan itu
0,621,
dari
saja
balita
P =
abnormal,
memiliki
tidak
tidak
ada
hubungan yang bermakna antara status gizi
dan
perkembangannya,
perkembangan dan pertumbuhannya pula.
dengan perkembangan anak balita.
Status kesehatan yang sehat memiliki
Pertumbuhan dan perkembangan anak
perkembangan yang tidak sesuai (58,7%) di
dipengaruhi oleh beberapa faktor, Diantaranya
bandingkan dengan status kesehatan anak
faktor lingkungan biologis, seperti : ras, jenis
yang yang sakit (50,0%). Hasil uji statistik tidak
kelamin, umur, status gizi, status kesehatan,
terdapat hubungan yang bermakna antara i
status kesehatan dengan perkembangan anak
terdapat faktor yang lainnya seperti status gizi,
balita.
ini
stimulasi, stres, imunisasi,dll. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa 2 orang balita (3,1%)
terlihat apabila anak dengan kondisi sehat dan
mempunyai riwayat penyakit asma. Asma
sejahtera maka percepatan untuk tumbuh
merupakan
dikenal
kembang sangat mudah, akan tetapi apabila
(P >
1,000).
penelitian
penyakit
yang
sesak
napas
yang
kondisi status kesehatan kurang maka akan
penyempitan
pada
terjadi perlambatan. Walaupun demikian status
saluran pernapasan karena adanya aktivitas
kesehatan anak juga dapat berpengaruh pada
berlebih. Pada anak yang menderita penyakit
pencapaian pertumbuhan dan perkembangan.
asma akan mempunyai dampak terhadap
(Hidayat, 2009)
dengan
suatu
Hasil
penyakit
dikarenakan
adanya
perkembangannya, seperti anak tidak bisa
Kesehatan
anak
harus
mendapat
melakukan aktivitas olahraga, bermain, dan
perhatian dari orangtua, yaitu dengan cara
sebagainya.
segera membawa anaknya yang sakit ke
Penelitian Dyah (2012) menunjukkan
tempat pelayanan kesehatan yang terdekat.
bahwa pada aspek personal sosial, pada 11
Jangan sampai penyakitnya sudah menjadi
anak (73.3 %) PJB sianotik menunjukkan
parah, yang bisa membahayakan jiwanya.
perkembangan yang normal, dan pada 22 anak (57.9 %) PJB non-sianotik menunjukkan perkembangan Berdasarkan
yang hasil
perbedaan
yang
dicurigai uji
terlambat.
statistik,
terdapat
bermakna
pada
perkembangan personal sosial.
Stimulasi kurang baik pada anaknya memiliki perkembangan yang tidak sesuai
Pertumbuhan dan perkembangan anak
(74,3%) di bandingkan dengan ibu yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, Diantaranya
memberikan stimulasi dengan cara yang baik
faktor lingkungan biologis, seperti : ras, jenis
(40,0%).
kelamin, umur, status gizi, status kesehatan,
hubungan yang bermakna antara pemberin
kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis,
stimulasi ibu dengan perkembangan anak
fungsi metabolisme, dan hormone. (Ngastiyah,
balitanya. (P = 0,011). Penelitian Susan (2007)
2005)
menunjukkan Pada penelitian yang dilakukan tidak
Hasil
uji
statistik
sejalan
atau
terlihat
hampir
ada
sama
dengan penelitian ini yaitu perkembangan
terdapat hubungan yang bermakna antara
anak
status
stimulasi oleh ibu yang kurang baik sangat
kesehatan
anak
balita
dengan
yang
abnormal
dengan
pemberian
perkembangan anak balita. Artinya bahwa
tinggi
anak yang mempunyai status kesehatan yang
perkembangan anak yang abnormal dengan
sehat
anak
pemberian stimulasi oleh ibu yang baik (8,8%).
yang
nilai P value yang di dapat 0,048 menunjukkan
tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara
atau
balitanya
sakit, tetap
mempengaruhi
perkembangan baik.
Faktor
perkembangan
balita
hanya status kesehatan anak saja, akan tetapi i
(31,3%)
dibandingkan
dengan
tindakan ibu terhadap tingkat perkembangan
mengoreksi
anak balitanya.
meminimalkan dampak anak dapat di cegah,
Aspek tumbuh kembang pada masa anak merupakan suatu hal yang sangat
adanya
faktor
resiko
yang
dilakukan deteksi dini terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
penting, yang sering di abaikan oleh tenaga kesehatan, mengetahui
khususnya adanya
dilapangan. penyimpangan
Untuk pada
tumbuh kembang bayi dan balita serta untuk KESIMPULAN DAN SARAN
Melalui Pimpinan Puskesmas Bungus Padang,
Sebagian besar balita memiliki status gizi
diharapkan agar pemegang program KIA untuk
yang baik, status kesehatan yang sehat, lebih
lebih
dari separo ibu memberikan stimulasi yang
perkembangan
kurang baik dan memiliki perkembangan yang
penyuluhan serta memberikan contoh kepada
tidak sesuai, serta terdapat hubungan yang
orang tua tentang cara-cara yang mudah untuk
bermakna antara status gizi dan pemberian
menstimulasi perkembangan anak, seperti
stimulasi dengan perkembangan anak balita
membacakan buku cerita/majalah, mengajak
dan tidak terdapat hubungan yang bermakna
anak pergi berekreasi saat liburan.
antara
status
kesehatan
meningkatkan anak
informasi dan
tentang
memberikan
dengan
perkembangan anak balita.
DAFTAR PUSTAKA Ayu, Dinda. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang stimulasi Perkembangan dengan Tingkat Perkembangan Motorik Halus Pada Masa Prasekolah (3-6 Tahun). Malang; 2013. Dinas
kesehatan Kota Padang. kesehatan Kota Padang. 2012.
Hidayat, A aziz. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika; 2009. Tri Sunarsih. Hubungan Antara Pemberian Stimulasi Dini Oleh Ibu Dengan Perkembangam Balita Di Taman Balita Muthia Sido Arum, Sleman. Yogyakarta; 2010.
Profil
Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Edisi ke-2. Jakarta : EGC; 2005.
Susan Dewi Parmadiana. Hubungan Perilaku Stimulasi Anak Oleh Ibu Dengan Perkembangan Anak (Balita). Padang : Poltekkes Kemenkes RI. 2007.
Dompas, robin. Buku saku bidan ilmu kesehatan anak. Jakarta : EGC; 2010
Susanti, Dewi. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perkembangan Anak Balita. Padang : Universitas Andalas; 2009.
i