Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN KERJA APOTEKER YANG BEKERJA DI APOTEK DI KOTA PADANG Dwi Dinni Aulia B1, Laura Syahrul2, Akmal Djamaan3 1
STIFARM Padang Magister Manajeman Universitas Andalas 3 Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Kampus Unand Limau Manis Padang 2
ABSTRACT Human resources must be evaluated as a key factor in an organization's success. Human resource organization which has a wide range of needs. Job satisfaction is a reflection of the attitude employees towards the overall feeling of the work consists of various aspects. Job satisfaction can improve service quality and increase employee satisfaction. The study was descriptive with a pharmacist who works in a pharmacy in Padang city as much as 50 respondent there is pharmacist. There are six variables that influence job satisfaction of pharmacists working conditions, salary, promotion, fair treatment, job security, relationships with co-workers and the relationship with the leader. The result showed that the pharmacists working in pharmacies Padang was just quite satisfied with the work. Of the respondents showed a variable relationship between co-workers affect the job satisfaction of the respondents in the amount of 76.32%. Total achievements of the respondents to the relationship with the fair treatment of 75.76 %, 75.68% working conditions, relations with the leaders of 73.92%, 72.79% salary and promotion. Variables job security less the total respondents 59.80% achievement. Differences demographic factors also affect the job satisfaction of the respondents. Job satisfaction of male respondents are influenced by working conditions, while the female respondents are affected by fair treatment and relationships with co-workers. Respondents who have a service life of over 5 years of work satisfaction is strongly influenced by the variable fair treatment while his tenure of 1 to 5 years are affected by working conditions. Respondents who have over 30 years of age are affected by work satisfaction and working conditions for the age 24 to 30 years of work satisfaction is strongly influenced by fair treatment. Keywords: job satisfaction, pharmacist, dispensary, Padang. PENDAHULUAN Sumber daya manusia pada perusahaan merupakan sumber daya yang harus selalu dievaluasi, karena merupakan faktor kunci keberhasilan dan penentu masa depan perusahaan. Melalui pengelolaan sumber daya manusia yang baik diharapkan akan mendukung perkembangan perusahaan menjadi lebih pesat, namun sebaliknya jika sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan tidak dikelola dengan baik, pada akhirnya akan menghasilkan karyawan yang kurang bermutu sehingga perusahaan tidak akan dapat berkembang dengan baik.
Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan suatu sikap berupa refleksi dari perasaan karyawan terhadap keseluruhan pekerjaan yang terdiri dari bermacam-macam aspek (Spector, 2000). Secara sederhana kepuasan kerja dapat diartikan sebagai besarnya rasa suka karyawan terhadap pekerjaannya dan ketidakpuasan kerja menunjukkan besarnya rasa tidak suka karyawan terhadap pekerjaan. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah penentu dari komitmen atas
249
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
dasar pertukaran sumber daya antara individu dan organisasi (Suryanto, 2005). Kepuasan kerja karyawan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan meningkatkan kepuasan karyawan. Dalam hal ini, pembuat kebijakan dan manajer telah mengalihkan perhatian mereka untuk memberikan berbagai fasilitas kepada karyawan mereka untuk memuaskan karyawan mereka. Para pembuat kebijakan dan manajer harus fokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, jika mereka ingin meningkatkan usaha mereka (Parvin & Kabir, 2011). Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009, pelayanan
kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud untuk mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan langsung berarti apoteker seharusnya menjadi lini pertama dalam memberikan pelayanan di apotek. Apotek bukan lagi menjadi tempat jual beli komoditas seperti toko dengan aktifitas utama jual dan beli barang dan apoteker tidak lebih seperti penjaga toko. Tetapi apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian dengan aktifitas utama adalah praktek kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Apotek yang ada di kota Padang dari bulan Mai Desember tahun 2013. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan sistematik random sampel dalam pengambilan data.Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden yang merupakan apoteker yang bekerja di apotek di kota Padang dari total populasi yang berjumlah 232 apoteker yang bekerja di
apotek di kota Padang. Beberapa teknik analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji instrumen penelitian, uji kualitas data, uji statistik deskriptif dan uji beda independent sample t-test. Faktorfaktor kepuasan kerja yang diamati dalam penelitian ini adalah kondisi kerja, gaji dan promosi, perlakuan adil, keamanan kerja, hubungan dengan rekan kerja dan hubungan dengan pimpinan.
HASIL DAN DISKUSI Dari 50 responden didapatkan data bahwa responden wanita lebih banyak dari pada pria dengan jumlah 41 responden yaitu 82%. Sementara itu, kelompok umur
responden 25 tahun hingga 35 tahun berkisar 80% dengan jumlah 40 responden. Masa kerja yang terbanyak yaitu berkisar antara 1 – 5 tahun mencapai 35 responden yaitu 70%.
Tabel 1 : Profil Responden Uraian Kategori Frekuensi Persentase (%) Jenis kelamin Laki-laki 9 18 Perempuan 41 82 Umur < 25 tahun 4 8 25-35 tahun 40 80 >35 tahun 6 12 Masa kerja < 1 tahun 6 12 1-5 tahun 35 70 >5tahun 9 18 Dari hasil uji validitas dan reliabilitas ada di dalam kuesioner dinyatakan valid dan didapatkan bahwa 29 item pernyataan yang reliabel atau handal. Sehingga kuesioner ini 250
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
layak digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Metode analisis data yang digukanan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan membuat perhitungan distribusi frekwensi. Dari data hasil uji deskriptif dapat diketahui bahwa tingkat kepuasan apoteker yang bekerja di apotek di kota Padang hanya berada dalam kategori cukup puas. Dari 6 faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, faktor yang paling dominan menimbulkan
kepuasan kerja adalah variabel hubungan antara rekan kerja dengan total capaian responden sebesar 76,32% dan diikuti oleh variabel kepuasan terhadap perlakuan adil dengan total capaian responden sebesar 75,76%. Sementara itu faktor yang paling tidak menimbulkan kepuasan kerja terdapat pada variabel keamanan kerja dengan total capaian responden sebesar 59,80% yang merupakan kategori kurang puas.
Tabel 2: Kepuasan Kerja Berdasarkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi No Faktor Rata TCR Ket 1 Hubungan antara rekan kerja 3,82 76,32 Cukup 2 Perlakuan adil 3,79 75,76 Cukup 3 Kondisi kerja 3,78 75,68 Cukup 4 Hubungan dengan pimpinan 3,70 73,92 Cukup 5 Gaji dan promosi 3,29 72,79 Cukup 6 Keamanan kerja 2,99 59,80 Kurang Total 3,61 73,36 Cukup Dari hasil uji beda independent sample t-test didapatkan data bahwa berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa perempuan lebih merasa puas terhadap perlakuan adil dan kepuasan dengan hubungan antara rekan kerja. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata tertinggi pada kenyamanan kerja yaitu 3,85 dan nilai rata-
rata terendah pada kepuasan terhadap keamaan kerja yaitu 2,95. Sementara itu, untuk responden laki-laki memiliki nilai ratarata tertinggi pada kepuasan kondisi kerja yaitu 4,00 dan nilai rata-rata terendah pada kepuasan terhadap keamanan kerja yaitu 3,44.
Gambar 1. Hasil Uji Beda Demografi Jenis Kelamin
251
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Responden yang memiliki masa kerja 1 tahun hingga 5 tahun memiliki nilai rata-rata yang tinggi terhadap kepuasan perlakuan adil yaitu 3,84 dan nilai rata-rata yang rendah terhadap kepuasan keamanan kerja yaitu
3,00. Dan responden yang masa kerjanya lebih dari 5 tahun memiliki nilai rata-rata ynag tinggi kerhadap kepuasan kondisi kerja yaitu 4,17 dan nilai rata-rata yang rendah terhadap keamanan kerja yaitu 3,33.
Gambar 2. Hasil Uji Beda Demografi Masa Kerja Responden yang memiliki umur 24 tahun hingga 30 tahun memiliki rata-rata yang tinggi terhadap perlakua adil dan nilai rata-rata terendah pada kepuasan keamanan kerja yaitu 2,89. Sementara responden yang
umurnya lebih dari 30 tahun memiliki nilai rata-rata tertinggi terhadap kepuasan kondisi kerja yaitu 4,03 dan rata-rata terendah pada keamanan kerja yaitu 3,43
Gambar 3. Hasil Uji Beda Demografi Masa Kerja Kondisi kerja seperti penerangan yang cukup, suhu udara yang yang menunjang aktifitas kerja, tidak adanya polusi suara dan
puasnya dengan jam kerja. Dari data hasil penelitian diketahui bahwa kondisi kerja apoteker yang bekerja di apotek di kota
252
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
Padang hanya berada dalam kategori cukup yaitu 75,68%. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Parvin dan Kabir (2011) di dalam penelitiannya yang berjudul factors affecting employee job satisfaction of pharmaceutical sector mengatakan bahwa kondisi kerja cukup dapat mempengaruhi dari kepuasan kerja karyawan. Lebih dari 50% responden sangat menggantukan kepuasannya pada kondisi kerja yang ada di sekitar tempat dia bekerja. Menurut Newstrom (1996) kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya bekerja dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama orang-orang bekerja.Oleh sebab itu kondisi kerja yang terdiri dari faktor-faktor seperti kondisi fisik, kondisi psikologis dan kondisi sementara dari lingkungan kerja, harus diperhatikan agar para pekerja dapat merasa nyaman dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerja serta meningkatkan produktivitas. Gaji merupakan imbalan atas pekerjaan yang dilakukan seseorang untuk orang lain dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Gaji yang diterima oleh Apoteker yang bekerja di apotek yang ada di kota Padang bersifat signifikan dan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja Apoteker di apotek. Perolehan gaji yang diterima oleh Apoteker berada dalam kriteria baik dengan rata-rata jawaban responden sebesar 72,79%. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Parvin dan Kabir (2011) di dalam penelitiannya yang berjudul factors affecting employee job satisfaction of pharmaceutical sector mengatakan bahwa 60% kepuasan kerja dipengaruhi oleh gaji yang diterima oleh karyawan. Sekitar 40% lagi mengatakan bahwa gaji tidak mempengaruhi kepuasannya dalam bekerja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hardigan dan Carvajal (2007) dalm jurnal penelitian yang berjudul Job Satisfaction Among Practicing Pharmacists: A Rasch Analysis didapatkan hasil bahwa hubungan antara upah atau penghasilan dan kepuasan kerja dimulai awal dalam
pendidikan apoteker. Penelitian telah menunjukkan bahwa kenaikan 10% pada laba meningkatkan kepuasan kerja laki-laki sebesar 3,0% dan kepuasan kerja perempuan sebesar 3,7%. Selain itu, omset juga terkait dengan pendapatan upah. Gaji yang rendah adalah alasan utama mengapa apoteker meninggalkan rantai kecil atau apotek. Dari hasil penelitian, sebanyak 75,76% responden yaitu Apoteker yang bekerja di apotek di kota Padang hanya merasa cukup mendapatkan perlakuan yang adil dalam melakukan pekerjaannya di apotek. Hal ini dibuktikan dari beberapa pernyataan seperti saya merasa bangga terhadap pekerjaan yang saya lakukan di apotek sebesa 80,80% yang berada dalam kategori baik. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Parvin dan Kabir (2011) di dalam penelitiannya yang berjudul factors affecting employee job satisfaction of pharmaceutical sector mengungkapkan bahwa perlakuan adil dirasakan oleh lebih dari setengah jumlah total sampel yaitu 60,40%. Perlakuan yang adil dalam melakukan pekerjaan sangatlah mempengaruhi dari kepuasan kerja yang akan dirasakan oleh Apoteker yang bekerja di apotek yang ada di kota Padang. Dari penelitian yang dilakukan terhadap Apoteker yang bekerja di apotek di kota Padang menyatakan bahwa merasa kurangnya keamanan dalam melakukan pekerjaan dengan total jawaban yang diberikan Apoteker sebesar 59,80%. Sementara penelitian yang telah dilakukan oleh Parvin dan Kabir (2011) di dalam penelitiannya yang berjudul factors affecting employee job satisfaction of pharmaceutical sector menyatakan bahwa lebih dari 50% karyawan merasa aman dalam melakukan pekerjaannya, adanya asusansi jaminan keamanan bila terjadi kesalahan atau kecelakaan dalam melakukan pekerjaan di Industri farmasi. Salah satu penyebab utama kematian yang dipilih dalam profesi kesehatan, telah mengungkapkan bahwa apoteker memiliki tingkat kematian standar jauh lebih tinggi daripada bunuh diri, sirosis, kanker, penyakit
253
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
serebrovaskular dan penyakit jantung iskemik (Rothman & Malan, 2007). Willett dan Cooper (1996) menemukan bahwa apoteker mengalami tingkat stres yang tinggi di tempat kerja, terutama dari faktor intrinsik untuk pekerjaan mereka dan peran manajemen mereka (Rothman &Malan, 2007). Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap Apoteker yang bekerja di apotek di kota Padang menjawab bahwa 76,32% merasa terdapatnya pengaruh dari rekan kerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Parvin dan Kabir (2011) di dalam penelitiannya yang berjudul factors affecting employee job satisfaction of pharmaceutical sector bahwa rekan kerja sangat berpengaruh terhadap peningkatan tingkat kepuasan kerja dengan 80% responden menjawab puas dengan rekan kerjanya. Sebanyak 20% responden merasa tidak puas dengan rekan kerjanya. Dalam sebuah penelitian mengungkapkan bahwa perempuan yang memiliki perilaku socialoriented, sementara laki-laki menunjukkan perilaku agented yang berorientasi terhadap tugas . Dengan demikian, perempuan puas dengan pekerjaan mereka ketika mereka berinteraksi dengan orang lain yang memahami peran mereka dalam organisasi. Sebaliknya dengan lakilaki yang puas ketika orang lain menghargai kinerja mereka. Hal ini menyebabkan wanita menjadi lebih mungkin mengalami ketidakpuasan dari laki-laki, kecuali mereka memiliki spesifikasi yang jelas dari harapan peran mereka( Kim, et al., 2009). Dari hasil penelitian dilihat bahwa 73,92% Apoteker merasa puas terhadap pimpinannya. Hal ini dapat dilihat dari 5 item pernyataan puas dengan peran positif pimpinan di tempat kerja, mempunyai hubungan baik dengan pimpinan, pimpinan memberikan masukan apabila terjadi kesulitan, pemimpin yang konsisten dan pemimpin yang adil kepada bawahannya.Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pimpinan adalah Pemilik
Sarana Apotek (PSA), dimana PSA adalah pemilik modal yang ada di apotek. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Parvin dan Kabir (2011) di dalam penelitiannya yang berjudul factors affecting employee job satisfaction of pharmaceutical sector bahwa 56,20% karyawan merasa tidak puas terhadap pimpinannya. Kepuasan terhadap pimpinan sangat mempengaruhi terciptanya kepuasan kerja. Jadi, jika seorang karyawan tidak merasa puas terhadap pimpinannya, maka kemungkinan terciptanya kepuasan kerja akan sangat sedikit dan karyawan akan sangat terpaksa dalam melakukan pekerjaannya. Hubungan Apoteker dengan pimpinan sudah berjalan baik.Hal ini dirasakan oleh Apoteker karena komunikasi terjalin dengan baik dan pimpinan sangat menghargai pedapat Apoteker. Komunikasi yang terjalin baik akan dapat menimbulkan rasa nyaman dengan pimpinan sehingga meningkatkan kepuasan kerja karena merasa senang dengan pimpinan. Apoteker merasakan termotivasi dengan baik dalam menjalankan pekerjaan di apotek. Untuk menciptakan timbulnya kepuasan kerja Apoteker yang bekerja di apotek di kota Padang, maka harus sangat diperhatikannya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja tersebut. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa faktor yang paling dapat menimbulkan kepuasan dalam bekerja yang adalah hubungan antara rekan kerja di apotek tetapi faktor ini hanya mencapai kategori cukup. Faktor yang paling rendah yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja adalah faktor keamanan dalam bekerja di apotek. Total capaian responden untuk kepuasan terhadap keamanan kerja adalah berada dalam kriteria kurang. Jaminan keamanan akan sangat mempengaruhi timbulnya rasa puas dalam bekerja, karena apabila sudah terciptanya keamanan dan kenyamanan dalam bekerja maka kepuasan kerja akan timbul sehingga dapat meningkatkan kinerja dari Apoteker.
254
Prosiding Seminar Nasional dan Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV” tahun 2014
KESIMPULAN 1. Apoteker yang bekerja d apotek di kota Padang merasa cukup puas terhadap pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat dari total capaian responden, yaitu 75,68% kondisi kerja, 72,99% untuk gaji dan promosi, 72,79%, untuk perlakuan adil 75,76% untuk hubungan dengan rekan kerja 76,32% dan 73,92% untuk hubungan dengan pimpinan. 2. Apoteker merasakan kurang puas terhadap keamanan kerja, yaitu dilihat dari nilai total capaian responden 58,90%. Hal ini disebabkan karena tidak adanya jaminan karir jangka panjang dalam bekerja di apotek serta tidak adanya jamain keamanan dalam melakukan pekerjaan di apotek.
3. Perbedaan demografi seperti masa kerja, umur dan jenis kelamin sangat mempengaruhi rasa keamanan dalam bekerja. Ini dilihat dari uji beda yang menghasilkan data bahwa kepuasan terhadap kemananan kerja mempunyai nilai rata-rata yang rendah jika di bandingkan dengan kepuasan terhadap kondis kerja dan kenyaman kerja. 4. Kepuasan gaji yang dirasakan Apoteker yang bekerja di apotek di kota Padang adalah kepuasan semu, karena gaji yang diterima masih jauh di bawah standar gaji IAI. Karena tidak adanya pertauran yang mengikat tentang kedatangan Apoteker ke apotik sehingga gaji yang dibawah stnadar dirasa cukup sebab kurangnya angka beban pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA Cooper, D.R & Emory, C.W. 1996.Business Research Methods. New York: Mc. Graw-Hill Companies, Inc. Hardigan, P & Carvajal, M. 2007. Job Satisfaction among Practicing Pharmacists: A Reseach Analysis. Internet J Allied Health Sci Pract. Kim, S & Guthrie, M. 2009. The Relationship between Consumer Involment and Brand Perception Of Female Cosmetic Consumers. Journal of Brand Management. Newstrom, J.W & Davis, K. 1996. Perilaku Dalam Organisasi Edisi Ketujuh Jilid Satu. Jakarta: Erlangga. Parvin, M & Kabir, M. 2011. Factors Affecting Employee Job Satisfaction of Pharmaceutical Sector.Australian Journal of Business and Management Research.
Rothman, S. & Malan, M. 2007.Occupational stress of hospital pharmacists in South Africa. Institutional journal of pharmacy practice. Spector, P.E. 2000. Industri Dan Organisasi Psychology Reseach and Practice Secound Edition. United State: John Wiley & Sons Inc. Suryanto, D. 2005. Pengaruh Persepsi, Kemiripan Demografi AtasanBawahan, Ketertarikan Atasan Pada Bawahan, Kualitas Hubungan AtasanBawahan, Kepuasan Kerja Dan Komitmen Karyawan Terhadap Peringkat Prestasi Kerja Karyawan. Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjajaran.
255