ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK MUAMALAT INDONESIA DENGAN BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN 2009 – 2010
PENDAHULUAN Perbankan Islam adalah bentuk layanan keuangan beretika yang prinsip dasarnya bersumber dari syariah. Elemen penting dari syariah adalah larangan terhadap bunga (riba), baik nominal, sederhana atau bunga berbunga, berbunga tetap maupun berbunga mengambang. Elemen lainnya mencakup penekanan pada kontrak yang adil, keterkaitan antara keuangan dengan produktivitas, keinginan untuk membagi keuntungan dan larangan terhadap judi. Prinsip syariah tidak hanya terbatas pada konteks perbankan, melainkan juga meliputi berbagai kegiatan ekonomi dan investasi, termasuk di pasar modal dan asuransi Hodijah, (2008). Perkembangan perbankan syariah di Indonesia tak lepas dari pengelolaan pihak manajemennya. Masing-masing bank memiliki cara kerja yang berbeda dalam mengembangkan usahanya sehingga prestasi atau kinerjanya pun berlainan. Hal tersebut bisa dilihat pada laporan keuangan bank syariah. Laporan keuangan pada bank syariah dapat menunjukkan kinerja yang telah dicapai bank syariah pada suatu waktu. Kinerja keuangan tersebut dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio keuangan sehingga dapat diukur prestasinya. Selain itu, analisis rasio juga membantu manajemen dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi pada perbankan berdasarkan suatu informasi laporan keuangan baik dengan perbandingan rasio-rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang pada internal perbankan maupun perbandingan rasio perbankan
1
dengan perbankan yang lainnya atau dengan rata-rata industri pada saat titik yang sama atau perbandingan eksternal. PT Bank Muamalat Indonesia didirikan pada tahun 1991 diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia, dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992, dengan dukungan eksponen Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat. Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai Bank Syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan Budiati (2007). Dua puluh tahun beroperasi kini Bank Muamalat telah menjadi salah satu bank terkemuka di Indonesia. Pionir perbankan syariah di Indoensia ini kini mencatat Aset Rp 32.48 triliun dengan pangsa pasar sebesar 22.33% terhadap perbankan syariah nasional. Sementara Pembiayaan yang disalurkan berjumlah Rp 22.47 triliun dan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 26.66 triliun (http://www.muamalatbank.com/home/news/media_expose/2009). Sebagai follower, yang merupakan salah satu Bank pemerintah yang pertama menggunakan prinsip syariah yaitu PT Bank Syariah Mandiri. yang secara resmi mulai beroperasi tanggal 1 November 1999. BSM yang merupakan Bank pemerintah memiliki aset yang lebih besar dibandingkan dengan Bank Syariah Swasta lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya aliran dana pembiayaan dari pemerintah. Aset bank syariah berkembang pesat sepanjang 2009. Total aset bank
2
syariah tumbuh 49 persen dari Rp 79,6 triliun pada 2008 menjadi Rp 149 triliun pada tahun 2009. Dengan pencapaian tersebut, bank syariah nasional berhasil meraih 4 persen pangsa pasar aset perbankan nasional, atau naik 0,72 persen dari 2009. Pembiayaan bank syariah secara nasional pun mencapai Rp 105 triliun, atau tumbuh 50,6 persen dibanding periode yang sama. Dana pihak ketiga yang bisa dihimpun oleh bank syariah pada 2011 juga naik 51,78 persen menjadi Rp 118 triliun. (http://www.tempo.co/read/news/2010/01/23/087379107/Aset-Bank-SyariahNaik-49-Persen). Selain lebih besar dari aset Bank Syariah Swasta lainnya, PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme
usaha
dengan
nilai-nilai
rohani,
yang
melandasi
kegiatan
operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik (http://www.syariahmandiri.co.id/). Penelitian ini mengacu pada penelitian Hodijah (2008). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Hodijah (2008) antara lain: Hodijah (2008) menggunakan data laporan keuangan Bank Syariah tahun 2004 – 2008, rasio yang digunakan berupa tiga rasio yaitu melalui pendekatan likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Dalam penelitian ini menggunakan data laporan keuangan Bank Syariah tahun 2009 – 2010, dan menggunakan lima rasio keuangan yaitu rasio permodalan melalui CAR, Rasio kualitas aktiva produktif melalui NPL, rasio 3
rentabilitas melalui ROA dan ROE, rasio biaya / efisiensi melalui BOPO, dan rasio likuiditas melalui LDR. Sedangkan manfaat dari penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan informasi kepada para pengambil kebijakan dalam membuat kebijakan sehubungan dengan perbankan syariah guna meningkatkan kinerja keuangan bank yang bersangkutan.
KAJIAN PUSTAKA Bank Syariah Berdasarkan Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah bab 1 pasal 1, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Syariah. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Sedangkan Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatan memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sebaliknya Bank Pembiayaan Syariah tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Setiawati, (2010) Sedangkan menurut Antonio, (2001) Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat 4
diartikan sebagai lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW. Antonio, (2001) membedakan menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadits. Sedangkan Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam.
Prinsip Dasar Perbankan Syariah Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut : 1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah) Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Antonio, (2001). 2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing) Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah: a. Al-Mudharabah
5
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. b. Al-Musyarakah Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Arifin, (2009) 3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah) Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Abustan, (2009) Implikasinya berupa: a. Al-Murabahah Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 6
b. Salam Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat tertentu. c. Istishna’ Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. 4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah) Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. Antonio, (2001). 5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service) Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Rindawati, (2007).
Sistem Operasional Bank Syariah Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem operasional tersebut meliputi:
7
1. Sistem Penghimpunan Dana Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito Rindawati, (2007) Berbeda dengan hal tersebut, bank syariah tidak melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Antonio, (2001) Pada dasarnya, dilihat dari sumbernya, dana bank syariah terdiri atas: a. Modal Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner). b. Titipan (Wadi’ah) Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. c. Investasi (Mudharabah) Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank. 2. Sistem Penyaluran Dana (Financing) Rindawati, (2007). Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:
8
a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan murabahah, salam dan istishna’. b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah). Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya jasa. b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan mudharabah.
Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan (Kasmir, 2008). Informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. Informasi fluktuasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas 9
perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, disamping itu informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya. Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Kita menghitung berbagai rasio karena dengan cara ini kita bisa mendapat perbandingan yang mungkin akan berguna daripada berbagai angka mentahnya sendiri. Antonio, (2001) beberapa rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian terdahulu, yaitu : a.
Rasio Permodalan (Solvabilitas) Bank pada umumnya dan bank syariah pada khususnya adalah lembaga yang didirikan dengan orientasi laba. Kekuatan aspek permodalan ini memungkinkan terbangunnya kondisi bank yang dipercaya oleh masyarakat. Pengertian modal bank berdasar ketentuan Bank Indonesia dibedakan antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital dan modal pelengkap atau secondary capital. Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%) berarti bahwa bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi
10
yang cukup besar bagi profitabilitas bank (ROA) yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003).
b.
Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. Rasio NPL digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Risiko kredit yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari ketidakpastian dalam pengembaliannya atau yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur, (Hasibuan, 2007).
c.
Rasio Rentabilitas (Earning) Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rindawati (2007) Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset dan Return on Equity. 1. Return on Assets (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
11
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. 2. Return on Equity (ROE) ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public). d.
Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional) Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Abustan (2009)
e.
Rasio Likuiditas (Liquidity) Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali 12
kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya.
Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Hodijah (2008) mengenai
analisis
perbandingan kinerja keuangan bank melalui pendekatan likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas pada bank muamalat indonesia, bank syariah mandiri, dan bank mega syariah Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas pada ketiga bank syariah tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan. Rahmawati, 2008 melakukan penelitian mengenai analisis komparasi kinerja keuangan antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia periode 1999-2001. Hasil menunjukan bahwa Kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong sebagai Bank umum yang kurang likuid, solvabel, kurang profitabel, dan kurang efisien. Sementara kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi selama periode 2000-2001 kurang likuid, tetapi cukup solvabel, profitabel, dan efisien. Sedangkan Kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong likuid, unsolvable, kurang profitabel dan kurang efisien. Sementara kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 2000 tergolong likuid, kurang solvabel dan profitabel, tetapi
13
cukup efisien. Sedangkan pada tahun 2001, kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi tergolong likuid, unsolvable, profitabel, dan efisien. Kusumo, 2008, dengan penelitian analisis kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri periode 2002 – 2007 (dengan Pendekatan PBINo. 9/1/PBI/2007). Hasil penelitian menunjukan Dilihat dari rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) mencerminkan bahwa BSM memiliki modal yang sangat kuat, sehingga jika terjadi kerugian pihak bank dapat menanggung kerugian tersebut dengan modal yang dimilikinya. Bagi nasabah yang memiliki simpanan dana di BSM tidak perlu takut dan khawatir, karena keamanan dananya dijamin oleh pihak bank dengan modal sangat kuat yang dimilikinya. Dilihat dari rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) ini mencerminkan bahwa BSM belum dapat mengelola aktiva produktif yang dimilikinya dengan baik, karena aktiva produktif BSM yang diklasifikasikan dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan bahkan macet selama enam periode perhitungan rata-ratanya sebesar 5%. Sugiharto (2009), dengan penelitian analisis perbandingan kinerja keuangan bank melalui pendekatan likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah Indonesia. Hasil penelitian menunjukan rasio likuiditas memperlihatkan Quick Ratio dari ketiga bank syariah mengalami pergerakan naik turun dengan hasil akhir peningkatan rasio pada Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri. CAR dari ketiga bank syariah berada diatas standar minimum dari Bank Indonesia. Rasio rentabilitas menunjukkan ROA yang baik pada Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri karena rasionya berada di atas rasio minimum yang ditetapkan Bank 14
Indonesia, sedangkan untuk Bank Mega Syariah Indonesia di akhir periode penelitian memiliki rasio di bawah standar Bank Indonesia.
METODE PENELITIAN Jenis Dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang berupa laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri tahun 2009-2010. Data ini diperoleh dari sumbernya yakni melalui situs perusahaan bank sampel. Pengukuran Konsep a. Rasio permodalan, yang menggunakan rasio CAR, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI, 2003). CAR
=
Modal ATMR
x 100 %
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
Penggolongan dari Rasio (CERTIF, 2006): - Sehat
:
8,0%
- Kurang Sehat
:
6,5 – 8,0%
- Tidak Sehat
: < 6,5
b. Rasio kualitas aktiva produktif, yang menggunakan oleh NPL. NPL =
Total Kredit Bermasalah Total Seluruh Kredit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
Penggolongan dari Rasio (CERTIF, 2006): - Sehat
: 0,00% -
10,35%
- Cukup Sehat
: 10,35% -
- Kurang Sehat
: > 12,60% -
12,60% 14,85% 15
- Tidak Sehat
: > 14,85%
c. Rasio rentabilitas, menggunakan rasio ROA ROA =
laba sebelum pajak rata − rata Total Aktiva
x100 %
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
Penggolongan dari Rasio (CERTIF, 2006):: - Sehat
: > 1,215 %
- Cukup Sehat
:
0,999% - < 1,215%
- Kurang Sehat
:
0,765% - < 0,999%
- Tidak Sehat
: < 0,765
d. Rasio Rentabilitas, yang menggunakan ROE
ROE =
Laba bersih x100 % Modal sendiri
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)
- Sehat
: > 1,215 %
- Cukup Sehat
: 0,999% - < 1,215%
- Kurang Sehat
: 0,765% - < 0,999%
- Tidak Sehat
: < 0,765
e. Rasio biaya/efisiensi bank, yang menggunakan rasio BOPO BOPO =
Biaya Operasiona l Pendapa tan Operasiona l
x100 % . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5)
Penggolongan dari Rasio (CERTIF, 2006): - Sehat
: < 93,52%
16
- Cukup Sehat
: > 93,52% - 94,72%
- Kurang Sehat
: > 94,72% - 95,92%
- Tidak Sehat
: > 95,92%
f. Rasio Likuiditas, yang menggunakan rasio LDR LDR = Total Kredit Yang Diberikan x 100% . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (6) Dana Pihak Ketiga Penggolongan dari Rasio (CERTIF, 2006): - Sehat
: < 94,75%
- Cukup Sehat
: > 94,75% - 98,50%
- Kurang Sehat
: > 98,50% - 102,25%
- Tidak Sehat
: > 102,25%
Teknik Analisis Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif berupa perbandingan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri. Langkah-langkah analisis antara lain: 1. Menganalisis dan membandingkan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri tahun 2009-2010 secara time series. 2. Menganalisis dan membandingkan kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri tahun 2009-2010 secara cross section.
17
ANALISIS DATA Statistik Deskriptif Data deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini, serta dapat menunjukkan nilai minimum, maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi dari masing-masing variabel penelitian yang meliputi variabel CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR. Hasil olah data deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 Hasil Olah Data Deskriptif Bank Muamalat Indonesia 2009-2010
Rasio CAR NPL ROA ROE BOPO LDR
Minimum Maximum (%) (%) 13.26 13.83 0.20 0.53 4.79 13.93 16.18 18.36 57.30 60.62 78.28 95.22
Sumber: olahan SPSS
Mean (%) 13.55 0.37 9.36 17.27 58.96 86.75
Kriteria Bank Indonesia Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
Berdasarkan hasil perhitungan di atas tampak bahwa rasio keuangan yang memiliki nilai terendah (minimum) adalah rasio NPL dan nilai teringgi (maximum)
adalah
rasio
keuangan
LDR
sebesar
78,28.
Hal
tersebut
menidentifikasikan bahwa walau nilai terendah NPL sebesar 0,20 akan tetapi tingkat pengembalian kredit dari nasabah mengalami kenaikan. Sehingga kinerja bank Muamalat Indonesia selama tahun 2009-2010 dapat dikatakan baik dan didukung dengan nilai maksimum LDR, hal ini Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para
18
nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya.
Tabel 2 Hasil Olah Data Deskriptif Bank Syariah Mandiri 2009-2010
Rasio CAR NPL ROA ROE BOPO LDR
Minimum Maximum (%) (%) 8.49 8.58 0.54 0.69 2.87 3.06 26.58 32.55 70.16 74.01 60.43 69.62
Mean (%) 8.54 0.62 2.97 29.57 72.09 65.03
Kriteria Bank Indonesia Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
Sumber: olahan SPSS
Berdasarkan hasil perhitungan di atas tampak bahwa rasio keuangan yang memiliki nilai terendah (minimum) adalah rasio NPL dan nilai teringgi (maximum) adalah rasio keuangan BOPO sebesar 74,01. Hal tersebut menidentifikasikan bahwa walau nilai terendah NPL sebesar 0,54 akan tetapi tingkat pengembalian kredit dari nasabah mengalami kenaikan. Sehingga kinerja bank Syariah Mandiri selama tahun 2009-2010 dapat dikatakan baik dan didukung dengan nilai maksimum BOPO Hal ini menandakan bahwa bank mampu melakukan kegiatan operasinya dengan baik.
Kinerja Bank Muamalat Indonesia Tahun 2009-2010 Berikut akan disajikan tabel yang menjelaskan kinerja Bank Muamalat Indonesia selama tahun 2009-2010 berdasarkan rasio CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR.
19
Tabel 3 Kinerja Bank Muamalat Indonesia Tahun 2009-2010
Tahun Rasio CAR NPL ROA ROE BOPO LDR
2009 (%) 13.83 0.20 13.93 16.18 57.30 78.28
2010 (%) 13.26 0.53 4.79 18.36 60.62 95.22
Kinerja (%)
Keterangan
- 0.04 0.62 - 1.91 0.12 0.05 0.18
Turun Naik Turun Naik Naik Naik
Sumber: Laporan Keuangan Bank Muamalat Indonesia 2009 – 2010 (IDX, 2010)
Secara umum hasil perhitungan CAR tahun 2009 dan tahun 2010 telah mampu memenuhi standar minimal yang ditetapkan BI sebesar 8%, sehingga rasio kecukupan modal Bank Muamalat Indonesia telah memenuhi kriteria, dan masuk kedalam jajaran Bank yang berkinerja baik dan sehat. Meski mengalami penurunan sebesar 0,04 % akan tetapi turunnnya CAR masih dalam batas aman CAR minimum 8% (Rindawati, 2007), hal tersebut menunjukan bahwa kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan cukup baik.
NPL bank selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 0,62 %. Hal tersebut dapat mengidentifikasi bahwa tingkat pengembalian kredit dari nasabah mengalami kenaikan. Sehingga kinerja bank Muamalat Indonesia selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 dapat dikatakan baik. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank cukup baik. Dari hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa ROA Bank Muamalat Indonesia selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 mengalami penurunan 20
sebesar 1,91 %. Penurunan tersebut menandakan bahwa Bank Muamalat Indonesia kurang baik dalam kinerjanya, terutama dalam hal meningkatkan perolehan laba. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan dapat dikatakan baik selama periode penelitian. ROE tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 yang meningkat sebesar 0,12 %, dapat dilihat bahwa Bank Muamalat Indonesia mampu meningkatkan tingkat ROE nya setiap tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa bank mampu meningkatkan tingkat laba bersihnya dengan mengandalkan Modal Sendiri (Ekuitas) yang dimiliki Bank Muamalat Indonesia, yang berarti bahwa mampu memperbaiki kinerja keuangannya dalam hal perolehan laba. Jika dilihat dari tingkat kesehatan Bank, dan berdasarkan Batasan nilai minimum Bank Indonesia, nilai ROE Bank Muamalat Indonesia tahun 2009 dan tahun 2010 tergolong sehat, karena berada diatas 1,215 % (Rindawati, 2007) Rasio BOPO Bank Muamalat Indonesia tahun 2009 sampai dengan tahun 2010, meningkat sebesar 0.05 %. Hal ini menandakan bahwa bank mampu melakukan kegiatan operasinya dengan baik. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh LDR tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 terdapat kenaikan sebesar 0.18 %. Akan tetapi berdasarkan ketentuan Bank Indonesia yang telah menetapkan tingkat kesehatannya seharusnya sama dengan 94,75% atau kurang, maka LDR Bank Muamalat Indonesia hanya berada dalam tahap yang cukup baik. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan
21
dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya cukup baik selama periode penelitian.
Kinerja Bank Mandiri Syariah Tahun 2009-2010 Berikut akan disajikan tabel yang menjelaskan kinerja Bank Syariah Mandiri selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 berdasarkan rasio CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Tabel 4 Kinerja Bank Mandiri Syariah Tahun 2009-2010
Tahun Kinerja CAR NPL ROA ROE BOPO LDR
2009 (%) 8.58 0.54 2.87 26.58 74.01 60.43
2010 (%) 8.49 0.69 3.06 32.55 70.16 69.62
Kinerja (%) -1.06 21.74 6.21 18.34 -5.49 13.20
Keterangan Turun Naik Naik Naik Turun Naik
Sumber: Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri 2009 – 2010 (IDX, 2010)
Secara umum hasil perhitungan CAR di atas telah mampu memenuhi standar minimal yang ditetapkan BI sebesar 8% meski mengalami penurunan sebesar 1,06 %, sehingga rasio kecukupan modal Bank Syariah Mandiri telah memenuhi kriteria, dan masuk ke dalam jajaran Bank yang berkinerja baik dan sehat. Hal tersebut menunjukan bahwa kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan cukup baik.
22
NPL bank selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 21,74 %. Hal tersebut dapat mengidentifikasi bahwa tingkat pengembalian kredit dari nasabah mengalami kenaikan. Sehingga kinerja Bank Syariah Mandiri selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 dapat dikatakan baik. Hal tersebut menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank cukup baik. Dari hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa ROA bank mengalami peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar 6,21 %. Meskipun dalam gambaran
umum
kemampuan
bank
untuk
menghasilkan
laba
dengan
mengandalkan aktivanya masih terlalu kecil, akan tetapi kecenderungan naiknya ROA dari tahun 2009 ke tahun 2010 menandakan bahwa Bank Syariah Mandiri berusaha untuk memperbaiki kinerjanya, terutama dalam hal meningkatkan perolehan laba. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan dapat dikatakan baik selama periode penelitian. Berdasarkan
hasil
perhitungan,
Bank
Syariah
Mandiri
mampu
meningkatkan ROE nya sebesar 18,34 %. Hal ini mengindikasikan bahwa bank mampu memperbaiki kinerja keuangannya dalam hal perolehan laba dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil perhitungan rasio BOPO Bank Syariah Mandiri tahun 2009 sampai dengan tahun 2010, menunjukan adanya penurunan sebesar 5,49 %. Bank Syariah Mandiri harus lebih memperbaiki kondisi rasio Beban Operasional dengan cara meningkatkan efisiensi dalam melakukan kegiatan operasinya.
23
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh LDR tahun 2009 sampai dengan tahun 2010 meningkat sebesar 13,20 %. Meningkatnya presentase LDR ini menunjukkan makin baiknya kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kreditkredit yang telah diberikan kepada para debiturnya cukup baik.
Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2009 Berikut grafik mengenai kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2009 melalui CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Grafik 1 Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2009
Pada Grafik di atas, terlihat bahwa Bank Muamalat Indonesia memiliki rata-rata (mean) rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 13,83 %, lebih tinggi
24
bila dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 8,58%. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa semakin tinggi nilai CAR dengan perhitungan risiko pembiayaan dan risiko pasar, maka semakin baik kinerja bank tersebut. Hal itu menjelaskan bahwa selama periode 2009 sampai dengan 2010 Bank Muamalat Indonesia memiliki nilai CAR terhadap risiko pembiayaan dan risiko pasar yang lebih baik bila dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri. Bank Muamalat Indonesia memiliki NPL lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai mean Bank Syariah Mandiri, yaitu sebesar 0,54%. Hal tersebut mengidentifikasikan bahwa kinerja Bank Syariah Mandiri selama tahun 2009 dalam tingkat pengembalian kredit dari nasabah lebih baik di bandingkan Bank Muamalat. Bank Syariah Mandiri memiliki rasio Return On Assets (ROA) sebesar 2,87 %, lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai mean Bank Muamalat Indonesia, yaitu sebesar 13,93 %. Hal itu menjelaskan bahwa selama tahun 2009, Bank Muamalat Indonesia memiliki nilai ROA yang lebih baik bila dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri.Hal tersebut mengidentifikasi bahwa semakin tinggi nilai Return On Assets (ROA), maka semakin baik kinerja bank tersebut. ROE Bank Syariah Mandiri pada tahun 2009 sebesar 26,58 % yang lebih tinggi dari Bank Muamalat Indonesia sebesar 16,18 %. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa selama tahun 2009 kinerja Bank Syariah Mandiri dalam meningkatkan tingkat laba bersihnya dengan mengandalkan Modal Sendiri (Ekuitas) lebih baik dari Bank Muamalat Indonesia. Bank Syariah Mandiri memiliki rasio Beban Operasional berbanding Pendapatan Operasional (BO/PO) sebesar 74,01 %, lebih tinggi bila dibandingkan
25
dengan Bank Muamalat Indonesia, yaitu sebesar 57,30 %. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa Bank Syariah Mandiri memiliki nilai BOPO yang lebih baik bila dibandingkan dengan Bank Muamalat Indonesia. LDR Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2009 sebesar 78,28 % yang lebih tinggi dari Bank Syariah Mandiri sebesar 60,43 %. Hal tersebut menandakan bahwa selama tahun 2009 kinerja Bank Muamalat Indonesia dalam kemampuan likuiditasnya lebih baik dari Bank Syariah Mandiri.
Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2010 Berikut grafik mengenai kinerja keuangan Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2010 melalui CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Grafik 2 Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Tahun 2010
26
Pada Grafik di atas, terlihat bahwa Bank Muamalat Indonesia memiliki rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan memperhitungkan risiko pembiayaan dan risiko pasar sebesar 13,26 %, lebih tinggi bila dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 8,49 %. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa pada tahun 2010 Bank Muamalat Indonesia memiliki nilai CAR terhadap risiko pembiayaan dan risiko pasar yang lebih baik bila dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri. Bank Muamalat memiliki NPL sebesar 0,53 % yang lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai mean Bank Syariah Mandiri, yaitu sebesar 0,69%. Hal tersebut menandakan bahwa kinerja Bank Syariah Mandiri selama tahun 2010 dalam tingkat pengembalian kredit dari nasabah lebih baik di bandingkan Bank Muamalat Indonesia. Bank Syariah Mandiri memiliki rasio Return On Assets (ROA) sebesar 3,06 %, lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai mean Bank Muamalat Indonesia, yaitu sebesar 4,79 %. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik kinerja bank tersebut. Hal itu menjelaskan bahwa selama tahun 2010, Bank Muamalat Indonesia memiliki nilai ROA yang lebih baik bila dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri. ROE Bank Syariah Mandiri pada tahun 2010 sebesar 32,55 % yang lebih tinggi dari Bank Muamalat sebesar 18,36 %. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa selama tahun 2010 kinerja Bank Syariah mandiri dalam meningkatkan tingkat laba bersihnya dengan mengandalkan Modal Sendiri (Ekuitas) lebih baik dari Bank Muamalat Indonesia.
27
Bank Syariah Mandiri memiliki rasio Beban Operasional berbanding Pendapatan Operasional (BO/PO) sebesar 70,16 %, lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai mean Bank Muamalat Indonesia, yaitu sebesar 60,62 %. Bank Syariah Mandiri memiliki nilai BO/PO yang lebih baik bila dibandingkan dengan Muamalat Indonesia. LDR Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2010 sebesar 95,22 % yang lebih tinggi dari Bank Syariah Mandiri sebesar 69,62 %. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa selama tahun 2010 kinerja Bank Muamalat Indonesia dalam kemampuan likuiditasnya lebih baik dari Bank Syariah Mandiri.
KESIMPULAN Hasil analisis rasio keuangan tahun 2009-2010 Bank Muamalat Indonesia melalui CAR, ROA, dan LDR lebih baik dibanding dengan Bank Syariah Mandiri. Akan tetapi melalui NPL, ROE, dan BOPO Bank Syariah Mandiri lebih baik dibanding Bank Muamalat Indonesia. Secara keseluruhan analisis rasio keuangan Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri tahun 2009-2010 melalui CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR menunjukkan bahwa berada diatas batas standar minimum dari Bank Indonesia, dan tidak ada perbedaan yang signifikan sehingga dapat dikatakan kinerja Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri tahun 2009-2010 baik.
28
Keterbatasan dan Saran Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan obyek penelitian bank yang di publikasikan dan dari kelengkapan laporan keuangannya, sehingga penulis hanya meneliti Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri. Berdasarkan keterbatasan tersebut, maka peneliti menyarankan agar penelitian yang akan datang, menambah obyek penelitian Bank Syariah.
29
DAFTAR PUSTAKA Abustan, 2009 “Analisa Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional”, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma (tidak dipublikasikan). Arifin Zainul, 2003, “Dasar-dasar Bank Syari’ah“, Azkia Publisher, Jakarta. Budiati Andika, 2007 “Pengaruh Tingkat . . . ”, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan”, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Hakim, R. 2006. “Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Metode EVA, ROA dan Pengaruhnya Terhadap Retun Saham Pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta.” Skripsi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Hodijah, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank melalui pendekatan likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas pada bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah Indonesia”, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, (tidak dipublikasikan). Iman Hilman, et al., “Perbankan Syari’ah Masa Depan”, Senayan Abadi Publishing, Jakarta, 2003. Kasmir. 2008. “Manajemen Perbankan”, Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Rahmawati Isna, 2008, “Analisis Komparasi Kinerja Keuangan antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia”, Fakultas Ekonomi Islam, STAIN Surakarta-SEM Institute, Yogyakarta (tidak dipublikasikan) Rindawati Ema, 2007, “Analisa Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional”, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta (tidak dipublikasikan) . Setiawati Koosrini, 2010, “Pengaruh Rasio Camel Terhadap Praktik Manajemen Laba di Bank Umum Syariah”, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang (tidak dipublikasikan). Syafi’I Antonio, 2001, “Bank Syariah Dari Teori ke Praktik”, Gema Insani Press, Jakarta.
30
Bank Indonesia http://www.bi.go.id/ Bank Muamalat http://www.muamalatbank.com/ http://www.muamalatbank.com/home/news/media_expose/2029 Bank Syariah Mandiri http://www.syariahmandiri.co.id/
31