ANALISIS PENGGUNAAN DEIKSIS TEMPAT DAN WAKTU DALAM NOVEL SURGA RETAK KARYA SYAHMEDI DEAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh NIKA ARDIANA NIM 100388201351
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Hidup adalah perjuangan. Niatmu adalah cara untuk menggapai impian dan selama niatmu masih ada dalam dirimu semua rintangan berat akan dapat kau lalui.
Berilah mereka yang membenci dan mencacimu senyuman. Ikhlas adalah kunci agar kau tidak membalas semua yang telah diperbuat mereka. Biarlah manusia menilaimu buruk karena penilaian yang penting dalam hidupmu adalah penilaian dari Tuhan Yang Maha Esa.
Tidak ada kata gagal selagi kita mau berusaha…
Tidak ada kata terlambat selagi kita masih dapat berusaha, berjuang, dan berdoa..
Yakinlah pada dirimu dan niatkan dalam hatimu!!!
HORAS…….
SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK: Almarhum Ayahku tercinta Walmen Turnip (+) skripsi ini kupersembahkan khusus untukmu. Terima kasih karena impianmu aku dapat sampai di titik ini.
Ibundaku tersayang Tiurdelina br. Sihaloho yang tak henti memberikan doa dan motivasi. Terima kasih atas segala yang telah ibu berikan serta perjuangan yang tak kenal lelah demiku dan keluarga ini. Semoga kelak aku dapat membahagiakanmu.
Kak Friska, Kak Puji, Kak Roma, dan Abangku Yengki yang tak ada hentinya mendukung serta memotivasi dari awal penulisan sampai selesainya skripsi ini. Terima kasih atas semangat dan doa serta dukungan materi dan non materi yang kalian berikan padaku…
Untuk sepupu –sepupuku Yosri, Imron, Lisa, dan Cindy yang selalu membantuku dalam membuat skripsi ini. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya….
Untuk sahabatku Denysh, Tatik, Dhepot / Devi, Ria, Jafri, serta Febri dan yang tak dapat ku sebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan, motivasi, serta membantu dalam pembuatan skripsi ini…
Untuk Pak Zul (perpus) terima kasih atas nasehat serta motivasinya dan untuk bang epi terima kasih atas motivasi plus ejekkannya sehingga membuat aku makin terpacu dalam menyelesaikan skripsi ini….
Terima kasih untuk kalian semua yang telah menyemangatiku….
ABSTRAK Nika Ardiana. 2016. Analisis Penggunaan Deiksis Tempat dan Deiksis Waktu dalam Novel Surga Retak Karya Syahmedi Dean. Skripsi. Tanjungpinang; Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Dra. Hj. Isnaini Leo Shanty, M.Pd. Pembimbing II: Titik Dwi Ramthi Hakim, M.Pd. Kata kunci : Analisis, deiksis tempat, deiksis waktu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan deiksis tempat dan waktu dalam novel Surga Retak karya Syahmedi Dean. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu gambaran suatu keadaan yang berlangsung tidak hanya menggumpulkan data saja tetapi sekaligus menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan. Data dari penelitian ini bersumber dari novel Surga Retak karya Syahmedi Dean. Penggunaan deiksis tempat dan deiksis waktu dalam novel Surga Retak karya Syahmedi Dean, dapat dilihat dari contoh deiksis tempat dan waktu sebagai berikut: (1) Contoh deiksis tempat yang terdapat dalam novel Surga Retak karya Syahmedi Dean yang terbit pada Juli 2013 adalah di sini, di sana, di situ, ke sini , ke sana , ke situ, dan dari sini. (2) Contoh deiksis waktu yang terdapat dalam novel Surga Retak karya Syahmedi Dean yang terbit pada Juli 2013 adalah nanti, tadi, sekarang, lusa, esok, besok, kemarin, dan dulu.
ABSTRACT Nika Ardiana. 2016. Analysis the use of deixis place and time deixis in the Novel Surga Retak by Syahmedi Dean. Essay. Tanjung Pinang; Education Department of Language and Literature of Indonesia. Faculty of Teacher Training and Education. Maritime University of Raja Ali Haji. Advisor : Dra. Hj. Isnaini Leo Shanty, M.Pd. Co-Advisor: Point Dwi Ramthi Hakim, M.Pd.
Keywords: Analysis, place deixis, time deixis. This research was to analyze the use of deixis place and time in the novel Surga Retak by Syahmedi Dean. This research is a qualitative descriptive study. The method used is descriptive method. Descriptive method is a picture of a situation that goes not only used data alone but simultaneously analyze, interpret, and concluded. Data from this study comes from the novel Surga Retak by Syahmedi Dean. The use of deixis place and deixis time in the novel Surga Retak by Syahmedi Dean, can be seen from the example deixis of place and time as follows: (1) Examples of deixis places that exist in the novel Surga Retak by Syahmedi Dean, published in July 2013 are di sini, di sana, di situ, ke sini, ke sana, ke situ and dari sini. (2) Examples of deixis time contained in the novel Surga Retak by Syahmedi Dean, published in July 2013 are nanti, tadi, sekarang, lusa, esok, besok, kemarin and dulu.
KATA PENGANTAR Peneliti mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan pencerahan pikiran serta membimbing peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penggunaan Deiksis Tempat dan Deiksis Waktu pada Novel Surga Retak Karya Syahmedi Dean”
Dalam skripsi ini peneliti menemui hambatan, berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, hambatan dan halangan yang ditemui dalam penulisan skripsi ini dapat teratasi. Dalam kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Syafsir Akhlus, M. Sc, selaku rektor Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang Kepulauan Riau, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menuntut ilmu di kampus ini. 2. Drs. H. Abdul Malik, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta dosen mata kuliah Penelitian dan Pengajaran Bahasa Indonesia yang telah memberikan banyak dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Indah Pujiastuti, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberi pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Pembimbing I, Dra. Hj. Isnaini Leo Shanty,M.Pd, terima kasih atas pengarahan, dan setiap waktu bimbingan yang selalu memberikan peneliti ilmu dan pemahaman baru mengenai berbagai hal serta disela-sela kesibukan
itu beliau bisa meluangkan waktu untuk memperhatikan, membantu peneliti dan memotivasi peneliti agar cepat dapat menyelesaikan skripsi ini. 5.
Pembimbing II, Titik Dwi Ramthi Hakim, M.Pd, terima kasih yang telah dengan sabar dan teliti membantu, memberikan koreksi dan memberikan masukan kepada peneliti serta dukungan yang berarti selama penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti semenjak awal perkuliahan. 7. Persembahan khusus untuk kedua orang tua yang tersayang Almarhum Ayahanda Walmen Turnip (+) dan Ibunda Tiurdelina br. Sihaloho, terima kasih atas kasih sayang, dukungan, motivasi, dan doa yang senantiasa diberikan untuk peneliti, baik materi maupun non materi yang tak terkira demi tercapainya masa depan peneliti hingga saat ini 8. Untuk kakak Friska, kakak Puji, kakak Roma, dan abang Yengki, terima kasih atas dukungan materi dan non materi, motivasi, serta doa yang telah diberikan kepada peneliti. 9. Teman-teman dan sahabat – sahabat yang telah memberikan masukan dalam bentuk kritik dan saran yang membangun, sehingga penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini sederhana masih belum sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati peneliti menerima saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini berguna bagi peneliti maupun bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Maritim Raja Ali Haji. Atas segala bantuan dari semua pihak yang telah membantu sehingga tersusunnya skripsi, peneliti sekali lagi mengucapkan terima kasih.
Tanjungpinang, Agustus 2016
Peneliti,
DAFTAR ISI COVER ………………………………………..……………………………………... i KATA PENGANTAR ………………………………………..…………………….. ii DAFTAR ISI …………………………………………………….………………..… v DAFTAR TABEL ………………………………………………………...………. viii ABSTRAK ………………………………………………………………….……… ix ABSTRACT …………………………………………………………………..……. xi BAB I Pendahuluan ……….……………………………………………………….... 1 1.1
Latar Belakang ………………………………………………………………. 1
1.2
Pembeberan Masalah ………………………………..…………………..…... 7
1.3
Pembatasan Masalah …………………………………………………....…… 7
1.4
Perumusan Masalah …………………………..……..…………………….... 8
1.5
Tujuan Penelitian ……………………………………………………………. 8
1.6
Manfaat Penelitian …………………………………………………………... 9
1.6.1
Manfaat Teoretik …………………………………………………….……… 9
1.6.2
Manfaat Praktik ………………………………………………………….….. 9
1.7
Definisi Istilah …………………………………………………..……...….. 10
BAB II Landasan Teori ……..……………………..……….……………………… 11 2.1 Kerangka Teoretis …………………………………………………………….... 11 2.1.1 Pragmatik ……………………………………………………………..…..….. 11 2.1.2 Deiksis ………………………………………………………………..…….... 12
2.1.3 Jenis-Jenis Deiksis ………………………………………..………………..… 14 2.2 Asumsi ………………………………………………………..………………... 18 2.2.1 Asumsi Filosofis ………………………………………………………..…..... 18 2.2.2 Asumsi Substanstif …………………………………………………………... 18 2.2.3 Asumsi Prosedural ………………………………………………………..….. 18 2.3 Penelitian yang Relevan ..…………………………………………………….... 19 2.4 Kerangka Konseptual ………………………………………………………..…. 23 BAB III Metodologi Penelitian ...……………………………………………….…. 24 3.1 Objek Penelitian ……………………………………………………………...… 24 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………………..…… 24 3.2.1 Tempat Penelitian ………………………………………………………….… 24 3.2.2 Waktu Penelitian …………………………………………………………..… 25 3.3 Metode dan Teknik Penelitian …………………………………………………. 26 3.4 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………….…. 26 3.5 Teknik Analisis Data ………………………………………………………...… 28 3.6 Instrumen Penelitian ………………………………………..………………….. 30 BAB IV Hasil Penelitian ………...……………………………………...…….…… 31 4.1 Deiksis Tempat……………………………………………………………....… 31 4.2 Deiksis Waktu………………………………………………………………....... 71 BAB V Pembahasan ……...…...………………………………………………….... 99 5.1 Deiksis Tempat………..………………………………………………………... 99 5.2 Deiksis Waktu ……..………………..………………………………………… 135
BAB VI Simpulan dan Saran …..……….………..……………………………….. 161 6.1 Simpulan ……………………..……………………………………………….. 161 6.2 Saran ………………………………..……………………...…………………. 163 DAFTAR PUSTAKA ………………………………..………………………….... 164
DAFTAR TABEL
1. Waktu Penelitian…………………………………………………..……..… 25 2. Instrumen Penelitian …………………………………………………..…… 30 3. Data Deiksis Tempat ……………..……………..……………..…………... 31 4. Data Deiksis Waktu …………………………..…………………….....…… 70
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa merupakan salah satu hasil budaya manusia yang sangat tinggi nilainya karena dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat di sekitarnya. Wacana tulis merupakan satuan bahasa yang dapat memberikan gagasan, pikiran atau ide dan konsep yang dapat dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan). Wacana lisan dan tulisan direalisasikan oleh unsur gramatikal dan leksikal.
Dengan bahasa pula, manusia dimungkinkan dapat berkembang dan mengabstraksikan berbagai gejala yang muncul di lingkungannya. Jelaslah bahwa bahasa sangat penting peranannya dalam kehidupan sosial. Komunikasi akan berjalan dengan lancar apabila sasaran bahasa yang digunakan tepat. Artinya bahasa itu dipergunakan sesuai dengan situasi dan kondisi penutur dan sifat penuturan itu dilaksanakan. Hal ini sangat bergantung pada faktor penentu dalam tindak bahasa atau tindak komunikasi, yaitu lawan
bicara, tujuan pembicara, masalah yang dibicarakan, dan situasi. Penggunaan bahasa seperti inilah yang disebut pragmatik.
Pragmatik merupakan kajian tentang cara bagaimana para penutur dan petutur dapat memakai dan n sesuai dengan konteks situasi yang tepat, (Mulyana, 2005:78). Dalam setiap bahasa terdapat banyak kata dan ekspresi yang referensi - referensinya seluruhnya berdasandar pada keadaan-keadaan ucapan tersebut dan hanya dapat dipahami bila seseorang mengenal serta memahami situasi dan kondisi tersebut, aspek pragmatik seperti ini yang disebut deiksis, (Tarigan, 2009:31).
Menurut Chaer dan Agustina, (2010:57), deiksis adalah hubungan antara kata yang digunakan di dalam tindak tutur dengan refren kata itu yang tidak tetap atau dapat berubah dan berpindah. Kata-kata yang referen kata itu yang tidak tetap atau dapat berubah dan berpindah. Kata-kata yang referennya bisa menjadi tidak tetap ini disebut kata-kata deiktis, kata-kata yang referensnya deiksis ini, antara lain, adalah kata-kata yang berkenaan dengan persona ( dalam tindak tutur berkenaan dengan pronomina), tempat ( dalam tindak tutur berupa kata-kata yang menyatakan tempat, seperti di sini, di sana, di situ), dan waktu ( dalam tindak tutur menyatakan waktu, seperti tadi,
besok, nanti, dan kemarin). Sebagai alat komunikasi bahasa diaplikasikan penggunaannya dalam bentuk karya sastra di antaranya berupa novel, apabila tidak terdapat deiksis maka terdapat kesulitan untuk memahami makna yang akan disampaikan pada novel tersebut.
Purwo (1984:1) menjelaskan bahwa sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti – ganti, tergantung pada siapa yang menjadi si pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Deiksis adalah lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau kegiatan yang sedadang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara.
Dalam lahirnya sebuah novel tidak terlepas dari penggunaan deiksis tempat dan waktu, karena dalam sebuah novel akan mengandung unsur tempat dan waktu yang disampaikan oleh setiap pengarang dengan cara yang berbeda. Deiksis tempat dalam novel dapat digambarkan dengan lokasi atau suasana yang sedang dialami oleh tokoh. Sedangkan, deiksis waktu dalam novel dapat digambarkan dengan situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh tokoh.
Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel merupakan salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Dalam sebuah novel pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca pada gambaran – gambaran kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.
Peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan tentang deiksis secara umum karena menurut pandanagan peeliti masyarakat terutama
mahasiswa
kurang
mengerti
pembelajaran
deiksis,
permasalahan ini disebabkan oleh adanya sikap bangsa Indonesia ( masyarakat)
terkadang
menganggap
mudah
pelajaran
bahasa
Indonesia. Mereka merasa bahasa indonesia tidak perlu lagi dipelajari karena bahasa indonesia merupakan bahasa yang digunakan seharihari padahal banyak sekali materi- materi yang dapat dipelajari pada bahasa indonesia terutama deiksis.
Masalah lain yang diamati oleh peneliti yaitu mahasiswa terutama FKIP UMRAH kurang mengerti apa itu yang dimaksudkan dengan deiksis.
Banyak sekali mahasiswa yang hobi membaca
terutama novel, namun ketika mereka membaca novel terkadang
mereka hanya menikmati unsur estetiknya saja tanpa memperhatikan ilmu bahasa yang terdapat dalam novel tersebut seperti konjungsi, tata bahasa, tanda baca, dan terutama deiksis. Masalah lain yang diamati oleh peneliti keterbatasan buku yang terdapat di perpustakaan terutama perpustakaan FKIP UMRAH belum memenuhi kebutuhan mahasiswa.
Novel Surga Retak adalah salah satu novel yang ditulis atau dikarang oleh Syahmedi Dean dan di terbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, novel ini menggambarkan bagaimana masyarakat kecil berjuang dengan caranya untuk bertahan hidup serta kisah cinta yang dramatis dari Suri dan Murad memberikan warna tersendiri bagi novel ini, paduan yang menarik antara sejarah, lika-liku kehidupan serta misteri yang terjadi di tanah Deli pada tahun 1980-an. Mengenai seorang gadis yang mempertanyakan apa itu hidup tetapi tidak kunjung mendapat jawaban, lalu ia memilih untuk membiarkan nasib membawanya kemanapun ia suka.
Peneliti memilih novel Surga Retak sebagai objek penelitian karena kisah kehidupan Suri yang tidak menetap, terpisah dari keluarga, kisah cinta yang dramatis, serta hal-hal mistis yang dialami Suri. Dalam novel ini terdapat jarak psikologis yang memisahkan antar tokoh maka penulis tertarik untuk menjadikan novel Surga Retak
sebagai objek penelitian. Selain itu, peneliti tertarik untuk meneliti deiksis tempat dan waktu dalam novel Surga Retak dikarenakan landasan psikologis yang terdapat dalam novel menggambarkan jarak psikologis.
Menurut Yule (2006:21-23) deiksis
tempat
yang
sesungguhnya adalah jarak psikologis, landasan psikologis dari deiksis waktu tampaknya sama dengan landasan psikologis deiksis tempat.
Peneliti menjadikan novel Surga Retak sebagai objek penelitian karena pada pengamatan peneliti di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMRAH belum pernah diadakan penelitian tentang deiksis tempat dan waktu pada novel tersebut. Peneliti juga melakukan pengamatan di media online dan ternyata kajian deiksis tempat dan deiksis waktu dalam novel tersebut belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian dengan judul Analisis Penggunaan Deiksis Tempat dan Waktu pada Novel Surga Retak karya Syahmedi Dean.
1.2 Pembeberan Masalah Adapun masalah yang terdapat didalam novel adalah sebagai berikut: 1. Secara umum, timbulnya permasalahan deiksis disebabkan oleh adanya sikap masyarakat Indonesia yang menganggap bahasa Indonesia tidak terlalu sulit. 2. Secara khusus, sebagian besar novel yang beredar di masyarakat sebagai bahan bacaan dan hiburan tidak terlalu memperhatikan deiksis terutama deiksis tempat dan waktu. 3. Keterbatasan buku yang mempelajari tentang deiksis di perpustakaan terutama perpustakaan FKIP UMRAH belum memenuhi kebutuhan mahasiswa. 1.3 Pembatasan Masalah Sebuah penelitian haruslah mempunyai cakupan batasan suatu permasalahan, agar penelitian itu bersifat terarah. Dalam pembatasan masalah memfokuskan penelitian agar permasalahan tidak melebar, cakupan deiksis mencakup deiksis persona, deiksis tempat, dan deiksis waktu. Peneliti memfokus penelitian tentang deiksis ini hanya sebatas deiksis tempat dan deiksis waktu. Peneliti ingin mengetahui deiksis tempat dan waktu yang digunakan pada novel Surga Retak adakah kesalahan penggunaan bentuk deiksis tempat dan waktu serta deiksis tempat dan waktu apa
yang paling dominan muncul dalam novel tersebut, setelah peneliti mengamati di perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan belum pernah dilakukan penelitian pada novel tersebut, sehingga memicu peneliti untuk melakukan penelitian. 1.4 Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang tertera, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penggunaan deiksis tempat pada novel Surga Retak Karya Syahmedi Dean yang diterbitkan pada Juli 2013? 2. Bagaimanakah penggunaan deiksis waktu pada novel Surga Retak Karya Syahmedi Dean yang diterbitkan pada Juli 2013?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk menganalisis penggunaan deiksis tempat yang terdapat pada novel Surga Retak karya Syahmedi Dean. 2. Untuk menganalisis penggunaan deiksis waktu yang terdapat pada novel Surga Retak karya Syahmedi Dean.
1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah melakukan penelitian. Secara operasional manfaat penelitian dibagi dua yaitu manfaat teoretik dan manfaat praktik. Manfaat yang diharapkan dari penelitian sebabgai berikut. 1.6.1
Manfaat Teoretik Dapat memperluas pengembangan teori pragmatik dalam
kajian sastra, khususnya kajian penggunaan deiksis tempat dan waktu pada novel. 1.6.2
Manfaat Praktik
1. Pembaca Ditinjau dari aspek pembaca, penelitian ini bermanfaat memberi pengetahuan secara tidak langsung mengenai penggunaan deiksis persona pada novel Surga Retak Karya Syahmedi Dean. 2. Mahasiswa Ditinjau dari aspek mahasiswa, penelitian ini bermanfaat memberikan pemahaman bagi mahasiswa dalam pembelajaran pragmatik tentang deiksis tempat dan waktu pada novel.
1.7 Definisi Istilah 1. Deiksis adalah hubungan antara kata yang digunakan di dalam tindak tutur dengan referen kata itu yang tidak tetap atau dapat berubah dan berpindah. 2. Deiksis tempat adalah pemberian bentuk pada lokasi menurut peserta dalam peristiwa bahasa. 3. Deiksis waktu adalah pemberian bentuk pada rentang waktu seperti yang dimaksudkan penutur dalam peristiwa bahasa. 4. Novel Surga Retak Karya Syahmedi Dean diterbitkan pertama kali oleh PT Gramedia Pustaka Utama di Jakarta pada Juli 2013 dengan tebal 488 halaman
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teoretis 2.1.1 Pragmatik Empat definisi pragmatik menurut Yule ( 2006:3), yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara, (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya, (3) bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan oleh pembicara, dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Kridaklaksana (2008: 198) menyatakan pragmatik adalah syarat – syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Sedangkan, menurut Mulyana (2005:78) pragmatik merupakan kajian tentang cara bagaimana penutur dan petutur dapat memakai dan memahami tuturan sesuai dengan konteks situasi yang tepat.
Berdasarkan
beberapa
pendapat
diatas,
maka
dapat
disimpulkan bahwa pragmatik merupakan kajian yang mengarah pada pemakaian bahasa . pragmatik juga mengkaji dan menyelidiki bagaimana cara pendengar dapat menyimpulkan tentang apa yang disampaikan oleh komunikator terhadap komunikan. Cabang ilmu linguistik ini mengkaji tentang sesuatu yang disampaikan melalui ucapan namun penafsiran makna hanya bisa ditafsirkan sesuai konteks tuturan dari ucapan tersebut.
2.1.2 Deiksis
Deiksis berasal dari kata Yunani kuno deiktikos, yang berarti hal penunjukan secara langsung. Sebuah kata dapat dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada siapa yang menjadi pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata-kata itu. Deiksis adalah istilah teknis dari bahasa Yunani untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan (Yule, 2006:13). Deiksis berarti penunjuk melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan penunjuk disebut ungkapan deiksis. Jadi, deiksis merupakan kata yang terkait dengan konteks penutur.
Deiksis adalah hubungan antara kata yang digunakan di dalam tindak tutur dengan referen kata itu yang tidak tetap atau dapat berubah dan berpindah ( Chaer dan Agustina, 2010:57). Kata- kata yang referennya bisa menjadi tidak tetap ini disebut kata-kata deiktis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:245), Deiksis adalah hal atau fungsi menunjuk sesuatu di luar bahasa, luar bahasa; kata yang mengacu kepada persona, waktu, dan tempat suatu tuturan, dengan kata lain deiksis merupakan kata yang memiliki tiga acuan petunjuk yang berbeda-beda, yaitu deiksis persona,deiksis waktu, dan deiksis tempat. Berdasarkan ketiga macam deiksis ini tentu memiliki perbedaan yang dapat dilihat dari situasi dan kondisi pembicaraan. Deiksis merupakan penunjuk dalam bahasa yang referen tidak tetap atau berpindah- pindah tergantung pada siapa yang menjadi pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkannya katakata. Dengan kata lain, deiksis adalah kata atau satuan unit linguistik yang rujukan atau maknanya tergantung kepada konteks (sosial atau linguistik). Berarti deiksis dibatasi sebagai unit linguistik (bunyi, kata, frase, klausa) dengan rujukan atau maknanya ditentukan oleh konteks baik dalam konteks linguistik maupun dalam konteks sosial.
2.1.3 Jenis – Jenis Deiksis
Yule (2006:13) berbagai jenis deiksis yaitu deiksis persona, deiksis tempat, deiksis waktu. Menurut Alwi (2003:42) deiksis terbagi atas tiga jenis deiksis yaitu deiksis persona, deiksis tempat, dan deiksis waktu. Deiksis tempat dan deiksis waktu merupakan fokus dari penelitian ini berarti kata atau frasa yang refrennya dapat berubahubah berdasarkan jarak psikologis antara penutur dan petutur.
Deiksis tempat ialah pemberian bentuk pada lokasi ruang atau tempat yang dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa itu ( Agustina,1995:45). Semua bahasa termasuk bahasa Indonesia membedakan antara ” yang dekat kepada pembicara” dan “yang bukan dekat kepada pembicara”. Deiksis tempat menunjukkan lokasi relatif bagi penutur dan petutur, ukuran dari lokasi juga berbeda-beda dan di pengaruhi oleh pengetahuan latar belakang (Nababan, 1987:41).
Yule (2006:19), menjelaskan bahwa deiksis tempat, yaitu tempat hubungan antara orang dan bendanya ditunjukkan. Dalam deiksis tempat dimungkinkan bahwa dasar-dasar pragmatik deiksis tempat yang benar sesungguhnya adalah jarak psikologis. Objek-objek kedekatan secara fisik akan cenderung diperlukan oleh penutur sebagai
kedekataan secara psikologis. Juga sesuatu yang jauh secara fisik secara umum akan diperlakukan sebagai jauh secara psikologis.
Djajasudarma
(2009:65),
mengistilahkan
deiksis
tempat
dengan istilah deiksis penunjuk. Deiksis pronomina demonstratif (penunjuk) adalah deiksis yang ditunjukkan oleh satuan leksikal yang berhubungan dengan arah dan ruang, yang berupa antara lain ini, itu, sini, situ, dan sana. Di dalam bahasa Indonesia deiksis yang menyangkut pronomina demonstratif atau penunjuk dapat dibedakan dari sudut jauh dekatnya (proximity), pronomina aku dan saya berkorelasi dengan ini, yakni dekat dengan pembicara; engkau, kamu dan anda berkorelasi dengan itu, yakni jauh dari pembicara dan dekat dengan kawan bicara; dia, ia, beliau berkorelasi dengan anu, yakni jauh baik dari pembicara maupun dari kawan bicara.
Deiksis ini merupakan pemberian bentuk pada lokasi atau ruang yang merupakan tempat, dipandang dari lokasi pemeran dalam peristiwa
berbahasa
atau
merujuk
pada
lokasi,
ruang,
atau
tempat.Yang terkadung dalam deiksis tempat seperti di sini, di sana, di situ, ke sana, ke sini, ke situ, dan lain-lain yang mengandung unsur tempat. Contoh deiksis tempat pada kutipan novel : “Awalnya kami semua di sini sama seperti kau. Sedih dan menyesal. Tetapi, semuanya
sudah terlambat.” Dalam kata di sini tersebut mengacu pada yang dekat dengan pembicara.
Deiksis waktu ialah pemberian bentuk pada rentang waktu seperti yang di maksudkan penutur dalam peristiwa bahasa (Yule, 2006:22). Landasan psikologis dari deiksis waktu tampaknya sama dengan landasan psikologis deiksis tempat. Kita dapat memperlakukan kejadian – kejadian waktu sebagai objek yang bergerak kearah kita atau bergerak menjauh dari kita. Bentuk-bentuk waktu yang bukan merupakan deiksis waktu adalah waktu kalender dan waktu jam.
Deiksis yang menyangkut waktu ini berhubungan dengan struktur temporal. Bahasa – bahasa Indo – Eropa memiliki baik aspek kala maupun nomina temporal, lain halnya dengan bahas Indonesia, yang hanya memilki aspek (keaspekaan) dan nomina temporal ( Djajasudarma, 2009:68). Menurut Djajasudarma, leksem waktu seperti pagi, siang, sore, dan malam tidak bersifat deiktis karena perbedaan masing-masing leksem itu ditentukan berdasarkan patokan posisi planet bumi terhadap matahari. Leksem waktu bersifat deiktis apabila yang menjadi patokan si pembicara.Yang terkandung dalam deiksis waktu seperti sekarang, kemarin, besok, dulu dan lain-lainnya yang mengandung unsur waktu. Contoh deiksis waktu pada kutipan novel :
“Tetapi, bukankah kemarin di rumah Pak Lurah dijelaskan bahwa Haji Makmun-lah yang tidak terima dengan pembebasan dirinya?” Pada kata kemarin merujuk pada sehari sebelum waktu itu dituturkan.
Berdasarkan dari beberapa teori yang telah dikemukakan di atas untuk menentukan deiksis tempat dan deiksis waktu tersebut. Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan dan berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh Yule dan Djajasudarma. Sementera teori-teori yang lain hanya sebagai pendukung. Alasan pemilihan teori Yule dan Djajasudarma sebagai pedoman untuk melakukan penelitian, karena penulis menilai teori tersebut lebih tepat untuk melakukan penelitian nantinya.
2.2 Asumsi
Asumsi adalah anggapan yang mendekati kebenaran yang biasa diterima oleh akal tanpa harus dilakukan pembuktian.
2.2.1 Asumsi Filosofis
Terdapat penggunaan deiksis tempat dan deiksis waktu dalam novel Surga Retak karya Syahmedi Dean.
2.2.2 Asumsi Substansif
Novel Surga Retak karya Syahmedi Dean menggunakan berbagai jenis deiksis tempat dan deiksis waktu.
2.2.3 Asumsi Prosedural
Metode penelitian deskriptif kualitatif dapat mendeskripsikan penggunaan deiksis tempat dan deiksis waktu dalam novel Surga Retak karya Syahmedi Dean.
2.3 Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan yaitu sebagai berikut;
1.
Penggunaan Deiksis Persona pada novel Negeri Lima
Menara karya Ahmad Fuadi oleh Amo Sobana (2012). Pada penelitian tersebut ditemukan penggunaan deiksis persona pertama bentuk aku, saya, dan bentuk lekat kanan-ku, persona kedua kau,kamu, anda, dan nya,persona pertama dan persona kedua bentuk kita, persona pertama tanpa persona kedua bentuk kami, persona kedua lebih dari satu bentuk kalian, dan persona ketiga lebih dari satu bentuk mereka. Persamaan dengan penelitian ini yaitu mengkaji tentang deiksis pada novel. Perbedaannya adalah Amo Sobana meneliti deiksis persona sedangkan peneliti meniliti menggunakan deiksis tempat dan deiksis waktu. 2.
Penggunaan Deiksis Persona dan Tempat dalam Novel
Supernova 1 karya Dee oleh Mery Ansiska, Djon Lasmono, Agus Wartiningsih. Program Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia FKIP Universitas
Tanjungpura.
Dalam
penelitian
tersebut
terdapat
penggunaan (1) deiksis persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga. (2) Deiksis tempat yang membahas tentang bentuk deiksis tempat seperti di sana, dan di sini. Juga terdapat fungsi dan makna
yang terkandung dalam deiksis tempat pada novel Supernova 1 karya Dee. Posisi kajian yang dilakukan peneliti berdasarkan penelitian ini adalah mempunyai persamaan dalam kajian deiksis tempat. Akan tetapi, perbedaan penelitian yang peneliti lakukan salah satunya adalah pebedaan deiksis yang di bahas penelitian ini meneliti deiksis persona dan deiksis tempat. Sedangkan, peneliti meneliti tentang deiksis tempat dan waktu dengan judul Analisis Penggunaan Deiksis Tempat dan Deiksis Waktu pada Novel Surga Retak karya Syahmedi Dean. 3.
Penggunaan Deiksis dalam Bahasa Bali Dialek Bangli
di Desa Laantula Jaya Kecamatan Wita Ponda Kabupaten Morowali oleh Ni Kadek Ayu Kastini (2013). Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra, dan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan penggunaan deiksis bahasa bali dialek bangli di desa laantula jaya kecamatan wita ponda kabupaten morowali. Dalam penelitian ini Ayu Kastini meneliti semua jenis deiksis dalam bahasa bali. Deiksis persona dalam bahasa Bali dialek Bangli diwakili oleh cang, tiang atau raga „saya‟ (sebagai orang pertama), nyi „kamu‟ merujuk ke perempuan sedangkan untuk laki-laki, yaitu cai atau ci „kamu‟, ragane „anda‟ (sebagai orang kedua), ia „dia atau ia‟ (sebagai orang ketiga). Deiksis tempat, yakni ditu „bisa di situ dan di sana‟ dan dini „di sini‟. Deiksis wacana bahasa Bali sama halnya dengan bahasa
Indonesia, yaitu penggunaan anafora dan katafora. Deiksis sosial dalam bahasa Bali dikenal adanya sistem tingkatan bahasa, yaitu bahasa halus, bahasa Madya, dan bahasa kasar. Perbedaannya adalah pada objek penelitian dan persamaannya adalah menggunakan jenis deiksis. 4.
Analisis Deiksis dalam Novel Lintang Panjer Rina
Karya Daniel Tito dan Pembelajarannya di SMA oleh Diyah Agustiyan (2012). Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah
Purworejo. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan macam – macam deiksis dan pembelajaran sastra khususnya deiksis dalam novel Lintang Panjer Rina karya Daniel Tito di SMA. Hasil dari penelitian ini, yaitu (1) ada tiga macam deiksis yang terdapat pada novel Lintang Panjer Rina karya Daniel Tito yaitu deiksis persona yang dalam penelitian ini berupa kata: dheweke, Panambang –e, Bocah-bocah mau, panambang –mu, panambang –ku, aku, bocah loro, kowe, bocahbocah kuwi, wadon tuwa iki, loro-lorone, sampeyan, dhik, mas, bulik , wong loro. deiksis waktu meliputi: wayah mengkono, mau, mengko, saiki, yah mene, sesuk, wingi, sore iki, wengi iki, sewelas dina kepungkur, mengko bengi, awan kuwi, dina iki, emben, wengi kuwi, wektu semana, biyen, sesuk bengi, pirang-pirang dina iki, telung dina kepungkur, wulan ngarep, wiwit kuwi, lebaran wingi, telung sasi
sadurunge,sore iku, minggu cendhake. deiksis tempat meliputi: kono, ing kana, kene, njero gedung, panambang –e, dhaerah kuwi, dhaerah kono, mrono, kantor, mrene; (2) Pembelajaran novel Lintang Panjer Rina karya Daniel Tito terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang tertuang dalam silabus. Pembelajaran novel Lintang Panjer Rina karya Daniel Tito menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Metode yang digunakan yaitu, ceramah, Tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Evaluasi berupa soal uraian. Penelitian ini memiliki persamaan yaitu mengkaji tentang deiksis dan terdapat kesamaan deiksis yang diteliti oleh peneliti yaitu deiksis tempat dan deiksis waktu. Perbadaannya adalah peneliti menjadikan novel sebagai objek penelitian sedangkan Diyah Agustiyan menjadikan novel sebagai subjek dan objeknya adalah analisis deiksis dan pembelajarannya di SMA.
2.4 Kerangka Konseptual
Pragmatik
Teoritis :
D
Deiksis Tempat
Konseptual : dan Deiksis Waktu
Operasional :
Analisis Penggunaan Deiksis Tempat dan Deiksis Waktu pada Novel Surga Retak karya Syahmedi Dean yang diterbitkan pada Juli 2013, Penerbit Gramedia Pustaka Utama
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian
Pada penelitian ini objek yang akan diteliti yaitu novel Surga Retak karya Syahmedi Dean dengan tebal 488 halaman, terbitan PT Gramedia Pustaka Utama pada Juli 2013.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan peneliti adalah di rumah peneliti yang beralamat di Jalan Pramuka Lorong Tanama, Kota Tanjungpinang. Penelitian ini juga bersifat tinjauan pustaka. Peneliti memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat penelitian selain dari rumah peneliti, seperti perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Perpustakaan Universitas Maritim Raja Ali Haji dan Perpustakaan Daerah Provinsi Kepulauan Riau.
3.3 Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (Moleong, 2012:6). Penelitian ini menggunakaan metode deskriptif gambaran suatu keadaan yang berlangsung tidak hanya menggumpulkan data saja tetapi sekaligus menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong, “ Motode deskriptif adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka” (2012:11). Metode ini dipakai sesuai kerangka acuan penelitian kualitatif, dengan memaparkan secara deskriptif hasil analisis yang didapat dalam penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data , maka tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono,2012:224). Teknik pengumpulan data secara umum terbagi atas empat bagian yaitu, observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi (Sugiyono,2012:225).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2007:272). Dokumentasi dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Terdapat 2 teknik pengumpulan data dalam bentuk dokumentasi di dalam penelitian ini, yaitu teknik pustaka dan teknik catat.
1)
Teknik pustaka merupakan suatu metode pengumpulan
data yang berwujud barang atau benda-benda tertulis. Barang – barang atau benda – benda yang dimaksud berupa kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana yang diperoleh dari novel dan data – data pada buku karya ilmiah, artikel yang relevan dengan kajian penelitian, Selanjutnya dilakukan teknik catat. 2)
Teknik catat adalah suatu teknik untuk mengumpulkan
data dengan cara membaca, dan memahami teori – teori yang berkaitan dengan permasalahan yang diperlukan. Teknik catat ini dilakukan dengan cara mengutip langsung dan tidak langsung dengan membuat refleksinya, kemudian merangkai teori yang dicatat sehingga menjadi sebuah perangkat yang harmonis dan siap sebagai landasan teori yang berfungsi sebagai landasan dalam menganalisis data (
Subroto, 1990:43). Artinya, teknik catat ini digunakan untuk mencatat teori – teori yang digunakan dalam penelitian dan dirangkai secara sistematis sebagai landasan teori sehingga membentuk susunan yang relevan dengan permasalahan penelitian.
3.5 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data menurut pendapat Sugiyono ( 2012:247-252 ) yang dinyatakan sebagai berikut :
a.
Reduksi Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis melalui reduksi data. Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang dianggap penting, serta mencari dan mengklasifikasikan deiksis tempat dan deiksis waktu menurut bentuknya. b.
Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah menyajikan data yang sudah disederhanakan kemudian disajikan dalam bentuk tertulis kemudian dideskripsikan.
c.
Verifikasi
Setelah data dideskripsikan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari perumusan masalah.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen yang digunakan peneliti, instrumen pertama adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2012: 222). Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat adalah peneliti itu sendiri. Untuk membantu peneliti dalam melakukan proses penelitian, peneliti menggunakan alat bantu berupa tabel instrumen penelitian analisis deiksis tempat dan deiksis waktu yang digunakan untuk meengumpulkan data. Adapun tabel instrumen analisis deiksis tempat dan deiksis waktu sebagai berikut :
TABEL 2. INSTRUMEN PENELITIAN ANALISIS
2.1 Deiksis Tempat
No
Halaman Kutipan Novel
Deiksis Tempat
Keterangan
Deiksis Waktu
Keterangan
2.2 Deiksis Waktu
No
Halaman Kutipan Novel
BAB IV HASIL PENELITIAN Berdasarkan analisis penggunaan deiksis tempat dan waktu pada novel Surga Retak karya Syahmedi Dean, maka data yang diperoleh disajikan dalam bentuk instrumen tabel. Data penelitian tersebut diklasifikasikan berdasarkan contoh deiksis tempat dan waktu yang disesuaikan dengan teori yang digunakan. Data deiksis tempat dan waktu pada novel Surga Retak karya Syahmedi Dean tersebut disajikan dalam bentuk instrumen tabel sebagai berikut :
4.1 Tabel Deiksis Tempat dan Waktu Pada Novel Surga Retak Karya Syahmedi Dean
Tabel 4.1.1 Data Deiksis Tempat
No
Halaman
Kutipan Novel
Deiksis
Keterangan
Tempat 1
16
“Aku bosan di sini, kakiku kedinginan.” Bujuk Murad
2
Di sini
Hutan Karet
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 2
17
“Tidak ada apa-apa di sini.”
Di sini
Hutan Karet
“ Hati-hati main di sini, apalagi Di sini
Hutan Karet
Orang kampung bohong, sama seperti Bapak. Di sini sejuk dan tenang.” 3
19
perempuan kayak kau. Kalau kau jumpa gerombolan pencuri getah karet, pasti kau pun langsung dibawa sekalian.”
4
27
“ Pintarlah Mamak kalian itu, Di sini
Rantau Makmur
daripada di sini makan hati sama Bapak kalian, bisanya cua main judi itu ?” 5
28
“ Lama kali kau sampai? Udah Di sini
Rumah
dua jam aku di sini.” 6
31
“ Bisa. Kan banyak turunan Di sini
Kebon Karet
disini.” 7
38
“ Aaah. Abang ini, penakut Di sini kali. Semua anak di sini jago berenang.”
Tanah Deli
Tabel 4.1.1 ( Sambungan) 8
39
“ Tidak ada apa-apa di sini, Di sini
Sungai
hanya dengung.” 8
39
“ Tidak ada apa-apa di sini, Di sini
Sungai
hanya dengung.” 9
41
“
Jangan
hari
ini,
nanti Di sini
Rumah Rohana
keluarga kita mau makan di sini, kita harus ke pajak dulu beli lauk dan sayuran.” 10
47
“ Semua laki – laki di sini Di sini
Tebingtinggi
kayak gitu, kan ?” “ Iya semua laki – laki di sini kayak gitu. Mereka Cuma bisa mandiin anak, antar anak ke sekolah, terus main judi lagi sampai pagi.” 11
47
“ Enggak jugalah. Ada juga yang Di sini kerja. Yang rumahnya paling besar di ujung dekat jalan besar. Dia paling kaya di sini.”
Tebingtinggi
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 12
47
“
Kayak
perempuan
cara Di sini
Tebingtinggi
jalannya, cara cakapnya apa lagi, ibu – ibu di sini manggil dia metti.” 13
48
“ Tapi dia lupa balas budi sama Di sini
Tebingtinggi
mamaknya di sini.” 14
49
“ Ia membayangkan ketika
Di sini
Barabatu
Di sini
Warung Kopi
Di sini
Tebingtinggi
bersama ibu pergi berbelanja, meskipun suasuana tidak seramai di sini.” 15
58
“ Banyak orang - orang perkebunan menghabiskan waktu di sini.”
16
69
“ Malam ini puncak kebahagian Nur karena Anto bilang akan menetap di sini bersama Nur untuk selamanya.”
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 17
69
“ Itu gampang, yang penting
Di sini
orangnya dulu ada di sini.”
18
70
“ Mereka, tak habis piker,
Rumah Tante Nur
Di sini
kenapa malam ini Rohana
Rumah Suri dan Fatma
memutuskan menginap di sini, bagaimana kalau tiba – tiba Bapak pulang.” 19
74
“ Mari duduk di sini,” ajak
Di sini
Hutan Karet
Di sini
Rantau Makmur
Murad setelah ia menyandarkan sepedanya ke salah satu pohon
20
75
“ Aku udah lama tinggal di sini, tapi kenapa gak tau ada ini?”
Tabel 4.1.1(Sambungan) 21
86
“ Sampai kapan kita tinggal di
Di sini
sini? sampai tua?” 22
95
“ Aku nggak tau, tapi emakku
Rumah Suri dan Fatma
Di sini
Tebingtinggi
pernah bilang, satu – dua pemuda di sini komplotan penjarah.” 23
120
“ Tidak ada kesan mistis di sini, Di sini
Rumah Nek
jendela yang lebar membiarkan
Gintuk
cahaya matahari masuk sebebas – bebasnya.” 24
131
“ Aku udah belasan tahun
Di sini
Tebingtinggi
Di sini
Tebingtinggi
tinggal di sini! Dia itu Nenek – nenek pelupa, kayak mana kita yakin sama cakapnya?” 25
146
“ Tapi, kita di sini semua tak ada yang tau siapa yang menembak warmoto.”
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 26
148
“ Silahkan tunggu di sini..,
Di sini
duduk dulu.”
Kursi di Kantor Camat Rambung Luwih
27
150
“ Anto! Mari duduk. Di sini!”
Di sini
Suaranya tegas dan tajam,
Kursi di Depan Meja Kerja
dagunya menunjuk kea rah kursi di depan meja kerja yang besar. 28
155
“ Telapak tanganku bersih di
Di sini
Rambung Luwih
sini!!!” gigi – gigi geraham Amrul bergeretak.
29
162
“ Baiklah, biar dia tinggal sama Di sini
Rumah Nek
akusekalian biar ada kawan aku
Gintuk
di sini,” Nek Gintuk berkata
30
164
“ Selama tinggal di sini, tiap malam aku gak bisa buang air.”
Di sini
Rumah Tante Nur
Tabel 4.1 (Sambungan) 31
178
“ Siapa bilang? Dulu ada
Di sini
beberapa anak kenalan yang
Rumah Nek Gintuk
mau tinggal sama aku di sini, tapi semuanya Cuma bertahan satu hari saja.” 32
190
“ Taruh di sini, Bik,” ujar Bu
Di sini
Meja
Di sini
Kuburan Cina
Di sini
Kuburan Cina
Di sini
Makam Akong
Di sini
Makam Akong
Rini kepada wanita tua yang setengah membungkuk menghantarkan minuman dan kue – kue. 33
201
“ Orang – orang yang terkubur di sini umumnya bukan terlahir di tanah Deli.”
34
203
“ Weh…, jadi ngapain di sini, mau pesan tempat?”
35
205
“ Ya, tinggal gambar aja… kalian berduakan di sini?”
36
206
“ Terima kasih, Tuhan, terima kasiiiih… aku tiap hari duduk di sini supaya jumpa kakek.”
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 37
206
“ Di sini pun tempat paling
Di sini
tenang di dunia.”
Kuburan Cina Tempat Akong di makam
38
39
208
227
“ Siapa pun kau dan apa pun
Di sini
kepentingan kau, pergilah,
Nek Gintuk dan
tempat kau bukan di sini.”
Suri
“ Ssst. Kau gak bolehin aku
Di sini
makan di sini, ya?” bisik Suri
40
229
Kamar Tidur
“ Mama gak tinggal di sini.
Rumah Popo dan Wilson
Di sini
setelah papa kawin lagi, mama
Rumah Popo dan Wilson
pulang ke rmah orang tuanya.”
41
229
“ Karena semua keluarga di sini adalah keluarga Papa, yah… Mama jadi benci semua.”
Di sini
Tebingtinggi
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 42
234
“ Banyak orang Eropa tinggal
Di sini
Perkebonan
di sini. Tuh, lihat lapangan golf
Tanjung
di tepi sungai, pemandangan
Morawa
yang indah.” 43
44
45
238
246
255
“ Saya suka duduk di sini,
Di sini
Halaman
memperhatikan tembakau
Belakang
hijau.”
Rumah Bu Rini
“ Gerangan apa yang membuat
Di sini
Masjid Sultan
Tuan Putri masih berdiri di
Basyaruddin di
sini? Matahari sudah pun
Kampung
tenggelam.”
Rantau Panjang
“ Bukannya orang India jago main film? Kayak Mintun Cakraborti itu, loh!Sampeyan main film aja di sini, kumis putih sampeyan itu pasti laku?”
Di sini
Indonesia
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 46
258
“ Di sini hidup lebih keras,
Di sini
Deli
Di sini
Di Depan,
nyawa pun dipertaruhkan, apa lagi cuma sebaskom duit!” 47
265
“ Siapa kau? Ada apa berdiri di sini setiap hujan datang?”
Dekat Pintu
Tanya Suri
Pagar Rumah Nek Gintuk
48
269
“ Apa jadinya kalau sampai Nek Di sini
Di Bawah Meja
Gintuk bangun dan Suri masih
Rias
tetap ada di sini?” 49
274
“ Aku tidur sendiri. Tapi kalau
Di sini
Papi pergi ke Penang, ke Bukit
Tempat Tidur Annouk
Tinggi, atau Batavia, Mami tidur sama aku di sini.” 50
275
“ Boleh aku duduk di sini?” Tanya Suri.
Di sini
Kursi di Kamar Annouk
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 51
275
“ Kau selalu duduk di sini?”
Di sini
Tanya Suri 52
275
“ Iya, setiap melihat matahari
Kursi yang diduduki Suri
Di sini
Kursi
Di sini
Deli
Di sini
Kamar Tidur
pagi, setiap aku menulis buku diari, aku duduk di sini.” 53
280
“ Sekarang tak mungkin Mami pulang begitu sajake Belanda dengan meninggalkan semua furniturnya di sini.”
54
289
“ Tak mengapa. Biar aku di sini.”
55
290
“Ayo, usaha, di sini banyak
Annouk Di sini
air.” Annouk mendesak Suri
Di Belakang Rumah Annouk, Wegeningen
56
291
“ Kalau Annouk tinggalkan
Di sini
Halaman
Suri di halaman ini untuk
Belakang
mencari Mami di rumah, Suri
Rumah Annouk,
bisa terkubur salju di sini.”
Wegeningen
Tabel 4.1.1 (Sambungan)
57
291
“Tunggu di sini. jangan pergi.”
Di sini
Wegeningen
58
292
“ Aku akan mati di sini, pikir
Di sini
Wegeningen
Di sini
Rumah Nek
Suri.” 59
294
“ Semalaman Wilson menemani semua orang di sini,
Gintuk
mengharapkan Suri akan kembali.” 60
296
“ Nanti lu orang harus awas di
Di sini
sini, perhatikan badan oe,
Kamar Nek Gintuk
badan Suri juga.” 61
299
“ Siapa yang akan
Di sini
Ruangan Kecil
membangunkan aku di sini
di balik meja
kalau aku sudah berhasil
rias
menarik lengan Suri untuk kembali ke sini?” 62
301
“ Ayo kita ke dalam rumah
Di sini
Di Luar Rumah
kincir, oe tidak kuat di sini,
Annouk,
dingin sekali.”
Wegeningen
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 63
302
“ Ayo, Annouk tidak mau Suri
Di sini
mati di sini, kan?” 64
302
“ Aku tidak punya teman di
Tumpukan Salju,Wegeningen
Di sini
Wegeningen
Di sini
Ruang Tamu
sini, Papi Mami sibuk dengan urusan masing – masing.” 65
305
“ Rohana, ini urusan hidup mati, kau harus sabar di sini!”
Rumah Nek Gintuk
66
327
“ Aku mau pulang ke Tebing.
Di sini
Biar Suri di sini dulu
Rumah Ieie Esther, Medan
sementara, hari minggu muka, aku datang lagi jemput Suri.” 67
327
“ Ya, di sini aja dulu. Sesuka
Di sini
hati kalian mau berapa lama,
Rumah Ieie Esther
ada kamar di atas. 68
327
“ Suri, kau tinggal di sini dulu kau aman sama Ieie.”
Di sini
Rumah Ieie Esther
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 69
327
“ Kau tenang saja di sini, biar
Di sini
Medan
Di sini
Medan
Di sini
Rambung
aku pulang dulu ke Tebing siang ini.” 70
327
“ Nanti ku kabari Nek Gintuk kau di sini.”
71
346
“ Aku gak bisa di sini terus, bujangan terus, aku harus
Luwih
kawin, punya keturunan.”
72
351
“ Ayo, Wahid, lupakan dulu
Di sini
Musala
diri kau, utamakan dulu orang
Rambung
lain, panggil semua untuk
Luwih
datang salat di sini.” 73
365
“Darsi, boleh tolong teleponkan Jumarni? Tanyakan jam berapa dia sampai di sini hari ini.”
Di sini
Rumah Suri, Holland Road
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 74
367
“ Supaya Anjani boleh ambil
Di sini
Singapura
Di sini
Rumah Koh
sikap untuk di pakai dalam pergaulan di sini nanti.” 75
76
370
372
“ Masalahnya, Selama tiga hari di sini, Fatma tidak merasa
Liang, Rantau
lapar.”
Makmur
“ Ia harus kuat menghadapi ini
Di sini
Rantau Makmur
semua, masih ada satu harapan lagi, bertemu Suri. Di sini.” 77
385
“ Aku pun sudah tiga minggu di Di sini
Singapura
sini, tak ada kerja, tak ada apa – apa, tak ada gaji juga!” 78
385
“ Engkau sudah punya dua
Di sini
Singapura
Di sini
Singapura
kalung Bvlgari, padahal engkau belum sebulan ada di sini.”
79
385
“ Jumarni, aku masih do not understand why aku di sini…”
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 80
389
“ Darsi, bawa nasi gorengnya
Di sini
kemari. Kita makan sama –
Kamar Jumarni, Holland Road
sama di sini.” 81
392
“ Kenapa pertemuan harus di
Di sini
sini?”
Hotel Goodwood Park, Singapura
82
392
“ Sepertinya aka nada pesta
Di sini
besar di sini.” 83
392
“ Kau juga duduk di sini..”
Lobi Gordon Grill
Di sini
Restoran Gordon Grill
84
393
“ Jangan khawatir, kau aman,
Di sini
tak seorang pun di sini, jika kau
Restoran Gordon Grill
butuh aku tinggal lambaikan tangan kau. Mudah.” 85
393
“ Boleh saya duduk di sini?”
Di sini
Tempat Duduk Suri
86
402
“ Dia lelaki terhormat di sini, takkan dia berani pukul – pukul perempuan.”
Di sini
Singapura
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 87
413
“ Edward yang memesan
Di sini
tempat ini dengan alasan di sini
Pan Pacific Orchad
menyediakan makanan halal yang bisa di pesan Suri.” 88
425
“ Papap harus ikut berusaha
Di sini
Kebon , Deli
Di sini
Tanah Deli
Di sini
Kampung
ambil peran di sini.” 89
427
“ Akan terjadi tumpah darah di sini.”
90
433
“ Tanah Paklik ini subur lho, kayak tanah di Deli, cuma memang hujan di sini tidak sesering di Deli, jadi Paklik harus pandai – pandai menyesuaikan waktu tanam.”
Paklik Tukam
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 91
436
“ Bang Wahid, tinggalkan saja
Di sini
dokumennya di sini.”
Koperasi Kantor Kecamatan Rambung
“ Soalnya banyak juga yang Luwih mau tunggu di sini tapi cuma alasan supaya ada waktu ganggu – ganggu Yati.” 92
439
“ Jangan lepas kunci mobil.
Di sini
Hutan Karet
Di sini
Medan
Di sini
Tebingtinggi
Di sini
Rumah Nek
Kau tunggu di sini.” 93
459
“ Oke. Saya akan mengantar Suri selama di sini.” “ Di sini etnis Cina sudah dicemburui sejak zaman kolonial Belanda.”
94
462
“Wilson? Tahulah aku. Di sini nyah dia dulu kalo ngerokok – ngerokok, nongkrong, sebelum kawin.”
95
463
“ Sekarang Tante Nurbaiti tinggal di sini?”
Gintuk
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 96
468
“ Kau mintalah Kak Ifa sama
Di sini
Rumah Wahid
Di sini
Rumah Koh
Kak Maemunah menginap di sini, biar ada kawan.” 97
471
“ Kenapa Fatma tinggal di sini? “ Suri mengenyahkan pikiran
Liang
kalau – kalau Fatma bekerja sebagai budak atau pembantu di sini.” 99
472
“ Ngapain kau ada di sini? di
Di sini
rumah Koh Liang? Kau bekerja
Rumah Koh Liang
di sini? Ya Allah..” Tanya Suri
100
474
“ Tapi Koh Liang bilang, dia hidup dan mencari makan di sini, kalau mati dia mau mati di sini.”
Di sini
Rantau Makmur
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 99
472
“ Ngapain kau ada di sini? di
Di sini
rumah Koh Liang? Kau bekerja
Rumah Koh Liang
di sini? Ya Allah..” Tanya Suri 100
474
“ Tapi Koh Liang bilang, dia
Di sini
Rantau Makmur
Di sini
Rantau Makmur
Di sini
Rantau Makmur
“Kau masuklah, urus suami kau Di sini
Di Luar Rumah
dulu, I’ll be fine, aku masih
Koh Liang
hidup dan mencari makan di sini, kalau mati dia mau mati di sini.” 101
475
“ Selama kau di sini, pernah kau dengar atau berpapasan dengan Murad?”
102
476
“Cobalah, Suri, bawa Ibu kemari. Kita bangun lagi masa lalu kita yang indah di sini…”
103
476
mau sendirian di sini.” 104
477
“ Aku pernah hidup di sini, rumahku, ini aku datang…”
Di sini
Rumah Masa Lalu
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 105
479
“ Apa betul Suri kembali
Di sini
tinggal di sini?”
106
479
“ Tak satu pun orang tinggal di
Kampung Rantau Makmur
Di sini
sini, sebaiknya aku segera
Rumah Keluarga Suri
pergi.”
No
Halaman
Kutipan Novel
Deiksis
Keterangan
Tempat 1
39
“ Tengok pohon jambu air yang
Di sana
Di Jalan
Di sana
Rumah Suri
tinggi di sana!” ujar Rohana 2
69
“ Sejak sore tadi sudah menyuruh Rohana main ke
dan Fatma
rumah abang, menginap di sana.” 3
155
“ Aku mau pindah ke Medan, kau tolong aku cari kenalan kau di sana.”
Di sana
Medan
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 4
171
“ Coba kau keluar dulu. Kau
Di sana
Di luar
Di sana
Dalam Kaca
tunggu dulu di sana, ada kursi di bawah pohon jambu situ,” perintah Nek Gintuk ke pengantar 5
296
“ Begini aturannya. jiwa oe coba masuk ke dalam kaca ini,
Meja Rias
oe cari Suri di sana, kalau oe dapat Suri, oe bangunkan dia.” 6
299
“ Bisa – bisa aku dan Suri
Di sana
Alam Lain
Di sana
Jawa Tengah
Di sana
Meja dan
selamanya ada di sana.” 7
347
“ Warsinah punya warisan rumah kecil di sana.”
8
393
“ Tempat dudukku di sana dekat pintu masuk.”
9
448
“ Kau tinggallah di sana, cari pekerjaan baru untuk menyokong hidup kau.”
kursi Di sana
Kota Kisaran
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 10
450
“Oh, akeh wong jowo iku… Ya
Di sana
kan, dek, banyak orang kita
Rantau Makmur
Jawa di sana?”
No
Halaman Kutipan Novel
Deiksis
Keterangan
Tempat 1
15
“ Batangnya bisa berayun kalau
Di situ
Titian Kelapa
Di situ
Pohon Jambu
sekali dua di situ!” 2
40
“ Semua anak laki – laki main di situ, itu daerah kekuasaan
Air
mereka.” 3
47
“ Nggak ada anak perempuan di Di situ
Tempat
situ. Nanti juga kita jumpa
Berjudi
Bapak, waktu makan siang,” kata Rohana 4
91
“ Di situ Rohana memutar badannya pelan – pelan, lalu kembali menghadap Suri dan… hap.”
Di situ
Sungai
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 5
150
“ Mata Anto pindah ke kayu
Di situ
Kayu Ukir
Di situ
Baskom
Di situ
Kuburan Cina
Di situ
Kuburan Cina
berukir di atas meja, di situ, terpahat tulisan, Amrul Suhaili, Camat.” 6
151
“ Sudah banyak uang kertas tertancap di situ.”
7
198
“ Dia menggambar – gambar mencoret – coret kertas di situ. Di samping kuburan Kakeknya.”
8
212
“Namun Nek Gituk lupa, ketika menyuruh Suri bertemu Wilson di kuburan Cina, Suri pasti melihat segala macam arwah di situ.”
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 9
222
“Wilson mengajak Suri
Di situ
Meja Kayu
Di situ
Tangan Popo
Di situ
Jalan Tanah
kembali masuk ke ruko, kini menuju ke meja kayu yang terletak agak dibawah tangga, di situ ada empat wanita tua sedang asyik bermain kartu.”
10
228
“Tangan kanan Popo melambai pelan, gelang – gelang emas terdengar berbenturan di situ.”
11
248
“Jalan – jalan tanah becek dan berair, bintang gemintang juga
Becek
ada di situ, terpantul di setiap permukaan genangan air.” 12
252
“Padahal keluarga orang itu
Di situ
Kebon
sudah dari tahun 1940 tinggal di
Batang
situ, di rumah milik
Kenari
perkebonan.”
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 13
264
“Mata Suri tertumbuk pada
Di situ
Ukiran Kecil
ukiran kecil di bawah kaca
di Bawah
sebelah kiri, di situ tertulis
Kaca
nama : Annouk Van Buiren 1909.” 14
289
“Di ruangan kecil itu ada kaca
Di situ
Kaca
Di situ
Peluang
nanti kita bertemu di situ.” 15
337
“Esther harus meraba – meraba bisa saja saran yang diberikan
Bisnis di
justru bahwa ada celah bisnis di
Singapura
situ.” 16
342
“Jangan lupa bernapas, pingsan
Di situ
pula nanti kalian di situ.”
17
366
“Di situ ada seorang pria
Bandara Singapura
Di situ
Ruang Tamu
Di situ
Rumah Pak
Belanda Tua yang duduk menulis surat.” 18
420
“Ada dengar – dengar apa dari orang – orang di situ tadi?”
Dedi
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 19
448
“Di situ ada dua amplop berisi
Di situ
dokumen – dokumen penting,
Asbes di atas Rak Piring
Wahid. Kau masih dengar?” 20
448
“Di situ ada alamat yang harus
Di situ
kau datangi.”
21
462
“Udah nggak ada orang di situ.”
Alamat di Amplop
Di situ
Ruko Kediaman Popo dan Wilson
22
480
“Seandainya aku bisa duduk lagi
Di situ
Bangku di
bersama Suri di situ, batin
Bawah Pohon
Murad.”
Jambu
Tabel 4.1.1 (Sambungan) No
Halaman Kutipan Novel
1
41
“Bapak kami sering ke sini, ya?
Deiksis Tempat
Keterangan
Ke sini
Rumah
Tanya Suri lagi.”
Rohana, Barabatu
2
55
“Udah berapa banyak utang kau
Ke sini
kuhapuskan, Boris? Untuk apa?
Rantau Makmur
Kau tau, kan? Untuk kau bayar dengan cari si Anto, seret dia ke sini.? 3
55
“Bawa batang hidung sama
Ke sini
badan – badannya ke sini, bawa
Rantau Makmur
dua anaknya hidup – hidup ke sini!!!” 4
74
“Jauh – jauh ke sini Cuma mau bilang itu?”
Ke sini
Kebon Karet
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 5
92
“Dek, tiap Abang ke sini, banyak
Ke sini
kali Abang tengok semut beriring
Rumah Rohana
– iring.” 6
133
“Apa begundal ini alasan kau
Ke sini
Barabatu
Ke sini
Rumah Nek
datang ke sini?” 7
133
“Coba kau bilang kenapa kau ke sini?”
8
146
“Kenapa rupanya dia pindah ke
Gintuk Ke sini
Barabatu
Ke sini
Rambung
sini jauh – jauh dari kebon Bekisar?” 9
148
“Haruskah aku ke sini? Tanya hati Anto sejak dalam perjalanan
Luwih
tiga jam lalu.”
10
149
“Kenapa harus datang ke sini?”
Ke sini
Kantor Camat Rambung Luwih
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 11
150
“Ia gagal memegang janji untuk
Ke sini
tidak datang kesini.”
Kantor Camat Rambung Luwih
12
155
“Bahwa tidak ada siapa pun yang
Ke sini
membuntuti kau ke sini!” 13
168
“Apa istimewahnya orang itu
Rambung Luwih
Ke sini
Barabatu
Ke sini
Tanah Deli
Ke sini
Deli
berdua, sampai orang Belanda bawa – bawa orang itu ke sini?” 14
169
“Belanda gak hanya bawa orang itu berdua, tapi banyak juga orang – orang India seperti orang itu ke sini.”
15
169
“Orang – orang Eropa ramai – ramai datang ke sini cari rejeki.”
16
169
“Dibawalah orang itu sekampung Ke sini ke sini.”
Tanah Deli
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 17
190
“Terima kasih, sudah bisa datang
Ke sini
ke sini.”
Rumah Bu Rini Rambung Luwih
18
212
“Pasti sudah bertatap muka
Ke sini
dengan salah satunya, dan
Rumah Nek Gintuk
terbawalah arwah itu kesini.”
19
239
“Haaa… jangan berputar – putar,
Ke sini
udah mau lepas pinggangku ini.
Rumah Ibu Rini
Ayo, kenapa kau ke sini?”
20
244
“Ya Allah, aku berterima kasih bisa datang lagi ke sini.”
Ke sini
Rantau Panjang
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 21
258
“Belanda bawa pekerja – pekerja
Ke sini
Tanah Deli
Ke sini
Kamar Tidur
ke sini untuk bantu usaha, tapi pekerja ditelantarkan.” 22
274
“Ayo turun, lompat ke sini.”
Annouk
23
274
“Ini meja rias baru datang dari
Ke sini
Deli
Ke sini
Alam Lain
Ke sini
Kamar Nek
India, di beli Papi tiga bulan yang lalu, Mami yang minta, tapi waktu sampai ke sini Mami malah tidak suka, kata Mami buat Annouk saja.” 24
288
“Suri, maaf, aku lupa memberitahu, harus ada yang menjemputmu ke sini.”
25
294
“Oh, Alhamdulilah. Langsung masuk ke sini.”
Gintuk
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 26
299
“Siapa yang akan
Ke sini
membangunkan aku di sini kalau
Kamar Annouk
aku sudah berhasil menarik lengan suri untuk kembali ke sini 27
302
“Kenapa kau panggil Suri ke
Ke sini
Alam Lain
Ke sini
Kamar
sini?” 28
304
“Ia lihat Suri sudah bersuara mengigil kedinginan, berarti ia
Annouk
berhasil menyeret jiwa Suri ke sini.” 29
304
“Popo berpikir, bisa – bisa arwah
Ke sini
Oma juga terbawa ke sini.” 30
345
“Ha, Wiwi, Wei Shun…, lama
Kamar Annouk
Ke sini
Medan
Ke sini
Rambung
kali kau telpon ke sini?” 31
347
“Iya Paklik. Di mana itu? Masa enggak bisa balik ke sini lagi?”
Luwih
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 32
347
“Bukan enggak bisa balik lagi ke
Ke sini
sini, bisa, tapi biaya sangat
Rambung Luwih
mahal.” 33
347
“Kalau ada rejeki, Paklik datang
Ke sini
lagi ke sini.”
34
371
“Ibu tak tahu ke mana rimbanya.
Rambung Luwih
Ke sini
Suri, mungkin lagi diburu untuk
Rantau Makmur
dibawa ke sini.” 35
36
388
391
“Iya, Miss. Tadi malam Miss
Ke sini
Rumah Suri,
Anjani diantar ke sini sama orang
Holland
– orang yang enggak saya kenal.”
Road
“Bawa ke sini laki – laki yang
Ke sini
Singapura
Ke sini
Deli
mau kawin sama aku itu!”
37
428
“Sekarang Fenny yakin kenapa Papap bawa Fenny ke sini.”
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 38
468
“Ada apa Mak Esah ke sini?”
Ke sini
Rumah Wahid dan keluarga
39
468
“Panggillah dia ke sini…”
Ke sini
Dapur Rumah Wahid, Kisaran
40
No
472
“Mihran, sana panggil Abang
Ke sini
Kamar Fatma
Marwan sama Adik Miftah, ajak
dan Koh
ke sini ketemu Bulik Suri.”
Liang
Halaman Kutipan Novel
Deiksis
Keterangan
Tempat 1
163
Udahlah. Aku ke situ bukanya mau ninggalin kau.
Ke situ
Rumah Nek Gintuk
Tabel 4.1.1 (Sambungan) No
Halaman Kutipan Novel
Deiksis
Keterangan
Tempat 1
74
“Sayang coba kau tengok ke
Ke sana
sana.”
Tempat Kunang – kunang bermunculan
2
155
“Fatma, Suri, mau aku bawa ke
Ke sana
Medan
Ke sana
Tempat
sana!”
3
246
“Patik tahu, Patik bisa antar Tuan Putri ke sana.”
4
299
“Ya Tuhan, bagaimana aku
Murad
Ke sana
menjemputnya ke sana.”
5
382
“Seharian Jumarni mencari Suri ke sana kemari.”
Alam Lain, Wegeningen
Ke sana
Tidak ada tujuan
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 6
437
“Tapi waktu aku ke sana sambil
Ke sana
Sibiru – biru
Ke sana
Rumah di
perpisahan sekolah SMP.”
7
448
“Selepas magrib nanti, kau pergilah kesana.”
belakang bengkel motor selamat, Rambung Luwih
No
Halaman Kutipan Novel
Deiksis
Keterangan
Tempat 1
31
“Aku sudah hapal jalan keluar
Dari sini
Hutan Karet
“Coba kalian keluar, rumah kita Dari sini
Rumah Suri
dekat sungai, tengok tuh…,
dan Fatma di
Nampak dari sini.”
Barabatu
dari sini.”
2
35
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 3
18
“Kalau kutolong kau keluar dari
Dari sini
Kebon Karet
Dari sini
Rumah
sini, aku dapat apa?” 4
41
“Emak jualan lemang di stasiun kereta api Tebingtinggi, gak jauh
Rohana
dari sini.” 5
192
“Untung anak – anak kau udah
Dari sini
kau taruh jauh dari sini.” 6
244
“Rumahnya di bawah pohon
Rambung Luwih
Dari sini
besar tak jauh dari sini.”
Masjid Sultan Basyaruddin, RAntau Panjang
7
319
“Kau ikut aku, kita pulang pergi
Dari sini
Kuburan Cina
Dari sini
Medan
dari sini dari pinggir sungai. Ah, mana sepatu kau?” 8
339
Padahal Wilson tadi malam malam telpon, katanya kau harus di bawa jauh dari sini.”
4.2.1Tabel Deiksis Tempat dan Waktu Pada Novel Surga Retak Karya Syahmedi Dean 4. 2.1 Data Deiksis Waktu
No
Halaman Kutipan Novel
Deiksis
Keterangan
Waktu 1
41
Jangan hari ini, nanti siang
Nanti
Siang
Nanti
Tengah
keluarga kita mau makan disini.” 2
165
“Bagaimana jika tengah malam nanti Nek Gintuk berubah jadi
malam
peri atau berjalan mendekatinya tanpa menginjakkan kaki di tanah.” 3
176
“Maka nanti malam kau kukirim hantu borok kepala buaya ke kamar mandi kau.”
Nanti
Malam
Tabel 4.2.1 (Sambungan) No
Halaman Kutipan Novel
Deiksis
Keterangan
Waktu 1
11
“Suri menyesal karena tadi sore
Tadi
Sore
Tadi
Malam
ia tidak segera mandi, seragam sekolah masih melekat di badan.” 2
34
“Di sepanjang perjalanan tadi malam ia tak terpejam sedetik pun.”
3
178
“Tadi pagi sambil minum teh.”
Tadi
Pagi
4
242
“Ah, pasti alasan ngebut Pak
Tadi
Pagi
Tadi
Siang
Sopir tadi pagi hanya tipuan belaka.” 5
261
“Meja rias tiba di rumah tadi siang.”
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 6
414
“ Seketika Suri menajamkan
Tadi
Pagi
Deiksis
Keterangan
penciuman, menghirup wangi parfum yang disemprotkan cicih grace tadi pagi di leher dan pergelangan tangan Suri.”
No
Halaman
Kutipan Novel
Waktu 1
12
“ Pasti sekarang teman – teman
Sekarang
Saat Suri dan
tidak akan memuji lagi, karena
keluarga
dia berpergian dengan lusuh
pergi
dan belum mandi.” 2
25
“ Sekarang sudah September
Sekarang
September
Sekarang
Saat ini
lagi.” 3
28
“ Ini rumah kita sekarang.” Kata Bapak
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 4
83
“ Lima bulan. Hah, nasib…
Sekarang
Tidak
nasib! Sekarang macam mana
memiliki
kita bisa punya cita – cita lagi?
kesempatan
Kalau Ibu tau kita nggak sekolah, pasti Ibu marah dan menangis.” Suri menjawab pertanyaannya sendiri 5
84
“ Jaman sekarang perempuan
Sekarang
Jaman
Sekarang
Perasaan
yang tanggung ini semua.” 6
84
“Mau tahu apa yang aku rasakan sekarang? Kayaknya kita bukan Bapak kita.”
7
135
“Hm, sekarang yang ke dua.”
Sekarang
Ke dua
8
136
“Mata Suri yang tadi berkaca –
Sekarang
Menangis
kaca, sekarang berlinang air mata.”
Tabel 4.1.1 (Sambungan) 9
143
“Sekarang saatnya membantu
Sekarang
Kesempatan
Sekarang
Peluang
Sekarang
Saat ini
Sekarang
Perasaan
Fatma dan Suri.” 10
149
“Namun sekaranglah saat untuk menggunakan pertolongan yang tersisa.”
11
161
“Sekarang saja Nur tak tahu Anto dimana, sudah belasan hari menghilang tanpa berita.”
12
188
“Hah, sampai sekarang ini pun masih terasa betapa hancur
hancur
perasaan aku, terayun – ayun di gelombang samudra tanpa ada kawan.” 13
190
“Sekarang, apa keluhan kau?”
Sekarang
Saat ini
14
194
“Kau bisa berpikir. Sekarang
Sekarang
Memberi
kami harus pulang.” 15
199
“Baju merah jambu yang sekarang di pakai ini, baru pertama kali dikenakan.”
waktu Sekarang
Saat ini
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 16
211
“Dan sekarang, Suri akan
Sekarang
mengambil hal yang sama.”
Tidak memiliki jangkauan waktu yang tetap
17
212
“Akibatnya sekarang Gintuk
Sekarang
Tidak
susah menghabiskan
memiliki
kebosananya hidup di dunia”
jangkauan waktu yang jelas
18
216
“Sampai sekarang aku masih gak
Sekarang
Saat ini
Sekarang
Saat ini
Sekarang
Saat ini
mau maafin Papa.”
19
218
“Sekarang ada Nek Gintuk yang akan melindunginya.”
20
225
“Tapi dia sekarang segala – galanya buat aku.”
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 21
227
“Suri harus pulang sekarang,
Sekarang
Saat ini
Sekarang
Saat ini
Sekarang
Saat ini
Sekarang
Saat ini
Sekarang
Saat terjadi
aku mau antar dia orang.” 22
228
“Sekarang, pulanglah. Nenek lu orang sudah menunggu di ruang tamu.”
23
237
“Sekarang indra telinga yang bekerja.”
24
243
“Sekarang salat Suri malah dihiasi petuah – petuah dari Nek Gintuk.”
25
245
“Sekarang, ada beberapa orang lagi berkelebat, disusul puluhan
kejadian
orang yang lain, berlari kencang, Suri berada di antara mereka.” 26
252
“Harus pintar – pintar aja sekarang, piye carane masing – masing belahan gak jadi lebih kecil – kecil lagi kaya bumbu pecel!”
Sekarang
Saat penutur menuturkan
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 27
253
“Sama sajalah kayak sekarang
Sekarang
Saat ini
Sekarang
Tidak
ini, alasannya pasti sama.”
28
258
“Bukan gitu. Tanah Deli ini udah nggak jelas sejak Belanda
memiliki
datang, sampai sekarang.”
jangkauan waktu yang tetap
29
258
“Sekarang kayak mana caranya
Sekarang
Saat ini
Sekarang
Saat penutur
bisa bertahan hidup!” 30
262
“Hm. Sekarang aku bisa lihat wajahku dengan jelas, katanya,
menuturkan
tersenyum puas.” 31
265
“Tolong sampaikan. Aku harus
Sekarang
pulang ke sungai sekarang.”
Tidak memiliki jangkauan waktu yang tetap
32
266
“Oh, Anwar, semoga arwahmu tenang sekarang.”
Sekarang
saat penutur menuturkan
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 33
270
“Aku mau tidur sekarang,
Sekarang
Malam
Sekarang
Saat ini
“Sekarang tak munkin Mami lari Sekarang
Saat ini
selamat malam.”
34
272
“Sekarang dua telapak tangan Suri menopang dagu, di pandang – pandangnya bola matanya sendiri.”
35
280
pulang begitu saja ke Belanda dengan meninggalkan semua furniturnya di sini.” 36
284
“Mau ke Belawan. Kami harus
Sekarang
Saat ini
Sekarang
Saat penutur
berangkat sekarang.” 37
303
“Harus bisa. Aku harus bisa pergi sekarang.”
38
315
“Kau harus pergi jauh sekarang.
menuturkan Sekarang
Tidak
Cari Wilson di kuburan
memiliki
Akongnya.”
jangkauan waktu yang tetap
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 39
316
“Anakku. Pergi kau sekarang,
Sekarang
Saat ini
Sekarang
Saat Nek
atau kau akan binasa! Kau dengar aku?!!HAH?!!” 40
317
“Suri. Pergi kau sekarang!!!”
Gintuk menyuruh Suri pergi 41
326
“Sampai sekarang Wilson tak
Sekarang
Tidak
tahu kenapa Ieie masih sendiri,
memiliki
dan bisa hidup berkecukupan.”
jangkauan waktu yang tetap
42
327
“Anak sekarang ya, sekolah –
Sekarang
Masa kini
Sekarang
Saat penutur
sekolah udah pacaran.” 43
327
“Tapi Ieie gak bisa setiap hari ngawani sekarang murid aerobic
menuturkan
Ieie makin banyak.” 44
328
“Kereta api ada jam dua belas siang, Wiwi, kau mesti cepat pergi sekarang.”
Sekarang
Saat ini
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 45
329
“Yah, zaman sekarang, Wi. Kau
Sekarang
Mas kini
tengok kabar – kabar di Koran, anak – anak SMP sudah pergaulan bebas.” 46
332
“Sekarang ia sama tinggi dengan Sekarang
Saat ini
Esther.” 47
332
“Sekarang masih kayak robot
Sekarang
Saat ini
dulu nggak apa – apalah.” 48
49
335
336
“Sekarang coba tas ini. Gini cara Sekarang
Saat penutur
pengangnya.”
menuturkan
“ Lagi pula, aku udah gak main
Sekarang
Kini
Sekarang
Saat ini
Sekarang
Wilson dalam
kelas kambing lagi, sekarang kelas rusa punya!” 50
339
“ Sekarang, pilihan yang ada adalah mati atau pergi jauh untuk bekerja, di Singapura.”
51
340
“ Ya Allah, Wilson, sekarang pun kau dalam bahaya, ratap Suri dalam hati.”
bahaya
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 52
340
“ Rambutku sekarang berponi,
Sekarang
warnanya sudah berubah, dicat
Rambut Suri berponi
hitam legam, tidak lagi gersang seeperti keseringan main layang – layang di bawah sinar matahari.” 53
346
“ Sekarang saatnya aku
Sekarang
Kini
Sekarang
Suri masih
meninggalkan musala ini, kutitipkan sama kau, kau harus jaga baik – baik.” 54
355
“ Kita mau kerja apa, sih? Sampai sekarang aku masih
bingung
bingung.”
dengan pekerjaannya
55
364
“ Tapi juga, perempuan zaman
Sekarang
sekarang ini banyaklah yang
Saat penutur menuturkan
tidak percaya diri.” 56
370
“ Dan sekarang, tinggallah aku dan rasa takutku.”
Sekarang
Perasaan
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 57
375
“ Sekarang bukan saatnya lagi
Sekarang
Kini
Sekarang
Waktu saat
menikmati gadis – gadis Deli.” 58
384
“ Sekarang, aku tidak peduli bahasaku lagi!”
penutur menuturkan
59
390
“ Sekarang ada satu permintaan
Sekarang
Keinginaan
Sekarang
Saat ini
aku.” 60
399
“ Apa yang kalian isap itu? Bau sekali! Matikan sekarang!”
61
419
„ Yah zaman sekarang, Nak, kita Sekarang
Saat penutur
enggak tau kayak mana setiap
menuturkan
orang menghadapi hidupnya.” 62
63
426
433
“ Sekarang berbeda. Orang –
Sekarang
Waktu saat
orang sekarang banyak
penutur
mengeksploitasi alam.”
menuturkan
“ Alhamdulillah… Paklik sehat walafiat, kesibukan Paklik sekarang berladang.”
Sekarang
Saat ini
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 64
451
“ Ya, tapi kau warga Singapura
Sekarang
Waktu ketika
sekarang, kau akan
penutur
menemapatkan diri dalam
menuturkan
bahaya. Medan tempat terburuk di Bumi ini sekarang, anti cina dan rezim membabi buta.” 65
452
“ Aku sudah bicara pada
Sekarang
Saat ini
“ Suri sekarang sadar apa yang ia Sekarang
Saat ini
temanku, dia sedang bertugas sekarang, dia akan menjagamu selama di Deli.” 66
454
jalani, tapi tetap tidak mengerti mengapa pola hidup ini yang ia jalani.” 67
463
„ Sekarang Tante Nurbaiti tinggal di sini?”
Sekarang
Saat penutur menuturkan
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 68
469
“ Apa kabar Suri Sekarang? Suri
Sekarang
Tidak
tak ada ketika Wahid lari
memiliki
meninggalkan kampung.”
jangkauan waktu yang tetap
69
471
“Ish, cantik kali kau sekarang,
Sekarang
ya.” 70
475
“ Lihatlah hidup kita sekarang
Saat penutur menuturkan
Sekarang
Waktu yang
ini saja. Waktu sudah membuat
mengubah
kita seperti sekarang ini.”
kehidupan Suri dan Fatma
71
475
„ Sekarang semua uangnya ada
Sekarang
di aku.” 72
73
478
479
“ Sekarang aku memiliki
Saat penutur menuturkan
Sekarang
Saat Suri
kemewahan, tapi hatiku tidak
menuturkan
seperti di rumah ini dulu.”
perasaannya
“ Sekaranglah saatnya untuk berterus terang.”
Sekarang
Saat untuk berterus terang
Tabel 4.2.1 (Sambungan) No
Halaman
Kutipan Novel
Deiksis
Keterangan
Waktu 1
12
“ Pak, besok kita jalan – jalan
Besok
lagi? Ayo, Pak,” 2
12
“ Dan ketika besoknya tiba,
Hari yang akan datang
Besok
Bapak diam – diam pergi tanpa
Hari setelah hari ini
pesan.” 3
4
31
60
“ Lusa aku mau beli sepeda.
Lusa
Dua hari
Kau mau jalan – jalan sama
setelah hari
aku?”
ini
“Dik, aku dipanggil Emak.
Besok
Sore
Esok
Hari setelah
Sampai besok sore, ya.”
5
61
“Ketika keluarga dan saudara – saudara sibuk berbenah untuk
hari ini atau
esok hari, Nur pelan – pelan
besok
beringsut meninggalkan kamar.” 6
72
“Hernowo berpesan jangan kemalaman begadang, selamat bekerja esok hari.”
Esok
Besok
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 7
76
“Baktitlah anak bumi esok pagi
Esok
Pagi
Besok
Malam
Esok
Besok
Besok
Hari yang
akan kupeluk kau kembali.” 8
97
“Besok malam, mayatnya dikembalikan lagi.”
9
123
“Saat malam turun penduduk berkubang dalam pertanyaan tentang apalagi yang akan di hadapi esok?”
10
196
“Jika tiba – tiba bertemu besok atau lusa.”
11
260
“Izinkan aku datang lagi besok
akan datang Besok
Pagi
Besok
Setelah
pagi, Madam.” 12
273
“Oh, itu besok selepas magrib.”
magrib 13
284
“Besok siang masjid ini pertama
Besok
Siang
Besok
Satu hari
kali dipakai untuk salat jumat.” 14
284
“Tidak bisa, besok ada pertemuan di Tanjung Morawa, ada sedikit
setelah hari
masalah dengan inlander
ini
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 15
292
“Suri harus kuat, besok pagi kita
Besok
Pagi
Besok
Satu hari
semua kita ke Rotterdam, kami sekeluarga akan pindah ke tanah Deli.” 16
17
301
340
“Aku mau mengantar Suri pulang, besok kami sekeluarga
setelah hari
berlayar ke Deli.”
ini
“Besok pagi kita ke kantor
Besok
Pagi
Besok
Hari setelah
imigrasi untuk urus paspor.” 18
358
“Besok kalian masing – masing di jemput perwakilan –
hari ini
perwakilan tempat kalian bekerja.” 19
373
“Macam enggak ada hari esok.”
Esok
Sama dengan Besok
20
366
“Kemarin malam Suri meminta Darsi untuk menemaninya tidur di kamar, tapi Darsi menolak.”
Kemarin
Malam
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 21
411
“Kacamata itu juga pemberian
Kemarin
Sore
kakak Grace kemarin sore.”
No
Halaman
Kutipan Novel
Deiksis
Keterangan
Waktu 1
64
“Dulu waktu menghamili Nur, Dulu
Anto tidak
tak terbayangkan akan
pernah
tercampakan kehidupan berat
membayangkan
karena semua kebutuhan
akan
hidup bergelayutan.”
menghadapi kehidupan yang berat
2
69
“Abang ingat waktu pertama
Dulu
Waktu pertama
kali abang pulang dulu.
kali abang
Abang tengok kau tersenyum,
pulang
Nur. 3
138
“Pekerja kebon yang berusia lanjut masih punya kebiasaan yang diturunkan orang tua mereka dulu dari zaman
Dulu
Zaman belanda
Belanda.‟
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 4
146
“Katanya, dulu Kakek si
Dulu
Kakek si
Warmoto juga pemberontak
Warmoto
kebon didatangi dari Bagelen
pemberontak
tahun 1890.”
kebon yang didatangi pada tahun 1890
5
164
“Kalau ketelantaran, pasti
Dulu
udah dari dulu di
Dicampakkannya kita
campakkannya kita.” 6
166
“Waktu di Sekolah Dasar dulu Dulu
Waktu Sekolah
pelajaran agama Suri bernilai bagus.” 7
168
“Dulu, dia dan bapaknya
Dulu
Waktu lampau
Dulu
Tanah Deli
dibawa Belanda ke tanah Deli.” 8
169
“Dulu tanah Deli ini sangat maju dan kaya raya.”
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 9
182
“Dia dulu pernah tinggal di
Dulu
Liverpool.”
Tokoh dia pernah tinggal di Liverpool
10
11
186
234
“Aku dan Nurlaila berangkat
Dulu
Aku dan Nurlaila
lebih dulu, melintas kota yang
berangkat
terutup salju warna putih,
menuju rumah
menuju rumah Peter
Peter di kawasan
dikawasan Garston.”
Garston
“Nah, ini perkebonan Tanjung
Dulu
Perkebonan
Morawa, ini dulu perkebonan
Tanjung Morawa
yang paling maju dari semua
adalah
perkebonan di Deli, dulu
perkebonan
namanya Senembah
paling maju pada
Maschappijj.”
masa lampau dengan nama Senembah Maschappijj
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 12
235
“Dulu ada anak muda, orang
Dulu
Anak muda baru
Minangkabau, baru pulang
selesai sekolah
dari Haarlem di Belanda sana
tinggi guru di
baru selesai sekolah tinggi
Belanda
guru katanya.” 13
14
238
240
“Dulu ada saudara aku tinggal
Dulu
Sepuluh tahun
di kampong sini barang kali, ada
yang lalu
sepuluh tahun yang lalu terakhir
terakhir aku
aku kemari.”
kemari
“Tapi dulu, sewaktu melamar
Dulu
saya, orang tuanya bilang Amrul
Waktu melamar Bu Rini
anak tunggal.” 15
253
“Aku ingat kali, pelajaranku di sekolah dulu.”
Dulu
Aku ingat kali pelajaran di sekolah
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 16
268
“Tapi dulu Ibu pernah bilang
Dulu
Ibu pernah
aku cantik, dulu waktu aku baru
bilang aku
mau masuk Sekolah Dasar.”
cantik waktu baru masuk Sekolah Dasar
17
276
“Mereka selalu saja bertengkar,
Dulu
waktu keluarga
ada saja yang di permasalahkan,
Annouk masih
tak ada yang bisa menengalah,
di Wageningen
padahal dulu di Wageningen, mereka selalu akur.” 18
280
“Ia merasa tidak berharap
Dulu
Tidak berharap
dengan Viktor Van Buiren yang
pada laki – laki
dulu, laki – laki yang
yang
menikahinya di Amsterdam
menikahinya
belasan tahun lalu.”
belasan tahun lalu
19
281
“Rasa sakit hati dan tersisihkan dilingkungan sosial dulu di Belanda, sungguh terobati.”
Dulu
Perasaan tersisih
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 20
281
“Dulu semasa berpacaran,
Dulu
Waktu pacaran
Viktor adalah laki – laki yang
Viktor adalah
menyenangkan.”
laki – laki yang menyenangkan
21
22
294
326
“Nek Gintuk ingat kata ayahnya
Dulu
Nek Gintuk
dulu, menjemput jiwa yang
mengingat kata
pergi harus dengan jiwa juga.”
Ayahnya
“Dulu waktu masih gadis, adik
Dulu
mama ini tinggal bersama di
Waktu masih gadis
rumah Wilson dengan Papa dan Mama.” 23
334
“Ini menara air Tirtanadi, dulu namanya Anyer Bersih, buatan Belanda tahun 1906”
Dulu
Menara Anyer Bersih
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 24
338
“Padahal dulu Kakek Esther
Dulu
pernah berpesan, kalau kau
Kakek Esther pernah berpesan
percaya kepada pemimpinmu, jangan buka telingamu ke orang lain, walau seribu panah membidikmu.” 25
26
338
349
“Esther ingin sukses berbisnis
Dulu
Esther ingin
seperti kakek di zaman Belanda
sukses seperti
dulu.”
kakeknya
“Mengigatkanya lagi pada
Dulu
Pelajaran
pelajaran – pelajaran mengaji
mengaji yang
yang dulu pernah Wahid tuntut
pernah Wahid
di masa ayahnya belum minggat
pelajari sebelum
meninggalkannya.”
Ayahnya minggat meninggalkannya
27
371
“Koh Liang sama ramahnya
Dulu
Waktu yang telah
seperti ketika meminjam beras
berlalu saat
kepadanya dulu.”
meminjam beras
28
399
“Saya dulu tinggal di Asahan,
Dulu
tahun 1901 sampai 1921, cukup
Tahun 1901 sampai 1921
lama ya, jadi saya bisa bahasa Indonesia.” 29
424
“Dulu Belanda menekan Sultan – Sultan disini.
Dulu
Belanda menekan Sultan – Sultan
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 30
31
434
435
“Maaf Paklik tidak
Dulu
Waktu
menyampaikan ini waktu
meninggalkan
pertama kali meninggalkan
Wahid dan
Wahid dan musala dulu.”
musala
“Setiap kali Wahid melihat
Dulu
Wahid merasa
pantulan dirinya dikaca, Wahid
berbeda, tidak
memang merasa berbeda,
kumal, dan dekil
Wahid tidak kumal dan dekil seperti dulu.”
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 32
462
“Wilson? Tahulah aku. Disini
Dulu
nyah dulu ngerokok – rokok
Waktu Wilson sebelum kawin
nongkrong, sebelum kawin.”
33
34
465
467
“Hei, Hasyim. Ini, amanah yang
Dulu
Amanah yang
dititipkan bekas bos ayah dulu
dititipkan bekas
dikantor.”
bos Ayah
“Ya Allah, kenapa aku
Dulu
Kedatangan
sedemikian bodoh, berarti
bapak Suri ke
kedatangan bapaknya Suri ke
kantor Pak
kantor Pak Amrul dulu adalah
Amrul adalah
kunjungan persaudaraan.”
kunjungan persaudaraan
35
471
“Suri kenal betul tempat ini,
Dulu
Tempat masa
tempat dulu bersama Ibu dan
lalu Suri
Fatma meminjam beras kepada
bersama Ibu dan
Koh Liang yang genit.”
Fatma
Tabel 4.2.1 (Sambungan) 36
472
“Kau sudah punya anak?
Dulu
Suri terkejut
Sebesar ini? Kau pun sudah bisa
melihat keadaan
cakap? Seperti dulu seperti
Fatma
waktu kita pergi sekolah sama – sama.” 37
476
“Rasanya seperti kembali ke
Dulu
saat – saat dibesarkan dulu.”
Waktu yang telah berlalu saat dibesarkan
38
478
“Aku dulu hidup di tempat
Dulu
seperti ini kenapa aku bisa
Waktu yang telah berlalu
sangat bahagia?” 39
479
“Dulu berkali – kali Suri
Dulu
Suri
bertanya tentang apa
menanyakan
sebenarnya pekerjaan Murad.”
pekerjaan Murad
40
479
“Dulu setiap kali menjemput Suri perasaan hati seperti hendak meledak kelangit .”
Dulu
Masa lalu saat menjemput Suri
BAB V PEMBAHASAN Yule membagi deiksis menjadi tiga bagian yaitu deiksis persona, deiksis tempat, dan deiksis waktu. Djajasudarma juga membagi deiksis dalam tiga bagian yaitu deiksis persona, deiksis penunjuk (tempat), serta deiksis waktu. Dalam penelitian ini fokus peneliti hanya pada deiksis tempat dan deiksis waktu saja. Berdasarkan bentuknya deiksis tempat dapat dinyatakan dari di sana, di sini, di situ dan sebagainya. Sedangkan, deiksis waktu sekarang, kemarin, besok, lusa, dan sebagainya.
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk instrumen, maka peneliti hanya membahas apa yang menjadi fokus penelitian saja dan disesuaikan dengan teori yang digunakan. Berikut ini akan diuraikan pembahasan tentang deiksis tempat (penunjuk), dan deiksis waktu yang terdapat dalam novel Surga Retak yang disertai dengan contoh kalimat.
5.1 Deiksis Tempat
Deiksis tempat (penunjuk) yang digunakan dalam novel Surga Retak karya Syahmedi Dean yaitu di sana, di sini, di situ, ke sana, ke sini, ke-
situ, dan dari sini. Menurut Djajasudarma ( 2009:65), deiksis tempat ( penunjuk) dapat di bedakan dari sudut jauh dekatnya lokasi dengan pembicara dan dekat dengan kawan bicara. Sedangkan, Yule (2006:21) menyatakan Objek-objek kedekatan secara fisik akan cenderung diperlukan oleh penutur sebagai kedekataan secara psikologis. Juga sesuatu yang jauh secara fisik secara umum akan diperlakukan sebagai jauh secara psikologis.
Adapun penggunaan deiksis tempat (penunjuk) di sini dengan 106 penemuan yang terdapat dalam novel Surga Retak dituangkan dalam bentuk kalimat sebagai berikut: 1. “Aku bosan di sini, kakiku kedinginan.” Bujuk Murad. ( hal: 16) 2. “Tidak ada apa-apa di sini.” Orang kampung bohong, sama seperti Bapak. Di sini sejuk dan tenang.” ( hal: 17) 3.
“ Hati-hati main di sini, apa lagi perempuan kayak kau. Kalau kau jumpa gerombolan pencuri getah karet, pasti kau pun langsung dibawa sekalian.” (hal:19)
4. “ Pintarlah Mamak kalian itu, daripada di sini makan hati sama Bapak kalian, bisanya cuma main judi itu ?” (hal: 27) 5. “ Lama kali kau sampai? Udah dua jam aku di sini.” (hal: 28) 6. “ Bisa. Kan banyak turunan di sini.” (hal: 31)
7.
“ Aaah. Abang ini, penakut kali. Semua anak di sini jago berenang.” (hal: 38)
8. “ Tidak ada apa-apa di sini, hanya dengung.” (hal: 39) 9. “ Jangan hari ini, nanti keluarga kita mau makan di sini, kita harus ke pajak dulu beli lauk dan sayuran.” (hal: 41) 10. “ Semua laki – laki di sini kayak gitu, kan ?” “ Iya semua laki – laki di sini kayak gitu. Mereka Cuma bisa mandiin anak, antar anak ke sekolah, terus main judi lagi sampai pagi.” (hal: 47) 11. “ Enggak jugalah. Ada juga yang kerja. Yang rumahnya paling besar di ujung dekat jalan besar. Dia paling kaya di sini.” (hal: 47) 12. “ Kayak perempuan cara jalannya, cara cakapnya apa lagi, ibu – ibu di sini manggil dia metti.” (hal: 47) 13. “ Tapi dia lupa balas budi sama mamaknya di sini.” (hal: 48) 14. “ Ia membayangkan ketika bersama ibu pergi berbelanja, meskipun suasuana tidak seramai di sini.” (hal: 49) 15. “ Banyak orang - orang perkebunan menghabiskan waktu di sini.” (hal : 58) 16. “ Malam ini puncak kebahagian Nur karena Anto bilang akan menetap di sini bersama Nur untuk selamanya.”(hal: 69) 17. “ Itu gampang, yang penting orangnya dulu ada di sini.” (hal: 69)
18. “ Mereka, tak habis piker, kenapa malam ini Rohana memutuskan menginap di sini, bagaimana kalau tiba – tiba Bapak pulang.” (hal: 70) 19. “ Mari duduk di sini,” ajak Murad setelah ia menyandarkan sepedanya ke salah satu pohon (hal: 74) 20. “ Aku udah lama tinggal di sini, tapi kenapa gak tau ada ini?” (hal: 75) 21. “ Sampai kapan kita tinggal di sini? sampai tua?” (hal: 86) 22. “ Aku nggak tau, tapi emakku pernah bilang, satu – dua pemuda di sini komplotan penjarah.” (hal: 95) 23. “ Tidak ada kesan mistis di sini, jendela yang lebar membiarkan cahaya matahari masuk sebebas – bebasnya.” (hal: 120) 24. “ Aku udah belasan tahun tinggal di sini! Dia itu Nenek – nenek pelupa, kayak mana kita yakin sama cakapnya?” (hal: 131) 25. “ Tapi, kita di sini semua tak ada yang tau siapa yang menembak warmoto.” (hal: 146) 26. “ Silahkan tunggu di sini.., duduk dulu.” (hal: 148) 27. “ Anto! Mari duduk. Di sini!” Suaranya tegas dan tajam, dagunya menunjuk kea rah kursi di depan meja kerja yang besar. (hal: 150) 28. “ Telapak tanganku bersih di sini!!!” gigi – gigi geraham Amrul bergeretak. (hal: 155)
29. “ Baiklah, biar dia tinggal sama aku sekalian biar ada kawan aku di sini,” Nek Gintuk berkata. (hal: 162) 30. “ Selama tinggal di sini, tiap malam aku gak bisa buang air.” (hal: 164) 31. “ Siapa bilang? Dulu ada beberapa anak kenalan yang mau tinggal sama aku di sini, tapi semuanya Cuma bertahan satu hari saja.” (hal: 178) 32. “ Taruh di sini, Bik,” ujar Bu Rini kepada wanita tua yang setengah membungkuk menghantarkan minuman dan kue – kue. (hal: 190) 33. “ Orang – orang yang terkubur di sini umumnya bukan terlahir di tanah Deli.” (hal: 201) 34. “ Weh…, jadi ngapain di sini, mau pesan tempat?” (hal: 203) 35. “ Ya, tinggal gambar aja… kalian berduakan di sini?” (hal: 205) 36. “ Terima kasih, Tuhan, terima kasiiiih… aku tiap hari duduk di sini supaya jumpa kakek.” (hal: 206) 37. “ Di sini pun tempat paling tenang di dunia.” (hal: 206) 38. “ Siapa pun kau dan apa pun kepentingan kau, pergilah, tempat kau bukan di sini.” (hal: 208) 39. “ Ssst. Kau gak bolehin aku makan di sini, ya?” bisik Suri (hal: 227)
40. “ Mama gak tinggal di sini. setelah papa kawin lagi, mama pulang ke rmah orang tuanya.” (hal: 229) 41. “ Karena semua keluarga di sini adalah keluarga Papa, yah… Mama jadi benci semua.” (hal: 229) 42. “ Banyak orang Eropa tinggal di sini. Tuh, lihat lapangan golf di tepi sungai, pemandangan yang indah.” (hal: 234) 43. “ Saya suka duduk di sini, memperhatikan tembakau hijau.” (hal: 238) 44. “ Gerangan apa yang membuat Tuan Putri masih berdiri di sini? Matahari sudah pun tenggelam.” (hal: 246) 45. “ Bukannya orang India jago main film? Kayak Mintun Cakraborti itu, loh!Sampeyan main film aja di sini, kumis putih sampeyan itu pasti laku?” (hal: 255) 46. “ Di sini hidup lebih keras, nyawa pun dipertaruhkan, apa lagi cuma sebaskom duit!” (hal: 258) 47. “ Siapa kau? Ada apa berdiri di sini setiap hujan datang?” Tanya Suri. (hal: 265) 48. “ Apa jadinya kalau sampai Nek Gintuk bangun dan Suri masih tetap ada di sini?” (hal: 269) 49. “ Aku tidur sendiri. Tapi kalau Papi pergi ke Penang, ke Bukit Tinggi, atau Batavia, Mami tidur sama aku di sini.” (hal: 274) 50. “ Boleh aku duduk di sini?” Tanya Suri. (hal: 275)
51. “ Kau selalu duduk di sini?” Tanya Suri. (hal: 275) 52. “ Iya, setiap melihat matahari pagi, setiap aku menulis buku diari, aku duduk di sini.” (hal: 275) 53. “ Sekarang tak mungkin Mami pulang begitu sajake Belanda dengan meninggalkan semua furniturnya di sini.” (hal: 280) 54. “ Tak mengapa. Biar aku di sini.” (hal: 289) 55. “Ayo, usaha, di sini banyak air.” Annouk mendesak Suri. (hal: 290) 56. “ Kalau Annouk tinggalkan Suri di halaman ini untuk mencari Mami di rumah, Suri bisa terkubur salju di sini.” (hal: 291) 57. “Tunggu di sini. jangan pergi.” (hal: 291) 58. “ Aku akan mati di sini, pikir Suri.” (hal: 292) 59. “
Semalaman
Wilson
menemani
semua
orang
di
sini,
mengharapkan Suri akan kembali.” (hal: 294) 60. “ Nanti lu orang harus awas di sini, perhatikan badan oe, badan Suri juga.” (hal: 296) 61. “ Siapa yang akan membangunkan aku di sini kalau aku sudah berhasil menarik lengan Suri untuk kembali ke sini?” (hal: 299) 62. “ Ayo kita ke dalam rumah kincir, oe tidak kuat di sini, dingin sekali.” (hal: 301) 63. “ Ayo, Annouk tidak mau Suri mati di sini, kan?” (hal: 302)
64. “ Aku tidak punya teman di sini, Papi Mami sibuk dengan urusan masing – masing.” (hal: 302) 65. “ Rohana, ini urusan hidup mati, kau harus sabar di sini!” (hal: 305) 66. “ Aku mau pulang ke Tebing. Biar Suri di sini dulu sementara, hari minggu muka, aku datang lagi jemput Suri.” (hal: 327) 67. “ Ya, di sini aja dulu. Sesuka hati kalian mau berapa lama, ada kamar di atas. (hal: 327) 68. “ Suri, kau tinggal di sini dulu kau aman sama Ieie.” (hal: 327) 69. “ Kau tenang saja di sini, biar aku pulang dulu ke Tebing siang ini.” (hal: 327) 70. “ Nanti ku kabari Nek Gintuk kau di sini.” (hal: 327) 71. “ Aku gak bisa di sini terus, bujangan terus, aku harus kawin, punya keturunan.” (hal: 346) 72. “ Ayo, Wahid, lupakan dulu diri kau, utamakan dulu orang lain, panggil semua untuk datang salat di sini.” (hal: 351) 73. “Darsi, boleh tolong teleponkan Jumarni? Tanyakan jam berapa dia sampai di sini hari ini.” (hal: 365) 74. “ Supaya Anjani boleh ambil sikap untuk di pakai dalam pergaulan di sini nanti.” (hal: 367) 75. “ Masalahnya, Selama tiga hari di sini, Fatma tidak merasa lapar.” (hal: 370)
76. “ Ia harus kuat menghadapi ini semua, masih ada satu harapan lagi, bertemu Suri. Di sini.” (hal: 372) 77. “ Aku pun sudah tiga minggu di sini, tak ada kerja, tak ada apa – apa, tak ada gaji juga!” (hal: 385) 78. “ Engkau sudah punya dua kalung Bvlgari, padahal engkau belum sebulan ada di sini.” (hal: 385) 79. “ Jumarni, aku masih do not understand why aku di sini…” (hal: 385) 80. “ Darsi, bawa nasi gorengnya kemari. Kita makan sama – sama di sini.” (hal: 389) 81. “ Kenapa pertemuan harus di sini?” (hal: 392) 82. “ Sepertinya aka nada pesta besar di sini.” (hal: 392) 83. “ Kau juga duduk di sini..” (hal: 392) 84. “ Jangan khawatir, kau aman, tak seorang pun di sini, jika kau butuh aku tinggal lambaikan tangan kau. Mudah. (hal: 393) 85. “ Boleh saya duduk di sini?” (hal: 393) 86. “ Dia lelaki terhormat di sini, takkan dia berani pukul – pukul perempuan.” (hal: 402) 87. “ Edward yang memesan tempat ini dengan alasan di sini menyediakan makanan halal yang bisa di pesan Suri.” (hal: 413) 88. “ Papap harus ikut berusaha ambil peran di sini.” (hal: 425) 89. “ Akan terjadi tumpah darah di sini.” (hal: 427)
90. “ Tanah Paklik ini subur lho, kayak tanah di Deli, cuma memang hujan di sini tidak sesering di Deli, jadi Paklik harus pandai – pandai menyesuaikan waktu tanam.” (hal: 433) 91. “ Bang Wahid, tinggalkan saja dokumennya di sini.” “ Soalnya banyak juga yang mau tunggu di sini tapi cuma alasan supaya ada waktu ganggu – ganggu Yati.” (hal: 436) 92. “ Jangan lepas kunci mobil. Kau tunggu di sini.” (hal: 439) 93. “ Oke. Saya akan mengantar Suri selama di sini.” “ Di sini etnis Cina sudah dicemburui sejak zaman kolonial Belanda.” (hal: 459) 94. “Wilson? Tahulah aku. Di sini nyah dia dulu kalo ngerokok – ngerokok, nongkrong, sebelum kawin.” (hal: 462) 95. “ Sekarang Tante Nurbaiti tinggal di sini?” (hal: 463) 96. “ Kau mintalah Kak Ifa sama Kak Maemunah menginap di sini, biar ada kawan.” (hal: 468) 97. “ Kenapa Fatma tinggal di sini?” “ Suri mengenyahkan pikiran kalau – kalau Fatma bekerja sebagai budak atau pembantu di sini.” (hal: 471) 98. “ Hidup dalam kemewahan di Singapura, sementara Fatma terlunta – lunta di sini.” (hal: 471) 99. “ Ngapain kau ada di sini? di rumah Koh Liang? Kau bekerja di sini? Ya Allah..” Tanya Suri. (hal: 472)
100.
“ Tapi Koh Liang bilang, dia hidup dan mencari makan di sini,
kalau mati dia mau mati di sini.” (hal: 474) 101.
“ Selama kau di sini, pernah kau dengar atau berpapasan
dengan Murad?” (hal: 475) 102.
“Cobalah, Suri, bawa Ibu kemari. Kita bangun lagi masa lalu
kita yang indah di sini…” (hal: 476) 103.
“Kau masuklah, urus suami kau dulu, I’ll be fine, aku masih
mau sendirian di sini.” (hal: 476) 104.
“ Aku pernah hidup di sini, rumahku, ini aku datang…” (hal:
477) 105.
“ Apa betul Suri kembali tinggal di sini?” (hal: 479)
106.
“ Tak satu pun orang tinggal di sini, sebaiknya aku segera
pergi.” (hal: 479)
Pada kalimat (1) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Hutan Karet, kalimat (2) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Hutan Karet, tempat Suri berada, kalimat (3) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Hutan Karet, tempat Murad, kalimat (4) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Rantau Makmur, kalimat (5) deiksis tempat di sini referennya berganti
mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu
di rumah baru
keluarga Suri dan Fatma di Barabatu, kalimat (6) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Kebon Karet, dan kalimat (7) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Tanah Deli, kalimat (8) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu
di sungai tempat Rohana
berenang, kalimat (9) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Rohana, kalimat (10) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Tebingtinggi, kalimat (11) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Tebingtinggi, kalimat (12) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Tebingtinggi, kalimat (13) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Tebingtinggi, kalimat (14) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Barabatu,, kalimat (15) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di warung kopi, dan kalimat (16) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Tebingtinggi, kalimat (17) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat
pembicara berada yaitu di rumah Tante Nur, tempat Anto berada, kalimat (18) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Suri dan Fatma, deiksis deiksis pada kalimat ini mengandung jarak psikologis si pembicara, (19) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Hutan Karet, kalimat (20) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Rantau Makmur, tempat Suri berada, kalimat (21) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Suri dan Fatma, kalimat (22) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Tebingtinggi, kalimat (23) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Nek Gintuk, kalimat (24) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Tebingtinggi, kalimat (25) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Tebingtinggi, kalimat (26) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kursi di Kantor Camat Rambung Luwih, kalimat (27) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kursi di depan meja kerja Pak Camat,menandakan kedekatan jarak fisik pembicara, kalimat (28)
deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Rambung Luwih, kalimat (29) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Nek Gintuk, kalimat (30) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Tante Nur, kalimat (31) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Nek Gintuk, kalimat (32) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di dekat meja, menandakan kedekatan jarak secara fisik pembicara, kalimat (33) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kuburan Cina, dan kalimat (34) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kuburan Cina, kalimat (35) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di makam Akong, tempat Wilson berada, kalimat (36) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di makam Akong, deiksis pada kalimat ini mengandung jarak psikologis si pembicara, (37) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kuburan Cina tempat Akong dimakamkan, kalimat (38) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kamar Nek Gintuk
dan Suri, kalimat (39) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah popo dan Wilson, tempat Suri berada, kalimat (40) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kediaman keluarga Popo, kalimat (41) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Tebingtinggi, kalimat (42) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Perkebonan Tanjung Marowa, dan kalimat (43) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di halaman belakang rumah Bu Rini, kalimat (44) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Mesjid Sultan Basyaruddin di Kampung Rantau Panjang, kalimat (45) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Indonesia, kalimat (46) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Deli, kalimat (47) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di depan dekat pintu pagar rumah Nek Gintuk, kalimat (48) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di bawah meja rias, kalimat (49) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di tempat tidur
Annouk, kalimat (50) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kursi di kamar Annouk, kalimat (51) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kursi yang diduduki Suri, di kamar Annouk, dan kalimat (52) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kursi Annouk, kalimat (53) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Deli, kalimat (54) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kamar tidur Annouk, deiksis deiksis pada kalimat ini mengandung jarak psikologis si pembicara, (55) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di belakang rumah Annouk, Wegeningen, kalimat (56) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di halaman belakang rumah Annouk, Wegeningen, kalimat (57) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Wegeningen, tempat keluarga Annouk berasal, kalimat (58) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Wegeningen, kalimat (59) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu
di rumah Nek
Gintuk, kalimat (60) deiksis tempat di sini referennya berganti
mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kamar Nek Gintuk, dan kalimat (61) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di ruangan kecil di balik meja rias, kamar Annouk, kalimat (62) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu
di luar
rumah Annouk, Wegeningen, kalimat (63) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di tumpukan salju, Wegeningen, kalimat (64) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Wegeningen, kalimat (65) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di ruang tamu rumah Nek Gintuk, kalimat (66) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Ieie Esther,Medan, kalimat (67) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Medan, rumah Ieie Esther, kalimat (68) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Ieie Esther, kalimat (69) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Medan, dan kalimat (70) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Medan, kalimat (71) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Rambung Luwih,
terdapat jarak psikologis pembicara, kalimat (72) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di musala Rambung Luwih, deiksis pada kalimat ini mengandung jarak psikologis si pembicara, (73) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Suri,Holland Road, kalimat (74) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Singapura, tempat Suri berada, kalimat (75) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Koh Liang di Rantau Makmur, tempat Fatma berada, kalimat (76) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Rantau Makmur, kalimat (77) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Singapura, kalimat (78) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Singapura, dan kalimat (79) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Singapura, kalimat (80) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kamar Jumarni, Holland Road, kalimat (81) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di hotel Goodwood Park, Singapura, kalimat (82) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di
Lobi Gordon Grill, kalimat (83) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di restoran Gordon Grill, lokasi pertemuan Suri dan Edward kalimat (84) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di restoran Gordon Grill, kalimat (85) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di tempat duduk Suri, kalimat (86) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu
di Singapura,,
kalimat (87) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Pan Pacific Orchard, Suri dan Edward beserta keluarga Edward mengadakan acara, dan kalimat (88) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Kebon di Tanah Deli, kalimat (89) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu
di Tanah Del, kalimat (90) deiksis tempat di sini
referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Kampung Paklik Tukam, tempat Paklik Tukam dan Istri menetap, (91) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di koperasi, Kecamatan Rambung Luwih, kalimat (92) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Hutan Karet, tempat Wahid dan Pak Amrul berada, kalimat (93) deiksis tempat di sini referennya
berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Medan, terdapat jarak psikologis, kalimat (94) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Tebingtinggi, Suri mencari Wilson di rumah Wilson dan Popo, kalimat (95) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Nek Gintuk, dalam kalimat tersebut terdapat jarak fisik antara si pembicara dan lokasi, kalimat (96) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Rumah Wahid, dalam deiksis pada kalimat tersebut terdapat jarak psikologis pembicara, dan kalimat (97) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Koh Liang, kalimat (98) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Rantau Makmur, kalimat (99) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah Koh Liang, rumah tempat Fatma tinggal bersama Suami dan Anak – anaknya, kalimat (100) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Rantau Makmur, kalimat (101) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Rantau Makmur, kalimat (102) deiksis tempat di sini referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di Rantau Makmur, kalimat (103) deiksis tempat di sini
referennya mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di luar rumah Koh Liang, kalimat (104) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah masa lalu,tempat Suri dan Fatma beserta keluarganya dulu tinggal, kalimat (105) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di kampong Rantau Makmur, Murad mencari Suri dan keluarga untuk menyampaikan wasiat Ayah Kandungnya, dan kalimat (106) deiksis tempat di sini referennya berganti mengacu kepada tempat pembicara berada yaitu di rumah keluarga Suri, Rantau Makmur, deiksis pada kalimat ini mengandung jarak psikologis si pembicara.
Deiksis tempat (penunjuk) di sana terdapat 10 penemuan. Dalam novel Surga Retak karya Syahmedi Dean deiksis tempat (penunjuk) di sana digunakan untuk menunjuk lokasi yang jauh dari pembicara dan kawan bicara. Hal ini dapat terlihat dari contoh kalimat sebagai berikut:
1.
“ Tengok pohon jambu air yang tinggi di sana!” ujar Rohana. (hal: 39)
2. “ Sejak sore tadi sudah menyuruh Rohana main ke rumah abang, menginap di sana.” (hal: 69)
3.
“ Aku mau pindah ke Medan, kau tolong aku cari kenalan kau di sana.” (hal: 155)
4.
“ Coba kau keluar dulu. Kau tunggu dulu di sana, ada kursi di bawah pohon jambu situ,” perintah Nek Gintuk ke pengantar. (hal: 171)
5.
“ Begini aturannya. jiwa oe coba masuk ke dalam kaca ini, oe cari Suri di sana, kalau oe dapat Suri, oe bangunkan dia.” (hal: 296)
6.
“ Bisa – bisa aku dan Suri selamanya ada di sana.” (hal: 299)
7.
“ Warsinah punya warisan rumah kecil di sana.” (hal: 347)
8.
“ Tempat dudukku di sana dekat pintu masuk.” (hal: 393)
9.
“ Kau tinggallah di sana, cari pekerjaan baru untuk menyokong hidup kau.” (hal: 448)
10. “Oh, akeh wong jowo iku… Ya kan, dek, banyak orang kita Jawa di sana?” (hal: 450)
Pada kalimat (1) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di sana referennya mengacu kepada lokasi yang jauh dari lawan bicara yaitu di jalan setapak menuju rumah, Tebingtinggi, kalimat (2) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di sana referennya mengacu kepada lokasi yang jauh dari lawan bicara yaitu di rumah Suri dan Fatma, Tebingtinggi, kalimat (3) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di sana referennya benganti mengacu kepada lokasi yang jauh dari
pembicara yaitu di Medan, kalimat (4) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di sana referennya benganti mengacu kepada lokasi yang jauh dari pembicara yaitu di luar rumah Nek Gintuk, kalimat (5) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di sana referennya benganti mengacu kepada lokasi yang jauh dari pembicara yaitu di dalam kaca meja rias, kalimat (6) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di sana referennya berganti mengacu kepada lokasi yang jauh dari lawan bicara yaitu di Alam lain, kalimat (7) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di sana referennya berganti mengacu kepada lokasi yang jauh dari lawan bicara yaitu di Jawa Tengah, kalimat (8) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di sana referennya benganti mengacu kepada lokasi yang jauh dari pembicara yaitu di meja dan kursi, kalimat (9) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di sana referennya benganti mengacu kepada lokasi yang jauh dari pembicara yaitu di Kota Kisaran, kalimat (10) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di sana referennya benganti mengacu kepada lokasi yang jauh dari pembicara yaitu di Rantau Makmur.
Selanjutnya deiksis tempat (penunjuk) di situ dengan 22 penemuan. Dalam novel Surga Retak karya Syahmedi Dean deiksis tempat di situ digunakan untuk menunjuk lokasi yang tidak dekat
dengan pembicara. Hal ini dapat terlihat dari contoh kalimat sebagai berikut: 1. “ Batangnya bisa berayun kalau sekali dua di situ!” (hal: 15) 2.
“ Semua anak laki – laki main di situ, itu daerah kekuasaan mereka.” (hal: 40)
3.
“ Nggak ada anak perempuan di situ. Nanti juga kita jumpa Bapak, waktu makan siang,” kata Rohana. (hal: 47)
4.
“ Di situ Rohana memutar badannya pelan – pelan, lalu kembali menghadap Suri dan… hap.” (hal: 91)
5.
“ Mata Anto pindah ke kayu berukir di atas meja, di situ, terpahat tulisan, Amrul Suhaili, Camat.” (hal: 150)
6.
“ Sudah banyak uang kertas tertancap di situ.” (hal: 151)
7.
“ Dia menggambar – gambar mencoret – coret kertas di situ. Di samping kuburan Kakeknya.” (hal: 198)
8.
“Namun Nek Gituk lupa, ketika menyuruh Suri bertemu Wilson di kuburan Cina, Suri pasti melihat segala macam arwah di situ.” (hal: 212)
9.
“Wilson mengajak Suri kembali masuk ke ruko, kini menuju ke meja kayu yang terletak agak dibawah tangga, di situ ada empat wanita tua sedang asyik bermain kartu.” (hal: 222)
10. “Tangan kanan Popo melambai pelan, gelang – gelang emas terdengar berbenturan di situ.” (hal: 228)
11. “Jalan – jalan tanah becek dan berair, bintang gemintang juga ada di situ, terpantul di setiap permukaan genangan air.” (hal: 248) 12. “Padahal keluarga orang itu sudah dari tahun 1940 tinggal di situ, di rumah milik perkebonan.” (hal: 252) 13. “Mata Suri tertumbuk pada ukiran kecil di bawah kaca sebelah kiri, di situ tertulis nama : Annouk Van Buiren 1909.” (hal: 264) 14. “Di ruangan kecil itu ada kaca nanti kita bertemu di situ.” (hal: 289) 15. “Esther harus meraba – meraba bisa saja saran yang di berikan justru bahwa ada celah bisnis di situ.” (hal: 337) 16. “Jangan lupa bernapas, pingsan pula nanti kalian di situ.” (hal: 342) 17. “Di situ ada seorang pria Belanda Tua yang duduk menulis surat.” (hal: 366) 18. “Ada dengar – dengar apa dari orang – orang di situ tadi?” (hal: 420) 19. “Di situ ada dua amplop berisi dokumen – dokumen penting, Wahid. Kau masih dengar?” (hal: 448) 20. “Di situ ada alamat yang harus kau datangi.” (hal: 448) 21. “Udah nggak ada orang di situ.” (hal: 462) 22. “Seandainya aku bisa duduk lagi bersama Suri di situ, batin Murad.” (hal: 480)
Pada kalimat (1) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan
pembicara yaitu di titian kelapa, kalimat (2)
deiksis tempat
(penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di pohon jambu air, kalimat (3) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di tempat berjudi, kalimat (4) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di sungai tempat Rohana berenang bersama Suri dan Fatma, Tebingtinggi, kalimat (5) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di kayu ukir,camat Rambung Luwih, kalimat (6)
deiksis tempat
(penunjuk) deiksis tempat di situ referennya
mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di baskom beras tempat uang Nek Gintuk, kalimat (7) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di kuburan Cina, kalimat (8) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di kuburan Cina, kalimat (9) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di meja kayu, kalimat (10) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat
dengan pembicara yaitu di tangan Popo, kalimat (11) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di jalan tanah becek, Barabatu, kalimat (12) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di kebon Batang Kenari, kalimat (13) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di ukiran kecil di bawah kaca, kalimat (14) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di kaca, kalimat (15) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di peluang bisnis di Singapura, kalimat (16) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di Bandara Singapura, kalimat (17) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di ruang tamu, Holland Road, kalimat (18)
deiksis tempat
(penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di rumah Pak Dedi, kalimat (19) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di
asbes di atas rak piring, rumah di belakang bengkel motor Selamat di Rambung Luwih, kalimat (20) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di alamat di amplop, kalimat (21) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di ruko kediaman Popo dan Wilson, kalimat (22) deiksis tempat (penunjuk) deiksis tempat di situ referennya mengacu kepada lokasi yang tidak dekat dengan pembicara yaitu di bangku di bawah pohon jambu, rumah Suri dan keluarga di Rantau Makmur.
Kemudian deiksis tempat (penunjuk) ke sini, ke situ, ke sana. Dalam novel Surga Retak karya Syahmedi Dean deiksis tempat ke sini, ke situ, ke sana lebih terlihat apabila orang bergerak. Hal ini dapat terlihat dari contoh kalimat sebagai berikut:
1.
“Bapak kami sering ke sini, ya? Tanya Suri lagi.” (hal: 41)
2.
“Udah berapa banyak utang kau kuhapuskan, Boris? Untuk apa? Kau tau, kan? Untuk kau bayar dengan cari si Anto, seret dia ke sini?. (hal: 55)
3.
“Bawa batang hidung sama badan – badannya ke sini, bawa dua anaknya hidup – hidup ke sini!!!” (hal: 55)
4.
“Jauh – jauh ke sini Cuma mau bilang itu?” (hal: 74)
5.
“Dek, tiap Abang ke sini, banyak kali Abang tengok semut beriring – iring.” (hal: 92)
6.
“Apa begundal ini alasan kau datang ke sini?” (hal: 133)
7.
“Coba kau bilang kenapa kau ke sini?” (hal: 133)
8.
“Kenapa rupanya dia pindah ke sini jauh – jauh dari kebon Bekisar?” (hal: 146)
9.
“Haruskah aku ke sini? Tanya hati Anto sejak dalam perjalanan tiga jam lalu.” (hal: 148)
10. “Kenapa harus datang ke sini?” (hal: 149) 11. “Ia gagal memegang janji untuk tidak datang ke sini.” (hal: 150) 12. “Bahwa tidak ada siapa pun yang membuntuti kau ke sini!” (hal: 155) 13. “Apa istimewahnya orang itu berdua, sampai orang Belanda bawa – bawa orang itu ke sini?” (hal: 168) 14. “Belanda gak hanya bawa orang itu berdua, tapi banyak juga orang – orang India seperti orang itu ke sini.” (hal: 169) 15. “Orang – orang Eropa ramai – ramai datang ke sini cari rejeki.” (hal: 169) 16. “Di bawah orang itu sekampung ke sini.” (hal: 169) 17. “Terima kasih, sudah bisa datang ke sini.” (hal: 190) 18. “Pasti sudah bertatap muka dengan salah satunya, dan terbawalah arwah itu ke sini.” (hal: 212) 19. “Haaa… jangan berputar – putar, udah mau lepas pinggangku ini. Ayo, kenapa kau ke sini?” (hal: 239)
20. “Ya Allah, aku berterima kasih bisa datang lagi ke sini.” (hal: 244) 21. “Belanda bawa pekerja – pekerja ke sini untuk bantu usaha, tapi pekerja ditelantarkan.” (hal: 258) 22. “Ayo turun, lompat ke sini.” (hal: 274) 23. “Ini meja rias baru datang dari India, di beli Papi tiga bulan yang lalu, Mami yang minta, tapi waktu sampai ke sini Mami malah tidak suka, kata Mami buat Annouk saja.” (hal: 274) 24. “Suri, maaf, aku lupa memberitahu, harus ada yang menjemputmu ke sini.” (hal: 288) 25. “Oh, Alhamdulilah. Langsung masuk ke sini.” (hal: 294) 26. “Siapa yang akan membangunkan aku dini kalau aku sudah berhasil menarik lengan suri untuk kembali ke sini. (hal: 299) 27. “Kenapa kau panggil Suri ke sini?” (hal: 302) 28. “Ia lihat Suri sudah bersuara mengigil kedinginan, berarti ia berhasil menyeret jiwa Suri ke sini.” (hal: 304) 29. “Popo berpikir, bisa – bisa arwah Oma juga terbawa ke sini.” (hal: 304) 30. “Ha, Wiwi, Wei Shun…, lama kali kau telpon ke sini?” (hal: 345) 31. “Iya Paklik. Di mana itu? Masa enggak bisa balik ke sini lagi?” (hal: 347) 32. “Bukan enggak bisa balik lagi ke sini, bisa, tapi biaya sangat mahal.” (hal: 347) 33. “Kalau ada rejeki, Paklik datang lagi ke sini.” (hal : 347)
34. “Ibu tak tahu ke mana rimbanya. Suri, mungkin lagi diburu untuk dibawa ke sini.” (hal: 371) 35. “Iya, Miss. Tadi malam Miss Anjani diantar ke sini sama orang – orang yang enggak saya kenal.” (hal: 388) 36. “Bawa ke sini laki – laki yang mau kawin sama aku itu!” (hal: 391) 37. “Sekarang Fenny yakin kenapa Papap bawa Fenny ke sini.” (hal: 428) 38. “Ada apa Mak Esah ke sini?” (hal: 468) 39. “Panggil dia ke sini…” (hal: 468) 40. “Mihran, sana panggil Abang Marwan sama Adik Miftah, ajak ke sini ketemu Bulik Suri.” (hal: 472)
Pada kalimat (1) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya mengacu ke tempat yang akan dituju yaitu di rumah Rohana, Barabatu, kalimat (2) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu Rantau Makmur, kalimat (3) deiksis tempat
(penunjuk) ke sini referennya mengacu ke tempat
pembicara yaitu Rantau makmur, kalimat (4) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu di Kebon Karet, kalimat (5) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu di Rumah Rohana, dan kalimat (6) deiksis penunjuk ke sini referennya berganti mengacu ke tempat tujuan yaitu Barabatu. kalimat (7) deiksis tempat
(penunjuk) ke sini referennya mengacu ke tempat yang akan dituju yaitu di rumah Nek Gintuk, kalimat (8) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat tujuan yaitu Barabatu, kalimat (9) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya mengacu ke tempat pembicara yaitu Rambung Luwih, kalimat (10) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat tujuan yaitu di Kantor camat Rambung Luwih, kalimat (11) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu di Kantor camat Rambung Luwih, dan kalimat (12) deiksis penunjuk ke sini referennya berganti mengacu ke tempat tujuan yaitu Rambung Luwih, kalimat (13) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya mengacu ke tempat pembicara yaitu di Barabatu, kalimat (14) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat yang dituju yaitu Barabatu , kalimat (15) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya mengacu ke tempat pembicara yaitu Deli, kalimat (16) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu Tanah Deli, kalimat (17) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu di Rumah Bu Rini, Rambung Luwih, dan kalimat (18) deiksis penunjuk ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu Rumah Nek Gintuk, kalimat (19) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya mengacu ke tempat pembicara
yaitu di rumah Ibu Rini, kalimat (20) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat tujuan yaitu Rantau Panjang, kalimat (21) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya mengacu ke tempat tujuan yaitu Tanah Deli, kalimat (22) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu di kamar tidur Annouk, kalimat (23) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat tujuan yaitu di Deli, dan kalimat (24) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat tujuan yaitu Alam Lain, kalimat (25) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya mengacu ke tempat pembicara yaitu di kamar Nek Gintuk, kalimat (26) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat yang akan dituju yaitu kamar Annouk, kalimat (27) deiksis tempat
(penunjuk) ke sini
referennya mengacu ke tempat pembicara yaitu Alam Lain, kalimat (28) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat tujuan yaitu di Kamar Annouk, kalimat (29) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu di kamar Annouk, dan kalimat (30) deiksis penunjuk ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu Medan, kalimat (31) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya mengacu ke tempat pembicara yaitu di Rambung Luwih, kalimat (32) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat
pembicara yaitu Rambung Luwih, kalimat (33) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya mengacu ke tempat yang akan dituju yaitu Rambung Luwih, kalimat (34) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu di Rantau Makmur, kalimat (35) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat tujuan yaitu di Rumah Suri, Holland Road, dan kalimat (36) deiksis penunjuk ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu Singapura, kalimat (37) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya mengacu ke tempat tujuan yaitu di Deli, kalimat (38) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu Rantau Makmur, kalimat (39) deiksis tempat (penunjuk) ke sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu di Rumah Wahid dan keluarga, dan kalimat (40) deiksis penunjuk ke sini referennya berganti mengacu ke tempat tujuan yaitu Kamar Fatma dan Koh Liang.
1.
“Udahlah. Aku ke situ bukannya mau ninggalin kau.” (hal: 163)
Pada kalimat (1) deiksis penunjuk ke situ referennya berganti mengacu ke tempat tujuan yaitu Rumah Nek Gintuk, lokasi rumah tersebut mengandung jarak psikologis. 1. “Sayang coba kau tengok ke sana.” (hal: 74)
2.
“Fatma, Suri, mau aku bawa ke sana!” (hal: 155)
3.
“Patik tahu, Patik bisa antar Tuan Putri ke sana.” (hal: 246)
4.
“Ya Tuhan, bagaimana aku menjemputnya ke sana.” (hal: 299)
5.
“Seharian Jumarni mencari Suri ke sana kemari.” (hal: 382)
6.
““Tapi waktu aku ke sana sambil perpisahan sekolah SMP.” (hal: 437)
7.
“Selepas magrib nanti, kau pergilah kesana.” (hal: 448)
Pada kalimat (1) deiksis tempat (penunjuk) ke sana referennya mengacu ke tempat yang akan dituju yaitu di tempat kunang – kunang bermunculan, Kebon Karet, kalimat (2) deiksis tempat (penunjuk) ke sana referennya berganti mengacu kepada lokasi yang dituju yaitu Medan, kalimat (3) deiksis tempat (penunjuk) ke sana referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu tempat Murad, kalimat (4) deiksis tempat (penunjuk) ke sana referennya mengacu ke tempat yang akan dituju yaitu di alam lain, Wegeningen, kalimat (5) deiksis tempat (penunjuk) ke sana referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu Tidak ada tujuan yang tetap, kalimat (6) deiksis tempat (penunjuk) ke sana referennya berganti mengacu ke lokasi yang dituju yaitu Sibiru - biru, kalimat (7) deiksis tempat (penunjuk) ke sana referennya berganti mengacu ke lokasi yang dituju yaitu rumah di belakang bengkel motor Selamat, Rambung Luwih.
Kemudian
deiksis tempat (penunjuk) dari sini terdapat 8
penemuan. Dalam novel Surga Retak karya Syahmedi Dean deiksis tempat dari sini lebih terlihat apabila orang bergerak. Hal ini dapat terlihat dari contoh kalimat sebagai berikut:
1.
“Aku sudah hapal jalan keluar dari sini.” (hal: 31 )
2. “Coba kalian keluar, rumah kita dekat sungai, tengok tuh…, Nampak dari sini.” (hal: 35) 3.
“Kalau kutolong kau keluar dari sini, aku dapat apa?” (hal: 18)
4.
“Emak jualan lemang di stasiun kereta api Tebingtinggi, gak jauh dari sini.” (hal: 41)
5.
“Untuk anak – anak kau udah kau taruh jauh dari sini.” (hal: 192 )
6.
“Rumahnya di bawah pohon besar tak jauh dari sini.” (hal: 244)
7.
“Kau ikut aku, kita pulang pergi dari sini dari pinggir sungai. Ah, mana sepatu kau?” (hal: 319)
8. “Padahal Wilson tadi malam - malam telpon, katanya kau harus di bawa jauh dari sini.” (hal: 339)
Pada kalimat (1) deiksis tempat (penunjuk) dari sini referennya mengacu ke tempat yang akan dituju yaitu di Hutan Karet, jalan keluar dari Hutan Karet, kalimat (2) deiksis tempat (penunjuk) dari sini referennya berganti mengacu ke tempat tujuan yaitu rumah Suri dan
Fatma, Barabatu, kalimat (3) deiksis tempat (penunjuk) dari sini referennya berganti mengacu ke lokasi asal yaitu Hutan Karet, kalimat (4) deiksis tempat (penunjuk) dari sini referennya berganti mengacu ke tempat pembicara yaitu di Rumah Rohana, kalimat (5) deiksis tempat (penunjuk) dari sini referennya berganti mengacu kepada bergerak dari asal ke tempat lain yaitu di Rambung Luwih, dan kalimat (6) deiksis tempat (penunjuk) dari sini referennya berganti mengacu tercapainya tempat yang dituju yaitu Masjid Sultan Basyaruddin, Rantau Panjang, kalimat (7) deiksis tempat (penunjuk) dari sini referennya berganti mengacu mulai bergerak ke tempat lain yaitu di Kuburan Cina.
Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan di atas bahwa deiksis tempat (penunjuk) dalam novel Surga Retak karya Syahmedi Dean selalu berganti-ganti sesuai dengan lokasi dan tempat tujuan pembicara maupun lawan bicara dalam novel tersebut.
4.1.2 Deiksis Waktu
Deiksis waktu yang terdapat pada novel Surga Retak karya Syahmeedi Dean yaitu nanti, tadi, sekarang, besok, esok, lusa, kemarin, dan dulu. Deiksis waktu dapat digunakan untuk pemberian
bentuk pada rentang waktu seperti yang dimaksudkan penutur dalam peristiwa bahasa (Yule, 2006:22).
Adapun penggunaan deiksis waktu nanti dengan 3 penemuan yang terdapat dalam novel Surga Retak dituangkan dalam bentuk kalimat sebagai berikut: 1. Jangan hari ini, nanti siang keluarga kita mau makan disini.” (hal: 41) 2.
“Bagaimana jika tengah malam nanti Nek Gintuk berubah jadi peri atau berjalan mendekatinya tanpa menginjakkan kaki di tanah.” (hal: 165)
3. “Maka nanti malam kau kukirim hantu borok kepala buaya ke kamar mandi kau.” (hal: 176) Pada kalimat (1) deiksis waktu nanti siang referennya tidak dapat memiliki jangkauan ke depan lebih dari satu hari, kalimat (2) deiksis waktu tengah malam nanti referennya dapat diucapkan pada siang hari, sore hari sebelum malam hari, dan kalimat (3) deiksis waktu nanti malam referennya tidak dapat memiliki jangkauan ke depan lebih dari satu hari. Selanjutnya deiksis waktu tadi dengan 6 penemuan yang terdapat dalam novel Surga Retak dituangkan dalam bentuk kalimat sebagai berikut:
1.
“Suri menyesal karena tadi sore ia tidak segera mandi, seragam sekolah masih melekat di badan.” (hal: 11)
2. “Di sepanjang perjalanan tadi malam ia tak terpejam sedetik pun.” (hal: 34) 3. “Tadi pagi sambil minum teh.” (hal: 178) 4. “Ah, pasti alasan ngebut Pak Sopir tadi pagi hanya tipuan belaka.” (hal: 242) 5.
“Meja rias tiba di rumah tadi siang.” (hal: 261)
6. “ Seketika Suri menajamkan penciuman, menghirup wangi parfum yang disemprotkan Cicih Grace tadi pagi di leher dan pergelangan tangan Suri.” (hal: 414) Pada kalimat (1) deiksis waktu tadi sore referennya mengacu ke waktu sebelum saat tuturan, kalimat (2) deiksis waktu tadi malam referennya dapat diucapkan pada pagi hari, siang hari, atau sore hari pada hari berikutnya, kalimat (3 - 4) deiksis waktu tadi pagi referennya mengacu ke waktu sebelum saat tuturan, kalimat (5) deiksis waktu tadi siang referennya tidak dapat memiliki jangkauan ke depan lebih dari satu hari, dan kalimat (6) deiksis waktu tadi pagi referennya mengacu ke waktu sebelum saat tuturan. Kemudian deiksis waktu sekarang dengan 73 penemuan pada novel Surga Retak. Deiksis waktu sekarang mengacu pada waktu yang sangat panjang dan bertitik labuh pada saat tuturan. Hal ini dapat dilihat dari contoh dibawah ini : 1. “ Pasti sekarang teman – teman tidak akan memuji lagi, karena dia berpergian dengan lusuh dan belum mandi.” (hal: 12)
2. “ Sekarang sudah September lagi.” (hal: 25) 3.
“ Ini rumah kita sekarang.” Kata Bapak. (hal: 28)
4. “ Lima bulan. Hah, nasib… nasib! Sekarang macam mana kita bisa punya cita – cita lagi? Kalau Ibu tau kita nggak sekolah, pasti Ibu marah dan menangis.” Suri menjawab pertanyaannya sendiri.” (hal: 83) 5.
“ Jaman sekarang perempuan yang tanggung ini semua.” (hal: 84)
6.
“Mau tahu apa yang aku rasakan sekarang? Kayaknya kita bukan Bapak kita.” (hal: 84)
7. “Hm, sekarang yang ke dua.” (hal: 135) 8.
“Mata Suri yang tadi berkaca – kaca, sekarang berlinang air mata.” (hal: 136)
9.
“Sekarang saatnya membantu Fatma dan Suri.” (hal: 143)
10. “Namun sekaranglah saat untuk menggunakan pertolongan yang tersisa.” (hal: 149) 11. “Sekarang saja Nur tak tahu Anto dimana, sudah belasan hari menghilang tanpa berita.” (hal: 161) 12. “Hah, sampai sekarang ini pun masih terasa betapa hancur perasaan aku, terayun – ayun di gelombang samudra tanpa ada kawan.” (hal: 188) 13. “Sekarang, apa keluhan kau?” (hal: 190) 14. “Kau bisa berpikir. Sekarang kami harus pulang.” (hal: 194) 15. “Baju merah jambu yang sekarang di pakai ini, baru pertama kali dikenakan.” (hal: 199)
16. “Dan sekarang, Suri akan mengambil hal yang sama.” (hal: 211) 17. “Akibatnya sekarang Gintuk susah menghabiskan kebosananya hidup di dunia” (hal: 212) 18. “Sampai sekarang aku masih gak mau maafin Papa.” (hal: 216) 19. “Sekarang ada Nek Gintuk yang akan melindunginya.” (hal: 218) 20. “Tapi dia sekarang segala – galanya buat aku.” (hal: 225) 21. “Suri harus pulang sekarang, aku mau antar dia orang.” (hal: 227) 22. “Sekarang, pulanglah. Nenek lu orang sudah menunggu di ruang tamu.” (hal: 228) 23. “Sekarang indra telinga yang bekerja.” (hal: 237) 24. “Sekarang salat Suri malah dihiasi petuah – petuah dari Nek Gintuk.” (hal: 243) 25. “Sekarang, ada beberapa orang lagi berkelebat, disusul puluhan orang yang lain, berlari kencang, Suri berada di antara mereka.” (hal: 245) 26. “Harus pintar – pintar aja sekarang, piye carane masing – masing belahan gak jadi lebih kecil – kecil lagi kaya bumbu pecel!” (hal: 252) 27. “Sama sajalah kayak sekarang ini, alasannya pasti sama.” (hal: 253) 28. “Bukan gitu. Tanah Deli ini udah nggak jelas sejk Belanda datang, sampai sekarang.” (hal: 258) 29. “Coba sekarang ini, orang – orang Deli tergusur kesana kemari.” (hal: 258) 30. “Hm. Sekarang aku bisa lihat wajahku dengan jelas, katanya, tersenyum puas.” (hal: 262)
31. “Tolong sampaikan. Aku harus pulang ke sungai sekarang.” (hal: 265) 32. “Oh, Anwar, semoga arwahmu tenang sekarang.” (hal: 266) 33. “Aku mau tidur sekarang, selamat malam.” (hal: 270) 34. “Sekarang dua telapak tangan Suri menopang dagu, di pandang – pandangnya bola matanya sendiri.” (hal: 272) 35. “Sekarang tak munkin Mami lari pulang begitu saja ke Belanda dengan meninggalkan semua furniturnya di sini.” (hal: 280) 36. “Mau ke Belawan. Kami harus berangkat sekarang.” (hal: 284) 37. “Harus bisa. Aku harus bisa pergi sekarang.” (hal: 303) 38. “Kau harus pergi jauh sekarang. Cari Wilson di kuburan Akongnya.” (hal: 315) 39. “Anakku. Pergi kau sekarang, atau kau akan binasa! Kau dengar aku?!!HAH?!!” (hal: 316) 40. “Suri. Pergi kau sekarang!!!” (hal: 317) 41. “Sampai sekarang Wilson tak tahu kenapa Ieie masih sendiri, dan bisa hidup berkecukupan.” (hal: 326) 42. “Anak sekarang ya, sekolah – sekolah udah pacaran.” (hal: 327) 43. “Tapi Ieie gak bisa setiap hari ngawani sekarang murid aerobic Ieie makin banyak.” (hal: 327) 44. “Kereta api ada jam dua belas siang, Wiwi, kau mesti cepat pergi sekarang.” (hal: 328)
45. “Yah, zaman sekarang, Wi. Kau tengok kabar – kabar di Koran, anak – anak SMP sudah pergaulan bebas.” (hal: 329) 46. “Sekarang ia sama tinggi dengan Esther.” (hal: 332) 47. “Sekarang masih kayak robot dulu nggak apa – apalah.” (hal: 332) 48. “Sekarang coba tas ini. Gini cara pengangnya.” (hal: 335) 49. “ Lagi pula, aku udah gak main kelas kambing lagi, sekarang kelas rusa punya!” (hal: 336) 50. “ Sekarang, pilihan yang ada adalah mati atau pergi jauh untuk bekerja, di Singapura.” (hal: 339) 51. “ Ya Allah, Wilson, sekarang pun kau dalam bahaya, ratap Suri dalam hati.” (hal: 340) 52. “ Rambutku sekarang berponi, warnanya sudah berubah, dicat hitam legam, tidak lagi gersang seeperti keseringan main layang – layang di bawah sinar matahari.” (hal: 340) 53. “ Sekarang saatnya aku meninggalkan musala ini, kutitipkan sama kau, kau harus jaga baik – baik.” (hal: 346) 54. “ Kita mau kerja apa, sih? Sampai sekarang aku masih bingung.” (hal: 355) 55. “ Tapi juga, perempuan zaman sekarang ini banyaklah yang tidak percaya diri.” (hal: 364) 56. “ Dan sekarang, tinggallah aku dan rasa takutku.” (hal: 370) 57. “ Sekarang bukan saatnya lagi menikmati gadis – gadis Deli.” (hal: 375)
58. “ Sekarang, aku tidak peduli bahasaku lagi!” (hal: 384) 59. “ Sekarang ada satu permintaan aku.” (hal: 390) 60. “ Apa yang kalian isap itu? Bau sekali! Matikan sekarang!” (hal: 399) 61. „ Yah zaman sekarang, Nak, kita enggak taukayak mana setiap orangmenghadapi hidupnya.” (hal: 419) 62. “ Sekarang berbeda. Orang – orang sekarang banyak mengeksploitasi alam.” (hal: 426) 63. “ Alhamdulillah… Paklik sehat walafiat, kesibukan Paklik sekarang berladang.” (hal: 433) 64. “ Ya, tapi kau warga Singapura sekarang, kau akan menemapatkan diri dalam bahaya. Medan tempat terburuk di Bumi ini sekarang, anti cina dan rezim membabi buta.” (hal: 451) 65. “ Aku sudah bicara pada temanku, dia sedang bertugas sekarang, dia akan menjagamu selama di Deli.” (hal: 452) 66. “ Suri sekarang sadar apa yang ia jalani, tapi tetap tidak mengerti mengapa pola hidup ini yang ia jalani.” (hal: 454)” 67. Sekarang Tante Nurbaiti tinggal di sini?” (hal: 463) 68. “ Apa kabar Suri Sekarang? Suri tak ada ketika Wahid lari meninggalkan kampung.” (hal: 469) 69. “Ish, cantik kali kau sekarang, ya.” (hal: 471) 70. “ Lihatlah hidup kita sekarang ini saja. Waktu sudah membuat kita seperti sekarang ini.” (hal: 475)
71. “ Sekarang semua uangnya ada di aku.” (hal: 475) 72. “ Sekarang aku memiliki kemewahan, tapi hatiku tidak seperti di rumah ini dulu.” (hal: 478) 73. “ Sekaranglah saatnya untuk berterus terang.” (hal: 479)
Pada kalimat (1) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (2) deiksis waktu sekarang referennya mengacu saat penutur berbicara sampai dengan waktu yang dibicarakan, kalimat (3) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (4) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu yang sedang terjadi kini, kalimat (5 7) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (8 - 10) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu yang sedang terjadi kini,kalimat (11 – 15) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara,kalimat (16 – 17) deiksis waktu sekarang referennya mengacu saat penutur berbicara sampai dengan waktu yang dibicarakan, kalimat ( 18 – 27) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (28) deiksis waktu sekarang referennya mengacu saat penutur berbicara sampai dengan waktu yang dibicarakan, kalimat (29) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu yang sedang terjadi kini, kalimat (30)
deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (31) deiksis waktu sekarang referennya mengacu saat penutur berbicara sampai dengan waktu yang dibicarakan atau waktu yang tidak dapat di tentukan, kalimat (32) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (33) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (34 – 36) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu yang sedang terjadi kini, kalimat (37) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (38) deiksis waktu sekarang referennya mengacu saat penutur berbicara sampai dengan waktu yang dibicarakan atau waktu yang tidak dapat di tentukan,kalimat (39) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (40) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (41) deiksis waktu sekarang referennya mengacu saat penutur berbicara sampai dengan waktu yang dibicarakan atau waktu yang tidak dapat di tentukan, kalimat (42) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu yang sedang terjadi kini, kalimat (43) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (44) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu yang sedang terjadi kini, kalimat (45 – 47) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu yang sedang
terjadi kini, kalimat (48) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (49) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu yang sedang terjadi kini, kalimat (50) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (51 -52) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara,kalimat (53) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu yang sedang terjadi kini, kalimat (54 – 56) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara,kalimat (57) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu yang sedang terjadi kini, kalimat (58 59) ) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (60) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu yang sedang terjadi kini, kalimat (61 – 62) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (63) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu yang sedang terjadi kini, kalimat (64) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (65 - 66) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu yang sedang terjadi kini, kalimat (67) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (68) deiksis waktu sekarang referennya mengacu saat penutur berbicara sampai dengan waktu yang dibicarakan atau waktu yang tidak dapat di tentukan, kalimat (69)
deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara, kalimat (70) deiksis waktu sekarang referennya mengacu saat penutur berbicara sampai dengan waktu yang dibicarakan atau waktu yang tidak dapat di tentukan, dan kalimat (71 – 73) deiksis waktu sekarang referennya mengacu pada waktu penutur berbicara.
Berikutnya bentuk deiksis waktu besok, esok, lusa, dan kemarin. Penggunaan deiksis waktu besok, esok, dan lusa dalam novel tersebut digunakan untuk mengacu pada hari berikutnya. Sedangkan, deiksis waktu kemarin digunakan untuk menunjukan pada satu bulan atau lebih dari satu bulan ke belakang. Hal ini dapat dilihat dari contoh kalimat beserta pemaparan mengenai deiksis waktu besok, esok, lusa, dan kemarin:
1.
“ Pak, besok kita jalan – jalan lagi? Ayo, Pak,” (hal: 12)
2. “ Dan ketika besoknya tiba, Bapak diam – diam pergi tanpa pesan.” (hal: 12) 3. “ Lusa aku mau beli sepeda. Kau mau jalan – jalan sama aku?” (hal: 31) 4. “Dik, aku dipanggil Emak. Sampai besok sore, ya.” (hal: 60) 5. “Ketika keluarga dan saudara – saudara sibuk berbenah untuk esok hari, Nur pelan – pelan beringsut meninggalkan kamar.” (hal: 61)
6. “Hernowo berpesan jangan kemalaman begadang, selamat bekerja esok hari.” (hal: 72) 7. “Baktitlah anak bumi esok pagi akan kupeluk kau kembali.” (hal: 76) 8. “Besok malam, mayatnya dikembalikan lagi.” (hal: 97) 9. “Saat malam turun penduduk berkubang dalam pertanyaan tentang apalagi yang akan di hadapi esok?” (hal: 123) 10. “Jika tiba – tiba bertemu besok atau lusa.” (hal: 196) 11. “Izinkan aku datang lagi besok pagi, Madam.” (hal: 260) 12. “Oh, itu besok selepas magrib.” (hal: 273) 13. “Besok siang masjid ini pertama kali dipakai untuk salat jumat.” (hal: 284) 14. “Tidak bisa, besok ada pertemuan di Tanjung Morawa, ada sedikit masalah dengan inlander. (hal: ) 284 15. “Suri harus kuat, besok pagi kita semua kita ke Rotterdam, kami sekeluarga akan pindah ke tanah Deli.” (hal: 292) 16. “Aku mau mengantar Suri pulang, besok kami sekeluarga berlayar ke Deli.” (hal: 301) 17. “Besok pagi kita ke kantor imigrasi untuk urus paspor.” (hal: 340) 18. “Besok kalian masing – masing di jemput perwakilan – perwakilan tempat kalian bekerja.” (hal: 358) 19. “Macam enggak ada hari esok.” (hal: 373) 20. “Kemarin malam Suri meminta Darsi untuk menemaninya tidur di kamar, tapi Darsi menolak.” (hal: 366)
21. “Kacamata itu juga pemberian kakak Grace kemarin sore.” (hal: 411) Pada kalimat (1) deiksis waktu besok referennya mengacu pada hari berikutnya, kalimat (2) deiksis waktu besok referennya mengacu pada hari berikutnya, kalimat (3) deiksis waktu lusa referennya berganti mengacu dua hari sesudah sekarang, kalimat (4) deiksis waktu besok referennya berganti mengacu pada hari berikutnya yaitu besok sore, kalimat (5 - 6) deiksis esok referennya mengacu pada besok atau hari berikutnya, kalimat (7) deiksis waktu esok pagi referennya mengacu pada hari berikutnya yaitu esok pagi, kalimat (8) deiksis waktu besok referennya berganti mengacu pada hari berikutnya yaitu besok malam, kalimat (9) deiksis esok referennya mengacu pada besok atau hari berikutnya, kalimat (10) deiksis waktu besok referennya mengacu pada hari berikutnya, kalimat (11) deiksis waktu besok referennya berganti mengacu pada hari berikutnya yaitu besok pagi, kalimat (12) deiksis waktu besok referennya mengacu pada hari berikutnya, kalimat (13) deiksis waktu besok referennya berganti mengacu pada hari berikutnya yaitu besok siang, kalimat (14) deiksis waktu besok referennya mengacu pada hari berikutnya, kalimat (15) deiksis waktu besok referennya berganti mengacu pada hari berikutnya yaitu besok pagi,
kalimat (16) deiksis waktu besok referennya
mengacu pada hari berikutnya, kalimat (17) deiksis waktu besok referennya berganti mengacu pada hari berikutnya yaitu besok pagi,
kalimat (18) deiksis waktu besok referennya mengacu pada hari berikutnya, kalimat(19) deiksis esok referennya mengacu pada besok atau hari berikutnya, kalimat (20) deiksis waktu kemarin referennya berganti menunjukan pada satu hari, satu bulan atau bahkan lebih dari satu bulan ke belakang yaitu kemarin malam, dan kalimat (21) deiksis waktu kemarin referennya berganti menunjukan pada satu hari, satu bulan atau bahkan lebih dari satu bulan ke belakang yaitu kemarin sore. Kemudian deiksis waktu dulu dengan 77 penemuan yang terdapat pada novel tersebut dituangkan dalam bentuk kalimat sebagai berikut: 1. “Turun dulu, Ri, Fatma. Kita harus lewat titian batang kelapa.” (hal: 14) 2. “Pak jangan nyemberang dulu, … tunggu kami!” (hal: 14) 3. “Suri lebih dulu turun dari motor, lalu membantu Fatma turun.” (hal: 28) 4.
“Kerumahku dulu, bantuin aku masak enak untuk Emakku dan Bapak kalian, ya.” (hal: 40)
5. “Kita harus cepat ke pajak dulu beli lauk dan sayuran.” (hal: 41) 6. “Kita minum es timun dulu, yuk.” (hal: 44) 7. “Udah lapar, ya? Yuk kita ke pajak dulu.” (hal: 46) 8.
“Dulu waktu menghamili Nur, tak terbayangkan akan tercampakan kehidupan berat karena semua kebutuhan hidup bergelayutan.” (hal: 64 )
9. “Abang ingat waktu pertama kali abang pulang dulu. Abang tengok kau tersenyum, Nur. (hal: 69)
10. “Coba kau kerja dulu hari ini. Cobalah, Rad.” (hal: 81) 11. “Makanya… kau pikir – pikir dulu cara hidup kau sampai bulan Rajab.” (hal: 121) 12. “Pekerja kebon yang berusia lanjut masih punya kebiasaan yang diturunkan orang tua mereka dulu dari zaman Belanda.‟ (hal: 138) 13. “Katanya, dulu Kakek si Warmoto juga pemberontak kebon didatangi dari Bagelen tahun 1890.” (hal: 146) 14. “Kalau ketelantaran, pasti udah dari dulu dicampakkannya kita.” (hal: 164) 15. “Waktu di Sekolah Dasar dulu pelajaran agama Suri bernilai bagus.” (hal: 166) 16. “Dulu, dia dan bapaknya dibawa Belanda ke tanah Deli.” (hal: 168) 17. “Dulu tanah Deli ini sangat maju dan kaya raya.” (hal: 169) 18. “Sekarang mari kita minum teh dulu, lalu minum susu segar.” (hal: 169) 19. “Biar gak sunyi, kau dengar dulu lagu – lagu kesukaan aku. Ini lagu kebanggan orang karo.” (hal: 169) 20. “Kau tunggu dulu disana, ada kursi dibawah pohon jambu situ.” (hal: 171) 21. “Dia dulu pernah tinggal di Liverpool.” (hal: 182) 22. “Aku dan Nurlaila berangkat lebih dulu, melintas kota yang terutup salju warna putih, menuju rumah Peter dikawasan Garston.” (hal: 186) 23. “Ayo, Nek, Nak silahkan minum dulu, perjalanan kalian sungguh jauh.” (hal: 190) 24. “Nek Gintuk selalu menyuruh Suri tidur lebih dulu.” (hal: 211)
25. “Sebentar lagi sampai, kita lewat lapangan Merdeka dulu.” (hal: 217) 26. “Makanya, cari tau dulu arti setiap ayat yang kau baca itu, semua isinya penuh kebaikan.” (hal: 218) 27. “Wilson ajak dulu Suri lihat foto – foto keluarga.” (hal: 223 ) 28. “Hey, Wilson, lu kenalkan Suri dulu sama apek, acek, ieie.” (hal: 223) 29. “ “Setelah persetujuan harga, Wilson mempersilakan Suri naik lebih dulu.” (hal: 229) 30. “Nah, ini perkebonan Tanjung Morawa, ini dulu perkebonan yang paling maju dari semua perkebonan di Deli, dulu namanya Senembah Maschappijj.” (hal: 234) 31. “Dulu ada anak muda, orang Minangkabau, baru pulang dari Haarlem di Belanda sana baru selesai sekolah tinggi guru katanya.” (hal: 235) 32. “Dulu ada saudara aku tinggal di kampong sini barang kali, ada sepuluh tahun yang lalu terakhir aku kemari.” (hal: 238) 33. “Tapi dulu, sewaktu melamar saya, orang tuanya bilang Amrul anak tunggal.” (hal: 240) 34. “Aku ingat kali, pelajaranku di sekolah dulu.” (hal: 253) 35. “Suri hendak untuk masuk kamar, tepi tertahan karena kakek tua didekat pintu berdiri lebih dulu, ia membungkuk seperti mengatakan permisi.” (hal: 259) 36. “ini coba dulu bulung gadung nau duda, makanan Mandailing, daun ubi tumbuk, pakai ini, sambal tuktuk.” (hal: 267)
37. “Tapi dulu Ibu pernah bilang aku cantik, dulu waktu aku baru mau masuk Sekolah Dasar.” (hal: 268) 38. “Mereka selalu saja bertengkar, ada saja yang di permasalahkan, tak ada yang bisa menengah, padahal dulu di Wageningen, mereka selalu akur.” (hal: 276) 39. “Tangan kanan Annouk mengeret Suri dan memaksa Suri masuk lebih dulu.” (hal: 278) 40. “Ia merasa tidak berharap dengan Viktor Van Buiren yang dulu, laki – laki yang menikahinya di Amsterdam belasan tahun lalu.” (hal: 280) 41. “Rasa sakit hati dan tersisihkan dilingkungan sosial dulu di Belanda, sungguh terobati.” (hal: 281) 42. “Dulu semasa berpacaran, Viktor adalah laki – laki yang menyenangkan.” (hal: 281) 43. “Nek Gintuk ingat kata ayahnya dulu, menjemput jiwa yang pergi harus dengan jiwa juga.” (hal: 294) 44. “Tapi biar oe coba dulu, oe masih waras, lagi pula oe mau cucu oe, Wilason, bahagia lagi.” (hal: 296) 45. “Sebaiknya aku pergi salat dulu, Nek Gintuk beranjak dari duduk, menuju pintu kamar hendak keluar ruangan untuk mengambil air wudhu.” (hal: 305) 46. “Coba lu orang pikir dulu, kalau mata lu orang mau normal.” (hal: 310)
47. “Om, aku tahu kemana Kak Suri. Kasih dulu aku uang lima ribu.” (hal: 317) 48. “Heh! Kau, kau juga, mari sini. kau tolong dulu angkat ini!” (hal: 318) 49. “Udah Nur, udah… kita mandikan dulu dia.” (hal: 318) 50. “Kereta kita datang dari Tanjung Balai, tiga puluh menit lagi sampai. Kita makan dulu?” (hal: 321) 51. “Dulu waktu masih gadis, adik mama ini tinggal bersama di rumah Wilson dengan Papa dan Mama.” (hal: 326) 52. “Aku mau pulang ke Tebing. Biar Suri di sini dulu sementara, hari muka, aku datang lagi jemput Suri.” (hal: 327) 53. “Yuk, kawani aku dulu ambil jahitan baju ke jalan Puri.” (hal: 332) 54. “Kau pakai dulu selop ini, biar jenjang kaki kau.” (hal: 332) 55. “Bang, ke Petisah, singgah ke jalan Puri dulu ya, seperti biasa ada yang mau kuambil.” (hal: 334) 56. “Ini menara air Tirtanadi, dulu namanya Anyer Bersih, buatan Belanda tahun 1906” (hal: 334) 57. “Suri, kau harus cantik, ya. Ini pesan dari Wilson. Coba dulu ini, baju cantik – cantik biar aku pilihkan.” (hal: 335) 58. “Lagi pula Esther kesal karena Esther selalu dilarang untuk menelepon Kee lebih dulu.” (hal: 337)
59. “Padahal dulu Kakek Esther pernah berpesan, kalau kau percaya kepada pemimpinmu, jangan buka telingamu ke orang lain, walau seribu panah membidikmu.” (hal: 338) 60. “Esther ingin sukses berbisnis seperti kakek di zaman Belanda dulu.” (hal: 338) 61. “Tapi tunggu kode dari Wilson dulu ya, dia bilang bajingan – bajingan itu sudah tau keberadaan Wilson .” (hal: 340) 62. “Mengigatkanya lagi pada pelajaran – pelajaran mengaji yang dulu pernah Wahid tuntut di masa ayahnya belum minggat meninggalkannya.” (hal: 349) 63. “Koh Liang sama ramahnya seperti ketika meminjam beras kepadanya dulu.” (hal: 371) 64. “Saya dulu tinggal di Asahan, tahun 1901 sampai 1921, cukup lama ya, jadi saya bisa bahasa Indonesia.” (hal: 399) 65. “Dulu Belanda menekan Sultan – Sultan disini. (hal: 424) 66. “Maaf Paklik tidak menyampaikan ini waktu pertama kali meninggalkan Wahid dan musala dulu.” (hal: 434) 67. “Setiap kali Wahid melihat pantulan dirinya dikaca, Wahid memang merasa berbeda, Wahid tidak kumal dan dekil seperti dulu.” (hal: 435) 68. “Ya Allah, mana lebih dulu, ke rumah sakit atau menghadapi bajingan – bajingan bermotor itu?” (hal: 441)
69. “Wilson? Tahulah aku. Di sini nyah dulu ngerokok – rokok nongkrong, sebelum kawin.” (hal: 462) 70. “Hei, Hasyim. Ini, amanah yang dititipkan bekas bos ayah dulu dikantor.” (hal: 465) 71. “Ya Allah, kenapa aku sedemikian bodoh, berarti kedatangan bapaknya Suri ke kantor Pak Amrul dulu adalah kunjungan persaudaraan.” (hal: 467) 72. “Suri kenal betul tempat ini, tempat dulu bersama Ibu dan Fatma meminjam beras kepada Koh Liang yang genit.” (hal: 471) 73. “Kau sudah punya anak? Sebesar ini? Kau pun sudah bisa cakap? Seperti dulu seperti waktu kita pergi sekolah sama – sama.” (hal: 472) 74. “Rasanya seperti kembali ke saat – saat dibesarkan dulu.” (hal: 476) 75. “Aku dulu hidup di tempat seperti ini kenapa aku bisa sangat bahagia?” (hal: 478) 76. “Dulu berkali – kali Suri bertanya tentang apa sebenarnya pekerjaan Murad.” (hal: 479) 77. “Dulu setiap kali menjemput Suri perasaan hati seperti hendak meledak kelangit.” (hal: 479) Pada kalimat (1) deiksis waktu dulu referennya mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu Anto tidak pernah membayangkan akan menghadapi kehidupan yang berat, kalimat (2) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu waktu pertama kali abang pulang, kalimat (3)
deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu waktu zaman Belanda, kalimat (4) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu kakek si Warmoto pemberontak kebon yang didatangi pada tahun 1890, kalimat (5) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu kalau ketelantaran pasti sudah dicamppakkan kita, kalimat (6) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu waktu Sekolah Dasar, kalimat (7) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu ketika Belanda membawa Rajith Singh dan Bapaknya ke Deli, kalimat (8) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitutanah Deli pada zamannya sangat maju, kalimat (9) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu ketika tokoh dia pernah tinggal di Liverpool, kalimat (10) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu saat Aku dan Nurlaila berangkat menuju rumah Peter di kawasan Garston, kalimat (11) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu perkebonan Tanjung Morawa adalah perkebonan paling maju pada masa lampau dengan nama Senembah Maschappijj, kalimat (12) deiksis waktu dulu referennya
berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu ketika anak muda baru selesai Sekolah Tinggi Guru di Belanda, kalimat (13) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu ketika sepuluh tahun yang lalu aku terakhir kemari, kalimat (14) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu waktu melamar Bu Rini, kalimat (15) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu ketika tokoh aku mengingat pelajarannya di Sekolah, kalimat (16) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu ibu pernah bilang Aku cantik waktu baru masuk Sekolah Dasar, kalimat (17) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu waktu keluarga Annouk masih di Wageningen, kalimat (18) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu tidak berharap pada laki – laki yang menikahinya belasan tahun lalu, kalimat (19) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu ketika perasaan sakit hati dan tersisih terobati, kalimat (20) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu waktu pacaran Viktor adalah laki – laki yang menyenangkan, kalimat (21) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu ketika
Nek Gintuk mengingat kata Ayahnya, kalimat (22) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu waktu masih gadis, kalimat (23) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu ketika nama menara air Tirtanadi masih Anyer Bersih, kalimat (24) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu ketika Kakek Esther pernah berpesan, kalimat (25) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu Esther ingin sukses seperti kakeknya, kalimat (26) deiksis waktu dulu referennya mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu pelajaran mengaji yang pernah dipelajari Wahid sebelum Ayahnya minggat meninggalkannya, kalimat (27) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu waktu yang telah berlalu saat meminjam beras pada Koh Liang,kalimat (28) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu ketika tahun 1901 sam 1921 tokoh saya pernah tinggal di Asahan, kalimat (29) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu Belanda menekan Sultan - Sultan, kalimat (30) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu waktu meninggalkan Wahid dan musala, kalimat (31) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan
tahun ke belakang yaitu ketika Wahid merasa berbeda, tidak kumal, dan tidak dekil,kalimat (32) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu waktu Wilson sebelum kawin, kalimat (33) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu amanah yang dititipkan bekas Bos Ayah, kalimat (34) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu kedatanga Bapak Suri ke kantor Pak Amrul adalah kunjungan persaudaraan, kalimat (35) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu tempat masa lalu Suri bersama Ibu dan Fatma, kalimat (36) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu saat Suri terkejut melihat keadaan Fatma, kalimat (37) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu waktu yang telah berlalu saat dibesarkan, kalimat (38) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu waktu yang telah berlalu saat tokoh Aku hidup sangat bahagia dengan keadaan seadanya, kalimat (39) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada jangkauan tahun ke belakang yaitu ketika Suri mempertanyakan pekerjaan Murad, dan kalimat (40) deiksis waktu dulu referennya berganti mengacu kepada
jangkauan tahun ke belakang yaitu perasaan hati pada masa lalu saat menjemput Suri.
Dari data yang telah dipaparkan di atas terlihat bahwa penggunaan deiksis tempat dan waktu dalam novel Surga Retak karya Syahmedi Dean dituangkan dalam contoh berikut di sini, di sana, di situ, ke sini, ke sana, kesitu dan dari sini untuk deiksis tempat. Sedangkan, untuk deiksis waktu dinyatakan dalam contoh nanti, tadi, sekarang, lusa, esok, besok, kemarin dan dulu. Dalam deiksis tempat dimungkinkan bahwa dasar – dasar pragmatik deiksis tempat adalah jarak psikologis. Dalam deiksis tempat dapat diketahui bahwa objek kedekatan secara fisik dan juga yang jauh secara fisik menggambarkan jarak psikologis. Tidak jauh berbeda dengan deiksis tempat deiksis waktu juga memiliki landasan psikologis yang sama dengan deiksis tempat. Bentu – bentuk deiksis waktu yang bukan deiksis waktu adalah waktu kalender dan waktu jam.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan,
dapat
disimpulkan sebagai berikut. Pada penelitian ini objek yang diteliti yaitu novel Surga Retak karya Syahmedi Dean dengan tebal 488 halaman, terbitan PT Gramedia Pustaka Utama pada Juli 2013. Fokus penelitian pada novel Surga Retak karya Syahmedi Dean ini adalah deiksis tempat dan waktu.
Sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referennya berpindah- pindah atau berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Deiksis dapat diartikan sebagai lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara. Jenis-jenis deiksis ada tiga yaitu deiksis persona atau orang, deiksis tempat, deiksis waktu.
Penggunaan deiksis tempat dalam novel Surga Retak dituangkan dalam contoh seperti di sini, di sana, di situ, ke sini, ke sana, ke situ, dan di situ. Sedangkan penggunaan deiksis waktu dapat dilihat dari contoh berikut nanti, tadi, sekarang, lusa, esok, besok, kemarin dan dulu. Dalam deiksis tempat dimungkinkan bahwa dasar – dasar pragmatik deiksis tempat adalah jarak psikologis. Dalam deiksis tempat dapat diketahui bahwa objek kedekatan secara fisik dan juga yang jauh secara fisik menggambarkan jarak psikologis. Tidak jauh berbeda dengan deiksis tempat deiksis waktu juga memiliki landasan psikologis yang sama dengan deiksis tempat. Bentu – bentuk deiksis waktu yang bukan deiksis waktu adalah waktu kalender dan waktu jam.
6.2 Saran
Dalam sebuah karya sastra khususnya novel, hendaknya katakata yang bersifat deiksis, dijadikan sebagai media sarana komunikasi yang efektif antara pengarang dan pembaca, sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dapat dipahami oleh pembaca.Oleh karena itu, pengarang dituntut menggunakan jenis-jenis deiksis yang baik dan memiliki kejelasan makna. Untuk kepentingan akademis, perlu adanya penelitian lanjutan dari pemerhati bahasa Indonesia menyangkut deiksis pada semua jenis karya sastra lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Agustiyan, Diyah. 2012. “Analisis Deiksis dalam Novel Lintang Panjer Rina Karya Daniel
Tito
dan
Pembelajarannya
di
SMA.”
Skripsi
Sajian
Universitas
Muhammadiyah Purworejo. Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka. Alwi, Hasan,dkk. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul dan Agustina Leonie. 2010. Sosiolingustik Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rieneka Cipta. Dean, Syahmedi. 2013. Novel Surga Retak. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Djajasudarma, T. Fatimah. 2009. Semantik 2- Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT. Refika Aditama Kastini, Ni Kadek Ayu. 2013. “ Penggunaan Deiksis Bahasa Bali Dialek Bangli di Desa Laantula Jaya Kecamatan Wita Ponda Kabupaten Morowali. “ Skripsi Sajian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Keraf, Gorys. 2000. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mery Ansiska, dkk. 2013. “ Penggunaan Deiksis Persona dan Tempat dalam Novel Supernova I Karya Dee.” Skripsi Sajian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura. Moleong, J. Lexy. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyana, 2005. Kajian Wacana. Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip – Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. Mulyono, Iyo. 2013. Morfologi Teori dan Sejumput Problematik Terapannya. Bandung: CV. Yrama Widya. Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik Teori dan Penerapannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Purwo, Bambang Kaswanti, 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. Pusat Pembinaan dan Pengembangaan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2011. EYD Plus. Victory Inti Cipta. Subroto, 1990. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung Sugono, Dendy, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Sobana, Amo. 2012. Skripsi Penggunaan Deiksis Persona pada Novel Negeri Lima Menara Karya Ahmad Fuadi.
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa Bandung. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
SINOPSIS Novel Surga Retak mengisahkan perjalanan hidup Suri si gadis belia yang penuh dinamika di tanah Deli. Novel ini mengisahkan kegetiran Suri karena ayahnya mempertaruhkan ibu di meja judi, padahal dalam pertaruhan kelas seribu rupiahan saja bapak selalu kalah. Perhitungan ayahnya yang terlalu gegabah tidak sebanding dengan keberanian orangorang lain yang sudah terlatih berjudi sejak Belanda mengembangkan kapitalisme di tanah Deli Serdang.
Bapak membuat Suri seperti tercabut dari kebahagiaan, kabur di malam buta dengan motor tua, menuju harapan baru, meninggalkan indahnya cinta yang baru mekar di belakang.
Novel ini menyajikan sebuah ide yang menginspirasi, menyuguhkan mimpi, dan cara mewujudkannya. Walau nasib kadang mencoba untuk memutar roda kendali hidup Anda dari jalan panjang
untuk mencapai mimpi Anda. Seperti kata Suri dalam novel Surga Retak, 'Aku harus punya cita-cita, harus berani bermimpi. Kalau tidak, aku cuma terombang-ambing dalam kehidupan duniawi, terombangambing dalam arus hidup orang lain. Cita-cita bisa membuat kita punya kehidupan sendiri dalam gelombang kehidupan dunia'.
BIOGRAFI SYAHMEDI DEAN Syahmedi Dean, lahir di Medan , 14 Mei 1969, sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas dia dibesarkan di kawasan perkebunan di Deli Serdang. Menyelesaikan pendidikan S1 Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni IndonesiaYogyakarta 1995, menjadi penyiar radio di Unisi FM Yogyakarta tahun 1993 sampai 1996, menjadi wartawan fashion and lifestyle di Femina Group dari tahun 1996 hingga 2004.
BIOGRAFI PENULIS Nika Tanjungpinang
Ardiana, pada
lahir
di
tanggal
14
September 1992. Penulis merupakan anak ke
lima
dari
lima
bersaudara
dari
pasangan Almarhum Walmen Turnip (+) dan Tiurdelina br. Sihaloho. Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama Kristen. Alamat penulis saat ini adalah di Jalan Pramuka Lorong Tanama.
Riwayat pendidikan dimulai dari TK Santa Bernadet Tanjungpinang tamat pada 1998, kemudian melanjutkan ke SD Katolik Tanjungpinang tamat tahun 2004, selanjutnya meneruskan sekolahnya di SMP Katolik Tanjungpinang tamat tahun 2007, dan menamatkan pendidikan di SMA Negeri 3 Tanjungpinang pada tahun 2010. Setelah menamatkan pendidikan di bangku SMA, penulis melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di provinsi Kepulauan Riau yaitu Univesitas Maritim Raja Ali Haji ( UMRAH ). Penulis
memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.