ANALISIS PENGARUH PERGANTIAN MANAJEMEN, OPINI AUDIT DAN UKURAN PERUSAHAAN KLIEN TERHADAP AUDITOR SWITCHING
NESTI NURADRIATI
[email protected] Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jln. Siliwangi No.24 Tasikmalaya
ABSTRACK
The purpose of this research is to examine the effect of change in management, audit opinion, and the size of the client company on the auditor switching. The research was conducted on the banking companies listed on Indonesia Stock Exchange during 2008-2013 period. The number of banking companies sampled in this study were 10 companies with 6 years observation. Based on purposive sampling method, sample consist of 60 financial statements in this research. Hypothesis in this research are tested by linear doubled regression analytical method and using SPSS program. Data analysis show that change in management, audit opinion, the size of the client company do not have significantly effect on the auditor switching in accordance with partial althought simultaneous.
Keywords: management change, audit opinion, the size of the client company and auditor switching ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pergantian manajemen, opini audit, dan ukuran perusahaan klien, terhadap auditor switching. Penelitian ini menggunakan sampel emiten sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 20082013. Jumlah perusahaan perbankan yang dijadikan sampel penelitian ini adalah 10 perusahaan dengan pengamatan selama 6 tahun. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel penelitian adalah 60 laporan keuangan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi linier berganda dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergantian manajemen, opini audit, dan ukuran perusahaan klien tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching baik secara parsial maupun secara simultan. Kata kunci: Pergantian manajemen, opini audit, ukuran perusahaan klien, dan auditor switching
PENDAHULUAN Seiring berkembang pesatnya dunia bisnis dan usaha membuat semakin banyak perusahaan-perusahaan berdiri baik perseorangan maupun persekutuan. Perusahaan ini saling berkompetisi untuk meraih pasar mereka sehingga dapat bertahan dengan eksistensi mereka sendiri. Untuk dapat bertahan, perusahaan tersebut harus mempunyai inovasi dan melakukan usaha lebih agar bisa semakin berkembang dan melebarkan sayap pada jenis usaha lainnya. Makin beragam jenis usaha suatu perusahaan maka semakin kompleks juga susunan laporan keuangan untuk perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang disajikanpun harus sesuai dengan kenyataan dan
semua informasi keuangan yang ada didalamnya dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik. Laporan keuangan merupakan alat utama untuk menginformasikan informasi keuangan perusahaan kepada pihak luar suatu badan usaha. Laporan ini menampilkan sejarah, kejadian, maupun peristiwa dalam perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Menurut PSAK nomor 1 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan dan sebagai pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya oleh para pemegang saham. Jaminan akan laporan keuangan yang diberikan auditor independen diawali dengan proses audit laporan keuangan yang terdiri dari upaya memahami bisnis dan industri klien serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan manajemen. Tujuan utama audit laporan keuangan bukan untuk menciptakan informasi baru, melainkan untuk menambah keandalan laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen (Divianto, 2011).
Perusahaan yang terkena kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan merupakan perusahaan yang telah memenuhi kriteria berikut, yaitu merupakan bentuk usaha, melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus, bertujuan mencari untung/laba, diselenggarakan oleh perseorangan atau badan, dan didirikan dan berkedudukan di wilayah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1998 menyebutkan bahwa: “Laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh akuntan publik harus disampaikan oleh perusahaan yang merupakan perseroan terbuka, bidang usaha perseroan berkaitan dengan pengerahan dana masyarakat, perseroan mengeluarkan surat pengakuan utang, dan memiliki jumlah aktiva paling sedikit Rp 50.000.000.000.”
Pelaporan keuangan ini diperkuat dengan adanya Pasal 66 ayat (4) Undang-undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang mengsyaratkan keharusan bagi perseroan yang bidang usahanya berkaitan dengan pengerahan dana masyarakat, mengeluarkan surat pengakuan hutang, atau merupakan perseroan terbatas terbuka, untuk menyerahkan perhitungan tahunan perseroan kepada akuntan publik untuk diperiksa, sebelum perhitungan tahunan tersebut disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Perusahaan dengan kriteria yang disebutkan diatas wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan yang disampaikan berupa laporan posisi keuangan perusahaan, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Adanya peningkatan yang sangat pesat dalam dunia bisnis dan ekonomi menjadi peluang dan tantangan untuk profesi akuntan publik. Profesi akuntan publik telah mendapatkan pengakuan dari berbagai kalangan khususnya didunia bisnis dikarenakan adanya kesadaran pemilik perusahaan akan kebutuhan jasa akuntan publik disetiap perusahaannya untuk melakukan
pengelolaan dana yang baik bagi sebuah perusahaan.
Perkembangan profesi akuntan publik juga didorong dari keputusan pemerintah bagi perusahaan yang menginginkan go public harus dilakukan pemeriksaan mengenai laporan keuangannya yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik. Akuntan publik adalah pihak independen yang dianggap mampu menjembatani benturan kepentingan antara pihak prinsipal (pemegang saham) dengan pihak agen, yaitu manajemen sebagai pengelola perusahaan. Dalam hal ini peran akuntan publik adalah memberi opini terhadap kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Untuk dapat menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik, auditor harus mampu menghasilkan opini
audit yang berkualitas yang akan berguna tidak saja bagi dunia bisnis, tetapi juga masyarakat luas (Wibowo dan Hilda, 2009).
TINJAUAN PUSTAKA Teori Agensi Berdasarkan teori agensi yang mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self-interest maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungn antara prinsipal dan agen sangat diperlukan, dalam hal ini adalah auditor independen. Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa, kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut. Penyebab timbulnya masalah agensi ini yaitu adanya konflik kepentingan antara principal dan agent, akibat tidak bertemunya tujuan yang sejalan diantara mereka. Pada saat pemegang saham (principal) menunjuk manajer (agent) sebagai pengelola dan pengambil keputusan bagi perusahaan, pada saat itulah muncul hubungan keagenan antara pemegang saham dengan manajer. Manajer mengemban tanggung jawab moral untuk mengoptimalkan kepentingan pemegang saham (principal). Namun, di sisi lain manajer juga memiliki tujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan dan kepentingannya sehingga terdapat kemungkinan agent tidak selalu bertindak untuk kepentingan terbaik principal (Jensen dan Meckling, dalam Frida, 2013). Manajer sebagai pihak yang mengelola perusahaan, dimana ia memiliki informasi internal yang lebih banyak mengenai keadaan dan prospek perusahaandi masa yang akan datang
dibandingkan
dengan
informasi
yang
dimiliki
olehpemegang
saham.
Ketidakmampuan atau keengganan manajemen untuk mengoptimalkan kepentingan pemegang saham menimbulkan apa yang disebut dengan masalah keagenan (agency problem). Dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh Jensen (1976) menyatakan bahwa masalah keagenan timbul karena orang cenderung untuk mementingkan dirinya sendiri dan munculnya konflik ketika beberapa kepentingan bertemu dalam suatu aktivitas bersama. Manajer (agent) yang memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkandengan pemegang saham (principal) harus mengungkapkan informasi akuntansi yang memaparkan keadaan perusahaan melalui laporan keuangan. Permasalahan akan muncul saat informasi yang diterima pihak yang berkepentingan tidak samadengan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Keadaan ini dikenal sebagai asimetri informasi yang terjadi karena agent lebih unggul dalam mengetahui dan memahami informasi dibanding dengan principal. Principal
menginginkan pengembalian secepatnya dan menguntungkan atas investasi yang telah dilakukannya terhadap perusahaan. Sedangkan agent memiliki tujuan untuk memperoleh kesempatan menerima bonus dan insentif yang lebih besar atas pencapaian kinerjanya. Penilaian prestasi agent dinilai oleh principal berdasarkan kemampuan agent memperbesar keuntungan yang akan dibagikan pada pembagian dividen. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka agent dianggap sukses sehingga dapat memperoleh bonus dan insentif yang lebih besar. Oleh karena itu, agent berusaha untuk memenuhi tuntutan principal untuk memperoleh insentif yang memadai. Jika tidak dilakukan pengawasan yang cukup, agent bisa melakukan berbagai cara sehingga seolah-olah target perusahaan tercapai. Agent dapat melakukan perubahan-perubahan di beberapa kondisi perusahaan untuk membuat laba yang seolah-olah naik, padahal pada kenyataannya perusahaan merugi ataupun mengalami penurunan laba. Bukti teoritis mengenai pergantian auditor didasarkan pada teori agensi. (Sulistiarini dan Sudarno, 2012:2). Baik principal maupun agent ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan ingin terhindar dari resiko yang mungkin terjadi dalam perusahaan. Dalam teori agensi, auditor independen berperan sebagai penengah kedua belah pihak (agent dan principal) yang berbeda kepentingan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh manajer. Teori ini digunakan sebagai dasar hipotesis pertama dan ketiga dimana pergantian manajemen dan ukuran perusahaan klien dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan auditor switching. 2.1.2 Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 Ketersediaan kantor akuntan publik yang sedikit, sementara perusahaan yang meminta jasa audit banyak. Kantor akuntan publik yang melakukan praktik audit diwajibkan terdaftar di BAPEPAM-LK dan hanya kantor akuntan publik yang terdaftar yang berhak untuk mengaudit (Suparlan dan Andayani, 2010). Kantor akuntan publik sendiri memiliki perbedaan kualitas antar mereka sehingga perusahaan akan cenderung memilih kantor akuntan yang kualitasnya baik. Maka dari itu, hubungan antara klien dengan auditor akan muncul dengan sendirinya dan sangat besar kemungkinan akan terjalin hubungan jangka panjang. Keraguan mengenai independensi auditor menjadi isu yang banyak diperdebatkan di kalangan profesi akuntan. Isu ini semakin penting karena independensi erat kaitannya dengan pemberian jasa audit oleh auditor. Pihak pemerintah sebagai regulator akhirnya turut campur tangan dalam mengatasi masalah ini dengan menetapkan peraturan-peraturan yang
membahas mengenai pergatian KAP secara wajib. Adanya peraturan tersebut diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan dari semua pihak, baik pihak auditor, pihak perusahaan, maupun pihak eksternal. Di Indonesia, pergantian KAP dan auditor bersifat mandatory (wajib) dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 423/KMK.06/2002 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tesebut kemudian diperbaharui menjadi Keputusan Menteri Keuangan No. 359/KMK.06/2003 pasal 2, yang mengatur bahwa: “Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut”.
Peraturan mengenai
pembatasan masa
penugasan KAP tersebut
kemudian
disempurnakan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 17/PMK.01/2008 pasal 3 ayat 1 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Perubahan tersebut menyatakan bahwa: “Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.”
Selanjutnya di pasal 3 ayat 2 dan 3 dinyatakan bahwa: “Kemudian Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama.”
Adanya peraturan tersebut menyebabkan perusahaan memiliki keharusan untuk melakukan pergantian auditor dan KAP mereka setelah jangka waktu tertentu. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/ PMK. 01/ 2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” merupakan dasar yang digunakan dalam peneli tian karena periode waktu penelitian ini adalah tahun 2009-2013. 2.1.3 Pergantian Manajemen Istilah manajemen menunjuk pada kelompok perorangan yang secara aktif merencanakan, melakukan koordinasi, serta mengendalikan jalannya operasi transaksi klien. Dalam konteks auditing, manajemen menunjuk pada para pejabat perusahaan, pengawas, dan personel kunci sebagai penyelia (supervisor). Pergantian manajemen perusahaan terjadi jika
perusahaan mengubah jajaran dewan direksinya. Apabila perusahaan mengubah dewan direksi, baik direktur maupun komisaris, akan menimbulkan adanya perubahan dalam kebijakan perusahaan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Nagywijaya (2005) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menjelaskan bahwa perusahaan akan mencari KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan keuangan perusahaan. Teori yang berkaitan dengan pergantian manajemen adalah teori agensi yang dikemukakan oleh Anthony dan Govindarajan (2005), yang menyatakan bahwa hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (principle) menyewa pihak lain (agent) untuk melaksanakan suatu jasa dan dalam melakukan hal itu, mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Hubungan antara auditor dengan klien merupakan hubungan timbal balik, dimana klien menyewa jasa auditor untuk mengaudit laporan keuangannya sehingga laporan tersebut dapat diandalkan dan relevan sehingga dapat menarik investor, sedangkan auditor harus secara professional dalam mengaudit laporan keuangan klien dan mengungkapkan secara transparan dan objektif. Jika manajemen menilai auditor tidak kompeten dalam melaksanakan tugasnya, tentu akan membuat manajemen berpikir untuk melakukan auditor switching.
HIPOTESIS Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam kerangka pemikiran di atas, maka penulis dapat merumuskan hipotesis dalam uji penelitian ini adalah sebagai berikut : a. H 0 :
0
Tidak terdapat pengaruh pergantian manajemen terhadap auditor switching.
Ha :
0
Tedapat pengaruh pergantian manajemen terhadap auditor switching. b. H 0 :
0
Tidak terdapat pengaruh opini audit terhadap auditor switching.
Ha :
0
Tedapat pengaruh opini audit terhadap auditor switching. c. H 0 :
0
Tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan klien terhadap auditor switching.
Ha :
0
Tedapat pengaruh ukuran peusahaan klien terhadap auditor switching.
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data panel. Data panel merupakan gabungan antara data cross-setion dan time-series. Data dalam penelitian ini disebut data panel karena menggunakan data beberapa perusahaan untuk beberapa periode. Data penelitianinidiperoleh dari Bursa Efek Indonesia yang terdapat di Pojok Bursa Universitas Siliwangi Tasikmalaya yang menyediakan informasi laporan keuangan perusahaan dengan mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id. Objek penelitian yang dijadikan sampel pada penelitian ini berjumlah 10 perusahaan selama 6 tahun penelitian sehingga terdapat 60 data observasi. Dalam penelitianiniuntukmengetahui pengaruh variabel pergantianmanajemen, opini audit dan ukuran perusahaan klien menggunakan program ststistik SPSS 21.0 dengan menggunakan dua metode antara lain: 1. Analisis Statistik Deskriptif 2. Regresi Logistik a. Penilaian keseluruhan model b. Pengujian kelayakan model regresi c. Pengujian koefisien determinasi d. Matriks klasifikasi e. Pengajuan hipotesis
Persamaan regresi logistik yag digunakan menurut Ghozali (2009) adalah sebagai berikut : Ln
p (SWITCH) 1 - p (SWITCH)
0
1
CEO
2
OPINI
3
UKP
Dimana Ln
p (SWITCH) 1 - p (SWITCH)
: Nilai rasio kemungkinan perusahaan berganti akuntan publik (melakukan
auditor
switching),
menggunakan
variabel
dummy, 1 perusahaan yang melakukan auditor switching dan 0 jika sebaliknya 0
: Konstanta
1-3
: Koefisien regresi
CEO
: Pergantian manajemen
OPINI
: Opini audit
UKP
: Ukuran perusahaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Regresi Logistik Pengaruh Pergantian Manajemen, Opini Audit dan Ukuran Perusahaan Klien Terhadap Auditor Switching 1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Untuk menilai keseluruhan model (Overall Model Fit), digunakan Log Likelihood Value (Nilai -2LL) yaitu dengan cara membandingkan antara nilai -2LL pada awal (block number =0) dimana model hanya memasukkan konstanta, dengan nilai -2LL pada akhir (block number = 1) dimana model memasuukan konstanta dan variabel bebas. Hasil uji menunjukkan model regresi yang semakin baik jika nilai -2LL block number = 0 > nilai 2LL pada block number = 1, atau dapat dikatakan baik jika terjadi penurunan dari awal ke nilai akhir. Nilai -2LL awal sebesar 13,460, seperti terlihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel 4.8 Menilai Keseluruhan Model -2 Log Likelihood (-2LL) pada Awal
Iteration History
a,b,c
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
13.460
-.400
2
13.460
-.405
3
13.460
-.405
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 13.460 c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.
Sedangkan untuk nilai -2 Log Likelihood akhir pada block number = 1 sebesar 7,902, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut : Tabel 4.9 -2 Log Likelihood (-2LL) pada Akhir Iteration History
Coefficients
-2 Log Iteration Step 1
likelihood
a,b,c,d
Constant
x1
x2
x3
1
9.343
48.190
-3.262
-1.881
-2.143
2
8.409
86.651
-5.627
-3.710
-3.843
3
8.015
130.512
-8.399
-6.000
-5.767
4
7.916
163.649
-10.545
-7.525
-7.228
5
7.906
170.667
-11.053
-7.122
-7.571
6
7.903
169.944
-11.071
-6.142
-7.583
7
7.903
168.944
-11.071
-5.141
-7.583
8
7.902
167.944
-11.071
-4.141
-7.583
9
7.902
166.944
-11.071
-3.140
-7.583
10
7.902
165.944
-11.071
-2.140
-7.583
11
7.902
164.944
-11.071
-1.140
-7.583
12
7.902
163.944
-11.071
-.140
-7.583
13
7.902
162.944
-11.071
.860
-7.583
14
7.902
161.944
-11.071
1.860
-7.583
15
7.902
160.944
-11.071
2.860
-7.583
16
7.902
159.944
-11.071
3.860
-7.583
17
7.902
158.944
-11.071
4.860
-7.583
18
7.902
157.944
-11.071
5.860
-7.583
19
7.902
156.944
-11.071
6.860
-7.583
20
7.902
155.944
-11.071
7.860
-7.583
Setelah dimasukkan ketiga variabel bebas, terlihat hasil yang menunjukkan adanya penurunan nilai -2LL awal dengan -2LL akhir, yaitu sebesar 5,558 (13,460-7,902 = 5,558). Penurunan hasil likelihood (-2LL) ini memperlihatkan model regresi yang lebih
baik atau dapat dikatakan model yang dihipotesiskan fit dengan data, sehingga dapat memperbaiki model penelitian. 2. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Cox dan Snell’s R Square dan Nagelkerje R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada regresi berganda yang didasarkan pada teknik estimasi Likelihood. Nagelkerke R Square lebih mudah diinterpretasikan daripada Cox dan Snell’s R Square sehingga untuk mengetahui sebesar besar variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independent dapat dilihat dari nilai Nagelkerke R Square. Hasil analisis data dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut : Tabel 4.10 Koefisien Determinasi
Model Summary
Step
-2 Log likelihood
1
7.902
a
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square .426
.576
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,576 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen sebesar 57,6%, sedangkan sisanya sebesar 42,4% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian ini. 3. Menguji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan mengamati nilai signifikan pada Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Data dikatakan memiliki model fit baik apabila pvalue Hosmer dan Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test dapat dilihat pada Tabel 4.11 sebagai berikut :
Tabel 4.11 Menguji Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test Step
Chi-square
1
df
6.509
Sig. 8
.590
Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,590 yaitu lebih besar daripada nilai 0,05, sehingga model regresi layak digunakan dalam analisis selanjutnya karena model tersebut mampu memprediksi hasil observasinya. Tabel 4.12 Tabel Contingency
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Step 1
Auditor switching = .00
Auditor switching = 1.00
Observed
Observed
Expected
Expected
Total
1
1
1.000
0
.000
1
2
1
1.000
0
.000
1
3
1
.939
0
.061
1
4
1
.770
0
.230
1
5
1
.680
0
.320
1
6
0
.611
1
.389
1
7
0
.424
1
.576
1
8
0
.318
1
.682
1
9
1
.256
0
.744
1
10
0
.001
1
.999
1
Berdasarkan Tabel 4.12 untuk uji Hosmer and Lemeshow di atas, hasil menunjukkan terdapat 10 langkah pengamatan keputusan melakukan auditor switching atau tidak melakukan auditor switching. Terlihat pula antara nilai yang diamati (observed) dengan nilai yang diprediksi (expected) tidak memperlihatkan perbedaan yang terlalu ekstrim, hal tersebut menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini telah mampu memprediksi hasil observasinya.
4. Matriks Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan dalam melakukan auditor switching. Hasil tabel matriks klasifikasi seperti terlihat pada hasil di bawah ini : Tabel 4.13 Matriks Klasifikasi Classification Table
a
Predicted Auditor switching Percentage Observed Step 1
Auditor switching
.00
1.00
Correct
.00
5
1
83.3
1.00
1
3
75.0
Overall Percentage
80.0
a. The cut value is .500
Berdasarkan Tabel 4.13 menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan kekuatan prediksi dari perusahaan yang tidak melakukan auditor switching sebesar 83,3%, yang berarti dengan model regresi yang digunakan terdapat 1 perusahaan (20%) diprediksi akan melakukan pergantian auditor dari total 5 perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor switching. Sedangkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching adalah sebesar 75,0%. Hasil menunjukkan 3 perusahaan (30%) yang diprediksi akan melakukan pergantian auditor dari 1 perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor switching. 5. Menguji Koefisien Regresi Logistik Tahapan akhir dari pengujian regresi logistic yang telah dilakukan adalah uji koefisien regresi, dengan tingkat signifikan 5%. Diperlukan hipotesis dalam pengujian yang dilakukan yaitu sebagai berikut : H0 : Variabel independent tidak berpengaruh terhadap variabel dependen Ha : Variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependen Kaidah pengambilan keputusan : a. Jika nilai probalitas (sig) < 5%, maka Ha diterima b. Jika nilai probalitas (sig) > 5%, maka Ha ditolak
Hasil pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji secara parsial untuk mengetahui pengaruh dari setiap variabel independen terhadap variabel dependen (auditor switching). Hasil dari regresi logistik mengenai pengaruh tersebut dapat terlihat pada tabel variabel in the equation. Dalam tabel tersebut terdapat nilai signifikansi yang dibandingkan dengan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,05. Jika tingkat signifikansi kurang dari 0,05 maka H a diterima. Tabel variabel in the equation ditunjukkan pada Tabel 4.14 sebagai berikut :
Tabel 4.14 Menguji Koefisien Regresi Logistik
Variables in the Equation B Step 1
a
S.E.
Wald
Df
Sig.
Exp(B)
x1
-11.071
9.890
1.253
1
.263
.000
x2
7.860
40192.971
.000
1
1.000
2590.381
x3
-7.583
6.804
1.242
1
.265
.001
155.944
40193.282
.000
1
.997
5.314E67
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: x1, x2, x3.
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diperoleh model regresi sebagai berikut : Ln
p (SWITCH) 1 - p (SWITCH)
155,944
11,071 CEO
7,860 OPINI
7,583 UKP
Berdasarkan model regresi yang terbentuk, nilai konstanta menunjukkan nilai sebesar 155,944 yang berarti dengan tidak memperhitungkan pergantian manajemen, opini audit dan ukuran perusahaan maka keputusan melakukan auditor switching adalah sebesar 155,944. Variabel pergantian manajemen (CEO) memiliki nilai koefisien regresi positif yaitu sebesar 7,860. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan kenaikan 1% untuk variabel CEO, akan mempengaruhi kemungkinan terjadinya auditor switching sebesar 7,860, koefisien regresi positif menunjukkan adanya hubungan berbanding lurus. Sedangkan untuk variabel opini audit dan ukuran perusahaan menunjukkan nilai negatif masingmasing yaitu sebesar -11,071 dan -7,583. Nilai negatif dalam model regresi menandakan adanya hubungan berbanding terbalik, jika OPINI dan UKP turun sebesar 1%, maka keputusan melakukan auditor switching akan naik sebesar nilai koefisien masing-masing variabel tersebut.
Tabel 4.15 Menguji Secara Simultan
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
Df
Sig.
Step
5.558
3
.135
Block
5.558
3
.135
Model
5.558
3
.135
Berdasarkan Tabel 4.15 menunjukkan bahwa pengujian secara simultan hasil signifikan sebesar 0,135 lebih besar daripada 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa semua variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa semua variabel independen jika diuji secara bersamaan maka ketiga variabel independen dalam penelitian ini terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada Emiten Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan pembahasan yang penulis kemukakan, maka penulis mengambil beberapa simpulan diantaranya: 1. Pergantian manajemen pada Emiten Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2013 hanya terjadi satu kali pergantian manajemen, sedangkan yang terjadi 2 kali pergantian terjadi pada Bank Danamon Tbk. Berdasarkan kesimpulan tersebut pergantian manajemen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching pada emiten sektor perbankan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan dan pelaporan akuntansi KAP lama tetap dapat diselaraskan dengan kebijakan manajemen baru dengan cara melakukan negosiasi ulang antara kedua pihak. Adanya fenomena seperti ini erat kaitannya dengan keadaan perusahaan publik di Indonesia yang mayoritas dikuasai dan dijalankan bersama oleh orang-orang dalam satu keluarga sehingga dengan adanya pergantian manajemen tidak terlalu mengubah kebijakan yang telah ada di perusahaan.
2. Opini audit pada Emiten Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2013 setiap bank mendaat opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), hanya satu bank yang mendapat opini WTP dengan kalimat penjelas yaitu Bank Mandiri Tbk. Berdasarkan kesimpulan tersebut opini audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergantian KAP, sehingga perusahaan akan tetap menggunakan KAP yang sama walaupun opini audit yang diterima pada tahun sebelumnya bukanlah opini wajar tanpa pengecualian. Pengguna laporan keuangan yang telah diaudit tidak hanya menilai kualitas pelaporan
keuangan
hanya
berdasarkan
opini
audit
semata,
namun
harus
mempertimbangkan alasan-alasan mengapa auditor mengeluarkan opini tersebut. 3. Ukuran perusahaan klien pada Emiten Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2013 paling besar terjadi pada Bank Mandiri Tbk yaitu sebesar Rp. 3.123.303.930, sedangkan paling kecil terjadi pada Bank Tabungan Negara Tbk yaitu sebesar Rp. 503.933.550. 4. Auditor switching pada Emiten Sektor Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2013 hanya beberapa Bank yang mengalami auditor switching yaitu Bank Central Asia Tbk,Bank CIMB Niaga Tbk, Bank Internasional Indonesia Tbk, dan Bank PermataTbk. 5. Tidak ada pengaruh secara signifikan pergantian manajemen, opini audit, dan ukuran perusahaan klien terhadap auditor switching pada Emiten Sektor Perbankan di Indonesia. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan yang berguna bagi kemajuan perusahaan khususnya bagi emiten sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun bagi peneliti lainnya dimasa yang akan datang. Adapun saransaran adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pihak Perbankan Diharapkan emiten sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat tetap menggunakan KAP lama meskipun dalam perusahaan telah terjadi pergantian manajemen karena manajemen tetap dapat menyelaraskan kebijakan akuntansinya dengan KAP lama dengan melakukan negosiasi ulang. Penggunaan KAP lama ini sepanjang masih dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan kebijakan akuntansi dapat diselaraskan serta lebih efisien bagi klien karena KAP yang lama telah mengenal lingkungan bisnis klien dengan lebih baik dibanding dengan KAP baru. 2. Bagi Akuntan Publik
Diharapkan akuntan publik maupun KAP dapat meningkatkan kontribusi praktik dengan setiap perusahaan dengan cara tetap menjaga rofesionalisme dan independensinya sebagai auditor sesuai dengan Permenkeu No.17/PMK.01/2008 tentang jasa akuntansi. 3. Bagi penulis selanjutnya diharapkan penelitian yang selajutnya dapat melakukan penelitian yang sifatnya pengembangan dan perbaikan dari penelitian ini, sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., Elder & Beasley (2012). Auditing dan Jasa Assurance: Pendekatan Terintegrasi. Edisi12. Jakarta: Erlangga. Boynton, Johnson & Kell (2003). Modern Auditing. Edisi7. Jakarta: Erlangga. Chadegani, A.A., Mohamed, Z.M., Jari, A. (2011). The Determinant Factors of Auditor Switch among Companies Listed on Tehran StockExchange. 2011 International Conference on Sociality and Economics Development IPEDR, 10,1-6. Divianto. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan Auditor Switch. JurnalEkonomi DanInformasi Akuntansi (JENIUS),1 (2),1-21. Ghozali, Imam. (2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20.0. Edisi 6. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntansi Publik. (2008). www.ppajp.depkeu.go.id/ diakses tanggal 29 Maret. Sudarno, Sulistriani. (2012). Analisis Faktor-Faktor Pergantian Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010). Diponogoro Journal Of Accounting, 1 (2), 1-12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntansi Publik. (2011). www.ppajp.depkeu.go.id/ diakses tanggal 29 Maret. Wijayanti, M.P. (2010). Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switcing di Indonesia. Skripsi S1. Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponogoro, Semarang.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2006. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP-
134/BL/2006 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2006, Peraturan Nomor VIII.A.2 Tentang Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 432. 2002. (http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=386&hlm=), diakses 4 Maret 2014. Menteri Keuangan, 2003, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 jo 359/KMK.06/2003 tentang "Jasa Akuntan Publik", Jakarta. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17.2008. (http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id13177&hlm=), diakses 4 Februari 2014. Republik Indonesia, 1995, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas. Republik Indonesia, 1995, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.