ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, KREDIT, SUKU BUNGA SBI, INFLASI, DAN INVESTASI TERHADAP JUMLAH UANG BEREDAR (M2) DI INDONESIA Skripsi
Disusun oleh:
Muhammad Ahmad NIM : 107084003396
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1433 H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Muhammad Ahmad
Tempat & Tanggal Lahir
: Sungai lumpur, 20 April 1989
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Status
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Mahasiswa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Golongan darah
:O
Tinggi & Berat badan
: 167 cm & 49 kg
Hobi
: Baca Buku, Dengar Musik, Badminton, Bola Kaki
Alamat
: Desa Sungai Lumpur, Dusun II, RT 002/003, kecamatan Cengal, kabupaten Ogan Komering Ilir
Nomor Telpon
: 087880141418
Email
:
[email protected].
Facebook
:
[email protected].
i
Jenjang Pendidikan 1. Tahun 2007 sampai dengan sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 Madrasah Aliyah Tahdzibun Nufus Jakarta barat 3. Tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 Madrasag Tsanawiyah Miftahul Ulum Desa sungai Lumpur 4. Tahun 1995 sampai dengan 2001 SD Negeri 1 Desa Sungai Lumpur
Pengalaman Berorganisasi 1. Tahun 2009 sampai dengan sekarang Berorganisasi di Ikata Remaja Masjid (IRMA) Nurul Iman sebagai seksi kegiatan Rhamadhan 2. Tahun 2005 sampai dengan 2007 Berorganisasi di OSIS MA. Tadzibun Nufus sebagai divisi Humas 3. Tahun 2005 sampai dengan 2007 Berorganisasi di Paskibra dan Pramuka MA. Tahdzibun Nufus sebagai salah satu pengurus 4. Tahun 2004 sampai dengan 2005 Berorganisasi di OSIS MTs Miftahul Ulum sebagai ketua OSIS. 5. Tahun 2003 sampai dengan 2004 Berorganisasi di OSIS MTs Miftahul Ulum sebagai seksi muhadhoroh.
ii
ABSTRACT The purpose of this research to analyze the effect of exchange rate, credit, interest rate of SBI, inflation an investment on money supply (M2). The data which use in this research is time series data in Indonesia since 2003.1-2010.4, by using OLS (ordinary least Square) method. The result shows that exchange rate and inflation have a negative and significant effect on money supply (M2) in Indonesia.Beside of that, credit and interest rate of SBI have a positive and significant effect on money supply (M2) in Indonesia. Meanwhile investment has no significant effect on money supply in Indonesia. Keyword : Money Supply (M2), Exchage rate, credit, interest rate of SBI, inflation, investment
iii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi terhadap jumlah uang beredar (M2) di Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series yaitu tahun 2003.1 -2010.4 dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Sqaure). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar dan inflasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar (M2) di Indonesia. Sementara kredit dan suku bunga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar (M2) di Indonesia. Sedangkan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar (M2) di Indonesia Kata kunci:
Jumlah Uang beredar (M2), Nilai Tukar, Kredit, Suku bunga SBI, Inflasi, Investasi
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirohim….. Alhamdulillahirobbilalamin… Segala puji dan rasa syukur hanyalah milik Allah SWT, yang memiliki segala keagungan, maha pencipta semua yang ada dilangit dan di bumi, sumber semua ilmu pengetahuan, serta maha pembuka pintu rahmat bagi semua hamba-hambaNYA, sehingga nikmat terbesarpun telah penulis rasakan akan keagunganNYA, izinNYA dan atas semua kemudahan yang telah dibukakan bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, Nabi yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umat, segenap keluarga, sahabat, pengikutnya yang senantiasa istiqomah di jalan Allah SWT. Setelah melalui proses dan dengan segala usaha, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, KREDIT, SUKU BUNGA SBI, INFLASI DAN INVESTASI TERHADAP JUMLAH UANG BEREDAR (M2) DI INDONESIA” Dalam skripsi ini, terkadang penulis menghadapi hambatan yang memang menjadi bagian dari suatu perjuangan untuk mencapai sebuah tujuan. Namun, penulis menyadari bahwa ini merupakan proses yang harus dijalani. Oleh karena itu, banyak pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis sehingga membukakan kebutuhan yang penulis alami Atas segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung, secara spiritual maupun materil. Ucapan terimah kasih penulis sampaikan kepada: 1. Kedua orang tuaku, Nurdin dan Sanatang. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kalian, terimah kassih telah membesarkan penulis dengan kesabaran, memberikan
v
kasih sayang yang tulus, dukungan, motivasi serta doa yang tidak pernah putus. Doaku selalu menyertai kalian, semoga Allah memberikan balasan atas semua kesabaran mama dan bapak. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang secara tidak langsung mengajarkan penulis bagaimana menjadi seseorang ekonom yang baik, serta mendoakan penulis menjadi seseorang yang baik 3. Bapak Dr. Lukam. M.Si, selaku Dosen Pembimbing 1, yang telah meluangkan waktu, pikiran dan ilmunya dengan segala profesionalitas dan kesabaran dalam membimbing sehingga skrispsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga segala kebaikan dan ketulusan yang bapak berikan menjadi amal shaleh 4. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan SE. MSc, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, pikiran dan ilmunya dengan segala profesionalitas dan kesabaran. Semoga ilmunya yang bapak berikan dapat bermamfaat, 5. Ibu Utami Baroroh. M.Si, selaku Sekretaris Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas ekonomi dan Bisnis 6. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan 7. Seluruh staf dan karyawan Ekonomi dan Bisnis 8. Keluarga tercinta,, terimah kasih karena selama ini telah meberikan penulis dukungan, semangat, pelajaran, serta materi yang mungkin penulis belum bisa membalasnya. Semoga Allah selalu melindungi kalian. Amin.. 9. Ratna Dewi binti H. Hasanudin, terimah kasih selama ini telah memberikan penulis dukungan, semangat secara spiritual. Semoga Allah memberikan yang terbaik buat dia. Amin… 10. Sahabat- sahabat IESP terbaik, Maryo, Ganda adi, Pranowo, Etty, Mahmudah, Rey, Wiwi, Feni, Tio, Reza, Lutfi (Syariah), Fikri, Endang, Dhea, JB sukma, Tri Widarso, Syamsul, Rahmad Kurniadi, Irfan Fahmi, Arudin, dan lain-lain.
vi
Terimah kasih telah memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 11. Sahabat-sahabat terbaik, terimah kasih telah menjadi teman terbaik, yang selalu ada untuk menghibur dan memberikan semangat penulis dalam menghadapi cobaan hidup. Kalian anugerah terindah selama ini. Terimah kasih atas kebersamaan kalian selama ini. Dan seluruh teman-teman IESP angkatan 2007, senang bisa berjuang bersama kalian. Tetap semangat…. 12. Dan semua pihak yang turut membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.. Penulis sadari penulisan skripsi ini masih sangat jauh untuk mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan untuk membuat satu perubahan yang baik. Akhirnya penulis sangat berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat, baik kepada penulis maupun semua pihak yang berkesempatan membaca skripsi ini. Jakarta. 1 Desember 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN KOMFREHENSIF LEMBAR PENGASAHAN UJIAN SKRIPSI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH DAFTAR RIWAYAT HIDUP
i
ABSTRACT
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang........................................................................
1
B. Perumusan Masalah................................................................
11
C. Tujuan Penelitian............................................................................
12
D. Manfaat Penelitian...........................................................................
13
BAB. II. LANDASAN TEORI
A. Jumlah Uang Beredar.........................................................
15
1. Sejarah Uang...................................................................
15
2. Pengertian.......................................................................
18
3. Fungsi Uang....................................................................
19
4. Macam-Macam uang......................................................
20
5. Definisi Uang Beredar....................................................
21
6. Teori Penawaran dan Permintaan uang..........................
21
viii
7. Teori kuantitas uang............................................. ..
25
B. Kurs/ Nilai Tukar................................................................
26
1. Pengertian Kurs atau Nilai Tukar..................................
26
2. Macam-Macam Nilai Tukar ...........................................
28
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing..
29
4. Perubahan Nilai Kurs......................................................
31
5. Teori Paritas Daya Beli ………………………………….
33
C. Kredit......................................................................................
34
1. Pengertian Kredit...........................................................
34
2. Jenis-Jenis Kredit............................................................
36
3. Tujuan dan Fungsi Kredit...............................................
37
D. Suku Bunga............................................................................
40
1. Pengertian Suku Bunga.....................................................
40
2. Macam-Macam Suku Bunga.............................................
41
3. Sertifikat Bank Indonesia (SBI).........................................
42
E. Inflasi.....................................................................................
42
1. Pengertian Inflasi................................................................
42
2. Cara Mengukur Inflasi........................................................
43
3. Jenis Inflasi........................................................................
44
4. Sebab-sebab Terjadinya Inflasi...........................................
44
5. Dampak Inflasi...................................................................
45
F. Investasi...................................................................................
46
1. Pengertian Investasi.....................................................................
46
2. Fungsi Investasi...........................................................................
47
3. Tujuan Investasi..........................................................................
48
4. Bentuk Investasi................................................................
49
5. Faktor yang Mempengaruhi Investasi.........................................
49
G. Keterkaiatan Antar Variabel……………………………….
50
H. Penelitan Terdahulu...........................................................
56
ix
I. Kerangka Pemikiran.............................................................
67
H. Hipotesis..................................................................................
70
BAB III : METEDOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................
71
B.Metode Pengumpulan Data Penelitian..................................
72
C Operasional Variabel..............................................................
73
D. Metode Analisis Data............................................................
76
BAB IV : HASIL PEMBAHASAN A. Sejarah Singkat Objek Penelitian...................................
86
B. Hasil dan pembahasan.......................................................
100
C. Interpretasi Ekonomi..........................................................
111
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN.....................................................................
122
B. IMPLIKASI..........................................................................
123
DAFTAR PUSTAKA
126
x
DAFTAR TABEL
No. 1.1
Keterangan Perkembangan M2, Nilai Tukar, Kredit, Suku Bunga
Hal 6
SBI, Inflasi dan Investasi Priode 2006-2010 2.1
Penelitan Sebelumnya
63
3.1
Operasional Variabel
76
4.1
Jumlah dan laju pertumbuhan jumlah uang beredar
89
Tahun 2003-2010 4.2
Rata-Rata Nilai Tukar Tahun 2003-2010
91
4.3
Total Kredit dan Laju Pertumbuhannya Tahun 2003-2010
93
4.4
Rata-Rata Suku Bunga SBI Tahun 2003-2010
95
4,5
Rata-Rata Inflasi Tahun 2003-2010
97
4.6
Total dan Laju Pertumbuhan Investasi (PMA dan PMDN)
99
Tahun 2003-2010 4.7
Hasil UJi Heteroskedastisitas
103
4.8
Hasil Korelasi Uji Multikolinieritas
104
4.9
Menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan uji
105
Breusch-Godfrey 4.11
Hasil Olah Data dengan Metode OLS
xi
106
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Hal
2.1
Kurva Kenaikan Permintaan Kurs
32
2.2
Kurva Perubahan Penawaran Kurs
33
2.3
Kerangka Pemikiran
69
4.1
Grafik Jumlah Uang Beredar M2 Tahun 2003-2010
89
4.2
Grafik Nilai tukar (USD/Rp) Tahun 2003-2010
91
4.3
Grafik Kredit Tahun 2003-2010
93
4.4
Grafik Suku Bunga SBI Tahun 2003-2010
95
4.5
Grafik Indeks Harga Konsumen Tahun 2003-2010 (%)
97
4.6
Grafik Investasi Tahun 2003-2010
99
4.7
Histogram-Normalitas test
102
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Hal
1
Data Penelitian (Data mentah)
131
2
Hasil Data setelah Ditransformasikan
133
ke Logartima Natural 3
Hasil Uji regresi dengan menggunakal OLS
135
(Ordinary Least Square) 4
Hasil Uji Normalitas JB test
136
5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
137
6
Hasil Uji Multikolinieritas dengam menggunakan
138
Correlation matrix 7
Hasil Uji Autikorelasi dengan menggunakan Uji Breusch-Godfrey
xiii
139
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Beberapa tahun terakhir perubahan ekonomi sangatlah cepat. Hal itu bisa terlihat banyaknya muncul ahli-ahli ekonomi, baik dari ekonomi klasik maupun ekonomi modern. Pesatnya ilmu ekonomi tersebut disebabkan kebutuhan masingmasing negara atau wilayah tertentu dalam menyelesaikan masalah-masalah ekonomi yang terjadi. Masalah yang terjadi dikarenakan faktor-faktor internal maupun eksternal dari suatu wilayah tersebut. Oleh karena itu, perekonomian telah menjadi sorotan penting dalam dunia pendidikan karena perekonomian merupakan sebuah indikator yang sangat penting bagi suatu negara. Karena hal itu telah menjadi cerminan atau tolak ukur kesejahteraan disuatu negara atau wilayah tertentu. Akan tetapi walapun perkembangan ekonomi yang sangat pesat, ternyata ada beberapa pertanyaan penting yang belum bisa dijawab oleh para ahli ekonomi tentang permasalahan yang terjadi. Pada umumnya para ahli ekonomi secara implisit beranggapan bahwa prinsip-prinsip ekonomi yang telah digariskan, akan berlaku secara umum diseluruh tempat, baik di desa maupun di kota, di daerah atau negara yang telah maju ataupun di daerah atau negara yang terbelakang. Akan tetapi, kenyataannnya menunjukkan bahwa ditiap-tiap daerah tersebut tidaklah
1
sama karena mempunyai potensi ekonominya tidak sama. Tingkat kemajuan industrinya tidak sama, ketersediaan prasarana tidak sama, keterampilan tenaga kerja yang tidak sama, kepadatan penduduk yang tidak sama sehingga kebijakan ekonomi yang cocok disuatu daerah belum tentu akan cocok di daerah lain (Robinson Tarigan, 2009:4). Oleh karena itu, diperlukan kebijakan-kebijakan ekonomi yang tepat berdasarkan masalah yang dialami suatu negara agar terjadi pembangunan ekonomi yang diharapkan. Dalam konteks Indonesia, format pembangunan yang dilakukan sejak awal memang telah diciptakan untuk meletakkan bidang ekonomi sebagai prioritas yang harus tercapai sehingga bidang-bidang lainnya harus diamankan dan diposisikan sebagai pendukung upaya pembangunan ekonomi tersebut (Erani Yustika, 2006:253). Perekonomian memang menjadi sangat penting dalam memenuhi kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, sangatlah penting mengetahui alat yang sangat vital dalam sebuah perekonomian dalam mencapai tujuan ekonomi tersebut. Alat tersebut dinamakan uang. Uang merupakan suatu yang sangat vital dari bekerjanya suatu perekonomian daerah atau negara tertentu (Carl E case dan Ray C Fair, 2004: 124). Dalam peradaban manusia, uang telah memberi manfaat yang besar, berdasarkan fungsinya sebagai alat transaksi, satuan hitung dan penyimpan nilai, uang memberi manfaat bagi manusia dalam mengatasi kesulitan untuk melakukan berbagai kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, investasi, konsumsi, dan
2
menabung. Manfaat uang tersebut menyebabkan permintaan masyarakat akan uang dilatarbelakangi oleh motif yang berbeda-beda, antara lain motif berjagajaga, motif transaksi dan motif spekulasi (Aulia Pohan, 2008:1). Begitu pula dalam peradaban modern saat ini tidak terlepas dan ditopang sepenuhnya oleh uang. Tidak ada satupun peradaban di dunia ini yang tidak mengenal dan menggunakan uang. Kalaupun ada maka perekonomian dalam peradaban tersebut tidak akan berkembang atau akan stagnan. Aliran uang bagaikan darah yang mengalir dalam tubuh manusia. Tanpa adanya darah tersebut maka manusia akan mati. Kekurangan darah yang akan mengakibatkan gairah hidup menurun dan melemah yang pada akhirnya manusia akan menjadi sakit (Rimsky K. Judissono, 2002:1). Walaupun pada hakekatnya uang memang berfungsi sebagai alat vital dalam suatu perekonomian dan mensejahterakan masyarakat disuatu daerah. Tetapi dalam perkembangnnya, keberadaan jumlah uang dimasyarakat ternyata memunculkan permasalahan-permasalahan baru dalam sebuah perkonomian. Jumlah uang yang dipegang masyarakat akan mempengaruhi langsung maupun tidak langsung terhadap permintaan agregat akan barang dan jasa yang akhirnya akan mempengaruhi harga-harga barang didalam suatu perekonomian. Kontrol uang beredar sangat diperlukan untuk menciptakan iklim yang baik bagi stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi serta kontrol terhadap kredit (Rimsky, 2002:21). Apabila jumlah uang beredar diperbesar dan melebihi dari
3
yang diminta masyarakat pada tingkat bunga, pendapatan dan harga tertentu, peningkatan jumlah uang beredar tersebut akan mendorong masyarakat membelanjakan uang mereka dengan meningkatkan permintaan atas barang dan jasa untuk konsumsi maupun investasi. Hal itu akan mempengaruhi kestabilan harga dalam negeri. Oleh karena itulah, pemerintah atau otoritas moneter suatu negara merasa perlu untuk melakukan upaya mengendalikan jumlah uang beredar dalam hal kebijakan moneter. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui bank sentral guna mengatur penawaran uang dan tingkat bunga yang wajar (Iskandar Putong, 2000:162). Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar, dalam analisis makro, memiliki pengaruh penting terhadap tingkat output perekonomian, juga terhadap harga-harga (Edwin Nasution, 2006:261). Dalam konteks Indonesia, pembangunan ekonomi di Indonesia tidak lepas dari keterlibatan sektor moneter dan perbankan. Salah satu unsur penting sektor moneter dianggap mampu untuk memecahkan berbagai masalah ekonomi (Imam Murtono, 2003:56). Undang-Undang No 23 tahun 1990 tentang Bank Indonesia menjelaskan peran Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam konteks pengelolaan perekonomian secara makro lebih difokuskan pada kestabilan harga melalui pengendalian jumlah uang beredar. Dalam pengendalian monter, Bank Indonesia
4
memiliki sarana operasional yaitu level uang primer agar sesuai dengan kebutuhan riil perekonomian dan konsisten dengan pencapaian target inflasi (Bank Indonesia). Dan dalam Undang-Undang No 23 tahun 1999 bab V pasal 20 disebutkan bahwa Bank Indonesia
merupakan satu-satunya lembaga yang
berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang yang dimaksud dalam peredaran (Simorangkir, 2004:22). Standar moneter yang digunakan semudah
yang
dibayangkan.
Karena
dalam aktivitas perkonomian tidaklah nyatanya
dalam
pembuatan
dan
peredarannya, uang harus diukur dan diatur secermat mungkin oleh otoritas moneter (Bank Indonesia). Karena jika tidak, maka akan dapat mengakibatkan kesulitan-kesulitan aktivitas ekonomi negara dan rakyatnya. Upaya moneter dalam mewujudkan aturan dan ukuran serta jumlah yang cermat. Kemudian membentuk perekonomian yang berbasis pada peranan pemberdayaan berbagai bentuk lembaga keuangan, seperti bank dan lembaga keuangan lainnya. Transmisi kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral untuk mempengaruhi atau mengatur jumlah uang beredar bisa menggunakan lima saluran atau channel antara lain: saluran moneter langsung (direct monetary channel), saluran suku bunga (interest rate channel), saluran harga aset (asset price channel), saluran kredit (credit cannel), dan ekspektasi (ekpectation channel) (Aulia Pohan, 2008:18-25).
5
Berikut ini data jumlah uang beredar, nilai tukar, kredit, suku bunga SBI. Inflasi dan investasi tahun 2003-2010 adalah sebagai berikut: Tabel 1.1. Perkembangan M2, Nilai Tukar, Kredit, Suku Bunga SBI, Inflasi dan Investasi Priode Tahun 2006-2010 Tahun
JUB (Milyar)
Nilai tukar (Rupiah)
Kredit (Milyar)
Suku bunga SBI (%)
Inflasi (%)
Investasi (milyar)
2006 2007 2008 2009 2010
1.382.074 1.643.203 1.895.839 2.141.384 2.471.206
8.571,1 8.985,4 9.750,6 9.141,3 9.163,7
787.136 995.111 1.313.873 1.432.265 1.783.601
11.97 8.03 9.39 7.49 6.57*
6.41 6.41 11.19 2.75 6.76
104729.4 207047.7 111485.4 70892.3 208300
Sumber: Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik,BKPM
Dari tabel 1.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar dari tahun 2006 hingga 2010 selalu mengalami peningkatan. Peningkatan yang paling besar terjadi pada tahun pada tahun 2010 yaitu sebesar 15.4% dari tahun sebelumnya yaitu dari 2.141.384 milyar rupiah di tahun 2009 menjadi 2.471.206 milyar rupiah pada tahun 2010. Sama halnya dengan jumlah uang beredar, kredit juga mengalami peningkatan tiap tahunnya dan pada tahun 2010 merupakan peningkatan yang terbesar selama 5 tahun terakhir yaitu sebesar 24%, sehingga memberikan gambaran bahwa kredit memiliki hubungan positif terhadap jumlah uang beredar. Dari tabel diatas juga memberikan gambaran bahwa nilai tukar dari 5 tahun terakhir, hanya pada tahun 2010 nilai tukar rata-rata mengalami penurunan dimana tahun-tahun sebelumnya selalu mengalami peningkatan. Hal itu
6
dikarenakan membaiknya perekonomian ditahun 2010 sehingga meningkatnya arus modal asing masuk kedalam negeri membuat rupiah terapresiasi. Hal ini memberikan indikasi bahwa nilai tukar memiliki hubungan terhadap jumlah uang beredar. Pada tahun 2008, pemerintah melakukan kebijakan pengetatan uang. Terlihat pada tabel diatas bahwa pada tahun pada tahun 2006 merupakan suku bunga SBI tertinggi yaitu sebesar 11.97 dan terbesar selanjutnya terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 9,39%. Hal itu dilakukan pemerintah untuk menekan inflasi yang sangat tinggi pada tahun 2005 akibat tekanan harga minyak dunia dan diawal tahun 2008, dari tabel diatas juga memperlihatkan bahwa inflasi pada tahun 2008 sebesar 11.1% yang merupakan tertinggi selama 5 tahun terakhir. Peningkatan inflasi tersebut dikarenakan terjadinya kenaikan harga komoditas internasional dan pangan akibat krisis global tahun 1997/1998. Dari sisi investasi memperlihatkan bahwa hanya pada tahun 2009 investasi mengalami penurunan. Hal itu diakibatkan adanya krisis global dan berdampak ke investasi di Indonesia akibat timbul kekhawatiran kepada investor terhadap perekonomian indonesia. Setelah krisis, Peningkatan yang paling tinggi terjadi ditahun 2010. Peningkatan itu baik dari sisi PMDN maupun dari sisi PMA. Sehingga dapat dilihat bahwa perubahan investasi memberikan gambaran hubungan yang positif terhadap pergerakan jumlah uang beredar di Indonesia. Didalam buku Aulia Pohan (2008:96), tahun 1983 dapat dipandang sebagai salah satu langkah awal modernisasi bidang moneter di Indonesia dengan
7
dilepaskannya sistem pengendalian secara langsung dalam mengendalikan jumlah uang beredar seperti penetapan suku bunga simpanan, kredit perbankan dan lainlain. Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia kemudian menerapkan sistem pengendalian moneter atau jumlah uang beredar secara tidak langsung, Seperti mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan surat berharga pasar uang Disisi lain, tekanan yang luar biasa terhadap nilai tukar dan cadangan devisa diawal krisis 1997 memaksa Bank Indonesia dan pemerintah melepas band intervensi terhadap nilai tukar dan menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas. Akibatnya nilai tukar tidak lagi menjadi jangkar nominal kebijakan moneter. Depresiasi nilai rupiah yang teramat tajam dan suku bunga yang tinggi membuat sektor riil dan sektor perbankan semakin rapuh dan terpuruk (Aulia Pohan, 2008:97). Melemahnya nilai tukar akan merubah posisi cadangan devisa dan mempengaruhi posisi jumlah uang beredar. Lainya halnya dengan kredit, Bank Indonesia memiliki wewenang untuk menyusun rencana kredit. Pokok ketentuan pembatasan kredit atau pembiayaan, termasuk juga fasilitas pinjaman dana melalui pasar rupiah dan valuta asing. Ditetapkan dalam peraturan Indonesia, rencana kredit dalam jangka waktu 1 tahun yang disusun dengan memperkirakan jumlah uang beredar sehingga tidak mengganggu kestabilan moneter. Tujuan utama rencana kredit adalah mengatur besarnya jumlah uang yang ditawarkan untuk mencapai kestabilan nilai rupiah (Simorangkir, 2004:24-25) .
8
Berdasarkan teori kuantitas uang memberikan gambaran bahwa inflasi dan jumlah uang beredar memilki hubungan. Pergeseran jumlah uang beredar memberikan dampak terhadap pergeseran tingkat inflasi. Atau sebaliknya, naiknya harga membuat permintaan uang semakin meningkat dan akan mempengaruhi jumlah uang beredar. Tingkat harga memberikan indikasi perubahan jumlah uang beredar. Inflasi merupakan kenaikan harga yang secara kontinue, dan secara umum (Nopirin, 1990:25). Artinya bahwa jika harga suatu barang meningkat maka permintaan akan uang oleh masyarakat akan semakin tinggi sehingga inflasi yang tinggi akan mempengaruhi jumlah uang beredar. Berdasarkan teori kuantitas uang, nilai uang ditentukan oleh supply dan demand terhadap uang. Jumlah uang beredar ditentukan oleh bank sentral, sementara jumlah uang yang diminta (money demand) ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah harga rata-rata dalam perekonomian. Jumlah uang yang diminta oleh masyarakat untuk melakukan transaksi bergantung pada tingkat harga barang dan jasa yang tersedia. Semakin tinggi tingkat harga, semakin besar jumlah uang yang diminta (Putu Oktavia, met 08.05:1). Itu artinya bahwa tingkat harga akan mempengaruhi jumlah uang beredar akibat meningkatnya permintaan akan uang. Investasi adalah penempatan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut. Selain itu, investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan oleh penanam modal
9
atau perusahaan-perusahaan untuk membeli (Peraturan Daerah Kabupaten Barru No 01 Tahun 2008). Berdasarkan asumsi diatas melihat bahwa investasi diartikan pembelanjaan dan penanaman modal. Sehingga besarnya jumlah investasi menentukan jumlah modal atau uang yang akan dibelanjakan atau keluarkan untuk investasi tersebut. Semakin tinggi investasi, artinya permintaan uang masyarakat untuk investasi akan semakin besar dan akhirnya akan membuat jumlah uang beredar pun bertambah. Selain itu, investasi yang dikenal saat ini terbagi menjadi dua yaitu PMDN dan PMA. Meningkatnya penanaman modal asing akan membuat jumlah modal akan bertambah sehingga jumlah uang agregat di Indonesia akan bertambah pula. Berdasarkan data dan penjelasan diatas maka peneliti melihat bahwa ternyata ada lima faktor yang setidaknya yang mempengaruhi jumlah uang beredar yaitu nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi. Kelima faktor tersebut secara teoritis sangat berkaitan dengan jumlah uang beredar sehingga bisa menjadi indikator kuat bagi Bank Indonesia dalam menjaga jumlah uang beradar agar tidak melebihi dan atau kurang dari permintaan masyarakat secara agregat. Peneliti melihat bahwa betapa pentingnya fungsi dan peran uang dalam perekonomian. Maka penulis dalam penelitian ini mencoba untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar di Indonesia.
10
B. Perumusan Masalah Banyak yang menyebabkan naik turunnya jumlah uang beredar di Indonesia kurun waktu 2003-2010 di Indonesia, baik dalam arti luas (M2) maupun dalam arti sempit (M1), diantaranya adalah kebijakan-kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dalam menjalankan perannya sebagai bank sentral di Indonesia seperti melalui saluran suku bunga (interest rate channel), saluran harga aset (asset price channel), saluran kredit (credit cannel), dan nilai tukar. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk memperbaiki keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar dengan mengatur penawaran uang dalam suatu negara. Berdasarkan teori kuantitas uang, nilai uang ditentukan oleh supply dan demand terhadap uang. Artinya selain melalui penawaran uang yang dilakukan oleh bank sentral (Bank Indonesia) melalui kebijakan moneternya, besarnya jumlah uang beredar juga dipengaruhi oleh permintaan akan uang oleh masyarakat. Permintaan akan uang oleh masyarakat tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat inflasi dan keinginan investasi. Inflasi merupakan kenaikan harga terus menerus dan secara umum. Artinya bahwa jika harga suatu barang meningkat maka permintaan akan uang oleh masyarakat akan semakin tinggi sehingga inflasi yang tinggi akan mempengaruhi jumlah uang beredar. Semakin tinggi tingkat harga, semakin besar jumlah uang yang diminta. Jumlah uang beredar ditentukan oleh bank sentral melalui
11
kebijakan moneternya, sementara jumlah uang yang diminta (money demand) ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah tingkat harga rata-rata dalam perekonomian. Investasi dapat diartikan pembelanjaan dan penanaman modal. Sehingga besarnya jumlah investasi menentukan jumlah modal atau uang yang akan dibelanjakan atau dikeluarkan untuk investasi tersebut. Semakin tinggi investasi artinya permintaan uang masyarakat untuk investasi akan semakin besar dan akhirnya akan membuat jumlah uang beredar pun pertambah. Selain itu, investasi yang dikenal saat ini terbagi menjadi dua yaitu PMDN dan PMA. Meningkatnya penanaman modal asing akan membuat jumlah modal akan bertambah sehingga jumlah uang agregat di Indonesia akan bertambah pula. Dengan demikian dalam penelitian ini, penulis mencoba mencari faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar di Indonesia dengan mengambil variabel nilai tukar, kredit, suku bunga (SBI), inflasi dan investasi dimana penulis ingin menganalisis: 1. Seberapa besar pengaruh nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi secara parsial terhadap jumlah uang beredar dalam arti luas (M2)? 2. Seberapa besar pengaruh nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi secara simultan terhadap jumlah uang beredar dalam arti luas (M2)? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
12
1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi secara parsial terhadap jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) 2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi secara simultan terhadap jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) D. Manfaat Penelitian. Dalam penelitian ini, manfaat yang diharapkan penulis antara lain sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah atau pengambil kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pengembalian keputusan dalam mengatasi permasalah moneter, khususnya tentang jumlah uang beredar. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan bisa berfungsi sebagai petunjuk dan pengingat bagi pemerintah untuk selalu mengkaji efektivitas setiap kebijakan yang dilaksanakan. 2
Bagi akademisi Penelitian ini dapat sebagai penambah kepustakaan dibidang ilmu ekonomi makro dan ekonomi moneter dan bisa dijadikan bahan referensi mahasiswa dalam melakukan karya ilmiah.
13
3. Bagi penulis Penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan atau menerapkan teori-teori yang telah diterima khususnya teori-teori ekonomi moneter yang telah diperoleh dari perkuliahan dan menambah wawasan tentang pengaruh yang ditimbulkan dari nilai tukar rupiah, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi terhadap jumlah uang beredar dalam arti luas (M2).
14
BAB II LANDASAN TEORI A. Jumlah Uang Beredar 1. Sejarah Uang. Pada peradaban awal, manusia
memenuhi kebutuhan secara mandiri.
Mereka memperoleh makanan dari berburu atau memakan berbagai buahbuahan. Karena jenis kebutuhannya masih sederhana, mereka belum membutuhkan orang lain. Masing-masing individu memenuhi kebutuhan makannya secara mandiri. Dalam priode yang dikenal sebagai priode prabarter ini, manusia belum mengenal transaksi perdagangan atau kegiatan jual beli. Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin maju, kegiatan dan interaksi antar sesama manusiapun meningkat tajam. Ketika itulah, masing-masing individu mulai tidak mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Bisa dipahami karena ketika seseorang menghabiskan waktunya seharian bercocok tanam, pada saat bersamaan tentu ia tidak akan bisa memperoleh garam atau ikan, menenun pakaian sendiri, atau kebutuhan lain. Pertukaran barter ini mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada waktu yang bersamaan (double coincidence of wants) dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran ini. Namun semakin beragam dan kompleks kebutuhun manusia, semakin sulit menciptakan situasi double coincidence of wants ini. Misalnya, pada satu ketika seseorang yang memiliki beras melainkan
15
membutuhkan daging, sehingga syarat terjadinya barter antara beras dengan garam tidak terpenuhi. Keadaan demikian tentu akan mempersulit muamalah antar manusia. Itulah sebabnya diperlukan suatu alat tukar yang dapat diterima oleh semua pihak. Alat tukar demikian kemudian disebut uang. Pertama kali, uang dikenal dalam peradaban sumeria dan baylonia ( Edwin Nasution et al, 2006:240). Uang kemudian berkembang dan berevolusi mengikuti perjalanan sejarah. Dari perekembangan inilah, uang kemudian bisa dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu : uang barang, uang kertas dan uang giral atau uang kredit. 1. Uang barang (commodity money) Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa diperjual-belikan apabila barang tersebut digunakan bukan sebagai uang. Namun tidak semua barang bisa menjadi uang, diperlukan tiga kondisi utama, agar barang bisa dijadikan uang antara lain : 1. Kelangkaan (scarcity), yaitu persediaan barang itu harus terbatas 2. Daya tahan (durability), barang tersebut harus tahan lama 3. Nilai tinggi, maksudnya barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi, sehingga tidak memerlukan jumlah yang banyak dalam melakukan transaksi. Dalam sejarah,
pemakaian uang barang juga pernah di syaratkan
barang-barang yang digunakan sebagai barang kebutuhan sehari-hari seperti
16
garam. Kemudian setelah itu pilihannya barang yang bisa digunakan sebagai uang, jatuh kepada logam-logam mulia, seperti emas dan perak. 2. Uang tanda/ uang kertas (token money) Ketika uang logam masih digunakan sebagai uang resmi dunia, ada beberapa pihak yang melihat peluang meraih keuntungan dari kepemilikan mereka atas emas dan perak. Pihak-pihak ini adalah bank, orang yang meminjamkan uang dan pandai emas (goldsmith) atau toko perhiasan. Mereka melihatkan bukti peminjaman, penyimpanan atau penitipan emas dan perak ditempat mereka juga bisa diterima di pasar. Berdasarkan hal ini, pandai emas dan bank mengeluarkan surat (uang kertas) dengan nilai yang besar dari emas atau perak yang dimilikinya. Karena kertas ini didukung oleh kepemilikan atas emas dan perak, masyarakat umum menerima uang kertas sebagai alat tukar. Jadi, aspek penerimaan masyarakat secara luas dan umum berlaku, sehingga menjadikan uang kertas sebagi alat tukar yang sah. Ini kemudian berlanjut sampai uang kertas menjadi alat tukar yang dominan, dan semua sistem perekonomian menggunakan sebagai alat tukar utama. Malah sekarang, uang yang dikeluarkan oleh bank sentral tidak lagi didukung oleh cadangan emas.
17
3. Uang giral (deposite money) Uang giral adalah uang yang dikeluarkan oleh bank-bank komersial melalui pengeluaran cek dan alat pembayaran giro lainnya. Uang giral ini merupakan simpanan nasabah di bank yang dapat diambil setiap saat dan dapat dipindahkan kepada orang lain untuk melakukan pembayaran. Artinya cek dan giro yang dikeluarkan oleh bank manapun bisa digunakan sebagai alat pembayaran barang, jasa dan utang. 2. Pengertian Uang Uang
diciptakan
dalam
perekonomian
dengan
tujuan
untuk
melaksanakan kegiatan tukar menukar dan perdagangan. Dalam ilmu ekonomi uang biasanya definiskan sebagai alat tukar yang diterima secara umum. Alat tukar (medium of exchange) adalah segala hal yang secara luas diterima dalam suatu masyarakat sebagai barang atau jasa. Menurut Sadono Sukirno (2006:267), uang didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan tukar-menukar atau perdagangan. Menurut Samuelson (2001), uang adalah segala sesuatu yang bersifat sebagai muda pertukaran atau alat pembiayaan yang diterima secara umum. Sedangkan menurut Asfia Murni (2006), uang adalah segala sesuatu yang diterima masyarakat secara umum, dan dipercaya sebagai alat pembayaran
18
yang sah untuk keperluan transaksi, sebagai satuan hitung, dan sebagai alat penyimpan nilai. 3. Fungsi Uang Dalam ilmu ekonomi peranan atau fungsi uang dibedakan menjadi 4 jenis (Sadono Sukirno, 2006: 268-270), yaitu: 1. Fungsi uang sebagai alat tukar Dengan adanya uang, kegiatan tukar-menukar akan jauh dan lebih mudah dijalankan kalau dibandingkan dengan perekonomian yang bertransaksi dengan menggunakan barter. Sehingga uang yang dipakai pada masyarakat digunakan untuk bertransaksi mengganti sistem barter. 2. Fungsi uang sebagai satuan nilai Penggunaan uang dalam masyarakat bersumber dari kesanggupannya untuk bertindak sebagai satuan nilai. Yang dimaksud dengan satuan nilai adalah satuan ukuran yang menentukan besarnya nilai dari berbagai jenis barang dengan adanya uang. Nilai suatu barang dapat mudah dinyatakan yaitu dengan menunjukkan jumlah uang yang diperlukan untuk memperoleh barang tersebut. 3. Fungsi uang sebagai pembayaran tertunda Penggunaan uang sebagai alat pembayaran atau perantara dalam tukarmenukar dapat mendorong pembayarannya ditunda karena para pelaku
19
ekonomi akan lebih merasa yakin bahwa pembayarannya yang ditunda itu adalah sesuai dengan yang diharapkan. 4. Fungsi uang sebagai penyimpan nilai Uang bisa digunakan sebagai alat penyimpanan nilai. Maksudnya adalah penggunaannya memungkinkan kekayaan orang disimpan dalam bentuk uang. 4. Macam-Macam Uang Berdasarkan kenyataan yang ada, macam-macam uang digolongkan menjadi dua (2) Yaitu: 1. Uang kertas Uang kertas adalah uang yang dikeluarkan dan diterbitkan oleh pemerintah (bank sentral) berupa uang logam dan uang kertas, baik yang memiliki nilai intrinsik maupun
yang memiliki nilai nominal atau
ekstrinsik. 2. Uang giral Pada hakikatnya jenis uang inilah yang paling banyak beredar dimasyarakat dalam tatanan perekonomian modern. Jenis uang ini biasanya dan terbitkan oleh bank-bank umum seperti surat utang (wesel/promise), cek, surat deposito dan sebagainya.
20
5. Definisi Jumlah Uang Beredar Pengertian uang beredar adalah (suplly money) perlu dibedakan menjadi 2 pengertian yaitu pengertian yang sempit dan pengertian yang luas 1. Pengertian jumlah uang berdar dalam arti sempit/terbatas (M1) Uang dalam arti sempit atau terbatas adalah mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral yang dimiliki oleh perseorangan, perusahaan-perusahaan dan badan pemerintah. Pengertian yang sempit dari uang beredar selalu disingkat dengan M1. 2. Pengertian jumlah uang berdar dalam arti luas (M2) Uang dalam arti luas adalah mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan, dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik. Uang dalam arti luas ini dinamakan juga liquiditas perekonomian atau disebut M2. 6. Teori Penawaran dan Permintaan Uang Teori permintaan uang berkaitan dengan faktor-faktor
yang
menyebabkan timbulnya uang. Sedangkan teori penawaran uang berkaitan dengan
jumlah
uang
beredar
(yang
tersedia)
dan
upaya
dalam
mengendalikan agar tidak menimbulkan inflasi atau deflasi.
21
1. Teori permintaan uang Teori permintaan uang terdapat dua pandangan dalam teori permintaan uang yaitu menurut ekonomi klasik dan permintaan menurut keynesian. Menurut pandangan ekonomi
klasik, fungsi uang hanyalah
sebagai alat tukar. Oleh sebab itu, jumlah uang beredar yang diminta berbanding proporsional dengan tingkat produk atau pendapatan nasional. Bila tingkat produk nasional meningkat, maka permintaan uang akan meningkat. permintaan uang untuk transaksi dipandang sebagai nilai liquiditas (L) dalam arti riil yang ada ditangan masyarakat. Sementara L merupakan nilai nominal uang (Md) dibagi dengan tingkat harga (P) dan bila diformulasikan: (Asfia Murni 2006:156) L = kY
L = Md/P=kY
.......(2.1)
Keterangan: L
: permintaan dalam arti riil
Md
: nilai nominal pendapatan
P
: tingkat harga
Y
: produk nasional Menurut
pandangan
Keynesian,
ada tiga motivasi orang
memegang atau meminta uang antara lain ;
22
1. Transaction motive, yaitu motivasi orang memegang uang adalah keinginan untuk memudahkan kegiatan transaksi 2. Precautianari motive, yaitu motivasi orang memegang uang untuk persiapan menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan atau tak terduga. Permintaan uang untuk berjaga-jaga ini juga sangat tergantung pada besarnya pendapatan berhubungan positif dengan tingkat pendapatan. 3. Speculation motive, yaitu motivasi meminta uang untuk keperluan spekulasi. Permintaan uang untuk spekulasi selalu berkaitan dengan mencari keuntungan. Peluang keuntungan akan diperoleh bila uang yang diminta dibelikan obligasi yang jatuh temponya tidak terbatas (consol bond) dan tidak memiliki resiko tinggi. Dari pembelian obligasi tersebut akan diperoleh keuntungan berupa bunga. Dari
ketiga
motivasi
permintaan
uang
tersebut,
keynes
mengemukakan fungsi permintaan uang sebagai berikut: (Asfia murni, 2006:157) L = L1 + L2
L1 :
...................(2.2)
permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga yang
besarnya sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan. Fungsi L1 adalah L1 = kY
..................(2.3)
23
L2
: permintaan uang untuk spekulasi, besarnya sangat dipengaruhi
oleh tingkat bunga. Fungsi L2 adalah L2 = M0 + m1
Jadi,
....................(2.4)
fungsi permintaan keynesian
bisa
juga ditulis
dari
menjumlahkan funsi dengan persamaan ; L = kY + M0 +m1
....................(2.5)
2. Teori penawaran uang Penawaran uang (money suplly) merupakan jumlah uang yang tersedia dalam kegiatan ekonomi suatu negara atau disebut juga jumlah uang beredar. Uang beredar terdiri dari M1 dan M2. a. Penawaran uang ( M1) Penawaran uang (M1) merupakan jumlah uang beredar yang sering digunakan untuk keperluan transaksi. M1 terdiri dari: 1. Uang koil/ logam dan uang kertas yang biasa disebut uang kartal 2. Uang giral atau uang non bank, yaitu deposito yang terdapat dibankbank umum dan dapat dikeluarkan dengan menggunakan cek. b. Penawaran uang (M2) Merupakan jumlah uang beredar dalam arti luas. M2 disebut juga broad money yang terdiri dari M1 ditambah near money. Near money adalah rekening tabungan dan kekayaan lain yang ditukarkan dicairkan dalam waktu dekat.
24
Total penawaran uang atau jumlah uang beredar: (Asfia murni, 2006:158) M2 = M1 + near money …………..(2.6)
7. Teori Kuantitas Uang Menurut teori kuantitas uang, perubahan jumlah uang berdar akan mengakibatkan perubahan harga secara proporsional. Teori tentang kuantitas uang dikemukakn oleh: 1. Cash balance theory (teori sisa tunai) dari Alfred Marshal Alfred Marshal adalah orang pertama yang
menerangkan teori
kuantitas uang yang memiliki hubungan antara jumlah uang berdar dan tingkat harga secara umum. Marshal beranggapan bahwa banyaknya peredaran uang dimasyarakat sebenarnya tidak keseluruhan mencakup uang yang dimiliki oleh masyarakat karena sebagian yang masih dipegang secara tunai (k). Secara sistematis, teori Marshal dapat dituliskan sebagai berikut : M = kPT atau M = kPY
.........(2.7)
Keterangan : M
: jumlah uang beredar
K
: besarnya uang tunai yang dipegang masyarakat
P
: harga umum
T atau Y
: jumlah produk jadi dan setengah jadi
25
Teori diatas diasumsikan k dan T (atau Y) dalam posisi konstan (Iskandar Puton, 2006:163). Dengan demikian, berdasarkan persamaan diatas, laju uang beredar diketahui oleh besarnya uang yang dipegang masyarakat, tingkat harga, dan jumlah produksi. 2. Teori kuantitas Irving Fisher Teori kuantitas uang dari Irving Fihser yang menyatakan: “ perubahan dalam uang beredar akan meningkatkan perubahan yang sama cepatnya keatas harga-harga” (Sadono Sukirno, 2000:202). Secara sederhana, Irving Fisher merumuskan teori dengan satu persamaan: (Sadono Sukirno, 2000:202). M.V =P.T
.........(2.8)
Keterangan: M
: jumlah uang beredar
V
: tingkat perputaran uang
P
: harga barang
T
: volume barang menjadi obyek transaksi
B. Kurs/ Nilai Tukar 1. Pengertian Kurs atau Nilai Tukar Kurs valuta asing adalah kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefiniskan sebagai jumlah uang domestik yang
26
dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Pengertian dari foreign exchange rate menurut Eng, Lees dan Mauer (1995:99) adalah, “The price of foreign currency measured in domestic money – (harga mata uang asing diukur dengan uang domestik)”. Menurut Floyd A. Beam (2003), valuta asing adalah, “Foreign exchange rates are essentially prices for currencies expressed in units of other currencies”. (Floyd A. Beam 390)-(Nilai tukar asing pada dasarnya adalah harga untuk mata uang dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya). Sedangkan menurut Hendra Hawani (2005), nilai tukar merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda. Sedangkan menurut Mishkin (2008), kurs adalah harga dari suatu mata uang dalam mata uang lainnya. Menurut Krugmen dan Obstfeld (2005), kurs adalah harga satu mata uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh-pengaruhnya yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel makro ekonomi yang lainnya. Oleh karena itu pada kurs, yakni harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga aset (asset price), prinsip-prinsip pengaturan harga-harga aset lainnya juga berlaku. Dan Menurut Asfia Murni (2006), kurs valuta asing (foreign exchange) dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
27
2. Macam-Macam Nilai Tukar Menurut Gregori Mankiw (2000), macam-macam nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua macam: 1. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) Nilai tukar nominal adalah nilai atau uang tarif dimana seseorang dapat memperdagangkan mata uang suatu negara dengan mata uang lainnya. Contohnya jika nilai tukar Rp 8000 untuk setiap satu dolar amerika serikat, maka jika anda memberikan kepada petugas bank $ 1 adalah anda akan memperoleh Rp 8000. Nilai tukar ini selalu dapat dinyatakan dengan dua cara, atau secara timbal balik. Jika nilai tukar dolar terhadap rupiah adalah $1 = Rp 8000. Itu artinya kurs rupiah terhadap dolar adalah Rp 1 = 1/8000 dolar. Jika nilai tukar rupiah terhadap dolar meningkat artinya peningkatan tersebut disebut dengan apresiasi. Sedangkan jika nilai tukar rupiah terhadap dolar mengalami penurunan itu disebut depresiasi. 2. Nilai tukar riil (real exchange rate) Nilai
tukar
riil
adalah
tingkatan
dimana
seseorang
dapat
memperdagangkan barang atau jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa di negara lainnya. Sebagai contoh seseorang berbelanja dan mendapati bahwa harga suatu krat minuman ringan yang dibuat di negara lain adalah dua kali harga minuman sejenis buatan lokal. Berdasarkan perbandingan
28
harga tersebut, kita kemudian dapat mengatakan bahwa nilai tukar riil adalah setengah krat minuman ringan impor tersebut persatu krat minuman ringan lokal. Nilai tukar riil tersebut dinyatakan sebagai unit-unit barang asing perunit dari barang domestik. Menurut Gregori Mankiw (2000),
formula untuk Perhitungan nilai
tukar riil dengan cara sebagai berikut: Nilai tukar riil
:
Nilai tukar nominal x harga domestik Harga luar negeri
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing Menurut Sadono Sukirno (2004), perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta asing yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta asing, disebabkan oleh banyak faktor. Yang terpenting diantaranya adalah seperti yang sebagai berikut: 1. Perubahan dalam cita rasa masyarakat. Cita masyarakat mempengaruhi corak ekonomi mereka. Maka perubahan cita rasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka atas barang-barang yang diproduksi didalam negeri maupun yang di impor. Jika kualitas barang impor lebih berkualitas daripada barangbarang yang diproduksi dalam negeri akan menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi barang-barang impor bertambah besar sehingga permintaan barang-barang impor ikut bertambah besar.
29
Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. 2. Perubahan harga-harga barang ekspor dan impor. Harga suatu barang merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah suatu barang akan di impor atau di ekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif lebih murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspor akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor. Dan sebaliknya, impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan uang negara tersebut. 3. Kenaikan-kenaikan harga umum (inflasi). Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yang berikut : inflasi menyebabkan harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, inflasi berkecendrungan mengurangi ekspor. Keadaan ini menyebabkan permintaan valuta asing bertambah dan akhirnya akan harga valuta asing akan bertambah. 4. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi. Suku bunga dan tingkat pengembalian sangat penting dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian
30
investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri akan mengalir keluar negeri. Begitupun sebaliknya, suku bunga dan pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk kenegara tersebut. Apabila lebih banyak modal mengalir kesuatu negara, permintaan keatas maka uangnnya bertambah maka nilai mata uang tersebut akan bertambah. 5. Pertumbuhan ekonomi. Efek yang akan diakibatkan oleh sesuatu kemajuan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan itu teryata diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan keatas maka uang negara tersebut bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara bersangkutan akan meningkat. 4. Perubahan Nilai Kurs Kurs yang ditentukan oleh pasar bebas dapat mengalami dua bentuk perubahan, yaitu perubahan kurs atas efek perubahan permintaan dan perubahan kurs atas efek perubahan penawaran (Gregori menkiew, 2000:400401).
31
1. Perubahan kurs atas efek kenaikan permintaan Harga dolar
D
S
D
2000 1500
Q1
Q2
Gambar 2.1. Kurva kenaikan permintaan kurs Dalam gambar 2.1 diatas dimisalkan bahwa pada mulanya permintaan keatas dolar adalah D dan penawaran keatas dolar adalah S. Maka kurs pertukaran adalah satu dolar sama dengan 1500 rupiah dan kualitas dolar yang dijual belikan adalah Q1. Dari akibat suatu kenaikan dalam permintaan keatas dolar, kurva permintaan dolar bergerak dari D ke D1. Kurva yang baru ini menaikkan harga dolar dari 1500 rupiah setiap unit menjadi 2000 rupiah perunit dan menambahkan kuantitas valuta dolar yang diperjual-belikan dalam pasar valuta asing dari Q1 menjadi Q2.
32
2. Perubahan kurs atas efek perubahan penawaran Harga dolar
S
S1
2000 1500
D
Q1
Q2
Gambar 2.2 Kurva perubahan penawaran kurs Dari gambar 2.2 diatas yang ditunjukkan adalah perubahan penawaran. Kurva S dan D menggambarkan penawaran dan permintaan uang dolar yang pada mulanya wujud. Sesudahnya penawaran bertambah dari S menjadi S1 sebagai akibat kurs pertukaran untuk setiap dolar turun dari 2000 rupiah menjadi 1500 rupiah, dan kuantitas mata uang dolar dan diperjual-belikan bertambah dari Q1 menjadi Q2 5. Teori Paritas daya beli (Purchasing Power Parity Theory) Teori tentang nilai tukar dan flktuasi nilai tukar juga bisa dijelaskan oleh teori paritas daya beli (Dominic. 1997). Teori paritas daya beli merumuskan bahwa kurs antara dua mata uang adalah identik dengan rasio dari tingkat harga umum dari kedua negara yang bersangkutan. Artinya, penurunan daya beli mata uang domestik akan diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar valas. Menurut
33
teori ini, pasar valas berada pada kondisi keseimbangan apabila semua deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan tingkat imbalan yang sama. Kondisi dimana tingkat imbalan yang semua simpanan dalam berbagai valas sama disebut kondisi paritas suku bunga (interesty parity). Dengan kata lain, segenap simpanan valas menawarkan tingkat imbalan resiko kurs, dan kemungkinan perubahan kurs secara keseluruhan setara sehingga prospek keuntungan ataupun daya tarik atas aset-aset tersebut besar. Kenaikan suku bunga dari simpanan suatu mata uang domestik menyebabkan mata uang domestiknya tersebut mengalami depresiasi terhadap mata uang asing, dengan asumsi kondisi yang lainnya tetap (perkiraan kurs dimasa datang tidak berubah). Namun demikian, asumsi yang digunakan tersebut dalam kenyataannya sangat tidak realistis sebab perubahan suku bunga senantiasa disertai dengan perubahan kurs dimasa yang akan datang. (Domonic,1997 pada Gandha, 2011:33-34) C. Kredit 1. Pengertian Kredit. Perkataan kredit telah lazim kita gunakan pada praktek perbankan dalam pemberian berbagai fasilitas yang berkaitan dengan pinjaman. Kata “kredit” berasal dari kata romawi “ credere” yang berarti percaya atau “credo” atau “ceditum“ yang berarti saya percaya. Maksudnya adalah sipemberi kredit
34
percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkan pasti dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya (Kasmir, 2010:101). Balck’s law dictionary memberikan pengertian bahwa kredit : “ The ability of a businessman to borrow money or obtain goods on time. In consuquence of the favourable opinion held bay the palticular lender, as it his solvency and reliablity” Artinya “ Kemampuan seorang pelaku usaha untuk meminjamkan uang, atau memperoleh barang-barang secara tepat waktu, sebagai akibat dari argumentasi yang tepat dari pemberi pinjaman, seperti halnya kendala dan kemampuan membayarnya” Berdasarkan undang-undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang No 7 tahun 1992 tentang perbangkan memberikan pengertian kredit pasal 1 butir 11 dan 12 tentang kredit dan pembiayaan: “ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak-pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
35
“ Pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengambilkan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. 2. Jenis-Jenis Kredit. Dalam prakteknya kredit yang diberikan kepada masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu : 1. Jenis kredit berdasarkan jangka waktu Menurut jangka waktunya, kredit dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: a. Kredit jangka waktu pedek, yaitu kredit dengan jangka waktu pembayaran kurang dari satu tahun b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu pembayarannya dari 1 tahun hingga 3 tahun c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit dimana jangka waktu pembayarannya 3-5 tahun 2. Jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaannya Menurut tujuan penggunaannya, kredit dibagi menjadi 3 yaitu: a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang ditujukan kepada nasabah yang memerlukan dana untuk kegiatan konsumsi.
36
b. Kredit produksi, yaitu kredit yang ditujukan kepada nasabah yang memerlukan dana untuk kegiatan produksi. c. Kredit pedagangan, yaitu kredit yang ditujukan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya. Seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. 3. Tujuan dan Fungsi Kredit Dalam prakteknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut: 1. Kredit bertujuan untuk mencari keuntungan Tujuan utama dari pemberian kredit adalah memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. 2. Kredit bertujuan untuk membantu nasabah Tujuan selajutnya atas pemberian kredit adalah membantu usaha nasabah yang memerlukan, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. 3. Kredit bertujuan untuk membantu pemerintah Tujuan lainya dari pemberian kredit adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang, semakin banyak kredit yang disalurkan berarti adanya kucuran dana dalam rangka meningkatkan pembangunan diberbagai sektor, terutama sektor riil. Secara garis besar keuntungan yang didapat oleh
37
pemerintah adalah bertambahnya penerimaan pajak, membuka lapangan kerja, menghemat dan meningkatkan devisa. Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit yang secara luas tersebut antara lain: 1. Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang. Maksudnya adalah jika uang hanya disimpan saja dirumah maka tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikan kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit. 2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah kewilayah lainnya. Sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. 3. Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh sidebitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna. 4. Meningkatkan peredaran uang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus uang disuatu wilayah kewilayah lainnya, sehingga jumlah uang berbeda dari suatu wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah uang beredar.
38
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi. Karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan masyarakat. Kredit dapat pula membantu mengekspor barang dari dalam negeri keluar negeri sehingga dapat membantuh devisa negara. 6. Untuk meningkatkan kegairahan produksi Bagi sipenerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modalnya terbatas. Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya. 7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang diberikan dalam suatu perekonomian maka akan semakin baik terutama dalam hal meningkatkan pendapatan 8. Untuk meningkatkan hubungan internasional Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara sipenerima kredit dengan sipemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama dibidang lainnya.
39
D. Suku Bunga 1 . Pengertian Suku Bunga Bunga merupakan salah satu alat instrumen yang moneter yang selalu digunakan dalam berbagai kebijakan moneter yang diambil oleh otoritas moneter. Suku bunga sebagai instrumen artinya adalah tingkat suku bunga yang berlaku dalam suatu negara dapat berfluktuasi dari tingkat yang satu ketingkat yang lainnya. Menurut Rimsky (2005:80-81), Bunga adalah penghasilan yang diperoleh oleh seseorang yang memberikan uangnya (surplus spending units) untuk digunakan sementara waktu oleh orang yang membutuhkan dan menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangnnya (defisit spending units ). Menurut Cash dan Fair (2004), bunga adalah biaya yang dibayarkan oleh seseorang
peminjam kepada pemberi pinjaman atas penggunaan dananya.
Tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga pinjaman tahun yang dinyatakan sebagai persentase dari pinjaman; persentase itu sama dengan jumlah bunga yang diterima pertahun dibagi dengan jumlah pinjaman. Sedangkan menurut Nicholas Apostolou dan Grumbley (2003), suku bunga adalah harga yang dibayar oleh seseorang peminjam dalam menggunakan uang peminjaman. Suku bunga pada umumnya lebih banyak dinyatakan dalam tarif setiap tahun atau persentase daripada dengan menggunakan jumlah mutlak.
40
Menurut Herman Darmawi (2006), tingkat bunga adalah harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh dan dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Menurut Prank, Franco dan Ferry (1999), suku bunga adalah harga yang dibayar ”peminjam“ (“debitur”) kepada pihak yang “meminjamkan” (“kreditur”) untuk pemakaian sumber daya selama interval waktu tertentu. Jumlah pinjaman yang diberikan disebut prinsip, dan harga yang dibayar biasanya diekspresikan sebagai persentase dari prinsipal perunit waktu. 2. Macam-Macam Suku Bunga Menurut Samuelson (2004), suku bunga dapat dibedakan berdasarkan satuan uang. Suku bunga yang dibedakan berdasarkan satuan uang dapat dibedakan mejadi dua, yaitu 1. Suku bunga nominal Suku bunga nominal adalah suku bunga yang diukur dari pendapatan dalam uang pertahun peruang yang diinvestasikan. Suku bunga nominal (suku bunga uang) adalah suku bunga yang diukur dengan uang. 2. Suku bunga riil Suku bunga riil adalah suku bunga yang dikoreksi karena inflasi yang dihitung sebagai suku bunga nominal dikurang tingkat inflasi. Sebagai contohnya, anggap suku bunga suatu negara adalah 8% pertahun sedangkan
41
inflasi 3 % pertahun. Maka kita dapat mengetahui kurs riil negara tersebut yaitu 8%-3% = 5%. 4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 4/9/PBI/2002 tentang Operasi Pasar Terbuka sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/4/PBI/2004 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 4/10/PBI/2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Lelang SBI adalah penjualan SBI yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka pelaksanaan kebijakan moneter (Bank Indonesia). Tujuan dari penerbitan SBI yaitu mempengaruhi jumlah uang beredar. Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia berkewajiban memelihara kestabilan nilai rupiah dalam paradigma yang dianut, jumlah uang (uang karta, uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan dijual untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut (Bank Indonesia). E. Inflasi 1. Pengertian Inflasi. Inflasi adalah kemerosotan nilai mata uang suatu negara. Menurut Nopirin (1990), yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama suatu priode tertentu.
42
Para ekonomi modern memberikan definisi bahwa inflasi adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation) (A.karim, 2008:510). Menurut Sadono Sukirno (2000), tingkat inflasi adalah persentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun. Selain itu juga dalam buku yang berbeda memberikan pengertian bahwa inflasi adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran dipasar. Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit (Sadono Sukirno, 2004:333 pada N.Huda,Et al,2008:176). 2. Cara Mengukur Inflasi Menurut Nopirin (1990), inflasi atau kenaikan harga dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi adalah 1. Indeks
biaya
hidup
(consumer
price
indeks)
yaitu
mengukur
biaya/pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Banyaknya barang tersebut
43
bermacam-macam, di Indonesia terdapat 9 bahan pokok, 62 macam barang serta 162 barang. 2. Indeks
harga
perdagangan
besar
(wholesale
price
indekx)
yaitu
menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan berat seperti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi. 3. GNP deflator yaitu jenis barang yang mencakup dalam perhitunga GNP. Dimana perhitungannya diperoleh dari membagi GNP nominal (atas harga berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan). 3. Jenis Inflasi Menurut Nofirin (1990) berdasarkan sifatnya, inflasi dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Inflasi merayap (creeping inflation) yaitu inflasi yang mempunyai laju kurang dari 10% pertahun 2. Inflasi menengah (galloping inflation) yaitu inflasi yang mempunyai laju yang cukup besar ( biasanya double digit atau bahkan triple digit) 3. Inflasi tinggi (hyper inflation) yaitu inflasi yang lajunya meningkat sampai 5 atau 6 kali lipat. 4. Sebab-sebab Terjadinya Inflation Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi adalah kelebihan permintaan yang disebabkan oleh penambahan jumlah uang beredar.
44
1. Inflasi tarikan permintaan (Demand-pull Inflation) Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregat demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan penuh. 2. Inflasi desakan biaya (cosh push inflation) Inflasi ini bersumber dari masalah kenaikan harga-harga dalam perekonomian yang diakibatkan kenaikan biaya produksi. Pertambahan biaya produksi mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga, walaupun mereka harus mengambil resiko yang akan menghadapi pengurangan dalam permintaan barang-barang yang diproduksinya. Inflasi ini juga terjadi pada saat perekonomian berkembang dengan pesat ketika pengangguran sangat rendah. 3. Inflasi di impor (imported inflation) Inflasi ini muncul akibat meningkatnya harga barang-barang impor. Apalagi barang tersebut mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan. Contohnya minyak bumi. 5. Dampak Inflasi Inflasi atau kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus menerus telah menimbulkan
beberapa
dampak
buruk
terhadap
masyarakat
dan
perekonomian secara keseluruhan. Menurut Nopirin (1990), kenaikan harga
45
atau inflasi memiliki dampak terhadap masyarakat dan perekonomian, yaitu sebagai berikut: 1. Dampak terhadap pendapatan (equity effect) Efek terhadap pendapatan adalah terjadinya pendapatan yang tidak merata. Ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan. 2. Dampak terhadap efisiensi (efficiency effect) Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian produksi barang tersebut mengalami kenaikan. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan mengubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada. 3. Dampak terhadap output (output effect) Disaat laju inflasi sangat tinggi maka akan mengurangi outpun nasional. Karena dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai mata uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak suka memegang uang kas, transaksi mengarah kearah barter, yang biasanya diikuti dengan penurunan produksi barang. F. Investasi 1. Pengertian Investasi Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah “ penanaman modal” atau “ pembentukan modal”. Menurut Kuhardjo dalam buku Glosarium,
46
memberikan pengertian bahwa investasi merupakan penanaman modal dalam suatu usaha yang diharapkan dapat mendatangkan tambahan. Menurut Sadono Sukirno (2000) dan Nurul Huda et al (2008), istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal
atau
perusahaan
untuk
membeli
barang-barang
modal
dan
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Menurut Orugman dan Obsteild (2005), investasi adalah bagian output yang digunakan oleh perusahaan swata untuk menghasilkan output di masa yang akan datang. Menurut Nopirin (1990), investasi dapat diartikan sebagai perubahan capital stock, maka teori tentang investasi haruslah dimulai dengan konsep jumlah (stock) kapital yang diinginkan (desire capital stock). Menurut Iswardono (1999), stock kapital merupakan unsur yang sangat aktif menetukan besarnya tingkat output.’ 2. Fungsi Investasi Fungsi investasi menurut A. Karim (2008) dapat dijelaskan dalam bentuk formasi: . I = I (i, r, Q, T) Dengan, dl/di < 0; dl/dQ ≥; dl/dT>0;
..(2.11)
dimana : I : Tingkat investasi
47
i : Tingkat suku bunga r : Tingkat pengembalian Q: GNP T: Perubahan teknologi. 3. Tujuan Investasi Tujuan melakukan investasi pada dasarnya adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Tapi pernyataan tersebut terlalu sederhana, sehingga perlu mencari jawaban yang lebih tepat tentang tujuan investasi, seperti yang dijelaskan diatas, bahwa tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejateraan dalam hal ini adalah kesejateraan finansial, yang dapat diukur dari pendapatan yang diterima pada masa yang akan datang. 4. Bentuk Investasi 1. Bentuk investasi berdasarkan aktiva keuangan Menurut Jogiyanto (1998:6 pada Safitri), berdasarkan aktiva keuangan investasi dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu: a. Investasi langsung, yaitu dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara lainnya b. Investasi tidak langsung, yaitu dengan membeli saham dari investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan
48
2. Bentuk investasi berdasarkan sumbernya a. Penanaman modal dalam negeri, yaitu investasi yang dananya bersumber dari dalam negeri atau domestik. b. Penanaman modal asing, yaitu investasi yang modalnya bersumber dari dana luar negeri atau internasional. 5. Faktor yang Mempengaruhi Investasi Menurut Sadono Sukirno (2000), banyaknya keuntungan yang akan diperoleh besar sekali peranannya dalam menentukan tingkat inflasi yang akan dilakukan oleh para penguasa. Disamping oleh harapan masa datang untuk memperoleh untung, terdapat beberapa faktor lain yang menetukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat invetasi adalah: i. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh ii. Tingkat suku bunga iii. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan iv. Kemajuan teknologi v.
Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya
G. Keterkaitan Antar Variabel 1. Keterkaitan nilai tukar terhadap jumlah uang beredar (M2) Pentingnya saluran nilai tukar sebagai salah satu transmisi kebijakan moneter terletak pada pengaruh aset finansial dalam valuta asing yang
49
berasal dari hubungan kegiatan ekonomi suatu negara dengan negara lain. Selain itu, perubahan kurs dalam negeri akan mengakibatkan ada perubahan aliran dana yang masuk dan keluar dari suatu negara akibat aktivitas perdagangan antar negara (ekspor dan impor) dan aliran modal investasi yang masuk kedalam dan keluar negeri. Aliran dana masuk dan keluar negeri akan mempengaruhi jumlah modal atau uang didalam negeri akibat perubahan kurs (Aulia Pohan,2008:22). Disaat neraca pembayaran surflus akibat bertambahnya cadangan valuta asing yang bersumber dari meningkat ekpsor dan modal asing yang mengalir dalam negeri akan memuat peningkatan penawaran uang (Sadono Sukirno, 2000:208) Berdasarkan
sisi
yang
berbeda,
fluktuasi
nilai
tukar
jelas
mempengaruhi harga-harga barang domestik dan barang impor, pendapatan dari perusahaan dalam negeri, dan kekayaan semua investor dalam negeri. sebagai akibatnya, bank sentral memiliki sejumlah tanggung jawab untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah. Salah satu cara utama dalam menjalankan tugas ini adalah melakukan intervensi dalam pasar valuta asing, yaitu dengan dengan menjual atau membeli valuta asing bagi rekeningnya sendiri. Jika bank sentral menganggap bahwa nilai mata uang rupiah dinilai terlalu tinggi dan dolar dinilai begitu rendah, bank sentral akan membeli sejumlah dolar tersebut dengan rupiah yang dimilikinya. Pembelian tersebut meningkatkan jumlah uang beredar dengan demikian meningkatkan basis
50
moneter, sebaliknya, jika bank sentral menganggap nilai mata uang rupiah terlalu rendah dan nilai dolar terlalu tinggi maka bank sentral bisa menjual dolar yang mereka miliki sehingga dapat mengurangi jumlah uang beredar dan akan mengurangi basis ekonomi. (Frank, Franco dan Michael,1999:95). 2. Keterkaitan kredit terhadap jumlah uang beredar (M2) Kredit
merupakan penyediaan uang atas kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lainnya dengan mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya dalam jangka waktu tertentu dengan pemberian laba. Kredit memiliki hubungan erat dalam proses penciptaan uang yang dilakukan oleh bank-bank umum melalui pemberian pinjaman kepada masyarakat yang ada dalam suatu perekonomian. Bank umum akan menciptakan tabungan giral (rekening koran) utama apabila ia mendapatkan uang langganannya dalam bentuk uang tunai atau cek yang ditarik dari bank lain. Setelah itu, ia akan menambah nilai tabungan giral. Uang yang diterima oleh bank umum tersebut akan mereka salurkan atau pinjamkan kembali kepada masyarakat (nasabah) setelah cadangan minimum yang harus disimpan ke bank sentral telah dipenenuhi. Karena cadangan yang diwajibkan tersebut jauh dibawah jumlah uang yang diterima oleh bank-bank umum, sehingga kelebihan cadangan tersebut akan disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit (pinjaman) atau investasi.
51
Jumlah uang yang yang dipinjamkan oleh bank umum kepada nasabah atau masyarakat akan dibelanjakan oleh nasabah. Maka golongan penjual akan menerima tambahan pembayaran sebesar kredit atau pinjaman yang diterima. Tambahan pembayaran tersebut, oleh golongan penjual akan mereka simpan kembali ke bank lainnya sehingga menambah nilai tabungan giral secara agregat. Hal itu bisa diartikan bahwa peristiwa tersebut akan menambah jumlah uang beredar. Misalnya total tabungan masyarakat dibank A sebesar 100 juta rupiah dimana cadangan wajib yang harus dipenuhi sebesar 20% dari total tabungan tersebut. Kelebihan cadangan yang sebesar 80% atau 80 juta bisa disalurkan oleh bank A kedalam bentuk pinjaman atau kredit kepada nasabah X. Nasabah X tersebut akan membelanjakan pinjaman yang mereka peroleh sehingga terdapat golongan penjual akan memperoleh tambahan pembayaran sebesar 80 juta. Tambahan uang yang sebsar 80 juta tersebut, penjual akan mereka simpan kembali di bank B sehingga tabungan giral bertambah sebesar 80 juta. Begitupun seterusnya. Berdasarkan ilustrasi diatas bahwa penambahan pinjaman atau kredit sebesar 80 juta akan menambah uang giral sebesar atau jumlah uang beredar sebesar 80 juta juga.(Sadono Sukirno,2006:274-278) 3. Keterkaitan suku bunga SBI terhadap jumlah uang beredar (M2) Salah satu mekanisme trasmisi kebijakan moneter dalah suku bunga SBI. Selanjutnya perubahan suku bunga tersebut akan memberikan pengaruh
52
terhadap suku bunga deposito bank-bank umum yang ditawarkan kepada masyarakat penabung dan pada suku bunga kredit yang dibebankan oleh bank kepada debiturnya. Suku bunga deposito sangat erat hubungnnya dengan permintaan konsumsi (income effect) dan suku bunga kredit akan mempengaruhi pembiayaan konsumsi (substitution effect) dan investasi (cost of capital). Perubahan suku bunga SBI akan mempengaruhi tingkat investasi dan konsumsi yang akan berdampak kepada jumlah uang yang dipegang masyarakat. (Aulia Pohan.2008:19-20). Disaat suku bunga kredit diturunkan oleh bank-bank umum akibat turunnya suku bunga SBI membuat bank-bank umum lebih banyak meminjamkan kepada nasabah, dan nasabah berminat untuk melakukan pinjaman kepada bank-bank umum akibat biaya yang harus dibayar oleh nasabah atas pinjaman tersebut lebih murah. Sebaliknya, disaat suku bunga kredit diturunkan oleh bank-bank umum akibat respon dari suku bunga SBI akan membuat para pengusaha atau masyarakat akan enggan membuat pinjaman-pinjaman baru. Dan pelanggan yang telah membuat pinjaman akan mengembalikan pinjaman yang dibuat pada masa lalu (Sadono Sukirno, 2006:312). Ilustrasi diatas menggambarkan bahwa naik turunnya suku bunga SBI akan direspon oleh suku bunga bank-bank umum yang mempengaruhi permintaan kredit atau tabungan sehingga akan mempengaruhi jumlah uang beredar di masyarakat.
53
4. Keterkaitan inflasi terhadap jumlah uang beredar (M2) Inflasi merupakan kenaikan harga-harga barang umum secara kontinue selama priode tertentu (Nopirin, 2000). Disaat inflasi meningkat maka pemilik modal biasanya lebih mennggunakan uangnya untuk bertujuan spekulasi yaitu membeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah, bangunan dan akan mengurangi kegiatan investasi yang produkstif. Berdasarkan teori Keynes bahwa permintaan uang oleh masyarakat dilatar belakangi oleh motif transaksi, berjaga, dan motif spekulasi. (Asfia Murni, 2006:157). Permintaan publik terhadap kas untuk transaksi memiliki dampak terhadap jumlah M1. Disaat inflasi meningkat, permintaan uang untuk transaksi dan berjaga akan berkurang sehingga terjadi pengurangan jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat sehingga permintaan uang akan berkurang. Dalam hal ini inflasi mempengaruihi fungsi permintaan Selain itu, dengan adanya kenaikan harga akan menimbulkan efek yang buruk pula kepada perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barangbarang negara tersebut tidak dapat bersaing di pasar internasional dikarenakan barang dalam negeri lebih mahal dibandingkan barang negara lain sehingga ekspor akan menurun, sebaliknya harga barang produksi dalam negeri yang semakin tinggi akibat inflasi membuat barang-barang impor lebih murah sehingga impor akan meningkat. Meningkatnya impor dan menguranggnya ekspor membuat neraca pembayaran akan defisit. Hal ini
54
membuat nilai tukar mengalami depresiasi. Hal itu membuat terdapatnya modal keluar akibat rendahnya ekpor dan dan tingginya impor barang dan nilai tukar juga akan mempengarahi modal investasi masuk dan keluar. Sehingga dapat diartikan bahwa dengan inflasi dapat mempengaruhi jumlah uang beredar dari segi permintaan uang oleh masyarakan dan harga barangbarang ekpor dan impor. (Sadono Sukirno, 2006:339). 5. Keterkaitan investasi terhadap jumlah uang beredar (M2) Menurut Sadono Sukirno (2000) dan Nurul Huda et al (2008), istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan
perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Berdasarkan pengertian diatas bahwa meningkatnya investasi akan meningkatkan produksi barang-barang dalam negeri. Oleh karena meningkatnya investasi, maka permintaan uang akan meningkat. Permintaan uang tersebut dilatar belakangi oleh motif transaksi dan berjaga-jaga. Perusahaan-perusahaan juga perlu menyimpan uang untuk membayar gaji, membeli bahan-bahan mentah dan untuk membiayai pengeluaran lainnya. Semakin besar operasi dan produksi perusahaan, semakin banyak uang yang diperlukan sehingga permintaannya meningkat (Sadono Sukirno, 2000:143). Permintaan uang kas
55
untuk tujuan likuiditas akan memiliki dampak terhadap jumlah uang beredar M1. Selain itu, berdasarkan sumber dananya, investasi berasal dari dalam dalam negeri (PMDN) dan luar negeri (PMA). Invetasi yang berasal dari dalam negeri (PMDN), salah satunya bersumber dari pemberian kredit oleh bank- bank umum kepada pengusaha sehingga mempengaruhi penciptaan uang giral (Winardi.1986:185-186). Sedangkan investasi yang berasal dari luar negeri (PMA) berakibat mengalirnya modal asing kedalam negeri. mengalirnya uang tersebut akan menambah peredaran uang, sebaliknya dimutasinya
uang keluar negeri akan mengurangi jumlah uang beredar
(Sadono Sukirno, 2000: 2007). Peningkatan investasi baik dari PMA dan PMDN akan meningkatkan ekpor dan mengalirnya modal asing kedalam negeri. hal tersebut akan meningkatkan cadangan devisa negara. Disaat investasi meningkat, akan mendorong ekspor suatu negara dan mengaliranya modal saing kedalam negeri membuat cadangan valuta asing bertambah sehingga neraca pembayaran membaik. Pertambahan ini akan mengakibatkan pertambahan dalam penawaran uang. (Sadono Sukirno, 2000: 2008) G. Penelitan Terdahulu Studi tentang jumlah uang beredar di Indonesia maupun negara lain telah banyak dilakukan, dimana studi antara studi terdahulu dan studi berikutnya
56
memiliki koherensi. Studi-studi tersebut dapat digunakan sebagai referensi bagi kajian-kajian dimasa yang akan datang. Penelitian tentang jumlah uang beredar telah dilakukan oleh: 1. Lily Prayitno dan Heni Sandjaya (2002) Penelitian tentang uang beredar juga pernah diteliti oleh Lily dan Heny. Penelitian tersebut melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di Indonesia sebelum dan sesudah krisis: sebuah analisa ekonometrik. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan model log untuk menganalisa pengeluaran pemerintah, cadangan devisa, serta angka pengganda uang (money multyplyer) terhadap jumlah uang beredar di Indonesia untuk priode sebelum krisis (1990-1997), sesudah krisis (1997-1999) dan keseluruhan (1990-1999). Sebelum krisis hasil menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah secara signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar (M2). angka pengganda uang (money multiplyer) mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar (M2) di Indonesia. Cadangan devisa tidak signifikan berpengaruh terhadap jumlah uang uang beredar (M2) di Indonesia. Sesudah krisis, pengeluaran pemerintah secara signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar sedangkan devisa dan pengganda uang (multiplyer) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah uang
57
beredar (M2) di Indonesia. Untuk waktu seluruh analisa, pengeluaran pemerintah dan devisa negara memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah uang beredar sedangkan angka pengganda memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap jumlah uang beredar (M2) di Indonesia. 2. Hotniar Siringoringo (2003) Penelitan ini mengkaji tentang Pemodelan Jumlah Uang beredar. Penelitian ini menggunakan data oktober 2001 sampai oktober 2003. Dalam penelitan ini, peneliti menggunakan variabel terikatnya adalah jumlah uang beredar dan varabel independennya adalah aktiva luar negeri bersih, tagihan bersih kepada pemerintah, tagihan kepada lembaga pemerintah dan BUMN pusat yang berupa kredit dan lainya, tagihan kepada perusahaan swasta dan perorang dalam bentuk kredit dan lainya, dan lainnya. Penelitian ini menggunakan model regresi
linear berganda. Hasil dari penelitian ini
memperlihatkan bahwa variabel dependennya adalah jumlah uang beredar dan varabel independennya adalah aktiva luar negeri bersih, tagihan bersih kepada pemerintah, tagihan kepada kepada lembaga pemerintah dana BUMN pusat yang berupa kredit, tagihan kepada perusahaan swasta dan perorang dalam bentuk kredit mempengaruhi jumlah uang beredar secara signifikan. Varabel tagihan kepada lembaga pemerintah dan BUMN pusat yang berupa kredit dan tagihan kepada perusahaan swasta dan perorangan dalam bentuk lainnya tidak mempengaruhi secara nyata terhadap uang beredar.
58
3. Imam Murtono Soehandji (2003). Penelitian ini menganalisis tentang jumlah uang beredar dan faktorfaktor yang mempengaruhinya (Tinjauan money supply (M2) priode 19902002). Model yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model log. Peneliti ini menggunakan variabel pengeluaran pemerintah, cadangan devisa, pengganda uang. Pada penelitian ini pengeluaran pemerintah dan cadangan devisa memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar. Sedangkan pengganda uang tidak berpengaruh terhadap jumlah uang beredar. 4. Bala Shanmugam, Mahendiran Nair dan Ong wee Li (2003) Penelitian ini mengkaji tentang The endogenous money hypothesis: empirical evidence from Malaysia (1985–2000). Penelitan ini mengkaji jumlah uang beradar di Malaysia selama prode 1985-2003. Penelitian menyimpulkan bahwa jumlah uang beredar di Malaysia merupakan faktor endogen. Sedangkan faktor eksogen yang mempengaruhi jumlah uang beredar di malaysia adalah tabungan deposito, pinjaman yang ditentukan oleh bank peminjam, suku bunga atau pendapatan modal dan kredit bank terhadap jumlah uang beredar M3 di Malaysia. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa permintaan kredit bank memiliki hubungan kausalitas dua arah terhadap jumlah uang beredar secara signifikan. Dan sedangkan hubungan suku bunga atau pendapatan modal memiliki hubungan kausalitas jangka panjang terhadap jumlah uang beredar M3 di Malaysia dan secara statistik menunjukkan siginifikan.
59
5. Etty Puji Lestasri (2006) Penelitan ini tentang permitaan uang di Indonesia priode 1997.1-2002.4 : estimasi data stationer. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ADL ECM. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian
adalah pendapatan nasional riil, nilai tukar terhadap dolar (kurs), tingkat suku bunga, dan tingkat inflasi. Penelitian ini menemukan bahwa masing-masing variabel menunjukkan kecepatan penyesuaian menuju keseimbangan jangka panjang lebih tinggi dari kecepatan penyesuaian pendapatan nasional riil, inflasi dan suku bunga. Tingkat inflasi alamiah (rate of inflation naturally) memiliki koefisien positif yang dampaknya akan menambah tingkat keseimbangan permintaan uang M1 di Indonesia ketika terjadi peningkatan inflasi. Dari hasil estimasi model ADL ECM yang memasukkan variabel kurs ditemukan bahwa nilai koefisien variabel kurs tidak signifikan mempengaruhi jumlah uang beredar. 6. Oluwole Owoye dan Olugbenga (2007) Penelitian ini mengkaji tentang M2 Targeting, Money Demand, and Real GDP Growth in Nigeria: Do Rules Apply?. Penelitian ini menggunakan variabel independen pendapatan riil tingkat bunga domestik, tingkat inflasi dan tingkat penyusutan nilai uang. Berdasarkan penelitan ini menunjukkan bahwa ada hubungan jangka panjang antara uang dalam arti luas (M2), pendapatan riil, tingkat bunga domestik, tingkat inflasi, tingkat suku bunga asing, dan
60
tingkat penyusutan yang diharapkan dari dalam negeri mata uang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat suku bunga internasional, suku bunga domestik, nilai tukar memiliki hubungan yang negatif dan secara statistik menunjukkan signifikan mempengaruhi jumlah uang beredar di Nigeria. Sedangkan pendapatan riil, tingkat inflasi memiliki hubungan positif secara statistik memperlihatkan signifikan mempengaruhi jumlah uang beredar
di
Nigeria. 7. Etty Puji Lestari (2008) Penelitan ini tentang dampak ketidak stabilan nilai tukar rupiah terhadap permintaan uang M2 di Indonesia. Penelitian mengunakan data priode 1997.12006.4. Penelitian ini menggunakan 4 (empat) metode estimasi, yaitu Vector Autoregression/ VAR , impulse response function ,uji variance decomposition, model ADL ECM. Penelitan tersebut memperlihatkan bahwa Hubungan antara nilai tukar dan jumlah uang beredar di Indonesia selama periode pengamatan tergantung pada harapan (expectation) pemegang uang sehingga sulit untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara nilai tukar dan permintaan uang M2. Masyarakat Indonesia cenderung berpendapat bahwa memegang uang bukan hanya untuk tujuan transaksi, tetapi lebih kepada tujuan untuk berjagajaga, bahkan tidak tertutup kemungkinan untuk motif spekulasi.
61
Perbedaan penelitian ini terhadap penelitian yang sejenis yang dilakukan sebelumnya adalah: pertama, pada penelitian sebelumnya yang dilakukan menggunakan data antara tahun 2002 hingga 2008, sementara peneltian ini menggunakan data antara tahun 2003-2010. kedua, varabel yang digunakan dalam penlitian ini adalah jumlah uang beredar (M2), nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi, dan investasi, sementara pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel pengeluaran pemerintah, cadangan devisa, pengganda uang, aktiva luar negeri bersih, tagihan bersih kepada pemerintah, tagihan kepada lembaga pemerintah dan BUMN serta perusahaan swasta dan perorangan dalam bentuk kredit, pendapatan nasional riil, nilai tukar terhadap dolar (kurs), tingkat suku bunga, dan tingkat inflasi dsb. Ketiga, pada kesimpulan akhir pada penelitian ini bertujuan untuk mencari keterkaitan atau hubungan serta menganalisis apakah kebijakan moneter jalur nilai tukar, kredit, suku bunga SBI serta indikator moneter lainnya seperti inflasi dan investasi mempengaruhi jumlah uang beredar (M2). Sedangkan pada penelititan ssebelumnya bertujuan untuk mendapatkan hubungan jangka panjang serta jangka pendek, dan ada juga mencari hubungan kausalitas dan yang lainya membuktikan sebuah data ekonomi
tersebut melanggar atau tidak dalam
asumsi stasioneritas varians pada penelitian.
62
TABEL 2.1 Kajian Terdahulu No 1
Nama
Judul
Metodologi
Lily
Faktor-faktor
Analisis
Prayitno dan
yang berpengaruh
Heni
terhadap jumlah
Sandjaya
uang beredar di
(2002)
Indonesia sebelum
Penulis
Variabel Jumlah uang beredar,
Regresi dengan pengeluaran pemerintah, Model Log
Pengeluaran pemerintah. dan angka pengganda uang mempunyai pengaruh
cadangan devisa, angka
signifikan. Cadangan devisa tidak
pengganda uang
signifikan terhadap jumlah uang beredar (M2) sebelum krisis. Sedangkan setelah krisis pengeluaran pemerintah secara
dan sesudah krisis: Sebuah
signifikan berpengaruh sedangkan
Analisa
devisa dan pengganda uang (multiplyer)
Ekonometrik 2
kesimpulan
tidak signifikan
Hotniar
Pemodelan
Mdel Regresi
Jumlah uang beredar.
Aktiva luar negeri bersih, tagihan bersih
Siringoringo
Jumlah Uang
Linear
Tagihan bersih kepada
kepada pemerintah,
(2003)
Beredar
Berganda
pemerintah, tagihan kepada
kepada
lembaga
lembaga pemerintah dana
BUMN
pusat
BUMN pusat yang berupa
tagihan kepada perusahaan swasta dan
kredit, tagihan kepada
perorangan
tagihan kepada pemerintah
yang
dalam
berupa
bentuk
dana kredit,
kredit
63
perusahaan swasta dan
mempengaruhi jumlah uang beredar
perorang dalam bentuk
secara signifikan sedangkan tagihan
kredit, tagihan kepada
kepada lembaga pemerintah dan BUMN
lembaga pemerintah dan
pusat yang berupa kredit dan tagihan
BUMN pusat yang berupa
kepada
kredit, tagihan kepada
pereorangan dalam bentuk lainnya tidak
perusahaan swasta dan
mempengaruhi
pereorangan dalam bentuk
beredar.
perusahaan
secara
swasta
nyata
dan
uang
lainnya 3
Imam
Jumlah uang
Murtono
beredar dan
Soehandji
Faktor-faktor
(2003).
yang mempengaruhinya ( tinjauan money
Analisis
Jumlah uang beredar,
Regresi dengan pengeluaran pemerintah, Model Log
Pengeluaran pemerintah dan cadangan devisa memiliki pengaruh positif dan
cadangan devisa, pengganda
signifikan terhadap jumlah uang beredar.
uang
Sedangkan berpengaruh
pengganda
uang
tidak
terhadap
jumlah
uang
beredar.
supply (M2) priode1990-2002)
64
4
Bala
“The endogenous
Error
Shanmugan,
money hypothesis:
Corection
Mahendiran
empirical evidence
Model (ECM)
Nair dan Ong wee Li
Jumlah uang beredar,
Permintaan
kredit
bank
memiliki
tabungan deposito, pinjaman hubungan kausalitas dua arah terhadap yang ditentukan oleh bank
jumlah uang beredar secara signifikan.
from Malaysia
peminjam, suku bunga atau
Dan sedangkan hubungan suku bunga
(1985–2000).
pendapatan modal dan kredit atau
(2003)
bank
pendapatan
modal
memiliki
hubungan kausalitas jangka panjang terhadap jumlah uang beredar M3 di Malaysia
dan
secara
statistik
menunjukkan siginifikan 5
Etty Puji
Permitaan Uang
Estimasi
jumlah uang beredar, nilai
masing-masing variabel menunjukkan
Lestasri
di Indonesia
Model ADL
tukar terhadap dolar (kurs),
kecepatan
(2006)
priode 1997.1-
ECM
tingkat suku bunga, dan
keseimbangan jangka panjang lebih
tingkat inflasi
tinggi
2002.4 : estimasi data stationer”
dari
penyesuaian
kecepatan
menuju
penyesuaian
pendapatan nasional riil, inflasi dan suku bunga
65
6
Oluwole
M2 Targeting,
Vektor error
Owoye dan
Money Demand,
correction
Olugbenga
and Real GDP
model
(2007)
Growth in
(VECM)
Nigeria: Do Rules
Jumah uang beredar
Tingkat suku bunga internasional, suku
pendapatan riil tingkat
bunga domestik, nilai tukar memiliki
bunga domestik, tingkat
hubungan
inflasi dan tingkat
pendapatan riil, tingkat inflasi memiliki
penyusutan nilai uang.
hubungan
Apply
signifikan
positif
Sedangkan
secara
memperlihatkan
statistik signifikan
mempengaruhi jumlah uang beredar di Nigeria. 7
Etty Puji
Dampak ketidak
Vector
Jumlah Uang Beredar dan
Lestari
stabilan nilai
(2008)
tukar rupiah
/ VAR ,
periode pengamatan tergantung pada
terhadap
impulse
harapan (expectation) pemegang uang
permintaan uang
response
sehingga sulit untuk mempertahankan
M2 di indonesia
function ,uji
hubungan yang stabil antara nilai tukar
Autoregression Nilai tukar
variance
Hubungan antara nilai tukar dan jumlah uang
beredar
di Indonesia
selama
dan permintaan uang M2.
decomposition, model ADL ECM
66
H. Kerangka Pemikiran. Dalam analisis fundamental, kondisi variabel makro ekonomi sangat mempengaruhi stabilitas jumlah uang beredar. Saat gejolak kondisi moneter dimana indikator ekonomi makro ekonomi menunjukkan trend negatif atau penurunan, maka jumlah uang beredar dalam satu perekonomian tersebut akan cenderung mengalami penurunan. Sedangkan di saat kondisi perekonomian yang diharapkan membaik memberikan sentimen positif yang berdampak kepada jumlah uang yang beredar. Untuk mewujudkan perekonomian yang sehat dan stabil maka perlu mengatur atau membatasi jumlah uang beredar agar tidak berlebihan atau kekurangan dari jumlah uang yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam suatu perekonomian. Dalam menjaga jumlah uang beredar merupakah hak otoritas moneter (bank sentral) melalui kebijakan moneternya. Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah untuk memperbaiki keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar. Transmisi kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral untuk mempengaruhi atau mengatur jumlah uang beredar bisa menggunakan atau channel antara lain : saluran nilai tukar, saluran suku bunga (interest rate channel), saluran harga aset (asset price channel), saluran kredit (credit cannel). Artinya bila diformulasikan bahwa sebagai berikut: JUB = f ( Nilai tukar, suku bunga SBI, kredit,)....................(2.12)
67
Berbeda dengan inflasi, inflasi adalah kenaikan harga secara umum dan terus menuerus. Berdasarkan teori kuantitas uang, nilai uang ditentukan oleh supply dan demand terhadap uang. Jumlah uang beredar yang ditawarkan ditentukan oleh bank sentral, sementara jumlah uang yang diminta (money demand) ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain tingkat harga rata-rata dalam perekonomian. Jumlah uang yang diminta oleh masyarakat untuk melakukan transaksi bergantung pada tingkat harga barang dan jasa yang tersedia. Semakin tinggi tingkat harga, semakin besar jumlah uang yang diminta. Artinya bahwa inflasi yang tinggi akan membuat permintaan uang menigkat dan akhirnya menambah jumlah uang beredar. Sehingga dapat diformulasikan JUB = f (inflasi)....................................................(2.13) Selain itu, investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan oleh penanam modal atau perusahaan-perusahaan untuk membeli. Berdasarkan asumsi diatas melihat bahwa investasi diartikan pembelanjaan dan penanaman modal. Sehingga besarnya jumlah investasi menentukan jumlah modal atau uang yang akan di belanjakan atau keluarkan untuk investasi tersebut. Semakin tinggi investasi artinya permintaan uang masyarkat untuk investasi akan semakin besar dan akhirnya akan membuat jumlah uang beredar pun pertambah. Sehingga dapat diformulasikan sebagai berikut: JUB= f (investasi).............................................................(2.14)
68
Berdasarkan acuan dan penjelasan serta persamaan ( 2.12 ), (2.13), dan (2.14) diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa minimal yang mempengaruhi jumlah uang beredar adalah nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi. Sehingga dapat formulasikan fungsi jumlah uang beredar adalah JUB= f ( nilai tukar, kredit, suku bunga, inflasi, investasi )..............(2.15) Model analisis yang akan digunakan dalam peneltian ini adalah regresi berganda dengan metode OLS (ordinary Least Square). Regresi berganda digunakan karena variabel yang diteliti lebih dari satu variabel. Adapun secara sistematisnya, kerangka pikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
Variable makro ekonomi: Moneter Ekonomi
Nilai Tukar
kredit
Suku bunga SBI
Inflasi
Investasi
Jumlah Uang Beredar
69
I. Hipotesis
Berdasarkan teori moneter, kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui bank sentral guna mengatur penawaran uang. Yang manjadi alat kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral diantaranya adalah melalui nilai tukar, suku bunga, harga aset, kredit. Sehingga diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah uang beredar. Ditambah penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa diperekonomian yang terbuka, yang menjadi pengaruh terhadap jumlah uang yang diminta yaitu investasi, inflasi, nilai tukar dan suku bunga internasional sehingga memberikan gambaran bahwa investasi dan inflasi serta kurs diduga memiliki hubungan yang signifikan terhadap jumlah uang beredar. Oleh karena itu, dan didukung oleh landasan teori dan latar belakang serta penelitian sebelumnya,
maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan
jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini adalah : 1. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi secara parsial terhadap jumlah uang beredar M2 2. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi secara simultan terhadap jumlah uang beredar M2
70
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitiannya adalah penelitian deskriptif melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan
metode study pustaka.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan oleh seorang yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi ada hubungan tertentu antara gejala dengan gejalan lain (Koentjaraningrat,1997:29). Pendekatan Kuantitatif adalah penelitian yang berkenaan dengan data kuantitatif yaitu penelitian yang dilambangkan dengan simbol-simbol matematik: angka-angka (Tatang M Amir, 1986:119). Pelaksanaan metode penelitian deskriptif tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang data tersebut. Selain itu, semua yang dikumpulkan memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti Pada penelitian ini, variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat (dependent) yaitu jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) dan 5 variabel bebas (indefendent) yaitu nilai tukar, kredit, suku bunga (SBI), inflasi dan investasi. Sehingga yang menjadi ruang linkup dalam penelitian ini
71
adalah jumlah uang beredar, nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi diwilayah Indonesia. Data yang digunakan adalah data jumlah uang beredar, nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan nilai tukar dari tahun 2003 hingga 2010 dengan data triwulan untuk wilayah Indonesia berdasarkan ketetapan Bank Indonesia (BI), Badan Pusat statistik (BPS) dan Badan Koordinasi Pasar Modal (BKPM). B. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat data time series. Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh dari pihak kedua atau data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada
masyarakat pengguna data
(Kuncoro, 2003: 127). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data statistik, laporan tahunan Bank Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) dan data Badan Pusat Statistik (BPS) serta sumber-sumber lainya yang berkaitan dengan penelitian ini dari tahun 2003 hingga 2010 dengan data triwulan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah
72
1. Metode dokumenter Metode dokumenter adalah pengumpulan data melalui catatan-catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa yang lalu yang berhubungan dengan aspek penelitian. (W Gulo, 2002:110). 2. Metode observasi lapangan (libary research) Library reserach yaitu dengan mencari dan mengumpulkan literatur yang terdiri dari buku-buku referensi, artikel, jurnal penelitian dan media masa sebagai bahan pengutipan serta referensi ( Imam Akbar, 2009:57) C. Operasional Variable Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka variabel-variabel dalam penelitian ini bisa didefinisikan sebagai berikut: 1. Variabel tidak bebas (dependent) : Variabel tak bebas (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independent). Variabel tak bebas berupa: 1. Jumlah uang beredar (M2), Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) adalah jumlah uang yang beredar (M1) ditambah dengan uang giral dan uang kuasi di wilayah Indonesia. Data yang digunakan adalah data kuartalan dari tahun 2003 hingga 2010. Satuan yang digunakan adalah milyar rupiah.
73
2. Variable Bebas (independent) : Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel tidak bebas (independent). Variabel tidak bebas (independent) berupa: 1. Nilai tukar (ER) Niai tukar adalah perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda antara suatu negara dengan negara lainnya. Dalam penelitian yang digunakan dalam nilai tukar adalah mata uang Indonesia (rupiah) terhadap mata uang Amerika Serikat (dolar) di wilayah Indonesia dengan menggunakan kurs tengah atas ketetapan Bank Indonesia. Data yang digunakan tersebut adalah data kuartalan dari tahun 2003 hingga 2010. Satuan yang digunakan adalah rupiah (Rp). 2. Kredit (CR) Kredit adalah kemampuan seorang pelaku usaha untuk meminjamkan uang, atau memperoleh barang-barang secara tepat waktu, sebagai akibat dari argumentasi yang tepat dari pemberi pinjaman, seperti halnya kendala dan kemampuan membayarnya. Dalam hal ini kredit yang digunakan adalah kredit perbangkan dalam bentuk rupiah dan valuta asing diwilayah Indonesia. Data yang digunakan tersebut adalah data kuartalan dari tahun 2003 hingga 2010. Satuan yang digunakan adalah milyar rupiah.
74
3. Suku bunga (SBI) Suku bunga adalah harga yang dibayar oleh seseorang peminjam dalam menggunakan uang peminjaman. Tingkat suku bunga yang diuangkan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga SBI 3 bulan yang berada di wilayah Indonesia. Data yang digunakan adalah data kuartalan dari tahun 2003 hingga 2010. Satuan yang digunakan adalah persen (%) 4. Inflasi (INF) Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama suatu priode tertentu di wilayah Indonesia. Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai indikator inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) yang ditetapkan dalam laporan otoritas moneter Indonesia yaitu Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data kuartalan dari tahun 2003 hingga 2010. Satuan yang digunakan adalah persen (%) 5. Investasi (INV) Investasi adalah penanaman modal dalam suatu usaha yang diharapkan dapat mendatangkan tambahan baik yang bersumber penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun luar negeri (PMA) yang di wilayah Indonesia. Data yang digunakan adalah data kuartalan dari tahun 2003 hingga 2010. Satuan yang digunakan adalah milyar rupiah.
75
Table 3.1 Operasional Variabel No
Variable
Simbol
Sumber data
1
Jumlah Uang Beredar
JUB
2
Nilai Tukar
ER
3.
Kredit
CR
4
Suku Bunga SBI
SBI
5.
Inflasi
INF
6
Investasi
INV
Statistik Indonesia,Laporan Tahunan Bank Indonesia berapa edisi Statistik Indonesia, Laporan Tahunan Bank Indonesia berapa edisi Statistik Indonesia, Laporan Tahunan Bank Indonesia berapa edisi Statistik Indonesia, Laporan Tahun Bank Indonesia berapa edisi Statistik Indonesia,laporan Tahunan Bank Indonesia berapa edisi Statistik Indonesia, Laporan Tahunan Bank Indonesia, dan BPS berapa edisi, BKPM
Data triwulan 20032010
skala Rasio
20032010
Rasio
20032010
Rasio
20032010
Rasio
20032010
Rasio
20032010
Rasio
E. Metode Analisis Data Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjaun pustaka dan kerangka pikir. Penelitian ini mencari bagaimana pengaruh antara nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi terhadap jumlah uang beredar. Oleh karena itu, Melalui dan berdasarkan persamaan (2.15) dikerangka pemikiran di 76
bab sebelumnya, sehingga dalam penelitian ini alat anilisis yang digunakan adalah model regresi berganda dengan metode OLS (ordinary Least Square), dengan rumusan sebagai berikut : JUB = β0 + βıER +β2CR + β3 SBI + β4 INF + β5 INV + et..............3.1 Untuk menstandarkan data, model (3.1) diatas kemudian ditransformasikan kedalam bentuk logaritma natural, persamaannya adalah LnJUB = β0 + βıLnER +β2LnCR + β3SBI + β4 INF + β5 LnINV + et.........3.2 Dimana : LnJUB
: Jumlah Uang Beredar
LnER
: Nilai Tukar
LnCR
: Kredit
SBI
: Suku Bunga SBI
INF
: Inflasi
LnINV
: Investasi
β0
: Konstanta
βı, β2, β3, β4, β5
: Koefesien regresi dari masing-masing variabel yang mempengaruhi jumlah uang beredar
et
: Error term Metode pangkat kuadrat terkecil (OLS) diperkenalkan pertama kali oleh
seorang ahli matematika dari Jerman, yaitu Carl Frederich Gaus. Metode OLS adalah
metode untuk mengestimasi
suatu garis regresi dengan
jalan
meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan dari setiap observasi terhadap garis tersebut (Kuncoro, 2003:216).
77
Menurut Widarjono (2009:18-21), metode OLS adalah metode mencari nilai residual sekecil mungkin dengan menjumlahkan kuadrat residual. Metode kuadrat terkecil akan menghasilkan estimator yang mempunyai sifat tidak bias, linear dan mempunyai varian yang minimum. Alasan menggunakan regresi dalam transformasi logaritma natural adalah (Gujarati, 1999) : a. Parameter (β) dapat langsung menujukkan koefisien elastisitas, yaitu persentase perubahan dalam variabel dependen untuk persentase perubahan tertentu dalam variabel independen. b. Gejala heteroskesdatisitas dapat dikurangi karena transformasi logaritma akan dapat memperkecil skala variabel-variabel yang diukur. Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model penelitian yang digunakan, maka terlebih dahulu kita melakukan pengujian terhadap data penelitian tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah model tersebut dapat dianggap relevan atau tidak. Pengujian yang dilakukan melalui uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolineritas. Dan juga uji statistik yang meliputi uji signifikansi paremeter individu (uji statistik t), uji signifikan simultan (uji statistik F), dan uji koefisien determinasi (Adjusted R Square).
78
1. Uji Asumsi Klasik. a. Uji Normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data yang didapatkan mengikuti atau mendekati hukum normal baku. Pada penelitian ini uji yang digunakan untuk permasalah normalitas yaitu JarqueBera (JB) (winarmo, 2009:5.37). Langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis H0 : model normal Ha : model tidak normal Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria : - jika probabilitas OBS*R2 > 0,05
siginifikan
H0 diterima
- jika probabilitas OBS*R2 < 0,05
tidak signifikan
H0 ditolak
Artinya adalah apabila probabilitas OBS*R2 lebih besar dari 0,05 maka model tersebut dikatakan normal. Apabila OBS*R2 lebih kecil dari 0,05 maka model tersebut dikatakan tidak normal (winarmo, 2009:5.37). b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bermaksud untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan linear antara variabel bebas (independent) satu dengan variabel lainnya (Gujarati, 2006: 67).
79
Uji miltikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah ada korelasi antara variabel independen pada model regresi. Korelasi antara variabel independen sebaiknya kecil (Muhammad Nisfiannoor.2009:91). Deteksi adanya multikolinearitas :
Nilai R2 sangat tinggi, tetapi secara sendiri-sendiri regresi antara variabel-variabel independen tidat signifikan
Korelasi antar variabel-variabel independen sangat tinggi. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan matriks
korelasi (correlation matrix). Langkah pengujian sebagai berikut : Hipotesis H0 : model bersifat multikonearitas Ha : model tidak bersifat multikonearitas Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria : -
apabila hubungan x1 dan x2 > 0.85
H0 diterima
-
apabila hubungan x1 dan x2 < 0.85
H0 ditolak
Artinya adalah apabila hubungan antara variabel x1 dan x2 lebih dari 0, 85 maka model yang tersebut memiliki sifat multikolinearitas. Apabila hubungan antara variabel x1 dan x2 kurang dari 0,85 maka model yang tersebut tidak memilki sifat multikolinearitas (widarjono, 2009: 106).
80
c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain (Gujarati, 2006: 82). Data yang diharapkan adalah memiliki varians
yang sama, dan
disebut homoskedastisitas. Sedangkan jika data tersebut memiliki varians yang berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui uji white karena uji tersebut mudah untuk diterapkan (Gujarati, 2006: 94). Langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis H0 : model terdapat heterokesdastisitas Ha : model tidak terdapat heterokesdastisitas Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria : - jika probabilitas OBS*R2 > 0,05
siginifikan
- jika probabilitas OBS*R2 < 0,05
tidak signifikan
H0 ditolak H0 diterima
Artinya adalah apabila probabilitas OBS*R2 lebih besar dari 0,05 maka model tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas. Apabila OBS*R2 lebih kecil dari 0,05 maka model tersebut terdapat heteroskedastisitas (winarmo, 2009:5.15).
81
d. Uji Autokorelasi Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalan sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada prode t dengan kesalahan pada priode t –i (sebelumnya). Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi bebas dari autokerelasi (Gujarati, 2006:112) Sejalan dengan keterangan lainya yang mengatakan bahwa uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada priode t dengan kesalahan priode t sebelumnya pada model regeresi linear yang dipergunakan. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dalam model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi (Nisfiannor, 2009:92). Apabilai data yang kita analisis
mengandung autokorelasi, maka
estimator yang kita dapatkan memiliki karakteristik berikut ini: (i) Estimator metode kuadrat terkecil masih linear, (ii) Estimator metode kuadrat terkecil masih tidak bias, (iii) Estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang minimum. Dengan demikian autokorelasi akan menyebabkan estimator hanya bersifat LUE, tidak lagi BLUE (Best Linear Unbias Estimate) (Winarmo, 2009:5.27). Dalam mendeteksi permasalah autokorelasi bisa menggunakan Uji Breusch-Godfrey (BG). Nama lain uji ini adalah Uji lagrange-Multiplier (Pengganda Lagrange). (winarmo2007.5.29)
82
Langkah-langkah pengujian. hipotesis H0 : model terdapat autokorelasi Ha : model tidak terdapat autokorelasi -
Bila prob X2 > 0.05
H0 ditolak
-
Bila prob X2 < 0.05
H0 diterima
Artinya adalah nilai prob X2 (2) lebih besar dari 0.05 maka model dalam penelitian terbebas masalah autokorelasi. Sebaliknya, jika nilai prob. X2 lebih kecil dari 0.05 maka model dalam penelitian terbebas masalah autokorelasi. (Winarmo, 2009: 5.30) 2. Analisis Statistik a. Uji statistik t (uji parsial) Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hipotesis H0 : βi = 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara
variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial Ha : βi ≠ 0
Terdapat
pengaruh
signifikan
antara
variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial Bila t
hitung
lebih besar daripada t
tabel
atau signifikannya kurang dari α
= 5% maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh
83
signifikan secara parsial antara variabel independen
terhadap variabel
dependen (Gujarati, 2006:154). b. Uji statistik F (uji sumultan) Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil regresi tersebut. Uji F digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Hipotesis H0 : βi = 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan
Ha : βi ≠ 0
Terdapat
pengaruh
yang
signifikan
antara
variabel
independen terhadap variabel dependen secara simultan Bila Fhitung lebih besar daripada Ftabel atau signifikannya kurang dari α = 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen (Gujarati, 2006:193). c. Koefisien determinasi ( Adjusted R Square) Digunakan untuk membuat persentase variabel-variabel terhadap variabel independen serta seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel diluar model. Jika nilai adjusted R square adalah satu berarti kemampuan fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel
84
independen dan tak ada variabel lain diluar model yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen (Singgih Santoso, 2004 dalam Maysari, 2008).
85
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Singkat Objek Penelitian 1. Sejarah singkat jumlah uang beredar (M2) Pada peradaban awal, manusia memenuhi kebutuhan secara mandiri. Mereka memperoleh makanan dari berburu atau memakan berbagai buahbuahan. Karena jenis kebutuhannya masih sederhana, mereka belum membutuhkan orang lain. Masing-masing individu memenuhi kebutuhan makannya secara mandiri. Dalam priode yang dikenal sebagai priode prabarter ini, manusia belum mengenal transaksi perdagangan atau kegiatan jual beli (Edwin Nasution, et al.2006:239). Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin maju, kegiatan dan interaksi antar sesama manusiapun meningkat tajam. Ketika itulah, masing-masing individu mulai tidak mampu memenuhi kebutuhan sendiri. Bisa dipahami karena ketika seseorang menghabiskan waktunya seharian bercocok tanam, pada saat bersamaan tentu ia tidak akan bisa memperoleh garam atau ikan, menenun pakaian sendiri atau kebutuhan lain (Edwin Nasution, et al.2006:239). Pertukaran barter ini mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada waktu yang bersamaan (double coincidence of wants) dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran ini. Namun semakin beragam dan kompleks kebutuhun
86
manusia, semakin sulit menciptakan situasi double coincidence of wants ini. Misalnya, pada satu ketika seseorang yang memiliki beras melainkan membutuhkan daging, sehingga syarat terjadinya barter antara beras dengan garam tidak terpenuhi. Keadaan demikian tentu akan mempersulit muamalah antar manusia. Itulah sebabnya diperlukan suatu alat tukar yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam sejarah, barang-barang yang digunakan sebagai alat tukar adalah barang kebutuhan sehari-hari seperti garam. Kemudian setelah itu pilihannya barang yang bisa digunakan sebagai uang, jatuh kepada logam-logam mulia, seperti emas dan perak (Edwin nasution, et .2006:240). Penggunaan emas dan perak pun ternyata memiliki banyak kelemahan yaitu merupakan benda yang berat, memerlukan tempat penyimpanan yang besar, dan sukar ditambah jumlahnya (Sadono Sukirno, 2004:273). Untuk mengatasi permasalah dari penggunaan emas dan perak sebagai alat tukar, mulailah diperkenalkan jenis uang baru yaitu uang kertas. Pada mulanya uang kertas yang dikeluarkan untuk mengganti sejumlah emas yang dimiliki oleh seseorang yang disimpan disuatu bank. Apabila seseorang memiliki sejumlah uang emas, emas yang disimpan kedalam suatu bank, maka bank tersebut akan mengeluarkan uang kertas yang sama nilainya dengan uang emas yang disimpan kedalam bank tersebut (Safitri,2009:62).
87
Uang kemudian berkembang dan berevolusi mengikuti perjalanan sejarah. Didalam perkembangan sektor keuangan, uang kertas sekarang digunakan diberbagai negara tidak lagi dikeluarkan bank-bank umum tetapi oleh bank sentral. Bank yang bertindak sebagai bank-bank umum. Bank-bank umum hanya bisa mengeluarkan uang dalam bentuk uang giral atau rekening Koran. Uang giral adalah uang yang dikeluarkan oleh bank-bank komersial melalui pengeluaran cek dan alat pembayaran giro lainnya. Artinya uang dalam perkembangannya uang giral juga didefinisikan sebagai uang yang bersedar. Sehingga menurut Sadono Sukirno (2004:281), uang beredar adalah seluruh jumlah mata uang yang dikeluarkan dan diedarkan oleh bank sentral ditambah dengan uang giral yang dikeluarkan olah bank- bank umum. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar (M2) dalam arti luas dalam satuan milyar. Berikut ini data jumlah uang beredar dan pertumbuhannya serta grafik jumlah uang beredar selama tahun 2003 hingga 2010 adalah sebagai berikut:
88
Table 4.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar Tahun 2003-2010
2003
Jumlah JUB (Milyar) 955.692
2004
1.033.527
Tahun
Laju Pertumbuhan JUB(%) 8.14 16,42
2005
1.203.215 14.87
2006
1.382.074 18.89
2007
1.643.203 15.37
2008
1.895.839
2009
2.141.384
12.95 2010 2.471.206 Sumber : Bank Indonesia (2003-2010)
15.40
Gambar 4.1 Grafik Jumlah Uang Beredar M2 Tahun 2003-2010 Jumlah Uang Beredar Tahun 2003-2010 3000000 JUB (Milyar)
2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun JUB
Berdasarkan gambar dan tabel 4.1 diatas memperlihatkan bahwa pergerakan jumlah uang beredar dari tahun 2003 hingga 2010 selalu mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjada pada tahun 2007 89
sebesar 18,89%, dan peningkatan terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu yang hanya sebesar 8.14%. Peningkatan peningkatan tersebut tidak lepas dari dukungan faktor internal dan faktor eksternal. Diantara faktor internal yang membuat jumlah uang beredar meningkat adalah dikarenakan kredit dan investasi mendominasi kinerja liquiditas perekonomian. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi peningkatan jumlah uang bereadar diantaranya adalah perkembangan aktiva luar negeri secara keseluruhan meningkat sejalan meningkatnya cadangan devisa yang bersumber dari penerimaan harga minyak (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2007:98) 2. Nilai Tukar Nilai tukar dapat diartikan kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan,
yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk
memperoleh satu unit mata uang asing. Variabel yang digunakan adalah nilai tukar antara mata uang amerika serikat (USD) dan Indonesia (Rp) yang bersumber dari Bank Indonesia. Satuan yang digunakan adalah Rupiah. Kurs yang digunakan adalah kurs riil dimana perhitungan sebagai berikut: Nilai tukar riil
: Nilai tukar nominal x harga domestik Harga luar negeri
90
Berikut ini data rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar (USD/Rp) dan grafik nilai tukar tukar rupiah terhadap dolar (USD/Rp) dari tahun 2003 hingga 2010 adalah sebagai berikut: Table 4.2 Rata-rata Nilai Tukar Tahun 2003-2010 Rata-rata Nilai Tukar ( Rupiah) 2003 8.571,1 2004 8.985,4 2005 9.750,6 2006 9.141,3 2007 9.163,7 2008 9.756,7 2009 10.356,2 2010 9.078,2 Sumber : Bank Indonesia (2003-2010) Tahun
Gambar 4.2 Grafik Nilai Tukar (USD/Rp) Tahun 2003-2010 Nilai Tukar (USD/Rp) Tahun 2003-2010
Nilai Tukar (Rp)
12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Berdasarkan gambar dan tabel 4.2 memberikan gambaran bahwa nilai tukar (USD/Rp) selalu mengalami perubahan dan pergerakan. Dari tahun 2003 hingga 2005 nilai tukar rupiah berfluktuasi dengan trend melemah dan
91
mecapai puncaknya pada tahun 2005 yang merupakan depresiasi nilai tukar terhadap rupiah terbesar. Pelemahan rupiah tersebut tidak lepas dari faktor negatif
eksternal
yaitu
melambungnya
harga
minyak
dunia
serta
meningkatnya permintaan valas terutama untuk memenuhi impor dan pembayaran utang luar negeri. Setelah itu, rupiah mengalami penguatan dan stabil pada tahun 2006 dan 2007 yang dikarenakan oleh membaiknya kondisi fundamental makro ekonomi. Akan tetapi kembali melemah pada tahun 2008 akibat dampak krisis global yang berasal dari Amerikan Serikat. Dan kemudian membaik kembali pada tahun 2009 dan 2010 akibat membaiknya perekonomian secara keseluruhan. Sehingga ditahun 2010 nilai rata-rata mata uang rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar sebesar dari 10356.2 menjadi 9078.2 3. Kredit Kredit dapat diartikan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak-pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang perbankan memberikan pengertian kredit). Variabel kredit yang digunakan adalah total kredit yaitu jumlah kredit perbangkan dalam bentuk rupiah dan valuta asing.
92
Data yang digunakan adalah data Bank Indonesia. Satuan yang digunakan adalah milyar. Berikut ini data total kredit dan laju pertumbuhannya serta grafik kredit dari tahun 2003 hingga 2010 adalah sebagai berikut: Table 4.3 Total dan Laju Pertumbuhan Kredit Tahun 2003-2010 Tahun
Total Kredit (Milyar)
2003
437.942
2004
553.548
2005
689.669
Laju Pertumbuhan Kredit (%) 26.39 24.59 14.13
2006
787.136 26.42
2007
995.111 32.03
2008
1.313.873 9.00
2009
1.432.165
2010 1.783.601 Sumber : Bank Indonesia (2003-2010)
24.53
Gambar 4.3 Grafik Kredit Tahun 2003-2010
Kredit (Milyar)
Kredit (Rupiah dan Valas)Tahun 2003-2010 2000000 1800000 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
93
Dari gambar dan tabel 4.3 diatas memperlihatkan bahwa pergerakan total kredit (dalam bentuk rupiah dan valuta asing) selalu mengalami peningkatan dari tahun 2003-2010. Faktor yang membuat kredit selalu bertambah diantaranya adalah baiknya peran perbankan setelah krisis 1997/1998 dan meningkatnya penghimpunan dana sehingga bank yang berfungsi sebagai intermediasi dapat mengucurkan kredit lebih besar. Selain itu, perbankan juga dituntut mentransmisikannya melalui peningkatan penyaluran kredit ke sektor riil (Laporan Perekonomian Indonesia, 2005:111). Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 32.03 % dan peningkatan terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu hanya sebesar 9 %. 4. Suku Bunga SBI Suku bunga dapat diartikan sebagai biaya yang dibayarkan oleh seseorang peminjam kepada pemberi pinjaman atas penggunaan dananya. Tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga pinjaman tahun yang dinyatakan sebagai persentase dari pinjaman; persentase itu sama dengan jumlah bunga yang diterima pertahun dibagi dengan jumlah pinjaman (Cash dan Fair.2004). Sedangkan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. Sehingga Suku Bunga SBI dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia akibat dari diterbitkannya Sertifkat Bank
94
Indonesia kepada pembeli sertifikat tersebut baik pemerintah ataupun swasta; baik dalam maupun luar negeri guna untuk melakukan tugasnya sebagai otoritas moneter dalam mengatur jumlah uang beredar. Variabel suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adala Suku bunga 3 Bulan dengan satuan persen (%). Berikut ini data rata-rata suku bunga SBI dan grafik suku bunga SBI dari tahun 2003 hingga 2010 adalah sebagai berikut: Table 4.4 Rata-rata Suku Bunga SBI Tahun 2003-2010 Rata-rata Suku Bunga SBI ( %) 2003 10.17 2004 7.39 2005 9.16 2006 11.97 2007 8.03 2008 9.39 2009 7.49 2010 6.57 Sumber : Bank Indonesia (2003-2010) Tahun
Gambar 4.4 Grafik Suku Bunga SBI Tahun 2003-2010 Suku Bunga SBITahun 2003-2010 14 12 SBI (%)
10 8 6 4 2 0 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
95
Berdasarkan gambar dan tabel 4.4 memberikan gambaran bahwa nilai rata-rata pertahun Suku Bunga SBI dari tahun 2003-2010 selalu mengalami perubahan. Dari tahun 2003 hingga 2004 Suku bunga SBI 3 bulan menurun. Sedangkan pada tahun 2005 dan 2006 suku bunga SBI meningkat, yang puncaknya terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 11,97 %. Hal itu dikarenakan pemerintah berusaha melakukan stabilitas moneter dan nilai tukar akibat sentimen negatif para pelaku pasar terhadap sustainabilitas kondisi fiskal terhadap dampak kenaikan harga minyak dunia. Perkembangan ini telah menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah. Setelah itu, ditahun 2007 suku bunga SBI menurun, hal itu dikarenakan kondisi makroekonomi mengalami perbaikan dan kinerja eksternal ekonomi Indonesia yang semakin mantap. Akan tetapi, suku bunga SBI kembali meningkat pada tahun 2008. Hal itu diakibatkan oleh kondisi perekonomian Indonesia mengalami tekanan yang cukup berat sebagai akibat ketidakpastian perekonomian global. 5. Inflasi Inflasi diartikan sebagai proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama suatu priode tertentu. Dalam penelitian ini inflasi yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen dengan nilai tahun ketahun dengan nilai satuan yaitu Persen (%). Berikut ini data rata-rata inflasi dan grafik rata-rata inflasi dari tahun 2003 hingga 2010 adalah sebagai berikut
96
Tabel 4.5 Rata-rata Inflasi Tahun 2003-2010 Tahun
Inflasi ( %) 2003 5.11 2004 6.40 2005 17.11 2006 6.60 2007 6.59 2008 11.06 2009 2.78 2010 6.96 Sumber : Bank Indonesia (2003-2010) Gambar 4.5 Grafik Indeks Harga Konsumen Tahun 2003-2010 (%)
Inflasi (%)
Indeks Harga Konsumen Tahun 2003-2010 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Berdasarkan gambar grafik 4.5 memperlihatkan bahwa inflasi mengalami fluktuasi naik tururn. Pada tahun 2005 merupakan peningkatan inflasi tertinggi selama 8 tahun terakhir yaitu 17.11%. Peningkatan tersebut sangat dipengaruhi oleh melambungnya harga minyak dunia yang membuat pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM dalam negeri (Laporan Perekonmian
Indonesia,2005:83) dan penurunan inflasi terendah selama
tahun 2003-2010 terjadi pada tahun 2009 yaitu 2.78%. Penuruanan tersebut
97
tidak lepas dari kebijakan Bank Indonesia yaitu penetapan BI Rate yang konsisten dan intervensi di pasar valuta asing untuk memperkuat nilai tukar rupiah. Sementara dari sisi Pemerintah telah ditempuh kebijakan penurunan harga BBM yang diikuti dengan penurunan tarif angkutan dan harga komoditas lainnya (Laporan Perekonomian Indonesia, 2005:46). 6. Invetasi Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi barang-barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalan total investasi dalam negeri (PMDN) dan penanaman Modal Asing (PMA) dengan satuan Milyar. Berikut ini data investasi dan laju pertumbuhannya serta grafik inveastasi dari tahun 2003 hingga 2010 adalah sebagai berikut:
98
Tabel 4.6 Total dan Laju Pertumbuhan Investasi (PMA dan PMDN) Tahun 2003-2010 Tahun
Total investasi (Milyar)
2003
16.894,4
2004
172.268,2
2005
83.373,3
2006
104.729,4
2007
207.047,7
Laju Pertumbuhan Investasi (%) 919.67 -51.62 25.61 97.69 -46.15
2008
111.485,4 -36.41
2009
70.892,3
193.82 2010 208.300 Sumber : Bank Indonesia (2003-2007), BPS (2008-2009), BKPM (2010) Gambar 4.6 Grafik Investasi Tahun 2003-2010 Investasi (PMDN dan PMA) Tahun 2003-2010
Investasi (Milyar)
250000 200000 150000 100000 50000 0 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Berdasarkan gambar dan tabel 4.6 memperlihatkan bahwa bahwa dari tahun 2003 hingga 2005 perkembangan investasi Indonesia meningkat dan menurun. Peningkatan yang yang tertinggi pada tahun 2004 sebesar 919.67%
99
dan mengalami penurunan terendah terjadi pada tahun 2005. Diantara penyebab peningkatan adalah membaiknya permintaan domestik dan dukungan pembiayaan. Sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik dan ekspor yang tinggi. Sedangkan ditahun 2006, investasi mengalami penurunan yang diakibatkan oleh konsumsi swasta melambat akibat menurunnya daya beli dan rendahnya optimisme pelaku ekonomi terhadap prospek perekonomian Indonesia akibat kenaikan harga bahan baker minyak (BBM) dan tingginya suku bunga sebagai konsekuensi dari penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter ditahun 2005. Setelah itu kembali meningkat dari tahun 2006 hingga 2008 akibat perekonomian Indonesia meraih kembali stabilitas ekonomi makro ekonomi pasca gejolak harga minyak dunia tahun 2005 yang membuat masyarakat internasional
semakin mempercayai
perekonomian Indonesia. Akan tetapi pada tahun 2009 kembali menurun akibat terimbas dampak krisis global sehingga terjadi ketidak-pastian perekonomian global. B. Hasil dan pembahasan Pengolahan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan microsof excel 2007 dan eviews 6.0 untuk memperoleh hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Variabel bebas (independent) yaitu nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi. Variabel terikat (dependent) yaitu jumlah uang beredar dalam arti luas M2
100
Data dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang di natural logaritmakan (ln) dari variabel-variabel yang diteliti. Dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alami yang berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahui fungsi matematika yang bilangan dasarnya 10 yang berguna untuk menyederhanakan bilangan 1. Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data yang didapatkan mengikuti atau mendekati hukum normal baku. Variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Identifikasi ada atau tidaknya permasalahan normalitas dilakukan dengan melihat nilai Jarque-Bera. Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidaknya yaitu jika probabilitas OBS*R2 > 0,05, maka data tersebut berdistribusi normal. Begitupun sebaliknya, jika probabilitas OBS*R2 < 0,05, maka data tersebut tidak normal. Setelah data diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasilnya sebagai berikut:
101
Gambar 4.7 Histogram-Normalitas test 8
Series: Residuals Sample 2003Q1 2010Q4 Observations 32
7 6
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
5 4 3
-1.61e-14 -0.003995 0.048956 -0.049424 0.021059 0.075779 2.970814
2
Jarque-Bera 0.031762 Probability 0.984244
1 0 -0.04
-0.02
0.00
0.02
0.04
Sumber : Data sekunder yang diolah Dari gambar 4.7 diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitasnya adalah 0,984244. Karena nilai 0,984244 > dari derajat kesalahan (α) 5% yaitu (0.05) maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal sehingga bisa dilanjutkan kepengujian yang lainnya. b. Hasil Uji Heterokedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah varian dari dua observasi atau lebih dalam penelitian sama (homogen) untuk semua variabel terikat dengan variabel independen lainnya sehingga hasil estimasi tidak bias. Identifikasi ada atau tidaknya permasalan heteroskedastisitas yaitu melalui uji white heterokedasticity test. Untuk melihat data memiliki masalah heteroskedastisitas atau tidaknya yaitu jika probabilitas OBS*R2 > 0,05, maka data tidak terdapat 102
heteroskedastisitas. Begitupun sebaliknya, jika probabilitas OBS*R2 < 0,05, maka terdapat heteroskedastisitas. Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasil sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil UJi heteroskedastisitas Heteroskedastisitas Test : White 0.675992 F-statistic Obs*R-squared 17.64428 Scaled explained SS 11.47801 Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4.7 dapat
Prob. F(20,11) Prob. Chi-Square(20) Prob. Chi-Square(20)
0.7849 0.6108 0.9329
dilihat bahwa nilai OBS*R adalah
17.64428. Karena nilai 17.64428 > dari derajat kesalahan (α) 5% (0.05). Maka tidak terdapat heteroskedastitas. Hal ini menginformasikan model OLS yang diajukan dapat dikatakan terbebas dari heteroskedastisitas sehingga bisa dilanjutkan kepengujian selanjutnya. c. Hasil Uji Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi
diantara
variabel
independen.
Maka
terdapat
multikolinieritas (multikol) dimana model regresi yang baik sebaiknya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Keadaan ini hanya terjadi pada regresi linear berganda karena jumlah variabel independen lebih dari satu sedangkan pada kasus regeri sederhana, tidak mungkin adanya kasus multikolinieritas karena variabel independennya hanya terdiri dari satu variabel.
103
Apabila hubungan diantara variabel bebas yang satu dengan yang lainnya diatas 0.85 maka bisa dipastikan adannya gejala multikolinieritas. Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasil sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Korelasi Uji Multikolinieritas LNER LNCR SBI INF LNINV 1.000000 0.452838 0.097689 0.152707 0.036882 LNER 0.452838 1.000000 -0.348649 -0.143789 0.426287 LNCR 0.097689 -0.348649 1.000000 0.847435 -0.287428 SBI 0.152707 -0.143789 0.847435 1.000000 0.025239 INF 0.036882 0.426287 -0.287428 0.025239 1.000000 LNINV Sumber : Data sekunder yang diolah Berdasarkan table 4.8 diatas dapat dilihat bahwa nilai korelasi variabel independen antara lnER dan lnCR sebesar 0.452, antara lnER dan SBI sebesar 0.097, antara lnER dan lnINF sebesar 0,152, antara lnER dan lnINV sebesar -0.036, antara lnCR dan SBI sebesar –0.374, antara lnCR dan INF sebesar -0.143, antara lnCR dan lnINV sebesar 0.426, antara SBI dan INF sebesar 0.847, antara SBI dan lnINV sebesar –0,287 sedangkan antara lnINF dan lnINV sebesar -0.025. Terlihat dari tabel 4.8 diatas nilai korelasi variabel independen (yaitu nilai tukar, kredit, SBI, inflasi dan investasi) tertinggi hanya mencapai 0.807 yaitu nilai korelasi antara SBI dan inflasi. Karena nilai 0.847 < 0.85 maka diputuskan tidak terdapat multikolinieritas. Hasil ini menginformasikan
104
model OLS yang yang dilakukan dapat dikatakan terbebas dari gejala multikolinieritas. Sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian selanjutnya. c. Hasil Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah terdapat hubungan residual antar waktu pada model penelitian yang digunakan. Sehingga estimasi menjadi bias. Untuk mengidentifikasi terjadi permasalahan autokorelasi atau tidak dengan menggunakan Uji Breusch-Godfrey. Jika nilai Probability (X2) lebih besar dari nilai signfikan α=5% (0,05) maka model penelitian terbebas dari permasahan autokorelasi. sebaliknya, jika nilai probability (X2) lebih kecil dari nilai signfikan α=5% (0,05) maka model penelitian terdapat permasalahan autokorelasi. Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasil sebagai berikut: Table 4.9 Menetukan ada tidaknya Autokorelasi dengan uji Breusch- Godfrey Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.450317 Prob. F(2,24) Obs*R-squared 1.157412 Prob. Chi-Square(2) Sumber : olah data dengan menggunakan eviews 6.0
0.6427 0.5606
Berdasarkan table 4.9 menunjukkan bahwa nilai prob. Chi Square (X2) adalah sebesar 0.5606. Karena nilai Prob. Chi-Square (X2) lebih
105
dibandingkan alpha (α) yaitu 0.5606 > 0.05, maka dapat diberikan penjelasan bahwa model penelitian ini terbebas dari permasalah autokorelasi 2.
Hasil Regresi Metode Ordinari Least Square (OLS) Estimasi hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi jumlah uang beredar (M2) dilakukan pendekatan OLS yang ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 4.11 Hasil Olah Data dengan Metode OLS Dependent Variable: LNJUB Method: Least Squares Date: 12/11/11 Time: 07:14 Sample: 2003Q1 2010Q4 Included observations: 32 Variable
Coefficient Std. Error
LNER LNCR SBI INF LNINV C
-0.223226 0.714208 0.023649 -0.014105 0.000309 12.28302
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.995761 0.994946 0.022994 0.013747 78.63631 1221.447 0.000000
0.068218 0.011907 0.004996 0.002494 0.005511 0.560163
t-Statistic
Prob.
-3.272221 59.98123 4.733735 -5.656488 0.056095 21.92758
0.0030 0.0000 0.0001 0.0000 0.9557 0.0000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
34.87706 0.323435 -4.539769 -4.264944 -4.448672 1.526903
Sumber :Hasi olahan data
106
Dari tabel 4.11 maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: JUB = 12.283 - 0.223ER + 0.714 CR + 0.023 SBI – 0.014INF + 0.0003 INV + et Dengan nilai konstanta sebesar 12.283. Hal ini diartikan bahwa apabila semua variabel bebas dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan maka akan meningkatkan jumlah uang beredar M2 sebesar 12.283%. Berdasarkan tabel 4.11 bisa memberikan gambaran bahwa melalui hasil regresi berganda dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square) menunjukkan hasil sebagai berikut: a. Uji t-statistik (uji parsial) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variabel dependen. Untuk melakukan uji t dengan cara Quick lock, yaitu melihat nilai probabilitas dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian. Dengan kriteria pengujian tingkat signifikan (α)=0.05. Hipotesis H0 : βi = 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial
Ha : βi ≠ 0
Terdapat
pengaruh
signifikan
antara
variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial
107
Dari hasil regresi linear berganda diatas memperlihatkan hasil uji tstatistik sebagai berikut: 1. Pengaruh t-statistik untuk variabel nilai tikar (ER) Variabel nilai tukar mempunyai nilai signifikan 0.0030 dan koefisiennya -0.223226. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah 5% (0.05). Variabel nilai tukar mempunyai nilai signifikan lebih kecil dibandingkan alpha (α) (0.0030 < 0.05). Karena nilai signifikan lebih kecil dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa variabel nilai tukar mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel jumlah uang beredar (M2). Sedangkan koefisien yang bertanda negatif tersebut diartikan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh negatif terhadap jumlah uang beredar. Dengan demikian menolak H0 dan menerima Ha. 2. Pengaruh t-statistik untuk variabel kredit (CR) Variabel kredit mempunyai nilai signifikan 0.0000 dan koefisiennya 0.714208. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah 5% (0.05). Variabel kredit mempunyai nilai signifikan lebih kecil dibandingkan alpha (α) (0.0000 < 0.05). Karena nilai signifikan lebih kecil dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa variabel kredit mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel jumlah uang beredar (M2). Koefisien yang bertanda positif tersebut diartikan bahwa variabel
108
nilai tukar berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar. Dengan demikian menolak H0 dan menerima Ha. 3. Pengaruh t-statistik untuk variabel suku bunga SBI (SBI) Variabel suku bunga SBI mempunyai nilai signifikan 0.0001 dan nilai koefisiennya 0.023649. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah 5% (0.05). Variabel suku bunga SBI mempunyai nilai lebih kecil dibandingkan alpha (α) (0.0001 < 0.05). Karena nilai signifikan lebih kecil dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa variabel suku bunga SBI mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel jumlah uang beredar (M2). Koefisien yang bertanda positif tersebut diartikan bahwa variabel Suku Bunga SBI berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar. Dengan demikian menolak H0 dan menerima Ha. 4. Pengaruh t-statistik untuk variabel inflasi (INF) Variabel inflasi mempunyai nilai signifikan 0.0000 dan nilai koefisiennya -0.014105. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah 5% (0.05). Variabel inflasi mempunyai nilai signifikan lebih kecil dibandingkan alpha (α) (0.0000 < 0.05). Karena nilai signifikan lebih kecil dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa variabel inflasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel jumlah uang beredar (M2). Koefisien yang bertanda negatif tersebut
109
diartikan bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap jumlah uang beredar. Dengan demikian menolak H0 dan menerima Ha. 5.
Pengaruh t-statistik untuk variabel investasi (INV) Variabel investasi mempunyai nilai signifikan 0.9557 dan nilai koefisiennya 0.000309. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah 5% (0.05). Variabel investasi mempunyai nilai signifikan lebih besar dibandingkan alpha (α) (0.9557 > 0.05). Karena nilai signifikan lebih besar dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa variabel investasi mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap variabel jumlah uang beredar (M2). Dengan demikian menerima H0 dan menolak Ha.
b. Uji F-statistik (Uji simultan) Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak. Dengan kriteria pengujian tingkat signifikan (α)=0.05. Hipotesis H0 : βi = 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan
Ha : βi ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan
110
Berdasarkan table 4.11 diatas, dengan menggunakan Eviews 6.0 maka terlihat hasil signifikansi adalah 0.00000. Karena nilai sig 0.00000 < alpha, yaitu: 0.00000 < 0.05 yang berarti H0 ditolak dan menerima Ha. Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel LnER (nilai tukar) , LnCR (kredit) , LnSBI (suku bunga SBI), LnINF (inflasi) dan LnINV(investasi) secara nyata (signifikan) mempunyai pengaruh terhadap variabel LnJUB (jumlah uang beredar (M2)). c. Koefisien determinasi (adjusted R square) Koefesien determinasi ini menunjukkan seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen dalam sebuah meodel dalam penelitian. Hasil hasil data menunjukkan bahwa adjusted R square yang diperoleh dari hasil estmasi adalah sebesar 0.99. Hal ini berarti bahwa 99 % dari variasi jumlah uang beredar mampu dijelaskan oleh variabel nilai tukar, kredit, SBI, inflasi dan investasi. Sedangkan 0.01 atau 1% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. C. Interpretasi Ekonomi 1. Nilai Tukar Berdasarkan hasil olah data yang menggunakan regresi tersebut menunjukkan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar. Dimana nilai koefisien elastisitasnya adalah -0.223226.
111
Jika Peningkatan nilai tukar 1% maka akan mengurangi jumlah uang beredar sebesar -0.223226% Dalam perkembangannya nilai tukar selalu berfluktuasi. Pada tahun 2006, 2007 dan 2010 dan hampir nilai rupiah semua mengalami depresiasi. Akan tetapi, ditahun yang sama pula yaitu tahun 2006, 2007 dan 2010 ternyata data memperlihatkan pertumbuhan jumlah uang beredar yang sangat besar. Sehingga bisa disimpulkan memang benar bahwa nilai tukar memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar Hubungan yang negatif tersebut sesuai dengan teori hubungan nilai tukar terhadap jumlah uang beredar. Disaat nilai mata uang rupiah terdepresiasi terhadap dolar maka harga barang Indonesia akan lebih murah dibandingkan harga barang negara lain. sehingga permintaan barang Indonesia akan meningkat dan akhirnya akan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor. Dalam keadaan tersebut maka neraca perdagangan akan mengalami surplus dan menambah cadangan devisa. Sehingga bisa diartikan bahwa hal tersebut bisa menambah jumlah uang beredar. Hingga akhir triwulan ke 3 tahun 2011, perkembangan nilai tukar mengalami pelemahan dan disertai dengan menigkatnya tingkat volatilitas tekanan terhadap rupiah tersebut. Hingga triwulan ke 3 nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan pelemahan sebesar 2,42 % (yoy) yaitu menyentuh nilai Rp 8.790 dengan volatilitas yang meningkat. Dimana
112
triwulan sebelumnya nilai tukar hanya menurun 0.12%(yoy) yaitu menyentuh nilai Rp 8.599. Hal itu terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap krisis utang Eropa yang semakin buruk dan berbagai indikator ekonomi Amerika Serikat yang mengindikasikan perlambatan (Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia 2011:1). Disisi lain bahwa liquiditas perekonomian Indonesia masih tetap berlanjut di triwulan ke 3 tahun 2011 walaupun ditengah masalah krisis Eropa dan AS. Jumlah uang beredar tetap meningkat sebesar 17.2% (yoy). Dan lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya 13.1% (yoy) sehingga jumlah uang beredar (M2) tercatat sebesar 2.621 terliun rupiah (Laporan Kebijkan Moneter 2011:3). Sehingga mengindikasikan bahwa pelemahan tersebut membuat jumlah uang beredar meningkat di tahun 2011 pada triwulan ke 3 2. Kredit Berdasarkan hasil regresi yang diatas memperlihatkan bahwa kredit mempengaruhi jumlah uang beredar secara signifikan dan bersifat positif. Dimana nilai koefisien elastisitasnya adalah 0.714208. Jika Peningkatan kredit 1% maka akan menambah jumlah uang beredar sebesar 0.714208% Dalam perkembangannya, kredit selalu mengalami peningkatan. Peningkatan yang terendah dari tahun 2005 hingga 2010 adalah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 9%. Hal itu sejalan pada perkembangan jumlah uang berdar peningkatan terendah pun dari tahun 2005-2010 terjadi ditahun 2009
113
yaitu sebesar 12.95%. Hal itu sejalan bahwa kredit memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhada jumlah uang beredar Hasil regresi tersebut sesuai dengan teori bahwa kredit memiliki pengaruh yang positif. Hal dijelaskan bahwa semakin tinggi kredit yang diberikan kepada masyarakat akan menambah jumlah uang beredar dalam negeri. Sebaliknya, jika kredit yang diberikan kepada masyarakat berkurang maka akan mengurangi jumlah uang beredar. Semenjak pasca krisis yang menimpa Indonesia tahun 1997/1998 sampai 2010, industri perbankan berperan positif dalam mendorong perekonomian. Fungsi intermediasi perbankan dapat berjalan dengan baik terlihat dengan peningkatan total kredit tiap tahunnya. Peningkatan kredit yang disalurkan kepada masyarakat tersebut membuat jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat akan bertambah. Dan artinya bahwa dengan meningkatnya kredit akan membuat jumlah uang yang beredar dalam suatu negarapun bertambah. Hal itu juga didukung oleh peneltian yang dilakukan oleh Bala Shanmugam, Mahendiran Nair dan Ong wee Li (2003) yang diteliti di Malaysia yang memperlihatkan bahwa kredit juga memiliki hubungan yang signifikan terhadap jumlah uang beredar di Malaysia. Diperkembangan terakhir yaitu triwulan ke 3 memperlihatkan bahwa stabilitas sistem perbankan membaik dengan fungsi intermediasi perbankan yang terus membaik. Hal itu tercermin dari rasio kecukupan modal dan
114
penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut. Hal itu bisa digambarkan bahwa di triwulan 3 tahun 2011 pertumbuhan kredit tumbuh sebesar 23,4% (yoy) yaitu mencapai 2061 terliun rupiah. Dimana pada triwulan sebelumnya hanya meningkat 23.3 %(yoy). Hal itu karena Bank Indonesia
terus berupaya menjaga stabilitas sistem perbankan dan
mendorong fungsi intermediasi dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian dengan mendorong kearah pertumbuhan kredit produktif sehingga perekonomian nasional tetap dapat mencapai pertumbuhan yang optimal di tengah-tengah perekonomian global yang meliputi ketidakpastian (Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia 2011:1) Disisi lain bahwa liquiditas perekonomian Indonesia masih tetap berlanjut di triwulan ke 3 tahun 2011 walaupun ditengah masalah krisis Eropa dan AS. Jumlah uang beredar tetap meningkat sebesar 17.2% (yoy). Dan lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya 13.1% (yoy) sehingga jumlah uang beredar (M2) tercatat sebesar 2.621 terliun rupiah (Laporan Kebijkan Moneter 2011:1). Hal itu mengindikasikan bahwa kredit memiliki hubungan yang positif dan siginifikan terhadap jumlah uang beredar di triwulan ke 3 tahun 2011 3. Suku Bunga SBI Berdasarkan hasil regresi yang diatas memperlihatkan bahwa suku bunga SBI mempengaruhi jumlah uang beredar secara signifikan dan bersifat
115
positif. Dimana nilai koefisien elastisitasnya adalah 0.023649. Jika Peningkatan kredit 1% maka akan menambah jumlah uang beredar sebesar 0.023649% Pada
perkembangnannya
memperlihatkan
bahwa
suku
bunga
mengalami fluktuasi. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 32.85%. Sejalan dengan peningkatan jumlah uang beredar tertinggi juga terjadi pada tahun 2007 sebesar 18.89%. sedangkan penurunan suku bunga SBI tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar (-) 20.20%. Dan pada tahun 2009 data jumlah uang beredar memperlihatkan peningkatan terendah. Sehingga bisa disimpulkan bahwa memang bahwa suku bunga SBI memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar. Hubungan yang positif tersebut bisa dikatakan berlawanan dengan teori. Hal itu bisa dijelaskan karena suku bunga SBI yang dinaikkan akan membuat suku bunga dalam negeri meningkat. Hal itu membuat suku bunga dalam negeri akan lebih besar dibandingkan suku bunga internasional. Hal itu membuat para investor asing lebih berminat memindahkan modal mereka ke Indonesia karena tingkat keuntungan atau profit yang akan mereka dapatkan lebih besar dibandingkan dengan suku bunga luar negeri. Masuknya modal dari luar negeri akan menambah jumlah uang beredar dalam negeri. Peningkatan suku bunga SBI mengacu kepada BI rate yang ditetapkan oleh bank Indonesia. Sehingga bisa digambarkan bahwa meningkatnya suku
116
bunga SBI merupakan imbas dari meningkatnya BI rate dan akan membuat suku bunga dalam negeri meningkat. Meningkatnya suku bunga dalam negeri akan membuat imbal hasil dari penggunaan modal meningkat. Karena Suku bunga dalam negeri lebih tinggi dibandingkan suku bunga internasional maka mendorong
investor
asing
lebih
berminat
menginvestasikan
dan
memindahkan modal mereka kedalam negeri. Hal itu membuat aliran modal masuk dalam negeri meningkat . Dengan masuknya modal dalam negeri membuat jumlah modal atau jumlah uang beredar dalam negeri pun bertambah Berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan bahwa Bank Indonesia menurunkan BI rate sebesar 25 bps menjadi 6.50% pada tanggal 11 Oktober 2011. Peningkatan ini akan mengindikasikan suku bunga SBI dan suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) ikut meningkat. Hal ini dilakukan karena keyakinan Bank Indonesia bahwa pada akhir tahun 2011 maupun ditahun depan tingkat inflasi Indonesia akan berada dibawah 5% (Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia 2011Q3:1) Disisi lain bahwa liquiditas perekonomian Indonesia masih tetap berlanjut di triwulan ke 3 tahun 2011 walaupun ditengah masalah krisis Eropa dan AS. Jumlah uang beredar tetap meningkat sebesar 17.2% (yoy). Dan lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya 13.1% (yoy) sehingga jumlah uang beredar (M2) tercatat sebesar 2.621 terliun rupiah (Laporan Kebijkan
117
Moneter 2011:1). Hal in mengindikasikan bahwa suku bunga yang meningkat berjalan negatif terhadap jumlah uang beredar. Hal ini berbeda dengan hasil peneltian yang diakibatkan oleh suku bunga tidak lagi merangsang modal masuk kedalam negeri karena kekhawatiran investor terhadap ekonomi global meningkat di tahun 2011 pada triwulan ke 3 4. Inflasi Berdasarkan hasil regresi tersebut memperlihatkan bahwa inflasi mempengaruhi jumlah uang beredar secara signifikan dan bersifat negatif. Dimana nilai koefisien elastisitasnya adalah -0.014105.
Jika peningkatan
kredit 1% maka akan mengurangi jumlah uang beredar sebesar -0.014105%. Dalam
perkembangannya
inflasi
mengalami
penurunan
atau
peningkatan seperti yang terjadi pada tahun 2006 yaitu menurun sebesar 60.46%.
Dan
perkembangan
jumlah
uang
berdar
ditahun
2006
memperlihatkan bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar ternyata tetap meningkat cukup besar yaitu 18.87%. Sehingga memberikan gambaran bahwa memang benar bahwa inflasi memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap jumlah uang beredar Inflasi adalah kenaikan harga secara kontinue terhadap barang-barang umum. Itu artinya kenaikan harga tersebut akan menurunkan nilai mata uang terhadap suatu barang. Oleh karena itu, disaat inflasi meningkat maka masyarakat akan enggan memagang uang. Karena dengan memegang uang
118
kas akan ada kerugian yang mereka tanggung yaitu sebesar pengurangan nilai mata uang tersebut. Maka dari itu,
mereka akan lebih memilih
menginvestasikan atau menabung uang mereka agar tidak terkena kerugian dari penurunan nilai mata uang akibat inflasi. Hal itu membuat jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat akan berkurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya inflasi akan mengurangi jumlah uang beradar. Berdasarkan data triwulan 3 tahun 2011 memperlihatkan bahwa pergerakan inflasi menurun. Hal itu terlihat bahwa pada triwulan 3 tahun 2011 inflasi hanya 1.89% atau 4.61% (yoy). Hal itu dikarenakan terjaganya pasokan barang dan turunnya harga komoditas pangan global. Selain itu. ekspektasi inflasi yang terjaga turut juga meminimalisir dampak gejolak harga emas dan depresi nilai tukar (Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia 2011:1) Disisi lain bahwa liquiditas perekonomian Indonesia masih tetap berlanjut di triwulan ke 3 tahun 2011 walaupun ditengah masalah krisis Eropa dan AS. Jumlah uang beredar tetap meningkat sebesar 17.2% (yoy). Dan lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya 13.1% (yoy) sehingga jumlah uang beredar (M2) tercatat sebesar 2.621 terliun rupiah. (Laporan Kebijkan Moneter 2011:1). Hal itu mengindikasikan bahwa hubungan inflasi dan jumlah uang beredar memiliki hubungan negatif karena penurunan imflasi
119
direspon dengan jumlah uang beredar di tahun 2011 pada triwulan ke 3 tahun 2011 5. Investasi Bedasarkan hasil olah data yang menggunakan regresi tersebut menunjukkan bahwa investasi berpengaruh tidak signifikan terhadap jumlah uang beredar. Dan nilai koefisien elastisitasnya adalah 0.000309. Jika peningkatan kredit 1% maka akan meningkatkan jumlah uang beredar sebesar 0.000309% Pada perkembangnnya investasi memperlihatkan peningkatan yang sangat besar terjadi pada tahun 2004 dan 2009, yaitu sebesar 919.67% dan 193.82%. Sangat besarnya peningkatan tersebut tidak diikuti oleh peningkatan jumlah uang beredar yang besar pula. Karena pada tahun 2004 dan 2009 memperlihatkan bahwa pertumbuhnnya tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil yaitu hanya 8.14 % pada tahun 2005 dan 15.40% pada tahun 2009. Sehingga bisa digambarkan bahwa memang investasi tidak memiliki gambaran pengaruh terhadap jumlah uang beredar Tidak berpengaruhnya investasi terhadap jumlah uang beredar disebabkan oleh investasi yang lakukan khususnya PMA yang ditanamkan kedalam negeri masih menggunakan input barang setengah jadi dan teknologi impor dalam proses produksinya. Hal itu menyebabkan adanya impor terhadap barang setengah jadi dan teknologi oleh para investor PMA.
120
Kegiatan tersebut membuat adanya aliran uang mengalir keluar akibat meningkatnya impor untuk proses produksi. Oleh karena itu, adanya investasi khususnya PMA yang merupakan aliran modal masuk dari luar negeri. sedangkan dalam proses produksi menggunakan barang-barang impor yang membuat aliran uang keluar negeri kembali sehingga dapat mengurangi jumlah uang beredar. Berdasarkan perkembangan terkini yaitu di triwulan ke 3 2011, walaupun ditengah kondisi yang ekstrim disaat ini yang dihadapaknya pada krisis Eropa yang memburuk dan berbagai indikator AS yang belum pulih, tetap saja investasi tetap tumbuh. Penumbuhan itu dikarenakan masih cukup tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan ekspor. Disisi lain bahwa liquiditas perekonomian Indonesia masih tetap berlanjut di triwulan ke 3 tahun 2011 walaupun ditengah masalah krisis Eropa dan AS. Jumlah uang beredar tetap meningkat sebesar 7.2% (yoy). Dan lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang hanya 13.1% (yoy) sehingga jumlah uang beredar (M2) tercatat sebesar 2.621 terliun rupiah. (Laporan Kebijkan Moneter 2011:3)
121
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan dari penelitiaan yang dilakukannya tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Berdasarkan pengujian secara simultan dengan menggunakan uji F menujukkan bahwa variabel independen nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi, dan investasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen jumlah uang beredar (M2). Dimana nilai adjusted R Squarenya sebsesar 0.99%, berarti variabel nilai tukar, kredit, suku bunga SBI, inflasi dan investasi secara simultan mempengaruhi jumlah uang beredar sebesar 99%. 2. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang berdar (M2) di Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Variabel nilai tukar berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jumlah uang beredar (M2) di Indonesia. Dimana nilai koefisien elastisitasnya adalah -0.223226. Jika Peningkatan nilai tukar 1% maka akan mengurangi jumlah uang beredar sebesar -0.22322
122
b. Variabel kredit berpengaruh signifikan dan positif terhadap jumlah uang beredar (M2) di Indonesia. Dimana nilai koefisien elastisitasnya adalah 0.714208. Jika Peningkatan kredit 1% maka akan menambah jumlah uang beredar sebesar 0.714208% c. Variabel suku bunga SBI berpengaruh signifikan dan positif terhadap jumlah uang beredar M2 di Indonesia. Dimana nilai koefisien elastisitasnya adalah 0.023649. Jika Peningkatan kredit 1% maka akan menambah jumlah uang beredar sebesar 0.023649%. d. Variabel inflasi berpengaruh signifikan dan negatif terhadap jumlah uang beredar (M2) di Indonesia. Dimana nilai koefisien elastisitasnya adalah 0.023649. Jika Peningkatan kredit 1% maka akan menambah jumlah uang beredar sebesar 0.023649% e. Variabel investasi tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap jumlah uang beredar (M2) di Indonesia. Dan nilai koefisien elastisitasnya adalah 0.000309. Jika peningkatan kredit 1% maka akan meningkatkan jumlah uang beredar sebesar 0.000309% IMPLIKASI 1. Untuk menjaga pertumbuhan uang beredar agar tetap stabil pemerintah
harus terus mengupayakan peningkatan pendapatan PDB riil atau pendapatan nasional secara umum. Salah satunya melakukan perbaikan serta peningkatan dari setiap sektor. Dengan demikian peningkatan uang beredar dapat diimbangi oleh PDB sehingga mengurangi resiko inflasi. 123
2. Mempertimbangkan besarnya tekanan depresiasi rupiah yang dapat
menggangu kestabilan makro ekonomi. Bank sentral diharapkan mengambil kebijakan terkait dengan stabilisasi nilai tukar. Kebijakan moneter cenderung ketat melalui mengoptimalkan
penggunaan
peningkatan BI rate maupun
instrumen
moneter
kontraksi,
yaitu
peningkatan GWM (Giro Wajib Minimum) dapat membawa dampak positif terhadap nilai tukar rupiah, yaitu meredanya aksi beli valuta asing oleh masyarakat dan memperbaiki daya saing perbangkan domestik terutama dalam upaya menarik devisa hasil ekspor yang dapat menambah pasokan valuta asing, pada gilirinnya akan mendorong apresiasi rupiah. 3. Mempertimbangkan besarnya peran kredit dalam mendorong laju
pertumbuhan
ekonomi,
Bank
Indonesia
selaku
otoritas
moneter
diharapkan menempuh kebijakan terkait dengan penyaluran kredit. Kebijakan tersebut
bisa berupa mengontrol suku bunga kredit,
mempermudah proses pemberian kredit. Memberikan penyuluhan kepada dunia perbangkan agar menyalurkan kredit mereka kesektor riil. Dengan demikian, penambahan jumlah kredit tersebut akan menambah jumlah uang beredar dan akhirnya meningkatkan perekonomian. 4. Tingkat suku bunga merupakan instrumen penting dalam sebuah
perekonomian. Karena dapat mempengaruhi tingkat investasi, tabungan, keluar dan masuknya modal dari dalam maupun luar negeri, yang semua
124
itu termasuk dalam indikator dalam mendorong perekonomian. Oleh karena itu, Bank Indonesia harus bisa menetapkan tingkat suku bunga dengan hati-hati. Tingkat bunga ditingkatkan disaat terjadi kelebihan jumlah uang beredar yang menyebabkan inflasi. Dan suku bunga diturunkan disaat perekonomian mengalami resesi dan permintaan uang lebih tinggi dari yang tersedia. 5. Melihat pentingnya inflasi yang dapat menentukan keputusan masyarakat
dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan membuat perekonomian semakin menurun. Oleh karena itu, pemerintah harus dapat mengatur tingkat inflasi melalui kebijakan Inflation targeting Framework (ITF), menstabilkan tingkat suku bunga agar inflasi tidak melonjak tinggi. 6. Peningkatan investasi, khususnya PMA seharusnya bisa menambah
jumlah uang beredar dan mendorong perekonomian. Akan tetapi hasil penelitian memperlihatkan bahwa investasi khusunya PMA tidak dapat menambah jumlah uang beredar karena PMA yang masuk kedalam negeri masih banyak menggunakan input bahan baku dan teknologi impor dalam proses produksinya sehingga uang mengalir keluar negeri kembali. Untuk itu pemerintah harus berusaha mendorong investasi yang lebih menguntungkan bagi perekonomian dalam negeri.
125
DAFTAR PUSTAKA
Afif, Arupurnomo, Setaiwati, Dewi, Mulyana. 1996. Strategi dan Operasional Bank. Bandung : PT Eresko Akbar, Imam.2009. Analisis Anamoli Pasar Efisien pada Bursa Efek Indonesia. Skripsi FEIS UIN Amir ,M Tatang, 1986. Menyusun Rencana Penelitian,ed-1. Jakarta:PT Rajawali Apostolou, Nicholas dan grumbley. 2003. Seri Bisnis Barron : Memahami Laporan dan Berita Keuangan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia) Arthesa, Adhe dan hendiman, edia. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan bukan Bank. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia Bala Shanmugam, Mahendiran Nair, and ong Wee Li. 2003. “ The endogenous money hypothesis: empirical evidence from Malaysia (1985–2000)”. Journal of Post Keynesian Economics / Summer 2003, Vol. 25, No. 4 599 Badan Pusan Statistik. 2008-2010. Indikator Makro Ekonomi. Tahun 2008-2009 Bank Indonesia. 2003-2010. Laporan Tahunan Bank Indonesia, Tahun 2003-2010 .2003-2010. Statitik Ekonomi Keuangan Indonesia, Tahun 2003-2010 .2011. Laporan Kebijkan Moneter. Tahun 2011 Badan Koordinasi Pasar Modal.2010. Laporan Realisasi Investasi PMA dan PMDN Tahun 2010 Boediono. 2009. Ekonomi Indonesia: mau dibawa kemana?, Kumpulan Esai Ekonomi. Jakarta : KPG (Kumpulan Populer Gramedia) Case dan Fair. 2004. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro, ed-5. Jakarta: PT Indeks
126
Darmawi, Herman. 2006. Pasar Finasial dan Lembaga-Lemabaga Finasial. Jakarta : PT Bumi Aksara Dhani agung dharmawan, Analisis Permintaan Uang Kuasi di Indonesia priode 1983-2005. pendekatan error correctin model (ECM), jurnal ekonomi dan pembangunan Dumyati, Safitri. 2010, Analisis Variabel Ekonomi yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar (priode 2005:1-2009:12) , skripsi FEIS UIN Edwin nasution et al. 2006. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. Jakarta : Kencana Prenada Media Group) Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar,. Jakarta : Erlangga ,. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika, ed-3, jilid 1. Jakarta : Erlangga ,2006. Dasar-Dasar Ekonometrika, ed-3, jilid 2. Jakarta : Erlangga Gulo, w. 2002. Metodelogi Penelian. Jakarta: PT Grasindo Hawani, R hendra. 2005. Ekonomi Internasional & Globalisasi ekonomi, ed-2. Jakarta: Ghalia Indonesia Ibrahim, Johannes. 2004. Kartu Kredit. Bandung : Pr rafika Aditama Iswardono. 1999. Uang dan Bank.ed-4. Yogyakarta : BPFE Istiqomah, 2009. Pengaruh Inflasi dan Investasi terhadap Nilai Tukar Rupiah di Indonesia. Skripsi FEIS UIN. Judissono, Rimsky. 2002. Sistem Moneter dan Perbangkan di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Karim, Adiwarman. 2002. Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Makro:IIIT indonesia
127
Kasmir. 2010. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Rajawali Pers Krugmen, Paul dan obstfeld, dan maurice . 2005. Ekonomi Internasional: teori dan kebijakan, ed-5, jilid 2. Jakarta. PT Indeks Kelompok Gramedia Koentjaraningrat, 1997. Metode-Metode Peneltian Masyarakat,ed-3. jakarta: PT Grasindo Kuncoro, mudrajat, 2003” metode riset untuk bisnis dan ekonomi, jakarta: erlangga Lestari, Etty Puji. 2006. “Permintaan Uang di Indonesia 1997.1:2002.4: Estimasi Data Non Stationer “.Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume. 2, Nomor 1, Maret 2006, hal 11-20 Lestari, Etty Puji. 2008. “ Dampak Ketidak Stabilan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Permintaan Uang M2 di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 9, No.2, Desember 2008, hal.121-136 Lipsey, courant, purvis, dan steiner. 1995. Pengantar Makro Ekonomi, jilid 1. Jakarta : Bina Rupa Aksara. Mankiw, N Gregori. 2000. Pengantar Ekonomi, jilid 2. Jakarta : Erlangga Manurung, Mandala dan Rahardja, pratama . 2002. Uang, Bank dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia ). Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Maysari, Siti. 2008. Analisis faktor-faktor Ekonomi yang mempengaruhi Nilau Tukar Rupiah terhadap Mata Uang-Uang Negara-Negara Asean. Skripsi FEIS UIN Mishkin. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Jakarta : Salemba Empat Murni, Asfia. 2006. Ekonomi Makro. Jakarta:PT Refika Aditama
128
Nisfiannor, Muhammad. 2009. Pendekatan Statistik Modern untuk Ilmu Sosial. Jakarta : Salemba Humanika Nopirin. 1990. Ekonomi Moneter, ed-1. Yogyakarta : BPEF Nurul huda et al. 2008. Ekonomi Makro Islam. Jakarta : Kencana Owoye, oluwole and Onafowora, A Olugbenga. 2007. “ M2 Targeting, Money demand, and Real GDP Growth In Negeria: Do Rules Apply?”. Journal of Bussines and Public Affair volume 1, issue 2, 2007 Pohan, Aulia. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter & Implemantasinya di Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.) Prayitno, Lily dan Sandjaya, Heny. 2002. “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis: Sebuah Analisis Ekonometrika”. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4, No. 1, Maret 2002: 46 – 55 Purwanto, Suhardi.2004. Statistik: Untuk Ekonomi & Keuangan Modern. Jakarta: PT Salemba Empat Putong, Iskandar. 2000. Pengantar Ekonomi, Mikro dan Makro. Jakarta : Ghalia Indonesia Prank, faranco, dan ferry. 1999. Pasar & Lembaga keuangan. Jakarta : Salemba Empat Nordhausi Samuelson. 2004. Edukasi
Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta: PT Media Global
Simorangkir . 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank & nonBank. Bogor: PT Grahma Indonesia Murtono S, Imam. 2003. “ Jumlah Uang Beredar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi (Tinjauan Money Supply (M2) priode tahun 1990-2002)”. Jurnal Ekonomi & Bisnis No.2, jilid 8, tahun 2003
129
Sukirno, Sadono 2000. Pengantar Teori Makro Ekonomi.-ed.2. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada .2004. Pengantar Teori Makro Ekonomi.-ed.2 jakarta : PT raja grafindo .2006. Makro Ekonomi : Toeri Pengantar, ed-3. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Siringoringo, hotniar. 2003. “ Pemodelan Jumlah Uang Beredar”. Jurnal Ekonomi & Bisnis No 3, jilid 8, tahun 2003 Tarigan, Robinson. 2009. Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi, -ed revisi. jakarta : PT Bumi aksara Thomas, sukadi, ananda dan djuhaipah. 1993. Dasar Perkreditan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Widarjono, agus.2009.” Ekonometrika: teori dan aplikasi untuk ekonomi dan bisnis. yogyakarta: ekonosia FE UII Winarmo, W wahyu. 2009, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Managemen YKPN Yustika, A erani. 2006. Ekonomi Kelembagaan : Definisi, teori, dan Strategi. Malang : Bayu Media Publishing Yustika, A erani .2006. Perekonomian Indonesia: Deskripsi, preskripsi, dan kebijakan. Malang : Bayu Media Publishing.
130
Lampiran 1 : Data Penelitian (Data Mentah)
Tahun 2003.1
JUB (Milyar) 877.776
ER (Rupiah) 8.896,33
CR (Milyar) 376.141
SBI (%) 11.97
INF (%) 7.17
INV (Milyar) 2.598,3
2003.2
894.213
8.436
390.563
10.18
6.98
5.202
2003.3
911.224
8.476,33
411.696
8.75
6.33
3.343,5
2003.4
955.692
8.499
437.942
8.34
5.16
5.750,6
2004.1
935.247
8.491,67
446.589
7.33
5.11
10.213,4
2004.2
975.166
9.113,5
486.067
7.25
6.83
95.103,7
2004.3
986.806
9.222
513.223
7.31
6.27
43.915,3
2004.4
1.033.527
9.132,67
553.548
7.29
6.40
1.0323
2005.1
1.020.693
9.301,67
576.380
7.31
8.81
12.712,8
2005.2
1.073.746
9.649,25
622.602
8.05
7.42
8.186,7
2005.3
1.150.451
1.0123
673.242
9.25
9.06
38.761,2
2005.4
1.203.215
9.985
689.669
12.83
17.11
23.712,6
2006.1
1.195.067
9.233,33
682.113
12.73
15.74
18.898,3
2006.2
1.253.757
9.091,25
710.104
12.16
15.53
33.353,6
2006.3
1.291.396
9.135
741.087
12.10
14.55
29.913,1
2006.4
1.382.074
9.098,33
787.136
9.50
6.60
22.564,4
2007.1
1.375.947
9.122,67
794.714
8.10
6.52
10.8301,4
2007.2
1.451.974
9.037,75
854.986
7.83
5.77
24.512,8
2007.3
1.512.756
9.244,33
907.260
7.83
6.95
42.412,6
2007.4
1.643.203
9.299,33
995.111
7.83
6.59
31.820,9
2008.1
1.586.795
9.186,33
1.029.172
8.04
8.17
71.339,9
2008.2
1.699.480
9.223,75
1.142.120
9.20
11.03
8.710,2
2008.3
1.768.250
9.216,33
1.239.501
9.91
12.14
24.310,3
2008.4
1.895.839 11.365,33 1.313.873
11.08
11.06
7.125
131
2009.1
1.916.752 11.636,67 1.308.051
8.61
7.92
14.219,6
2009.2
1.977.532
10.299,5
1.331.091
7.05
3.65
12.434,3
2009.3
2.018.510
9.887
1.369.493
6.55
2.83
35.934,8
2009.4
2.141.384
9.475
1.432.165
6.59
2.78
8.303,6
2010.1
2.112.083
9.271,67
1.470.959
6.56
3.43
42.100,00
2010.2
2.231.144
9.056,75
1.605.095
6.60
5.05
50.800,00
2010.3
2.274.955
8.972,33
1.677.551
6.64
5.80
56.300,00
2010.4
2.471.206
8.977,33
1.783.601
6.37
6.96
59.100,00
Sumber : Bank Indonesia, BPS, BKPM
Keterangan :
JUB
: Jumlah uang Beredar (M2)
ER
: Nilai Tukar (Exchange Rate)
CR
: Kredit (Credit)
SBI
: Suku bunga SBI
INF
: Inflasi
INV
: Investasi
132
Lampiran 2 : Hasil Data setelah Ditransformasikan ke Logaritma Natural
OBS
LNJUB
LNER
LNCR
SBI
INF
LNINV
2003Q1
34.40841
9.093394
33.56099
11.97
7.17
28.58588
2003Q2
34.42697
9.040264
33.59861
10.18
6.98
29.28006
2003Q3
34.44581
9.045033
33.65131
8.75
6.33
28.83804
2003Q4
34.49346
9.047704
33.71311
8.34
5.16
29.38033
2004Q1
34.47183
9.046841
33.73266
7.33
5.11
29.95472
2004Q2
34.51363
9.117512
33.81737
7.25
6.83
32.18599
2004Q3
34.52549
9.129347
33.87173
7.31
6.27
31.41328
2004Q4
34.57175
9.119613
33.94737
7.29
6.40
29.9654
2005Q1
34.55926
9.137949
33.98779
7.31
8.81
30.17363
2005Q2
34.60993
9.174635
34.06493
8.05
7.42
29.73353
2005Q3
34.67893
9.222565
34.14313
9.25
9.06
31.28844
2005Q4
34.72377
9.208839
34.16723
12.83
17.11
30.79703
2006Q1
34.71698
9.130575
34.15622
12.73
15.74
30.57009
2006Q2
34.76492
9.115068
34.19643
12.16
15.53
31.13819
2006Q3
34.7945
9.119868
34.23914
12.10
14.55
31.02932
2006Q4
34.86236
9.115846
34.29942
9.50
6.60
30.74739
2007Q1
34.85792
9.118518
34.309
8.10
6.52
32.31594
2007Q2
34.9117
9.109166
34.38211
7.83
5.77
30.83022
2007Q3
34.95271
9.131766
34.44145
7.83
6.95
31.37847
2007Q4
35.03542
9.137698
34.53388
7.83
6.59
31.09114
2008Q1
35.00049
9.125472
34.56753
8.04
8.17
31.89848
2008Q2
35.0691
9.129537
34.67166
9.20
11.03
29.79552
2008Q3
35.10877
9.128732
34.75349
9.91
12.14
30.82192
2008Q4
35.17844
9.338323
34.81176
11.08
11.06
29.59463
133
2009Q1
35.18941
9.361917
34.80731
8.61
7.92
30.28564
2009Q2
35.22063
9.239851
34.82478
7.05
3.65
30.15148
2009Q3
35.24114
9.198976
34.85322
6.55
2.83
31.21273
2009Q4
35.30023
9.156412
34.89796
6.59
2.78
29.74771
2010Q1
35.28645
9.134719
34.92469
6.56
3.43
31.37107
2010Q2
35.34129
9.111266
35.01196
6.60
5.05
31.55892
2010Q3
35.36074
9.101901
35.05611
6.64
5.80
31.66172
2010Q4
35.44348
9.102458
35.11741
6.37
6.96
31.71025
Sumber : Data diolah
134
Lampiran 3 : Hasil Uji regresi dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square)
Dependent Variable: LNJUB Method: Least Squares Date: 12/11/11 Time: 07:14 Sample: 2003Q1 2010Q4 Included observations: 32 Variable
Coefficient
LNER LNCR SBI INF LNINV C
-0.223226 0.714208 0.023649 -0.014105 0.000309 12.28302
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.995761 0.994946 0.022994 0.013747 78.63631 1221.447 0.000000
Std. Error
t-Statistic
0.068218 -3.272221 0.011907 59.98123 0.004996 4.733735 0.002494 -5.656488 0.005511 0.056095 0.560163 21.92758 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.0030 0.0000 0.0001 0.0000 0.9557 0.0000 34.87706 0.323435 -4.539769 -4.264944 -4.448672 1.526903
Sumber : Data diolah dengan eviws 6
135
Lampiran 4: Hasil Uji Normalitas JB test
Sumber : data diolah dengan eviws 6.0
136
Lampiran 5 : Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.675992 17.64428 11.47801
Prob. F(20,11) Prob. Chi-Square(20) Prob. Chi-Square(20)
0.7849 0.6108 0.9329
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 12/11/11 Time: 07:15 Sample: 2003Q1 2010Q4 Included observations: 32 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LNER LNER^2 LNER*LNCR LNER*SBI LNER*INF LNER*LNINV LNCR LNCR^2 LNCR*SBI LNCR*INF LNCR*LNINV SBI SBI^2 SBI*INF SBI*LNINV INF INF^2 INF*LNINV LNINV LNINV^2
-3.838494 0.531379 0.012614 -0.015792 -0.000550 -0.000273 -0.006729 0.033246 0.001465 -0.000826 0.000410 0.000429 0.034290 -0.000224 9.78E-05 6.81E-05 -0.012865 -5.16E-06 1.94E-05 0.047924 -3.14E-05
3.011812 1.051083 0.088204 0.022389 0.007918 0.004200 0.006580 0.261637 0.002112 0.001072 0.000479 0.000612 0.058506 0.000243 0.000164 0.000499 0.042732 7.15E-05 0.000190 0.060823 0.000265
-1.274480 0.505554 0.143005 -0.705333 -0.069515 -0.065067 -1.022585 0.127068 0.693921 -0.770579 0.856383 0.700254 0.586099 -0.924662 0.597900 0.136493 -0.301068 -0.072230 0.102236 0.787918 -0.118773
0.2288 0.6231 0.8889 0.4953 0.9458 0.9493 0.3285 0.9012 0.5021 0.4572 0.4101 0.4983 0.5696 0.3750 0.5620 0.8939 0.7690 0.9437 0.9204 0.4474 0.9076
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.551384 -0.264282 0.000689 5.22E-06 204.6489 0.675992 0.784914
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.000430 0.000613 -11.47806 -10.51617 -11.15922 2.269339
137
Lampiran 6 : Hasil Uji Multikolinieritas dengam menggunakan Correlation matrix
LNJUB 1.000000 LNJUB LNER 0.411923 LNCR 0.993623 -0.361161 SBI -0.196786 INF LNINV 0.397955
LNER 0.411923 1.000000 0.452838 0.097689 0.152707 0.036882
LNCR 0.993623 0.452838 1.000000 -0.348649 -0.143789 0.426287
SBI -0.361161 0.097689 -0.348649 1.000000 0.847435 -0.287428
INF -0.196786 0.152707 -0.143789 0.847435 1.000000 0.025239
LNINV 0.397955 0.036882 0.426287 -0.287428 0.025239 1.000000
Sumber : data diolah dengan eviws 6.0
138
Lampiran 7 : Uji Autokorelasi dengam menggunakan Uji Breusch- Godfrey Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.450317 1.157412
Prob. F(2,24) Prob. Chi-Square(2)
0.6427 0.5606
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 12/15/11 Time: 11:48 Sample: 2003Q1 2010Q4 Included observations: 32 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LNER LNCR SBI INF LNINV C RESID(-1) RESID(-2)
0.006166 0.000304 -0.000448 0.000304 -4.40E-05 -0.063725 0.217524 -0.088205
0.072576 0.012240 0.005129 0.002622 0.005634 0.616786 0.240338 0.261304
0.084956 0.024831 -0.087373 0.115864 -0.007801 -0.103317 0.905073 -0.337556
0.9330 0.9804 0.9311 0.9087 0.9938 0.9186 0.3744 0.7386
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.036169 -0.244948 0.023497 0.013250 79.22574 0.128662 0.995247
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-1.61E-14 0.021059 -4.451609 -4.085175 -4.330146 1.804734
Sumber : Olah Data dengan menggunakan eviews 6.0
139