Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah, Ekspor, Tabungan Domestik dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Tahun 1976-2007)
Skripsi Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta oleh : TRIYANTO F. 0104094
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah, Ekspor, Tabungan Domestik , dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ( Tahun 1976-2007)
Surakarta,
Juni 2009
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
(Drs. Supriyono,M.Si) NIP. 131 569 284
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan.
Surakarta,
Juni 2009
Tim penguji skripsi 1. Drs. Mugi Rahardjo,Dipl, MSi
Ketua
(……………………...)
NIP. 080 055 250 2. Drs. Supriyono, MSi
Pembimbing
(……………………..)
NIP. 131 569 284
3. DR. Guntur Riyanto, MSi
Anggota
NIP. 131 569 276
iii
(……………………...)
MOTTO Hai Orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.(QS. Al-Baqarah :153)
Manusia yang hakiki adalah wujud hak, kemandirian dan kodrat. Berdiri dengan sendirinya. Sukma menjelma menjadi hamba. Hamba menjelma pada sukma. Napas sirna menuju ketiadaan. Badan kembali sebagai tanah. (Syekh Siti Jenar, Pupuh II;2)
Semangat..
iv
Skripsi ini kupersembahkan :
SEBAGAI UNGKAPAN PENGABDIAN DAN SYUKUR
kepada Allah SWT SEBAGAI UNGKAPAN RASA BAKTI, HORMAT DAN TERIMA KASIH
kepada Bapak dan Ibu SEBAGAI UNGKAPAN RASA SAYANG
kepada kedua kakak_q n ponakanku SEBAGAI UNGKAPAN RASA TERIMA KASIH DAN PERSAHABATAN
kepada teman-teman SEBAGAI UNGKAPAN RASA KESETIAAN DAN TERIMA KASIH
kepada Almamater
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang selalu dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini
dengan
judul
“Analisis
Pengaruh
Konsumsi
Pemerintah,Ekspor,Tabungan Domestik, dan Penanaman modal Asing (Tahun 1976-2007) ”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam pencapaian gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persiapan,
perencanaan,
dan
pelaksanaan
hingga
terselesaikannya
penyusunan skripsi merupakan tantangan tersendiri bagi penulis. Banyak kesulitan dan hambatan yang harus dilalui. Tetapi berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Tidak lupa penulis menghaturkan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuannya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Drs. Supriyono, M.Si selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak
vi
langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi UNS. 3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan. 4. Dra. Izza Mafruhah, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis. 6. Tim penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis. 7. Bank Indonesia Kota Surakarta yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi. 8. Keluarga yang senantiasa mendukung, memberi dorongan, semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, bantuan moril dan materiil, juga lantunan do’a yang tiada henti-hentinya. 9. Mikhaela yang sudah memberi perhatian, semangat, selama dua tahun ini, best i ever had 10. Teman-teman kos Annisa, Kisworo, Dede, Ryan, Hendrik jangan usilin Gery mulu kesian dya juga manusia punya hati punya rasa hehehe, Gery sing sabar yo.., Irul, Farid, Iwan kagum ma kalian paling rajin sholat jamaah di Masjid, Arip yang selalu terobsesi ma sepoor, Kurnia, Antok ma Khrisna anak Sipil yang slalu rajin lemburan, semangaaaat. Pak Budi mantan bapak kos, yang baru aja pindahan bulan Juni, makasih udah numpang empat taon lebih. Noeg”bokep” thanx udah share pilm, lagu ma aplikasi komputer.
vii
11. Isma makasih udah diajari olah data, Juned nang klitikan yo bozz, Yonida, Danu, ayo rampungke skripsimu, teman-teman di Ekonomi Pembangunan kita sukses dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung
maupun
tidak
atas
bantuannya
kepada
penulis
hingga
terselesaikannya penelitian ini. Ibarat pribahasa tiada gading yang tak retak, begitu pula skripsi ini masih memerlukan tanggapan, saran, kritik dan perbaikan. Semoga skripsi ini bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca. Saran serta kritik akan penulis terima, sebagai bahan evaluasi bagi penulis.
Surakarta, April 2008
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i ABSTRAK .................................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv MOTTO ....................................................................................................... v PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi KATA PENGANTAR ................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah .............................................................. 1 B. Perumusan Masalah .................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ........................................................................... 12 1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ......................................... 12 2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ................................................. 13 3. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi .................................... 17 4. Konsumsi Pemerintah ......................................................... 21 5. Pengertian Ekspor ................................................................. 24 6. Teori Perdagangan Internasional ........................................... 25 7. Faktor-faktor Penentu Ekspor ................................................ 27 8. Tabungan Domestik .............................................................. 30 9. Pengertian Penanaman Modal Asing ..................................... 34 10. Manfaat Penanaman Modal Asing ......................................... 37 B. Penelitian Terdahulu ................................................................... 40
ix
C. Kerangka Pemikiran ................................................................... 43 D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian......................................................................... 46 B. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 46 C. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 46 D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 48 E. Metode Analisis Data ................................................................ 49 1. Pemilihan Model ................................................................... 46 2. Analisis Error Correction Model (ECM)................................ 49 3. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 58 a. Multikolinearitas .............................................................. 58 b. Heteroskedastisitas ........................................................... 59 c. Autokorelasi ..................................................................... 60 d. Uji Normalitas .................................................................. 61 e. Uji Linearitas .................................................................... 62 4. Uji Statistik ........................................................................... 62 a. Uji Signifikansi Parameter Individual ............................... 63 b. Uji Statistik F (Uji Secara Bersama-sama) ........................ 65 c. Koefisien Determinasi ...................................................... 66 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian ....................................................... 68 1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .................. 70 2. Perkembangan Konsumsi Pemerintah .................................... 72 3. Perkembangan Ekspor Indonesia ........................................... 73 4. Perkembangan Tabungan Domestik Indonesia ...................... 75 5. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia ........... 76 B. Analisa Data dan Pembahasan .................................................... 78 1.
Deskripsi Data ................................................................ 78
2. Model Analisis ...................................................................... 81 a. Uji Model Mac Kinnon, White dan Davidson.................. 81
x
d. Estimasi Error Correction Model (ECM) ....................... 82 e. Pengujian Terhadap Uji Asumsi Klasik .......................... 86 1) Uji Multikolinearitas .............................................. 86 2) Uji Heteroskedastisitas .......................................... 88 3) Uji Autokorelasi .................................................... 89 4) Uji Normalitas ....................................................... 91 5) Uji Linearitas ......................................................... 92 f.
Uji Statistik .................................................................... 93 1) Uji Secara Individu ................................................ 93 2) Uji Secara Bersama-sama ...................................... 96 3) Koefisien Determinasi ........................................... 97
3. Intepretasi Ekonomi .............................................................. 97 a.
Pengaruh Konstanta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi .... 98
b.
Pengaruh Konsumsi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ......................................................................... 98
c.
Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ........ 100
d.
Pengaruh Tabungan Domestik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi .................................................... 102
e.
Pengaruh PMA Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ........... 104
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 106 B. Saran .......................................................................................... 109 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL TABEL
Halaman
1.1
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Per Kwartal .................................... 8
4.1
Data Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Konsumsi Pemerintah, Ekspor Tabungan Domestik dan Penanaman Modal Asing Tahun 1976-2007................................................................................. 80
4.2
Hasil Uji MWD Linier dan log Linier................................................... 82
4.3
Hasil estimasi dengan model ECM ...................................................... 84
4.4
Uji Klein ............................................................................................. 87
4.5
Uji Park ............................................................................................... 89
4.6
Uji Breuch-Godfrey ............................................................................ 90
4.7
Uji Jarque-Bera ................................................................................... 92
4.8
Uji Ramsey ......................................................................................... 92
4.9
Pengaruh Variabel Independen Jangka Pendek .................................... 94
4.10 Pengaruh Variabel Independen Jangka Panjang ................................... 95
xii
DAFTAR GAMBAR GAMBAR
Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Studi ..................................................................... 44 3.1 Daerah Kritis Uji t ................................................................................. 64 3.2 Daerah Kritis Uji F ................................................................................ 66 4.1 Grafik Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia ....................... 72 4.2 Grafik Perkembangan Konsumsi Pemerintah.......................................... 73 4.3 Grafik Perkembangan Ekspor................................................................. 75 4.4 Grafik Perkembangan Tabungan Domestik ............................................ 76 4.5 Grafik Perkembangan Penanaman Modal Asing………………………... 77
xiii
ABSTRAKSI Triyanto F 0104094
ANALISIS PENGARUH KONSUMSI PEMERINTAH, EKSPOR, TABUNGAN DOMESTIK, DAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA (TAHUN 1976-2007) Penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah, Ekspor, Tabungan Domestik, Dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia (Tahun 1976-2007)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek pada periode tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series dari tahun 1976-2007. Penelitian ini menggunakan model linier dinamik yang kemudian diuji menggunakan metode Error Correction Model (ECM), dimana variabel pertumbuhan ekonomi (RPDB) sebagai variabel dependen dan variabel konsumsi pemerintah (KONS), ekspor (EKS), tabungan domestik (TAB), dan penanaman modal asing (PMA) sebagai variabel independen. Berdasarkan hasil uji dengan ECM, menunjukkan bahwa pengaruh konsumsi pemerintah tehadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek berpengaruh negatif dan signifikan, jangka panjang pengeluaran pemerintah berpengaruh positif tetapi tidak signifikan. Pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan. Pengaruh tabungan domestik terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek berpengaruh negatif dan sinigfikan, sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh positif dan signifikan. Pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan dalam jangka panjang berpengaruh positif dan tidak signifikan. Hasil uji secara bersama-sama, semua koefisien regresi secara bersama-sama signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan beberapa saran antara lain: pemerintah harus mereformasi struktur birokrasi selama ini dan melakukan promosi barang- barang Indonesia agar dapat bersaing dengan negara lain. Kata Kunci: RPDB, Konsumsi Pemerintah, Ekspor, Tabungan Domestik, Penanaman Modal Asing, dan Error Correction Model.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang sedang membangun, ingin mencoba untuk dapat membangun bangsa dan negaranya sendiri tanpa memperdulikan bantuan dari negara lain. Indonesia pernah mencobanya tetapi sulit untuk terus bertahan di tengah derasnya laju globalisasi yang terus berkembang dengan cepat tanpa mau menghiraukan bangsa lain yang masih membangun. Indonesia dalam keadaan tersebut akhirnya terpaksa mengikuti arus, mencoba untuk membuka diri dengan berhubungan lebih akrab dengan bangsa lain demi menunjang pembangunan bangsanya terutama dari sendi ekonomi nasionalnya. Menurut Boediono (1999: 22), pertumbuhan ekonomi merupakan tingkat pertambahan dari pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi merupakan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dan merupakan ukuran keberhasilan pembangunan. Terdapat tiga faktor atau komponen utama pada pertumbuhan ekonomi pada setiap negara, pertama adalah akumulasi modal, meliputi semua bentuk investasi baru yang di tanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal sumber daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun selanjutnya akan memperbesar jumlah angkatan kerja. Ketiga, kemajuan teknologi. Akumulasi modal sangat diperlukan bagi terciptanya suatu iklim investasi yang bertujuan bagi pembangunan ekonomi negara. Pembangunan di
1
2
suatu negara memang banyak dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut disamping ada faktor lain yang mempengaruhi di dalamnya. Akumulasi modal sangat diperlukan bagi terciptanya suatu iklim investasi yang bertujuan bagi pembangunan ekonomi negara. Investasi yang masuk besar maka diharapkan kegiatan ekonomi dan outputnya juga meningkat, sehingga pendapatan nasional negara tersebut juga akan meningkat. Negara mempunyai kewajiban untuk dapat memanfaatkan modal atau sumber daya yang telah dimiliki supaya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mencari solusi atau kebijakan terhadap faktor-faktor yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2000 : 88). Menurut Sadono Sukirno (1994), pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan dalam kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat pun meningkat. Negara harus mencapai pertumbuhan ekonomi yang teguh dalam jangka panjang karena ada dua alasan penting (Sadono Sukirno, 1994: 25), pertama, untuk menyediakan kesempatan kerja kepada tenaga kerja yang semakin bertambah. Kedua, untuk menaikkan tingkat kemakmuran masyarakat. Kerapuhan perekonomian Indonesia disebabkan dengan tidak adanya dukungan mikro ekonomi yang kuat. Permasalahan yang masih tidak dapat diselesaikan sampai saat ini adalah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang terlalu tinggi di Indonesia, sumber daya manusia Indonesia kurang kompetitif, jiwa
entrepreneurship
yang
kurang,
dan
sebagainya.
Meningkatnya
3
pertumbuhan investasi di Indonesia dimulai dengan ditetapkannya UndangUndang No.1 / tahun 1967 tentang penanaman modal asing (PMA) dan Undang-Undang No.6 / tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri (PMDN). Dengan diberlakukannya Undang-undang tersebut diharapkan dapat mendorong peningkatan investasi di Indonesia dari waktu ke waktu yang kemudian menciptakan iklim investasi yang kondusif selama proses pembangunan. Dana pembangunan dari dalam negeri berasal dari tabungan domestik dan ekspor sedangkan dari luar negeri dapat berupa pinjaman bantuan maupun investasi asing. Sebagian besar negara menggabungkan kedua sumber dana tersebut. Karena dana yang dihimpun dari dalam negeri tidak cukup untuk kebutuhan dana pembangunan. Sumber dana eksternal dimanfaatkan oleh negara sebagai dana tambahan disamping tabungan domestik. Kendalanya adalah tingkat pendapatan yang rendah masyarakat sehingga menyebabkan kekurangan kapital guna pembiayaan pembangunan. Akumulasi tabungan domestik yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan biaya investasi yang dibutuhkan dalam proses memicu pertumbuhan ekonomi, dan disisi lain adalah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan devisa untuk membiayai kebutuhan impor barang-barang modal dan teknologi, dengan demikian untuk menutupi kekurangan tersebut negara mengusahakan sumber daya eksternal berupa investasi. Arus masuk modal asing (capital inflows) juga berperan dalam menutup gap devisa yang ditimbulkan oleh defisit pada transaksi berjalan.
4
Masuknya modal asing juga mampu menggerakkan kegiatan ekonomi yang lesu akibat kurangnya modal (saving investment gap) bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi. Modal asing ini selain sebagai perpindahan modal juga dapat memberikan kontribusi positif melalui aliran industrialisasi dan modernisasi. Modal asing yang masuk tersebut tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan dampak negatif yang besar terutama apabila terjadinya capital flows reversal . Sampai saat ini terdapat dua pandangan yang berbeda mengenai peranan modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara dunia ketiga. Pandangan pertama adalah mereka yang pro tentang perlunya modal asing (Chenery dan Cartel dalam Mudrajad Kuncoro, 1997) berpendapat: pertama, sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara dunia ketiga sebagai dasar untuk mempercepat investasi dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu perubahan strukur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan penting dalam mobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan modal asing akan semakin menurun jika terjadi perubahan struktural benarbenar terjadi (meskipun modal asing di masa yang akan datang akan semakin produktif). Kelompok kedua adalah mereka yang anti terhadap perlunya dana eksternal berpendapat: pertama, penanaman modal asing atau bantuan luar negeri dalam jangka pendek akan memperbesar pertumbuhan ekonomi, namun dalam jangka panjang nenghambat pertumbuhan ekonomi. Kedua, semakin
5
besar negara bergantung akan penanaman modal asing dan bantuan luar negeri makin besar perbedaan pendapatan yang pada akhirnya akan menimbulkan pola ketergantungan terhadap negara-negara maju (Sritua, 1999). Negara yang sedang berkembang dengan tingkat pendapatan yang masih relatif rendah menyebabkan tingkat investasi dalam negeri yang tercemin dalan penanaman modal dalam negeri dan tabungan domestik juga masih relatif kecil sehingga banyak sumber-sumber daya alam yang sebenarnya pontensial belum digunakan secara optimal. Penyebab kurang optimalnya pemanfaatan sumber daya alam karena diperlukan investasi baru dan penggunaan modal yang besar. Pengeluaran pemerintah di negara berkembang pada umumnya relatif besar. Di negara-negara berkembang pengeluaran terbesar dialokasikan untuk pembangunan infrastuktur yang merupakan barang publik murni yang tidak dapat dihasilkan oleh pihak swasta seperti energi, pertahanan, juga umtuk membiayai kegiatan sosial seperti : pendidikan, kesehatan dan lain lain. Besarnya pengeluaran pemerintah menjadi suatu yang mengundang kontroversi pada ekonomi makro. Sementara negara-negara bergerak menuju pasar terbuka dan bebas, pengeluran pemerintah juga meningkat secara terus menerus. Pengeluaran pemerintah melalui APBN tercermin dalam realisasi anggaran rutin, realisasi anggaran belanja pembangunan, sedangkan jumlah seluruh penerimaan meliputi penerimaan dalam negeri dan penerimaan luar negeri yang disebut penerimaan pembangunan. Pengeluaran rutin jika di tinjau dari tujuannya merupakan pengeluaran operasional dan mutlak dilakukan serta
6
konsumtif, tetapi tidak semua anggaran belanja rutin dapat dikategorikan sebagai pengeluaran konsumsi (current expenditure) misalnya, pembelian inventaris
kantor,
pemeliharaan gedung. Sebaliknya
terdapat
elemen
pengeluaran pembangunan yang sebagian besar merupakan pengeluaran untuk investasi dapat di kategorikan sebagai pengeluaran yang bersifat konsumsi seperti berbagai jenis upah dan gaji tambahan. Perekonomian Indonesia mengalami zaman keemasan akibat kenaikan harga minyak di pasaran dunia (oil boom) yang dapat dinyatakan sebagai titik angka pertumbuhan yang relatif tinggi, dimana rata-rata mencapai 7%. Indonesia pada waktu gejolak eksternal (1983-1986) dihadapkan pada kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi merosot drastis menjadi hanya 4,88% per tahun. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini diakibatkan oleh banyak faktor, yang paling menonjol adalah menurunnya harga minyak mentah, akibatnya pendapatan pemerintah pun menurun. Menurunnya investasi dan impor juga menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut. Utang luar negeri yang diperoleh tidak mampu menyelamatkan perekonomian Indonesia. Pemerintah melakukan upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dengan mengeluarkan berbagai kebijakan. Di bidang keuangan, pemerintah melakukan devaluasi pada Maret 1983 dan September 1986, melakukan deregulasi perbankan 1 Juni 1983, Paket Oktober 1986, dan kebijakan pengetatan moneter (tight monetary policy). Di bidang fiskal diadakan reformasi perpajakan (1984,1985) dan penghematan fiskal (fiscal
7
austerity). Dibidang perdagangan dan industri, pemerintah memperkuat kebijakan orientasi ke dalam melalui rasionalisasi tarif, memperkuat proteksi melalui hambatan nontarif, reformasi bea masuk, dan peluncuran paket Mei 1986. Selain itu pemerintah masih terus melanjutkan kebijakan rasionalisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan regulasi perekonomian pasar (Sundrum, dalam Nur Hidayah : 8). Selama periode 1993-1995 rata-rata pertumbuhan ekonomi pertahun meningkat menjadi 7,3 persen hingga 8,2 persen, tetapi akibat krisis yang melanda Indonesia laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Memasuki triwulan ke-4 tahun 1997, Indonesia di guncang oleh krisis moneter yang di akibatkan oleh penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Krisis nilai tukar rupiah berlanjut menjadi krisis ekonomi, industri banyak yang gulung tikar bermula dari ketidak mampuan membeli bahan baku impor dan krisis perbankan. Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1997 melakukan kebijakan dengan melepaskan intervensi terhadap rupiah dan menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas (freely floating). Bank Indonesia tidak mampu lagi menahan besarnya permintaan valuta asing tersebut, setelah kehilangan sejumlah besar cadangan devisa yang dimilikinya untuk mempertahankan sistem mengambang terkendali. Pada tahun 1998 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 13,13 persen dengan laju inflasi sebesar 77,63 persen. Kondisi ini sangat memprihatinkan dimana harga-harga melambung tinggi sehingga masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Tambunan, 2001: 12-13 dalam Dwi dan Yuni, 2004: 43)
8
Respon pertama Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik untuk mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan fiskalnya. Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) pada Oktober 1997, mencapai kesepakatan tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan monopoli, yang melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Rupiah masih belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya Presiden Soeharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998. Di bulan Agustus 1998, Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di bawah Presiden B.J Habibie. Presiden Gus Dur yang terpilih sebagai presiden pada Oktober 1999 kemudian memperpanjang program tersebut (Wijino, Wirjo, 2005) Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Per Kwartal (%) Bulan Maret Juni September Desember Bulan
Tahun 1998 -4,49 -13,34 -16 -18,26
Maret Juni September Desember
Tahun 2001 4,8 3,79 3,15 1,6
Bulan Marer Juni September Desember
Tahun 2004 4,5 4,3 5,0 6,7
Sumber : data Bank Indonesia
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1999 -6,13 1,79 2,85 5,36 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2002 2,5 3,5 3,9 3,8 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2005 6,4 5,5 5,3 4,9
Tahun 2000 3,64 4,98 4,08 6,91 Tahun 2003 3,4 3,8 3,9 4,4 Tahun 2006 4,6 5,2 5,5 6,1
9
Perekonomian Indonesia pada tahun 1999 mulai membaik, walau pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 0,88%. Pertumbuhan ekonomi pada 2000 naik menjadi 4,92% dan antara tahun 2001-2004 rata-rata pertumbuhan ekonomi mencapai di atas 4% serta kisaran tahun 2005-2007 sudah di atas 5%. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini mengambil periode waktu dari tahun 1976-2007. Dasar permasalahan yang muncul diatas, maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah , Ekspor, Tabungan Domestik dan Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (Tahun 1976-2007)”.
B. PERUMUSAN MASALAH Berikut adalah permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini: 1. Bagaimana pengaruh konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada jangka panjang dan jangka pendek? 2. Bagaimana pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada jangka panjang dan jangka pendek? 3. Bagaimana pengaruh tabungan domestik terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada jangka panjang dan jangka pendek? 4. Bagaimana
pengaruh
penanaman
modal
asing
(PMA)
terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada jangka panjang dan jangka pendek?
10
5. Bagaimana
pengaruh
bersama-sama
semua
variabel
(konsumsi
pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh konsumsi pada jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 2. Mengetahui pengaruh ekspor pada jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 3. Mengetahui pengaruh tabungan domestik pada jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 4. Mengetahui pengaruh penanaman modal asing pada jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 5. Mengetahui
pengaruh
bersama-sama
semua
variabel
(konsumsi
pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi D. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
11
2. Penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian yang ada serta dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian serupa di masa yang akan datang. 3. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan membuktikan bahwa terdapat hubungan atau pengaruh antara konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia 4. Sebagai aplikasi dari teori-teori ekonomi, yaitu ekonomi makro sehingga dapat menambah referensi bagi peminat untuk mengetahui secara teoritis mengenai pertumbuhan ekonomi.
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI 1. Pertumbuhan Ekonomi a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan
ekonomi
merupakan
perkembangan
dalam
kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang di produksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran dalam masyarakat meningkat (Sadono Sukirno, 1999 : 10) Pertumbuhan ekonomi menurut Prof. Simon Kuznets adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan sebuah negara untuk menyediakan semakin banyaknya jenis-jenis barang ekonom kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukan ( Jhingan, 1996 : 72) Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai usaha usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita (Irawan & Suparmoko, 1996 : 5) sehingga pembangunan ekonomi terdapat usaha untuk meningkatkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan produktivitas. Pembangunan ekonomi selain lebih banyak output di dalamnya, juga terdapat perubahan-perubahan dalam kelembagaan dan
12
13
pengetahuan teknik dalam mengasumsikan output lebih banyak sehingga kekayaan suatu negara bertambah. Pembangunan ekonomi juga terkandung arti adanya usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat atau GDP (Gross Domestic Product) dimana kenaikannya di ikuti oleh perombakan dan modernisasi serta memperkaitkan aspek pemerataan pendapatan (income equity) (Suryana, 2000: 4). b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Ilmu ekonomi terdapat banyak teori pertumbuhan, sehingga tidak ada suatu teori pertumbuhan yang menyeluruh, lengkap, dan merupakan satu-satunya teori pertumbuhan yang baku. Berikut teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi diantaranya adalah (Lincolin Arsyad, 1992: 39): 1) Teori Rostow Teori ini merupakan artikel Rostow yang dimuat dalam Economic Journal (Maret 1956) yang dikembangkan dalam buku yang berjudul The Stage of Economic Growth (1960). Menurut Rostow, ada 5 (lima) tahapan dalam proses pembangunan ekonomi yang merupakan karakteristik perubahan ekonomi, sosial dan politik yang terjadi, antara lain yaitu:. a) Masyarakat Tradisional, Menurut Rostow, masyarakat tradisional adalah masyarakat yang fungsi produksinya masih terbatas yang ditandai oleh cara
14
produksi yang relatif masih primitif dan cara hidup masyarakat yang masih dipengaruhi oleh nilai-nilai kurang rasional, tetapi kebiasaan itu masih turun menurun. b) Tahap Prasyarat Tinggal Landas Menurut Rostow, tahap ini adalah tahap transisi di masyarakat untuk mempersiapkan diri agar mencapai pertumbuhan dengan menggunakan kekuatan sendiri. Namun pertumbuhan ekonomi hanya akan tercapai jika diikuti oleh kemampuan masyarakat untuk menggunakan ilmu pengetahuan modern dan membuat penemuan baru yang bisa menurunkan biaya produksi. c) Tahap Tinggal Landas Tahap ini terjadi dimana pertumbuhan ekonomi dapat dikatakan terjadi apabila terlihat suatu perubahan drastis dalam masyarakat. Misalnya resolusi politik, terciptanya kemajuan yang cepat dalam inovasi atau terbukanya pasar-pasar baru. d) Tahap Menuju Kedewasaan Merupakan tahap dimana masyarakat sudah secara efektif menggunakan teknologi modern pada hampir semua kegiatan produksi. e) Masa Konsumsi Energi Menurut Rostow, masa ini adalah tahap akhir dalam proses pembangunan ekonomi. Masyarakat menekankan masalah-masalah
15
yang berkaitan dengan konsumsi kesejahteraan masyarakat bukan masalah produksi. 2) Teori Pertumbuhan Klasik Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, diantaranya Adam Smith (1723-1790) “An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nation” (1776) atau singkatnya “Wealth of Nation”, ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Teori pertumbuhan menurut teori mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan. Berdasarkan kepada teori pertumbuhan klasik yang baru diterangkan, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Jumlah penduduk berkembang semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan, oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
16
3) Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Teori pertumbuhan neo-klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan: AY = f (AK,AL,AT) Dimana : AY adalah tingkat pertumbuhan ekonomi AK adalah tingkat pertumbuhan modal AL adalah tingkat pertumbuhan penduduk AT adalah tingkat pertumbuhan teknologi Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara kajian empiris untuk menunjukkan kesimpulan berikut: faktor terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja. Faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan kemahiran dan kepakaran tenaga kerja. 4) Teori Schumpeter Teori Schumpeter dalam bukunya berjudul “The Theory of Economic Development” (1934) mengemukakan bahwa sistem kapitalisme adalah sistem yang paling baik untuk menciptakan
17
pembangunan
ekonomi
yang
pesat.
Faktor
utama
yang
menyebabkan perkembangan ekonomi menurut Schumpeter adalah proses inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Kemajuan
ekonomi atau peningkatan output total
suatu
masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para
wiraswasta.
Pembaharuan-pembaharuan
yang
dapat
dilakukan atau diciptakan oleh pengusaha adalah: pertama, memperkenalkan suatu barang baru, kedua, penggunaan cara baru dalam memproduksikan barang, ketiga, memperluas pasar suatu barang ke daerah- daerah yang baru, keempat mengembangkan sumber barang mentah yang baru, dan yang ke lima adalah mengadakan reorganisasi dalam suatu perusahaan atau industri. (Jhingan, 1996 : 282). c. Faktor- Faktor Pertumbukan Ekonomi Proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (Jhingan 1996 : 67). 1) Faktor Ekonomi Para ahli ekonom menganggap faktor produksi sebagai kekuatan
utama
pertumbuhan
yang
ekonomi
mempengaruhi jatuh
atau
pertumbuhan.
bangunnya
Laju
merupakan
konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi tersebut.
18
a) Sumber Alam Faktor utama yang mempengaruhi suatu perekonomian adalah alam atau tanah. Tanah sebagai mana di pergunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan dan lain-lain. Tersedianya sumber alam secara melimpah merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan ekonomi. Suatu negara yang kekurangan sumber alam tidak akan membangun secara cepat. b) Akumulasi Modal Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat di reproduksi apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional sehingga menjadi kunci utama menuju pembangunan ekonomi. Proses
pembentukan
modal
bersifat
komulatif
dan
membiayai diri sendiri serta mencakup tiga tahap yang saling berkaitan : (1) keadaan tabungan nyata dan kenaikannya, (2) keberadaan lembaga keuangan dan kredit untuk menggalakkan tabungan dan menyalurkannya ke jalur yang dikehendaki, (3) mempergunakan tabungan untuk investasi barang modal.
19
c) Organisasi Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi di dalam kegiatan ekonomi. Organisasi bersifat melengkapi modal, buruh, dan membantu tingkat produktivitasnya. Para wiraswasta
tampil
sebagai
organisator
dan
pengambil
keputusan atau resiko di antara ketidak pastian. Wiraswastawan bukanlah manusia dengan kemampuan biasa, ia memiliki kemampuan khusus untuk bekerja dibandingkan orang lain. d) Kemajuan Teknologi Perubahan teknologi berkaitan dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan teknologi telah menaikkan produktivitas buruh, modal, dan faktor produksi lainnya. e) Pembagian Kerja dan Skala Produksi Spesialisasi peningkatan
dan
pembagian
produktivitas.
kerja
Keduanya
menimbulkan
membawa
kearah
ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan
industri.
Pembagian
kerja
menghasilkan
perbaikan kemampuan produksi buruh. Setiap buruh akan bekerja lebih efisien.
20
2) Faktor Non Ekonomi a) Faktor Sosial Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pendidikan dan kebudayaan barat membawa kearah penalaran (reasoning) dan skeptisisme. Ia menambahkan semangat
yang
menghasilkan
penemuan
baru
dan
memunculkan kelas pedagang baru. Kekuatan faktor ini menghasilkam perubahan padangan, harapan, struktur, dan nilai-nilai sosial. Orang dibiasakan menabung dan investasi, dan menikmati resiko untuk memperoleh laba. b) Faktor Manusia Peningkatan GDP berkaitan erat dengan perkembangan faktor manusia sebagaimana terlihat dalam efisiensi atau produktivitas yang melonjak di kalangan tenaga buruh. Inilah yang oleh para ahli ekonomi disebut pembentukan modal insani,
yaitu
proses
peningkatan
ilmu
pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan seluruh penduduk negara bersangkutan. Proses ini mencakup kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial pada umumnya. c) Faktor Politik dan Administratif Struktur politik dan administratif yang lemah merupakan penghambat besar bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Administrasi yang kuat, efisien dan tidak korup,
21
sangatlah penting bagi pembangunan ekonomi. Ketertiban, stabilitas dan perlindungan hukum mendorong kewiraswastaan. Kemajuan teknologi, mobilitas faktor, dan pasar yang luas membantu merangsang usaha dan inisiatif. 2. Konsumsi Pemerintah Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y = C+I+G+(X-M) merupakan sumber legitimasi pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Dari notasi sederhana tersebut dapat di telaah bahwa kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikan atau menurunkan pendapatan nasional. Banyak pertimbangan yang melandasi pengambilan keputusan pemerintah dalam mengatur pengeluarannya (Dumairy, 1997 : 161). Pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijakannya tersebut, tetapi juga harus memperhitungkan sasaran yang akan menikmati atau terkena dari kebijakan tersebut. Pengeluaran yang semakin besar dengan tujuan semata-mata hanya untuk meningkatkan pendapatan nasional atau memperluas kesempatan kerja adalah tidak memadai melainkan pula harus diperhitungkan siapa atau masyarakat lapisan mana yang akan terpekerjakan atau meningkatkan pendapatannya. Musgrave berpendapat (Guritno, 1995 : 170) bahwa dalam suatu proses pembangunan, investasi swasta dalam persentase tehadap GNP semakin besar dan persentase investasi pemerintah dalam persentase terhadap GNP semakin kecil. Tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow
22
menyatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah akan beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk akivitas sosial seperti halnya, progam kesejahteraan, hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya. Teori perkembangan pemerintah yang dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave adalah suatu pandangan yang di timbulkan dari pengamatan berdasarkan pembagunan ekonomi yang dialami oleh banyak negara, tetapi tidak didasarkan oleh suatu teori tertentu. Tahap pertumbuhan ekonomi dalam teori ini tidak jelas, apakah terjadi dalam tahap demi tahap ataukah beberapa tahap dapat terjadi secara simultan. (Guritno, 1995 : 171) Teori makro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah dikemukakan oleh para ahli ekonomi di antaranya adalah: a.
Hukum Wagner Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluran pemerintah yang semakin besar dalam persentase terhadap GNP yang juga didasarkam pula pada pengamatan di negara-negara Eropa, Amerika dan Jepang pada abad ke 19. Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk hukum, akan tetapi pada pandangannya tersebut tidak dijelaskan apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan GNP, apakah dalam bentuk pertumbuhan secara relatif ataukah secara absolut. Hukum Wagner jika pengeluaran pemerintah secara relatif, mengemukakan bahwa dalam suatu
23
perekonomiaan jika pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah juga akan meningkat. (Guritno, 1995 : 171). b. Teori Peacock & Wiseman Teori Peacock & Wiseman adalah sebagai berikut, perkembangan ekonomi menyebabkan pungutan pajak yang semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak meningkat, dan meningkatnya penerimaan pajak juga mengakibatakan pengeluaran pemerintah semakin meningkat. Oleh karena itu pada keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan penerimaan pemerintah semakin besar, begitu pula pengeluaran pemerintah juga semakin besar. Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa untuk memperbesar pengeluaran sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang semakin besar tersebut, sehingga teori Peacock & Wiseman merupakan dasar teori pemungutan suara. Peacock & Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang diperlukan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari bahwa pemerintah memerlukan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah sehingga mereka mempunyai suatu tingkat kesadaran untuk membayar pajak. Sikap toleransi ini merupakan kendala bagi
24
pemerintah untuk menaikkan pungutan pajak secara semena-mena (Guritno, 1995 : 171). 3. Ekspor a. Pengertian Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor merupakan nilai semua barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, ongkos pengapalan, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu. (Bambang Triyoso, 1984). Fungsi penting adalah mengatasi masalah terbatasnya pasar di dalam negeri, perkembangan ekspor akan menggalakan perkembangan sektor dalam negeri karena : 1) Beberapa fasilitas yang digunakan untuk memperlancar kegiatan ekspor, seperti pengembangan sistem komunikasi, jaringan pengangkutan dan fasilitas latihan atau pendidikan, dapat digunakan oleh sektor dalam negeri. 2)
Dengan menarik tenaga kerja dari sektor dalam negeri, sektor ekspor
akan mendorong sektor dalam negeri untuk menciptakan
inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas (Sadono Sukirno, 1996)
25
b. Teori Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu teori klasik dan teori modern. Teori klasik yang umum dikenal adalah teori keunggulan absolut dari Adam Smith, teori keunggulan relatif atau keunggulan komparatif dari J.S Mill dan teori biaya relatif dari David Ricardo, sedangkan teori faktor proporsi dari Heckscher dan Ohlin disebut juga teori modern. (Tulus Tambunan, 2001 dalam Nur Hidayah, 2003:51) 1) Teori Klasik a) Teori Keunggulan Absolut Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap ekspor suatu jenis barang tertentu, dimana negara tersebut memiliki keunggulan absolut dan tidak memproduksi atau melakukan impor jenis barang dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan absolut terhadap negara lain yang memproduksi barang sejenis dengan kata lain, suatu negara akan mengekspor (mengimpor) suatu jenis barang, jika negara tersebut dapat (tidak dapat) memproduksinya secara lebih efisien atau murah dibandingkan negara lain. Teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam penggunaan input, misalnya tenaga kerja, dalam proses produksi sangat menentukan keunggulan atau daya saing.
26
b) Teori Keunggulan Komparatif Munculnya teori keunggulan komparatif dari J.S Mill dan David Ricardo dapat dianggap sebagai kritik sekaligus upaya perbaikan
terhadap
teori keunggulan
absolut.
J.S
Mill
beranggapan bahwa suatu negara akan berspesialisasi pada ekspor barang tertentu jika negara tersebut memiliki keunggulan komparatif terbesar dan akan berspesialisasi pada impor jika negara tersebut memiliki kerugian komparatif. Negara akan melakukan ekspor jika barang dapat diproduksi dengan biaya lebih rendah, dan melakukan impor jika barang yang diproduksi sendiri membutuhkan biaya lebih besar atau mahal. David Ricardo berpendapat bahwa perdagangan antara dua negara akan terjadi jika masing-masing negara memiliki biaya relatif terkecil untuk jenis barang yang berbeda. Sehingga penekanan Ricardo adalah pada efisiensi relatif antara negara dalam memproduksi dua atau lebih jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan. 2) Teori Modern (Teori H-O) Teori Heckscher dan Ohlin (H-O) disebut juga teori faktor proporsi
(proportion
factor)
atau
teori
ketersediaan
faktor
(endowment factor). Dasar pemikiran teori ini adalah perdagangan internasional, misalnya antara Indonesia dan AS terjadi karena opportunity cost antara kedua negara tersebut berbeda. Perbedaan
27
biaya alternatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan jumlah dalam faktor produksi. Faktor endowment yang berbeda, maka sesuai hukum pasar harga faktor produksi tersebut juga berbeda antara Indonesia dan AS. Jadi menurut teori H-O, suatu negara akan berpesialisasi dalam produksi dan ekspor barang-barang yang input utamanya relatif sangat banyak di negara tersebut, serta mengimpor barang yang input utamanya tidak dimiliki oleh negara tersebut (jumlahnya terbatas). c. Faktor Penentu Ekspor Faktor yang mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto : (Mankiw, 2003: 210) 1) Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri 2) Harga barang-barang di dalam negeri dan luar negeri 3) Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli mata uang asing 4) Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri 5) Ongkos angkutan barang antar negara 6) Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional Sedangkan faktor-faktor penyebab terjadinya perdagangan internasional adalah sebagai berikut :
28
1) Teori Permintaan dan Teori Penawaran Perdagangan antara dua negara terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran. Permintaan berbeda karena ada perbedaan pendapatan per kapita, selera masyarakat serta faktor lainnya. Sedangkan penawaran berbeda karena ada perbedaan dalam jumlah atau kualitas faktor produksi, derajat teknologi, faktor eksternalitas dan faktor lainnya. 2) Vent For Surplus Perdagangan luar negeri terjadi karena adanya kelebihan stok yang bisa terjadi karena berbagai hal seperti pendapatan yang menurun, terjadinya panen besar, dan sebagainya. Perdagangan luar negeri digunakan untuk menjaga agar harga di dalam negeri tidak merosot. 3) Siklus Produk (product cycle) Dasar pemikiran teori ini adalah mengikuti perubahan waktu, setiap produk atau industri akan melalui proses dari tahap pengembangan (inovasi) hingga tahap kejenuhan (maturity) dan tahap penurunan produksi. Peranan ekspor dalam pembangunan ekonomi menurut ahli ekonomi
klasik,
terutama
David
Ricardo,
mengemukakan
pendapatnya bahwa perdagangan luar negeri melalui ekspor
29
memberikan sumbangan yang pada akhirnya dapat mempercepat perkembangan ekonomi suatu negara. (Sadono Sukirno, 1996) Adapun sumbangan penting dari kegiatan luar negeri melalui ekspor dalam pembangunan ekonomi meliputi (Sadono Sukirno, 1996) : 1) Pada suatu negara yang sudah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh, maka perdagangan luar negeri memungkinkan negara untuk mencapai tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada yang mungkin dicapai tanpa adanya kegiatan ekspor. 2) Suatu negara dapat memperluas pasar dan hasil-hasil produksi nasional. 3) Suatu negara dapat menggunakan teknologi yang berasal dari luar negeri. Para ahli ekonomi sesudah mazhab klasik berpendapat, bahwa salah satu fungsi dari ekspor adalah untuk mengatasi terbatasnya permintaan
pasar dalam
negeri. Perkembangan ekspor
akan
menggalakkan perkembangan sektor pendukung lainnya di dalam negeri karena akan menciptakan permintaan atas barang yang dihasilkan di dalam negeri, yang akhirnya ekspor dapat memperlancar perkembangan ekonomi. Perdagangan luar negeri yang terjadi melalui ekspor, maka pendapatan masyarakat khususnya produsen dan orangorang yang kegiatannya di sektor luar negeri akan bertambah. Makin
30
cepat perkembangan perdagangan luar negeri makin cepat pula pendapatan masyarakat bertambah. 4. Tabungan Domestik Tabungan merupakan bagian dari pendapatan suatu periode tertentu yang tidak habis di konsumsi pada periode bersangkutan. Tabungan suatu negara dapat dibagi menjadi, tabungan domestik, tabungan swasta dan tabungan luar negeri Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Bruto) merupakan pendapatan total dalam sebuah perekonomian sekaligus pengeluaran total atas output barang dan jasa dalam perekonomian yang sama (Mankiw, 2003 : 92) Y = C + I + G + Nx Dimana :
Y
= GDP
C
= konsumsi
I
= Investasi
G
= Pengeluaran Pemerintah
Nx
= Ekspor bersih
Pendapatan total yang tersedia dalam perekonomian setelah dipakai untuk konsumsi dan pembelian pemerintah disamakan dengan tabungan nasional. S = I maka, Y – C – G = S Anggap bahwa T adalah jumlah pajak yang dibayar rumah tangga kepada pemerintah, maka:
31
S = ( Y – T – C) + ( T- G) Tabungan swasta
tabungan publik
Tabungan swasta merupakan jumlah pendapatan yang tersisa bagi pemerintah setelah dipotong belanja pemerintah sehingga apabila pajak yang diterima lebih besar dari pengeluaran untuk membeli barang dan jasa, hal tersebut terjadi surplus anggaran hal ini berarti nerupakan tabungan publik. Tabungan merupakan salah satu jenis pembiayaan dalam negeri. Tabungan dihimpun dan diciptakan dengan cara menghemat atau menekan konsumsi baik dari sektor pemerintah, swasta dan masyarakat. Konsep tabungan telah di telaah oleh beberapa ahli ekonomi diantaranya : a.
Menurut John Mynard Keynes Teori Keynes tentang tabungan dikenal dengan Absolute Income Hypotesis. Teori ini dikenal sebagai teori keynes mengenai konsumsi yang menyatakan bahwa seseorang akan meningkatkan konsumsinya apabila pendapatan pribadinya meningkat. Peningkatan konsumsi seseorang tidaklah sama dengan peningkatan pendapatannya.
b. Menurut Duesenbery Menurut teori ini, pengeluaran konsumsi seseorang tidaklah ditentukan oleh pendapatan absolutnya melainkan oleh pendapatan konsumsinya.
32
Hipotesis yang diambil Duesenbery adalah : 1) Jika pada periode t pendapatan seseorang lebih besar daripada pendapatan tertingginya pada waktu itu, maka orang tersebut akan menaikan konsumsinya. 2) Jika pendapatan seseorang itu turun dari pendapatan tertingginya sampai saat itu, maka orang tersebut akan cenderung untuk mempertahankan konsumsinya dan menurunkan tabungannya. Kedua gejala tesebut disebut Rachef effect. Menurut Duesenbery, fungsi konsumsi dan tabungan adalah : Ct = a - bY St = Yt – Ct Dimana
Ct = konsumsi pada saat t Yt = pendapatan pada saat t St = tabungan pada saat t
Menurut
Duesenbery,
rekonsiliasi
data
Cross
Section
memperlihatkan bahwa APC orang dengan pendapatan rendah lebih besar dari pada orang yang berpendapatan lebih tinggi, sedangkan rekonsiliasi dengan data Time Series memperlihatkan dalam jangka pendek, APC lebih besar dari MPC dan dalam jangka panjang APC = MPC c.
Menurut Ando Mondligliani Menurut Ando-Mongliani pada saat mulai bekerja sampai akhir hidup,
seseorang
mempunyai
pendapatan
dan
konsumsi.
33
Pendapatannya lebih rendah pada saat seseorang mulai bekerja. Pendapatan tersebut akan terus meningkat sesuai dengan lama seseorang bekerja. Berkenaan dengan hal tersebut maka seseorang harus menabung pada saat pendapatannya lebih besar dari pada konsumsinya. Pendapatan yang diterima lebih rendah maka orang tersebut melakukan dissaving dan sebaliknya pada saat pendapatan lebih besar dari pada konsumsinya, orang tesebut melakukan saving. d. Menurut Milton Friedman Teori yang dikemukakan oleh M. Friedman ini timbul karena adanya ketidakpuasan terhadap penggunaan pendapatan sebagai determinan pengeluaran konsumsi. Asumsi yang diambil adalah seseorang konsumen akan mencapai utilitas maksimum sepanjang hidupnya dengan cara menyesuaikan pola konsumsi dengan pendapatan jangka panjang. Kesempatan konsumsi jangka panjang dapat diperkirakan dengan cara membuat proyeksi yang didasarkan pada pendapatan sekarang dan pendapatan masa lalu. e.
Menurut U Tun Wai Tabungan menurut U Tun Wai adalah keputusan seseorang untuk menabung ditentukan oleh kemampuan, kesempatan, dam kemauan. Fungsinya dapat ditulis : S = a (A,W,O) Dimana
S
= Tabungan
A
= Kemampuan (ability)
34
W
= Kemauan (willingness)
O
= Kesempatan (opportunity)
a
= Notasi fungsional
Menurut U Tun Wai, jumlah tabungan yang sebenarnya ditentukan oleh variable A, W, dan O, namun bagi perseorangan atau rumah tangga, tabungan dapat ditentukan oleh A pada suatu saat, W pada saat yang lain dan, O pada saat yang lainnya lagi. Sebagai contoh, masyarakat petani yang miskin mungkin mempunyai kemauan untuk menabung, namun kemampuannya tidak memungkinkan. Naiknya pendapatan seseorang maka kemampuan untuk menabung timbul, namun ia akan lebih suka untuk membeli barang konsumsi yang lebih mewah. 5. Penanaman Modal Asing a. Pengertian Secara singkat, investasi dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada. Istilah lain dari investasi adalah akumulasi modal atau pembentukan modal. Pengertian investasi atau akumulasi modal dalam makro ekonomi adalah berbeda dengan modal. Dalam penelitian ini investasi yanng dimaksud investasi swasta atau PMA PMA atau investasi asing merupakan invetasi yang dilakukan oleh para pemilik modal asing di dalam negeri untuk mendapatkan suatu keuntungan dari usaha yang dilakukan. Menurut Mudrajad
35
Kuncoro (2000: 215) PMA merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional di samping ekspor, tabungan domestik dan bantuan luar negeri. Menurut undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing pada pasal 1 menyebutkan bahwa : “Pengertian penanaman modal asing di dalam undang-undang ini hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut” Pengertian penanaman modal asing (PMA) dari tinjauan dan pembahasan undang-undang penanaman modal dan kredit luar negeri : (Ismail Sunny dan Rusdiono Rachmad dalam Pandji Anoraga, 1995:48) 1) Alat pembayaran luar negeri yang ditata merupakan bagian kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. 2) Alat-alat untuk perusahaan, yaitu bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke wilayah Indonesia selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan Indonesia.
36
3) Bagian dari hasil perusahaan yang didasarkan undang-undang ini diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan Indonesia Keuntungan adanya modal asing yaitu berupa diolahnya sumber
daya
alam
kita,
meningkatkan
lapangan
pekerjaan,
meningkatnya penerimaan negara dari sumber pajak, serta adanya alih teknologi. Pemilik modal mendapat keuntungan berupa deviden atau hasil usaha (Suparmoko dan Irawan, 1996: 87-88). Pengertian PMA dari tinjauan dan pembahasan undang-undang penanaman modal dan kredit luar negeri adalah (Suhendro, 2005: 13): a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, atas persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia. b. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan orang asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke wilayah Indonesia selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari devisa Indonesia. c. Keuntungan perusahaan yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 boleh di transfer, namun digunakan untuk membiayai perusahaan di Indonesia. Modal asing dapat memasuki suatu negara dalam bentuk modal swasta dan/ atau modal negara. Modal asing swasta dapat mengambil
37
bentuk investasi lansgsung dan ivestasi tidal langsung (M.L Jhingan 1996 : 483) a. Investasi Langsung. Berarti bahwa perusahaan dari Negara penanam modal secara de facto atau de jure melakukan pengawasan arus asset (aktiva) yang ditanam dinegara pengimpormodal dengan cara ivestasi itu. b. Investasi Tidak Langsung Dikenal sebagai investasi portofolio atau rentier yang sebagian besar terdiri dari penguasaan atas saham yang di pindahkan ( yang dikeluarkan atau dijamin oleh pemerintah negara pengimpor modal), atas saham atau surat utang oleh warga negara dari beberapa negara lain. Penguasaan saham tersebut tidaklah sama dengan hak untuk mengendalikan perusahaan. Para pemegang saham hanya punya hak atas deviden saja. c.
Modal Asing Negara. Terdiri atas pinjaman keras bilateral, pinjaman lunak bilateral dan pinjaman multilateral.
b. Manfaat Penanaman Modal Asing Dalam perkembangannya, kehadiran penanaman modal asing di negara berkembang ada yang mendukung dan menentangnya. Beberapa pendapat yang mendukung adanya PMA merupakan analis
38
Neo-Klasik tradisional dimana hanya memusatkan perhatiannya pada faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi, yaitu : 1) PMA berperan dalam mengisi kesenjangan antara target jumlah devisa yang dibutuhkan dan hasil-hasil akibat devisa dari ekspor ditambah dengan bantuan luar negeri netto. 2)
PMA dapat menambah pendapatan yang diterima oleh pemerintah yang berasal dari pajak yang dibayarkan oleh perusahaan
asing
tersebut
sehingga
pemerintah
memiliki
ketersediaan dana finansial untuk membiayai pengeluarannya atau membiayai proyek-proyek dalam negeri. 3)
PMA akan membawa pengetahuan dan teknologi yang canggih dalam melakukan proses produksinya.
4)
PMA akan mengurangi tingkat pengangguran di negara tuan rumah bagi perusahaan asing yang membawa dan melakukan produksi dengan padat karya
5)
Dengan adanya PMA akan memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan nasional di negara penerimanya Pendapat yang menentang adanya PMA secara umum dibagi atas
dua argumen, yaitu argumen yang bersifat ekonomis (mengenai kegiatan-kegiatan perusahan asing tersebut) dan yang kedua adalah argumen yang bersifat ideologis. Pendapat-pendapat mereka yang menentang antara lain adalah :
39
1) Dengan adanya PMA ini justru memperburuk ketimpangan kesempatan ekonomis antar daerah di mana akan mendorong terjadinya arus urbanisasi antar daerah. 2) Adanya perusahaan asing yang memproduksi barang-barang yang sebenarnya masih belum sesuai dengan kebutuhan pokok penduduk, maka akan mendorong perilaku untuk berkonsumsi mewah dan mendorong adanya demonstration effect di kalangan masyarakat. 3) Sumber-sumber daya negara-negara tuan rumah akan dialokasikan oleh
kegiatan
produksi
yang
dilihat
secara
sosial
tidak
menguntungkan sehingga negara tuan rumah merasa dirugikan dengan adanya peranan perusahaan asing tersebut. 4) Dilakukannya praktek transfer pricing yang sering digunakan oleh perusahaan modal asing untuk melipatgandakan keuntungannya. 5) Perusahaan-perusahaan asing akan merusak struktur perekonomian negara tuan rumah, karena dapat menghambat investasi yang dilakukan oleh usahawan lokal. Hal ini dikarenakan perusahaan asing tersebut telah menguasai teknologi, jaringan perdagangan, telekomunikasi, keahlian dan ketrampilan dalam manajemen usahanya. 6) Pengaruh terakhir adalah adanya perusahan asing dinegara tuan rumah, yaitu dapat mempengaruhi kondisi politik suatu negara.
40
B. Penelitian Terdahulu Bambang Kustituanto dan Istikomah (dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia: 1999) melakukan penelitian mengenai “Peranan Penanaman Modal Asing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 1977-1996” diperoleh hasil penelitiannya adalah untuk analisis model statis diperoleh bahwa bantuan luar negeri (AID) dan variabel tabungan domestik mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi. Hasil uji t menunjukan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel derajad signifikansi 5% yaitu (2,179) dari nilai tersebut kita tidak bisa menerima Ho (Ho ditolak) atau variabel bantuan luar negeri dan tabungan domestik mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien hasil estimasi memberikan hasil positif, yang berarti variabel tersebut berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Suyatno (dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan: 2003) melakukan penelitian mengenai
Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing
(PMA), Ekspor, dan Peranannya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1975-2000”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien dari hasil estimasi variabel hutang luar negeri dan PMA memberikan tanda negatif, artinya mengindikasikan variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh tersebut tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Sesuai hasil analisis regresi diperoleh bahwa hasil uji t-hitung yang lebih kecil daripada t-tabel dengan
41
derajat signifikan 0,025 persen, yaitu (±2,064). Sementara variabel ekspor terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan dari hasil t-hitung (3,957) lebih besar dari ttabel (±2,064). Pengaruh tersebut juga bersifat positif yang ditunjukkan nilai koefisien mempunyai nilai positif sebesar 1,508, yang berarti setiap variabel ekspor meningkat sebesar 1 persen maka variabel pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 1,508 persen. Dari nilai masing-masing variabel, diartikan bahwa Ho ditolak untuk variabel ekspor, dan Ho diterima untuk variabel hutang luar negeri dan penanaman modal asing. Basuki Rahmad dan Yuni Prihadi Utomo (dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan: 2005), melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Hutang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing, dan Tabungan Domestik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (1976-2000)” dengan alat analisis model linear berganda menggunakan Model ECM (Error Correction Model) diperoleh hasil penelitiannya adalah,
hasil uji F
menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi dijelaskan oleh hutang luar negeri, PMA, dan tabungan domestik yang secara bersamasama mempengaruhi terhadap pertumbuhan ekonomi pada tingkat signifikasi 10%. Hasil analisis dengan uji t diketahui bahwa hutang luar negeri, PMA dan tabungan domestik menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbukan ekonomi di Indonesia. Nur Hidayah melakukan penelitian (Skripsi: 2006) berjudul ”Pengaruh Penanaman Modal Asing, Aliran Bersih Utang Luar Negeri
42
Pemerintah,
Ekspor
Bersih,
dan
Tabungan
Domestik
terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Tahun 1970-2004). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel ekonomi makro terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan model linear dinamik, dan diuji dengan menggunakan metode Error Correction Model (ECM). Pengujian ini disertai dengan uji statistik serta uji asumsi klasik. Berdasarkan hasil uji dengan ECM menunjukkan bahwa variabel penanaman modal asing dalam jangka pendek memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka panjang memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada tingkat signifikansi 5 persen. Selanjutnya untuk variabel aliran bersih hutang luar negeri pemerintah dalam jangka pendek maupun jangka panjang memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel ekspor bersih dalam jangka pendek memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, namun dalam jangka panjang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel tabungan domestik dalam jangka pendek berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, begitu juga dalam jangka panjang memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
43
C. Kerangka Pemikiran Perhitungan output nasional atau PDB sangat diperlukan dalam teori maupun kebijakan makro ekonomi. Pengukuran tersebut bermanfaat untuk menghadapi berbagai masalah sentral yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan pengangguran, serta ukuran dan faktor-faktor penentu inflasi. Dengan adanya data PDB membantu para pembuat kebijakan untuk menjalankan perekonomian menuju sasaran atau target yang telah ditetapkan. Sementara itu, sumber dana untuk pembangunan dapat berasal dari dua sumber, yaitu sumber dana luar negeri dan dalam negeri. Dana dari luar negeri yaitu berupa penanaman modal asing dan utang luar negeri pemerintah yang merupakan stok kapital atau tambahan modal dan diperlukan pemerintah guna membiayai pembangunan-pembangunan yang dilakukan pemerintah dengan tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dana dari luar negeri ini digunakan untuk memacu meningkatnya investasi dalam negeri dan dapat memicu kenaikan sumber daya ekonomi yang lebih besar sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Lebih mempermudahkan dalam proses analisis permasalahan yang telah dikemukakan ada 4 variabel yang berpengaruh terhadap GDP. Variabel tersebut adalah konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan penanaman modal asing, untuk mempermudah pemahaman dalam
44
penelitian ini, digambarkan kerangka pemikiran yang sistematis sebagai berikut :
Konsumsi Pemerintah
Ekspor Pertumbuhan Ekonomi
Tabungan Domestik
PMA Gambar
2.1
Kerangka
Pemikiran
Pengaruh
Konsumsi
Pemerintah,Ekspor,Tabungan Domestik, dan PMA Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka dapat diambil hipotesis adalah sebagai berikut: a. Diduga konsumsi pemerintah berpengaruh positif dalam jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1976-2007. b. Diduga ekspor berpengaruh positif dalam jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1976-2007.
45
c. Diduga tabungan domestik berpengaruh positif dalam jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 1976-2007. d. Diduga penanaman modal asing berpengaruh positif dalam jangka panjang dan jangka pendek terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun1976-2007. e. Diduga secara bersama-sama semua variabel (konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik dan PMA) berpengaruh positif terhadap per tumbuhan ekonomi di Indonesia tahun1976-2007.
46
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi literatur yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan yaitu menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dimana pokok pikirannya didasarkan pada penggalian data dan referensi dari berbagai literatur. B. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan mengambil data time series dari tahun 1976-2007. Yang bertujuan mengetahui seberapa besar pengaruh konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemilihan periode waktu tersebut dimaksudkan karena pada periode tersebut kondisi investasi dan pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan yang sangat tajam pasca oil boom dan mengalami penurunan akibat krisis nilai tukar sehingga menarik untuk diamati. C. Definisi Operasional Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, dikelompokkan menjadi dua yaitu variabel dependen dan variabel independen. Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah:
46
47
a. Variabel Dependen (variabel terikat), merupakan variabel yang dipengaruhi
oleh
variabel-variabel
bebasnya.
Adapun
variabel
dependen dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari : RPDBt =
PDBt PDBt 1 X 100% ................................................. (3.1) PDBt 1
PDB tersebut terlebih dahulu diubah kedalam angka indeks dengan tahun dasar 1993. Perubahan ke dalam angka indeks tersebut dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan antara PDB pada suatu waktu tertentu dengan PDB pada waktu yang berbeda. Indeks PDB dengan metode sederhana ini dapat dirumuskan sebagai berikut : (Zainal Mustafa, dalam Nur Hidayah, 2006 ) Is =
PDBn x100 ........................................................................... (3.2) PDB0
Dimana : PDBn PDB0
= PDB pada tahun tertentu = PDB pada tahun dasar
b. Variabel Independen (variabel bebas), merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen (terikat), antara lain : 1) Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk membiayai kegiatan-kegiatannya atau untuk membiayai sektor-sektor, pengeluaran tersebut ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat. Nilainya dalam milyar rupiah.
48
2) Ekspor Ekspor merupakan barang dan jasa yang berasal dari dalam negeri dijual atau dipakai oleh penduduk luar negeri. Oleh karena itu, ekspor merupakan tambahan bagi pendapatan nasional seperti halnya investasi. Dalam penelitian ini nilai ekspor yang digunakan adalah nilai ekspor total Indonesia ke luar negeri periode 19762007 yang dinyatakan dalam juta dollar Amerika Serikat. 3) Tabungan Domestik Tabungan domestik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat yang diterima oleh pemerintah, selisih dari penerimaan dan pengeluaran, yang jumlahnya dalam milyar rupiah. 4) Penanaman Modal Asing Penanaman
modal asing merupakan
investasi yang
dilakukan oleh swasta asing ke suatu negara tertentu. Penanaman modal asing yang dimaksud adalah penanaman modal asing yang disetujui oleh pemerintah menurut sektor yang jumlahnya dalam juta dollar. D. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa time series dari tahun 1976-2007. Data-data yang dimaksud adalah data pertumbuhan ekonomi, Konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan pemerintah, dan penanaman modal asing. Data-data tersebut
49
diperoleh dari data Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia berbagai edisi Bank Indonesia. E. Metode Analisis Data 1. Penentuan Model Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan masalah empirik yang sangat penting, karena teori ekonomi tidak secara spesifik menunjukkan apakah sebaiknya bentuk fungsi suatu model empirik dinyatakan dalam bentuk linear atau bentuk fungsi yang lain. Memilih bentuk fungsi model empirik ada banyak macam metodenya, diantaranya adalah : metode model transformasi Box_Cox, metode yang dikembangkan oleh Mac Kinnon, White dan Davidson (MWD test), metode bara dan Mc Aleer (B-M Test), dan metode Zarembaka. Dalam penelitian ini digunakan metode MWD test untuk memilih bentuk fungsi model yang tepat. 2. Analisis Error Correction Model (ECM) Pada penelitian ini data yang digunakan adalah runtun waktu (time series). Model linear dinamik metode koreksi kesalahan (ECM) yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel baik dalam jangka pendek maupun panjang. ECM juga dapat meliput lebih banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang serta mengkaji konsisten tidaknya model empirik dengan teori ekonomi, mencari pemecahan terhadap persoalan variabel time series yang tidak stasioner (non stasionary) dan regresi lancung
50
(spurious regression) atau korelasi lancung (spurious correlation) dalam analisis ekonometrika. Penggunaan ECM ini juga bertujuan menganalisis secara teoritik dan empirik apakah model yang dihasilkan sesuai dengan teori atau tidak. Hal ini menjadi sangat penting terutama bila akan dilakukan pemilihan model empirik. (Aliman: Modul Ekonometrika Terapan, 2000) Domowitz dan Elbadawi menawarkan fungsi biaya kuadrat tunggal yang cocok untuk menurunkan ECM yaitu dengan memasukkan vektor yang mempengaruhi variabel tak bebas pada komponen biaya penyesuaian. Dengan demikian fungsi biaya kuadrat tunggal untuk menurunkan ECM adalah sebagai berikut (Insukindro, dalam Nur Hidayah, 2006 : 75-81) : a. Membuat hubungan persamaan dasar untuk menggambarkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen dan inflasi, penanaman modal asing serta utang luar negeri pemerintah sebagai variabel independen. Maka hubungan variabel tersebut akan dirumuskan sebagai berikut: RPDB = f (KONS,EKS,TAB,PMA) …………………………. (3.3) Dimana: RPDB
= Pertumbuhan Ekonomi
KONS
= Konsumsi Pemerintah
EKS
= Ekspor Pemerintah
51
TAB
= Tabumgan Domestik
PMA
= Penanaman Modal Asing
b. Membentuk fungsi biaya dalam formulasi ECM. Fungsi biaya tersebut mengacu pada fungsi biaya kuadrat tunggal DomowitzElbadawi (Insukindro, 1999: 5 dalam Lina Apriliana Evasari, 2006: 61) yang dirumuskan sebagai berikut: Ct = e1 (Xt – Xt*)2 + e2 [(1 – B) Xt – ft (1 – B) Zt ]2 ..................(3.4) Dimana : Ct
= Biaya kuadrat periode tunggal
e1 (Xt – X*t)2
= Biaya ketidakseimbangan
e2 [(1- B) Xt – ft (1 – B) Zt ]2 = Biaya penyesuaian B
= Backward-lag operator (t–1)
Zt
= Vektor variabel yang menentukan Pertumbuhan Ekonomi, dimana Zt = f (KONS, EKS, TAB., PMA)
ft
= Vektor deret memberi bobot Zt
RPDBt = c0 + c1 KONSt + c2 EKSt +c3 TABt + c4 PMAt……… (3.5) Meminimasi fungsi biaya kuadrat tunggal persamaan (3.5) terhadap variabel RPDBt sehingga didapatkan:
52
dCte =0 ……………………………………………………………..(3.6) dX t 0 = 2e1 (Xt –X*t) + 2e2 [(1 – B) Xt - ft (1 – B) Zt ] 0 = e1 (Xt - X*t) + e2 [(1 – B) Xt – ft (1 – B) Zt ] 0 = e1 Xt – e1 X*t + e2 Xt – e2 BXt - e2 ft (1- B) Zt e1 Xt + e2 Xt = e1 X*t + e2BXt + e2 ft (1 – B) Zt (e1+ e2) Xt = e1X*t + e2BXt + e2 ft (1- B) Zt Xt= (
e1 e2 e2 )Xt* + ( )BXt + ( ) ft (1 – B) Zt ………....(3.7) e1 e2 e1 e2 e1 e2
Persamaan diaras identik dengan : Xt = e X*t + (1 - e) B Xt +(1 - e) ft (1 – B) Zt ………………………………. (3.8) Dimana : e1 e1 e2
e
=
(1-e)
= e2 / (e1 + e2 )
Xt
= RPDB aktual pada tahun t
X*t
= RPDB yang diharapkan pada tahun t
BXt
= RPDBt – RPDBt-1
subtitusi model dasar kedalam persamaan (3.3), menghasilkan persamaan:
53
RPDBt = c0 +c1 e KONSt + c2 e EKSt +c3eTABt +c4ePMAt +(1 – e)BRPDB + (1 -e ) f1(1- B) KONSt +(1 -e ) f2(1- B) EKSt +(1 e ) f3(1- B) TABt + (1 - e ) f4 (1- B) PMAt…………………………. (3.9) Persamaan diatas identik dengan : RPDBt = c0 + (c1 e( 1- e) f1) KONSt - (1 – e )f1 BKONSt + (c2 e( 1- e) f2) EKSt - (1 – e )f2 BEKSt + (c3 e( 1- e) f3) TABt - (1 – e )f3BTABt + (c4 e( 1- e) f4) PMAt - (1 – e )f4 BPMAt + ( 1- e) BRPDBt … ................................................................................(3.10) Atau RPDBt = b0 + b1KONSt + b2EKSt + b3TABt ++ b4PMAt + b5BKONSt ++ b6BEKSt + b7BTABt + b8BPMAt + b9BRPDB ……….......................................................................................(3.11) Dimana : b0 = c0, sehingga b1 = c1e +(1- e) f1 b2= c2e +(1- e) f2 b3 = c3e +(1- e) f3 b4 = c4e +(1- e) f4 b5= - (1- e) f1
54
b6= - (1- e) f2 b7= - (1- e) f3 b8 = -( 1- e) f4 b9 = (1- e) RPDBt - BRPDBt = b0 + [b1 (KONSt - BKONSt) + b1 BKONS] +[b2(EKSt - BEKSt) + b2 BEKS] +[b3(TABt - BTABt) + b3 BTAB] +[b4(PMAt - BPMAt) + b4 BPMA] + b5 KONSt+ b6 EKSt+ b7 TABt+ b8 PMAt+ b9 RPDBt + (b9 BKONS - b9 BKONS – BKONSt + BKONSt) + (b9 BEP- b9 BEKS – BEKSt + BEKSt) +(b9 BTAB - b9 BTAB – BTABt + BTABt) +(b9 BPMA-
b9
BPMA–
BPMAt
+
BPMAt)
+
BRPDBt……………………………………………………… (3.12) Persamaan diatas identik dengan : (1 – B) BRPDBt = b0 + b1 (KONSt – BKONSt) + b1 BKONSt + b5 BKONSt + b9 BKONSt - BKONSt + b2(EKSt – BEKSt) + b2 BEKSt + b6 BEKSt + b9 BEKSt - BEKSt + b3(TAB – BTABt) + b3 BTABt + b7 BTABt + b9 BTABt + BEKSt + b4 (PMAt – BPMAt) + b4BPMAt + b8BPMAt + b9 BPMAt + BPMAt + BKONSt - b9 BKONSt + BEKSt - b9 BEKSt + BTABt - b9 BTABt + BPMAt - b9BPMAt - BRPDBt + b9BRPDBt…….... (3.13)
55
Persamaan diatas identik dengan : (1 – B) RPDBt = b0 +b1 (KONSt – BKONSt) + (b1 +b5 +b9 -1) BKONSt + b2(EKSt – BEKSt) + (b2 +b6+b9 -1) BEKSt + b3 (TABt – BTABt) + (b3 +b7+b9 -1) BTABt + b4 (PMAt – BPMAt) + (b4+b8+b9 -1) BPMAt + (1 – b9) (BKONSt + BEKSt + BTABt+ BPMAt) - (1 – b9) RPDBt…… .(3.14) persamaan diatas identik dengan : (1 – B) RPDBt = b0 +b1 (KONSt – BKONSt) + (b1 +b5 +b9 -1) BKONSt + b2(EKSt – BEKSt) + (b2 +b6+b9 -1) BEKSt + b3 (TABt – BTABt) + (b3 +b7+b9 -1) BTABt + b4 (PMAt – BPMAt) + (b4+b8+b9 -1) BPMAt + (1 – b9) B (KONSt + EKSt + TABt+ PMAt - RPDBt )………………………….(3.15) Atau DRPDBt = c0 +c1 DKONSt + c2DEKSt + c3 DTABt + c4 DPMAt+ c5 BKONSt + c6 BEKSt + c7 BTABt + c8BPMAt+c9 B (KONSt + EKSt + TABt+ PMAt - RPDBt )….….(3.16)
56
Keterangan : RPDB
= Pertumbuhan Ekonomi
KONS
= Konsumsi Pemerintah
EKS
= Ekspor
TAB
= Tabungan Domestik
PMA
= Penanaman Modal Asing
DKONS
= Perubahan KONS dalam jangka panjang
DEKS
= Perubahan EKS dalam jangka panjang
DTAB
= Perubahan TAB dalam jangka panjang
DPMA
= Perubahan PMA dalam jangka panjang
B
= Backward Lag operator
ECT
= Biaya ketidak seimbangan pertumbuhan ekonomi akibat variable variable bebas dalam model
c0
= Intersep
c1,c2,c3, c4
= Koefisien asli regresi ECM dalam jangka panjang
c5,c6,c7, c8
= Koefisien asli regresi ECM dalam jangka pendek
c9
= Koefisien regresi ECT
57
dimana: DRPDB
= RPDBt - RPDBt-1
BKONS
= KONSt-1
DKONS
= KONSt - KONSt-1
BEKS
= EKSt-1
DEKS
= EKSt - EKSt-1
BTAB
= TABt-1
DTAB
= TABt - TABt-1
BPMA
= PMAt-1
DPMA
= PMAt - PMAt-1
ECT
= KONSt-1 + EKSt-1 + TABt-1 + PMAt-1 - RPDBt-1
Bentuk persamaan model koreksi kesalahan (ECM) di atas dikenal sebagai ECM yang baku (standard error correction model). Model koreksi kesalahan (ECM) digunakan untuk menguji spesifikasi model, kesesuaian antara teori dengan kenyataan dan menguji apakah pengumpulan data yang dilakukan sudah sesuai. Apabila nilai ECT (error correction term) signifikan secara statistik, maka penelitian yang dilakukan telah sesuai dengan teori, serta spesifikasi model dan cara pengumpulan data sudah sesuai.
58
a. Uji Kepenuhan Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinearitas Dalam Gujarati, 2003 : 157, multikolinearitas adalah masalah yang timbul berkaitan dengan adanya hubungan linear yang ”sempurna’ atau pasti di antara variabel-variabel yang menjelaskan dari model regresi. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya masalah multikolinearitas adalah menggunakan metode korelasi parsial yang disarankan oleh Farrar dan Glauber, yakni dengan membandingkan nilai R2 dari regresi awal dengan regresi variabel independen yang satu terhadap variabel independen lainnya
(determinasi parsial), jika R2 >
, maka dapat
dinyatakan masalah multikolinearitas tidak serius. Sebaliknya jika R2 <
, maka dinyatakan masalah multikolinearitas
serius. Konsekuensi dari model regresi yang mengalami masalah multikolinearitas (Gujarati, 2009 : 327 ) 1. Walaupun BLUE (Best Linear Unbiased Estimation), penaksir OLS mempunyai varian dan kovarian yang besar, sehingga membuat koefisien korelasi sulit untuk ditaksir.. 2. Berdasarkan keterangan no. 1, mengakibatkan interval kepercayaan cenderung menjadi lebih besar, maka Ho
59
(koefisien populasi sesungguhnya adalah 0) diterima dengan baik. 3. Berdasarkan no. 1, nilai t dari satu atau lebih koefisien cenderung tidak signifikan secara statistik. 4. Walaupun nilai t dari satu atau lebih koefisien tidak signifikan secara statistik, R², secara keseluruhan mengukur goodness of fit menjadi lebih besar. 5. Penaksir OLS dan standard errornya menjadi sensitif terhadap perubahan di dalam data. 2) Uji Heteroskedastisitas Dalam Gujarati, 2003 : 177, Heteroskedastisitas adalah kondisi di mana sebaran atau varian faktor pengganggu (disturbance)
tidak
konstan
sepanjang
observasi.
Heteroskedastisitas terjadi jika muncul gangguan dalam fungsi regresi yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil ataupun besar (tetapi masih tetap tidak bias dan konsisten). Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Park yaitu dengan meregresi residual yang dikuadratkan dengan variable independen. Jika regresi tersebut menghasilkan probabilitas di atas 0,05 maka variable bebas tersebut tidak signifikan pada tingkat α = 5%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pada
60
tingkat α = 5% semua koefisien regresi tidak signifikan yang berarti tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. 3) Uji Autokorelasi Dalam Gujarati, 2003 : 201, autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti pada data deretan waktu) atau ruang(seperti dalam data cross section). Autokolerasi ini sering terjadi pada analisis yang menggunakan time series. Autokolerasi dapat dideteksi dengan beberapa metode diantaranya: uji d Durbin Watson (Durbin-Watson d test), metode grafik, Run Test , dan uji Breusch-Godfrey (Breush-Godfrey test) (modul lab. Ekonometrika : 102). Penelitian ini menggunakan uji Breusch-Godfrey (BreushGodfrey test) untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokolerasi. Metode ini dilakukan dengan melakukan regresi variabel independen dengan nilai residual dari regresi OLS sebagai variabel independennya. Langkah dari lagrage Multiple Test adalah sebagai berikut : a) Melakukan
regresi
terhadap
variabel
independen
dengan menempatkan nilai residual dari hasil regresi OLS sebagai variabel independennya. b) Memasukkan nilai R2 hasil regresi OLS ke dalam rumus
(n-1)R2, dimana nilai n adalah jumlah observasi.
61
c) Membandingkan nilai R2 dari hasil regresi tersebut
dengan nilai X2 dalam tabel statistik Chi Square. Kriterianya adalah : i.
Apabila nilai (n-1)R2 > nilai tabel X2 berarti terjadi masalah autokorelasi. Apabila nilai (n-1)R2 < nilai tabel X2 berarti
ii.
tidak terjadi masalah autokorelasi. 4) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel terdistribusi secara normal atau tidak. Dalam peneltian ini menggunkan uji Jarque-Bera untuk mengetahui normalitas residual. Jarque-Bera = Dimana : n = ukuran sampel S = koefisien skewness K = koefisen kurtosis Untuk distribusi normal, S= 0 dan K = 3, dan nilai Jarque-Bera (JB) di harapkan mendekati 0 Ho : residual berdistribusi normal Ha : residual berdistribusi tidak normal Jika probabilitas JB lebih kecil dari 5% maka Ho di tolak sedangkan jika nilai JB lebih besar dari 5% maka Ho diterima.
62
5) Uji Linearitas Linearitas
dalam
parameter
adalah
relevan
untuk
mengembangkan teori regresi untuk di jadikan secara ringkas. Linearitas berarti suatu regresi yang linear dalam parameter, regresi tadi mungkin linear atau tidak dalam variabel independen (Gujarati, 2003 : 23). Uji linearitas dilakukan dengan uji Ramsey yang di kembangkan oleh JB. Ramsey, yang dikenal dengan sebutan uji kesalahan spesifikasi umum atau general test of specification. Uji ini digunakan untuk menguji asumsi CLRM tentang linieritas model. Langkah pengujian : ii. Lakukan estimasi OLS terhadap model awal kemudian hitung nilai fittednya. iii. Estimasi model awal dengan tambahan Variabel fitted yang tidak linier. iv. Hitung nilai F, jika F hitung signifikan pada tingkat signifikansi 5% maka model awal terjadi masalah linearitas, dan sebaliknya jika F hitung tidak signifikan maka tidak terjadi kesalahan. b. Uji Statistik Memperoleh hasil regresi yang terbaik secara statistik disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) beberapa kriteria
63
untuk memenuhi criteria BLUE adalah 1) Uji F, 2) Uji t, 3) Uji R². Kriteria digunakan untuk menguji hipotesis secara statistik didalam analisis regresi sederhana dan regresi berganda dilakukan melalui pendekatan uji signifikan (test significant). Uji signifikan secara umum merupakan prosedur untuk mengetahui seberapa besar signifikansi kebenaran suatu hipotesis nol (H0), atau untuk menentukan apakah sampel-sampel yang diamati berbeda secara nyata dari hasil-hasil yang diharapkan. Mengukur ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari nilai statistic goodness of fitnya. Secara statistik, nilai statistic goodness of fitnya dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F, dan koefisien determinasinya. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima. Dalam pengujian hipotesis ini dapat dilakukan dengan cara-cara, yaitu : 1) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel dependen secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel independent. Pengujian ini menggunakan uji dua sisi. Adapun langkah-langkahnya adalah : a) Menentukan formula hipotesis
64
H0 : β1 : = 0 Berarti variabel dependen secara individu tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen. H0 : β1 : ≠ 0 Berarti variabel dependen secara individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen. b) Menentuan level of signifikan, α = 5% c) Menghitung t hitung dan menentukan t tabel t hitung
=
t tabel
= t α/2 ; n-k
dimana : αi
= koefisien regresi variabel ke I
SE
= standart error
N
= jumlah sampel (observasi)
K
= banyaknya parameter
d) Menentukan kriteria pengujian
Ho ditolak
Ho diterima
- t α/2 ; n-k
Ho ditolak
t α/2 ; n-k
Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t e) Hasil Pengujian: i. Ho diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel Artinya variabel dependen secara individu tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen.
65
ii. Ho ditolak jika t hitung ≤ - t tabel atau t hitung ≥ t tabel Artinya variabel dependen secara individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen 2) Uji Statistik F (Uji Secara Bersama-sama) Uji F digunakan untuk menguji apakah sekelompok variabel
independen
pengaruh
secara
yang signifikan
bersama-sama terhadap
mempunyai
variabel dependen.
Langkah-langkah pengujian : a) Menentukan formula hipotesis i. Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, berarti variabel dependen secara individu tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen. ii. Ho: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, berarti variabel dependen secara individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen. b) Menentuan level of signifikan, α = 5% c) Menghitung F Hitung F hitung = F tabel
= Fa (k-1; nk)
66
d) Kriteria Pengujian
Ho diterima
Ho ditolak
F Fa (k-1;nk) Gambar 3.2 Gambar Daerah Kritis Uji F e) Hasil pengujian i.
Ho diterima jika F hitung < F tabel Artinya variabel dependen secara individu tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen.
ii.
Ho ditolak jika F hitung > F tabel Artinya variabel dependen secara individu memiliki pengaruh
yang
signifikan
terhadap
variabel
independen. 3) Koefisien Determinasi Koefisien
determinasi
(R²),
dapat
digunakan
untuk
mengetahui berapa persen (%) variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi R2 adjusted antara nol dan satu. Koefisien determinasi nol berarti variabel independen bila mendekati satu
67
berarti variabel independen semakin berpengaruh terhadap variabel dependen. Rumus adjusted R2 adalah sebagai berikut : Adjusted R 2
{1 (1 R 2 )} /( N k ) N k 1
Dimana : R2 = Koefisien Determinasi N = Jumlah Observasi K = Jumlah Variabel
68
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur. Karena letaknya yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Indonesia terdiri dari 17.508 pulau, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India
68
69
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga dan emas. Indonesia adalah pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, minyak sawit dan karet. Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara tetangganya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia. Sistem
ekonomi
Indonesia
awalnya
didukung
dengan
diluncurkannya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) yang menjadi mata uang pertama Republik Indonesia, yang selanjutnya berganti menjadi Rupiah. Masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh mengakibatkan
bagi
masyarakat,
terjadinya
ditambah
ketidakstabilan
pula
kemelut
politik,
pada
ekonomi
negara.
Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan menekan inflasi, menstabilkan mata uang, penjadualan ulang hutang luar negeri, dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing. Harga minyak bumi yang meningkat pada era tahun 1970-an menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara tahun 1968 sampai 1981. Tahun 1980 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 9,88%, angka pertumbuhan yang sangat tinggi karena efek dari oil boom. Negara-negara
70
maju mengalami resesi ekonomi pada tahun 1982 dari dampak kenaikan harga minyak dunia, ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan yang tajam menyentuh angka 2,24%. Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun 1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai rupiah yang terkendali, selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997 dengan rata-rata perumbuhan mencapai 7%. Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu, yang disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998. Pada tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Indonesia bahkan minus 13,20% akibat krisis ekonomi dan capital flight karena ketidak pastiaan situasi politik dan ekonomi pada saat itu. Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2005 - 2007 melebihi 5% Deskripsi perkembangan variabel sebagai berikut : 1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Perhitungan PDB ada dua jenis yaitu PDB riil yang dihitung dengan
71
harga konstan dan PDB nominal yang dihitung dengan harga berlaku. Pertumbuhan
ekonomi
yang
dimaksud
adalah
menggunakan
pertumbuhan PDB dengan harga konstan, yaitu tahun 1993. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kurun waktu 30 tahun tahun telah mengalami pasang surut. Pertengahan tahun 1970an sampai awal 1980an perekonomian Indonesia tumbuh cukup tinggi, rata-rata berkisar antara 6-7%. Pertumbuhan tersebut merupakan akibat dari adanya peningkatan harga minyak dunia. Sedangkan pertumbuhan yang terendah selama periode tersebut terjadi pada tahun 1982 akibat adanya penurunan harga minyak adanya resesi dunia setelah adanya oil boom pada tahun 1979-1980. Dampak negatif dari resesi ekonomi dunia pada tahun 1982 terhadap perekonomian Indonesia terutama terasa dalam laju pertumbuhan ekonomi yang rendah untuk periode 1982-1988 yaitu sekitar 3,62 persen. Selama periode 1993-1995 ratarata pertumbuhan ekonomi pertahun meningkat menjadi 7,3 persen hingga 8,2 persen. Tetapi pada tahun 1998 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis akibat krisis yang melanda Indonesia yaitu minus 13,13 persen. Hal itu dikarenakan nilai tukar rupiah yang anjlok dan kondisi politik yang buruk sehingga dunia usaha pun juga sepi dan akibatnya perekonomian juga sulit tumbuh. Tahun 2007 telah tumbuh sebesar 6,32%, hal ini terjadi karena stabilitas makro ekonomi dan politik yang cukup terjaga kestabilannya, selain itu juga disebabkan oleh meningkatnya ekspor.
72
Gambar 4.1. Grafik Perkembangan Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 1976-2007 15 10 5 0 -5 -10 -15 1980
1985
1990
1995
2000
2005
RPDB
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009 2. Perkembangan Konsumsi Pemerintah Ekonomi negara dapat digerakkan oleh semua komponen PDB yaitu dari kontribusi konsumsi rumah tangga, pembentukan modal kerja tetap domestik bruto (investasi), pengeluaran pemerintah dan ekspor-impor. Pada tahun 2003, kontribusi komponen-komponen PDB paling besar terhadap ekonomi Indonesia yang tumbuh sebesar 4,10 % berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah yang hampir tiap tahun selalu mengalami peningkatan Tahun 1976 konsumsi pemerintah hanya 1590,5 milyar rupiah pada tahun 1980 naik menjadi 4688,2 milyar rupiah. Tahun 1990 konsumsi pemerintah naik menjadi 18953 milyar rupiah, pada
73
tahun 2000 naik menjadi 90779,7 miyar menjadi 153309.6 pada tahun 2007. Berkat keputusan pemerintahan Habibie (Mei 1998 - Agustus 2001) untuk mendesentralisasikan wewenang pada pemerintah daerah pada tahun 2001, bagian besar dari belanja pemerintah yang meningkat
disalurkan
pemerintah
propinsi
melalui dan
pemerintah
kabupaten
di
daerah.
Hasilnya
Indonesia
sekarang
membelanjakan 37% dari total dana publik. Gambar 4.2. Grafik Perkembangan Konsumsi Pemerintah Tahun 1976-2007 160000
120000
80000
40000
0 1980
1985
1990
1995
2000
2005
KONS
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009 3.
Perkembangan Ekspor Indonesia Jumlah ekspor Indoensia masih sangat rendah pada awal tahun 1976 yaitu sebesar 1108 juta dolar namun mulai tahun 1980 jumlah ekspor tersebut meningkat sebagai akibat adanya oil boom sehingga Indonesia diuntungkan dengan kondisi tersebut. Komoditas
74
utama ekspor Indonesia pada saat itu adalah minyak gas sehingga nilai ekspor meningkat tajam dan menjadi pendorong tersendiri bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indonesia di masa orde baru tahun 1986 mengandalkan migas sebagai komoditas ekspor utama. Kontribusinya jauh di atas 50% dari ekspor Indonesia. Oleh karena itu barang-barang ekspor pada masa itu digolongkan menjadi dua golongan yaitu migas dan nonmigas. mulai tahun 1986 perkembangan ekspor meningkat pesat dari 14805 juta dolar pada tahun 1988 menjadi 19218,5 juta dolar pada awal tahun 1994 naik dua kali lipat menjadi 40055 juta dollar. Indonesia mengalami krisis ekonomi pada awal tahun 1998
yang
diawali dengan krisis moneter. Kondisi ini sangat memukul perdagangan Indonesia dengan turunnya nilai ekspor dan impor pada tahun 1998-1999, dengan berbagai kebijakan di sektor industri dan perdagangan
pemerintah
berusaha
untuk
mendorong
kinerja
perdagangan luar negeri, sehingga nilai ekspor pada tahun 1998 turun menjadi 48.847,6 juta dollar dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 53443.1 juta dollar, kemudian tahun 1999 turun lagi menjadi 48.665,4 juta US dolar, pada tahun 2000 kegiatan ekspor mulai menunjukan kenaikan, mencapai 62.124.
75
Gambar 4.3. Grafik Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 1976-2007 100000 80000 60000 40000 20000 0 1980
1985
1990
1995
2000
2005
EKS
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009 4. Perkembangan Tabungan Domestik Indonesia Tabungan domestik di Indonesia memang masih sangat rendah sehingga belum dapat dijadikan tumpuan dana pembangunan Indonesia. Walaupun begitu merupakan suatu kebanggaan tersendiri karena akumulasi tabungan domestik selalu meningkat dari tahun ke tahun dan pertumbuhannya tersebut sangat pesat Awal tahun 1976 tabungan domestik masih 2089 miliar rupiah, namun pada tahun 1980 jumlah tabungan domestik Indonesia mencapai 6.411 miliar rupiah. Nilai tersebut terus meningkat menjadi sebesar 83.154 miliar rupiah pada tahun 1990 dan pada tahun 2007 tabungan domestik Indonesia sebesar 1,228185 trilyun rupiah. Nilainya selalu mengalami peningkatan, tabungan domestik di Indonesia masih belum mempunyai pengaruh yang berarti bagi
76
pertumbuhan ekonomi Indonesia karena akumulasi tabungan domestik yang rendah dan lebih banyak digunakan untuk membiayai defisit transaksi berjalan ataupun investasi yang kurang produktif Gambar 4.4. Grafik Perkembangan Tabungan Domestik Tahun 1976-2007 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 1980
1985
1990
1995
2000
2005
TAB
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009 5. Perkembangan Penanaman Modal Asing di Indonesia Sejak dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1967 tentang PMA oleh pemerintah Indonesia serta beberapa kebijakan deregulasi di bidang investasi dan peraturan pemerintah tentang penanaman modal asing, terbukti telah mampu menarik investasi dari luar negeri yang terwujud dengan adanya FDI yang melonjak tajam. Beberapa peraturan pemerintah tersebut adalah paket mei 1986, PP No. 17 tahun 1992 tentang diperbolehkannya PMA memiliki saham sampai 100 % bila menanamkan sahamnya di Indonesia (sebelumnya PMA harus bekerjasama dengan pengusaha nasional). Dikeluarkannya PP No. 20
77
tahun 1994 dimana pihak asing diberi kesempatan untuk berinvestasi lebih luas dengan jenis investasi publik. Sejak diberlakukannya UU No. 1 Th. 1967 tentang PMA, arus modal yang masuk ke Indonesia meningkat sangat pesat. Tahun 1976 PMA yang disetujui hanya 438,80 juta dolar dan pada tahun 1981 jumlah PMA yang disetujui sebesar 1179,3 juta dolar. Peningkatan investasi asing ini terjadi akibat pangsa pasar Indonesia yang besar dan faktor produksi terutama tenaga kerja yang murah. Akan tetapi yang menjadi penarik utama investasi asing masuk ke Indonesia adalah karena kestabilan politik Indonesia. Tahun 1997 PMA yang disetujui mencapai 33832,80 akan tetapi pada waktu krisis tahun 1998 PMA yang disetujui turun drastis menjadi 13563,10 juta dollar, penurunan ini terjadi hingga tahun 2002, setelah itu PMA yang di setujui mulai merangkak naik kembali. Gambar 4.5. Grafik Perkembangan Penanaman Modal Asing Tahun 1976-2007 50000 40000 30000 20000 10000 0 1980
1985
1990
1995
PMA
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
2000
2005
78
B. Analisis Data dan Pembahasan 1.
Deskripsi Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data time series yang menggunakan data sekunder. Data yang digunakan tersebut diperoleh dari Laporan Tahunan Bank Indonesia. Data analisis dalam bentuk data tahunan mulai periode 1976 – 2007. Seluruh data yang digunakan akan diolah dan dianalisis menggunakan program Eviews versi 4.0. Analisis data yang akan dikemukakan merupakan hasil analisis secara statistik dan ekonomi. Adapun variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pertumbuhan ekonomi digunakan dalam penelitian ini merupakan pertumbuhan ekonomi yang diperoleh dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto harga konstan yang diubah dulu ke dalam angka indeks dengan tahun dasar 1993. Data pertumbuhan ekonomi ini berupa data tahunan yang diperoleh dari Laporan Tahunan Bank Indonesia terbitan Bank Indonesia. b. Konsumsi Pemerintah dalam penelitian ini adalah pengeluaran yang dilakukan pemerintah dalam menjalankan pemerintahan sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga tidak di gunakan. Data berupa data tahunan diperoleh dari data Laporan Tahunan Bank Indonesia terbitan Bank Indonesia.
79
c. Ekspor yang digunakan dalam penelitian adalah ekspor total baik migas maupun non migas yang dilakukan oleh negara Indonesia. diperoleh dari data Laporan Tahunan Bank Indonesia terbitan Bank Indonesia. d. Tabungan Domestik yang digunakan dalam penelitian adalah penjumlahan antara tabungan pemerintah dan tabungan swasta. Data tabungan domestik berupa data tahunan yang diperoleh dari Laporan Tahunan Bank Indonesia terbitan Bank Indonesia e. Penanaman Modal Asing (PMA) yang digunakan dalam penelitian ini adalah PMA yang disetujui pemerintah berdasarkan sektor. Data penanaman modal asing berupa data tahunan yang diperoleh dari Laporan Tahunan Bank Indonesia terbitan Bank Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan penanaman modal asing. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi. Tabel 4.1 menunjukkan data yang akan digunakan dalam penelitian ini :
80
Tabel 4.1 Data Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Konsumsi Pemerintah, Ekspor Tabungan Domestik, dan Penanaman Modal Asing Tahun 1976-2007 Tahun
RPDB
Konsumsi Pemerintah
Ekspor
Tabungan Domestik
PMA
%
Milyar Rp
Juta $
Milyar Rp
Juta $
1976
6,88
1590,5
8547
2089
438,80
1977
8,77
2077,3
10853
2428
647,10
1978
7,85
2658,9
11643
2813
402,70
1979
6,25
3733,4
15591
4244
1838,90
1980
9,88
4688,2
21909
6411
906,70
1981
7,93
6452
25164,5
8010
1179,30
1982
2,24
7228,7
22328,3
8868
1396,60
1983
4,19
8077,3
21145,9
12397
2882,20
1984
6,03
9121,5
21887,8
15498
1107,10
1985
8,88
11067
18586,7
20174
859,00
1986
5,88
12167
14805
23511
826,20
1987
4,93
12126
17135,6
29331
1456,90
1988
5,73
13421
19218,5
37510
4434,40
1989
7,51
16872
22159,5
54375
4718,80
1990
7,24
18953
25675,2
83154
8750,10
1991
6,91
22830
29142
95118
8778,00
1992
6,43
26879
33966,9
114850
10332,20
1993
6,56
29757
36823
117636
8144,20
1994
7,54
31014
40055
170406
23724,30
1995
8,22
35584
45417
214764
39914,70
1996
7,82
40299
49814
281718
29931,40
1997
4,70
42952
53443,1
357613
33832,50
1998
-13,20
54415,9
48847,6
573524
13563,10
1999
0,88
72631,3
48665,5
625618
10890,60
2000
4,92
90779,7
62124
720379
15282,80
2001
3,83
113416
56446,7
805827
15043,90
2002
4,38
132219
58119,8
845015
9744,10
2003
4,88
121404,10
61058,2
902326
13207,20
2004
4,89
126248,6
68062,09
965080
10277,30
2005
5,67
134625,6
79361,30
1034086
13579,3
2006
5,51
147563,7
86825,6
1198744
13889,3
2007
6,32
153309,60
93784,9
1228185
24621,8
Sumber : Laporan tahunan Bank Indonesia berbagai edisi. Model time series memiliki asumsi bahwa apa yang terjadi di masa depan merupakan fungsi dari apa yang terjadi di masa lalu.
81
Dengan kata lain, model time series mencoba melihat apa yang terjadi pada suatu kurun waktu tertentu dan menggunakan data time series masa lalu untuk memprediksi. 2.
Model Analisis Penelitian ini menggunakan model analisis Error Correction Model (ECM) atau model koreksi kesalahan untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Model Error Correction Model (ECM) merupakan salah satu pendekatan model linear dinamis yang berkaitan dengan perilaku data runtut waktu. Model ini dapat digunakan untuk untuk mencari model kesinambungan jangka pendek dan jangka panjang. Alat analisis ini lebih relevan jika data yang akan dianalisis bersifat standar/ normal/ stabil, sebab salah satu persyaratan untuk mengaplikasikan regresi deret waktu adalah dipenuhinya data yang bersifat stationer. Data yang bersifat tidak stationer untuk koefisien regresi tersebut menjadi tidak valid lagi (Insukindro, dalam Nur Hidayah, 2006: 98). a. Uji Model Mac Kinnon, White dan Davidson (MWD Test) Rule of thumb dari uji MWD adalah bila Z1 signifikan secara statistik, maka kita menolak model yang benar adalah linear atau dengan kata lain, bila Z1 signifikan secara statistik maka model yang benar adalah log-linear. Sebaliknya bila Z2 signifikan secara statistik maka kita menolak model yang benar adalah log-linear
82
atau dengan kata lain, bila Z2 signifikan secara statistik maka model yang benar adalah linear. Hasil uji MWD adalah : Tabel 4.2 Hasil Uji MWD Uji MWD
Koefisien
Std. Error
t-Statistic
Prob.
Linear
2.240894
1.860934
1.204177
0.2562
0.029647 -4.226412
0.0018
-0.125300
Log linear
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009 Berdasarkan hasil uji MWD, yaitu MWD linear dan MWD log-linear dapat diketahui bahwa Z1 tidak signifikan secara statistik (Z1 = 0,2562) sedangkan Z2 signifikan secara statistik (Z2 = 0,0018). Dari hasil tersebut dapat kita simpulkan bahwa model linear digunakan dalam penelitian. b. Estimasi Error Correction Model (ECM) Penelitian
ini
menggunakan
model
ECM
untuk
menjelaskan pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel-variabel independen yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Adapun model regresi fungsi RPDB dengan menggunakan ECM adalah sebagai berikut : D RPDBt = C0 + C1 DKONSt + C2 DEKSt + C3 DTABt + C4DPMAt + C5 KONSt -1+ C6 EKSt-1 + C7TABt-1 + C8 PMAt-1 + C9 ECT....................................................................................(4.1) Keterangan : DRPDB
: Perubahan PDB
83
DKONS
: Perubahan Konsumsi Pemerintah
DEKS
; Perubahan Ekspor Indonesia
DTAB
: Perubahan Tabungan Domestik
DPMA
: Perubahan Penanaman Modal Asing
KONS
; Konsumsi Pemerintah
TAB
: Tabungan Domestik
EKS
: Ekspor Indonesia
PMA
: Penanaman Modal Asing
ECT
:Error
correction
term
adalah
biaya
ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi akibat variabel-variabel bebas dalam model c0
: Intersep
c1 , c 2 , c3 , c 4 : Koefisien asli hasil regresi ECM jangka panjang c 5 , c 6 , c 7 , c 8 : Koefisien hasil regresi ECM jangka pendek
c9
: Koefisien regresi ECT
Dimana
:
DRPDB
: RPDB-RPDBt-1
DKONS
: KONS-KONSt-1
DEKS
: EKS-EKSt-1
DTAB
: TAB-TABt-1
DPMA
: PMA-PMAt-1
ECT
: KONSt-1 + EKSt-1 + TABt-1 + PMAt-1 - RPDBt-1
84
Tabel 4.3 Hasil Analisis dengan Model ECM Variabel
Koefisien
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C 5.243260 2.067618 2.535893 D(KONS) 0.000126 9.63E-05 1.310435 KONS(-1) -0.800061 0.141185 -5.666760 D(EKS) 0.000290 0.000130 2.235653 EKS(-1) -0.800186 0.141203 -5.666916 D(TAB) -5.42E-05 1.49E-05 -3.633921 TAB(-1) -0.800142 0.141225 -5.665730 D(PMA) 0.000165 9.41E-05 1.578561 PMA(-1) -0.800090 0.141225 -5.665344 ECT 0.800135 0.141219 5.665904 F-statistic R-squared Adjusted R-squared Prob(F-statistic) Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
0.0192 0.2042 0.0000 0.0364 0.0000 0.0016 0.0000 0.0932 0.0000 0.0000 10.55760 0.818994 0.741420 0.000005
Hasil analisis ECM dari tabel 4.10 tersebut estimasi model dinamis ECM dapat diperoleh fungsi regresi OLS sebagai berikut : DRPDBt = 5,243260 + 0,000126 DKONSt + 0,000290 DEKSt 0,000054
DTABt + 0,000165DPMAt – 0,80061KONSt
-1-
0,800186EKSt-1 -0,800142TABt-1 -0,800090 PMAt-1 + 0,800135 ECT........................................................................................(4.2) Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis ECM di atas, dapat diketahui besarnya nilai variabel ECT (Error Correction Term). 0,800135. ECT tersebut merupakan indikator apakah spesifikasi model dianggap baik atau tidak. Hal ini dapat dilihat dari besarnya tingkat signifikansi dan koefisien dari ECT. Variabel ECT signifikan pada derajat keyakinan 5% dan
85
menunjukkan tanda positif, maka spesifikasi model sudah sahih (valid) Koefisien ECT menunjukkan angka 0,800135 berarti bahwa proporsi biaya keseimbangan dan pergerakan Pertumbuhan Ekonomi (PDB) pada periode sebelumnya yang disesuaikan pada periode sekarang adalah sekitar 0,800135%, sedangkan tingkat signifikansi ECT menunjukkan angka 0,0000 berarti tingkat signifikansi pada 5%. Spesifikasi model yang dipakai adalah tepat dan mampu menjelaskan variasi dinamis. Variabel jangka pendek dari model persamaan tersebut ditunjukkan oleh KONS(-1), EKS(-1), TAB(-1) dan PMA(-1). Variabel jangka panjang dari model persamaan tersebut ditunjukkan oleh DKONS, DEKS, DTAB dan DPMA. Koefisien regresi jangka pendek dari regresi ECM ditunjukkan oleh besarnya koefisien pada variabel-variabel jangka pendek diatas sedangkan koefisien regresi jangka panjang dengan simulasi dari regresi ECM Pertumbuhan Ekonomi yang diperoleh dari : C
: c0 /c9= 5,243260/ 0,800135 = 6,552969
KONS : (c5+c9)/c9=(-0,800061+0,800135)/0,800135= 0,000092 EKS
: (c6+c9)/c9=(-0,800186+0,800135)/0,800135= -0,000063
TAB
: (c7+c9)/c9=(-0,800142+0,800135)/0,800135= -0,000009
PMA
: (c8+c9)/c9=(-0,800090+0,800135)/0,800135= 0,000056
86
Hasil perhitungan jangka panjang dapat ditulis dalam persamaan linier sebagai berikut : DRPDB = 6,552969 + 0,000092 - -0,000063- -0,000009 + 0,000056 Pengujian asumsi klasik dan uji statistik digunakan untuk mengetahui apakah hasil estimasi ini dapat dipercaya. c. Pengujian Terhadap Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinearitas Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya masalah multikolinearitas adalah menggunakan metode korelasi parsial yang disarankan oleh Farrar dan Glauber, yakni dengan membandingkan nilai R2 dari regresi awal dengan regresi variabel independen yang satu terhadap variabel independen lainnya R2 >
(determinasi parsial). Jika
, maka dapat dinyatakan masalah multikolinearitas
tidak serius. Sebaliknya jika R2 < masalah multikolinearitas serius.
, maka dinyatakan
87
Tabel 4.4 Uji Klein untuk Mendeteksi Multikolinearitas R2
Variabel
Dkons- Deks 0.001309 0.818994 Dkons – Dtab 0.271780 0.818994 Dkons - Dpma 0.053791 0.818994 Dkons- kons (-1) 0.165738 0.818994 Dkons- eks(-1) 0.263821 0.818994 Dkons- tab(-1) 0.244292 0.818994 Dkons- pma (-1) 0.142776 0.818994 Deks – Dkons 0.135107 0.818994 Deks – Dtab 0.008802 0.818994 Deks – Dpma 0.142564 0.818994 Deks – eks (-1) 0.097003 0.818994 Deks – kons(-1) 0.149966 0.818994 Deks – tab(-1) 0.146481 0.818994 Deks –pma (-1) 0.007585 0.818994 Dtab - Dkons 0.271780 0.818994 Dtab - Deks 0.008802 0.818994 Dtab - Dpma 0.117444 0.818994 Dtab – tab (-1) 0.316212 0.818994 Dtab – kons (-1) 0.286898 0.818994 Dtab – eks (-1) 0.466585 0.818994 Dtab – pma (-1) 0.482693 0.818994 Dpma - Dkons 0.053791 0.818994 Dpma - Deks 0.142564 0.818994 Dpma - Dtab 0.117444 0.818994 Dpma – pma (-1) 0.081744 0.818994 Dpma – kons(-1) 0.004620 0.818994 Dpma – eks(-1) 0.000543 0.818994 Dpma – tab (-1) 0.001294 0.818994 Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
Kesimpulan Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius Multikolinearitas tidak serius
Tabel di atas menunjukkan bahwa semua korelasi antar
variabel
independen
memiliki
nilai
yang lebih kecil jika dibandingkan dengan R2 Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
88
semua variabel independen masalah multikolinearitas tidak serius. 2) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga penaksir OLS tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun sampel besar (tetapi masih tidak bias dan konsisten). Masalah heteroskedastisitas dapat diketahui engan dilakukan d uji Park. Uji ini dilakukan melalui dua tahap regresi sebagai berikut: a) Melakukan regresi atas model yang digunakan dengan menggunakan
OLS
yang
kemudian
diperoleh
nilai
residualnya. b) Nilai residual yang didapat dari hasil regresi kemudian dikuadratkan, lalu diregresikan dengan variabel independen. Kemudian
dilakukan
uji
secara
statistik
apakah
αi
berpengaruh secara statistik atau tidak. Hasil regresi menunjukkan αi tidak signifikan (pada derajat signifikansi 5%),
maka
tidak
terjadi
masalah
heteroskedastisitas.
Sebaliknya, jika αi signifikan (pada derajat signifikansi 5%), maka terjadi masalah heteroskedastisitas.
89
Tabel 4.5 Uji Park untuk Mendeteksi Heteroskedastisitas Variabel
Koefisien
Std. Error
t-Statistic
C -0.851836 2.223276 -0.383144 D(KONS) -1.58E-06 9.46E-05 -0.016740 KONS(-1) -0.279835 0.224106 -1.248672 D(EKS) 8.92E-06 0.000125 0.071479 EKS(-1) -0.279796 0.224095 -1.248560 D(TAB) -3.93E-06 1.47E-05 -0.267166 TAB(-1) -0.279837 0.224095 -1.248743 D(PMA) -1.96E-07 9.27E-05 -0.002117 PMA(-1) -0.279841 0.224087 -1.248804 ECT_Hetero 0.279835 0.224096 1.248729 R-squared 0.079006 F-statistic Adjusted R -0.335441 Prob(F-statistic) Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
Prob. 0.7057 0.9868 0.2262 0.9437 0.2262 0.7921 0.2262 0.9983 0.2262 0.2262 0.190630 0.992659
Hasil pengujian menunjukkan probabilitas semua variabel dalam jangka pendek dan jangka panjang tidak signifikan pada α = 5% seperti ditunjukkan oleh tabel 4.14. Dapat disimpulkan dalam model tersebut tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. 3) Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti pada data deretan waktu) atau ruang(seperti dalam data cross section). Autokolerasi ini sering terjadi pada analisis yang menggunakan time series. Penelitian ini menggunakan uji Breusch-Godfrey (BreushGodfrey test) yakni berupa regresi atas semua variabel bebas
90
dalam persamaan regresi ECM tersebut dan variabel lag-1 dari nilai residual regresi ECM. Adapun hasil persamaan regresi ECM dapat dituliskan sebagai berikut: RESIDUt = c0 + c1 DKONSt + c2 DEKSt + c3 DTABt + c4 DPMAt + c5 DKONSt-1 + c6 DEKSt-1 + c7 DTABt-1 + c8 PMAt1
+ c9 ECT + RESIDUt-1 + e t.............................(4.3)
Dari model tersebut akan didapat nilai R², kemudian nilai ini dimasukkan dalam rumus sebagai berikut: (n- 1)R², dimana n adalah
jumlah
observasi.
Selanjutnya
nilai
(n-1)
R²
diperbandingkan dengan ² (0,05). Dimana ² (0,05) adalah nilai kritis Chi Square yang ada dalam tabel statistik Chi Square. Jika (n-1) R² lebih besar dari ², maka terdapat masalah autokorelasi, dan jika sebaliknya maka tidak terjadi masalah autokorelasi. Hasil perhitungan uji Breusch-Godfrey ditunjukkan oleh tabel 4.6 Tabel 4.6. Uji Breusch-Godfrey untuk Mendeteksi Autokorelasi Variabel Koefisien D(KONS) 4.32E-06 D(EKS) 5.23E-06 D(PMA) 1.87E-06 D(TAB) -2.52E-06 KONS(-1) 0.121438 EKS(-1) 0.121449 PMA(-1) 0.121496 TAB(-1) 0.121484 ECT -0.121477 RESID(-1) -0.235943 R-squared Adjusted R-squared
Std. Error 0.000106 0.000137 9.62E-05 1.67E-05 0.243779 0.243794 0.243885 0.243865 0.243852 0.362228
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
t-Statistic 0.040791 0.038244 0.019461 -0.150459 0.498148 0.498162 0.498168 0.498161 -0.498160 -0.651367
Prob. 0.9678 0.9699 0.9847 0.8818 0.6236 0.6235 0.6235 0.6235 0.6235 0.5219 0.010219 -0.413973
91
Hasil
pengujian
autokorelasi
dengan
menggunakan
Lagrange Multiplier Test menunjukkan bahwa R2 = 0,010219 sehingga didapatkan (n-1) R2 = (31-1) x 0.010219 = 0,30657. Nilai ² (1) dengan α = 5% adalah 3,84146. Sehingga 0,30657 < 3,84146 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi terhadap variabel-variabel di dalam model. 4) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel terdistribusi secara normal atau tidak. Dalam peneltian ini menggunkan uji Jarque-Bera untuk mengetahui normalitas residual. Jarque-Bera = Dimana : n = ukuran sampel S = koefisien skewness K = koefisen kurtosis Probabilitas JB lebih kecil dari 5% maka Ho di tolak sedangkan jika nilai JB lebih besar dari 5% maka Ho diterima.
92
Tabel. 4.7 Uji Normalitas dengan Uji Jarque-Bera Mean
-360E-11
Median
0,109245
Maximum
4,828712
Minimum
-3,959098
Std. Dev.
1,957523
skewness
0,527424
kurtosis
3,3023989
Jarque- Bera
1,610377
Probabilitas
0,447004
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009 Probabilitas J-B menunjukan hasil yang tidak signifikan dengan tingkat signifikansi 5%, seningga Ho diterima. Hal ini berarti bahwa residual berdistribusi normal. 5) Uji Linearitas Uji linearitas pada dasarnya digunakan untuk menguji asumsi CLRM tentang linearitas model. Uji Ramsey yang dikenal dengan sebutan uji kesalahan spesifikasi umum digunakan untuk mengetahui linearitas. Diperoleh hasil estimasi regresi seperti pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Hasil Linearitas dengan Uji Ramsey F-hitung
0.291568
Probabilitas
0.602320
Log likelihood ratio
0.669538
Probabilitas
0.413213
Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
93
Hasil estimasi terlihat bahwa nilai F-hitung tidak signifikan. Ini berarti tidak terjadi masalah linearitas atau kesalahan spesifikasi model. d. Uji Statistik 1) Uji t (Uji Secara Individu) - Uji t adalah uji secara individual semua koefisien regresi yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing
variabel
independen
terhadap
variabel
dependennya. (t-tabel = 1,697 ) - Jika –1,697 < t hitung < 1,697 pada tingkat signifikansi 5%, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variable independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. - Jika t hitung < –1,697 atau t hitung > 1,697 pada tingkat signifikansi 5%, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya variable independen mempengaruhi variabel dependen secara signifik. Hasil pengujian uji t adalah sebagai berikut : a) Pengaruh Variabel Independen Jangka Pendek Pengujian secara individual dari koefisien regresi masingmasing variabel bebas jangka pendek dengan menggunakan model ECM diperoleh hasil sebagai berikut :
94
Tabel 4.9 Pengaruh Variabel Independen Jangka Pendek Variabel
t-hitung
Kons (-1)
t-tabel
-5,66676
1,697
Eks (-1)
-5,666916
1,697
Tab (-1)
-5,66573
1,697
Pma (-1) -5,665344 Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
1,697
(1) Konsumsi Pemerintah Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel KONS(-1) sebesar -5,66676 atau t-hitung < -1,697 Artinya, variabel KONS(-1) secara individu berpengaruh secara statistik terhadap variabel RPDB pada derajat signifikansi 5%. (2) Ekspor Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel EKS(-1) sebesar -5,666916 atau t-hitung < -1,697. Artinya, variabel EKS(-1) secara individu berpengaruh secara statistik terhadap variabel RPDB pada tingkat signifikansi 5% (3) Tabungan Domestik Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel TAB(-1) sebesar -5,66573 atau t-hitung < -1,697
.
Artinya, variabel TAB(-1) secara individu berpengaruh
95
secara statistik terhadap variabel RPDB pada tingkat signifikansi 5% (4) Penanaman Modal Asing Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel PMA (-1) sebesar -5,665344 atau t-hitung < -1,697. Artinya, variabel PMA(-1) secara individu berpengaruh secara statistik terhadap variabel dependen RPDB pada tingkat signifikansi 5%. b) Pengaruh Variabel Independen Jangka Panjang Tabel 4.10 Pengaruh Variabel Independen Jangka Panjang Variabel
t-statistik
t-tabel.
Kons
1,310435
1,697
Eks
2,235653
1,697
Tab
-3,633921
1,697
Pma 1,578561 Sumber : Hasil olahan E-views 4.0,2009
1,697
(1) Konsumsi Pemerintah Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel KONS sebesar 1,310435 < dari t-tabel (1,697). Artinya, variabel KONS secara individu tidak berpengaruh secara statistik
terhadap
signifikansi 5%.
variabel
RPDB
pada
derajat
96
(2) Ekspor Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel EKS sebesar 2,235653 > dari t-tabel (1,697) . Artinya, variabel EKS secara individu berpengaruh secara statistik
terhadap
variabel
RPDB
pada
tingkat
signifikansi 5% (3) Tabungan Domestik Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel TAB sebesar -3,633921 < dari -t-tabel (-1,697) . Artinya, variabel TAB secara individu berpengaruh secara statistik
terhadap
variabel
RPDB
pada
tingkat
signifikansi 5% (4) Penanaman Modal Asing Hasil pengolahan data diperoleh t-hitung variabel PMAsebesar 1,578561 < dari t-tabel (1,697) Artinya, variabel PMA secara individu tidak berpengaruh secara statistik terhadap variabel dependen RPDB pada tingkat signifikansi 5%. 2) Uji F (Uji Secara Bersama- Sama) Uji F adalah uji untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen
bersama-sama.
terhadap
variabel
Berdasarkan dari
hasil
dependen
secara
pengolahan
yang
diperoleh dari model dinamik ECM, nilai F hitung adalah
97
sebesar 10,55760, dan F tabel adalah 8,64 ( F hitung > F tabel) Hal ini berarti bahwa dalam hasil regresi dengan ECM secara bersama-sama dalam jangka pendek dan jangka panjang variabel konsumsi
pemerintah,
ekspor,
tabungan
domestik,
dan
penanaman modal asing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada derajat signifikansi 5%. 3) Koefisien Determinasi (R2) Goodness of fit (ketepatan model) adalah untuk mengetahui berapa persen variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi
variabel
independen.
Berdasarkan
hasil
estimasi
menunjukkan bahwa nilai R 2 adalah sebesar 0,818994 yang berarti 81,8994% faktor jangka pendek dan jangka panjang variabel konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan penanaman modal asing, dapat menjelaskan variasi perubahan Indeks Williamson sedangkan sisanya 18,1006% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model C. Interpretasi Ekonomi Dari hasil estimasi ECM didapatkan koefisien variabel ECT sebesar 0,800135 dengan probabilitas 0,0000 yang berarti signifikan pada tingkat signifikansi 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa model analisis ECM adalah valid atau cukup baik. Untuk nilai R 2 sebesar 0,818994 yang mempunyai arti bahwa sebesar 81,89% variasi variabel RPDB dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang terdiri dari konsumsi pemerintah,
98
ekspor, tabungan domestik dan penanaman modal asing.Sementara sisanya sebesar 18,11% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model. 1. Pengaruh Konstanta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukan bahwa nilai koefisien konstanta sebesar 5,243260. Hal itu berarti, jika semua variabel independen (konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan penanaman modal asing) konstan, maka rata-rata perubahan pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 5,243260%. Nilai konstanta berpengaruh secara signifikan, hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas yang signifikan secara statistik pada taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 0,0192. 2. Pengaruh Konsumsi Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukkan bahwa variabel Konsumsi pemerintah dalam jangka pendek mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien variabel konsumsi pemerintah dalam jangka pendek sebesar 0,800061, artinya jika konsumsi pemerintah turun 1 satuan, maka akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800061% dan sebaliknya bila konsumsi pemerintah naik 1 satuan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800061%. Sedangkan dalam jangka panjang variabel konsumsi pemerintah mempunyai pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hal ini
99
ditunjukkan oleh nilai t statistik yang tidak signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5%. Pengeluaran konsumsi pemerintah merupakan pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari-hari oleh karena itu pengeluaran ini termasuk dalam kategori pengeluaran yang tidak produktif. Menurut Dornbusc dan Fisher dalam Muhamad Risang Hermawan (2008), rasio korelasi pemerintah terhadap RPDB memiliki korelasi yang negatif. Peningkatan konsumsi akan menyebabkan semakin tingginya jumlah pajak yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaran tersebut, untuk menaikan kebijakan pajak pemerintah tidak bisa melakukan begitu saja tetapi harus melewati birokrasi yan cukup lama. Pemerintah berusaha meminjam dana bank sentral atau menerbitkan surat-surat berharga kepada publik. Kenaikan pada pengeluaran pemerintah yang dibiayai dari bank sentral akan menyebabkan kenaikan tingkat harga secara permanen dan bila kenaikan
pada
pengeluaran
pemerintah
dari
money
creation
menyebabkan kenaikan permanen di tingkat inflasi. Pemerintah meminjam kepada publik untuk membiayai pengeluaran yang besifat sementara akan menyebabkan kenaikan harga, sedangkan pembiayaan pengeluaran pemerintah yang bersifat permanen dari publik akan menyebabkan interest payment yang meningkat terus menerus dan menyebabkan defisit anggaran berkelanjutan.
100
Menurut Folster dan Henrekson dalam Muhamad Risang Hermawan, yang meneliti pengeluaran pemerintah dan hubungan dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju tahun 1970-1995 mendapat hubungan negatif diantara keduanya. Mereka berpendapat hal ini disebabkan karena pengeluaran pemerintah yang terlalu besar melebihi fungsinya menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi karena untuk membiayai pengeluaran tersebut pemerintah harus menaikan pajak atau meminjam pada sektor swasta hal ini berdampak pada berkurangnya intensif pada sektor swasta untuk berinvestasi, mengambil keuntungan dan menciptakan lapangan baru. 3. Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukkan bahwa variabel ekspor dalam jangka pendek mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien variabel ekspor dalam jangka pendek sebesar -0,800186, artinya jika ekspor turun 1 satuan, maka akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800187% dan sebaliknya bila ekspor naik 1 satuan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800187%. Dalam jangka panjang ekspor berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, koefisien variabel ekspor sebesar 0,000290. Besarnya koefisien variabel ekspor ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang setiap 1 kenaikan satuan ekspor akan menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,000290% dan begitu pula sebaliknya jika ekspor
101
turun 1 satuan maka pertumbuhan ekonomi akan turun 0,000290% dengan asumsi variabel lain konstan. Hubungan yang negatif antara ekspor dengan pertumbuhan ekonomi dapat terjadi karena walaupun terjadi kenaikan ekspor, namun kegiatan ekspor tersebut juga diikuti dengan kenaikan impor. Kenaikan impor tersebut digunakan untuk menambah faktor produksi seperti bahan baku yang akan digunakan untuk meningkatkan lagi kegiatan ekspor. Kegiatan ekspor di Indonesia memang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Masalah tersebut yang menjadi penyebab mengapa dalam jangka panjang ekspor memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekspor yang rendah disebabkan oleh masih tingginya komponen bahan baku impor dalam industri, sehingga ekspor yang diterima dari ekspor akan terserap kembali ke luar negeri untuk membayar impor bahan baku tersebut. Selain itu produk yang diekspor masih banyak yang berupa produk primer atau setengah jadi yang nilainya dipasaran lebih rendah karena belum di olah lebih lanjut menjadi bahan jadi. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suyatno dan Nur Hidayah, variabel ekspor menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini variabel ekspor berpengaruh terhadap secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, jadi penelitian terdahulu dan ini mempunyai kesamaan pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi.
102
4. Pengaruh Tabungan Domestik Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukkan bahwa variabel tabungan domestik dalam jangka pendek mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien variabel tabungan domestik dalam jangka pendek sebesar 0,800142, artinya jika tabungan domestik turun 1 satuan, maka akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800142% dan sebaliknya bila tabungan domestik naik 1 satuan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800142 %. Dalam jangka panjang, koefisien variabel tabungan domestik sebesar -0,0000542. Besarnya koefisien variabel tabungan domestik ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang setiap 1 kenaikan satuan tabungan domestik akan menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,0000542% dan begitu pula sebaliknya jika tabungan domestik turun 1 satuan maka pertumbuhan ekonomi akan turun 0,0000542% dengan asumsi variabel lain konstan. Dalam jangka pendek tabungan domestik yang mempunyai hubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi karena tabungan masyarakat yang telah dihimpun merupakan sejumlah uang yang disisihkan setelah digunakan untuk konsumsi sedangkan tabungan pemerintah pada tahun anggaran sebelumnya digunakan untuk membiayai
pengeluaran
pemerintah
yang
termasuk
ke
dalam
pengeluaran rutin dalam tahun anggaran tahun berikutnya. Dalam jangka pendek uang beredar di masyarakat yang seharusnya digunakan
103
untuk investasi menjadi berkurang dan tabungan yang disalurkan dalam bentuk investasi juga membutuhkan waktu untuk bisa menghasilkan manfaat. Dalam jangka panjang terdapat hubungan yang negatif antara tabungan dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena dalam jangka panjang akumulasi tabungan domestik di Indonesia masih sangat rendah bila di banding dengan pendapatan nasional Indonesia. Tabungan pemerintah yang rendah tersebut terjadi karena semakin banyaknya dana yang digunakan untuk konsumsi pemerintah dan masyarakat juga cenderung lebih memilih untuk tidak menyimpankan uangnya untuk ditabung. Selain itu juga disebabkan karena tabungan yang terhimpun hanya sebagian kecil yang diinvestasikan pada digunakan untuk investasi yang produktif. Peran tabungan domestik dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia belum terlihat. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Hidayah dan Basuki Rahmad & Yuni Prihadi Utomo menunjukan bahwa variabel tabungan
domestik
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini variabel tabungan domestik juga berpengaruh secara sinigfikan terhadap pertumbuhan ekonomi, jadi penelitian ini pengaruh tabungan domestik mempunyai korelasi yang sama pada penelitian terdahulu yaitu berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
104
5. Pengaruh Penanaman Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Hasil estimasi Error Correction Model (ECM) menunjukkan bahwa variabel penanaman modal asing (PMA) dalam jangka pendek mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien variabel PMA dalam jangka pendek sebesar 0,800090, artinya jika PMA turun 1 satuan, maka akan menyebabkan kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800090 % dan sebaliknya bila PMA naik 1 satuan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,800090 %. Dalam jangka panjang variabel PMA Dalam jangka panjang, koefisien variabel PMA sebesar 0,000165. Besarnya koefisien variabel PMA ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang setiap 1 kenaikan satuan PMA akan menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar
0,000165% dan begitu pula sebaliknya jika PMA turun 1
satuan maka pertumbuhan ekonomi akan turun
0,000165 dengan
asumsi variabel lain konstan. Menurut Bambang Kustituanto dan Istikomah, secara teoritis, dalam jangka panjang penanaman modal asing tidak berpengaruh disebabkan oleh beberapa faktor : a. Risk
Country
yaitu
pasar
domestik
yang
kecil
sehingga
menyebabkan rate of return dari modal rendah dan kurang tersedianya fasilitas pendukung seperti transportasi, tenaga kerja terampil, dan teknologi.
105
b. Pengembangan penanaman modal asing di Indonesia masih terhambat oleh rumitnya proses pengurusan izin-izin akibat birokrasi yang berbelit-belit serta kurangnya keterpaduan koordinasi antar departemen yang terkait. c. Masih minimnya informasi tentang sumber-sumber dana dari sektor perbankan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembiayaan proyek. d. Rendahnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia sehingga rencana alih teknologi belum terlaksana dengan baik, serta terjadinya persaingan yang semakin ketat dalam menarik investasi asing oleh negara maju maupun negara berkembang. Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam jangka pendek penanaman modal asing berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jangka panjang penanaman modal asing tidak membawa pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi . Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suyatno, Bambang Kustituanto dan Istikomah serta Nur Hidayah menunjukan bahwa pengaruh
penanaman
modal
asing
tidak
signifikan
terhadap
pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini variabel penanaman modal asing tidak berpengaruh secara signifikan, sehingga penelitian ini dan penelitian terdahulu mempunyai korelasi yang sama yaitu tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
106
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1976-2007, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada uji F semua variabel baik dalam jangka pendek dan jangka panjang seperti variabel konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan penanaman modal asing secara bersama-sama mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. 2. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa pemilihan variabel sudah tepat, karena R2 yang dihasilkan hampir mencapai angka 1. Nilai koefisien determinasi menunjukan bahwa variasi dari variabel pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan oleh variabel konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik dan penanaman modal asing. 3. Pada uji t, dalam jangka pendek, variabel konsumsi pemerintah, ekspor, tabungan domestik, dan penanaman modal asing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sementara untuk jangka panjang, variabel ekspor dan tabungan domestik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan konsumsi pemerintah dan penanaman modal asing
tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
106
107
4. Hasil Uji Error Correction Model (ECM) a. Variabel Konsumsi Pemerintah dalam jangka pendek mempunyai hubungan yang negatif dan berpengaruh signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap pertumbuhan ekonomi. Jangka panjang, konsumsi
pemerintah
mempunyai
hubungan
yang
positif
dan
berpengaruh tidak signifikan pada tingkat signifikasi 5% terhadap pertumbuhan ekonomi. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi pemerintah dalam jangka panjang dan pendek tidak sesuai dengan hipotesis tetapi konsumsi pemerintah dalam jangka mempunyai kecenderungan yang positif jika dilihat dari koefisiennya. b. Variabel Ekspor memiliki hubungan yang negatif dan signifikan pada tingkat signifikasi 5% terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek, hal tersebut terjadi karena peningkatan ekspor akan diikuti oleh peningkatan impor. Dalam jangka panjang memiliki hubungan yang positif dan signifikan pada tingkat signifikasi 5% terhadap pertumbuhan ekonomi. Ekspor dalam jangka pendek tidak sesuai dengan hipotesis sedangkan ekspor dalam jangka panjang sesuai dengan hipotesis. c. Variabel Tabungan Domestik memiliki hubungan yang negatif dan signifikan pada tingkat signifikasi 5% terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam jangka pendek, hal ini disebabkan karena dalam jangka pendek uang beredar di masyarakat yang seharusnya digunakan untuk investasi menjadi berkurang sehingga kegiatan ekonomi menurun. Selain itu juga disebabkan karena hanya sebagian kecil dari tabungan swasta yang telah
108
disalurkan untuk investasi. Dalam jangka panjang memiliki hubungan yang negatif dan signifikan pada signifikasi 5% terhadap pertumbuhan ekonomi. Dapat disimpulkan bahwa tabungan domestik dalam jangka pendek dan panjang tidak sesuai dengan hipotesis. Dalam jangka panjang terdapat hubungan yang negatif antara tabungan dan pertumbuhan ekonomi karena dalam jangka panjang akumulasi tabungan domestik di Indonesia masih sangat rendah bila di banding dengan pendapatan nasional Indonesia. d. Variabel Penanaman Modal Asing memiliki hubungan yang negatif dan signifikan pada tingkat signifikasi 5% terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan pada signifikasi 5% terhadap pertumbuhan ekonomi. Dapat di simpulkan bahwa PMA dalam jangka pendek dan panjang tidak sesuai dengan hipotesis tetapi dalam jangka panjang sudah menunjukan kencenderungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. e. Variabel ECT signifikan pada signifikansi 5% dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,8001. Angka ini menunjukan bahwa proporsi biaya ketidakseimbangan
dalam
pertumbuhan
ekonomi
pada
periode
sebelumnya yang disesuaikan pada periode sekarang adalah 0,8001.
109
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Pengeluaran konsumsi pemerintah mempunyai kecenderungan positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi ini menunjukan indikasi bahwa pengeluaran pemerintah tersebut
lebih banyak digunakan untuk
membiayai pengeluaran yang bersifat administrasi pemerintah. Di masa yang akan datang perlu di imbangi dan diarahkan pada pengeluaran yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, sehingga akan terbuka lapangan kerja yang luas. 2.
Ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, akan tetapi peran ekspor masih sangat minim sehingga perlu adanya reformasi di bidang birokarsi seperti e-licensing untuk mempercepat proses perijinan, memberikan kepastian waktu dan biaya pengurusan. Promosi produk ekspor Indonesia ke luar negeri, dan memperbanyak pusat lelang di setiap provinsi seperti pusat lelang Suropadan di Jawa Tengah.
3.
Penanaman modal asing mempunyai kecenderungan berpengaruh positif, ini tidak sesuai dengan hipotesis awal. Pemerintah perlu menciptakan stabilitas ekonomi makro yang mantap melalui program-program reformasi, deregulasi, dan debirokratisasi di seluruh aspek pembangunan ekonomi dan menurunkan tingkat suku bunga agar investasi dapat berkembang. Tingkat suku bunga yang lebih rendah maka investor akan kembali melirik
110
Indonesia sebagai tempat berinvestasi selain itu reformasi di bidang birokrasi akan mempermudah kelancaran berinvestasi. 4.
Penelitian selanjutnya agar hasilnya lebih valid maka dapat menambah jumlah variabel independennya, seperti hutang luar negeri, nilai tukar rupiah, dan impor serta membandingkan dengan alat analisisnya selain ECM antara lain VAR, VEC atau Struktur VAR.
111
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 1992. Ekonomi Pembangunan Edisi 2. Yogyakarta: STIE YKPN Boediono. 1981. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta -------------, 1994. Ekonomi Moneter. Yogyakarta : BPFE Dornbusch Rudiger and Stanley Fisher. 1998. Makroekonomi. Alih Bahasa Julius A. Mulyadi. Jakarta : Erlangga Dumairy 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga Evasari, Lina Apriliana. 2006. Analsis Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, Produk Domestik Bruto dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Jakarta Islamic Indek (JII) di Bursa Efek Jakarta. Skripsi-FE UNS Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga Hall Hill. 1991. Investasi Asing dan Industrialisasi di Indonesia. LP3S Hartini, Dwi dan Yuni Prihadi Utomo. 2004. Analisis Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia dengan Metode Final Prediction Error. Surakarta: Jurnal Ekonomi Pembangunan FE UMS Hidayah, Nur. 2006. Pengaruh Penanaman Modal Asing, Aliran Bersih Utang Luar Negeri Pemerintah, Ekspor Bersih, dan Tabungan Domestik terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Tahun 1970-2004). Skripsi-FE UNS Indonesia. www.wikipedia.com Insukindro, dan Maryatmo dan Aliman. 2003. Ekonometrika Dasar. Yogyakarta : Bank Indonesia dan FE UGM. Irawan & Suparmoko. 1996. Ekonomi Pembangunan. Yoyakara Kustituanto, Bambang dan Istikomah. 1999. Perananan Penanaman Modal asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Yogyakarta : JEBI. Vol. 14, No.2
112
Jhingan, ML 1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. . 2007. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Laporan Tahunan Bank Indonesia beberapa edisi. Jakarta : Bank Indonesia Mangkoesoebroto, Goeritno 1995. Ekonomi Publik edisi III. Yogyakarta : BPFE Modul Laboratorium Ekonometrika. 2003. FE UNS Mudrajad Kuncoro. 2004. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : UPP AMP YKPN N. Mankiw Gregory. 2003. Pengantar ekonomi Edisi Kedua. Alih Bahasa Drs. Haris Munandar , M.A. Jakarta : Erlangga Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter Buku II Edisi 2. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Pandji Anoraga. 1995. Perusahaan Multi Nasional Penanaman Modal Asing. Jakarta : Pustaka Jaya Risang, Muhammad. 2008 Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di indonesia Periode 1989-2008, SkripsiFE UNS Sritua Arief dan Adi Sasono. 1987. Modal Asing, Beban Hutang Luar Negeri dan Ekonomi Indonesia. Jakarta : UI-Press Sukirno, Sadono. 1996. Makroekonomi, Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Mikro ekonomi.. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Suhendro. 2005. Hukum Investasi di Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: Gita Nagari Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan : Problematika dan Pendekatan. Jakarta: Salemba Empat.
113
Tim Revisi. 2006. Modul Laboratorium Ekonometrika Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Surakarta: UNS Todaro. Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga Tambunan, Tulus. 2006. Iklim Investasi di Indonesia: Masalah, Tantangan dan Potensi. Kadin Indonesia. www.google.com Wijono, Wirjo. 2005. Mengungkap Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia LimaTahun Terakhir www.google.com
114
LAMPIRAN
115 Lampiran 1. Data Perkembangan Variabel
Tabel Data Perkembangan Variabel Pada Tahun 1976-2007
Tahun
RPDB
Konsumsi pemerintah
Ekspor
Tabungan Domestik
PMA
%
Milyar Rp
Juta $
Milyar Rp
Juta $
1976
6.88
1590.5
8547
2089
438.80
1977
8.77
2077.3
10853
2428
647.10
1978
7.85
2658.9
11643
2813
402.70
1979
6.25
3733.4
15591
4244
1838.90
1980
9.88
4688.2
21909
6411
906.70
1981
7.93
6452
25164.5
8010
1179.30
1982
2.24
7228.7
22328.3
8868
1396.60
1983
4.19
8077.3
21145.9
12397
2882.20
1984
6.03
9121.5
21887.8
15498
1107.10
1985
8.88
11067
18586.7
20174
859.00
1986
5.88
12167
14805
23511
826.20
1987
4.93
12126
17135.6
29331
1456.90
1988
5.73
13421
19218.5
37510
4434.40
1989
7.51
16872
22159.5
54375
4718.80
1990
7.24
18953
25675.2
83154
8750.10
1991
6.91
22830
29142
95118
8778.00
1992
6.43
26879
33966.9
114850
10332.20
1993
6.56
29757
36823
117636
8144.20
1994
7.54
31014
40055
170406
23724.30
1995
8.22
35584
45417
214764
39914.70
1996
7.82
40299
49814
281718
29931.40
1997
4.70
42952
53443.1
357613
33832.50
1998
-13.20
54415.9
48847.6
573524
13563.10
1999
0.88
72631.3
48665.5
625618
10890.60
2000
4.92
90779.7
62124
720379
15282.80
2001
3.83
113416
56446.7
805827
15043.90
2002
4.38
132219
58119.8
845015
9744.10
2003
4.88
121404.10
61058.2
902326
13207.20
2004
4.89
126248.6
68062.09
965080
10277.30
2005
5.67
134625.6
79361.30
1034086
13579.3
2006
5.51
147563.7
86825.6
1198744
13889.3
2007
6.32
153309.60
93784.9
1228185
24621.8
116 Lampiran 2. Pemilihan Model 2.a MWD Linear
Tabel Pemilihan Model Melalui MWD Test (Linear) Dependent Variable: D(RPDB) Method: Least Squares Date: 03/10/09 Time: 22:16 Sample(adjusted): 1977 1997 Included observations: 21 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 7.252846 2.909407 2.492895 D(KONS) 0.000492 0.000524 0.938506 KONS(-1) -0.764311 0.270611 -2.824389 D(EKS) 7.42E-05 0.000226 0.328767 EKS(-1) -0.764366 0.270575 -2.824967 D(TAB) 5.48E-05 5.99E-05 0.915144 TAB(-1) -0.764276 0.270568 -2.824713 D(PMA) -6.84E-05 0.000141 -0.485916 PMA(-1) -0.764360 0.270548 -2.825235 ECT 0.764276 0.270572 2.824673 Z1 2.240894 1.860934 1.204177 R-squared 0.654719 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.309438 S.D. dependent var S.E. of regression 1.828914 Akaike info criterion Sum squared resid 33.44926 Schwarz criterion Log likelihood -34.68554 F-statistic Durbin-Watson stat 1.893691 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0318 0.3701 0.0180 0.7491 0.0180 0.3817 0.0180 0.6375 0.0180 0.0180 0.2562 -0.103810 2.200858 4.351003 4.898134 1.896192 0.163855
117 2.b MWD Log Linear
Tabel Pemilihan Model Melalui MWD Test (Log Linear) Dependent Variable: D(LRPDB) Method: Least Squares Date: 03/10/09 Time: 22:17 Sample(adjusted): 1977 1997 Included observations: 21 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 2.998059 1.980251 1.513979 D(LKONS) 1.867203 0.751337 2.485175 LKONS(-1) -3.107298 0.738089 -4.209924 D(LEKS) 0.796105 0.480633 1.656366 LEKS(-1) -0.803043 0.346343 -2.318631 D(LTAB) 2.800529 0.571698 4.898614 LTAB(-1) 0.446871 0.374175 1.194283 D(LPMA) -0.786184 0.144702 -5.433109 LPMA(-1) -2.208125 0.358168 -6.165046 ECT1 1.302439 0.168683 7.721234 Z2 -0.125300 0.029647 -4.226412 R-squared 0.917602 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.835204 S.D. dependent var S.E. of regression 0.163426 Akaike info criterion Sum squared resid 0.267081 Schwarz criterion Log likelihood 16.03193 F-statistic Durbin-Watson stat 2.300772 Prob(F-statistic)
Prob. 0.1610 0.0323 0.0018 0.1286 0.0429 0.0006 0.2599 0.0003 0.0001 0.0000 0.0018 -0.018146 0.402576 -0.479231 0.067900 11.13620 0.000360
118 Lampiran 3. Analisis ECM
Tabel Analisis demgan Model ECM Dependent Variable: D(RPDB) Method: Least Squares Date: 03/10/09 Time: 22:18 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 5.243260 2.067618 2.535893 D(KONS) 0.000126 9.63E-05 1.310435 KONS(-1) -0.800061 0.141185 -5.666760 D(EKS) 0.000290 0.000130 2.235653 EKS(-1) -0.800186 0.141203 -5.666916 D(TAB) -5.42E-05 1.49E-05 -3.633921 TAB(-1) -0.800142 0.141225 -5.665730 D(PMA) 0.000165 9.41E-05 1.578561 PMA(-1) -0.800090 0.141225 -5.665344 ECT 0.800135 0.141219 5.665904 R-squared 0.818994 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.741420 S.D. dependent var S.E. of regression 2.339687 Akaike info criterion Sum squared resid 114.9569 Schwarz criterion Log likelihood -64.30093 F-statistic Durbin-Watson stat 2.448999 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0192 0.2042 0.0000 0.0364 0.0000 0.0016 0.0000 0.0932 0.0000 0.0000 -0.018065 4.601089 4.793608 5.256185 10.55760 0.000005
119 Lampiran 4. Uji Multikolonearitas Lampiran 4.a
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Konsumsi Pemerintah – Ekspor Dependent Variable: D(KONS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 18:35 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 4732.041 1517.226 3.118876 D(EKS) 0.058962 0.302472 0.194934 R-squared 0.001309 Mean dependent var Adjusted R-squared -0.033129 S.D. dependent var S.E. of regression 7065.321 Akaike info criterion Sum squared resid 1.45E+09 Schwarz criterion Log likelihood -317.7049 F-statistic Durbin-Watson stat 0.980066 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0041 0.8468 4894.165 6951.117 20.62613 20.71864 0.037999 0.846804
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Konsumsi Pemerintah -Tabungan Domestik Dependent Variable: D(KONS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 18:43 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 2035.854 1388.897 1.465806 D(TAB) 0.072268 0.021967 3.289853 R-squared 0.271780 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.246669 S.D. dependent var S.E. of regression 6033.197 Akaike info criterion Sum squared resid 1.06E+09 Schwarz criterion Log likelihood -312.8094 F-statistic Durbin-Watson stat 1.582395 Prob(F-statistic)
Prob. 0.1535 0.0026 4894.165 6951.117 20.31028 20.40280 10.82314 0.002635
120 Lampiran 4.b
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Konsumsi Pemerintah–PMA Dependent Variable: D(KONS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 18:38 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 5088.652 1244.429 4.089146 D(PMA) -0.249312 0.194170 -1.283989 R-squared 0.053791 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.021163 S.D. dependent var S.E. of regression 6877.169 Akaike info criterion Sum squared resid 1.37E+09 Schwarz criterion Log likelihood -316.8682 F-statistic Durbin-Watson stat 0.922341 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0003 0.2093 4894.165 6951.117 20.57214 20.66466 1.648628 0.209310
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Konsumsi Pemerintah –Konsumsi Pemerintah Jangka Pendek Dependent Variable: D(KONS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 18:54 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 2294.860 1586.783 1.446234 KONS(-1) 0.059562 0.024815 2.400266 R-squared 0.165738 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.136971 S.D. dependent var S.E. of regression 6457.544 Akaike info criterion Sum squared resid 1.21E+09 Schwarz criterion Log likelihood -314.9165 F-statistic Durbin-Watson stat 1.232320 Prob(F-statistic)
Prob. 0.1588 0.0230 4894.165 6951.117 20.44623 20.53874 5.761277 0.023025
121 Lampiran 4.c
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Konsumsi Pemerintah –Ekspor Jangka Pendek Dependent Variable: D(KONS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 18:57 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C -1226.000 2188.872 -0.560106 EKS(-1) 0.167185 0.051860 3.223752 R-squared 0.263821 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.238435 S.D. dependent var S.E. of regression 6066.079 Akaike info criterion Sum squared resid 1.07E+09 Schwarz criterion Log likelihood -312.9779 F-statistic Durbin-Watson stat 1.296340 Prob(F-statistic)
Prob. 0.5797 0.0031 4894.165 6951.117 20.32115 20.41367 10.39258 0.003123
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Konsumsi Pemerintah –Tabungan Jangka Pendek Dependent Variable: D(KONS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 18:58 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 2185.948 1414.522 1.545362 TAB(-1) 0.008995 0.002938 3.061797 R-squared 0.244292 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.218233 S.D. dependent var S.E. of regression 6146.010 Akaike info criterion Sum squared resid 1.10E+09 Schwarz criterion Log likelihood -313.3837 F-statistic Durbin-Watson stat 1.265496 Prob(F-statistic)
Prob. 0.1331 0.0047 4894.165 6951.117 20.34733 20.43985 9.374602 0.004711
122 Lampiran 4.d
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Konsumsi Pemerintah– PMA Jangka Pendek Dependent Variable: D(KONS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 18:56 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 2401.076 1633.708 1.469709 PMA(-1) 0.255930 0.116451 2.197752 R-squared 0.142776 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.113216 S.D. dependent var S.E. of regression 6545.812 Akaike info criterion Sum squared resid 1.24E+09 Schwarz criterion Log likelihood -315.3374 F-statistic Durbin-Watson stat 1.097955 Prob(F-statistic)
Prob. 0.1524 0.0361 4894.165 6951.117 20.47338 20.56589 4.830113 0.036103
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor – Konsumsi Pemerintah Dependent Variable: D(EKS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:12 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 1250.186 1010.551 1.237133 KONS 0.030894 0.014515 2.128414 R-squared 0.135107 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.105283 S.D. dependent var S.E. of regression 4033.931 Akaike info criterion Sum squared resid 4.72E+08 Schwarz criterion Log likelihood -300.3308 F-statistic Durbin-Watson stat 1.884874 Prob(F-statistic)
Prob. 0.2260 0.0419 2749.610 4264.671 19.50521 19.59773 4.530148 0.041924
123 Lampiran 4.e
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor – Tabungan Domestik Dependent Variable: D(EKS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:13 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 2434.012 994.1454 2.448347 D(TAB) 0.007979 0.015724 0.507482 R-squared 0.008802 Mean dependent var Adjusted R-squared -0.025377 S.D. dependent var S.E. of regression 4318.444 Akaike info criterion Sum squared resid 5.41E+08 Schwarz criterion Log likelihood -302.4435 F-statistic Durbin-Watson stat 1.689898 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0206 0.6157 2749.610 4264.671 19.64152 19.73403 0.257538 0.615655
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor – PMA Dependent Variable: D(EKS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:14 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 2555.355 726.7891 3.515951 D(PMA) 0.249014 0.113402 2.195854 R-squared 0.142564 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.112997 S.D. dependent var S.E. of regression 4016.502 Akaike info criterion Sum squared resid 4.68E+08 Schwarz criterion Log likelihood -300.1965 F-statistic Durbin-Watson stat 1.729532 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0015 0.0363 2749.610 4264.671 19.49655 19.58907 4.821775 0.036252
124 Lampiran 4.f
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor – Ekspor Jangka Pendek Dependent Variable: D(EKS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:17 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 472.7710 1487.314 0.317869 EKS(-1) 0.062197 0.035239 1.765015 R-squared 0.097003 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.065865 S.D. dependent var S.E. of regression 4121.833 Akaike info criterion Sum squared resid 4.93E+08 Schwarz criterion Log likelihood -300.9990 F-statistic Durbin-Watson stat 1.903383 Prob(F-statistic)
Prob. 0.7529 0.0881 2749.610 4264.671 19.54832 19.64084 3.115279 0.088091
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor – Konsumsi Pemerintah Jangka Pendek Dependent Variable: D(EKS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:15 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 1232.654 982.6878 1.254370 KONS(-1) 0.034760 0.015368 2.261920 R-squared 0.149966 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.120654 S.D. dependent var S.E. of regression 3999.129 Akaike info criterion Sum squared resid 4.64E+08 Schwarz criterion Log likelihood -300.0622 F-statistic Durbin-Watson stat 1.901588 Prob(F-statistic)
Prob. 0.2197 0.0314 2749.610 4264.671 19.48788 19.58040 5.116281 0.031373
125 Lampiran 4.g
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor – Tabungan Domestik Jangka Pendek Dependent Variable: D(EKS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:16 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 1462.990 922.2957 1.586248 TAB(-1) 0.004273 0.001916 2.230913 R-squared 0.146481 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.117049 S.D. dependent var S.E. of regression 4007.319 Akaike info criterion Sum squared resid 4.66E+08 Schwarz criterion Log likelihood -300.1256 F-statistic Durbin-Watson stat 1.899041 Prob(F-statistic)
Prob. 0.1235 0.0336 2749.610 4264.671 19.49197 19.58449 4.976971 0.033584
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Ekspor – PMA Jangka Pendek Dependent Variable: D(EKS) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:18 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 2397.056 1078.462 2.222662 PMA(-1) 0.036192 0.076873 0.470799 R-squared 0.007585 Mean dependent var Adjusted R-squared -0.026636 S.D. dependent var S.E. of regression 4321.095 Akaike info criterion Sum squared resid 5.41E+08 Schwarz criterion Log likelihood -302.4626 F-statistic Durbin-Watson stat 1.662997 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0342 0.6413 2749.610 4264.671 19.64275 19.73526 0.221651 0.641307
126 Lampiran 4.h
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik – Konsumsi Pemerintah Dependent Variable: D(TAB) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:24 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 21145.90 9612.618 2.199807 D(KONS) 3.760720 1.143127 3.289853 R-squared 0.271780 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.246669 S.D. dependent var S.E. of regression 43522.08 Akaike info criterion Sum squared resid 5.49E+10 Schwarz criterion Log likelihood -374.0651 F-statistic Durbin-Watson stat 1.707551 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0359 0.0026 39551.48 50143.74 24.26227 24.35478 10.82314 0.002635
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik – Ekspor Dependent Variable: D(TAB) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:25 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 36518.26 10903.78 3.349139 D(EKS) 1.103145 2.173763 0.507482 R-squared 0.008802 Mean dependent var Adjusted R-squared -0.025377 S.D. dependent var S.E. of regression 50776.00 Akaike info criterion Sum squared resid 7.48E+10 Schwarz criterion Log likelihood -378.8439 F-statistic Durbin-Watson stat 1.163772 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0023 0.6157 39551.48 50143.74 24.57058 24.66309 0.257538 0.615655
127 Lampiran 4.i
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik – PMA Dependent Variable: D(TAB) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:26 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 41624.55 8669.817 4.801088 D(PMA) -2.657452 1.352764 -1.964461 R-squared 0.117444 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.087011 S.D. dependent var S.E. of regression 47912.57 Akaike info criterion Sum squared resid 6.66E+10 Schwarz criterion Log likelihood -377.0445 F-statistic Durbin-Watson stat 0.977646 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0000 0.0591 39551.48 50143.74 24.45448 24.54700 3.859107 0.059124
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik – Konsumsi Pemerintah Jangka Pendek Dependent Variable: D(TAB) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:27 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 14881.34 10582.89 1.406170 KONS(-1) 0.565305 0.165499 3.415757 R-squared 0.286898 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.262308 S.D. dependent var S.E. of regression 43067.95 Akaike info criterion Sum squared resid 5.38E+10 Schwarz criterion Log likelihood -373.7399 F-statistic Durbin-Watson stat 1.592564 Prob(F-statistic)
Prob. 0.1703 0.0019 39551.48 50143.74 24.24129 24.33380 11.66740 0.001901
128 Lampiran 4.j
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik – Tabungan Domestik Jangka Pendek Dependent Variable: D(TAB) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:27 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 17324.51 9706.338 1.784866 TAB(-1) 0.073824 0.020159 3.662078 R-squared 0.316212 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.292633 S.D. dependent var S.E. of regression 42173.45 Akaike info criterion Sum squared resid 5.16E+10 Schwarz criterion Log likelihood -373.0893 F-statistic Durbin-Watson stat 1.726215 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0847 0.0010 39551.48 50143.74 24.19931 24.29183 13.41081 0.000993
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik – Ekspor Jangka Pendek Dependent Variable: D(TAB) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:28 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C -19161.75 13440.75 -1.425646 EKS(-1) 1.603873 0.318448 5.036529 R-squared 0.466585 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.448191 S.D. dependent var S.E. of regression 37248.71 Akaike info criterion Sum squared resid 4.02E+10 Schwarz criterion Log likelihood -369.2399 F-statistic Durbin-Watson stat 1.953150 Prob(F-statistic)
Prob. 0.1646 0.0000 39551.48 50143.74 23.95096 24.04348 25.36663 0.000023
129 Lampiran 4.k
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel Tabungan Domestik – PMA Jangka Pendek Dependent Variable: D(TAB) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:28 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 6483.433 9155.108 0.708177 PMA(-1) 3.394631 0.652577 5.201884 R-squared 0.482693 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.464855 S.D. dependent var S.E. of regression 36681.95 Akaike info criterion Sum squared resid 3.90E+10 Schwarz criterion Log likelihood -368.7646 F-statistic Durbin-Watson stat 1.778605 Prob(F-statistic)
Prob. 0.4845 0.0000 39551.48 50143.74 23.92030 24.01281 27.05959 0.000014
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – Konsumsi Pemerintah Dependent Variable: D(PMA) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:29 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 1836.055 1413.039 1.299366 D(KONS) -0.215759 0.168038 -1.283989 R-squared 0.053791 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.021163 S.D. dependent var S.E. of regression 6397.673 Akaike info criterion Sum squared resid 1.19E+09 Schwarz criterion Log likelihood -314.6278 F-statistic Durbin-Watson stat 1.983058 Prob(F-statistic)
Prob. 0.2041 0.2093 780.0968 6466.465 20.42760 20.52011 1.648628 0.209310
130 Lampiran 4.l
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – Ekspor Dependent Variable: D(PMA) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:30 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C -794.0950 1307.820 -0.607190 D(EKS) 0.572515 0.260725 2.195854 R-squared 0.142564 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.112997 S.D. dependent var S.E. of regression 6090.169 Akaike info criterion Sum squared resid 1.08E+09 Schwarz criterion Log likelihood -313.1007 F-statistic Durbin-Watson stat 2.138967 Prob(F-statistic)
Prob. 0.5484 0.0363 780.0968 6466.465 20.32908 20.42160 4.821775 0.036252
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – Tabungan Domestik Dependent Variable: D(PMA) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:30 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 2528.045 1422.402 1.777307 D(TAB) -0.044194 0.022497 -1.964461 R-squared 0.117444 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.087011 S.D. dependent var S.E. of regression 6178.736 Akaike info criterion Sum squared resid 1.11E+09 Schwarz criterion Log likelihood -313.5483 F-statistic Durbin-Watson stat 1.913206 Prob(F-statistic)
Prob. 0.0860 0.0591 780.0968 6466.465 20.35796 20.45047 3.859107 0.059124
131 Lampiran 4.m
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – PMA Jangka Pendek Dependent Variable: D(PMA) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:33 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 2534.987 1572.974 1.611589 PMA(-1) -0.180150 0.112122 -1.606734 R-squared 0.081744 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.050080 S.D. dependent var S.E. of regression 6302.466 Akaike info criterion Sum squared resid 1.15E+09 Schwarz criterion Log likelihood -314.1630 F-statistic Durbin-Watson stat 1.860666 Prob(F-statistic)
Prob. 0.1179 0.1189 780.0968 6466.465 20.39761 20.49013 2.581593 0.118948
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – Konsumsi Pemerintah Jangka Pendek Dependent Variable: D(PMA) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:31 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 376.3600 1612.401 0.233416 KONS(-1) 0.009251 0.025215 0.366898 R-squared 0.004620 Mean dependent var Adjusted R-squared -0.029703 S.D. dependent var S.E. of regression 6561.799 Akaike info criterion Sum squared resid 1.25E+09 Schwarz criterion Log likelihood -315.4130 F-statistic Durbin-Watson stat 2.030453 Prob(F-statistic)
Prob. 0.8171 0.7164 780.0968 6466.465 20.47826 20.57077 0.134614 0.716359
132 Lampiran 4.n
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – Ekspor Jangka Pendek Dependent Variable: D(PMA) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:32 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 521.6843 2372.591 0.219880 EKS(-1) 0.007059 0.056213 0.125577 R-squared 0.000543 Mean dependent var Adjusted R-squared -0.033921 S.D. dependent var S.E. of regression 6575.223 Akaike info criterion Sum squared resid 1.25E+09 Schwarz criterion Log likelihood -315.4764 F-statistic Durbin-Watson stat 2.030287 Prob(F-statistic)
Prob. 0.8275 0.9009 780.0968 6466.465 20.48235 20.57486 0.015770 0.900933
Tabel Hasil Uji Determinasi Parsial ( ) Variabel PMA – Tabungan Domestik Jangka Pendek Dependent Variable: D(PMA) Method: Least Squares Date: 06/06/09 Time: 19:32 Sample(adjusted): 1977 2007 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 596.7153 1512.738 0.394461 TAB(-1) 0.000609 0.003142 0.193863 R-squared 0.001294 Mean dependent var Adjusted R-squared -0.033144 S.D. dependent var S.E. of regression 6572.753 Akaike info criterion Sum squared resid 1.25E+09 Schwarz criterion Log likelihood -315.4647 F-statistic Durbin-Watson stat 2.026964 Prob(F-statistic)
Prob. 0.6961 0.8476 780.0968 6466.465 20.48159 20.57411 0.037583 0.847635
133 Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas
Tabel Uji Park untuk Mendeteksi Heteroskedastisitas Dependent Variable: RESID01 Method: Least Squares Date: 03/10/09 Time: 22:29 Sample(adjusted): 1978 2007 Included observations: 30 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C -0.851836 2.223276 -0.383144 D(KONS) -1.58E-06 9.46E-05 -0.016740 KONS(-1) -0.279835 0.224106 -1.248672 D(EKS) 8.92E-06 0.000125 0.071479 EKS(-1) -0.279796 0.224095 -1.248560 D(TAB) -3.93E-06 1.47E-05 -0.267166 TAB(-1) -0.279837 0.224095 -1.248743 D(PMA) -1.96E-07 9.27E-05 -0.002117 PMA(-1) -0.279841 0.224087 -1.248804 ECT_HETERO 0.279835 0.224096 1.248729 R-squared 0.079006 Mean dependent var Adjusted R-squared -0.335441 S.D. dependent var S.E. of regression 2.270210 Akaike info criterion Sum squared resid 103.0771 Schwarz criterion Log likelihood -61.08235 F-statistic Durbin-Watson stat 2.150987 Prob(F-statistic)
Prob. 0.7057 0.9868 0.2262 0.9437 0.2262 0.7921 0.2262 0.9983 0.2262 0.2262 -0.057150 1.964507 4.738823 5.205889 0.190630 0.992659
134 Lampiran 6 Uji Autokorelasi
Tabel Uji Breusch-Godfrey untuk Mendeteksi Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.424282 Probability Obs*R-squared 0.316794 Probability
0.521873 0.573541
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 06/13/09 Time: 14:50 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic D(KONS) 4.32E-06 0.000106 0.040791 D(EKS) 5.23E-06 0.000137 0.038244 D(PMA) 1.87E-06 9.62E-05 0.019461 D(TAB) -2.52E-06 1.67E-05 -0.150459 KONS(-1) 0.121438 0.243779 0.498148 EKS(-1) 0.121449 0.243794 0.498162 PMA(-1) 0.121496 0.243885 0.498168 TAB(-1) 0.121484 0.243865 0.498161 ECT -0.121477 0.243852 -0.498160 RESID(-1) -0.235943 0.362228 -0.651367 R-squared 0.010219 Mean dependent var Adjusted R-squared -0.413973 S.D. dependent var S.E. of regression 2.647426 Akaike info criterion Sum squared resid 147.1862 Schwarz criterion Log likelihood -68.13161 Durbin-Watson stat
Prob. 0.9678 0.9699 0.9847 0.8818 0.6236 0.6235 0.6235 0.6235 0.6235 0.5219 0.216578 2.226401 5.040749 5.503326 1.874273
135 Lampiran 7 Uji Normaltas
Tabel Uji Normalitas dengan Uji Jarque-Bera 10
Series: Residuals Sample 1977 2007 Observations 31
8 6 4 2 0 -4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-3.60E-11 0.109245 4.828712 -3.959098 1.957523 0.537424 3.302399
Jarque-Bera Probability
1.610377 0.447004
136 Lampiran 8 Uji Linearitas
Tabel Uji Linearitas dengan Uji Ramsey Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
0.291568 0.669538
Test Equation: Dependent Variable: D(RPDB) Method: Least Squares Date: 06/13/09 Time: 15:02 Sample: 1977 1997 Included observations: 21 Variable Coefficient C 7.162886 D(KONS) 0.000493 KONS(-1) -0.769589 D(EKS) 3.52E-05 EKS(-1) -0.769606 D(TAB) 4.98E-05 TAB(-1) -0.769529 D(PMA) -4.02E-05 PMA(-1) -0.769594 ECT 0.769531 Z1 1.517307 FITTED^2 -0.086623 R-squared 0.665554 Adjusted R-squared 0.256786 S.E. of regression 1.897356 Sum squared resid 32.39963 Log likelihood -34.35077 Durbin-Watson stat 1.948424
Probability Probability
Std. Error t-Statistic 3.022877 2.369559 0.000543 0.907614 0.280908 -2.739648 0.000245 0.143673 0.280868 -2.740094 6.28E-05 0.793380 0.280861 -2.739889 0.000155 -0.259158 0.280839 -2.740335 0.280866 2.739855 2.350074 0.645642 0.160422 -0.539970 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
0.602320 0.413213
Prob. 0.0419 0.3877 0.0229 0.8889 0.0228 0.4480 0.0229 0.8013 0.0228 0.0229 0.5346 0.6023 -0.103810 2.200858 4.414359 5.011229 1.628197 0.236662