ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PESANAN DENGAN METODE FULL COSTING UNTUK MENETAPKAN HARGA JUAL PADA UD. EKA JAYA
Nama NPM Jurusan Pembimbing
: : : :
Anggun Eka Wardani 20210851 Akuntansi Heru Suharjo, SE., MM
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2013
PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap perusahaan dari berbagai jenis mempunyai motif ekonomi yang sama yaitu berusaha mengeluarkan pengorbanan yang serendah rendahnya dengan maksud untuk memperoleh laba yang setinggi-tingginya. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dengan strategi product make to order penentuan harga pokok produksinya dapat menggunakan metode harga pokok pesanan. Perhitungan metode harga pokok pesanan dibagi lagi menjadi dua pendekatan yaitu, fullcosting dan variabel costing. Pendekatan inilah yang menentukan harga jual yang dibebankan kepada pemesan dan menentukan besarnya profit yang di dapat perusahaan. Permasalahannya ada pada perusahaan kecil menengah yang biasanya tidak mengerti dengan prosedur perhitungan akuntansi. Sehingga perhitungan harga jualnya menjadi kurang tepat dan mengakibatkan kerugian. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk membahas penulisan ilmiah dengan judul “ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PESANAN DENGAN PENDEKATANFULL COSTING UNTUK MENETAPKAN HARGA JUAL PADA UD. EKA JAYA”.
Rumusan Masalah 1. Bagaimana menganalisis penentuan harga pokok pesanan yang ditetapkan perusahaan dan harga pokok pesanan dengan pendekatan full costing ? 2. Apakah hasil analisa harga pokok produksi pesanan dengan pendekatan full costing guna menetapkan harga jual ?
Batasan Masalah Perhitungan harga pokok pesanan dengan pendekatan full costing dan penetapan harga jual pada UD. Eka Jaya sesuai pesanan 20 unit pintu pada 8 April 2013.
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui analisa penentuan harga pokok pesanan ditetapkan perusahaan dan harga pokok pesanan dengan pendekatan full costing. 2. Untuk mengetahuihasil analisa harga pokok produksi pesanan dengan pendekatan full costing guna menetapkan harga jual.
PEMBAHASAN Pada 8 April 2013 UD. EKA JAYA menerima pesanan pintu ukuran 210 x 80 cm sebanyak 20 unit selama 2 hari. Data unsur biaya : 1. BBB, Kayu Kamper Samarinda Oven 33,60 m2= Rp15.000.000 2. BTKL, Bagian Perakitan & Ukir @ Rp 60.000/unit & Bagian Finishing @ Rp 10.000/unit 3. BOP, selama 1 bulan
Variabel - Bahan Penolong Rp 1.500.000 - Listrik Rp 1.000.000 - Telepon Rp 300.000 4. Biaya Non Produksi
Tetap - Keamanan dan sampah Rp 200.000 - Pemeliharaan mesin Rp 300.000 - Sewa gedung Rp 3.750.000
Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Penetapan Harga Jual Menurut Perusahaan • • • • • • • • • •
BBB Rp 15.000.000 BTKL Rp 1.600.000 BOP Variabel Rp 224.000 BOP Tetap Rp 340.000 + HP Produksi Rp 17.164.000 Biaya Non Produksi Rp 379.333 + HP Penuh Rp 17.543.333 Laba yang diharapkan 30 % x Rp 17.164.000 Rp 5.149.200 + Harga Jual Rp 22.692.533 Harga jual / unit = Rp 22.692.533 : 20 unit
= Rp1.134.627/unit Ket. BTKL dari : Perakitan Rp60.000x20unit =Rp1.200.000 Finishing Rp10.000x20x2 =Rp 400.000 + Rp 1.600.000
BOP dari : Variabel BP Listrik Telepon BOP V
Rp 180.000 Rp 80.000 Rp 24.000 Rp 224.000
Tetap KS Pem. mesin Sewa Gdg BOP T
Rp 16.000 Rp 24.000 Rp 300.000 Rp 340.000
Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Penetapan Harga Jual Menurut metode fullcosting • • • • • • • • • •
Biaya Bahan Baku Rp 15.000.000 BTKL Rp 1.600.000 BOP Variabel Rp 224.000 BOP Tetap Rp 386.067 + HP Produksi Biaya Non Produksi HP Penuh Mark up (32% x Rp 17.210.067) Harga Jual Harga jual / unit = Rp 23.096.621 : 20 unit = Rp 1.154.831/unit Ket.. KS Pem. mesin Sewa Gdg Depresiasi BOP T
Rp 16.000 Rp 24.000 Rp 300.000 Rp 46.067 Rp 386.067
Rp 17.210.067 Rp 379.333 + Rp 17.589.400 Rp 5.507.221 + Rp 23.096.621
Persentase Mark Up : = Laba yang diharapkan + BNP x 100% HP Produksi = (30%xRp17.589.400)+Rp379.333 x 100 % Rp 17.210.067 = 32 %
Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual
KESIMPULAN • Perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan lebih rendah dari metode fullcosting (Rp 17.210.067 – Rp 17.164.000 = Rp 46.067). Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak membebankan biaya depresiasi mesin pada BOP Tetap sehingga sewaktu-waktu dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Sedangkan pada metode fullcosting memperhitungkan seluruh biaya termasuk biaya depresiasi mesin sehingga mengakibatkan pembebanan BOP Tetap yang lebih besar dan terjadi selisih sebesar Rp 46.067. • Penentuan mark up laba standar perusahaan sebesar 30%, sedangkan pada penentuan mark up laba sesungguhnya menjadi 32%. Terjadi selisih mark up yang lebih tinggi pada metode fullcosting sebesar 2% atau Rp 358.021. Dari perbedaan laba tersebut ditentukanlah pula harga jual menurut fullcosting yang lebih tinggi dibandingkan menurut perusahaan (Rp 23.096.691 – Rp 22.692.533 = Rp 404.088). Sehingga didapat selisih laba sebesar Rp 404.088 atau Rp 20.204 per unit yang mengakibatkan keuntungan yang lebih tinggi pada metode fullcosting.
SARAN • Untuk Internal Perusahaan Sebaiknya setiap pesanan dicatat ke dalam kartu pesanan/kartu harga pokok agar penentuan perhitungan harga pokok dan harga jualnya dapat terperinci mulai dari BBB, BTKL sampai BOPnya dalam satu kartu. Sehingga keuntungan yang di dapatpun bisa lebih optimal. • Pada penentuan pembebanan BOP Tetap sebaiknya perusahaan lebih memperhitungkan lagi biaya depresiasi mesin selama proses pembuatan pesanan. Sehingga sewaktu-waktu biaya tersebut tidak akan mengurangi keuntungan bersih perusahaan. • Untuk Eksternal Perusahaan Karena bahan baku kayu semakin langka dan susah dicari menyebabkan biaya menjadi lebih tinggi. Ada baiknya perusahaan lebih memperhatikan tingkat inflasi yang terjadi yang akan mengakibatkan perkembangan biaya standar. Salah dalam penentuan biaya standar tersebut dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan.