E-jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
ANALISIS NILAI-NILAI KEMANUSIAAN NOVEL “BEKISAR MERAH” KARYA AHMAD TOHARI DAN KESESUAIANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA Kadek Adi Wira Permata, I Wayan Rasna, I Gede Nurjaya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected], undiksha.ac.id} Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari, dan (2) kesesuaian novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari sebagai bahan pembelajaran sastra. Subjek penelitian ini adalah novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari. Objek penelitian ini adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran sastra. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah (1) nilai-nilai kemanusiaan dalam novel “Bekisar Merah” sangat beragam yang terdiri atas, nilai hedonik, nilai artistik, nilai kultural, nilai etis, moral, dan religius, serta nilai praktis. Selain nilai-nilai tersebut, ada beberapa nilai kemanusiaan yang peneliti temukan dalam novel tersebut, diantaranya kasih sayang, tolong-menolong, keyakinan, jujur, tenggang rasa, rela berkorban, tanggung jawab, tata karma, dan bijaksana, semua nilai kemanusiaan tersebut sangat tepat bagi pengembangan karakter siswa. (2) novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra karena menggunakan kata-kata yang mudah dipahami dan terdapat banyak nilai pendidikan karakter yang bisa diterapkan dalam pembelajaran sastra khususnya dalam membahas novel. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti lain disarankan untuk meneliti lebih mendalam lagi tentang nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam karya sastra khusnya novel. Kata kunci: nilai kemanusiaan, novel “Bekisar Merah”, Ahmad Tohari, pembelajaran, sastra.
Abstract This study aimed at describing (1) the values of humanity contained in the novel entitled “Bekisar Merah” by Ahmad Tohari, and (2) the appropriateness of the novel entitled “Bekisar Merah” by Ahmad Tohari as a material for teaching literature. The subject of this study was a novel entitled “Bekisar Merah” by Ahmad Tohari. The object was values of humanity contained in the novel Bekisar Merah by Ahmad Tohari and its appropriateness as a material for teaching literature. The data collection method used in this study was documentation. The data were then analyzed using a descriptive qualitative technique. The results of this study were (1) the values of humanity in the novel "Bekisar Merah" were very diverse consisting of hedonic value, artistic value, cultural value, ethical, moral, religious, as well as practical value. In addition to these values, there were some values of humanity that the researcher observed within the novel, including affection, mutual help, confidence, honesty, tolerance, sacrifice, responsibility, manners, and thoughtful, all of the values of humanity were very precise for the character development of the students. (2) the novel entitled "Bekisar Merah" by Ahmad Tohari could be used as material for teaching literature as it used simple and understandable words and there were many values of character education
E-jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
that could be applied in the study of literature especially in discussing the novel itself. Based on these results, other researchers were advised to examine more deeply about values of humanity found in literature especially novel. Keywords: values of humanity, a novel entitled "Bekisar Merah", Ahmad Tohari, learning, teaching literature.
PENDAHULUAN Nilai dalam kehidupan manusia terkait dengan kegiatan manusia menilai. Menilai ber-arti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu, untuk selanjutnya mengambil keputusan (Mudana, 2009: 63). Menilai oleh Setiadi (2006: 110) dikatakan sebagai kegiatan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain sehingga diperoleh menjadi sesuatu keputusan yang menyatakan sesuatu itu berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau buruk, berdasarkan jenis tersebutlah nilai ada. Sastra dan tata nilai merupakan dua komponen sosial yang saling melengkapi dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang eksistensial. Sastra sebagai produk ke-hidupan, mengandung nilai-nilai sosial, filsafat, religi, dan sebagainya baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang mempunyai penyodoran konsep baru (Suyitno, 1986: 3). Sastra tidak hanya memasuki ruang serta nilainilai kehidupan personal, tetapi juga nilainilai kehidupan manusia dalam arti total. Salah satu nilai yang dimaksud adalah nilai kemanusiaan. Berbicara mengenai nilai kemanusiaan, berarti tidak bisa terlepas dari unsur manusia itu sendiri. Dengan kata lain, nilai tersebut muncul dilatarbelakangi oleh adanya fenomena sosial di masyarakat. Jadi, dapat dikatakan bahwa nilai kemanusiaan itu merupakan sesuatu yang lahir di masyarakat karena adanya fenomena sosial yang mampu memberikan pengaruh baik dan dampak positif bagi masyarakat. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai kemanusiaan diarahkan pada pembentukan
pribadi manusia sebagai makhluk sosial (Antilan Purba, 2010: 30). Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam sebuah karya sastra akan mampu mengubah pribadi seseorang sesuai dengan pemahamannya terhadap sebuah nilai tersebut. Dalam penelitian ini dikaji mengenai nilai-nilai kemanusiaan. Nilai kemanusiaan ini penting untuk dikaji atau dianalisis karena berdasarkan pernyataan di atas bahwa nilai kemanusiaan akan diarahkan untuk pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk sosial. Jadi, dengan adanya analisis mengenai nilai kemanusiaan dalam sebuah karya sastra akan lebih memudahkan pembaca atau masyarakat memahami me-ngenai nilai kemanusiaan yang terdapat dalam karya sastra. Dengan demikian, pembaca lebih mudah untuk mengaplikasikan nilai kemanusiaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Antilan Purba, (2010: 28) mengatakan bahwa sastra khususnya humaniora sangat berperan penting sebagai media dalam pentransformasi sebuah nilai termasuk halnya nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, nilai-nilai kemanusiaan tersebut bisa dimunculkan di dalam kehidupan sehari-hari menggunakan karya sastra sebagai medianya. Karya sastra yang tergolong ampuh untuk memeberikan pengaruh, dalam hal ini penanaman nilai-nilai kemanusiaan adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra modern yang menawarkan ruang yang lebih leluasa untuk penggambaran, penafsiran, dan dialog mengenai kehidupan sosial. Seperti halnya karya sastra lainnya, pokok naratif novel
E-jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
senantiasa memiliki hubungan tekstual yang dekat dengan wacana sosial yang berkembang di masyarakat. Karya sastra novel dan kehidupan masyarakat mempunyai hubungan timbal balik antara yang satu dengan yang lainnya. Karya sastra novel yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan akan memberi pengalaman baru dan membuka batin pembaca terhadap apa yang terjadi dalam masyarakat. Karya sastra novel tidak lain adalah layar kehidupan yang menampilkan berbagai pergolakan dalam masyarakat. Melalui novel, masyarakat dapat belajar tentang hidup dan kehidupan. Novel selain sebagai sebuah karya yang dikatakan memiliki hubungan tekstual yang dekat dengan kejadian sosial di masyarakat juga memiliki sebuah unsur fiktif atau fiksi. Secara umum, sastra merupakan karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan, yang mampu mengungkapkan aspekaspek estetik baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna. Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang men-dayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Sastra adalah suatu karya seni dalam eksistensinya mengungkapkan peristiwa-peristiwa hidup dan kehidupan yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Sutresna, 2006: 2). Sastra merupakan perwujudan pengalaman sastrawan tentang sesuatu (benda, orang, atau gagasan) yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa yang kreatif sehingga terwujudlah bayangan kenyataan itu (Effendi dalam Sutresna, 2006: 4). Pengalaman tersebut dapat dicapai melalui pengalaman indra (apa yang dilihat, didengar, dirasakan), dan pada akhirnya pengalaman nalar atau akal budi itu akan muncul dalam bentuk karya sastra.
Karya sastra lahir karena adanya keinginan dari pengarang untuk mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia yang berisi ide, gagasan, dan pesan tertentu yang diilhami oleh imajinasi dan realitas sosial budaya pengarang serta menggunakan media bahasa sebagai penyampaiannya. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan proses imajinasi pengarang dalam melakukan proses kreatifnya. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang ada di sekitarnya. Akan tetapi, sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya. Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai sastra apabila di dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunan beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembacanya. Bentuk dan isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para pembacanya sebagai perwujudan nilai-nilai karya seni. Demikian halnya, menurut Mursini (dalam Purba, 2010:23), sastra harus mengandung nilai estetik (keindahan seni) sehingga karya sastra memiliki daya pesona tersendiri, dengan kriteria seperti keutuhan (unity), keseimbangan (balance), keselarasan (harmony), dan fokus atau tekanan (righ emphasis). Secara umum, sebagian besar karya sastra berbentuk sebuah fiksi. Karya fiksi mengacu pada sebuah karya yang men-ceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan atau sesuatu yang tidak terjadi secara sungguh-sungguh. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan tuhan. Membaca sebuah karya fiksi mampu mengantarkan penikmatnya masuk ke dalam imajinasi pengarang. Di samping menikmati cerita sebuah karya fiksi, penikmat mampu menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik,
E-jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
tetap merupakan bangunan struktur yang koheren dan tetap mempunyai tujuan estetik (Wellek dan Werren dalam Burhan, 1956: 212). Keberadaan karya sastra di tengahtengah masyarakat sekarang ini tidak lagi menjadi barang yang langka, tetapi sastra sudah memasyarakat. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang semakin canggih untuk mencetak karya sastra dalam jumlah yang lebih banyak. Selain itu, masyarakat sastra cenderung ingin mencari penikmatan lewat membaca karya sastra. Akan tetapi, mereka acap kali kurang mampu menikmati dan memahami karya sastra dengan baik. Karya sastra bukan hanya untuk dinikmati tetapi juga dimengerti. Untuk itulah diperlukan kajian atau penelitian dan dianalisis mendalam mengenai karya sastra. Chamanah (dalam Jabrohim, 2003: 9) mengemukakan bahwa penelitian sastra merupakan kegiatan yang diperlukan untuk menghidupkan, mengem-bangkan, dan mempertajam suatu ilmu. Beberapa pernyataan tersebut cukup membuat penulis yakin bahwa karya sastra merupakan gambaran dari sebuah kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, sebuah karya sastra pasti akan mengandung unsur-unsur pembentuk sebuh karya sastra. Salah satunya adalah nilai-nilai karya sastra. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra merupakan hasil ekspresi dan kreasi estetik pengarang (sastrawan) yang ditimba dari kebudayaan masyarakatnya (Sumardjo, 1999: 2). Seperti yang dikatakan di atas, karya sastra novel tidak lain adalah layar kehidupan yang menampilkan berbagai pergolakan dalam masyarakat. Melalui novel, masyarakat dapat belajar tentang hidup dan kehidupan. Begitu pula dengan karya-karya novel yang dibuat oleh Ahmad Tohari. Beliau tidak pernah melepaskan diri dari pengalaman kedesaannya yang selalu mewarnai setiap karyanya. “Bekisar Merah” merupakan salah satu novel karya Ahmad Tohari. Novel ini mengisahkan kehidupan seorang wanita yang menjalani ke-hidupannya
dengan banyak cobaan. Ber-bagai konflik sosial terjadi di dalam novel ter-sebut yang akan menggambarkan kehidupan masyarakatnya. Semua konflik tersebut dikemas dengan menarik menggunakan kemampuan mengemas kata-kata dari seorang pengarang. Dengan pengambaran mengenai Novel “Bekisar Merah” tersebut, terihat jelas banyaknya konflik yang terjadi. Dalam menggambarkan sebuah kehidupan sosial ke dalam sebuah novel akan selalu ada nilai-nilai kemasyarakatan yang ingin diungkapkan atau disampaikan pengarang. Begitu pula dalam novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari, akan ada nilai-nilai yang ingin diungkapkan dan disampaikan untuk mampu ditangkap oleh pembaca atau masyarakat. Nilai-nilai yang dimaksudkan adalah nilai kemanusiaan. Novel tidak saja menjadi karya rekaan semata, tetapi bisa menjadi referensi atau bacaan untuk memahami budaya suatu etnis. Selain untuk memahami sebuah kebudayaan suatu masyarakat, kemungkinan sebagai bahan pembelajaran di sekolah juga bisa didapatkan dengan menggunakan novel. Begitu juga dengan novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari. Novel tersebut bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran di sekolah untuk menambah wawasan siswa mengenai novel Indonesia. Pengajaran sastra di sekolah masih belum maksimal. Hal tersebut terlihat dari kurangnya pemberian materi mengenai sastra. Selain itu, para guru bahasa indonesia masih cenderung bingung untuk memberikan materi sastra kepada siswa agar mudah dimengerti. Beranjak dari kenyataan tersebut, penelitian ini sangat baik dilaksanakan untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah khususnya dalam pengajaran sastra. Salah satu contohnya adalah materi pengajaran membuat penilaian terhadap novel. Dengan diketahuinya nilai-nilai kemanusiaan dalam novel Bekisar Merah akan mampu membantu siswa dan guru untuk menentukan nilai kemanusiaan yang ada dalam novel yang akan dianalisis.
E-jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
Pendidikan di Indonesia sekarang ini masih menekankan pada pendidikan karakter siswa. Analisis mengenai nilai kemanusiaan yang peneliti lakukan sangat berkaitan dengan tujuan pembentukan karakter siswa. Hal ter-sebut bisa terwujud ketika nilai kemanusiaan yang ada dalam sebuah karya sastra telah diketahui dan mampu dipahami maka guru atau siswa itu sendiri akan bisa meniru nilai-nilai kemanusiaan tersebut. Perlahan-lahan karakter siswa tersebut akan muncul seiring dengan kemampuannya memahami sebuah karya sastra. Jika dilihat kaitan antara novel dan pembelajaran, novel sebagai salah satu jenis karya sastra selain sebagai media juga bisa berperan sebagai bahan pembelajaran. Begitu pula pembelajaran atau bahan ajar bisa diperoleh dari sebuah novel. Jadi, kedua variabel tersebut memiliki kaitan yang sangat erat dalam pembelajaran sastra. Dengan demikian, analisis nilai-nilai kemanusiaan novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari ini sangat mungkin dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra Novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari ini merupakan sebuah karya sastra yang tidak cukup dinikmati saja, melainkan perlu mendapat tanggapan ilmiah. Peneliti merasa tertarik untuk mengkajinya, khususnya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada dalam novel tersebut. Ketertarikan peneliti ini berawal dari pemahaman peneliti bahwa dengan mengetahui nilai-nilai yang terdapat dalam novel “Bekisar Merah” maka dapat kita jadikan sebagai acuan untuk mampu berbuat positif di masyarakat. Selain itu, sikap positif terhadap karya sastra bisa ditumbuhkan dengan menganalisis sebuah karya sastra. Dalam penelitian ini, peneliti tidak membahas atau menganalisis novel Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari ini secara murni kajian sastra tetapi dikaitkan dengan kemungkinannya sebagai bahan pembelajaran sastra, khususnya novel di sekolah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Nilai-nilai Kemanusiaan Novel
Bekisar Merah karya Ahmad Tohari dan Kesesuaiannya sebagai Bahan Pembelajaran Sastra” Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari dan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kesesuaian novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah.
METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong penelitian yang bersifat deskriptif. Best (dalam Sukardi, 2008: 157) menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan adanya. Dengan metode deskriptif, memungkinkan peneliti untuk melakukan hubungan antarvariabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2007: 14) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang dilakukan pada kondisi yang alami (natural setting). Dalam hal ini, peneliti langsung mengamati sekaligus berinteraksi dengan objek permasalahan dalam lingkungannya, berusaha memahami, dan menafsirkannya. Dikatakan kualitatif karena penelitian ini sesuai dengan beberapa ciri rancangan kualitatif, yakni (a) dilakukan pada kondisi yang alamiah, (b) bersifat deskriptif, (c) lebih menekankan proses daripada produk, (d) analisis data secara induktif, dan (e) menekankan makna (data di balik yang teramat) (Sugiyono, 2007: 22). Rancangan deskriptif kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas, objektif, sistematis, dan cermat mengenai fakta-fakta aktual dari sifat populasi. Di samping itu, rancangan ini
E-jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
digunakan sebagai prosedur mengidentifikasi dan mendeskripsikan fenomena yang terdapat di dalam sumber data dengan apa adanya tanpa rekayasa. Jadi, penelitian deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Rancangan penelitian deskriptif ini dipilih karena rancangan penelitian ini mampu menggambarkan secara keseluruhan mengenai nilai-nilai kemanusiaan novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari tersebut, serta kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran sastra. Selain itu, rancangan penelitian des-kriptif juga dapat menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Selain itu, penelitian ini tidak mempergunakan hipotesis sebagai jawaban alternatif terhadap permasalahan yang diajukan seperti yang lazim dilakukan dalam penelitian kuantitatif. Landasan teori dalam kajian kepustakaan tidak dimaksudkan sebagai dasar yang mengikat gerak penelitian, juga tidak bermuara pada hipotesis alternatif tertentu yang perlu diverifikasi dengan data empiris. Teori yang disajikan lebih berfungsi sebagai dasar pijak dan bekal wawasan yang memandu peneliti dalam menggeluti objek penelitiannya. Peneliti akan mendeskripsikan nilainilai kemanusiaan yang terdapat dalam nivel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran sastra dan data yang didapat akan disajikan serta diolah secara deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat variabel melekat dan yang dipermasalahkan dalam penelitian (Suandi, 2008: 31). Subjek penelitian mempunyai kedudukan yang sangat sentral dalam sebuah penelitian karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah novel “Bekisar Merah”
karya Ahmad Tohari. Pemilihan novel tersebut sebagai subjek penelitian karena secara pribadi penulis tertarik dengan penyajian cerita novel tersebut. Alasan lain yang mendasari pemilihan novel Bekisar Merah sebagai subjek penelitian karena banyaknya konflik kemasyarakatan yang dituangkan dalam novel tersebut. Sementara itu, Objek penelitian merupakan masalah yang dikaji dalam suatu penelitian (Arikunto, 2009:45). Sejalan dengan konsep tersebut, objek penelitian dalam penelitian ini adalah nilainilai kemanusiaan yang terdapat dalam novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran sastra. Penelitian deskriptif ini hanya mengandung satu data, yaitu data kualitatif. Data kualitatif berupa nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran sastra. Sesuai dengan data tersebut, penelitian ini hanya menggunakan satu metode pengumpulan data, yaitu metode dokumentasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memeroleh data yang bersumber pada tulisan, seperti buku, majalah, dokumen, peraturanperaturan, dan sebagainya (Arikunto, 2005: 158). Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang nilai-nilai kemanusiaan novel Bekisar Merah karya Ahmad Tohari. Untuk mendapatkan data tersebut peneliti mencatat data-data yang dianggap mengandung nilai-nilai kemanusiaan ke dalam kartu data yang telah disiapkan. Penelitian ini menggunakan instrumen sebagai alat untuk mendukung penggunaan metode tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu data. Dalam kartu data akan dicantumkan data-data yang didapatkan dalam novel “Bekisar Merah tersebut” untuk nantinya dipilih dan diolah yang sesuai dengan nilai kemanusiaan. Setelah data terkumpul, selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan analisis data. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
E-jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat simpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain (Sugiyono, 2007: 335). Pada penelitian ini, metode analisis data yang peneliti gunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Metode analisis deskriptif kualitatif artinya jenis penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan metode statistik (Suandi, 2008: 7). Melalui metode analisis deskriptif kualitatif adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pemerosesan ini, yakni, reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan (conclusion drawing/verification). Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2007: 338). Reduksi data dapat membantu peneliti dalam memberikan gambaran yang jelas tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data. Data yang ingin peneliti kumpulkan adalah nilai-nilai kemanusiaan novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran sastra. Setelah data direduksi, data akan disajikan secara kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2007: 341). Penyajian data dilakukan dengan menguraikan hal-hal yang telah direduksi ke dalam bentuk uraian sesuai dengan rumusan masalah. Data berupa nilai-nilai kemanusiaan novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari disajikan secara jelas dan alamiah tanpa adanya proses statistik. Tahap akhir yang akan dilakukan peneliti adalah penarikan simpulan. Simpulan yang dibuat berdasarkan data yang telah
disajikan oleh peneliti tentang nilai-nilai kemanusiaan novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari dan kesesuaiannya sebagai bahan pembelajaran sastra. HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti melakukan pencarian data selama sepuluh hari mulai dari tanggal 5 Mei - 14 Mei 2014. Penelitian ini merupakan jenis penelitian meja kerja. Dengan kata lain, peneliti mencari data di rumah menggunakan media buku, artikel, dan novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari. Dalam penelitian tersebut, peneliti mendapatkan data berupa nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari. Selain data mengenai nilai kemanusiaan tersebut, peneliti juga mendapatkan data berupa adanya kesesuaian antara nilainilai kemanusiaan novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari sebagai bahan pembelajaran sastra. Berikut ini akan peneliti paparkan mengenai hasil dari penelitian tersebut. Berdasarkan rumusan masalah pertama, peneliti mendapatkan hasil penelitian berupa nilai-nilai kemanusiaan novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari. Nilai-nilai kemanusiaan tersebut adalah nilai hedonik, nilai nilai artistik, nilai kultural, nilai etis, moral, dan religius, serta nilai praktis (Tarigan dalam Seloka, 2005: 35). (1) Nilai hedonik, Suatu karya sastra dikatakan mengandung nilai hedonik jika karya sastra tersebut memberikan kesenangan secara langsung kepada penikmatnya. Melalui penelitian ini diketahui bahwa cerita novel “Bekisar Merah” sangat memberikan kesenangan bagi penikmatnya. Novel ini bercerita tentang perjuangan hidup di tengah kemiskinan yang dibalut dengan kisah asmara yang dihadapi para tokohtokohnya, sehingga pembaca tidak terlalu mengerutkan dahi dan berpusing-pusing untuk memahami isi cerita. Selain itu, novel ini mempunyai daya tarik dari segi penyajian alur yang disampaikan oleh pengarang. Terbukti dari salah satu kutipan di bawah ini.
E-jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
“….Pada diri istrinya juga Darsa merasa ada lembaga tempat keseti-aan dipercayakan. Dan lebih dari pohon-pohon kelapa yang tak putus meneteskan nira, Lasi yang sudah tiga tahun menjadi istrinya, meski belum memberinya keturunan, adalah harga dan cita-cita hidup Darsa sendiri….” (hal. 5) “….."Bagaimana jika pohon-pohon kelapa kalian digadaikan?" "Jangan," potong Eyang Mus. "Nanti apa yang bisa mereka makan?" Mbok Wiryaji, emak Lasi, berjalan hilir-mudik di ruang yang sempit itu. "Kalau sudah begini," kata Mbok Wiryaji, "apa lagi yang bisa kita lakukan kecuali datang kepada Pak Tir…..” (hal. 15) “…."Tidak juga. Saya kira Lasi tetap setia menemani suaminya yang bau sengak itu…” (hal. 43) Kutipan tersebut merupakan embrio dari konflik cerita ini. Secara langsung, cerita ini memberikan kesenangan kepada pembaca karena pembaca diajak untuk merasakan betapa besar cinta Darsa kepada istrinya Lasi. Walaupun Lasi belum bisa memberikannya keturunan. Begitu pun Lasi, ia tetap setia menemani suaminya yang sedang tertimpa musibah. Bahkan, ia rela menggadaikan pohon-pohon kelapa yang selama ini menghidupi mereka kepada tengkulak gula, Pak Tir. Pembaca diberi kesenangan lewat keindahan cinta mereka yang tetap bersemi di tengah keterpurukan cobaan hidup yang menimpa. Namun, rumah tangga mereka harus kandas akibat kesontoloyoan Darsa yang tidak memiliki keteguhan batin dalam menghadapi kobaran nafsunya ketika hari kebangkitannya kembali menjadi seorang laki-laki sejati. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut. (2) Nilai artistik, suatu karya sastra dikatakan memiliki nilai artistik apabila
karya sastra itu mencerminkan suatu seni atau keterampilan (kepiawaian) pengarang dalam meramu unsur-unsur cerita atau karya sastra. Berikut ini merupakan temuan yang berupa nilai artistik dalam novel Bekisar Merah. “Dari balik tirai hujan sore hari pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi basah; segar, penuh gairah, dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jatuh di belahan punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh embusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona. Ketika angin tiba-tiba bertiup lebih kencang pelepahpelepah itu serempak terjulur sejajar satu arah, seperti tangan-tangan penari yang mengikuti irama hujan, seperti gadis-gadis tanggung berbanjar dan bergurau di bawah curah pancuran. Pohon-pohon kelapa itu tumbuh di tanah lereng di antara pepohonan lain yang rapat dan rimbun. Kemiringan lereng membuat pemandangan seberang lembah itu seperti lukisan alam gaya klasik Bali yang terpapar di dinding langit.” (hal. 3) Kutipan tersebut merupakan pengantar cerita novel Bekisar Merah yang mampu menarik pembaca untuk menikmati setiap penggambaran yang disampaikan penulis. Secara langsung kutipan tersebut telah memberikan fakta kepada pembaca bahwa pengarang begitu berpengalaman dan sangat piawai dalam mengajak pembaca untuk ikut merasakan betapa indahnya keadaan alam desa Karangsoga di tengah guyuran hujan. Pada kutipan pertama, pengarang dengan keterampilan yang dimilikinya dalam mengolah kata-kata sehingga
E-jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
menjadi sedemikian indah membuat pembaca tertarik untuk terus menelusuri jejak-jejak yang ditinggalkan pengarang. (3) Nilai kultural, nilai ini ada apabila karya sastra menggambarkan kehidupan suatu masyarakat. Karya sastra memiliki hubungan yang mendalam dengan masyarakat, peradaban, atau kebudayaan tertentu. Nilai kultural dalam novel ”Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari banyak ditemui. Hal tersebut karena novel ini menceritakan mengenai kehidupan masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu banyak ajaran atau nilai kultural yang ditampilkan oleh pengarang salah satunya adalah sebagai berikut. “…… Selalu eling dan nyebut, adalah peringatan yang tak bosan disampaikan kepada para penyadap selagi mereka bekerja di ketinggian pohon kelapa. Darsa pun tak pernah melupakan azimat ini. Seperti semua penyadap, Darsa tahu apa akibat kelalaian yang dilakukan dalam pekerjaannya. Terjatuh dari ketinggian pohon kelapa adalah derita yang sangat niscaya dan dalam musibah demikian hanya sedikit penyadap yang bisa bertahan hidup……” (hal. 35) Kutipan tersebut menggambarkan betapa masyarakat Karangsoga sangat menghormati kepercayaan jaman dahulu yang berkembang di lingkungan penyadap kelapa. Dalam lingkungan Karangsoga, keyakinan tersebut sudah menjadi kebudayaan masyarakat tersebut untuk terus menyampaikannya kepada para penyadap kelapa yang lain. Bila dikaitkan dengan kehidupan jaman sekarang, keyakinan tersebut bisa diartikan bahwa seseorang harus selalu sadar dan fokus dalam melakukan segala hal. Sebagai seorang penyadap kelapa, resiko yang dihadapi tidaklah kecil. Apabila seorang penyadap tidak fokus maka kemungkinan terjatuh bisa saja terjadi. Penulis menggambakan keadaan budaya masyarakat masih sangat kental akan kepercayaan jaman dahulu. (4) Nilai etis, Moral, Religius, pada novel “Bekisar Merah” ini sangat jelas
terlihat adanya nilai etika dan nilai moral. Selain itu, dalam novel ini juga terkandung nilai religius yang mencerminkan pancaran-pancaran agama di dalamnya. Etika berkaitan dengan sopan santun, atau nilai kesopanan. Dalam hal ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun masyarakat (Mudana, 2009: 72). “.....ucapan yang paling cabul sekalipun dengan mudah meluncur dari mulutnya. Namun dalam keadaan biasa pun Bunek biasa berkata mesum seringan ia menyebut sirih yang selalu dikunyahnya. Wajah Bunek bulat…..”(hal. 46) Kutipan tersebut menceritakan bahwa ada seorang tokoh sampingan, yaitu Bunek, si dukun pijat yang suka berkata mesum dan cabul. Dari hal ini, pembaca dapat melihat bahwa Bunek adalah tokoh yang tidak mempunyai etika. Dalam sebuah novel, penggambaran etika yang dimiliki oleh seorang tokoh bisa dilihat dari berbagai cara. Dalam novel ”Bekisar Merah” ini penggambaran tokoh Bunek dilakukan dengan percakapan antartokoh. (5) Nilai praktis, Sebuah karya sastra dikatakan mengandung nilai praktis jika karya sastra itu memberikan sesuatu (faedah) yang dapat dilaksanakan atau dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Novel ”Bekisar Merah” karangan Ahmad Tohari ini mengandung nilai praktis yang dituangkan dalam kutipan berikut. “…Lasi ragu karena mendadak teringat Emak pernah mengatakan, tak ada pemberian yang tidak menuntut imbalan. Ya. Lasi masih ingat betul emaknya beberapa kali menekankan, tak ada pemberian tanpa menuntut imbalan….”. (hal. 113) Pada kutipan di atas, penulis menyampaikan bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini. Semuanya menuntut adanya sebuah imbalan untuk sebuah pemberian. Tetapi di balik semua itu,
E-jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
terselip sebuah amanat yang ditujukan kepada pembaca agar hendaknya kita harus ikhlas ketika memberikan sesuatu kepada orang lain. Jangan sampai ada rasa pamrih dan menuntut imbalan atas bantuan atau pemberian yang dilakukan. (5) Nilai praktis, sebuah karya sastra dikatakan mengandung nilai praktis jika karya sastra itu memberikan sesuatu (faedah) yang dapat dilaksanakan atau dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Novel ”Bekisar Merah” karangan Ahmad Tohari ini mengandung nilai praktis yang dituangkan dalam kutipan berikut. “…Lasi ragu karena mendadak teringat Emak pernah mengatakan, tak ada pemberian yang tidak menuntut imbalan. Ya. Lasi masih ingat betul emaknya beberapa kali menekankan, tak ada pemberian tanpa menuntut imbalan….”. (hal. 113) Pada kutipan di atas, penulis menyampaikan bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini. Semuanya menuntut adanya sebuah imbalan untuk sebuah pemberian. Tetapi di balik semua itu, terselip sebuah amanat yang ditujukan kepada pembaca agar hendaknya kita harus ikhlas ketika memberikan sesuatu kepada orang lain. Jangan sampai ada rasa pamrih dan menuntut imbalan atas bantuan atau pemberian yang dilakukan. Selain, nilai-nilai kemanusiaan tersebut, ada beberapa nilai kemanusiaan lain yang peneliti temukan diantaranya, kasih sayang, tolong-menolong, keyakinan, jujur, tenggang rasa, rela berkorban, tanggung jawab, tata karma, dan bijaksana dan semua nilai kemanusiaan tersebut sangat tepat bagi pengembangan karakter siswa. Melalui data tersebut, dapat ditemukan berbagai nilai kemanusiaan yang ada dalam novel “Bekisar Merah”. Dapat dikatakan bahwa novel tersebut banyak mengandung nilai kemanusiaan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui nilai-nilai kemanusiaan tersebut, pengarang ingin mengajak para pembaca untuk terus
menghargai nilai-nilai yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan rumusan masalah yang kedua mengenai kesesuaiann novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari sebagai bahan pembelajaran sastra, peneliti menemukan beberapa data. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa memang nilai kemanusiaan dalam novel “Bekisar Merah” sesuai digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra. Pendidikan adalah segala situasi dalam hidup yang memengaruhi pertumbuhan seseorang agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2004:79). Sejalan dengan pendapat tersebut, nilai-nilai kemanusiaan novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari sangat baik digunakan untuk penyesuaian diri siswa terhadp lingkungannya. Di sekolah, seorang siswa harus mampu memehami mengenai nilai kemanusiaan tersebut untuk bekal dirinya dalam menjalani hidup bermasyarakat. Berdasarkan hal tersebut, hasil kajian terhadap novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari yang pada intinya menemukan adanya nilai-nilai kemanusiaan jika dikaitkan dengan kemungkinan dijadikan materi/bahan pembelajaran sastra di sekolah sangat relevan. Relevansi novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari sebagai materi/bahan pembelajaran sastra karena memenuhi beberapa prinsip pemilihan bahan ajar yang ada yaitu prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini. Pertama, dalam novel “Bekisar Merah” terdapat nilai-nilai hedonik, artistik, kultural, etis, moral, religius dan praktis. Namun yang lebih dominan adalah nilai moral dan religius. Novel ini menceritakan nilai moral dari tokoh-tokohnya. Tokoh Lasi sebagai tokoh
E-jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
utama dalam cerita ini menggambarkan moral wanita yang sangat lugu, sehingga ia tidak menyadari sedang diperjualbelikan. Sedangkan tokoh Darsa yang memiliki tanggung jawab. Walaupun pada awalnya ia sungguh tak bermoral. Kemudian tokoh Kanjat yang memiliki moral yang baik. Tokoh Eyang Mus yang sangat beriman dan selalu sabar. Tokoh Bu Koneng, Bu Lanting, Handarbeni yang selalu mementingkan materi dan nafsu. Kedua Hasil kajian terhadap novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari yang pada intinya menemukan adanya nilai-nilai kemanusiaan jika dikaitkan dengan kemungkinan dijadikan materi/bahan pembelajaran sastra di sekolah sangat relevan. Relevansi novel “Bekisar Merah” karya Ahmad Tohari sebagai materi/bahan pembelajaran sastra karena memenuhi beberapa prinsip pemilihan bahan ajar yang ada yaitu prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh yaitu: Penelitian nilai-nilai kemanusiaan pada novel dapat dilakukan karena hasilnya mampu memberi kontribusi pemahaman pada masyarakat pembaca tentang nilai-nilai kemanusiaan yang ada melalui teks sastra. Perolehan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan bagi pengarang novel yang lain bahwa melalui tokoh cerita dalam teks sastra dapat direpresentasikan ide, gagasan, pemikiran tentang nilai kemanusiaan. Bagi pembaca sastra, hasil penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dalam memahami karyakarya Ahmad Tohari yang lain atau membandingkan dengan karya pengarang lain yang mengedepankan nilai-nila kemanusiaan. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian sejenis ini. Nilai-nilai kemanusiaan yang ada sangat banyak, peneliti lain bisa menambahkan penelitiannya mengenai nilai kemanusiaan dengan penelitian yang sudah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta.: Rineka Cipta. Daroesa, J.S. 1984. Sari Kesusastraan Indonesia 2. Bandung: Pustaka Prima. Departeman Pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Mudana, I Wayan. 2009. Buku Ajar Ilmu Budaya Dasar. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu. Setiadi, Elly. M. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Suandi, I Nengah. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Bahasa. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sutresna, Ida Bagus. 2006. Modul Prosa Fiksi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Suyitno. 1986. Sastra, Tata Nilai, Eksegesis. Yogyakarta: Anindita. Tohari, Ahmad. 2001. Bekisar Merah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Wendra, I Wayan. 2009. Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja: Undiksha.