0
ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TEBU UNTUK PEMBUATAN GULA PASIR DAN GULA TUMBU DI KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS Diah Apriliani, Suwarto, RR. Aulia Qonita Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail:
[email protected]. Telp. 085725011184 Abstract: This essay is aims to determine the cost, revenue, income, profits, efficiency and profitability of sugarcane farming for the white sugar and brown sugar manufacture in Dawe District Kudus Regency. The basic method of this research is descriptive analytical and survey techniques. The essay was conducted in Dawe District Kudus Regency. The determining of the location is conducted by purposive sampling, as Dawe District is considered to have the largest land area in Kudus regency. The determination of the sample is conducted by stratified random sampling. Data analysis methods used include the analysis of costs, revenues, incomes, profits, efficiency, profitability and the t-test.The data used was primary data and secondary data that were obtained through interview, record and observation. The results of the analysis showed the average cost of external tools, cost produces, revenue, income, profit, efficiency and profitability to sugarcane farming for the manufacture of brown sugar are higher than the average cost of external tools, cost produces, revenue, income, profit, efficiency and profitability to sugarcane farming for the manufacture of white sugar. After being statistically tested by using t-test, there is no real difference in the results of incomes, profits, efficiency and profitability.
Keywords: Farming, Sugarcane, White Sugar, Brown Sugar, Income, Profit, Efficiency, Profitability, Kudus Regency Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas dari usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitis dan menggunakan teknik survey. Penelitian dilakukan di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan Kecamatan Dawe memiliki luas lahan paling tinggi di Kabupaten Kudus. Penentuan sampel dilakukan dengan metode stratified random sampling. Metode analisis data yang digunakan antara lain analisis biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan, efisiensi, profitabilitas dan uji t. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dengan melakukan wawancara, pencatatan, dan observasi. Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata biaya alatalat luar, biaya menghasilkan, penerimaan, pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani tebu untuk pembuatan gula tumbu lebih tinggi daripada rata-rata biaya alat-alat luar, biaya menghasilkan, penerimaan, pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir. Setelah diuji secara statistik dengan menggunakan uji t, hasil dari pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas tidak ada beda nyata. Kata Kunci : Usahatani, Tebu, Gula Pasir, Gula Tumbu, Pendapatan, Keuntungan, Efisiensi, Profitabilitas, Kabupaten Kudus
1
sebesar 1.318 jiwa. Data tersebut diperoleh melalui mekanisme antar kerja antar daerah yang merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan sekali. (BPS Jawa Tengah, 2011). Komoditas tebu menjadi salah satu komoditas unggulan di sub sektor perkebunan. Kabupaten Kudus termasuk salah satu wilayah yang memiliki areal lahan untuk tanaman tebu cukup luas. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika Kabupaten Kudus Tahun 2011 menunjukan bahwa areal tanaman perkebunan tebu paling luas dibandingkan dengan tanaman perkebunan lain.
PENDAHULUAN
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar hidup masyarakat di Indonesia bergantung pada sektor ini. Sektor pertanian sebagai penyedia lapangan pekerjaan, penyumbang devisa negara terbesar dan penyedia kebutuhan pangan dalam negeri. Sektor pertanian memiliki arti luas yang mencakup beberapa sub sektor yaitu pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Sub sektor perkebunan memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia terutama penyediaan lapangan pekerjaan di wilayah Jawa Tengah Tabel 1. Luas Tanaman Perkebunan Rakyat di Kabupaten Kudus Tahun 20072011 (ha) Tanaman Perkebunan Kelapa Kapuk Kopi Cengkeh Mete Kapas Panili Kakao Tebu Jumlah
2007
2008
2009
2010
2011
775,68 1.271,47 490,24 107,17 2,50 250,00 12,80 3,50 6.237,62 9.150,98
775,86 1.271,47 490,83 107,17 2,50 200,00 12,80 3,50 5.920,87 8.785,00
833,86 1.280,35 490,24 107,17 2,50 178,00 14,60 3,50 6.012,80 8.923,02
861,07 1.275,53 511,52 111,07 7,55 59,66 12,88 7,20 6.719,00 8.241,17
977,14 1.325,61 524,90 202,20 10,75 12,25 14,30 8,30 6.601,60 9.677,05
Sumber : Kabupaten Kudus dalam Angka, BPS 2012 Berdasarkan data pada Tabel 1 6.719,00 ha. Walaupun demikian, dari dapat diketahui bahwa luas areal tahun ke tahun luas areal tanaman tanaman perkebunan tebu mengalami tebu di Kabupaten Kudus paling luas fluktuasi. Peningkatan luas areal jika dibandingkan dengan luas areal tanaman tebu terjadi pada tahun 2008 tanaman perkebunan lainnya. Selain – 2010, pada tahun 2008 luas areal itu, keadaan lahan di Kabupaten tanaman tebu sebesar 5.920,87 ha. Kudus cocok untuk membudidayakan Pada tahun 2009 mengalami tanaman tebu. peningkatan sehingga luas areal Pengolahan hasil produksi tanaman tebu mencapai 6.012,80 ha. tebu di Kabupaten Kudus terdiri dari Pada tahun 2010 mengalami dua macam yaitu diolah menjadi gula peningkatan hingga mencapai pasir yang dilakukan oleh Pabrik Gula
2
Rendeng dan diolah menjadi gula merah atau biasa disebut gula tumbu yang dilakukan oleh industri rumah tangga. Adanya kondisi tersebut berdampak pada persaingan produksi antara gula pasir dengan gula tumbu. Faktor penyebab petani tebu memilih mengolah hasil produksi tebu ke pengolahan gula pasir atau gula tumbu dikarenakan adanya perbedaan harga jual gula pasir dan gula tumbu dan pengalaman petani tebu. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. Sedangkan teknik pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik survey, yaitu cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu atau jangka waktu yang bersamaan (Surakhmad, 2004). Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu memilih Kabupaten Kudus karena hasil produksi perkebunan di Kabupaten Kudus yang tertinggi adalah komoditas tebu. Kecamatan Dawe dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan daerah yang memiliki luas lahan dan produksi tebu tertinggi dibandingkan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Kudus pada tahun 2011 yaitu 1.683,00 hektar dan produksi tebu sebesar 780.968 kuintal. Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah acak bertingkat (stratified random sampling) yang biasanya digunakan
jika populasi bersifat heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi dalam lapisan atau strata yang seragam dan setiap lapisan diambil sampel secara acak (Singarimbun dan Effendi, 1995). Pada teknik ini pengelompokan dilakukan beberapa tahap yaitu pertama dikelompokkan berdasar luas areal dan hasil produksi tertinggi, kemudian keragaman pengolahan hasil produksi tebu dan memiliki luas areal tebu yang tertinggi dan dilakukan pengambilan sampel secara acak yang besarnya sesuai proporsional. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Analisis Biaya Usahatani Tebu dengan rumus TC=C+Bmds, C= TFC+TVC yang meliputi Bs + Bbi + Bpu + Btkl + Btr. Keterangan: TC (Total biaya menghasilkan), C (Total biaya alat-alat luar), TFC (Total biaya tetap), TVC(Total biaya variabel), Bs (Biaya sewa tanah), Bbi(Biaya bibit tebu), Bpu(Biaya pupuk), Btkl (Biaya tenaga kerja luar), Btr (Biaya Transportasi), Bmds (Bunga modal sendiri) untuk perhitungan dinyatakan dalam Rp/Ha/MT. Analisis penerimaan petani tebu dengan sistem bagi hasil di PG Rendeng Kudus dan industri pengolahan gula tumbu, dengan rumus TR = 70% x Y x P x R. Keterangan TR(Total penerimaan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu), Y (Produksi yang diperoleh usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu), P (Harga gula pasir/gula tumbu), R (Rendemen tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu), 70% (Sistem bagi hasil yang diterima petani tebu
3
dari pihak pengolahan gula pasir/gula tumbu) dinyatakan dalam Rp/Ha/MT. Analisis pendapatan usahatani tebu dengan rumus Pd = TR – TC Keterangan Pd (Pendapatan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu), TR (Total penerimaan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu), TC (Total biaya alat-alat luar usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu) dinyatakan dalam Rp/Ha/MT (Soekartawi, 2006). Analisis keuntungan usahatani tebu dengan rumus K = TR – B. Keterangan K (Keuntungan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu), TR (Total penerimaan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu), B (Total biaya menghasilkan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu) dinyatakan dalam Rp/Ha/MT (Soekartawi, 1993). Analisis efisiensi usahatani R tebu dengan rumus R Ratio C C Keterangan R (Besarnya penerimaan usahatani tebu), C (Besarnya biaya alat-alat luar usahatani tebu). Kriteria R/C > 1 berarti usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu telah efisien. R/C ≤ 1 berarti usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu belum efisien (Soekartawi,2006). Analisis profitabilitas usahatani dengan rumus x 100% TC Keterangan π (Keuntungan usahatani tebu), TC (Total biaya menghasilkan usahatani tebu). Kriteria profitabilitas > 0 berarti usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu menguntungkan. Profitabilitas = 0 berarti usahatani tebu untuk
pembuatan gula pasir/gula tumbu mengalami BEP. Profitabilitas < 0 berarti usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu tidak menguntungkan (Prawirokusumo, 1993). Analisis komparatif dengan uji t (ttest), dengan Ho: X 1 = X 2 ,tidak terdapat perbedaan nyata antara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dengan usahatani tebu untuk pembuatan gula tumbu. Ha : X 1 ≠ X 2 ,terdapat perbedaan nyata antara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dengan usahatani tebu untuk pembuatan gula tumbu. Pengujian dilakukan dengan uji dua ekor (two tail test) dengan tingkat kepercayaan 95%, besarnya nilai t-hitung dapat diketahui dengan X 1 X 2 Rumus t , SS1 SS 2 1 1 n1 n2 2 n1 n2
dimana SS X 2 i
( X i ) 2 n
(Nazir, 1983). Kriteria jika thitung > ttabel, maka (Ha) diterima. Jadi terdapat perbedaan nyata antara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dengan usahatani tebu untuk pembuatan gula tumbu. Jika thitung ≤ ttabel, maka (Ha) ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan nyata antara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dengan
4
usahatani tebu untuk pembuatan gula tumbu. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
mengenai latar belakang dan keadaan petani yang berkaitan dengan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu. Karakteristik petani sampel usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Karakteristik Petani Sampel Karakteristik petani sampel merupakan gambaran umum Tabel 2. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu No. Uraian Gula Pasir Gula Tumbu 1. Jumlah petani responden (orang) 30 30 2. Rata-rata umur petani (tahun) 51 50 3. Rata-rata pendidikan petani (tahun) 9 9 4. Rata-rata jumlah anggota keluarga 5 6 petani (orang) 5. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang 0 0 aktif dalam UT tebu (orang) 6. Rata-rata luas lahan tebu yang digarap 3,02 1,30 (Ha) 7. Rata-rata pengalaman usahatani tebu 17 15 (tahun) Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Rata-rata umur sampel petani pemilihan bibit, pupuk, teknik tebu masih tergolong dalam umur pemeliharaan, penggunaan tenaga produktif yaitu 14-65 tahun. Hal ini kerja dan penjualan dari hasil panen dikarenakan pada umur yang tebu. produktif, petani cenderung memiliki Kegiatan usahatani tebu untuk tenaga yang lebih tinggi. Umur pembuatan gula pasir maupun gula produktif juga cenderung masih tumbu yang ada di lahan tidak memiliki beban tanggungan keluarga menggunakan tenaga kerja dalam atau sehingga memiliki semangat kerja tenaga kerja dari keluarga. Hal ini yang lebih tinggi untuk memenuhi dikarenakan kegiatan usahatani tebu kebutuhan keluarganya. Petani cukup berat memerlukan tenaga yang berumur produktif akan lebih terampil cukup banyak sehingga usahatani dalam melakukan kegiatan usahatani tebu cenderung menggunakan tenaga tebu sehingga mampu meningkatkan kerja buruh. Perbedaan rata-rata pendapatan usahataninya. Rata-rata kepemilikan luas lahan petani gula tingkat pendidikan sampel petani tebu pasir dan gula tumbu dikarenakan adalah 9 tahun atau tamat SMP. petani gula pasir cenderung berasal Tingkat pendidikan petani akan dari petani tebu dengan skala besar berpengaruh terhadap sikap petani yang memiliki luas lahan lebih tinggi. dalam mengambil keputusan terkait Kondisi ini juga dipengaruhi oleh kegiatan usahatani yang dilakukannya jarak antara lahan perkebunan tebu terutama usahatani tebu seperti yang dimiliki para petani dengan
5
tempat pabrik gula pasir dan industri rumah tangga pengolahan gula tumbu. Para petani tebu di Kecamatan Dawe juga merasa bahwa budidaya tanaman tebu cukup mudah dan tidak ada serangan hama penyakit sehingga para petani senang mengusahakan usahatani tebu. Lama pengalaman berusahatani tebu juga berpengaruh terhadap pengetahuan yang diperoleh para petani dalam mengusahakan usahatani tebu. Petani tebu sudah cukup lama mengusahakan usahatani tebu. Hal ini dikarenakan kondisi
tanah yang ada di daerah tersebut cocok untuk budidaya tanaman tebu. Penggunaan Sarana Produksi Sarana produksi merupakan input yang dibutuhkan untuk menghasilkan produksi dalam usahatani atau biasa disebut faktor produksi. Penggunaan dari sarana produksi oleh petani akan berpengaruh terhadap hasil produksi yang akan dicapai dari usahatani. Sarana produksi yang digunakan dalam usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu adalah sama yaitu bibit dan pupuk. Tabel 3. Rata-Rata Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012
No 1.
2.
Jenis Masukan Sarana Produksi a. Bibit (Ku) b. Pupuk (Ku) - Za - Phonska - Urea Tenaga Kerja Luar a. TK Pria (HKP) b. TK Wanita (HKW) c. TK Tebang Angkut d. TK Mesin (Traktor )
Gula Pasir Per UT Per Ha
Gula Tumbu Per UT Per Ha
224,67
75,70
97,33
76,49
37,70 23,73 0,00
13,05 8,60 0,00
14,57 9,38 11,00
12,54 8,38 11,00
272,00 55,00 290,00 18,00
95,00 32,00 93,00 8,00
133,00 89,00 123,00 10,00
114,00 44,00 98,00 6,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Sarana produksi bibit yang digunakan petani gula tumbu lebih besar daripada petani gula pasir akan tetapi hanya memiliki selisih sedikit yaitu 0,79 kuintal. Penggunaan sarana produksi bibit pada intinya hampir sama, hanya disesuaikan dengan pengalaman petani dalam usahatani tebu. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar petani tebu di daerah penelitian menggunakan Pupuk Za dan Pupuk Phonska. Pupuk Urea hanya digunakan para petani gula tumbu yang berjumlah 2 orang saja. Pupuk Za memiliki harga yang lebih
murah dan ketersediaan pupuk tersebut di daerah penelitian lebih tinggi jika dibandingkan dengan Pupuk Urea. Sehingga sebagian besar petani tebu di daerah penelitian lebih memilih untuk menggunakan Pupuk Za. Sifat Pupuk Za dan Pupuk Urea sama yaitu mengandung unsur N. Oleh karena itu, petani tebu dapat menggunakan Pupuk Urea maupun Pupuk Za sesuai dengan pengalaman petani dalam berusahatani tebu dan ketersediaan pupuk. Penggunaan sarana produksi Pupuk Phonska dalam usahatani tebu rata-rata lebih
6
sedikit jika dibandingkan dengan mesin yang digunakan dalam penggunaan Pupuk Za. Hal ini usahatani tebu adalah tenaga kerja dikarenakan Pupuk Phonska traktor untuk pengolahan lahan pada merupakan pupuk dasar dengan saat awal penanaman. Pada umumnya kandungan N, P dan K yang diberikan jumlah dari tenaga kerja yang pada tanaman tebu pada awal digunakan untuk keseluruhan proses penanaman saja. Pupuk Za diberikan produksi tebu baik pada petani tebu pada tanaman tebu pada dua tahap. untuk pembuatan gula pasir maupun Tenaga kerja yang digunakan gula tumbu hampir sama. dalam usahatani tebu berasal dari Biaya Usahatani tenaga kerja luar saja. Tenaga kerja Biaya usahatani yang digunakan usahatani tebu terdiri dari tenaga kerja dalam penelitian ini adalah biaya alatpria dan wanita. Tenaga kerja tebang alat luar dan biaya menghasilkan. angkut dihitung berdasarkan jumlah Biaya usahatani tebu untuk hasil produksi tebu yang mampu pembuatan gula pasir dan gula tumbu diangkut. Untuk 1 tenaga kerja pria dikelompokkan menjadi tiga, yaitu rata-rata mampu menebang dan biaya sarana produksi, biaya tenaga mengangkut tebu ke dalam truk kerja dan biaya lain-lain (biaya sebanyak 8-10 kuintal. Tenaga kerja transportasi dan biaya sewa tanah). Tabel 4. Rata-Rata Biaya Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 Gula Pasir No
Jenis Biaya
Biaya Sarana Produksi a. Bibit b. Pupuk - ZA - Phonska - Urea Biaya Tenaga Kerja 2. Luar a. TK Pria (HKP) b. TK Wanita (HKW) c. TK Tebang Angkut d. TK Mesin (Traktor) 3. Biaya Lain-Lain a. Transportasi b. Sewa Tanah Biaya Alat-alat Luar Bunga Modal Sendiri Biaya Menghasilkan 1.
Per UT 3,02
Gula Tumbu
Per Ha
%
Per UT 1,32 ha
Per Ha
%
14.374.400,00
4.987.163,16
17,15
5.644.533,33
4.904.301,59
16,51
2.808.333,33
946.230,16
3,25
1.216.666,67
956.111,11
3,22
6.107.400,00 5.458.666,67 0,00
2.113.695,63 1.927.237,37 0,00
7,27 6,63 0,00
2.203.200,00 2.085.333,33 139.333,33
1.895.914,29 1.912.942,86 139.333,33
6,38 6,44 0,47
25.112.558,33
8.415.894,07
28,93
11.654.725,00
9.142.602,18
30,80
8.247.458,33
2.909.525,35
10,00
4.066.125,00
3.417.062,50
11,51
220.000,00
126.666,67
0,43
534.000,00
261.066,67
0,88
15.902.333,33
5.123.070,09
17,62
6.743.000,00
5.213.336,51
17,56
742.766,67
256.631,97
0,88
311.600,00
251.136,51
0,84
47.440.533,33 11.623.866,67 35.816.666,67 86.927.491,67 5.215.649,50 92.143.141,17
15.678.606,72 3.745.273,39 11.933.333,33 29.081.663,95 1.744.899,84 30.826.563,79
53,92 12,88 41,04 100,00
20.931.000,00 4.285.166,67 16.645.833,33 38.230.285,33 2.293.771,50 40.524.073,83
15.645.938,89 3.312.605,56 12.333.333,33 29.692.842,66 1.781.526,56 31.474.413,22
52,70 11,16 41,54 100,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bibit pada satu musim tanam ini dihitung dengan dibagi 4 dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit. Hal ini dikarenakan dalam satu kali pembelian bibit tebu
dapat digunakan untuk 4 kali musim tanam. Bibit tebu yang digunakan dalam usahatani tebu di Kecamatan Dawe adalah bibit tebu BL (Bululawang) dengan harga Rp 50.000,- per kuintal. Para petani gula pasir maupun gula tumbu di
7
Kecamatan Dawe memilih untuk HKW dengan masa kerja dari jam membeli bibit tebu dari petani daerah 06.00 – 12.00 dengan upah Rp lain dibandingkan dengan membuat 30.000,- per hari. Tenaga kerja pembibitan sendiri. penanaman dan pengolahan tanah Perbedaan rata-rata biaya pada perhitungan usahatani tebu pembelian Pupuk Za dikarenakan dibagi menjadi 4 musim tanam. beberapa petani gula tumbu Biaya sewa tanah di daerah mengganti penggunaan Pupuk Za penelitian berkisar Rp 10.000.000,dengan Pupuk Urea. Petani gula pasir sampai Rp 14.000.000,- per hektar secara keseluruhan menggunakan setiap tahun, tergantung letak lahan Pupuk Za sedangkan petani gula yang dekat dengan jalan atau tidak. tumbu ada yang menggunakan Pupuk Biaya transportasi yang dikeluarkan Urea. Harga Pupuk Za yang berlaku oleh petani gula pasir lebih tinggi jika di daerah penelitian adalah Rp dibandingkan dengan biaya 162.000,- per kuintal. Rata-rata biaya transportasi yang dikeluarkan oleh untuk pembelian Pupuk Phonska pada petani gula tumbu. Rata-rata jarak petani gula tumbu lebih rendah jika lahan tebu dengan industri rumah dibandingkan dengan petani gula tangga gula tumbu lebih dekat jika pasir. Harga Pupuk Phonska yang ada dibandingkan dengan pabrik gula di daerah penelitian sebesar Rp pasir. Suku bunga yang digunakan 230.000,- per kuintal. dalam penelitian ini adalah 6%, Perbedaan dari pengeluaran berdasarkan suku bunga dari BRI biaya tenaga kerja antara petani gula dengan program Kredit Ketahanan pasir dan gula tumbu dikarenakan Pangan (KKP) pada tahun 2012. rata-rata luas areal lahan dari kedua Produksi, Harga dan Penerimaan jenis usahatani ini berbeda. Hal ini Usahatani. dikarenakan petani gula pasir dalam Penerimaan petani gula pasir menggunakan tenaga kerja dihitung terdiri dari hasil penjualan gula pasir secara keseluruhan luas lahan yang dan tetes. Sedangkan penerimaan dimiliki. Tenaga kerja pria dihitung yang diperoleh petani gula tumbu dalam HKP dengan masa kerja dari hanya hasil penjualan gula tumbu jam 06.00 – 12.00 dengan upah Rp saja. Harga yang digunakan dalam 35.000,- per hari. Sedangkan tenaga penerimaan usahatani tebu adalah kerja wanita dikonversikan dalam harga dari gula pasir dan gula tumbu. Tabel 5. Rata-Rata Produksi, Harga dan Penerimaan Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Uraian Produksi Tebu (Ku) Harga Gula (Rp/Kg) Rendemen (%) Harga Gula (Rp/Ku) Produksi Tetes (Kg) Harga Tetes (Rp/Kg) Penerimaan (Rp)
Gula Pasir Per UT Per Ha 3,02 2.905,97 936,32 8.770,00 8.770,00 6,56 6,56 40.263,30 40.263,30 8.717,90 2.808,96 1.000,00 1.000,00 124.336.517,10 40.419.117,61
Sumber : Analisis Data Primer, 2013
Gula Tumbu Per UT Per Ha 1,32 1.224,33 946,46 6.620,00 6.620,00 9,53 9,53 44.170,00 44.170,00 0,00 0,00 0,00 0,00 53.976.323,33 41.755.250,89
8
Rata-rata jumlah produksi tebu adalah dengan bagi hasil. Petani tebu yang dipasok ke pengolahan gula mendapatkan penerimaan dari industri tumbu lebih besar dibandingkan pengolahan gula pasir dan gula tumbu dengan rata-rata jumlah produksi tebu sebesar 70%. Sedangkan untuk pihak yang dipasok ke pengolahan gula pengolahan gula pasir maupun gula pasir. Kualitas tebu yang dipasok ke tumbu sebesar 30%. Rendemen tebu pabrik gula pasir lebih bersih yang digunakan untuk perhitungan tidak terdapat beberapa daun pada penerimaan yang diperoleh petani bagian batang tebu. gula pasir maupun gula tumbu. RataPenerimaan yang diterima oleh rata rendemen gula tumbu lebih tinggi petani gula pasir maupun petani gula jika dibandingkan dengan rata-rata tumbu dihitung berdasarkan jumlah rendemen gula pasir. Sehingga rataproduksi tebu di lahan, rendemen tebu rata harga gula tumbu per kuintal dan harga dari gula pasir maupun gula lebih tinggi daripada rata-rata harga tumbu. Tebu yang masih berupa gula pasir per kuintal. Pengolahan batang tidak dinilai dengan uang gula pasir menghasilkan tetes yang melainkan setelah diproses baru akan merupakan hasil sampingan yang dinilai dengan uang. Sistem diperoleh dari tahap pemisahan kristal pembayaran yang dilakukan oleh gula. pihak pengolahan gula pasir maupun Pendapatan, Keuntungan, Efisiensi gula tumbu kepada para petani tebu dan Profitabilitas Usahatani Tabel 6. Rata-Rata Pendapatan, Keuntungan, Efisiensi dan Profitabilitas Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Uraian Biaya Alat-Alat Luar (Rp/Ha) Biaya Menghasilkan (Rp/Ha) Penerimaan (Rp/Ha) Pendapatan (Rp/Ha) (3-1) Keuntungan (Rp/Ha) (3-2) Efisiensi (3/1) Profitabilitas (5/2x100%)
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Rata-rata pendapatan petani gula tumbu lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata pendapatan petani gula pasir. Hal ini disebabkan karena penerimaan yang diperoleh petani gula tumbu lebih tinggi jika dibandingkan dengan ratarata pendapatan petani gula pasir. Rata-rata keuntungan petani gula tumbu lebih tinggi jika dibandingkan dengan keuntungan petani gula pasir. Hal ini disebabkan besar biaya
Gula Pasir Per Ha 29.081.663,95 30.826.563,79 40.419.117,61 11.337.453,65 9.592.553,82 1,39 0,31
Gula Tumbu Per Ha 29.692.842,66 31.474.413,22 41.755.250,89 12.062.408,23 10.280.837,67 1,41 0,33
menghasilkan yang dikeluarkan oleh petani tebu dan besar penerimaan yang diperoleh dari masing-masing petani tebu. Kedua nilai R/C Ratio tersebut telah mencapai efisien karena hasil dari perhitungan telah melebihi angka 1 yaitu sebesar 1,39 untuk petani gula pasir dan 1,41 untuk petani gula tumbu. Nilai profitabilitas usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir adalah 0,31 dan 0,33 untuk usahatani tebu pembuatan
9
gula tumbu. Nilai profitabilitas menguntungkan sehingga layak untuk dari kedua usahatani tersebut diusahakan karena lebih dari nol. Analisis Komparatif Pendapatan, Keuntungan, Efisiensi dan Profitabilitas Usahatani Tabel 7. Analisis Komparatif Pendapatan Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 Uraian Pendapatan (Rp/Ha) - Standart deviasi - Varian - t-hitung - - t-tabel (t=0,025,df=58)
Gula Pasir 11.337.453,65 2.782.648,68 7.743.133.669.161,64
Gula Tumbu 12.062.408,23 1.977.349,16 3.909.909.707.368,95 -1,16 2,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Tabel 8. Analisis Komparatif Keuntungan Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 Uraian Keuntungan (Rp/Ha) - Standart deviasi - Varian - t-hitung - -t-tabel (t=0,025,df=58)
Gula Pasir 9.592.553,82 2.816.376,98 7.931.979.292.573,83
Gula Tumbu 10.280.837,67 2.020.783,88 4.083.567.505.571,91 -1,09 2,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Tabel 9. Analisis Komparatif Efisiensi Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 Uraian Efisiensi - Standart deviasi - Varian - t-hitung - - t-tabel (t=0,025,df=58)
Gula Pasir 1,39 0,11 0,01
Gula Tumbu 1,41 0,08 0,01 -0,73 2,00
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Tabel 10. Analisis Komparatif Profitabilitas Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 Uraian Profitabilitas - Standart deviasi - Varian - t-hitung - - t-tabel (t=0,025,df=58)
Gula Pasir 0,31 0,10 0,01
Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Uji perbandingan (t-test) terhadap pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu memberikan nilai t-hitung berturut-turut sebesar (-1,16, -1,09, -
Gula Tumbu 0,33 0,08 0,01 -0,73 2,00
0,73, -0,73) lebih kecil daripada nilai t-tabel (2,00) sehingga hipotesis ditolak artinya tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani tebu untuk
10
pembuatan gula pasir dengan usahatani tebu untuk pembuatan gula tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah (1) Besar biaya alat-alat luar Rp 29.081.663,95 / Ha / MT, biaya menghasilkan Rp 30.826.563,79 / Ha / MT dan penerimaan Rp40.419.117,61/Ha/MT untuk usahatani tebu pembuatan gula pasir di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, sedangkan besar biaya alatalat luar Rp 29.692.842,66/Ha/MT, biaya menghasilkan Rp 31.474.413,22 / Ha / MT dan penerimaan Rp41.755.250,89/Ha/MT untuk usahatani tebu pembuatan gula tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Jadi biaya alatalat luar, biaya menghasilkan dan penerimaan petani gula tumbu lebih tinggi daripada petani gula pasir. (2) Besar pendapatan Rp 11.337.453,65/ Ha / MT dan keuntungan Rp 9.592.553,82/Ha/MT untuk usahatani tebu pembuatan gula pasir di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, sedangkan besar pendapatan Rp 12.062.408,23 / Ha / MT dan keuntungan Rp10.280.837,67/Ha/MT untuk usahatani tebu pembuatan gula tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus (3) Usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus sudah efisien dan memberikan keuntungan. Nilai R/C rasio berturut-turut 1,39 dan 1,41 sedangkan nilai profitabilitas berturut-turut 0,31 dan 0,33. (4) Setelah diuji secara statistik dengan uji t (t-test) maka pendapatan,
keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dengan usahatani tebu untuk pembuatan gula tumbu tidak ada beda nyata. Saran yang dapat diberikan diantaranya adalah (1) Bagi pihak pengolahan gula pasir diharapkan dapat meningkatkan rendemen gula dengan perbaikan mesin pengolahan gula pasir sehingga penerimaan petani gula pasir dapat meningkat. (2) Bagi pihak pengolahan gula tumbu diharapkan dapat menjaga hubungan yang baik dengan para petani tebu dengan memberi fasilitas berupa pinjaman kredit sarana produksi, bingkisan pada waktu Hari raya Idul Fitri dan mempercepat waktu pembayaran. (3) Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus diharapkan melakukan pembinaan ke industri rumah tangga pengolahan gula tumbu sebagai alternatif tempat pengolahan tebu bagi petani tebu yang lebih menguntungkan. (4) Bagi petani tebu diharapkan lebih mempertahankan kinerja dan mengadopsi teknologi baru dalam usahatani tebu. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2012. Kabupaten Kudus dalam Angka 2012.BPS Kabupaten Kudus. _________. Kecamatan Dawe dalam Angka 2012.BPS Kabupaten Kudus. BPS. 2011. Pertanian Data Rilis Tahun 2011. BPS Provinsi Jawa Tengah. Hadisapoetra, S. 1973. Biaya dan Pendapatan di dalam Usahatani. Departemen
11
Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. PG Rendeng. 2011. Data Produksi Giling PG Rendeng Kudus Tahun 2007-2011. PG Rendeng Kabupaten Kudus. Prawirokusumo,S. 1990. Ilmu Usahatani.BPFE.Yogyakarta. Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT.
Yogyakarta. Raja Grafindo Jakarta.
Perkasa.
_________.2006.Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta. Surakhmad. 2004. Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik. Tarsito. Bandung. Singarimbun, M dan Effendi, SI. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta