ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DI PT. BURSA EFEK INDONESIA (Periode Januari 2003 - Desember 2007)
SKRIPSI GALIH MEITANUL IMAN
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
1
RINGKASAN Galih Meitanul Iman. D34104018. 2008. Analisis Kinerja Saham Perusahaan Agribisnis Peternakan di PT. Bursa Efek Indonesia (Periode Januari 2003 Desember 2007). Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr Pembimbing Anggota : Ir. Dewi Ulfah Wardhani, MS
Pasar modal merupakan salah satu alternatif pendanaan bagi perusahaan selain sistem perbankan. Adanya deregulasi di sektor keuangan dan perbankan termasuk pasar modal yang dilakukan pemerintah memberikan kemudahankemudahan bagi perusahaan untuk masuk ke pasar modal. Kemudahan-kemudahan tersebut mendorong banyak perusahaan memilih untuk mendaftarkan sahamnya di pasar modal termasuk perusahaan-perusahaan agribisnis peternakan Banyaknya emiten yang tercatat di pasar modal memudahkan masyarakat (investor) untuk memilih berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi mereka. Hanya investasi yang menguntungkan saja yang dapat menarik minat investor. Untuk itu investor memerlukan informasi yang dapat membantu mereka dalam mengambil keputusan investasi yang dapat diperoleh dengan melakukan analisis kinerja saham-saham perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui kinerja keuangan perusahaan agribisnis peternakan go public, (2) mengetahui harga wajar saham perusahaan agribisnis peternakan, (3) menganalisis pergerakan harga saham perusahaan agribisnis peternakan selama periode penelitian. Penelitian ini dilakukan selama lima bulan, yaitu dari bulan Maret hingga bulan Juli 2008 yang didesain sebagai penelitian survei di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan agribisnis peternakan yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2003, yang digolongkan ke dalam sektor pertanian sub sektor peternakan dan sektor industri dasar dan kimia sub sektor pakan ternak, dan masih aktif selama periode penelitian. Perusahaan tersebut adalah PT. Cipendawa Agroindustri Tbk (CPDW), PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI), dan PT. Sierad Produce Tbk (SIPD). Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa
2
Efek Indonesia (BEI). Data diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2003 dan dianalisis menggunakan analisis deskriptif, analisis rasio keuangan, dan analisis penilaian harga wajar. Berdasarkan hasil penelitian, selama tahun 2003-2007 rasio likuiditas perusahaan agribisnis peternakan cenderung berfluktuasi, namun sebagian besar perusahaan agribisnis memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena memiliki nilai diatas 200%. Hanya CPDW dan CPIN yang memiliki tingkat likuiditas yang rendah karena memiliki nilai dibawah 200%. Untuk rasio kinerja operasional, rasio efisiensi perusahaan semakin meningkat, terlihat dari semakin meningkatnya penjualan yang dihasilkan masing-masing perusahaan, namun rasio profitabilitas masing-masing perusahaan cenderung berfluktuasi. Perusahaan agribisnis peternakan memiliki rasio tingkat utang yang sangat tinggi dengan nilai diatas 100%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan agribisnis peternakan memiliki risiko yang tinggi karena mengandalkan utang. Akan tetapi perusahaan agribisnis peternakan mengalami pertumbuhan setiap tahunnya, meskipun berfluktuasi. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan agribisnis peternakan memiliki prospek yang baik di masa depan. Rasio nilai pasar saham agribisnis peternakan cenderung berfluktuasi. Hal ini sesuai dengan kinerja keuangan perusahaan agribisnis peternakan yang berfluktuasi. Saham CPDW, CPIN, JPFA dan SIPD memiliki harga pasar yang lebih besar dari harga wajarnya (overvalued) yaitu lebih dari 50%. Khusus saham CPDW, untuk tahun 2007 sudah tidak layak lagi untuk dibeli oleh investor karena sudah tidak bernilai lagi. Hanya saham MBAI yang memiliki harga pasar lebih rendah dari harga wajarnya (undervalued) yaitu sebesar 126%. Pergerakan harga saham agribisnis peternakan di BEI cenderung stabil dan meningkat selama tahun 2003 hingga 2007, kecuali saham CPDW dan SIPD yang pergerakan harganya cenderung berfluktuasi. Pergerakan harga saham agribisnis peternakan lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan ekuitas masing-masing perusahaan. Berdasarkan pergerakan harganya, saham yang dapat dipertimbangkan investor untuk investasi jangka panjang adalah CPIN, JPFA, dan MBAI, sedangkan untuk saham CPDW dan SIPD lebih cocok untuk trader.
Kata kunci : rasio keuangan, harga wajar saham, dan pergerakan harga saham
3
ABSTRACT The aims of this study are to (1) know financial condition of go-public husbandry agribusiness companies, (2) know intrinsic value of husbandry agribusiness companies, and
(3) analyze stock price movement of husbandry
agribusiness companies. This study carried out in PT Bursa Efek Indonesia for five months from March until July 2008. The used data was secondary data obtained from Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia. The data are processed by Microsoft Excel 2003 and analyzed using descriptive analysis, financial ratio analysis, and stock valuation analysis. The result of this study is financial ratio of husbandry agribusiness companies tended to fluctuate during 2003-2007. This shows that financial companies condition also fluctuates. Most of husbandry agribusiness companies had higher market price than its intrinsic value (overvalued), only MBAI (PT Multibreeder Adirama Indonesia) had lower market price than its intrinsic value (undervalued). The stock price movements of husbandry agribusiness were tending to stable and increase during 2003-2007. It is more influence by the equity change of each company.
Key words : financial ratio, intrinsic value, stock price movement
4
ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DI PT. BURSA EFEK INDONESIA (Periode Januari 2003 - Desember 2007)
GALIH MEITANUL IMAN D34104018
Skripsi Ini Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan Pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
5
ANALISIS KINERJA SAHAM PERUSAHAAN AGRIBISNIS PETERNAKAN DI PT. BURSA EFEK INDONESIA (Periode Januari 2003 - Desember 2007)
Oleh GALIH MEITANUL IMAN D34104018
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 12 September 2008
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr
Ir. Dewi Ulfah Wardhani, MS
NIP. 131 878 942
NIP. 131 878 941
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr NIP. 131 955 531
6
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Mei 1987 di Brebes, Jawa Tengah. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Julianto dan Ibu Winarti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 1998 di SDN 1 Jatisawit, Bumiayu kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan lanjutan menengah pertama di SMPN 1 Bumiayu hingga tahun 2001. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMAN 1 Bumiayu. Pada tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti kuliah, penulis juga aktif di beberapa kegiatan kemahasiswaan. Penulis pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) sebagai staf komunikasi dan informasi periode 2006-2007 dan Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB sebagai staf riset dan produksi pada tahun 2005-2006 dan staf usaha pada tahun 2006-2007. Selain itu penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan acara diantaranya bakti fakultas peternakan (BAKFA), seminar bisnis on saturday, pelatihan akuntansi, dan company expo yang diadakan oleh BEM Fakultas Peternakan dan KOPMA IPB.
7
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Analisis Kinerja Saham Perusahaan Agribisnis Peternakan di PT. Bursa Efek Indonesia (Periode Januari 2003 - Desember 2007)". Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang selalu istiqomah hingga akhir jaman. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada program studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Saham merupakan salah satu instrumen investasi yang banyak diminati saat ini. Investor banyak memilih saham karena instrumen ini memiliki likuiditas yang tinggi dibandingkan dengan instrumen investasi yang lainnya. Untuk memilih saham apa yang cocok untuk diinvestasi maka investor harus mengetahui informasi tentang saham yang akan dipilih. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan menyediakan informasi yang diperlukan investor dalam mengambil keputusan. Informasi tersebut antara lain kinerja keuangan perusahaan agribisnis peternakan, harga wajar saham agribisnis peternakan, dan pergerakan harga sahamnya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Bogor, September 2008
Penulis
8
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ............................................................................................
i
ABSTRACT ...............................................................................................
iii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xiii
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
Latar Belakang ................................................................................ Perumusan Masalah ........................................................................ Tujuan Penelitian ............................................................................ Kegunaan Penelitian .......................................................................
1 3 4 4
KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
7
Investasi di Pasar Modal .................................................................. Pasar Modal ........................................................................ Pengertian Investasi ............................................................. Tipe-tipe Investasi Keuangan .............................................. Proses Keputusan Investasi .................................................. Saham ............................................................................................ Kategori Saham ................................................................... Aksi Korporasi (Corporate Action) ...................................... Indeks Harga Saham ............................................................ Pergerakan Harga Saham ..................................................... Analisis Rasio Keuangan ................................................................ Penelitian Terdahulu .......................................................................
7 7 7 8 9 11 11 13 15 17 17 21
METODE PENELITIAN ...........................................................................
24
Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... Desain Penelitian ............................................................................ Jenis dan Sumber Data .................................................................... Analisis Data .................................................................................. Analisis Deskriptif ............................................................... Analisis Rasio Keuangan ..................................................... Analisis Penilaian Saham .................................................... Batasan Istilah ................................................................................
24 24 24 24 25 25 28 29
KEADAAN UMUM LOKASI ...................................................................
31
9
Bursa Efek Indonesia (BEI) ............................................................ Sejarah Singkat Pasar Modal ............................................... Instrumen Pasar Modal ........................................................ Sektor Industri di BEI .......................................................... Sistem Perdagangan di BEI ................................................. Gambaran Umum Perusahaan Agribisnis Peternakan ...................... PT. Cipendawa Agroindustri Tbk. ....................................... PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. ................................ PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. ...................................... PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. ........................... PT. Sierad Produce Tbk. ......................................................
31 31 32 34 34 35 35 35 36 36 37
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
39
Keuangan Perusahaan ..................................................................... Rasio Likuiditas .................................................................. Rasio Kinerja Operasional ................................................... Rasio Tingkat Utang ............................................................ Rasio Potensi Pertumbuhan ................................................. Rasio Nilai Pasar ................................................................. Penilaian Harga Saham ................................................................... Perkembangan Harga Saham ...........................................................
39 39 42 50 54 59 62 65
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
76
Kesimpulan ..................................................................................... Saran ............................................................................................
76 76
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................
77
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
79
LAMPIRAN
81
............................................................................................
10
DAFTAR TABEL Nomor 1. Perkembangan Jumlah Perusahaan (Emiten) dan Saham yang Tercatat di Pasar Modal ................................................................................
Halaman 2
2. Nilai Rasio Lancar CPDW Periode 2003-2007 ................................
40
3. Nilai Rasio Lancar CPIN Periode 2003-2007 ...................................
40
4. Nilai Rasio Lancar JPFA Periode 2003-2007 ...................................
41
5. Nilai Rasio Lancar MBAI Periode 2003-2007 .................................
41
6. Nilai Rasio Lancar SIPD Periode 2003-2007 ...................................
42
7. Nilai Rasio Kinerja Operasional CPDW Periode 2003-2007 ............
44
8. Nilai Rasio Kinerja Operasional CPIN Periode 2003-2007 ..............
45
9. Nilai Rasio Kinerja Operasional JPFA Periode 2003-2007 ...............
46
10. Nilai Rasio Kinerja Operasional MBAI Periode 2003-2007 ..............
48
11. Nilai Rasio Kinerja Operasional SIPD Periode 2003-2007................
49
12. Nilai Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) CPDW Periode 2003-2007
50
13. Nilai Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) CPIN Periode 2003- 2007
51
14. Nilai Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) JPFA Periode 2003- 2007
51
15. Nilai Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) MBAI Periode 2003- 2007
52
16. Nilai Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) SIPD Periode 2003- 2007
53
17. Nilai Rasio Potensi Pertumbuhan CPDW Periode 2003-2007 ...........
55
18. Nilai Rasio Potensi Pertumbuhan CPIN Periode 2003-2007 .............
56
19. Nilai Rasio Potensi Pertumbuhan JPFA Periode 2003-2007 ..............
56
20. Nilai Rasio Potensi Pertumbuhan MBAI Periode 2003-2007 ............
57
21. Nilai Rasio Potensi Pertumbuhan SIPD Periode 2003-2007 ..............
58
22. Rasio Nilai Pasar CPDW Periode 2003-2007....................................
59
23. Rasio Nilai Pasar CPIN Periode 2003-2007 ......................................
60
24. Rasio Nilai Pasar JPFA Periode 2003-2007 ......................................
60
25. Rasio Nilai Pasar MBAI Periode 2003-2007.....................................
61
26. Rasio Nilai Pasar SIPD Periode 2003-2007 ......................................
61
27. Harga Wajar Saham Perusahaan Agribisnis Peternakan ...................
63
28. Perubahan Harga Saham Agribisnis Peternakan dan IHSG ...............
66
29. Hubungan Perubahan Harga Saham CPDW dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ......................................................................................
67
11
30. Hubungan Perubahan Harga Saham CPIN dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ......................................................................................
69
31. Hubungan Perubahan Harga Saham JPFA dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ......................................................................................
71
32. Hubungan Perubahan Harga Saham MBAI dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ......................................................................................
72
33. Hubungan Perubahan Harga Saham SIPD dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ......................................................................................
74
12
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Kerangka Pemikiran ..........................................................................
6
2. Trend Rasio Likuiditas Perusahaan Agribisnis Peternakan .................
42
3. Trend Rasio Tingkat Utang Perusahaan Agribisnis Peternakan ..........
54
4. Pergerakan IHSG dan Harga Saham Perusahaan Agribisnis Peternakan
66
5. Pergerakan Harga Saham CPDW Periode Desember 2002 Desember 2007 .................................................................................
68
6. Pergerakan Harga Saham CPIN Periode Desember 2002Desember 2007 ..................................................................................
70
7. Pergerakan Harga Saham JPFA Periode Desember 2002Desember 2007 ..................................................................................
71
8. Pergerakan Harga Saham MBAI Periode Desember 2002Desember 2007 ..................................................................................
73
9. Pergerakan Harga Saham SIPD Periode Desember 2002Desember 2007 ..................................................................................
75
13
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Laporan Neraca PT. Cipendawa Agroindustri Tbk. (CPDW) Periode 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) ................................
82
2. Laporan Laba Rugi PT. Cipendawa Agroindustri Tbk (CPDW) untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) ........................................................................
82
3. Laporan Neraca PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) Periode 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) ................................. 83 4. Laporan Laba Rugi PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) .......................................................................
83
5. Laporan Neraca PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) Periode 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) .................................
84
6. Laporan Laba Rugi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) ........................................................................
84
7. Laporan Neraca PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. (MBAI) Periode 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) ....................
85
8. Laporan Laba Rugi PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. (MBAI) untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) ........................................................................ 85 9. Laporan Neraca PT. Sierad Produce Tbk. (SIPD) Periode 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) .................................
86
10. Laporan Laba Rugi PT. Sierad Produce Tbk. (SIPD) untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) ........................................................................
86
11. Daftar harga saham bulanan CPDW selama tahun 2003-2007.............
87
12. Daftar harga saham bulanan CPIN selama tahun 2003-2007 ...............
87
13. Daftar harga saham bulanan JPFA selama tahun 2003-2007 ...............
87
14. Daftar harga saham bulanan MBAI selama tahun 2003-2007 ..............
88
15. Daftar harga saham bulanan SIPD selama tahun 2003-2007 ...............
88
16. Daftar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bulanan selama tahun 2003-2007 ..........................................................................................
88
14
PENDAHULUAN Latar Belakang Semua perusahaan didirikan dengan harapan bahwa perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan usahanya, berkembang dengan pesat dan dapat eksis untuk jangka waktu yang lama. Namun seiring dengan berjalannya waktu, terjadi persaingan usaha yang semakin meningkat, sehingga diperlukan strategistrategi untuk dapat mengembangkan perusahaan agar mampu bertahan dan memenangkan persaingan. Dalam melaksanakan strategi-strategi tersebut, banyak sekali kendala yang dihadapi perusahaan. Salah satunya adalah kebutuhan pendanaan. Perusahaan dapat menggunakan utang ataupun modal sendiri untuk memenuhi kebutuhan dananya. Akan
tetapi
adanya
keterbatasan
perusahaan
dalam
menggunakan
utang
menyebabkan perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana secara penuh. Salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan dana selain sistem perbankan adalah melalui pasar modal, yaitu dengan menerbitkan/menjual saham ke masyarakat (go public). Dengan adanya pasar modal, diharapkan bisa menjadi alternatif pembiayaan bagi perusahaan selain sistem perbankan. Pasar modal di Indonesia didirikan pada masa penjajahan Belanda yaitu pada tahun 1912. Pada masa itu, mayoritas saham yang diperdagangkan adalah sahamsaham perusahaan Belanda. Pasar modal ini hanya beroperasi sampai kedatangan Jepang di Indonesia. Sejak berdiri, pasar modal mengalami pasang surut karena kondisi negara kita yang belum stabil. Pada tahun 1988 pasar modal kembali aktif dengan banyaknya perusahaan yang tercatat di pasar modal. Selama tiga tahun saja, yaitu sampai tahun 1990 jumlah perusahaan yang tercatat di pasar modal (Bursa Efek Jakarta) meningkat menjadi 127 perusahaan. Dilihat dari jumlah perusahaan (emiten) dan saham yang tercatat, perkembangan pasar modal terus mengalami kenaikan sampai sekarang, seperti yang terlihat dalam Tabel 1.
15
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Perusahaan (Emiten) dan Saham yang Tercatat di Pasar Modal Periode
Jumlah Emiten
Jumlah Saham (Lembar)
1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
145 162 181 231 248 267 306 309 321 347 379 401 411 424 432 444 468
1178465725 1761393686 3338513735 6401933047 11110964641 25343423026 51459413729 62719347532 714460834556 811562933545 826770663455 876514940846 905965298797 922131623694 963702110002 1034521505388 1125215354761
Nilai Saham (Miliar Rp) 8976.1 11161.8 16065 26528.6 35395 49981.4 70879.6 75940.5 206686.8 225819.9 231342.1 241310.3 251276.9 257814 267206.7 280958.8 327682.1
Sumber : Bank Indonesia, 2008
Adanya deregulasi di sektor keuangan dan perbankan termasuk pasar modal yang dilakukan pemerintah sejak tahun 1988 memberikan kemudahan-kemudahan bagi perusahaan untuk masuk ke pasar modal. Kemudahan-kemudahan tersebut mendorong banyak perusahaan memilih untuk mendaftarkan sahamnya di pasar modal termasuk perusahaan-perusahaan agribisnis peternakan yang ikut mencatatkan sahamnya yaitu PT. JAPFA Comfeed Indonesia Tbk pada tahun 1989, kemudian diikuti oleh PT. Cipendawa Agroindustri Tbk pada tahun 1990, PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada tahun 1991, PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk pada tahun 1994, dan terakhir PT. Sierad Produce Tbk pada tahun 1996. Di pasar modal, investor lebih mudah untuk memilih berbagai pilihan investasi
yang
sesuai
dengan
preferensi
mereka.
Hanya
investasi
yang
menguntungkan saja yang dapat menarik minat investor. Untuk itu investor memerlukan informasi yang dapat membantu mereka dalam mengambil keputusan investasi. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan melakukan analisis kinerja saham perusahaan.
16
Perumusan Masalah Sejak tahun 1988 pasar modal Indonesia semakin berkembang, terlihat dari semakin banyaknya perusahaan yang mencatatkan sahamnya di pasar modal (go public). Hal ini terjadi karena adanya kemudahan bagi perusahaan untuk mendaftarkan sahamnya di pasar modal. Diantara perusahaan-perusahaan yang go public terdapat juga perusahaan agribisnis peternakan. Beberapa perusahaan agribisnis peternakan sudah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham-saham agribisnis peternakan digolongkan ke dalam sektor pertanian, akan tetapi ada beberapa saham yang digolongkan ke dalam sektor industri dasar dan kimia sesuai dengan klasifikasi yang dilakukan BEI. Jika dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya, instrumen saham mempunyai tingkat ketidakpastian (risiko) yang tinggi, sehingga untuk memutuskan apakah saham agribisnis peternakan cocok untuk diinvestasi atau tidak, maka investor perlu menilai kinerja saham-saham agribisnis peternakan terlebih dahulu. Untuk itu diperlukan informasi yang dapat membantu investor dalam menilai kinerja saham agribisnis peternakan diantaranya kinerja keuangan perusahaan agribisnis peternakan dan pergerakan harga sahamnya. Kinerja keuangan perusahaan sangat menentukan keputusan investor dalam berinvestasi. Kinerja keuangan memberikan gambaran kepada investor apakah suatu perusahaan dalam keadaan sehat atau tidak. Perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik lebih menjanjikan keuntungan bagi investor, sehingga harga sahamnya akan terus meningkat sebagai akibat dari meningkatnya permintaan atas saham perusahaan tersebut. Sebaliknya perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang buruk akan memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan. Akibatnya permintaan sahamnya akan menurun yang diikuti dengan penurunan harga sahamnya. Selain untuk mendapatkan dividen, investor juga mengharapkan untuk mendapatkan capital gain dari selisih harga jual dengan harga beli sahamnya. Oleh karena itu, menilai harga wajar saham dan melihat pergerakan harga saham perusahaan juga perlu diketahui oleh investor. Harga saham yang murah dan memiliki pergerakan harga saham yang stabil dan meningkat akan lebih banyak
17
diminati oleh investor dibandingkan dengan saham yang memiliki harga yang mahal dan memiliki pergerakan harga saham yang cenderung menurun. Oleh karena itu, untuk menganalisis kinerja saham perusahaan agribisnis peternakan, ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.
Bagaimana kinerja keuangan perusahaan agribisnis peternakan go public ?
2.
Berapa harga wajar dari saham-saham perusahaan agribisnis peternakan tersebut?
3.
Bagaimana pergerakan harga saham perusahaan agribisnis peternakan selama periode penelitian?
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui kinerja keuangan perusahaan agribisnis peternakan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)
2.
Mengetahui harga wajar saham perusahaan agribisnis peternakan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
3.
Menganalisis pergerakan harga saham perusahaan agribisnis peternakan selama tahun 2003-2007 di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1.
Pemodal, memberikan informasi dalam mengambil keputusan berinvestasi pada saham agribisnis peternakan
2.
Penulis, dengan melakukan penelitian ini dapat menjadi tambahan wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang keilmuan yang diminati
3.
Pembaca, sebagai masukan untuk penelitian-penelitian yang relevan
18
KERANGKA PEMIKIRAN Saham merupakan salah satu instrumen investasi yang banyak diminati oleh investor. Di pasar modal sudah banyak perusahaan (emiten) yang mencatatkan sahamnya di bursa efek (go public), salah satunya adalah perusahaan agribisnis peternakan. Berdasarkan klasifikasi yang dilakukan Bursa Efek Indonesia (BEI), saham-saham agribisnis peternakan digolongkan ke dalam sektor pertanian dan sektor industri dasar dan kimia. Di sektor pertanian, saham agribisnis peternakan termasuk ke dalam sub sektor peternakan, seperti PT. Cipendawa Agroindustri Tbk (CPDW) dan PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI). Sedangkan di sektor industri dasar dan kimia, saham agribisnis peternakan digolongkan ke dalam sub sektor pakan ternak, diantaranya PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT. JAPFA Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dan PT. Sierad Produce Tbk (SIPD). Dalam memilih saham yang potensial (mendatangkan keuntungan) bagi investor, perlu diketahui kinerja keuangan perusahaan dan pergerakan harga sahamnya terlebih dahulu. Oleh karena itu, untuk menentukan saham agribisnis peternakan sebagai pilihan investasi, investor perlu melakukan analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan dan pergerakan harga sahamnya. Suatu perusahaan dikatakan sehat atau tidak dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaannya. Untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dapat digunakan analisis rasio keuangan. Akan tetapi rasio keuangan memiliki keterbatasan dibandingkan dengan metode yang lainnya yaitu tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu rasio keuangan harus dibandingkan dengan rasio keuangan perusahaan yang sejenis yang mempunyai tingkat rasio yang hampir sama dan dilakukan analisis kecenderungan atau trend dari setiap rasio terhadap rasio pada tahun sebelumnya. Selain itu digunakan juga analisis penilaian harga saham untuk mengetahui harga wajar (nilai intrinsik) dari saham tersebut. Harga wajar diperlukan untuk menentukan apakah harga pasar saham tersebut murah (undervalued) atau mahal (overvalued), sehingga dapat dijadikan acuan investor untuk mengambil keputusan. Pergerakan harga saham suatu perusahaan juga perlu diperhatikan oleh investor sebelum berinvestasi. Investor perlu melihat bagaimana pergerakan harga saham suatu perusahaan dari waktu ke waktu apakah cocok untuk trader (transaksi untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek) atau investasi jangka panjang yang
19
akan memberikan keuntungan yang paling besar bagi investor. Hal ini sesuai dengan tujuan investor berinvestasi yaitu untuk mendapatkan keuntungan baik dividen dan atau capital gain. Dengan mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan pergerakan harga saham perusahaan, investor akan lebih mudah dalam mengambil keputusan investasi. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Investasi
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Sektor Lainnya
Sektor Pertanian
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Saham Agribisnis Peternakan
Analisis Fundamental
Rasio Keuangan : • Rasio Likuiditas • Rasio Kinerja Operasional • Rasio Tingkat Utang • Rasio Potensi Pertumbuhan • Rasio Nilai Pasar
Analisis Perkembangan Harga Saham Penilaian Harga Saham
Kinerja Saham Perusahaan Agribisnis Peternakan
Keterangan : : alat analisis
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
20
TINJAUAN PUSTAKA Investasi di Pasar Modal Pasar Modal Menurut Alwi (2003), pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar modal juga merupakan wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut (www.vibiznews.com, 2008). Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti obligasi, saham dan lainnya (Bapepam, 2003). Pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan (Alwi, 2003). Pasar modal dikatakan mempunyai fungsi ekonomi karena menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena pasar modal membuka kemungkinan dan kesempatan bagi pemilik dana untuk memperoleh imbalan (return) sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilihnya.
Pengertian Investasi Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2007). Menurut Husnan (2001), investasi merupakan kegiatan menanamkan modal, baik dalam bentuk uang maupun benda pada suatu obyek dengan tujuan memperoleh keuntungan selama periode tertentu. Menurut Tambunan (2007), investasi adalah komitmen penempatan sejumlah dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai tingkat imbal hasil (rate of return)
21
yang diinginkan. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan investasi adalah memperkirakan tingkat imbal hasil (expected rate of return) yang ingin dicapai. Menurut Koetin dalam Zumaili (2005) menyatakan bahwa investasi yang banyak disenangi oleh masyarakat adalah investasi yang dapat menghasilkan pendapatan secara teratur, menghasilkan pertambahan nilai jumlah pokok (capital gain) dan bersifat likuid (bisa dijual dengan cepat tanpa mengalami kerugian yang berarti) sehingga investasi yang disenangi adalah investasi dalam bentuk saham.
Tipe-tipe Investasi Keuangan Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung (Jogiyanto, 2007). Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli aktiva keuangan dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Menurut Jogiyanto (2007), investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market). Aktiva yang dapat diperjualbelikan di pasar uang dapat berupa aktiva yang mempunyai risiko gagal kecil, jatuh temponya pendek dengan tingkat cair yang tinggi. Contoh dari aktiva ini adalah treasury bill (T-bill) dan deposito yang dapat dinegosiasi (dijual kembali), sedangkan aktiva yang diperjualbelikan di pasar modal adalah surat-surat berharga berpendapatan tetap (fixed-income securities) seperti T-bond, surat-surat berharga agen federal, corporate bond, dan lain-lain dan saham (equity securities) seperti saham preferen dan saham biasa. Di pasar turunan, aktiva yang diperjualbelikan adalah opsi (option) dan futures contract. Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva yang tidak dapat diperjualbelikan. Aktiva yang tidak dapat diperjualbelikan biasanya diperoleh melalui bank komersial berupa tabungan di bank atau sertifikat deposito. Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa
22
keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvesatasikan ke dalam portofolionya (Jogiyanto, 2007).
Proses Keputusan Investasi Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi pada saham. Hal-hal tersebut antara lain sifat investor, tujuan berinvestasi, kategori saham, resiko, laporan keuangan, dan keputusan akhir (Tambunan, 2007). 1.
Sifat Investor Sebelum berinvestasi, kenali dulu sifat investor dalam berinvestasi. Apakah seorang risk averse (tidak suka mengambil resiko) atau risk seeker (suka mengambil resiko). Pengenalan ini penting karena akan berpengaruh terhadap keputusan investor dalam memilih saham-saham yang akan dimasuki.
2.
Tujuan Berinvestasi Tujuan utama seorang investor dalam berinvestasi adalah untuk mendapatkan keuntungan. Tetapi, ada juga investor yang melakukan hedging (lindung nilai) sekadar untuk memelihara daya beli uangnya ketika rate of return (tingkat imbal hasil) instrumen investasi lain sedang menurun atau rendah. Jika investor mengharapkan return yang berkesinambungan dan cukup aman, maka saham-saham seperti income stock dan defensive stock sangat cocok karena saham jenis ini cukup rajin membayarkan dividen. Sedangkan investor yang menginginkan capital gain dan cukup agresif dalam berinvestasi, maka pilihlah saham growth stock. Tujuan berinvestasi penting dimiliki setiap investor untuk memudahkan dalam memilih jenis saham yang akan diinvestasi.
3.
Kategori Saham Mengenal kategori atau jenis-jenis saham sangat penting untuk menghindari investor dari kerugian. Sebaiknya investor menghubungkan kategori dan jenisjenis saham dengan sifat dan tujuan investor berinvestasi. Hal ini sangat penting karena banyak investor yang tidak mengetahui kategori dan jenis-jenis saham yang ada di pasar sehingga mereka seringkali terjebak dan mengalami kerugian besar. Selain itu, ulah para broker yang hanya mementingkan komisi/target transaksi juga dapat merugikan mereka.
23
4.
Menaksir Risiko Ada berbagai risiko dalam berinvestasi, namun semuanya tetap bergantung pada jenis instrumen investasi apa yang dimasuki. Jika investor mendepositokan uang di bank, maka risiko yang dihadapi adalah inflation risk (risiko inflasi atau melemahnya daya beli uang). Jika investor berinvestasi dalam obligasi jangka panjang, selain inflation risk, investor juga akan dihadapkan pada market risk (risiko fluktuasi harga pasar) dan default risk (risiko gagal bayar kupon atau pokok). Investasi pada saham juga memiliki resiko yang sangat tinggi. Meskipun sudah terbukti secara historis bahwa saham biasa (common stock) adalah instrumen investasi yang memberikan return tinggi dibandingkan instrumen investasi lain seperti deposito, obligasi, pasar uang, dan sebagainya.
5.
Membaca Laporan Keuangan Jika ingin berinvestasi pada efek yang bersifat ekuitas (saham) ataupun yang besifat utang (obligasi), penting bagi investor untuk mengerti cara membaca laporan keuangan (laporan rugi laba, neraca, dan laporan arus kas) emiten dan memahaminya sebaik mungkin. Berdasarkan data-data pada laporan keuangan dan dengan melakukan analisis secara benar dan tepat, investor akan mendapatkan nilai wajar/intrinsik saham. Inilah tujuan akhir analisis laporan keuangan. Dengan mendapatkan nilai intrinsik atau nilai wajar dan membandingkannya dengan harga pasar, investor akan memiliki dasar yang kuat untuk mengambil keputusan berinvestasi.
6.
Keputusan Akhir Langkah
terakhir
dalam
mengambil
keputusan
berinvestasi
adalah
membandingkan harga wajar suatu saham dengan harga pasarnya. Jika harga wajar lebih besar dari harga pasarnya (undervalued), maka saham tersebut murah, sehingga layak dibeli dengan pertimbangan suatu saat harganya akan naik kembali. Tetapi jika harga wajar lebih kecil dari harga pasarnya (overvalued), maka saham tersebut sudah mahal. Sebaiknya investor jangan membeli, akan tetapi jika tetap ingin membelinya, pikirkan dulu risiko yang akan dihadapi.
24
Saham Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut sebagai emiten (Widoatmodjo, 2006). Saham juga dapat didefinisikan sebagai bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan (Tambunan, 2007). Saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan di pasar modal (bursa efek). Keuntungan yang diperoleh pemegang saham berasal dari pembayaran dividen dan selisih positif dari harga beli dengan harga jual saham tersebut (capital gain). Saham perusahaan digolongkan menjadi dua macam, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Saham biasa, merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling populer di Pasar Modal. Saham biasa memiliki karakteristik antara lain: (1) hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan di likuidasi, (2) hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham, (3) dividen, jika perusahaan memperoleh laba dan disetujui di dalam Rapat Umum Pemegang Saham, (4) hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut ditawarkan kepada masyarakat (Bapepam, 2003). Saham preferen adalah penanaman modal atau kepemilikan pada suatu perusahaan pada tingkat terbatas (Tambunan, 2007). Saham Preferen, memiliki karakteristik sebagai berikut, pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap, hak klaim lebih dahulu dibanding saham biasa jika perusahaan dilikuidasi, dapat dikonversikan menjadi saham biasa (Bapepam, 2003).
Kategori Saham Berdasarkan kinerja perdagangannya, saham dapat dikategorikan sebagai berikut (Tambunan, 2007) : 1.
Blue Chip Stocks, yaitu saham perusahaan-perusahaan besar yang telah terbukti memiliki reputasi baik dan secara historis memiliki catatan pertumbuhan keutungan (profit growth) dari tahun ke tahun, serta konsisten memberikan dividen kepada pemegang saham. Jenis saham ini sangat aktif diperdagangkan
25
sehingga pergerakan harganya cukup fluktuatif, dengan rata-rata volume perdagangan yang cukup besar setiap harinya. 2.
Growth Stocks, yaitu saham dari perusahaan-perusahaan yang menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang lebih tinggi dari rata-rata industrinya.
3.
Defensive Stocks. Saham jenis ini biasanya dari perusahaan-perusahan yang mampu bertahan pada saat perekonomian memburuk atau tidak terpengaruh oleh kondisi perekonomian. Harga saham jenis ini pada umumnya tidak terpengaruh oleh fluktuasi iklim perekonomian.
4.
Cyclical Stocks, merupakan kebalikan dari defensive stocks. Perusahaan yang memiliki saham jenis ini umumnya menikmati kemakmuran hanya pada musimmusim tertentu.
5.
Income Stocks, saham jenis ini memberikan pendapatan (income) berupa dividen yang cukup tinggi dan rutin bagi pemegang sahamnya.
6.
Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak mampu secara konsisten menghasilkan laba, namun memiliki prospek yang baik di masa mendatang.
7.
Junk Stocks, saham jenis ini pada umumnya dimiliki oleh perusahaan yang tidak memiliki manajemen yang baik dan sering kali mengalami kerugian. Harga sahamnya sangat fluktuatif. Terkadang naik sangat tinggi hingga menyentuh ambang batas auto rejection tertinggi, tetapi dalam waktu singkat turun lagi sampai menyentuh ambang batas auto rejection terendah. Saham seperti ini biasa disebut saham gorengan/busuk oleh para pelaku pasar modal. Saham juga dapat dikelompokkan berdasarkan atas besarnya nilai kapitalisasi
pasar, yaitu jumlah saham yang beredar dikali dengan harga pasarnya (www.esamuel.com, 2008). Dari pengklasifikasian ini (diluar saham perbankan), saham dibagi atas saham unggulan (blue chip), saham lapis kedua (second liner), dan saham lapis ketiga (third liner). ▪
Blue Chip stocks (saham unggulan) menempati urutan teratas dalam klasifikasi berdasarkan kapitalisasi pasar. Saham golongan ini biasanya di terbitkan oleh perusahaan besar dengan historical track of record fundamental yang baik dan prospek bisnis yang cerah. Umumnya jumlah saham yang beredar sangat besar, sehingga memungkinkan untuk dimiliki banyak investor. Hal ini membuat
26
saham blue chip relatif mudah diperdagangkan (liquid) sehingga risiko likuiditas kecil yang menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. Saham blue chip memberikan kontribusi yang besar terhadap perdagangan di bursa, sehingga bila suatu hari perdagangan terdapat saham blue chip yang harganya naik, IHSG biasanya juga ikut naik. ▪
Second liner stocks (saham lapis kedua) menempati urutan kedua dari segi kapitalisasi pasar dan frekuensi perdagangan setelah saham blue chip. Saham golongan ini cenderung memiliki resiko yang lebih tinggi dibanding saham blue chip, baik itu dari sisi kinerja fundamental ataupun resiko likuiditasnya. Umumnya saham ini diterbitkan oleh perusahaan yang sedang berkembang dan mempunyai potensi pertumbuhan yang besar untuk mejadi saham blue chip. Karena harga pasarnya relatif lebih rendah dibandingkan saham blue chip, saham ini menjadi menarik bagi investor. Namun karena memiliki resiko yang lebih tinggi, maka diperlukan analisa yang lebih intensif untuk menentukan saham lapis kedua mana yang layak dipilih. Hal ini disebabkan sebagian dari kinerja keuangan emiten belum cukup teruji.
▪
Third liner stocks (saham lapis ketiga), merupakan saham yang lebih kecil tingkat kapitalisasi pasarnya dan jarang ditransaksikan. Andaikata saham jenis ini ramai ditransaksikan, perlu diperhatikan apa penyebabnya. Apakah ada corporate action atau berita lain yang mendukung hal tersebut. Apabila tidak ada, biasanya ada pihak-pihak yang memanipulasi transaksi saham. Risiko berinvestasi pada saham jenis ini sangat tinggi.
▪
Saham tidur, merupakan saham yang sangat jarang ditransaksikan di bursa, kalaupun ada, transaksi pada umumnya dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Aksi Korporasi (Corporate Action) Corporate action adalah tindakan atau aksi yang dilakukan perusahaan, yang berdampak signifikan terhadap berbagai kepentingan, antara lain kelangsungan operasi perusahaan, harga saham, serta pemegang saham (Tambunan, 2007). Jenisjenis corporate action adalah sebagai berikut :
27
•
Repurchase/Buy Back Repurchase adalah pembelian kembali saham yang sudah beredar di masyarakat oleh emiten (perusahaan go public). Tujuan emiten melakukan pembelian kembali saham-saham yang telah beredar di masyarakat adalah untuk menghindari pengambilalihan (take over). Selain itu juga bertujuan untuk menjaga kejatuhan harga sahamnya terlalu dalam, sehingga perlu distabilkan. Bapepam-LK membatasi perusahaan hanya boleh melakukan buy back sahamnya dengan jumlah maksimum 10% dari total saham yang beredar. Pada akhirnya, program ini dapat mengurangi likuiditas saham tersebut di pasar, terutama untuk saham-saham yang porsi kepemilikan publiknya rendah.
•
Stock Split Stock split adalah aksi korporasi yang memecah nilai nominal (par value) saham dengan rasio tertentu. Stock split bertujuan agar perdagangan suatu saham menjadi lebih likuid, karena jumlah saham yang beredar menjadi lebih banyak dan harganya menjadi lebih murah sehingga lebih terjangkau oleh kalangan investor. Stock split akan membuat harga saham yang semula hanya terjangkau oleh lapisan tertentu seperti investor institusi, menjadi dapat dinikmati oleh semua lapisan investor. Akibatnya semakin banyak permintaan akan saham tersebut, sehingga akan meningkatkan harganya.
•
Reverse stock Split Reverse stock split adalah aksi korporasi yang menggabungkan par value dengan rasio tertentu. Artinya, beberapa saham digabung menjadi satu. Reverse stock split merupakan kebalikan dari stock split. Perusahaan melakukan reverse stock split bertujuan untuk meningkatkan harga sahamnya atau harga sahamnya telah berada dibatas minimum harga perdagangan yang diijinkan BEI (Bursa Efek Indonesia). Dengan reverse stock split, jumlah saham yang beredar menjadi lebih sedikit, harga perdagangan menjadi lebih tinggi, dan ini diharapkan dapat menarik minat para investor untuk memperdagangkannya.
•
Right Issue Right Issue adalah penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), yaitu hak yang diberikan emiten kepada para pemegang sahamnya untuk membeli saham baru yang diambil dari portepel pada harga pelaksanaan
28
(exercise price) dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Dengan demikian, pemegang
saham
dapat
menjaga
atau
mempertahankan
persentase
kepemilikannya atas perusahaan. Tujuan emiten melakukan right issue adalah untuk meraih dana segar tambahan dari pemegang sahamnya, yang akan digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain melakukan ekspansi usaha, akuisisi perusahaan lain, membayar utang perusahaan, dan sebagainya. •
Secondary Public Offering Secondary public offering adalah penjualan saham (divestasi) lanjutan milik pemegang saham mayoritas atau pendiri perusahaan kepada publik sebagaimana halnya IPO (Initial Public Offering). Berbeda halnya dengan right issue yang menawarkan saham baru kepada pemegang saham yang sudah terdaftar sebelumnya, secondary public offering sama sekali tidak menerbitkan saham baru.
•
Go Private Jika go public adalah aksi korporasi ynag menawarkan sahamnya ke publik dan kemudian mencatatkan saham-saham tersebut di bursa efek agar dapat diperdagangkan di pasar modal, go private adalah kebalikannya. Perusahaan yang melakukan go private akan membeli kembali saham-sahamnya dari publik melalui penawaran terbuka yang diumumkan di media massa. Kemudian, perusahaan tersebut akan mengajukan permohonan untuk menghapus pencatatan sahamnya dari bursa efek. Ada berbagai alasan perusahaan melakukan go private, namun umumnya perusahaan yang melakukan aksi korporasi ini adalah perusahaan yang sangat sehat dan kelebihan likuiditas. Akan tetapi ada juga perusahaan yang melakukan go private untuk menghindari hostile take over (pengambilalihan kepemilikan saham secara paksa oleh pihak lain dengan cara memborong saham perusahaan yang sedang diincar dari bursa efek).
Indeks Harga Saham Indeks harga saham adalah angka yang menunjukkan berapa besar perubahan harga dari harga sebelumnya (Widoatmodjo, 2006). Suatu indeks diperlukan sebagai sebuah indikator utama untuk menggambarkan pergerakan harga dari sekuritas-
29
sekuritas yang tercatat di bursa efek. Indeks harga saham setiap hari di hitung menggunakan harga saham terakhir yang terjadi di bursa. Menurut Alwi (2003), indeks harga saham memiliki lima fungsi, antara lain : 1.
Indikator untuk mengetahui tingkat perkembangan dan penurunan pasar
2.
Indikator tingkat keuntungan dari saham
3.
Sebagai tolok ukur kinerja suatu portofolio investasi
4.
Sebagai dasar pembentukan portofolio dengan strategi pasif
5.
Menggambarkan perkembangan produk derivatif yang diperdagangkan di bursa Di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat beberapa macam indeks yang
digunakan yaitu (Alwi, 2003): 1.
Indeks Harga Saham Individual Indeks individual mencerminkan perkembangan harga suatu saham. Indeks individual dihitung menggunakan harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya.
2.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks harga saham gabungan mencerminkan perkembangan pasar secara keseluruhan. Indeks ini paling populer dan banyak dijadikan acuan. Harga saham yang digunakan dalam perhitungan indeks harga saham gabungan adalah harga saham yang terjadi di pasar reguler. Indeks harga saham gabungan (Composite Share Price Index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Untuk menghitung IHSG, dapat digunakan rumus sebagai berikut : IHSG =
Nilai Pasar ( Jumlah saham tercatat × H arga terakhir ) × 100 Nilai Dasar ( Jumlah saham tercatat × H arga perdana)
Pergerakan IHSG secara signifikan dipengaruhi oleh pergerakan harga sahamsaham dengan kapitalisasi besar, sebaliknya pergerakan harga saham-saham dengan kapitalisasi kecil hampir tidak berpengaruh terhadap IHSG. 3.
Indeks LQ-45 Indeks ini terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari saham-saham tersebut. Indeks ini mempunyi korelasi yang positif dengan IHSG. Hal ini
30
disebabkan indeks LQ-45 terdiri dari saham-saham unggulan (blue chip) yang merupakan penggerak pasar. 4.
Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index (JII) Indeks syariah diluncurkan untuk mengakomodir investor yang tertarik berinvestasi pada saham-saham syariah. Indeks ini didasarkan pada syariah islam. Saham yang masuk kedalam indeks syariah adalah saham-saham yang sesuai dengan syariah islam.
5.
Indeks Sektoral Indeks sektoral dihitung atas dasar masing-masing industri yang ada di bursa. Semua perusahaan yang tercatat di bursa efek diklasifikasikan ke dalam 9 sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEJ yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification).
Pergerakan Harga Saham Sebagai salah satu instrumen ekonomi, pergerakan (volatilitas) harga saham di suatu bursa efek dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Alwi (2003) mengatakan bahwa pergerakan harga saham dipengaruhi oleh faktor internal (lingkungan mikro) dan faktor eksternal (lingkungan makro). Faktor internal berasal dari dalam perusahaan yang menerbitkan saham. Faktor internal dapat berupa kondisi perusahaan seperti manajemen, operasional perusahaan, dan sebagainya. Pada dasarnya faktor internal dapat dihindari dengan melakukan perbaikan kondisi perusahan. Sedangkan faktor eksternal tidak dapat dikontrol dan sebagian besar mempengaruhi efek yang diperdagangkan. Faktor-faktor ini berupa kondisi makro ekonomi, politik, keamanan, kebijakan pemerintah, dan sebagainya.
Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio sangat membantu dalam menyingkapkan kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Analisis ini akan membantu para analis dan investor untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki risiko dalam membayar utangutangnya, dan apakah perusahaan tersebut bekerja dengan baik jika dibandingkan dengan industri atau pesaingnya. Investor hanya akan terfokus pada rasio-rasio yang dapat mempermudah mengevaluasi kinerja dan pertumbuhan sebuah perusahaan.
31
Analisis laporan keuangan juga merupakan elemen kunci dalam menganalisis dan menghitung harga wajar efek sekuritas. Rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi perusahaan antara lain (Tambunan, 2007): 1.
Rasio Likuiditas Rasio-rasio likuiditas akan mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan sumber dana internal. •
Rasio Lancar Rasio lancar (current ratio) adalah perbandingan antara seluruh aktiva lancar dan seluruh kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek (Brigham dan Houston, 2001). Rasio lancar memberikan indikator terbaik atas besarnya klaim kreditor jangka pendek yang dapat ditutup oleh aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas relatif lebih cepat, maka hal ini paling banyak digunakan dalam mengukur solvensi jangka pendek. Menurut Kadarsan (1995), standar rasio lancar yang sering dipakai adalah 2 atau 200%. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik.
2.
Rasio Kinerja Operasional Rasio-rasio kinerja operasional menunjukkan seberapa baik manajemen mengoperasikan bisnisnya. Rasio kinerja operasional dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu rasio efisiensi dan rasio profitabilitas. •
Rasio Efisiensi Rasio efisiensi digunakan untuk menentukan efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva dan modalnya.
▪
Perputaran Total Aktiva Rasio ini digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva perusahaan. Rasio ini juga mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan total aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini dihitung dengan membandingkan penjualan dengan total aktiva.
32
▪
Perputaran Ekuitas/Modal Rasio ini digunakan untuk mengukur pendayagunaan modal/ekuitas dalam menghasilkan penjualan. Untuk mengevaluasi rasio ini, perlu memperhatikan struktur permodalan perusahaan karena perusahaan bisa meningkatkan rasio dengan menggunakan lebih banyak pembiayaan melalui utang.
•
Rasio Profitabilitas Sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang terhadap hasil operasi.
▪
Marjin Laba Kotor Rasio ini untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumberdaya material dan buruh untuk menghasilkan penjualan. Rasio laba kotor dihitung dengan membagi laba kotor dengan penjualan.
▪
Marjin Laba Operasi Rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan melalui operasi usaha. Rasio ini akan memberikan informasi atas keuntungan perusahaan dari kegiatan utamanya dan tidak dipengaruhi oleh investasi lain (seperti pendapatan melalui perusahaan afiliasi ataupun penjualan aset), interest (biaya atau pendapatan bunga), serta posisi perpajakan. Jadi, murni berasal dari operasi perusahaan.
▪
Marjin Laba Bersih Marjin laba bersih didapat dari seluruh tahapan usaha. Rasio ini didapat dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan. Semakin besar rasionya semakin baik.
▪
Tingkat Pengembalian Atas Ekuitas (Return on Equity/ROE) Digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat imbal hasil) ekuitas/tingkat pengembalian investasi pemegang saham. Para analis sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini. Semakin tinggi return yang dihasilkan sebuah perusahaan, akan semakin tinggi harga sahamnya.
33
▪
Tingkat Pengembalian Atas Aktiva (Return on Asset/ROA) Digunakan untuk mengukur imbal hasil perusahaan yang diperoleh melalui pendayagunaan total aktivanya setelah bunga dan pajak. Rasio ini juga menunjukkan hubungan antara tingkat keuntungan (earning) yang dihasilkan manajemen atas dana yang ditanam baik oleh pemegang saham, maupun kreditor.
3.
Rasio Tingkat Utang Penggunaan utang dalam pembiayaan perusahaan dapat mempengaruhi tingkat imbal hasil dan tingkat profitabilitas perusahaan. Untuk itu, sangat penting untuk melakukan analisis utang-utang perusahaan serta mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. •
Rasio Utang Atas Modal (Debt to Equity Ratio/DER) Rasio ini digunakan untuk mengukur permodalan perusahaan, dan secara tidak langsung juga untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya membayar utang. Perusahaan utilitas yang melayani kebutuhan masyarakat umum dengan tingkat kebutuhan modal awal yang sangat tinggi dan pemasukan yang kontinyu memiliki D/E ratio yang tinggi. Sebaliknya, perusahaan musiman (cyclical company) umumnya memiliki D/E ratio yang rendah. Menurut Prawironegoro (2006), nilai standar untuk rasio utang atas modal (DER) adalah sebesar 100%.
4.
Rasio Potensi Pertumbuhan Pertumbuhan perusahaan sangat diperhatikan oleh berbagai pihak baik pemilik perusahaan, analis sekuritas, maupun investor. Pertumbuhan perusahaan sangat mempengaruhi harga sahamnya. Analisis terhadap potensi pertumbuhan juga sangat penting karena prospek masa depan perusahaan sangat menentukan mampu atau tidaknya perusahaan tersebut membayar kewajiban/utang. Bagi investor, mengetahui pertumbuhan perusahaan sangatlah penting untuk memperkirakan harga wajar sahamnya. •
Rasio Pertumbuhan Laba (Rugi) Bersih Rasio ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan laba (rugi) bersih perusahaan dari tahun ke tahun. Umumnya para investor lebih menyukai
34
pertumbuhan laba bersih yang tinggi. Semakin tinggi rasio akan semakin baik. •
Rasio Pertumbuhan Total Aktiva Rasio ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan total aktiva perusahaan dari tahun ke tahun.
•
Rasio Pertumbuhan Penjualan Rasio ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan penjualan perusahaan dari tahun ke tahun.
•
Rasio Pertumbuhan Ekuitas Rasio ini digunakan untuk melihat pertumbuhan ekuitas perusahaan dari tahun ke tahun.
5.
Rasio Nilai Pasar Tujuan utama manajemen adalah memaksimalkan nilai saham perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terhadap harga saham di pasar untuk dibandingkan dengan parameter lain, seperti laba per saham dan nilai buku. •
Rasio Harga Atas Laba (Price Earning Ratio/PER) Rasio ini menunjukkan seberapa besar investor bersedia membayar dari laba per saham yang dihasilkan. Rasio ini juga menunjukkan apresiasi pasar terhadap kemampuan emiten dalam menghasilkan laba.
•
Rasio Harga Atas Nilai Buku (Price to Book Value/PBV) Rasio ini memberikan indikasi lain tentang bagaimana investor memandang perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas ekuitas yang relatif tinggi biasanya menjual sahamnya beberapa kali lebih tinggi dari nilai bukunya, dibanding perusahaan dengan tingkat pengembalian yang rendah.
Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian terdahulu yang sudah meneliti tentang saham-saham peternakan. Restiani (2003), meneliti perkembangan dan prospek investasi perusahan pembibitan ayam ras yang terdapat di BEJ berdasarkan pergerakan harga sahamnya selama periode 1997-2002. Penelitian lain dilakukan oleh Christiawan (2004) dan Yusnawati (2004) yang meneliti tentang kinerja keuangan perusahaan agribisnis
35
unggas dengan menggunakan metode EVA (Economic Value Added) dan MVA (Market Value Added) serta Zumaili (2005) yang meneliti tentang return dan risiko saham-saham peternakan. Dalam penelitian Restiani (2003), diketahui bahwa pada awal tahun 1997 harga saham mengalami fluktuasi hingga mencapai harga tertinggi. Namun pertengahan tahun 1997 harga saham perusahaan pembibitan ayam ras mengalami penurunan secara drastis. Harga saham PT. Anwar Sierad Tbk (ANSI) turun sebesar 50% menjadi Rp 950,-/lembar saham, dan diikuti dengan penurunan harga saham PT. Cipendawa Agroindustri Tbk (CPDW), PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI), dan PT. Sierad Produce Tbk (SIPD) berturut-turut sebesar 91,1%, 95,5%, dan 87,5%. Penurunan harga saham ini disebabkan karena terjadinya krisis moneter di Indonesia. Selain itu krisis moneter juga menyebabkan memburuknya kinerja keuangan perusahaan yang terlihat dari rasio keuangannya. Rasio lancar ANSI, CPDW, MBAI, dan SIPD mengalami penurunan yang drastis berkisar antara 60%-70%. Rasio solvabilitas masing-masing perusahaan meningkat, hal ini disebabkan semakin bertambahnya utang perusahaan. Rasio utang terhadap aktiva ANSI meningkat dari 124,89% menjadi 199,83% diikuti CPDW yang mengalami kenaikan sebesar 58,8% menjadi 149,94% serta MBAI yang meningkat menjadi 127,28%. Sedangkan rasio utang terhadap aktiva SIPD mengalami fluktuasi tetapi pada tahun 2000-2002 rasionya menurun menjadi 90,28%. Christiawan (2004) dan Yusnawati (2004) juga meneliti tentang kinerja keuangan saham peternakan dengan menggunakan metode EVA (Economic Value Added). Dari hasil penelitian Christiawan (2004), pada tahun 1997-1998 semua perusahaan agribisnis unggas memiliki EVA yang negatif, akan tetapi tahun-tahun berikutnya perusahaan memiliki EVA yang positif karena sudah dapat menghasilkan keuntungan. Christiawan (2004) mengatakan ada beberapa perusahaaan yang memiliki kinerja keuangan yang tidak sehat diantaranya PT. Cipendawa Agroindustri Tbk (CPDW), PT. Sierad Produce Tbk (SIPD), dan PT. Surya Hidup Satwa Tbk (SHSA). Yusnawati (2004) juga mengatakan bahwa kinerja keuangan industri ayam ras pada periode 1997-2002 sangat buruk. Hal ini disebabkan NOPAT yang bernilai negatif dan biaya modal yang semakin tinggi. Akan tetapi jika dilihat dari masingmasing kinerja keuangan perusahaan mengalami fluktuasi. Hanya beberapa
36
perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik seperti PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) dan PT. Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang memiliki EVA positif yang relatif stabil dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Dari hasil penelitian Yusnawati (2004) juga diketahui bahwa berdasarkan analisis MVA (Market Value Added) selama tahun 1997-2002 menunjukkan bahwa industri agribisnis ayam ras tidak memberikan kemakmuran bagi investor, ini berarti tingkat kepercayaan investor terhadap industri untuk menghasilkan keuntungan rendah. Dalam penelitian Zumaili (2005), dikatakan bahwa dari 8 saham peternakan dan pakan ternak yang diteliti hanya 5 saham yang memberikan return yang positif sedangkan 3 saham lainnya memberikan return yang negatif. Dilihat dari tingkat sensitivitas terhadap pasar (beta), hanya 6 saham yang memiliki beta positif artinya tingkat sensitivitas terhadap pasar semakin tinggi yaitu PT. Sierad Produce Tbk (SIPD), PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI), PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT. Fishindo Kusuma Sejahtera Tbk (FISH), PT. Central Proteinaprima Tbk (CPPR), dan PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN). Dari saham-saham tersebut hanya ada 4 saham yang layak untuk diinvestasi antara lain SIPD, MBAI, JPFA, dan FISH karena memiliki return yang positif dan lebih besar dari suku bunga SBI serta memiliki beta yang positif. Hal ini perlu diperhatikan oleh investor sebelum memutuskan berinvestasi di saham peternakan dan pakan ternak.
37
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI), Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53 Jakarta. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Bursa Efek Indonesia adalah lembaga resmi yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan sarana untuk bertransaksi bagi para investor baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Penelitian ini dilakukan selama lima bulan dimulai pada bulan Maret sampai bulan Juli 2008.
Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan agribisnis peternakan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan masih aktif hingga sekarang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lima perusahaan agribisnis peternakan yang dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut sudah tercatat sejak tahun 2003 dan masih aktif hingga sekarang. Perusahaan tersebut adalah PT. Cipendawa Agroindustri Tbk (CPDW), PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI), dan PT. Sierad Produce Tbk (SIPD).
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder meliputi daftar harga saham bulanan, tingkat suku bunga, IHSG, dan laporan keuangan 5 perusahaan agribisnis peternakan yang sudah go public dan masih tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2003-2007. Data tersebut diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, hasil-hasil penelitian terdahulu, dan literatur lain yang relevan.
Analisis Data Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel 2003. Selanjutnya dianalisis menggunakan alat analisis sebagai berikut :
38
Analisis Deskriptif Kualitatif Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang kondisi operasional masing-masing perusahaan agribisnis peternakan dan pergerakan harga sahamnya.
Analisis Rasio Keuangan Menganalisis rasio-rasio keuangan perusahaan peternakan dengan melihat laporan keuangannya (neraca dan laporan rugi laba). Rasio-rasio yang akan di analisis antara lain : 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas akan mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan sumber dana internal. •
Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio ini mengindikasikan tingkat kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rasio Lancar =
Aktiva Lancar U tan g Lancar
2. Rasio Kinerja Operasional Rasio-rasio kinerja operasional menunjukkan seberapa baik manajemen mengoperasikan bisnisnya. Rasio kinerja operasional dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu rasio efisiensi dan rasio profitabilitas. •
Rasio Efisiensi
▪
Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover) Rasio ini digunakan untuk mengukur seluruh efektivitas perusahaan dalam menggunakan total aktiva untuk menghasilkan penjualan. Perputaran Total Aktiva =
▪
Penjualan Total Aktiva
Perputaran Ekuitas (Equity Turnover) Rasio ini untuk mengukur penggunaan modal ekuitas dalam menghasilkan penjualan.
39
PerputaranEkuitas = •
Penjualan Total Ekuitas
Rasio Profitabilitas
▪
Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio ini untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumberdaya material dan buruh untuk menghasilkan penjualan. Marjin Laba Kotor =
▪
Laba Kotor Penjualan
Marjin Laba Operasi (Operating Profit Margin) Rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan melalui operasi usaha. Marjin Laba Operasi =
▪
Laba Operasi Penjualan
Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin) Marjin laba kotor dihasilkan dari seluruh tahapan usaha. Rasio ini didapat dengan membandingkan laba bersih dengan penjualan. Marjin Laba Bersih =
▪
Laba Bersih Penjualan
Return on Equity (ROE)
Digunakan untuk mengukur tingkat imbal hasil ekuitas. Semakin tinggi return (imbal hasil) yang dihasilkan sebuah perusahaan, akan semakin
tinggi harga sahamnya. Return on Equity =
▪
Laba Bersih Total Ekuitas
Return on Asset (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur imbal hasil perusahaan yang diperoleh melalui pendayagunaan total aktivanya. Return on Asset =
Laba Bersih Total Aktiva
40
3. Rasio Tingkat Utang •
Rasio Utang Atas Modal (Debt to Equity Ratio) Rasio ini digunakan untuk mengukur permodalan perusahaan, dan secara tidak langsung juga mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya membayar utang. Debt to Equity Ratio =
4.
Total U tan g Total Ekuitas
Rasio Potensi Pertumbuhan •
Rasio Pertumbuhan Laba (Rugi) Bersih (Net Income (Loss) Growth Ratio) Rasio ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan laba bersih perusahaan dari tahun ke tahun.
Rasio Pertumbuhan Laba Bersih = •
Laba Bersihn − Laba Bersihn −1 Laba Bersihn−1
Rasio Pertumbuhan Total Aktiva (Total Asset Growth Ratio) Rasio ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan total aktiva perusahaan dari tahun ke tahun.
Rasio Pertumbuhan Total Aktiva = •
Total Aktiva n − Total Aktiva n −1 Total Aktiva n −1
Rasio Pertumbuhan Penjualan (Net Sales Growth Ratio) Rasio ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan penjualan dari tahun ke tahun.
Rasio Pertumbuhan Penjualan = •
Penjualan n − Penjualan n −1 Penjualan n −1
Rasio Pertumbuhan Ekuitas (Net Worth Growth Ratio) Rasio ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekuitas dari tahun ke tahun.
Rasio Pertumbuhan Ekuitas = 5.
Total Ekuitas n − Total Ekuitas n −1 Total Ekuitas n −1
Rasio Nilai Pasar Rasio ini menggambarkan kinerja saham suatu perusahaan.
41
•
Rasio Harga per Laba /Price to Earning Ratio (PER) Menunjukkan apresiasi
pasar terhadap kemampuan emiten dalam
menghasilkan laba.
Price to Earning Ratio ( PER) = •
H arga Pasar Saham EPS
Rasio Harga per Nilai Buku /Price to Book Value (PBV) Adalah rasio antara harga pasar saham dan nilai buku per saham. Price to Book Value ( PBV ) =
•
H arga Pasar Saham Nilai Buku per Saham
Laba per Saham (Earning per Share/EPS) Menggambarkan jumlah laba yang dihasilkan untuk setiap lembar saham.
Earning Per Share ( EPS ) = •
Laba bersih Jumlah saham yang beredar
Nilai Buku (Book Value/BV) Menggambarkan perbandingan total dana pemegang saham terhadap jumlah saham.
Nilai Buku ( BV ) =
Total Ekuitas Jumlah Saham yang Beredar
Analisis Penilaian Harga Wajar Saham Menurut Town (2008), untuk menghitung harga wajar saham dengan tepat, diperlukan empat data yang akan digunakan untuk membuat beberapa perhitungan yang penting. Empat data tersebut antara lain : 1.
EPS terakhir
2.
Perkiraan rata-rata pertumbuhan EPS di masa depan
3.
Perkiraan PER di masa depan
4.
Rata-rata pengembalian minimum yang masuk akal dari investasi tersebut Dengan menggunakan data-data tersebut, kita dapat menghitung EPS masa
depan dengan mengalikan EPS terakhir dengan rata-rata pertumbuhannya. Setelah mendapatkan EPS masa depan, harga saham di masa depan juga bisa dihitung dengan mengalikan EPS masa depan dengan PER masa depan. Kemudian harga
42
saham sekarang dapat diperoleh dengan membagi harga saham masa depan dengan rata-rata pengembalian minimum yang diharapkan investor.
Batasan Istilah 1.
Aktiva Lancar adalah aktiva yang dimiliki perusahaan yang dapat segera berubah menjadi uang tunai.
2.
Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek antara mereka
3.
Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Jumlah dividen yang akan dibagikan diusulkan oleh Dewan Direksi dan disetujui di dalam Rapat Umum Pemegang Saham
4.
Efek/Sekuritas adalah surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kolektif kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek
5.
Ekuitas merupakan investasi pemegang saham pada perusahaan dan laba kumulatif yang ditahan didalam bisnis sampai tiba waktu neraca laba rugi dikeluarkan
6.
Emiten adalah pihak atau perusahaan yang menawarkan efeknya kepada masyarakat melalui penawaran umum
7.
Go Public adalah menjual sebagian saham kepada publik dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia
8.
Laba Bersih merupakan keuntungan bersih perusahaan setelah dikurangi kewajiban pajak kepada pemerintah
9.
Laba Ditahan adalah akumulasi dari laba perusahaan pada tahun sebelumnya yang tidak dibagikan sebagai dividen
10. Laba Kotor merupakan selisih antara penjualan dengan harga pokok penjualan 11. Laba Operasi (EBIT), merupakan laba dari penjualan dikurangi jumlah beban operasi 12. Laporan Tahunan (Annual Report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaan keuangan Emiten dalam jangka waktu 1 tahun. Termasuk di dalam laporan ini antara lain Neraca Perusahaan, Laporan Laba/Rugi dan Neraca Arus
43
Kas. Laporan ini harus disampaikan kepada para pemegang saham untuk disetujui didalam RUPS untuk selanjutnya disahkan sebagai laporan tahunan resmi perusahaan 13. Nilai Buku Saham (Book Value), menggambarkan perbandingan total dana pemegang saham terhadap jumlah saham 14. Nilai Intrinsik (Harga Wajar) merupakan nilai yang sebenarnya dari suatu saham. Harga wajar saham menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut 15. Nilai/Harga Pasar (Market Value) adalah harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar 16. Overvalued, jika harga pasar suatu saham lebih tinggi dari harga wajarnya 17. Pasar Modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut 18. Pialang (Broker), pihak yang membantu investor dalam proses jual beli efek di bursa 19. Saham adalah bukti penyertaan modal di suatu perusahaan atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan 20. Total Aktiva, merupakan penjumlahan dari aktiva lancar dan aktiva tetap yang merupakan harta perusahaan secara keseluruhan 21. Undervalued, jika harga pasar suatu saham lebih rendah dari harga wajarnya 22. Utang, bersumber dari kredit oleh para penyalur atau suatu pinjaman dari bank 23. Utang Lancar (Kewajiban Lancar) adalah hutang perusahaan kepada pihak lain yang akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 (satu) tahun 24. Valuasi (Penilaian) Saham, bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (harga wajar) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar sehingga diketahui harga saham tersebut mahal atau murah
44
KEADAAN UMUM LOKASI Bursa Efek Indonesia (BEI) Sejarah Singkat Pasar Modal Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kekosongan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tanggal 10 Agustus 1977, ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan akan tetapi masih sangat lambat, jumlah emiten yang terdaftar hingga tahun 1987 hanya mencapai 24 perusahaan saja. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen pasar modal. Pada tahun 1988 pertumbuhan pasar modal semakin meningkat seiring dengan adanya berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Pada tahun 1989 pemerintah membuka Bursa Paralel Indonesia, yaitu bursa yang ditujukan untuk perusahaan-perusahaan yang masih belum memenuhi syarat untuk terdaftar di bursa utama (BEJ). Pada tahun ini pula didirikan Bursa Efek Surabaya (BES) yang dikelola oleh perseroan terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Namun pada tahun 1995 Bursa Efek Surabaya melakukan merger dengan Bursa Paralel Indonesia menjadi Bursa Efek Surabaya. Sebelumnya Bursa Efek Jakarta juga melakukan swastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta. Meningkatnya kegiatan transaksi yang dirasakan sudah melebihi kapasitas manual, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa. Sistem otomatisasi yang diterapkan di BEJ disebut Jakarta Automated
45
Trading System (JATS) dan mulai dioperasikan pada tanggal 22 Mei 1995, sedangkan di BES diterapkan sistem otomatisasi yang disebut Surabaya Market
Information & Automated Remote Trading (S-MART) yang digunakan untuk mengantisipasi jumlah anggota bursa dan transaksi yang semakin meningkat. Untuk mempermudah dan memperlancar transaksi di bursa, maka pada tahun 2007 dilakukan penggabungan Bursa Efek Surabaya ke Bursa Efek Jakarta dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan adanya Bursa Efek Indonesia, investor lebih mudah untuk memilih berbagai instrumen investasi yang diperdagangkan di pasar modal.
Instrumen Pasar Modal Instrumen pasar modal seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Instrumen yang paling umum diperjualbelikan melalui pasar modal (bursa efek)
di Indonesia saat ini adalah
saham, obligasi, derivatif, dan reksa dana. 1.
Saham Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Saham memiliki dua jenis yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham biasa merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling populer di pasar modal.
2.
Obligasi dan Obligasi Konversi Obligasi adalah sertifikat yang berisi kontrak antara investor dan perusahaan, yang
menyatakan
bahwa
investor
tersebut/pemegang
obligasi
telah
meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan. Perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai kewajiban untuk membayar bunga secara reguler sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan serta pokok pinjaman pada saat jatuh tempo. Obligasi dapat dibedakan menjadi tiga sesuai dengan pihak yang menerbitkan obligasi tersebut. Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan adalah
Corporate Bond, sementara obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah disebut
46
Government Bond. Adapula Municipal Bond, yang merupakan obligasi yang diterbitkan pemerintah daerah untuk membiayai proyek tertentu di daerah. Obligasi konversi adalah obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham biasa pada harga tertentu. Bagi emiten, obligasi konversi merupakan daya tarik yang ditujukan kepada para investor untuk meningkatkan penjualan obligasi. 3.
Derivatif Derivatif terdiri dari efek yang diturunkan dari instrumen efek lain yang disebut “underlying”. Ada beberapa macam instrumen derivatif di Indonesia, diantaranya adalah bukti right dan waran. Derivatif merupakan instrumen yang sangat berisiko jika tidak dipergunakan secara hati-hati.
▪
Bukti Right Sesuai dengan Undang-undang Pasar Modal, bukti right didefinisikan sebagai hak memesan efek terlebih dahulu pada harga yang telah ditetapkan selama periode tertentu. Bukti right diterbitkan pada penawaran umum terbatas (Right Issue), dimana saham baru ditawarkan pertama kali kepada pemegang saham lama. Bukti right juga dapat diperdagangkan di pasar sekunder selama periode tertentu.
▪
Waran Waran biasanya melekat sebagai daya tarik (sweetener) pada penawaran umum saham ataupun obligasi. Biasanya harga pelaksanaan lebih rendah dari pada harga pasar saham. Setelah saham ataupun obligasi tersebut tercatat di bursa, waran dapat diperdagangkan secara terpisah. Periode perdagangan waran lebih lama dari pada bukti right, yaitu 3 tahun sampai 5 tahun. Waran merupakan suatu pilihan (option), dimana pemilik waran mempunyai pilihan untuk menukarkan atau tidak warannya pada saat jatuh tempo. Pemilik waran dapat menukarkan waran yang dimilikinya 6 bulan setelah waran tersebut diterbitkan oleh emiten. Harga waran itu sendiri berfluktuasi selama periode perdagangan.
4.
Reksa Dana Sekumpulan saham, obligasi, serta efek lain yang dibeli oleh sekelompok investor dan dikelola oleh sebuah perusahaan investasi yang profesional. Dengan
47
membeli sebagian unit penyertaan, investor individual dengan dana yang terbatas dapat menikmati manfaat atas kepemilikan berbagai macam efek. Selain itu investor juga terbebas dari kesulitan untuk menganalisa efek. Reksa dana dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori berdasarkan investasinya, yaitu: reksa dana saham, obligasi, pasar uang, dan reksa dana campuran. Investor dapat memilih jenis reksa dana yang sesuai dengan tujuan investasinya.
Sektor Industri di Bursa Efek Indonesia Sesuai dengan JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification), saham-saham perusahaan dikelompokkan sesuai dengan sektor industrinya. Sahamsaham tersebut dikelompokkan menjadi sembilan sektor diantaranya (1) pertanian, (2) pertambangan, (3) industri dasar dan kimia, (4) aneka industri, (5) industri barang konsumsi, (6) properti dan real estate, (7) infrastruktur, utilitas, dan transportasi, (8) keuangan, dan (9) perdagangan, jasa dan investasi. Setiap sektor terdiri atas sejumlah sub sektor. Masing-masing sub sektor memiliki kekhususan tertentu sesuai dengan bidang usahanya. Dalam setiap sub sektor terdapat satu atau lebih perusahaan yang mempunyai bidang usaha yang sama.
Sistem Perdagangan di Bursa Efek Indonesia Transaksi perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) menggunakan order-
driven market system dan sistem lelang kontinyu (continous auction system). Dengan order driven system berarti bahwa pembeli dan penjual sekuritas yang ingin melakukan transaksi harus melalui pialang (broker). Investor tidak dapat langsung melakukan transaksi di lantai bursa. Hanya broker yang dapat melakukan transaksi jual dan beli di lantai bursa berdasarkan order dari investor. Setiap perusahaan sekuritas memiliki broker yang ditugaskan di lantai bursa yang disebut Securities
Dealer-Broker Representative. Dengan sistem lelang kontinyu maksudnya harga transaksi ditentukan oleh penawaran dan permintaan dari investor. Untuk sistem otomatisasi JATS (Jakarta
Automated Trading System), broker memasukkan order dari investor ke workstation JATS di lantai bursa. Kemudian order akan diproses oleh komputer JATS yang akan menemukan harga transaksi yang cocok dengan mempertimbangkan waktu urutan
48
dari order. Sistem lelang ini akan terus dilakukan secara kontinyu selama jam kerja bursa sampai ditemukan harga kesepakatan. Kegiatan perdagangan di BEI diadakan pada hari yang disebut hari perdagangan (exchange days), yaitu hari Senin sampai dengan Jumat. Perdagangan dibagi menjadi dua sesi yaitu sesi pagi (pukul 09.30-12.00 WIB) dan sesi sore (pukul 13.30-16.00 WIB). Untuk hari Jumat sesi pagi dimulai pukul 09.30-11.30 WIB dan sesi sore pukul 14.00-16.00 WIB.
Gambaran Umum Perusahaan Agribisnis Peternakan PT Cipendawa Agroindustri Tbk. (CPDW) PT Cipendawa Agroindustri Tbk didirikan pada tanggal 25 November 1970 dengan nama PT Tjipendawa Farm Enterprise Ltd. Perusahaan sudah mencatatkan sahamnya sejak tanggal 18 Juni 1990. Lingkup kegiatan Perusahaan meliputi bidang usaha peternakan, industri, perdagangan dan pertanian. Pada tahun 1977, perusahaan telah mendapatkan hak sebagai distributor tunggal dari Hubbard Farm Inc., Amerika Serikat. Perusahaan diberi hak untuk mengimpor induk bibit ayam (parent stock) untuk wilayah Indonesia dan mengembangkan pemasaran produk-produk dari perusahaan tersebut. Perusahaan berkedudukan di Wisma Intra Asia Lt.3 Jl. Prof. DR. Soepomo, SH No.58 Jakarta Selatan dengan peternakan berlokasi di Cipanas (Cianjur) dan Mekarsari (Sukabumi), Jawa Barat. Perusahaan memulai operasi secara komersial pada awal tahun 1971.
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) didirikan di Indonesia tanggal 7 Januari 1972. Perusahaan mencatatkan sahamnya (go public) pada tanggal 18 Maret 1991. Ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan meliputi produksi dan perdagangan pakan ternak, pakan udang, pakan ikan, peralatan peternakan, dan pengolahan daging ayam serta penyertaan saham pada perusahaan lain. CPIN memiliki kepemilikan saham pada beberapa perusahaan diantaranya adalah PT Charoen Pokphand Jaya
49
Farm, PT Poly Packaging Industry, PT Feprotama Pertiwi, dan PT Centralavian Pertiwi. Kantor pusat perusahaan terletak di Jalan Ancol VIII No. 1, Jakarta dengan cabang-cabangnya di Sidoarjo, Medan, Tangerang, Balaraja, Serang, Lampung, Denpasar, dan Surabaya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersil sejak tahun 1972.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk didirikan tanggal 18 Januari 1971. Perusahaan sudah tercatat sebagai anggota pasar modal sejak tanggal 23 Oktober 1989. Perusahan memiliki beberapa anak perusahaan yang tersebar di dalam dan luar negeri diantaranya adalah PT Suri Tani Pemuka, PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk, PT Ciomas Adisatwa, PT Supra Sumber Cipta, Japfa Comfeed International Pte.,Ltd., PT EMKL Bintang Laut Timur, PT Multiphala Agrinusa, dan Japfa Comfeed Holding BV. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Januari 1971. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Wisma Milenia Lt. 7 Jl. MT. Haryono Kav. 16 Jakarta 12810, dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo - Jawa Timur, Tangerang Banten, Cirebon - Jawa Barat, Makasar – Sulawesi Selatan dan Lampung. Sesuai dengan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi bidang: pengolahan segala macam bahan untuk pembuatan/produksi bahan makanan hewan, kopra dan bahan lain yang mengandung minyak nabati, cassava (gaplek) dan lain-lain; mengusahakan pembibitan, peternakan ayam dan usaha peternakan lainnya, meliputi budi daya seluruh jenis peternakan, perunggasan, perikanan dan usaha lain yang terkait; Menjalankan perdagangan dalam negeri dan internasional dari bahan tersebut serta hasil produksi tersebut diatas. Hasil produksi perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, termasuk ke Asia, Eropa dan Amerika Serikat.
PT Mutibreeder Adirama Indonesia Tbk. (MBAI) PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk didirikan tanggal 13 Februari 1985. Perusahaan mulai masuk pasar modal pada tanggal 28 Februari 1994.
50
Ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang pertanian, peternakan, perikanan, industri dan perdagangan umum. Saat ini usaha perusahaan dibidang pembibitan ayam Grand Parent Stock dan pembibitan ayam induk (Parent
Stock). Produk yang diusahakan adalah berupa bibit anak ayam umur sehari atau Day Old Chick (DOC) yang terdiri dari Induk Broiler, Induk Layer, Niaga Broiler, Niaga Layer Betina dan Niaga Layer Jantan dan produk sampingan. Perusahaan menjual produknya di pasar lokal. Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada tahun 1985 dan tergabung ke dalam kelompok usaha JAPFA. Kantor pusat Perusahaan terletak di gedung Graha Praba Samantha, Jl. Daan Mogot Km. 12 No. 9 Jakarta Barat, sedangkan peternakan dan penetasan milik perusahaan terletak di Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Kalimantan.
PT Sierad Produce Tbk. (SIPD) PT Sierad Produce Tbk didirikan pada tanggal 6 September 1985 dengan nama PT Betara Darma Ekspor Impor, merupakan hasil penggabungan dari empat perusahaan pada tahun 2001, yaitu PT Anwar Sierad Tbk, PT Sierad Produce Tbk, PT Sierad Feedmill dan PT Sierad Grains. Sierad Produce merupakan perusahaan peternakan terpadu (integrated poultry
industry), dengan bidang usaha yang meliputi Pembibitan Ayam (Breeding), Pakan Ternak (Feedmill), Peternakan Komersial (Commercial Farm), Kemitraan (Contract
Farming), Rumah Potong Ayam (Slaughterhouse), dan memiliki anak perusahaan yaitu PT Sierad Industries yang memproduksi Peralatan Ternak (Poultry Equipment) dan PT Dwipa Mina Nusantara yang memproduksi Tepung Ikan (Fishmeal). Perusahaan yang berawal dari penjual telur eceran di pasar Jatinegara, Jakarta Timur, semakin mengembangkan sayapnya melalui komitmennya untuk memberikan kualitas produk terbaik dan berstandar international. Hal ini dibuktikan dengan pemberian sertifkat halal dari MUI karena pemotongan ayamnya sesuai dengan hukum Islam. Selain itu, Rumah Potong Ayam ini merupakan Rumah Potong Ayam terbesar di Indonesia, yang memiliki kapasitas produksi 8,000 ekor per jam dan produk yang dihasilkan dikemas dalam label "Delfarm" yang tersedia di berbagai
51
retailer terkemuka di Indonesia. Dengan penerapan biosecurity yang ketat menjamin produk yang dihasilkan perusahaan higienis, sehat dan aman untuk dikonsumsi. Untuk pakan ternak, produk utamanya berupa pakan unggas baik berupa pakan lengkap maupun konsentrat dan dalam menjaga kualitas produk yang dihasilkan, perusahaan menggunakan mesin-mesin berteknologi canggih dan dikendalikan secara computerized, sehingga pakan yang dihasilkan berkualitas tinggi, higienis dan mengandung komposisi nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan yang dipersyaratkan. Hal ini sesuai dengan visinya, "To be the leading integrated
poultry-based food company in Indonesia that creates sustainable shareholder value by axceding our stakeholders' expectations with excellence", perusahaan berkomitmen untuk selalu menyediakan produk yang inovatif dan berkualitas tinggi dengan harga terjangkau serta mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada.
52
HASIL DAN PEMBAHASAN Keuangan Perusahaan Rasio Likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk melihat kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi utang jangka pendeknya atau utang yang jatuh tempo menggunakan dana internal. Rasio likuiditas yang dianalisis dalam penelitian ini adalah rasio lancar. Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka pendeknya (utang lancar) dengan harta lancar yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio lancar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut juga memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.
PT. Cipendawa Agroindustri Tbk. (CPDW). Data pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa rasio lancar CPDW selama tahun 2003 hingga 2007 cenderung berfluktuasi. Rasio lancar meningkat tajam pada tahun 2003-2004 sebesar 343%. Peningkatan ini seiring dengan menurunnya kewajiban lancar perusahaan karena perusahaan mengurangi pinjaman yang diterima dan dilunasinya sebagian kewajiban lancar perusahaan. Rasio lancar terus mengalami peningkatan hingga tahun 2005, namun pada tahun 2006 dan 2007 rasio lancar mengalami penurunan. Penurunan terjadi sebagai akibat dari menurunnya aktiva lancar dan semakin meningkatnya kewajiban lancar yaitu utang usaha. Rasio lancar CPDW masih tergolong rendah karena nilainya dibawah 200%, sesuai dengan standar yang dipakai Kadarsan (1995). Hal ini berarti bahwa CPDW memiliki tingkat likuiditas yang rendah untuk membayar kewajiban lancarnya, bahkan pada tahun 2003 dan 2007, CPDW tidak mampu melunasi kewajiban lancarnya karena perusahaan sedang mengalami krisis keuangan terlihat dari nilai rasio lancarnya yang berada dibawah 100%. Rendahnya tingkat likuiditas CPDW disebabkan karena perusahaan memiliki modal kerja yang sedikit sehingga kewajiban lancar perusahaan semakin meningkat untuk membiayai kegiatan operasionalnya.
53
Tabel 2. Nilai Rasio Lancar CPDW Periode 2003-2007 Uraian Aktiva Lancar (Juta Rp) Kewajiban Lancar (Juta Rp) Rasio Lancar (%)
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 27.534,95 21.239,08 24.401,42 23.668,51 22.760,60 100.863,81 17.550,04 19.782,68 20.510,19 23.913,43 27.30 121.02 123.34 115.40 95.20
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN). Selama tahun 2003-2007 rasio lancar CPIN berfluktuasi, namun nilainya masih berada diatas 100%. Pada tahun 2004 dan 2007, rasio lancar mengalami penurunan masing-masing sebesar 39,06% dan 20,05% dari tahun sebelumnya. Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa penurunan rasio lancar ini diakibatkan oleh peningkatan kewajiban lancar perusahaan yang cukup signifikan. Meningkatnya kewajiban lancar perusahaan merupakan akibat dari meningkatnya utang bank jangka pendek dan utang usaha perusahaan karena CPIN memiliki modal kerja yang sedikit. Rasio lancar CPIN masih tergolong rendah karena nilainya berada dibawah 200%. Hal ini menunjukkan CPIN mempunyai kemampuan yang rendah untuk membayar kewajiban lancarnya dengan segera. Tabel 3. Nilai Rasio Lancar CPIN Periode 2003-2007 Uraian Aktiva Lancar (Juta Rp) Kewajiban Lancar (Juta Rp) Rasio Lancar (%)
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 1.521.771 1.450.015 1.450.146 1.792.215 3.099.170 776.032 1.213.273 1.100.170 1.163.808 2.517.430 196,10 119,51 131,81 154 123,12
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA). Rasio lancar JPFA sejak tahun 2003 hingga 2006 cenderung mengalami penurunan. Penurunan ini sebagai akibat dari peningkatan kewajiban lancar yaitu utang usaha pada pihak ketiga dan utang bank jangka pendek yang lebih besar dari peningkatan aktiva lancarnya. Akan tetapi pada tahun 2007 rasio lancar JPFA kembali meningkat sebesar 28,44%, dari 190,51% menjadi 244,70%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan melakukan perbaikan kinerja keuangannya. JPFA memiliki kemampuan likuiditas yang tinggi untuk melunasi kewajiban lancarnya dengan segera terlihat dari nilai rasio lancarnya yang tinggi yaitu diatas 200%. Hanya pada tahun 2006 saja rasio lancar JPFA berada
54
dibawah 200%, yaitu sebesar 190,51%. Hal ini terjadi karena perusahaan meningkatkan kewajiban lancarnya untuk menambah modal kerjanya. Tabel 4. Nilai Rasio Lancar JPFA Periode 2003-2007 Uraian Aktiva Lancar (Juta Rp) Kewajiban Lancar (Juta Rp) Rasio Lancar (%)
2003 1.650.580,7 5 618.664,08
2004 1.720.900,4 4 645.053,54
Tahun 2005 1.913.64 5 830.903
266,80
266,78
230,31
2006 2.186.30 8 1.147.62 2 190,51
2007 2.492.79 4 1.018.73 8 244,70
PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. (MBAI). Seperti yang terlihat dalam Tabel 5, nilai rasio lancar MBAI cenderung mengalami fluktuasi selama tahun 2003 hingga 2007. Nilai rasio lancarnya berkisar antara 149,72% hingga 228,90%. Penurunan rasio lancar terjadi pada tahun 2004 dan tahun 2007, masing-masing mengalami penurunan sebesar 19,6% dan 32,08% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh semakin meningkatnya kewajiban lancar perusahaan yang meliputi utang usaha dan utang pajak. MBAI memiliki kemampuan likuiditas yang tinggi untuk melunasi kewajiban lancarnya, hal ini terlihat dari tingginya rasio lancar MBAI yaitu diatas 200%. Tabel 5. Nilai Rasio Lancar MBAI Periode 2003-2007 Uraian Aktiva Lancar (Juta Rp) Kewajiban Lancar (Juta Rp) Rasio Lancar (%)
2003 212.605,55 92.880,25 228,90
Tahun 2004 2005 230.415,90 254.015 125.208,55 118.758 184,03 213,89
2006 267.128 121.182 220,44
2007 303.168 202.491 149,72
PT. Sierad Produce Tbk. (SIPD). Seperti perusahaan agribisnis peternakan lainnya, rasio lancar SIPD juga berfluktuasi setiap tahunnya. Rasio lancar SIPD mengalami penurunan pada tahun 2003 hingga 2005 sebesar 41,82% yaitu dari 338,80% menjadi 197,13%. Penurunan ini sebagai akibat dari semakin meningkatnya kewajiban lancar perusahan berupa utang usaha, utang pajak dan biaya yang masih harus dibayar. Rasio lancar SIPD sangat tinggi yaitu diatas 200% bahkan mencapai 300% pada tahun 2003 dan 2005. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi untuk melunasi kewajiban lancarnya, sehingga tidak akan menimbulkan kekhawatiran bagi investor untuk berinvestasi pada saham SIPD.
55
Tabel 6. Nilai Rasio Lancar SIPD Periode 2003-2007 Uraian Aktiva Lancar (Juta Rp) Kewajiban Lancar (Juta Rp) Rasio Lancar (%)
2003 422.141,3 0 124.611,9 3 338,80
2004 450.654,9 6 173.121,3 4 260,31
Tahun 2005 393.050,3 5 199.382,7 6 197,13
2006 436.224,6 4 115.041,9 3 379,19
2007 650.884,6 9 270.544,5 0 240,60
Seperti yang terlihat pada Gambar 2, sebagian besar rasio likuiditas perusahaan agribisnis peternakan cenderungan berfluktuatif setiap tahunnya. Akan tetapi jika dilihat dari tahun 2003 hingga tahun 2007, rasio lancar perusahaan agribisnis peternakan cenderung menurun. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan agribisnis peternakan untuk melunasi utang jangka pendeknya juga menurun. Akan tetapi selama nilai rasio likuiditasnya masih berada diatas 200% maka perusahaan tersebut memiliki kemampuan likuiditas yang baik. Sebagian besar perusahaan agribisnis mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi yaitu terlihat dari nilai rasio lancarnya diatas 200%, sesuai dengan standar yang ditetapkan Kadarsan (1995). Hanya CPIN dan CPDW yang memiliki rasio lancar dibawah 200%. Hal ini menunjukkan bahwa CPIN dan CPDW masih memiliki tingkat likuiditas yang rendah untuk segera melunasi kewajiban lancarnya. C PDW
400
Nilai (% )
C P IN
350
J PFA
300
MB AI
250
S IP D
200 150 100 50 0 2003
2004
2005
2006
2007
T a hun
Gambar 2. Trend Rasio Likuiditas Perusahaan Agribisnis Peternakan
Rasio Kinerja Operasional
56
Rasio kinerja operasional menunjukkan seberapa baik manajemen mengelola bisnisnya. Rasio ini meliputi rasio efisiensi yaitu rasio perputaran total aktiva dan rasio perputaran ekuitas, dan rasio profitabilitas yaitu marjin laba kotor, marjin laba operasi, marjin laba bersih, tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE), dan tingkat pengembalian atas aktiva (ROA).
PT. Cipendawa Agroindustri Tbk. CPDW memiliki rasio efisiensi yang cenderung terus meningkat selama tahun 2003-2007. Rasio perputaran total aktiva dan perputaran ekuitas masing-masing mengalami peningkatan sebesar 166% dan 836% dari tahun 2003 hingga tahun 2007. Peningkatan ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam menggunakan total aktiva dan ekuitas untuk menghasilkan penjualan. Seperti yang terlihat dalam Tabel 7, penjualan bersih perusahaan juga semakin meningkat. Pada tahun 2003 rasio perputaran ekuitas CPDW bernilai negatif, karena pada tahun tersebut perusahaan memiliki ekuitas yang negatif akibat defisit yang tinggi. Ekuitas yang negatif menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami defisiensi modal. Akan tetapi pada tahun berikutnya ekuitas perusahaan bernilai positif seiring dengan meningkatnya laba perusahaan sehingga dapat menutup defisit yang dialami. Semua rasio profitabilitas CPDW cenderung mengalami fluktuasi selama tahun 2003-2007, seperti yang terlihat dalam Tabel 7. Rasio marjin laba kotor meningkat dari tahun 2003 hingga 2005, yang menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam mengendalikan beban pokok penjualannya. Akan tetapi pada tahun berikutnya (2006 dan 2007) marjin laba kotor mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya beban pokok penjualan seperti biaya pakan. Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa CPDW memiliki penjualan yang terus meningkat. Namun perusahaan tidak mampu mengendalikan biaya operasinya terlihat dari nilai laba kotor yang positif setelah dikurangi dengan biaya operasional laba yang dihasilkan menjadi negatif, kecuali pada tahun 2005. Pada tahun 2005 perusahaan semakin efisien dalam mengendalikan beban pokok penjualan maupun beban operasional, terlihat dari semakin meningkatnya marjin laba kotor dan marjin laba operasi. Pada tahun 2004 marjin laba bersih mengalami peningkatan yang sangat signifikan sebesar 692% yaitu dari 13,20% menjadi 104,59%. Peningkatan ini terjadi
57
seiring dengan meningkatnya laba bersih perusahaan sebesar 721% sebagai akibat dari dilakukannya penyelesaian atas sebagian besar hutang bermasalah sehingga seluruh bunga yang tertunggak telah dihapuskan dan diakui sebagai laba luar biasa pada tahun berjalan. Namun sejak tahun 2004 marjin laba bersih CPDW semakin menurun, bahkan pada tahun 2006 dan 2007 perusahaan memiliki marjin laba bersih yang negatif, seperti yang ditunjukkan Tabel 7. Penurunan ini seiring dengan semakin tidak efisiennya perusahaan dalam mengendalikan beban operasi dan beban lain-lain seperti beban bunga dan rugi selisih kurs sehingga laba bersih perusahaan semakin menurun. Semakin menurunnya laba bersih CPDW juga mempengaruhi tingkat pengembalian atas total aktiva (ROA) dan ekuitas (ROE) CPDW. Terlihat pada Tabel 7, ROA dan ROE perusahaan semakin menurun sejak tahun 2004, bahkan pada tahun 2006 dan 2007 ROA dan ROE perusahaan bernilai negatif. Hal ini menjadikan permintaan saham CPDW semakin berkurang seiring dengan berkurangnya minat investor untuk berinvestasi pada saham CPDW. Tabel 7. Nilai Rasio Kinerja Operasional CPDW Periode 2003-2007 Uraian Penjualan Bersih (Juta Rp) Laba Kotor (Juta Rp) Laba (Rugi) Usaha (Juta Rp) Laba Bersih (Juta Rp) Total Aktiva (Juta Rp) Ekuitas (Juta Rp) Rasio Efisiensi Perputaran Total Aktiva (X) Perputaran Ekuitas (X) Rasio Profitabilitas Marjin Laba Kotor (%) Marjin Laba Operasi (%) Marjin Laba Bersih (%) ROE (%) ROA (%)
2003 32.408,56 1.302,09 -4.043,47 4.277,58 64.795,97 -36.916,57
2004 33.593,71 3.682,78 -1.352,16 35.136,83 30.837,21 12.418,37
Tahun 2005 43.562,72 9.694,93 1.569,23 892,11 34.823,82 13.310,48
0,5 -0,88
1,09 2,71
1,25 3,27
1,20 3,76
1,33 6,48
4,02 -12,48 13,20 -11,59 6,60
11 -4,03 104,59 282,94 113,94
22,26 3,60 2,05 6,70 2,56
17,39 -1,55 -7,50 -28,22 -9
12,14 -6,18 -8,16 -52,9 -10,82
2006 39.065,95 6.791,80 -606,21 -2.929,64 32.644,40 10.380,84
2007 43.989,22 5.340,91 -2.716,41 -3.591,20 33.183,56 6.789,64
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Rasio efisiensi CPIN cenderung mengalami fluktuasi selama tahun 2003 hingga 2007. Akan tetapi jika dilihat dari tahun 2003 ke tahun 2007, rasio efisiensi mengalami peningkatan. Masing-masing mengalami peningkatan sebesar 6,4% untuk perputaran total aktiva dan 57% untuk
58
perputaran ekuitas. Perputaran total aktiva dan ekuitas CPIN memiliki nilai yang cukup tinggi, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam mengelola aktiva dan ekuitasnya sehingga penjualan yang dihasilkan perusahaan terus meningkat, seperti yang terlihat dalam Tabel 8. Tabel 8. Nilai Rasio Kinerja Operasional CPIN Periode 2003-2007 Uraian
2003 Penjualan Bersih (Juta Rp) 4.298.689 Laba Kotor (Juta Rp) 486.696 Laba (Rugi) Usaha (Juta Rp) 61.716 Laba (Rugi) Bersih (Juta Rp) -21.814 Total Aktiva (Juta Rp) 2.507.191 Ekuitas (Juta Rp) 829.084 Rasio Efisiensi Perputaran Total Aktiva (X) 1,71 Perputaran Ekuitas (X) 5,18 Rasio Profitabilitas Marjin Laba Kotor (%) 11,32 Marjin Laba Operasi (%) 1,44 Marjin Laba Bersih (%) -0,51 ROE (%) -2,63 ROA (%) -0,87
Tahun 2004 2005 2006 4.814.904 5.540.262 6.385.579 373.455 833.638 978.470 -84.963 284.727 338.600 -196.652 41.156 157.057 2.627.876 2.620.029 2.902.419 593.997 635.153 778.133
2007 8.679.504 1.202.405 479.747 185.448 4.760.491 1.066.331
1,83 8,11
2,11 8,72
2,20 8,21
1,82 8,14
7,78 -1,76 -4,08 -33,11 -7,50
15,05 5,14 0,74 6,48 1,57
15,32 5,30 2,46 20,20 5,41
13,85 5,53 2,14 17,40 3,90
Berdasarkan data pada Tabel 8 diketahui bahwa semua rasio profitabilitas CPIN berfluktuasi selama tahun 2003-2007. Marjin laba kotor CPIN mengalami peningkatan sejak tahun 2004 hingga 2006. Peningkatan ini terjadi seiring dengan meningkatnya laba kotor yang dihasilkan perusahaan karena perusahaan semakin efisien dalam mengendalikan beban pokok penjulannya. Pada tahun 2003 marjin laba bersih CPIN bernilai negatif. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak efisien dalam mengendalikan beban lain-lain meliputi beban keuangan, terlihat dari laba operasi yang positif namun setelah dikurangi dengan beban lain-lain, laba yang dihasilkan negatif. Akibat laba bersih yang negatif, perusahaan tidak dapat memberikan tingkat pengembalian yang positif atas total aktiva dan ekuitas kepada investor terlihat dari nilai ROA dan ROE yang bernilai negatif.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa rasio perputaran total aktiva perusahaan terus mengalami peningkatan dari tahun 2003 hingga 2007. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam
59
menggunakan total aktiva untuk menghasilkan penjualan. Akan tetapi peningkatan pada rasio perputaran total aktiva tidak diikuti oleh rasio perputaran ekuitas. Rasio perputaran ekuitas JPFA cenderung berfluktuasi. Rasio perputaran ekuitas meningkat sebesar 59% pada tahun 2004 seiring dengan menurunnya ekuitas, namun sejak tahun 2004 rasio ini terus mengalami penurunan hingga tahun 2007. Penurunan ini terjadi sebagai akibat dari semakin meningkatnya ekuitas perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum efisien dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan penjualan. Tabel 9. Rasio Kinerja Operasional JPFA Periode 2003-2007 Uraian Penjualan Bersih (Juta Rp) Laba Kotor (Juta Rp) Laba (Rugi) Usaha (Juta Rp) Laba (Rugi) Bersih (Juta Rp) Total Aktiva (Juta Rp) Ekuitas (Juta Rp)
2003 2004 4.407.906,04 4.649.430,94 603.877,78 705.310,61 37.962 141.228,66 151.099,84 -166.698,77 3.120.643,51 3.012.536,05 485.726,23 322.500,26
Tahun 2005 5.340.116,28 910.067,66 198.783,14 40.804,13 3.338.840 374.158
2006 2007 6.401.365 7.903.315 1.109.835 1.435.924 267.685 440.502 238.160 180.864 3.622.463 4.043.497 596.813 792.583
Rasio Efisiensi Perputaran Total Aktiva (X) Perputaran Ekuitas (X)
1,41 9,07
1,54 14,42
1,60 14,27
1,78 10,73
1,95 9,97
13,70 0,86 3,43 31,11 4,84
15,16 3,04 -3,59 -51,69 -5,53
17,04 3,72 0,76 10,91 1,22
17,34 4,18 3,72 39,91 6,57
18,17 5,57 2,29 22,82 4,47
Rasio Profitabilitas Marjin Laba Kotor (%) Marjin Laba Operasi (%) Marjin Laba Bersih (%) ROE (%) ROA (%)
Untuk rasio profitabilitas, marjin laba kotor dan marjin laba operasi JPFA terus
mengalami
peningkatan
selama
tahun
2003-2007.
Peningkatan
ini
menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengendalikan beban pokok penjualan dan beban usaha sehingga diperoleh laba kotor dan laba usaha yang semakin meningkat. Akan tetapi peningkatan ini tidak diikuti oleh marjin laba bersih. Marjin laba bersih cenderung berfluktuasi selama tahun 2003 hingga 2007, bahkan pada tahun 2004 marjin laba bersih menurun hingga bernilai negatif. Penyebabnya adalah perusahaan belum efisien dalam mengendalikan beban lain-lainnya. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya marjin laba operasi namun marjin laba bersih perusahaan cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2004 marjin laba bersih bernilai negatif karena tingginya beban lain-lain perusahaan yang meliputi beban bunga dan kerugian kurs
60
mata uang asing sehingga perusahan mengalami kerugian. Hal ini juga mempengaruhi tingkat pengembalian atas total aktiva (ROA) dan ekuitas (ROE) pemegang saham. Nilai ROA dan ROE perusahaan pada tahun 2004 juga bernilai negatif karena perusahaan mengalami kerugian.
PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. Rasio perputaran total aktiva MBAI terus mengalami peningkatan sejak tahun 2003 hingga 2007, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 10. Peningkatan ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam menggunakan total aktivanya sehingga menghasilkan penjualan yang semakin meningkat. Akan tetapi nilai rasio perputaran ekuitas MBAI cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2003 dan 2004, rasio perputaran ekuitas MBAI bernilai negatif. Hal ini terjadi karena perusahaan mengalami defisiensi modal pada tahun tersebut. Namun sejak tahun 2005 nilai rasio perputaran ekuitas perusahaan sudah bernilai positif meskipun rasio ini semakin menurun. Penurunan ini terjadi karena peningkatan ekuitas perusahaan yang lebih besar dari peningkatan penjualannya. Hal ini menunjukkan bahwa MBAI belum efisien dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan penjualan yang lebih besar lagi. Semua rasio profitabilitas MBAI mengalami fluktuasi selama tahun 2003 hingga 2007. Seperti yang terlihat pada Tabel 10, marjin laba kotor mengalami penurunan pada tahun 2006 hingga 2007. Penurunan ini terjadi karena peningkatan penjualan yang lebih tinggi daripada peningkatan laba kotor yang dihasilkan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum efisien dalam mengendalikan beban pokok penjualannya yaitu biaya pakan. Sejak tahun 2003 hingga 2005, marjin laba operasi terus meningkat. Peningkatan yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2005 sebesar 1120% yaitu dari 0,98% pada tahun 2004 menjadi 11,96% pada tahun 2005. Peningkatan ini seiring dengan semakin meningkatnya laba usaha karena semakin efisiennya perusahaan dalam mengelola beban usahanya. Akan tetapi pada tahun berikutnya (2006 dan 2007) marjin laba operasi semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin tidak efisien dalam mengendalikan beban usahanya. Marjin laba bersih cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2004 marjin laba bersih bernilai negatif. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak efisien dalam mengendalikan beban lain-lain seperti kerugian kurs mata uang asing. Hal ini dapat
61
dilihat dari laba bersih yang negatif setelah dikurangi dengan beban lain-lain. Kerugian yang dialami perusahaan menjadikan tingkat pengembalian atas total aktiva (ROA) pada tahun 2004 bernilai negatif. Pada tahun 2003, tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) bernilai negatif. Hal ini sebagai akibat dari defisiensi modal yang dialami perusahaan. Akan tetapi pada tahun 2005, ROE meningkat cukup signifikan sebesar 897% dari tahun 2004. Peningkatan ini terjadi karena meningkatnya laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Tabel 10. Rasio Kinerja Operasional MBAI Periode 2003-2007 Uraian Penjualan Bersih (Juta Rp) Laba Kotor (Juta Rp) Laba (Rugi) Usaha (Juta Rp) Laba (Rugi) Bersih (Juta Rp) Total Aktiva (Juta Rp) Ekuitas (Juta Rp) Rasio Efisiensi Perputaran Total Aktiva (X) Perputaran Ekuitas (X) Rasio Profitabilitas Marjin Laba Kotor (%) Marjin Laba Operasi (%) Marjin Laba Bersih (%) ROE (%) ROA (%)
2003 479.713,24 114.048,53 4.619,10 18.995,34 543.557,12 -23.906,73
2004 546.135,31 116.998,18 5.349,29 -22.511,51 575.666,19 -46.418,24
Tahun 2005 655.102,58 207.201,51 78.358,84 58.524,44 627.077 12.106
0,88 -20,07
0,95 -11,77
1,04 54,11
1,20 6,65
1,21 4,63
23,77 0,96 3,96 -79,46 3,49
21,42 0,98 -4,12 48,50 -3,91
31,63 11,96 8,93 483,43 9,33
29,80 11,31 13,49 89,75 16,21
28,62 9,68 9,31 43,13 11,26
2006 786.082 234.234 88.909 106.022 654.250 118.128
2007 962.741 275.496 93.153 89.600 795.566 207.728
PT. Sierad Produce Tbk. Rasio efisiensi SIPD cenderung berfluktuasi selama tahun 2003 hingga 2007. Seperti yang terlihat pada Tabel 11, rasio perputaran total aktiva dan perputaran ekuitas cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2004 perputaran ekuitas SIPD sangat tinggi yaitu 26,02 kali, artinya selama satu tahun ekuitas berputar 26,02 kali untuk menghasilkan penjualan. Tingginya perputaran ekuitas terjadi karena ekuitas perusahaan mengalami penurunan sebagai akibat dari semakin meningkatnya defisit perusahaan. Jika dilihat dari tahun 2003 ke tahun 2007, rasio perputaran total aktiva SIPD cenderung mengalami kenaikan sebesar 41,57%, yaitu dari 0,89 kali pada tahun 2003 menjadi 1,26 kali pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan semakin efisiennya perusahaan dalam menggunakan total aktivanya sehingga penjualan yang dihasilkan perusahaan semakin meningkat. Akan tetapi peningkatan pada rasio perputaran total
62
aktiva tidak diikuti oleh rasio perputaran ekuitas. Rasio perputaran ekuitas SIPD cenderung mengalami penurunan sebesar 76,9% yaitu dari 5,46 pada tahun 2003 menjadi 1,62 pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum efisien dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan penjualan. Tabel 11. Rasio Kinerja Operasional SIPD Periode 2003-2007 Uraian Penjualan Bersih (Juta Rp) Laba Kotor (Juta Rp) Laba (Rugi) Usaha (Juta Rp) Laba (Rugi) Bersih (Juta Rp) Total Aktiva (Juta Rp) Ekuitas (Juta Rp) Rasio Efisiensi Perputaran Total Aktiva (X) Perputaran Ekuitas (X) Rasio Profitabilitas Marjin Laba Kotor (%) Marjin Laba Operasi (%) Marjin Laba Bersih (%) ROE (%) ROA (%)
2003 1.126.707,97 72.504,63 -40.039,36 -105.719,33 1.265.566,12 206.375,58
2004 1.353.621,33 69.635,55 -69.058,22 -154.346,26 1.254.008,87 52.029,32
Tahun 2005 1.425.222,70 53.517,09 -84.864,16 -122.479,67 1.157.773,44 943.626,33
2006 1.111.242,03 172.599,69 68.257,68 40.953,74 1.113.796,11 984.580,06
2007 1.632.453,61 158.589,81 48.916,87 21.196,44 1.294.772,76 1.005.810,94
0,89 5,46
1,08 26,02
1,23 1,51
1,00 1,13
1,26 1,62
6,44 -3,55 -9,38 -51,23 -8,35
5,14 -5,10 -11,40 -296,65 -12,31
3,75 -5,95 -8,60 -12,98 -10,58
15,53 6,14 3,69 4,16 3,68
9,71 3,00 1,30 2,11 1,64
Berdasarkan data pada Tabel 11, dari tahun 2003 sampai tahun 2005 hampir semua rasio profitabilitas SIPD mempunyai nilai yang negatif kecuali marjin laba kotor. Hal ini disebabkan karena tingginya beban usaha dan beban lain-lain perusahaan sehingga menghasilkan laba usaha dan laba bersih yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum efisien dalam mengendalikan beban usaha dan beban lain-lain. Perusahaan mulai dapat menghasilkan laba usaha dan laba bersih pada tahun 2006 dan 2007 meskipun cenderung menurun. Hal ini menjadikan perusahaan dapat memberikan tingkat pengembalian atas aktiva dan ekuitas kepada pemegang sahamnya. Sebagian besar perusahaan agribisnis peternakan memiliki rasio efisiensi yang meningkat, seperti yang terlihat dari semakin meningkatnya penjualan yang dihasilkan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam menggunakan total aktiva dan ekuitasnya sehingga dihasilkan pejualan yang semakin meningkat. Perusahaan agribisnis peternakan memiliki rasio profitabilitas yang cenderung berfluktuasi. Dari lima perusahaan agribisnis peternakan, hanya PT
63
Cipendawa Agroindustri Tbk. (CPDW) yang memiliki rasio profitabilitas yang semakin menurun hingga mencapai nilai negatif. Penurunan ini disebabkan karena perusahaan belum efisien dalam mengendalikan beban usaha dan beban lain-lain.
Rasio Tingkat Utang Rasio tingkat utang digunakan untuk melihat struktur permodalan perusahaan yaitu seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang. Rasio ini juga dapat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya. Rasio yang dianalisis dalam penelitian ini adalah rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity
ratio/DER).
PT. Cipendawa Agroindustri Tbk. CPDW memiliki rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang terus meningkat setiap tahun, seperti yang terlihat dalam Tabel 12. Peningkatan ini terjadi sebagai akibat dari kebijakan perusahaan untuk menggunakan utang sebagai sumber pembiayaannya. Jika dilihat dari komposisi utangnya, utang lancar lebih besar dari utang tidak lancarnya. Artinya perusahaan lebih banyak menggunakan utang lancar, sehingga peningkatan utang terjadi karena semakin meningkatnya utang lancar. Peningkatan utang lancar terjadi sebagai akibat dari sedikitnya modal kerja perusahaan, sehingga digunakan utang lancar untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Nilai DER CPDW sangat tinggi yaitu berada diatas 100%. Prawironegoro (2006) mengatakan bahwa nilai DER diatas 100% sangat berbahaya bagi perusahaan. Tingginya nilai DER menjadikan risiko yang ditanggung investor semakin tinggi karena kemampuan CPDW untuk menjamin utang dengan ekuitasnya semakin kecil. Pada tahun 2003 DER CPDW bernilai negatif. Pada tahun tersebut perusahaan sedang mengalami defisiensi modal terlihat dari ekuitas perusahaan yang negatif. Hal ini menjadikan perusahaan mengandalkan utang sepenuhnya sebagai sumber pembiayaannya. Tabel 12. Nilai Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) CPDW Periode 20032007 Uraian Total Kewajiban (Juta Rp) Ekuitas (Juta Rp)
2003 101.713 -36.917
2004 18.419 12.418
Tahun 2005 21.513 13.310
2006 22.264 10.381
2007 26.394 6.790
64
DER (%)
-276
148
162
214
389
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Nilai DER CPIN cenderung berfluktuasi selama tahun 2003 hingga 2007 akan tetapi nilai DER CPIN masih berada diatas 100%. Pada tahun 2005 dan 2006, DER perusahaan mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya ekuitas perusahaan. CPIN memiliki DER yang tinggi yaitu berada diatas 100%, bahkan mencapai 300% pada tahun 2004, 2005, dan 2007. Tingginya nilai DER memberikan dampak yang tidak baik bagi kreditur karena risiko yang harus ditanggung semakin tinggi. Dilihat dari komposisi utangnya, utang lancar perusahaan lebih besar dibandingkan dengan utang tidak lancarnya. Hal ini disebabkan karena perusahaan memiliki modal kerja yang sedikit sehingga digunakan utang lancar untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Tabel 13. Nilai Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) CPIN Periode 20032007 Uraian Total Kewajiban (Juta Rp) Ekuitas (Juta Rp) DER (%)
2003 1.678.107 829.084 202
2004 2.033.879 593.997 342
Tahun 2005 1.984.876 635.153 313
2006 2.124.286 778.133 273
2007 3.682.496 1.066.331 345
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Data pada Tabel 14 memperlihatkan bahwa rasio utang terhadap ekuitas (DER) JPFA cenderung mengalami penurunan pada tahun 2005 hingga 2007. Penurunan ini terjadi seiring dengan meningkatnya ekuitas perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi utang perusahaan semakin berkurang. Namun DER JPFA masih sangat tinggi diatas 300% bahkan mencapai nilai 800% pada tahun 2004. Hal ini sangat membahayakan bagi perusahaan, karena jika keadaan ekonomi memburuk akan menyebabkan perusahan mengalami kerugian karena tidak mampu melunasi utangnya, sehingga risiko yang ditanggung investor semakin tinggi. Tingginya nilai DER juga menunjukkan bahwa JPFA cenderung menggunakan utang sebagai sumber pembiayaannya. Tabel 14. Nilai Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) JPFA Periode 20032007 Uraian Total Kewajiban (Juta Rp) Ekuitas (Juta Rp)
2003 2.596.587 485.726
2004 2.633.949 322.500
Tahun 2005 2.868.620 374.158
2006 2.893.302 596.813
2007 3.087.674 792.583
65
DER (%)
535
817
767
485
390
PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. Rasio DER MBAI berfluktuasi selama tahun 2003-2007. Berdasarkan data pada Tabel 15, pada tahun 2003 hingga 2005 DER cenderung meningkat tajam. Hal ini sebagai akibat dari semakin meningkatnya utang MBAI karena perusahaan mengalami defisiensi modal. Namun pada tahun 2006 dan 2007 nilai DER mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya ekuitas perusahaan. Pada tahun 2003 dan 2004 DER MBAI bernilai negatif. Pada tahun tersebut perusahaan mengalami defisiensi modal, terlihat dari ekuitas perusahaan yang bernilai negatif sebagai akibat dari semakin tingginya defisit yang dialami perusahaan. MBAI juga memiliki DER yang sangat tinggi mencapai nilai 5080% pada tahun 2005. Artinya total utang dapat diatasi dengan 5080% dari total ekuitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa risiko yang ditanggung investor/kreditur sangat tinggi. Tabel 15. Nilai Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) MBAI Periode 20032007 Uraian Total Kewajiban (Juta Rp) Ekuitas (Juta Rp) DER (%)
2003 567.454 -23.907 -2374
2004 622.074 -46.418 -1340
Tahun 2005 614.961 12.106 5080
2006 536.112 118.128 454
2007 587.828 207.728 283
MBAI memiliki nilai DER yang tinggi yaitu diatas 200%. Tingginya nilai DER perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan utang sebagai sumber pembiayaannya, sehingga risiko yang ditanggung investor lebih besar, karena kemungkinan kerugian dari tidak terbayarnya utang oleh perusahaan semakin besar.
PT. Sierad Produce Tbk. Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa pada tahun 2004 nilai DER SIPD sangat tinggi mencapai 2310%, artinya total utang dapat diatasi dengan 2310% dari total ekuitasnya. Tingginya rasio ini disebabkan karena tingginya utang perusahaan dibandingkan dengan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Akan tetapi sejak tahun 2005 hingga 2007 nilai DER SIPD menurun drastis hingga dibawah 100%. Pengkonversian obligasi dan utang sewa guna usaha menjadi saham menjadikan utang yang dimiliki perusahaan turun tajam. Pengkorversian obligasi dan utang sewa guna usaha ini juga meningkatkan modal yang disetor sehingga ekuitas SIPD juga
66
semakin meningkat. Sebagai akibatnya nilai DER semakin kecil seiring dengan menurunnya utang dan meningkatnya ekuitas yang dimiliki perusahaan. Dengan semakin menurunnya nilai DER menjadi dibawah 100%, membuat tingkat risiko yang ditanggung investor semakin rendah. Hal ini terjadi sebagai akibat meningkatnya kemampuan perusahaaan untuk menjamin utang dengan ekuitas yang dimiliki, karena total ekuitas perusahaan lebih besar dari total utangnya. Peningkatan kemampuan ini menjadikan investor maupun kreditur tidak khawatir untuk berinvestasi maupun meminjamkan dananya pada perusahaan. Tabel 16. Nilai Rasio Utang terhadap Ekuitas (DER) SIPD Periode 20032007 Uraian Total Kewajiban (Juta Rp) Ekuitas (Juta Rp) DER (%)
2003 1.058.905 206.376 513
2004 1.201.777 52.029 2310
Tahun 2005 213.911 943.626 23
2006 128.990 984.580 13
2007 288.737 1.005.811 29
Seperti yang terlihat pada Gambar 3, sebagian besar perusahaan agribisnis peternakan memiliki DER yang berfluktuasi selama tahun 2003 hingga 2007. Akan tetapi nilai DER masing-masing perusahaan masih tinggi yaitu berada diatas 100%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahan agribisnis peternakan mengandalkan utang sebagai sumber pembiayaannya. Tingginya nilai DER sangat membahayakan bagi perusahaan karena dalam perekonomian yang buruk perusahaan dapat mengalami kerugian dan kebangkrutan akibat tidak mampu melunasi utang-utangnya. Hal ini menjadikan tingkat risiko yang ditanggung investor semakin besar, sehingga tidak menarik lagi bagi investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan tersebut. Dari kelima perusahaan tersebut, hanya SIPD yang memiliki nilai DER yang cenderung bergerak turun menjadi dibawah 100%, sehingga risiko yang ditanggung investor juga semakin menurun.
67
5500
C P DW C P IN
4500
JPFA 3500
MB A I S IP D
Nilai (% )
2500 1500 500 -5002003
2004
2005
2006
2007
-1500 -2500
T a hun
Gambar 3. Trend Rasio Tingkat Utang Perusahaan Agribisnis Peternakan
Rasio Potensi Pertumbuhan Rasio potensi pertumbuhan sangat penting untuk berbagai pihak baik pemilik perusahaan, investor maupun kreditur. Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan mengalami pertumbuhan atau tidak. Analisis terhadap potensi pertumbuhan sangat diperlukan karena dapat melihat kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban di masa yang akan datang.
PT. Cipendawa Agroindustri Tbk. Rasio potensi pertumbuhan CPDW setiap tahun berfluktuasi. Seperti yang terlihat pada Tabel 17, penjualan perusahaan terus mengalami pertumbuhan, hanya pada tahun 2006 pertumbuhan penjualan CPDW bernilai negatif, artinya pada tahun 2006 penjualan perusahaan mengalami penurunan sebesar 10,32% dari tahun 2005. Penjualan perusahaan yang terus tumbuh ini sebagai akibat dari semakin efisiennya perusahaan dalam menggunakan total aktiva dan ekuitasnya, terlihat dari perputaran total aktiva dan ekuitas CPDW yang terus meningkat. Pertumbuhan pada penjualan tidak diikuti oleh pertumbuhan laba bersih perusahaan. Laba bersih perusahaan cenderung mengalami penurunan hingga
68
bernilai negatif. Penurunan ini sebagai akibat dari semakin tidak efisiennya perusahaan dalam mengendalikan beban operasi dan beban lain-lain. Total aktiva CPDW cenderung berfluktuasi setiap tahun. Seperti yang terlihat pada tabel 17, total aktiva perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2004 dan 2006. Penurunan aktiva terjadi karena penggunaan aktiva untuk melunasi sebagian kewajiban perusahaan yaitu bunga yang masih harus dibayar dan utang lain-lain. Ekuitas CPDW cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2004 dan 2005 ekuitas mengalami pertumbuhan sebesar 133,64% dan 7,18%, namun pada tahun 2006 dan 2007 ekuitas CPDW mengalami penurunan masing-masing sebesar 22,01% dan 34,59%. Penurunan ini sebagai akibat dari semakin tingginya defisit yang dialami perusahaan karena pada tahun 2006 dan 2007 perusahaan mengalami kerugian. Tabel 17. Nilai Rasio Potensi Pertumbuhan CPDW Periode 2003-2007 Uraian Penjualan Bersih (Juta Rp) Laba Bersih (Juta Rp) Total Aktiva (Juta Rp) Ekuitas (Juta Rp) Pertumbuhan Penjualan (%) Pertumbuhan Laba Bersih (%) Pertumbuhan Total Aktiva (%) Pertumbuhan Ekuitas (%)
2003 32.409 4.278 64.796 -36.917 -
Tahun 2004 2005 33.594 43.563 35.137 892 30.837 34.824 12.418 13.311 3,66 29,68 721,42 -97,46 -52,41 12,93 133,64 7,18
2006 39.066 -2.930 32.644 10.381 -10,32 -428,39 -6,26 -22,01
2007 43.989 -3.591 33.184 6.790 12,60 -22,58 1,65 -34,59
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Rasio potensi pertumbuhan CPIN selama 2003 hingga 2007 cenderung berfluktuasi. Hanya penjualan yang memiliki pertumbuhan yang semakin meningkat setiap tahunnya seiring dengan semakin efisiennya perusahaan dalam menggunakan total aktiva dan ekuitasnya. Pertumbuhan laba bersih CPIN pada tahun 2004 bernilai negatif. Hal ini terjadi karena pada tahun 2003 dan 2004 perusahaan mengalami kerugian karena tidak mampu mengendalikan beban lain-lain terlihat dari tingginya beban keuangan dan rugi selisih kurs perusahaan. Akan tetapi untuk tahun berikutnya laba bersih CPIN terus mengalami pertumbuhan yang positif seiring dengan semakin efisiennya perusahaan dalam mengendalikan beban operasi dan beban lain-lain. Total aktiva CPIN terus mengalami pertumbuhan, hanya pada tahun 2005 pertumbuhannya bernilai negatif, artinya total aktiva perusahaan mengalami
69
penurunan. Namun pada tahun-tahun berikutnya pertumbuhan total aktiva semakin meningkat. Ekuitas CPIN juga terus mengalami peningkatan, terlihat dari semakin meningkatnya pertumbuhan ekuitasnya. Semakin kecilnya defisit perusahaan akibat dari semakin meningkatnya laba yang dihasilkan perusahaan, menjadikan ekuitas perusahaan semakin meningkat. Tabel 18. Nilai Rasio Potensi Pertumbuhan CPIN Periode 2003-2007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 Penjualan Bersih (Juta Rp) 4.298.689 4.814.904 5.540.262 6.385.579 8.679.504 Laba Bersih (Juta Rp) -21.814 -196.652 41.156 157.057 185.448 Total Aktiva (Juta Rp) 2.507.191 2.627.876 2.620.029 2.902.419 4.760.491 Ekuitas (Juta Rp) 829.084 593.997 635.153 778.133 1.066.331 Pertumbuhan Penjualan (%) 12,01 15,06 15,26 35,92 Pertumbuhan Laba Bersih (%) -801,49 120,93 281,61 18,08 Pertumbuhan Total Aktiva (%) 4,81 -0,3 10,78 64,02 Pertumbuhan Ekuitas (%) -28,36 6,93 22,51 37,04 Uraian
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Selama tahun 2003 hingga tahun 2007, pertumbuhan penjualan JPFA semakin meningkat. Hal ini menunjukkan penggunaan aktiva dan ekuitas yang semakin efisien. Pertumbuhan pada penjualan tidak diikuti oleh laba bersih. Laba bersih mengalami pertumbuhan hanya pada tahun 2005 dan 2006, sedangkan pada tahun 2004 dan 2007 perusahaan mengalami pertumbuhan laba bersih yang negatif karena tingginya beban lain-lain perusahaan. Tabel 19. Nilai Rasio Potensi Pertumbuhan JPFA Periode 2003-2007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 Penjualan Bersih (Juta Rp) 4.407.906 4.649.431 5.340.116 6.401.365 7.903.315 Laba Bersih (Juta Rp) 151.100 -166.699 40.804 238.160 180.864 Total Aktiva (Juta Rp) 3.120.644 3.012.536 3.338.840 3.622.463 4.043.497 Ekuitas (Juta Rp) 485.726 322.500 374.158 596.813 792.583 Pertumbuhan Penjualan (%) 5,48 14,86 19,87 23,46 Pertumbuhan Laba Bersih (%) -210,32 124,48 483,67 -24,06 Pertumbuhan Total Aktiva (%) -3,46 10,83 8,49 11,62 Pertumbuhan Ekuitas (%) -33,6 16,02 59,51 32,8 Uraian
Total aktiva dan ekuitas JPFA pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan yang negatif, artinya pada tahun 2004 total aktiva dan ekuitas perusahaan mengalami penurunan masing-masing sebesar 3,46% dan 33,6%. Namun pada tahun 2005
70
hingga 2007, total aktiva dan ekuitas perusahaan terus mengalami pertumbuhan, meskipun pertumbuhannya berfluktuasi.
PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. Pertumbuhan penjualan dan total aktiva MBAI terus mengalami pertumbuhan setiap tahun, seperti yang terlihat pada Tabel 20. Untuk laba bersih MBAI hanya mengalami pertumbuhan pada tahun 2005 dan 2006, sedangkan pada tahun 2004 dan 2007 pertumbuhan laba bersih bernilai negatif, artinya pada tahun tersebut laba bersih perusahaan menurun sebesar 218,51% dan 15,49%. Penurunan ini sebagai akibat dari tidak efisiennya perusahaan dalam mengendalikan beban lain-lain seperti kerugian kurs mata uang asing. Ekuitas MBAI terus mengalami pertumbuhan. Hanya pada tahun 2004 ekuitas MBAI mengalami penurunan sebesar -94,16%. Hal ini terjadi karena perusahaan mengalami defisit yang semakin besar akibat kerugian yang dialami pada tahun 2004. Tabel 20. Nilai Rasio Potensi Pertumbuhan MBAI Periode 2003-2007 Uraian Penjualan Bersih (Juta Rp) Laba Bersih (Juta Rp) Total Aktiva (Juta Rp) Ekuitas (Juta Rp) Pertumbuhan Penjualan (%) Pertumbuhan Laba Bersih (%) Pertumbuhan Total Aktiva (%) Pertumbuhan Ekuitas (%)
2003 479.713 18.995 543.557 -23.907 -
2004 546.135 -22.512 575.666 -46.418 13,85 -218,51 5,91 -94,16
Tahun 2005 655.103 58.524 627.077 12.106 19,95 359,98 8,93 126,08
2006 786.082 106.022 654.250 118.128 20 81,16 4,33 875,78
2007 962.741 89.600 795.566 207.728 22,47 -15,49 21,60 75,85
PT. Sierad Produce Tbk. Berdasarkan data pada Tabel 21, rasio potensi pertumbuhan SIPD mengalami fluktuasi selama tahun 2003 hingga 2007. Penjualan perusahaan terus mengalami pertumbuhan, hanya pada tahun 2006 penjualan perusahaan mengalami penurunan. Penurunan penjualan terjadi sebagai akibat dari menurunnya rasio efisiensi perusahaan meliputi rasio perputaran total aktiva dan perputaran ekuitas. Pada tahun 2004 dan 2007 laba bersih perusahaan mengalami penurunan, masing-masing sebesar 46% dan 48,24%. Penurunan laba bersih ini terjadi karena perusahaan tidak efektif dalam mengendalikan beban usaha dan beban lain-lainnya.
71
Ekuitas perusahaan terus mengalami pertumbuhan sejak tahun 2005. Pada tahun 2005 ekuitas SIPD mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan sebesar 1713,64% dari tahun 2004. Peningkatan ini diakibatkan oleh pengkonversian obligasi dan utang sewa guna usaha menjadi saham sehingga ekuitas SIPD semakin meningkat seiring dengan meningkatnya modal yang disetor. Total aktiva SIPD cenderung mengalami penurunan sejak tahun 2004 hingga 2006, terlihat dari pertumbuhannya yang negatif. Penurunan ini diakibatkan oleh menurunnya kas perusahaan untuk pembayaran bunga, pajak, dan kas kepada pemasok dan pihak ketiga. Total aktiva mengalami pertumbuhan hanya pada tahun 2007 sebesar 16,25%. Tabel 21. Nilai Rasio Potensi Pertumbuhan SIPD Periode 2003-2007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 Penjualan Bersih (Juta Rp) 1.126.708 1.353.621 1.425.223 1.111.242 1.632.454 Laba Bersih (Juta Rp) -105.719 -154.346 -122.480 40.954 21.196 Total Aktiva (Juta Rp) 1.265.566 1.254.009 1.157.773 1.113.796 1.294.773 Ekuitas (Juta Rp) 206.376 52.029 943.626 984.580 1.005.811 Pertumbuhan Penjualan (%) 20,14 5,29 -22,03 46,90 Pertumbuhan Laba Bersih (%) -46,00 20,65 133,44 -48,24 Pertumbuhan Total Aktiva (%) -0,91 -7,67 -3,8 16,25 Pertumbuhan Ekuitas (%) -74,79 1.713,64 4,34 2,16 Uraian
Sebagian besar perusahaan agribisnis peternakan mengalami pertumbuhan yang positif, meskipun berfluktuasi. Hal ini menunjukkan bahwa perusahan agribisnis peternakan mempunyai potensi pertumbuhan, sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut karena dapat memberikan keuntungan. Setiap investor akan sangat memperhatikan pertumbuhan masingmasing perusahaan, karena menunjukkan bahwa dana yang diinvestasikan akan berkembang dan dapat menghasilkan keuntungan. Diantara perusahaan agribisnis peternakan yang memiliki pertumbuhan yang baik adalah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN). Penjualan CPIN terus mengalami peningkatan yang diikuiti dengan peningkatan laba bersih dan ekuitas CPIN, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik dimasa depan.
72
Rasio Nilai Pasar Rasio nilai pasar menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba (PER) dan nilai buku per saham (PBV). Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja keuangan perusahaan.
PT. Cipendawa Agroindustri Tbk. Rasio nilai pasar CPDW selama 2003 hingga 2007 cenderung berfluktuasi. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan juga mengalami fluktuasi, terlihat dari EPS (earning per share) dan BV (book value) CPDW yang berfluktuasi. Pada tahun 2003 hingga 2005 nilai PER/ harga saham per laba perusahan semakin meningkat, namun pada tahun 2006 dan 2007 nilai PER menurun hingga bernilai negatif. Penurunan ini terjadi sebagai akibat dari semakin menurunnya laba bersih perusahaan sehingga menghasilkan EPS yang negatif. Tabel 22. Rasio Nilai Pasar CPDW Periode 2003-2007 Uraian Harga Saham (Rp) EPS (Rp) BV (Rp) PER (X) PBV (X)
2003 85 213,88 -1845,83 0,4 -0,05
2004 135 1756,84 620,92 0,08 0,22
Tahun 2005 395 26,09 389,22 15,19 1,01
2006 230 -85,67 303,55 -2,67 0,76
2007 205 -105,01 198,54 -1,95 1,03
Rasio harga per nilai buku (PBV) CPDW juga cenderung berfluktuasi. Nilai PBV CPDW berkisar antara -0,05 hingga 1,03. Pada tahun 2003 PBV bernilai negatif. Hal ini sebagai akibat dari defisiensi modal yang dialami perusahaan.
PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. CPIN memiliki nilai rasio PER yang berfluktuasi setiap tahunnya. Nilai PER CPIN berkisar antara -21,61 hingga 18,76. Pada tahun 2003 dan 2004 rasio ini bernilai negatif akibat dari kerugian yang dialami perusahaan. CPIN memiliki PER yang tinggi pada tahun 2007 yaitu 18,76, artinya untuk memiliki satu saham CPIN, investor harus membayar 18,76 kali EPS. Tingginya PER pada tahun 2007 menunjukkan bahwa investor menganggap CPIN memiliki kinerja keuangan yang baik terlihat dari semakin meningkatnya laba bersih perusahaan.
73
Sedangkan untuk rasio harga per nilai buku (PBV) CPIN terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi seiring dengan semakin meningkatnya ekuitas perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen perusahaan semakin baik sehingga menjadikan harga saham CPIN dijual dengan harga yang lebih tinggi dari nilai bukunya. Tabel 23. Rasio Nilai Pasar CPIN Periode 2003-2007 Uraian Harga Saham (Rp) EPS (Rp) BV (Rp) PER (X) PBV (X)
2003 335 -15,5 588,98 -21,61 0,57
2004 270 -139,7 421,97 -1,93 0,64
Tahun 2005 315 29,24 451,21 10,77 0,7
2006 570 111,57 552,78 5,11 1,03
2007 1060 56,5 324,65 18,76 3,27
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Selama 2003 hingga 2007, JPFA memiliki nilai PER yang berfluktuasi seiring dengan fluktuasi EPSnya. Pada tahun 2004 PER JPFA bernilai negatif, hal ini sebagai reaksi investor terhadap EPS JPFA yang bernilai negatif karena perusahaan mengalami kerugian. Nilai PER JPFA berkisar antara 1,79 hingga 8,94. Nilai rasio PBV perusahaan lebih stabil dan sedikit mengalami kenaikan. Rasio ini meningkat sebesar 68,6%, dari 0,86 pada tahun 2003 menjadi 1,45 pada tahun 2007. Peningkatan ini menunjukkan semakin baiknya manajemen perusahaan terlihat dari nilai buku (BV) per sahamnya yang terus meningkat. Tabel 24. Rasio Nilai Pasar JPFA Periode 2003-2007 Uraian Harga Saham (Rp) EPS (Rp) BV (Rp) PER (X) PBV (X)
2003 280 101,45 326,12 2,76 0,86
2004 200 -111,92 216,53 -1,79 0,92
Tahun 2005 245 27,4 251,21 8,94 0,98
2006 380 159,9 400,7 2,38 0,95
2007 770 121,43 532,14 6,34 1,45
PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. MBAI memiliki nilai PER yang semakin meningkat sejak tahun 2005. Peningkatan rasio ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang semakin membaik, sehingga investor bersedia membayar lebih tinggi untuk setiap EPS yang dihasilkan. Pada tahun 2004, MBAI
74
memiliki nilai PER yang negatif. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut perusahaan mengalami kerugian. Untuk rasio PBV, nilainya berfluktuasi selama tahun 2003-2007. Nilai rasio ini berkisar antara -1,41 kali hingga 2,48 kali. Pada tahun 2003 dan 2004 MBAI memiliki nilai PBV yang negatif. Hal ini sebagai akibat dari nilai buku (BV) MBAI yang bernilai negatif pada tahun tersebut. BV yang negatif menunjukkan bahwa seluruh aset perusahaan merupakan milik kreditur. Tabel 25. Rasio Nilai Pasar MBAI Periode 2003-2007 Uraian Harga Saham (Rp) EPS (Rp) BV (Rp) PER (X) PBV (X)
2003 450 253,27 -318,76 1,78 -1,41
2004 150 -300,15 -618,91 -0,5 -0,24
Tahun 2005 400 780,33 161,41 0,51 2,48
2006 1250 1413,63 1575,04 0,88 0,79
2007 2900 1194,67 2769,71 2,43 1,05
PT. Sierad Produce Tbk. Selama tahun 2003 sampai tahun 2005 perusahaan memiliki nilai PER yang negatif karena perusahaan mengalami kerugian sehingga EPS yang dihasilkan bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun tersebut perusahaan memiliki kinerja keuangan yang buruk karena terus mengalami kerugian. Namun pada tahun 2006 dan 2007 PER SIPD bernilai positif seiring dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Tabel 26. Rasio Nilai Pasar SIPD Periode 2003-2007 Uraian Harga Saham (Rp) EPS (Rp) BV (Rp) PER (X) PBV (X)
2003 40 -14,61 28,51 -2,74 1,4
2004 105 -213,25 71,88 -0,49 1,46
Tahun 2005 90 -13,04 100,48 -6,9 0,9
2006 50 4,36 104,84 11,47 0,48
2007 67 2,26 107,1 29,65 0,63
Nilai rasio PBV SIPD cenderung berfluktuasi. Nilainya berkisar antara 0,48 hingga 1,46, artinya saham SIPD diperdagangkan pada harga 0,48 hingga 1,46 dari nilai buku (BV) per sahamnya. Nilai PBV mengalami penurunan pada tahun 2005 dan 2006. Penurunan ini terjadi sebagai akibat dari semakin menurunnya harga pasar saham SIPD.
75
Sebagian besar saham perusahaan agribisnis peternakan mempunyai nilai pasar yang berfluktuasi. Investor menilai kinerja keuangan perusahaan agribisnis peternakan belum stabil atau berfluktuasi. Hal ini terlihat dari laba per saham/earning per share (EPS) dan nilai buku (BV) perusahaan yang berfluktuasi.
Penilaian Harga Wajar Saham Harga wajar adalah suatu harga yang dapat kita terima sebagai harga pokok kepemilikan suatu aset setelah membandingkan tingkat imbal-hasil yang diharapkan
(required rate of return) dengan tingkat imbal-hasil yang dapat diberikan aset tersebut di masa mendatang (expected rate of return). Dengan kata lain harga wajar merupakan harga yang seharusnya dibayar oleh investor untuk suatu saham. Menilai harga wajar suatu saham perlu dilakukan oleh investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Tujuannya adalah untuk mengetahui pada suatu waktu apakah harga saham tersebut murah (undervalued) atau mahal (overvalued), sehingga investor dapat menentukan kapan akan membeli dan menjual sahamnya. Dengan mengetahui harga wajar, investor juga dapat menentukan pada harga berapa saham perusahaan agribisnis peternakan akan dibeli, biasanya dibawah harga wajarnya dan menjualnya pada saat harga pasar diatas harga wajarnya. Penghitungan harga wajar saham masing-masing perusahaan agribisnis peternakan dimulai dengan memperkirakan pertumbuhan EPS pada tahun 2008, kemudian mengalikannya dengan EPS terakhir (2007), sehingga didapatkan EPS tahun 2008. Pertumbuhan EPS dicari dengan melihat dari pertumbuhan ekuitas perusahaan setiap tahun. Karena ekuitas mencerminkan kekayaan perusahaan yang membuat suatu perusahaan bernilai. Dengan mendapatkan EPS tahun 2008, harga wajar saham pada tahun 2008 dapat dihitung dengan mengalikan EPS tahun 2008 dengan perkiraan PER pada tahun 2008. Kemudian harga wajar saham sekarang (2007) dihitung dengan membagi harga wajar saham tahun 2008 dengan tingkat pengembalian minimum yang akan diterima investor yaitu sekitar 15%. Tingkat pengembalian ini didapatkan dengan mempertimbangkan tingkat suku bunga SBI dan perkiraan tingkat inflasi pada tahun 2007. Town (2008) juga menyarankan tingkat pengembalian minimum sebesar 15%.
76
Tabel 27. Harga Wajar Saham Perusahaan Agribisnis Peternakan
Emiten CPDW CPIN JPFA MBAI SIPD
EPS 2007 (Rp) -105,01 56,5 121,43 1194,67 2,26
Rata-rata Pertumbuhan Ekuitas (%) 21,06 22,16 18,68 245,89 3,25
EPS 2008 (Rp) -82,89 69,02 144,11 4132,24 2,33
Ratarata PER (kali) 2,21 11,55 3,73 1,02 20,56
Harga Wajar
(Rp) 2008
2007
0 797 538 4215 48
0 693 467 3665 42
Harga Pasar pada Desember 2007 (Rp) 205 1060 770 2900 67
Pada tahun 2007 saham PT. Cipendawa Agroindustri Tbk. (CPDW) sudah tidak bernilai lagi. CPDW menghasilkan kerugian yang semakin besar pada tahun 2007 sehingga menghasilkan EPS yang negatif. CPDW juga mempunyai risiko yang tinggi terlihat dari nilai DER yang diatas 100%. Secara teori saham CPDW tidak layak untuk dibeli lagi oleh investor karena tidak akan memberikan keuntungan yang diharapkan, sehingga harga saham CPDW sudah tidak berharga lagi atau sama dengan nol. Akan tetapi pasar masih memberikan harga pada saham CPDW sebesar Rp 205,-. Hal ini menunjukkan bahwa pasar lebih melihat pergerakan harganya daripada fundamental perusahaan. Harga wajar saham PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) dihitung dengan menggunakan data mulai dari tahun 2005 hingga 2007, karena pada tahun tersebut perusahaan sudah mampu menghasilkan EPS yang positif dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang terus mengalami kerugian sehingga EPS yang dihasilkan negatif. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa harga wajar saham CPIN lebih kecil dari harga pasarnya (overvalued), yaitu sebesar Rp 693,- per lembar saham. Hal ini berarti bahwa untuk saat ini harga saham CPIN termasuk mahal untuk dibeli. Investor sebaiknya bersabar dan menunggu untuk membeli saham CPIN hingga harga sahamnya mencapai nilai yang sama dengan harga wajarnya atau lebih rendah, sehingga investor akan mendapatkan marjin sempurna. Town (2008) mengatakan bahwa untuk mendapatkan marjin sempurna, investor sebaiknya membeli saham pada harga lebih rendah dari harga wajarnya atau pada harga diskon, dengan begitu investor akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dan aman dari kerugian jika pasar sedang mengalami penurunan (bearish). Jika investor membeli saham CPIN pada harga diskon yaitu 10%-15% lebih rendah dari
77
harga wajarnya, maka investor akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dari tingkat pengembalian minimum yang diinginkan sebesar 15%. Hal ini dilakukan untuk mencegah kerugian yang akan dialami investor jika pasar mengalami penurunan. Saham PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. (MBAI) memiliki harga pasar yang undervalued dari harga wajarnya. Hal ini berarti bahwa harga pasar saham MBAI masih tergolong murah karena berada dibawah harga wajarnya. Dengan demikian investor disarankan untuk membeli saham MBAI. Akan tetapi investor perlu mempertimbangkan pada harga berapa harus membeli saham MBAI sehingga didapatkan tingkat pengembalian yang tinggi. Oleh karena itu investor disarankan membeli saham MBAI pada saat harga pasarnya 10%-15% lebih rendah dari harga wajarnya yaitu sekitar Rp 3115,- sampai Rp 3298,-. Harga pasar saham MBAI pada tahun 2007 masih lebih rendah dari harga diskon yang ditetapkan, sehingga investor dapat membeli saham MBAI pada saat ini dengan harga Rp 2900,-. Dengan membeli pada harga tersebut, investor akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dan tidak akan kehilangan uang pada saat pasar mengalami penurunan, karena investor mengambil marjin yang besar sehingga jika pasar mengalami penurunan, investor hanya akan mengalami penurunan tingkat pengembalian. Harga saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) untuk tahun 2007 sudah tergolong mahal, karena harga pasarnya lebih besar dari harga wajarnya (overvalued). Dalam kondisi seperti ini, investor hanya bisa menunggu hingga harga pasarnya sama dengan harga wajar atau lebih rendah dan membelinya pada saat ada diskon untuk saham JPFA. Dengan strategi tersebut investor akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih besar dari tingkat pengambalian minimum yang ditetapkan investor yaitu 15%. Jika investor membeli saham JPFA pada harga diskon yaitu 10%-15% dari harga wajarnya atau sekitar Rp 396,- hingga Rp 420,- dan menjualnya pada harga Rp 538,- per lembar saham, maka tingkat pengembalian yang diterima investor berkisar antara 28%-36%, lebih besar dari tingkat pengembalian minimum yang ditetapkan. Untuk saham SIPD, harga wajarnya dihitung dengan menggunakan data tahun 2006 dan 2007. Hal ini dikarenakan perusahaan mampu menghasilkan laba
78
hanya pada tahun 2006 dan 2007. Alasan lainnya adalah tingginya pertumbuhan ekuitas perusahaan pada tahun 2005 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekuitas yang tidak normal ini dapat mengacaukan perhitungan harga wajar sehingga harga wajar yang didapat tidak mendekati nilai saham SIPD sebenarnya. Harga saham SIPD untuk tahun 2007 sudah overvalued, artinya harga pasar saham SIPD lebih besar dari harga wajarnya. Dengan demikian investor sebaiknya menunggu harga saham SIPD turun hingga mencapai harga wajar atau lebih rendah dari harga wajarnya untuk membeli saham SIPD. Hal ini perlu dilakukan untuk mendapatkan keuntungan minimum yang diharapkan investor yaitu sekitar 15%. Harga beli yang disarankan untuk saham SIPD adalah Rp 35,- hingga Rp 38,- atau 10%-15% lebih rendah dari harga wajarnya.
Pergerakan Harga Saham Harga saham terbentuk karena adanya kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan penawaran dari masing-masing saham. Artinya semakin banyak orang yang ingin membeli saham maka harga saham akan cenderung meningkat, sebaliknya semakin banyak orang yang ingin menjual saham maka harga saham akan bergerak turun. Pergerakan harga saham secara keseluruhan biasanya ditunjukkan dengan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Jika IHSG mengalami kenaikan
maka
menunjukkan
bahwa
sebagian
besar harga
saham
yang
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami kenaikan, sebaliknya jika IHSG turun maka sebagian besar harga saham mengalami penurunan, hal ini menunjukkan kondisi pasar sedang turun. Oleh karena itu IHSG merupakan indikator yang baik untuk melihat kondisi pasar. Seperti yang terlihat pada Gambar 4, pergerakan IHSG (6) selama periode Desember 2002 hingga Desember 2007 terus mengalami peningkatan. IHSG menguat sebesar 2357,38 poin atau 606,88% sejak Januari 2003, dari level 388,44 poin menjadi 2745,82 poin pada Desember 2007. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode tersebut kondisi pasar sedang naik (bullish), artinya harga sebagian besar saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) cenderung mengalami peningkatan. Kenaikan ini menunjukkan semakin membaiknya kondisi perekonomian.
79
3000
3000
2500
2500
2000
6 1500
1500
4 1000
Indeks (Poin)
Harga (Rp)
2000
1000
2
CPDW (1)
3
500
500
CPIN (2)
1 0 Des-02
JPFA (3)
5 Des-03
Des-04
Des-05
MBAI (4)
0 Des-06
SIPD (5)
Des-07
IHSG (6)
Periode
Gambar 4.
Pergerakan IHSG dan Harga Saham Perusahaan Agribisnis Peternakan
Harga saham agribisnis peternakan masih tergolong murah jika dibandingkan dengan rata-rata harga saham lainnya. Seperti yang terlihat pada Gambar 4, grafik harga saham agribisnis peternakan masih lebih rendah dari grafik IHSG. Namun mulai bulan Mei 2007 harga saham MBAI (4) lebih tinggi dari IHSG (6). Pada periode Desember 2002 hingga Desember 2003, IHSG dan saham agribisnis peternakan seperti JPFA (3), MBAI (4) dan SIPD (5) memiliki kecenderungan yang sama yaitu mengalami kenaikan, akan tetapi kenaikan saham agribisnis peternakan lebih besar dari kenaikan IHSG, seperti yang terlihat pada Tabel 28. Namun pada periode Desember 2003 hingga Desember 2004 harga saham agribisnis peternakan cenderung mengalami penurunan. Tabel 28. Perubahan Harga Saham Agribisnis Peternakan dan IHSG Tahun
Des 02-Des 03 Des 03-Des 04 Des 04-Des 05 Des 05-Des 06 Des 06-Des 07
∆ Harga
∆ Harga
CPDW (%) CPIN (%) -66 59 193 -42 -11
-4 -19 17 81 86
∆ Harga
∆ Harga
JPFA (%) MBAI (%) 180 -29 23 55 103
350 -67 167 213 132
∆ Harga
∆ IHSG
SIPD (%)
(%)
167 163 -14 -44 34
62,82 44,56 16,24 55,29 52,08
80
Pergerakan harga saham agribisnis peternakan mulai meningkat sejak Desember 2004 hingga Desember 2007. Pergerakan ini cenderung sama dengan pergerakan IHSG. Harga saham agribisnis peternakan seperti CPIN (2), JPFA (3), dan MBAI (4) terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini lebih besar dari peningkatan IHSG itu sendiri, bahkan pada periode Desember 2006-Desember 2007 harga saham MBAI (4) melebihi IHSG, seperti yang terlihat dalam Gambar 4. Pergerakan harga saham CPDW sangat berfluktuatif selama periode Desember 2003 hingga Desember 2007, seperti yang terlihat pada Gambar 5. Harga saham CPDW bergerak turun sebesar 84% pada Januari 2003 dari Rp 250,- menjadi Rp 40,- per lembar saham pada Juni 2004. Pada November 2004 hingga Maret 2005 harga saham CPDW meningkat tajam sebesar 1275% dari Rp 40,- menjadi Rp 550,per lembar saham. Peningkatan ini terjadi sebagai akibat beredarnya informasi tentang ekspansi usaha yang dilakukan CPDW dibidang perunggasan. Informasi tersebut mendapatkan respon yang baik dari investor terlihat dari meningkatnya harga saham CPDW. Peningkatan tersebut seiring dengan harapan investor untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Namun kenaikan harga saham CPDW tidak berlangsung lama. Sejak April 2005 harganya terus mengalami penurunan hingga mencapai harga Rp 205,- per lembar saham pada Desember 2007. Selama lima tahun harga saham CPDW berkisar antara Rp 40,- sampai Rp 550,-. Gambar 5 menunjukkan bahwa selama beberapa periode grafik pergerakan harga saham CPDW mendatar/konstan, misalnya pada periode Juni 2004 hingga November 2004. Hal ini menunjukkan bahwa saham CPDW jarang diperdagangkan karena kurang diminati investor, terbukti dari tidak adanya transaksi pada periode tersebut.
Tabel 29. Periode Des 02-Des 03 Des 03-Des 04 Des 04-Des 05 Des 05-Des 06 Des 06-Des 07
Hubungan Perubahan Harga Saham CPDW dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ∆ Harga (%) ∆ ROA (%) ∆ Laba Bersih (%) ∆ Ekuitas (%) -66 59 1626,36 721,41 133,64 193 -97,75 -98,51 7,18 -42 -451,56 -428,36 -22,01 -11 -20,22 -22,57 -34,59
81
Pergerakan harga saham CPDW juga dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan. Terlihat pada Tabel 29, pergerakan harga saham CPDW lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan ekuitasnya. Semakin meningkat ekuitas perusahan maka harga saham CPDW juga semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa investor lebih memperhatikan pertumbuhan ekuitas CPDW untuk mengambil keputusan berinvestasi. 600 500
Harga (Rp)
400 300 200 100 0 Des-02
Des-03
Des-04
Des-05
Des-06
Des-07
Periode
Keterangan :
Gambar 5.
= tren pergerakan harga saham tiap bulan = tren pergerakan harga saham tiap tahun
Pergerakan Harga Saham CPDW Periode Desember 2002Desember 2007
Berdasarkan pergerakan harga sahamnya, saham CPDW lebih cocok untuk
trader (jual beli untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek), karena pergerakan harga saham CPDW sangat berfluktuatif. Trader lebih menguntungkan daripada investasi jangka panjang. Dengan trader, investor akan lebih sering mendapatkan
capital gain karena pergerakan harga saham CPDW yang berfluktuasi, sedangkan untuk investasi jangka panjang investor tidak akan mendapatkan capital gain bahkan investor akan mengalami kerugian karena harga saham CPDW pada Desember 2007 mengalami penurunan sebesar 18% dari Desember 2002. Pergerakan harga saham CPIN relatif lebih stabil dan meningkat perlahan. Harganya berkisar antara Rp 200,- hingga Rp 1470,-. Harga saham CPIN mengalami penurunan pada periode Januari 2003 sampai Juni 2004. Harganya menurun hingga
82
mencapai harga terendah selama lima tahun yaitu Rp 200,- per lembar saham. Namun sejak Juni 2004 harga saham CPIN terus mengalami peningkatan hingga Desember 2007. Kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada periode Februari 2007 hingga Oktober 2007. Harga saham CPIN naik sebesar 188% dari Rp 510,- menjadi Rp 1470,- per lembar saham. Kenaikan ini terjadi sebagai akibat dari akuisisi terhadap beberapa perusahaan dibidang agribisnis dan akuakultur yang dilakukan oleh CPIN dan anak perusahaannya. Peningkatan ini juga terjadi seiring dengan tingginya harapan investor untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari dilakukannya akuisisi tersebut, sehingga permintaan akan saham CPIN juga mengalami peningkatan. Hal inilah yang mendorong harga saham CPIN meningkat cukup signifikan. Pada November 2007, perusahaan juga melakukan aksi korporasi (corporate action) berupa stock split yaitu memecah nilai nominal saham agar lebih terjangkau oleh investor dengan rasio 1:2 sehingga harga saham CPIN juga ikut menyesuaikan sesuai dengan rasionya. Tabel 30. Periode Des 02-Des 03 Des 03- Des 04 Des 04-Des 05 Des 05-Des 06 Des 06-Okt 07 Nov 07-Des 07
Hubungan Perubahan Harga Saham CPIN dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ∆ Harga (%) ∆ ROA (%) ∆ Laba Bersih (%) ∆ Ekuitas (%) -4 -19 -28,36 -762,07 -801,49 17 6,93 120,93 120,93 22,51 81 244,59 281,61 158 -27,91 18,08 37,04 18 37,04 -27,91 18,08
Pada saham CPIN, pergerakan harga sahamnya lebih banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan laba bersih dan ekuitas perusahaan. Terlihat pada Tabel 30 bahwa kenaikan laba bersih dan ekuitas juga diikuti oleh kenaikan harga sahamnya. Semakin tinggi laba bersih dan ekuitas CPIN, maka harga sahamnya juga akan semakin tinggi. Hal ini menunjukkan investor lebih memperhatikan laba bersih dan ekuitas perusahaan untuk mengambil keputusan berinvestasi pada saham CPIN. Dengan melihat pergerakan harga sahamnya, saham CPIN lebih cocok untuk investasi jangka panjang. Pergerakan harganya yang relatif stabil dan meningkat akan memberikan investor keuntungan yang lebih besar daripada trader. Dengan
83
investasi jangka panjang, investor akan mendapatkan capital gain yang besar yaitu sebesar 320% terhitung dari Desember 2002 hingga Oktober 2007. 1600 1400
Harga (Rp)
1200 1000 800 600 400 200 0 Des-02
Des-03
Des-04
Des-05
Des-06
Des-07
Periode
Keterangan :
= stock split = tren pergerakan harga saham tiap bulan = tren pergerakan harga saham tiap tahun
Gambar 6. Pergerakan Harga Saham CPIN Periode Desember 2002Desember 2007 Harga saham JPFA sejak Desember 2002 mengalami peningkatan dari Rp 100,- menjadi Rp 315,- pada Oktober 2003. Akan tetapi harga saham JPFA kembali turun hingga mencapai harga Rp 150,- pada Juni 2004. Namun mulai Juli 2004 harga saham JPFA terus mengalami peningkatan. Harga saham JPFA mengalami peningkatan terbesar selama periode Maret 2007 hingga Oktober 2007. Harga sahamnya meningkat sebesar 132% dari Rp 370,- menjadi Rp 860,- per lembar saham. Peningkatan ini terjadi sebagai akibat dari pendirian perusahaan baru yaitu Japfa Comfeed BV dan Japfa Comfeed Holding BV, dan akuisisi yang dilakukan anak perusahaan JPFA. Investor berharap dengan dilakukannya kegiatan tersebut, perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar sehingga keuntungan yang diperoleh investor juga akan semakin besar. Hal inilah yang menjadikan permintaan terhadap saham JPFA semakin meningkat yang juga mendorong peningkatan harga sahamnya. Harga saham JPFA diperdagangkan di BEI dengan harga Rp 90,- hingga Rp 860,-.
84
1000 900 800
Harga (Rp)
700 600 500 400 300 200 100 0 Des-02
Des-03
Des-04
Des-05
Des-06
Des-07
Periode
Keterangan :
Gambar 7.
= tren pergerakan harga saham tiap bulan = tren pergerakan harga saham tiap tahun
Pergerakan Harga Saham JPFA Periode Desember 2002Desember 2007
Jika dihubungkan dengan kinerja keuangannya, pergerakan harga saham JPFA lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan ekuitasnya, seperti yang terlihat dalam Tabel 31. Pergerakan harga sahamnya memiliki kecenderungan yang sama dengan pertumbuhan ekuitasnya. Investor melihat pertumbuhan ekuitas JPFA sebagai dasar untuk berinvestasi pada saham tersebut. Hal ini terlihat dari kenaikan ekuitas perusahaan yang diikuti kenaikan harga sahamnya. Berdasarkan pergerakan harganya, saham JPFA lebih cocok untuk investasi jangka panjang. Pergerakan harganya yang stabil dan meningkat akan memberikan keuntungan yang lebih besar. Saham JPFA dapat memberikan capital gain yang cukup besar 670% dalam lima tahun. Tabel 31. Periode Des 02-Des 03 Des 03-Des 04 Des 04-Des 05 Des 05-Des 06 Des 06-Des 07
Hubungan Perubahan Harga Saham JPFA dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ∆ Harga (%) ∆ ROA (%) ∆ Laba Bersih (%) ∆ Ekuitas (%) 180 -29 -33,6 -214,26 -210,32 23 16,02 122,06 124,48 59,51 55 438,52 483,67 103 32,8 -33,03 -24,06
85
Pergerakan harga saham MBAI sejak Desember 2002 hingga Desember 2005 relatif lebih stabil dan meningkat. Harga saham MBAI meningkat dari Rp 100,- pada Desember 2002 menjadi Rp 450,- pada Desember 2003. Namun harga saham MBAI kembali turun hingga mencapai harga Rp 150,- per lembar pada Desember 2004, seperti yang terlihat pada Gambar 8. Sejak Januari 2006, pergerakan harga saham MBAI cenderung berfluktuasi dibandingkan dengan periode sebelumnya. Harga saham MBAI terus mengalami peningkatan. Harga saham MBAI meningkat cukup signifikan pada periode Maret 2007 hingga Oktober 2007. Harga saham MBAI naik hingga mencapai harga tertinggi selama lima tahun yaitu Rp 3850,- per lembar saham atau naik sebesar 220% dari Rp 1200,- per lembar saham. Peningkatan ini terjadi sebagai akibat dari diakusisinya PT Hidon oleh perusahaan. Investor berharap akuisisi tersebut dapat meningkatkan laba perusahaan, sehingga keuntungan yang diterima investor juga akan semakin besar. Harapan inilah yang menjadikan permintaan akan saham MBAI meningkat sehingga harga sahamnya juga ikut meningkat. Pergerakan harga saham MBAI lebih banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekuitasnya. Seperti yang terlihat pada Tabel 32, pergerakan harga saham MBAI cenderung sama dengan pergerakan ekuitasnya. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya ekuitas perusahaan yang diikuti dengan meningkatnya harga saham MBAI. Hal ini menunjukkan investor lebih memperhatikan pertumbuhan ekuitas perusahaan untuk mengambil keputusan investasi pada saham MBAI. Tabel 32. Periode Des 02-Des 03 Des 03-Des 04 Des 04-Des 05 Des 05-Des 06 Des 06-Des 07
Hubungan Perubahan Harga Saham MBAI dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ∆ Harga (%) ∆ ROA (%) ∆ Laba Bersih (%) ∆ Ekuitas (%) 350 -67 -94,16 -212,03 -218,51 126,08 167 338,62 359,98 213 875,78 73,74 81,16 132 75,85 -30,54 -15,49
Dengan melihat pergerakan harganya, saham MBAI lebih cocok untuk investasi jangka panjang. Pergerakan harga saham MBAI yang cenderung meningkat akan memberikan keuntungan yang besar jika investor membeli saham MBAI untuk
86
investasi jangka panjang. Saham MBAI dapat memberikan capital gain yang cukup besar yaitu 2800% dalam lima tahun. 4000 3500
Harga (Rp)
3000 2500 2000 1500 1000 500 0 Des-02
Des-03
Des-04
Des-05
Des-06
Des-07
Periode
Keterangan :
Gambar 8.
= tren pergerakan harga saham tiap bulan = tren pergerakan harga saham tiap tahun
Pergerakan Harga Saham MBAI Periode Desember 2002Desember 2007
Untuk saham SIPD, pergerakan harga sahamnya sangat berfluktuatif seperti yang terlihat pada Gambar 9. Harga saham SIPD cenderung naik sejak Desember 2002 hingga September 2003 dari Rp 15,- menjadi Rp 45,- per lembar. Namun sejak Desember 2003 harga saham SIPD terus mengalami penurunan hingga mencapai harga Rp 15,- per lembar pada Sepetember 2004. Oleh karena itu pada Oktober 2004, SIPD melakukan corporate action berupa reverse stock split yaitu menggabungkan nilai nominal saham dengan rasio tertentu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan harga saham SIPD yang sudah terlalu rendah dari ketentuan yang ditetapkan BEI yaitu Rp 25,- per lembar saham. Jadi dengan melakukan reverse stock split dengan rasio 10:1, harga saham SIPD yang diperdagangkan juga akan menyesuaikan menjadi sepuluh kali dari harga sebelum melakukan reverse stock split atau sekitar Rp 150,- per lembar saham. Reverse stock split juga menyebabkan saham SIPD yang beredar akan berkurang sehingga diharapkan pada perdagangan selanjutnya harganya akan terus meningkat dan akan menarik minat investor untuk memperdagangkannya. Akan tetapi pada kenyataannya, reverse stock split yang dilakukan SIPD tidak berhasil karena harga saham SIPD justru mengalami penurunan hingga mencapai
87
harga Rp 105,- per lembar saham pada Desember 2004. Penurunan ini terus berlanjut hingga mencapai nilai terendah yang ditetapkan BEI yaitu Rp 25,- per lembar saham pada Agustus 2006. Penurunan ini dipengaruhi oleh semakin menurunnya kinerja keuangan perusahaan sejak 2004 karena perusahaan mengalami kerugian pada tahun tersebut. Namun sejak Oktober 2006 harga saham SIPD terus meningkat hingga mencapai harga Rp 67,- per lembar pada Desember 2007. Hal ini seiring dengan keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan laba. Sebelum melakukan reverse stock
split, SIPD memiliki harga saham yang berkisar antara Rp 15,- hingga Rp 45,-. Namun setelah melakukan reverse stock split harga sahamnya berkisar antara Rp 25,hingga Rp 150,-. Pergerakan harga saham SIPD tidak terpengaruh oleh kinerja keuangan perusahaan. Data pada Tabel 32 menunjukkan bahwa pergerakan harga saham SIPD tidak sesuai dengan pergerakan Return on Assset (ROA), laba bersih, maupun ekuitas perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa investor tidak melihat kinerja keuangan perusahan untuk mengambil keputusan berinvestasi, dengan kata lain investor hanya melihat pergerakan harga sahamnya untuk memutuskan berinvestasi pada saham SIPD. Tabel 33. Periode Des 02-Des 03 Des 03-Sep 04 Okt 04-Des 04 Des 04-Des 05 Des 05-Des 06 Des 06-Des 07
Hubungan Perubahan Harga Saham SIPD dengan Kinerja Keuangan Perusahaan ∆ Harga (%) ∆ ROA (%) ∆ Laba Bersih (%) ∆ Ekuitas (%) 167 -63 -74,79 -47,43 -46 -74,79 -28 -47,43 -46 -14 1713,64 14,05 20,65 -44 4,34 134,78 133,44 2,16 34 -55,43 -48,24
Berdasarkan pergerakan harga sahamnya, saham SIPD lebih cocok untuk
trader daripada investasi jangka panjang karena harga sahamnya sangat berfluktuatif. Dengan trader investor akan mendapatkan keuntungan yang lebih sering dan lebih besar. Akan tetapi jika investor membeli saham SIPD untuk investasi jangka panjang, maka investor akan mengalami capital loss (selisih negatif dari harga jual dengan harga beli) karena harga saham SIPD cenderung mengalami penurunan.
88
160 140
Harga (Rp)
120 100 80 60 40 20 0 Des-02
Des-03
Des-04
Des-05
Des-06
Des-07
Periode
Keterangan :
= reverse stock split = tren pergerakan harga saham tiap bulan = tren pergerakan harga saham tiap tahun
Gambar 9.
Pergerakan Harga Saham SIPD Periode Desember 2002Desember 2007
89
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
Selama tahun 2003 hingga 2007, kinerja keuangan perusahaan agribisnis peternakan cenderung berfluktuasi, terlihat dari semua rasio keuangan perusahaan agribisnis peternakan yang cenderung berfluktuasi.
2.
Saham CPDW, CPIN, JPFA dan SIPD memiliki harga pasar yang lebih besar dari harga wajarnya (overvalued) yaitu lebih dari 50%. Khusus saham CPDW, untuk tahun 2007 sudah tidak layak lagi untuk dibeli oleh investor karena sudah tidak bernilai lagi. Hanya saham MBAI yang memiliki harga pasar lebih rendah dari harga wajarnya (undervalued) yaitu sebesar 126%.
3.
Pergerakan harga saham agribisnis peternakan di BEI cenderung stabil dan meningkat selama tahun 2003 hingga 2007, kecuali saham CPDW dan SIPD yang pergerakan harganya cenderung berfluktuasi. Pergerakan harga saham agribisnis peternakan lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan ekuitas masingmasing perusahaan. Berdasarkan pergerakan harganya, saham yang dapat dipertimbangkan investor untuk investasi jangka panjang adalah CPIN, JPFA, dan MBAI, sedangkan untuk saham CPDW dan SIPD lebih cocok untuk trader (kegiatan jual beli saham untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek).
Saran Untuk berinvestasi pada saham agribisnis peternakan, investor sebaiknya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, karena saham agribisnis peternakan memiliki tingkat risiko yang tinggi. Oleh karena itu investor perlu mencari lebih banyak informasi tentang rencana-rencana bisnis yang akan dilakukan perusahaan sehingga dapat diketahui prospek perusahaan dimasa depan.
90
UCAPAN TERIMAKASIH Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, karunia dan ridho-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang selalu istiqomah di jalan-Nya sampai akhir jaman. Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Julianto dan Winarti atas perhatian, kasih sayang, doa, dan pengorbanannya yang tak terbatas dan selalu sabar dalam membimbing. Untuk adik-adikku, Yuniar Hidayatulloh dan Willian Sholikhul Amin yang selalu membuat penulis semangat dan terus berusaha untuk membahagiakan mereka, serta keluarga besar penulis yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr. selaku pembimbing akademik dan dosen pembimbing pertama dan Ir. Dewi Ulfah Wardhani, MS. sebagai dosen pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi. sebagai dosen penguji seminar dan Ir. Hadiyanto, MS. sebagai panitia seminar atas saran dan masukannya serta kesediaannya, Ir. Burhanudin, MM dan M. Baihaqi, S.Pt sebagai dosen penguji sidang atas saran dan masukannya yang sangat berguna dalam perbaikan skripsi penulis kedepannya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Sartika Zumaili S.Pt dan pihak Sarijaya Sekuritas yang sudah memberikan ijin bagi penulis untuk belajar lebih dalam lagi tentang saham, dan Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) PT. Bursa Efek Indonesia yang telah mengijinkan penulis untuk mengambil data dan referensi penelitian yang dibutuhkan. Tak lupa teman-teman SEIP 41, Heri, Jemi, Azis, Sandi, Lisa, Eva dan keluarga besar SEIP 41 lainnya yang telah memberikan banyak kenangan yang akan menjadi suatu hadiah yang tak terlupakan. Teman-teman KOPMA IPB, Endah, Ilyasa, Bagus, Edi, Ario, Nyoti, Warid, Arisman, Bertha, Pipit, Sidiq, teman-teman Bumiayu dan teman-teman di Wisma Grozny yang telah membantu dan memberi semangat kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua
91
dosen dan staf Departemen SEIP dan Fakultas Peternakan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi ini, dan masih banyak lagi pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga Allah SWT senantiasa membalasnya, amin.
Bogor, September 2008
Penulis
92
DAFTAR PUSTAKA Alwi, I.Z. 2003. Pasar Modal: Teori dan Aplikasi. Yayasan Pancur Siwah, Jakarta. Anonim. 2008. Klasifikasi saham berdasarkan kapitalisasi pasar. http://www.esamuel.com. [18 Juli 2008]. Anonim. 2008. Mengenal pasar modal. http://www.vibiznews.com. [9 Januari 2008]. Bapepam. 2003. Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta. Bank
Indonesia. 2008. Emisi saham dan http://www.bi.go.id. [12 April 2008].
obligasi
pada
pasar
modal.
Brigham, E.F. dan J.F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Terjemahan: Dodo Suharto dan Herman Wibowo. Erlangga, Jakarta. Christiawan, W. 2004. Evaluasi kinerja keuangan perusahaan agribisnis unggas di PT. Bursa Efek Jakarta dengan konsep Economic Value Added (Periode 1997-2002). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hartono. 2001. Aplikasi metode peramalan Time Series dalam pendugaan harga saham pada perusahaan agribisnis di PT Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Husnan, S. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Jogiyanto. 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Yogyakarta.
2007. BPFE,
Jones, C.P. 2000. Investments Analysis and Management. 7th Edition. John Wiley and Sons, New York. Kadarsan, H.W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kosasih, A. 2007. Peramalan harga saham dengan model Time Series pada emiten saham rokok terpilih di PT Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Prawironegoro, D. 2006. Manajemen Keuangan. Diadit Media, Jakarta. Restiani, R. 2003. Analisis investasi saham berdasarkan pergerakan harga saham perusahaan pembibitan ayam ras di PT. Bursa Efek Jakarta (Periode Januari 1997-Agustus 2002). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sundjaja, R.S. dan I. Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Kelima. Literata Lintas Media, Jakarta. Tambunan, A.P. 2007. Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation). PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Town, P.B. 2008. Kunci Utama Cara Berinvestasi. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
93
Widoatmodjo, S. 2006. Cara Cepat Memulai Investasi Saham. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Yusnawati, E. 2004. Hubungan kinerja keuangan dengan Market Value Added (MVA) pada industri agribisnis ayam ras di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Zumaili, S. 2005. Analisis saham sub sektor peternakan dan pakan ternak di PT Bursa Efek Jakarta (Periode Januari-Desember 2003). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
94
LAMPIRAN
95
Lampiran 1. Laporan Neraca PT. Cipendawa Agroindustri Tbk. (CPDW) Periode 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) Uraian AKTIVA Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar Jumlah Aktiva KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar Kewajiban Tidak Lancar Jumlah Kewajiban Ekuitas Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
2003
2004
27.535 37.261 64.796
21.239 9.598 30.837
100.864 849 101.713 -36.917 64.796
17.550 869 18.419 12.418 30.837
Tahun 2005
2006
2007
24.401 10.422 34.823
23.668 8.976 32.644
22.761 10.423 33.184
19.783 1.730 21.513 13.310 34.823
20.510 1.753 22.263 10.381 32.644
23.913 2.481 26.394 6.790 33.184
Lampiran 2. Laporan Laba Rugi PT. Cipendawa Agroindustri Tbk (CPDW) untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) Uraian Penjualan Bersih Beban Pokok Penjualan Laba Kotor
2003 32.409 31.106 1.303
2004 33.594 29.911 3.683
2005 43.563 33.868 9.695
2006 39.066 32.274 6.792
2007 43.989 -38.648 5.341
5.346 -4.043
5.035 -1.352
8.126 1.569
7.398 -606
8.057 -2.716
Pendapatan (Beban) Lain-lain Laba Sebelum Pajak
7.550 3.507
36.848 35.496
-1.017 552
-1.661 -2.267
-1.480 -4.196
Taksiran Pajak Penghasilan Laba Bersih
771 4.278
-359 35.137
340 892
-663 -2.930
605 -3.591
Beban Usaha Laba (Rugi) Usaha
96
Lampiran 3. Laporan Neraca PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) Periode 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah)
2003
2004
Tahun 2005
2006
2007
1.521.771 985.420 2.507.191
1.450.015 1.177.861 2.627.876
1.450.146 1.169.883 2.620.029
1.792.215 1.110.204 2.902.419
3.099.170 1.661.321 4.760.491
776.032 902.075 1.678.107 829.084 2.507.191
1.213.273 820.606 2.033.879 593.997 2.627.876
1.100.170 884.706 1.984.876 635.153 2.620.029
1.163.808 960.478 2.124.286 778.133 2.902.419
2.517.430 1.165.066 3.682.496 11.664 1.066.331 4.760.491
Uraian AKTIVA Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar Jumlah Aktiva KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar Kewajiban Tidak Lancar Jumlah Kewajiban Hak Minoritas Ekuitas Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
Lampiran 4. Laporan Laba Rugi PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) Uraian Penjualan Bersih Beban Pokok Penjualan Laba Kotor
2003 2004 2005 2006 2007 4.298.689 4.814.904 5.540.262 6.385.579 8.679.504 3.811.993 4.441.449 4.706.624 5.407.109 7.477.099 486.696 373.455 833.638 978.470 1.202.405
Beban Usaha Laba (Rugi) Usaha
424.980 61.716
458.418 -84.963
548.911 284.727
639.870 338.600
722.658 479.747
Pendapatan (Beban) Lain-lain Laba Sebelum Pajak
-99.289 -37.573
-193.439 -278.402
-216.120 68.607
-73.715 264.885
-189.149 290.598
10.001
81.750
-27.451
-107.828
-98.107
-27.572
-196.652
41.156
157.057
192.491
0
0
0
0
-4.105
-27.572
-196.652
41.156
157.057
188.386
5.758 -21.814
-196.652
41.156
157.057
2.938 185.448
Taksiran Pajak Penghasilan Laba (Rugi) Sebelum Hak Minoritas Atas Laba/Rugi Bersih Anak Perusahaan Hak Minoritas Atas Laba Bersih Anak Perusahaan Laba (Rugi) Setelah Efek Penyesuaian Pro Forma Efek Penyesuaian Pro Forma Laba (Rugi) Bersih
97
Lampiran 5. Laporan Neraca PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) Periode 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah)
2003
2004
Tahun 2005
1.650.581 1.470.063 3.120.644
1.720.900 1.291.636 3.012.536
1.913.645 1.425.195 3.338.840
2.186.308 1.436.155 3.622.463
2.492.794 1.550.703 4.043.497
618.664 1.977.924 2.596.588 38.330 485.726
645.054 1.988.896 2.633.950 56.086 322.500
830.903 2.037.717 2.868.620 96.062 374.158
1.147.622 1.745.680 2.893.302 132.348 596.813
1.018.738 2.068.936 3.087.674 163.240 792.583
3.120.644
3.012.536
3.338.840
3.622.463
4.043.497
Uraian AKTIVA Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar Jumlah Aktiva KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar Kewajiban Tidak Lancar Jumlah Kewajiban Hak Minoritas Ekuitas Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
2006
2007
Lampiran 6. Laporan Laba Rugi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) Uraian Penjualan Bersih Beban Pokok Penjualan Laba Kotor
2003 2004 2005 2006 2007 4.407.906 4.649.431 5.340.116 6.401.365 7.903.315 3.804.028 3.944.120 4.430.048 5.291.5300 6.467.391 603.878 705.311 910.068 1.109.835 1.435.924
Beban Usaha Laba (Rugi) Usaha
565.916 37.962
564.082 141.229
711.285 198.783
842.150 267.685
995.422 440.502
Pendapatan (Beban) Lain-lain Laba Sebelum Pajak Taksiran Pajak Penghasilan Laba (Rugi) Sebelum Hak Minoritas Atas Laba/Rugi Bersih Anak Perusahaan Hak Minoritas Atas Laba Bersih Anak Perusahaan Laba (Rugi) Bersih
135.175 173.137 17.715
-151.748 -10.519 147.423
-121.480 77.303 32.076
102.420 370.105 101.939
-149.430 291.072 71.759
155.422
-157.942
45.227
268.166
219.415
-4.322
-8.757
-4.423
-30.006
-38.551
151.100
-166.699
40.804
238.160
180.864
98
Lampiran 7. Laporan Neraca PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. (MBAI) Periode 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) Uraian AKTIVA Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar Jumlah Aktiva KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar Kewajiban Tidak Lancar Jumlah Kewajiban Hak Minoritas Ekuitas Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
2003
2004
Tahun 2005
2006
2007
212.606 330.952 543.558
230.416 345.250 575.666
254.015 373.062 627.077
267.128 387.122 654.250
303.168 492.398 795.566
92.880 474.574 567.454 10 -23.907 543.557
125.208 496.866 622.074 10 -46.418 575.666
118.758 496.203 614.961 10 12.106 627.077
121.182 414.930 536.112 10 118.128 654.250
202.491 385.337 587.828 10 207.728 795.566
Lampiran 8. Laporan Laba Rugi PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. (MBAI) untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) Uraian Penjualan Bersih Beban Pokok Penjualan Laba Kotor
2003 2004 2005 2006 2007 479.713 546.135 655.103 786.082 962.741 365.665 429.137 447.901 551.848 687.245 114.048 116.998 207.202 234.234 275.496
Beban Usaha Laba (Rugi) Usaha
109.429 111.649 128.843 145.325 182.343 4.619 5.349 78.359 88.909 93.153
Pendapatan (Beban) Lain-lain Laba Sebelum Pajak Taksiran Pajak Penghasilan Laba Sebelum Laba Anak Perusahaan Pra-Akuisisi Laba Anak Perusahaan Pra-Akuisisi Laba (Rugi) Bersih
35.320 39.939
-27.764 -22.415
-19.293 33.276 59.066 122.185
-14.103 79.050
-20.944 18.995
-97 -22.512
-541 16.163 58.525 106.022
-10.750 89.800 -200 89.600
99
Lampiran 9. Laporan Neraca PT. Sierad Produce Tbk. (SIPD) Periode 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) Tahun 2005
Uraian
2003 2004 2006 2007 AKTIVA Aktiva Lancar 422.141 450.655 393.050 436.225 650.885 Aktiva Tidak Lancar 843.425 803.354 764.723 677.571 643.888 Jumlah Aktiva 1.265.566 1.254.009 1.157.773 1.113.796 1.294.773 KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar 124.612 173.121 199.383 115.042 270.545 Kewajiban Tidak Lancar 934.293 1.028.656 14.528 13.948 18.192 Jumlah Kewajiban 1.058.905 1.201.777 213.911 128.990 288.737 Hak Minoritas 285 203 236 226 225 Ekuitas 206.376 52.029 943.626 984.580 1.005.811 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 1.265.566 1.254.009 1.157.773 1.113.796 1.294.773
Lampiran 10. Laporan Laba Rugi PT. Sierad Produce Tbk. (SIPD) untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2003-2007 (dalam Jutaan Rupiah) Uraian Penjualan Bersih Beban Pokok Penjualan Laba Kotor
2003 2004 2005 2006 2007 1.126.708 1.353.622 1.425.223 1.111.242 1.632.454 1.054.203 1.283.986 1.371.706 938.642 1.473.864 72.505 69.636 53.517 172.600 158.590
Beban Usaha Laba (Rugi) Usaha
112.544 -40.039
138.694 -69.058
138.381 -84.864
104.342 68.258
109.673 48.917
Pendapatan (Beban) Lain-lain Laba Sebelum Pajak
5.800 -34.239
-117.773 -186.831
-33.756 -118.620
1.673 69.931
-2.086 46.831
Taksiran Pajak Penghasilan Laba (Rugi) Sebelum Hak Minoritas Atas Laba/Rugi Bersih Anak Perusahaan
-71.378
32.415
-3.826
-20.293
-25.632
-105.617
-154.416
-122.446
49.638
21.199
79
85
-34
9
-3
-105.538
-154.331
-122.480
49.647
21.196
-181
-15
-
-
-
-105.719 -105.719
-154.346 -154.346
-122.480 -122.480
49.647 -8.693 40.954
21.196 21.196
Hak Minoritas Atas Laba Bersih Anak Perusahaan Laba (Rugi) Bersih Dari Operasi Berjalan Laba (Rugi) Bersih Dari Operasi Dalam Penghentian Laba Sebelum Pos Luar Biasa Pos Luar Biasa Laba (Rugi) Bersih
100
Lampiran 11. Daftar harga saham bulanan CPDW selama tahun 2003-2007 Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Jan-03 250 Jan-04 115 Jan-05 195 Jan-06 255 Jan-07 300 Feb-03 250 Feb-04 145 Feb-05 410 Feb-06 345 Feb-07 300 Mar-03 250 Mar-04 65 Mar-05 550 Mar-06 350 Mar-07 300 Apr-03 250 Apr-04 110 Apr-05 550 Apr-06 350 Apr-07 295 Mei-03 300 Mei-04 110 Mei-05 500 Mei-06 350 Mei-07 295 Jun-03 300 Jun-04 40 Jun-05 500 Jun-06 350 Jun-07 295 Jul-03 195 Jul-04 40 Jul-05 490 Jul-06 350 Jul-07 255 Agust-03 195 Agust-04 40 Agust-05 350 Agust-06 350 Agust-07 255 Sep-03 195 Sep-04 40 Sep-05 395 Sep-06 350 Sep-07 255 Okt-03 195 Okt-04 40 Okt-05 395 Okt-06 295 Okt-07 255 Nop-03 165 Nop-04 40 Nop-05 395 Nop-06 225 Nop-07 220 Des-03 85 Des-04 135 Des-05 395 Des-06 230 Des-07 205
Lampiran 12. Daftar harga saham bulanan CPIN selama tahun 2003-2007 Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Jan-03 335 Jan-04 295 Jan-05 285 Jan-06 355 Jan-07 530 Feb-03 325 Feb-04 300 Feb-05 445 Feb-06 360 Feb-07 510 Mar-03 360 Mar-04 290 Mar-05 450 Mar-06 365 Mar-07 540 Apr-03 415 Apr-04 280 Apr-05 405 Apr-06 455 Apr-07 640 Mei-03 400 Mei-04 225 Mei-05 430 Mei-06 360 Mei-07 920 Jun-03 400 Jun-04 200 Jun-05 395 Jun-06 330 Jun-07 1000 Jul-03 370 Jul-04 260 Jul-05 375 Jul-06 335 Jul-07 1230 Agust-03 375 Agust-04 280 Agust-05 305 Agust-06 355 Agust-07 1070 Sep-03 365 Sep-04 270 Sep-05 325 Sep-06 410 Sep-07 1190 Okt-03 365 Okt-04 285 Okt-05 350 Okt-06 430 Okt-07 1470 Nop-03 340 Nop-04 280 Nop-05 290 Nop-06 560 Nop-07 900 Des-03 335 Des-04 270 Des-05 315 Des-06 570 Des-07 1060
Lampiran 13. Daftar harga saham bulanan JPFA selama tahun 2003-2007 Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Jan-03 90 Jan-04 260 Jan-05 185 Jan-06 265 Jan-07 370 Feb-03 100 Feb-04 230 Feb-05 230 Feb-06 275 Feb-07 380 Mar-03 100 Mar-04 220 Mar-05 270 Mar-06 275 Mar-07 370 Apr-03 105 Apr-04 200 Apr-05 190 Apr-06 330 Apr-07 410 Mei-03 300 Mei-04 205 Mei-05 220 Mei-06 275 Mei-07 830 Jun-03 225 Jun-04 150 Jun-05 205 Jun-06 260 Jun-07 760 Jul-03 275 Jul-04 170 Jul-05 180 Jul-06 260 Jul-07 730 Agust-03 290 Agust-04 175 Agust-05 205 Agust-06 260 Agust-07 660 Sep-03 290 Sep-04 160 Sep-05 215 Sep-06 290 Sep-07 740 Okt-03 315 Okt-04 185 Okt-05 245 Okt-06 315 Okt-07 860 Nop-03 280 Nop-04 185 Nop-05 235 Nop-06 455 Nop-07 790 Des-03 280 Des-04 200 Des-05 245 Des-06 380 Des-07 770
101
Lampiran 14. Daftar harga saham bulanan MBAI selama tahun 2003-2007 Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Jan-03 105 Jan-04 365 Jan-05 150 Jan-06 560 Jan-07 1320 Feb-03 95 Feb-04 350 Feb-05 300 Feb-06 570 Feb-07 1320 Mar-03 105 Mar-04 350 Mar-05 320 Mar-06 560 Mar-07 1200 Apr-03 95 Apr-04 325 Apr-05 320 Apr-06 800 Apr-07 1700 Mei-03 165 Mei-04 300 Mei-05 320 Mei-06 630 Mei-07 2500 Jun-03 120 Jun-04 250 Jun-05 320 Jun-06 500 Jun-07 2000 Jul-03 120 Jul-04 250 Jul-05 320 Jul-06 500 Jul-07 1700 Agust-03 170 Agust-04 155 Agust-05 275 Agust-06 540 Agust-07 1700 Sep-03 165 Sep-04 170 Sep-05 335 Sep-06 600 Sep-07 1700 Okt-03 300 Okt-04 155 Okt-05 400 Okt-06 630 Okt-07 3850 Nop-03 325 Nop-04 175 Nop-05 410 Nop-06 990 Nop-07 3250 Des-03 450 Des-04 150 Des-05 400 Des-06 1250 Des-07 2900
Lampiran 15. Daftar harga saham bulanan SIPD selama tahun 2003-2007 Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Bulan Harga Jan-03 15 Jan-04 35 Jan-05 115 Jan-06 60 Jan-07 46 Feb-03 20 Feb-04 30 Feb-05 150 Feb-06 60 Feb-07 48 Mar-03 20 Mar-04 20 Mar-05 150 Mar-06 50 Mar-07 64 Apr-03 15 Apr-04 25 Apr-05 120 Apr-06 60 Apr-07 77 Mei-03 20 Mei-04 20 Mei-05 110 Mei-06 35 Mei-07 78 Jun-03 15 Jun-04 15 Jun-05 80 Jun-06 30 Jun-07 82 Jul-03 15 Jul-04 20 Jul-05 75 Jul-06 30 Jul-07 76 Agust-03 40 Agust-04 20 Agust-05 70 Agust-06 25 Agust-07 62 Sep-03 45 Sep-04 15 Sep-05 60 Sep-06 25 Sep-07 88 Okt-03 30 Okt-04 145 Okt-05 60 Okt-06 30 Okt-07 74 Nop-03 25 Nop-04 120 Nop-05 80 Nop-06 40 Nop-07 68 Des-03 40 Des-04 105 Des-05 90 Des-06 50 Des-07 67
Lampiran 16. Daftar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bulanan selama tahun 2003-2007 Bulan Jan-03 Feb-03 Mar-03 Apr-03 Mei-03 Jun-03 Jul-03 Agust-03 Sep-03 Okt-03 Nop-03 Des-03
IHSG Bulan IHSG Bulan IHSG Bulan IHSG Bulan IHSG 388,44 Jan-04 752,932 Jan-05 1045,44 Jan-06 1232,32 Jan-07 1757,25 399,22 Feb-04 761,081 Feb-05 1073,83 Feb-06 1230,66 Feb-07 1740,97 398,004 Mar-04 735,677 Mar-05 1080,17 Mar-06 1322,97 Mar-07 1830,92 450,86 Apr-04 783,413 Apr-05 1029,61 Apr-06 1464,41 Apr-07 1999,16 494,776 Mei-04 732,516 Mei-05 1088,17 Mei-06 1330 Mei-07 2071,64 505,499 Jun-04 732,401 Jun-05 1122,38 Jun-06 1310,26 Jun-07 2139,27 507,985 Jul-04 756,983 Jul-05 1182,3 Jul-06 1351,65 Jul-07 2348,67 529,675 Agust-04 754,704 Agust-05 1050,09 Agust-06 1431,26 Agust-07 2194,34 597,652 Sep-04 820,134 Sep-05 1079,28 Sep-06 1534,61 Sep-07 2359,21 625,546 Okt-04 860,487 Okt-05 1066,22 Okt-06 1582,62 Okt-07 2643,48 617,084 Nop-04 977,767 Nop-05 1096,64 Nop-06 1718,96 Nop-07 2688,33 691,895 Des-04 1000,23 Des-05 1162,64 Des-06 1805,52 Des-07 2745,82
102