Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
ANALISIS ISI PERBEDAAN RETENSI DALAM MENENTUKAN NU AI GUNA ARSIP SUBSTANTIF Hardiyanto Sekretariat Badan Litbang Pertanian, Jl. Pasar Minggu No. 29, Jakarta RINGKASAN Penilaian arsip merupakan bentuk kegiatan analisis informasi terhadap arsip melalui penentuan nilai guna dan jangka waktu simpan . Kegiatan tersebut diwujudkan dalam sebuah kajian yang diharapkan memperoleh suatu rumusan pertimbangan dengan menggunakan teknik analisis isi terhadap perbedaan umur yang diberikan dalam jadual retensi arsip pada tingkatan penyimpanannya . Kegiatan ini merupakan suatu bentuk upaya dalam langkah awal proses kegiatan penyusutan arsip yang dinilai sangat pentinguntuk menjamin terpeliharanya informasi yang memiliki nilai guna bagi perkembangan operasional unit kerja (Anri,2000). : Analisis, Nilaiguna Arsip Kata kung
PENDAHULUAN Dalam mengatasi pengendapan arsip unit kerja terutama di setiap unit pengolah, upaya yang perlu dilakukan adalah melakukan penyusutan terhadap arsip in aktif secara periodik der~-- cara memindahkan Depot Arsip. Untuk memperoleh hasil penyusutan yang benar dan sesuai prosedur diperlukan suatu kegiatan penilaian arsip . Hasil evaluasi yang pemah dilakukan pada unit kerja lingkup Badan Litbang Pertanian menunjukkan bahwa sebagian besar unit kerja sampel tidak melakukan pemeriksaan dan penilaian arsip yang akan disusutkan (Litbang, 1994) . Hal tersebut diperparah dengan ketidakberadaan ruang simpan arsip pada masing-masing unit kerja Puslitbang, Balai dan BPTP (Litbang 1998). Sehingga pelaksanaan penyusutan tidakberjalan sesuaiproseduryangberlaku, terutama pada tahapan penilaian arsip. Lebih ironis lagi, dengan keterbatasan sarana simpan, pelaksanaan eksekusi pemusnahan dilakukan terhadap sebagian besar arsip yang dianggap sudah menurun nilaigunanya. Sebenarnya arsip tersebut masih memiliki nilai gunayangdidalamnya tersimpan sejarah perjalanan unit kerja. Menyikapi hal tersebut kiranya suatu unit kerja tidak terlambat untuk segera melakukan penilaian arsip sebelum melaksanakan penyusutan. Penilaian arsip merupakan proses awal dari kegiatan penyusutan dan dinilai sangat penting untuk menjamin terpeliharanya informasi yang memiliki nilai guna bagi perkembangan operasional unitkerja (Anri, 2000) . Penilaian arsip merupakan bentuk kegiatan analisis informasi terhadap sekelompok arsip untuk menentukan nilaiguna dan jangka simpan dilihat dari kaidah hukum dan kepentingan lainnya. Dalam kegiatan ini persoalan dihadapkan pada analisis pertimbangan penentuan nilai guna dengan batasan kaidah yang berlaku dan kepentingan arsip sesuai peran dan isi informasi didalamnya. Didalam membuat analisis isi informasi arsip, retensi ataujan ~ka waktu penyimpanan mempunyai peran sangat penting. Jadual retensi adalah sebuah bentuk daftar yang berisi tentang jangka waktu
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
209
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
penyimpanan arsip sebagai pedoman penyusutan arsip (Deptan, 1997). Melalui petunjuk retensi tersebut, seorang petugas arsip atau staf administrasi dapat menentukan apakah arsip tersebut disimpan, dipindahkan atau dimusnahkan . Menurut pengamatan penulis, petunjuk penentuan retensi dalam bentuk angka menunjukkan batasan yang kurang tegas. Seyogyanya batasan tersebut disamping berupa angka juga disertai penjelasan atau keterangan ringkas, sehingga petugas lebih mudah menentukan batasan secara jelas. Pengamatan lain yang diperoleh, bahwa ragam sub masalah pada daftar retensi belum menunjukkan gambaran jelas mengenai bentuk isi informasi dalam berkas arsip yang akan dinilai . Oleh sebab itu, penulis mencoba ingin memperoleh batasan lebih tegas dalam menentukan nilai guna arsip melalui kegiatan analisis isi atas ragam isi informasi berkas sampel. Tujuan dari penulisan ini adalah membuat suatu rumusan berdasarkan pertimbangan dengan menggunakan teknik analisis isi terhadap perbedaan umur yang diberikan dalamjadual retensi pada tiap tingkatan penyimpanan. Hasil analisis ini kiranya dapat dijadikan kelengkapan acuan dalam mempertimbangkan proses eksekusi arsip. Analisis isi merupakan suatu kegiatan yang digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi : surat, peraturan, undangundang dsb . (Rakhmat, 1984). Perlu diketahui bahwa rangkaian proses pertimbangan dalam analisis isi tersebut tetap mengacu pada, ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam kaidah penyusutan arsip (PP.34/1979) clan nilai guna arsip (SE.Anri, 1983) .
RUANG LINGKUP Kajian analisis isi informasi arsip diarahkan pada arsip bidang substantifyang berorientasi dengan tegas pokok unit kerja substansi bidang penelitian terutama ditujukan pada unit pelaksana teknis serta induk instansi terkait . Alasan pemilihan judul tersebut didasarkan pada hasil pengamatant perkembangan produk arsip substantif unit kerja yang semakin meningkat sejalan dengan mandat program yang dilaksanakan. Namun disisi lain perkembangan tersebut tidak diimbangi dengan upaya pengelolaan arsip yang baik. Sehingga dikhawatirkan kurang selektifnya pelaksanaan penilaian yang mengakibatkan tidak terselamatkannya arsip-arsip substantif yang bernilaiguna tinggi . Pelaksanaan kegiatan analisis isi ini menyangkut beberapa komponendalam pengelolaan kearsipan yang meliputi 1. Implementasi kearsipan dalam bentuk rangkaian proses pemberkasan arsip.
2 Penggunaan jadual retensi arsip bidang substantif dalam menentukan sampel yang dilanjutkan dengan pengambilan sampel fisik berkas . 3. Alur proses pekerjaan analisis isi clan penentuan nilai guna arsip. Dalam penelitian yang menggunakan analisis isi umumnya melalui tahap-tahap : perumusan masalah, perumusan hipotesis, penarikan sampel, pembuatan alat ukur (koding), pengumpulan data clan analisis data (Rakhmat,1984) .
21 0
Pusat Penelitian clan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
PROSEDUR KERJA Kegiatan tersebut diawali melalui tahapan perumusan masalah. Permasalahan yang akan dianalisa bobot isi informasi sampel berkas arsip substansifdirumuskan dalam pertanyaan yang dapat diukur (Rakhmat,1984) . Tolok ukur yang digunakan menekankan pada dasar nilai kegunaan bagi pengguna arsip, yaitu nilai primair yang memiliki kegunaan bersifat sementara dan nilai sekunder yang memiliki kegunaan bersifat permanen (Deptan, 1996). Dalam perumusan hipotesis, atas berkas arsip yang dijadikan sampel dimunculkan persoalan, apakah terdapat perbedaan yang menunjukkan batasan antara arsip kelompok penunjang yang bersifat sementara dengan arsip yang memiliki unsur permanen dalam nilai guna. Hal ini penulis akan mencoba mengkaji melalui sampel berkas arsip. Kegiatan berikutnya dilakukan penarikan sampel dengan langkah mulai dari menentukan sampel secara acak atas klasifikasi sub masalah terkait dalam daftar jadual retensi sebagai obyek sampel. Perlu diketahui bahwa, pada penarikan sampel satuan analisisnya adalah berkas arsip substantif melalui pemilihan sampel dan diteruskan dengan pembuatan alat ukur yang didahului dengan prauji. Dari hasil pendataan fisik atas ragam,jenis serta segi arkivistiknya, kemudian disusun tabulasi isi informasi yang memiliki retensi rendah dan isi informasi arsip beretensi lebih panjang. Dalam daftar retensi, arsip substantifmemiliki kelompok umur yang berbeda . Selanjutnya dilakukan analisa data yang mendasarkan pada hasil tabulasi untuk disusun pertimbangan dan kejelasan gambaran --- ,~singmasing satuan arsip setiap kategori retensi yang dimilikinya . Perolehan batasan kejelasan tersebut merupakan hasil proses analisis isi yang mendasarkan pada ketentuan-ketentuan nilai guna arsip. HASIL DAN PEMBAHASAN Perumusan Masalah
Obyek yang akan dianalisis adalah arsip yang mempunyai pengertian berupa : "naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-lembaga negara dan badan-badan pemerintahan dalam bentuk dan corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka kegiatan pemerintahan" (UU,1971). Naskah yang dimaksudkan diatas berisikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan kegiatan lembaga atau badan pemerintahan berupa produk hasil samping dari mandat program unit kerja. Sedangkan yang dimaksud arsip substantif berupa kumpulan naskah atau dokumen hasil keluaran kegiatan substansi unit kerja (Deptan, 1996) . Arsip substantif memiliki daur hidup sejak berstatus aktifdimana memiliki nilai guna dan digunakan dalam proses operasional unit kerji, sampai menuju masa in aktifdimana mulai menurun nilai gunanya . Perjalanan arsip substantifakan berakhir pada saat penentuan nasib akhir, apakah akan disimpan menjadi arsip permanen ntau dimusnahkan. Proses perpindahan nilai guna sampai pada penentuan nasib akhir tersebut melalui kegiatan dalam bentuk penilaian arsip.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
21 1
Prosiding Temu'reknis Fungsional Non Peneliti 2003
Sebagai bahan penilaian, kriteria arsip yang bersifat sementara diberikan batasan umur 3 tahun dikelompokkan dalam arsip produk penunjang. Untuk arsip yang memiliki unsur penmanen dimasukkan menjadi 2 kelompok, yakni arsip penunjang substansi dengan batasan umur 10 tahun dan arsip produk utama dengan batasan umur 20 tahun dengan tetap mengalami penentuan nasib akhir. Perlu diketahui bahwa batasan umur tersebut mengacu pada jadual retensi arsip. Dari uraian tersebut diatas, dalam perumusan masalah dihadapkan pada sejauhmana ragam arsip yang dikategorikan memiliki perbedaan nilai guna untuk kelompok arsip produk penunjang, penunjang substansi dan produk utama atas kelompok berkas sampel yang ditentukan . Perumusan Hipotesis Pada langkah ini, hipotesis menunjukkan nol apabila tidak terdapat perbedaan kelompok satu dengan lainnya atas masing-masing nilai guns yang dimiliki . Hipotesis akan mengarah pads hipotesis penelitian (H 1) apabila terdapatnya perbedaan pada masing-masing kelompok, atau kelompok arsip produk utama memiliki kadar nilai guna lebih tinggi dari kelompok arsip penunjang substansi maupun dengan arsip produk penunjang yang bersifat sementara. Bentuk rumusan hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut. H nol (0) : x A sama dengan x B 1.2 (hipotesis nol) H 1(satu) : x A tidak sama (=) x B 1 .2 (hipotesis penelitian) atau H 1(satu)
x B1 .2 lebih besar (>) x A.
Keterangan A : berkas arsip produk penunjang B1 : berkas arsip penunjang substansi B2 : berkas arsip produk utama Penarikan Sampel Menurut Kasto (1981), pengambilan sampel secara random harus menggunakan metode yang tepat, sesuai ciri populasi dan tujuan penelitian . Metode sampel yang ideal diatas, mempunyai sifat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi . dapat menentukan presisi dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpangan baku taksiran yang diperoleh. sederhana dan mudah dilaksanakan . dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dst.
Dari 33 ragam klasifikasi sub masalah yang terdapat dalamjadual retensi arsip substantif bidang litbang (LB) penulis melakukan pengambilan sampel sebanyak 40% atau sejumlah 12 ragam arsip yang diperoleh untuk dilakukan proses analisis isi. Kasto (1981) menambahkan, bahwa penentuan
21 2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10% . Dengan artian, bahwa semakin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, maka semakin besar sampel yang harus diambil . Sampel yang besar cenderung akan memberikan penduga yang lebih mendekati nilai sesungguhnya. Kegiatan tersebut kemudian dilanjutkan dengan uji pemberkasan per sub masalah, selanjutnya dilakukan penentuan nilai guna. Penentuan nilai guna arsip adalah suatu proses penilaian arsip untuk menentukan jangka waktu penyimpanan atau retensi yang didasarkan atas pengkajian terhadap isi arsip, penataannya dan hubungan dengan arsip-arsip yang lainnya (Anri, 1983) . Pembuatan Alat Ukur Disini penulis menguji kategori pada arsip-arsip kelompok antar produk penunjang, antar arsip penunjang substansi dan antar kelompok arsip produk utama. Apabila terjadi kesamaan hasil pengukuran antar kelompok pada masing-masing kategori, hal ini dapat disimpulkan bahwa kajian ini memiliki validitas . Dengan kesimpulan bahwa setiap produk arsip yang berkategori penunjang pada setiap satuan sampel pada dasarnya memiliki kesamaan bobot atau nilai guna. Demikian halnya yang terdapat pada arsip yang berkategori penunjang substansi maupun arsip produk utama. Pengamatan per satuan berkas arsip menunjukkan adanya kesamaan atas ragam arsip dalam kategori produk arsip penunjang, arsip penunjang substansi dan arsip produk utama dengan perbedaan relatif kecil (ratarata kesamaannya diatas 50%), seperti terlihat dalam Tabel , 2 dan 3. Apabila dihubungkan dengan hasil pengamatan per satuan sampel ragam arsip substantif antar kategori tersebut memperlihatkan perbedaan yang lebih tegas dengan sampel produk berkas arsip beretensi rendah dengan yangmemiliki retensi lebih tinggi . Hal tersebut terlihat pada tabel perhitungan kuantitas batasan nilai guna dan tabel gambaran keragaman jenis berkas per tingkatan kategon (Tabel 2 dan 4). Pengumpulan Data Menurut ketentuan jadual retensi yang berlaku, rata-rata arsip substantif yang berada di unit pengolah (Depot Arsip 11) rata-rata memiliki retensi 3 tahun . Arsip yang berada di Unit Kearsipan (DepotArsip I memiliki rata-rata retensi masing-masing 10 tahun . Sedangkan arsip tersebut di Depot Arsip Pusat memiliki retensi masing-masing 20 tahun. Nasib akhir dari jenis arsip tersebut masuk kategori arsip permanen yang berhak disimpan di Arsip Nasional (Deptan, 1996) .
Dengan berorientasi dengan fisik berkas yang dijadikan sampel, data dikumpulkan dengan menggunakan format pendataan berkas arsip dengan mendasarkan pada indeks sub masalah, kategori retensi dengan variabel yang dimilikinya, keragaman berkas per kategori, tingkat kesamaan bobot tiap satuan berkas per kategori dan pembedaan per kategori dengan mendasarkan pembedaan nilai guna. Data tersebut dituangkan dalam format seperti yang ditampilkan pada tabel 1, 2, 3 dan 4 .
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
213
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
Tabel No
1.
Data Sampel Berkas Arsip Substantif Per Kategori Berdasarkan Retensi Isv Infonnasi Arsip.
Indeks
1 2
210 _ 310
3
320
4
340
5
360
6
4211
7
430
%
440
9
5111
10
_530
II
710
12
920
Ket. :
_
Sub Masalah _ Tanah Padiadian Kacangkacan an Sawran Tanaman bias Tanaman SCMUSlm Tanaman obat Tanaman atsid Ternak bcsar unggas Ekonomi ortanian Pongujian alsintan
DcpotArsip II (3 ) " _ produk penunjang produk enun an , produk enun an _produk enun an produk enun an produk cnunjan produk cnunjan produk cnun'an produk cnunjan produk enun an g produk onunjan produk enun- an
DcpotArsip I DcpotArsip (10)" _ Pusat (_2_ ___ substansi produk ----------------pequn,~ang substansi Substansi Produk ienun an substansi produk substansi v_nuMang . substansi produk Substansi enun an substansi Substansi produk enun an substansi substansi produk enunian substansi produk Substaasi enun an substansi substansi produk cnun an substansi Substansif produk enun n substansi substansi produ enun an g substansi produk substansi cnun ja_ ng submnsi produk Substansi substansi penug an g
Nasib-. Akhir
(pJm)" _ _ pcrmanon _ pormanon permanen pormancn permanen pennanen permanen pcnnancn permanen pcrmancn permanen pcrmancn
= umur berkas arsip dalam hitungan tahun di setiap Depot.
'
" = keterangan "musnah" atau "permanen" . Analisa Data Beberapa ketentuan dalam menentukan nilai guna arsip yang sangat penting dalam melakukan kegiatan analisis
isi
atas
isi
arsip substantif, antara lain
Nilai guna primer mendasarkan pada kegunaan arsip bagi kepentingan lembaga pencipta arsip
yang menyangkut nilai guna administrasi, hukum, keuangan, nilai guna ilmiah clan teknologi.
Nilai guna sekunder mendasarkan pada kegunaan arsip bagi kepentingan instansi lain atau
kepentingan umum diluar instansi pencipta, yang mengandung unsur nilai guna kebuktian clan nilai guna infotmasional (ANRI, 2000) .
214
Pusat Penelitian clan Pengembangan Petemakan
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
Tabel 2. Data Keragaman Jenis Berkas Per Kategori No
Katcgori 13crka, Arsip Substantif Pcn1 uttj ang Pettunj ang Substvisi (10 th) (3 th)
1.
Usulan Kegintan
Kcrangka Acuan
2.
Surat Pelaks . Kcgiatan
3.
Kelengkapan Perijimm
4. 5. 6.
Laporan Tahapan Kcgiatan Perrnohonan Ijin Lokasi Ijin Menggunakan Sarana
Pcrijinan Kegiatan Administrasi Ket7 asattta Laporsm Statistik
7.
Data Kelengkapan Survai
8.
Surat Pengantar
9.
Surat Penugasan/Perintah
10.
Laporan Kegiatan Penunj ang surat cdaran terkait/sementara swat keterangan risalah rapat intern terkait jadual rencana kegiatan pc)kja kegiatun blanko isian/kuesioner Jumlah = 16 ragam arsip (551%)
11 . 12 . 13 . 14 . 15 . 16 .
Produk Utania 20 th MOU/Kontr ak Ketjasama Laporan Akhir
Keterangan Terdapat Pe;rbedaan jml per Kategon
Laporan Survai L.daran Kebijakan Kcgiatan l_lraian '1'ugas Dan Pix~scxiur Surat Ttg. Kebijakan Kegiatan Risalah Rapat Kebijakan
Jun-tlah = 9 ragam arsip (33%)
Jutnlah= 2 ragam arsip
Bertolak dari acuan nilai guna tersebut diatas dapat diperoleh alur argumentasi yang tertuang dalam sajian tabel. Dalam data tabel 1 menyajikan upaya pengelompokkan berkas sampel yang terbagi dalam sub masalah. Dari pembagian kategori retensi atas variabel produk arsip, menunjukkan bahwaterjadi pemisahan terhadap arsip yang mempunyai kriteria simpan berbeda . Dan disini terdapat kecenderungan bahwa setiap berkas arsip yang dijadikan sampel tersebut masing-masing memiliki ketiga kategori tersebut . Karena setiap bentuk pemberkasan arsip terjadi penyatuan komponen berkas arsip yang memiliki permasalahan yang saling mengkait dimana didalamnya terdapat arsip pelengkap, dan arsip bernilai guna. Sajian tabel tersebut mengacu padajadual retensi, yang dapat dilihat dari ketentuan pembagian bobot informasi dan batasan tahun berkas . Pada implementasi pelaksanaan uji pengelompokkan berkas per kategori atas satuan sub masalah, menunjukkan jenis berkas tersebut dapat dipisahkan menjadi tiga kelompok, yakni 16 ragam arsip yang dikategorikan produk penunjang, 9 ragam arsip yang dikategorikan berkas penunjang substansi dan berkas produk utama yang terdiri 2 ragam (tabel 2). Dalam satuan arsip sub masalah untuk satu
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
21 5
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Penel iti 2003
judul kegiatan saja sudah dapat ditentukan perbedaan persentase setiap kelompok kategori, yang hasilnya cukup mencolok (PP 59%, PS 33% dan PU 8%). Hal tersebut sudah dapat menjawab nnnusan, bahwa di Depot Arsip II arsip unit kerja dapat dipertahankan 60% di Depot Arsip I sebanyak 40% sedangkan di Depot Arsip Pusat sampai ke Arsip Nasional (ANRI) dipertahankan dari 20% sampai 5 % (Litbang, 1995). Analisa data yang dilakukan pada tabel 3 sudah dapat menunjukkan adanya validitas dalam kajian ini. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa temyata dari satuan sampel sub masalah dengan satu judul kegiatan memiliki kesamaan dalam keragaman per tingkatan kategori . Tabel 3. Data Kuantitas Kesamaan Isi Berkas Arsip Per Kategori No
Indeks Samp.
1 2 3
210 310 320
4 5 6
340 360 420
7 8 9 10 11
430 440 510 530 710
12
920
Sumpel Sub Masaltth Tanah Padi- align Kacanglkacanga n Sayuran Tattmumr Hias Tanam m Semusim TanammObat lanamuuAlsiri Temak Besar Pkonomi Pertarrian Pengunem Alsintan
Iml
I
PP ' ;A
ImI
PS °/"
JmI
PU
10 14 16
62 87 100
7 8 9
77 88 100
2 2 2
100 100 100
15 16 14
93 100 87
9 8 7
100 88 77
2 2 2
13 14 15
81 87 93
9 8 9
100 88 I100
1"
93
6
12
75
5
Tingkttl [ kesatnavrdari Kcragaman icr kat on
Kel .
>50"/o
to
100 100 100
>50"/" >50"/" >50"/"
to
2 2 2
100 100 l 100
>50"/" >50% >50"/"
66
2
100
>50%
ttxpenuhi
55
2
100
>50"/"
terpenuhi
I
>50"/" >50"/"
I
nuhi nuhi trpenuhi nuhi nuhi kxpenuhi
1
1-
r_an tn~
nuhi . nuhi
Ket. : PP = berkas produk penunjang (3th) PS = berkas penunjang substansi (I Oth) PU = berkas produk utama (20th) *
= sumber asal berkas proyek ARM dan akuisisi Pusgram
Dari ke 16,9 dan 2 ragam berkas arsip sampel hampir seluruhnya dimiliki oleh ke 12 sampel sub masalah. Hasil menunjukkan rata-rata satuan sampel berkas memiliki persentase kesamaan diatas 50 %, bahkan hingga 100%. Dengan demikian sudah dapat disimpulkan bahwa dengan analisa tersebut, unsur validitas terpenuhi. Hal tersebut sangat mudah digunakan sebagai batasan dalam melakukan penilaian berkas arsip. Mencermati sajian tabel 2, hal ini sangat berkaitan dengan argumentasi yang dibrt ikan pada sajian tabel 4 berikut ini. Dengan persentase yang diberikan pada keragaman bcrkus per tingkatan kategori, temyata diikuti dengan kesamaan keragaman pada masing-masing sampel sub masalah pada setiap judul. Walaupun tidak semuanya keragaman tersebut dimiliki, namun perhitungan a__ i menunjukkan perbedaan yang cukup tegas , sehingga yang diacu pada rumusan persentase Badan Litbang tersebut diatas masih dapat dibuktikan . penyusutan oleh
21 6
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2003
Tabel
4.
indeks
Data Hasil Penentuan Nilai Guna Isi Berkas Arsip Per Kategori sam el
PP
P.
i - PIJ
Nasib
I
~it~Tfr!1.aTa~®®®®A~f~u~r~~ ® ~®
S4
l-
Ket. : '
=
920
Sill . I P n u aian AI' sm taii
®®®®IIIII~III~I I 3
PP = berkas produk penunjang (3th) PS = berkas penunjang substansi (I Oth) PU = berkas produk utama (20th) sumber asal berkas proyek ARM dan akuisisi
III'~I~
Pusgram
KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menentukan nilai guna arsip substantifmelalui :-giatan analisis isi yang mendasarkan atas perbedaan retensi . 1. Arsip substantifmemiliki daur hidup sejak bersetatus aktifhingga menuju masa in aktif. Petjalanan akhir arsip substantif berakhir saat menghadapi penentuan nasib akhir. Apakah disimpan menjadi arsip permanen atau akan dimusnahkan . Proses perpindahan tersebut dilaksanakan melalui kegiatan penilaian arsip dengan memberikan kategori pada arsip yang akan dinilai. Dalam perumusan masalah terfokus pada masalah, sampai sejauhmana ragam arsip yang memiliki kategori bobot masalah terdapat perbedaan nilai guna dengan batasan kepentingan yang dimilikinya. 2. Dalam perumusan akan mengarah pada hipotesis penelitian apabila terdapatnya perbedaan kategori antara arsip yang memiliki kadar nilai sementara dan kelompok arsip yang memiliki kadar nilai guns lebih tinggi . Hal tersebut diperjelas dengan melakukan pengamatan per satuan sampel ragam arsip per kategori, yang memperlihatkan perbedaan lebih tegas antar kategori arsip yang dijadikan sampel. 3. Dengan perbedaan tersebut akan mengantarkan bentuk arsip yang mana harus mulai disusutkan hingga pada bentuk arsip masih harus dipertahankan . Perbedaan persentase mencerminkan unsur efisiensi dalam penyimpanan berkas arsip. Hal ini terlihat adanya gambaran analisa dari 59 % arsip yang masih dipertahankan hingga mencapai 8% untuk arsip substantif yang dapat disimpan sebagai arsip permanen. 4. Unsur validitas dalam kajian analisis isi terpenuhi . Karena kesamaan jenis atau ragam berkas terdapat pada setiap sampel arsip pada setiap tingkatan ketegori arsip. 5. Kesamaan ragam per satuan arsip yang dijadikan sampel adalah diatas 50% hingga mencapai 100%. Sehingga besamya persentase tersebut memudahkan memberikan batasan retensi pada kategori berkas arsip atas variabel yang dimilikinya.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
21 7
ProsidingTemuTeknis Fungsional Non Peneliti
2003
Tindak Lanjut Saran masukan yang ditujukan pada unit kerja kearsipan terutama unit yang mempunyai fungsi pengolahan, antara lain 1. Menentukan nilai guna arsip melalui analisis isi sangat membantu dalam kegiatan penilaian arsip, terlepas apakah suatu unit kerja telah memiliki jadual retensi atau belum. Dengan memiliki jadual retensi arsip, kiranya tetap diperlukan analisa penilaian tersebut. Karena angka-nagka batasan retensi belum menjamin amannya arsip yang harus dipertahankan maupun yang harus dimusnahkan . 2. Langkah penilaian arsip hendaknya hendak tetap dilakukan dalam rangka kegiatan penyusutan arsip dengan melakukan koordinasi pada unsur terkait pada unit kerja. Hal ini sebagai upaya merealisasikan tindakan penyelamatan arsip unit kerja melalui pelestarian arsip substansi.
3. Keterbatasan sarana simpan selalu menjadi kendala rutin unit kerja akan melakukan kegiatan penilaian arsip. Karena hal ini nantinya akan berorientasi dengan kebutuhan sarana simpan. Dengan demikian kebutuhan tersebut memperoleh prioritas apabila menempatkan upaya penyelamatan arsip substansi unit kerja menjadi masalah penting yang harus ditanggulangi . Diketahui bahwa arsip substansi berasal dari program kegiatan unit kerja yang telah mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dan disadari bahwa arsip merupakan bagian dari aset yang tidak ternilai harganya . Oleh sebab itu segala upaya baik secara manual maupun teknologi informasi perlu dicoba dalam upaya memperoleh kemudahan pada kegiatan penilaian termasuk kajian melalui analisis isi. DAFTAR BACAAN Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia . Nomor 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip . Kasto.1981 . Metode Penelitian Survei (Penentuan Sampel), Penerbit LP3S, Jakarta. Arsip Nasional Republik Indonesia . 1983 . Keputusan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1983 tentang Pedoman Umum Untuk Menentukan Nilai Guna Arsip . Rakhmat .1984. Metode Penelltian Komunikasi . Penerbit CV Karya Remaja, Bandung . Anonimous . 1984. Laporan Akhir Kegiatan Pembuatan Rancang Bangun Instalasi Depot Arsip, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Anonimous . 1995 . Laporan Kajian Pengelolaan Administrasi Perkantoran Mendukung Program Kerja Badan Penelitian clan Pengembangan Pertanian . Departemen Pertanian . 1996. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 433 Tahun 1996 Tentang Pedoman Tata Kearsipan Departemen Pertanian. Departemen Pertanian .1997 . Pedoman Penghapusan clan Jadual Retensi Arsip Departemen Pertanian. Anonimous . 1998. Laporan Kegiatan Pembinaan Otomasi Perkantoran, Radan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Arsip Nasional Republik Indonesia . 2000. Modul Akuisisi NasiopnalArsip Orde Baru Dan Kabinet Reformasi Pembangunan, ANRI. Jakarta.
21 8
Pusat Penelitian clan Pengembangan Peternakan