Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing Vol. 7, No. 2,Oktober 2012
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUSAHAAN MELAKUKAN AUDITOR SWITCHING DI INDONESIA Finda Fitriawan Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Resti Yulistia M Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Abstract This study aims to analyze the influence of factors affecting auditor switching in 55 Indonesian companies that listed on Indonesian Stock Exchange during 2006 to 2010. By using secondary data from financial reporting, this study try find the effect of management change, audit opinion, size of the KAP, financial distress and return on equity on auditor switching. This study used logistic regression. The result showed that there is no significant effect of independent variable on auditor switching in Indonesia. Keyword: Management Change, Audit Opinion, the size of the KAP, financial distress and return on equity, Auditor Switching
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir berita yang berhubungan dengan permasalahan keuangan di dalam struktur sebuah perusahaan atau organisasi sangat sering kita dengar dan menjadi head-line utama pusat pemberitaan di tanah air. Permasalahan yang terjadi pada umumnya tidak menimpa perusahaan yang berskala kecil akan tetapi sebagian besar permasalahan yang terjadi menimpa perusahaan berskala besar. Permasalahan tentu membuat citra dan reputasi yang dimiliki perusahaan menjadi menurun di dalam penilaian stakeholders. Sebagian besar masalah berhubungan dengan kondisi keuangan sebuah perusahaan. Dharma (2011) mengungkapkan bahwa permasalahan internal yang terjadi di dalam struktur keuangan yang menimpa sebagian besar perusahaan ditanah air tidak terlepas dari buruknya kontrol manajemen dan kualitas dari auditor yang digunakan sebagai pihak yang bertanggung jawab melakukan pemeriksaan terhadap data laporan keuangan perusahaan. Indonesia merupakan salah satu negara yang memberlakukan adanya pergantian KAP secara wajib. Pemerintah telah mengatur kewajiban pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan ini menjelaskan mengenai yaitu, pertama, pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama 6 (enam)
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik 3 (tiga) tahun berturut-turut (pasal 3 ayat 1). Kedua, Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama (pasal 3 ayat 2). Fenomena memburuknya struktur keuangan industri ditanah air dapat dilihat, terutama pada perusahaan yang telah melakukan aktifitas go publik. Fenomena tersebut menjadi sebuah isu yang menciptakan respon negatif yang akan mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri (Srimulyani, 2010). Oleh sebab itu untuk memperbaiki citra perusahaan melalui impelementasi kebijakan operasional hingga penggunaan tenaga auditor yang berkualitas. Pada dasarnya ketepatan sebuah perusahaan dalam merancang dan mengimplementasikan sebuah kebijakan tidak terlepas dari peranan auditor. Peran auditor adalah memberikan laporan audit yang akurat dan memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat dilakukan. Menurut Wijayani dan Januarti (2011) auditor akan memberikan sebuah opini yang dapat digunakan perusahaan untuk merancang sebuah kebijakan agar kinerja keuangan mengalami perbaikan dimasa mendatang. Ketidaksesuaian kinerja audit yang direkomendasikan kepada manajer akan mendorong terjadinya demosi atau pertukaran auditor di dalam perusahaan. Selain itu pergantian auditor juga dapat terjadi ketika penyelesaian laporan dan pembentukan opini audit tidak dapat dilakukan tepat waktu. Pada dasarnya pertukaran auditor (auditor Switching) dapat dilakukan karena beberapa alasan yaitu masa kontrak yang telah berakhir, auditor yang bersangkutan mengundurkan diri karena sebuah alasan tertentu, atau auditor diputus kontrak oleh manajemen karena sebuah permasalahan tertentu (Wiley 2008). Di dalam realita sesungguhnya auditor memiliki peranan yang sangat besar dalam mempengaruhi eksistensi perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam menciptakan kinerja operasional yang baik tidak terlepas dari peranan seorang auditor. Menurut Wijayani dan Januarti (2011) auditor Switching di dalam sebuah perusahaan lebih disebabkan karena tidak sesuainya prosedur kinerja yang berhasil diraih auditor dengan standar yang diharapkan perusahaan klien. Opini audit (Wijayani dan Januarti, 2011; Joher et al, 2010; Arif et al. 2000), ukuran KAP (Wijayani dan Januarti, 2011; Joher et al, 2010; Mardyah, 2002), financial distress hingga masalah profitabilitas merupakan dimensi yang mendorong perusahaan untuk melakukan pergantian auditor (Wijayani dan Januarti, 2011). Menurut Wijayani dan Januarti (2011) menyatakan bahwa pergantian auditor juga dapat terjadi karena analisis yang salah tentang kemampulabaan perusahaan yang dapat dilihat dari return on assets atau pun return on equity. Berkurangnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tentu bukanlah hal yang diharapkan perusahaan klien sehingga salah satu alternatif yang digunakan untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah mengganti auditor. Penelitian ini ingin menguji apakah managament change (pergantian manajemen) berpengaruh terhadap auditor switching di Indonesia? Apakah opini audit berpengaruh terhadap auditor switching? Apakah ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik) berpengaruh terhadap auditor switching di Indonesia? Apakah financial distress berpengaruh terhadap
2
Finda Fitriawan, Resti Yulistia M
auditor switchin ?Apakah persentase return on equity berpengaruh terhadap auditor switching di Indonesia ? 2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.1 Pengertian Stakeholder Perusahaan adalah bagian dari beberapa elemen yang membentuk masyarakat dalam sistem sosial.kondisi tersebut menciptakan sebuah hubungan timbal balik antara perusahaan dan para stakeholder.hal ini berarti perusahaan harus melakukan peranannya secara dua arah yaitu untuk memenuhi kebutuhan perusahaan itu sendiri maupun stakeholder. Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa stakeholder theory merupakan perusahaan bukanlah entitas yang beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder-nya (pemilik perusahaan, pemegang saham, kreditur, debitur, investor masyarakat, pemerintah dan lain lain. 2.1.2
Auditor Switching Auditor Switching merupakan pergantian KAP yang dilakukan oleh perusahaan. Pergantian tersebut dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari klien atau auditor. Menurut Mardyah (2002) dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berganti KAP adalah faktor klien (client related factor), yaitu kesulitan manajemen, manajemen yang gagal, perubahan ownership, initial public offering (IPO) dan faktor auditor (auditor related factor) yaitu fee audit dan kualitas auditor. Di dalam penelitian ini factor yang digunakan berhubungan dengan kondisi internal perusahaan klien yang meliputi pertukaran manajemen (management change, ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP), financial distress dan return on equity (Wijayani dan Januarti 2011). Bukti teoritis mengenai auditor Switching didasarkan pada teori agensi. Jansen dan Macling (1976) dalam Wibowo dan Hilda (2009) menyatakan masalah agensi disebabkan oleh adanya konflik kepentingan dan informasi asimetris antara principle (pemegang saham) dan agen (manajemen). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen, terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Dalam teori agensi, auditor independen berperan sebagai penegah kedua belah pihak (agent dan principle) yang berbeda kepentingan. Auditor independen juga berfungsi mengurangi biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen. Wijayani dan Januarti (2011) mengungkapkan bahwa, ketika pergantian auditor terjadi karena peraturan yang membatasi aktifitas perikatan atau kontrak auditor seperti yang terjadi di Indonesia, maka perhatian utama adalah pada auditor pengganti tidak lagi kepada klien. Pada pergantian secara wajib, yang terjadi adalah pemisahan paksa oleh aturan. Jika klien mencari auditor yang baru, maka pada saat itu informasi yang dimiliki oleh klien lebih besar dibandingkan dengan informasi yang dimiliki auditor.
3
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
Ketidaksimetrisan informasi ini logis karena klien pasti memilih auditor yang kemungkinan besar akan lebih mudah untuk sepakat tentang praktik akuntansi mereka. Sementara itu auditor bisa jadi tidak memiliki informasi yang lengkap tentang kliennya. Jika kemudian auditor bersedia menerima klien baru, maka hal tersebut terjadi karena auditor telah memiliki informasi yang cukup tentang klien baru itu atau auditor melakukannya karena hal lain misalnya berhubungan dengan masalah financial. 2.2
Pergantian Manajemen Di dalam kegiatan operasional sebuah perusahaan pergantian manajemen merupakan sebuah fenomena yang bersifat umum. Pergantian manajemen kerap terjadi ketika pimpinan perusahaan diganti. Menurut Sartono (2001) pergantian manajemen dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu berdasarkan masa kerja, diganti karena beberapa hal seperti kinerja yang tidak sesuai, pengambilalihan perusahaan atau pun karena penyebab lain. Menurut Phalipu (2005) pergantian manajemen dapat terjadi secara mendadak, karena sebuah permasalahan, seperti dorongan stakeholders karena manajemen dinilai gagal di dalam mengelola perusahaan, atau perusahaan yang dikelola diambil alih (akuisisi) oleh perusahaan lain. Pergantian individu atau struktur kepemilikan di dalam perusahaan tentu akan mengakibatkan terjadinya pertukaran individu yang beraktifitas di dalam perusahaan. Hasil penelitian Karwijaya dan Juniarti (2002) ditemukan bahwa pergantian manajemen tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Kondisi ini memperlihatkan pergantian manajemen bukanlah dimensi yang mempengaruhi pergantian auditor. Sedangkan Wijayani dan Januarti (2011) menemukan bahwa pergantian manajemen berpengaruh signifikan terhadap terjadinya pergantian auditor (auditor switching). Temuan tersebut memperlihatkan bahwa dengan adanya pergantian manajemen memungkinkan klien untuk memilih auditor baru yang lebih berkualitas dan sepakat dengan kebijakn akuntansi perudahaan. Berdasarkan uraian ringkas tersebut maka diajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu: H1 Pergantian manajemen berpengaruh signifikan terhadap auditor switching di Indonesia 2.3
Opini Audit Menurut Cravens (2005), opini audit merupakan pandangan dari seorang auditor terhadap kondisi perusahaan secara menyeluruh, yang muncul karena adanya referensi dan acuan yang kuat. Opini audit tidak bersifat mutlak akan tetapi hanya berupa prediksi yang dapat saja terjadi kapan pun. Opini dapat dijadikan oleh manajemen sebagai dasar evaluasi untuk melakukan berbagai perbaikan positif dimasa datang demi terjaganya eksistensi perusahaan dimasa mendatang. Damayanti (2008) di dalam penelitiannya menemukan bahwa opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor (auditor changes). Diduga disebabkan karena pada umumnya perusahaan sampel telah mendapatkan opini unqualified, selain itu jika perusahaan menggunakan KAP Big Four kondisi ini mengakibatkan perusahaan tidak memiliki keleluasaan untuk melakukan perpindahan KAP apabila penugasan KAP oleh
4
Finda Fitriawan, Resti Yulistia M
manajemen dianggap tidak lagi sesuai. Pergantian kelas KAP dari Big Four di khawatirkan dapat menyebabkan sentiment negatif dari pelaku pasar terhadap kualitas pelaporan keuangan Dari perusahaan. Hasil penelitian Wijayani dan Januari (2011) menemukan bahwa opini audit berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Temuan tersebut terjadi karena sebagian besar perusahaan menggunakan jasa auditor diluar KAP big 4 akibatnya opini yang terbentuk cenderung unqualified yang mengakibatkan manajer mencoba memutuskan kontrak dari auditor dan mencari auditor yang lebih berkualitas. Kondisi tersebut terjadi juga disebabkan oleh adanya desakan dari para pelaku pasar kepada perusahaan untuk menggunakan KAP dengan auditor yang berkualitas dan memiliki reputasi yang tinggi. Berdasarkan uraian ringkas tersebut peneliti mengajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu: H2 Opini auditor berpengaruh signifikan terhadap auditor switching di Indonesia 2.4. Ukuran KAP Ukuran KAP merupakan besar kecilnya KAP yang dibedakan dalam dua kelompok yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big 4 dan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4. Ukuran KAP biasanya dikaitkan dengan kualitas audit. Wibowo dan Hilda (2009) menyatakan bahwa ukuran KAP yang besar mempunyai kemampuan lebih baik dalam melakukan audit dan diyakini KAP yang besar mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi. Wijayanti (2010) juga menyatakan bahwa perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakaian laporan keuangan. Joher et al., (2010) menemukan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching pada perusahaan yang listed di Bursa Saham Malaysia. Sedangkan Wijayanti (2010) dan Diyanti (2010) menemukan bahwa akuran kantor akuntan publik berpengaruh negatif yang signifikan terhadap auditor Switching. Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu tersebut diajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu: H3 Ukuran kantor akuntan publik (KAP) berpengaruh signifikan terhadap auditor Switching di Indonesia 2.5. Financial Distress Menurut Phalipu (2002) financial distress adalah sebuah kondisi yang memperlihat kondisi keuangan perusahaan yang mengalami masalah, permasalahan yang muncul dapat saja terjadi dari sudut likuiditas, leverage hingga kemampuan dalam menghasilkan laba. Ukuran yang sering digunakan secara umum dalam menilai financial distress sebuah perusahaan ditentukan dari leverage atau komposisi hutang sebuah perusahaan. Menurut Wiley dan Almant (2001), financial distress atau kebangkrutan merupakan sebuah kondisi dimana perusahaan tidak dapat lagi melakukan kegiatan operasionalnya. Financial distress ditandai dengan ketidakmampuan perusahaan untuk membayarkan kewajiban keuangannya dua kali berturut turut. Opini distress merupakan
5
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
sinyal hati-hati yang harus diperhatikan manajemen untuk dapat menjaga eksistensi perusahaan. Joher et al (2010) menemukan bahwa financial distress yang diukur dengan debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor di dalam organisasi. Berbeda dengan hasil penelitian Wijayani dan Januarti (2011) yang membuktikan bahwa financial distress tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Perusahaan dalam kondisi financial distress cenderung tidak berganti KAP karena memperhatikan presepsi pemegang saham sebagai pemilik dana diperusahaan, jika perusahaan sering berganti KAP timbul anggapan negatif. Menurut Damayanti dan Sudarma (2008) menyatakan pada dasarnya ada dorongan yang kuat untuk berpindah auditor pada perusahaan yang terancam bangkrut. Kesulitan keuangan signifikan mempengaruhi perusahaan pergantian auditor. Semakin tinggi kemungkinan bangkrut atau kuatnya permasalahan keuangan di dalam perusahaan akan mendorong mosi tidak percaya pada auditor sehingga tindakan manajemen untuk melakukan pergantian auditor akan semakin tinggi. Berdasarkan uraian beberapa hasil penelitian tersebut peneliti mengajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu: H4 Financial distress (debt to equity ratio) berpengaruh signifikan terhadap auditor Switching di Indonesia. 2.6. Profitabilitas Menurut Phalipu (2001) profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Mencapai profitabilitas yang tinggi adalah tujuan utama dari semua perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Wijayanti (2010) di dalam penelitiannya terlihat bahwa profitabilitas yang diukur dengan pertumbuhan return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil yang bertolak belakang dengan teori, temuan ini memperlihatkan adanya sejumlah variabel yang lebih memiliki kontribuasi yang besar dalam mempengaruhi proses pergantian auditor di dalam sebuah organisasi. Mirna dan Indira (2007) di dalam penelitiannya ditemukan bahwa peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tidak terlepas dari opini audit yang disampaikan auditor setelah proses audit selesai. Meningkatnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba mengidentifikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam bertahan hidup (going concern) akan semakin tinggi, oleh sebab itu return on equity berpengaruh negatif terhadap auditor switching. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Diyanti (2010). Berdasarkan uraian di atas diajukan sebuah hipotesis yaitu: H5 Pertumbuhan return on equity berpengaruh signifikan terhadap auditor Switching di Indonesia.
6
Finda Fitriawan, Resti Yulistia M
3. METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data, Populasi dan Sampel Data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang bersumber dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang di adopsi dari Indonesian Capital Market of Directory dan webside www.idx.co.id. Data yang digunakan adalah data tahunan dari tahun 2006 – 2010 yang lalu. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listed (terdaftar) di Bursa Efek Indonesia sedangkan sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan secara lengkap dan listed di Bursa Efek Indonesia. 2. Perusahaan yang berada di dalam kelompok divisi manufaktur, 3. Perusahaan yang mampu menghasilkan laba positif yang dinilai dari Return on equity (ROE) selama periode penelitian 3.2 3.2.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Dependen, Auditor Swiching Menurut Mardiyah (2002) auditor Switching adalah pergantian kantor akuntan publik (KAP) yang dilakukan oleh klien. Untuk mengukur pergantian auditor digunakan variabel dummy. Nilai 1 menunjukan adanya penggantian auditor, sedangkan nilai 0 ditujukan tidak adanya pergantian auditor (Damayanti dan Sudarma, 2008). 3.2.2 Variabel Independen a. Pergantian Management Menurut Wijayani dan Januarti (2011) mengemukakan pergantian management sebagai pertukaran struktur kepemimpinan dan pengelolaan didalam sebuah perusahaan, yaitu dilakukan dari pengelola lama ke pengelola baru. Untuk mengukur pergantian manajemen digunakan variabel dummy. Jika perusahaan yang dijadikan sampel melakukan pergantian manajemen maka diberikan nilai 1 sedangkan perusahaan yang tidak melakukan pergantian manajemen maka diberikan nilai 0. (Damayanti dan Sudarma, 2008). b. Opini Audit Opini audit merupakan pandangan dari seorang auditor terhadap kondisi perusahaan secara menyeluruh, yang muncul karena adanya referensi dan acuan yang kuat (Cravens, 2005). Pengukuran variabel opini audit menggunakan variabel duumy. Jika perusahaan klien menerima opini wajar tanpa pengecualian maka diberi nilai 1. Sedangkan jika perusahaan klien menerima opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified) seperti wajar dengan pengecualian (qualified) dan tidak memberikan pendapat maka diberikan 0. (Damayanti dan Sudarma, 2008). c. Ukuran Kantor Akuntan Publik Menurut Nasser et al (2006) ukuran Kantor Akuntan Publik ditentukan dari kelompok akuntan berdasarkan reputasi yang dimiliki auditor. Untuk mengukur ukuran KAP digunakan dummy variabel yaitu nilai 1 diberikan pada perusahaan yang menggunakan auditor dalam kelompok Big 4 sedangkan nilai 0 diberikan kepada perusahaan yang menggunakan auditor diluar Big 4. (Damayanti dan Sudarma, 2008).
7
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
a. Ernst &Young (EY) yang berafiliasi dengan Purwanto, Sarwoko dan Sandjaja (PSS). b. Pricewaterhouse Coopers (PwC) yang berafiliasi dengan Haryanto Sahari. c. Deloitte Touche Tohmatsu (Deloitte) yang berafiliasi dengan Osman Bing Satrio. d. Kynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) yang berafiliasi dengan Sidharta Sidharta & Widjaja. d. Financial Distress Menurut Ross (2005) financial distress merupakan sebuah kondisi dimana sebuah perusahaan atau organisasi dinyatakan sedang memiliki permasalahan keuangan yang serius, atau menjurus menuju kebangkrutan. Untuk mengukur financial distress digunakan proxy debt to equity ratio. Masing masing perusahaan tentu memiliki batas komposisi hutang yang wajar.
Debt to Equity Ratio
Total Hutang ........................ (%) Total Equity
e. Pertumbuhan Return on Equity Menurut Ross (2005) pertumbuhan Return on equity memperlihatkan peningkatan dan penurunan persentase kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan, Untuk mengukur pertumbuhan (growth) Return on equity dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Growth ROE
ROEt ROEt 1 100% ..........................(%) ROEt 1
3.3.
Pengujian Normalitas Merupakan uji yang digunakan untuk melihat pola penyebaran data apakah berdistribusi normal atau tidak, selain itu uji normalitas juga dapat digunakan untuk menentukan uji statistik apa yang akan digunakan dalam sebuah penelitian apakah menggunakan uji parametrik maupun uji non parametrik. Alat uji yang digunakan untuk melakukan pengujian normalitas adalah One Sample Kolmogorov Smirnov. Di dalam pengujian setiap variabel penelitian dinyatakan normal dan layak untuk diuji jika memiliki nilai asymp sig diatas alpha 0,05. 3.4
Tahapan Pengujian Model Regresi Binary Logistic Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi binary logistic. Secara umum tahapan pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: Uji Hosmer and Lemeshow’s Hosmer and Lemeshow’s berguna untuk menguji apakah data empiris yang digunakan cocok atau sesuai dengan model (Tidak ada perbedaan antara model dengan data, sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lomeshow’s test lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara 3.4.1
8
Finda Fitriawan, Resti Yulistia M
model dengan nilai observasinya sehingga Hosmerand Lemeshow’s test tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Hosmer anf Lemeshow’s test lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol diterima dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model diterima karena cocok dengan data observasinya (Santoso, 2003). 3.4.2.
Menilai Model Fit Adanya pengurangan nilai antara -2 LL awal (initial -2 LL function ) dengan nilai -2 LL pada langkah berikutnya menunjukan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2005). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian ”Sum of Square Error ” pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukan model regresi semakin baik. 3.4.3.
Model Nagelkarke R Square Bertujuan untuk melihat seberapa besar proporsi variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Model Nagelkarke R Square memiliki fungsi yang sama dengan koefisien determinasi di dalam model regresi. Kontribusi hasil pengujian akan semakin baik bilai kontribusi yang diperlihatkan variabel independen terhadap dependen semakin tinggi. Berikut kriteria yang digunakan dalam pengujian Nagelkarke R Square (Hair, 2008) adalah sebagai berikut: a. Jika r berada diantara 0% – 55% = Sangat Lemah b. Jika r berada diantara 56% – 65% = Lemah c. Jika r berada diantara 66% – 80% = Cukup d. Jika r berada diantara 81% – 99,99% = Kuat 3.4.4.
Pengujian dengan Regresi Binary Logistic Metode statistik yang digunakan untuk menentukan slope atau arah pengaruh variabel penelitian adalah regresi logistik (logistic regression) karena menurut Ghozali (2005) metode ini cocok digunakan untuk penelitian yang variabel dependennya bersifat kategorikal (nominal atau non metrik) dan variabel independennya kombinasi antara metrik dan non metrik seperti halnya dalam penelitian ini. Model analisisnya adalah sebagai berikut: ln(TL/1-TL) = a + b1MC + b2OPAU + b3SIZE + b4DER + b5 GROWTH+ e Keterangan: ln(TL/1-TL) = Auditor Switching MC = Management Change OPAU = Opini Audit SIZE = Ukuran KAP DER = Financial distress (Debt to equity ratio) GROWTH = Pertumbuhan ROE e = Error
9
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Deskriptif Statistik Variabel Penelitian Berdasarkan prosedur pemilihan sampel, diperoleh 55 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini: Tabel. 1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Variabel Penelitian Minimum Maksimum Rata Rata Pergantian Manajemen 0,00 1,00 0,1887 Opini Audit 0,00 1,00 0,9585 Ukuran KAP 0,00 1,00 0,5811 Financial distress 0,08 8,44 1,2613 Pertumbuhan ROE -166,25 17066,67 0.014113 Auditor switching 0,00 1,00 0,2566
Std Deviasi 0,39199 0,19984 0,49431 1,08936 1229.64483 0,43759
Pada tabel 1 terlihat bahwa untuk variabel pergantian manajemen nilai rata-rata perusahaan yang dijadikan sampel sebesar 0,1887 dengan standar deviasi sebesar 0,39199. Variabel opini audit memiliki nilai rata rata 0,9585 dengan standar deviasi 0,19984. Variabel ukuran KAP memiliki nilai rata rata r 0,5811 dengan standar deviasi 0,49431. Untuk variabel financial distress, rata rata debt to equity ratio sebesar 1,2613 dengan standar deviasi 1,08936. Variabel pertumbuhan return on equity, nilai rata rata sebesar 0,014113 dengan standar deviasi sebesar 1229,64483. Sedangkan variabel pergantian auditor, diperoleh rata rata 0,2566 dengan standar deviasi sebesar 0,43759. 4.2
Pengujian Normalitas Hasil pengujian normalitas terlihat pada tabel 4.2 di bawah ini:
Keterangan Pergantian Manajemen Opini Audit Ukuran KAP Financial distress Pertumbuhan ROE Auditor switching
Tabel. 2 Hasil Pengujian Normalitas I Asymp Sig (2-Tailed) Alpha 0,000 0,05 0,000 0,05 0,000 0,05 0,051 0,05 0,000 0,05 0,000 0,05
Kesimpulan Tidak Normal Tidak Normal Tidak Normal Normal Tidak Normal Tidak Normal
Pada tabel 2 terlihat bahwa hampir seluruh variabel penelitian yang digunakan tidak berdistribusi normal karena memiliki nilai asymp sig (2-tailed) di bawah 0,05 kecuali financial distress karena memiliki nilai asymp sig (2-tailed) diatas 0,05.
10
Finda Fitriawan, Resti Yulistia M
Walaupun demikian tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat dilakukan, karena sebagian besar variabel memiliki pengukuran dummy. Variabel dependen berupa variabel dischotomous yaitu auditor switching. Pengujian logistik tidak didasarkan pada asumsi normalitas dan digunakan untuk pengujian dependen variabel yang merupakan dischotomous variabel (Seng dan Su, 2010 dalam Yulistia, 2011). 4.3.
Pengujian Model (-2 Log Likelihood) Pengujian -2 log likelihood bertujuan untuk menentukan kelayakan (model of fit) dari variabel yang diikutsertakan dalam pembentukan model regresi logistic. Model diterima jika nilai -2 log likelihood pada block 0 lebih tinggi dibandingkan nilai -2 log likelihood pada block 1. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada tabel 3 di bawah ini: Tabel. 3 Hasil Pengujian -2 log likelihood -2 log Keterangan likelihood Block 0 301,821 Block 1 300,239 Pada tabel 4.3 terlihat bahwa pada tabel block 0 nilai -2 log likelihood adalah sebesar 301,821 pada tabel block 1 mengalami penurunan dengan -2 log likelihood menjadi sebesar 300,329 . Hasil yang diperoleh memperlihatkan tingkat akurasi model regresi logistik yang akan terbentuk menjadi lebih baik atau model sesuai (fit), oleh sebab itu tahapan pengujian data dengan menggunakan model regresi logistik dapat segera dilakukan. 4.4.
Pengujian Hosmer and Lomeshow Goodness of fit Test Menurut Nachrowi (2009) pengujian Hosmer and Lomeshow Goodness of fit Test ditujukan untuk menilai kelayakan dari model regresi logisitik yang akan dilakukan, model akan diterima bila nilai chi-square test memiliki nilai signifikan diatas 0,05. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh ringkasan terlihat pada tabel 4 di bawah ini: Tabel. 4 Hasil Pengujian Hosmer and Lomeshow Test Step Chi-Square Df Sig 1
6,089
8
0,637
Pada tabel 4 terlihat bahwa nilai chi-square yang diperoleh adalah sebesar 6,089 dengan tingkat signifikan sebesar 0,637. Pengujian dilakukan dengan tingkat kesalahan atau alpha 0,05. Temuan tersebut menandakan bahwa nilai signifikan sebesar 0,637 > alpha 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi logistik dapat terus dilakukan (model diterima).
11
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
4.5.
Hasil Pengujian Nagelkerke R-square Menurut Hairr (2009) pengujian Nagelkerke R-square bertujuan untuk mengetahui kemampuan variabel independen dalam menjelaskan kontribusinya mempengaruhi variabel dependen yang diukur dengan persentase sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak digunakan didalan model penelitian ini. Berdasarkan hasil pengujian Nagelkerke R-square yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada tabel 5 di bawah ini: Tabel. 5 Hasil Pengujian Nagelkerke R-square Cox & Nagelke Step -2 Log Likelihood R-Square R-Square 1
300,239
0,006
0,009
Pada tabel 5 terlihat bahwa nilai koefisien Nagelkerke R-square yang dihasilkan adalah sebesar 0,009 yang menandakan bahwa variabel penelitian yang terdiri dari pergantian manajemen, opini audit, ukuran KAP, financial distress, dan pertumbuhan return on equity mampu memberikan kontribusi dalam memprediksi dilakukannya pergantian auditor (auditor switching) sebesar 0,009 atau 0,9% sedangkan sisanya sebesar 99,10% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan di dalam model penelitian ini. 4.6
Pengujian Hipotesis dengan Menggunakan Regresi Logistik Berdasarkan hasil pengujian diperoleh ringkasan hasil terlihat pada tabel 6 di bawah ini: Tabel. 6 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Regresi Logistik Keterangan Koefisien Regresi Sig Alpha Kesimpulan Constant -0,998 Pergantian Manajemen 0,254 0,469 0,05 H1 ditolak Opini Audit -0,115 0,869 0,05 H2 ditolak Ukuran KAP -0,041 0,888 0,05 H3 ditolak Financial distress -0,149 0,367 0,05 H4 ditolak Pertumbuhan ROE 0,000 0,863 0,05 H5 ditolak Pada tabel 6 terlihat bahwa semua hipotesis yang diajukan ditolak. Persamaan regresi logistik dapat dilihat di bawah ini: Y = -0,998 + 0,254x1 – 0,115x2 – 0,041x3 – 0,149x4 + 0,000X5 4.6.1.
Pengaruh Pergantian Manajemen Terhadap Auditor Switching (H1) Pada tabel terlihat bahwa hasil pengujian statistik untuk variabel pergantian manajemen (managemen change) memperoleh koefisien regresi 0,254 dengan nilai signifikan sebesar 0,469 (sig 0,469 > alpha 0,05). Hipotesis 1 ditolak, pergantian managemen tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching
12
Finda Fitriawan, Resti Yulistia M
Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa pergantian manajemen bukanlah variabel yang akan mempengaruhi terjadinya pergantian auditor. Hal ini dapat saja terjadi karena auditor masih dianggap memiliki kinerja yang optimal dalam melakukan proses audit, selain itu auditor yang digunakan masih memiliki masa kontrak kerja yang harus diselesaikan. Bisa saja pergantian auditor di dalam perusahaan lebih disebabkan karena variabel lain seperti tekanan kerja, waktu, kinerja yang menurun dan masa kontrak yang telah habis. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Karwijaya dan Juniarti (2002), tetapi tidak sama dengan Wijayani dan Januarti (2011) yang menyimpulkan bahwa salah satu faktor tejadinya auditor switching yaitu pergantian manajemen, dengan adanya pergantian manjemen memungkinkan klien untuk memilih auditor baru yang lebih berkualitas dan sepakat dengan kebijakan akuntansi perusahaan. 4.6.2.
Pengaruh Opini Audit Terhadap Auditor Switching (H2) Hasil pengujian statistik untuk variabel opini audit diperoleh koefisien regresi 0,115 dengan nilai signifikan sebesar 0,869 (sig 0,869 > alpha 0,05). Hipotesis 2 ditolak, opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil yang diperoleh tidak mendukung hipotesis yang diajukan, penyimpangan tersebut terjadi karena manajemen tentu lebih bersifat netral terhadap opini audit yang terbentuk, apapun opini yang terbentuk tentu tidak akan mempengaruhi posisi auditor di dalam organisasi, manajemen tentu memiliki data dan informasi yang dapat disesuaikan dengan opini audit yang disampaikan auditor. Selama auditor opini audit yang dikeluarkan sesuai atau relevan dengan kondisi perusahaan maka pergantian auditor tidak akan terjadi. Temuan yang diperoleh di dalam tahapan pengujian hipotesis kedua sama dengan Damayanti (2008) di dalam penelitiannya menemukan bahwa opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor (auditor changes). Diduga disebabkan karena pada umumnya perusahaan sampel telah mendapatkan opini unqualified, selain itu jika perusahaan menggunakan KAP Big Four kondisi ini mengakibatkan perusahaan tidak memiliki keleluasaan untuk melakukan perpindahan KAP apabila penugasan KAP oleh manajemen dianggap tidak lagi sesuai. Pergantian kelas KAP dari Big Four di khawatirkan dapat menyebabkan sentiment negatif dari pelaku pasar terhadap kualitas pelaporan keuangan Dari perusahaan. Hasil yang tidak sama diungkapkan oleh Wijayani dan Januarti (2011) di dalam penelitiannya ditemukan bahwa opini audit berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Temuan tersebut terjadi karena sebagian besar perusahaan menggunakan jasa auditor diluar KAP big 4 akibatnya opini yang terbentuk cenderung unqualified yang mengakibatkan manajer mencoba memutuskan kontrak dari auditor dan mencari auditor yang lebih berkualitas. Kondisi tersebut terjadi juga disebabkan oleh adanya desakan dari para pelaku pasar kepada perusahaan untuk menggunakan KAP dengan auditor yang berkualitas dan memiliki reputasi yang tinggi.
13
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
4.6.3.
Pengaruh Ukuran KAP Terhadap Auditor Switching (H3) Hasil pengujian statistik untuk variabel ukuran KAP memperoleh koefisien regresi -0,041 dengan nilai signifikan sebesar 0,888 (sig 0,888 > alpha 0,05). Hipotesis 3 ditolak, ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching Hasil yang diperoleh dalam pengujian hipotesis ketiga tidak mendukung hipotesis yang diajukan, hasil tersebut membuktikan bahwa ukuran KAP tidak akan mempengaruhi posisi auditor di dalam sebuah organisasi, selama auditor mampu mencapai kinerja yang sesuai dengan standar yang diharapkan manajemen, dan stakeholders, tentu posisi seorang auditor tidak akan terancam atau digantikan oleh auditor lain, pergantian auditor dapat saja terjadi ketika auditor tidak mampu memenuhi harapan atau keinginan manajemen atau pun stakeholders. Hasil penelitian yang diperoleh di dalam penelitian ini sama dengan penelitian Wijayanti (2010) yang menemukan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching, semakin besar ukuran KAP tempat auditor bekerja semakin menciptakan ketertarikan manajemen untuk menggunakan jasa auditor tersebut, pergantian auditor akan terjadi bila auditor yang lama dianggap tidak mampu menjalankan tugas dan berasal dari KAP yang tidak dikenal. Temuan yang diperoleh di dalam pengujian hipotesis ketiga tidak sama dengan penelitian Joher et al (2010) yang menemukan bahwa ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap pergantian atau perpindahan auditor. Di dalam model pengujian terlihat nilai koefisien regresi bertanda negatif, temuan ini memperjelas ukuran KAP yang relatif kecil mendorong meningkatnya kemungkinan untuk terjadinya pergantian auditor 4.6.4.
Pengaruh Financial Distress Terhadap Auditor Switching (H4) Hasil pengujian statistik untuk variabel financial distress memperoleh koefisien regresi -0,149 dengan nilai signifikan sebesar 0,367 (sig 0,367 > alpha 0,05). Hipotesis 4 ditolak, financial distress tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Temuan yang diperoleh di dalam tahapan pengujian hipotesis keempat mendukung hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa financial distress atau posisi keuangan perusahaan baik dikategorikan sulit (distress) atau tidak dalam mengalami kesulitan (non distress) tidak akan mempengaruhi posisi auditor. Penyimpangan hasil yang diperoleh di dalam penelitian ini disebabkan opini audit yang dipublikasikan tentu didasarkan pada fakta dan realitas yang terjadi di dalam organisasi, sehingga laporan atau opini audit yang terbentuk relatif akurat, selain itu jika perusahaan teridentifikasi distress atau mengalami masalah keuangan tentu kebijakan untuk memutus kontrak atau mengganti auditor bukanlah jalan yang terbaik, jika kontrak diputus pada saat sebelum masa kontrak habis tentu kompensasi diterima auditor, dan dana yang dikeluarkan perusahaan semakin besar, sehingga akan semakin memperburuk kondisi keuangan perusahaan. Oleh sebab itu di dalam penelitian ini pergantian auditor tidak disebabkan oleh kondisi keuangan yang digolongkan distress atau pun non distress. Hasil penelitian ini sama dengan Wijayani dan Januarti (2011) yang menemukan bahwa financial distress tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Perusahaan dalam kondisi financial distress cenderung tidak berganti KAP karena
14
Finda Fitriawan, Resti Yulistia M
memperhatikan presepsi pemegang saham sebagai pemilik dana diperusahaan, jika perusahaan sering berganti KAP timbul anggapan negatif (Wijayani dan Januarti, 2011). Sedangkan hasil penelitian Joher et al (2010) menemukan bahwa financial distress yang diukur dengan debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor di dalam organisasi. 4.6.5.
Pengaruh Pertumbuhan Return on Equity Terhadap Auditor Switching (H5) Hasil pengujian statistik untuk variabel ROE memperoleh koefisien regresi 0,00 dengan nilai signifikan sebesar 0,863 (sig 0,863 > alpha 0,05). Hipotesis 5 ditolak, ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching Temuan yang diperoleh di dalam pengujian hipotesis kelima mendukung hipotesis yang diajukan. Penyimpangan hasil yang didapatkan di dalam penelitian ini disebabkan pertumbuhan return on equity yang memperlihatkan peningkatan laba perusahaan bukanlah variabel yang akan mendorong terjadinya pergantian auditor di dalam organisasi. Manajemen lebih bersifat netral di dalam terhadap berbagai opini yang terbentuk dari seorang auditor, manajemen menyadari peningkatan laba bukanlah acuan yang tepat dalam menilai kondisi perusahaan yang sesungguhnya, oleh sebab itu peneliti menduga pergantian auditor pada perusahaan yang dijadikan sampel lebih disebabkan oleh masa kontrak atau kerja dari auditor yang telah selesai. Hasil yang diperoleh di dalam tahapan pengujian hipotesis kelima sama dengan Wijayanti (2010) 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan maka diperoleh semua hipotesis yang diajukan tidak berhasil didukung dengan pengujian statistik, berikut ini penjabarannya: 1. Hasil pengujian untuk hipotesis pertama menunjukan bahwa pergantian manajemen tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor (auditor switching). 2. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukan bahwa opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. 3. Hasil pengujian hipotesis ketiga ditemukan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. 4. Hasil pengujian hipotesis keempat ditemukan bahwa financial distress tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. 5. Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukan bahwa pertumbuhan laba (return on equity) tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. 5.2
Keterbatasan Penelitian 1. Sebagian besar variabel penelitian menggunakan ukuran dummy, variabel tersebut tidak memenuhi normalitas data, sehingga mempengaruhi akurasi dan term error dari data yang diuji sehingga mengakibatkan seluruh hipotesis yang peneliti ajukan ditolak.
15
Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing
2. Pada sejumlah variabel terlihat begitu banyaknya data yang bernilai ekstrim (outlier) sehingga mempengaruhi akurasi hasil penelitian yang diperoleh. 5.3
Saran Peneliti dimasa datang disarankan untuk mencoba menggunakan metode pengambilan sampel yang relatif berbeda, serta memperpanjang periode observasi data. Penelitian berikutnya juga disarankan untuk menggunakan proksi yang berbeda untuk mengukur variabel penelitian terutama untuk variabel penelitian yang diukur dengan nilai 1 dan 0 (dummy)
DAFTAR PUSTAKA Arif Mustakim, Deni Malik dan Zalvan. 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perpindahan Auditor. Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana, Bali Cravens, William. 2005. Fundamental Analysis. Gramedia Pustaka, Jakarta. Damayanti, S dan M Sudarma. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik. Simposium Nasional Akuntan XI. Pontianak Dharma Rahendra. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol 5 No 3. Universitas Ghunadharma, Jakarta. Diyanti, Tri Fitri. 2010. Efect of Debt Default, Turnover Auditor, and Size Its Going to Acceptance of Audit Opinion Concern. Undergraduate Program Economy Faculty 2010 Gunadarma Univercity Ghozali dan Chariri. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stakeholders. Jurnal Manajemen Keuangan Volume II Nomor 1. Universitas Brawijaya, Malang. Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate dalam Aplikasi SPSS. BPFE, Yogyakarta. Hairr Joseph F, William C Black dan Barry J Babin. 2008. Multivriate Data Analysis. Seventh Edition. McGraw-Hi Joher Huson, M Ali, Shamsher M.., Anuar M.N & M Ariff. 2010. Auditor Switch Decision of Malaysian Listed Firm Terst of Determinance and Wealth Effect. ISSN: 0128-7702. University Putra Malaysia Press. Karwijaya, N dan Juniarti, 2002, Faktor-faktor yang Mendorong Perpindahan Auditor (Auditor Switch) pada Perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo, Jurnal Akuntansi dan Keuangan,Vol .4, No. 2, Mardyah. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pergantian Auditor Pada Beberapa Perusahaan go Publik di Indonesia. Jurnal Akuntansi. Vol 5 No 7. Universitas Kristen Petra, Surabaya. Menteri Keuangan, 2008, Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK .01/ 2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”, Jakarta. Mirna Dyah Phaptitorini dan Indira Januarti. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern. Simposium Nasional Akuntasi X. Universitas Hasanurdin, Makasar. Nachrowi bi Nachrowi. 2009. Analisis Multivariate dengan Memanfaatkan Eviews dan SPSS. BPFE, Yogyakarta.
16
Finda Fitriawan, Resti Yulistia M
Phalipu, Healy. 2005. Analysis Finance for Management. Mc Graw-Hill, Iriwin Ross Westerfield Jefft. 2005. Corporate Finance. Mc Graw-Hill, Irwin Santoso, Singgih. 2003. Dasar-dasar Analisis Multivariate Lewat Program SPSS. Gramedia Pustaka. Sartono, Agus. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. BPFE, Yogyakarta. Srimulyani. 2010. Gejolak Perekonomian Nasional Pasca Krisis Ekonomi Global. www.kompas.com Wibowo, Arie dan Rossieta, Hilda. 2009. Faktor-faktor Determinasi Kualitas Audit-Suatu studi dengan Pendektan Earning Surprise Benchmark. Simposium Nasional Akuntansi XII, Palembang. Wiley dan Almant. 2001. Corporate Financial Statement. Printice Hall, Edisi Indonesia Jakarta Wiley. 2008. Financial Distress Analysis. Edisi Indonesia. Gramedia, Jakarta Wijayani, Evi Dwi dan Januarti Indira. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Indonesia Melakukan Auditor Switching. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh 2011. Wijayanti, Putri Martina. 2010. Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Vol 3 No 2. Universitas Diponegoro, Semarang Yulistia, Resti M, Zaitul, Daniati Putri. 2012. The Effector of Leverage Size and Assets Activity of Fixed Asset Revaluation listed Manufacture Companies Indonesia. The International Conference on Competitiveness of Economy in the Global Market ( ICCE ). February 10-11 Universitas Bung Hatta, Padang.
17