FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUSAHAAN MELAKUKAN AUDITOR SWITCHING SECARA VOLUNTARY Demmi Maqrizi Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat
[email protected] Drs. Komar Darya, AK., M.M., CA
ABSTRACT
The purpose of this study is to find empirical evidence of the factors that influence manufacturer company in Indonesia stock exchange to do auditors switching in voluntary way. The variables used in this study is KAP size(KAP), Public Ownership (PuOW, Divident Policy (DiPol), Change In Management (BOD, Client Growth (GROWTH. Selection sample process using purposive sampling and for the research method used for this study is logistic regression by using SPSS 19 application. Results of this study found that Divident Policy (DiPol)does affect the auditor switching significantly, and KAP size, Public Ownership, Change in Management and client Growth doesn’t show any significant result so its doesn’t affect the auditor switching on Indonesia manufacturer companies. Keywords: Auditor Switching, KAP size, Dividen Policy, Public Ownership, Change in Management, Client Growth
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang faktor – faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk mengganti auditor nya secara sukarela pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran KAP (KAP), kepemilikan saham publik (PuOW), kebijakan deviden (DiPol), pergantian manajemen (BOD) dan pertumbuhan klien (GROWTH). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2013. Total sampel pengamatan 108 dengan menggunakan purposive sampling. Pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi logistik (logistic regression) dengan program SPSS 19. Hasil dari penelitian ini kebijakan deviden berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Sedangkan variabel lain seperti ukuran KAP, kepemilikan saham publik, pergantian manajemen dan pertumbuhan klien tidak berpengaruh secara signifikan pada pergantian auditor pada perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia.
Kata Kunci : Auditor Switching, Pergantian KAP, ukuran KAP, kebijakan dividen, kepemilikan saham publik, pergantian manajemen, pertumbuhan klien.
Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu gambaran mengenai keadaan kondisi keuangan suatu perusahaan. Dimana informasi didalam laporan keuangan ini akan digunakan oleh beberapa pihak luar. Seperti Investor, kreditor, lembaga keuangan dan pemerintah. Menurut PSAK no 1 (revisi 2013) laporan keuangan didalamnya harus terdapat laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan komprehensif lainnya, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, informasi komparatif, catatan laporan keuangan. Karena banyaknya pihak yang membutuhkan laporan keuangan tersebut, manajemen diminta untuk menyajikan secara wajar atau sesuai dengan fakta, sehingga kebutuhan masing – masing yang berkepentingan terpenuhi. Agar dapat dipercayanya laporan keuangan yang disajikan maka diperlukan akuntan publik sebagai pihak ketiga untuk mengaudit laporan tersebut. Dalam auditnya, akuntan publik menilai apakah penyusunan laporan keuangan yang dilakukan manajemen sudah sesuai dengan ketentuan prinsip akutansi yang berlaku umum. Sebagai hasil auditnya, akuntan publik memberikan pendapat akutan atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan dalam laporan audit independen . Independensi merupakan kunci utama yang mutlak harus berada dalam diri seorang auditor dalam menilai kewajaran laporan keuangan. Secara umum, ada dua bentuk independensi auditor: independence in fact dan independence in appearance. Independence in fact berdasarkan sikap auditor dalam bertindak, dilihat dari kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur dan objektif dalam melakukan penugasan audit. Apakah dalam situasi sulit atau tertekan seorang auditor dapat tetap bersikap independen. Independence in appearance ditunjukkan melalui cara berpikir dan cara bertindak serta bagaimana seorang auditor menentukan sebuah keputusan. Bagaimana cara seorang auditor bersikap dan bagaimana etika seorang auditor tersebut. Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit (Arens, Elder dan Beasley, 2012). Independen dan objektif dalam menilai laporan keuangan merupakan sifat dasar yang harus dimiliki oleh pihak akuntan publik. Dari independensi ini lah kualitas audit yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan, namun terkadang dengan terjalinnya ikatan hubungan klien dengan auditor dalam waktu lama dapat mengurangi independensi auditor. Al-Thuneibat et al. (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Salah satu contohnya adalah kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Andersen (2002) gagal dalam independensinya. Kasus ini membuat beberapa investor untuk berpindah auditor baik keukuran yang lebih kecil maupun lebih besar. Serta dari kasus skandal ini telah melahirkan Sarbanes Oxley Act (SOX) pada tahun 2002 karena di percaya skandal tersebut adalah adanya ikatan audit yang panjang antara Arthur dengan enron. SOX ini dikeluarkan untuk memperbaiki dan menghindari terjadi kesalahan yang sama, salah satunya adalah dengan memberlakukan untuk rotasi KAP dalam jangka waktu tertentu. Undang-undang no. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik merupakan ketentuan yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan akuntan publik. Untuk menjaga kepercayaan publik dalam fungsi audit dan untuk melindungi objektivitas auditor maka terdapat peraturan rotasi wajib auditor untuk mencegah terciptanya hubungan yang lebih dekat antara auditor dan klien yang dapat menghilangkan independensi auditor. Indonesia adalah salah satu negara yang menerapkan pergantian KAP secara berkala dalam kurun waktu tertentu (mandatory). Hal ini bisa dilihat dari dikeluarkannya Keputusan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 tentang “ Jasa Akuntan Publik” sebagai perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002. Yang dimana isinya membahas mengenai pemberian jasa audit atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh kantor akuntan publik paling lama untuk 5(lima) tahun buku berturut – turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3(tiga) tahun buku berturut – turut. Kemudian peraturan tersebut disempurnakan dengan dikeluarkannya peraturan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “ Jasa Akuntan Publik”, perubahan yang dilakukan adalah, pertama, pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik atau KAP paling lama 6(enam) tahun berturut – turut dan oleh seorang Akuntan Publik 3 (tiga) tahun buku berturut – turut(Pasal 3 ayat 1). Kedua, akuntan publik dan kantor akuntan publik dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah 1(satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama(pasal 3 ayat 2 dan 3). Berdasarkan surat keputusan kementerian tersebut maka kegiatan pergantian auditor berdasarkan jangka waktu tertentu disebut pergantian audit secara mandatory. Selain mandatory perusahaan juga dapat berpindah KAP atau auditor secara sukarela atau (voluntary). Perpindahan auditor secara sukarela ini dilakukan tanpa paksaan atau jangka waktu atas regulasi yang ada. Sehingga pergantian auditor secara Voluntary ini
memang dari pihak perusahaan yang ingin mengganti dengan Pihak KAP atau auditor yang lain. Adapun hal – hal yang menyebabkan mengapa pihak perusahaan mengganti auditor mereka secara Voluntary baik faktor internal maupun faktor eksternal. Meskipun pemerintah telah memberikan peraturan mengenai rotasi audit. Tidak sedikit pula perusahaan yang mengganti auditornya secara Voluntary. Dan jika perusahaan mengganti KAP nya bukan karena peraturan rotasi audit, maka hal ini akan membuat pertanyaan bagi pihak investor. Sehingga perusahaan yang melakukan pergantian audit secara voluntary ini lah yang menarik untuk dikaji. Untuk melihat hal apa saja yang membuat perusahaan mengambil tindakannya untuk mengganti KAP mereka. dan dalam pergantian KAP pihak management hanya bisa mengajukan dan memberikan alasan mengapa KAP tersebut perlu diganti. Tetapi pihak yang berwenang dalam menyetujui pergantian KAP tersebut adalah Dewan Komisaris selaku pihak yang menghubungkan antara pemegang saham dan pihak managemen. Dan jika perusahaan sudah mengganti dengan KAP yang baru, maka KAP yang baru juga harus mengkomunikasikan dulu degan KAP sebelumnya mengenai alasan ataupun kondisi perusahaan tersebut. dan berdasarkan uraian di atas Dengan topik dan judul tersebut penulis diharapkan dapat mendapatkan bukti empiris tentang faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi perusahaan mengganti KAP diluar ketentuan rotasi audit.
Hipotesis Pihak manajemen perusahaan pasti ingin mencari KAP yang berkualitas tinggi dan memiliki integritas yang tinggi dalam independensinya. Dengan mengunakan KAP yang memiliki reputasi yang tinggi maka kualitas audit yang dihasilkan juga baik, selain hal itu menggunakan KAP dengan reputasi tinggi juga dapat membuat pandangan di mata investor bahwa perusaan sudah memberikan yang investor harapkan. Wijayanti (2010) menyatakan perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas yang lebih baik untuk meningkatkan laporan keuangan dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan. KAP yang lebih besar (Big 4) biasanya dianggap lebih mampu dalam mempertahankan independensinya dibandingkan dengan rekan – rekan mereka yang lebih kecil. disamping itu KAP besar biasanya menyediakan berbagai bentuk layanan dalam berbagai aspek untuk pihak klien dalam jumlah yang besar, sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada klien tertentu. KAP besar umumnya dianggap sebagai penyedia kualitas audit yang tinggi dan menikmati reputasi tinggi dalam lingkungan bisnis dan karena itu akan berusaha untuk mempertahankan independensi mereka untuk menjaga reputasi yang mereka miliki (DeAngelo,1981). dan juga KAP besar dianggap lebih memiliki integritas dan lebih independen dalam menghadapi tekanan manajemen atau masalah perselisihan daripada rekan – rekan KAP lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka perusahaan yang sudah menggunakan jasa KAP big 4 memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk melakukan pergantian KAP. Oleh karena itu Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H1 : Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap Auditor Switching
Apabila perusahaan memiliki kepemilikan publik yang tinggi maka masyarakat umum dapat mempengaruhi perusahaan melalui media masa dalam hal kebijakan yang akan diambil perusahaan. Hal ini dapat mengakibatkan berubahnya sistem pengelolaan perusahaan yang awalnya berjalan sesuai keinginannya menjadi terbatas. Carey et al. (2000) menyatakan proporsi kepemilikan saham non keluarga meningkat, maka timbul permintaan monitoring dan audit berkualitas. Salah satu bentuk monitoring yang berkualitas atau pengawasan yang tinggi adalah pemilihan auditor dari KAP. Guedhami et al. (2009) menemukan kepemilikan saham yang beredar mempunyai pengaruh penting untuk memperoleh laporan keuangan yang berkualitas tinggi yang diwujudkan dalam pemilihan auditor dari KAP. Kepemilikkan saham oleh masyarakat akan mendorong perusahaan untuk berganti auditor ke KAP yang berkualitas, yang berarti semakin sedikitnya proporsi kepemilikan saham manajemen maka akan semakin tinggi kemungkinan perusahaan untuk berganti auditor ke KAP yang berkualitas, oleh karena itu hipotesisnya adalah: H2: Proporsi kepemilikan saham publik berpengaruh Positif terhadap Auditor Switching Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost). Ada beberapa mekanisme yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah agensi yaitu melalui kebijakan deviden, kebijakan utang, dan kepemilikan oleh institusi. Bagi investor pembayaran deviden yang stabil merupakan indikator perusahaan yang stabil pula semakin stabilnya deviden yang dibagikan menunjukan perusahaan sedang tumbuh dan berkembang, dan sebaliknya jika deviden tidak dibagikan dan terjadi penurunan maka menimbulkan pertanyaan pada kesehatan yang ada diperusahaan. Salah satu penyebab tidak dibagikannya deviden dan turunnya tingkat deviden yang dibagikan adalah dibutuhkannya dana tambahan untuk kebutuhan investasi perusahaan(Abdillah.2013). Dengan adanya penggunaan dana tambahan dibutuhkan pengawasan yang tinggi,
sehingga pihak investor bisa lebih percaya kepada pihak manajemen. salah satu bentuk pengawasan yang tinggi adalah permintaan kualitas audit yang baik, sehingga hal ini dipercaya mendorong manajemen untuk melakukan pergantian KAP. Oleh karena itu hipotesisnya adalah sebagai berikut: H3 :Kebijakan deviden perusahaan publik berpengaruh negatif terhadap pergantian auditor Switching Setiap manajemen memiliki pola, pemikiran, strategi dan tujuan yang berbeda – beda. Pergantian manajemen perusahaan terjadi jika perusahaan mengubah jajaran dewan direksinya baik terjadi karena adanya rapat umum pemegang saham atau karena pengunduran diri. Apabila perusahaan mengubah dewan direksi, baik direktur maupun komisaris akan menimbulkan adanya perubahan dalam kebijakan dan keputusan perusahaan. Sehingga gaya kepemimpinan dan pola mempengaruhi tujuan dari masing masing , sehingga secara langsung atau tidak langsung perusahaan akan mencari KAP yang sesuai dengan keinginan pihak manajemennya. Dengan adanya pergantian manajemen, maka manajemen akan menilai apakah auditor yang sekarang sesuai dengan kebijakan, keputusan dan pola yang baru, jika merasa tidak searah maka hal tersebut dapat mendukung pihak manajemen untuk mencari auditor baru yang kira – kira sesuai dengan kondisi perusahaan yang baru. Schwartz dan menon (1985) juga menyatakan bahwa perusahaan yang melakukan pergantian manajemen akan mengganti KAP-nya karena manajemen akan mencari KAP yang sesuai dengan keinginan perusahaan. Oleh karena itu berdasarkan hal tersebut maka akan dibentuk hipotesis sebagai berikut : H4 : Pergantian manajemen berpengaruh positif terhadap auditor Switching Pertumbuhan usaha yang cepat pada umumnya diikuti dengan peningkatan kebutuhan terhadap perusahaan audit independen untuk mengurangi biaya agensi dan peningkatan kebutuhan terhadap jasa nonaudit dalam perluasan perusahaannya (Nasser et.al, 2006). Perusahaan diharapkan dengan bertumbuhnya perusahaan maka akan lebih baik juga strategi yang digunakan. Dengan bertumbuhnya perusahaan maka semakin berkembangnya juga level dan kemampuan perusahaan. Dengan meningkatnya kemampuan perusahaan diharapkan harus diikuti dengan perubahan auditor yang digunakan. Selain itu juga untuk meningkatkan reputasi perusahaan dengan gambaran perusahaan yang besar maka menggunakan auditor yang besar juga. Sehingga menjadi nilai lebih bagi pihak investor. Selain itu, untuk mengakomodir kebutuhan perusahaan maka akan terjadi perubahan manajemen. Namun hal ini mungkin tidak dikuti oleh tingkat keahlian auditor yang ada. Manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat. Jika hal ini tidak bisa dipenuhi, kemungkinan besar perusahaan akan mengganti KAP yang ada saat ini. Oleh karena itu, H5 dinyatakan sebagai berikut: H5 :Pertumbuhan Klien berpengaruh Positif terhadap auditor Switching
Metode Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain yang berkaitan atau berhubungan dengan data yang akan diambil. Biasanya data ini dalam bentuk jadi, telah dikumpulkan dan di olah oleh pihak lain. Pemilihan data sekunder karena data sekunder telah kompeten serta dapat diuji dan lebih mudah didapat. Data sekuder yang digunakan didapat dari laporan keuangan auditan dan annual report atau laporan tahunan perusahaan publik tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Data tersebut diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id, situs web resmi dari masing – masing perusahaan dengan cara mengunduhnya. Selain itu data juga diperoleh dari Indonesian Capital Market Electronic Library (ICAMEL). Penelitian ini juga dilakukan dengan mengumpulkan data – data relevan dari perpustakaan Universitas Bina Nusantara, Membaca literatur – literatur terkait, buku, jurnal penelitian dan situs – situs internet yang berhubungan dengan penelitian. Alasan penentuan jumlah sample adalah untuk memenuhi kelengkapan data untuk diuji dan diolah sehingga tercapainya tujuan penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive samping adalah metode pengumpulan sampel data berdasarkan kriteria – kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. adapun beberapa kriteria mengenai sampel penelitian sebagai berikut : 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013 2. Selama tahun 2010 – 2013 perusahaan tidak melakukan pergantian auditor secara mandatory 3. Menyajikan informasi yang lengkap sesuai kebutuhan penelitian. Seperti informasi mengenai nama KAP. Total asset. Kebijakan deviden. Jumlah saham yang beredar, Nama klien, Nama BOD. Metode pengumpulan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi dari laporan keuangan auditan dan annual report atau laporan tahunan perusahaan manufaktur yang sudah terdaftar
dan dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2013 dengan cara mengumpulkan data dan menghimpun informasi lalu kemudian mempelajari dokumen tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Selain itu juga menggunakan metode studi pustaka yaitu dengan cara memperoleh data dengan membaca jurnal, artikel, buku, penelitian sebelumnya, dan literatur lainnya yang isinya terkait dengan ruang lingkup penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan model Regressi logistik : • Statistik Deskriptif • Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) • Koefisien Determinasi • Uji Kelayakan Model Regressi • Uji Multikololinearitas • Matriks Klasifikasi • Koefisiens Regresi Logistik
Hasil dan Pembahasan Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dimana sampel diambil berdasarkan kriteria dan kondisi tertentu. Sampel dipilih bagi perusahaan yang menyajikan data seperti nama KAP, net sales, susunan BOD dan persentase saham yang beredar. Selain itu sampel perusahaan yang diambil bukan dari perusahaan yang melakukan auditor switching secara Mandatory. Jumlah perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) selama periode 2010 – 20013 adalah sebanyak 135 perusahaan. Jumlah perusahaan yang dijadikan sample dalam penelitian ini adalah sebanyak 27 perusahaan, periode 2010 – 2013 berlangsung selama 4 tahun. Sehingga total pengamatan yang ada adalah sebanyak 108. Adapun proses seleksi sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak pada table 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Proses seleksi sampel dengan criteria Jumlah perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2010 – 2013 Perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor atau data laporan keuangannya tidak lengkap
141 (112)
Perusahaan yang melakukan pergantian auditor secara Mandatory
(2)
Jumlah perusahaan sampel
27
Total tahun pengamatan
4
Jumlah total sampel pengamatan
108
Karena variabel dependen bersifat dikotomi ( melakukan auditor switching), maka pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan adalah uji regresi logistik (logistic regression). Dalam penelitian ini tidak diperlukan asumsi normalitas data karena variabel bebas dalam penelitian ini merupakan campuran antara variabel metrik dan non metrik. Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik adalah sebagai berikut (Ghozali, 2011) : Pengujian regresi logistik dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (5%). Dengan menguji koefisien regresi maka dapat diketahui sejauh mana variabel independen berpengaruh pada variabel dependen. Apabila signifikansi p-value lebih besar dari 0,05 maka hipotesis alternatif ditolak (variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen), sedangkan apabila signifikansi p-value lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis alternatif diterima (variabel independen tersebut berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen). Dari hasil pengujian persamaan regresi logistik diperoleh model regresi pada tabel 4.9 berikut: Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Regressi Logistik B KAP PuOW DiPol BOD GROWTH
B -.224 .331 -.942 .420 -.004 -.304
S.E. .545 .501 .450 .436 .008 .333
Wald .169 .437 4.385 .925 .246 .835
Sig. .681 .509 .036 .336 .620 .361
Keterangan Tidak signifikan Tidak signifikan Signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan -
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model sebagai berikut : SWITCH
=
- 3,04 – 0,224KAP + 0.331PuOW – 0.942DiPol + 0.420BOD –
0.004GROWTH
Variabel KAP menunjukan koefisien regresi negatif sebesar 0.224 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0.681, lebih besar dari α = 5%, karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%, maka hipotesis ke-1 ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara ukuran KAP dengan auditor switching. Perusahaan akan memilih auditor dengan independensi dan integritas yang tinggi untuk meningkatkan independensi laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Bagi investor merupakan sebuah nilai tambah jika perusahaannya diaudit oleh KAP yang memiliki nama dan reputasi yang baik. Selain itu KAP yang lebih besar umumnya dapat dianggap sebagai penyedia kualitas audit yang tinggi dan dengan memiliki nama dan reputasi yang tinggi sehingga perlu menjaga reputasi tersebut dalam lingkungan bisnis sehingga KAP besar akan lebih berusaha dalam mempertahankan independensi dan integritasnya, guna menjaga image dan reputasi yang sudah mereka miliki (DeAngelo, 1984 dalam Damayanti dan Sudarma, 208). Adanya faktor Expertise KAP akan menentukan perubahan audit sehingga perusahaan akan lebih memilih KAP Big Four untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata pelaku pasar modal (Wijayanti, 2010). Selain itu KAP besar dianggap lebih baik dalam menanggapi tekanan dan masalah yang ada. Karena disamping memiliki reputasi yang baik, klien yang dimiliki juga banyak. Maka ketergantungan akan kekurangan klien bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan bagi KAP besar. Sehingga integritas dan independensi yang dimiliki lebih baik. Disamping itu setiap pergantian auditor baru maka akan menambahkan biaya baru, dan dalam pergantian auditor, auditor yang baru perlu memahami kembali mengenai kondisi dan gambaran bisnis perusahaan sehingga proses audit dimulai dari awal kembali. Sehingga biasanya perusahaan yang sudah di audit oleh big four enggan untuk mengganti auditornya. Kemungkinan perusahaan sudah merasa nyaman dengan auditor yang dipakainya sekarang. Namun dalam penelitian ini ternyata tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara Ukuran KAP dengan auditor switching. Kemungkinan perusahaan sampel didalam penelitian ini menganggap bahwa kemampuan expertise KAP tidak dipengaruhi oleh klasifikasi big four dan non big four. dan kemungkinan lain yang dapat mempengaruhi hasil dari pengujian sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini lebih banyak memakai jasa KAP non big four dibanding dengan jasa KAP big four. Variabel Kepemilikan saham publik (PuOW) menunjukan koefisien regresi positif sebesar 0.331 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0.509, lebih besar dari α = 5%, karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%, maka hipotesis ke-2 ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Kepemilikan saham publik dengan auditor switching. Hasil Penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Suparlan dan Andayani (2010). Kepemilikan saham publik adalah porsi saham yang dimiliki oleh masyarakat umum terhadap saham perusahaan publik. Begitu juga dengan stuktur perusahaan yang merupakan perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh publik dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak lainnya. Serta besar kecil nya persertase kepemilikan publik dibanding dengan kepemilikan pihak lain akan mempengaruhi pengambilan keputusan maupun ruang gerak manajemen. Carey et al (2000) dalam Abdillah (2013) menyatakan proposi kepemilikan saham non keluarga meningkat, maka timbul permintaan monitoring dan audit yang berkualitas. Sehingga semakin tinggi persentase kepemilikan publik dipercaya akan mendorong manajer untuk melakukan pergantian auditor. Keterbatasan ini membuat pihak manajemen perusahaan tidak bisa mengambil keputusan secara sepihak, dan harus membutuhkan persetujuan dari pemegang saham. Begitu juga bagi pihak pemegang saham, dapat mengambil keputusan dan pihak manajemen harus bisa memenuhi apa yang diminta. Namun dalam penelitian ini ternyata tidak ditemukan hal
yang signifikan antara kepemilikan saham publik dengan auditor switching. Hal ini menunjukan bahwa pada perusahaan sampel beberapa pemegang saham merasa nyaman dengan auditor yang dimilikinya dan cukup mempercayai kinerja pihak manajemen untuk tidak mengganti auditornya dan merasa pergantian auditor bukan lah suatu hal yang perlu dilakukan. Variabel Deviden (DiPol) menunjukan koefisien regresi negatif sebesar 0.942 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0.036, lebih kecil dari α = 5%, karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 5%, maka hipotesis ke-3 diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kebijakan deviden dengan auditor switching. Penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh kebijakan devidend terhahadap auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Abdillah (2013). Bagi para pemegang saham, pembagian deviden merupakan salah satu faktor yang menarik para investor untuk menanamkan modal mereka di entitas tertentu. dan karena informasi yang dimiliki oleh investor terbatas, maka perubahan deviden lah sebagai sinyal untuk mengetahui performa dari perusahaan. Kebijakan deviden merupakan keputusan apakah laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan di masa depan. Keputusan ini juga berdasarkan rapat umum pemegang saham. Prihantoro (2003) dalam Abdillah (2013) mengungkapkan para pemegang saham mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan yaitu mengharapkan pengembalian dalam bentuk deviden maupun capital gain. Sehingga naik turunnya atau ada tidaknya pembagian deviden menjadi indikasi bagi pihak investor. Oleh karena itu jika perusahaan tidak membagikan deviden akan menimbulkan pertanyaan bagi para investor. Ditambah lagi jika perusahaan sedang mengalami keuntungan. Sehingga hal ini mendorong pihak investor untuk meminta kualitas audit yang lebih baik serta pengawasan yang lebih baik. dan salah satu caranya adalah mengganti auditor yang lebih berkualitas. Variabel Pergantian Manajemen (BOD) menunjukan koefisien regresi positif sebesar 0.420 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0.336, lebih besar dari α = 5%, karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%, maka hipotesis ke-2 ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pergantian manajemen dengan auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Wijayanti (2010), Damayanti dan Sudarma (2008), Suparlan dan Andayani (2010), Syahtiadi dan Medyawati (2012), namun tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinarwati (2010), Wijayani (2011), Andra (2012), Abdillah (2013). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pergantian manajemen tidak selalu mendukung keputusan perusahaan dalam mengganti auditor mereka. Dari hal tersebut telah menunjukan bahwa perusahaan tetap menggunakan KAP sebelumnya yang telah diselaraskan dengan kebijakan manajemen baru dengan cara melakukan negoisasi ulang Wijayanti (2010). Perusahaan menilai bahwa pergantian auditor mungkin akan memperlambat proses audit dan mengurangi kualitas audit. Karena auditor yang baru harus mencari gambaran dan proses bisnis perusahaan dari awal. Disamping itu kemungkinan hal lain yang tidak mendukung hasil penelitian adalah kemungkinan pihak manajemen mengajukan pergantian auditor, perlu melakukan persetujuan oleh dewan komisaris dan para pemegang saham. Sehingga yang bertanggung jawab sepenuhnya dalam pergantian auditor bukanlah pihak manajemen. Pihak manajemen hanya bisa mengajukan dan memberikan alasan terkait pergantian auditor, namun otorisasi hal tersebut tetap ada di pihak komisaris dan pemegang saham. Variabel Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) menunjukan koefisien regresi negatif sebesar 0.224 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0.681, lebih besar dari α = 5%, karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%, maka hipotesis ke-1 ditolak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pertumbuhan perusahaan dengan auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Wijayanti (2010), namun tidak mendukung hasil penelitian Syahtiadi & Medyawati (2011). Pertumbuhan perusahaan yang semakin meningkat dapat memicu terjadinya auditor switching. Ketika pertumbuhannya semakin meningkat, perusahaan cenderung akan mengganti auditornya ke auditor yang mempunyai skala lebih besar karena hal tersebut dapat meningkatkan reputasi perusahaan. namun dalam hasil penelitian menunjukkan adanya fenomena tingkat pertumbuhan klien tidak menyebabkan perusahaan untuk melakukan auditor switching. Pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh pada kesangsian auditor terhadap kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Tidak adanya jaminan bahwa perusahaan yang mengalami peningkatan pada penjualan bersihnya juga akan mengalami peningkatan pada laba bersihnya menunjukkan bahwa perusahaan tersebut belum bisa lepas dari permasalahan keuangan yang dihadapinya. Hal itu berarti bahwa rasio pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa menjamin perusahaan untuk menerima keyakinan auditor atas kemampuan klien dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Karena itu pertimbangan pihak manajemen untuk mempertahankan reputasi perusahaan berkaitan dengan ukuran KAP dimata para shareholders-nya masih menjadi faktor utama bagi perusahaan untuk tetap mempertahankan penggunaan jasa KAP lama.
Simpulan Dan Saran Berdasarkan ringkasan hasil penelitian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Selamat empat tahun pengamatan (2010 - 2013) pada perusahaan manufaktur yang ada di indonesia , penelitian ini memiliki hasil bahwa ukuran KAP tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap auditor switching. Kemungkinan dalam penelitian ini perusahaan sampel menganggap bahwa expertise dari KAP tidak dipengaruhi oleh big four atau non big four melainkan dari kemampuan, independensi serta kualitas audit yang dapat KAP berikan.
2.
Selamat empat tahun pengamatan (2010 - 2013) pada perusahaan manufaktur yang ada di indonesia, penelitian ini memiliki hasil bahwa kepemilikan saham publik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap auditor switching. Dalam hal ini perusahaan sampel menunjukan bahwa kepemilikan publik tidak mendorong perusahaan untuk mengganti auditornya. Peranan publik sebagai saham mayoritas tidak mendukung atas kebijakan perusahaan dalam mengganti auditornya.
3.
Selamat empat tahun pengamatan (2010 - 2013) pada perusahaan manufaktur yang ada di indonesia, penelitian ini memiliki hasil bahwa kebijakan deviden memiliki pengaruh yang signifikan terhadap auditor switching. Hasil penelitian yang menunjukan arah negatif untuk kebijakan deviden ini membuktikan bahwa kebijakan devidend mempengaruhi perusahaan untuk mengganti auditornya. Kemungkinan perusahaan sampel beranggapan dengan total profit yang dimiliki dan didapati serta tidak adanya kebijakan devidend, maka akan memicu para investor meminta hasil audit yang lebih berkualitas. Salah satunya adalah dengan mengganti auditor yang lebih baik. Abdillah (2013) menyatakan Semakin stabilnya deviden yang dibagikan menunjukan perusahaan sedang tumbuh dan berkembang, dan sebaliknya jika deviden tidak dibagikan dan terjadi penurunan maka menimbulkan pertanyaan pada kesehatan yang ada di perusahaan.
4.
Selama empat tahun pengamatan (2010 - 2013) pada perusahaan manufaktur di indonesia, penelitian ini memiliki hasil bahwa pergantian manajemen tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap auditor switching. Hal ini menunjukan bahwa penerapan sistem baru ataupun strategi baru tidak selalu didukung oleh dengan pergantian auditor. Meskipun adanya kebijakan manajemen baru, manajemen beranggapan bahwa dapat diselaraskan dengan cara negosiasi ulang antar kedua pihak.
5.
Selama empat tahun pengamatan (2010 - 2013) pada perusahaan manufaktur yang ada di indonesia, penelitian ini memiliki hasil bahwa tingkat pertumbuhan klien tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Rudyawan dan Badera (2008) menyimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh pada kesangsian auditor terhadap kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Tidak adanya jaminan bahwa perusahaan yang mengalami peningkatan pada penjualan bersihnya juga akan mengalami peningkatan pada laba bersihnya menunjukkan bahwa perusahaan tersebut belum bisa lepas dari permasalahan keuangan yang dihadapinya. Hal itu berarti bahwa rasio pertumbuhan penjualan yang positif tidak bisa menjamin perusahaan untuk menerima keyakinan auditor atas kemampuan klien dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Karena itu pertimbangan pihak manajemen untuk mempertahankan reputasi perusahaan berkaitan dengan ukuran KAP dimata para shareholders-nya masih menjadi faktor utama bagi perusahaan untuk tetap mempertahankan penggunaan jasa KAP lama.
Berdasarkan dari kesimpulan yang disampaikan sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Untuk regulator diharapkan sebaiknya lebih memperhatikan hal – hal yang terlibat dalam auditor switching. Seperti apakah perusahaan sudah telah benar - benar mengganti auditor sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK01/2008 tentang “Jasa akuntan publik” pasal 3 dimana seorang akuntan publik paling lama memberikan jasa pada satu klien untuk 3 tahun periode berturut – turut. Sehingga tidak ditemukannya kecurangan berupa perusahaan yang harusnya mengganti akuntan publik dari KAP tertentu namun masih menggunakan akuntan publik yang sama. Meskipun yang menandatangani akuntan publik yang berbeda. Begitu juga sebaliknya. 2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mengurangi varibel – variabel yang tidak memiliki hasil yang signifikan dipenelitian ini untuk hasil yang lebih tepat dan dapat mempertimbangkan variabel –
3.
4.
5. 6.
7.
variabel lain yang kemungkinan memiliki pengaruh terhadap auditor switching sehingga menambah pengetahuan tentang auditor switching. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan objek penelitian terhadap seluruh perusahaan yang ada di BEI bukaan hanya pada sektor industri tertentu. sehingga dapat digeneralisasi teori secara valid. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan periode waktu yang lebih panjang. Karena dengan periode yang lebih panjang akan memberikan gambaran lebih baik terhadap hasil penelitian. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan akan memperhatikan dan terfokus terhadap pergantian akutan publik juga. Sehingga lebih memberikan hasil penelitian yang lebih valid. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan akan dapat mengklasifikasikan pilihan perusahaan terhadap KAP nya. misalnya seperti dari big four ke nonbig four, nonbig four ke big four, non big four ke non big four, big four ke big four. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan akan memperhatikan pengukuran pertumbuhan klien dengan pengukuran yang lebih akurat. Tidak hanya menggunakan ratio penjualan bersih saja.
REFERENSI Abdillah. 2013. Faktor – faktor yang mempengaruhi pergantian KAP. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponogoro Andra. I.N (2012). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching Setelah Ada Kewajiban Rotasi Audit di Indonesia. Skripsi S1. Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Altman, E dan McGough, T. 1974. “Evaluation of A Company as A Going Concern”. Journal ofAccountancy. Vol. 138 I p50-57. Al-Thuneibat, Ali Abedalqader; Issa, Ream Tawfiq Ibrahim al; Baker, Rana Ahmad Ata. 2011 . “Do audit tenure and firm size contribute to audit quality?” . Managerial Auditing Journal. Vol 26. Arens, A.A., Elder, R.J., Beasley, M.S. (2012). Auditing and Assurance Service An Integrated Approach, 14th Global Edition. England : Pearson. Baldwin. C Y, Mason. S P .(1983). The Resolution of Claims in Financial Distress the Case of Massey Ferguson. Wiley.Vol 38 No 2. Boyton, W. C. & Johnson,. R. N . 2006. Modern Auditing: Assurance Services, and the Integrity of Financial Reporting. Eight Edition, USA:John Wiley & Sons, Inc Chang H. Cheng C S A, Reichelt K J.2010. Market Reaction to Auditor Switching From Big 4 toThird-Tier Small Accounting Firms. AuditingL A Journal Of Practice & Therory. Vvol 29 No 2 Chow, C.W. dan S.J. Rice. 1982. “Qualified Audit Opinions and Auditor Switching”. The Accounting Review, Vol. LVII, No. 2. Damayanti, S. dan M. Sudarma. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik. Simposium Nasional Akuntansi 11, Pontianak DeAngelo L E. 1981. Auditor size and audit quality. Journal of Accounting and Economic. North Holland Publishing Company Ghozali I .2012. Buku. Aplikasi Analisis Multivariariate Dengan Program IBS SPSS 19 Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. 2008. ”Analisis Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ)”. Simposium Nasional Akuntansi XI Ikatan Akuntan Indonesia. IAI SA SEKSI 341 .(2001). Pertimbangan Auditor Atas Kemampuan Entitas Dalam Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya. PSA no 30 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359. 2003. tanggal akses 20 April 2014. http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=404 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 423. 2002. tanggal akses 20 April 2014. http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=386&hlm= Latifah . N. 2013. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Voluntary Auditor Switching. Skripsi Fakultas Ekonomi dan bisnis Universitas Diponogoro
Mulyadi. 2002. Auditing, Buku Dua ,Edisi Ke Enam, Salemba Empat, Jakarta Nasser et al. 2006. Auditor client Relationship: The Case of Audit Tenure and Auditor Switching in Malaysia. Managerial Auditing Joumal. 21 No 7. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17. 2008. tanggal akses 20 April 2014 http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13177&hlm= Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan ED 1 (2013).tanggal akses 20 April 2014. http://iaiglobal.or.id/v02/referensi/public_hearing/ED_PSAK_1_(2013)-2013-JULI-23.pdf Rudyawan, A.P. dan I.D.N. Badera. 2008. “Opini Audit Going Concern: Kajian berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, Leverage, dan Reputasi Auditor”. Rusmin .2010. Auditor Quality and Earnings Management:Singapore Evidence. Managerial Auditing Journal. Vol 25. Schwartz, K.B. dan K. Menon. 1985. “Auditor Switches by Failing Firm”. The Accounting Review, Vol. LX, No. 2, pp. 248-261. Sinarwati, Ni Kadek. 2010. “Mengapa Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik?” Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto. Syahtiadi, F. (2012). Analisis Hubungan Auditor - Klien : Faktor-Faktor yang mempengaruhi Auditor Switching di Indonesia. Skripsi S1. Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Depok. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik. tanggal akses 20 April 2014 http://www.ppajp.depkeu.go.id/remository/downloads/uuap5-2011bt.pdf Wijayani, E.D. (2011). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan di Indonesia Melakukan Auditor Switching. Skripsi S1. Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Wijayanti, M.P. (2010). Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching di Indonesia. Skripsi S1. Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang.
RIWAYAT PENULIS Demmi Maqrizi lahir di Jakarta pada 05 Mei 1991. Penulis menamatkan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada tahun 2014.