perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : IFANY DAMAYANTI
F1107013
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO There is no over night success ~Penulis~ Success is a journey, not a destination ~Penulis~ Kunci sukses itu ada 2, fokus dan positive feeling ~Penulis~ Tuhan itu tepat janji dan tepat waktu ~Penulis~
Kita tidak dapat mengubah masa lalu tapi kita bisa memperindah masa depan ~Penulis~
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Untuk Papa dan Mama tersayang yang dalam sujudnya selalu berdoa untuk kebahagiaan dan keberhasilanku. Ini sebagai tanda baktiku untuk Papa & Mama. Untuk kakak – kakakku tercinta Ferdian, Feriska dan Cici Kalianlah sumber kekuatanku. Untuk sahabat karibku Caesa Septiani Putri dan Sinurmauli Fornia Gultom yang tiada henti-hentinya memberikan semangat, dukungan serta doanya padaku Untuk Teman-Teman Kosku Mbak Dhian, Mbak Widi, Mbak Ines & Mbak Della yang selalu menemani hari-hari dengan penuh suka. Untuk semua teman-temanku
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikkum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji dan syukur Alhamdulilah kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, serta dengan usaha sungguh-sungguh, akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan magang dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PENDAPATAN
PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA”, ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis temui dalam penyusunan laporan magang ini. Namun dengan bantuan serta bimbingan berbagai pihak, maka laporan magang ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankan penulis sampaikan ucapan terimakasih atas bantuan dari beberapa pihak yang telah meluangkan waktunya dalam membantu penyusunan laporan magang ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. BRM. Bambang Irawan, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar ,bijak serta yang telah meluangkan waktu dan fikiran dalam mengarahkan serta memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan. 4. Dwi Prasetiayani, SE, MSi selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. 5. Para penguji skripsi yang dengan arif dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan masukan yang berarti pada saat ujian skripsi. 6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis. 7. Keluarga Besar Pasar Gede yang sangat kekeluargaan yang telah membantu penulis melakukan penelitian, ditambahi main gamelan sareng Keluarga Besar, gayeng ^_^. Matur Nuwun Bapak, Ibu sareng Mbak-Mbak. 8. Papa ku tercinta, terima kasih untuk semua nasehat, arahan serta kasih sayang yang selama ini telah diberikan. I will always love you, daddy. 9. Mama ku tersayang, terima kasih perhatian yang setiap hari diberikan serta dorongan untuk selalu sabar dan menjadi wanita yang kuat. Don’t stop loving me, mom. I never feel so lonely because you’re always here with me. 10. Kakak-kakakku tersayang ( Mas Ferdi, Mbak Mano, Che-Che ) terima kasih kasih sayang serta inspirasi yang selalu diberikan. I love you forever. 11. dr. Soffin Arfian dan keluarga selaku om, terima kasih banyak untuk sangkar emasnya ^_^. Selama ponakan di Solo selalu menjaga & menghibur. Karaoke & wisata kuliner bersama om dan keluarga sangat menyenangkan. Doakan ponakan mu yang centil ini om ^_^. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Sahabat-sahabatku tercinta di Bandung, Nchy, Vivi, Yanie, Noor, Fitrea, Nenden, Cha-cha, Ricka, Cinta, Gantria, Meida, Wulan, Jesi, Meilda, Icha, Lusie, Novi. Dimanapun kita berada, kalian sahabatku selamanya. Pepeundak diditunya sayang-sayangkuh... 13. Teman-teman EP angkatan 2007, kakak tingkat angkatan 2006 terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak langsung telah memberi bantuan hingga terselesaikannya penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 18 Mei 2011
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
iii
HALAMAN MOTTO ...........................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...........................................................................
v
KATA PENGANTAR .........................................................................................
vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii ABSTRAK ........................................................................................................... xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................
1
B. Perumusan Masalah .......................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
6
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Dan Ciri-Ciri Sektor Infomal ............................................
8
B. Definisi Bisnis Kecil ........................................................................ 10 C. Definisi Pasar Tradisional, Pedagang Pasar, Pendapatan Dan Kinerja Pedagang....................................................................... 12 D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang ........... 15 1. Umur ............................................................................................ 15 2. Lama Usaha ................................................................................. 15 3. Modal ........................................................................................... 16 4. Jam Kerja ..................................................................................... 17 5. Jenis Dagangan ........................................................................... 18 F. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 18 G. Hipotesis ......................................................................................... 19 commit to user H. Penelitian Sebelumnya .................................................................... 19
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 23 B. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 23 C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 23 D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ..................... 24 E. Definisi Operasional Variabel ......................................................... 25 F. Metode Analisis Data ...................................................................... 26 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta .................................... 33 B. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Jebres ................................ 43 C. Pasar Tradisional (Pasar Gede) ........................................................ 48 1. Sejarah Berdirinya Pasar Gede .................................................. 48 2. Jenis Dagangan di Pasar Gede ................................................... 49 3. Jumlah Pedagang dan Pendapatan di Pasar Gede ...................... 51 E. Karakteristik Demografi dan Sosial Pedagang di Kawasan Pasar Gede ....................................................................................... 51 1. Umur .......................................................................................... 51 2. Jenis Kelamin dan Status Pernikahan ........................................ 53 3. Tingkat Pendidikan Formal ........................................................ 54 4. Jenis Barang Dagangan .............................................................. 55 5. Jam Kerja ................................................................................... 56 6. Jumlah Tenaga Kerja Yang Dipekerjakan ................................. 57 7. Lamanya Berdagang ................................................................... 59 8. Modal Usaha .............................................................................. 60 9. Tingkat Pendapatan .................................................................... 61 F. Analisis Data .................................................................................... 62 1. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 65 2. Uji Individual ............................................................................. 68 3. Pengujian Hipotesis .................................................................... 71 4. Interpretasi Hasil Secara Ekonomi .............................................. 73 commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
digilib.uns.ac.id
PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 76 B. Keterbatasan..................................................................................... 77 C. Saran ............................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Halaman
Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2009 .................................................................................................. 4
2.1
Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal ................... 10
4.1
Banyaknya Kelurahan, RT dan RW di Kota Surakarta .............................. 35
4.2
Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis kelamin tahun 20002009 ............................................................................................................. 36
4.3
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat KepadatanTiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2009 ....................... 37
4.4
Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2009 .................................................................................................. 37
4.5
Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan di Kota Surakarta ............................. 39
4.6
Penduduk Menurut Agama Yang Dianut di Kota Surakarta Tahun 2009.. 40
4.7
Fasilitas perlindungan sosial menurut kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009 ............................................................................................................ 41
4.8
Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Kota Surakarta Tahun 2005-2009 ........... 42
4.9
Banyaknya RT dan RW Tiap Kelurahan Tahun 2008 ................................. 44
4.10 Pedagang Pasar Gede Menurut Umur ......................................................... 52 4.11 Pedagang Pasar Gede Menurut Jenis Kelamin dan Status Pernikahan ....... 53 4.12 Pedagang di Pasar Gede Menurut Tingkat Pendidikan Formal ................... 54 4.13 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jenis Dagangan ..................................... 56 4.14 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jam Kerja (hari) .................................... 57 4.15 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jumlah Tenaga Kerja yang Membantu . 58 4.16 Pedagang di Pasar Gede Menurut commitLamanya to user Berdagang ............................. 59
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.17 Pedagang di Pasar Gede Menurut Asal Modal Usaha ................................. 60 4.18 Pedagang di Pasar Gede Menurut Besar Modal Usaha .............................. 60 4.19 Pedagang di Pasar Gede Menurut Tingkat Pendapatan .............................. 62 4.20 Hasil Uji Regresi Linier berganda ............................................................... 63 4.21 Hasil Uji Regresi Linier berganda ............................................................... 65 4.22 Hasil Uji Uji White Heteroscedasticity Test .............................................. 67
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar/Diagram
Halaman
3.1
Uji t .............................................................................................................. 28
3.2
Uji Durbin Watson....................................................................................... 32
4.1
Scatterplot Umur Dengan Lama Usaha ....................................................... 64
4.2
Kurva Durbin-Watson ................................................................................. 68
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA
Ifany Damayanti NIM. F1107013 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta baik secara individu maupun bersama-sama. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan motode survey dengan bantuan instrumen kuesioner dalam pengambilan data. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan kombinasi proportionated sampling dengan area random sampling. Ukuran sampel yang diambil sebanyak 150 pedagang di Pasar Gede dari populasi pedagang di Pasar Gede yaitu sebanyak 741 pedagang. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linear berganda. Dari hasil analisis data ditemukan bahwa variabel independen yang mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede yaitu modal dan jam kerja dengan tingkat signifikansi α = 5%. Variabel independen jenis dagangan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede pada tingkat signifikansi α= 5% . Penelitian ini mengajukan saran antara lain guna mengembangkan usaha pedagang sebaiknya menyisihkan sebagian hasil keuntungan yang diperoleh untuk menambah modal dagangan sehingga pedagang mampu menambah variasi dagangan yang diperjual-belikan. Selain itu pedagang disarankan sebaiknya memliki tenaga kerja tambahan untuk membantu proses perdagangan terutama pedagang yang memiliki porsi jam kerja yang banyak. Hal ini sangat membantu pedagang dalam melayani pembeli dan proses perdagangan.
Kata Kunci : pedagang pasar tradisional, simple random sampling, regresi linear berganda, sektor informal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INCOME MARKET TRADERS IN THE CITY SURAKARTA GEDE Ifany Damayanti NIM. F1107013 Purpose of this study was to determine and analyze the influence of the variables age, length of business, capital, working hours and types of merchandise to the merchant Gede market revenues Surakarta, both individually and together. This study is a descriptive study using survey method with the help of instruments kuisoner in data retrieval. sampling technique in this study using a combination proportionated sampling with random sampling area. The sample size is taken as many as 150 traders in Gede market from the population of Gede market traders in the 741 merchants. Data analysis techniques used to test the hypothesis is multiple linear regression analysis. From the results of data analysis found that independent variables that have a significant influence on earnings Gede market traders in the capital and hours worked by income level significance α= 5%. The independent variable type of merchandise do not have a significant influence on the income of traders in the Gede market at the level of significance α = 5%. This research proposed suggestions, among others, to develop business traders should set aside a portion of profits to increase the capital of merchandise so that merchants can add variety merchandise trade. Also recommended traders should have additional manpower to help process trades, especially traders who have a portion of a lot of working hours. This is very helpful in serving buyers and traders trading process.
Key words: traditional market traders, simple random sampling, multiple linear regesi, the informal sector. commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sektor informal berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan nasional. Setidaknya,ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung dan alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja. ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja menjadikan bertambahnya jumlah pengangguran sehingga sektor informal mampu meredam gelombang para pengangguran dan kemiskinan tidak meledak. Peran sektor informal ini telah berlangsung sejak lama dalam pasang surut perkembangan masyarakat dan dinamika perkembangan ekonomi. Sektor informal cukup dominan menyerap angkatan kerja khususnya di perkotaan. Terbukti sulitnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi anggota masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pengalaman serta ketrampilan yang sangat terbatas sektor informal mampu memegang peranan penting menampung angkatan kerja, terutama angkatan kerja muda yang masih belum berpengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja. Peran sektor informal yang cukup positif dalam proses pembangunan sangat diperlukan, terutama sebagai sumber alternatif penciptaan kesempatan kerja. Sektor informal merupakan unit usaha kecil maka modal yang diperlukan juga kecil bahkan sistem pengolahannya sangat sederhana. Meskipun dengan modal kecil tersebut orangcommit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
orang yang bekerja di sektor informal mampu mempertahankan hidupnya. Data menunjukkan bahwa tahun 1995 tenaga kerja Indonesia yang ditampung sektor informal berturut-turut sebesar 62,7 persen serta pada tahun 1999 sebesar 62,0 persen (SAKERNAS 1999). Hal ini menunjukkan bahwa sektor informal merupakan sektor penyangga (buffer sector) dari luapan tenaga kerja yang tidak dapat ditampung oleh sektor formal. Solo merupakan salah satu kota pertama di Indonesia yang dibangun dengan konsep tata kota modern dan Pasar Gede merupakan salah satu tujuan wisata, terutama wisatawan domestik. Selain bangunannya terkesan antik, di bagian dalam pasar tradisional ini tampak lega, tertib, dan bersih. Bangunan semacam ini memiliki nilai-nilai filosofi bangunan Jawa. Dalam filosofi kebudayaan Jawa dalam hubungannya dengan bangunan yang ada dikomplek keraton dikenal adanya Catur Gatra Tunggal, yaitu : a. Kraton, merupakan pusat pemerintahan b. Alun-alun, sebagai simbol suara rakyat c. Masjid Agung, sebagai tempat peribadatan d. Pasar, sebagai sarana penghidupan rakyat Pasar Gede Hardjonagoro adalah pasar terbesar di Kota Surakarta. Pasar ini asalah salah satu ciri khas atau identitas Kota Surakarta, karena kekhasannya dan aktivitasnya. Kekhasan pasar ini adalah karena Pasar Gede menjual kebutuhan primer yang dibutuhkan masyarakat pada umumnya. Pasar tradisional ini menggabungkan konsep arsitektur Jawa-Eropa buatan 1930. Tjan Sie Ing, seorang Lieutenant de Chinezen, yaitu pimpinan golongan etnis Cina yang diberi commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
legitimasi oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar 100 tahun silam. Selain mendapat fasilitas dari Pemerintah Belanda, pimpinan kelompok Cina ini juga mendapat konsensi dari pemerintah keraton Kasunanan Surakarta berupa hak pengelolaan pasar tradisional Hardjonegoro, yang kemudian menjadi Pasar Gede. Pada masa lalu pusat berkumpulnya masyarakat sebenarnya ada di pasar tradisional. Pasar tradisional berfungsi sebagai ruang ekonomi, ruang sosial dan ruang budaya. Sebagai ruang ekonomi karena jelas merupakan tempat jual beli. Sebagai ruang sosial karena merupakan tempat interaksi, dan sebagai ruang budaya terlihat dari fungsinya sebagai sarana pembelajaran. Pasar Gede mulanya merupakan sebuah pasar kecil yang didirikan di area seluas 10.421 hektar, berlokasi di persimpangan jalan dari Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten pada tahun 1930 dan diberi nama Pasar Gede Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gede atau “pasar besar” karena terdiri dari atap yang besar. Seiring dengan perkembangan masa, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Di pasar Gede terdapat berbagai jenis barang dagangan yang merupakan dagangan unggulan atau ciri khas pasar Gede, yaitu : ikan laut, daging babi, daging sapi, ayam goreng ditempat, dan buah-buahan. Namun pasar Gede lebih dikenal dengan pasar buahnya atau lebih lengkapnya dagangan yang ada dipasar Gede, yaitu : wade, grosir buah, kembang, daging sapi, daging babi, ikan laut, ayam potong, ayam hidup, pakaian, buah, penjahit, pedagang sayur, grabatan, pedagang makanan, dan oleh-oleh khas Solo. commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.1 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2009
Laweyan
50
40
996
Buruh Industri (Industry Workers) 14.980
Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari
0
0
1089
5.258
3.135
0
0
2506
10.433
7.134
84 344
0 412
1721 3087
16.519 21.366
16.012 19.579
Jumlah
478
452
9399
68556
58346
Pedagang Retail 5.700 4.259
Angkutan (Transportation) 2.744 1.928
PNS/TNI/POLRI
Pensiunan
5.056 1.614
3.705 907
42.263 32.150
8.029
4.909
2.848
4.376
32.602
5.047 10.491
2.748 6.315
8.025 9.392
3.680 6.934
49.061 37.935
33526
18644
26935
19602
194011
Kecamatan
Kecamatan Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari Jumlah
petani sendiri
Buruh tani
Pengusaha
(Farmers)
(Farm workers)
(Enterpreneur)
Buruh Bangunan (Workers of constructor) 12.486
Lain-Lain
Sumber : BPS Kota Surakarta
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat di lihat, bahwa mata pencaharian tertinggi yang berdiri sendiri di Kota Surakarta ialah pedagang (retail) yaitu sebanyak 33.526 orang. Mata pencaharian buruh menduduki peringkat pertama namun tidak menjadi patokan mata pencaharian yang dominan, hal ini di karenakan buruh menggantungkan hidupnya kepada pabrik sedangkan jumlah permintaan buruh jumlahnya tidak stabil tiap tahunnya. Mata pencaharian formal tercatat sebanyak 26.935 orang yang terserap dan sisanya masuk ke dalam sektor informal sehingga dari data diatas dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian di sektor informal mampu menjadi sektor penyangga (buffer sector) dari luapan tenaga kerja yang tidak dapat ditampung oleh sektor formal. commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keberadaan Pasar Gede sebagai pasar tradisional juga pasar wisata diharapkan mampu membuka peluang kerja di sektor informal khususnya terhadap pedagang. Pedagang adalah orang yang dengan modal yang relatif bervariasi yang berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang atau jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat. Modal yang dimiliki relatif tidak terlalu besar sehingga berdagang merupakan salah satu alternatif lapangan kerja informal yang banyak menyerap tenaga kerja. Untuk itu perlu dikembangkan lapangan kerja pada sektor informal yang mampu menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga sekaligus menyerap tenaga kerja. Pasar Gede sebagai tradisional yang digunakan sebagian masyarakat untuk mencari penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari juga sebagai pasar wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Surakarta. Potensi Pasar Gede bila dikembangkan dan dikelola lagi akan menguntungkan pemerintah daerah baik dari sisi financial maupun penyediakan peluang kerja dalam sektor informal. berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA”.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh umur pedagang terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh pedagang? 2. Bagaimanakah pengaruh lama usaha terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh pedagang? 3. Bagaimanakah pengaruh
modal terhadap besarnya pendapatan
yang
diperoleh pedagang? 4. Bagaimanakah pengaruh jam kerja terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh pedagang? 5. Bagaimanakah pengaruh jenis dagangan terhadap besarnya pendapatan yang diperoleh pedagang? 6. Bagaimanakah pengaruh variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan terhadap pendapatan?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel umur terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel lama usaha terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel modal terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel jam kerja terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. 5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. 6. Untuk mengetahui pengaruh variabel umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan terhadap pendapatan? D. Manfaat Penelitian Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Secara pribadi, penulis memperoleh banyak pengalaman dan merupakan penerapan dan evaluasi terhadap teori yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. 2. Dapat dijadikan referensi berikutnya. 3. Sebagai motivasi bagi pedagang di Pasar Gede dalam mengembangkan usahanya dalam rangka peningkatan pendapatan yang diperoleh. 4. Sebagai bahan pertimbangan sektor informal yang berwenang untuk pengembangan dan pembinaan sektor informal khususnya pedagang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi dan Ciri-Ciri Sektor Informal Definisi sektor informal menurut Ebert dan Griffin (2000;150) dalam Alma Buchari (2006:95) ialah suatu usaha yang dimiliki dan dikelola secara bebas dan yang menjalankan bisnis adalah pemiliki sendiri, bekerja bebas sesuai kesanggupannya. Definisi teoritis sektor informal adalah sebagai berikut sektor informal terdiri dari unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri dan bahwa usahanya itu sangat dihadapkan berbagai kendala seperti faktor modal, maupun manusia (pengetahuan) dan faktor-faktor ketrampilan (Hidayat, 1983:560). Para pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya di sektor informal biasanya tidak memiliki pendidikan formal. Pada umumnya mereka tidak mempunyai ketrampilan khusus dan sangat kekurangan modal kerja. Oleh sebab itu, produktifitas dan pendapatan mereka cenderung lebih rendah daripada kegiatan-kegiatan bisnis yang ada di sektor formal. Selain itu, mereka yang berada di sektor informal tersebut juga tidak memiliki jaminan keselamatan kerja dan fasilitasfasilitas kesejahteraan seperti yang dinikmati rekan-rekan yang berada di sektor formal, misalnya tunjangan keselamatan kerja dan dana pensiun (Todaro, 2000:352). commit to user
8
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun ciri-ciri sektor informal antara lain (Alma Buchari, 2006:96) : 1. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik. 2. Belum mempunyai izin usaha yang resmi. 3. Teknologi yang digunakan sangat sederhana. 4. Modal dan perputaran usaha sangat kecil. 5. Pendidikan
formal
dari
para
pengelolamya
tidak
menjadi
pertimbangan dalam membuka usaha. 6. Usahanya bersifar mandiri, jika ada karyawan biasanya dari keluarga sendiri. Pengertian ciri-ciri sektor informal yang diberikan oleh Committe for Economic Development ialah (Alma Buchari, 2006:95) : 1. Manjemennya dilakukan secara bebas, biasanya pemilik langsung menjadi manajer. 2. Modal berasal dari pemilik atau kelompoknya. 3. Daerah operasionalnya bersifat lokal, dan si pemilik bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi bisnis. 4. Dalam hal usaha industri ukuran besar dan kecil itu sangat relatif. Suatu bisnis dikatakan kecil jika dibandingkan dengan bisnis yang sejenis. Clifford M.Baumback Ph.D menyatakan ciri sektor informal ialah (Alma Buchari, 2006:98) : 1. Manjemen oleh pemilik. 2. Sangat tergantung pada pribadi seseorang. commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Daerah operasional bersifat lokal. 4. Permodalan sangat bergantung pada sumber dari dalam bisnis. Setelah diuraikan beberapa ciri sektor informal maka secara umum dapat diuraikan perbedaan karakteristik antara sektor formal dan sektor informal sebagai berikut, menurut Alan Gilbert dan Josef Gugler dalam Rasida Nur Hapsari (2004) : Tabel 2.1 Perbedaan Karakteristik Sektor Informal dan Sektor Formal No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
Sektor Informal Mudah untuk dimasuki. Bersandar pada sumber daya lokal. Usaha milik sendiri. Operasinya dalam skala kecil. Padat karya dan teknologinya bersifat adaptif. Ketrampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal. Tidak terkena langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif.
Sektor Formal Sulit untuk dimasuki. Sering bergantung pada sumber daya luar negeri. Pemiliknya patungan. Operasinya berskala luas. Padat modal dan seringkali menggunakan teknologi impor. Membutuhkan ketrampilan yang berasal dari sekolah formal, bahkan seringkali berasal dari luar negeri. Pasar diproteksi (melalui tarif, kuota dan tarif dagang).
Sumber : Laporan ILO 1976
B. Definisi Bisnis kecil Di Indonesia bisnis kecil sering disebut sektor informal, yaitu suatu kegiatan bisnis yang dilakukan sambilan, oleh seseorang dibantu sanak famili. Kegiatan bisnis kecil yang bergerak dalam bidang perdagangan dapat diklasifikasikan secara garis besar yaitu (Alma Buchari, 2006:95) : 1. Skala besar, dengan modal lebih dari 100 juta. 2. Skala menengah dengan modal Rp.25 juta – Rp.100 juta. 3. Skala kecil di bawah Rp.25 juta. commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kegiatan bisnis kecil memiliki kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaannya. Kelemahan usaha kecil yaitu (Alma Buchari, 2006:99) : 1. Pendapatan
pengusaha
bisnis
kecil
tidak
mementu,
tidak
tetap
dibandingkan dengan menerima gaji tetap dari perusahaan. 2. Resiko pengusaha lebih besar, dibandingkan dengan sesorang yang bekerja di perusahaan. 3. Dalam keadaan sulit maka saat-saat membayar gaji pegawai dirasakan merupakan beban berat. Tetapi keadaan ini tidak akan terasa bila keadaan telah lancar kembali. 4. Pengusaha dibatasi geraknya oleh berbagai peraturan yanh dikeluarkan oleh pemerintah pusat, kotamadya, kecamatan, RT, RW dan sebagainya. Peraturan – peraturan ini mungkin di anggap sebagai penghamabat oleh pengusaha yang belum berpengalaman, terutama pada saat permulaan bisnis beroperasi. Kelebihan bisnis kecil antara lain : 1. Pengusaha memiliki kebebasan yang luas dalam menjalankan usahanya sendiri. Ini merupakan satu keuntungan bagi pengusaha karena hidup aman dan tidak ada tekanan. 2. Pengusaha mampu mengekspresikan ide-ide yang dimiliki dengan mudah. Tidak seperti bisnis besar yang banyak melalui birokrasi sehingga untuk mengekspresikan ide cenderung sulit. 3. Pemilik usaha bisnis kecil menikmati keuntungannya sendiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
4. Pengusaha bisnis kecil lebih cenderung mudah mendapatkan penghargaan masyarakat, dibandingkan seseorang yang bekerja di perusahaan.
C. Pengertian Pasar Tradisional, Pedagang Pasar, Pendapatan, dan Kinerja Pedagang Ditinjau dari perspektif ekonomi, pasar adalah wahana pertemuan antara penjual dengan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar tradisional merupakan sarana tempat berlangsungnya transaksi jual beli, dimana pedagang secara langsung dan kontinyu memperdagangkan aneka barang dan jasa. Bentuk fisik pasar tradisional biasanaya terdiri dari los dan kios sederhana, relatif kurang terawat dan terkesan kumuh (Sinungan, 1987 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008). Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayursayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain Pasar adalah tempat dimana para pembeli dan para penjual dari suatu barang atau jasa melakukan interaksi untuk menentukan jumlah dan harga barang atau jasa yang diperjualbelikan (Sukirno, 2002;42) Salah satu karakterisktik yang menonjol dari pasar tradisonal adalah banyaknya pedagang yang menjual jenis barang dagangan yang sama. Selain itu penentuan harga barang dilakukan melalui proses tawar menawar. Walaupun harga barang relatif murah namun kualitas dan kebersihan barang kurang diperhatikan (Sinungan, 1987 dan Alexander, 1987 dalam jurnal NeOBis vol.2 no.2.Desember 2008). commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Salah satu fungsi dari pasar adalah sebagai fasilitas umum untuk melayani kebutuhan sehari-hari masyarakat. Meskipun secara fisik suasana berbelanja di pasar tradisional kurang menyenangkan, namun pasar tradisional mempunyai jangkauan pelayanan yang luas kepada masyarakat. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Asosiasi Pengecer dan Pusat Pertokoan Indonesia (AP3I) di Jakarta setiap hari hampir sejuta orang yang berbelanja ke pasar tradisional. Bahkan pangsa pasarnya mencapai 50% dari seluruh konsumen (Sinungan, 1987 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008). Sebagai pusat perdagangan kota, pasar merupakan unsur penggerak kegiatan perekonomian kota dan sebagia unsur utama pembentuk struktur tata ruang kota. Oleh karena itu. Kawasan perdagangan kota pada umumnya tumbuh dan berkembang dari adanya pasar (Ali, 1994 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008).
Secara langsung pasar memberi kesempatan
pekerjaan dan berusaha kepada mantri pasar, tukang parkir, pemasok barang, buruh angkut, penjaga malam, renternir dan pemulung Pedagang pasar adalah spekulatif yang tidak berani mengambil resiko jangka panjang dan cenderung untuk memencarkan resiko dan laba (Geertz, 1992;44). Pendapatan atau keuntungan ekonomi adalah pendapatan yang diperoleh pengusaha, setelah dikurangi oleh ongkos yang tersembunyi (Sadono Sukirno, 1982:38). Pendapatan merupakan hasil yang didapatkan dari kegiatan usaha seseorang sebagai imbalan atas kegiatan yang dilakukan. Pengusaha sebagai commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemimpin usaha
memproduksi barang dan jasa dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan. Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari warga masyarakat dalam transaksi jual-beli. Pendapatan diperoleh apabila terjadi transaksi antar pedagang dan pembeli dalam satu kesepakatan bersama. Kinerja dalam suatu perusahaan dapat diartikan sebagai prestasi yang diperlihatkan dalam rangka meningkatkan kuantitas maupun kualitas daripada output yang dihasilkan. Untuk mengetahui kinerja dari perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan, yaitu neraca perhitungan rugi/laba, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan ( Wijayanti, 2003:14 ). Begitu pula dengan usaha pedagang pasar, kinerja pedagang adalah suatu proses inovatif dari pedagang untuk meningkatkan keuntungan usahanya. Berhasil tidaknya kinerja suatu perdagangan, dilihat dari besarnya laba yang diperoleh. . Keuntungan atau kerugian adalah perbedaan antara hasil penjualan dan biaya produksi. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi dari biaya produksi, dan kerugian akan dialami apabila hasil penjualan kurang dari biaya produksi. Keuntungan yang maksimum dicapai apabila perbedaan diantara hasil penjualan dan biaya produksi mencapai tingkat yang paling besar ( Sukirno,2002:189 ).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang 1) Umur Umur merupakan sebagian dari pengalaman usaha selama melakukan kegiatan pemasaran produknya. Pengusaha yang lebih lama berjualan biasanya memiliki pengalaman yang cukup dalam untuk mempertahankan usahanya. Asumsinya semakin banyak pengalaman yang alami semakin matang umur pedagang. 2) Lama Usaha Jangka waktu pengusaha dalam melakukan usahanya memberikan pengaruh penting bagi pemilihan strategi dan cara melakukan usahanya, dan sangat bervariasi antara pengusaha satu dengan pengusaha yang lainnya. Pengusaha yang lebih lama dalam melakukan usahanya akan memiliki strategi yang lebih matang dan tepat dalam mengelola, memproduksi dan memasarkan produknya. Karena pengusaha yang memiliki jam terbang tinggi di dalam usahanya akan memiliki pengalaman, pengetahuan serta mampu mengambil keputusan dalam setiap kondisi dan keadaan. Selain itu, pengusaha dengan pengalaman dan lama usaha yang lebih banyak, secara tidak langsung akan mendapatkan jaringan atau koneksi yang luas yang berguna dalam memasarkan produknya. Pengalaman usaha seseorang dapat diketahui dengan melihat jangka waktu atau masa kerja seseorang dalam menekuni suatu pekerjaan tertentu. Semakin lama seseorang melakukan usaha/kegiatan, maka pengalamannya akan semakin bertambah. Pengalaman usaha ini dapat commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimasukkan ke dalam pendidikan informal, yaitu pengalaman sehari-hari yang dilakukan secara sadar atau tidak dalam lingkungan pekerjaan dan sosialnya (Wijayanti, 2005:18). Lamanya seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan mepengaruhi kemampuan profesionalnya. Semakin lama menekuni bidang usaha perdagangan akan makin meningkatkan pengetahuan tentang selera ataupun perilaku konsumen. Keterampilan berdagang makin bertambah dan semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil dijaring. 3) Modal Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha perdagangan adalah modal. Didalam persepsi pasar yang dimaksud dengan modal atau biasanya disebut pawitan (bahasa jawa) adalah sejumlah barang dagangan dan bukannya dalam pengertian uang (Alexander, 1987 dalam jurnal NeOBis vol.2 no.2.Desember 2008). Beberapa hasil penelitian terhadap pedagang sektor informal menunjukan terdapatnya kaitan langsung antara modal dengan tingkat pendapatan pedagang (Tjiptoroso, 1993; jafar,1994; Santayani, 1996 dalam jurnal NeO-Bis vol.2 no.2.Desember 2008). Modal yang relatif besar akan memungkinkan suatu unit penjualan menambah variasi komoditas dagangannya. Dengan cara ini berarti akan makin memungkinkan diraihnya pendapatan yang lebih besar. Modal adalah
pada umumnya sumber permodalan bisnis kecil
berasal dari (Alma Buchari, 2006;112 ) : commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Uang tabungan sendiri 2. Dari kawan atau relasi 3. Pinjaman barang dagangan 4. Kredit bank 5. Laba yang diperoleh. 4) Jam Kerja Jam kerja lamanya waktu yang digunakan untuk menjalankan usaha. Dimulai sejak persiapan sampai pasar tutup. Adapun jam kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah waktu yang digunakan oleh para pedagang pasar tradisional dalam menjajakan barang dagangannya setiap hari. Hal ini banyak tergantung dari berbagai hal seperti jenis barang dagangannya, kecepatan laku terjual barang dagangan, cuaca dan sebagainya, yang dapat mempengaruhi jam kerja pedagang. Jones G dan Bondan Supraptilah membagi lama jam kerja seseorang dalam satu minggu menjadi tiga kategori yaitu ( Ananta dan Hatmaji,1985:75): a. seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu. Jika seseorang bekerja dibawah 35 jam per minggu, maka ia dikategorikan bekerja dibawah jam normal. b. seseorang yang bekerja antara 35 sampai 44 jam per minggu. Disini seseorang dikategorikan bekerja pada jam kerja normal.
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. seseorang yang bekerja diatas 45 jam per minggu. Bila seseorang dalam satu minggu bekerja diatas 45 jam, maka ia dikategorikan bekerja dengan jam kerja panjang. 5) Jenis Dagangan Jenis dagangan adalah jenis barang yang dijual di pasar tradisional. Biasanya jenis barang yang diperdagangkan meliputi berupa ikan, buah, sayursayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lainlain. Kebutuhan masyarakat pada umumnya tersedia di pasar tradisional dan proses transaksi jual beli yang dilakukan yaitu dengan cara tawar menawar sehingga konsumen dapat memperoleh barang yang diperoleh dengan harga yang relatif murah di pasar tradisional.
E. Kerangka Pemikiran UMUR LAMA USAHA
MODAL PENDAPATAN JAM KERJA JENIS DAGANGAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
Dalam kerangka teoritis diatas terlihat bahwa pendapatan merupakan variabel dependen, sedangkan umur, lama usaha, kam kerja, modal dan jenis dagangan merupakan variabel independen. Skema tersebut mengatakan bahwa pendapatan pedagang Pasar Gede dipengaruhi oleh umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan.
F. Hipotesis Merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang diujikan kebenarannya, dalam penelitian ini maka hipotesisnya sebagai berikut: 1. Variabel umur memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan. 2. Variabel lama usaha memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan. 3. Variabel modal pengaruh yang positif terhadap pendapatan. 4. Variabel jam kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan. 5. Variabel jenis dagangan pengaruh yang positif terhadap pendapatan. 6. Secara bersama-sama variabel umur, lama usaha, jam kerja, modal dan jenis dagangan memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan.
G. Penelitian Sebelumnya Asmie Poniwatie.2008.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingakt Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Yogyakarta.Jurnal NeO-Bis.vol.2.No.2. dalam penelitian ini diperoleh hasil faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang tradisonal di kota Yogyakarta adalah jumlah modal usaha yang digunakan, jumlah tenaga kerja, dan lama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
usaha yang dijalankan. Diantara ketiga faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar, maka modal usaha merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi tingkat pendapatan pedagang pasar. Tingkat pendapatan yang diperoleh pedagang pasar tradisional di Kota Yogyakarta rata-rat sebesar Rp.479.000,00 per-minggu. Sedangkan jumlah modal usaha yang digunakan rata-rata sebesar Rp.479.000,00 per minggu. Sedangkan jumlah modal yang digunakan rata-rata sebesar Rp.3.583.000,00. Pedagang pasar tradisional di kota Yogyakarta beroperasi atau menjalankan usaha yang dimulai sejak persiapan sampai pasar tutup rata-rata selama 46,02 jam perminggu atau rata-rata selama 6,57 jam perhari. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata waktu operasi pedagang pasar tradisional sudah cukup wajar bial dikaitkan dengan pendapatan yang diperoleh. sedangkan jumlah tenaga kerja yang digunakan pedagang pasar rata-rata berjumlah 2 orang. Hal ini menggambarkan
bahwa usaha perdagangan di pasar tradisonal di kota
Yogyakarta telah menekuni usahanya rata-rata selama 6 tahun. Hal ini menunjukan bahwa usaha perdagangan pasar cukup prospektif sebagai sumber penghidupan yang memungkinkan pelakunya memperoleh pendapatan yang layak. Ahmad Iqbal Baq.2000.Strategi Usaha Rumah Tangga Pedagang Kaki Lima Minangkabau Di Kawasan Malioboro Kotamdya Yogyakarta.Jurnal TEKNOSAINS.vol.13.No.3. dalam penelitian ini diperoleh hasil tiap sepuluh rumah tangga terdapat lima anggota rumah tangga yang bekerja pada pekerjaan atau usaha lain diluar membantu menjajakan barang dagangandi commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Malioboro. Kecilnya proporsi itu dibandingkan dengan yang membantu usaha dagang karena jam kerja yang cukup panjang rata-rata hampir mencapai 11 jam setiap hari. Rata pendapatan satu rumahtangga adalah Rp.21.997,-/hari sedangkan
rata-rata
sumbangan
pendapatan
yang
diperoleh
dari
trotoarmalioboro mencapai Rp. 16.608,-/hari (75,5 persen). Jadi sumbangan pendapatan diluar usaha dagang yang dijajakan di trotoar untuk rumahtangga cukup signifikan. Sumbangan pendapatan itu cukup besar untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga, artinya pendapatan yang diharapkan dari Malioboro diperkirakan kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari. Penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kabupaten Sukoharjo (studi kasus di pasar nguter kecamatan nguter) “ oleh Nur Rahmat Wahyudi pada tahun 2010. Ia menggunakan 169 responden yaitu pedagang di Pasar Nguter Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal, pengalaman usaha, tenaga kerja, dan jam kerja terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang. Hasil yang mempunyai pengaruh terhadap besarnya pendapatan pedagang di Pasar Nguter adalah modal dan jam kerja. Sedangkan faktor-faktor pengalaman usaha dan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadapa pendapatan pedagang di Pasar Nguter Kota Sukoharjo. Penelitian ini menghasilkan bahwa variabel modal adalah variabel yang paling besar berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang.
Penelitian
dengan
judul
“Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Keuntungan Pedagang Kaki Lima Di Kabupaten Sukoharjo” oleh Retno Dewi commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Wijayanti pada tahun 2005. Ia menggunakan 75 responden yaitu pedagang kaki lima di kawasan alun-alun Setya Negara Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur pedagang, pengalaman usaha, jam kerja, lokasi berdagang, cara berdagang, dan jenis barang dagangan terhadap keuntungan pedagang kaki lima. Hasilnya yang mempunyai pengaruh terhadap besarnya keuntungan adalah faktor jam kerja, lokasi usaha, dan cara berdagang. Faktor-faktor yang tidak berpengaruh terhadap keuntungan pedagang kaki lima adalah umur pedagang, pengalaman usaha, dan jenis barang dagangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang menganalisis faktor-faktor yang berhubungan terhadap pendapatan para pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta. Lokasi penelitian di Pasar Gede , Jebres, Kota Surakarta, Propinsi Jawa Tengah.
B. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data Primer : data tentang pedagang yang dikumpulkan melalui wawancara dari responden dengan menggunakan kuisioner. b. Data Sekunder : data tentang pedagang yang diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik Surakarta dan dari literaturliterarut atau sumber-sumber lain yang terkait dengan data yang digunakan.
C. Metode Pengumpulan Data 1) Observasi Pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian sehingga dapat mengetahui dan mencatat data yang diperlukan untuk proses penyelesaian commit to user penelitian ini.
23
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
2) Interview Wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. 3) Kuisioner Teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu yang kemudian diberikan kepada pedagang yang bekerja di Pasar Gede. 4) Studi Pustaka Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik di buku, jurnal, majalah, koran, internet atau data yang berasal dari dinas atau instansi yang berhubungan dengan masalah penelitian.
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Ukuran Populasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Teknik pengambilan data dari penelitian ini adalah seluruh pedagang yang membuka usaha dagang di Pasar Gede, yaitu sebanyak 741 pedagang yang meliputi pedagang wade, grosir buah, kembang, daging sapi, daging babi, ikan laut, ayam potong, ayam hidup, pakaian, buah, penjahit, pedagang sayur, grabatan, pedagang makanan, dan oleh-oleh khas Solo. 2. Ukuran Sampel Pengolahannya diambil secara proporsional. Adapun sampel penelitiannya sebesar 20% dari jumlah populasi (20% dikali 741 = 148). commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2002:112), bahwa apabila subyeknya kurang dari seratus sebaiknya diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Namun apabila subyek jumlahnya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%, atau lebih. 3. Teknik sampling yang digunakan adalah Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan kombinasi proportionated sampling dengan area random sampling. Jumlah sampel dalam setiap stratum ditentukan secara proposional. Yang dimaksud dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut.
E. Definisi Operasional Variabel Variabel Dependen/Tak bebas : Pendapatan adalah adalah jumlah uang yang diterima oleh pedagang dari aktivitasnya, dengan satuan rupiah. Variabel independen/Bebas meliputi : a. Umur adalah usia dari pedagang, dengan satuan tahun. b. Lama usaha adalah waktu yang dilalui oleh responden berdagang dari semenjak responden melakukan kegiatan usaha pertama kali sampai sekarang, dengan satuan tahun. c. Modal adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh pedagang untuk pertama kalinya dalam memulai usaha, dengan satuan rupiah. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Jam kerja adalah waktu lama responden melakukan kegiatan perdagangan setiap harinya, dengan satuan jam. e. Dummy Jenis Dagangan adalah
macam-macam yang dijual oleh
pedagang.
F. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan metode analisa kuantitatif. Analisa kuantitatif adalah analisa dengan menggunakan rumus-rumus dan teknik perhitungan yang dapat digunakan untuk menganalisa masalah-masalah yang diteliti. Untuk mencapai tujuan penelitian dan pengujian hipotesa, dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda dengan metode Ordinary Least Square yaitu analisis peramalan yang menggunakan lebih dari satu macam variabel bebas. Dengan cara ini maka kita dapat mengetahui sejauh mana hubungan umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan sebagai variabel independen (variabel yang menjelaskan) terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede sebagai variabel dependen (variabel yang dijelaskan). maka digunakan model regresi berganda dan dapat dirumuskan model fungsi sebagai berikut :
Y = f {X1, X2, X3, X4, X5} Dimana : Y
: Pendapatan Pedagang (satuan rupiah)
X1
:
Umur (satuan tahun)
commit to user
(3.1)
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
X2
: Lama Usaha (satuan tahun)
X3
: Modal (satuan rupiah)
X4
: Jam Kerja (satuan jam)
X5
: Jenis Dagangan, dinyatakan dalam Dummy 0 = Bukan sembako 1 = Sembako
Dari fungsi tersebut kemudian diturunkan menjadi persamaan regresi sebagai berikut : Y = α0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + ei
(3.2)
1. Alat Uji yang digunakan Pada hipotesis tersebut kemudian dilakukan pengujian yang meliputi uji statistik dan uji asumsi klasik. a. Uji Statistik 1) Uji t Uji t adalah pengujian untuk mengetahui signifikansi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, dengan analisis sebagai berikut: Hipotesis : Ho : b1 = 0 Ha : b1 ≠ 0 Menentukan level of significant
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai of test
daerah ditolak daerah diterima → t (α/2, N-k) Gambar III.1 Uji t Ho diterima jika : -t(α/2, N-k) ≤ t (2/2, N-k) Ho ditolak jika : t > t (α/2, N-k) atau t < -t (α/2, N-k) Dimana:
α
: derajat
N
:jumlah sampel
K
:banyaknya parameter
signifikansi
Jika H0 diterima, maka koefisien regresi tidak signifikan pada tingkat α Jika H0 ditolak, maka koefisien regresi signifikan pada tingkat α Perhitungan nilai t :
t= Dimana bi
bi ……………………….....(3.3) Se (bi)
: Koefisien regresi
Se(bi)
: Standar error koefisien regresi
Kesimpulan : 1) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara commit to user signifikan.
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
artinya
koefisien
regresi
variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 2) Analisis koefisiensi determinasi berganda (R2) Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui seberapa jauh variasi
variabel
bebas
atau
independent
variabel
dapat
menerangkan dengan baik variabel terkait atau dependen variabel. Hal ini dapat dilihat dan nilai R2nya. Analisis koefisien determinasi berganda mempunyai ketentuan sebagai berikut: Jika R2 mendekati 0, maka variabel yang dipilih tidak dapat menerangkan variabel terkaitnya dan jika R2 mendekati 1, maka variabel bebas yang dipilih dapat menerangkan dengan baik variabel terkaitnya: Formula penguji adalah sebagai berikut; E SS R SS Sei 2 =1=1TSS TSS Syi 2
………………………..…...(3.4)
ESS
: Explain Sum Of Square
RSS
: Residual Sum Of Squre
TSS
: Total Sum Of Square
a. Pengujian secara serentak ( Uji F-test) Uji F ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama
terhadap
variabel
terkait.
Pengujiannya adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006): commit to user
Tahap
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hipotesa : Ho: b1= b2= b3=b4=b5= b6 = 0 Ha: b1= b2= b3=b4=b5= b6 ≠ 0 F hitung rumusnya : F = R2
: Koefisien determinasi berganda
N
: Jumlah sampel
k
: Banyaknya parameter total yang diperkirakan
F-tabel ditentukan level of signifikan (α = 0,05) dengan (n-k, k-1) Dimana : F : F-hitung Jika F-hitung
F-tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima , artinya koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secaea signifikan pada tingkat α. b. Uji asumsi klasik 1) Multikolinearitas Untuk mengetahui hubungan antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi. Jika dalam model tersebut terdapat Multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan tinggi. Cara pengujiannya adalah dengan menggunakan metode Klein, yaitu dengan membandingkan nilai r2 commit to dan userhasil matriks korelasi. dengan nilai R2 yang didapat
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jika nilai r2 > R2 maka ada masalah Multikolinearitas. Jika nilai r2 < R2 maka tidak ada masalah Multikolinearitas. 2) Heteroskedastisitas Salah satu asumsi pokok dalam regresi linear adalah bahwa variansi residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain adalah tidak sama. Apabila variansi tersebut tidak sama, maka berarti telah terjadi masalah heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji White bantuan program Eviews. Perintah yang dapat dilakukan adalah dengan meregresi variabel bebas dan variabel terikat, kemudian dari hasil dari hasil regresi OLS akan diperoleh nilai Obs*R-squared. Nilai Obs*R-squared tadi lalu dibandingkan dengan nilai chi-squared tabel dengan df sesuai jumlah regresor dan level of significant yang dipakai. Jika nilai chi-square lebih besar dari nilai Obs*R-squared (tidak signifikan), maka tidak terdapat heteroskedastik dalam model tersebut. Jika variabel independen tidak signifikan secara statistik tidak mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. 3) Autokorelasi Untuk mengetahui adanya autokorelasi antara variabel gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien dalam sampel kecil commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maupun sampel besar. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan percobaan Durbin-Watson (d-test), dimana prosedur Durbin Watson test adalah sebagai berikut: Menghitung nilai d dengan menggunakan rumus:
d= 2
1 - Sei ci-1 Sei
…………………………….(3.5)
2 1
Dengan R tertentu dan jumlah variabel tertentu mencari dl dan du dalam tabel Durbin-Watson Hipotesis : D
: H0 ditolak
d>4-dl
: H0 ditolak
du
: H0 diterima
dl ≤ d ≤ du atau 4-du ≤ d ≤ 4-dl : pengujian tidak meyakinkan
Auto korelasi Ragu positif ragu 0
df
Tidak ada korelasi
Ragu ragu
Auto korelasi negatif
du 4-du 4-dl Gambar III.2 Uji Durbin Watson
Sumber : Djarwanto dan Pangestu, 2005
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta Deskripsi Kota Surakarta ditinjau dari aspek geografis, sosial dan ekonomi berdasarkan dari BPS Kota Surakarta sebagai berikut : 1. Keadaan Geografis a. Letak Geografis Kota Surakarta terletak di provinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 015" - 110 0 35" Bujur Timur dan 7 0 36 " - 7 0 56 " Lintang Selatan. Sekitar 65 km timur laut Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang. Kota ini berada di dataran rendah ( ± 92 m dari permukaan laut) yang diapit Gunung Merapi di barat dan Gunung Lawu di timur. Surakarta memiliki iklim muson tropis dengan temperatur berkisar antara 24,9°C sampai dengan 28,6°C sedangkan kelembaban udara berkisar antara 66% - 86%. Batasan wilayah Kota Surakarta secara administratif ialah : Sebelah utara
: Kabupaten Boyolali
Sebelah selatan
: Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Barat
: Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Timur
: Kabupaten Karanganyar
commit to user
33
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Luas Wilayah Luas wilayah Kota Surakarta yaitu 44,04 km2, yang dibagi menjadi lima kecamatan, berikut kecamatan di Surakarta
beserta
kodeposnya, antara lain : · Kecamatan Banjarsari (57130) · Kecamatan Jebres (57120) · Kecamatan Lawiyan (disebut juga Laweyan, 57140) · Kecamatan Pasar Kliwon (57110) · Kecamatan Serengan (57150) Luas penggunaan tanah di Kota Surakarta adalah 4.404,06 Ha, yang terdiri dari luas tanah perumahan/pemukiman (House Compound) 2.737,48 Ha, tanah perusahaan (Establishment) 287,48 Ha. Tanah Industri (Manufacture) 101,42 Ha. Tanah kosong (Fallow Land) 53,38 Ha. Tegalan (Dryland) 83,96 Ha. Tanah sawah (Wet land) 146,17. Tanah kuburan (Cemestry) 72,86 Ha. Tanah lapangan olah raga (Sportryard) 65.14 Ha. Tanah taman kota (City Park) 31,60 Ha. Tanah jasa (Services) 427,13 Ha dan luas tanah lain-lain (other) 397,44 Ha. c. Pemerintahan Pembagian Wilayah Administrasi Wilayah Kota Surakarta terbagi dalam 5 kecamatan, 51 Kelurahan. Jumlah RW tercatat sebanyak 595 dan RT sebanyak 2.669. Dengan jumlah KK setiap RT berkisar sebanyak 50 KK setiap RT. commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.1 Banyaknya Kelurahan, RT dan Surakarta No
Kecamatan
RW di Kota
Kelurahan
RW
RT
1
Banjarsari
13
169
851
2
Jebres
11
149
631
3
Laweyan
11
105
454
4
Pasar Kliwon
9
100
424
5
Serengan
7
72
309
51
595
2669
Jumlah
Sumber : Bagian Pemerintahan Umum Kota Surakarta
d. Penduduk dan Tenaga Kerja 1) Kependudukan Berdasarkan hasil estimasi survei penduduk antar sensus bahwa tahun 2009 jumlah penduduk Kota Surakarta mencapai 528.202 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89.38; yang artinya bahwa pada setiap 100 penduduk perempuan terdapat sebanyak 89 penduduk laki-laki. Pada tahun 2009 jumlah penduduk di Kota Surakarta yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 249.287 orang sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 278.915 orang. Jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun 2008. Berikut tabel jumlah penduduk Kota Surakarta menurut jenis kelamin tahun 2000-2009.
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis kelamin tahun 2000-2009 Tahun
Jenis Kelamin
Total
Ratio Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
2000
238.158
252.056
490.214
94,49
2003
242.591
254.643
497.234
95,27
2004
249.278
261.433
510.711
95,35
2005
250.868
283.672
534.540
88,44
2006
254.259
258.639
512.898
98,31
2007
246.132
269.240
515.372
91,42
2008
247.245
275.690
522.935
89,68
2009
249.287
278.915
528.202
89,38
Sumber : BPS Kota Surakarta Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak di Kota Surakarta yaitu pada tahun 2005 sebanyak 534.540 orang. Tahun 2006 penduduk Kota Surakarta mengalami penurunan jumlah penduduk. Namun hingga saat ini jumlah penduduk di Kota Surakarta tiap tahunnya mengalami kenaikan, terhitung dari 2006 sampai dengan tahun 2009. Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai 11.988 jiwa/km2. Kepadatan penduduk di Kota Surakarta terdapat di Kecamatan Serengan. Berikut tabel luas wilayah, jumlah penduduk, rasio jenis kelamin dan tingkat kepadatan tiap kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009.
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.3 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat KepadatanTiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2009
Serengan
3,19
Jumlah Penduduk LakiPerempuan Laki 31.378 32.281
Pasar Kliwon
4,82
43.276
Laweyan
8,64
Banjarsari Jebres
Kecamatan
Jumlah
Luas Wilayah (km2)
Jumlah
Rasio Jenis Tingkat Kelamin Kepadatan
63.659
97,20
19.956
44.768
88.044
96,67
18.266
54.132
56.423
110.555
95,94
12.796
14,81
86.894
88.378
175.272
98,32
11.835
12,58
71.001
72.318
143.319
98,18
11.393
44,04
286.681
294.168
580.849
97,45
13.189
Sumber : Monografi Kelurahan 2) Tenaga Kerja Tenaga
kerja
di
Kota
Surakarta
sebagian
besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh industri. Berikut tabel penduduk Kota Surakarta per kecematan menurut mata pencaharian tahun 2009. Tabel 4.4 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di KotaSurakarta Tahun 2009 petani sendiri
Buruh tani
Pengusaha
Buruh Industri
Buruh Bangunan
(Farmers)
(Farm workers)
(Enterpreneur)
(Industry Workers)
(Workers of constructor)
Laweyan
50
40
996
14.980
12.486
Serengan
0
0
1089
5.258
3.135
Pasar Kliwon
0
0
2506
10.433
7.134
84
0
1721
16.519
16.012
344
412
3087
21.366
19.579
478
452
9399
68556
58346
Kecamatan
Jebres Banjarsari Jumlah
Sumber: BPS Kota Surakarta commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pedagang Retail
Angkutan (Transportation)
PNS/TNI/ POLRI
Pensiunan
Laweyan
5.700
2.744
5.056
3.705
42.263
Serengan
4.259
1.928
1.614
907
32.150
Pasar Kliwon
8.029
4.909
2.848
4.376
32.602
Jebres
5.047
2.748
8.025
3.680
49.061
10.491
6.315
9.392
6.934
37.935
33526
18644
26935
19602
194011
Kecamatan
Banjarsari Jumlah
LainLain
Sumber: BPS Kota Surakarta Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa penduduk bermata pencaharian buruh indusri (Industry Workers) sebanyak 68.556 orang. Akumulasi tersebut menjadi mata pencaharian tertinggi di Kota Surakarta tahun 2009. e. Sosial 1) Pendidikan Pendidikan
merupakan
salah
satu
sarana
dalam
meningkatkan sumber daya manusia. Ketersediaan fasillitas pendidikan baik sarana dan prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan pendidikan. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta tahun 2009 jumlah sekolah taman kanak-kanak terdapat 289 buah, jumlah sekolah dasar sebanyak 272 buah, jumlah sekolah lanjutan tingkat pertama sebanyak 79 buah, jumlah sekolah menengah atas sebanyak 42 buah, jumlah sekolah menengah kejuruan sebanyak 47 buah, jumlah perguruan tinggi negeri sebanyak 3 buah sedangkan commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perguruan tinggi swasta sebanyak 29 Buah. Berikut tabel jumlah sekolah menurut kecamatan di Kota Surakarta. Tabel 4.5 Jumlah Sekolah Menurut Kecamatan di Kota Surakarta Kecamatan
Sekolah TK
Sekolah Dasar
SLTP
SMA
SMK
Laweyan
59
54
20
13
14
Serengan
31
31
10
4
6
Pasar Kliwon
40
50
11
5
3
Jebres
77
56
18
6
6
Banjarsari
82
81
20
14
18
289
272
79
42
47
Jumlah
Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta Perguruan Tinggi Negeri
Swasta 3
29
Sumber : Dinas Pendidikan dan Olahraga Kota Surakarta 2) Kesehatan Sarana kesehatan di Kota Surakarta pada tahun 2009 tidak mengalami perubahan, hanya ada sedikit peningkatan terhadap jumlah tenaga kesehatan seperti : dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, pada tahun 2009 jumlah fasilitas kesehatan yang ada terdiri dari 12 Rumah Sakit, 17 Puskesmas, 25 Puskesmas Pembantu, 17 Puskesmas Roda 4, 1 Gudang Farmasi, 138 Apotek dan 26 Toko Obat. Sementara iitu tenaga kesehatan (tidak termasuk yang di rumah sakit) yang tersedia dari dokter spesialis to user 364 orang, dokter commit umum 274 orang, dokter gigi 68 orang, perawat
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.027 orang, bidan 261 orang, tenaga farmasi 341 orang, tenaga gizi 62 orang dan tenaga keteknisan lainnya 284 orang. 3) Pemeluk Agama dan Tempat Peribadatan Setiap
penduduk
berhak
memilih
agama
sesuai
kepercayaannya masing-masing. Agama memiliki arti penting dalam hidup seseorang, tidak hanya sebagai identitas namun juga sebagai pembentuk perilaku yang etis terhadap lingkungan sekitar dalam bergaul dan beradaptasi. Kota Surakarta merupakan daerah yang penduduknya memeluk agama islam (Moslem), tercatat bahwa di Kota Surakarta pemeluk agama islam 438.323 jiwa. Tabel 4.6 Penduduk Menurut Agama Yang Dianut di Kota Surakarta Tahun 2009 Kecamatan Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari Jumlah
Kristen katholik
Kristen Protestan
(Catholic)
(Protestan)
10.980 6.609 8.996 20.984 20.059 67.628
9.313 7.397 8.662 21.282 22.843 69.497
Islam Budha
Hindu (Moslem)
399 118 667 1.420 1.158 3.762
210 91 148 869 320 1.638
89.652 49.444 69.571 98.764 130.892 438.323
presentase moslem (%) 20 11 16 23 30 100
Sumber: Monografi Kelurahan Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pemeluk agama islam di Kota Surakarta terbanyak ada di Kecamatan Banjarsari yaitu sebanyak 130.892 jiwa atau 30% dari pemeluk agama islam di 4 kecamatan lainnya. Peringkat kedua pemeluk agama kristen protestan yaitu sebanyak 69.497 jiwa. Peringkat ketiga pemeluk agama kristen katholik yaitu sebanyak 67.628 jiwa. commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peringkat ke 4 pemeluk agama budha yaitu sebanyak 3.762 dan 1.638 jiwa pemeluk agama hindu. 4) Perlindungan Sosial Kota Surakarta juga memiliki sarana perlindungan sosial, tujuannya agar penduduk tidak terlantar dan aman. Panti asuhan di Kota Surakarta sebanyak 12 Buah, panti jompo sebanyak 2 buah, panti cacat sebanyak 4 buah dan fasilitas perlindungan sosial berupa panti rehabilitasi sebanyak 7 buah. Berikut fasilitas perlindungan sosial menurut kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009. Tabel 4.7 Fasilitas perlindungan sosial menurut kecamatan di Kota Surakarta tahun 2009 Kecamatan
Panti Asuhan
Panti Jompo
Panti Cacat
Panti Rehabilitasi
Laweyan
2
1
2
3
Serengan
1
-
1
-
Pasar Kliwon
-
-
-
-
Jebres
4
-
-
2
Banjarsari
5
1
1
2
12
2
4
7
Jumlah
Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi 5) Industri dan Perdagangan Berdasarkan data dari Dinas Perindustria dan Perdagangan Kota Surakarta bahwa pada tahun 2009 di Kota Surakarta jumlah industri besar sebanyak 53 unit dengan tenaga kerja 8.893 orang. Selain itu terdapat pula 100 unit dari kelompok industri sedang/menengah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 7.957 orang. Sedangkan industri kecil di Kota Surakarta sebanyak 5.759 unit dengan tenagacommit kerja 39.688 to userorang.
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. PDRB dan Inflasi 1) PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 Kota Surakarta atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar 8,880,691.24 (Jutaan Rupiah) dan atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar 4,817,877.63 (Jutaan Rupiah).
Pertumbuhan ekonomi yang
ditunjukan oleh perkembangan PDRB pada tahun 2009 yaitu, ADHB 12,39% dan ADHK sebesar 5,90% Tabel 4.8 Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Kota Surakarta Tahun 2005-2009 Uraian
2005
2006
2007
2008
2009
ADHB
5,15
5,43
5,82
5,69
5,9
ADHK
17,43
10,82
11,62
14,37
12,39
Sumber: Surakarta Dalam Angka 2009 Dilihat berdasarkan dari data ADHB, sektor yang menyumbang kontribusi paling besar ialah sektor industri, yaitu 21,98%
sedangkan
sektor
pertambangan
dan
penggalian
merupakan sektor terkecil yang memberikan kontribusi, tercatat bahwa sektor pertambangan dan penggalian hanya memberikan sumbangsih sebesar 0,03% pada tahun 2009. 2) Inflasi Inflasi Kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai titik terendah dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2009 inflasi Kota Surakarta tercatat sebesar 2,63%. Angka ini jauh lebih kecil dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,96%. Selama commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahun 2009, inflasi di Kota Surakarta tertinggi jatuh pada bulan Oktober sebesar 2,64% dan terendah pada bulan Pebruari sebesar 0,50%. Tahun 2009 di Kota Surakarta penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok bahan makanan yang mencapai 6,25% kemudian kelompok makanan jadi,minuman,rokok& tembakau sebesar 5,65% dan peringkat tiga besar berikutnya ialah kelompok perumahan sebesar 2,28%. Sedangkan penyumbang terendah adalah kelompok sandang sebesar 0,72 dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 1,79%
B. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Jebres 1. Letak Geografis Administratif Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan dari 5 Kecamatan yang ada di Kota Surakarta dengan letak 110°BT - 111°BT dan 7,6°LS - 8°LS dengan ketinggian 80 sampai dengan 130 m diatas permukaan laut. Secara administratif batas-batas wilayah Kecamatan Jebres adalah sebagai berikut : Sebelah utara : Kabupaten Karanganyar Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar Sebelah selatan: Kecamatan Pasar Kliwon dan Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat : Kecamatan Banjarsari commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Luas Wilayah Luas wilayah administratif Kecamatan Jebres adalah 1.258,18 Ha yang terdiri dari kelurahan Kepatihan Kulon 17,50 Ha, Kepatihan Wetan 22,50 Ha, Sudiroprajan 23,00 Ha, Gandekan 35 Ha, Sewu Ha, Pucangsawit 127 Ha, Jagalan 65 Ha, Purwodiningratan 37,30 Ha, Tegalharjo 32,50 Ha, Jebres 317 Ha dan Mojosongo seluas 532,88 Ha. 3. Pembagian Wilayah Administratif Kecamatan Jebres terdiri dari 11 Kelurahan, 149 RW dan 631 RT. Kelurahan yang paling banyak RT dan RW yaitu Kelurahan Mojosongo sejumlah 35 Rw dan 172 RT. Berikut keterangan banyaknya jumlah RT dan RW Tiap Kelurahan Tahun 2008. Tabel 4.9 Banyaknya RT dan RW Tiap Kelurahan Tahun 2008 Kelurahan
RW
RT
Kepatihan Kulon
3
20
Kepatihan Wetan
2
18
Sudiroprajan
9
35
Gandekan
9
36
Sewu
9
25
Pucangsawit
15
56
Jagalan
15
63
Purwadiningratan
10
35
6
33
Jebres
36
128
Mojosongo
35
172
149
621
Tegalharjo
Jumlah
Sumber : Kecamatan Jebres Berdasarkan dari data Kecamatan Jebres terdapat 149 RW dan 621 RT di Kecamatan ini, dapat terlihat bahwa Kelurahan Mojosongo commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terbanyak RT dan RW. Dan Kelurahan Kepatihan Wetan menjadi kelurahan yang sedikit RT dan RW. 4. Penduduk dan Tenaga Kerja a. Kependudukan Jumlah penduduk di Kota Surakarta berdasarkan registrasi tahun 2008 sebanyak 142.292 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 70.466 jiwa dan perempuan 71.826 jiwa. Dibandingkan tahun 2007, maka terdapat pertambahan penduduk sebanyak 997 jiwa. Kelurahan Mojosongo menjadi kelurahan dengan penduduk terbanyak yaitu 43.694 jiwa, kemudian Kelurahan Jebres, yaitu 32.461 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Pucangsawit, yaitu 14.084 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Jagalan, yaitu 12.220. Jumlah penduduk Kelurahan Gandekan, yaitu 9.513 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Sewu, yaitu 7.828 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Purwodiningratan, yaitu 5.372 jiwa. Jumlah penduduk Kelurahan Sudiroprajan, yaitu 5.014. Jumlah penduduk Kelurahan Kepatihan Wetan, yaitu 3.080. Sedangkan kelurahan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kelurahan Kepatihan Kulon, yaitu 2.930 jiwa. Kelurahan dengan kepadatan penduduk paling tinggi adalah Kelurahan Gandekan, yaitu 27.180 jiwa, kepadatan
Kelurahan
Sudiroprajan, yaitu 21.800 jiwa, kepadatan kelurahan Jagalan, yaitu 18.880 jiwa, kepadatan Kelurahan Tegalharjo, yaitu 18.756 jiwa, kepadatan Kelurahan Kepatihan Kulon, yaitu 16.742 jiwa, kepadatan commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kelurahan Sewu, yaitu 16.140, kepadatan Kelurahan Purwodiningratan, yaitu 14.402 jiwa, kepadatan Kelurahan Kepatihan Wetan 13.688 jiwa, kepadatan Kelurahan Pucangsawit 11.089 jiwa sedangkan kepadatan yang paling rendah adalah Kelurahan Mojosongo, yaitu 8.199 jiwa b. Tenaga Kerja Penduduk di Kecamatan Jebres yang bermata pencaharian sebagai pertani sendiri sebanyak 81 orang atau 0,08%,
penduduk
bermata pencaharian sebagai pemilik usaha sebanyak 1.119 orang atau 1,05%, bermata pencaharian sebagai buruh industri sebanyak 17.653 orang atau 17%, bermata pencaharian sebagai buruh bangunan sebanyak 16.534 orang atau 15,53%, bermata pencaharian sebagai pedagang sebanyak 4.478 orang atau 4,21%, bermata pencaharian sebagai jasa angkutan sebanyak 1.627 orang atau 1,53%, bermata pencaharian sebagai PNS/TNI/POLISI sebanyak 7.167 atau 6,73%, bermata pencaharian sebagai pensiunan sebanyak 8.637 orang atau 8,11% dan sisanya sebanyak 49.155 orang atau 46,18% bermata pencaharian lain-lain. 5. Sosial a. Pendidikan Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kota Surakarta, pada tahun 2008 di Kecamatan Jebres terdapat jumlah SDN sebanyak 50 buah, SD Swasta 8 buah, SLTPN 7 buah, SLTP Swasta 9 commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
buah, SLTA Negeri 4 buah, SLTA Swasta 9 buah, Perguruan Tinggi Negeri 2 Buah dan Perguruan Tinggi Swasta 4 buah. b. Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Jebres terdiri dari 3 unit Rumah Sakit, 5 unit Balai Pengobatan, 3 unit Puskesmas, 6 unit Posyandu, dan 15 Apotek. Sementara tenaga kesehatan yang tersedia di Kecamatan Jebres terdiri dari 74 orang Dokter Umum, 6 orang Dokter Gigi, 2 orang Dokter Kandungan, 2 orang Dokter Anak dan 1 orang Dokter Bedah. c. Pemeluk Agama dan Tempat Peribadatan Agama ialah hak azazi manusia dalam kehidupan. Setiap masyarakat berhak memilih agama sesuai kepercayaannya masingmasing. Kehidupan beragama sebenarnya memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kualitas masyarakat dalam sosialisasi agar tercipta suasana yang rukun terhadap orang. Di Kecamatan Jebres pada tahun 2008 terdapat tempat ibadah, yaitu masjid sebanyak 124 buah, mushola sebanyak 48 buah, gereja 60 buah, vihara/kuil/klenteng sebanyak 5 buah dan pura sebanyak 1 buah. 6. Lain-Lain Sarana Perekonomian Kecamatan Jebres menyediakan berbagai sarana guna menunjang laju perekonomian di kecamatannya, tercatat pada tahun 2008 terdapat 8 buah Pasar Tradisional, 2 Supermarket, dan 3.062 Toko/Kios/Warung. commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Pasar Tradisional (Pasar Gede) 1. Sejarah Berdirinya Pasar Gede Pasar Gede merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Mataram. Secara struktural, bangunan Pasar Gede berada pada kesatuan ekologi kultural sebagian dari bangunan njobo Keraton (luar Keraton), yaitu Pasar Gede, Tugu, Gapura Gladhag, Gapura Pamurakan, Alun-alun dan Masjid Agung. Selaian sebagai artefak bangunan kota lama, Pasar Gede dahulu berfungsi sebagai pasar transaksi model Jawa. Pasar Gede memiliki tiga kategori fakta, yaitu artefak (seni arsitektur bangunannya sendiri), social fact karena pasar sebagai tempat interaksi sosial (gedhe kumandange), dan mantifact melambangkan sakral-magis karena melahirkan konsep dasar pasar candi. Oleh karena itu, Pasar Gede akan senantiasa dikenang sepanjang masa oleh masyarakat Solo karena mengandung nilai memorikolektif. Pasar Gede merupakan sebuah pasar kecil yang didirikan di area seluas 10.421 hektar. Pasar ini merupakan salah satu bangunan gaya arsitektur Jawa-kolonial, karya Herman Thomas Karsten. Pasar tradisional ini menggabungkan konsep arsitektur Jawa-Eropa buatan 1930. Tjan Sie Ing, seorang Lieutenant de Chinezen, yaitu pimpinan golongan etnis Cina yang diberi legitimasi oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar 100 tahun silam. Alasan Pasar ini dinamakan Pasar Gede karena terdiri dari atap yang besar. Pasar Gede terdiri dari dua bangunan yang terpisah. Masing-masing commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdiri dari dua lantai. Pintu gerbang di bangunan utama terlihat seperti atap singgasana yang kemudian diberi nama Pasar Gede. Pada tahun 1928 Pasar Gede dibangun oleh Pemerintah Belanda atas inisiatif Sinuhun Paku Buwono X. Pembanguan pasar ini berhasil diselesaikan pada tahun 1930. Sekitar tahun 1947 Pasar Gede dirusak oleh Bangsa Indonesia karena digunakan oleh Belanda. Kemudian pada tahun 1940 Pasar Gede di renovasi
dan perbaikan selesai pada tahun 1981.
Pemerintah mengganti atap yang lama dengan atap kayu. Lima tahun kemudian Pasar Gede direnovasi kembali dengan dana bantuan Inpres. Namun pada tanggal 28 April 2000 pukul 12.00 WIB Pasar Gede terbakar. Kemudian pada tanggal 29 Desember 2001 oleh Bapak Gubernur Mardiyanto meresmikan Pasar Gede. 2. Jenis Dagangan di Pasar Gede Jenis dagangan yang ada di Pasar Gede antara lain : · Grosir Buah · Wade · Daging Sapi · Daging Babi · Ikan Laut · Ayam Potong · Ayam Hidup · Buah dan Sayuran · Grabatan
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
· Oleh – Oleh Khas Solo · Kembang · Obat Tradisional dan Jamu-Jamu · Plastik · Peralatan Rumah Tangga · Grabah · Mainan · Penjahit Selain itu Pasar Gede juga memiliki ciri khas yang berbeda dengan pasar tradisional lainnya, perbedaan ini menjadikan Pasar Gede sebagai Pasar Wisata, hal ini dikarenakan terdapat pedagang yang menjual dagangannya hanya di Pasar Gede dan terbukti puluhan tahun sebagai tempat yang selalu dicari oleh wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara bila berkunjung ke Kota Surakarta karena cita rasanya. Makanan dan minuman yang dimaksud ialah : · Es Dawet Telasih · Timlo Solo · Ayam Goreng · Kare Ayam · Pecel · Tengkleng
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
3. Jumlah Pedagang dan Pendapatan di Pasar Gede Pedagang di Pasar Gede berjumlah 741 Orang. Jumlah ini meliputi seluruh Blok I, II, III, IV, Toko dan Ruko. Berdasarkan data dari Kantor Pasar Gede jumlah pedagang di Blok I sebanyak 191 orang, Blok II sebanyak 168 pedagang, Blok III sebanyak 140 pedagang, blok IV 134 pedagang, pemilik ruko sebanyak 16 orang namun jumlah ruko sebanyak 26 ini terjadi karena ada pemilik yang memiliki lebih dari satu ruko.
D. Karakteristik Demografi Dan Sosial Ekonomi Pedagang Di Kawasan Pasar Gede Langkah analisis dalam penelitian ini ialah dengan mengunakan klasifikasi. Untuk menentukan karakteristik demografi dan sosial ekonomi responden dapat menggunakan tabel distribusi, karena tabel frekuensi dapat digunakan untuk mengetahui ciri dan karakteristik dari responden penelitian atas dasar satu variabel tertentu. Karakteristik pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta sangat bervariasi. Karakteristik yang akan dibahas meliputi umur, jenis kelamin, status pernikahan, tingkat pendidikan, jam kerja, lama usaha, jumlah tenaga kerja yang dimiliki responden, modal usaha dan tingkat pendapatan responden setiap hari di Pasar Gede. 1. Umur Umur merupakan salah satu demografi yang sangat penting karena kaitannya dengan motivasi seseorang dalam suatu hal (dalam kajian ini commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu aktivitas perdagangan). Asumsinya sesorang yang berumur produktif mempunyai kecendrungan motivasi yang tinggi dalam bekerja. Adapun seseorang yang sudah berkeluarga tetap memiliki motivasi tinggi untuk bekerja dengan tujuan untuk mencapai hidup sejahtera dalam menghidupi keluarganya. Tabel 4.10 Pedagang Pasar Gede Menurut Umur No. 1 2 3 4 5 6 7
Umur (tahun) 20 – < 30 30 – < 40 40 – < 50 50 – < 60 60 – < 70 70 – < 80 ≥ 80 Jumlah
Frekuensi
Persentase (%) 2 18 39 58 23 8 2 150
1,30 12,00 26,00 38,70 15,40 5,30 1,30 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2011. Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa di Pasar Gede, usia pedagang yang paling tua adalah 82 tahun dan usia yang paling muda yakni 25 tahun. Kemudian pada tabel 4.15 dapat diketahui pula bahwa kelompok pedagang dengan umur 20 sampai kurang dari 30 yaitu sebanyak 2 orang atau 1,3%, kelompok umur 30 sampai dengan kurang dari 40 yaitu sebanyak 18 orang atau 12%, kelompok umur 40 sampai dengan kurang dari 50 yaitu sebanyak 39 orang atau 26%, kelompok umur 50 sampai dengan kurang dari 60 yaitu sebanyak 58 orang atau 38,7%, kelompok umur 60 sampai dengan kurang dari 70 yaitu sebanyak 23 orang atau 15,4%, kelompok umur 70 sampai dengan kurang dari 80 yaitu sebanyak 8 orang atau 5,3%, dan kelompok umur lebih besar sama dengan 80 yaitu commit to user sebanyak 2 orang atau 1,3%.
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan dalam demografi bahwa kategori penduduk usia produktif yaitu berusia 15 sampai dengan 64 tahun. Hasil pengelompokan umur pada tabel diatas menunjukan bahwa 80% pedagang di Pasar Gede adalah kelompok umur penduduk usia produktif, dan sisanya 20% termasuk kedalam kelompok umur penduduk usia tidak produktif. Sehingga didalam pengelompokan umur tidak ada perbedaan yang berarti karena hampir semua pedagang masuk kedalam kelompok umur penduduk usia produktif. 2. Jenis Kelamin dan Status Pernikahan Variabel demografi seperti jenis kelamin dan status pernikahan dari responden dapat digunakan sebagai salah satu indikasi apakah jenis pekerjaan yang mereka tekuni merupakan pekerjaan pokok ataukah pekerjaan sampingan. Kondisi sosial di Indonesia mengindikasikan bahwa seorang wanita yang berstatus menikah dan bekerja dapat diindikasikan bahwa pekerjaannya tersebut bersifat sampingan untuk membantu pekerjaan pokok suami. Meskipun tidak bersifat mutlak, namun hal tersebut cukup beralasan sehingga dilakukan oleh seorang wanita. Table 4.11 Pedagang Pasar Gede Menurut Jenis Kelamin dan Status Pernikahan Jenis Kelamin No
Status Nikah
Laki-Laki Frek
1
Belum Nikah
2
Nikah
3
Janda/Duda Jumlah
%
Perempuan Frek
%
Jumlah Frek
%
1
0,67
1
0,67
2
1,33
23
15,33
89
59,33
112
74,67
4
2,67
32
21,33
36
24,00
28
18,67
122
81,33
150
100,00
commit to user Sumber: Data Primer Diolah, 2011
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.11 diatas terlihat bahwa hampir seluruh responden yang bekerja di Pasar Besar sudah berumah tangga atau berstatus nikah yaitu sebesar 74,67%, pedagang yang belum berumah tangga atau berstatus belum nikah tercatat sebesar 1,33%, sedangkan pedagang yang berstatus janda/duda sebesar 24%. Berdasarkan tabel diatas juga dapat diketahui bahwa jumlah pedagang berjenis perempuan jauh lebih banyak dari para pedagang laki-laki dengan perbandingan 122 orang dibanding 28 orang atau 81,33% dibanding 18,67%. Dengan demikian sebagian besar pedagang adalah perempuan dengan status sudah berumah tangga atau sudah menikah. 3. Tingkat Pendidikan Formal Tingkat pendidikan formal dapat digunakan sebagai gambaran terhadap kemajuan penduduk di suatu tempat, dikarenakan pengetahuan memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan. Asumsinya seseorang dengan pendidikan yang dimilikinya akan memiliki pengetahuan yang lebih luas sehingga akan lebih produktif dan inovatif. Selain itu pendidikan juga merupakan indikator terhadap kualitas sumber daya manusia. Tabel 4.12 akan menggambarkan tingkat pendidikan formal pedagang di Pasar Gede. Tabel 4.12 Pedagang di Pasar Gede Menurut Tingkat Pendidikan Formal No. 1 2 3 4 5
Tingkat Pendidikan Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Jumlah
Frekuensi 32 58 22 33 5
commit to user Sumber: Data Primer Diolah, 2010
150
Persentase 21,33 38,66 14,67 22,00 3,34 100,00
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat diketahui tingkat pendidikan formal responden yang bekerja di Pasar Gedhe cukup beragam dari tidak sekolah sampai tamat perguruan tinggi. Dari berbagai tingkatan tersebut, jumlah pedagang yang memiliki tingkat pendidikan tidak sekolah yaitu sebesar 21,33% atau 32 orang, tamat SD yaitu sebesar 38,66% atau 58 orang, tingkat pendidikan tamat SMP sebesar 14,67% atau 22 orang, tingkat pendidikan tamat SMA sebesar 22% atau 33 orang dan tingkat pendidikan tamat Perguruan Tinggi adalah sebesar 3,34%atau 5 orang. Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa persentase tingkat pendidikan yang tertinggi adalah tamatan SD yaitu sebesar 38,66% kemudian dilanjutkan pada tingkat pendidikan tamatan SMA sebesar 22% dan diikuti oleh tingkat pendidikan tidak sekolah 21,33% dengan komposisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kategori pendidikan dari penduduk yang berkerja di Pasar Gedhe rendah. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sebagian besar pedagang adalah berpendidikan kurang dari 9 tahun. 4. Jenis Barang Dagangan Pedagang yang berada di Pasar Gedhe memiliki jenis usaha yang berbeda-beda. Pedagang dibedakan menjadi beberapa kelompok, kelompok tersebut meliputi sembako (beras, telur ayam, gula pasir, minyak goreng, daging, susu, tepung terigu, minyak tanah/elpiji, garam beryodium), makanan dan minuman, buah dan sayuran, wade (kain,pakaian), oleh-oleh khas solo, peralatan rumah tangga dan mainan, serta kelompok lainnya yang tidak termasuk 6 kategori jenis dagangan sebelumnya. commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Table 4.13 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jenis Dagangan No.
Jenis Barang
Frekuensi
Persentase
1
Sembako
30
20,00
2
Makanan dan Minuman
34
22,69
3
Buah dan Sayuran
45
30,00
4
Wade
7
4,66
5
Oleh-Oleh Khas Solo
8
5,33
6
Peralatan Rumah Tangga & Mainan
1
0,66
7
Lain-lain
25
16,66
150
100,00
Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.13 diatas dapat diketahui bahwa jenis barang yang diperdagangkan oleh pedagang Pasar Besar adalah jenis buah-buahan dan sayuran sebanyak 45 pedagang atau sebesar 30%, peringkat kedua yaitu jenis makanan dan minuman baik makan ditempat atau di bawa pulang yakni sebanyak 34 pedagang atau sebesar 22,69%, peringkat ketiga yaitu pedagang sembako sebanyak 30 pedagang atau sebesar 20%, pedagang lainnya sebanyak 25 pedagang atau sebesar 16,66%, pedagang lain-lain sebanyak 25 orang atau sebesar 16,66%, pedagang Wade sebanyak 7 orang atau sebesar 4,66%, sedangkan sisanya pedagang peralatan rumah tangga dan mainan. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan keterangan diatas bahwa jenis dagangan di Pasar Gedhe yang dominan yaitu buah-buahan dan sayuran. Dan jenis dagangan berikutnya ialan makanan dan minuman baik makan ditempat atau di bawa pulang seperti es dawet telasih, ayam goreng, kare ayam, tengkleng, timlo, pecel dll. 5. Jam Kerja Masyarakat yang bekerja pada sektor informal seperti perdagangan commit to user umumnya tidak mempunyai ikatan waktu dalam melakukan aktivitas
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bekerja, sehingga waktu yang digunakan pedagang antara pedagang satu dengan lainnya tidak sama. Berikut tabel yang menggambarkan sejumlah responden di Pasar Gedhe berdasarkan jam kerja. Tabel 4.14 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jam Kerja (hari) No
Jam Kerja/hari
Frekuensi
Persentase
1
0-<5
2
1,34
2
5 - < 10
70
46,67
3
10 - < 15
70
46,67
4
15 - < 20
8
5,33
150
100
Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.14 diatas dapat diketahui bahwa pedagang yang memilih jam kerja kurang dari 5 jam per hari yaitu sebanyak 2 orang atau sebesar 1,34%. Jam kerja antara 5 sampai kurang dari 10 jam per hari sebanyak 70 orang atau sebesar 46,67%. Jam kerja antara 10 sampai kurang dari 15 jam per hari sebanyak 70 orang atau sebesar 46,67%. Jam kerja antara 15 sampai kurang dari 20 jam per hari sebanyak 8 orang atau sebesar 5,33%. Berdasarkan keterangan diatas bahwa pedagang Pasar Gedhe 93,34% bekerja antara 5 jam sampai kurang 15 jam per hari. Hal ini menunjukkan bahwa para pedagang yang bekerja pada sektor perdagangan di Pasar Gede memiliki motivasi dan semangat yang tinggi dalam bekerja. 6. Jumlah Tenaga Kerja yang di Perkerjakan Jumlah usaha di Pasar Gede sangat bervariasi, setiap pemilik usaha ada sebagian orang yang memerlukan tenaga tambahan untuk membantu berdagang namun ada pula yang merasa tidak memerlukan tenaga dalam commit to user usaha perdagangan yang dimiliki. Menurut sebagian pemilik usaha yang
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meperkerjakan tenaga kerja atau tenaga tambahan dikarenan kios yang dimiliki lebih dari 1 bahkan lebih dari 2 atau kios yang dimiliki beraneka ragam jenis dagangan, namun ada pula dengan alasan sebagai membantu keluarga sendiri yangm tidak mempunyai pekerjaan tetap. Tabel berikut menggambarkan banyak sedikitnya karyawan yang biasanya membantu para pedagang untuk melayani para pengunjung. Tabel 4.15 Pedagang di Pasar Gede Menurut Jumlah Tenaga Kerja yang Membantu No.
Jumlah Karyawan
1 2 3 4 5 6 7
0 1 2 3 4 5 ³6 Jumlah
Frekuensi
Persentase
40 59 31 14 2 1 3 150
26,68 39,33 20,67 9,33 1,33 0,66 2,00 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar pedagang menggunakan tenaga tambahan untuk membantu menjalankan usahanya,
tabel
diatas
menunjukan
bahwa
pemilik
usaha
yang
menggunakan tenaga tambahan 1 orang sebanyak 59 orang atau 39,33% , pemilik usaha yang menggunakan tenaga tambahan 2 orang sebanyak 31 orang atau 20,67%, pemilik usaha yang menggunakan tenaga tambahan 3 orang sebanyak 14 orang atau 9,33%, pemilik usaha yang menggunakan tenaga tambahan 4 orang sebanyak 2 orang atau 1,33%, pemilik usaha yang menggunakan tenaga tambahan 5 orang sebanyak 1 orang atau 0,66%, pemilik usaha yang menggunakan tenaga tambahan lebih besar dari 5 commit to user sebanyak 3 orang atau 2%, sedangkan sisanya yaitu 40 orang atau 26,68%
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak memerlukan tenaga tambahan untuk membantu menjalankan usahanya. 7. Lamanya Berdagang Para pedagang di Pasar Gede mempunyai perbedaan waktu dalam memulai usahanya. Berikut ini tabel yang menggambarkan sejumlah responden di Pasar Gede berdasarkan lama berdagang. Tabel 4.16 Pedagang di Pasar Gede Menurut Lamanya Berdagang No.
Lama Berdagang/Tahun
Frekuensi
Persentase (%)
1.
0 - < 10
3
2,00
2.
10 - < 20
8
5,33
3.
20 - < 30
125
83,33
4.
30 - < 40
14
9,34
150
100,00
Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.16 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata lama berdagang para pedagang yang berada di Pasar Gede adalah 20 sampai kurang dari 30 tahun,tabel diatas menunjukan bahwa pedagang yang lama berjualan 20 sampai kurang dari 30 tahun yaitu sebanyak 125 orang atau 83,33%, untuk yang lama berdagang kurang dari 10 tahun yaitu sebanyak 3 orang atau 2%, untuk yang lama berdagang 10 sampai kurang dari 20 tahun yaitu sebanyak 8 orang atau 5,33% sedangkan untuk yang lama berdagang 30 sampai kurang dari 40 tahun sebanyak 14 orang atau sebesar 9,34%. Banyaknya pedagang yang berdagang lebih dari 20 sampai kurang dari 30 tahun dikarenakan mereka memulai usahanya dari usaha keluarga turun menurun. commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
8. Modal Usaha Penggunaan modal dalam usaha terutama di sektor perdagangan sangat mempengaruhi besar kecil jalannya usaha. Apabila seseorang memiliki modal usaha yang semakin besar, semakin banyak barang yang di perdagnangkan. Modal usaha dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dikeluarkan oleh pedagang untuk pertama kalinya dalam memulai usahanya, baik untuk biaya bangunan maupun barang dagangan. Berikut ini disajikan tabel mengenai asal modal usaha yang digunakan oleh para pedagang di Pasar Gede. Tabel 4.17 Pedagang di Pasar Gede Menurut Asal Modal Usaha No.
Asal Modal
Frekuensi
Persentase (%)
1
Modal Sendiri
150
100
2
Modal Pinjaman Jumlah
150
100
Sumber: Data Primer Diolah, 2011. Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat diketahui bahwa seluruh pedagang di Pasar Gede memulai usahanya dengan menggunakan modal sendiri. Berikut ini disajikan tabel karakteristik pedagang di Pasar Gede menurut besarnya modal yang dipakai untuk memulai usaha. Tabel 4.18 Pedagang di Pasar Gede Menurut Besar Modal Usaha No.
Besar Modal (Rupiah)
Frekuensi
Persentase (%)
1. 2.
0 - < 100.000 100.000 - < 200.000
58 52
38,66 34,66
3.
200.000 - < 300.000
19
12,68
4.
300.000 - < 400.000
3
2,00
5.
400.000 - < 500.000
-
-
8.
≥ 500.000
18
12,00
150
100,00
Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah, 2011.to user commit
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan tabel 4.18 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar pedagang menggunakan modal kurang dari Rp.100.000,00, yaitu sebanyak 58 orang pedagang atau sebesar 38,66%. Persentase ini merupakan porsi terbesar dari modal usaha yang dipakai oleh pedagang. Menempati persentase kedua dengan besar modal Rp.100.000,00 sampai kurang dari Rp.200.000,00 sebanyak 52 orang atau sebesar 34,66%, presantase ketiga pedagang dengan besar modal Rp.200.000,00 sampai kurang dari Rp.300.000,00 sebanyak 19 orang atau sebesar 12,68%. Presentase keempat pedagang dengan besar modal Rp.300.000,00 sampai kurang dari Rp.400.000,00 sebanyak 3 orang atau sebesar 2%. Terakhir adalah pedagang yang menggunakan modal lebih dari Rp.500.000,00 yaitu sebanyak 18 orang atau sebesar 12%. Perbedaan modal awal usaha terjadi karena perbedaan tahun memulai usaha dan juga adanya perbedaan jenis dagangan yang di perdagangkan antara pedagang satu dengan pedagang lain. 9. Tingkat Pendapatan Penelitian ini menghitung pendapatan rata-rata perhari pedagang di Pasar Gede. Pendapatan yang diperoleh para pedagang berbeda satu sama lain, hal ini terjadi karena jenis dagangan yang diperdagangkan bervariasi. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan tabel tentang pendapatan responden yang bekerja di Pasar Gede.
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.19 Pedagang di Pasar Gede Menurut Tingkat Pendapatan 1
Besar Pendapatan/Hari (Rupiah) 0 - < 100.000
2
No.
Frekuensi
Persentase (%) -
-
100.000 - < 200.000
37
24,67
3
200.000 - < 300.000
60
40,00
4
300.000 - < 400.000
23
15,33
5
400.000 - < 500.000
7
4,67
6
> 500.000
23
15,33
150
100
Jumlah
Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.19 diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan pedagang per hari di Pasar Gede didominasi oleh tingkat pendapatan pedagang Rp.200.000,00 sampai kurang dari Rp.300.000,00 sebanyak 60 orang atau sebesar 40% dari keseluruhan pedagang di Pasar Gede. Tingkat pendapatan pedagang Rp.100.000,00 sampai kurang dari Rp.200.000,00 sebanyak 37 orang atau sebesar 24,67%. Tingkat pendapatan pedagang Rp.400.000,00 sampai kurang dari Rp.500.000,00 sebanyak 7 orang atau sebesar 4,67% sedangkan tingkat pendapatan lebih besar sama dengan Rp.500.000,00 sebanyak 23 orang atau 15,33%. Dalam penelitian ini pendapatan paling tinggi adalah sebesar Rp.3.000.000,00 yaitu pedagang buah-buahan. Sedangkan tingkat pendapatan yang paling rendah adalah sebesar Rp.100.000,00.
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta Untuk menjawab permasalahan dan membuktikan hipotesis penelitian ini perlu dilakukan analisis statistik terhadap data yang telah diperoleh dengan menggunakan ekonometrika. Pemilihan model regresi dilakukan dengan menerapkan uji MWD atau McKinnon, White, and Davidson test. Hasil uji MWD menunjukkan bahwa model regresi yang tepat untuk penelitian ini adalah model regresi linear Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda menggunakan bantuan komputer program Eviews 3.0 diperoleh hasil regresi sebagai berikut: Tabel 4.20 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Dependent Variable: PDP Method: Least Squares Date: 07/01/11 Time: 16:54 Sample: 1 150 Included observations: 150 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C UMR LU MDL JK JD
159554.4 -5298.827 6726.140 0.034628 21944.78 58683.17
179042.0 2907.504 4452.035 0.006827 9858.671 70136.95
0.891156 -1.822466 1.510801 5.072540 2.225937 0.836694
0.3743 0.0705 0.1330 0.0000 0.0276 0.4042
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.218771 0.191645 326826.3 1.54E+13 -2114.357 1.892937
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
325000.0 363509.6 28.27142 28.39185 8.064981 0.000001
Sumber: Data primer diolah, 2011 Sebelum diintepretasikan, hasil regresi dalam tebel 4.20 di atas perlu dilakukakan uji asumsi Klasik untuk mengetahui ada tidaknya problem Multikolinearitas, Heteroskedastisitas, maupun Otokorelasi. Untuk mengetahui commit to user ada tidaknya Multikolinearitas digunakan metode informal yaitu scatterplot
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
antar
variabel
bebas dan juga melihat banyaknya parameter yang tidak
signifikariabn. Metode formal juga dilakukan, yaitu dengan
Klein’s rule of
thumb. Dari metode informal maupun formal ditemukan bahwa hasil regresi pada Tabel 4.20 di atas mengandung problem multikolinearitas (Lihat Lampiran 2). Untuk mengetahui ada tidaknya masalah Heteroskedastisitas digunakan uji White. Dari uji White diketahui bahwa hasil regresi di Tabel 4.21 tidak mengandung
masalah heteroskedastisitas. Demikian uji untuk otokorelasi,
hasil regresi pada Tabel 4.21 juga tidak mengandung problem otokorelasi setelah dilakukan uji Durbin-Watson (Lihat Lampiran 6). Karena hasil regresi pada Tabel 4.20 mengandung multikolinearitas, maka dilakukan upaya perbaikan yaitu dengan menghilangkan variabel bebas yang memiliki korelasi yang tinggi. Hal ini diketahui dari metode scaterplot dimana dua variabel bebas menunjukkan
pola hubungan
linear. Kedua
variabel yang di hilangkan dari model regresi adalah UMR dan LU. Diagram scatterplot antara UMR dengan LU sebagai berikut: GAMBAR 4.1 SCATTERPLOT UMR DENGAN LU 50
40
LU
30
20
10
0 20
40
60
80
UMR
commit to user Sumber : Data primer diolah,2011
100
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah dilakukan upaya perbaikan, selanjutnya data diregres kembali. Hasil regresi baru setelah diperbaiki adalah sebagai berikut: Tabel 4.21 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Dependent Variable: PDP Method: Least Squares Date: 07/06/11 Time: 08:48 Sample: 1 150 Included observations: 150 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C MDL JK JD
31744.99 0.033325 25529.77 56077.54
109138.1 0.006617 9724.226 70524.09
0.290870 5.036201 2.625378 0.795154
0.7716 0.0000 0.0096 0.4278
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.198835 0.182372 328695.5 1.58E+13 -2116.247 1.887914
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
325000.0 363509.6 28.26996 28.35024 12.07819 0.000000
Sumber : Data primer diolah 2011 Y = 31744,99 + 0,033325 MDL + 25529,77JK + 56077,54JD SE:( 109138,1) ( 0,006617)
(9724,226)
(70524,09)
t : ( 0,29087 0) (5,036201)
(2,825378)
(0,795154)
Prob = (0,7716 ) ( 0,0000)
( 0,00966)
(0,4278)
Keterangan : Y = Pendapatan Pedagang (Rupiah) MDL = Modal (Rupiah) JK = Jam Kerja (jam per hari) JD = Dummy Jenis Dagangan ( 0 = bukan semabako; 1 = sembako) 1. Uji asumsi klasik a. Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model commit to user regresi ditemukan adanya multikolinearitas antar variabel bebas. Untuk
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendeteksi ada tidaknya multikolineritas digunakan Klein’s Rule of Thumb yaitu dengan membandingkan koefisien determinasi dari auxiliary regression (regresi antar variabel bebas) regresi
utama.
Apabila nilai
r2
< R2 ,
r2 dengan
maka tidak
R2
terjadi
multikolinearitas. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dengan menggunakan metode Klein model regresi yang telah mengalami pembuangan (drop) variabel terbebas dari masalah multikolinearitas. Setelah model diregres kembali diperoleh R2 regresi utama yaitu sebesar 0,198835 (Lihat Lampiran 5), sedangkan nilai r2 regresi parsial variabel modal (MDL) sebesar 0,017083 dan nilai r2 regresi parsial variabel jam kerja sebesar 0,150120 (Lihat Lampiran 5). Hal ini membuktikan bahwa variabel modal lolos dari masalah multikolinearitas yang ditunjukan dari nilai r2 < R2. Variabel terakhir yaitu jenis dagangan setelah di uji dengan moetode Klein juga lolos dari masalah multikolinearitas. Hal ini ditunjukan dari nilai r2 < R2 (Lihat Lampiran 5). b. Heteroskedastik Untuk
menguji
ada
tidaknya
masalah
Heteroskedastisitas
digunakan Uji White Heteroscedasticity Test. Dengan menggunakan Eviews 3.0 didapat hasil seperti dalam Tabel 4.22 berikut.
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.22 Uji White Heteroscedasticity Test White Heteroskedasticity Test: F-statistic
2.832837
0.017998 Probability
Obs*R-squared
13.43305
0.019642 Probability
Sumber : Data primer diolah, 2011 Dengan df = 9 (jumlah regresor) dan α = 5% didapatkan X2 tabel yaitu 16,92. Nilai OBS*R-squares = 13,43 Nilai OBS*R-squares = 13,43 < 16,92, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastiksitas. c. Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi atau hubungan yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (data time series) maupun tersusun dalam rangkaian ruang atau disebut data cross sectional. Salah satu pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah uji statistik Durbin Watson. Dengan ukuran sampel N = 150 dan dengan K’ = 3 maka didapat dari tabel dL = 1,693 dan dU = 1,774 , yang kemudian dalam diagram dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F(d) A
B
D
E
C 0
dl du 1,693 1,774
1,887
4 - du 2,226
4 - dl 2,307
4
Gambar 4.2 Kurva Durbin-Watson Sumber : Djarwanto dan pangestu, 2005 Keterangan: A = Menolak Ho, bukti autokorelasi positif B = Daerah keragu-raguan C = Menerima Ho, tidak ada autokorelasi D = Daerah keragu-raguan E = Menolak Ho, bukti autokorelasi negatif Berdasarkan hasil perhitungan komputer dengan menggunakan program Eviews 3.0, didapat nilai Durbin-Watson sebesar 1,887. Nilai tersebut berada berada antara du dan 4-du berarti pada model tersebut tidak terjadi autokorelasi. 2. Uji Individual a. Uji Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masingmasing variabel bebas dalam mempengaruhi variabel dependen. commit to user Kriteria pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai signifikan
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada tingkat 0,05 dengan nilai signifikan hasil uji t, jika nilai signifikan uji t lebih kecil dari batas signifikan 0,05 maka nilai koefisien regresi signifikan. terhadap variabel dependen. 1) Variabel Modal Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai koefisien variabel MDL sebesar 0,033325 dengan probabilitas sebesar 0.000 yang berarti lebih kecil dari α = 5% , jadi koefisien tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel modal memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. 2) Variabel Jam Kerja Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai koefisien variabel JK sebesar 25529,77 dengan probabilitas sebesar 0.096 yang berarti lebih kecil dari α = 5% , jadi koefisien tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel jam kerja memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. 3) Variabel Jenis Dagangan Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai koefisien variabel JD sebesar 56077,54 dengan probabilitas sebesar 0,4278 yang berarti lebih besar dari α = 5% , jadi koefisien tersebut tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jenis dagangan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. b. Uji F Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui hasil uji F digunakan untuk menguji signifikansi parameter regresi secara bersama-sama. Tujuan dari uji F ini adalah untuk membuktikan secara statistik bahwa keseluruhan independen di dalam model bersama-sama mempengaruhi variabel dependennya. Apabila nilai signifikansi F lebih kecil dari 0,05 (p<0,05) maka model regresi signifikan secara statistik. Dari hasil pengujian diperoleh nilai F hitung sebesar 12,07819 dengan signifikansi sebesar 0.000000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), berarti bahwa model regresi dengan variabel modal, jam kerja dan jenis dagangan secara bersamasama mempengaruhi variabel pendapatan pedagang di Pasar Gede. c. Nilai Koefisien Determinasi ( R2 ) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui berapa persen variasi variabel-variabel bebas yang ada dalam model yaitu modal, jam kerja dan jenis dagangan dapat menjelaskan variabel dependen yaitu pendapatan pedagang Pasar Gede. Berdasarkan tabel 4.21 diperoleh hasil bahwa nilai adjusted R Square sebesar 0,182. Hal ini mengindikasikan bahwa sebesar 18% seluruh variasi total Y dapat diterangkan dari faktor modal, jam kerja dan jenis dagangan. Sisanya commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebesar 82% diterangkan faktor-faktor lain yang tidak diperhitungkan ke dalam model. 3. Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis pada model regresi hanya mampu menjawab hipotesis 3,4,5 dan 6. Hal ini terjadi karena variabel telah mengalami pembuangan
(drop)
yang
disebabkan
oleh
terjadinya
masalah
multikolinearitas sehingga dihasilkan regresi baru tanpa variabel umur dan lama usaha (Lihat Lampiran 4). a. Hipotesis 3 Hipotesis ketiga menyatakan bahwa ” Variabel modal memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan ”. Hasil statistik uji t untuk menguji pengaruh variabel modal diperoleh t statistik sebesar 5,036201 dengan tingkat signifikansi 0.0000. Oleh karena signifikansi kurang dari 5% (p<0,05), maka hipotesis diterima. Dengan demikian hasil ini mendukung hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel modal terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. b. Hipotesis 4 Hipotesis keempat menyatakan bahwa ” Variabel jam kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan ”. Hasil statistik uji t untuk menguji pengaruh variabel jam kerja diperoleh t statistik sebesar 2,625378 dengan tingkat signifikansi 0.0096. Oleh karena signifikansi kurang dari 5% (p<0,05), maka commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hipotesis diterima. Dengan demikian hasil ini mendukung hipotesis keempat yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel jam kerja terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. c. Hipotesis 5 Hipotesis pertama menyatakan bahwa ” Variabel jenis dagangan memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan ”. Hasil statistik uji t untuk menguji pengaruh variabel jenis dagangan diperoleh t statistik sebesar 0,795154 dengan tingkat signifikansi 0,.4278. Oleh karena signifikansi lebih dari 5% (p<0,05), maka hipotesis ditolak. Dengan demikian hasil ini tidak mendukung hipotesis kelima yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. d. Hipotesis 6 Hipotesis pertama menyatakan bahwa ” Secara bersama-sama variabel umur, lama usaha, jam kerja, modal dan jenis dagangan memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan”. Hasil statistik uji F untuk menguji pengaruh variabel umur, lama usaha, jam kerja, modal dan jenis dagangan diperoleh F statistik sebesar 12,07819 dengan tingkat signifikansi 0.0000000. Oleh karena signifikansi kurang dari 5% (p<0,05), maka hipotesis diterima. Dengan demikian hasil ini mendukung hipotesis terakhir yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan . commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Interpretasi Secara Ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang (studi kasus pada Pasar Gede Kota Surakarta). Faktor yang diteliti meliputi umur, lama usaha, modal, jam kerja dan jenis dagangan. Namun terjadi masalah multikoliearitas dalam uji asumsi klasik sehingga dalam penelitian ini hanya menganalisis faktor yang meliputi modal, jam kerja dan jenis dagangan terhadapa pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta. Untuk menguji pengaruh variabel independen (modal, jam kerja dan jenis dagangan) terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta digunakan analisis regresi linear. 1. Pengaruh modal terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta. Berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa modal berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang yang ditunjukkan dari uji t dengan p<0,05. Semakin besar modal yang dimiliki seorang pedagang, maka semakin besar pula peluang yang dimiliki untuk memambah jumlah barang daganagn dan variasi jenis dagangan yang diperjual-belikan. Hal ini dapat berarti bahwa konsumen memiliki banyak pilihan dalam berbelanja kebutuhan yang diperlukan, sehingga konsumen akan memungkinkan membeli pada pedagang bersangkutan dan tidak perlu pindah ke pedagang lain.
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pengaruh jam kerja terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta. Pengujian hipotesis membuktikan bahwa jam kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta yang ditunjukkan dari uji t dengan p<0,05. Semakin banyak jam kerja yang dilakukan oleh pedagang dalam melakukan aktivitas perdagangan, semakin besar peluang memperoleh pendapatan yang akan didapat oleh pedagang.
Konsumen tidak dapat dipastikan kedatangannya, sehingga
dengan jumlah jam kerja yang semakin banyak maka pedagang memiliki waktu yang banyak dalam menunggu kedatangan konsumen. Konsumen juga terbantu dengan adanya pedagang yang memiliki porsi jam kerja tinggi karena kebutuhan yang dicari mampu diperoleh tanpa kesulitan bahkan tidak perlu menunggu hingga keesokan hari. Namun demikian tidak berati penambahan jam kerja dapat melebih jam kerja pasar. Hasil regresi ini hanya mengungkapkan apabila pedagang dapat secara optimal berada di pasar selama pasar masih buka, maka makin besar pula kemungkinan mereka mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. 3. Pengaruh jenis dagangan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta. Pengujian hipotesis membuktikan bahwa jenis dagangan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta yang ditunjukkan dari uji t dengan p>0,05. Meskipun jenis dagangan yang ditawarkan bervariasi, akan tetapi kenyataanya pengelola pasar telah mengelompokkan kios dan los sesuai commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan jenis barang dagangan yang sama. Hal ini menyebabkan pedagang langsung bersaing dengan pedagang dengan barang dagangan yang relatif sama, sehingga kurang menguntungkan bagi pendapatan pedagnang. Kedua, sejauh yang diamati peneliti pedagang kurang memperhatikan kualitas barang dagangannya sehingga menjadikan konsumen lebih memilih pedagang yang memiliki kualitas dagangan yang lebih baik. Oleh karena itu variasi jenis dagangn harus diimbangi dengan kualitas barang dagangan agar dapat menarik konsumen lebih banyak, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan pedagang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengujian, bahwa hipotesis ketiga diterima. hal ini ditunjukan dari hasil pengujian bahwa diperoleh nilai koefisien variabel modal sebesar 0,033325 dengan probabilitas sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari α = 5% , jadi koefisien tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel modal memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. Modal adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha perdagangan. Modal yang relatif besar akan memungkinkan suatu unit penjualan menambah variasi komoditas dagangannya. Dengan cara ini berarti akan makin memungkinkan diraihnya pendapatan yang lebih besar. 2. Berdasarkan hasil pengujian, bahwa hipotesis keempat diterima. hal ini ditunjukan dari hasil pengujian bahwa diperoleh nilai koefisien variabel jam kerja sebesar 25529,77 dengan probabilitas sebesar 0,096 yang berarti lebih kecil dari α= 5% , jadi koefisien tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel jam kerja memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. commit to user
76
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Semakin banyak jam kerja yang dilakukan oleh pedagang dalam melakukan aktivitas perdagangan, semakin besar peluang memperoleh pendapatan yang akan didapat oleh pedagang.
Konsumen tidak dapat
dipastikan kedatangannya, sehingga dengan jumlah jam kerja yang semakin banyak maka pedagang memiliki waktu yang banyak dalam menunggu kedatangan konsumen. Selain itu dengan porsi jam kerja yang banyak akan memudahkan konsumen datang kapan saja tanpa harus mengalami kesulitan bahkan menunggu keesokan hari. 3. Berdasarkan hasil pengujian, bahwa hipotesis kelima ditolak. hal ini ditunjukan dari hasil pengujian bahwa diperoleh nilai koefisien variabel jenis dagangan sebesar 56077,54 dengan probabilitas sebesar 0,4278 yang berarti lebih besar dari α = 5% , jadi koefisien tersebut tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Oleh karena itu variabel jenis dagangan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar Gede. Pedagang dalam berdagang jenis dagangan yang diperjual belikan harus mengikuti selera konsumen dan memiliki variasi sehingga konsumen yang datang memiliki banyak pilihan.
B. Keterbatasan Hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dikarenakan hambatan yang berasal dari dalam diri penulis maupun dari luar diri penulis. Adapun hal-hal yang penulis rasakan sebagai keterbatasan dalam penulis adalah sebagai berikut :
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Sejumlah sampel pedagang Pasar Gede yang penulis ambil dari populasi, ada sebagian yang malu bahkan tidak terbuka untuk menjawab pertanyaan mengenai pendapatan yang dipeoleh setiap hari. 2. Seluruh sampel pedagang Pasar Gede yang penulis ambil dari populasi, seluruhnya ketakutan identitas diketahui masyarakat dan di ekspos ke media sebagai berita. 3. Keterbatasan penulis untuk bisa lebih dekat dengan pedagang Pasar Gede yang rata-rata usianya tidak muda lagi dan tidak fasih berbahasa indonesia, para pedagang menggunakan bahasa tradisional. Penulis kesulitas dalam penyampaian pertanyaan-pertanyaan serta pemahanan pertanyaan bagi pedagang.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta disarankan pedagang menyisihkan sebagian hasil keuntungan yang diperoleh untuk menambah modal dagangan sehingga pedagang mampu menambah variasi dagangan yang diperjual-belikan agar konsumen memiliki banyak pilihan saat berbelanja ke pasar tradisional. 2. Pedagang sebaiknya memliki tenaga kerja tambahan untuk membantu proses perdagangan terutama pedagang yang memiliki porsi jam kerja yang banyak. Hal ini sangat membantu pedagang dalam proses perdagangan.
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Pedagang sebaiknya seiring dengan usia yang sudah matang dalam perdagangan lebih meningkatkan flexibility terhadap konsumen. Hal ini dikarenakan Kota Surakarta sudah dikenal sebagai kota yang berbudaya dan memiliki sikap yang halus terhadap orang lain. Diharapkan pedagang selalu menunjukan tata krama baik dalm bersikap atau bertutur kata serta halus ketika menyapa dan hangat ketika tersenyum. 4. Pedagang diharapkan menjaga kebersihan barang dagangan dan menata rapi barang dagangan sehingga konsumen yang datang merasa puas dan nyaman berada di pasar tradisional. 5. Model regresi linear yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan R2 sebesar (18%) hasil ini diharapkan penelitian lebih lanjut dengan memasukkan variabel baru yang lebih mempengaruhi pendapatan pedagang di Pasar Gede Kota Surakarta.
commit to user