ISSN: 2085-6350
Yogyakarta, 27 Juli 2017
CITEE 2017
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Belanja Online: PVT Model Sekar Arum Lestari1, Wing Wahyu Winarno2, M. Nur Rizal3 Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No.2 Kampus UGM, Yogyakarta, Indonesia 55281
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstract—With the various conveniences offered, online shopping is already looking for a very popular way among the people. Differences in online shopping and conventional media on the process of transactions, the Internet becomes one thing that is important in the process of online shopping transactions. The increasing popularity of online shopping can be seen with the increasing number of online transactions that have been done. This causes the online business environment to become fast-paced and hypercompetitive so the seller needs to have the right strategy to survive. One of the things that must be understood by the seller is consumer behavior, such as what things can affect consumers to decide to shop through the internet. This study will apply the measuring tool that has been done on previous research to find the factors that influence consumers shop online. This gauge has been previously made based on the PVP model with some additional variables from previous research. These variables are sensory requirement, synchronism requirement, price, and brand with moderated by IT namely representation and reach. The results show that sensory requirement, price, and brand influence online shopping decisions. Consumers decision; internet; online shopping (key words)
Intisari—Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan, belanja online sudah mencari cara yang sangat populer di kalangan masyarakat. Perbedaan belanja online dan konvensional ada pada media dilakukannya proses transaksi, internet menjadi satu hal yang penting pada proses transaksi belanja online. Meningkatnya popularitas belanja online dapat dilihat dengan meningkatnya pula jumlah transaksi online yang telah dilakukan. Hal ini menyebabkan lingkungan bisnis online menjadi serba cepat dan hiperkompetitif sehingga penjual perlu memiliki strategi yang tepat untuk dapat bertahan. Salah satu hal yang harus dipahami oleh penjual adalah perilaku konsumen, seperti apa saja hal yang dapat mempengaruhi konsumen untuk memutuskan berbelanja melalui internet. Penelitian ini akan menerapkan alat ukur yang telah dilakukan pada penelitian terdahulu untuk mencari faktorfaktor yang mempengaruhi konsumen berbelanja online. Alat ukur ini telah dibuat sebelumnya berdasarkan model PVT dengan beberapa penambahan variabel dari penelitian terdahulu. Variabel tersebut adalah sensory requirement, synchronism requirement, price, dan brand dengan dimoderasi oleh IT yaitu representation dan reach. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sensory requirement, price, dan brand mempengaruhi keputusan belanja online. Keputusan konsumen; internet; belanja online (kata kunci)
I.
PENDAHULUAN
Belanja online mejadi cara yang populer dikalangan masyarakat [1], hal ini dapat dilihat dengan seiring mengingkatnya pula jumlah transaksi belanja online yang telah dilakukan [2][3]. Menurut Ernst dan Young (1999) dalam Chiang dan Dolakia (2003), kenyamanan dan pengehematan yang lebih besar merupakan dua alasan utama meningkatnya minat belanja online bagi konsumen [4]. Konsumen dapat berbelanja online kapanpun dan dimanapun [5]. Konsumen dapat mengehemat waktu [4][6] dan biaya [7] saat mencari informasi mengenai suatu barang/produk dan saat berbelanja online [8]. Konsumen dapat membandingkan produk dan harga dengan mudah pada toko yang berbeda [4][9][10]. Hal-hal tersebut merupakan kemudahan yang ditawarkan dalam berbelanja online karena seluruh proses tersebut dilakukan melalui media internet. Namun, ada beberapa hal yang tidak dapat dilakukan dalam berbelanja online, seperti konsumen tidak dapat menyentuh, mencium, dan merasakan produk yang dijual online [11]. Apte dan Mason dalam Overby mengatakan
322
bahwa proses yang membutuhkan interaksi fisik akan sulit untuk dilakukan secara virtual [11]. Selain batasan yang ada pada belanja online, risiko juga mungkin saja dapat terjadi [12][13]. Walau begitu tampaknya hal ini bukanlah hal yang menghambat konsumen untuk berbelanja online [14], sehingga jumlah transaksi tiap tahun makin meningkat. Meningkatnya jumlah transaksi mengakibatkan lingkungan bisnis online menjadi serba cepat dan hiperkompetitif [15]. Oleh karena itu perlu bagi penjual untuk memahami konsumen online karena lingkungan bisnis online dan konvensional sangat berbeda [6]. Menjual produk yang bagus belum tentu konsumen ingin membelinya secara online [10]. Dengan mengetahui produk seperti apa yang cocok untuk bisnis online, hal ini membantu penjual untuk fokus pada potensi pasar online [16]. II.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini akan mencari faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian online. Sebelumnya, terdapat beberapa penelitian yang juga meneliti hal yang sama, seperti Limayem et al. yang menggunakan model Theory Planned Behavior (TPB) untuk mencari faktorfaktor ini [6]. Selain itu ada pula Chiang dan Dholakia [4],
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
CITEE 2017
Yogyakarta, 27 Juli 2017
dalam temuannya peneliti mengatakan bahwa harga bukan merupakan salah satu faktor tersebut. Namun, peneliti mengatakan bahwa masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut karena dalam penelitian ini contoh produk yang digunakan tidak memiliki variasi harga [4]. Hal ini juga dilakukan oleh Watabe dan Iwasaki [17],serta Chen dan Hung [18]. Dalam penelitian Watabe dan Iwasaki, menggunakan contoh produk notebook dan kamera digital [17]. Sedangkan Chen dan Hung menggunakan contoh produk kaus kaki dalam penelitiannya [18]. Adapula Sihaloho yang juga mengatakan bahwa harga mempengaruhi konsumen untuk berbelanja online, namun penelitian ini terbatas pada satu media yaitu website Kaskus [19]. Selain harga, merek juga merupakan hal penting yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam berbelanja online [20]. Erdil [21] mengatakan bahwa citra merek mempengaruhi niat berbelanja konsumen, namun sayangnya penelitian ini tidak dilakukan dalam konteks pembelian online. Huang et al. [22] meneliti bagaimana efek merek terhadap persepsi risiko berbelanja online. Huang et al. mengatakan bahwa pembeli lebih sensitif terhadap nama merek saat berbelanja online, terlebih lagi apabila pembeli sudah akrab dengan merek tersebut saat berbelanja di toko konvensional [22]. Dari berbagai penelitian yang telah disebutkan, tidak ada penelitian yang menggunakan model Process Virtualization Theory (PVT) untuk mencari faktor-faktor tersebut. Selain itu, minim penelitian yang menggunakan PVT untuk dijadikan referensi. Berdasarkan hal tersebut peneliti akan menggunakan PVT untuk mencari faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan pembelian online. PVT dikatakan sebagai sebuah model yang tepat untuk mencari tahu bagaimana sebuah proses dapat diterima secara vitual atau tidak dan bagaimana peran TI dalam mendukung hal tersebut [11]. Overby menggunakan PVT untuk menjelaskan bagaimana proses lelang kendaraan dapat dilakukan secara online [11]. Adapula Cahyono yang menggunakan PVT dan mengintegrasikannya dengan Theory Acceptance Model (TAM) untuk mencari tahu apa yang menyebabkan kecenderungan masyarakat mencari informasi kesehatan melalui internet [23]. Dalam penelitian ini, PVT digunakan sebagai model penelitian dengan beberapa penambahan dan pengurangan variabel. Penyesuaian penggunaan variabel bebas ini dapat dilakukan berkaitan dengan konteks/tujuan penelitian [11]. Penambahan variabel bebas dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh harga [17][18][19] dan merek [20][22] terhadap keputusan berbelanja online. III.
LANDASAN TEORI
Penelitian ini akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen berbelanja online. Penelitian dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang telah dibuat sebelumnya [24] berdasarkan model process virtualization theory (PVT) dengan penambahan dan pengurangan variabel disesuaikan dengan konteks penelitian. A. Belanja Online Berikut merupakan beberapa keuntungan belanja secara online dibandingkan dengan konvensional [12]:
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
ISSN: 2085-6350
More product information, informasi produk pada belanja online tersedia lebih rinci dibandingkan konvensional,
Ease of comparating shopping, lebih mudah membandingkan kualitas dan harga produk antara satu toko dengan toko lainnya,
Convenienve, proses pencarian informasi dan pembelian lebih nyaman dilakukan karena dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun,
Greater selection, adanya kemudahan membandingkan produk sehingga konsumen dapat memilih produk dengan pilihan terbaik.
Dikatakan terdapat empat jenis motivasi pembeli dalam belanja online, yaitu pembeli yang termotivasi oleh kenyamanan berbelanja online, pembeli yang termotivasi oleh variasi alternatif produk, pembeli yang termotivasi oleh kedua hal yaitu kenyamanan dan variasi produk, dan pembeli yang lebih termotivasi berbelanja di toko konvensional karena dapat melakukan interaksi langsung terhadap barang maupun sosial [25]. B. Keputusan Pembelian Konsumen Proses keputusan pembelian merupakan proses yang dilalui oleh seseorang sebelum mencapai keputusan pembelian, seperti merencanakan dan memutuskan produk yang dibeli [26]. Secara umum terdapat lima langkah proses keputusan pembelian [26][27][28], yaitu :
Problem recognition/mengenali masalah, biasanya konsumen dapat mengenali masalah dengan adanya stimulus yang memicu timbulnya kebutuhannya, seperti lapar dan haus (internal) serta kekaguman akan teknologi gadget terbaru (eksternal),
Information search/perncarian informasi, pada tahap ini konsumen merasakan adanya dorongan untuk mencari informasi lebih lanjut,
Evaluation of alternatives/evaluasi alternatif, sebelum sampai pada tahap keputusan membeli, konsumen akan mengevaluasi sekumpulan pilihan alternatif menggunakan informasi yang didapatkan,
Purchase decision/keputusan pembelian, konsumen pada tahap ini akan benar-benar membeli sebuah barang/produk,
Post-puchase behavior/tindakan pasca pembelian.
Namun, pada saat konsumen dihadapkan permasalah akan kebutuhan terhadap sebuah barang tertentu yang merupakan kebiasaan, seperti membeli pasta gigi, maka konsumen akan melewati tahapan pencarian informasi dan evaluasi alternatif [27][28]. C. Process Virtualization Theory (PVT) Model Process Virtualization Theory (PVT) adalah sebuah model yang dikembangkan oleh Overby untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi apakah sebuah proses dapat dilakukan secara virtual atau tidak [11]. Selain itu, PVT juga menjelaskan peran TI dalam
323
ISSN: 2085-6350
Yogyakarta, 27 Juli 2017
memungkinkan proses dapat secara luas dilakukan dalam lingkungan virtual [11].
CITEE 2017
Berdasarkan penelitian Lestari, alat ukur ini dinyatakan valid dan reliabel berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dengan menghilangkan indikator REA2 [24]. Pengujian yang digunakan yaitu pengujian validitas (validitas konvergen dan diskriminan) dan pengujian reliabilitas. IV.
METODOLOGI
Penelitian ini akan melanjutkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, seperti model penelitian, hipotesis, dan alat ukur penelitian [24]. Penelitian ini akan menggunakan sampel dengan rentang yang lebih besar dengan pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan pengujian struktural. Gambar 1. Model PVT [11], [29]–[31]
Dalam PVT terdapat tiga jenis variabel, yaitu variabel dependen, independen dan moderator [31]. Posisi masingmasing jenis variabel dapat dilihat pada Gambar 1. Beikut penjelasan mengenai variabel-variabel tersebut [31]. Variabel dependen. Process virtualizability menjelaskan bagaimana sebuah proses setuju untuk dilakukan tanpa interaksi fisik antar orang atau antar orang dengan objek. Variabel independen. Sensory requirement berkaitan dengan kebutuhan partisipan proses untuk memenuhi pengalaman sensori dapat dirasakan sebaik dengan saat terlibat langsung, seperti menentuh,mencium, dan merasakan. Relationship requirement berkaitan dengan kebutuhan berinteraksi antar pertisipan, baik dalam konteks sosial maupun profesional. Synchronism requirement berkaitan dengan kebutuhan untuk proses dapat terjadi dengan cepat, dengan penundaan minimal. Identification and control requirement berkaitan dengan kebutuhan untuk dapat mengidentifikasi partisipan dan kontrol yang dapat mempengaruhi perilaku mereka . Variabel moderasi. Peran IT dalam PVT dijelaskan menggunakan variabel moderasi. Peran IT untuk menyajikan informasi yang relevan dalam proses disebut representation. Peran IT yang memungkinkan proses dapat dilakukan dikedua ruang dan waktu disebut reach. Peran IT untuk dapat mengotentikasi partisipan proses dan aktifitas jalurnya disebut monitoring capability. D. Alat Ukur Penelitian Wawancara dan kuesioner merupakan dua teknik pengumpulan data yang sering digunakan [32]. Penelitian ini menggunakan alat ukur yang telah disusun oleh Lestari [24]. Alat ukur ini [24] menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner. Sebuah rangkaian pertanyaan tertulis dengan beberapa jawaban alternatif yang akan dijawab oleh responden disebut kuesioner [32]. Penyebaran kuesioner dapat dilakukan secara perseorangan, dengan mengirimkan kuesioner kepada responden melalui surat, menggunakan media elektronik, maupun secara langsung [32]. Dalam kuesioner, ada dua bentuk pertanyaan, yaitu pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup [33]. Bentuk pertanyaan yang digunakan dalam alat ukur [24] adalah bentuk pertanyaan tertutup dengan jawaban alternatif skala Likert point 5.
324
A. Model dan Hipotesis Penelitian ini menggunakan alat ukur yang telah dikembangkan sebelumnya untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi keputusan konsumen berbelanja online [24]. Model penelitian ini adalah sebagai beikut.
Gambar 2. Model Penelitian [24] 2:
Berikut adalah hipotesis penelitian berdasarkan Gambar
H1: Sensory requirement secara negatif mempengaruhi keputusan belanja online. H2: Synchronism requirement secara negatif mempengaruhi keputusan belanja online H3: Price secara negatif mempengaruhi keputusan belanja online H4: Brand secara negatif mempengaruhi keputusan belanja online H5: Representation secara positif mempengaruhi hubungan antara sensory requirement dan keputusan belanja online H6: Reach secara positif mempengaruhi hubungan antara synchronism requirement dan keputusan belanja online B. Penentuan Sampel Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara sengaja yang telah disesuaikan dengan persyaratan yang telah ditentukan [33]. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat Yogyakarta yang pernah melakukan belanja online sehingga responden dapat dipastikan
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
CITEE 2017
Yogyakarta, 27 Juli 2017
memiliki pengalaman dalam berbelanja online. Menggunakan rule of thumbs jumlah responden yang dijelaskan Roscoe dalam Sekaran, yaitu [32] :
Jumlah sampel diantara 30-500 sampel,
Apabila sampel akan sipecah menjadi subsampel, maka jumlah tiap subsampel adalah 30 sampel,
Dalam penelitian multivariat, termasuk analisis regresi berganda, jumlah sampel harus 10 kali atau lebih dari jumlah variabel dalam penelitian.
C. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan inner model (pengujian struktural). Pengujian struktural dilakukan dengan meilhat nilai R square dan koefisien jalur (path coefficient). R square (R2) dilakukan untuk mengukur besarnya variabilitas perubahan variabel independen terhadap variabel dependen [34]. Path coefficient (koefisien jalur) menunjukkan tingkat signifikansi tiap jalur dan dilakukan pada setiap jalur yang ada dalam model penelitian [34]. Selain itu, nilai path coefficient juga digunakan untuk melihat sifat jalur tersebut apakah positif atau negatif [23][35]. Karena model penelitian menggunakan variabel moderasi, maka perlu dilakukan uji efek moderasi [36]. Pengujian efek moderasi dilakukan dengan melihat dua hal, yaitu signifikansi efek moderasi dan kekuatan efek moderasi menggunakan rumus (1) [36]. Efek moderasi dengan nilai efek f2 dari angka 0,02 dianggap lemah, dari angka 0,15 dianggap moderat, dan nilai dengan angka diatas 0,35 kuat [36].
(1) V.
HASIL
Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, yaitu penjabaran karakteristik responden penelitian dan dilanjutkan dengan pengujian struktural model penelitian. Pengujian ini akan menghasilkan kesimpulan apakah sebuah hipotesis signifikan atau tidak. A. Karakteristik Responden Pengumpulan data dilakukan secara langsung maupun menggunakan media internet. Dalam kuesioner terdapat pertanyaan mengenai pengalaman belanja online responden, apabila responden belum bernah berbelanja online setidaknya satu kali maka jawaban responden tersebut tidak dapat digunakan. Sehingga dari total jawaban yang terkumpul, jumlah jawaban yang digunakan adalah sebanyak 241 jawaban. Jenis kelamin : 100 orang laki-laki dan 141 orang perempuan Usia
: 10 orang berumur <21 tahun, 125 orang berumur 21-25 tahun, 64 orang berumur 26-30 tahun, 32 orang berumur 31-35 tahun, 9 orang berumur 35-40 tahun, dan 1 orang responden berumur >40 tahun
Pekerjaan : 3 orang bekerja sebagai guru/dosen, 94 orang sebagai karyawan swasta, 81 orang sebagai
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
ISSN: 2085-6350
mahasiswa, 44 orang sebagai PNS/TNI/Polri, 19 orang sebagai wiraswasta Pendidikan terakhir : 30 orang merupakan lulusan SMU/SMK, 20 orang lulusan Diploma, 169 orang lulusan Sarjana, dan 22 orang lulusan Pascasarjana Jumlah pembelian (1 tahun terakhir) : 124 orang sebanyak 1-5 kali pembelian, 52 orang sebanyak 6-10 kali, 24 orang sebanyak 11-15 kali dan 40 orang sebanyak lebih dari 15 kali. Produk yang paling sering dibeli oleh responden adalah fashion dengan metode transfer sebagai metode pembayaran yang sering digunakan. B. Inner Model (Pengujian Struktural) R square untuk variabel Belanja Online adalah sebanyak 0,461, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Belanja Online mampu dijelaskan oleh variabel sensory requirement, synchronism requirement, brand, dan reach sebanyak 46,1% sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain di luar model. TABEL I. UJI SIGNIFIKANSI MODEL PENELITIAN Path Coefficients (β)
T Statistics (t-value)
SYN BOL
-0.009
0.127
SYN_REA BOL
-0.011
0.236
SENS_REP BOL
-0.025
0.488
PRI BOL
-0.121
1.703
SENS BOL
-0.142
1.946
REA BOL
0.241
3.230
BR BOL
-0.260
4.176
REP BOL
0.423
5.146
Jalur / Path
Pengujian α = 0,05
Tidak signifikan, sifat jalur negatif Tidak signifikan, sifat jalur negatif Tidak signifikan, sifat jalur negatif Signifikan, sifat jalur negatif Signifikan, sifat jalur negatif Signifikan, sifat jalur positif Signifikan, sifat jalur negatif Signifikan, sifat jalur positif
TABEL I menunjukkan hasil uji signifikansi model menggunakan data yang telah didapatkan. Hasil tersebut menginterpretasikan bahwa :
1) Sesuai dengan nilai path coefficient, jalur yang memiliki sifat hubungan positif adalah reach dan representation terhadap belanja online sedangkan variabel lain memiliki sifat hubungan negatif. 2) Berdasarkan pengujian α 0,05 didapatkan hasil bahwa jalur yang tidak signifikan ada pada hubungan synchronism requirement, synchronism requirement yang dimoderasi oleh reach, dan sensory requirement yang dimoderasi oleh representation terhadap variabel belanja online sedangkan hubungan variabel lain dinilai signifikan.
325
ISSN: 2085-6350
Yogyakarta, 27 Juli 2017
Selanjutnya dilakukan uji efek moderasi untuk melihat pengaruh adanya variabel moderasi dalam model penelitian. Dengan melihat TABEL I dapat diketahui bahwa jalur interaksi variabel sensory requirement dan representation dinyatakan tidak signifikan, begitu pula dengan hasil signifikansi jalur interaksi variabel synchronism requirement dan reach. Selanjutnya adalah melihat kekuatan efek moderasi dengan rumus (1).
CITEE 2017
Synchronism requirement berpengaruh negatif terhadap belanja online Kebutuhan sinkronisasi identik dengan proses agar dapat terjadi dengan cepat, seperti penyelesaian transaksi sampai dengan sampainya barang di tangan pembeli. Sebagian besar responden tidak mempermasalahkan lamanya pengiriman barang. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian hipotesis 2 bahwa hipotesis 2 dinyatakan ditolak. Price berpengaruh negatif terhadap belanja online
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa kedua efek moderasi dalam model penelitian dinilai tidak signifikan (ditolak), walaupun kekuatan efek moderasi yang diberikan masuk dalam kategori kuat. C. Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian secara one-tail dilakukan dengan tingkat signifikansi sebesar 5%, sehingga didapatkan nilai t-table 1,65. Nilai ini didapatkan dengan mempertimbangkan df yang menggunakan sampel sebanyak 241 responden dan melibatkan 7 buah variabel penelitian. Hipotesis dinyatakan signifikan apabila t-value lebih besar dari ttable. TABEL II. HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS Hipotesis
Jalur
Hipotesis
Sensory
1
Belanja Online
Hipotesis
Synchronism
2
Belanja Online
Hipotesis
Price Belanja
3
Online
Hipotesis
Brand Belanja
4
Online
Hipotesis
Sensory *
5
Representation
Hipotesis
Synchronism *
6
Reach Belanja
Brand berpengaruh negatif terhadap belanja online
Path
T-
Coefficient
value
-0.142
1.946
Diterima
-0.009
0.127
Ditolak
-0.121
1.703
Diterima
-0.260
4.176
Diterima
Sebagian besar responden berpendapat bahwa merek bukanlah fokus pembelian yang dilakukan secara online. Ada atau tidaknya merek tidak menjadi masalah saat berbelanja online. Yang menjadi perhatian responden saat berbelanja online adalah bagaimana kualitas barang tersebut, maka informasi yang diberikan terkait barang tersebut penting untuk dituliskan secara detail. Terlebih lagi apabila terdapat review positif terhadap barang dari pembeli sebelumnya. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian hipotesis 4.
Ditolak
Representation berpengaruh positif terhadap hubungan sensory dengan belanja online
-0.025
0.488
Ket.
Belanja Online -0.011
0.236
Ditolak
Online
Sensory requirement berpengaruh negatif terhadap belanja online Kebutuhan sensori menggambarkan bagaimana pengalaman belanja dapat dirasakan oleh pembeli, seperti meraba, merasa, mencium, mendengar, dan melihat barang yang ingin dibeli. Secara keseluruhan, responden tidak merasa bermasalah apabila produk dibeli secara online. Namun untuk produk tertentu responden merasa bahwa pembelian akan lebih nyaman apabila dilakukan di toko konvensional, seperti pembelian produk makanan karena pembeli tidak dapat mencicipi saat berbelanja online. Hal ini sesuai dengan hipotesis 1.
326
Banyak pembeli berharap bahwa dengan melakukan pembelian online akan mendapatkan barang dengan harga lebih rendah dibandingkan dengan toko konvensional. Namun ini bukan berarti responden mempercayai toko online untuk melakukan seluruh pembelian produk. Untuk produk tertentu, khususnya produk dengan harga yang relatif tinggi, responden cenderung lebih nyaman apabila pembelian dilakukan di toko konvensional. Hal ini dikarenakan responden dapat melakukan pengecekan mandiri sebelum pembelian dilakukan. Sedangkan kekhawatiran akan risiko lebih tinggi dirasakan responden apabila pembelian online dilakukan terhadap barang dengan harga yang relatif tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian hipotesis 3.
Representation menggambarkan bagaimana internet dapat memuaskan keingintahuan responden akan informasi/spesifikasi barang. Saat ini informasi yang diberikan mengenai barang berbentuk teks dan gambar. Responden menyatakan bahwa masih perlu dilakukan peningkatan akan penyampaian informasi, karena masih ada kekecewaan responden akan barang yang tidak sesuai dengan informasi yang diberikan. Sehingga baik apabila diberikan penambahan video sebagai salah satu penyampai informasi akan barang. Selain itu responden juga berpendapat bahwa pengalaman belanja belum mampu diperantarai sepenuhnya oleh internet/teknologi. Reach berpengaruh positif terhadap synchronism dengan belanja online
hubungan
Berdasarkan hasil pengujian, hipotesis 6 dinyatakan ditolak. Ini berarti walaupun pembeli merasa bahwa internet memudahkan pembeli dalam membeli barang yang diinginkan secara online, pembeli merasa masih diperlukan beberapa peningkatan terutama pada website seperti fitur perbandingan harga dan kontrol terhadap produk yang dijual agar pembeli yakin bahwa produk sudah sesuai dengan deskripsi.
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
CITEE 2017
Yogyakarta, 27 Juli 2017
VI.
KESIMPULAN
Pembelian melalui toko konvensional dan online berbeda, maka faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian itu dilakukan secara online bisa juga berbeda karena terdapat batasan-batasan yang tidak dapat dilakukan seperti saat berbelanja di toko konvensional. Berdasarkan model PVT, faktor yang mempengaruhi adalah kebutuhan sensori. Pembeli berpendapat bahwa pembelian untuk produk tertentu, misal makanan dan produk fashion tertentu. Namun pada sebagian besar produk, pembeli tidak memiliki masalah apabila pembelian dilakukan secara online. Selain itu, dalam berbelanja online pembeli cenderung akan memilih barang dengan harga yang relatif murah. Selain harga, hasil penelitian menyatakan bahwa merek merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan berbelanja online. Banyak responden berpendapat bahwa barang yang tidak bermerek tidak selalu memiliki yang kualitas buruk. CATATAN AKHIR
Alat ukur yang digunakan merujuk kepada hasil penelitian Lestari [24] yang diterima pada seminar nasional CITEE 2017. Penelitian ini sebelumnya diajukan pada CITEE 2017 tanggal 26 April 2017.
[14]
[15]
[16]
[17]
[18] [19] [20] [21]
DAFTAR PUSTAKA [1] [2]
[3]
[4] [5] [6]
[7]
[8] [9] [10]
[11] [12] [13]
G. Jun and N. I. Jaafar, “A Study on Consumers’ Attitude towards Online Shopping in China,” Int. J. Bus. Soc. Sci., vol. 2, no. 22, pp. 122–132, 2011. Adhi, “Transaksi eCommerce di Indonesia Tembus Rp 68 Triliun,” 2016. [Online]. Available: http://www.money.id/digital/2016-transaksi-ecommerce-diindonesia-tembus-rp-68-triliun-160104k.html. F. Jayadi, “Nilai Transaksi Online 2016 Mencapai 4 Miliar Dolar,” 2017. [Online]. Available: http://berita.suaramerdeka.com/nilai-transaksi-online-2016mencapai-4-miliar-dolar/. [Accessed: 22-Feb-2017]. K.-P. Chiang and R. R. Dholakia, “Factors Driving Consumer Intention to Shop Online: An Empirical Investigation,” J. Consum. Psychol., vol. 13, no. 1–2, pp. 177–183, 2003. S. Bellman, G. L. Lohse, and E. J. Johnson, “Predictors of Online Buying Behavior,” Health Care Manage. Rev., vol. 37, no. 2, pp. 175–186, 1999. M. Limayem, M. Khalifa, and A. Frini, “What makes consumers buy from Internet? A longitudinal study of online shopping,” IEEE Trans. Syst. Man, Cybern. Part ASystems Humans., vol. 30, no. 4, pp. 421–432, 2000. W. Chu, B. Choi, and M. R. Song, “The Role of On-line Retailer Brand and Infomediary Reputation in Increasing Consumer Purchase Intention,” Int. J. Electron. Commer., vol. 9, no. 3, pp. 115–127, 2005. D. Whiteley, E-Commerce: Strategy, Technologies, and Applications. London: McGraw-Hill, 2000. J. G. Lynch et al., “Interactive Home Shopping : Consumer , Retailer , and Manufacturer Incentives to Participate in Electronic Marketplaces,” J. Mark., no. July, 2007. N. Delafrooz, L. H. Paim, S. A. Haron, S. M. Sidin, and A. Khatibi, “Factors affecting students ’ attitude toward online shopping,” African J. Bus. Manag., vol. 3, no. May, pp. 200– 209, 2009. E. M. Overby, “From the physical to the virtual: Process virtualization theory and an examination of market practice in the wholesale automotive industry,” 2007. E. Yuniati, “Ekspektasi dan Persepsi Privasi, Resiko, Manfaat, dan Masalah dalam Online Shopping pada Adopters dan Non-adopters,” Universitas Gadjah Mada, 2012. V. Saprikis, A. Chouliara, and M. Vlachopoulou,
Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, FT UGM
[22] [23] [24] [25] [26] [27] [28] [29] [30] [31] [32] [33] [34] [35] [36]
ISSN: 2085-6350
“Perceptions towards Online Shopping: Analyzing the Greek University Students’ Attitude,” Commun. IBIMA, vol. 2010, no. March 2017, pp. 1–13, 2010. A. N. Hidayanto, H. Saifulhaq, and P. W. Handayani, “Do consumers really care on risks in online shopping? An analysis from Indonesian online consumers,” 2012 IEEE 6th Int. Conf. Manag. Innov. Technol. ICMIT 2012, pp. 331–336, 2012. C.-W. D. Chen and C.-Y. J. Cheng, “Understanding consumer intention in online shopping: a respecification and validation of the DeLone and McLean model,” Behav. Inf. Technol., vol. 28, no. 4, pp. 335–345, 2009. J. W. Lian and T. M. Lin, “Effects of consumer characteristics on their acceptance of online shopping: Comparisons among different product types,” Comput. Human Behav., vol. 24, no. 1, pp. 48–65, 2008. K. Watabe and K. Iwasaki, “Factors affecting consumer decisions about purchases at online shops and stores,” Proc. 9th IEEE Int. Conf. E-Commerce Technol. 4th IEEE Int. Conf. Enterp. Comput. E-Commerce E-Services, CEC/EEE 2007, pp. 80–87, 2007. N. H. Chen and Y. W. Hung, “Online shopping orientation and purchase behavior for high-touch products,” Int. J. Electron. Commer. Stud., vol. 6, no. 2, pp. 187–202, 2015. R. J. M. Sihaloho, “Sikap Konsumen terhadap Belanja Online pada Website Kaskus.co.id,” Universitas Gadjah Mada, 2012. M. D. Smith and E. Brynjolfsson, “Consumer DecisionMaking at an Internet Shopbot : Brand Still Matters,” J. Ind. Econ., vol. 49, no. 4, pp. 541–558, 2001. T. S. Erdil, “Effects of Customer Brand Perceptions on Store Image and Purchase Intention: An Application in Apparel Clothing,” Procedia - Soc. Behav. Sci., vol. 207, pp. 196–205, 2015. W. Huang, H. Schrank, and A. J. Dubinsky, “Effect of brand name on consumers’ risk perceptions of online shopping,” J. Consum. Behav., vol. 4, no. 1, pp. 40–50, 2004. L. A. Cahyono, “Virtualisasi Medis: Analisis Kecenderungan Masyarakat Mencari Informasi Kesehatan di Internet,” Universitas Gadjah Mada, 2015. S. A. Lestari et al., “Penyusunan Alat Ukur untuk Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Berbelanja Online : PVT Model,” 2017. A. J. Rohm and V. Swaminathan, “A typology of online shoppers based on shopping motivations,” J. Bus. Res., vol. 57, no. 7, pp. 748–757, 2004. Winardi, Marketing dan Perilaku Konsumen. Bandung: Mandar Maju, 1991. P. Kotler and K. L. Keller, Marketing Management, 14th ed., vol. 22, no. 4. New Jersey: Prentice Hall, 2009. P. Kotler, J. Saunders, G. Armstrong, and V. Wong, Principles of Marketing, Second Eur. New Jersey: Prentice Hall Europe, 1999. E. Overby, “Process Virtualization Theory and the Impact of Information Technology,” Organ. Sci., vol. 19, no. 2, pp. 277–291, 2008. E. Overby, Migrating Processes from Physical to Virtual Environments: Process Virtualization Theory, vol. 28. 2012. E. Overby and B. Konsynski, “Process Virtualization: A Theme and Theory for the Information Systems Discipline,” SSRN Electron. J., 2008. U. Sekaran, Research Methods for Business: A Skill Building Approach, 4th ed. New York, 2003. Sudaryono, Metodologi Riset di Bidang TI. Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2014. H. Jogiyanto, Partial Least Square (PLS): Alternatif Structural Equation Modelling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2015. S. Yamin and H. Kurniawan, Generasi Baru Mengolah Data Penelitian dengan Partial Least Square Path Modelling. Jakarta: Salemba Infotek, 2011. V. E. Vinzi, W. W. Chin, J. Henseler, and H. Wang, Handbook of Partial Least Squares: Concepts, Methods and Applications. Berlin: Springer Berlin Heidelberg, 2010.
327