ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKROEKONOMI YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN REKSA DANA SYARIAH DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
FEBRINA MIRAZDIANTI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor Makroekonomi yang Memengaruhi Pertumbuhan Reksa Dana Syariah dan Perkembangannya di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Febrina Mirazdianti NIM H54100040
ABSTRAK FEBRINA MIRAZDIANTI. Analisis Faktor-faktor Makroekonomi yang Memengaruhi Pertumbuhan Reksa Dana Syariah dan Perkembangannya di Indonesia. Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI dan SALAHUDDIN ELAYYUBI. Reksa dana syariah instrumen investasi di pasar modal syariah yang terdiri dari kumpulan dana dari para investor yang dikelola oleh manajer profesional dan penempatan dana dialokasikan secara diversifikasi. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor makroekonomi yang memengaruhi pertumbuhan reksa dana syariah di Indonesia, yang dilihat melalui pertumbuhan nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana syariah, serta memprediksi NAB reksa dana syariah di masa mendatang. Penelitian ini menggunakan model VECM dengan data bulanan periode Januari 2009 hingga Desember 2013. Variabel yang digunakan adalah variabel NAB reksa dana syariah, BI rate, inflasi, JII, KURS, serta jumlah uang beredar (M2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap NAB reksa dana syariah pada jangka pendek. Pada jangka panjang, variabel BI rate, JII, dan jumlah uang beredar (M2) berpengaruh signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Variabel inflasi dan KURS tidak berpengaruh signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Variabel yang memberikan pengaruh terbesar terhadap NAB reksa dana syariah adalah variabel BI rate, selain dari variabel NAB reksa dana syariah itu sendiri. Nilai aktiva bersih reksa dana syariah pada 20 bulan mendatang mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi disebabkan adanya perubahan pada variabel-variabel independen yang direspon secara positif oleh NAB reksa dana syariah sehingga nilai dari NAB reksa dana syariah mengalami peningkatan. Kata kunci: NAB, peramalan, reksa dana syariah, variabel makroekonomi, VECM.
ABSTRACT FEBRINA MIRAZDIANTI. Analysis of Macroeconomic Factors Affecting Growth and Development of Mutual Funds Syariah in Indonesia. Supervised by RINA OKTAVIANI and SALAHUDDIN EL-AYYUBI. Islamic mutual fund is one of investment instruments in the Islamic capital market which consists of a collection of funds from investors who are managed by professional managers and placement of allocated funds diversified. The purpose of this study is to analyze the macroeconomic factors that influence the growth of Islamic mutual funds in Indonesia, which is seen through growth in net asset value (NAV) of Islamic mutual funds, and predict the NAV of Islamic mutual funds in the future. This study uses VECM models with monthly data from January 2009 to December 2013. The variables used are NAV of Islamic mutual funds, BI rate, inflation, JII, exchange rate, and Money Supply (M2). The results showed that no variables that significantly affect the NAV of Islamic mutual funds in short term. In the long term, variable BI rate, JII, and the Money Supply (M2) significantly affect the NAV of Islamic mutual funds. Inflation and exchange rate variables have no significant effect in both short and long term. The variable that has the
greatest influence on NAV of Islamic mutual funds is BI rate, apart from the variable NAV of Islamic mutual funds itself. NAV of Islamic mutual funds in the next 20 months has increased. The increase that occurs due to changes in the independent variables responded positively by NAV of Islamic mutual funds so that the value of the NAV of Islamic mutual funds has increased. Keywords: NAV, forecasting, islamic mutual fund, macroeconomic variable, VECM.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKROEKONOMI YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN REKSA DANA SYARIAH DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA
FEBRINA MIRAZDIANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Makroekonomi yang Memengaruhi Pertumbuhan Reksa Dana Syariah dan Perkembangannya di Indonesia”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor makroekonomi yang memengaruhi pertumbuhan NAB reksa dana syariah dan memprediksi Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah di masa mendatang. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Ayah Rudy Hendarwan dan Ibu Sri Dewi Sumirawati serta kakak-kakak dari penulis, yaitu Kania Maulina dan Amelia Zulianti, atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS dan Salahuddin El Ayyubi, Lc, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, saran, waktu, dan motivasi dengan sabar sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Jaenal Effendi, S.Ag, M.A selaku dosen penguji utama dan Ranti Wiliasih, S.P, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan atas bimbingan, saran, dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Para dosen, staf, dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis. 4. Teman-teman satu bimbingan, Faqih Aulia Akbar Rasyid, Dwiky Abimanyu, Jamal Berliansyah, Nicco Andrian, Ramdhani Budiman, Silvia Sari, serta sahabat-sahabat tercinta, Adik Putri Sarah, Ahmad Fauzi, Aldesta NPT, Ardhi Evan, Aulia Frisca, Fauziyah A, Fitriyanti, Mufida A, Myrella Velika, Putri Eka, Putri Monicha, Puspa TF, Wulandari, dan Zikra D yang telah banyak memberikan bantuan, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Yunita Indah P, Arin Fadhila, M Fikri Makarim, dan keluarga TIMA atas segala dukungan, dorongan, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini 6. Keluarga Ilmu Ekonomi Syariah 47 dan Sharia Economics Student Club atas segala pelajaran dan pengalaman yang diberikan kepada penulis. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat Bogor, 2014 Febrina Mirazdianti
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
Investasi dalam Islam
6
Variabel Makroekonomi yang Memengaruhi Investasi
7
Pasar Uang Syariah dan Pasar Modal Syariah
10
Reksa Dana Syariah
11
Nilai Aktiva Bersih
13
Penelitian Terdahulu
13
Kerangka Pemikiran
17
METODE
18
Jenis dan Sumber Data
18
Metode Analisis dan Pengolahan Data
18
Vector Autoregression
19
Vector Error Correction Model
20
Impulse Response Function
21
Forecast Error Variance Decomposition
21
Model Penelitian
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
22
Uji Stasioneritas Data
22
Uji Lag Optimum
23
Uji Stabilitas VAR
23
Uji Kointegrasi
24
Estimasi Vector Error Correction Model
24
Uji Impulse Response Function
28
Uji Forecast Error Variance Decomposition
30
Prediksi Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah
31
SIMPULAN DAN SARAN
33
Simpulan
33
Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
36
RIWAYAT HIDUP
48
DAFTAR TABEL 1 Data Perkembangan Reksa Dana Syariah di Indonesia tahun 2009-2013 2 Gambaran Umum Perkembangan Faktor-faktor Makroekonomi dan Pertumbuhan Reksa Dana Syariah di Malaysia dan Pakistan tahun 2009-2013 3 Gambaran Umum Perkembangan Faktor-faktor Makroekonomi dan Pertumbuhan Reksa Dana Syariah di Indonesia tahun 2009-2013 4 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu 5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel 6 Hasil Pengujian Akar Unit pada Level 7 Hasil Pengujian Akar Unit pada First Difference 8 Hasil Perhitungan Lag Optimum 9 Hasil Pengujian Kointegrasi 10 Hasil Pengujian VECM
1
2 3 14 18 22 23 23 24 25
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Pengaruh Tingkat Keuntungan yang Diharapkan terhadap Investasi Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Investasi Mekanisme Kerja Reksa Dana Kerangka Pemikiran Hasil Impulse Response Function Hasil Variance Decomposition Prediksi NAB Reksa Dana Syariah Periode Maret 2009-Agustus 2015 Estimasi Peramalan NAB Reksa Dana Syariah, BI rate, JII, dan M2 Periode Maret 2009-Agustus 2015
7 8 12 17 29 30 31 32
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Uji Akar Unit Penentuan Tingkat Lag Optimal Hasil Uji Stabilitas VAR Hasil Uji Kointegrasi 1 Hasil Uji Kointegrasi 2 Hasil Estimasi VECM Hasil Uji Impulse Response Function Hasil Uji Variance Decomposition Hasil Peramalan dengan VAR/VECM (Logaritma Natural) Hasil Peramalan dengan VAR/VECM
36 39 39 40 41 41 43 43 44 46
PENDAHULUAN Latar Belakang Pasar modal syariah mulai berdiri di Indonesia pada tahun 1997, dengan dikeluarkannya instrumen investasi reksa dana syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada tanggal 3 Juli 1997. Akan tetapi, secara resmi perkembangan pasar modal syariah dimulai sejak berdirinya Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2000. JII merupakan indeks saham yang digunakan sebagai tolak ukur dalam melihat kinerja suatu investasi saham berbasis syariah. Perkembangan selanjutnya dari pasar modal syariah adalah dengan diterbitkannya obligasi syariah oleh PT. Indosat Tbk pada awal september 2002. Reksa dana syariah sebagai salah satu instrumen investasi pasar modal syariah dianggap sebagai intrumen investasi alternatif bagi para investor yang hanya memiliki modal kecil serta tidak memiliki banyak waktu dan keahlian dalam mengelola portofolio efek. Reksa dana syariah merupakan kumpulan dana dari para investor yang dikelola oleh manajer profesional dan penempatan dana dialokasikan secara diversifikasi sehingga risiko investasi yang dihadapi oleh investor lebih rendah dibandingkan instrumen investasi lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (2013), pertumbuhan reksa dana syariah di Indonesia telah meningkat selama lima tahun terakhir. Tabel 1 Data perkembangan reksa dana syariah di Indonesia tahun 2009-2013 Jumlah Reksa Perkembangan NAB Tahun NAB (Rp Miliar) Dana Syariah (%) 2009 4 629.22 46 155.08 2010 5 225.78 48 12.87 2011 5 564.79 50 6.49 2012 8 050.07 58 44.66 2013 9 432.19 65 17.17 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan (2013)
Tabel 1 memperlihatkan perkembangan reksa dana syariah di Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, yang tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana syariah. Pada tahun 2013, NAB reksa dana syariah mencapai Rp 9 432.19 miliar atau meningkat 103.75% dibandingkan dengan NAB reksa dana syariah pada tahun 2009, yakni Rp 4 629.22 miliar. Pada tahun 2013 tercatat NAB reksa dana syariah mencapai 4.9% dari total NAB reksa dana. Sementara itu, jumlah reksa dana syariah selama lima tahun terakhir juga terus meningkat. Sampai dengan akhir tahun 2013, jumlah reksa dana syariah mencapai 65 reksa dana syariah atau meningkat sebesar 41.3% dibandingkan dengan jumlah reksa dana syariah pada tahun 2009, yaitu 46 reksa dana syariah. Pada tahun 2013, tercatat jumlah reksa dana syariah sebesar 7.9% dari total jumlah reksa dana. Perkembangan reksa dana syariah dipengaruhi oleh faktor makroekonomi. Afza dan Nafees (2014) menemukan bahwa adanya pengaruh negatif signifikan yang diberikan oleh beberapa variabel makroekonomi, yaitu inflasi yang tercermin dari Consumer Price Index (CPI), jumlah uang beredar (M2), dan suku
2 bunga yang tercermin dari Karachi Interbank Offering Rate (KIBOR) pada jangka pendek dan jangka panjang terhadap NAB reksa dana syariah di Pakistan. Karachi Stock Exchange (KSE) 100 berpengaruh secara positif signifikan terhadap NAB reksa dana syariah di Pakistan pada jangka panjang. Mohammed, et al. (2013) menemukan bahwa variabel makroekonomi inflasi yang tercermin dari Consumer Price Index (CPI) dan GDP memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap NAB reksa dana syariah di Malaysia. Variabel makroekonomi lainnya, yaitu suku bunga yang tercermin dari Base Lending Rate (BLR) dan Kuala Lumpur Composite Index (KLCI) memberikan pengaruh negatif yang signifikan terhadap NAB reksa dana syariah di Malaysia. Putratama (2007) menemukan bahwa variabel makroekonomi jumlah uang beredar (M2) dan inflasi memberikan pengaruh negatif signifikan pada jangka pendek maupun jangka panjang terhadap NAB reksa dana syariah di Indonesia. Variabel exchange rate dan JII memberikan pengaruh negatif yang signifikan pada jangka pendek dan pengaruh positif yang signifikan pada jangka panjang. Sementara itu, variabel makroekonomi GDP memberikan pengaruh positif yang signifikan pada jangka panjang terhadap NAB reksa dana syariah di Indonesia. Gambaran umum perkembangan faktor-faktor makroekonomi dan pertumbuhan reksa dana syariah di Malaysia dan Pakistan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Gambaran umum perkembangan faktor-faktor makroekonomi dan pertumbuhan reksa dana syariah di Malaysia dan Pakistan tahun 20092013 Malaysia
Pakistan
GDP (%)
Pendud uk (Juta Orang)
Pengan gguran (% dari Tenaga Kerja)
Inflasi (%)
Suku Bunga (%)
NAB (Rp Miliar)
GDP (%)
Pendud uk (Juta Orang)
Pengan gguran (% dari Tenaga Kerja)
Inflasi (%)
Suku Bunga (%)
NAB (Rp Miliar)
2009
-1.5
28.08
3.7
0.58
11.78
22.08
0.4
168.18
5.5
13.65
-5.08
2.22
2010
7.4
28.59
3.3
1.71
0.85
24.04
2.6
171.73
5.6
13.88
2.88
2.29
2011
5.1
28.96
3.1
3.20
-0.57
27.86
3.7
175.31
6.0
11.92
-4.38
2.98
2012
5.6
29.33
3.0
1.66
4.02
35.36
4.4
178.91
6.5
9.69
7.46
3.16
2013
4.7
29.62
3.1
2.11
-
42.82
3.6
182.59
6.7
7.69
4.17
3.46
Sumber : International Monetary Fund (2014), Investment Company Institute (2014), Suruhanjaya Sekuriti Securities Commission Malaysia (2009-2013), Worldbank (2014)
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa perkembangan faktor-faktor makroekonomi di Malaysia lebih baik apabila dibandingkan dengan perkembangan faktor-faktor makroekonomi di Pakistan. Hal tersebut terlihat pada nilai Gross Domestic Product (GDP), jumlah penduduk, dan tingkat pengangguran di masing-masing negara. Meskipun GDP Pakistan meningkat namun nilai dari GDP tersebut masih lebih kecil dibandingkan dengan GDP di Malaysia. Disamping itu, jumlah penduduk di Pakistan lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk di Malaysia. Hal ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Pakistan lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia. Rendahnya pertumbuhan ekonomi di Pakistan juga terlihat pada tingkat
3 pengangguran yang semakin meningkat, sementara tingkat pengangguran di Malaysia menurun. Pertumbuhan reksa dana syariah di Pakistan lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan reksa dana syariah di Malaysia. Hal ini terlihat pada NAB reksa dana syariah pada masing-masing negara. Meskipun NAB reksa dana syariah di Pakistan mengalami peningkatan namun peningkatan tersebut masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan NAB reksa dana syariah pada di Malaysia. Rendahnya perkembangan faktor-faktor makroekonomi di Pakistan apabila dibandingkan dengan perkembangan faktor-faktor makroekonomi di Malaysia memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Pakistan lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Malaysia. Rendahnya pertumbuhan ekonomi memperlihatkan bahwa iklim investasi pada negara tersebut masih rendah. Hal ini yang menjadi alasan pertumbuhan reksa dana syariah Pakistan lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan reksa dana syariah Malaysia. Tabel 3 Gambaran umum perkembangan faktor-faktor makroekonomi dan pertumbuhan reksa dana syariah di Indonesia tahun 2009-2013 GDP (%) 2009 2010 2011 2012 2013
4.6 6.2 6.5 6.3 5.8
Penduduk (Juta Orang) 234.30 237.64 241.03 244.47 247.95
Indonesia Pengangguran (% dari Tenaga Kerja) 7.9 7.1 6.6 6.1 6.3
Inflasi (%) 2.78 6.96 3.79 4.30 8.38
Suku Bunga (%) 6.50 6.50 6.00 5.75 7.50
NAB (Rp Miliar) 4 629.22 5 225.78 5 564.79 8 050.07 9 432.19
Sumber : International Monetary Fund (2014), Otoritas Jasa Keuangan (2013), Worldbank (2014)
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa perkembangan faktor-faktor makroekonomi Indonesia lebih baik apabila dibandingkan dengan perkembangan faktor-faktor makroekonomi Malaysia. Hal tersebut terlihat pada nilai Gross Domestic Product (GDP), jumlah penduduk, dan tingkat pengagguran di masingmasing negara. Meskipun perkembangan GDP di Indonesia sama dengan perkembangan GDP di Malaysia, yaitu meningkat, namun nilai dari GDP Indonesia lebih besar dibandingkan dengan GDP Malaysia. Hal yang sama terjadi pada tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran di Indonesia mengalami penurunan, begitu juga dengan Malaysia. Akan tetapi, nilai penurunan yang terjadi di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan Malaysia. Disamping itu, jumlah penduduk Indonesia lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk Malaysia. Pertumbuhan reksa dana syariah di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan reksa dana syariah di Malaysia. Hal ini terlihat pada NAB reksa dana syariah pada masing-masing negara. Meskipun NAB reksa dana syariah di Malaysia mengalami peningkatan namun peningkatan tersebut masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan NAB reksa dana syariah Indonesia. Perkembangan faktor-faktor makroekonomi Indonesia yang lebih baik apabila dibandingkan dengan perkembangan faktor-faktor makroekonomi Malaysia memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik
4 dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Malaysia. Pertumbuhan ekonomi yang baik memperlihatkan bahwa iklim investasi pada negara tersebut sudah berjalan dengan baik. Hal ini yang menjadi alasan pertumbuhan reksa dana syariah di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan reksa dana syariah Malaysia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji bagaimana pengaruh yang diberikan oleh faktor-faktor makroekonomi terhadap reksa dana syariah di negara Indonesia. Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM) untuk melihat pengaruh yang diberikan oleh factor-faktor makroekonomi terhadap reksa dana syariah di Indonesia. Perumusan Masalah Reksa dana syariah sebagai salah satu instrumen investasi di pasar modal syariah. Reksa dana syariah merupakan instrumen investasi pasar modal syariah yang sedang berkembang. Perkembangan reksa dana syariah dipengaruhi oleh faktor makroekonomi, seperti suku bunga, inflasi, jumlah uang beredar, dan sebagainya. Penelitian Afza dan Nafees (2014), Mohammed, et al. (2013), dan Putratama (2007) mengemukakan bahwa variabel makroekonomi memiliki pengaruh terhadap reksa dana syariah di negara Pakistan dan Malaysia. Berdasarkan data yang diperoleh dari International Monetary Fund (2014), Investment Company Institute (2014), Otoritas Jasa Keuangan (2013), Suruhanjaya Sekuriti Securities Commission Malaysia (2009-2013), dan Worldbank (2014), terlihat bahwa perkembangan faktor-faktor makroekonomi di Pakistan lebih rendah apabila dibandingkan dengan perkembangan faktor-faktor makroekonomi di Malaysia dan Indonesia. Rendahnya perkembangan faktorfaktor makroekonomi Pakistan memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Pakistan lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Malaysia dan Indonesia. Rendahnya pertumbuhan ekonomi memperlihatkan bahwa iklim investasi pada negara tersebut masih rendah. Hal ini yang menjadi alasan pertumbuhan reksa dana syariah di Pakistan lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan reksa dana syariah di Malaysia dan Indonesia. Perkembangan faktor-faktor makroekonomi Indonesia lebih baik apabila dibandingkan dengan perkembangan faktor-faktor makroekonomi Malaysia. Hal ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Malaysia. Pertumbuhan ekonomi yang baik memperlihatkan bahwa iklim investasi pada negara tersebut sudah berjalan dengan baik. Hal ini yang menjadi alasan pertumbuhan reksa dana syariah di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan reksa dana syariah di Malaysia. Perkembangan faktor-faktor makroekonomi pada suatu negara memperlihatkan perkembangan dari iklim investasi pada negara tersebut. Perkembangan faktor-faktor makroekonomi Indonesia yang lebih baik dibandingkan dengan perkembangan faktor-faktor makroekonomi Malaysia dan Pakistan memperlihatkan iklim investasi Indonesia sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat terlihat pada NAB reksa dana syariah di Indonesia yang semakin mengalami peningkatan. Oleh karena itu, rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
5 1. Bagaimana pengaruh faktor-faktor makroekonomi terhadap pertumbuhan NAB reksa dana syariah di Indonesia? Faktor manakah yang paling memengaruhi pertumbuhan NAB reksa dana syariah di Indonesia? 2. Bagaimana prediksi dari Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah di Indonesia pada masa yang akan datang? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis faktor-faktor makroekonomi yang memengaruhi pertumbuhan NAB reksa dana syariah di Indonesia 2. Memprediksi Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah di Indonesia pada masa yang akan datang Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis atau pun pihak-pihak lain yang berkepentingan. Adapun manfaat tersebut antara lain adalah : 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan memberi motivasi untuk semakin mengembangkan produk pasar modal syariah, terutama reksa dana syariah. 2. Bagi Masyarakat Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan sebagai referensi mengenai alternatif produk investasi yang berbasis syariah pada instrumen keuangan selain perbankan syariah. 3. Bagi Perusahaan Pengelola Reksa Dana Syariah Sebagai masukan bagi perusahaan pengelola reksa dana syariah untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan reksa dana syariah. Ruang Lingkup Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel makroekonomi yang terdiri dari variabel BI rate, variabel Inflasi, variabel JII, variabel exchange rate, serta variabel Jumlah Uang Beredar (M2). Analisis data menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM) untuk melihat pengaruh tingkat BI rate, inflasi, JII, exchange rate, serta jumlah uang beredar (M2) terhadap pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah, serta untuk mengidentifikasi faktor manakah yang paling memengaruhi pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah. Sementara untuk memprediksi Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah di masa yang akan datang menggunakan persamaan yang terdapat di dalam model penelitian yang didapat dari hasil estimasi VECM. Data yang digunakan diambil dari website Bank for International Settlements (BIS), Bank Indonesia (BI), Bursa Eek Indonesia (BEI), International Monetary Fund (IMF), Investment Company Institute (ICI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Suruhanjaya Sekuriti Securities Commission Malaysia (SS-SCM), dan Worldbank. Periode penelitian dimulai dari bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2013.
6 TINJAUAN PUSTAKA Investasi dalam Islam Islam merupakan agama yang memadukan antara aspek spiritual dan aspek kehidupan. Islam mengatur seluruh aktivitas manusia, baik antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia sebagai makhluk sosial, dan manusia dengan dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Elfakhani dan Hassan 2005). Pemenuhan kebutuhan hidup manusia tidak hanya dilakukan untuk saat ini saja, melainkan perlu adanya suatu perencanaan agar pemenuhan kebutuhan hidup tersebut dapat berlangsung untuk masa yang akan datang dan dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya. Pemenuhan kebutuhan hidup untuk masa yang akan datang dapat dilakukan dengan cara investasi. Investasi didefinisikan sebagai barang-barang yang dibeli oleh individu ataupun perusahaan untuk menambah persediaan modal mereka. Investasi merupakan komponen dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengaitkan antara masa kini dengan masa depan (Mankiw 2007). Investasi dalam Islam sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Hal tersebut dijelaskan dalam Al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 18 sebagai berikut : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa tidak ada seorang manusia pun yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, manusia diharapkan melakukan persiapan untuk menghadapi masa yang akan datang. Persiapan tersebut baik persiapan rohani maupun persiapan jasmani, yaitu berinvestasi. Menurut Metwally (1995) dalam Huda, et al. (2008), investasi dalam Islam dipengaruhi oleh faktor adanya sanksi terhadap pemegangan aset yang tidak produktif, faktor pelarangan melakukan spekulasi dan segala macam judi, serta faktor tingkat suku bunga sama dengan nol. Sehingga individu memiliki tiga alternatif atas dananya, yaitu memegang kekayaan dalam bentuk uang kas (idle cash), memegang tabungan dalam bentuk aset tanpa berproduksi, atau menginvestasikan dananya. Berdasarkan hal tersebut maka fungsi investasi dalam ekonomi Islam adalah sebagai berikut : dimana Keterangan : I : permintaan akan investasi R : tingkat keuntungan yang diharapkan SI : bagian/pangsa keuntungan/kerugian investor SF : bagian/pangsa keuntungan/kerugian peminjam dana : tingkat zakat atas aset yang tidak produktif : tingkat zakat atas keuntungan investasi : pengeluaran lain-lain zakat atas aset yang tidak produktif
7 Karena nilai dan (tingkat zakat) besarannya tetap maka persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi Berdasarkan persamaan tersebut dapat dinyatakan bahwa faktor yang memengaruhi investasi adalah tingkat keuntungan yang diharapkan dan pengeluaran lain-lain zakat atas aset yang tidak produktif. Menurut Khan (2004) dalam Huda, et al. (2008), permintaan Investasi ditentukan oleh tingkat keuntungan yang diharapkan. Sedangkan tingkat keuntungan yang diharapkan bergantung kepada total profit yang diharapkan dari suatu kegiatan produksi dan share in profit yang diklaim oleh pemilik dana. Hubungan antara investasi dengan tingkat keuntungan yang diharapkan dapat dilihat pada Gambar 1. Tingkat Keuntungan yang Diharapkan (r)
Investasi (I)
Sumber : Huda, et al. (2008)
Gambar 1 Pengaruh tingkat keuntungan yang diharapkan terhadap investasi Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan memiliki hubungan positif dengan tingkat investasi. Artinya, apabila tingkat keuntungan yang diharapkan mengalami peningkatan maka akan meningkatkan tingkat investasi. Sebaliknya, apabila tingkat keuntungan yang diharapkan mengalami penurunan maka akan menurunkan tingkat investasi. Variabel Makroekonomi yang Memengaruhi Investasi Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat bunga yang biasa dilaporkan dan dibayarkan oleh investor untuk penjaminan uang. Tingkat suku bunga riil adalah tingkat bunga nominal yang dikoreksi untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Berdasarkan fungsi investasi dikatakan bahwa investasi berpengaruh secara negatif terhadap tingkat suku bunga riil. Fungsi investasi berbentuk menurun ke kanan, mengartikan bahwa ketika tingkat bunga naik maka semakin sedikit proyek investasi yang menguntungkan. Pengaruh dari tingkat suku bunga terhadap tingkat investasi dapat dilihat pada Gambar 2.
8 Tingkat Suku Bunga (r)
r
Investasi (I)
I
Sumber : Mankiw (2007)
Gambar 2 Pengaruh tingkat suku bunga terhadap investasi Model investasi neoklasik mengatakan bahwa investasi merupakan perubahan yang terjadi pada persediaan modal. Perubahan ini merupakan perbedaan antara produk marjinal modal, yaitu output tambahan yang diproduksi dengan adanya satu unit modal tambahan, dan biaya modal. Biaya modal dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah tingkat suku bunga riil. Kenaikan pada tingkat suku bunga riil akan meningkatkan biaya modal dan mengakibatkan nilai dari produk marjinal modal lebih kecil daripada biaya modal. Hal ini mengakibatkan penurunan pada laba dari kepemilikan modal sehingga perusahaan akan menurunkan investasi (Mankiw 2007). Tingkat Inflasi Inflasi merupakan kenaikan rata-rata pada semua tingkat harga. Inflasi merupakan persentase perubahan yang terjadi pada tingkat harga. Perubahan pada tingkat harga dapat memengaruhi perubahan pada investasi. Berdasarkan teori Efek Fisher dijelaskan bahwa inflasi berhubungan dengan tingkat suku bunga nominal. Perubahan pada tingkat inflasi menyebabkan perubahan pada tingkat suku bunga nominal. Teori ini menyatakan bahwa tingkat suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga riil ditambah dengan tingkat inflasi. Perubahan pada tingkat suku bunga nominal mengakibatkan perubahan pada tingkat suku bunga riil, karena tingkat suku bunga riil merupakan perbedaan di antara tingkat bunga nominal dan tingkat inflasi. Semakin tinggi perubahan pada tingkat bunga nominal maka akan semakin nyata pula perbedaan di antara tingkat suku bunga nominal dan inflasi. Hal ini mengakibatkan semakin tingginya nilai dari tingkat suku bunga riil. Berdasarkan fungsi investasi dikatakan bahwa tingkat suku bunga riil berpengaruh secara negatif terhadap investasi. Artinya, setiap terjadi kenaikan pada tingkat suku bunga riil sebesar 1 persen maka akan menurunkan investasi sebesar 1 persen. Sebaliknya, penurunan pada tingkat suku bunga riil sebesar 1 persen akan meningkatkan investasi sebesar 1 persen. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diterangkan bahwa tingkat inflasi berpengaruh secara negatif terhadap investasi (Mankiw 2007).
9 Indeks Harga Saham Saham merupakan bagian dari kepemilikan suatu perusahaan. Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham di pasar saham. Pasar saham adalah pasar di mana saham-saham diperdagangkan. Harga dari saham mencerminkan insentif bagi investasi. Berdasarkan teori q Tobin dijelaskan bahwa numerator q Tobin merupakan nilai modal perekonomian yang ditentukan oleh pasar saham. Numerator ini ditentukan berdasarkan rasio nilai pasar modal terpasang terhadap biaya penggantian modal terpasang. Apabila produk marjinal modal melebihi biaya modal maka perusahaan akan menghasilkan laba atas modal terpasangnya. Laba ini membuat nilai pasar saham perusahaan tersebut meningkat karena kepemilikan perusahaan menjadi daya tarik bagi investor, yang menunjukkan nilai q yang tinggi. Penurunan dalam nilai q mencerminkan pesimisme investor mengenai profitabilitas pengembalian pada masa sekarang dan masa depan dari modal. Hal ini mengakibatkan fungsi investasi bergeser ke kiri sehingga investasi menjadi lebih rendah. Berdasarkan hal tersebut dapat diterangkan bahwa indeks harga saham berpengaruh secara positif terhadap investasi (Mankiw 2007). Exchange Rate Exchange rate (KURS) merupakan tingkat di mana negara-negara melakukan pertukaran di pasar dunia. Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sementara kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Mankiw (2007) menjelaskan bahwa kurs riil berkaitan dengan kurs nominal dan tingkat harga pada kedua negara. Kurs riil adalah kurs nominal dikalikan dengan rasio tingkat harga domestik terhadap tingkat harga dunia. Apabila kurs riil meningkat maka tingkat harga domestik relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat harga di luar negeri. Sebaliknya, apabila kurs riil menurun maka tingkat harga domestik dianggap relatif lebih rendah dibandingkan dengan tingkat harga di luar negeri. Kurs riil berkaitan dengan arus modal keluar neto, yang merupakan selisih dari tabungan dengan investasi. Hubungan antara kurs riil dan arus modal keluar neto menunjukkan penawaran dan permintaan untuk pertukaran mata uang asing. Arus modal keluar neto menunjukkan penawaran mata uang domestik yang akan ditukarkan menjadi mata uang asing dan diinvestasikan di luar negeri. Pola hubungan antara kurs riil dan arus modal keluar neto berbentuk miring ke kanan, dan kurs riil berpengaruh secara negatif terhadap arus modal keluar neto. Jumlah Uang Beredar Ukuran uang yang beredar dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu M1, M2, dan M3. M1 adalah uang kartal ditambah deposito yang dapat digunakan sebagai alat tukar, dan deposito yang dapat diuangkan dengan cek lainnya. M2 adalah M1 ditambah dengan tabungan dan simpanan berjangka pendek, termasuk rekening pasar uang dan pinjaman semalam antar bank. M3 adalah M2 ditambah dengan deposito berjangka panjang dan beberapa komponen lainnya (Lipsey et al. 1995). Berdasarkan teori portofolio dari permintaan uang, jumlah uang yang beredar berkaitan dengan investasi. Teori ini mengatakan bahwa uang merupakan bagian dari portofolio aset. Uang memberikan kombinasi risiko dan pengembalian
10 yang berbeda dibandingkan dengan aset lainnya. Pengembalian dari aset uang dianggap lebih aman dibandingkan dengan aset saham atau obligasi. Teori portofolio mengatakan bahwa permintaan uang bergantung kepada risiko dan pengembalian riil yang diberikan oleh uang, yang tercermin dalam tingkat inflasi yang diharapkan. Permintaan uang juga bergantung pada berbagai aset lain yang dapat dimiliki oleh rumah tangga, yang tercermin dalam pengembalian riil yang diharapkan atas saham dan obligasi, serta kekayaan riil, karena kekayaan mengukur besarnya portofolio yang dialokasikan di antara uang dan aset alternatif. Teori portofolio digunakan untuk menjelaskan permintaan uang pada ukuran uang yang lebih luas, yaitu M2 dan M3. Kenaikan pada pengembalian riil yang diharapkan atas saham dan obligasi akan menurunkan permintaan uang, karena aset lain dianggap lebih menarik dibandingkan dengan uang. Kenaikan pada tingkat inflasi yang diharapkan juga menurunkan permintaan uang, karena uang dianggap menjadi kurang menarik. Tingkat inflasi yang diharapkan dalam teori ini merupakan tingkat pengembalian riil yang diharapkan akan diterima dari memegang uang. Sementara kenaikan pada kekayaan riil akan meningkatkan permintaan uang, karena kekayaan yang lebih tinggi berarti portofolio yang lebih besar (Mankiw 2007). Pasar Uang Syariah dan Pasar Modal Syariah Pasar uang adalah suatu mekanisme pendanaan jangka pendek, yaitu memperdagangkan dana dengan jangka waktu kurang dari satu tahun. Kegiatan di pasar uang terjadi antara dua pihak, yaitu pihak pertama yang kekurangan dana yang bersifat jangka pendek dan pihak kedua yang memiliki kelebihan dana yang bersifat jangka pendek juga. Pasar uang syariah merupakan mekanisme yang memungkinkan lembaga keuangan syariah menggunakan instrumen pasar dengan cara yang sesuai dengan prinsip syariah. Penggunaan instrumen pasar tersebut baik untuk mengatasi persoalan kekurangan likuiditas ataupun kelebihan likuiditas. Instrumen pasar uang berdasarkan prinsip syariah terdiri atas Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Repurchase Agreement (Repo) SBIS, Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Repurchase Agreement (Repo) SBSN, Instrumen Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS), dan surat berharga lain yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan. Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 Ayat (12) pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal syariah adalah pasar modal yang seluruh mekanisme kegiatannya, terutama mengenai emiten, jenis efek yang diperdagangkan, serta mekanisme perdagangan sesuai dengan prinsip syariah Islam. Instrumen pasar modal berdasarkan prinsip syariah terdiri atas Saham Syariah, Obligasi Syariah (Sukuk), Reksa Dana Syariah, serta Efek Beragun Aset Syariah.
11 Reksa Dana Syariah Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IV/2000, pengertian dari reksa dana syariah adalah : “Reksa Dana Syariah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad kerjasama antara pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil shahibul maal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahibul maal dengan pengguna investasi.” Pengelolaan dan kebijakan investasi reksa dana syariah mengacu kepada syariah Islam. Reksa dana syariah bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan nilai investasi dalam jangka panjang dan memperoleh pendapatan yang berkelanjutan kepada pemodal yang hendak berinvestasi dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara agama serta sejalan dengan prinsip-prinsip syariah. Perbedaaan yang menonjol antara reksa dana konvensional dengan reksa dana syariah adalah dalam reksa dana syariah terdapat proses screening atau filterisasi atas instrumen investasi berdasarkan pedoman syariah dan proses cleansing untuk membersihkan pendapatan yang dianggap diperoleh dari kegiatan haram menurut pedoman syariah. Penggunaan dana cleansing antara lain untuk santunan anak yatim dan fakir miskin, pembangunan sarana umum, dan untuk membantu musibah kemanusiaan. Untuk menjamin bahwa reksa dana syariah tetap beroperasi sesuai dengan prinsip syariah dan tidak menyalahi aturan kesyariahan seperti yang diatur dalam Fatwa DSN-MUI, maka perlu adanya suatu dewan pengawas kesyariahaan yang disebut Dewan Pengawas Syariah (DPS). Fungsi utama DPS adalah sebagai penasihat pengelola investasi mengenai hal-hal yang terkait dengan aspek syariah dan sebagai mediator antara reksa dana dengan Dewan Syariah Nasional (Manan 2009). Mekanisme Reksa Dana Syariah Mekanisme operasional reksa dana syariah melibatkan tiga pihak, yaitu pihak yang memberikan dana (investor), pihak yang menerima dan mengelola dana (manajer investasi), serta pihak yang menggunakan dana tersebut. Akad yang digunakan antara pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut : a. Antara investor dengan manajer investasi dilakukan dengan sistem wakalah bil ujrah. b. Antara manajer investasi dengan pengguna investasi dilakukan dengan sistem mudharabah. Akad wakalah bil ujrah yang digunakan dalam kontrak antara manajer investasi dengan investor berisi perjanjian pemberian kuasa kepada manajer investasi. Dengan kata lain, investor memberi kewenangan pada manajer investasi untuk melakukan investasi bagi kepentingan investor sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam prospektus. Dalam hal ini, investor berperan sebagai shahibul maal, sedangkan manajer investasi berperan sebagai mudharib-nya. Sementara karakteristik dari akad mudharabah antara manajer investasi dengan pengguna investasi adalah sebagai berikut : a. Pembagian keuntungan antara investor (shahibul maal) yang diwakili oleh manajer investasi dan pengguna investasi didasarkan pada proporsi yang telah
12 disepakati kedua belah pihak dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada investor. b. Investor hanya menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan. c. Manajer investasi sebagai wakil tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukan sepanjang bukan karena kelalaiannya. BAPEPAM (sekarang OJK)
1 Investor
3
Manajer Investasi
1
5
2
10
6
8
Perantara Pedagang Efek
4
Pasar Modal dan Pasar Uang
7
Bank Kustodian
9
Sumber : Pratomo dan Nugraha (2002)
Gambar 3 Mekanisme kerja reksa dana Keterangan : 1. Permohonan pembelian (investasi) atau penjualan kembali (pencairan) unit penyertaan 2. Penyetoran dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran hasil penjualan kembali 3. Perintah transaksi investasi 4. Eksekusi transaksi investasi 5. Konfirmasi transaksi 6. Perintah penyelesaian transaksi 7. Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta 8. Surat konfirmasi pembelian atau penjualan kembali unit penyertaan dan informasi NAB per Unit Penyertaan secara harian melalui media massa 9. Laporan valuasi harian dan bulanan 10. Laporan bulanan kepada BAPEPAM (sekarang OJK) Dalam reksa dana syariah, investasi yang dilakukan hanya pada instrumen yang sesuai dengan syariah Islam. Instrumen tersebut meliputi instrumen saham sesuai syariah, penempatan dalam deposito bank umum syariah, dan surat hutang jangka pendek dan jangka panjang yang sesuai dengan syariah. Selain itu, investasi juga harus dilakukan pada kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan syariah Islam (bukan perjudian, riba, bisnis makanan dan minuman haram, dan lain-lain). Pemilihan dan pelaksanaan transaksi investasi harus dilaksanakan melalui prinsip kehati-hatian serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi di dalamnya yang mengandung unsur gharar (Cahyono 2000).
13 Hasil investasi yang diterima dalam bentuk harta bersama milik investor dalam reksa dana syariah akan dibagikan secara proporsional kepada para investor. Hasil investasi yang akan dibagikan harus bersih dari unsur non-halal, sehingga perlu dilakukan pemisahan pendapatan antara pendapatan yang mengandung unsur non-halal dan pendapatan yang diyakini halal. Perhitungan hasil investasi yang dapat diterima oleh reksa dana syariah dan hasil investasi yang harus dipisahkan dilakukan oleh bank kustodian dan akan dilaporkan setidaknya setiap tiga bulan kepada manajer investasi. Kemudian laporan keuangan tersebut akan disampaikan kepada para pemodal dan Dewan Syariah Nasional (Soemitra 2009). Menurut Soemarto (2011), pendapatan yang mengandung unsur non-halal harus disisihkan dan akan dikeluarkan dari hasil investasi reksa dana syariah dalam bentuk shadaqah, yang nantinya akan digunakan untuk kemaslahatan umat. Penggunaan hasil investasi non-halal tersebut akan ditentukan kemudian oleh Dewan Syariah Nasional serta akan diaudit dan dilaporkan secara transparan di dalam laporan keuangan. Nilai Aktiva Bersih Achsien (2000), menjelaskan bahwa Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah total investasi dan kas yang dipegang setelah dikurangi dengan biaya-biaya utang dari kegiatan operasional yang harus dibayarkan. Sementara, NAB per unit adalah harga wajar dari portofolio reksa dana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah unit penyertaan yang telah beredar atau dimiliki oleh investor pada saat tertentu. NAB per unit dihitung setiap hari pada hari bursa oleh bank kustodian setelah mendapat data dari manajer investasi. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap harinya, tergantung dari perubahan nilai efek pada portofolio. Peningkatan NAB mengindikasikan bahwa nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan meningkat. Sebaliknya, penurunan NAB mengindikasikan bahwa nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan menurun. Menurut Soemitra (2009), kinerja investasi pengelolaan portofolio reksa dana tercermin dalam Nilai Aktiva Bersih (NAB). Kebijakan dan strategi investasi yang dibuat oleh manajer investasi memengaruhi baik atau tidaknya kinerja investasi portofolio yang dikelola oleh manajer investasi tersebut. Perhitungan NAB reksa dana meliputi biaya pengelolaan investasi oleh manajer investasi, biaya bank kustodian, biaya akuntan publik, dan biaya-biaya lainnya. Pembebanan dari biaya-biaya tersebut selalu dikurangkan dari reksa dana setiap hari sehingga NAB yang diumumkan oleh bank kustodian merupakan nilai investasi yang dimiliki investor. Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan reksa dana, baik reksa dana syariah maupun reksa dana konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Afza dan Nafees (2014), Monjazeb dan Ramazanpour (2013), Mohammed, et al. (2013), Saraswati (2013), Ali (2012), Chu (2011), Arisandi (2009), Sujoko (2009), serta Putratama (2007). Ringkasan hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :
14 Tabel 4 Ringkasan hasil penelitian terdahulu Judul dan Model Peneliti Penelitian
Hasil Penelitian
Afza T dan Nafees B (2014)
Relationship Between NAV of Equity Funds and Macroeconomic Variables in Pakistan Metode : Cointegration Test, Causality Test, and Error Correction Model (ECM)
Variabel CPI, M2, dan KIBOR memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap NAB RDS baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sementara variabel KSE 100 memiliki pengaruh positif yang terhadap NAB RDS pada jangka panjang. Pada uji Kausalitas, variabel makroekonomi memiliki hubungan kausalitas dengan NAB RDS. Sementara hanya beberapa RDS yang memiliki hubungan kausalitas dengan KSE 100.
Mohammed, et al. (2013)
Macroeconomic Fundamentals and Unit Investment Trusts in Malaysia Metode : Panel Data
Variabel CPI dan GDP memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap NAB RDS. Sementara variabel BLR dan KLCI memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap NAB RDS.
Monjazeb M dan Ramazanpour E (2013)
The Effect of Economic Factors on the Efficiency of Mutual Funds in Iran Seyedeh Javaneh Amhadi Tulamy Metode : Panel Data
Hasil uji panel memperlihatkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara return pembiayaan, exchange rate, dan inflasi. Hasil uji juga memperlihatkan adanya hubungan positif yang signifikan antara aset pembiayaan dan umur pembiayaan dengan return pembiayaan.
Saraswati, Fitria (2013)
Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah Metode : Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel SBIS, inflasi, KURS, dan jumlah uang beredar secara simultan berpengaruh terhadap NAB reksa dana syariah. Secara parsial, variabel SBIS dan inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB reksa dana syariah. Variabel KURS berpengaruh secara negatif terhadap NAB reksa dana syariah. Variabel jumlah uang beredar berpengaruh secara positif terhadap NAB reksa dana syariah.
15 Tabel 4 Ringkasan hasil penelitian terdahulu (lanjutan) Judul dan Model Peneliti Hasil Penelitian Penelitian Ali, Kasyfurrohman (2012)
Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Reksa Dana Syariah di Indonesia Metode : Vector Autoregression (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM)
Pada jangka pendek variabel NAB RDS lag 1 dan 2¸ SBI lag 1 dan 2, SBIS lag 1, KURS lag 1 dan 2, INF lag 1 dan 2 signifikan berpengaruh terhadap NAB RDS. Dalam jangka panjang variabel SBI, SBIS, KURS, dan IHSG signifikan berpengaruh terhadap NAB RDS. Hasil IRF menunjukkan dampak guncangan dari variabel makroekonomi berupa peningkatan atau penurunan terhadap NAB RDS dan mencapai kestabilan dengan rata-rata setelah melewati periode kesepuluh. Hasil FEVD jangka pendek mengindikasikan bahwa inovasi di dalam NAB RDS dipengaruhi oleh inovasi di dalam NAB RDS itu sendiri. Dalam jangka panjang, variabel makroekonomi memiliki pengaruh yang cukup signifikan walaupun tidak sebesar pengaruh inovasi di dalam NAB RDS sendiri.
Arisandi, Tanto Dikdik (2009)
Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Perkembangan Reksa Dana Syariah di Indonesia Periode 2005-2008 Metode : Ordinary Least Square (OLS)
Variabel KURS, inflasi, JII, dan jumlah unit reksa dana syariah berpengaruh positif terhadap NAB RDS, artinya setiap kenaikan keempat variabel ini akan meningkatkan NAB RDS. Hanya variabel bonus SWBI yang berpengaruh negatif terhadap NAB RDS, artinya setiap kenaikan variabel bonus SWBI akan menurunkan NAB RDS.
Sujoko (2009)
Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Kurs Mata Uang, IHSG, dan Dana Kelolaan terhadap Imbal Hasil Reksa Dana Saham Metode : Ordinary Least Square (OLS)
Variabel Inflasi, Kurs Mata Uang, dan IHSG berpengaruh secara signifikan terhadap NAB Reksa Dana, dengan nilai p-value masing-masing variabel 0,0018, 0,0000 dan 0,0027. Sementara variabel SBI dan Dana Kelolaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap NAB Reksa Dana, dengan nilai p-value SBI sebesar 0,0764.
16 Tabel 4 Ringkasan hasil penelitian terdahulu (lanjutan) Judul dan Model Peneliti Hasil Penelitian Penelitian Sujoko Analisis Pengaruh Variabel Inflasi, Kurs Mata Uang, dan (2009) Suku Bunga, IHSG berpengaruh secara signifikan Inflasi, Kurs Mata terhadap NAB Reksa Dana, dengan nilai Uang, IHSG, dan p-value masing-masing variabel 0,0018, Dana Kelolaan 0,0000 dan 0,0027. Sementara variabel terhadap Imbal SBI dan Dana Kelolaan tidak berpengaruh Hasil Reksa Dana secara signifikan terhadap NAB Reksa Saham Dana, dengan nilai p-value SBI sebesar Metode : Ordinary 0,0764. Least Square (OLS) Putratama, Hendra (2007)
Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah di Indonesia Metode : Error Correction Model (ECM)
Pada jangka panjang variabel M2, KURS, inflasi, JII, dan jumlah reksa dana syariah berpengaruh signifikan terhadap NAB RDS. Variabel GDP, KURS, JII, dan jumlah reksa dana syariah berpengaruh positif terhadap NAB RDS, sedangkan variabel M2, SWBI, dan inflasi berpengaruh negatif. Sementara pada jangka pendek variabel M2, KURS, SWBI, inflasi, JII, dan jumlah reksa dana syariah berpengaruh signifikan terhadap NAB RDS. Sedangkan variabel GDP tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB RDS. Variabel SWBI dan jumlah reksa dana syariah berhubungan positif dengan NAB RDS. Sedangkan variabel M2, KURS, inflasi, dan JII berhubungan negatif dengan NAB RDS.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, terdapat beberapa perbedaan pengaruh yang diberikan oleh variabel makroekonomi terhadap reksa dana syariah. Penelitian Afza dan Nafees (2014) dan Putratama (2007) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap jumlah NAB reksa dana syariah. Sementara penelitian Monjazeb dan Ramazanpour (2013), Mohammed, et al. (2013), Kasyfurrohman (2012), serta Arisandi (2009) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap jumlah NAB reksa dana syariah. Perbedaan pengaruh juga ditunjukkan pada variabel KURS. Penelitian Monjazeb dan Ramazanpour (2013), Arisandi (2009), dan Putratama (2007) menyatakan bahwa KURS berpengaruh positif terhadap jumlah NAB reksa dana syariah. Sementara itu, penelitian Saraswati (2013) dan Ali (2012) menyatakan bahwa KURS berpengaruh negatif terhadap jumlah NAB reksa dana syariah. Berdasarkan perbedaan pengaruh yang diberikan oleh variabel makroekonomi terhadap reksa dana syariah pada penelitian sebelumnya, maka
17 penelitian ini akan mengkaji pengaruh dari variabel makroekonomi inflasi BI rate, indeks saham syariah, KURS, serta jumlah uang beredar (M2) terhadap reksa dana syariah. Penelitian ini juga akan memprediksi perkembangan dari NAB reksa dana syariah pada periode mendatang berdasarkan hasil estimasi pada model penelitian. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh dari faktor ekonomi terhadap pertumbuhan NAB reksa dana syariah, serta memprediksi jumlah NAB reksa dana syariah di masa mendatang. Faktor ekonomi yang digunakan adalah BI rate, Inflasi, JII, KURS, dan Jumlah Uang Beredar (M2). Sedangkan pertumbuhan NAB Reksa Dana Syariah diukur dengan indikator jumlah NAB Reksa Dana Syariah itu sendiri. INVESTASI
Pasar Modal Syariah
Pasar Uang Syariah SBIS
Reksa Dana Syariah
Sukuk
Saham Syariah Repo SBIS SBSN
Nilai Aktiva Bersih
Repo SBSN
BI rate
Prediksi NAB di Masa Mendatang
Inflasi JII KURS Jumlah Uang Beredar (M2)
Keterangan : Ruang lingkup Penelitian Gambar 4 Kerangka pemikiran
PUAS
18 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Bank for International Settlements (BIS), Bank Indonesia (BI), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data yang digunakan adalah data runtun waktu (time series) bulanan dari Januari 2009 sampai dengan Desember 2013. Data yang digunakan adalah data Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah, data Inflasi, data JII, data BI rate, data KURS, serta data Jumlah Uang Beredar (M2). Tabel 5 Variabel dan definisi operasional variabel Variabel Simbol Sumber Data Jumlah Nilai Aktiva JML_NABS Otoritas Jasa Bersih Reksa Dana Keuangan Syariah (OJK)
Definisi Operasional Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah
Inflasi
INF
Bank Indonesia
Perubahan harga tiap bulannya dalam bentuk persen
BI rate
BIR
Bank Indonesia
Suku bunga kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
JII
JII
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Indeks harga 30 perusahaan terbaik yang berbasis syariah
Exchange Rate
KURS
Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar AS
Jumlah Uang Beredar
M2
Bank for International Settlements Bank Indonesia
Uang yang beredar di kalangan masyarakat dalam bentuk uang kartal, uang giro, deposito, serta tabungan
Sumber : Bank for International Settlements (2014), Bank Indonesia (2014), Bursa Efek Indonesia (2014), Otoritas Jasa Keuangan (2014)
Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis yang digunakan untuk menentukan pengaruh dari variabel Inflasi, BI rate, JII, KURS, dan Jumlah Uang Beredar (M2) dalam penelitian ini adalah metode Vector Autoregression (VAR) apabila data stasioner pada tingkat level dan metode Vector Error Correction Model (VECM) apabila data memiliki kointegrasi. Sementara untuk memprediksi Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah di masa yang akan datang menggunakan persamaan yang terdapat di
19 dalam model penelitian. Alat analisis yang digunakan untuk penelitian ini adalah software e-views 6 dan microsoft excel 2010. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural, kecuali variabel Inflasi dan BI rate. Vector Autoregression Metode Vector Autoregression (VAR) merupakan sebuah model dimana masing-masing variabel dalam model tersebut dijelaskan oleh nilai lag-nya sendiri, serta nilai saat ini dan nilai masa lampaunya. Model VAR termasuk ke dalam multivariate time series analysis. Model VAR mampu menangkap perubahan dakan multiple time series, serta memiliki pendekatan yang kredibel dan mudah untuk dipahami untuk pendeksripsian data, peramalan, inferensi struktural, dan analisis kebijakan (Firdaus 2011). Analisis data dengan menggunakan model VAR dan VECM pada umumnya melalui empat macam penggunaan, yaitu Forecasting, Impulse Response Function (IRF), Forecast Error Variance Decomposition (FEVD), dan Granger Causality Test. Sebelum melakukan estimasi VAR/VECM, perlu dilakukan pengujian praestimasi yang terdiri dari uji stasioneritas data, penentuan lag optimal, serta uji kointegrasi. Tahapan-tahapan dalam analisis VAR sebagai berikut : Uji Stasioneritas Data Uji stasioneritas data merupakan langkah awal dalam melakukan pengolahan data menggunakan metode VAR/VECM. Pengujian stasioneritas data dilakukan dengan menggunakan uji akar unit atau unit roots test pada setiap variabel yang digunakan pada model. Data yang tidak stasioner akan mengandung akar unit, sebaliknya data yang stasioner tidak mengandung akar unit. Uji stasioneritas dilakukan pada tingkat level dan tingkat first difference. Hal ini dikarenakan data time-series pada umumnya tidak stasioner pada tingkat level, sehingga perlu dilakukan pengujian pada tingkat first difference. Data yang tidak stasioner akan menghasilkan spurious regression. Pada penelitian ini, uji stasioneritas data dilakukan dengan menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF) test. Pengujian pada ADF test dilihat dari nilai tstatistics jika dibandingkan dengan nilai kritis Mac Kinnon, pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, atau 10 persen. Apabila nilai t-statistics pada ADF test lebih kecil secara aktual daripada nilai kritis Mac Kinnon maka data telah stasioner pada taraf nyata yang telah ditentukan. Apabila berdasarkan hasil ADF test data tidak stasioner pada tingkat level, maka perlu dilakukan pengujian lebih lanjut sampai data mencapai stasioner pada tingkat first difference atau second difference. Uji Lag Optimum Pengujian lag optimum dilakukan untuk menentukan jumlah lag optimal yang digunakan dalam model. Dalam model VAR, selain dipengaruhi oleh variabel lain, suatu variabel juga dipengaruhi oleh dirinya sendiri. Lag berguna untuk menunjukkan berapa lama reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya. Selain itu, lag optimal dapat menghilangkan masalah autokorelasi dalam model VAR. Penentuan lag optimal harus dilakukan secara tepat karena apabila lag yang
20 ditetapkan terlalu panjang maka akan membuang secara percuma derajat bebas, sedangkan apabila lag yang ditetapkan terlalu cepat maka akan menimbulkan kesalahan dalam spesifikasi model. Pengujian panjang lag optimum dapat menggunakan kriteria Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC), dan Hannan-Quinn Criterion (HQ). Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah Akaike Information Criterion (AIC). Uji Stabilitas VAR Uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-akar dari fungsi polinomial atau disebut dengan roots of characteristics polinomial. Apabila akarakar dari fungsi polinomial tersebut memiliki nilai absolut yang lebih kecil daripada satu atau berada di dalam unit circle¸ maka dapat dikatakan model VAR tersebut stabil sehingga Impuls Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) yang dihasilkan dapat dianggap valid (Firdaus 2011). Uji Kointegrasi Kointegrasi merupakan hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel-variabel yang tidak stasioner secara individual namun dapat stasioner pada kombinasi linear. Menurut Verbeek (2000) dalam Firdaus (2011), adanya hubungan kointegrasi dalam sebuah sistem persamaan mengimplikasikan bahwa dalam sistem persamaan tersebut terdapat error correction model yang menggambarkan adanya dinamisasi jangka pendek secara konsisten dengan hubungan jangka panjangnya. Pengujian kointegrasi dilihat pada nilai trace statistic dan critical value. Apabila nilai trace statistic lebih kecil daripada critical value maka persamaan tersebut dapat dikatakan terkointegrasi. Sebaliknya, apabila nilai trace statistic lebih besar daripada critical value maka dapat dikatakan persamaan tersebut tidak terkointegrasi. Vector Error Correction Model Model Vector Error Correction Model (VECM) merupakan model VAR yang terestriksi. Restriksi diberikan karena bentuk data yang tidak stasioner pada tingkat level, namun memiliki hubungan kointegrasi. Model VECM digunakan untuk mencari hubungan dinamis dalam suatu sistem yang terkointegrasi. Model VECM dapat mengestimasi hubungan jangka pendek maupun jangka panjang antar variabel yang digunakan. Persamaan umum model VECM sebagai berikut : ∏
∑
Keterangan : : vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian : vektor intercept : vektor koefisien regresi t : time trend ∏ : dimana b’ mengandung persamaan kointegrasi jangka panjang : variabel in-level : matriks koefisien regresi
21 k-1
: ordo VECM dari VAR : error term Impulse Response Function
Impulse Response Function (IRF) merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan respon dari suatu variabel endogen terhadap shock (guncangan) tertentu. Hal ini dikarenakan shock (guncangan) yang dihasilkan oleh suatu variabel tidak hanya berpengaruh pada variabel tersebut. Shock (guncangan) tersebut juga akan berpengaruh terhadap variabel endogen lainnya melalui struktur dinamis atau struktur lag dalam VECM. IRF memperlihatkan bagaimana respon pengaruh shock yang dihasilkan oleh suatu variabel terhadap variabel lainnya, serta berapa lama pengaruh itu terjadi hingga pengaruh tersebut hilang dan mencapai keseimbangan. Oleh karena itu, IRF digunakan untuk mengukur pengaruh suatu shock pada inovasi variabel endogen saat tersebut dan masa yang akan datang. Forecast Error Variance Decomposition Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) merupakan suatu metode yang digunakan untuk melihat bagaimana perubahan suatu variabel endogen akibat dari pengaruh variabel lainnya yang ditunjukkan oleh perubahan error variance dari variabel-variabel tersebut. Metode FEVD memperlihatkan kekuatan dan kelemahan masing-masing variabel dalam memengaruhi variabel endogen selama kurun waktu tertentu. Metode FEVD mencirikan suatu struktur dinamis dalam model VAR/VECM. Perhitungan metode FEVD memperlihatkan seberapa besar perubahan error variance sebelum dan sesudah terjadinya inovasi yang berasal dari variabel endogen maupun variabel-variabel lainnya. Oleh karena itu, melalui metode FEVD dapat diketahui secara pasti faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi dari variabel tertentu serta memberikan informasi mengenai variabel inovasi yang lebih penting dalam model VAR. Model Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel Jumlah Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah (JML_NABS), Inflasi (INF), BI rate (BIR), Indeks Saham JII (JII), Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar AS (KURS), dan Jumlah Uang Beredar (M2). Model yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
= [
]
+ [
]
+ [
][
]
[
]
22 Keterangan : LN_JML_NABS : logaritma natural jumlah nilai aktiva bersih riil reksa dana syariah (miliar rupiah) INF : perubahan tingkat harga (persen) BIR : tingkat suku bunga yang ditetapkan pemerintah (persen) LN_JII : logaritma natural indeks harga 30 perusahaan saham syariah (indeks) LN_KURS : logaritma natural nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (rupiah) LN_M2 : logaritma natural jumlah uang beredar (miliar rupiah)
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Stasioneritas Data Pengujian stasioneritas data digunakan untuk melihat apakah suatu variabel stasioner atau tidak stasioner. Pengujian stasioneritas data pada penelitian ini menggunakan Augmented Dickey-Fuller (ADF) test. Berdasarkan Tabel 6 dapat terlihat bahwa variabel jumlah NAB reksa dana syariah stasioner pada tingkat level. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistics ADF yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai kritis Mac Kinnon. Sementara variabel inflasi, BI rate, JII, KURS, dan M2 tidak stasioner pada tingkat level. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistics ADF yang lebih besar dibandingkan dengan nilai kritis Mac Kinnon. Tabel 6 Hasil pengujian akar unit pada level Nilai Kritis Mac Kinnon ADF Variabel Statistics 1% 5% 10% ln_jml_nabs -3.690746 -4.121303 -3.487845 -3.172314 Inf -2.476464 -3.548208 -2.912631 -2.594027 Bir -2.278902 -3.548208 -2.912631 -2.594027 ln_jii -3.288342 -4.121303 -3.487845 -3.172314 ln_kurs -1.471789 -4.140858 -3.496960 -3.177579 ln_m2 -0.279168 -3.550396 -2.913549 -2.594521
Keterangan Stasioner Tidak stasioner Tidak stasioner Tidak stasioner Tidak stasioner Tidak stasioner
Berdasarkan pengujian ADF pada tingkat first difference, didapatkan bahwa variabel inflasi, BI rate, JII, KURS, jumlah uang beredar (M2) stasioner pada tingkat ini. Hal ini dapat dilihat dari nilai t-statistics ADF yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai kritis Mac Kinnon pada Tabel 7.
23 Tabel 7 Hasil pengujian akar unit pada first difference Nilai Kritis Mac Kinnon ADF Variabel Statistics 1% 5% 10% ln_jml_nabs -7.167340 -4.124265 -3.489228 -3.173114 Inf -4.605897 -3.548208 -2.912631 -2.594027 Bir -3.903365 -3.548208 -2.912631 -2.594027 ln_cm_jii -8.337655 -4.124265 -3.489228 -3.173114 ln_kurs -3.582725 -4.140858 -3.496960 -3.177579 ln_m2 -8.542378 -3.550396 -2.913549 -2.594521
Keterangan Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner Stasioner
Uji Lag Optimum Pengujian lag optimum sangat berguna, selain untuk menunjukkan berapa lama reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya, lag optimum dapat menghilangkan masalah autokorelasi di dalam model VAR. Penentuan lag optimum dalam penelitian ini menggunakan kriteria Final Prediction Error (FPE). Hasil pengujian lag optimum dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil perhitungan lag optimum Lag
LogL
0
455.3239
1
494.7037
2
521.6505
3
LR
FPE
AIC
SC
HQ
NA
2.39e-15
-16.64163
-16.42063*
-16.55640*
68.55005
2.12e-15*
-16.76680
-15.21982
-16.17019
40.91922
3.12e-15
-16.43150
-13.55852
-15.32351
548.7332
35.10721
4.95e-15
-16.10123
-11.90226
-14.48185
4
592.2909
46.78419
4.89e-15
-16.38115
-10.85619
-14.25039
5
656.4443
54.64916*
2.83e-15
-17.42386*
-10.57292
-14.78172
Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa nilai yang mengandung tanda bintang (*) merupakan nilai terkecil yang terdapat pada kriteria, sehingga lag pada nilai tersebut merupakan lag yang paling optimum. Pada pengujian FPE, nilai 2.12e15* merupakan nilai terkecil yang terdapat pada kriteria FPE dan terdapat pada lag satu. Oleh karena itu, pada penelitian ini lag satu merupakan lag yang paling optimum. Uji Stabilitas VAR Model VAR yang digunakan dapat disimpulkan bersifat stabil berdasarkan hasil uji stabilitas VAR apabila memiliki nilai modulus kurang dari 1 dan berada di dalam unit circle. Pada penelitian ini, dapat terlihat bahwa seluruh variabel memiliki nilai modulus berkisar antara 0.15 sampai dengan 0.72 dan berada di dalam unit circle. Oleh karena itu, model VAR penelitian ini dapat dikatakan stabil. Hasil uji stabilitas VAR dapat dilihat pada Lampiran 3.
24 Uji Kointegrasi Uji kointegrasi dilakukan untuk memgetahui variabel-variabel yang tidak stasioner secara individual dapat terkointegrasi atau tidak. Suatu persamaan dikatakan terkointegrasi apabila memiliki nilai trace statistic yang lebih besar daripada critical value, pada titik kritis yang telah ditentukan. Pengujian kointegrasi pada penelitian ini menggunakan Johanssen Cointegration test dengan panjang lag optimum 1. Tabel 9 Hasil pengujian kointegrasi Hypothesized Eigenvalue No. of CE(s) None * 0.655765 At most 1 * 0.610919 At most 2 0.347616 At most 3 0.211231 At most 4 0.135941 At most 5 0.081708
Trace Statistic 168.5569 106.7040 51.95386 27.18083 13.41850 4.943893
0.05 Critical Value 117.7082 88.80380 63.87610 42.91525 25.87211 12.51798
Prob.** 0.0000 0.0014 0.3312 0.6706 0.7051 0.6045
Keterangan : *signifikan pada tingkat 5 persen
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa hasil uji Johanssen Cointegrastion test menunjukkan terdapat 2 persamaan kointegrasi (r=2), yaitu saat nilai trace statistic lebih besar daripada critical value pada titik kritis 5%. Hal ini mengindikasikan bahwa persamaan ini memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang. Dengan adanya kointegrasi pada persamaan ini maka model yang akan digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM). Estimasi Vector Error Correction Model Estimasi Vector Error Correction Model (VECM) dilakukan untuk melihat hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara variabel dependen dengan variabel independen. Variabel yang ditetapkan sebagai variabel dependen pada penelitian ini adalah variabel jumlah NAB reksa dana syariah. Sedangkan variabel yang ditetapkan sebagai variabel independen adalah variabel inflasi, BI rate, JII, KURS, dan jumlah uang beredar (M2). Hasil estimasi Vector Error Correction Model (VECM) memperlihatkan hubungan dari pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil dari estimasi VECM tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini :
25 Tabel 10 Hasil estimasi VECM Variabel CointEq1 D(LN_JML_NABS(-1)) D(BIR(-1)) D(INF(-1)) D(LN_CM_JII(-1)) D(LN_KURS(-1)) D(LN_M2(-1)) C BIR(-1) INF(-1) LN_CM_JII(-1) LN_KURS(-1) LN_M2(-1) @TREND(09M01) C
Koefisien Jangka Pendek -0.008888 -0.151946 0.012252 -0.031957 0.376638 0.991268 0.740764 0.017937 Jangka Panjang -11.07052 0.399411 -34.32207 -13.68231 -242.0443 2.117614 2640.442
t-statistik -2.22059* -1.10310 0.18705 -1.82585 1.86454 1.71730 0.98251 1.51526 7.76136* -1.46112 5.90095* 1.40824 8.98278* -8.46916* -
Keterangan : *signifikan pada taraf 5%
Berdasarkan Tabel 10, maka dapat dilihat bahwa dalam jangka pendek tidak ada variabel yang berpengaruh signifikan secara statistik terhadap jumlah NAB reksa dana syariah. Hal ini terjadi dikarenakan adanya waktu (lag) bagi suatu variabel untuk bereaksi terhadap pengaruh yang diberikan oleh variabel lainnya dan pada umumnya reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya terjadi dalam jangka panjang. Pada jangka panjang variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah NAB reksa dana syariah adalah variabel BI rate, JII dan jumlah uang beredar (M2). Peubah koreksi kesalahan signifikan terhadap jumlah NAB reksa dana syariah, yaitu sebesar -0.008888. Artinya terdapat penyesuaian dari persamaan jangka pendek menuju persamaan jangka panjang sebesar -0.008888. Dapat pula diartikan sebagai pengkoreksian yang dilakukan tiap bulan sebesar 0.008888% menuju keseimbangan jangka panjang. Sementara variabel inflasi (INF) dan KURS (LN_KURS) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel jumlah NAB reksa dana syariah (LN_JML_NABS), baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Variabel inflasi (INF) tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah NAB reksa dana syariah (LN_JML_NABS), artinya perubahan yang terjadi pada jumlah NAB reksa dana syariah tidak bergantung pada perubahan tingkat inflasi. Hasil ini sesuai dengan penelitian Saraswati (2013) yang mengatakan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB reksa dana syariah. Menurut ekonom Islam, inflasi dapat berakibat buruk bagi perekonomian karena dapat menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, melemahkan semangat menabung dari masyarakat, meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja barang-barang non-primer, serta mengarahkan investasi pada hal-hal yang tidak produktif, seperti penumpukan kekayaan.
26 Berdasarkan Mankiw (2007), teori kuantitas uang dinyatakan sebagai jumlah uang beredar dan laju perputaran uang yang menentukan besaran dari GDP suatu negara, yang terlihat dari perubahan pada tingkat harga dan pengeluaran agregat. Teori ini dinyatakan dalam bentuk persamaan : Teori ini menyatakan bahwa laju perputaran uang dapat dianggap konstan, sehingga perubahan pada tingkat harga dan pengeluaran agregat dipengaruhi oleh perubahan jumlah uang beredar. Faktor jumlah uang beredar dijadikan sebagai faktor pengendali perubahan pada tingkat harga. Berdasarkan Huda, et al. (2008), ekonomi Islam tidak mengenal inflasi. Hal ini dikarenakan pada ekonomi Islam, zakat, infak, dan sedekah dijadikan sebagai instrumen pengendali jumlah uang yang beredar di masyarakat. Peningkatan pada zakat, infak, dan sedekah akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga nilai mata uang terjaga kestabilannya. Peningkatan pada zakat, infak, dan sedekah juga dapat menggerakan perekonomian pada sektor riil sehingga perputaran uang akan meningkat. Akibatnya pertumbuhan ekonomi meningkat dan iklim investasi akan meningkat. Pada reksa dana syariah terdapat proses cleansing, yaitu pembersihan pendapatan dari unsur-unsur non-halal. Pendapatan yang mengandung unsur nonhalal akan disisihkan dan dikeluarkan dari hasil investasi reksa dana syariah dalam bentuk sedekah. Sedekah yang dikeluarkan dari hasil investasi reksa dana syariah dapat menjadi tambahan pendapatan bagi masyarakat.Tambahan pendapatan tersebut dapat meningkatkan daya beli masyarakat sehingga perputaran uang akan semakin cepat. Peningkatan daya beli masyarakat juga dapat menggerakkan perekonomian pada sektor riil sehingga akan meningkatkan produksi. Akibatnya, kinerja perusahaan akan meningkat dan akan meningkatkan nilai investasi perusahaan tersebut. Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat dan peningkatan tersebut akan meningkatkan iklim investasi. Hal ini mengakibatkan perubahan yang terjadi pada tingkat inflasi tidak memengaruhi jumlah NAB reksa dana syariah. Variabel KURS (KURS) tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah NAB reksa dana syariah (LN-JML-NABS) dikarenakan masih sedikit instrumen investasi pada reksa dana syariah yang mengandung instrumen investasi luar negeri, seperti valas, sehingga perubahan yang terjadi pada KURS tidak memberikan pengaruh atau hanya memberikan pengaruh yang sedikit terhadap jumlah NAB reksa dana syariah. Variabel BI rate (BIR) memiliki pengaruh yang secara statistik signifikan terhadap jumlah NAB reksa dana syariah (LN_JML_NABS) pada lag pertama, yaitu sebesar 11.07052% dengan taraf nyata sebesar 5%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Afza dan Nafees (2014) serta Mohammed, et al. (2013). Reksa dana syariah merupakan instrumen investasi syariah, yang pada pengelolaannya bebas dari unsur bunga sesuai dengan ketentuan Islam. Berdasarkan hasil penelitian, dikatakan bahwa variabel BI rate memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah NAB reksa dana syariah. Hal ini memperlihatkan bahwa sistem ekonomi syariah yang diterapkan pada reksa dana syariah di Indonesia masih belum sepenuhnya memenuhi ketentuan syariah. Penentuan return pada instrumen investasi syariah masih mengacu kepada tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan adanya persaingan pasar antara instrumen investasi konvensional
27 dengan instrumen investasi syariah. Selain itu, investor masih mengutamakan tingkat keuntungan yang akan didapatkan dibandingkan dengan tingkat maslahah (manfaat dan berkah). Oleh karena itu, apabila terjadi peningkatan pada tingkat suku bunga maka tingkat pengembalian yang akan didapatkan pada instrumen investasi konvensional akan dinilai lebih besar dibandingkan dengan tingkat pengembalian pada instrumen investasi syariah oleh investor. Akibatnya investor akan memilih untuk berinvestasi pada instrumen investasi konvensional dibandingkan dengan instrumen investasi syariah. Variabel JII (LN_CM_JII) memiliki pengaruh yang secara statistik signifikan terhadap jumlah NAB reksa dana syariah (LN_JML_NABS) pada lag pertama, yaitu sebesar 34.32207% dengan taraf nyata sebesar 5%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Putratama (2007). JII merupakan indeks harga saham 30 perusahaan terbaik yang berbasis syariah. Perubahan pada JII mencerminkan perubahan yang terjadi pada kinerja dan pendapatan dari perusahaan. Peningkatan pada JII memperlihatkan peningkatan dari kinerja dan pendapatan perusahaan. Sebaliknya penurunan yang terjadi pada JII memperlihatkan penurunan pada kinerja dan pendapatan dari perusahaan. Indeks saham yang terdapat pada JII merupakan instrumen investasi dari reksa dana syariah. Oleh karena itu perubahan yang terjadi pada JII dapat memengaruhi return bagi hasil reksa dana syariah. Perubahan pada JII juga dapat memengaruhi kebijakan dan strategi investasi yang dilakukan oleh Manajer Investasi pada instrumen reksa dana syariah. Variabel jumlah uang beredar (LN_M2) memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap jumlah NAB reksa dana syariah (LN_JML_NABS) pada lag pertama, yaitu sebesar 242.0443% dengan taraf nyata sebesar 5%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Putratama (2007). Perubahan yang terjadi pada jumlah uang yang beredar memengaruhi tingkat inflasi. Peningkatan pada jumlah uang yang beredar mencerminkan banyaknya uang yang beredar di kalangan masyarakat sehingga permintaan akan barang dan jasa meningkat. Hal ini akan memicu terjadinya peningkatan pada tingkat inflasi. Peningkatan pada tingkat inflasi akan memengaruhi pendapatan masyarakat dan perubahan pada pengeluaran konsumsi masyarakat. Pendapatan riil masyarakat berkurang sehingga masyarakat akan memilih untuk memegang uang yang dimilikinya dibandingkan melakukan investasi. Oleh karena itu, pengendalian pada jumlah uang beredar perlu dilakukan untuk menciptakan kestabilan pada tingkat harga dan inflasi. Pengendalian pada jumlah uang yang beredar di kalangan masyarakat disebut dengan kebijakan moneter. Menurut Huda, et al., (2008), tujuan dari kebijakan moneter Islam adalah untuk menjaga kestabilan mata uang sehingga tercapai pertumbuhan ekonomi masyarakat yang merata. Pada pelaksanaannya, Islam tidak menggunakan instrumen bunga ataupun ekspansi moneter melalui pencetakan uang baru, melainkan melakukan pembangunan infrastruktur sektor riil serta mempercepat perputaran uang. Kelebihan jumlah uang yang beredar di kalangan masyarakat dapat dialihkan untuk pembangunan infrastruktur pada sektor riil melalui investasi. Investasi yang dilakukan oleh investor akan menambah modal bagi perusahaan untuk berproduksi pada sektor riil. Hal ini akan mengakibatkan perekonomian pada sektor riil meningkat dan akan mempercepat perputaran uang. Sehingga pada jangka panjang akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang merata.
28 Uji Impulse Response Function Impulse Response Function (IRF) memperlihatkan respon dinamis jangka panjang pada setiap variabel akibat adanya shock (guncangan) tertentu pada setiap persamaan. Pada penelitian ini, IRF menjelaskan respon jumlah NAB reksa dana syariah akibat adanya guncangan dari variabel jumlah NAB reksa dana syariah itu sendiri, variabel inflasi, variabel BI rate, variabel JII, variabel KURS, dan variabel jumlah uang beredar selama 20 periode ke depan. Guncangan pada variabel jumlah NAB reksa dana syariah direspon negatif pada periode kedua, yaitu sebesar 0.067925. Selanjutnya pada periode ke-3 terjadi kenaikan pada NAB reksa dana syariah. Kenaikan terus terjadi sampai mencapai kestabilan pada periode ke-12 dan berlanjut hingga periode akhir. Respon positif yang diberikan oleh jumlah NAB reksa dana syariah terhadap guncangan dari variabel reksa dana syariah itu sendiri dikarenakan pengambilan keputusan oleh investor didasarkan pada nilai dari NAB reksa dana syariah tersebut di masa lampau. Peningkatan pada jumlah NAB reksa dana syariah mengindikasikan bahwa investasi reksa dana syariah mengalami kemajuan. Oleh karena itu, investor akan memilih berinvestasi pada reksa dana syariah dan pada jangka panjang NAB reksa dana syariah akan meningkat. Guncangan pada variabel BI rate direspon negatif oleh jumlah NAB reksa dana syariah pada periode ke-2, yaitu sebesar -0.014531. Respon yang diberikan terus menurun hingga mencapai kestabilan pada periode 12, yaitu sebesar 0.055619, dan berlanjut hingga periode akhir. Guncangan yang terjadi pada variabel BI rate mengakibatkan investor memilih untuk berinvestasi pada pasar uang dibandingkan pasar modal sehingga investasi di pasar modal tidak lagi diminati oleh para investor dan menyebabkan penurunan pada NAB reksa dana syariah. Pada periode awal, guncangan yang terjadi pada variabel inflasi direspon secara negatif oleh jumlah NAB reksa dana syariah, yaitu sebesar -0.014531. Respon negatif terus terjadi hingga mencapai kestabilan pada periode ke-13, yaitu sebesar -0.022973, dan berlanjut hingga periode akhir. Respon negatif yang diberikan oleh jumlah NAB reksa dana syariah disebabkan oleh guncangan pada variabel inflasi yang membuat perubahan pada pengeluaran konsumsi masyarakat. Masyarakat cenderung mengurangi investasi untuk mempertahankan kehidupannya sehingga masyarakat memilih untuk memegang uang yang dimilikinya dan akibatnya jumlah NAB reksa dana syariah menurun. Sementara itu, guncangan yang terjadi pada variabel JII direspon positif oleh jumlah NAB reksa dana syariah, yaitu sebesar 0.015175. Kenaikan terus terjadi hingga mulai stabil pada periode ke-12, yaitu sebesar 0.031503 dan berlanjut hingga periode akhir. Peningkatan pada JII memperlihatkan peningkatan pada kinerja perusahaan dan pendapatan perusahaan. Saham-saham yang terdapat di dalam JII merupakan salah satu instrumen investasi dari reksa dana syariah sehingga peningkatan JII dapat meningkatkan return bagi hasil reksa dana syariah. Hal ini mengakibatkan investasi yang dilakukan pada instrumen investasi reksa dana syariah akan meningkat dan akan meningkatkan NAB reksa dana syariah. Guncangan pada variabel KURS direspon positif oleh variabel jumlah NAB reksa dana syariah, yaitu sebesar 0.013175. lalu pada periode ke-4 terjadi penurunan pada respon yang diberikan oleh NAB reksa dana syariah, yaitu
29 sebesar 0.012894. Penurunan terus terjadi hingga mencapai kestabilan pada periode ke-12, yaitu sebesar 0.012081 dan berlanjut hingga akhir periode. Penurunan pada guncangan memperlihatkan pelemahan dari rupiah terhadap dollar AS. Hal ini menyebabkan kondisi perekonomian di Indonesia menjadi lemah sehingga iklim pasar modal Indonesia mengalami penurunan. Akibatnya investor melakukan penebusan unit penyertaannya (redemption) dan NAB reksa dana syariah mengalami penurunan. Guncangan yang terjadi pada variabel jumlah uang beredar (M2) direspon secara negatif oleh jumlah NAB reksa dana syariah pada periode ke-2, yaitu sebesar -0.016944. Respon negatif terus terjadi hingga mencapai kestabilan pada periode ke-13, yaitu sebesar -0.035989, dan berlanjut hingga periode akhir. Peningkatan pada jumlah uang yang beredar mencerminkan banyaknya uang yang beredar di kalangan masyarakat sehingga memicu terjadinya peningkatan pada tingkat inflasi. Peningkatan pada tingkat inflasi akan memengaruhi pendapatan masyarakat dan perubahan pada pengeluaran konsumsi masyarakat. Pendapatan riil masyarakat berkurang sehingga masyarakat akan memilih untuk memegang uang yang dimilikinya dibandingkan melakukan investasi. Hal ini mengakibatkan masyarakat akan mengurangi investasi untuk mempertahankan kehidupannya sehingga akan menurunkan NAB reksa dana syariah. Respon yang diberikan oleh jumlah NAB reksa dana syariah akibat adanya guncangan dari variabel-variabel makroekonomi dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Hasil Impulse Response Function
30 Uji Forecast Error Variance Decomposition Hasil Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada periode pertama variabilitas dan fluktuasi nilai dari variabel jumlah NAB reksa dana syariah dapat dijelaskan 100% oleh nilai dari variabel jumlah NAB reksa dana syariah itu sendiri. Pengaruh yang diberikan oleh variabel-variabel lain mulai terlihat pada periode kedua, dimana pengaruh dari variabel jumlah NAB reksa dana syariah itu sendiri berkurang menjadi 95.63%, dan variabel jumlah uang beredar memberi pengaruh terbesar yaitu 2.680854%, diikuti oleh variabel JII sebesar 2.150267%, variabel BI rate sebesar 1.971812%, variabel KURS sebesar 1.620860%, kemudian variabel inflasi sebesar 1.131252%. Pada periode keempat, pengaruh terbesar tidak lagi diberikan oleh variabel jumlah uang beredar, melainkan diberikan oleh variabel BI rate yaitu sebesar 8.320420%. Kemudian pengaruh selanjutnya diberikan oleh variabel jumlah uang beredar, variabel JII, variabel KURS, serta variabel inflasi. Selanjutnya pada periode keenam, variabel yang memiliki pengaruh terbesar terhadap jumlah NAB reksa dana syariah selain dari nilai NAB reksa dana syariah itu sendiri tetap diberikan oleh variabel BI rate, yaitu sebesar 13.15679%. Lalu dilanjutkan dengan variabel jumlah uang beredar sebesar 8.700328%, variabel JII sebesar 6.261687%, variabel inflasi sebesar 2.114474%, serta variabel KURS sebesar 1.707080%. Formasi urutan dominasi variabilitas nilai dari variabel jumlah NAB reksa dana syariah ini bertahan konstan hingga akhir periode. Formasi urutan dominasi variabilitas nilai dari jumlah NAB reksa dana syariah dapat dilihat pada Gambar 6. BI rate merupakan tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk mengendalikan uang yang beredar di kalangan masyarakat. BI rate merupakan instrumen Pemerintah untuk menyerap uang dari masyarakat. Dalam hubungannya dengan investasi di pasar modal, BI rate merupakan tingkat suku bunga yang ditetapkan di pasar uang. Peningkatan pada tingkat suku bunga akan meningkatkan return investasi di pasar uang. Hal ini mengakibatkan investasi di pasar uang menjadi lebih menarik bagi investor dibandingkan investasi di pasar modal, sehingga investasi di pasar modal menjadi kurang diminati oleh investor. Penurunan pada iklim investasi di pasar modal pada akhirnya akan memengaruhi NAB reksa dana syariah. 100% 80%
LN_M2
60%
LN_KURS
40%
LN_JII
20%
INF BIR
0% 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
20
Periode
Gambar 6 Hasil Variance Decomposition
LN_JML_NABS
31 Prediksi Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah Prediksi dari NAB reksa dana syariah di masa mendatang dilakukan dengan menggunakan perhitungan pada persamaan yang terdapat di dalam model penelitian. Perhitungan didasarkan pada periode yang terjadi di masa lampau, yaitu saat variabel-variabel independen berada pada lag t-1. Perhitungan variabel independen di masa lampau didasarkan pada model dari masing-masing variabel independen tersebut. Hal ini dikarenakan pada model VAR/VECM, setiap variabel independen memiliki model penelitian masing-masing, sehingga memungkinkan untuk menghitung nilai dari variabel dependen di masa mendatang. Prediksi dari NAB reksa dana syariah dapat dilihat pada Gambar 7. 80.00 70.00 Miliar Rupiah
60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 Jul-15
Mar-15
Nov-14
Jul-14
Mar-14
Nov-13
Jul-13
Mar-13
Nov-12
Jul-12
Mar-12
Nov-11
Jul-11
Mar-11
Nov-10
Jul-10
Mar-10
Nov-09
Jul-09
Mar-09
0.00
Gambar 7 Prediksi NAB reksa dana syariah periode Maret 2009-Agustus 2015 Hasil estimasi peramalan menunjukkan bahwa NAB reksa dana syariah mengalami peningkatan dari bulan Maret 2009 hingga Agustus 2015. Peningkatan pada NAB reksa dana syariah disebabkan adanya perubahan pada variabel-variabel independen, yaitu variabel BI rate, inflasi, JII, KURS, serta jumlah uang beredar, yang direspon secara positif oleh variabel NAB reksa dana syariah. Berdasarkan hasil estimasi VECM, variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah NAB reksa dana syariah adalah variabel BI rate, JII, serta jumlah uang beredar (M2). Gambar 8 memperlihatkan hasil estimasi peramalan variabel jumlah NAB reksa dana syariah, variabel BI rate, variabel JII, serta variabel jumlah uang beredar (M2).
32 12.00 10.00
Persen
8.00 JML_NABS 6.00
BIR
4.00
JII
2.00
M2
Jun-15
Jan-15
Aug-14
Mar-14
Oct-13
May-13
Dec-12
Jul-12
Feb-12
Sep-11
Apr-11
Nov-10
Jun-10
Jan-10
Aug-09
Mar-09
0.00
Gambar 8 Estimasi peramalan NAB reksa dana syariah, BI rate, JII, dan M2 periode Maret 2009-Agustus 2015 Berdasarkan Gambar 8, terlihat bahwa variabel jumlah uang beredar (M2) dan BI rate mengalami peningkatan. Peningkatan pada jumlah uang yang beredar akan meningkatkan BI rate karena BI rate merupakan instrumen pemerintah untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar di kalangan masyarakat. BI rate merupakan tingkat suku bunga tahunan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai acuan untuk tingkat suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman bagi bank dan lembaga keuangan lainnya. BI rate juga merupakan suku bunga SBI yang disalurkan ke bank-bank umum. Dalam hubungannya dengan pasar modal, peningkatan BI rate dapat menurunkan iklim investasi pada pasar modal karena investasi pada pasar uang dinilai lebih menguntungkan. Investor cenderung memilih untuk menyimpan dananya pada pasar uang karena kenaikan suku bunga simpanan. Selain itu, bank dan lembaga keuangan lainnya cenderung memilih untuk menyimpan dananya pada Bank Indonesia melalui SBI dibandingkan meminjamkan kepada perusahaan yang dapat menimbulkan risiko kredit macet. Akibatnya, modal yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk berproduksi menjadi terbatas. Kinerja perusahaan akan menurun dan pada akhirnya akan menyebabkan penurunan pada nilai saham perusahaan tersebut. Akan tetapi, hal sebaliknya dapat terjadi pada instrumen investasi berbasis syariah. Instrumen investasi berbasis syariah tidak dipengaruhi oleh tingkat suku bunga karena dana yang terdapat pada instrumen investasi syariah dialokasikan pada usaha yang berbasis non-bunga. Dalam hubungannya dengan pasar modal syariah, peningkatan BI rate tidak memengaruhi dana pinjaman yang terdapat di bank syariah dan lembaga keuangan syariah lainnya. Sehingga perusahaan dapat mendapatkan modal untuk berproduksi. Kinerja perusahaan akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai saham perusahaan tersebut. Peningkatan nilai saham dapat dilihat melalui indeks saham, salah satunya adalah indeks saham JII. Indeks saham JII merupakan indeks saham 30 perusahaan terbaik yang berbasis syariah. Hasil IRF menunjukkan bahwa guncangan yang diberikan oleh
33 JII direspon positif oleh reksa dana syariah. Hal ini terjadi dikarenakan sahamsaham yang terdapat pada JII merupakan bagian dari instrumen investasi reksa dana syariah sehingga peningkatan pada JII akan meningkatkan jumlah NAB reksa dana syariah. Berdasarkan estimasi peramalan pada Gambar 6, terlihat bahwa variabel JII mengalami peningkatan. Begitu juga dengan jumlah NAB reksa dana syariah.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Pada jangka pendek, tidak ada variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksa dana syariah. Pada jangka panjang, variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksa dana syariah adalah variabel BI rate, indeks saham syariah, dan jumlah uang beredar. Variabel inflasi dan KURS tidak memberikan pengaruh signifikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Guncangan yang terjadi pada BI rate, inflasi, dan jumlah uang beredar direspon negatif oleh NAB reksa dana syariah dan akan stabil dalam jangka panjang. Guncangan yang terjadi pada indeks saham syariah dan KURS direspon positif oleh NAB reksa dana syariah dan akan stabil dalam jangka panjang. Variabel yang memberikan pengaruh terbesar terhadap nilai aktiva bersih reksa dana syariah adalah variabel BI rate, selain dari variabel nilai aktiva bersih reksa dana syariah itu sendiri. 2. Nilai aktiva bersih reksa dana syariah pada 20 periode mendatang mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi disebabkan adanya perubahan pada variabel-variabel independen yang direspon secara positif oleh nilai aktiva bersih reksa dana syariah sehingga nilai dari nilai aktiva bersih reksa dana syariah mengalami peningkatan. Saran 1. Pemerintah harus melakukan intervensi dalam hal pengendalian faktor-faktor makroekonomi, seperti : a. Pembentukkan suatu lembaga yang berfungsi mengatur zakat, infak, dan sedekah masyarakat, serta mengadakan program-program untuk meningkatkan minat masyarakat untuk mengeluarkan zakat, infak, dan sedekah. Hal ini dilakukan sebagai instrumen pengendali jumlah uang beredar serta untuk mempercepat perputaran uang sehingga pertumbuhan ekonomi dapat meningkat. b. Penurunan pada tingkat suku bunga sehingga investor akan memilih untuk berinvestasi pada pasar modal dibandingkan dengan pasar uang. 2. Manajer investasi harus melakukan publikasi peramalan nilai aktiva bersih reksa dana syariah di masa mendatang secara berkala. Selain itu, transparansi
34 keuntungan dan kerugian secara berkala juga diperlukan guna menjaga kejujuran dalam mekanisme transaksi reksa dana syariah. Hal ini dilakukan agar dapat menarik minat investor untuk berinvestasi di reksa dana syariah.
DAFTAR PUSTAKA Achsien IH. 2000. Investasi Syaria di Pasar Modal Menggagas Konsep dan Praktik Manajemen Portofolio Syariah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Afza T, Nafees B. 2014. Relationship between NAV of Equity Funds and Macroeconomic Variables in Pakistan. Vidyabharati International Interdisciplinary Research Journal. Vol. 3(1): 118-134. Ali K. 2012. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Reksa Dana Syariah di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Arisandi TD. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Reksa Dana Syariah di Indonesia Periode 2005-2008 [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. [BEI] Bursa Efek Indonesia. 2014. Statistik Jakarta Islamic Index [Internet]. [diunduh 2014 April 20]. Tersedia pada: http://www.idx.go.id [BI] Bank Indonesia. 2014. Inflasi [Internet]. [diunduh 2014 April 20]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id _________________. 2014. BI rate [Internet]. [diunduh 2014 April 20]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id [BIS] Bank for International Settlements. 2014. BIS Effective Exchange Rate Indices [Internet]. [diunduh 2014 Agustus 13]. Tersedia pada: http://www.bis.org/statistics/eer Cahyono JE. 2000. Cara Jitu Menjaring Untung dari Reksa Dana. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. ElFakhani S, Hassan MK. 2005. Performance of Islamic Mutual Funds. Conference Paper Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor (ID): IPB Press. Huda N, Idris HR, Nasution ME, Wiliasih R. 2008. Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis. Jakarta (ID): Kencana. [ICI] Investment Company Institute. 2014. Monthly Trends in Mutual Fund Investing [Internet]. [diunduh 2014 Juli 28]. Tersedia pada: http://www.ici.org/research/stats [IMF] International Monetary Fund. 2014. World Economic Outlook Database [Internet]. [diunduh 2014 September 02]. Tersedia pada: http://www.imf.org/external/data.htm Juanda B, Junaidi. 2012. Ekonometrika Deret Waktu Teori dan Aplikasi. Bogor (ID): IPB Press. Lipsey RG, Courant PN, Purvis DD, Steiner PO. 1995. Pengantar Makroekonomi Jilid 1. Jakarta (ID): Binarupa Aksara. Manan A. 2009. Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah. Jakarta (ID): Kencana.
35 Mankiw NG. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta (ID): Erlangga. Mohammed WS, Shukor N, Affandi S, Mahmood WM. 2013. Macroeconomic Fundamentals and Unit Investment Trusts in Malaysia. World Applied Sciences Journal 23. Vol 23: 53-56. Monjazeb M, Ramazanpour E. 2013. The Effect of Economic Factors on the Efficiency of Mutual Funds in Iran Seyedeh Javaneh Ahmadi Tulamy. Technical Journal of Engineering and Applied Sciences. Vol 3(15): 17071711. [OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2014. Data Statistik Reksa Dana 2009-2013 [Internet]. [diunduh 2014 Maret 19]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id Pratomo EP, Nugraha, U. 2002. Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Putratama H. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saraswati F. 2013. Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah. [skripsi]. Jakarta (ID) : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Soemarto L. 2011. Meraih Masa Depan dengan Reksa Dana. Jakarta (ID): ALC Publisher. Soemitra A. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta (ID): Kencana. [SS SCM] Suruhanjaya Sekuriti Securities Commission Malaysia. 2014. Unit Trust Funds in Malaysia-Summary of Statistics [Internet]. [diunduh 2014 Juli 28]. Tersedia pada: http://www.sc.com.my/data-statistics/unit-trust -fund-inmalaysia-summary-of-statistics Sujoko. 2009. Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Kurs Mata Uang, IHSG, dan Dana Kelolaan terhadap Imbal Hasil Reksa Dana Saham. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Manajemen. Vol. 5(2): 133-166. Worldbank. 2014. Real Interest Rate [Internet]. [diunduh 2014 Juli 28]. Tersedia pada: http://www.data.worldbank.org _________. 2014. Inflation, Consumer Prices [Internet]. [diunduh 2014 Juli 28]. Tersedia pada: http://www.data.worldbank.org
36 LAMPIRAN Lampiran 1. Uji Akar Unit 1. Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah Null Hypothesis: LN_JML_NABS has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.690746 -4.121303 -3.487845 -3.172314
0.0308
t-Statistic
Prob.*
-7.167340 -4.124265 -3.489228 -3.173114
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-2.278902 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.1821
t-Statistic
Prob.*
-3.903365 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.0036
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(LN_JML_NABS) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
2. BI rate Null Hypothesis: BIR has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(BIR) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
37
3. Inflasi Null Hypothesis: INF has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.476464 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.1264
t-Statistic
Prob.*
-4.605897 -3.548208 -2.912631 -2.594027
0.0004
t-Statistic
Prob.*
-3.288342 -4.121303 -3.487845 -3.172314
0.0782
t-Statistic
Prob.*
-8.337655 -4.124265 -3.489228 -3.173114
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(INF) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
4. JII Null Hypothesis: LN_JII has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(LN_JII) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
38 5. Exchange Rate (KURS) Null Hypothesis: LN_KURS has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 6 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.471789 -4.140858 -3.496960 -3.177579
0.8269
t-Statistic
Prob.*
-3.582725 -4.140858 -3.496960 -3.177579
0.0410
t-Statistic
Prob.*
-0.279168 -3.550396 -2.913549 -2.594521
0.9211
t-Statistic
Prob.*
-8.542378 -3.550396 -2.913549 -2.594521
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(LN_KURS) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 5 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
6. Jumlah Uang Beredar (M2) Null Hypothesis: LN_M2 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(LN_M2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=3)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
39 Lampiran 2. Penentuan Tingkat Lag Optimal VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: D(LN_JML_NABS) D(BIR) D(INF) D(LN_JII) D(LN_KURS) D(LN_M2) Exogenous variables: C Date: 08/13/14 Time: 04:48 Sample: 2009M01 2013M12 Included observations: 54 Lag
LogL
LR
FPE
AIC
SC
HQ
0 1 2 3 4 5
455.3239 494.7037 521.6505 548.7332 592.2909 656.4443
NA 68.55005 40.91922 35.10721 46.78419 54.64916*
2.39e-15 2.12e-15* 3.12e-15 4.95e-15 4.89e-15 2.83e-15
-16.64163 -16.76680 -16.43150 -16.10123 -16.38115 -17.42386*
-16.42063* -15.21982 -13.55852 -11.90226 -10.85619 -10.57292
-16.55640* -16.17019 -15.32351 -14.48185 -14.25039 -14.78172
* indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion
Lampiran 3. Hasil Uji Stabilitas VAR Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: D(LN_JML_NABS) D(BIR) D(INF) D(LN_JII) D(LN_KURS) D(LN_M2) Exogenous variables: C Lag specification: 1 2 Date: 08/13/14 Time: 04:49 Root 0.720204 -0.354934 - 0.559845i -0.354934 + 0.559845i 0.252480 - 0.502054i 0.252480 + 0.502054i -0.340147 - 0.381432i -0.340147 + 0.381432i 0.018456 - 0.456799i 0.018456 + 0.456799i 0.412277 0.027474 - 0.148229i 0.027474 + 0.148229i No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition.
Modulus 0.720204 0.662876 0.662876 0.561965 0.561965 0.511068 0.511068 0.457172 0.457172 0.412277 0.150754 0.150754
40 Lampiran 4. Hasil Uji Kointegrasi 1 Date: 08/13/14 Time: 04:51 Sample: 2009M01 2013M12 Included observations: 58 Series: LN_JML_NABS BIR INF LN_JII LN_KURS LN_M2 Lags interval: 1 to 1 Selected (0.05 level*) Number of Cointegrating Relations by Model Data Trend: Test Type Trace Max-Eig
None No Intercept No Trend 2 1
None Intercept No Trend 2 1
Linear Intercept No Trend 1 1
Linear Intercept Trend 2 2
Quadratic Intercept Trend 2 2
*Critical values based on MacKinnon-Haug-Michelis (1999) Information Criteria by Rank and Model Data Trend: Rank or No. of CEs
0 1 2 3 4 5 6
0 1 2 3 4 5 6
0 1 2 3 4 5 6
None No Intercept No Trend
None Intercept No Trend
Linear Intercept No Trend
Linear Intercept Trend
Quadratic Intercept Trend
Log Likelihood by Rank (rows) and Model (columns) 486.0687 486.0687 500.4795 500.4795 514.4289 514.8925 528.0871 531.4059 529.5054 531.7793 540.5126 558.7810 540.4751 544.1622 550.4254 571.1675 545.3501 550.7481 554.8355 578.0487 547.9784 555.0655 557.6378 582.2860 548.1765 557.6569 557.6569 584.7579
505.0856 536.0081 562.7911 575.0256 581.3610 584.7518 584.7579
Akaike Information Criteria by Rank (rows) and Model (columns) -15.51961 -15.51961 -15.80964 -15.80964 -15.76157 -16.08376 -16.06526 -16.34783 -16.42779 -16.41407 -16.18984 -16.19929 -16.36251 -16.92348 -16.92383 -16.15431 -16.17801 -16.29053 -16.90233 -16.93192* -15.90863 -15.95683 -16.02881 -16.69133 -16.73659 -15.58546 -15.65743 -15.71165 -16.38917 -16.43972 -15.17850 -15.29851 -15.29851 -16.02613 -16.02613 Schwarz Criteria by Rank (rows) and Model (columns) -14.24071 -14.24071 -14.31759 -14.31759 -14.37856 -14.32454 -14.42949 -14.47392 -14.05835 -13.99674 -14.01786 -14.50779* -13.59652 -13.51364 -13.51959 -14.02481 -12.92454 -12.83064 -12.83157 -13.35199 -12.17507 -12.06942 -12.08811 -12.58801 -11.34181 -11.24868 -11.24868 -11.76315
-14.05638 -14.28258 -14.36604 -13.94783 -13.32620 -12.60303 -11.76315
41 Lampiran 5. Hasil Uji Kointegrasi 2 Date: 08/13/14 Time: 04:50 Sample (adjusted): 2009M03 2013M12 Included observations: 58 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend (restricted) Series: LN_JML_NABS BIR INF LN_JII LN_KURS LN_M2 Lags interval (in first differences): 1 to 1 Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized No. of CE(s)
Eigenvalue
Trace Statistic
0.05 Critical Value
Prob.**
None * At most 1 * At most 2 At most 3 At most 4 At most 5
0.655765 0.610919 0.347616 0.211231 0.135941 0.081708
168.5569 106.7040 51.95386 27.18083 13.41850 4.943893
117.7082 88.80380 63.87610 42.91525 25.87211 12.51798
0.0000 0.0014 0.3312 0.6706 0.7051 0.6045
Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values
Lampiran 6. Hasil Estimasi VECM Vector Error Correction Estimates Date: 08/13/14 Time: 04:53 Sample (adjusted): 2009M03 2013M12 Included observations: 58 after adjustments Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] Cointegrating Eq:
CointEq1
LN_JML_NABS(-1)
1.000000
BIR(-1)
11.07052 (1.42636) [ 7.76136]
INF(-1)
-0.399411 (0.27336) [-1.46112]
LN_JII(-1)
34.32207 (5.81636) [ 5.90095]
LN_KURS(-1)
13.68231 (9.71587) [ 1.40824]
LN_M2(-1)
242.0443 (26.9454) [ 8.98278]
@TREND(09M01)
-2.117614 (0.25004) [-8.46916]
42 C
-2640.442
Error Correction:
D(LN_JML_NABS)
D(BIR)
D(INF)
D(LN_JII)
D(LN_KURS)
D(LN_M2)
CointEq1
-0.008888 (0.00400) [-2.22059]
-0.002856 (0.00689) [-0.41439]
0.059576 (0.03300) [ 1.80558]
-0.009040 (0.00255) [-3.54017]
-0.000419 (0.00081) [-0.51679]
-0.004007 (0.00081) [-4.96818]
D(LN_JML_NABS(-1))
-0.151946 (0.13774) [-1.10310]
0.060469 (0.23717) [ 0.25496]
-1.632158 (1.13547) [-1.43743]
-0.002781 (0.08787) [-0.03165]
0.000291 (0.02790) [ 0.01043]
-0.001562 (0.02775) [-0.05630]
D(BIR(-1))
0.012252 (0.06550) [ 0.18705]
0.518063 (0.11279) [ 4.59324]
0.244010 (0.53998) [ 0.45189]
-0.060359 (0.04179) [-1.44445]
-0.044176 (0.01327) [-3.32993]
-0.001633 (0.01320) [-0.12371]
D(INF(-1))
-0.031957 (0.01750) [-1.82585]
0.052038 (0.03014) [ 1.72675]
0.366160 (0.14428) [ 2.53783]
-0.034865 (0.01117) [-3.12264]
-0.000969 (0.00354) [-0.27325]
-0.006478 (0.00353) [-1.83679]
D(LN_JII(-1))
0.376638 (0.20200) [ 1.86454]
-0.509348 (0.34781) [-1.46445]
-0.429415 (1.66515) [-0.25788]
-0.121408 (0.12886) [-0.94217]
0.059760 (0.04091) [ 1.46075]
-0.034712 (0.04070) [-0.85284]
D(LN_KURS(-1))
0.991268 (0.57723) [ 1.71730]
0.768793 (0.99388) [ 0.77353]
-2.517114 (4.75825) [-0.52900]
0.424663 (0.36822) [ 1.15327]
0.227719 (0.11690) [ 1.94794]
0.026383 (0.11631) [ 0.22684]
D(LN_M2(-1))
0.740764 (0.75395) [ 0.98251]
-0.154136 (1.29817) [-0.11873]
-4.700577 (6.21506) [-0.75632]
1.034178 (0.48096) [ 2.15023]
0.026169 (0.15269) [ 0.17138]
0.226726 (0.15192) [ 1.49245]
C
0.017937 (0.01184) [ 1.51526]
0.008627 (0.02038) [ 0.42324]
0.083894 (0.09758) [ 0.85972]
0.011044 (0.00755) [ 1.46254]
-0.003347 (0.00240) [-1.39614]
0.006197 (0.00239) [ 2.59826]
0.266265 0.163542 0.253595 0.071217 2.592069 75.24287 -2.318720 -2.034520 0.024310 0.077869
0.551898 0.489163 0.751827 0.122624 8.797382 43.72664 -1.231953 -0.947754 -0.012931 0.171567
0.319649 0.224399 17.23233 0.587066 3.355918 -47.10241 1.900083 2.184282 -0.003793 0.666604
0.443851 0.365990 0.103198 0.045431 5.700566 101.3164 -3.217807 -2.933608 0.017241 0.057056
0.462738 0.387521 0.010402 0.014423 6.152059 167.8625 -5.512501 -5.228302 -0.001552 0.018430
0.439191 0.360678 0.010296 0.014350 5.593849 168.1593 -5.522735 -5.238536 0.007241 0.017947
R-squared Adj. R-squared Sum sq. resids S.E. equation F-statistic Log likelihood Akaike AIC Schwarz SC Mean dependent S.D. dependent
Determinant resid covariance (dof adj.) Determinant resid covariance Log likelihood Akaike information criterion Schwarz criterion
1.08E-15 4.44E-16 531.4059 -16.42779 -14.47392
43 Lampiran 7. Hasil Uji Impulse Response Function
Lampiran 8. Hasil Uji Variance Decomposition Period
S.E.
LN_JML_NAB S
BIR
INF
LN_JII
LN_KURS
LN_M2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0.071217 0.103484 0.138283 0.169421 0.197446 0.224159 0.249372 0.272959 0.295119 0.316037 0.335844 0.354663
100.0000 90.44495 80.95227 74.88135 71.03657 68.05964 65.74463 63.97156 62.58757 61.48348 60.58969 59.85641
0.000000 1.971812 5.329032 8.320420 11.02296 13.15679 14.78593 16.06255 17.07665 17.88891 18.54843 19.09159
0.000000 1.131252 1.409197 1.434428 1.759912 2.114474 2.382799 2.598123 2.777986 2.925455 3.046281 3.146694
0.000000 2.150267 3.613891 5.378670 5.969315 6.261687 6.515404 6.703576 6.835255 6.935526 7.015479 7.079709
0.000000 1.620860 1.943090 1.873674 1.795526 1.707080 1.624549 1.556754 1.501953 1.457085 1.420105 1.389425
0.000000 2.680854 6.752525 8.111455 8.415718 8.700328 8.946688 9.107435 9.220585 9.309541 9.380019 9.436171
44 13 14 15 16 17 18 19 20
0.372607 0.389775 0.406248 0.422099 0.437388 0.452168 0.466485 0.480380
59.24665 58.73331 58.29636 57.92067 57.59468 57.30943 57.05793 56.83465
19.54439 19.92613 20.25141 20.53131 20.77433 20.98705 21.17466 21.34125
3.231042 3.302482 3.363542 3.416207 3.462009 3.502148 3.537576 3.569052
7.132138 7.175808 7.212715 7.244265 7.271529 7.295318 7.316252 7.334809
1.363718 1.341958 1.323363 1.307334 1.293398 1.281188 1.270412 1.260840
Cholesky Ordering: LN_JML_NABS BIR INF LN_JII LN_KURS LN_M2
Lampiran 9. Hasil Peramalan dengan VAR/VECM (Logaritma Natural) Periode
LN_JML_NABS
Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 Nov-10 Dec-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Jul-11 Aug-11
NA NA
BIR NA NA
2.58 2.65 2.70 2.75 2.78 2.81 2.84 2.87 2.89 2.91 2.93 2.96 2.98 3.00 3.02 3.04 3.06 3.08 3.10 3.12 3.14 3.16 3.18 3.20 3.22 3.25 3.27 3.29 3.31 3.33
INF NA NA
7.93 7.73 7.62 7.54 7.49 7.46 7.44 7.43 7.42 7.41 7.41 7.41 7.41 7.41 7.41 7.42 7.42 7.42 7.42 7.43 7.43 7.43 7.43 7.43 7.44 7.44 7.44 7.44 7.45 7.45
LN_JII NA NA
8.28 8.04 7.79 7.60 7.49 7.42 7.39 7.39 7.39 7.41 7.43 7.46 7.48 7.52 7.55 7.58 7.61 7.65 7.68 7.72 7.75 7.79 7.82 7.86 7.89 7.92 7.96 7.99 8.03 8.06
5.44 5.49 5.53 5.56 5.58 5.60 5.62 5.64 5.66 5.67 5.68 5.70 5.71 5.73 5.74 5.75 5.77 5.78 5.80 5.81 5.82 5.84 5.85 5.86 5.88 5.89 5.90 5.92 5.93 5.94
LN_KURS
LN_M2
NA NA
NA NA 4.42 4.44 4.45 4.46 4.46 4.46 4.46 4.46 4.46 4.46 4.46 4.45 4.45 4.45 4.44 4.44 4.44 4.43 4.43 4.43 4.43 4.42 4.42 4.42 4.41 4.41 4.41 4.40 4.40 4.40
9.56 9.56 9.57 9.58 9.59 9.59 9.60 9.61 9.61 9.62 9.63 9.63 9.64 9.65 9.65 9.66 9.67 9.67 9.68 9.69 9.69 9.70 9.71 9.72 9.72 9.73 9.74 9.74 9.75 9.76
9.482058 9.520315 9.552617 9.580214 9.604061 9.624867 9.643172 9.659398
45 Sep-11 Oct-11 Nov-11 Dec-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Jul-12 Aug-12 Sep-12 Oct-12 Nov-12 Dec-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15
3.35 3.37 3.39 3.41 3.43 3.45 3.47 3.49 3.51 3.53 3.55 3.57 3.59 3.62 3.64 3.66 3.68 3.70 3.72 3.74 3.76 3.78 3.80 3.82 3.84 3.86 3.88 3.90 3.92 3.94 3.97 3.99 4.01 4.03 4.05 4.07 4.09 4.11 4.13 4.15 4.17 4.19 4.21 4.23
7.45 7.45 7.46 7.46 7.46 7.46 7.47 7.47 7.47 7.47 7.48 7.48 7.48 7.48 7.49 7.49 7.49 7.49 7.50 7.50 7.50 7.50 7.51 7.51 7.51 7.51 7.51 7.52 7.52 7.52 7.52 7.53 7.53 7.53 7.53 7.54 7.54 7.54 7.54 7.55 7.55 7.55 7.55 7.56
8.10 8.13 8.17 8.20 8.24 8.27 8.31 8.34 8.37 8.41 8.44 8.48 8.51 8.55 8.58 8.62 8.65 8.69 8.72 8.76 8.79 8.82 8.86 8.89 8.93 8.96 9.00 9.03 9.07 9.10 9.14 9.17 9.21 9.24 9.28 9.31 9.34 9.38 9.41 9.45 9.48 9.52 9.55 9.59
5.96 5.97 5.99 6.00 6.01 6.03 6.04 6.05 6.07 6.08 6.09 6.11 6.12 6.13 6.15 6.16 6.17 6.19 6.20 6.22 6.23 6.24 6.26 6.27 6.28 6.30 6.31 6.32 6.34 6.35 6.36 6.38 6.39 6.41 6.42 6.43 6.45 6.46 6.47 6.49 6.50 6.51 6.53 6.54
4.39 4.39 4.39 4.38 4.38 4.38 4.37 4.37 4.37 4.36 4.36 4.36 4.35 4.35 4.35 4.34 4.34 4.34 4.33 4.33 4.33 4.32 4.32 4.32 4.32 4.31 4.31 4.31 4.30 4.30 4.30 4.29 4.29 4.29 4.28 4.28 4.28 4.27 4.27 4.27 4.26 4.26 4.26 4.25
9.76 9.77 9.78 9.78 9.79 9.80 9.80 9.81 9.82 9.83 9.83 9.84 9.85 9.85 9.86 9.87 9.87 9.88 9.89 9.89 9.90 9.91 9.91 9.92 9.93 9.93 9.94 9.95 9.96 9.96 9.97 9.98 9.98 9.99 10.00 10.00 10.01 10.02 10.02 10.03 10.04 10.04 10.05 10.06
46 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15
4.25 4.27 4.29 4.31
7.56 7.56 7.56 7.57
9.62 9.66 9.69 9.73
6.55 6.57 6.58 6.60
4.25 4.25 4.24 4.24
KURS
M2
Lampiran 10. Hasil Peramalan dengan VAR/VECM Periode
JML_NABS
Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 May-09 Jun-09 Jul-09 Aug-09 Sep-09 Oct-09 Nov-09 Dec-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10 Nov-10 Dec-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 May-11 Jun-11 Jul-11 Aug-11 Sep-11 Oct-11 Nov-11 Dec-11 Jan-12
NA NA
BIR NA NA
13.18 14.11 14.89 15.59 16.17 16.67 17.13 17.57 17.99 18.40 18.80 19.21 19.62 20.04 20.46 20.89 21.32 21.77 22.22 22.69 23.16 23.64 24.13 24.63 25.14 25.67 26.20 26.75 27.30 27.87 28.45 29.04 29.64 30.26 30.89
INF NA NA
7.93 7.73 7.62 7.54 7.49 7.46 7.44 7.43 7.42 7.41 7.41 7.41 7.41 7.41 7.41 7.42 7.42 7.42 7.42 7.43 7.43 7.43 7.43 7.43 7.44 7.44 7.44 7.44 7.45 7.45 7.45 7.45 7.46 7.46 7.46
8.28 8.04 7.79 7.60 7.49 7.42 7.39 7.39 7.39 7.41 7.43 7.46 7.48 7.52 7.55 7.58 7.61 7.65 7.68 7.72 7.75 7.79 7.82 7.86 7.89 7.92 7.96 7.99 8.03 8.06 8.10 8.13 8.17 8.20 8.24
JII
NA NA NA NA NA NA 229.90 83.22 14124.03 241.97 84.72 14251.32 251.56 85.83 14356.69 259.75 86.47 14460.30 266.15 86.79 14551.20 271.66 86.91 14645.79 276.71 86.89 14745.08 281.40 86.78 14845.45 285.84 86.62 14946.58 290.15 86.41 15048.87 294.39 86.18 15152.18 298.59 85.94 15256.32 302.79 85.68 15361.27 307.01 85.42 15467.03 311.26 85.15 15573.56 315.55 84.89 15680.86 319.88 84.62 15788.91 324.27 84.35 15897.72 328.71 84.07 16007.28 333.20 83.80 16117.61 337.76 83.53 16228.72 342.38 83.26 16340.58 347.05 83.00 16453.23 351.79 82.73 16566.63 356.60 82.46 16680.84 361.47 82.20 16795.83 366.40 81.93 16911.60 371.41 81.66 17028.18 376.48 81.40 17145.57 381.62 81.14 17263.76 386.83 80.88 17382.76 392.11 80.61 17502.59 397.47 80.35 17623.24 402.89 80.09 17744.73 408.40 79.84 17867.06
10.07 10.07 10.08 10.09
47 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Jul-12 Aug-12 Sep-12 Oct-12 Nov-12 Dec-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 May-13 Jun-13 Jul-13 Aug-13 Sep-13 Oct-13 Nov-13 Dec-13 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15
31.53 32.19 32.85 33.54 34.23 34.95 35.67 36.41 37.17 37.94 38.73 39.54 40.36 41.20 42.05 42.93 43.82 44.73 45.66 46.61 47.58 48.57 49.58 50.61 51.66 52.73 53.83 54.95 56.09 57.26 58.44 59.66 60.90 62.17 63.46 64.78 66.12 67.50 68.90 70.33 71.79 73.29 74.81
7.46 7.47 7.47 7.47 7.47 7.48 7.48 7.48 7.48 7.49 7.49 7.49 7.49 7.50 7.50 7.50 7.50 7.51 7.51 7.51 7.51 7.51 7.52 7.52 7.52 7.52 7.53 7.53 7.53 7.53 7.54 7.54 7.54 7.54 7.55 7.55 7.55 7.55 7.56 7.56 7.56 7.56 7.57
8.27 8.31 8.34 8.37 8.41 8.44 8.48 8.51 8.55 8.58 8.62 8.65 8.69 8.72 8.76 8.79 8.82 8.86 8.89 8.93 8.96 9.00 9.03 9.07 9.10 9.14 9.17 9.21 9.24 9.28 9.31 9.34 9.38 9.41 9.45 9.48 9.52 9.55 9.59 9.62 9.66 9.69 9.73
413.97 419.62 425.35 431.16 437.05 443.02 449.07 455.20 461.41 467.71 474.10 480.57 487.14 493.79 500.53 507.36 514.29 521.31 528.43 535.65 542.96 550.38 557.89 565.51 573.23 581.06 588.99 597.04 605.19 613.45 621.83 630.32 638.92 647.65 656.49 665.46 674.54 683.75 693.09 702.55 712.15 721.87 731.73
79.58 79.32 79.06 78.81 78.55 78.30 78.05 77.80 77.54 77.29 77.04 76.80 76.55 76.30 76.05 75.81 75.56 75.32 75.08 74.83 74.59 74.35 74.11 73.87 73.63 73.39 73.16 72.92 72.69 72.45 72.22 71.98 71.75 71.52 71.29 71.06 70.83 70.60 70.37 70.14 69.92 69.69 69.47
17990.21 18114.23 18239.10 18364.84 18491.42 18618.89 18747.24 18876.48 19006.61 19137.61 19269.54 19402.38 19536.13 19670.81 19806.39 19942.93 20080.41 20218.84 20358.20 20498.54 20639.85 20782.13 20925.40 21069.63 21214.88 21361.13 21508.38 21656.65 21805.92 21956.25 22107.67 22260.08 22413.53 22568.04 22723.62 22880.26 23037.99 23196.81 23356.72 23517.50 23679.62 23842.86 24007.22
48
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Febrina Mirazdianti yang lahir pada tanggal 10 Februari 1992 di Jakarta. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayah bernama Rudy Hendarwan dan Ibu bernama Sri Dewi Sumirawati. Penulis memiliki dua kakak bernama Kania Maulina dan Amelia Zulianti. Penulis memulai pendidikan di TK Ketilang dan melanjutkan pendidikan di MI Pembangunan UIN Jakarta. Tahun ajaran 2004/2005 penulis melanjutkan pendidikan di Mts Pembangunan UIN Jakarta. Lalu pada tahun ajaran 2007/2008 penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 34 Jakarta dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN dan diterima pada program studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama perkuliahan penulis aktif mengikuti organisasi Sharia Economics Student Club (SES-C), yaitu sebagai anggota divisi Usaha Mandiri SES-C 2012 dan anggota divisi Sumber Daya Insani SES-C 2013. Penulis juga mengikuti kegiatan turun desa yang diadakan oleh bolang eksyar. Selain itu, penulis aktif mengikuti kepanitiaan dalam berbagai program kerja, diantaranya SEBC (Sharia Economic Business Plan Competition), Sharia Economics at Seminar, Expo, and Campaign (SEASON) 9th, Sportakuler 2012, Masa Perkenalan Fakultas 48, Masa Perkenalan Departemen 48, dan sebagainya.