ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG
FIANDRA ADIYATH M
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN FIANDRA ADIYATH M. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL. Saat ini Indonesia sedang mengalami pertumbuhan ekonomi, salah satunya di sektor pariwisata. Hal ini didorong dengan adanya program Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia yang mencanangkan program Visit Indonesia sejak tahun 2009. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2009) juga terlihat bahwa penerimaan devisa negara Indonesia yang berasal dari sektor pariwisata mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dari 5,3 milliar dollar AS (tahun 2007) menjadi 7,4 milliar dollar AS (tahun 2008). Tak ketinggalan, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan maupun Kota Palembang juga berupaya untuk memajukan sektor pariwisata didaerahnya. Adanya pengembangan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan memiliki dampak baik secara langsung, tidak langsung, maupun ikutan terhadap masyarakat sekitar objek wisata itu. Hadirnya pengunjung pada objek wisata tersebut akan memunculkan pengeluaran dari pengunjung yang nantinya akan menciptakan transaksi ekonomi didalamnya. Transaksi itu pula yang akan mendorong munculnya dampak ekonomi dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Penelitian kali ini memiliki tiga tujuan, yaitu 1) mengidentifikasi karakteristik yang dimiliki oleh pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, 2) mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, dan 3) mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang?. Analisis terhadap karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar diolah secara deskriptif dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, fungsi demand pariwisata diolah dengan alat pengolah data (software) SAS, sedangkan Keynesian Income Multiplier diolah dengan Microsoft Excel 2007. Berdasarkan tujuan yang pertama, diperoleh karakteristik sosial-ekonomi pengunjungnya dilihat dari jenis kelamin, umur, status, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan, jumlah tanggungan, asal daerah, cara kedatangan, jenis kendaraan yang digunakan, jumlah rombongan, serta kegiatan yang biasa dilakukan pada saat berwisata. Berdasarkan karakteristik-karakteristik di atas, pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki karakteristik sosial ekonomi sebagai berikut pengunjungnya mayoritas berusia diantara 15-20 tahun, mayoritas diantara mereka berstatus belum menikah, dan sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa yang memiliki pendapatan per bulannya rata-rata Rp 500.000-Rp 1.000.000,-. Karakteristik lain adalah rata-rata dari mereka belum memiliki tanggungan, sebagian besar mereka pula berdomisili di daerah Kota Palembang dan sekitarnya, dalam melakukan kegiatan wisata para pengunjung tersebut membawa keluarga dengan jumlah rombongan sebanyak 3-5 orang. Mereka mendatangi lokasi wisata tersebut dengan mengendarai mobil pribadi dan aktivitas utama yang mereka lakukan di lokasi wisata ini adalah mendatangi arena anak dan bersantai di gazebo sambil berfoto-foto di sekitar objek wisata yang indah tersebut. Hampir semua responden (dalam hal ini, pengunjung) mendatangi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang pada hari iii
minggu/libur. Responden tenaga kerja lokal Hutan Wisata Punti Kayu rata-rata baru bekerja sekitar 1-3 tahun. Responden tenaga kerja lokal ini juga memiliki dua kategori, yaitu tenaga kerja yang bekerja dari hari senin-minggu (tenaga kerja full day) dan tenaga kerja mingguan (tenaga kerja yang hanya bekerja pada hari minggu/libur saja), contohnya: petugas pemandu kuda dan gajah. Adapun unit usaha yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu telah berkembang sejak tahun 1992. Dari hasil usaha yang telah mereka jalani tersebut telah memberikan pendapatan bersihnya perbulan sebesar Rp 522.240 untuk warung makan, Rp 966.000 untuk warung minuman, serta Rp 202.000 untuk unit usaha foto keliling. Pendapatan bersih tersebut telah memberikan dampak ekonomi terhadap keberadaan unit usaha. Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara terhadap masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, rata-rata memiliki karakteristik menengah ke atas. Hal ini dibuktikan dengan pendidikan terakhir mereka yang sebagian besar lulusan SMA dan Perguruan Tinggi (PT), serta memiliki penerimaan per bulan yang berkisar antara Rp 3.100.000-Rp 5.000.000,-. Tujuan penelitian yang kedua menghasilkan faktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan wisata (demand pariwisata) Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Faktor-faktor sosial-ekonomi tersebut diantaranya adalah lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu, serta taraf pendidikan pengunjung. Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha sebesar 52,96%. Dampak ekonomi tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja lokal di objek wisata tersebut sebesar 3,52% dan dampak ekonomi lanjutan/induced berupa pengeluaran tenaga kerja lokal untuk kebutuhan pangan sebesar 52,19%. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,07; sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan II sebesar 1,48 dan 2,17. Kata Kunci: wisata alam, Sumatera Selatan, Hutan Wisata Punti Kayu, dampak ekonomi, nilai multiplier
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2011
Fiandra Adiyath M H44070012
ii
ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEGIATAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG
FIANDRA ADIYATH M H44070012
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
v
Judul Skripsi Nama NRP
: Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang : Fiandra Adiyath M : H44070012
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr. NIP. 19620604 199002 1 001.
Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT. NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus:
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Kedua Orang Tua tercinta (papa H Darfi Daoed, SE., MBA dan mama Ir. Hj Heralina), nenek tercinta (Hj Latifah), dan adik semata wayang (Media Gustiandina P) atas segala do’a, kasih sayang, dan motivasi yang tulus kepada penulis, serta seluruh keluarga besar di Palembang dan Jakarta.
2.
Pembimbing akademik yang menjadi pembimbing skripsi (Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr) atas segala motivasi, bimbingan, masukan, dan saran yang berarti kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3.
Dosen penguji utama dan perwakilan komisi akademik atas masukan dan sarannya demi kesempurnaan skripsi ini.
4.
Geti Aldila yang selalu setia membantu penulis selama melakukan penelitian, serta Kak Martha Abriansyah dan Gustam atas masukan, saran, dan ide demi terciptanya sebuah skripsi yang baik.
5.
Lery, Alin, Sher, Ayu, Belu, dan Arya atas hari-hari indah bersamanya dari SMA hingga sekarang, serta teman-teman SMA dan teman-teman baru dari UGM yang telah bersedia menemani penulis selama penelitian.
6.
Sahabat-Sahabat penulis Eko Nopianto, Iftor, dan Adi atas saran dan motivasinya selama ini kepada penulis.
7.
Seluruh responden dan pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta Balai Konservasi dan Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Sumatera Selatan.
8.
Teman-teman satu bimbingan atas masukan dan sarannya, serta Ikamusi Sumsel IPB (esp. angkatan 44), Sukatanierz family, ESLerzz 44, dan Wisma SAS family atas kebersamaan dan keceriaannya selama ini.
vii
KATA PENGANTAR Segenap puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan WisataPunti Kayu Palembang”. Skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari pula bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Pada akhirnya, penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2011
Fiandra Adiyath M H44070012
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. ii RINGKASAN ...................................................................................................... iii HALAMAN JUDUL ............................................................................................ v HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. vi UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................... vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii I.
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
Latar Belakang...................................................................................... 1 Perumusan Masalah .............................................................................. 4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 7 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 7 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 8 Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 9 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10
Pariwisata ............................................................................................. 9 Wisata Alam ....................................................................................... 10 Pengertian Hutan Wisata .................................................................... 11 Wisatawan .......................................................................................... 12 Motivasi Berwisata ............................................................................. 13 Demand Wisata .................................................................................. 14 Dampak Pariwisata secara Umum ...................................................... 16 Dampak Ekonomi Pariwisata ............................................................. 16 Dampak Ekonomi Pariwisata Alam terhadap Ekonomi Wilayah ...... 17 Penelitian Terdahulu........................................................................... 18
III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ 21 IV. METODE PENELITIAN............................................................................. 24 4.1 4.2 4.3 4.4
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 24 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan ............................................ 24 Metode Pengambilan Sampel ............................................................. 25 Analisis Data ...................................................................................... 26 4.4.1 Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dari Demand Pari-
ix
wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ......................... 27 4.4.2 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ........................................................... 29 4.4.3 Hipotesis Penelitian ................................................................ 32 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................................ 33 VI. GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN ....................... 36 6.1
Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ...................................... 36 6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung (Wisatawan) ....... 36 6.1.2 Persepsi Pengunjung ............................................................... 47 6.2 Gambaran Umum Responden Tenaga Kerja Lokal Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ....................................................................... 53 6.3 Gambaran Umum Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ....................................................................... 55 6.4 Gambaran Umum Masyarakat Sekitar Objek Wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ........................................................................ 59 VII. FUNGSI PERMINTAAN WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG ................................................................................. 61 7.1
Fungsi Permintaan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ........................................................................................... 61 7.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Demand Pariwisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ........................................................... 62 7.2.1 Variabel-Variabel yang Berpengaruh Signifikan terhadap Demand Pariwisata ................................................................. 63 VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG ...... 66 8.1
8.2
Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ....................................................................... 66 8.1.1 Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) ........................ 67 8.1.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) ........... 70 8.1.3 Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) ....................... 72 Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Pengunjung ........................ 73
IX. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 76 9.1 9.2
Kesimpulan ......................................................................................... 76 Saran ................................................................................................... 77
X. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 79 LAMPIRAN ........................................................................................................ 82 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 100
x
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1
Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1998-2008 ....................................................... 03
2
Matriks Metode Analisis Data ................................................................ 27
3
Daftar Harga Tiket Masuk di Arena Wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ............................................................................................... 35
4
Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ................................................. 50
5
Total Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ..................... 54
6
Penerimaan per Bulan Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ............................................................................................... 55
7
Pendapatan Bersih Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang per Bulan ........................................................... 57
8
Hasil Analisis Regresi Poisson dengan Software SAS untuk UjiKeseluruhan Variabel/Parameter ........................................................ 61
9
Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ............................................................................ 68
10
Total Pengeluaran Pengunjung di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ............................................................................................... 69
11
Proporsi Penerimaan Usaha dan Biaya-Biaya yang Dikeluarkan Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.............................. 70
12
Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ............................................................................ 73
13
Nilai Multiplier Effect dari Arus Uang yang Terjadi di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ............................................................................ 73
xi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1 2
Dampak Ekonomi dari Pengeluaran Pengunjung ..................................... 17 Kerangka Berpikir Penelitian .................................................................... 23
3
Diagram Kelompok Umur Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang .............................................................................. 37
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Diagram Asal Daerah Pengunjung............................................................ 38 Diagram Jenis Pekerjaan Pengunjung ....................................................... 39 Diagram Sebaran Pendapatan Perbulan Pengunjung ................................ 40 Diagram Jumlah Tanggungan Pengunjung ............................................... 41 Diagram Pendidikan Formal Terakhir Pengunjung .................................. 42 Diagram Jenis Kendaraan yang Digunakan Pengunjung .......................... 43 Diagram Cara Kedatangan Pengunjung .................................................... 44 Diagram Jumlah Rombongan yang Dibawa ............................................. 45 Diagram Motivasi Pengunjung ................................................................. 47
13
Diagram Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Lingkungan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ....................................................... 51
15 Diagram Persepsi Pengunjung terhadap Harga Tiket Masuk di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang .................................................... 53
xii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1 2 3 4 5 6
Halaman Kuisioner untuk Wisatawan/Pengunjung ................................................. 83 Kuisioner untuk Tenaga Kerja ................................................................. 86 Kuisioner untuk Masyarakat Lokal .......................................................... 88 Kuisioner untuk Unit Usaha..................................................................... 90 Parameter Estimasi Regresi Poisson ........................................................ 94 Estimasi dari Analisis Pendapatan Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ............................................................................. 97
xiii
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian
yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia yang mencanangkan program Visit Indonesia sejak tahun 2009. Keseriusan pemerintah terhadap sektor pariwisata diharapkan dapat memberikan efek positif terhadap perekonomian Indonesia. Salah satu efek positif dari berkembangnya sektor pariwisata adalah dapat menurunkan angka pengangguran di suatu negara karena dengan berkembangnya sektor ini dapat membantu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar objek wisata tersebut (Gunawan, et al., 2007). Dampak lain yang timbul dari berkembangnya sektor pariwisata adalah efek berantai yang akan dapat menciptakan pula lapangan kerja di sektor lain yang terkait, serta dapat pula membantu meningkatkan tingkat pendapatan dan standar hidup. Efek positif lain dari sektor pariwisata juga adalah dapat meningkatkan cadangan devisa, serta dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2009), penerimaan devisa negara Indonesia yang berasal dari sektor pariwisata pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang signifikan dan mencapai angka 7,4 milliar dollar AS dari devisa tahun 2007 yang hanya sebesar 5,3 milliar dollar AS. Hal ini terbukti bahwa penerimaan devisa dari sektor ini mengalami peningkatan sebesar 2,1 milliar dollar AS atau hampir mendekati angka 40%.
1
Dilihat dari konteks pengelolaan lingkungan, pengelolaan pariwisata berbasiskan alam dapat membantu upaya konservasi dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati yang ada di dalam suatu objek wisata alam tersebut. Hal ini dikatakan bahwa pariwisata berbasiskan alam merupakan instrumen yang dapat memadukan pembangunan ekonomi masyarakat sekitar dan upaya konservasi. Sebagai upaya untuk menikmati dampak positif dari pariwisata, Indonesia berupaya untuk segera memaksimalkan kegiatan di sektor pariwisata karena dari kegiatan
ini
dapat
membantu
pemerintah
dalam
mengurangi
tingkat
pengangguran. Kegiatan wisata ini mampu memberikan banyak lapangan pekerjaan baru mulai dari pengadaan jasa akomodasi, usaha restoran, layanan wisata, hingga bisnis cinderamata khas dari daerah setempat. Pengembangan sektor pariwisata dengan memperhatikan asas berkelanjutan juga akan dapat menjadi kegiatan riil yang dapat mengurangi masalah kemiskinan di Indonesia. Pulau Sumatera memiliki banyak objek wisata alam yang menarik untuk dikunjungi, begitu pula dengan objek wisata alam yang ada di Kota Palembang. Kota Palembang sebagai salah satu kota yang mendukung program Visit Indonesia 2009 mampu menawarkan beberapa objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Dukungan bentang alam menjadi salah satu kekuatan dalam pengembangan parwisata berbasiskan alam. Saat ini, pemerintah Kota Palembang terus mengembangkan objek wisata yang bernuansakan alam. Salah satu objek wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut di Kota Palembang adalah Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
2
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata di Sumatera Selatan yang letaknya hanya enam kilometer dari pusat kota. Hutan wisata yang mengembangkan konsep konservasi dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati, tentu memiliki nilai estetika pemandangan yang menarik, serta adanya hewan-hewan seperti Kera ekor panjang (Macaca fasicicularis), Beruk (Macaca nemistriana), dan sebagainya1). Oleh karena itu, pengembangan pariwisata ini dapat diharapkan pemerintah Kota Palembang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Yuyus, 2010). Pada Tabel 1 di bawah ini, terlihat jumlah wisatawan yang berkunjung ke Provinsi Sumatera Selatan mencapai 2.676.513 wisatawan pada tahun 2008. Jumlah tersebut naik sebesar 285,27 % jika dibandingkan dengan data tahun sebelumnya. Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1998-2008 Tahun
Jumlah Wisatawan Jumlah Wisatawan Asing Domestik
Jumlah
1998
14.634
160.139
174.773
1999
17.879
295.414
313.293
2000
18.577
375.163
393.740
2001
18.584
260.479
279.063
2002
20.990
264.141
307.131
2003
21.273
301.440
322.713
2004
17.192
325.235
342.427
2005
17.259
334.672
351.931
2006
17.647
529.280
546.927
2007
17.793
676.912
694.705
2008
18.056
2.658.457
2.676.513
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan (2009)
1
) http://www.puntikayu.com. [ 03 Mei 2010].
3
Adanya pengembangan kawasan wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memberikan dampak kepada masyarakat sekitar untuk meningkatkan pendapatannya, meningkatkan kesempatan kerja, serta memberikan peluang membuka usaha di sekitar objek wisata ini. Sejauh ini, belum diketahui besarnya dampak yang diberikan dari kegiatan wisata tersebut dalam hal perubahan kondisi ekonomi masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, diperlukan penelitian terhadap hal di atas agar mampu membantu masyarakat sekitar untuk lebih menyadari akan pentingnya pengembangan kawasan objek wisata ini bagi peningkatan perekonomiannya, serta berusaha menggerakkan masyarakat setempat untuk menjaga dan melindungi kawasan objek wisata tersebut. Hal lain yang dapat dilakukan adalah membantu pengelola kawasan wisata dalam mengevaluasi dan meningkatkan pelaksanaan dari kegiatan wisata. 1.2.
Perumusan Masalah Usaha Pemerintah Kota Palembang dalam rangka memajukan pariwisata
memiliki dampak yang besar untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal. Potensi yang strategis dari Kota Palembang dan letaknya yang tidak terlampau jauh dari ibukota Indonesia juga menjadi dasar Pemerintah Kota Palembang untuk memajukan sektor pariwisata. Bentang alam yang menarik adalah sesuatu hal yang layak untuk dijadikan kawasan pariwisata, terutama wisata yang berbasiskan alam. Faktor ini pula akan memicu bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan, baik wisatawan yang berasal dari dalam maupun luar Kota Palembang. Oleh karena itu, diperlukan
4
peranan yang besar bagi masyarakat sekitar untuk dapat menjaga kelestarian dan konservasi sumberdaya alam yang ada di dalam kawasan wisata tersebut. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Upaya yang harus dilakukan pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang beserta Pemerintah Daerah (PEMDA) setempat adalah dapat menarik para wisatawan untuk berkunjung ke hutan wisata tersebut. Pengunjung suatu kawasan wisata sangat bergantung dari fasilitas-fasilitas apa yang mampu ditawarkan suatu objek wisata, sehingga diharapkan pengelola dapat mengetahui karakteristik-karakteristik apa saja yang dimiliki pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar yang nantinya diharapkan akan membantu pengelola dalam menetapkan kebijakan pengelolaan wisata untuk masa yang akan datang. Daya tarik yang dimiliki oleh Hutan Wisata Punti Kayu Palembang adalah sesuatu yang bersumber pada karakteristik objek wisatanya yang dapat mengembangkan prinsip-prinsip perlindungan keanekaragaman jenis tumbuhan hayati dan satwa serta mampu memperhatikan konsep-konsep konservasi. Namun, karakteristik yang indah dari kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dirusak dengan tingkah laku pengunjung yang membuang sampah tidak pada tempatnya, cenderung merusak properti yang ada, dan cenderung berkelakuan ”kurang baik” pada saat berwisata. Hal tersebut yang dapat membuat wisatawan enggan berkunjung ke objek wisata alam ini. Berdasarkan penelitian terdahulu, apabila terjadi penurunan jumlah kunjungan wisata, maka diduga akan berdampak langsung kepada perekonomian masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu
5
Palembang, terutama pada masyarakat sekitar yang memiliki usaha di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu tersebut. Dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian masyarakat sekitar dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan hal yang perlu dikaji lebih dalam. Sejauh ini belum ada studi tentang analisis dampak ekonomi kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sehingga nilai dampak ekonomi dari kegiatan wisata bagi masyarakat lokal belum dapat diketahui. Pada dasarnya, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan kawasan konservasi. Namun, di kawasan konservasi tersebut ada zona yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata (di luar zona inti kawasan konservasi). Zona yang akan dimanfaatkan untuk kegiatan wisata diharapkan dapat memberikan pemasukan. Pada akhirnya, pemasukan tersebut juga akan digunakan untuk pelestarian kawasan konservasi. Dari adanya kegiatan wisata pula diharapkan dapat memunculkan dampak ekonomi, baik dampak ekonomi secara langsung, tidak langsung, maupun dampak ekonomi lanjutannya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang ada di kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang: 1. Bagaimana karakteristik yang dimiliki oleh pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang? 2. Apa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang? 3. Bagaimana dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang?
6
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka
muncul beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu: 1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 3. Mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat dari kegiatan wisata di sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 1.4.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah: 1)
Penelitian ini dilakukan di objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
2)
Masyarakat yang menjadi responden adalah kepala keluarga atau anggota dari keluarga tersebut yang berada di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu.
3)
Pengunjung yang menjadi responden adalah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, baik yang berkelompok ataupun individu.
4)
Unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menjadi responden adalah masyarakat lokal di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
5)
Analisis dampak ekonomi dilihat dari sisi arus uang yang terjadi di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
7
1.5.
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang
berlokasi di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini pula memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal sekitar objek wisata tersebut yang diteliti dan dilihat dari sisi pengeluaran wisatawannya (tourism expenditure), serta penggunaan Keynesian models sebagai alat analisis yang mengandung keterbatasan untuk menganalisis dampak ekonomi dari pariwisata. Dampak ekonomi lanjutan (induced) hanya diukur dari sisi pengeluaran tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang saja (tidak termasuk pengeluaran para pemilik unit usaha). 1.6.
Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Sumatera Selatan dan stakeholder terkait lainnya berperan dalam pengelolaan dan pengembangan sektor pariwisata, khususnya wisata yang berbasiskan alam dan dari hasil penelitian ini juga diharapkan agar pemerintah memperhatikan kondisi sarana dan prasarana yang terindikasi masih kurang baik pemanfaatannya, dalam mendukung kegiatan pariwisata di Provinsi Sumatera Selatan. 2. Bagi pengelola wisata, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pengelolaan wisata di masa yang akan datang. 3. Bagi akademisi, sebagai bahan tambahan dan rujukan untuk penelitianpenelitian selanjutnya, serta dapat dijadikan sebagai pelengkap disiplin ilmu.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Pariwisata Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dalam Alexa (2009), yang
dimaksud pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata meliputi: semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi, peninggalan-peninggalan sejarah, museum, waduk, tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah (keindahan alam, gunung berapi, danau, dan pantai), serta pengusahaan jasa dan sarana pariwisata. Berbeda menurut Pendit (1999), pariwisata dapat diartikan sebagai salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan dan standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktifitas lainnya. Institut of Tourism Britain menyatakan pula bahwa pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-hari dengan berbagai kegiatan selama seharian atau lebih (Susilowati, 2009). Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan dimana orang-orang berpergian ke suatu tempat dalam jangka waktu yang pendek dan melakukan kegiatan di tempat tersebut selama seharian atau lebih, serta pengelola wisatanya akan mendapatkan tambahan penghasilan dari orang-orang yang berwisata ke tempat tersebut.
9
2.2.
Wisata Alam Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, yang dimaksud dengan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Lain halnya dengan Pasal 31 dari Undang-Undang No.5 Tahun 1990 yang menyebut bahwa taman wisata alam itu sebagai suatu kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta menunjang budidaya dan wisata alam. Pasal 34 menyebutkan pula bahwa pengelolaan taman wisata alam dilaksanakan oleh pemerintah (Alexa, 2009). Kesimpulan dari uraian di atas adalah objek wisata alam merupakan sumberdaya alam yang berpotensi dan berdaya tarik bagi wisatawan serta ditujukan untuk pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupun pembudidayaan, sedangkan wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan tata lingkungannya. Umumnya, daya tarik dari wisata alam ini adalah kondisi alamnya itu sendiri. Objek wisata alam dapat diklasifikasikan seperti yang ada di bawah ini: 1. Flora dan Fauna Jenis flora dan fauna yang ada memiliki keunikan dan kekhasan tertentu, contohnya: Bunga Rafflessia, Kantong Semar, Badak Bercula Satu, Harimau Sumatera, Beruk, dan Orang Utan.
10
2. Keunikan dan kekhasan ekosistem Sesuai dengan keadaan geografis kawasan yang bervariasi, maka muncul ekosistem yang unik dan khas seperti ekosistem pantai, hutan, daratan rendah, hutan hujan tropis, mangrove, gambut, dan rawa. 3. Gejala alam Potensi objek wisata alam berupa gejala alam, antara lain: kawah, sumber air panas, gleiser, air terjun, dan matahari terbit. 4. Budidaya sumberdaya alam Potensi objek wisata yang berupa budidaya sumberdaya alam, misalnya sawah, perkebunan, perikanan, dan kebun binatang. 2.3.
Pengertian Hutan Wisata Menurut Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 687/KPTS II/1989 Bab
I Ketentuan Umum, Pasal 1 Ayat 1: bahwa hutan wisata adalah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus, dibina, dan dipelihara guna kepentingan pariwisata dan wisata buru, sedangkan hutan wisata yang memiliki keindahan alam dan ciri khas tersendiri sehingga dapat dimanfaatkan bagi kepentingan rekreasi dan budaya disebut taman wisata (Alexa, 2009). Hutan wisata merupakan salah satu bagian dari wisata alam. Hutan wisata pula masuk dalam klasifikasi kawasan ex-situ. Dimana kawasan ex-situ memiliki arti sebagai kawasan konservasi dari flora dan fauna di luar habitat aslinya, contonya adalah wisata di Kebun Raya Bogor. Hutan wisata ini pula memiliki arti penting terhadap keberadaannya. Selain dapat dimanfaatkan sebagai paru-paru kota yang dapat mengurangi polusi
11
udara di lingkungan sekitar, hutan wisata inipun memiliki fungsi sebagai kawasan konservasi. Ada zona pada kawasan konservasi pula yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Kawasan yang akan dijadikan sebagai tempat wisata ini diharapkan dapat memberikan pemasukan untuk pelestarian kawasan konservasi tersebut. 2.4.
Wisatawan World Tourism Organization (WTO) menyebut wisatawan sebagai
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa negara di luar tempat tinggal biasanya atau keluar dari lingkungan tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan memiliki tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Terminologi ini mencakup penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang datang dari negara lain dan kembali dengan catatan bermalam. Menurut Udayana United Tourism (2010), terdapat ciri-ciri perjalanan wisata yang membedakan wisatawan dari orang-orang lain yang bepergian: 1. Sementara, untuk membedakannya dari perjalanan tiada henti yang dilakukan orang petualang (tramp) dan pengembara (nomad). 2. Sukarela atau atas kemauan sendiri, untuk membedakannya dari perjalanan terpaksa yang harus dilakukan orang yang diasingkan (exile) dan pengungsi (refugee). 3. Perjalanan pulang pergi, untuk membedakannya dari perjalanan satu arah yang dilakukan orang yang berpindah ke negeri lain (migrant). 4. Relatif lama, untuk membedakannya dari perjalanan pesiar (excursion) atau bepergian (tripper).
12
5. Tidak berulang-ulang, untuk membedakannya dari perjalanan berkali-kali yang dilakukan orang yang memiliki rumah istirahat (holiday house owner). 6. Tidak sebagai alat, untuk membedakannya dari perjalanan sebagai cara untuk mencapai tujuan lain, seperti perjalanan dalam rangka menjalankan usaha, perjalanan yang dilakukan pedagang, dan orang yang berziarah. 7. Untuk sesuatu yang baru dan perubahan, untuk membedakannya dari perjalanan untuk tujuan-tujuan lain. Masih menurut Udayana United Tourism (2010), wisatawan internasional adalah setiap orang yang bepergian ke negara lain dari negara tempat tinggalnya, tujuan kunjungannya bukan untuk melakukan pekerjaan yang dibayar di negara yang dikunjunginya dan tinggal disana selama setahun atau kurang dari setahun. Seorang wisatawan internasional disebut pengunjung dalam pengertian di atas, setidak-tidaknya tinggal satu malam tetapi tidak lebih dari satu tahun di negara yang dikunjunginya dan tujuan kunjungannya dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Kesenangan: liburan, budaya, olahraga, tujuan yang menyenangkan lainnya. 2. Professional: pertemuan, perutusan, usaha. 3. Tujuan-tujuan lainnya: pendidikan, kesehatan, ziarah. 2.5.
Motivasi Berwisata Menurut Pearce et al. (1998) dalam Pandupitiyo (2011), motivasi
berwisata dapat didefinisikan sebagai penggabungan secara global jaringanjaringan biologi dan kekuatan alam yang memberi nilai dan arah dalam pilihan berwisata, perilaku, dan pengalaman dalam berwisata. Motif general yang
13
dapat digarisbawahi oleh para peneliti mengenai mengapa kepariwisataan alam ini sangat cepat berkembang adalah perilaku lingkungan yang berubah dan sifatnya merata di seluruh dunia, perkembangan pendidikan, serta perkembangan media massa. Morrison dan Rutledge pada tahun 1998 juga pernah mempresentasikan sepuluh trend yang dapat merepresentasikan persoalanpersoalan penting mengenai gambaran motif berwisata. Empat motif dari trend berwisata tersebut diantaranya adalah motif untuk mengambil pengalaman dari lingkungan, motif untuk relax di tempat yang relatif menyenangkan, motif untuk mengejar ketertarikan dan mengaplikasikan skill, serta motif untuk menjaga kesehatan dan vitalitas tubuh. 2.6.
Demand Wisata Nugraha (2008) mendefinisikan demand rekreasi adalah penduduk yang
berkeinginan dan berkemampuan untuk mengadakan perjalanan, atau dengan kata lain sebagai wisatawan. Interpretasi awal dari sebuah demand adalah apa yang orang akan atau dapat lakukan apabila diberi suatu pilihan. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam memperkirakan demand rekreasi, yaitu orientasi pada pemikiran tentang apa yang sebaiknya orang lakukan dan untuk memberi tahu apa yang orang inginkan. Faktor-faktor penentu demand pariwisata merupakan faktor yang bekerja di masyarakat dalam mendorong, serta menetapkan batas volume permintaan terhadap liburan dan perjalanan. Faktor penentu demand pariwisata tersebut juga menjelaskan mengapa populasi dari beberapa negara memiliki kecenderungan tinggi untuk berpartisipasi dalam kegiatan wisata, sedangkan ada populasi di negara lain yang masih memiliki kecenderungan rendah untuk melakukan
14
kegiatan wisata. Faktor penentu ini harus dibedakan dari motivasi dan perilaku konsumennya. Beberapa peneliti telah menjelaskan bahwa motivasi merupakan faktor internal yang bekerja di dalam setiap individu, dinyatakan sebagai kebutuhan, keinginan, serta memiliki keinginan bahwa pariwisata dapat mempengaruhi pilihan seseorang (Vanhove, 2005). Menurut Vanhove (2005) juga, seorang manager pemasaran harus mengetahui mengapa dan bagaimana konsumen membuat pilihan dalam menentukan tempat tujuan dari liburan mereka. Selain itu, manager pemasaran perlu memahami bagaimana faktor internal dari psikologis konsumen yang dapat mempengaruhi pemilihan tempat untuk berlibur, serta jenis produk wisata apa yang ditawarkan di tempat tersebut. Dalam pemasaran, proses ini dikenal sebagai aspek dari perilaku pembeli. Ada sembilan faktor penentu seseorang dalam melakukan kegiatan wisata. Faktor-faktor penentu dalam melakukan kegiatan wisata menurut Vanhove (2005), antara lain: 1. Faktor ekonomi 2. Faktor perbandingan harga 3. Faktor demografis 4. Faktor geografis 5. Sikap sosial-budaya 6. Mobilitas 7. Peraturan yang ditetapkan pemerintah setempat 8. Media komunikasi, serta 9. Teknologi informasi dan komunikasi.
15
2.7.
Dampak Pariwisata Secara Umum Dampak pariwisata secara umum dibagi dalam tiga kelompok besar. Tiga
kelompok besar tersebut diantaranya, pertama adalah dampak sosio-ekonomik yang mengkaji tentang peningkatan pendapatan individual dan komunal, kedua dampak sosio-kultural yang mengkaji dari sudut pandang pelanggaran/terusiknya sistem budaya dan religi, menjembatani perbedaan/meningkatkan saling pengertian, kepedulian lokasi terhadap pelestarian budaya, dan efek demonstrasi, serta yang ketiga mengenai dampak terhadap lingkungan. Dampak terhadap lingkungan ini mengkaji tentang peningkatan kesadaran masyarakat lokal terhadap lingkungan, penurunan kualitas lingkungan, dan perbaikan kualitas lingkungan (Pratiwi, 2010). 2.8.
Dampak Ekonomi Pariwisata Sektor pariwisata mampu memberikan manfaat ekonomi terhadap suatu
wilayah atau negara karena sektor pariwisata ini mampu menyediakan opportunity bagi pekerjaan, terutama pekerjaan di bidang jasa pariwisata. Sektor wisata juga pada umumnya dapat membantu meningkatkan pendapatan suatu negara, baik di kalangan internasional, nasional, regional maupun lokal. Selain itu, sektor pariwisata dapat membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Hal ini disebabkan karena uang yang masuk ke daerah tersebut akan digunakan seseorang untuk membuka bisnis baru di sektor wisata (Rowe A et al. 2002). Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan, yaitu (1) Kalangan usaha dan badan-badan pemerintah
16
selaku penerima pengeluaran wisatawan, (2) Bidang usaha lainnya selaku pemasok barang dan jasa kepada usaha di bidang pariwisata, (3) Rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan di bidang pariwisata dan industri penunjangnya, (4) Pemerintah melalui berbagai macam pajak dan pungutan resmi dari wisatawan, usaha, dan rumah tangga. Pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah dapat berupa dampak langsung (direct effects) yang diterima unit usaha dari pembelanjaan pengunjung, dampak tidak langsung (indirect effects) berupa pengeluaran yang dikeluarkan unit usaha untuk pembayaran upah tenaga kerja pada unit usaha, sedangkan dampak ikutannya (induced effects) berupa perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan dari pembelanjaan tenaga kerja tersebut untuk kebutuhan konsumsinya (Vanhove, 2005). Employee wages
Tourism spending
Local tourism business
Leakages
Other local business Sumber: Eagles and McCool (2002) dalam Milasari (2010)
Gambar 1. Dampak Ekonomi dari Pengeluaran Pengunjung 2.9.
Dampak Ekonomi Pariwisata Alam Terhadap Ekonomi Wilayah Konsep multiplier merupakan istilah yang digunakan untuk menghitung
manfaat dari pariwisata di suatu regional. Pengeluaran wisatawan berupa uang di daerah tujuan wisata dapat memberikan manfaat langsung maupun manfaat tidak langsung yang diterima oleh unit-unit usaha yang berkembang. Suatu objek wisata yang mampu menawarkan fasilitas wisata, seperti hotel,
17
atraksi-atraksi wisata, serta penyewaan jasa transportasi di lokasi wisata merupakan contoh manfaat langsung yang diterima yang berasal dari pengeluaran pengunjung.
Bisnis
lainnya
yang
dapat
mengambil
manfaat dengan
adanya kegiatan wisata, diantaranya toko-toko souvenir, bank/atm, serta bisnisbisnis yang mampu menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan wisatawan (Rowe A et al. 2002). Efek pengganda uang terus sampai akhirnya “kebocoran” dari ekonomi melalui pembelian barang dari negara lain (mengimpor barang tersebut). Kebocoran ekonomi dari pengeluaran wisatawan dimulai sebelum wisatawan tersebut mencapai daerah tujuan wisatanya. Kebocoran ekonomi dari pariwisata kemungkinan dapat digambarkan sebagai total pendapatan yang gagal didapatkan di sistem ekonomi daerah tujuan wisata, dari total pengeluaran wisatawan. Faktor-faktor yang mungkin meningkatkan tingkat kebocoran ekonomi, dan mengurangi profit (keuntungan) ekonomi dari pariwisata untuk masyarakat sekitar objek wisata diantaranya termasuk tingkat kepemilikan asing dari industri pariwisata serta bagi hasil kepada pemegang saham yang tinggal di luar daerah tersebut, makanan dan minuman yang berasal dari luar daerah tujuan wisata. 2.10. Penelitian Terdahulu Studi mengenai pengukuran dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata telah dilakukan oleh Milasari (2010), yaitu tentang analisis dampak ekonomi kegiatan wisata alam di Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor. Pendugaan nilai dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat sekitar menggunakan efek penggandaan (multiplier) dari sisi arus uang yang terjadi di Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data yang
18
diperolehnya, didapat nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 1,07, nilai Ratio Income Multiplier Tipe 1 sebesar 1,22, serta nilai Ratio Income Multiplier Tipe 2 sebesar 1,37. Berdasarkan hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan objek wisata Tirta Sanita secara nyata memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat sekitar objek wisata tersebut. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Astana et al (2007) yang melihat Multiplier Effect terhadap industri pembibitan gerakan nasional rehabilitasi hutan dan lahan (Studi Kasus di Jawa Barat: Desa Sirnaya, Jawa Tengah: Desa Golo, dan Jawa Timur: Desa Margomulyo). Multiplier Effect yang dilihat dari penelitian ini adalah dari sektor output yang digunakan, pendapatan, dan tenaga kerja yang dilibatkan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Multiplier Effect dari output dari kegiatan tersebut berkisar 1,000-1,017 untuk tipe 1 (tidak memperhitungkan induksi konsumsi) dan untuk tipe 2 (memperhitungkan induksi konsumsi) berkisar antara 1,182-1,541. Angka ini memiliki arti bahwa jika pemerintah mengeluarkan anggaran sebesar satu juta rupiah untuk bibit tanaman hutan, maka total output seluruh sektor dalam perekonomian diharapkan akan meningkat berkisar antara Rp 1.182.000,- sampai Rp 1.541.000,-. Multiplier Effect dari output pada sektor pembibitan dapat digolongkan kecil. Sedangkan, Multiplier
Effect
sektor
pendapatannya
dilihat
dari
tipe
2
yang
mempertimbangkan induksi konsumsi berkisar antara 1,182-1,694 dan Multiplier Effectnya ini masih tergolong kecil juga. Dari sisi tenaga kerja yang dilibatkan dalam kegiatan pembibitan ini memiliki nilai Multiplier Effect dari tipe 1 dan 2 berturut-turut berkisar antara 1,000-1,002 dan 1,001-1,032. Nilai Multiplier Effect tenaga kerja dari sektor pembibitan di desa Gerhan contoh sebesar 1,032 memiliki
19
arti jika permintaan akhir terhadap output di sektor pembibitan meningkat sebesar satu satuan moneter, maka total serapan tenaga kerja seluruh sektor dalam perekonomian desa Gerhan akan meningkatkan sebesar 1,032 tenaga kerja (menciptakan satu orang tenaga kerja). Keuntungan dari berkembangnya ekowisata di suatu daerah bagi pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih besar dan penting, tetapi jarang diperhitungkan Multiplier Effectnya. Menurut Drumm (1991), koefisien multiplier effect yang ada di Oriente, Ekuador sebesar 1,17. Angka ini memiliki arti bahwa setiap wisatawan yang membelanjakan uangnya sebesar US$ 1,0, maka dihasilkan income untuk Ekuador sebesar US$ 1,17. Rifqa (2010) mengestimasi dampak ekonomi dari kegiatan wisata di kawasan wisata Pantai Swarna. Dari hasil penelitian yang dilakukannya, diperoleh nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,39 serta Ratio Income Multiplier tipe I dan II sebesar 1,27 dan 1,52. Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa kawasan wisata Pantai Swarna sudah memberikan dampak ekonomi, namun masih sangat kecil.
20
III. KERANGKA PEMIKIRAN Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata di Sumatera Selatan yang letaknya kurang lebih enam kilometer dari pusat Kota Palembang. Sejak tahun 1986 hasil kesepakatan antara pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dengan Departemen Kehutanan berupaya menjadikan zona pemanfaatan pada kawasan konservasi area hutan wisata tersebut, sebagai kawasan wisata yang pada saat ini bernama ”Hutan Wisata Punti Kayu Palembang”.
Hutan
Wisata
Punti
Kayu
Palembang
memiliki
konsep
pengembangan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip perlindungan terhadap keanekaragaman jenis tumbuhan hayati dan satwa. Potensi yang dimiliki oleh Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berupa panorama hutan pinus (Pinus merkusii) yang memiliki nilai estetika pemandangan yang menarik. Potensi wisata yang ada di kawasan hutan wisata ini adalah sebuah modal dasar dalam menarik pengunjung untuk berwisata, namun memiliki indikasi bahwa pengelolaannya belum dikelola secara optimal. Beberapa permasalahan yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang antara lain, tingkah laku pengunjung yang membuang sampah tidak pada tempatnya, cenderung merusak properti yang ada, dan kelakuan pengunjung yang cenderung berkelakuan ”kurang baik” pada saat berwisata. Hal-hal di atas merupakan hal yang dapat menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang erat kaitannya dengan wisatawan, sehingga sangat penting bagi pengelola kawasan wisata itu untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan gambaran umum penilaian pengunjung maupun masyarakat lokal. Pengunjung dan masyarakat lokal yang dimaksud adalah
21
mereka yang memiliki kontribusi penuh dalam kegiatan wisata. Dari hal tersebut pula diharapkan ada tambahan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan. Tingkat permintaan atau kunjungan wisatawan pun akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat lokal, seperti peningkatan pendapatan dan menciptakan lapangan pekerjaan. Selama melakukan perjalanan wisata akan mendorong terciptanya transaksi ekonomi bagi sektor-sektor penyedia barang dan jasa yang berasal dari pengeluaran
wisatawan
(tourist
expenditure).
Setiap
tingkat
perubahan
pengeluaran wisatawan akan berpengaruh terhadap perubahan output, upah/gaji, kesempatan bekerja, penerimaan devisa, dan neraca pembayaran. Adanya transaksi tersebut dapat menimbulkan dampak pada sektor perekonomian lainnya. Dari hal di atas, muncullah sesuatu yang perlu dikaji lebih dalam terkait adanya dampak ekonomi terhadap sektor pariwisata. Penelitian ini pertama bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pengunjung yang akan dapat menentukan bagaimana kualitas pengunjung yang berwisata, unit usaha dan tenaga kerja lokal yang akan memberikan gambaran tentang pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Kedua, mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap demand pariwisata di lokasi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang agar dapat memprediksi bagaimana permintaan terhadap wisata ini. Tujuan yang ketiga adalah mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terhadap kehidupan ekonomi masyarakat lokal yang merupakan indikator utama dalam mengetahui perkembangan wisata menguntungkan masyarakat, guna untuk meningkatkan
22
kesejahteraan mereka sendiri. Alur berpikir yang peneliti gunakan di dalam penelitian ini digambarkan pada Gambar 3 di bawah ini. Ada indikasi belum optimalnya pengelolaan kawasan wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Harus ada pengelolaan yang baik dan berwawasan lingkungan di kawasan wisata alam tersebut
Dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar
Karakteristik dan penilaian responden
Faktor-faktor yang mempengaruhi demand wisata
Analisis Deskriptif
Analisis Regresi Poisson
Langsung (Direct)
Tidak Langsung (Indirect)
Ikutan (Induced)
Analisis Multiplier
Nilai dampak ekonomi
Rekomendasi pengembangan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian
23
IV. METODE PENELITIAN 4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang yang terletak di Jalan Kolonel H Burlian KM 6.5, Kecamatan Sukarami, Palembang, Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya objek wisata alam yang berada di Provinsi Sumatera Selatan, namun memiliki indikasi bahwa pengelolaan kawasan wisatanya belum optimal. Pengambilan data di lapangan dilakukan mulai bulan Februari-Maret 2011. Data yang diperoleh melalui survei lapang dan wawancara terhadap setiap pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang ditemui saat penelitian. Selain itu juga, peneliti melakukan wawancara terhadap pengelola, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 4.2.
Jenis dan Sumber Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder
yang
diolah
baik
secara
kuantitatif
maupun
kualitatif
dan
diinterpretasikan secara deskriptif. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuisioner yang telah disediakan oleh peneliti. Data primer tersebut meliputi karakteristik pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, pendapatan dari unit usaha, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal di lokasi wisata, dan keterlibatan masyarakat sekitar.
24
Data sekunder dalam penelitian meliputi keadaan umum lokasi wisata (sejarah, sarana dan prasarana, letak dan batas kawasan, serta keadaan fisik) dan jumlah kunjungan wisatawan yang diperoleh dari Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) dan Dinas Kehutanan setempat, pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta studi literatur terkait lainnya. 4.3.
Metode Pengambilan Sampel Pengunjung yang menjadi responden diambil dengan menggunakan
metode non-probability sampling. Metode ini memiliki arti dimana setiap objek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden (Mustafa, 2000). Responden dipilih dengan menggunakan metode convenience sampling, dimana peneliti mengambil contoh yang sembarang, mudah tersedia, atau kebetulan ditemui saja. Masih menurut Mustafa (2000) bahwa dalam memilih sampel, seorang peneliti tidak memiliki pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tersebut berada di sekitar kita atau kebetulan peneliti telah mengenal orang tersebut. Oleh karena itu, ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling (tidak disengaja) atau captive sample (man on the street). Hal ini akan dapat menghemat biaya penelitian dan relatif mudah, namun tentunya juga harus dapat menjamin tingkat ketelitian. Jumlah responden yang diambil dari penelitian ini adalah wisatawan sebanyak 46 orang. Wisatawan yang menjadi responden adalah wisatawan domestik yang bersedia menjadi responden dan memiliki kesediaan untuk menjawab keseluruhan pertanyaan yang ada di dalam kuisioner. Menurut Wardiyanta (2006), penelitian deskriptif mensyaratkan batas minimal sampel 10%
25
dari populasi, penelitian korelasi memiliki batas minimal 30 subyek penelitian, dan penelitian eksperimen memiliki batas minimal sampelnya 50 subyek per kelompok. Jumlah sampel dalam penelitian korelasi tersebut, sudah dianggap layak bagi seorang peneliti untuk melakukan penelitian dan pengujian secara statistik. Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha dan tenaga kerja lokal, serta masyarakat sekitar dilakukan dengan metode purposive sampling. Dimana responden tersebut dipilih dan disesuaikan berdasarkan suatu kriteria tertentu, yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha mereka. Jumlah responden unit usaha dan tenaga kerja lokal diambil dari jumlah real yang ada di lapangan, yaitu sebanyak 10 responden tenaga kerja lokal dan 7 responden dari unit usaha. Jumlah ini ditentukan dikarenakan responden tenaga kerja lokal dan unit usaha jumlahnya tidak mencapai 30 orang dan kedua tipe responden tersebut bersifat relatif homogen. Pengambilan contoh responden untuk masyarakat sekitar juga melihat pertimbangan kriteria responden terpilih. Adapun kriteria yang dimaksud peneliti adalah jika masyarakatnya mengetahui tentang keberadaan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dari kriteria yang dimaksud peneliti, maka diambillah sebanyak 20 orang responden untuk masyarakat lokal. 4.4.
Analisis Data Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang dilakukan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
26
Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data No.
Tujuan Penelitian
Sumber Data
Metode Analisis Data
1.
Identifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
Wawancara dengan menggunakan kuisioner
Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Office Excel.
2.
Kajian mengenai faktorfaktor sosial-ekonomi yang mempengaruhi fungsi demand wisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
Wawancara dengan menggunakan kuisioner
Analisis regresi Poisson dengan software SAS.
3.
Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
Wawancara dengan menggunakan kuisioner
Keynesian Income Multiplier dengan menggunakan Microsoft Office Excel.
4.4.1. Analisis Faktor- Faktor Sosial Ekonomi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
dari Demand Pariwisata
Demand pariwisata hanya terdefinisi untuk bilangan bulat yang tidak pernah negatif, sehingga untuk mengestimasi demand pariwisata dapat dilakukan dengan model Negatif Binomial maupun model Poisson. Perhitungan nilai ekonomi dengan menggunakan analisis regresi Poisson, dimana menurut Walpole (1993) dan Djuanda (2009), regresi Poisson tidak seperti regresi linear biasa yang dapat diduga dengan ordinary least square (OLS) dimana R-squares tidak terlalu
27
penting untuk regresi Poisson karena R-squares dalam regresi Poisson bersifat parametrik dan telah dimasukkan ke dalam model. Hal ini bukan berarti bahwa model yang akan dibangun mampu meramalkan jumlah kunjungan seseorang ke suatu objek wisata dengan tepat (akurat) secara pasti. Dalam regresi Poisson, pengaruh koefisien dari independent variable ditafsirkan sedikit berbeda dengan hasil yang diperoleh dari regresi linear dengan OLS. Sebagai contoh, koefisien dalam regresi linear yang bertanda positif akan meningkatkan nilai dependent variable. Berbeda dengan regresi Poisson, nilai independent variable yang bertanda positif berarti akan meningkatkan peluang rata-rata kejadian (Walpole, 1993). Dalam regresi dengan metode OLS dapat dinyatakan bahwa apabila terjadi peningkatan terhadap suatu independent variable tertentu sebanyak satu satuan, maka akan meningkatkan nilai koefisien dari dependent variablenya, cateris paribus. Jika dalam regresi Poisson, apabila terjadi peningkatan terhadap suatu independent variable yang bertanda positif maka akan meningkatkan pula peluang rata-rata dependent variablenya, cateris paribus. Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi demand pariwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tiap individu pertahun kunjungan, yaitu: Ln(Y) = b0 - b1X1 + b2X2 + b3X3 - b4X4 - b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 b9X9 + b10X10 + ε dimana: Ln(Y)
= Jumlah kunjungan per trip tahunan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jumlah kunjungan per tahun)
X1
=Biaya perjalanan individu ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (rupiah)
X2
= Pendapatan responden (rupiah per tahun)
28
X3
= Umur responden (tahun)
X4
= Jarak tempuh ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (km)
X5
= Waktu tempuh ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jam)
X6
= Lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jam)
X7
= Jumlah tanggungan keluarga (orang)
X8
= Jumlah rombongan (orang)
X9
=Pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (tahun)
X10
= Taraf pendidikan responden (tahun)
ε
= Error term
b1-b10
= Koefisien regresi untuk faktor X1-X10
Variabel-variabel di atas dipilih karena berdasarkan teori-teori, penelitian terdahulu, dan observasi di lapang. Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini akan diolah dengan menggunakan program SAS untuk membentuk model regresi berganda. 4.4.2. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Analisis dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata yaitu, unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata (Vanhove, 2005). Informasi penting yang diambil terkait dengan dampak ekonomi dari kegiatan wisata adalah: (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh unit usaha tersebut, (3) proporsi dari perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, dan pajak. Sejumlah
29
informasi tersebut diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak langsung (direct impact) dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi. Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk berwisata. Informasi penting yang diambil terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi dari pengeluaran sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, dan (4) kondisi pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha ini. Informasi yang diharapkan dapat memperkirakan dampak tidak langsung (indirect impact) dan dampak ikutan (induced impact) dari pengeluaran pengunjung. Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal. Informasi penting yang diambil terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai keuntungan dan kerugian yang timbul akibat adanya kegiatan wisata tersebut. Informasi yang didapatkan dari responden akan memberikan info mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang akan berdampak langsung, tidak langsung, maupun ikutan bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dalam mengukur dampak ekonomi suatu kegiatan wisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu (Vanhove, 2005):
30
1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran pengunjung yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal. 2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini dapat mengukur dampak tidak langsung dan dampak ikutan. Secara matematis dirumuskan : Keynesian Income Multiplier
= D+N+U E
Ratio Income Multiplier, Tipe I =
D+N D
Ratio Income Multiplier, Tipe II = D+N+U D dimana: E
= Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah)
D
= Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah)
N
= Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah)
U
= Pendapatan lokal yang diperoleh secara ikutan (induced) dari E (rupiah) Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe I,
Ratio Income Multiplier Tipe II memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol (≤ 0), maka lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya,
31
2. Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu (0 < x < 1), maka lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah, dan 3. Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1), maka lokasi wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya. Identifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari objek wisata ini, selanjutnya dapat diidentifikasi barang atau jasa yang belum tersedia di lokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut, serta keuntungannya bagi masyarakat sekitar objek wisata. Dengan adanya estimasi dampak ekonomi pariwisata ini pula, maka dapat dijadikan rekomendasi bagi pengelola wisata dan Pemerintah Daerah setempat untuk pengembangan objek wisata tersebut lebih lanjut. 4.4.3. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan dipengaruhi oleh biaya perjalanan ke lokasi wisata, jarak tempuh, waktu tempuh, dan pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang yang diduga akan berpengaruh nyata secara negatif terhadap kali kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 2. Tingkat pendapatan, umur, lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, jumlah tanggungan keluarga, jumlah rombongan, dan taraf pendidikan yang diduga akan berpengaruh nyata secara positif terhadap kali kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
32
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan satu-satunya hutan wisata yang berada di Provinsi Sumatera Selatan. Kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini juga merupakan kawasan konservasi yang memiliki konsep pengembangan
yang
berdasarkan
pada
prinsip
perlindungan
terhadap
keanekaragaman hayati jenis flora dan fauna. Potensi yang dimiliki hutan wisata ini adalah panorama hutan pinus (Pinus merkusii) yang bernilai estetika pemandangan menarik, serta adanya hewan-hewan liar yang berkeliaran di sekitaran hutan wisata ini, seperti kera ekor panjang dan beruk. Menurut sejarah, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang awalnya bernama Taman Sari dan dahulunya juga merupakan lahan milik Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Pada tahun 1970-an berganti nama menjadi Taman Syailendra dan akhirnya pada tahun 1985 melalui Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 57/KPTS II/1985, hutan wisata ini memiliki nama Hutan Wisata Punti Kayu Palembang hingga sekarang keberadaannya. Namun sejak tahun 1993, hutan wisata ini dipercayakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan beserta Departemen Kehutanan (pada waktu itu) untuk dikelola oleh PT. Indosuma Putra Citra. Perusahaan tersebut melakukan kontrak selama 30 tahun untuk mengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dilihat secara geografis, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terletak diantara: 103° 11’-103° 40” BT dan 3° 11’-3° 12” LS. Jika dilihat secara administratif pemerintahan, hutan wisata ini berada di Jalan Kolonel H Burlian KM 6.5 Kecamatan Sukarame, Palembang, Sumatera Selatan. Dilihat dari letaknya, Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini berada di kawasan yang
33
strategis dan rata-rata mudah untuk dijangkau oleh pengunjungnya. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang pun hanya berada sekitar 6,5 Km dari pusat Kota Palembang
dan
sudah
banyak
sekali
transportasi
umum
yang
dapat
menjangkaunya, seperti bus kota, angkutan kota, dan angkutan khusus “Bus Transmusi”. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki 4 blok area wisata. Empat blok tersebut terdiri dari: blok A, blok B, blok C, dan blok D. Blok A berisikan arena kolam renang, tempat gardening party yang memiliki kapasitas 1000 orang, dan lima buah joglo yang digunakan untuk melakukan pertemuan-pertemuan. Blok B berisikan danau, panggung musik, arena outbound, arena aneka satwa langka, dan arena bermain anak seperti kincir ria, komedi putar, jet putar, dan lain sebagainya. Adapun blok C berisikan lokasi penanaman tanaman dan hutan Pinus yang memiliki luas sekitar 5 hektar, sedangkan blok D merupakan area mushallah dan gerbang masuk Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Di kawasan wisata ini juga terdapat kantin yang menjual makanan khas daerah Sumatera Selatan, warung-warung snack dan minuman, serta tukang foto keliling yang berkerja hanya pada hari minggu atau libur-libur nasional saja. Kantin dan warung-warung snack tersebut dikelola sendiri oleh masyarakat lokal yang berdomisili di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tidak terdapat kios cinderamata yang menjual souvenirsouvenir khas Sumatera Selatan dikarenakan toko souvenir tersebut telah disiapkan Pemerintah Kota Palembang di lokasi khusus penjualan souvenir. Tiket masuk yang diberlakukan di hutan wisata tersebut relatif berbeda berdasarkan kategori usia pengunjungnya. Pengunjung dewasa membayar tiket
34
masuk sebesar Rp 5.000,- dan Rp 3.000,- untuk pengunjung anak-anak yang berusia di bawah 7 tahun. Tidak ada perbedaan harga tiket masuk pada hari biasa (senin-sabtu) dan hari minggu atau libur nasional. Pada hari minggu atau libur nasional hanya diberikan fasilitas tambahan berupa atraksi gajah, menunggang kuda, dan arena outbound sebagai nilai tambah dan daya tarik bagi pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Arena wisata yang berada di 4 blok di atas memiliki harga tiket masuk yang berbeda-beda pula. Berikut ini ditampilkan daftar harga tiket masuk di setiap arena wisata (Tabel 3). Tabel 3. Daftar Harga Tiket Masuk di Arena Wisata Hutan Wisata Punti Kayu Arena Wisata Arena danau Fasilitas perahu dayung Tiket masuk di arena bermain anak Fasilitas kincir ria, komedi putar, dan jet putar Arena satwa Tiket masuk arena kolam renang Arena Outbound (Flying Fox): a. Dewasa b. Anak-anak
Harga Tiket Masuk (Rp. /orang) 2.000 10.000 3.000 3.000 5.000 20.000 15.000 10.000
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
35
GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1.
Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal
dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan domestik saja). Belum ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) dikarenakan promosi yang dilakukan pengelola wisata belum sampai kepada tahap promosi ke negara-negara tetangga. Wisatawan yang berkunjung ke hutan wisata ini cenderung ramai jika pada hari minggu atau libur-libur nasional, sedangkan pada hari senin sampai sabtu (hari biasa) objek wisata ini sepi pengunjung. Pengunjung hari biasa, biasanya didominasi oleh remaja (anak SMA atau SMP) dan rombongan dari TK atau SD yang ada di dalam atau di luar Kota Palembang saja. Berbeda pada saat hari minggu atau libur nasional, pengunjung biasanya didominasi oleh rombongan keluarga (orang tua dan anak). Jumlah responden yang dipilih untuk pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sebanyak 46 orang, terdiri atas 72% responden perempuan dan 28 % responden laki-laki. 6.1.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Pengunjung (Wisatawan) Karakteristik sosial ekonomi pengunjung dilihat dari umur, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, pendapatan per bulan, dan jumlah tanggungan. Karakteristik lain misalnya asal daerah, cara kedatangan, jenis kendaraan yang digunakan, jumlah rombongan, serta kegiatan yang biasa dilakukan pada saat berwisata. Berdasarkan karakteristik di atas, pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki karakteristik sosial ekonomi sebagai berikut:
36
6.1.1.1. Umur Kemampuan fisik dan produktifitas seorang responden untuk melakukan kunjungan wisata ditentukan oleh umur responden. Selain hal itu, umur juga menjadi tolak ukur dari pola pikir seseorang dalam menentukan jenis barang dan jasa yang akan dikonsumsi, termasuk keputusan untuk berwisata. Umur juga akan mempengaruhi tipe kunjungan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Sebaran umur responden yang ditampilkan dalam penelitian ini adalah sebaran kelompok umur responden yang melakukan kunjungan pada hari biasa (seninsabtu) dan hari minggu/libur (Gambar 3).
15‐20 Tahun
21‐35 Tahun
36‐50 Tahun
24% 43% 33%
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 3. Diagram Kelompok Umur Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Gambar 3 di atas memperlihatkan bahwa sebanyak 43% pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berusia 15-20 tahun. Hal ini terjadi karena pengunjung objek wisata alam ini selalu didominasi oleh anak-anak SMA dan SMP, baik pada hari biasa maupun hari-hari libur. Sementara itu, sebanyak 33% pengunjung lainnya berusia 21-35 tahun dan sisanya sebesar 24% berusia 36-50 tahun.
37
6.1.1.2. Asal Daerah Asal daerah pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berasal dari dalam maupun luar Kota Palembang. Pengunjung yang berasal dari luar Kota Palembang berasal dari kabupaten-kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Jambi. Gambar 4 menjelaskan asal daerah pengunjung, baik pengunjung hari biasa maupun pengunjung hari minggu/libur.
Kota Palembang
Luar Kota Palembang
15%
85%
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 4. Diagram Asal Daerah Pengunjung Dari gambar di atas menunjukkan bahwa hampir semua responden berasal dari dalam Kota Palembang, yaitu sebesar 85% responden dan 15% sisanya berasal dari luar Kota Palembang. Jika diperhatikan, pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang masih didominasi oleh pengunjung yang menetap di dalam Kota Palembang, maka dari itu promosi wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang harus terus ditingkatkan agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung yang berasal dari luar Kota Palembang, bahkan hingga merambah sampai pada kawasan Sumbagsel (Sumatera Bagian Selatan).
38
6.1.1.3. Pekerjaan Pengunjung Jenis pekerjaan pengunjung, baik pengunjung hari biasa maupun minggu/ libur dibagi atas 5 kelompok pekerjaan yang terdiri atas: Pegawai Negeri Sipil (PNS), pelajar/ mahasiswa, petani, karyawan swasta, dan ibu rumah tangga (Gambar 5).
PNS Pelajar/Mahasiswa Tani
Karyawan Swasta Ibu Rumah Tangga
2% 17%
22% 7% 52%
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 5. Diagram Jenis Pekerjaan Pengunjung Dari diagram pada Gambar 5 terlihat bahwa responden yang berkunjung ke
Hutan
Wisata
Punti
Kayu
Palembang
didominasi
oleh
kelompok
pelajar/mahasiswa sebesar 52%, diikuti oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 22%, ibu rumah tangga sebesar 17%, karyawan swasta sebesar 7%, dan petani sebesar 2%. Pelajar/mahasiswa mendominasi jenis pekerjaan pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang karena sebagian besar usia pengunjungnya didominasi oleh kalangan remaja (SMA dan SMP). 6.1.1.4. Pendapatan Dalam hal ini, pendapatan per bulan suatu keluarga merupakan suatu pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja suami dan istri atau salah satu dari
39
keduanya. Apabila terdapat responden dari pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga, maka dalam hal ini pendapatannya dapat diukur dengan cara menghitung pengeluaran mereka sehari-hari dalam membelanjakan uangnya (uang saku, biasanya bagi pelajar/mahasiswa). Pada penelitian ini, peneliti membagi empat kelompok pendapatan. Sebaran kelompok pendapatan pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dapat dilihat pada Gambar 6. 500rb‐1.0jt (dagang sebagai pekerjaan lain) 1.1jt‐1.9jt 2.0jt‐3.0jt 3.1jt‐5.0jt 4% 24% 59%
13%
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 6. Diagram Sebaran Pendapatan Perbulan Pengunjung Diagram sebaran pendapatan perbulan pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terlihat seperti pada gambar di atas. Dari gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebaran pendapatan perbulan pengunjung didominasi oleh kelompok pendapatan Rp 500.000-Rp 1.000.000,- per bulannya. Gambar 6 menunjukkan bahwa proporsi yang dominan adalah kelompok pendapatan pengunjung Rp 500.000-Rp 1.000.000,- per bulannya, dengan besaran proporsi sebesar 59%. Hal ini dikarenakan pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang didominasi oleh kelompok remaja, terutama pasangan mahasiswa dan anak-anak
SMA.
Kelompok
pendapatan
pengunjung
selanjutnya
yang
40
mendominasi kunjungan hari biasa adalah pengunjung dengan kelompok pendapatan Rp 2.000.000-Rp 3.000.000,- per bulannya sebesar 24%, lalu pengunjung yang memiliki mendapatan sebesar Rp 1.100.000-Rp 1.900.000,- per bulannya sebesar 13%, dan terakhir pengunjung yang memiliki pendapatan sebesar Rp 3.100.000-Rp 4.000.000,- per bulannya memiliki proporsi sebesar 4%. 6.1.1.5. Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan di dalam berwisata memiliki pengaruh terhadap seberapa besar jumlah biaya yang dikeluarkan dalam melakukan kegiatan wisata, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi besarnya jumlah kunjungan yang akan dilakukan. Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki dua tipe pengunjung yang didasari oleh hari kunjungannya. Pengunjung hari biasa didominasi oleh kelompok pengunjung pasangan muda-mudi dan pelajar SMA/mahasiswa yang tidak memiliki tanggungan karena rata-rata dari mereka belum ada yang menikah, sedangkan pengunjung hari minggu/libur didominasi oleh kelompok keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, dan anak-anaknya (Gambar 7).
Tidak Ada
1‐5 orang
39% 61%
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 7. Diagram Jumlah Tanggungan Pengunjung
41
Pada diagram di atas terlihat bahwa sebesar 61% pengunjung tidak memiliki tanggungan dan sisanya sebesar 39% yang memiliki tanggungan. Pengunjung yang memiliki tanggungan, rata-rata memiliki 3-4 orang anak dan 1 orang istri. 6.1.1.6. Pendidikan Formal Terakhir yang Ditempuh Pendidikan formal terakhir yang ditempuh pengunjung mempengaruhi jenis pekerjaan yang mereka lakoni seperti yang telah dibahas di atas. Dari informasi di atas, didapatkan bahwa baik pengunjung hari biasa maupun hari minggu/libur didominasi oleh pengunjung yang berprofesi sebagai pelajar. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, baik pada hari biasa maupun pada hari minggu/libur memiliki pendidikan formal terakhir sebagai siswa SMP, SMA, atau lulusan Perguruan Tinggi (PT). Dalam penelitian ini, peneliti membagi tingkat pendidikan formal terakhir dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok lulusan SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi (PT). Data tergambar pada Gambar 8 di bawah ini.
SD
SMP
SMA
PT
2% 28% 39% 31%
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 8. Diagram Pendidikan Formal Terakhir Pengunjung
42
Dari Gambar 8 terbukti bahwa proporsi dominan pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh pengunjung didominasi oleh pengunjung lulusan SMP dan SMA sebesar 39% dan 31%. Adapun pengunjung lulusan perguruan tinggi (PT) sebesar 28% dan lulusan SD sebesar 2%. Hal yang demikian terjadi karena mayoritas pengunjung didominasi oleh pasangan muda-mudi dan siswasiswi SMA. 6.1.1.7. Jenis Kendaraan yang Digunakan Pengunjung Berbagai macam cara yang digunakan pengunjung untuk berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini. Mereka pada umumnya datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang menggunakan kendaraan, seperti mobil dan motor pribadi, serta kendaraan umum. Berikut gambar mengenai jenis kendaraan yang digunakan pengunjung pada saat berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang.
Mobil Pribadi
Motor Pribadi
Kendaraan Umum
32%
46%
22%
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 9. Diagram Jenis Kendaraan yang Digunakan Pengunjung Gambar 9 menunjukkan sebanyak 46% pengunjung mengendarai mobil pribadi dalam berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Sebanyak 32%
43
nya berkunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dengan menggunakan kendaraan umum dan sisanya sebanyak 22% pengunjung berkunjung dengan mengendarai motor pribadi. Pengunjung dengan mengendarai mobil pribadi mendominasi jenis kendaraan yang digunakan pada saat berwisata karena pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini didominasi oleh siswa-siswi SMA serta mahasiswa (seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya juga), dimana pada saat itu para pelajar tersebut datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang bersama keluarga mereka atau bahkan mereka memang membawa mobil pribadinya pada saat bersekolah. 6.1.1.8. Cara Kedatangan Pengunjung Berdasarkan sebaran cara kedatangan pengunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, responden berkunjung ke objek wisata alam ini dengan cara berkelompok, dengan keluarga (dengan keluarga besar ataupun dengan cara berpasangan), ataupun secara sendirian. Berikut gambar mengenai cara kedatangan pengunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (Gambar 10).
Sendiri
Kelompok
Keluarga
2% 50%
48%
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 10. Diagram Cara Kedatangan Pengunjung
44
Dari diagram di atas dapat terlihat bahwa sebanyak 50% pengunjung berkunjung ke lokasi ini bersama keluarga mereka. Sebanyak 48% pengunjung lainnya, datang ke lokasi ini dengan cara berkelompok. Sisanya sebesar 2% berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dengan seorang diri. Keluarga yang berwisata merupakan keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, dan anaknya, sedangkan pengunjung yang datang secara berkelompok isinya berupa para pelajar SMA atau SMP yang sedang melakukan foto kelas dan juga mereka yang sedang melakukan kegiatan ekstrakulikuler, seperti pramuka. 6.1.1.9. Jumlah Rombongan yang Dibawa Dari pengamatan lapang dan wawancara yang dilakukan, jumlah rombongan yang dibawa oleh pengunjung yang datang secara berkelompok dapat terlihat pada Gambar 11 di bawah ini.
3‐5orang
6‐10orang
>10 0rang
17% 26%
57%
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 11. Diagram Jumlah Rombongan Pengunjung Pada Gambar 11 dapat terlihat bahwa sebesar 57% pengunjung yang datang secara berkelompok membawa rombongannya sebanyak 3-5 orang. Sebanyak 26% membawa rombongan sebanyak 6-10 orang dan sebanyak 17% lainnya membawa rombongan lebih dari 10 orang.
45
6.1.1.10. Motivasi Kunjungan Motivasi kunjungan yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung selama berada di lokasi wisata tersebut. Motivasi kunjungan memiliki motivasi yang berbeda-beda pada setiap pengunjungnya. Hal tersebut disebabkan karena adanya fasilitas dan potensi wisata yang memiliki bermacam jenis, yang telah disediakan oleh pengelola wisata di lokasi wisatanya masingmasing. Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki suatu daya tarik kunjungan wisatawan yaitu dari suatu arena satwa-satwa langka dan arena anaknya. Arena outbound yang telah disediakan oleh pengelola belum mampu memberikan kontribusinya untuk meningkatkan jumlah pengunjung di wisata alam ini. Dari pengamatan lapang dan wawancara dengan pengunjung, mereka sangat mengharapkan adanya perbaikan-perbaikan dan penambahan arena wisata. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemasukan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, tetapi perbaikan dan penambahan tersebut tidak merusak keadaan alam yang ada. Hal ini dikarenakan menurut persepsi pengunjung, alam yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sudah baik keberadaannya dan mampu memberikan kesejukkan bagi para pengunjungnya. Motivasi kunjungan yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki proporsi yang berbeda-beda diantara para pengunjungnya. Keterangan lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 12 berikut.
46
Satwa Langka Outbond Berenang Camping Arena Anak & Hanya Bersantai 24% 44% 24%
4% 4%
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 12. Diagram Motivasi Kunjungan Pengunjung Gambar 12 menunjukkan bahwa pengunjung dominan melakukan kegiatan di arena anak dan hanya bersantai-santai di gazebo, sambil berfoto-foto menikmati sejuknya 44%. Kegiatan lain yang didominasi oleh pengunjung adalah arena satwa-satwa langka dan kegiatan camping, yaitu masing-masing sebesar 24%. Proporsi lainnya sebesar 4% dilakukan pengunjung dengan outbound dan berenang. 6.1.2. Persepsi Pengunjung Persepsi pengunjung adalah suatu pandangan atau pendapat dari responden-responden mengenai lokasi dan fasilitas, serta kondisi lingkungan yang ada pada suatu objek wisata. Persepsi dari pengunjung tersebut perlu ditelaah lebih lanjut agar daya saing objek wisata ini dengan objek wisata lain dapat ditingkatkan, terutama dari segi kualitas objek wisatanya.
47
6.1.2.1. Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Kondisi alam yang indah dan menarik, serta memiliki potensi untuk dapat dikembangkan lebih lanjut dikemudian harinya adalah suatu daya tarik wisata yang dimiliki oleh Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Selain itu pula, hutan wisata ini memiliki berbagai fasilitas yang mendukungnya sebagai tempat wisata. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan pengunjung, fasilitas yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini sudah memadai dan cukup baik kondisinya (Tabel 4). Namun di dalam pelaksanaannya, fasilitasfasilitas yang ada itu harus tetap diperbaiki apabila ada yang mengalami kerusakan karena umur teknisnya sudah tidak layak pakai lagi dan perlu adanya pembaharuan juga, guna dapat meningkatkan kepuasan pengunjung yang berwisata ke objek wisata ini. Sebagian besar responden yang diwawancarai pada saat penelitian, memberikan penilaian sedang terhadap kondisi sarana dan prasarana yang ada, tempat sampah, dan warung makan. Mereka memberikan kesan yang positif terhadap kondisi saung yang ada karena sebagian besar dari mereka memberikan penilaian yang baik terhadap kondisi saung tersebut. Hal ini berbeda ketika responden dimintai penilaian terhadap kondisi toilet yang ada. Menurut responden, kondisi toilet yang ada masih sangat kurang keberadaannya dan tidak selalu ada di setiap blok arena wisata. Mereka juga menyarankan agar menambah jumlah toilet serta pengelola harus dapat mengoperasikan air pada toilet-toilet tersebut di waktu ramai kunjungan. Di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tidak tersedia kios-kios cinderamata. Hal ini dikarenakan kios-kios tersebut telah disiapkan lokasi khusus
48
oleh pemerintah Kota Palembang. Adapun kondisi penyewaan alat, misalnya ban atau pakaian renang di lokasi wisata ini, sebagian besar responden memberikan tanggapan tidak terlalu mengetahui tentang kondisi tersebut karena sebagian besar diantara mereka tidak pernah menggunakan atau menyewa alat di objek wisata ini. Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memberikan penilaian yang baik terhadap panorama alam, aksestabilitas menuju lokasi ini, dan pengelola wisatanya. Kondisi keamanan dan sikap masyarakat sekitar dinilai sebagian besar pengunjung dalam kategori sedang. Kebersihan lokasi wisata dinilai pengunjung belum baik. Ini diakibatkan karena kurangnya sumberdaya terhadap petugas kebersihan yang membersihkan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini. Hal lain yang membuat Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terindikasi belum bersih karena ulah para kera liar yang sering mengacak-acak sisa makanan yang ada di tempat sampah, lalu meletakkannya di sembarang tempat.
49
Adapun gambaran mengenai persepsi pengunjung terhadap lokasi dan fasilitas yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ditampilkan pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Persepsi Pengunjung terhadap Lokasi dan Fasilitas di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang No. 1
Sangat Baik Sedang Baik a.Sarana dan 11 26* Prasarana b. Toilet 6 18 Keterangan
c.Tempat Sampah d. Saung
2 3 4
5 6
7
e.Warung Makan f.Kios Cinderamata g.Penyewaan Peralatan Panorama Alam Kebersihan lokasi Wisata Akses dari Ibukota Provinsi dan Tempat asal Keamanan Sikap Masyarakat Sekitar Objek Wisata Pengelola Objek Wisata
Buruk 8
Sangat Buruk 1
20*
2
13
22*
10
1
17*
14
11
4
9
32*
5
Tidak Tidak Tersedia Tahu
46* 1
7
14
6
1 17*
3
32*
10
1
14
14
15*
2
31*
10
3
1
14
23*
7
1
18
23*
4
1
23*
16
7
3
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Keterangan: * = kondisi lokasi dan sarana di Hutan Wisata Punti Kayu Satuan yang digunakan dalam tabel = banyaknya orang
50
6.1.2.2. Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Lingkungan Dalam penelitian ini, sebagian responden menilai bahwa kondisi lingkungan dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang semakin baik kondisinya. Hal ini disebabkan karena pengunjung merasa nyaman saat berwisata ke objek wisata alam. Sebanyak 56% responden menilai kondisi lingkungan semakin baik dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Adapun responden yang menilai kondisi lingkungan tidak ada perubahan dengan adanya objek wisata alam ini sebesar 35%, sedangkan sisanya hanya 9% responden menilai kondisi lingkungan semakin rusak dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Responden yang menilai kondisi lingkungan semakin rusak dengan adanya objek wisata ini karena mereka melihat kondisi sampah yang tidak pada tempatnya dan mereka menilai hal ini semata-mata karena ulah dari pada pengunjung, padahal ada faktor lain yang menyebabkannya. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 13.
Tetap Semakin Rusak
Semakin Baik
9% 35% 56%
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 13. Diagram Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Lingkungan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
51
6.1.2.3. Persepsi Pengunjung terhadap Tiket Masuk Tiket masuk yang layak diberlakukan di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dinilai para pengunjung berbeda-beda sesuai dengan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan mereka. Harga tiket masuk yang telah ditetapkan pengelola wisata sebesar Rp 5.000,- per orang dewasa untuk setiap harinya. Sebesar 74% responden menyetujui besar tiket masuk yang telah ditetapkan tersebut karena menurut mereka tiket masuk yang besarnya Rp 5.000,dapat dijangkau oleh semua kalangan dan golongan pengunjung. Responden lainnya tidak menyetujui besar tiket masuk yang telah diberlakukan oleh pengelola. Sebesar 11% responden menganggap bahwa tiket masuk yang pantas diberlakukan di lokasi wisata ini sebesar Rp 7.000,-. Sebanyak 7% responden lainnya menyetujui besar tiket masuk yang diberlakukan sebesar Rp 8.000,-. 4% responden menyetujui besar tiket masuk yang harus diberlakukan sebesar Rp 10.000,- dan sisanya menyetujui bahwa besar tiket masuk yang harus ditetapkan di objek wisata alam ini sebesar Rp 9.000,- (2% responden) dan Rp 12.000,- (2% responden). Responden-responden yang menilai besar tiket masuk yang harus diberlakukan di atas Rp 5.000,- memiliki alasan bahwa tiket masuk yang mereka bayarkan itu akan digunakan untuk perbaikan-perbaikan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang agar terlihat lebih indah dan mempunyai daya tarik tersendiri di kemudian harinya. Untuk melihat sebaran persepsi terhadap harga tiket masuk yang diberikan responden pada penelitian kali ini, terlihat pada Gambar 14 di bawah.
52
5000
7000
8000
9000
10000
12000
2% 2% 4% 7% 11%
74%
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Gambar 14. Diagram Persepsi Pengunjung terhadap Harga Tiket Masuk di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang 6.2.
Gambaran Umum Responden Tenaga Kerja Lokal Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Dalam pengelolaan wisatanya, pengelola Hutan Wisata Punti Kayu
Palembang melibatkan masyarakat sekitar juga. Hal ini tidak lain bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar objek wisata tersebut untuk menggerakkan sektor perekonomian. Tenaga kerja yang diberdayakan oleh pengelola wisata 60% nya merupakan penduduk asli setempat, meskipun 50% diantara mereka baru bekerja di kawasan wisata ini selama kurun waktu 1-3 tahun. Adapun manfaat yang dapat dirasakan oleh tenaga kerja lokal dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang adalah dalam hal peningkatan lapangan pekerjaan. Pendapat ini dirasakan oleh 60% responden tenaga kerja lokal. Pendapat lain yang mereka sampaikan tentang manfaat adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, yaitu peningkatan pengetahuan. Sebesar 40% dari mereka menganggap keberadaan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini pun
53
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat, terutama sangat bermanfaat bagi anak-anak untuk mengenal alam. Hampir semua pekerja menyatakan bahwa mereka telah bekerja di tempat lain, sebelum mereka bekerja di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Para pekerja ini juga merasa lebih betah dan nyaman selama mereka bekerja di objek wisata alam ini. Alasan lain yang mereka sampaikan pada saat wawancara, mereka lebih merasa santai ketika bekerja di lokasi ini daripada di tempat mereka bekerja sebelumnya. Menurut wawancara dengan pengelola wisata, tenaga kerja lokal yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang terdiri atas petugas kebersihan, penjaga loket, penjaga arena wisata, pemandu gajah, dan pemandu kuda. Tidak ada tenaga kerja lokal yang bekerja sebagai guide (pemandu wisata). Menurut data pekerja yang diperoleh dari pengelola pada tahun 2011, jumlah tenaga kerja yang bekerja di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berjumlah 16 orang. Rincian banyaknya tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Total Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Jenis Pekerjaan Jumlah Tenaga Kerja (orang) Petugas kebersihan 6 Penjaga loket 5 Penjaga arena permainan 3 Pemandu Kuda 1 Pemandu Gajah 1 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Tenaga kerja di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini juga memiliki dua golongan pekerja. Golongan pekerja yang dimaksud adalah pekerja yang bekerja full day dan pekerja yang bekerja hanya pada hari minggu atau libur saja. Pekerja yang bekerja pada hari minggu/libur itu, seorang pemandu kuda dan
54
pemandu gajah. Sebanyak 14 orang pekerja lainnya bekerja dari hari seninminggu atau sering disebut sebagai pekerja fullday. Penerimaan per bulan yang diterima pekerja tersebut berkisar antara Rp 200.000-Rp 1.000.000,-. Penerimaan pekerja tersebut diberikan oleh pengelola berbeda-beda berdasarkan jenis pekerjaan mereka di lokasi wisata tersebut. Data penerimaan tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Penerimaan per Bulan Tenaga Kerja Hutan Wisata Punti Kayu Jenis Pekerjaan Penerimaan per Bulan (Rp. /orang) Petugas kebersihan Penjaga loket Penjaga arena permainan Pemandu Kuda Pemandu Gajah
1.000.000 450.000 700.00 300.000 200.000
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Dari tabel sebaran penerimaan perbulan tenaga kerja di atas, maka dapat diestimasi pula besarnya pendapatan dan pengeluaran per bulan mereka. Dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh kisaran pendapatan para tenaga kerja tersebut sebesar Rp 50.000-Rp 1.900.000,- per bulannya dengan pengeluaran mereka yang berkisar antara Rp 250.000-Rp 800.000,- per bulan yang sebagian besar pengeluarannya untuk biaya konsumsi mereka. 6.3.
Gambaran Umum Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Pengelolaan wisata berbasis masyarakat lokal memiliki pengaruh secara
ekonomi bagi perekonomian masyarakat lokal setempat. Dengan adanya usaha pariwisata di sekitar masyarakat setempat akan memicu mereka untuk ikut berkontribusi dalam aktivitas wisata dan mengharapkan manfaat dari adanya
55
objek wisata. Masyarakat juga berharap dengan adanya objek wisata ini dapat meningkatkan lapangan pekerjaan dan pendapatan mereka. Menurut wawancara dari para pedagang, hingga saat ini belum ada peran PT Indosuma Putra Citra (pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang) dalam mengarahkan dan memberikan pembinaan terhadap para pemilik unit-unit usaha tersebut. Pada penelitian ini, sebanyak 86% unit usaha yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang merupakan penduduk asli yang sudah lebih dari 10 tahun menetap di sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Responden unit usaha yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang semuanya berjenis kelamin perempuan. Mereka membuka usaha di objek wisata ini karena mereka ingin membantu para suami mereka yang pendapatannya belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Mereka bahkan telah membuka usahanya ini sejak Hutan Wisata Punti Kayu Palembang belum dikelola oleh PT Indosuma Putra Citra. Jenis usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, diantaranya 72% responden membuka usaha warung makan, 14% membuka usaha warung minuman dan snack-snack, dan 14% nya lagi memiliki usaha jasa foto keliling. Tidak ada masyarakat yang membuka usahanya sebagai penjual souvenir atau cinderamata. Hari kerja responden unit usaha ini adalah sebanyak 86% bekerja pada hari senin-minggu, sedangkan sisanya sebesar 14% hanya bekerja pada hari minggu/libur saja. Semua pemilik usaha memiliki lama bekerja dalam satu harinya berkisar antara 7-8 jam/hari. Dari semua responden unit usaha menyatakan bahwa hari minggu atau hari-hari libur nasional merupakan hari-hari sibuk mereka bekerja, dikarenakan pada waktu tersebut jumlah pengunjung yang
56
berkunjung ke unit usaha mereka sangat meningkat. Walaupun jumlah pengunjung mereka meningkat pada hari minggu/libur, tetapi mereka tidak mempekerjakan tenaga kerja tambahan (tenaga kerja non-keluarga). Hal tersebut dikarenakan mereka hanya melibatkan anak-anak dan suami mereka dalam membantu menyambut para pengunjung di hari-hari tersebut. Dari hasil usaha yang sudah mereka jalani sejak tahun 1992, diperoleh penerimaan dari hasil usaha yang berkisar antara Rp 840.000 hingga Rp 3.800.000,- per bulan dengan total biaya yang mereka keluarkan untuk usaha mereka yang berkisar Rp 638.000 hingga Rp 2.834.000. Dari penerimaan total biaya yang berkisar pada angka tersebut, maka dapat di estimasi besarnya pendapatan bersih yang diterima unit usaha selama satu bulan adalah sebagai berikut: Tabel 7. Pendapatan Bersih Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang per Bulan Jenis Usaha
Total Biaya Tetap
Total Biaya Tidak Tetap
Total Biaya
Total Penerimaan per Bulan
Total Pendapatan per Bulan
1.Warung Makanan
254.560
947.200
1.201.760
1.724.000
522.240
2.Warung Minuman
314.000
2.520.000
2.834.000
3.800.000
966.000
638.000
840.000
202.000
3.Jasa Foto 250.000 388.000 Keliling Sumber: Hasil Analisis Data Primer,2011
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pendapatan bersih yang diterima unit usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sebesar Rp 522.240 untuk warung makanan, Rp 966.000 untuk warung minuman, dan Rp 202.000 untuk unit usaha jasa foto keliling. Pemaparan dari Tabel 7 di atas juga
57
menunjukkan keberadaan unit usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang telah mampu memberikan dampak ekonominya bagi para pemilik usaha tersebut, walaupun besar pendapatan yang mereka terima masih di bawah besarnya Upah Minimum Tenaga Kerja Kota Palembang (UMK), yaitu sebesar Rp 1.095.831 per bulan²). Dari hasil pengamatan di lapangan dan wawancara terhadap persepsi para pemilik usaha di lingkungan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tentang kondisi lingkungan dengan adanya hutan wisata, menunjukkan sebanyak 72% responden menyatakan bahwa kondisi lingkungan semakin membaik dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya panorama alam yang indah dan udara yang sejuk disekitaran Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Sebanyak 14% responden lainnya menganggap bahwa kondisi lingkungan tidak memiliki perubahan sejak adanya objek wisata alam ini dan bahkan 14% responden juga beranggapan kondisi lingkungan disekitar mereka semakin memburuk karena semakin banyak sampah yang berceceran. Dari persepsi terhadap harga tiket masuk maksimal yang sesuai dibayarkan oleh wisatawan, semua responden menyetujui harga tiket masuk yang telah ditetapkan oleh pengelola wisata, yaitu sebesar Rp 5.000,-/orang dewasa/kunjungan. Mereka juga berharap, agar pengelola wisata terus melakukan pengembangan dan pembaharuan terhadap arena wisata disini yang tujuannya tidak lain hanya untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang ingin berwisata di setiap tahunnya.
2
)
http://www.dapunta.com/2011-upah-minimum-kotapalembang-naik-15-persen/8408.html [12 Mei 2011].
58
6.4.
Gambaran Umum Masyarakat Sekitar Objek Wisata Masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki
kontribusi dalam kegiatan wisata di lokasi tersebut. Pada umumnya, mereka menerima dampak langsung dari adanya objek wisata alam ini. Masyarakat yang terpilih menjadi responden sebanyak 20 orang yang terdiri dari 45% responden laki-laki dan 55% responden perempuan. 6.4.1. Karakteristik Masyarakat Sekitar Objek Wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Masyarakat yang ada di sekitar objek wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu Palembang juga memiliki karakteristik sosial-ekonomi. Karakteristik sosialekonomi yang dimiliki masyarakat sekitar tersebut adalah menengah ke atas. Hal ini terbukti bahwa pendidikan terakhir yang dimiliki masyarakat sekitar hutan wisata tersebut adalah lulusan SMA dan perguruan tinggi (presentasenya, sebesar 55% lulusan perguruan tinggi dan 45% lulusan SMA), sedangkan penerimaan mereka per bulan rata-rata berkisar antara Rp 2.000.000-Rp 5.000.000,-. Dari hasil pengamatan dan penelitian dengan menggunakan kuisioner, sebanyak 30% dari total jumlah responden memiliki pendapatan sebesar Rp 3.100.000-Rp 5.000.000,-. Adapun responden yang menerima penerimaan lain, selain penerimaan dari hasil pekerjaan mereka hanya sebesar 10% dari total jumlah responden. Penerimaan lain yang mereka peroleh berasal dari usaha membuka warung rokok dan snack-snack. 6.4.2. Persepsi Masyarakat Sekitar terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Keberadaan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sudah diketahui oleh masyarakat sekitar sejak puluhan tahun lalu. Melalui penelitian ini terbukti bahwa
59
sebesar 75% responden masyarakat sekitar dapat merasakan manfaat dengan adanya objek wisata alam. Berdasarkan hasil survey, ada empat manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar diantaranya dapat meningkatkan pendapatan, munculnya lapangan pekerjaan baru karena mereka menganggap bahwa daerah sekitar mereka akan berkembang menjadi daerah wisata, menambah pengetahuan masyarakat mengenai keberadaan objek wisata alam, serta dapat menjadikan lingkungan mereka lebih nyaman dan sejuk. Selain adanya dampak positif, masyarakat sekitar juga merasakan dampak negatif yang timbul dengan dibukanya objek wisata alam tersebut. Dari hasil wawancara menunjukkan, sebesar 55% responden menyatakan bahwa dengan berkembangnya daerah mereka menjadi daerah wisata akan menambah jumlah sampah yang ada di sekitar lingkungan mereka. Sebesar 5% responden lainnya menyatakan bahwa kerugian lain yang muncul berupa kemacetan lalu lintas. Sisanya sebesar 40% responden mengaku tidak terdapat kerugian dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang juga dinilai sangat baik oleh semua responden. Hal ini terbukti dengan adanya respon-respon positif yang mereka berikan terhadap keberadaan suatu objek wisata. Keseluruhan dari jumlah responden menyatakan tidak keberatan dengan adanya hutan wisata ini. Mereka juga menilai, keberadaan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dapat memunculkan pekerjaan sampingan berupa munculnya aktivitas perdagangan melalui warung-warung kecil di sekitar mereka.
60
VII. FUNGSI DEMAND WISATA DI HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG
7.1.
Fungsi Demand Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Fungsi demand pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan
terbentuk, jika diuji secara keseluruhan dengan menggunakan software SAS terhadap keseluruhan variabel (parameter). Setelah dilakukan uji secara keseluruhan menggunakan software SAS, maka diperoleh variabel-variabel (parameter) yang signifikan pada taraf nyata α 5%*, yaitu lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jam) (LK), jumlah tanggungan keluarga (orang) (TK), dan pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang
(tahun)
(PP).
Adapun
variabel
(parameter)
yang
berpengaruh/signifikan pada taraf nyata α 20%** adalah taraf pendidikan pengunjung (TP). Hasil uji keseluruhan untuk keseluruhan variabel/parameter dengan menggunakan software SAS seperti yang terlihat pada Tabel 8 di bawah ini: Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Poisson dengan Software SAS untuk Uji Keseluruhan Variabel/Parameter DF Chi-Square Pr > ChiSq Variabel BP (X1) 4 1,20 0,8781 PD (X2) 5 4,28 0,5098 UM (X3) 2 2,43 0,2960 JT (X4) 3 2,45 0,4849 WT (X5) 2 2,28 0,3200 LK (X6) 1 3,11 0,0777 * TK (X7) 2 5,89 0,0526 * RO (X8) 2 1,13 0,5672 PP (X9) 3 8,75 0,0328 * TP (X10) 3 5,32 0,1497 ** Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011 Keterangan: * = berpengaruh pada taraf nyata α 5% ** = berpengaruh pada taraf nyata α 20%
61
Berdasarkan hasil analisis di atas dengan uji Chi-Square secara keseluruhan terhadap variabel (parameter), maka dapat dibuat hipotesis: H0 :
0
H1 : minimal ada satu
0,
1,2 … 10
Dari hipotesis di atas, dapat dijadikan indikator bahwa variabel (parameter) yang berpengaruh terhadap respon dengan melihat nilai Pr (p-value) < 5%*, 10%*, dan 20%** . Jika nilai p-valuenya < 5%*, 10%*, dan 20%** maka tolak H0, artinya signifikan (minimal ada satu variabel/parameter yang berpengaruh terhadap respon). Hasil estimasi di atas menunjukkan, ada empat variabel (parameter) yang berpengaruh nyata/signifikan terhadap jumlah/kali kunjungan dalam setahun ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 7.2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Demand Pariwisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Pada Lampiran 5 ditunjukkan parameter estimasi dari olahan regresi
Poisson untuk mengetahui masing-masing variabel yang berpengaruh terhadap kali kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang per tahun dengan cara melakukan uji satu-satu (uji t-statistik). Dari hasil uji satu-satu (uji t-statistik) terhadap masing-masing variabel, maka diperoleh variabel-variabel yang mempengaruhi faktor demand pariwisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, sebagai berikut: LK (lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang) kategori 1, TK (jumlah tanggungan keluarga) kategori 1 dan 2, PP (pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang) kategori 3, dan TP (taraf pendidikan pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang) kategori 1 dan 2. Berdasarkan hasil estimasi pada Lampiran 5 pula dapat dibentuk model persamaan regresi Poisson terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi faktor
62
demand pariwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, dengan asumsi data responsnya harus menyebar secara poisson. Persamaan regresi Poisson yang terbentuk adalah 3,7222 2,2521 7.2.1.
0,7846
2,8065
2,5753
1,6422
+ 1,3381
Variabel-Variabel yang Berpengaruh Signifikan terhadap Demand Pariwisata Adapun variabel-variabel yang berpengaruh nyata/signifikan dalam model
dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Lama Kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dapat diartikan
sebagai lamanya pengunjung berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara uji statistik lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang berpengaruh nyata pada taraf nyata α 5%. Koefisien regresi yang bertanda positif ini dapat diartikan bahwa apabila lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang bertambah satu jam, maka akan meningkatkan frekuensi kunjungan dalam setahun sebesar 78,46% (kategori 1), cateris paribus. Hal yang demikian dapat diartikan sebagai apabila pengunjung tersebut merasa nyaman selama berada di kawasan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, maka pengunjung tersebut akan cenderung menambah jumlah frekuensi kunjungannya ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dalam setahun. 2. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga pada penelitian kali ini terdiri dari istri dan anak. Hasil dari uji statistik di atas menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata pada taraf α 5% dengan nilai koefisien regresi yang bertanda
63
positif. Hal ini berarti, dengan semakin bertambahnya jumlah anggota keluarga sebesar satu orang, maka akan meningkatkan pula frekuensi kunjungan dalam setahun sebesar 280,65% (kategori 1) dan 257,53% (kategori 2), cateris paribus. Pada penelitian kali ini, jumlah responden pengunjung yang sudah menikah dan memiliki 2-4 orang anak (rata-rata anak tersebut berusia di bawah 12 tahun) memiliki proporsi sebesar 39% dan sebagian besar responden yang memiliki anak tersebut menghabiskan waktunya di arena anak. Apabila pengunjung tersebut memiliki jumlah anak yang usianya di bawah 12 tahun lebih dari dua orang, maka frekuensi kunjungan mereka ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan bertambah pula per tahunnya. Hal ini disebabkan karena anak-anak tersebut merasa nyaman dan memiliki keinginan untuk bermain di arena anak pada saat mereka berkunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. 3.
Pengetahuan Pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Pengetahuan pengunjung dapat diartikan, sudah berapa lama pengunjung
tersebut mengetahui objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dalam penelitian kali ini juga, pengetahuan pengunjung merupakan salah satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan dalam setahun. Variabel ini berpengaruh pada taraf nyata α 5% dan memiliki koefisien regresi yang bertanda negatif. Hal yang demikian dapat diartikan bahwa dengan semakin mengertinya pengetahuan pengunjung terhadap situasi dan kondisi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, maka akan semakin menurun frekuensi kunjungan mereka dalam setahun sebesar 164,22% (kategori 3), cateris paribus. Kondisi seperti ini terjadi apabila pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang tersebut telah mengerti dengan situasi dan kondisi Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, maka para
64
pengunjung akan cenderung malas untuk berkunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dan mereka berinisiatif untuk mencari alternatif-alternatif objek wisata lainnya. 4.
Taraf Pendidikan Pengunjung Hasil analisis regresi poisson terhadap variabel taraf pendidikan
pengunjung menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata pada taraf nyata α 20% dengan nilai koefisien regresi yang bertanda positif. Berdasarkan hipotesis, apabila tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi maka akan meningkatkan pula frekuensi kunjungan mereka ke suatu objek wisata dalam setahun. Pada penelitian kali ini hipotesis tersebut terbukti, bahwa dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin meningkat pula frekuensi kunjungan mereka ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Penelitian ini pula menunjukkan bahwa pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang rata-rata berpendidikan SMA dan perguruan tinggi (PT).
65
VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1.
Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang akan
menimbulkan dampak terhadap masyarakat sekitar objek wisata. Dampak yang muncul dari suatu kegiatan wisata, yaitu munculnya dampak ekonomi. Dampak ekonomi tersebut dapat bersifat positif dan negatif. Dampak positif yang muncul dari adanya dampak ekonomi dapat bersifat langsung (direct). Munculnya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar, baik berprofesi sebagai petugas kebersihan dan keamanan, serta profesi lain yang sesuai dengan kemampuan masyarakat setempat adalah salah satu contoh dampak positif langsung (direct impact) yang muncul dengan adanya kegiatan wisata. Selain hal itu, dampak positif langsung lain yang muncul, seperti adanya pedagang-pedagang baru yang akan berjualan makanan, minuman, souvenir khas daerah setempat, dan sebagainya di sekitar kawasan wisata. Hal yang demikian akan membuat masyarakat sekitar mampu meningkatkan taraf hidupnya. Selain dampak positif langsung yang muncul, ada dampak lain yang akan timbul pula seperti dampak tidak langsung (indirect impact). Dampak tidak langsung berupa aktivitas ekonomi lokal dari suatu pembelanjaan unit usaha penerima dampak langsung dan dampak lanjutan (induced impact). Dampak lanjutan ini dapat diartikan sebagai aktivitas ekonomi lokal lanjutan dari tambahan pendapatan masyarakat lokal. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata pada dasarnya dilihat dari keseluruhan pengeluaran pengunjung/wisatawan untuk akomodasi, konsumsi (baik konsumsi dari rumah maupun konsumsi di
66
lokasi wisata), biaya perjalanan ke lokasi wisata, dokumentasi, pembelian souvenir khas daerah setempat, serta pengeluaran lainnya. Keseluruhan dari biaya pengeluaran pengunjung akan diestimasi dari jumlah keseluruhan kunjungan pengunjung dan rata-rata pengeluaran dalam satu kali kunjungan wisata. 8.1.1. Dampak Ekonomi Langsung (Direct Impact) Berdasarkan sebaran pengunjung (sebagai responden) di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang menurut struktur pengeluaran pada setahun terakhir, biaya perjalanan memiliki proporsi terbesar dari seluruh proporsi biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung. Hal ini dikarenakan sebagian besar dari pengunjung yang datang ke lokasi wisata ini dengan menggunakan mobil pribadi dan kendaraan umum. Oleh karena itu akan mempengaruhi besaran proporsi biaya yang mereka keluarkan untuk melakukan kegiatan wisata. Bagi pengunjung yang menggunakan mobil dan motor pribadi, biaya perjalanan yang mereka keluarkan berasal dari biaya bahan bakar kendaraan, sedangkan biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung yang menggunakan kendaraan umum berupa ongkos pulang-pergi atau biaya sewa kendaraan umum yang mereka gunakan. Hasil analisis secara rinci disajikan dalam Tabel 9 di bawah ini.
67
Tabel 9. Proporsi Struktur Pengeluaran Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Biaya Nilai Proporsi (Rp.) (%) Biaya perjalanan pulang-pergi 57.195,65 28,40 Biaya tiket masuk Hutan 11.652,17 14,60 Wisata Punti Kayu Palembang Konsumsi (dari rumah) 40.021,74 28,15 Konsumsi (di lokasi) 25.608,70 15,39 Pembelian souvenir 0 0 Biaya fasilitas wisata lainnya, 14.500,00 11,33 selain tiket masuk Biaya parkir 2.065,22 2,12 Biaya dokumentasi 0 0 Jumlah 151.043,48 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Dari tabel di atas terlihat, sebagian besar pengunjung mengeluarkan biaya untuk perjalanan mereka. Proporsi biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki proporsi paling besar, yaitu sebesar 28,40%. Hal ini menunjukkan bahwa biaya perjalanan memiliki pengaruh terhadap pengeluaran pengunjung pada saat melakukan kegiatan wisata karena sebagian besar dari mereka berwisata ke lokasi ini dengan menggunakan mobil pribadi atau dengan menyewa kendaraan umum, seperti bus pariwisata. Besarnya biaya yang dikeluarkan pengunjung akan berbeda-beda sesuai dengan tujuan dan kawasan wisata yang akan mereka kunjungi. Proporsi pengeluaran pengunjung terkait dengan unit usaha dan fasilitas yang tersedia di lokasi wisata. Rata-rata pengeluaran pengunjung untuk satu kali kunjungan berkisar Rp 65.625,22. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti daerah asal pengunjung, aktivitas utama yang dilakukan di objek wisata, dan lainlain. Tabel 10 menunjukkan jumlah total pengeluaran pengunjung per bulan di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sebesar Rp 1.434.501.671. Besarnya pengeluaran pengunjung per bulan didasarkan pada rata-rata jumlah pengunjung
68
Hutan Wisata Punti Kayu Palembang per bulan, yaitu sekitar 21.859 orang (BKSDA, 2010). Besarnya arus uang tersebut akan menunjukkan seberapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan dari pengeluaran pengunjung. Tabel 10. Total Pengeluaran Pengunjung di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Keterangan Proporsi Pengeluaran wisatawan di Hutan Wisata Punti Kayu 43,45% Palembang Biaya di luar lokasi wisata 56,55% Rata-rata pengeluaran pengunjung (Rp/hari/pengunjung) 65.625,22 Jumlah pengunjung per bulan (orang) 21.859 Total pengeluaran pengunjung per bulan (Rp) 1.434.501.671 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Keberadaan kawasan wisata membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha yang berkaitan dengan kebutuhan pengunjung selama berwisata. Unit usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang saat ini masih sangat sedikit dan bersifat homogen. Sehingga perputaran arus uang yang terjadi diantara pengunjung dengan masyarakat lokal masih sangat kecil. Unit usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang saat ini meliputi warung makan berjumlah 13 unit, warung minuman 3 unit, dan usaha foto keliling 2 orang. Penerimaan yang diterima oleh pemilik unit usaha adalah suatu pengeluaran pengunjung yang kemudian digunakan kembali oleh mereka untuk menjalankan aktivitas pada unit usaha tersebut. Pemilik unit usaha membutuhkan bahan baku untuk menjalankan usaha mereka. Komponen biaya yang utama dari unit usaha adalah biaya operasional dari menjalankan unit usaha tersebut yang meliputi biaya sewa bangunan dan biaya pembelian input/bahan baku dari produksi unit usaha, upah tenaga kerja non-keluarga, pengembalian kredit ke
69
bank, transportasi lokal, serta biaya kebutuhan pangan harian. Rincian proporsi penerimaan yang diterima pemilik usaha dan biaya-biaya yang dikeluarkan unit usaha tergambar pada Tabel 11. Tabel 11. Proporsi Penerimaan Usaha dan Biaya-Biaya yang Dikeluarkan Unit Usaha di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Komponen Nilai (Rp.) Proporsi (%) Penerimaan pemilik usaha Upah karyawan Biaya operasional unit usaha (biaya sewa dan biaya pembelian input/bahan baku) Kebutuhan pangan harian Jumlah
3.648.500 781.250 1.220.000
52,96 3,52 31,64
381.250 6.031.000
11,88 100
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
Dari Tabel 11 terlihat bahwa proporsi terbesar berupa penerimaan pemilik usaha, yaitu sebesar 52,96%. Adapun yang dimaksud dengan dampak ekonomi langsung adalah penerimaan yang diterima unit usaha dari pengeluaran pengunjung. Pada penelitian kali ini, penerimaan dari unit usaha memiliki proporsi paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang telah memberikan dampak ekonomi langsungnya. Proporsi selanjutnya diikuti oleh kebutuhan pangan harian dan biaya operasional unit usaha yang memberikan proporsi sebesar 31,64% dan 11,88%, sedangkan upah karyawan memberikan proporsi sebesar 3,52%. 8.1.2. Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Impact) Pengembangan wisata alam di Palembang oleh PT Indosuma Putra Citra dapat membuka peluang untuk berusaha bagi masyarakat sekitar objek wisata, sehingga dapat menciptakan peluang kerja yang baru. Saat ini jumlah unit usaha yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang masih sedikit dan homogen
70
jenis usahanya, namun keseluruhan dari mereka mengelola unit usahanya secara sendiri. Tenaga kerja lokal hanya dilibatkan oleh pengelola Hutan Wisata Punti Kayu Palembang untuk membantu pelaksanaan kegiatan wisata di lokasi tersebut, sedangkan tenaga kerja yang dilibatkan oleh para pemilik unit usaha adalah tenaga kerja dari keluarga mereka sendiri. Apabila tiba hari minggu atau hari libur Nasional, para pemilik usaha cukup meminta bantuan suami dan anak-anak mereka dalam menyambut pengunjung yang datang. Sebagian besar tenaga kerja lokal yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang bekerja selama 7 hari kerja, namun hanya ada dua orang tenaga kerja tambahan pada saat hari minggu/libur, yaitu sebagai pemandu kuda dan pemandu gajah. Sebesar 60% dari total tenaga kerja yang menjadi responden merupakan penduduk asli daerah sekitar objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Keterangan lebih lanjut tentang jumlah tenaga kerja di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dapat dilihat pada Tabel 5. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dihitung dari proporsi pengeluaran unit usaha terhadap upah tenaga kerja yang berasal total pendapatan bersih unit usaha di lokasi wisata. Proporsi upah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh unit usaha (dalam hal ini, pengelola) Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki proporsi sebesar 3,52% (Tabel 11). Hal ini dikarenakan sebagian besar unit usaha mengelola usahanya sendiri dan hanya unit usaha yang dikelola oleh PT Indosuma Putra Citra saja (Hutan Wisata Punti Kayu Palembang) yang memiliki tenaga kerja. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dampak ekonomi tidak langsung (indirect impact) yang ditimbulkan dari kegiatan wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang masih sangat rendah.
71
8.1.3. Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Impact) Kegiatan wisata tidak hanya memberikan dampak langsung dan dampak tidak langsung saja, tetapi kegiatan wisata juga mampu memberikan dampak lanjutannya. Dampak lanjutan diartikan sebagai suatu pengeluaran yang dilakukan oleh tenaga kerja lokal di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Dampak lanjutan juga merupakan pengeluaran sehari-hari tenaga kerja lokal. Pada penelitian kali ini, tenaga kerja yang dihitung besar pengeluaran sehari-hari diasumsikan hanya tenaga kerja Hutan Wisata Punti Kayu (tidak termasuk para pemilik unit usaha) saja. Sebagian besar tenaga kerja tersebut menggunakan penerimaan mereka untuk kebutuhan konsumsi mereka sehari-hari. Pengeluaran tenaga kerja lokal untuk kebutuhan konsumsi mereka memiliki proporsi sebesar 52,19% dari total pengeluarannya. Proporsi selanjutnya yaitu pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yaitu sebesar 35,48%. Kebutuhan sehari-hari mereka meliputi pembelian perlengkapan mandi dan kosmetik, snack-snack, pulsa, dan sebagainya. Proporsi sebesar 12,33% dikeluarkan tenaga kerja tersebut untuk biaya transportasi menuju lokasi tempat mereka bekerja. Tidak ada biaya sekolah anak dan listrik yang mereka keluarkan karena keseluruhan dari mereka belum ada yang menikah. Proporsi rata-rata pengeluaran tenaga kerja lokal dapat dilihat pada Tabel 12.
72
Tabel 12. Proporsi Pengeluaran Tenaga Kerja di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Pengeluaran Tenaga Kerja Lokal Nilai Proporsi (Rp.) (%) Biaya konsumsi 250.000 52,19 Biaya sekolah anak 0 0 Biaya listrik 0 0 Biaya untuk kebutuhan sehari-hari 195.000 35,48 (kosmetik, snack, pulsa) Biaya transportasi 70.000 12,33 Jumlah 515.000 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
8.2.
Nilai Multiplier Effect dari Pengeluaran Pengunjung Nilai multiplier effect digunakan dalam pengukuran dampak ekonomi dari
pengeluaran pengunjung yang ditimbulkan dari suatu kegiatan wisata yang mereka lakukan. Menurut Vanhove (2005), dalam mengukur dampak ekonomi dari suatu kegiatan wisata terhadap masyarakat lokal memiliki dua tipe pengganda, yaitu: (1) Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran pengunjung berdampak kepada peningkatan pendapatan masyarakat lokal, dan (2) Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan dari pengeluaran pengunjung dan berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak ekonomi tidak langsung (indirect effect) dan dampak lanjutan (induced). Hasil perhitungan multiplier effect pada penelitian kali ini dijelaskan pada Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13. Nilai Multiplier Effect dari Arus Uang yang Terjadi di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Kriteria Keynesian Income Multiplier Ratio Income Multiplier Tipe I Ratio Income Multiplier Tipe II
Nilai 0,07 1,48 2,17
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, 2011
73
Dari hasil estimasi terhadap data yang diperoleh untuk menentukan seberapa besar dampak ekonomi yang timbul di lokasi wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, maka diperoleh nilai Keynesian Income Multiplier seperti tampak pada Tabel 13 di atas. Berdasarkan nilai yang disajikan dalam Tabel 9 didapatkan nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0,07 yang artinya setiap terjadi peningkatan pengeluaran pengunjung sebesar 1 rupiah, maka akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan tenaga kerja dan para pemilik unit usaha di lokasi wisata diduga sebesar 0,07 rupiah. Keynesian Income Multiplier merupakan dampak ekonomi langsung yang diterima oleh unit usaha dari pengeluaran pengunjung, sedangkan dampak ekonomi tidak langsung berupa upah yang didapatkan tenaga kerja di lokasi wisata. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I yang telah didapatkan sebesar 1,48 yang artinya apabila terjadi peningkatan sebesar 1 rupiah terhadap pemilik unit usaha, maka akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan tenaga kerja lokal diduga sebesar 1,48 rupiah (berupa pendapatan bersih unit usaha dan upah tenaga kerja). Selanjutnya nilai yang diperoleh dari Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 2,17 yang artinya apabila terjadi peningkatan sebesar 1 rupiah terhadap pendapatan pemilik usaha, maka akan berdampak terhadap peningkatan pada dampak langsung, tidak langsung, dan ikutan (berupa pendapatan pemilik usaha, tenaga kerja, serta pengeluaran untuk konsumsi di tingkat lokal) yang diduga sebesar 2,17 rupiah. Berdasarkan hasil dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan objek wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu Palembang secara nyata telah memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian masyarakat lokal, terutama bagi masyarakat yang telah membuka usahanya di lingkungan Hutan
74
Wisata Punti Kayu Palembang. Dampak ekonomi yang terjadi pada penelitian kali ini dikatakan rendah karena nilai Keynesian Income Multiplier yang diperoleh masih kurang dari atau sama dengan satu (≤ 1). Hal ini dikarenakan pengunjung yang datang ke lokasi ini lebih cenderung mengeluarkan pengeluarannya di luar objek wisata. Dengan kata lain, proporsi leakagesnya (kebocoran/pengeluaran di luar lokasi wisata) lebih besar daripada proporsi pengeluarannya di lokasi wisata, sedangkan nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan Ratio Income Multiplier Tipe I dapat dikatakan telah memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisata karena nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan Tipe II sudah lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1). Nilai Keynesian Income Multiplier ini masih terus dapat ditingkatkan sejalan dengan usaha peningkatan pengembangan sektor pariwisata alam dengan cara meningkatkan jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata tersebut, serta dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja yang akan terlibat pada kegiatan wisata. Hal ini pula diduga akan meningkatkan proporsi pengeluaran pengunjung di objek wisata (tourist expenditure), yang secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat lokal. Unit usaha yang berkembang juga sebaiknya dapat menambah variasi jenis dagangannya, agar dapat menarik minat pengunjung untuk membeli konsumsi pada unit usaha di lokasi wisata.
75
IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1.
Kesimpulan Berdasarkan dari pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan beberapa hal: 1. Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memiliki karakteristik sosial ekonomi, seperti pengunjungnya mayoritas berusia diantara 15-20 tahun, mayoritas diantara mereka berstatus belum menikah, dan sebagian besar dari mereka berprofesi sebagai pelajar/mahasiswa yang memiliki pendapatan per bulannya rata-rata Rp 500.000-Rp 1.000.000,-. Dalam melakukan kegiatan wisata para pengunjung tersebut biasanya membawa keluarga dengan jumlah rombongan sebanyak 3-5 orang. Adapun unit usaha yang berkembang di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang memberikan pendapatan bersih per-bulan sebesar Rp 522.240 untuk warung makan, Rp 966.000 untuk warung minuman, serta Rp 202.000 untuk unit usaha foto keliling, sedangkan jumlah tenaga kerja lokal yang ada di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang sebanyak 16 orang. Masyarakat sekitar Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini memiliki karakteristik sosial ekonomi menengah keatas karena hal ini dapat dilihat dari penerimaan per bulan masyarakat tersebut yang mencapai angka Rp 2.000.000-RP 5.000.000,-. 2. Dari hasil penelitian dan estimasi dengan menggunakan regresi Poisson, ada empat faktor sosial-ekonomi yang dapat mempengaruhi fungsi permintaan wisata (demand pariwisata) di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Keempat faktor sosial-ekonomi tersebut adalah lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan pengunjung
76
terhadap Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, serta taraf pendidikan pengunjung. 3. Dampak ekonomi yang muncul akibat adanya suatu kegiatan wisata adalah dampak ekonomi langsung (direct impact), dampak ekonomi tidak langsung (indirect impact), serta dampak ekonomi lanjutan (induced impact). Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha sebesar 52,96%. Dampak ekonomi tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja lokal di objek wisata tersebut sebesar 3,52%, sedangkan dampak ekonomi lanjutan/induced berupa pengeluaran tenaga kerja lokal untuk kebutuhan pangan mereka sebesar 52,19%. Nilai Keynesian Income Multiplier pada penelitian kali ini sebesar 0,07; nilai Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 1,48; dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 2,17. 9.2.
Saran Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam peningkatan
fasilitas maupun kualitas objek wisata oleh pengelola guna meningkatkan perekonomian masyarakat lokal, terutama bagi masyarakat yang telah membuka usahanya di lingkungan Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Adapun saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengelola wisata diharapkan agar lebih memperhatikan usaha pengembangan pariwisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang. Fasilitas-fasilitas yang masih dalam kondisi kurang baik, misalnya toilet agar dapat ditingkatkan jumlahnya dan kondisi air pada toilet tersebut diharapkan pula dapat dioperasikan pada waktu ramai kunjungan.
77
2. Pengelola wisata diharapkan dapat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah di lingkup Provinsi Sumatera Selatan dalam meningkatkan promosi wisata Hutan Wisata Punti Kayu Palembang dengan cara menawarkan paket-paket wisata kepada masyarakat Provinsi Sumatera Selatan pada khususnya dan masyarakat di luar Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya. 3. Pengelola wisata juga diharapkan dapat bekerja sama dengan LSM-LSM yang ada di Provinsi Sumatera Selatan dalam rangka mengenalkan wisata edukasi (edutourism) yang berbasiskan lingkungan atau konservasi kepada siswa Taman Kanak-Kanak (TK) dan siswa Sekolah Dasar (SD) yang ada di Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya dan di Kota Palembang pada khususnya.
78
DAFTAR PUSTAKA Alexa. 2009. Kumpulan-kumpulan definisi, pengertian, arti, istilah. Artikel. http:// definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11. [ 12 Mei 2010]. Anonimous. 2007. Hutan Wisata Punti http://www.puntikayu.com. [ 03 Mei 2010].
Kayu
Palembang.
Astana S, Deden D, Lukas RW, Lasmanto GH, Nunung P, dan Indartik. 2007. Dampak Pengganda Industri Pembibitan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan 4(1):19-38. Badan Penelitian dan Pengembanagan Provinsi Jawa Tengah. 2008. Faktor Daya Tarik Objek Sumberdaya Alam Sekawasan Sesuai Permintaan Pasar dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Jawa Tengah Bagian Utara. Artikel. http://www.balitbangjateng.go.id. [ 12 Mei 2010]. Badan Pusat Statistik. 2008. Penerimaan Devisa Negara Indonesia. BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan. 2009. Sumatera Selatan dalam Angka Tahun 2009. Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan. Palembang. Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Sumatera Selatan. 2010. Rekap Data Pengunjung Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Periode Tahun 1999-Oktober 2010. BKSDA Provinsi Sumatera Selatan. Palembang. Dinas Tenaga Kerja Kota Palembang. 2011. 2011, Upah Minimum Kota Palembang Naik 15 Persen. Artikel. http://www.dapunta.com/2011upah-minimum-kota-palembang-naik-15-persen/8408.html. [ 12 Mei 2011]. Djuanda, B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor. Gunawan H, Subarudi, dan Elvida YS. 2007. Dinamika Pengunjung Wisata Alam Di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan 4(3):271-288. Drumm, A. 1991. An Integrated Impact Assessment of Nature Tourism in Ecuador’s Amazon Region. School of Environmental Sciences, University of Greenwich. London Milasari. 2010. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Alam (Studi Kasus: Taman Wisata Tirta Sanita, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulyaningrum. 2005. Eksternalitas Ekonomi Dalam Pembangunan Wisata Alam Berkelanjutan (Studi Kasus: Kawasan Wisata Alam BaturadenPurwokerto, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah). Jurnal Penelitian Universitas Bengkulu 9(1):9-20. Mustofa, H. 2000. Teknik Sampling. Artikel. http://www.home.unpar.ac.id. [ 24 Desember 2010].
79
Nugraha, W. 2008. Analisis Supply-Demand Atraksi Wisata Pantai Alam Indah (PAI) Tegal. Tesis. Program Pascasarjana. Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro, Semarang. http://www.undip.ac.id. [ 18 Desember 2010]. Pandupitiyo D. 2011. Motivasi dalam Berwisata: Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Berwisata Alam. Artikel. http://www.scribd.com/doc/24697796/Motivasi-Dalam-BerwisataStudi-Deskriptif-Mengenai-Motivasi-Berwisata-Alam. [ 17 Juni 2011]. Pendit, NS. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Edisi ke-6. Pradnya Paramita. Jakarta. Pratiwi, WD. 2010. Konsep-Konsep Perencanaan Pariwisata. Handout mata kuliah Pengantar Ilmu Kepariwisataan. http://www.ar.itb.ac.id/wdp/archives/category/tourism-courses/. [ 20 Desember 2010]. Rifqa. 2010. Analisis Dampak Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Sebagai Kawasan Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal (Studi Kasus: Pantai Swarna, Lebak, Banten). Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rowe A, John DS, dan Fiona B. 2002. Travel and Tourism. Cambridge University Press. United Kingdom. SK Menteri Kehutanan No. 57/KPTS II/1985. Pergantian Nama Taman Syailendra menjadi Hutan Wisata Punti. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia. SK Menteri Kehutanan No. 687/KPTS II/1989. Pengertian Hutan Wisata. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia. Susilowati, MI. 2009. Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda Dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Udayana United Tourism. 2010. Pengertian Wisatawan. Artikel. http://jajp.com/note.php?note_id=122378417778366. [ 18 Desember 2010]. UU No. 5 Tahun 1990. Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang-Undang Republik Indonesia. UU No. 9 Tahun 1990. Pengertian Pariwisata. Undang-Undang Republik Indonesia. Vanhove, N. 2005. The Economics of Tourism Destinations. Elsevier Butterworth-Helnemann, Oxford University. United Kingdom.
80
Walpole, RE. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Andi Offset, Yogyakarta. Yuyus, ER. 2010. Panduan Objek Wisata Provinsi Sumatera Selatan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.
81
LAMPIRAN
82
Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung / Wisatawan
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
KUISIONER PENELITIAN Sebelumnya Anda sudah pernah berkunjung ke Hutan Wisata Punti Kayu?, apabila Iya lanjut ke tahap wawancara Tanggal wawancara : No Responden : Nama : Alamat : Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “ Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang”. Kami memohon partisipasi saudara untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk digunakan dalam kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Saudara diucapkan terima kasih. A. 1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9.
Karakteristik Responden Jenis Kelamin : L/P Usia :……. Tahun Status : Belum/ Sudah Menikah Pendidikan formal terakhir yang ditempuh :……. (......tahun) Apakah pekerjaan Anda sehari-hari : a. Pegawai Negeri Sipil e. BUMN b. Nelayan f. Buruh c. Wiraswasta g. Pelajar d. Karyawan swasta h. Lainnya…….. Jumlah tanggungan Anda :…… orang Pendapatan Anda perbulan……….. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan Anda yang telah disebutkan di atas? a. Ya, bekerja sebagai…………….. b. Tidak. Jika ada, berapa kisaran pandapatannya? Rp……..
B. Dampak Ekonomi Hutan Wisata Punti Kayu 1. Anda datang ke tempat ini : a. Sendiri b. Kelompok 2. Alat transportasi Anda menuju lokasi wisata ini : a. Mobil Pribadi b. Motor pribadi
c. Keluarga c. Kendaraan Umum 83
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Lokasi asal :…………….. Selama satu tahun terakhir, sudah berapa kali Anda mengunjungi lokasi ini?.... kunjungan Sudah berapa lama Anda mengetahui keberadaan objek wisata ini?.......tahun Jika Anda tidak datang sendiri, berapa banyak jumlah rombongan Anda:…….orang Biasanya Anda datang ke lokasi ini pada hari apa?........ Apakah Anda akan berkunjung ke tempat wisata ini kembali di lain waktu: a. Iya b. Tidak 9. Aktivitas utama apa yang Anda lakukan di objek wisata ini?............ 10. Jarak lokasi asal Anda dengan lokasi wisata ini :…………………km dan lama perjalanan Anda ke lokasi ini :………………menit / jam 11. Bagaimana menurut Anda perjalanan menuju lokasi wisata ini : a. Mudah b. Sulit 12. Biaya apa saja yang Anda keluarkan selama berwisata ke Hutan Wisata Punti Kayu ini : a. Biaya perjalanan pulang-pergi Tepatnya: Rp………………… b. Biaya tiket masuk Tepatnya: Rp………………… c. Konsumsi (dari rumah) Tepatnya: Rp………………… d. Konsumsi (di lokasi) Tepatnya: Rp………………… e. Pembelian souvenir (Jika Ada) Tepatnya: Rp………………… f. Biaya fasilitas wisata lainnya, selain tiket masuk Tepatnya: Rp………………… g. Biaya parkir Tepatnya: Rp………………… h. Biaya dokumentasi Tepatnya: Rp………………… i. Lainnya Tepatnya: Rp………………… 13. Selain objek wisata Hutan Wisata Punti Kayu, sebutkan lokasi lain yang menjadi prioritas kunjungan Anda? Tolong sebutkan secara spesifik objek wisatanya:………………. 14. Berapa lama perjalanan yang dihabiskan ke lokasi tersebut?.............jam 15. Berapa pula biaya yang dihabiskan ke lokasi tersebut? Rp………….. C. Prefensi Konsumen Terhadap Keberadaan Wisata Alam 1. Menurut Anda objek wisata apa yang paling sesuai berada di Palembang, Sumatera Selatan Umumnya?.................. 2. Sejauh pengalaman Anda, bagaimana kondisi lingkungan dengan adanya objek wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu? a. Tetap tidak berubah b. Semakin baik c. Semakin rusak 3. Berikut terdapat daftar tarif masuk per satu kali kunjungan, berikan tanda pada harga tiket maksimal yang besedia Anda bayarkan…. b. 6000 c. 7000 d. 8000 e. 9000 f…………. a. 5000
D. Persepsi Terhadap Lokasi dan Fasilitas di Objek Wisata No Keterangan Sangat Baik Sedang Buruk Baik 1 a.Sarana dan Prasarana b. Toilet c.Tempat Sampah d. Saung
Sangat Buruk
Tidak Tersedia
84
2 3 4 5 6 7
e.Warung Makan f.Kios Cinderamata g.Penyewaan Peralatan Panorama Alam Kebersihan lokasi Wisata Akses dari Ibukota Provinsi dan Tempat asal Keamanan Sikap Masyarakat Sekitar Objek Wisata Pengelola Objek Wisata
85
Lampiran 2. Kuisioner untuk Tenaga Kerja
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
KUISIONER PENELITIAN Tanggal wawancara : No Responden : Nama : Alamat : Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “ Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang”. Kami memohon partisipasi saudara untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk digunakan dalam kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Saudara diucapkan terima kasih. A. 1. 2. 3. 4. 5.
Karakteristik Responden Jenis Kelamin : L/P Usia :……. Tahun Status : Belum/ Sudah Menikah Pendidikan formal terakhir yang ditempuh :……. (......tahun) Jumlah tanggungan Anda :…… orang
B. Pertanyaan Terkait Lokasi Wisata 1. Apakah Anda penduduk asli di wilayah ini? Iya / Tidak (Jika iya, lanjutkan ke pertanyaan no.3) Jika tidak, sudah berapa lama anda tinggal di sekitar lokasi ini?.......tahun 2. Alasan utama Anda menetap di sekitar lokasi objek wisata ini : a. Bekerja b. Ikut suami/istri c. Lainnya……….. 3. Apakah Anda merasakan adanya manfaat dari keberadaan Hutan Wisata Punti Kayu ini? Iya / Tidak 4. Jika iya, apakah manfaat yang dapat Anda rasakan dengan adanya lokasi wisata ini? a. Peningkatan pendapatan c. Peningkatan lapangan pekerjaan b. Peningkatan sarana infrastruktur d. Peningkatan pengetahuan e. Alasan lainnya….. C. 1. 2. 3.
Pertanyaan Terkait Dengan Pekerjaan Anda bekerja sebagai :………………… Sudah berapa lama Anda bekerja di sekitaran / objek wisata ini :............ Berapa lama Anda bekerja dalam satu hari?...........................jam 86
4. 5. 6. 7. 8.
Berapa lama Anda bekerja dalam satu minggu?...........................hari Sebelum Anda bekerja disini, apakah pekerjaan Anda sebelumya :…………. Pendapatan Anda perbulan sebelum bekerja di unit usaha ini :……………… Pendapatan Anda perbulan sekarang :……………… Adakah pendapatan lain selain pekerjaan Anda yang telah disebutkan di atas? a. Ya, bekerja sebagai…………….. b. Tidak. 9. Jika ada, berapa kisaran pendapatan tambahan Anda?....................... 10. Pengeluaran Anda per bulan: a. Biaya konsumsi Tepatnya: Rp………………… b. Biaya sekolah anak Tepatnya: Rp………………… c. Biaya listrik Tepatnya: Rp………………… d. Biaya kebutuhan sehari-hari Tepatnya: Rp………………… e. Biaya transportasi Tepatnya: Rp………………… f. Lainnya Tepatnya: Rp………………… D. Prefensi Konsumen Terhadap Keberadaan Wisata Alam 1. Menurut Anda objek wisata apa yang paling sesuai berada di Palembang, Sumatera Selatan Umumnya?.................. 2. Sejauh pengalaman Anda, bagaimana kondisi lingkungan dengan adanya objek wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu? a. Tetap tidak berubah b. Semakin baik c. Semakin rusak 3. Berikut terdapat daftar tarif masuk per satu kali kunjungan, berikan tanda pada harga tiket maksimal untuk wisatawan, yang sesuai menurut Anda…. a. 5000 b. 6000 c. 7000 d. 8000 e. 9000 f…………. 4. Menurut Anda mengapa wisatawan perlu membayar? a. Karena Lingkungannya yang Indah dan Asri b. Kompensasi kepada masyarakat c. Lainnya, sebutkan…………… 5. Menurut Anda apakah selama ini ada peran Pemerintah Kota Palembang dalam pengebngan kawasan wisata alam? Dalam hal apa? a. sarana infrastruktur c. membantu pemasaran e…………. b. pelatihan d. informasi
87
Lampiran 3. Kuisioner untuk Masyarakat Setempat
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
KUISIONER PENELITIAN Tanggal wawancara : No Responden : Nama : Alamat : Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “ Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang”. Kami memohon partisipasi saudara untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk digunakan dalam kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Saudara diucapkan terima kasih. A. 1. 2. 3. 4. 5.
Karakteristik Responden Jenis Kelamin : L/P Usia :……. Tahun Status : Belum/ Sudah Menikah Pendidikan formal terakhir yang ditempuh :……. (......tahun) Apakah pekerjaan Anda sehari-hari : a. Pegawai Negeri Sipil e. BUMN b. Nelayan f. Buruh c. Wiraswasta g. Pelajar d. Karyawan swasta h. Lainnya…….. 6. Rata-rata pendapatan Saudara per bulan : Rp………………. 7. Jumlah tanggungan Anda :…… orang 8. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan Anda yang telah disebutkan di atas? a. Ya, bekerja sebagai…………….. b. Tidak. 9. Jika ada, berapa kisaran pendapatan tambahan Anda?....................... 10. Berapa lama Anda sudah tinggal di lokasi ini : a. Penduduk asli c. 6-10 tahun b. 1-5 tahun d. > 10 tahun 11. Pengeluaran Anda per bulan: a. Biaya konsumsi Tepatnya: Rp………………… b. Biaya sekolah anak Tepatnya: Rp………………… c. Biaya listrik Tepatnya: Rp………………… 88
d. Biaya kebutuhan sehari-hari e. Lainnya
Tepatnya: Rp………………… Tepatnya: Rp…………………
B. Dampak Adanya Hutan Wisata Punti Kayu 1. Pendapat Anda tentang adanya Hutan Wisata Punti Kayu ini : a. Keberatan b. Tidak menjadi masalah 2. Manfaat yang dapat Anda rasakan dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu : a. Peningkatan pendapatan c. Peningkatan pengetahuan b. Peningkatan lapangan pekerjaan d.Tidak ada manfaat yang berarti e.Lainnya……………………….. 3. Kerugian yang dirasakan dengan adanya lokasi hutan wisata ini : a. Sampah c. Tidak ada kerugian b. Kebiasaan yang berubah d. Lainnya………………………. 4. Jenis pekerjaan sampingan yang ada dengan adanya lokasi hutan wisata ini : a. Berjualan / berdagang b. Penyewaan jasa (peminjaman tikar, tenda-tenda kecil, dan sebagainya) c. Lainnya …………….. 5. Harapan Anda kedepannya dengan adanya Hutan Wisata Punti Kayu Palembang ini : ………………………………………………………………………………………….
89
Lampiran 4. Kuisioner untuk Unit Usaha
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Wing 5 Level 5 Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680
KUISIONER PENELITIAN Tanggal wawancara : No Responden : Nama : Alamat : Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “ Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang”. Kami memohon partisipasi saudara untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiannya, tidak untuk dipublikasikan, dan tidak untuk digunakan dalam kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi Saudara diucapkan terima kasih.
A. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Karakteristik Responden Jenis Kelamin : L/P Usia :……. Tahun Status : Belum/ Sudah Menikah Pendidikan formal terakhir yang ditempuh :……. (......tahun) Jumlah tanggungan Anda :…… orang Berapa lama Anda sudah tinggal di lokasi ini : a. Penduduk asli c. 6-10 tahun b. 1-5 tahun d. > 10 tahun 7. Alasan utama Anda menetap di sekitar lokasi objek wisata ini : a. Penduduk Asli b. Bekerja c. Ikut suami/istri B. 1. 2. 3.
Pertanyaan Terkait Unit Usaha yang Dikelola Unit usaha yang Anda miliki/ kelola…………….. Sudah berapa lama Anda mendirikan unit usaha ini?..........tahun atau……….bulan Sebelumnya Anda memiliki unit usaha ini, apakah unit usaha yang Anda miliki sebelumnya?..................di……………….... 4. Kapan Anda berjualan disini: a. Setiap hari b. Hari………….. 5. Berapa jumlah tenaga kerja yang bekerja dengan Anda:………………..orang 6. Berapa lama Anda bekerja dalam satu hari?...........................jam 90
7. Berapa lama Anda bekerja dalam satu minggu?...........................hari 8.
Berapa besarnya penerimaan dari unit usaha yang Anda miliki terkait dengan kegiatan ekowisata? a. Hari biasa (senin-jum’at):Rp……………………./hari b. Hari sabtu/minggu/libur :Rp……………………./hari 9. Biaya apa saja yang Anda keluarkan selama membuka usaha: 1) Biaya Investasi dari unit usaha Anda: a. Biaya pembelian peralatan untuk awal usaha; - Kamera Tepatnya: Rp………….../1 unit - Tikar (….buah) Tepatnya: Rp……………/buah - Gerobak untuk berjualan Tepatnya: Rp………….../1 unit - Kuali (….buah) Tepatnya: Rp……………/buah - Kompor gas Tepatnya: Rp………….../1 unit - Baskom Tepatnya: Rp……………./buah - Ember (….buah) Tepatnya: Rp……………./buah - Stoples (….buah) Tepatnya: Rp……………./buah - Dandang (….buah) Tepatnya: Rp……………./buah - Gelas, mangkok, sendok Tepatnya: Rp………………… - Keranjang buah (….buah) Tepatnya: Rp…………...../buah - Dirigen (….buah) Tepatnya: Rp……………./buah b. Biaya perizinan Tepatnya: Rp………………… c. Biaya investasi lainnya Tepatnya: Rp………………… - Total biaya investasi Rp…………………….. Note: biaya investasi adalah biaya yang hanya satu kali dikeluarkan pada saat akan memulai suatu usaha. Jadi, biaya investasi tidak memiliki perbedaan harga pada saat hari biasa maupun hari sabtu/minggu/libur. 2) Biaya Operasional dari unit usaha: Biaya a.Biaya sewa; - Sewa tempat - Sewa Peralatan (jika ada) b.Biaya pembelian bahan baku usaha; - Roll film - Kertas foto - Minyak goreng - Kubis, wortel, cabai, bawang merah,bawang putih, ketimun - Telur - Tahu, tempe, singkong, ketela pohon, kacang hijau, dan lain-lain (untuk
Hari Biasa (Tepatnya)
Hari Sabtu/ Minggu/ Libur (Tepatnya)
Rp………………. Rp……………….
Rp…………….. Rp……………..
Rp………………. Rp………………. Rp……………….
Rp………………. Rp………………. Rp……………….
Rp……………….
Rp……………….
Rp……………….
Rp……………….
Rp……………….
Rp……………….
91
gorengan) - Sirup - Susu kental manis - Gula, garam, penyedap rasa - Cendol, kolang-kaling, cincau - Es batu - Aneka jenis buah - Kantong plastik - Plastik es dan sedotan c.Biaya upah tenaga kerja non-anggota keluarga -Total biaya operasional
Rp………………. Rp………………. Rp………………. Rp……………….
Rp………………. Rp………………. Rp………………. Rp……………….
Rp………………. Rp………………. Rp………………. Rp………………. Rp……………….
Rp………………. Rp………………. Rp………………. Rp………………. Rp……………….
Rp……………….
Rp……………….
3) Total biaya yang dikeluarkan selama membuka usaha: Rp………………../bulan 10. Total Pendapatan Anda dari unit usaha yang dikelola: Rp………………/bulan (konversi ke Rp/tahun). 11. Jumlah pembeli dalam satu hari:………………orang C. Pertanyaan Terkait Rumah Tangga 1. Apakah Anda memiliki pekerjaan selain membuka unit usaha diatas? (Jika Iya, apakah jenis pekerjaan lainnya itu:……………………… 2. Pendapatan Anda perbulan dari pekerjaan tersebut: a. < Rp 500 000; Tepatnya: Rp………………… b. Rp 500 000- Rp 1 000 000 Tepatnya: Rp………………… c. Rp 1 000 001- Rp 1 500 000 Tepatnya: Rp………………… d. Rp 1 500 001- Rp 2 000 000 Tepatnya: Rp………………… e. > Rp 2 000 000 Tepatnya: Rp………………… 3. Pengeluaran Anda per bulan di dalam kehidupan rumah tangga: a. Biaya konsumsi Tepatnya: Rp………………… b. Biaya sekolah anak Tepatnya: Rp………………… c. Biaya listrik Tepatnya: Rp………………… d. Biaya kebutuhan sehari-hari Tepatnya: Rp………………… e. Lainnya Tepatnya: Rp………………… D. Prefensi Konsumen Terhadap Keberadaan Wisata Alam 1. Menurut Anda objek wisata apa yang paling sesuai berada di Palembang, Sumatera Selatan Umumnya?.................. 2. Sejauh pengalaman Anda, bagaimana kondisi lingkungan dengan adanya objek wisata alam Hutan Wisata Punti Kayu? a.Tetap tidak berubah b. Semakin baik c. Semakin rusak 3. Berikut terdapat daftar tarif masuk per satu kali kunjungan, berikan tanda pada harga tiket maksimal untuk wisatawan, yang sesuai menurut Anda…. a.5000 b. 6000 c. 7000 d. 8000 e. 9000 f………….
92
4. Menurut Anda mengapa wisatawan perlu membayar? a. Karena Lingkungannya yang Indah dan Asri b. Kompensasi kepada masyarakat c. Lainnya, sebutkan…………… 6. Menurut Anda apakah selama ini ada peran Pemerintah Kota Palembang dalam 5. pengembangan kawasan wisata alam? Dalam hal apa? a. sarana infrastruktur c. membantu pemasaran e…………. b. pelatihan d. informasi E. Harapan dan Saran 1. Apa harapan Anda dari keberadaan ekowisata ini? ……………………………………………………………………………………………………… ……………….................................................................................................................................. 2. Apa saran Anda dalam pengelolaan ekowisata ini? ……………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………..
93
Lampiran 5. Parameter Estimasi Regresi Poisson
Analysis Of Parameter Estimates Parameter
D Estimate F
Intercept
Standard Error
Wald 95% Confidence Limits
ChiSqu are
Pr > C hiSq
1
-3.7222
2.1216
-7.8805
0.4361
3.08
0.0794
BP (X1)
1
1
0.0821
0.9795
-1.8377
2.0018
0.01
0.9332
BP (X1)
2
1
0.1265
0.7589
-1.3610
1.6140
0.03
0.8676
BP (X1)
3
1
0.3995
0.7865
-1.1420
1.9409
0.26
0.6115
BP (X1)
4
1
0.2994
0.7096
-1.0914
1.6901
0.18
0.6731
BP (X1)
5
0
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
.
.
PD (X2)
1
1
-0.8453
0.7426
-2.3008
0.6103
1.30
0.2550
PD (X2)
2
1
-1.2543
0.8578
-2.9355
0.4270
2.14
0.1437
PD (X2)
3
1
-0.1036
0.7640
-1.6009
1.3938
0.02
0.8922
PD (X2)
4
1
-0.5418
0.7022
-1.9181
0.8344
0.60
0.4403
PD (X2)
5
1
0.0311
0.9851
-1.8996
1.9619
0.00
0.9748
PD (X2)
6
0
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
.
.
UM (X3)
1
1
-0.8416
0.8054
-2.4203
0.7370
1.09
0.2960
2
1
-0.2675
0.6434
-1.5285
0.9935
0.17
0.6776
UM (X3)
3
0
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
.
.
JT (X4)
1
1
0.5290
0.3782
-0.2123
1.2703
1.96
0.1619
JT (X4)
2
1
0.4534
0.4220
-0.3737
1.2805
1.15
0.2826
JT (X4)
3
1
0.1093
0.4010
-0.6766
0.8952
0.07
0.7851
UM (X3)
94
Analysis Of Parameter Estimates Parameter
D Estimate F
Standard Error
Wald 95% Confidence Limits
ChiSqu are
Pr > C hiSq
JT (X4)
4
0
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
.
.
WT (X5)
1
1
1.3711
1.1611
-0.9046
3.6467
1.39
0.2377
WT (X5)
2
1
1.7164
1.1915
-0.6189
4.0517
2.08
0.1497
WT (X5)
4
0
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
.
.
LK (X6)
1
1
0.7846
0.4629
-0.1226
1.6919
2.87
0.0900 *
LK (X6)
2
0
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
.
.
TK (X7)
1
1
2.8065
1.2563
0.3442
5.2687
4.99
0.0255 *
TK (X7)
2
1
2.5753
1.2033
0.2169
4.9336
4.58
0.0323 *
TK (X7)
3
0
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
.
.
RO (X8)
1
1
0.2993
0.3492
-0.3851
0.9837
0.73
0.3914
RO (X8)
2
1
0.4013
0.4251
-0.4319
1.2345
0.89
0.3452
RO (X8)
3
0
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
.
.
PP (X9)
1
1
-0.7131
0.6573
-2.0014
0.5751
1.18
0.2779
2
1
-0.2672
0.6670
-1.5746
1.0401
0.16
0.6887
PP (X9)
3
1
-1.6422
0.8055
-3.2210
0.0634
4.16
0.0415 *
PP (X9)
4
0
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
.
.
PP (X9)
95
Analysis Of Parameter Estimates Parameter
D Estimate F
Standard Error
Wald 95% Confidence Limits
ChiSqu are
Pr > C hiSq
TP (X10)
1
1
2.2521
1.1151
0.0665
4.4377
4.08
0.0434 **
TP (X10)
2
1
1.3381
0.9117
-0.4487
3.1250
2.15
0.1422 **
TP (X10)
3
1
0.4462
0.6704
-0.8679
1.7602
0.44
0.5057
TP (X10)
4
0
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
.
.
0
1.0000
0.0000
1.0000
1.0000
Scale
Keterangan: Ln(Y)
= Jumlah kunjungan per trip tahunan ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang (jumlah kunjungan per tahun)
BP
= Biaya perjalanan individu ke Hutan Wisata Punti Kayu (rupiah)
PD
= Pendapatan responden (rupiah per tahun)
UM
= Umur responden (tahun)
JT
= Jarak tempuh ke Hutan Wisata Punti Kayu (km)
WT
= Waktu tempuh ke Hutan Wisata Punti Kayu (jam)
LK
= Lama kunjungan ke Hutan Wisata Punti Kayu (jam)
TK
= Jumlah tanggungan keluarga (orang)
RO
= Jumlah rombongan (orang)
PP
= Pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu (tahun)
TP
= Taraf pendidikan responden (tahun)
*
= Variabel yang berpengaruh pada taraf nyata α 5%
**
= Variabel yang berpengaruh pada taraf nyata α 20%
96
Lampiran 6. Estimasi dari Analisis Pendapatan Unit Usaha di Punti Kayu Warung Makan
Biaya Investasi Sewa Bangunan (1 bulan) Biaya beli kompor gas & kuali
Per Minggu (Rp) Per Bulan (Rp) 44600 178400 2521600
Total Biaya Investasi
2700000
Biaya Tetap Beban Sewa Bangunan: Rp 178400
Besarnya (Rp) 178400
Penyusutan Kompos gas & kuali: Rp 380800 : 5
76160
Total Biaya Tetap
254560
Biaya Tidak Tetap (Rp) Belanja bahan baku untuk usaha di hari biasa Belanja bahan baku untuk usaha di hari Minggu/Libur: 230000 Total Biaya Tidak Tetap
Per Bulan (Rp) 27200 920000 947200
Total Biaya: Biaya Tetap+Biaya Tidak Tetap
1201760
Penerimaan dari hasil Usaha Penerimaan usaha di hari Biasa Penerimaan usaha di hari Minggu/Libur Total Penerimaan Usaha
Per Bulan (Rp)
Pendapatan Bersih Unit Usaha Warung Makanan per bulan: Total Penerimaan Usaha ‐ Total Biaya
Per Bulan (Rp) 522240
884000 840000 1724000
Warung Minuman
Biaya Investasi Sewa Bangunan (1 bulan) Biaya beli kulkas
Per Minggu (Rp) Per Bulan (Rp) 30000 120000 3330000 97
Biaya beli stoples Total Biaya Investasi Biaya Tetap Beban Sewa Bangunan: Rp 120000
50000 3500000 Besarnya (Rp) 120000
Penyusutan Kulkas: Rp 1890000 : 10 Penyusutan Stoples: Rp 50000 : 10 Total Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap (Rp) Belanja bahan baku untuk usaha di hari biasa Belanja bahan baku untuk usaha di hari Minggu/Libur:
189000 5000 314000 Per Bulan (Rp) 1600000 920000
Total Biaya Tidak Tetap
2520000
Total Biaya: Biaya Tetap+Biaya Tidak Tetap
2834000
Penerimaan dari hasil Usaha Penerimaan usaha di hari Biasa Penerimaan usaha di hari Minggu/Libur Total Penerimaan Usaha
Per Bulan (Rp)
Pendapatan Bersih Unit Usaha Warung Minuman per bulan: Total Penerimaan Usaha ‐ Total Biaya
Per Bulan (Rp) 966000
2600000 1200000 3800000
Jasa Foto Keliling Biaya Investasi Biaya Beli Kamera
dalam Rp 2500000
Total Biaya Investasi Biaya Tetap Penyusutan Kamera: Rp 2500000 : 10
2500000 dalam Rp 250000
98
Total Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap (Rp) Biaya Cuci Cetak Foto
250000 Per Bulan (Rp) 388000
Total Biaya Tidak Tetap
388000
Total Biaya: Biaya Tetap+Biaya Tidak Tetap
638000
Penerimaan dari hasil Usaha Hasil dari jual foto Total Penerimaan Usaha
Pendapatan Bersih Unit Usaha Jasa Foto Keliling per bulan: Total Penerimaan Usaha ‐ Total Biaya
Per Bulan (Rp)
840000 840000
Per Bulan (Rp) 202000
99
RIWAYAT HIDUP FIANDRA ADIYATH M. Penulis dilahirkan di Palembang, 6 November 1989 dari pasangan H Darfi Daoed, SE, M.Ba dan Ir. Hj Heralina. Penulis menjalani pendidikan di bangku Sekolah Dasar dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2001 di SD Kartika II-3, Palembang. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke sekolah menengah pertama dari tahun 2001 sampai tahun 2004 di SMP Negeri 1 Palembang. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Plus Negeri 17 Palembang dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi Manajemen. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Ikatan Keluarga Mahasiswa Bumi Sriwijaya IPB, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (BEM FEM-IPB), serta aktif pada kegiatan-kegiatan kepanitiaan di lingkungan FEM-IPB dan PKM di bidang artikel ilmiah, kewirausahaan, dan penelitian.
100