ANALISA STRATEGI IMPLEMENTASI LAYANAN MULTIMEDIA (STUDI KASUS: PT. TELKOM) Teguh Prihatmono Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Jl. Telekomunikasi Dayeuh Kolot Bandung Email:
[email protected] ABSTRAK Teknologi jaringan saat ini relatif sudah mature. Kesimpulan sementara ini diambil berdasarkan data-data produk yang ada saat ini. Produk-produk teknologi jaringan sudah menyediakan kemampuan pengiriman data dengan bandwith yang sangat besar. Teknologi 3G seperti optical network, HS-DBA, xDSL, HS-LAN, mobile/wireless access, teknologi perangkat lunak dan aplikasinya juga sudah memungkinkan pengembangan layanan-layanan multimedia. Produk-produk terminal untuk pelanggan/user (GPRS, EDGE, WCDMA, video phone, mobile internet application, PDA) juga sudah sangat siap. Namun demikian bila kita fakta yang ada maka layanan-layanan yang diberikan operator-operator jaringan masih sangat terbatas dan relatif mahal tarifnya. PT. Telkom, sebagai operator telekomunikasi di Indonesia menghadapi beberapa kendala untuk mengimplementasikan layanan multimedia di Indonesia. Mulai dari kendala teledensity yang masih rendah sampai harga perangkat user yang relatif mahal dan dirasakan masih memberatkan konsumen, merupakan beberapa diantara sekian banyak alasan lain yang memaksa PT. Telkom sangat hatihati dalam menawarkan layanan multimedia kepada konsumennya. Kehati-hatian ini sangat beralasan, sebab dalam bisnis, segala sesuatu harus diuji nilai kelayakannya, baik sisi teknis maupun ekonomis. Untuk itu perlu dibuat langkah-langkah strategis sebagai solusi kendala yang dihadapi beserta tahapan-tahapan implementasinya untuk memudahkan realisasi di tingkat operasional. Kata kunci: layanan multimedia, strategi implementasi, PT. Telkom PENDAHULUAN Beberapa tahun terakhir terjadi pergeseran yang signifikan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia mulai lebih “melek” terhadap teknologi, terutama teknologi komunkasi dan informasi. Berutunglah hal ini didukung oleh daya beli masyarakat yang nampaknya semakin menguat walaupun pemerintah menyatakan bahwa republik ini masih belum lepas dari krisis, utamanya krisis ekonomi. Beberapa fakta dapat dilihat, pertumbuhan pasang baru telepon rumah untuk wilayah-wilayah di luar kota-kota besar meningkat. Menurut data PT. Telkom, jumlah pasang baru tahun 2004 sebesar 391.807 satuan sambungan telepon (SST), artinya meningkat kurang lebih 4,49% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pelanggan telepon seluler pun seakan tak ingin ketinggalan. Beberapa operator menyebutkan peningkatan jumlah pelanggan dalam 5 tahun terakhir sangat menggembirakan. Data PT. Telkom menyebutkan selama dua tahun terakhir mereka mendapatkan pertumbuhan jumlah pelanggan sebesar 308,79% atau sekitar 1.320.274 pelanggan. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ISBN : 979-99302-0-0
D-19-2 Seiring dengan bertambahnya pengguna teknologi komunikasi dan informasi di Indonesia men-drive sebuah gaya hidup dan budaya kerja baru masyarakat Indonesia. Ketergantungan terhadap perangkat komunikasi dan informasi membuat sebagian masyarakat berharap layanan komunikasi lebih dari sekedar media berkomunikasi namun lebih jauh lagi sebagai perangkat komunikasi dan informasi baik komunikasi suara, audio, video dan data. Dari sisi teknologi, tuntutan konsumen ini mau tidak mau membuat para vendor perangkat telekomunikasi bergairah untuk terus mengembangkan produk-produk yang mampu mendukung teknologi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Produk-produk terus bermunculan sebagai jawaban dari kebutuhan konsumen. Sampai akhirnya, saat ini teknologi jaringan relatif sudah mature dan operable. Dari sisi teknologi, hampir seluruh layanan yang dibutuhkan konsumen mampu diimplementasikan dengan baik. Layanan multimedia yang saat ini sudah merupakan kebutuhan konsumen, mampu disediakan oleh perangkat-perangkat telekomunikasi. Mulai dari sisi sentral layanan sampai terminal pelanggan. Namun, melihat kenyataan yang ada, tidak seluruh layanan yang secara teknologi siap diimplementasikan ditawarkan kepada konsumen. Kalaupun ditawarkan, biasanya tarif yang disodorkan kepada konsumen pun relatif masih mahal dan hanya konsumsi kelompok masyarakat tertentu. Hal ini tentu menjadi pertanyaan bagi kita. Mengapa hal ini terjadi? Saat ini layanan multimedia bukan hanya kebutuhan kelompok masyarakat tertentu, namun sudah menjadi kebutuhan hampir seluruh lapisan konsumen layanan komunikasi dan informasi. Berikut ini adalah beberapa kendala yang dijumpai oleh salah satu operator komunikasi dan informasi, dalam studi kasus ini adalah PT. Telkom, dalam menawarkan layanan multimedia kepada konsumen. Beberapa alternatif solusi dan tahapan-tahapan inplementasi juga disertakan untuk memberikan gambaran strategi yang dapat dilakukan menanggapi kendala-kendala yang terjadi. Pada bagian akhir disertakan sebuah kesimpulan hasil analisis strategi implementasi layanan multimedia di PT. Telkom. PEMBAHASAN Layanan multimedia disebut-sebut sebagai salah satu kandidat layanan primadona pada awal abad 21 ini. Ini bukan sebuah kejutan mengingat bahwa saat ini kebutuhan akan layanan multimedia mulai mendapat tempat di hati para konsumen jasa telekomunikasi dan informasi. Salah satu indikasi adalah data yang diperoleh PT. Telkom menyebutkan bahwa peningkatan pendapatan dari sektor layanan data dan internet pada tahun ini sebesar Rp. 3,3 trilyun atau naik sekitar 57% dibandingkan pendapatan sektor yang sama tahun lalu. Kenaikan tersebut antara lain dipicu oleh kenaikan produksi SMS pelanggan Telkomsel, koneksi Telkomnet Instan dan layanan VoIP (TELKOMSave dan TELKOMGlobal). Namun demikian, layanan multimedia yang ditawarkan dirasakan belum optimal. Telkomnet Instan misalnya, hanya menyediakan bandwith maksimal sebesar 56 Kbps. Angka ini sangat jauh bila dibandingkan dengan perangkat jaringan internet yang rata-rata memiliki bandwith diatas 128 Kbps. Berikut ini analisa kendala, solusi dan tahapan dalam mengimplementasikan layanan multimedia kepada kosumen. Kendala Teledensity yang Masih Rendah Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ISBN : 979-99302-0-0
D-19-3 Salah satu kendala yang dihadapi adalah masih rendahnya rata-rata teledensity di Indonesia. Pada tahun 2000 tercatat hanya berkisar 3,07 satuan sambungan per 100 penduduk dan meningkat kurang lebih 0,18 point setiap tahunnya. Saat ini jumlah pemilik telepon tetap hanya berjumlah 7-8 juta dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang hampir mencapai 270 juta jiwa. Sedangkan jumlah pemilik telepon seluler jauh lebih baik yaitu sekitar 20 juta orang. Angka ini tentu merupakan angka rata. Sedangkan angka real-nya mungkin tidak terlalu menggembirakan. Sebab dari seluruh pemilik telepon, baik telepon tetap maupun seluler sebagian besar masih terkonsentrasi di beberapa kota besar di pulau Jawa, seperti wilayah Jabotabek, Bandung, Semarang, Surabaya, serta beberapa kota-kota besar di luar Jawa. Sumber dari Bappenas menyebutkan bahwa kita masih memliki 40 ribu desa yang belum tersentuh teknologi telekomunikasi. Dengan teledensity yang masih sangat rendah, khususnya untuk telepon tetap, sangat sulit mengharapkan sebuah operator layanan telekomunikasi melakukan investasi layanan dengan demand konsumen yang kurang kondusif. Untuk itu rencana pembangunan atau investasi layanan telekomunikasi hendaknya disertai dengan big plan untuk melakukan penetrasi terhadap tingkat teledensity, khususnya untuk telepon tetap. Untuk telepon seluler lebih sulit dihitung sebab terkadang satu orang memiliki beberapa nomor telepon. Investasi Masih Memprioritaskan Penambahan Jumlah SST Investasi yang diperlukan untuk membangun atau mengembangkan sebuah layanan telekomunikasi tidaklah kecil. Investasi fixed wireline sebesar US$ 300 per line, sedangkan fixed wireless access (FWA) sebesar US$ 150 per line. Dan rencana ke depan, setiap tahunnya, PT. Telkom akan membangun 2 juta sambungan telepon baru terdiri dari fixed dan wrireless, dengan perincian 400 sambungan untuk fixed dan sisanya untuk wireless. Ini belum termasuk investasi yang dilakukan oleh Telkomsel, salah satu anak perusahaan terbesar Telkom, sebesar Rp. 3.622 trilyun atau kurang lebih senilai dengan US$ 405 juta. Investasi ini digunakan untuk pembangunan 942 BTS dan 7.846 TRX baru dengan target pencapaian jumlah kapasitas network pada akhir september 2004 sebesar 15,4 juta satuan sambungan. Alasan PT. Telkom yang masih memusatkan investasinya pada pengembangan jumlah satuan sambungan baru sangat masuk akal. Sebab selain untuk melakukan penetrasi (meningkatkan) teledensity pengguna telepon, juga pada akhirnya bertujuan menjaga stabilitas pendapatan perusahaan. Hal ini bisa dipahami apabila melihat bahwa pendapatan terbesar PT. Telkom didapatkan dari layanan telepon, fixed phone dan seluler. Pendapatan PT. Telkom dalam kurun waktu tahun 2004 dari sektor ini sebesar Rp. 15,34 trilyun atau sekitar 60,68% dari seluruh pendapatan PT. Telkom. Sedangkan pendapatan dari layanan data dan internet selama tahun 2004 adalah 3,35 trilyun atau sekitar 13% dari total pendapatan PT. Telkom pada tahun 2004. Interoperability Umum operator layanan telekomunikasi, khususnya jaringan yang menyediakan layanan multimedia, cenderung berhadapan pada permasalahan interoperability, baik interoperability perangkat keras (antarmuka) maupun perangkat lunak (protokol: pensinyalan, database, workflow dll). Ketidaksesuaian protokol: pensinyalan, database, workflow perangkat antar produk vendor, dari sisi operasional sangat membebani kinerja operasional jaringan, dan berakibat menurunnya dayaguna dan Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ISBN : 979-99302-0-0
D-19-4 mutu penyediaan layanan yang pada akhirnya merugikan perusahaan dan juga pelanggan. Selain masalah interoperability, masih ada permasalahan-permasalahan lain yang sering membebani operator telekomunikasi, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan jaringan multi protokol antara lain kapasitas perangkat keras, kapasitas perangkat lunak dan efektifitas alur kerja software. Regulasi Penerapan NGN (Next Generation Network) bisa menimbulkan konsekuensi perubahan peta bisnis telekomunikasi sehingga regulator dituntut untuk segera memahami dan membuat aturan main tentang teknologi ini. Sasarannya, agar tidak menimbulkan dispute antar operator dan kebingungan masyarakat saat nantinya teknologi ini telah dikomersialkan. Perangkat Terminal yang Relatif Masih Mahal Disisi konsumen kendala klasik yang masih sering dijumpai adalah harga perangkat terminal komunikasi yang mampu mendukung layanan multimedia dan multi service masih dirasakan sangat mahal. Untuk menggunakan layanan komunikasi multimedia seorang konsumen harus “merogoh kocek” cukup dalam, minimal Rp. 2 juta untuk sebuah terminal wireline atau Rp. 3 juta untuk sebuah terminal wireless. Ini juga harus menjadi pertimbangan bagi para operator untuk meluncurkan sebuah layanan baru yang lebih bersifat value added services (VAS). Layanan VAS umumnya diluncurkan dengan segmen konsumen dengan pendapatan menengah keatas. Solusi Menggandeng Mitra Kerja di Daerah Masalah teledensity memang terkait dengan kurangnya pemerataan pembangunan sehingga terdapat jurang kesenjangan yang sangat lebar antara daerahdaerah maju dan daerah-daerah tertinggal. Untuk melakukan penetrasi terhadap tingkat teledensity terutama untuk daerah-daerah tertinggal memang bukan suatu hal yang mudah.. Banyak sekali investasi yang harus ditanamkan untuk membangun dan mengembangkan infrastruktur telekomunikasi dan informasi. Untuk itu para operator supaya mampu melakukan negosiasi dan pendekatan kepada mitra kerja lokal untuk bersama-sama membangun infrastruktur telekomunikasi dan informasi. Apabila perlu, jalin kerja sama dengan pemerintah daerah (Pemda) setempat. Dengan jalinan sebagai mitra kerja ini, selain sebagai salah satu sumber dana investasi, juga merupakan kerangka besar untuk pengembangan local content, sebab infrastruktur telekomunikasi dan informasi merupakan sebuah pondasi dari teknologi yang dapat dikembangkan oleh potensi-potensi sumber daya lokal di masa datang. Pemilihan mitra kerja supaya dilakukan secara selektif. MoU (memorioum of understanding) yang disepakati haruslah merupakan sebuah bentuk kerja sama yang saling menguntungkan (win-win solution). Bentuk kerjasama dengan mitra kerja untuk membangun dan mengembangkan infrastruktur telekomunikasi dan informasi ini telah dilakukan oleh Telkom untuk membangun 500 BTS flexi baru di seluruh Indonesia sampai akhir 2004, dan mitra kerja yang paling banyak berasal dari pemerintah daerah (Pemda) setempat. Program kemitraan dengan nilai total investasi Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ISBN : 979-99302-0-0
D-19-5 2 trilyun tersebut, sebesar 5 persen merupakan porsi mitra kerja dengan perbandingan profit sharing 80:20 untuk pihak Telkom dibanding mitra. Tentukan Segmen Pasar Spesifik dan Prioritaskan Pasar Potensial Layanan multimeda saat ini tidak bisa dipungkiri merupakan layanan ekslusif. Artinya, tidak seluruh segmen konsumen membutuhkan dengan proporsi yang sama. Ada beberapa segmen konsumen yang sangat intensif bergantung kepada layanan multimedia, namun ada juga yang kurang signifikan bahkan tidak membutuhkan sama sekali layanan multimedia yang ditawarkan. Efek komposisi konsumen seperti ini sangat umum dan hampir berlaku dalam setiap produk jasa, biasanya disebut dengan skew effect. Supaya setiap layanan tepat jatuh kepada segmen konsumen dengan intensitas kebutuhan tinggi, maka operator harus cerdik dan jeli dalam menentukan segmen konsumen untuk masing-masing layanan. Berdasarkan beberapa kajian, segmentasi konsumen layanan multimedia antara lain dipengaruhi faktor-faktor berikut: Wilayah/geografis, meliputi daerah urban dan sub urban. Aktivitas, meliputi bisnis, residensial, pemerintahan, sosial. Profesi, seperti karyawan, pelajar/mahasiswa, pegawai negeri, TNI dan POLRI, dokter dan perawat, guru/dosen/pengajar, dll. Umur, meliputi anak-anak (0-12 tahun), remaja (12–18 tahun), dewasa (18-65 tahun) dan lanjut usia (65 tahun keatas) Kebutuhan internet, meliputi sama sekali tidak perlu, kadang-kadang perlu, perlu, perlu sekali serta vital. Sifat pekerjaan, meliputi tidak perlu dukungan internet, perlu dukungan internet dan sangat perlu dukungan internet vital Dengan demikian setiap layanan yang ditawarkan kepada konsumen akan memiliki demand yang besar dan mampu bertahan dari semua kendala yang mungkin terjadi. Misalnya, produk Telkom Speedy (layanan komunikasi broadband Telkom) sebaiknya tetap fokus kepada segmen konsumen dari kalangan korporasi, small-medium enterprise, dan perumahan yang menggunakan internet cukup tinggi. Pertimbangan ini didasarkan pemikiran bahwa Telkom memiliki layanan akses internet TelkomNet Instan dengan target segmen konsumen adalah small-medium enterprise dan personal yang membutuhkan koneksi dial-up instan. Sehingga, peluncuran produk Speedy kepada konsumen akan mencakup segmen konsumen yang selama ini belum ter-cover dengan layanan yang disediakan oleh TelkomNet Instan. Pembangunan infrastruktur dan layanan multimedia supaya selalu memprioritaskan pada segmen konsumen potensial yang telah ditentukan. Ini harus dilakukan setidaknya pada awal peluncuran sebuah produk jasa atau layanan. Sebab dengan tetap fokus dan memprioritaskan terhadap sebuah segmen konsumen tertentu, investasi yang harus disiapkan untuk penyediaan sebuah layanan dapat ditekan dengan prosentase demand yang tetap terjaga. Kerja Sama dengan Vendor Produsen Terminal Dan hal yang tidak kalah pentingnya adalah menjalin kerja sama dengan vendor produsen perangkat terminal dalam hal penyediaan terminal yang mampu mendukung seluruh layanan yang ditawarkan dengan harga yang kompetitif. Pengetahuan operator layanan dan vendor perangkan harus sinkron, sehingga mampu berjalan beriringan dalam memasarkan produk masing-masing. Trend content komunikasi dan informasi Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ISBN : 979-99302-0-0
D-19-6 kedepan berupa multimedia dan layanan interaktif harus disikapi bersama oleh kedua belah pihak sebagai sebuah peluang kemitraan bisnis dengan konsep win-win solution. Dengan ikatan kerjasama antara operator dengan vendor perangkat terminal diharapkan konsumen mendapatkan jaminan terhadap layanan yang ditawarkan, baik disisi service jaringan maupun terminal yang digunakan. Menggunakan perangkat dengan protokol H.350 series Jawaban kebutuhan interoperability operator layanan adalah protokol H.350 series. H.350 merupakan protokol, cara menyimpan informasi dan mengelola rekaman aktivitas pelanggan secara detil, autentikasi dan otorisasi serta identitas pelanggan voice, video and collaborative multimedia terintegrasi dalam satu sistem database. H.350 mendukung SIP, H.323, H.320 juga protokol proprietary atau protokol kolaborasi dan conferencing non-standarized seperti access grid atau VRVS. H.350 adalah standard protokol yang menyediakan suatu keseragaman cara: menyimpan, mencari dan memperbaharui (update) data alamat yang berhubungan dengan database, untuk kebutuhan penyediaan layanan video dan voice conference, messaging over IP (VoIP). H.350 menggunakan server LDAP (Lightweight Directory Access Protocol) untuk mengelola alur kerja (workflow) informasi voice, video dan collaborative multimedia secara terintegrasi dengan database alamat dan identitas. Standard arsitektur H.350 untuk layanan-layanan konferensi multimedia diratifikasi oleh ITU (International Telecommunications Union) pada September 2003. Standard H.350 ini diajukan oleh Internet2 Video Middleware Working Group. Standard H.350 meningkatkan jaminan keamanan dengan menyediakan tata laksana pengelolaan dan penyimpanan informasi autentikasi yang telah distandarisasi. TAHAPAN IMPLEMENTASI Untuk mengimplementasikan layanan multimedia diperlukan strategi yang tepat. Berikut ini serangkaian strategi yang dapat dilakukan sebagai usaha untuk melakukan penetrasi pasar terhadap layanan yang akan diluncurkan. Penentuan segmen pasar Tahapan ini adalah tahapan awal yang harus dilalui oleh seluruh peluang bisnis. Peluang bisnis sebelum “dilempar” ke pasar terlebih dahulu harus diuji tingkat ekonomis dan kelayakannya. Kegiatan ini dikenal dengan istilah studi kelayakan/feasibility study, yang akan menentukan layak atau tidaknya sebuah bisnis dijalankan. Segmentasi pasar harus dilakukan dengan teliti dan tepat dalam pemilihan segmen kosumen/pasar mana yang menjadi target dari produk jasa atau layanan yang ditawarkan. Jangan terlampau besar/general sebab dapat mengakibatkan sasaran pemasaran menjadi tidak tajam, kesalahan memilih metode dan sarana pemasaran dan lain sebagainya. Namun juga jangan terlalu eksklusif yang dapat menyebabkan demand dari produk yang ditawarkan sangat kecil dan tidak sebanding dengan investasi yang harus disediakan.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ISBN : 979-99302-0-0
D-19-7 Persiapan Apabila hasil studi kelayakan menyatakan bahwa layanan yang ditawarkan memiliki prospek yang baik, tahapan selanjutnya adalah mempersiapkan layanan tersebut untuk ditawarkan kepada konsumen. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membangun infrastruktur yang dibutuhkan. Baik infrastruktur fisik maupun non-fisik. Penambahan fitur sebagai value added service (VAS) pada sebuah core service/layanan utama umumnya tidak membutuhkan investasi terlalu besar. Operator telekomunikasi seperti PT. Telkom yang telah memiliki landasan infrastruktur yang kuat baik wireline maupun wireless, investasi yang dibutuhkan untuk penambahan layanan biasanya hanya penambahan fitur atau perangkat di sentral jaringan. Namun bagaimanapun infrastruktur ini harus disiapkan dan diuji tingkat avaibility-nya sebelum dinyatakan siap beroperasi. Langkah selanjutnya yang harus dipikirkan adalah bagaimana memperkenalkan produk atau layanan kepada konsumen. Strategi marketing harus dipikirkan dengan baik supaya usaha untuk memperkenalkan produk/layanan dapat mengena kepada sasaran konsumen yang diharapkan. Media dan bentuk promosi harus dipilih dengan tepat dengan mempertimbangkan segmen konsumen tertentu. Service after sales Tahapan yang terakhir adalah memberikan pelayanan continue kepada konsumen. Langkah ini sangat penting untuk menjaga loyalitas konsumen. Konsumen, untuk menikmati layanan yang ditawarkan selain harus membayar tarif layanan yang ditentukan operator, juga harus menyediakan perangkat terminal dengan biaya sendiri. Oleh karena itu, operator harus benar-benar memperhatikan kesulitan konsumen dalam memanfaatkan layanan, baik dari sisi layanan/service operator sampai pada masalah perangkat terminal yang digunakan konsumen. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat sebuah unit khusus untuk menanggapi keluhan dan kesulitan konsumen. Unit ini biasanya disebut dengan istilah Customer Care. Tugasnya adalah melayani dan memberikan alternatif solusi terhadap seluruh kesulitan yang dialami konsumen. Dengan dibentuknya unit yang khusus untuk menangani keluhan dan kesulitan konsumen, perusahaan berusaha tetap mempertahankan dan menjaga loyalitas konsumen terhadap suatu layanan tertentu. KESIMPULAN Layanan multimedia, walaupun disisi teknologi sudah mature dan siap untuk dioperasikan, namun sebagian besar operator nampaknya masih enggan untuk menawarkan seluruh fasilitas ini kepada konsumen. Nampaknya, inti kesulitan bukan pada sisi teknologi maupun besarnya biaya investasi yang dibutuhkan. PT. Telkom misalnya, salah satu raksasa operator telekomunikasi di Indonesia, yang memiliki infrastruktur yang sangat baik, masih memfokuskan kepada pembangunan sambungan baru baik untuk wireline maupun wireless, ketimbang menyediakan layanan multimedia kepada konsumen. Hal ini salah satunya dipicu oleh trend pendapatan PT. Telkom, dimana lebih dari 60% pendapatan berasal dari layanan fixed wireline dan wireless access dibandingkan dengan pendapatan dari layanan data dan internet yang hanya menduduki peringkat ketiga atau sebesar 13%. Namun, trend pendapatan PT. Telkom dari sektor layanan multimedia dalam 2 tahun terakhir menunjukkan gejala positif. Pendapatan sektor data dan internet Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ISBN : 979-99302-0-0
D-19-8 meningkat 57%, Telkom Speedy yang mulai dipasarkan pada 29 juli 2004 telah terjual 54% dari kapasitas total dan peningkatan 60,1% dari penjualan SMS/MMS menjadi bukti bahwa layanan multimedia hanya tinggal menunggu waktu untuk menjadi primadona dan sektor pendapatan andalan PT. Telkom. Ditunjang dengan teledensity dan dukungan teknologi yang memadai layanan ini layak untuk mendapatkan perhatian lebih serius.
REFERENSI [1] Aji Widodo, Softswitch: Future Telecommunication Concept, Gematel, 2002 [2] Ferry Astika Saputra, Internet Development in Indonesia: A Preview and Perception . [3] Fred Hallsall, Multiservice Network, Morgan-kauffman [4] Matti Pohjola, Information Technology and Economic Development, World Institut for Development Economics Research (WIDER), 1998 [5] Sampsa Kiiski and Matti Pohjola, Cross-country Diffusion on the Internet, World Institut for Development Economics Research (WIDER), 2001 [6] Maruli Tambunan, Database Alamat dan Layanan Multimedia dengan Protokol H.350, http://www.ristishop.com, 2004 [7] Onno W. Purbo, Perkembangan Teknologi Informasi Abad 21, Computer Network Research Group-ITB, 1996 [8] PT. Telkom, Deskripsi Layanan dan Infrastruktur Model Multimedia City [9] PT. Telkom, Laporan Kinerja Telkom (Info Memo) Quarter 3 Tahun 2004, PT. Telkom, 2004 [10] PT. Telkom, The Third Quarter of 2004 Results (unaudited), PT. Telkom, 2004 [11] Tri Djatmiko, Jaringan Akses Pita Lebar Telekomunikasi di Indonesia, http://www.telkom.co.id/beritaterkini/, 2004
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I 25-26 Pebruari 2005 Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
ISBN : 979-99302-0-0