ANALISA NILAI TEC (TOTAL ELECTRON CONTENT) PADA LAPISAN IONOSFER DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGAMATAN GPS DUA FREKUENSI Mochammad Rizal1, Eko Yuli Handoko1, Buldan Muslim2 1
2
Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS‐Sukolilo, Surabaya‐60111 Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi, Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa, LAPAN, Bandung matahari serta densitas gas pada lapisan tersebut. Sinyal dari satelit GPS, yang terletak kira‐kira 20.000 km diatas permukaan bumi, harus melalui lapisan ionosfer untuk sampai ke antena dipermukaan bumi. TEC adalah jumlah elektron dalam kolom vertikal (silinder) berpenampang seluas 1m2 sepanjang lintasan sinyal dalam lapisan ionosfer. Nilai TEC biasanya dinyatakan dalam TECU, dimana 1 TECU adalah sama dengan 1016 elektron/m2.. nilai TEC ionosfer pada umumnya berkisar antara 1 sampai 200 TECU. Informasi tentang karakteristik ionosfer dalam suatu wilayah biasanya diwakili oleh karakteristik dari TEC, akan sangat berguna untuk memonitor perubahan nilai elektron pada lapisan Ionosfer, menyediakan data kalibrasi bagi pengguna GPS, dan dalam bidang telekomunikasi nilai TEC dapat digunakan untuk mengetahui Sintilasi yaitu gejala menurunnya intensitas gelombang radio setelah melalui ionosfer berupa fluktuasi amplitude dan fase yang cepat akibat ketidakaturan lapisan ionosfer. . Dalam kasus di Indonesia, mempelajari karakteristik ionosfer di atas wilayahnya yang begitu luas dan sebagian besar ditutupi air bukanlah suatu hal yang mudah. Penggunaan balon udara ataupun radiosonde yang umum dilakukan saat ini bukanlah suatu solusi yang tepat [Abidin,2006] Dalam hal ini, pengaruh TEC terhadap sinyal adalah sinyal dari satelit GPS yang melalui
Informasi tentang karakteristik ionosfer dalam suatu wilayah biasanya diwakili oleh karakteristik dari TEC (Total Electron Content), akan sangat berguna untuk beberapa hal. Dalam kasus di Indonesia, mempelajari karakteristik ionosfer di atas wilayahnya yang begitu luas dan sebagian besar ditutupi air bukanlah suatu hal yang mudah. Salah satu aplikasi GPS adalah untuk mengamati dan mempelajari karakteristik ionosfer. Informasi mengenai karakteristik ionosfer suatu wilayah biasanya diwakili oleh karakteristik dari nilai TEC. Download data hasil pengukuran dari GPS dua frekuensi dalam bentuk rinex dan data orbit satelit dengan format SP3 yang sesuai dengan waktu pengamatan. Dari data tersebut dapat di hitung posisi receiver GPS dan posisi orbit satelit dalam koordinat geosentrik. Setelah data koordinat tersebut diketahui maka dapat digunakan untuk menentukan sudut elevasi, kemudian koordinat di titik Ionosfer, nilai TEC fase, nilai TEC kode, nilai delta TEC kode fase, dan nilai TEC kombinasi kode fase. Pergerakan nilai TEC selama 7 hari memiliki pola yang hampir sama. Pada malam hari nilai TEC cenderung tinggi dan batasan sudut elevasi antara lebih dari 30 derajat semua data nilai TEC tidak mengandung multipath. Kata Kunci : Ionosfer, TEC, SP3 1. Pendahuluan GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem banyak digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca, ini di desain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti dan juga informasi mengenai waktu secara kontinyu di seluruh dunia. Lapisan Ionosfer terletak kira‐kira antara 60 sampai 1000 km diatas permukaan bumi. Jumlah elektron dan ion bebas pada lapisan ionosfer tergantung pada besarnya intensitas radiasi
ionosfer akan mengalami delay time karena dipengaruhi oleh elektron bebas di ionosfer, pengaruh terbesar adalah pada kecepatan sinyal dimana akan langsung mempengaruhi nilai ukuran jarak dari pengamat ke satelit, TEC akan mempengaruhi propagansi sinyal yang akan berpengaruh pada kecepatan, arah, polarisasi, dan kekuatan sinyal. Efek ionosfer yang terbesar adalah pada kecepatan sinyal, dimana akan langsung mempengaruhi nilai ukuran jarak dari pengamat ke satelit. Ionosfer akan memperlambat
1
pseudorange (ukuran jarak menjadi lebih panjang) dan mempercepat fase (ukuran jarak menjadi lebih pendek), dengan bias jarak (dalam unit panjang) yang sama besarnya. Besarnya bias jarak karena efek ionosfer akan tergantung pada konsentrasi elektron sepanjang lintasan sinyal serta frekuensi sinyal yang bersangkutan. Sedangkan konsentrasi elektron sendiri akan tergantung pada beberapa faktor, terutama aktivitas matahari dan medan magnetik bumi. 2. Lokasi Penelitian Lokasi kegiatan penelitian dilakukan di titik BM BPLS tepatnya berada depan kantor BPLS Surabaya yang beralamat di Jln. Gayung Kebonsari No. 50 Surabaya. Gambar 2. Diagram Alur Penelitian
Gambar 1. Titik Pengamatan di Lokasi BPLS Surabaya
3. Data dan Metodologi Alat yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini terdiri dari dua bagian yaitu untuk pengambilan bahan atau data di lapangan dan alat untuk melakukan pengolahan data. a. Bahan atau data yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah hasil pengukuran GPS dua frekuensi 24 jam selama 7 hari. b. Peralatan yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Perangkat Keras : GPS Receiver TRIMBLE, 1 buah Notebook ACER ASPIRE 4730Z, 1 buah Printer HP Deskjet D2466 2. Perangkat Lunak : Sistem Operasi Microsoft Windows XP, Matlab 7.8, Microsoft Office 2003, Microsoft Excel 2003 dan Software TEC Harian. Metodologi penelitian tugas akhir dilakukan sesuai dengan diagram alir berikut :
ini
Gambar 3. Diagram Alur Pengolahan dan Penghitungan Data
2
4. Hasil dan Analisa Analisa Nilai TEC terhadap Waktu Analisa ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik atau pola perubahan nilai TEC selama 24 jam dengan lama pengamatan 7 hari mulai tanggal 28 Juni 2008 sampai 4 Juli 2008.
Hari ke 3 (30 Juni 2008) Hari Ketiga 30 Juni 2008 35 30 TE C Kode Fase
•
•
Hari ke 1 (28 Juni 2008)
25 20
30 Juni 2008
15 10 5 0
Hari Pertama 28 Juni 2008
1
3
5
7
9
T E C K o d e F ase
25
13
15
17
19
21
23
Gambar 6. Grafik Nilai TEC terhadap Waktu Hari Ketiga
20 28 Juni 2008
15
Pada Gambar 6 pengamatan hari ketiga ini nilai TEC maksimum terjadi pada jam 06.00 pagi hari dengan nilai 30,71 TECU dan nilai TEC minimum terjadi pada jam 20.00 malam hari dengan nilai 5,73 TECU. Nilai TEC cenderung stabil terjadi pada jam 11.00 sampai 18.00 dengan nilai antara 9,292 sampai 8,599 TECU karena stabilnya aktivitas matahari. Nilai TEC cenderung tinggi terjadi antara jam 00.00 sampai 08.00 karena naiknya densitas elektron pada lapisan ionosfer akibat dari tidak ada atau rendahnya aktifitas matahari.
10 5 0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
Local Time
Gambar 4. Grafik Nilai TEC terhadap Waktu Hari Pertama
Pada Gambar 4 dapat terlihat bahwa nilai TEC maksimum terjadi pada jam 05.00 pagi hari dengan nilai 25,73 TECU dan nilai TEC minimum terjadi pada jam 20.00 malam hari dengan nilai 4,433 TECU. Nilai TEC cenderung stabil terjadi pada jam 14.00 sampai 18.00 dengan nilai antara 6,5549 sampai 5,6580 TECU karena stabilnya aktivitas matahari. Nilai TEC cenderung tinggi terjadi antara jam 00.00 sampai 07.00 karena nilai densitas elektron tinggi akibat dari tidak ada dan rendahnya aktifitas matahari.
•
Hari ke 4 (1 Juli 2008) Hari Keempat 01 Juli 2008 40 35 30 TEC Kode Fase
•
11
Local Time
30
Hari ke 2 (29 Juni 2008)
25 20
01 Juli 2008
15 10 5 0
Hari Kedua 29 Juni 2008
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
Local Time
30
Gambar 7. Grafik Nilai TEC terhadap Waktu Hari Keempat
T E C K o d e fa s e
25 20 15
29 Juni 2008
Pada Gambar 7 pengamatan hari keempat ini nilai TEC maksimum terjadi pada jam 05.00 pagi hari dengan nilai 33,65 TECU dan nilai TEC minimum terjadi pada jam 20.00 malam hari dengan nilai 8,166 TECU. Nilai TEC cenderung stabil terjadi pada jam 14.00 sampai 16.00 sore hari dengan nilai antara 8,942 sampai 9,208 TECU dan jam 19.00 sampai 21.00 malam hari dengan nilai antara 8,187 sampai 8,484 TECU karena stabilnya dari aktifitas matahari dan ketika pada malam hari diakibatkan masih adanya radiasi efek dari aktivitas matahari pada siang hari yg mengakibatkan pada malam hari nilai TEC cenderung stabil. Nilai TEC cenderung tinggi terjadi pada jam 01.00 sampai 07.00 karena
10 5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15
Local Time
Gambar 5. Grafik Nilai TEC terhadap Waktu Hari Kedua
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa pengamatan hari kedua tidak dilakukan selama 24 jam tetapi selama 14 jam. Pada hari kedua ini nilai TEC maksimum terjadi pada jam 05.00 pagi hari dengan nilai 27,04 TECU dan nilai TEC minimum terjadi pada jam 14.00 siang hari dengan nilai 5,47 TECU. Nilai TEC cenderung tinggi terjadi antara jam 01.00 sampai 07.00 karena tidak ada atau rendahnya aktifitas matahari sehingga mengakibatkan nilai densitas elektron tinggi.
3
naiknya densitas elektron akibat dari tidak ada atau rendahnya aktifitas matahari.
sehingga nilai densitas elektron pada lapisan ionosfer cenderung naik.
•
•
Hari ke 5 (2 Juli 2008)
Hari ke 7 (4 Juli 2008)
Hari Kelima 02 Juli 2008
Hari Ketujuh 04 Juli 2008 35 30
20
T E C Ko d e F ase
T E C Ko d e F ase
25
15 02 Juli 2008 10 5
25 20
04 Juli 2008
15 10 5
0
0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
1
23
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
Local Time
Local Time
Gambar 8. Grafik Nilai TEC terhadap Waktu Hari Kelima
Gambar 10. Grafik Nilai TEC terhadap Waktu Hari Ketujuh
Pengamatan hari kelima pada Gambar 8 menunjukkan nilai TEC maksimum pada hari kelima terjadi pada jam 08.00 pagi hari dengan nilai 22,38 TECU dan nilai TEC minimum terjadi pada jam 19.00 malam hari dengan nilai 7,596 TECU. Nilai TEC cenderung stabil terjadi pada jam 14.00 sampai 16.00 dengan nilai antara 7,947 sampai 7,885 TECU karena stabilnya aktifitas matahari sehingga nilai TEC tidak cenderung mengalami perubahan yang signifikan. Nilai TEC maksimum terjadi pada jam 00.00 sampai 09.00 karena naiknya densitas elektron yang disebabkan tidak ada atau rendahnya aktifitas matahari yang mengakibatkan nilai TEC naik.
Pada pengamatan hari ketujuh Gambar 10 pola perubahan nilai TEC hampir sama dengan pengamatan yang dilakukan hari pertama, ketiga, keempat, kelima, dan keenam. Pada pengamatan hari ketujuh ini nilai TEC maksimum terjadi pada jam 05.00 pagi dengan nilai 32,380 TECU dan nilai TEC minimum terjadi pada jam 19.00 malam hari dengan nilai 6,725 TECU. Nilai TEC pada jam 00.00 sampai 08.00 cenderung tinggi karena tidak ada atau lemahnya aktifitas matahari yang mengakibatkan naiknya densitas electron pada lapisan ionosfer. Analisa Perubahan Nilai TEC Dalam 1 Minggu Perubahan Nilai TEC Kode Fase Dalam 1 Minggu
•
Hari ke 6 (3 Juli 2008)
40
Hari Keenam 03 Juli 2008
35
30 30
20 15
TEC Kode Fase
T E C K o d e F ase
25
03 Juli 2008
10 5 0 1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
29 Juni 2008
25
28 Juni 2008 30 Juni 2008 01 Juli 2008
20
02 Juli 2008 03 Juli 2008 15
04 Juli 2008
23 10
Local Time
5
Gambar 9. Grafik Nilai TEC terhadap Waktu Hari Keenam
0 1
Pada pengamatan hari keenam Gambar 9 menunjukkan nilai TEC maksimum terjadi pada jam 08.00 pagi dengan nilai 25,270 TECU dan nilai TEC minimum terjadi pada jam 21.00 malam hari dengan nilai 8,023 TECU. Nilai TEC pada pengamatan kali ini tidak ada yang stabil semuanya mengalami perubahan nilai baik nilainya bertambah maupun berkurang. Nilai TEC cenderung tinggi terjadi pada jam 00.00 sampai 08.00 karena tidak adanya aktifitas matahari
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Local Time
Gambar 11 Grafik Perubahan Nilai TEC Harian Dalam 1 Minggu Pada Gambar 11 memperlihatkan bahwa pola pergerakan nilai TEC hampir sama mulai dari hari pertama sampai hari ketujuh. nilai TEC maksimum terjadi pada tanggal 1 Juli 2008 jam 06.00 dengan nilai 33,6475 TECU dan nilai TEC minimum terjadi pada tanggal 28 Juni 2008 jam 21.00 dengan nilai 4,4334 TECU. Nilai TEC cenderung bergerak maksimum pada jam 05.00 sampai 07.00 karena
4
sudut elevasi bervariasi dari 20 dan 30 derajat. Gambar 16 sebenarnya sudah memperlihatkan nilai TEC kearah yang kontinyu dan halus tetapi masih terlihat multipath sehingga untuk sudut elevasi lebih 20 derajat tidak disarankan menggunakan data nilai TEC untuk pemodelan nilai TEC. Pada Gambar 17 terlihat dengan jelas bahwa nilai TEC memiliki sifat ke arah kontinyu dan lebih halus sehingga bisa di simpulkan bahwa pada Gambar 17 nilai TEC tidak mengandung multipath dengan sudut elevasi 30 derajat. Sehingga untuk melakukan pemodelan TEC disarankan menggunakan nilai TEC yang memiliki sudut elevasi lebih dari 30 derajat.
tidak ada atau lemahnya aktifitas matahari sehingga densitas elektron menjadi naik, dan bergerak stabil pada jam 12.00 sampai 18.00 karena stabilnya aktifitas matahari. Analisa Nilai TEC terhadap Waktu dari Sudut Elevasi Pada analisa ini menggunakan data pengamatan 24 jam selama 7 hari. Yang di analisa adalah nilai TEC terhadap batasan sudut elevasi mulai dari lebih 10 0 , 15 0 , 20 0 , dan 30 0 yang bertujuan untuk mengetahui pada batasan berapa sudut elevasi yang tidak mengandung multipaht. •
Hari ke 1 (28 Juni 2008)
•
Hari ke 2 (29 Juni 2008)
Gambar 13. Nilai TEC berdasarkan Nomer Satelit Gambar 18. Nilai TEC berdasarkan Nomer Satelit
Pada Gambar 13 merupakan berupa keterangan nomer satelit yang berdasarkan warnanya. Misalkan untuk nomer satelit 5 berwarna merah tua, nomer satelit 7 berwarna merah, nomer satelit 16 berwarna hijau dan seterusnya.
Gambar 14
Gambar 15
Gambar 16
Gambar 17
Pada Gambar 18 merupakan berupa keterangan nomer satelit yang berdasarkan warnanya. Misalkan untuk nomer satelit 5 berwarna merah tua, nomer satelit 9 berwarna merah, nomer satelit 16 berwarna hijau dan seterusnya.
Dari Gambar 14 dan 15 terlihat bahwa nilai TEC dengan batas sudut elevasi bervariasi dari 10 dan 15 derajat tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan sehingga bisa dikatakan bahwa pada sudut elevasi tersebut nilai TEC masih mengandung multipath. Sedangkan pada Gambar 16 dan 17 terlihat bahwa nilai TEC dengan batas
Gambar 19
Gambar 20
Gambar 21
Gambar 22
Pada gambar 19 dan 20 memperlihatkan nilai TEC dengan bentuk yang hampir sama tanpa memperlihatkan perbedaan sehingga untuk sudut elevasi 10 dan 15 derajat di pastikan nilai TEC masih mengandung multipath. Sedangkan pada Gambar 21 dan 22 terlihat bahwa nilai TEC dengan
5
derajat. Untuk Gambar 27 terlihat bahwa nilai TEC memiliki sifat kontinyu dan lebih halus tidak mengandung multipath sehingga bisa dikatakan bahwa untuk elevasi lebih dari 30 derajat data nilai TEC bisa digunakan untuk pemodelan nilai TEC.
batas sudut elevasi bervariasi dari 20 dan 30 derajat. Untuk gambar 21 terlihat bahwa nilai TEC sudah memperlihatkan kearah yang kontinyu sehingga bisa dikatakan bahwa untuk batasan nilai TEC yang tidak mengandung multipath terjadi pada sudut elevasi 20 derajat. Kalaupun menggunakan sudut elevasi 30 derajat pada Gambar 22 itu lebih baik. Sehingga untuk melakukan pemodelan TEC bisa digunakan data nilai TEC dimulai dari sudut elevasi lebih dari 20 derajat. •
•
Hari ke 4 (1 Juli 2008)
Hari ke 3 (30 Juni 2008)
Gambar 28. Nilai TEC berdasarkan Nomer Satelit
Pada Gambar 28 merupakan berupa keterangan nomer satelit yang berdasarkan warnanya. Misalkan untuk nomer satelit 5 berwarna merah tua, nomer satelit 8 berwarna merah, nomer satelit 14 berwarna hijau dan seterusnya.
Gambar 23. Nilai TEC berdasarkan Nomer Satelit
Pada Gambar 23 merupakan berupa keterangan nomer satelit yang berdasarkan warnanya. Misalkan untuk nomer satelit 2 berwarna merah tua, nomer satelit 5 berwarna merah, nomer satelit 14 berwarna hijau dan seterusnya.
Gambar 24
Gambar 26
Gambar 29
Gambar 30
Gambar 31
Gambar 32
Gambar 25
Pada Gambar 29, 30 dan 31 adalah perubahan nilai TEC mulai dari sudut elevasi 10, 15, dan 20 derajat. Diketahui dari gambar tersebut bahwa pada batas 20 derajat nilai TEC tidak memiliki sifat yang kontinyu dan dimungkinkan masih mengandung multipath sehingga pada batasan elevasi tersebut tidak bisa digunakan untuk pemodelan nilai TEC. Sedangkan pada Gambar 32 nilai TEC dengan sudut elevasi lebih dari 30 derajat sudah memperlihatkan sifat yang kontinyu dan lebih halus sehingga bisa dikatakan bahwa untuk batas elevasi lebih dari 30 derajat nilai TEC tidak mengandung multipath dan disarankan
Gambar 27
Pada Gambar 24, 25, dan 26 mulai dari sudut elevasi 10, 15, dan 20 derajat terlihat sangat sedikit perubahan secara kontinyu pada nilai TEC sehingga dapat di simpulkan bahwa pada sudut elevasi tersebut masih terkandung multiphat yang data nilai TEC tidak bisa digunakan untuk pemodelan nilai TEC. Sedangkan pada Gambar 27 dengan nilai TEC dengan batas sudut elevasi 30
6
•
untuk melakukan pemodelan nilai TEC lebih baik menggunakan data dari batasan elevasi yang lebih dari 30 derajat. •
Hari ke 6 (3 Juli 2008)
Hari ke 5 (2 Juli 2008)
Gambar 38. Nilai TEC berdasarkan Nomer Satelit
Pada Gambar 38 merupakan berupa keterangan nomer satelit yang berdasarkan warnanya. Misalkan untuk nomer satelit 4 berwarna merah tua, nomer satelit 5 berwarna merah, nomer satelit 14 berwarna hijau dan seterusnya.
Gambar 33. Nilai TEC berdasarkan Nomer Satelit
Pada Gambar 33 merupakan berupa keterangan nomer satelit yang berdasarkan warnanya. Misalkan untuk nomer satelit 4 berwarna merah tua, nomer satelit 5 berwarna merah, nomer satelit 14 berwarna hijau dan seterusnya.
Gambar 34
Gambar 36
Gambar 39
Gambar 40
Gambar 41
Gambar 42
Gambar 35
Gambar 39, 40, dan 41 adalah masing‐masing memperlihatkan nilai TEC dengan berbagai variasi batasan sudut elevasi 10, 15, dan 20 derajat. Dari gambar tersebut tidak memperlihatkan sifat kontinyu dari nilai TEC sehingga dapat dimungkinkan masih mengandung multipath dan tidak bisa digunakan untuk pemodelan nilai TEC. Sedangkan untuk Gambar 42 dengan batasan elevasi lebih dari 30 derajat telah memperlihatkan nilai TEC yang memiliki sifat kontinyu dan lebih halus sehingga dapat dimungkinkan untuk batasan elevasi tersebut nilai TEC tidak mengandung multipath sehingga data dari nilai TEC pada batasan tersebut bisa digunakan untuk pemodelan nilai TEC.
Gambar 37
Pada Gambar 34, 35, dan 36 adalah masing‐ masing memperlihatkan nilai TEC dengan batasan sudut elevasi mulai dari 10, 15, dan 20 derajat. Diketahui dari gambar tersebut bahwa untuk batasan sudut elevasi sampai 20 derajat masih tidak memperlihatkan sifat yang kontinyu dari nilai TEC sehingga dapat dimungkinkan masih mengandung multipath dan tidak bisa digunakan untuk pemodelan nilai TEC. Sedangkan untuk Gambar 37 memperlihatkan nilai TEC dengan batasan sudut lebih dari 30 derajat. Dari gambar tersebut bahwa telah memperlihatkan sifat yang kontinyu dan lebih halus dari nilai TEC sehingga bisa dikatakan tidak mengandung multipath dan disarankan digunakan untuk pemodelan nilai TEC lebih baik menggunakan data nilai TEC yang sudut elevasinya lebih dari 30 derajat.
7
•
5. Kesimpulan Penelitian tentang Analisa Nilai TEC Pada Lapisan Ionosfer Dengan Menggunakan Data Pengamatan GPS Dua Frekuensi yang dilakukan pada titik BM BPLS tepatnya berada depan kantor BPLS Surabaya yang beralamat di Jln. Gayung Kebonsari No. 50 Surabaya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pola pergerakan nilai TEC pada pengukuran selama 7 hari mulai dari hari ke 1 sampai hari ke 7 mengalami pola yang hampir sama. 2. Nilai TEC maksimum terjadi pada hari ke empat tanggal 1 juli 2008 dengan nilai 33,65 TECU pada jam 05.00. 3. Nilai TEC minimum terjadi pada hari pertama 28 juni 2008 dengan nilai 4,433 TECU pada jam 20.00. 4. Pada sudut elevasi lebih dari 20 derajat sudah cenderung mengalami perubahan menuju ke sifat yang kontinyu dan halus. 5. Pada sudut elevasi lebih dari 30 derajat semua data nilai TEC memiliki sifat kontinyu, lebih halus, dan bebas multipath. 6. Untuk melakukan pemodelan nilai TEC data yang digunakan adalah yang memiliki elevasi lebih dari 30 derajat.
Hari ke 7 (4 Juli 2008)
Gambar 43. Nilai TEC berdasarkan Nomer Satelit
Pada Gambar 43 merupakan berupa keterangan nomer satelit yang berdasarkan warnanya. Misalkan untuk nomer satelit 5 berwarna merah tua, nomer satelit 9 berwarna merah, nomer satelit 14 berwarna hijau tua dan seterusnya.
Gambar 44
Gambar 46
Gambar 45
6. Saran 1. Untuk mengetahui pola pergerakan nilai TEC sebaiknya di lakukan pengamatan selama 24 jam penuh. 2. Software TEC Harian yang digunakan untuk menentukan nilai TEC hanya bisa digunakan untuk mengelolah data dari tipe receiver tertentu misalnya trimble jadi diperlukan penelitian lebih lanjut yang bisa digunakan untuk mengelolah semua jenis tipe receiver. 3. Untuk mengetahui pola pergerakan nilai TEC yang lebih jelas dan mudah difahami lebih baik di buatkan model TEC. 4. Untuk penelitian nilai TEC supaya tidak hanya berhenti sampai disini saja dan nantinya bisa di kembangkan lebih jauh.
Gambar 47
Pada Gambar 44, 45, dan 46 yang masing‐masing telah memperlihatkan perubahan nilai TEC pada batasan elevasi 10, 15, dan 20 derajat. Diketahui dari gambar tersebut bahwa sampai batasan 20 derajat tidak memperlihatkan perubahan nilai TEC yang kontinyu sehingga bisa dikatakan bahwa untuk sampai batasan elevasi lebih dari 20 derajat masih mengandung multipath dan tidak bisa digunakan untuk pemodelan nilai TEC. Sedangkan pada gambar 47 pada nilai TEC untuk elevasi 30 derajat memiliki sifat kekontinyuan dan lebih halus dan tidak mengandung multipath. Sehingga data nilai TEC berelevasi lebih 30 derajat sangat baik digunakan dalam pemodelan nilai TEC.
8
Daftar Pustaka Abidin, H.Z. 2007. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Jakarta : PT.Pradnya Paramita. Abidin, H.Z. Jones, A., dan Kahar, J. 2002. Survei dengan GPS .Jakarta : PT.Pradnya Paramita.
Setyadji,B.,2003.http://gdlab.gd.itb.ac.id/~gps/TE C/index.html. Dikunjungi pada 16 September 2009, jam 20.30.
UOL (Universiy of leicester). 2000. Situs internet: Ionospheric Physics, alamat situs:http://ion.le.ac.uk/ionosphere/io nosphere.html. Dikunjungi pada 6 Oktober 2009, jam 20.30
Buldan, M. 2009. “Pemodelan TEC Ionosfer Di Atas Sumatra Dan Sekitarnya Mendekati Real Time Dari Data GPS NTUS”. LAPAN. Bandung.
Xia,
Chang‐Ki, H., Dorota, A., Grejner, B., dan Hyoun, J.K. “Efficient GPS receiver DCB estimation for ionosphere modeling using satellite‐ receiver geometry changes”. Earth Planets Space, 60, e25–e28, 2008. Clark E., Pervan, B., and Parkinson, B. 1992. “Estimation of absolute Ionospheric Delay Exclusively Through Single Frequency GPS Measurement”. Proceding of Ion GPS‐92. Albuquerque, New Mexico. Ekawati, S., Effendy, dan Kurniawan, Aries. 2008. “Sintilasi Ionosfer Ekuator Indonesia Berbasis GPS”. Prosiding Seminar Nasional Fisika. LAPAN. Bandung. Engler, E., Jungstand, A., dan Klahn, D. 1996. “Quality of Dual Frequency Ionospheric Real Time Corrections”. Proceding of the 52nd Annual Meeting. Cambridge, Massachusetts. Handoko, E.Y. 2004. Modul Ajar Geodesi Satelit II. Surabaya : Teknik Geodesi – ITS. Hofmann‐Wellenhof, B., H. Lichtenegger, and J. Collins. 1997. GPS Theory and Practice. Springer‐Verlag, Fourth, revised edition, Wien. Leick, A. 1995. GPS Satellite Surveying. John Wiley & Sons, Second edition, New York. Linscott, I, R., Hinson, D, P., dan Tyler, G, L. 1992. “Earth Atmospheric Profiles using GPS Occulation”. Proceding of Ion GPS‐92. Albuquerque, New Mexico.
Perwitasari, S., dan Muslim, B. 2009. “Perbandingan metode Estimasi DCB Penerima GPS Untuk Pemodelan Ionosfer”. LAPAN. Bandung. Seeber, G. 1993. Satellite Geodesy, Foundations, Methods, and Applications. Walter de Gruyter, Berlin.
9
R. 1992. “Determination of Absolute Ionospheric Error Using a Single Frequency GPS Receiver”. Proceding of Ion GPS‐92. Albuquerque, New Mexico.