ANALISA ASSESMEN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG TAHUN 2012 ANALYSIS ASSESSMENT INSTALLATION STANDARD IN HEALTH SERVICE EMERGENCY AT PKU MUHAMMADYAH HOSPITAL SRUWENG 2012 1 Noffi
Julia Sandy, 2Aris Suparman Wijaya, 3Irma Risdiana Master of Hospital Management Muhammadiyah University of Yogyakarta ABSTRAK
Regulasi pemerintah yang mengatur tentang persyaratan teknis di IGD terdapat dalam KEPMENKES RI NOMOR 856/Menkes/SK/IX/2009 yang mengatur tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.. Penelitian ini bertujuan mengetahui analisa hasil assesmen pelayanan IGD RS PKU Muhammadiyah Sruweng dan kesesuaiannya dengan standar Pelayanan IGD menurut KEPMENKES RI NOMOR 856/Menkes/SK/IX/2009 yang mengatur tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan study kasus. Subjek penelitian adalah semua tenaga medis dan paramedis yang bertugas di IGD, fasilitas dan sarana serta pelayanan yang ada di IGD. Cara pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen checklist observasi dengan daftar pernyataan standar pelayanan IGD menurut Kepmenkes RI Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009, selanjutnya dilakukan wawancara mendalam. Hasil assesmen yang dilakukan di IGD RS PKU Muhammadyah Sruweng melalui observasi lapangan dan wawancara adalah pelayanan IGD sudah melebihi dari standar level I yaitu dengan pencapaian 103.50% dan Capaian untuk hasil assesmen pelayanan IGD level II sudah cukup tinggi yaitu 88.81. Kesimpulan Sudah melebihi dari standar level I. Akan tetapi untuk menuju level yang lebih tinggi yakni level II, IGD RS PKU Muhammadyah Sruweng masih memerlukan perbaikan dan pengembangan untuk memenuhi standar pelayanan tersebut . Kata Kunci: Assesmen, Standar IGD
1
2 3
Student Of Master Hospital Management, Faculty Of Medicine And Health Sciences, Muhammadiyah University Of Yogyakarta. Lecture At Master Hospital Management, Faculty Of Medicine And Health Sciences, Muhammadiyah University Of Yogyakarta. Lecture At Master Hospital Management, Faculty Of Medicine And Health Sciences, Muhammadiyah University Of Yogyakarta.
1
ABSTRACT Government regulations governing the technical requirements contained in the emergency room in RI KEPMENKES NO. 856/Menkes/SK/IX/2009 Standards governing the ER (emergency room) .This study aims to find out analysis of assessment results PKU Muhammadiyah Hospital emergency room services Sruweng and compliance with the standards according to KEPMENKES RI NUMBER 856/Menkes/SK/IX/2009 Standards governing the ER Hospital. The study is qualitative research case study design. Research subjects were all medical and paramedical personnel who served in the emergency room, facilities and existing facilities and services in the IGD. Method of data collection is done by using the instruments of observation checklist with a list of statements of service standards according to IGD Kepmenkes No. 856/Menkes/SK/IX/2009, further indepth interviews. The results the assessment conducted in PKU Muhammadiyah Hospital ER Sruweng through field observations and interviews were IGD service has exceeded the standard level of I is by achieving 103.50% and the achievement of outcomes assessment for level II emergency room services is quite high is 88.81%. Conclusion is more than the standard level I. However, to reach higher level is level II, IGD PKU Muhammadiyah Hospital Sruweng still require improvement and development to meet the service standards. Keywords: Assessment, Standards of IGD
2
3
PENDAHULUAN
Regulasi
Menurut Luwiharsih1 Instalasi
mengatur
pemerintah
tentang
persyaratan
gawat darurat merupakan salah satu
teknis di IGD terdapat
unit di rumah sakit yang harus
KEPMENKES
dapat
856/Menkes/SK/IX/2009
memberikan
darurat
standar
masyarakat penyakit
pelayanan
tinggi
yang
akut
kepada
menderita
dalam
RI
NOMOR yang
mengatur tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.4
mengalami
Oleh karena itu dibutuhkan
kecelakaan. Peranan IGD sangat
study mengenai analisa assesmen
penting
didalam
standar pelayanan IGD. Berdasarkan
kesehatan
karena
memberikan
dan
yang
pelayanan instalasi
pelayanan
ini
khusus
latar
belakang
diperlukan
di
atas,
penelitian
maka
mengenai
kepada penderita gawat darurat
Analisa
selama 24 jam setiap harinya2. IGD
Pelayanan Kesehatan Di Instalasi
RS PKU Muhammadiyah Sruweng
Gawat
merupakan rujukan untuk Sruweng
Muhammadiyah Sruweng.
dan
sekitarnya.
IGD
RS
PKU
Muhammadiyah Sruweng dilayani
Assesmen Darurat
Rumusan
PKU dari
penelitian ini adalah ‘Menganalisa
orang
Pelayanan
Persyaratan
RS masalah
oleh 11 orang dokter umum dan 15 perawat.
Standar
Sejauh IGD
mana
RS
PKU
pelayanan IGD yang bermutu tidak
Muhammadiyah Sruweng telah
lepas dari ketersediaan fasilitas di
memenuhi standar pelayanan
IGD tersebut yang mencakup alat
IGD menurut KEPMENKES RI
dan instrumen, obat-obatan, dan
NOMOR
ketersediaan Sumber Daya Manusia
856/Menkes/SK/IX/2009
dengan jumlah dan kompetensi yang
tentang
memadai. Pada akhirnya kepuasan
Gawat Darurat? ‘
pasien yang akan menjadi cerminan kualitas pelayanan kesehatan sesuai persyaratan tersebut3.
Standar
Instalasi
4
Assesmen Pelayanan IGD
Standar pelayananan IGD Menurut Kepmenkes RI No.856/Menkes/SK/IX/2009 1. Jenis pelayanan 2. Sumber Daya Manusia 3. Persyaratan Sarana a.persyaratan fisik bangunan b.persyaratan sarana 4. Fasilitas/prasarana medis
Fakta/Kenyataan pelayanan IGD di RS PKU Muhammadiyah Sruweng 1. Jenis pelayanan 2. Sumber Daya Manusia 3. Persyaratan Sarana a.persyaratan fisik bangunan b.persyaratan sarana 4. Fasilitas/prasarana medis 1.
Pelayanan IGD Level I
Pelayanan IGD Level II
Analisa Gap
Saran dan Rekomendasi
Gambar 1. Kerangka Konsep BAHAN DAN CARA Jenis Penelitian
Subyek Penelitian Subjek
penelitian
adalah
Penelitian ini merupakan kualitatif
semua tenaga medis dan paramedis
dengan rancangan study kasus.
yang bertugas di IGD, fasilitas dan sarana serta pelayanan yang ada di
5
IGD. Waktu penelitian dilaksanakan
Penelitian
dilakukan
bulan November 2011 di IGD RS
melalui
PKU Muhammadiyah Sruweng.
kepada
Definisi Operasional
Muhammadyah Sruweng, membaca
Assesmen adalah usaha atau proses
untuk
informasi
mengenai
kekurangan seseorang
mendapatkan
dan dengan
tahap
ini
Mengajukan
Direktur
ijin
RS
PKU
dan memahami standar pelayanan IGD
menurut
KEPMENKES
RI
kelebihan,
NOMOR 856/Menkes/SK/IX/2009,
kebutuhan
menyusun checklist sesuai standar,
menggunakan
melakukan
observasi,
menyusun
berbagai alat dan teknik, seperti
pedoman wawancara, melakukan
pedoman observasi, wawancara, tes
wawancara
formal dan informal5
Direktur
Standar Pelayanan IGD :
untuk
KEPMENKES
terhadap
NOMOR
856/Menkes/SK/IX/2009,
rumah
sakit,
kepada Kepala
Instalasi IGD dan Kepala Ruang IGD
Standar Pelayanan IGD menurut RI
mendalam
melakukan
pembuktian
informasi/keterangan
yang diperoleh sebelumnya.
Pelayanan IGD LEVEL I sebagai standar minimal untuk RS kelas D dalam
hal
ini
IGD
RS
PKU
Muhammadiyah Sruweng
Analisis Data Analisa data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap
Instrumen Penelitian
pengumpulan
data
tahap
reduksi data, tahap coding data,
Instrumen penelitian adalah
tahap
penyajian
data
tahap
checklist observasi yang diturunkan
penarikan
dari
yaitu penarikan kesimpulan dari
daftar
pernyataan
pelayanan KEPMENKES
IGD RI
856/Menkes/SK/IX/2009.
standar menurut
kesimpulan/verifikasi
data yang telah dianalisa.6
NOMOR HASIL Hasil assesmen yang dilakukan
Alur Peneitian
dalam bulan November melalui
6
observasi lapangan dan wawancara
didapatkan hasil:
Tabel 1. Capaian persyaratan Level I berdasarkan aspek assesmen No 1. 2. 3. 4. 5.
Aspek assesmen Aspek Jenis Pelayanan Aspek Sumber Daya Manusia Aspek Fisik Bangunan Aspek Sarana Aspek Fasilitas dan Sarana Rata-rata
Capaian (%) 100 74,92 89,58 155 98,01 103,50
Sedangkan untuk capaian Level II disajikan dalam tabel berikut: Tabel 2. Capaian persyaratan Level II berdasarkan aspek assesmen No 1. 2. 3. 4. 5.
Aspek assesmen Aspek Jenis Pelayanan Aspek Sumber Daya Manusia Aspek Fisik Bangunan Aspek Sarana Aspek Fasilitas dan Sarana Rata-rata
IGD RS PKU Muhammadiyah
Capaian (%) 87,5 79,10 89,58 106 81,87 88,81 88,81%,
meskipun untuk aspek
Sruweng sudah lebih dari standar
sarana memiliki poin yang tinggi
Level
capaian
106%,
kurang
kekurangan yang harus dipenuhi
memenuhi pada aspek sumber daya
dan ditingkatkan terutama aspek
manusia akan tetapi mencapai poin
jenis pelayanan 87,5% dan aspek
yang tinggi untuk aspek sarana yaitu
Sumber Daya Manusia 79,10%.
I
103,50%,
yaitu
dengan
meskipun
155%, sehingga aspek yang kurang memenuhi
dapat
akan tetapi masih banyak
Selain
dari
hasil
checklist
tercover
observasi menurut KEPMENKES RI
jumlahnya oleh aspek yang memiliki
NOMOR 856/Menkes/SK/IX/2009,
poin yang tinggi. Sedangkan untuk
ada hasil wawancara yang dilakukan
mencapai level II IGD RS PKU
kepada pihak terkait yang dapat
Muhammadiyah
mendukung
Sruweng
sudah
mencapai nilai cukup tinggi yaitu
Berdasarkan
hasil wawancara
tersebut. dengan
7
Kepala
IGD
(manajemen
mendapatkan skor 0% karena
Kepala
Instalasi
tidak memiliki alat DC shock,
Ruang
bawah), (manajemen Direktur
menengah)
dan
akibatnya tidak bisa melakukan
atas).
defibrilasi, sehingga pelayanan
perbedaan
kegawat daruratan mengalami
(manajemen
didapatkan
adanya
persepsi tentang pemenuhan syarat permenkes. Dari hasil wawancara di atas terdapat ada gap persepsi antar pihak
manajemen
rumah
sakit
dengan pernyataan direktur yang optimis berada di level II dan Kepala
hambatan
dan
tidak
bisa
dilakukan secara tuntas. Selain dari hasil checklist observasi menurut KEPMENKES RI
NOMOR
Instalasi meskipun masih mengaku
856/Menkes/SK/IX/2009,
berada pada level I, tetapi optimis
hasil wawancara yang dilakukan
bisa mencapai level II, sedangkan
kepada pihak terkait yang dapat
Kepala
mendukung
Ruang
IGD
yang
lebih
hasil
ada
tersebut.
cenderung pesimis bahkan mengaku
Berdasarkan wawancara dengan
masih berada di level I, karena
Kepala Ruang IGD (manajemen
masih banyak kekurangan yang
bawah),
terdapat di IGD terhadap standar
(manajemen
Kepmenkes
Direktur (manajemen atas), dari
1. Aspek Jenis Pelayanan IGD
RS
PKU
Muhammadiyah Sruweng sudah memenuhi
assesmen
jenis
pelayanan dengan tercapainya persentase capaian 100% pada standar IGD level I. akan tetapi
wawancara
karena
persyaratan
adanya alat DC Shock sangat penting, tetapi
IGD RS PKU
Muhammadiyah
Sruweng
Instalasi
menengah) IGD
Muhammadiyah
RS
dan PKU
Sruweng
mampu melakukan pelayanan untuk kasus kegawatan akan tetapi masih ada keterbatasan sarana
dan
sumber
daya
manusia.
pada level II mendapatkan skor 87,5%,
Kepala
Kemampuan
jenis
pelayanan dalam memberikan pelayanan kegawat daruratan dari
hasil
wawancara
ada
8
kesamaan/sinkronisasi
antara
alat
DC
shock,
pemikiran
hasil assesmen dengan yang
masyarakat yang masih dangkal
dirasakan
Ketiga
tentang alat DC shock meskipun
responden berpendapat bahwa
sudah dilengkapi dengan inform
IGD mampu dalam memberikan
consent yang jelas. Sedangkan
pelayanan
darurat,
Kepala
direktur
bahwa selain dana, faktor yang
pihak
IGD.
gawat
bahkan mengungkapkan
bahwa
IGD
Instalasi
berpendapat
menyebabkan
hambatan
telah memiliki respon time yang
tersebut
sudah cukup bagus, dan Kepala
pemahaman manajemen yang
Instalasi
kurang bahwa fasilitas tersebut
berpendapat
sudah
karena
budaya
mampu dan bisa melakukan
benar-benar
tindakan
life
Akibatnya banyak pasien yang
support tetapi tindakan advance
harus dirujuk ke rumah sakit
dan
yang lebih tinggi levelnya.
sampai
definitive
basic
tidak
mampu
dibutuhkan.
karena keterbatasan sarana dan fasilitas.
2. Aspek Sumber Daya Manusia
Kepala Ruang IGD juga
Persyaratan aspek sumber
berpendapat yang sama secara
daya manusia sama baik level I
garis
dan
dan level II belum memenuhi
adanya
kelemahan
persyaratan, khususnya dalam
dalam
melakukan
pelayanan
hal pelatihan yang diwajibkan
gawat
darurat
karena
besar
mengakui
keterbatasan
mampu
fasilitas
dan
bagi
petugas
maupun
baik
perawat.
dokter Sebagai
sarana. Tidak adanya fasilitas
contoh pelatihan GELS (General
seperti DC shock diungkapkan
Emergency Life Saving) tidak
oleh direktur karena hambatan
ada yang memiliki pelatihan
yang secara umum adalah dana,
GELS yaitu 0%, Pelatihan ACLS
menyediakan
cukup
petugas
yang
terlatih untuk mengoperasikan
bagus
Pelatihan
yaitu
ATLS
yang
90,90%, hanya
9
18,18%, pelatihan perawat yang
memenuhi persyaratan tersebut
terdiri dari pelatihan PPGD yang
karena
mencapai
Pelatihan
untuk rotasi petugas, seringkali
BCLS 6,6%, Pelatihan BTLS 0%
untuk petugas yang sudah ikut
atau
pelatihan
46,46%,
tidak ada perawat yang
pernah
mengikuti
pelatihan
tersebut.
tidak
observasi menurut KEPMENKES RI
kebagian
diikutkan
pelatihan
seringkali pindah ke rumah sakit lain.
NOMOR
856/Menkes/SK/IX/2009,
dipindah
aturan
lain, bahkan untuk petugas yang sudah
Selain dari hasil checklist
adanya
Kepala
Instalasi
ada
mengungkapkan hal ini karena
hasil wawancara yang dilakukan
adanya hambatan alokasi dana,
kepada pihak terkait yang dapat
tidak ada aturan yang jelas
mendukung
tersebut.
tentang rotasi petugas selama
Berdasarkan wawancara dengan
ini, ada perawat yang sudah
Kepala Ruang IGD (manajemen
terlatih
bawah),
pertimbangan misalnya supaya
hasil
Kepala
(manajemen
Instalasi
menengah)
dan
hidup
dengan lebih
baik
berbagai ada
Direktur (manajemen atas), dari
sekolah
hasil wawancara masih banyak
PNS(Pegawai
sekali para petugas yang belum
bahkan pindah ke rumah sakit
mengikuti
lain.
dan
sertifikat
memiliki
pelatihan
yang
diwajibkan. Dari diatas
lagi,
yang masuk
Negeri
Kepala
Ruang
Sipil) juga
berpendapat yang sama bahwa banyak petugas yang belum
hasil ketiga
wawancara responden
mengaku
memiliki
memiliki
pelatihan
yang
diwajibkan, akan tetapi sudah ada
rencana
pengembangan.
permasalahan tersebut. Direktur
Direktur mengatakan setiap tiga
berpendapat
bulan akan diadakan pelatihan,
bahwa
banyak
dokter dan perawat yang belum
untuk
dokter
mengikuti
10
pelatihan di rumah sakit lain dan
Kepala Ruang IGD (manajemen
perawat diadakan di RS PKU
bawah),
Muhammadyah Sruweng.
(manajemen
Kepala
Instalasi
menengah)
dan
Direktur (manajemen atas) dari 3. Aspek
Persyaratan
fisik
bangunan
hasil wawancara secara umum kondisi
fisik
bangunan
IGD
Persyaratan fisik bangunan
masih baru dan sudah bagus,
baik level I dan Level II adalah
akan tetapi ada beberapa hal
sama, hal ini karena item/poin
yang harus ditingkatkan
yang dipersyaratkan untuk IGD
Dari hasil wawancara di
level I dan IGD level II sama dan
atas ketiga responden memilki
secara umum dapat dipenuhi,
pandangan yang sama tentang
hanya pada poin keberadaan
banguanan
area dekontaminasi mendapat
beranggapan
skor
tidak
masih baru dan sudah bagus
memilikinya dan poin adanya
akan tetapi ketiga responden
ruang istirahat petugas, IGD
juga mengaku ada kekurangan
memilikinya
kurang
yang dihadapi pada segi fisik
layak sehingga mendapat skor
bangunan IGD dan sudah ada
50%, hal ini mengakibatkan
rencana
syarat fisik bangunan IGD belum
kedepan. Direktur berpendapat
sesuai standar.
ada
0%,
karena
namun
Selain dari hasil checklist
IGD
yang
bangunan
IGD
pengembangan
rencana
pengembangan
kedepan
misalnya
renovasi
observasi menurut KEPMENKES
bangunan
seperti
membuat
RI
master plan untuk menentukan
NOMOR
856/Menkes/SK/IX/2009,
ada
hasil wawancara yang dilakukan kepada pihak terkait yang dapat mendukung
hasil
lokasi, denah, tata ruang supaya bisa mempermudah pelayanan. Kepala
Instalasi
tersebut.
mengatakan kekurangan yang
Berdasarkan wawancara dengan
dihadapi oleh IGD adalah tata
11
ruang yang belum efektif, isi
standar (155%). Begitu juga
kurang
yang
dengan skor persentase aspek
dapat
sarana untuk IGD level II dapat
time.
dipenuhi dan lebih dari standar
Kepala Ruang juga berpendapat
(106%). Hal ini sama seperti
yang
ada
pada level I, beberapa sarana
fisik
yang tidak dipersyaratkan tetapi
lengkap,
belum
akses
efektif
meningkatkan
respon
sama
kekurangan
mengaku dari
segi
bangunan IGD dan memiliki komitmen
untuk
melengkapi
kekurangan tersebut. Akan
tetapi
5. Aspek persyaratan dari
hasil
checklist observasi terdapat dua hal
penting
dekontaminasi
disediakan/dipenuhi.
yaitu
area
dan
istirahat
petugas
perawat
yang
Fasilitas
dan sarana Setelah untuk
dipersentasekan
pemenuhan
standar
ruang
(Level I/Kelas D) poin/ item
khususnya
persyaratan aspek fasilitas dan
layak
tidak
sarana
mencapai
nilai
disediakan di IGD dan tidak ada
presentase yang cukup tinggi
dalam
yaitu 98,01%, untuk pemenuhan
perencanaan.
mengungkapkan rencana
untuk
Direktur
tidak adanya mengadakan
pembangunan
standar
(Level
II/Kelas
poin/item persyaratan
C)
aspek
area
Fasilitas dan sarana mencapai
dekontaminasi dan memperbaiki
nilai persentase 81,87% , sama
ruang istirahat petugas supaya
halnya seperti
lebih layak karena dianggap
meskipun
tidak begitu penting.
persentase tersebut cukup tinggi
pada level I, capaian
nilai
tetapi ada beberapa hal- hal 4. Aspek persyaratan sarana Capaian skor persentase
penting tetapi
yang IGD
dipersyaratkan RS
PKU
aspek sarana untuk IGD level I
Muhammadyah Sruweng tidak
dapat dipenuhi dan lebih dari
memiliki nya.
12
Selain dari hasil checklist
Kepala Ruang IGD berpendapat
observasi menurut KEPMENKES
yang
RI
hanya mengandalkan hubungan
NOMOR
856/Menkes/SK/IX/2009,
sama
dengan
direktur
ada
yang baik dengan PMI Kebumen.
hasil wawancara yang dilakukan
Telah ada rencana untuk
kepada pihak terkait yang dapat
membuat bank darah itupun atas
mendukung
saran dari Dinkes provinsi bukan
hasil
tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan
berdasar
Kepala Ruang IGD (manajemen
internal/manajemen
bawah),
Muhammadyah Sruweng. Untuk
Kepala
(manajemen
Instalasi
menengah)
dan
upaya
atas
tersebut,
kebutuhan RS
PKU
manajemen
Direktur (manajemen atas) dari
melalui
hasil wawancara banyak sekali
telah melaksanakan persiapan
sarana dan obat-obatan yang
berupa pelatihan tentang bank
belum tersedia di IGD.
darah.
Dari ketiga
hasil
wawancara
responden
pernyataan
Obat-obatan
direktur
juga
masih
mengaku
banyak yang belum tersedia.
adanya kekurangan fasilitas dan
Direktur menyatakan hambatan
obat-obatan tersebut, khususnya
yang dihadapi adalah masalah
tidak adanya bank darah di IGD
tempat penyimpanan obat yang
RS
Muhammadyah
kurang layak dan kurang safety ,
Sruweng. Direktur bependapat
stok obat yang tidak ada karena
alasan tidak ada bank darah
tidak ada usulan dari pihak IGD ,
karena hubungan dengan PMI
sedangkan jumlah stok obat
baik dan jaraknya dekat hanya 6
yang
km.
banyak
PKU
Kepala
mengungkapkan
Instalasi
dalam
karena
jumlah
terlambat
hal
pengusulan dari IGD sehingga
tersebut dianggap tidak begitu
drop obat sesuai tahun, sekarang
penting
belum tentu dibutuhkan.
selain
bahwa
tersedia
itu
juga
membutuhkan biaya yang besar.
13
Kepala
Instalasi
memenuhi syarat sehingga takut
berpendapat yang sama seperti
disalah gunakan. Kepala Ruang
direktur
IGD
hambatan
yang
mengaku stok
adanya
dihadapi selain alokasi dana
kekurangan
obat
yang belum memadai, hambatan
diperlukan, akan tetapi memiliki
yang dihadapi adalah tempat
komitmen
penyimpanan obat yang kurang
kekurangan tersebut.
untuk
yang
melengkapi
14
PEMBAHASAN Hasil
assesmen
Hal Aspek
jenis
ini
Keputusan
sesuai
Menteri
dengan Kesehatan
pelayanan sesuai dengan IGD
tentang Standar Instalasi Gawat
level I maupun IGD level II
Darurat Rumah Sakit dan Peraturan
Untuk pemenuhan aspek jenis
Menteri
Kesehatan7
tentang
pelayanan untuk IGD level I telah
Klasifikasi Rumah Sakit pasal 20
memenuhi
yang menyatakan peralatan yang
syarat
yang
telah
ditetapkan dengan capaian skor
dimiliki
100%. Akan tetapi capaian untuk
memenuhi standar yang ditetapkan
aspek jenis pelayanan untuk IGD
oleh menteri.
level II belum dapat memenuhi persyaratan
tersebut
dibuktikan
rumah
sakit
harus
Hal ini didukung dengan8 Alat DC shock ini sangat penting dalam
dengan skor capaian 87,5%. Hal ini
tatalaksana
terutama dikarenakan adanya skor
kardiovaskular.
0% pada kemampuan melakukan
penting dalam penanganan pasien
defibrilasi pada pelayanan gawat
dengan henti jantung karena alat ini
darurat akibat tidak adanya alat DC
dapat memberikan shock listrik dan
shock.
dapat
Dari hasil wawancara terlihat
kasus Alat
kegawatan ini
sangat
menyebabkan depolarisasi
sementara
dari
jantung
yang
belum ada komitmen dan rencana
denyutnya tidak teratur, akibatnya
jangka pendek untuk melengkapi
memungkinkan timbulnya kembali
alat tersebut. Tidak adanya alat DC
aktifitas
shock dapat menurunkan kualitas
terkoordinir.
pelayanan
daruratan
Hasil assesmen Aspek Sumber
sehingga proses pelayanan tidak
Daya Manusia sesuai dengan IGD
bisa dilakukan secara maksimal
level I maupun IGD level II
akibatnya
kegawat
banyak
pasien
listrik
jantung
yang
yang
Pada skor capaian untuk aspek
dirujuk, serta dapat menjadi penetu
Sumber Daya Manusia baik untuk
kenaikan level dan tipe rumah sakit.
standar IGD level I maupun IGD
15
level II
belum memenuhi syarat
vascular/intravena,
mengatasi
yang ditetapkan, karena pelatihan
perdarahan, imobilisasi patah tulang
tidak memenuhi syarat dari petugas
dan
IGD baik dokter maupun perawat,
pertolongan
Secara keseluruhan baik untuk IGD
sehingga dapat meningkatkan mutu
level I dan IGD level II memenuhi
pelayanan
syarat pelatihan yang diwajibkan
kegawatdaruratan.
bagi
Hasil
dokter
merupakan
dan
syarat
perawat
mutlak
yang
harus dipenuhi. Hal ini sesuai
dislokasi,
serta
tindakan
pertama
lainnya,
IGD
assesmen
bangunan
sesuai
pada
kasus
Aspek
Fisik
dengan
IGD
level I maupun IGD level II
dengan Undang-Undang Kesehatan9
Cakupan skor untuk aspek
yang menyatakan bahwa Tenaga
Fisik bangunan untuk IGD level I
kesehatan
dan level II adalah sama yaitu
harus
memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi,
89,58%
hak pengguna pelayanan kesehatan,
ditetapkan baik untuk IGD level I
standar pelayanan kesehatan dan
dan IGD level II sama. Dari hasil
standar prosedur operasional.
assesmen secara umum bangunan
Hal ini juga didukung oleh10
karena
syarat
yang
tersebut sudah bagus, akan tetapi
Petugas professional kedaruratan
ada
medik
menyebabkan dari persyaratan fisik
adalah
pelayanan ataupun
tenaga
teknisi
kedaruratan
medic
paramedik
yang
telah
memiliki kemampuan untuk menilai kondisi
kasus
beberapa
bangunan
hal
IGD
Muhammadyah
yang
RS
PKU
Sruweng
belum
memenuhi syarat.
kedaruratan,
Hasil ini disebabkan adanya
melakukan resusitasi jantung paru
skor
dan atau dukungan hidup lanjut
tersedianya area dekontaminasi dan
(advanced life support), termasuk
ketidaklayakan
menggunakan defibrillator eksternal
untuk petugas dengan skor 50%.
untuk kasus-kasus henti jantung, melakukan
akese
0%
Dari
pada
poin
ruang
tidak istirahat
keseluruhanan
hasil
assesmen untuk persyaratan fisik
16
banguanan IGD level I dan IGD level
ruang dan kelayakannya, akan tetapi
II
pada
perlu ditambahkan dengan
persyaratan
fasilitas
dan
pengadaan area dekontaminasi dan
sarana banyak sekali peralatan dan
pengadaan ruang istirahat petugas
obat-obatan yang tidak tersedia,
yang
dapat
padahal ini merupakan hal yang
memberikan kepuasan pada petugas
penting dalam proses pelayanan
IGD dan dapat meningkatkan mutu
kegawatdaruratan,
pelayanan. Hal ini sesuai dengan
fasilitas
layak
sehingga
Undang-Undang
Akreditasi11
tentang Rumah Sakit dan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit. Hal ini juga didukung dengan yang
diungkapkan12
yang
menyatakan bahwa lingkungan fisik Instalasi
Rumah
Sakit
yang
dirancang
dengan
benar
akan
memberikan pengalaman pelayanan yang
menyenangkan
baik
bagi
konsumen maupun penyedia jasa kesehatan. Hasil Assesmen Aspek Fasilitas
masih
tetapi
rendah
skor
hal
ini
dikarenakan akibat skor 0 pada ketidakberadaan
fasilitas
bank
darah. Dari
keseluruhan
hasil
assesmen IGD level I dan IGD level II untuk aspek fasilitas dan sarana dapat dikatakan bahwa IGD harus memenuhi
persyaratan
yang
diwajibkan, IGD harus memenuhi peralatan dan obat-obatan yang dipersyaratkan. Kedua persyaratan tersebut mutlak harus dipenuhi karena merupakan syarat mutlak yang
harus
dipenuhi
untuk
dan sarana sesuai dengan IGD
meningkatkan mutu pelayanan IGD
level I maupun IGD level II
yang baik. Hal ini sesuai dengan
Untuk pemenuhan standar IGD
Keputusan
Menteri
Kesehatan
level I maupun IGD level II untuk
tentang Standar Instalasi Gawat
aspek Fasilitas dan sarana secara
Darurat Rumah Sakit.
umum telah memenuhi persyaratan khususnya dalam hal ketersediaan
Keberadaan
bank
darah
menjadi faktor yang penting juga
17
untuk kualitas pelayanan rumah
pasien
sakit dan penentu kenaikan level
kepentingan masyarakat luas
serta kenaikan tipe Rumah sakit. Hal
KESIMPULAN
ini juga sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan13
tentang
dan
mendahulukan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan beberapa
Kebijakan Peningkatan Kualitas dan
hal
Akses
permasalahan yang ada didalam
Pelayanan
Darah,
setiap
sebagai
jawaban
rumah sakit harus memiliki Bank
penelitian ini, yaitu:
Darah Rumah Sakit.
1. Persentase
Hal ini juga didukung Dasar
atas
capaian
pelayanan IGD
untuk
level I adalah
hukum14. Keberhasilan pengelolaan
103,50%
pelayanan transfusi darah sangat
IGD RS PKU Muhammadyah
tergantung
Sruweng
donor,
pada
ketersediaan
sarana,
pendanaan,
oleh
pengelolaannya secara
tenaga, karena
dan itu
tetapi
lebih dari level I,
persyaratan
terpadu
dan
tetapi dapat tercover pada aspek
dan
sarana
Pemerintah, dan
Pemerintah
partisipasi
aktif
memenuhi
2. Persentase
pada
kurang
dilakukan
dilaksanakan secara terkoordinasi Daerah,
persyaratan
mencapai
harus
berkesinambungan antara
sudah
aspek
capaian
pelayanan IGD
SDM
untuk
level II adalah
88,81%
masyarakat termasuk Palang Merah
IGD RS PKU Muhammadyah
Indonesia sebagai mitra Pemerintah.
Sruweng meskipun untuk aspek
Oleh
itu
kebijakan
sarana
dalam
Peraturan
tetapi banyak kekurangan yang
Pemerintah ini harus dilaksanakan
harus dipenuhi dan ditingkatkan
dengan tetap berlandaskan pada
terutama aspek jenis pelayanan
karena
pengaturan
asas perlindungan
perikemanusiaan, dan
keselamatan
poin nya tinggi
akan
dan aspek Sumber Daya Manusia 3. Saat
ini
IGD
Muhammadiyah
RS
PKU
Sruweng
18
diklasifikasikan
dalam
unit
pelayanan IGD Level I.
bisa
ular,
morfin,
antikonvulsion,
dopamine,
4. Untuk mencapai level II ada
dobutamin, dan lain-lain) dan
beberapa hal penting yang harus
tidak adanya peralatan yang
ditingkatkan dari segi aspek
dipersyratkan
yang dipersyratkan:
(warmer,
THT
a. Aspek jenis pelayanan untuk
tracheostomi
set,
infusion
syiringe
pump,
level
II
IGD
RS
Muhammadyah
PKU
Sruweng
pump,
seperti
KED(Kendrik
set,
Extrication
tidak memiliki alat DC Shock
Device), Irigasi mata dan
sehingga
lain-lain)
tidak
mampu
melakukan defibrilasi b. Aspek Sumber Daya Manusia
yang
serta
peralatan
dipersyratkan
untuk
bagian VK kebidanan tidak
untuk level I dan II tidak
adanya
memenuhi
(kuretase set, alat vakum dan
pelatihan
persyaratan yang ditetapkan
sesuai standar
alat-alat
lemari
seperti
khusus
obat
emergency) selain itu juga
c. Aspek fisik bangunan IGD untuk level I dan II tidak
tidak adanya bank darah. 5. Pihak
manajemen
RS
PKU
adanya area dekontaminasi
Muhammadiyah Sruweng baik
dan kurang layaknya tempat
level
istirahat
manajemen
menengah
manajemen
atas
petugas
perawat
IGD d. Aspek fasilitas dan sarana untuk level I dan level II belum menuhi syarat karena banyak obat emergency yang
manajemen
komitmen
yang
dan
memiliki kuat
untuk
meningkatkan mutu pelayanan serta
memenuhi
standar
pelayanan IGD.
tidak ada di IGD seperti
DAFTAR PUSTAKA
(cairan infuse koloid, ATS,
1. Luwiharsih.
amiodaron (ionotropik), anti
bawah,
2002.
Persiapan
Rumah Sakit untuk Diakreditasi.
19
Naskah
tulisan
untuk
buku
(inprogres): Jakarta.
New York.
2. Departemen Kesehatan RI. 1995. Standar
Asuhan
dan
penilaian
Support. AHA Publication, Dallas. 9. Undang
Undang
Kesehatan
keperawatan
Nomor 36 tahun 2009 pasal 23
Evaluasi
ayat 1. Tentang kode etik tenaga
Asuhan
kesehatan. Jakarta Chairul, Y,.
Keperawatan . Depkes RI Jakarta
2007. Pelayanan Kedaruratan
pelaksana
standar
3. Departemen Kesehatan RI. 2007. Standar
Pelayanan
Minimal
Rumah Sakit, Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Indonesia
856/Menkes/SK/ tanggal
25
Nomor: IX/2009
September
2009
tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit, Jakarta.
sebagai
kehidupan
mata
anak.
rantai
Universitas
Sumatra Utara, Medan 10. Chairul,
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Medik
Y,.
2007.
Pelayanan
Kedaruratan Medik sebagai mata rantai
kehidupan
Universitas
anak.
Sumatra
Utara,
Medan 11. Undang
Undang
Republik
Indonesia No. 44 tahun 2009
5. Andri , S.P. 2011. Pentingnya
tentang Rumah sakit. Jakarta.
Assesmen
Bagi
Anak
12. Purwanto, B.M,. 2000. Persepsi
Berkebutuhan
Khusus.
Situs:
konsumen akan citra Rumah
http// SLB Negeri A Cimahi –
Sakit Berdasarkan Penampilan
Pusat
Fisik. Yogyakarta
Sumber
PK-PLK
Jawa
Barat.
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI
6. Miles, M. B. dan Huberman, A.M.
Nomor
:
1992. Analisis Data Kualitatif :
423/Menkes/SK/IV/2007.
Buku Sumber Tentang Metode
Tentang Kebijakan peningkatan
Baru. UIPress. Jakarta.
kualitas dan akses pelayanan
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
:
darah. Jakarta. 14. Peraturan Pemerintah Republik
340/Menkes/PER/III/2010
Indonesia No: 18 tahun 1980
tentang Klasifikasi rumah sakit.
tentang
Jakarta.
Jakarta.
8. American
Heart
Association.
1997. Advanced Cardiac Life
Transfusi
Darah
.