Ringkasan Khotbah - 22 Jan'12
Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup Yoh.14:1-14 Pdt. Billy Kristanto. Injil Yohanes adalah injil yang paling unik dibandingkan dengan ketiga injil Sinoptik yang lain. Ada beberapa perikop yang ditulis oleh Yohanes dan tidak dicatat oleh penulis Injil lain. Secara isi maupun strukturnya (peralihan dari perikop satu ke perikop yang lain) banyak perbedaan. Struktur Yohanes dibagi dua: pelayanan Yesus secara publik (pasal 1-12) dan pemuridan Yesus pada 12 murid-Nya secara khusus (pasal 13 dst). Dalam Alkitab struktur itu sendiri adalah pesan (message) yang ingin disampaikan oleh Yohanes. Jika tidak hati-hati melihat strukturnya, kita dapat salah menafsir. Misalnya: karena Yesus terlalu kecewa dengan orang banyak maka sekarang pelayanan Yesus dialihkan kepada keduabelas murid-Nya yang “lebih bisa diharapkan.” Tafsiran semacam ini berbenturan dengan bagian Firman Tuhan yang lain karena Yesaya mengatakan bahwa Yesus menegakkan buluh yang terkulai dan Ia sendiri tidak pernah terkulai. Yesus bukan orang yang mengalami kekecewaan. Dalam kedaulatan-Nya Ia sudah menentukan seperti itu. Yesus ingin melakukan pelayanan-Nya dengan lebih intens dan serius kepada kedua belas murid-Nya. Ini salah satu bijaksana Alkitabiah karena dalam kehidupan kita, kita cenderung memilih salah satu dari antara keduanya. Kita mungkin mengorbankan kedalaman demi keluasan (demi melayani orang banyak) atau sebaliknya kita mengorbankan keluasan demi kedalaman (tidak mau dipakai Tuhan dengan lebih luas). Tentunya Alkitab bukan memihak kepada salah satu temperamen tertentu tetapi Alkitab mau mengajar segala jenis temperamen. Ada orang yang lebih senang dalam tetapi tidak luas, ada juga yang cenderung luas tetapi tidak mau dalam. Kedua kelompok ini ditegur oleh Tuhan Yesus. Alkitab – menurut struktur Yohanes – mencatat pelayanan Yesus mencakup kedua-duanya. Ia melayani 5000 orang yang belum tentu menerima-Nya, Yesus melakukan mujizat kepada orang banyak, dll, tetapi Yesus juga mengajar murid-murid-Nya secara khusus dan Ia tidak pernah mengkompromikan kedalaman.
Yesus melayani orang-orang yang dipilih dan dikasihi-Nya (mulai pasal 13). Dalam Yoh.14:6 – kalimat yang begitu sentral bukan ditujukan pada orang banyak tetapi kepada murid-murid-Nya. Yesus tidak membuang mutiara kepada babi. Kalimat-kalimat yang sangat penting justru muncul dalam paruhan kedua dari Injil Yohanes. Yoh.14:6 – pernyataan yang tidak diobral oleh Yesus.
(Yoh.14:1) Ada gambaran mengenai kegelisahan yang muncul dari para murid karena Yesus sudah mulai merujuk pada penderitaan. Gambaran para murid mengenai Mesias berbenturan dengan Yesus. Menariknya, Yesus bukan berusaha menjelaskannya dengan lebih detail tetapi Ia berkata, “percayalah.” Pengenalan atau pengertian didahului dengan kepercayaan. Percaya lalu mengerti. Dalam ilmu pasti sebaliknya, mengerti baru percaya. Namun Yesus mengatakan, “percayalah kepada-Ku.” Percaya kepada Allah dan kepada Yesus. Apa itu dosa yang paling
1/5
Ringkasan Khotbah - 22 Jan'12
besar? (Tentunya kita percaya bahwa pada dasarnya semua dosa mendatangkan maut. Tidak ada dosa yang tidak perlu diampuni. Namun tradisi gereja Injili punya semacam konsep “7 dosa fatal” – seperti berzinah, membunuh, mencuri uang gereja, berjudi, dll – yang dianggap lebih tinggi). Di dalam denominasi-denominasi tertentu ada dosa-dosa yang dianggap lebih tinggi dan berusaha diberantas setuntas-tuntasnya. Tetapi adakah orang yang kena disiplin gereja karena sombong? Munafik? Hidup egois dan kurang memberi? Hati-hati dengan pengelompokkan-pengelompokkan seperti itu. Seringkali pengelompokkan seperti ini membuat kita mengabaikan dosa-dosa lain yang tidak kita sadari.
Bagaimana dengan dosa ketidakpercayaan? Menurut Martin Luther, ketidakpercayaan adalah akar dari semua dosa yang lain. Manusia jatuh ke dalam dosa karena ketidakpercayaan, bukan karena perzinahan. Adam dan Hawa curiga terhadap Allah. Mereka tidak percaya dan menempatkan diri sebagai dewan juri yang menilai perkataan Allah dan iblis. Hati-hati jika kita pun duduk di ruang ibadah bagaikan seorang dewan juri yang sedang menilai para hamba Tuhan berkotbah lalu kita memberi nilai kepada mereka. Kita lupa bahwa saat itu kita pun sedang diuji oleh Tuhan.
Percaya yang Tuhan Yesus katakan di sini bukan hanya urusan percaya Tuhan Yesus dan masuk surga tetapi sesuatu yang berulang setiap hari dalam pergumulan hidup kita. Itu adalah sesuatu yang terus-menerus dan dilakukan dalam ketekunan. Hati-hati dengan dosa ketidakpercayaan. Ada orang yang hidupnya penuh kecurigaan terhadap orang lain. Memang dunia ini adalah dunia yang rusak dan jahat yang membuat hidup kita jadi penuh kecurigaan. Namun kita perlu belajar waktu kita mempercayai Tuhan itu artinya kita belajar mempercayai orang lain. Ini satu paket. Memang waktu kita belajar mempercayai manusia kita bisa terluka dan kecewa. Namun ini bagian dari pembentukan hiidup.
Selanjutnya adalah metafora mengenai tempat tinggal (There are many rooms). Manusia membutuhkan tempat tinggal, membutuhkan ruang (gerak) dan perasaan at home (saya berada di rumah saya sendiri). Itu sebabnya manusia ingin memiliki rumah yang lebih besar dan lebih besar lagi, karena manusia membutuhkan ruang. Ada orang yang memiliki tempat tinggal besar sekali tetapi secara aspek kesehatan ia begitu sempit dan berada dalam ketersesakan (misalnya, karena sakit). Ekonomi hanya salah satu aspek dari sekian banyak aspek hidup manusia. Selama kita berada dalam dunia, kita tidak dapat memperluas terus semua aspek. Tidak bisa.
Itu sebabnya Yesus mengatakan Ia pergi untuk menyediakan tempat bagi kita di sana, di surga. Calvin sangat kuat menekankan perenungan akan kehidupan yang akan datang ini. Kita bisa jatuh dalam pencobaan jika semasa hidup di dunia ini terlalu nyaman. Lalu kita mulai merasa
2/5
Ringkasan Khotbah - 22 Jan'12
hidup ini seperti firdaus. Ini bahaya. Begitu juga orang yang memikirkan hidup ini seperti neraka, adalah orang-orang yang kurang menghargai anugerah Tuhan. Sekali lagi Yesus mengatakan bahwa Ia menyediakan banyak tempat tinggal di sana (dan bukan di sini). Kita hanyalah pendatang di dunia ini. Kita seringkali lupa bahwa dunia ini hanyalah seperti hotel dan bukan rumah kita.
Yesus mengatakan “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal”. Apa esensi surga / natur surga yang paling penting? (Ayat 3). Esensi surga adalah tempat di mana Yesus berada, kehadiran Allah (the presence of God) itulah surga. Adakah konsep ini kita hidupi? Yesus berkata kepada penjahat yang diselamatkan, “Sesungguhnya hari ini engkau bersama dengan Aku di dalam Firdaus”. Memang setelah kematiannya ia akan bersama Yesus tetapi Yesus juga mau mengatakan bahwa pada hari itu ia mencicipi firdaus karena ia memiliki mata iman untuk melihat kehadiran Yesus bahkan ditengah-tengah kesengsaraannya.
Apa konsep kita tentang surga? Apakah kita mengejar kehadiran Tuhan? Apa yang paling kita nikmati waktu beribadah? Apakah supaya kita bertambah wawasan? Menurut ayat 3 ini kita seharusnya menikmati hadirat Tuhan. “Di mana Aku berada disitu kamupun berada”. Yesus memberi kita paradigma lain yaitu di mana Yesus berada, kita menyertai / mengikuti Dia. Berada di dalam hadirat Kristus. Inilah cicipan surga menurut Injil Yohanes.
Ada perbedaan konsep antara jalan dan tujuan? Jika kita buka GPS / peta, pertama kali kita harus tahu di mana kita berada. Kedua kita harus tahu tujuan. Terakhir barulah tahu jalannya. Itu pikiran yang wajar. Tomas berpikir seperti ini. Kalau tujuannya kami tidak tahu bagaimana tahu jalannya? Kaum pluralis mengatakan bahwa semua agama tujuannya sama tetapi jalannya beda-beda tetapi kaum post-pluralis tahu bahwa tujuan tiap-tiap agama itu berbeda-beda. Satu tujuan banyak jalan sudah pasti salah.
Di sini Yesus membongkar cara pikir “tahu tujuan pasti tahu jalan”. Seringkali kita berencana dan ingin tahu apa yang ada di depan. Kita ingin tahu 10 tahun lagi kita jadi apa. Tetapi Yesus mengatakan semua itu tidak ada gunanya. Yang lebih berguna adalah bagaimana kita berjalan bersama dengan Yesus yang adalah Jalan itu. Jika kita tahu jalan yang benar kita pasti akan sampai pada tujuan yang benar. Namun murid-murid mempersoalkan tujuan dan ke mana mereka pergi. Bapa itu seperti apa sih? Orang-orang beragama banyak membicarakan tentang Allah tetapi Yesus mengatakan “Akulah Jalan Satu-satunya menuju kepada Bapa”. Orang yang membicarakan Allah tanpa membicarakan Yesus tidak akan bertemu dengan Allah yang sesungguhnya karena Yesuslah Jalan Satu-satunya.
3/5
Ringkasan Khotbah - 22 Jan'12
Dalam kehidupan sehari-hari, di awal tahun ini tidak terlalu penting bagi kita untuk memikirkan tujuan / stasiun kita mau ke mana, yang penting adalah apakah saya hari demi hari berjalan bersama dengan Yesus? Apakah saya menabur dengan Yesus? Apakah hidup saya menyerupai Yesus? Ini yang penting. Jika kita berjalan di dalam Yesus otomatis tujuan yang benar akan kita capai. Tanpa jalan yang benar kita tidak mungkin sampai pada tujuan yang benar. Yesuslah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa (di sini Yesus menyebut Allah sebagai Bapa) kalau tidak melalui Aku. Yesus mau mempersatukan kita dengan Allah yang adalah Bapa. Ini keunikan kekristenan. Kita anak-anak yang taat kepada Bapa. Yesus Anak yang Tunggal itu menjadi model (lebih dari sekedar teladan) yang di dalam keAnakan-Nya taat kepada Bapa di surga.
Di sini ada tiga aspek: Jalan, Kebenaran dan Hidup. Manusia tidak bisa hidup tanpa jalan. Hidup kita bergulir ke jalan yang mana? Mungkin lebih baik kita mandeg daripada berjalan terus tetapi berada pada jalan yang salah.
Jika aspek yang pertama adalah Jalan, kini aspek kedua adalah kebenaran / kesejatian (truth). Lawan katanya adalah dusta. Ini kata kunci dalam Injil Yohanes. Kebenaran itu menyajikan realita apa adanya. Orang yang realistis adalah orang yang menerima realita apa adanya. Manusia tidak suka menerima realita apa adanya. Manusia lebih suka yang ireal / bukan realita. Dalam kehidupan keluarga, pekerjaan, atau apaun itu kita lebih suka yang ireal yang lebih indah. Jika seseorang bicara sesuatu yang bagus-bagus tentang keluarga kita pasti kita senang sekali tetapi begitu orang bicara yang negatif kita langsung hancur, meskipun inilah realitanya.
Itu sebabnya orang-orang Yahudi sulit menerima Yesus Kristus karena Yesus membuka realitas hidup, “kamu orang berdosa!”. Ini menyakitkan. Manusia berusaha menutupi realitas, tidak mau dibongkar. Kenapa Yesus disalibkan? Karena Yesus membongkar realita hidup manusia apa adanya. Gereja pun demikian. Hati-hati dengan satu spirit “menciptakan keadaan gereja yang semuanya ok padahal tidak demikian sebenarnya”. Waktu kita membicarakan sesuatu yang negatif jangan kita selalu artikan sebagai suara setan. Yesus tidak berusaha memoles keadaan. Yesus membongkar keadaan yang sebenarnya (as it is / the truth) dengan sangat lincah.
Aspek ketiga adalah hidup. Lawan kata hidup adalah mati. Yesus adalah hidup. Dalam kej.3 tertulis bahwa setelah manusia makan buah terlarang pasti mati. Lalu mengapa tidak mati? Ada orang yang menafsirkan mati di sini seperti komputer yang dicabut listriknya lalu pelan-pelan mati. Tetapi tafsiran ini kurang tepat karena hanya membicarakan kematian manusia dalam aspek biologis. Padahal kematian banyak aspek. Dalam Alkitab, kematian ada juga kematian rohani. Menurut kebudayaan Yahudi Yunani ada juga kematian sosial, misalnya orang yang
4/5
Ringkasan Khotbah - 22 Jan'12
sakit kusta. Kematian sosial lebih mengerikan dari kematian fisik karena artinya mereka diasingkan dari kehidupan sosial. Zaman sekarang banyak orang yang tidak sadar bahwa ia sudah mengalami kematian sosial, tetapi malah menikmatinya. Waktu Adam melanggar perintah Tuhan, pada hari itu juga ia mati rohani, terputus dengan Allah.
Yesus mengatakan “Aku adalah hidup” tentu bukan dalam pengertian biologis melainkan di antara semua yang lain Akulah Satu-satunya Kehidupan. Di tengah kerumumunan orang-orang yang mati rohani “Akulah Kehidupan”. Hidup itu berkaitan dengan Kebenaran dan Jalan. Tanpa hidup kita tidak bisa memenuhi perjalanan kita. Kita harus mengenal keadaan diri kita yang sebenarnya, tetapi kita juga perlu kehidupan untuk dapat berjalan (secara rohani). Orang yang di dalam dosa berjalan dalam kegelapan. Jadi pengertian Jalan, Kebenaran dan Hidup yang Yesus maksud di sini adalah dalam pengertian rohani (bukan jasmani). Ciri orang yang hidup itu ada gerakan. Orang mati tidak bergerak / berelasi. Begitu juga dalam pengertian rohani. Orang yang mati rohani tidak bisa menjawab kecuali dibangkitkan oleh Yesus Kristus.
Hidup di sini bukan hanya berarti kita sudah dihidupkan rohaninya oleh Kristus tetapi dalam pengertian ketekunan menghidupi Yesus sehari-hari. Bagaimana hidup sehari-hari kita bersama dengan Yesus? Bagaimana saya menghidupi hidup Yesus? Ini seharusnya menjadi doa kita yang paling tinggi – bagaimana Yesus hidup dalam hidup saya. Ini artinya berjalan bersama dengan Yesus. Orang yang hidupnya menghidupi Yesus pasti akan dipimpin pada Tujuan yang tepat. Yesuslah Jalan dan Kebenaran dan Hidup. (Ringkasan belum diperiksa pengkotbah. VP)
5/5