PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
AKTUALISASI DIRI SANTIAGO DALAM NOVEL SANG ALKEMIS MENURUT PSIKOLOGI HUMANISTIK MASLOW
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh : Juninada Sari Puspa
NIM
: 019114056 NIRM
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
AKTUALISASI DIRI SANTIAGO DALAM NOVEL SANG ALKEMIS MENURUT PSIKOLOGI HUMANISTIK MASLOW
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh : Juninada Sari Puspa
NIM
: 019114056 NIRM
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Juninada Sari Puspa. Aktualisasi Diri Santiago dalam Novel Sang Alkemis menurut Psikologi Humanistik Maslow. Yogyakarta: Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, 2007. Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk diwujudkan, namun tidak semua orang mau berjuang untuk meraihnya. Santiago dalam novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho adalah individu yang berjuang untuk mewujudkan apa yang ia inginkan. Legenda pribadi adalah dua kata yang dipilih oleh Coelho untuk menyebutkan apa yang benar-benar Santiago inginkan dalam hidupnya. Salah satu tokoh Psikologi yang juga melihat manusia dengan optimis dan mampu mencapai keinginan dalam hidupnya adalah Abraham Maslow. Sebagai seorang humanis Maslow meyakini bahwa dengan mewujudkan keinginannya dalam hidup manusia akan merasakan kebahagiaan. Pemenuhan kebutuhan yang akan membuahkan kebahagiaan dalam hidup berdasarkan potensi dan keinginan dari dalam diri ia sebut Aktualisasi Diri, yang merupakan bagian dari hirarki kebutuhan hidup manusia. Coelho dan Maslow menunjukkan kesamaan dalam memandang manusia, yaitu individu yang mampu mewujudkan apapun yang ia inginkan dalam hidup ini. Penelitian ini akan melihat bagaimana pencapaian Aktualisasi Diri Santiago dan karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang ada dalam diri Santiago sehingga mendukung pencapaian aktualisasi dirinya. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi, dengan teknik penelitian pengkodean. Hasil penelitian yang didapat adalah pencapaian aktualisasi diri Santiago dapat terjadi karena ia melakukan progression choice untuk mengikuti ramalan mimpinya pergi ke Mesir, meninggalkan kemapanan yang telah ia dapatkan, meskipun pekerjaannya sebagai gembala ia lakukan atas dasar metamotivation. Selain itu pada saat ia mengalami penurunan kebutuhan dari B-Needs ke D-Needs, Santiago mampu bangkit dan melanjutkan perjuangannya mengaktualisasikan diri dengan kembali melakukan progression choice, meskipun ia telah mendapatkan materi yang cukup untuk kembali ke Spanyol sebagai orang kaya. Karakteristik pengaktualisasi diri yang ada dalam diri Santiago tidak berdiri sendiri melainkan saling berkaitan. Karakteristik ini tidak muncul secara tiba-tiba melainkan merupakan bagian dari dirinya yang terasah oleh perjalanan hidupnya. Kata kunci: Aktualisasi Diri, Legenda Pribadi, D-Needs, B-Need, B-Languange, B-Love, Pengalaman Mistik, Progression Choice.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Juninada Sari Puspa. Santiago’s Self Actualization in The Alchemist based on Maslow Humanistic Psychology. Yogyakarta: Faculty of Psychology, Sanata Dharma University, 2007. Everyone must have dream to realize, but not everyone want to struggle to gain it. Santiago in Paulo Coelho’s The Alchemist, is an individual who wants to realize what he wants. Personal legend is two words Coelho chooses to mention what Santiago really wants in his life. One of expert of Psychology who optimistially see human that can gain what he want in his/her life is Abraham Maslow. As a humanist, Maslow convinees that by realizing dream in his/her life, human will fell happy. The fulfillness of need which produces happiness in life is based on potension and dream from his/her self, Maslow called Self Actualization, which is part of hirarchy of human life need. Coelho and Maslow show similiarity in observing human, that is the individual who can realize anything what he wants in this life. This research concern on Santiago’s accomplishment of Self Actualization and what kind of self actualization characteristics which is seen in Santiago so that it supports his accomplishment of self actualization. The reseach method used in this thesis contain analysis, with the coding. As the result of the study, Santiago’s accomplishment of self actualization can be achieved since he determines progression choice to pursue his dream calculation togo to Egypt getting out from orderlineness he deserves to have although his work as shepherd he does is due to metamotivation. Beside, Santiago ia able to boost up his morale and go on his struggle gaining his self actualization while he undergoes the need declining from B-Needs to D-Needs. He performs it by doing back progression choice although he has already gained enough provision to come back to Spain as a rich man. Self actualization characteristics seen in Santiago give influence to each other. These characteristics do not seddenly comes out, but they are parts of him self which is sharpened by his life journey. Key word: Self Actualization, Personal Legend, D-Needs, B-Need, BLanguenge, B-Love, Peak Experience, Progression Choice.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan pemilik kehidupan yang memberikan kasih karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘Aktualisasi Diri Santiago dalam Novel Sang Alkemis menurut Psikologi Humanistik maslow’. Penulis menyusun karya ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung, baik secara moril maupun materiil dari persiapan hingga selesainya skripsi ini. Trimakasih penulis haturkan kepada: 1. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas bimbingannya. 2. Dr. A. Supratiknya selaku Dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan tuntunan Bapak dalam proses menyelesaikan skrisi saya. Trimakasih banyak ya Pak, maaf selama ini saya kurang mampu melaksanakan apa yang Bapak maksud. 3. Para Dosen penguji Y. Heri Widodo, M.Si. dan Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si. Trimakasih atas masukannya yang sangat membantu. 4. C. Siswa Widyatmoko, S.Psi. dan Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si. selaku Dosen pembimbing akademik atas bimbingannya 5. Mas Gandung, Mba Nanik, Pak Gi’, Mas Muji, dan Mas Doni atas bantuanbantuan yang melancarkan kuliah saya. 6. Bapakku, Agustinus Remus Sormin dan Mamaku, Damayori Pangaribuan. Trimakasih atas cinta kasih, kesabaran dan pengertian yang tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
putus. Trimakasih karena Nina hadir di dunia melalui orangtua yang berjuang mewujudkan mimpinya. Mauliate godang! 7. Abang-abangku tersayang, Ito Desmon (beserta Kak Dewi, Excel dan Elsa), Ameng dan Anto. Trimakasih atas cinta kasihnya yaa! 8. Keluarga besar Siregar dan Pangaribuan, atas doa dan bimbingan yang tidak pernah putus. Mauliate godang! 9.
Teman baikku Anastasia Dessy, trimakasih mau berbagi suka dan duka bersamaku, trimakasih telah menjadi ‘sayap kakiku’. Aku bersyukur kamu ‘teman lama’ yang menemani aku menjalani masa kuliah.
10. Temanku yang penuh ketulusan, Silva Stevani. Trimakasih mau menjadi ‘sayap kakiku’, menjadi mentor masalah percintaan. Aku selalu bisa mengandalkanmu dalam banyak hal! 11. Teman serumahku Nining yang sabar. Aku menjadi lebih baik sejak tinggal bersamamu loh Jeng! Trimakasih telah mengajariku sedikit lebih sabar menghadapi banyak hal.. 12. Teman baikkku Farah Herastuti. Trimakasih mau berbagi banyak hal bersamaku, kamu mengajari aku arti keluarga, kerja keras dan ketulusan. 13. Teman baikku Maria Fransisca. Trimakasih sering mengingatkanku kembali berdoa dan mengajak ziarah kemana-mana. Maaf yaa, kadang-kadang suka menyesatkanmu. Trimakasih mau berbagi bersamaku! 14. Teman-teman seangkatan yang asyik-asyik, Diana, Lina, Tyas, Adri, Maria, Irma, Jeng Dessy, Elis dan semua angkatan 2001 OK punya! Senang menghabiskan tahun-tahun kuliah bersama kalian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15. Vero dan Chicha yang jauh dimata dekat di hati, atas sms-sms yang bikin semangat!!! 16. Teman-temanku yang jarang bertemu tapi selalu menyenangkan bila bersua. Sisca Widya atas banyak sharing yang menggugah emosi, Koko atas bantuan triangulasi dan abstraknya, Mas Anton, Rondang, dan teman-teman Teknik yang setia mengajak ziarah dan kumpul-kumpul. 17. Teman-teman YAKKUM Emergency Unit, khususnya staf Psikososial, senang bekerja bersama kalian. 18. Pasanganku berafeksi ria, Dimas. Trimakasih atas kasih sayang dan kesabarannya. 19. Semua fihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu. Trimakasih banyak. Penulis menyadari kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Masukan dari para pembaca penulis harapkan untuk membuat karya ini menjadi lebih baik. Selamat membaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jika kau menginginkan sesuatu, segenap alam semesta akan bersatu membantumu meraihnya. (Paulo Coelho, Sang Alkemis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………...
ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………..
iv
ABSTRAK………………………………………………………………..
v
ABSTRACT………………………………………………………………
vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………...
xi
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………………………………..
1
B. Rumusan Masalah………………………………………………
13
C. Tujuan…………………………………………………………..
14
D. Manfaat…………………………………………………………
14
BAB II: LANDASAN TEORI A. Novel Sang Alkemis 1. Latar Belakang Penulis………………………………….…
16
2. Sinopsis……………………………………………………
37
B. Konsep Psikologi Humanistik Maslow 1. Prinsip Umum……………………………………………
43
2. Teori Hirarki Kebutuhan…………………………………
44
C. Aktualisasi Diri Santiago dalam Novel Sang Alkemis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menurut Psikologi Humanistik Maslow……………………...
63
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian……………………………………………….
68
B. Metode Penelitian 1. Reduksi Data…………………………………………….
69
2. Pengkodean……………………………………………...
69
3. Deskripsi Data dan Penafsiran Data…………………….
69
4. Kesimpulan dan Dinamika Psikologis…………………..
69
5. Pemeriksaan Keabsahan Data…………………………...
70
C. Teknik Penelitian 1. Pengkodean………………………………………………
71
2. Menyajikan Hasil Penelitain…………………………….
75
3. Intepretasi Data Berdasarkan Hasil Pengkodean………..
75
BAB IV: PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian…………………………………………….
76
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Pencapaian Aktualisasi Diri Santiago Berdasarkan Hirarki Kebutuhan Maslow………………
93
2. Karakteristik Pengaktualisasi Diri yang Terdapat dalam Diri Santiago Sehingga Mempengaruhi dan Mendukung Pencapaian Aktualisasi Dirinya……………………………………..
97
C. Dinamika Psikologis……………………………………….
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Kritik Terhadap Teori Maslow…………………………….
109
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………...
111
B. Saran……………………………………………………….
113
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...
115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Memahami kepribadian manusia melalui karya sastra bukanlah hal baru dalam dunia psikologi. Tinjauan Psikologi Humanistik dalam dunia sastra merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk lebih memahami manusia sebagai individu yang mampu mewujudkan cita-citanya, mencapai prestasi dan keberhasilan yang digambarkan melalui tokoh dalam cerita yang disajikan. Psikologi Humanistik sendiri adalah mazhab ketiga dalam ilmu psikologi, setelah Psikoanalisa dan Behaviorisme. Psikoanalisa mengatakan bahwa tingkah laku manusia sangat dipengaruhi oleh alam tidak sadarnya, tempat semua dorongan dan penggerak kehidupan berasal, sehingga tingkah laku manusia yang tampak di permukaan hanyalah perwujudan dari dorongan dasar individu yang sudah diselaraskan dengan kondisi sosial oleh ego individu tersebut. Sementara itu, Behaviorisme memandang manusia sebagai mahluk yang bertindak sesuai dengan stimulus yang diberikan oleh lingkungannya. Individu adalah mahluk yang tingkah lakunya dapat dijabarkan dengan sistematis karena apa yang mereka lakukan dapat diformulasikan dengan hukum stimulus–respon. Psikologi Humanistik muncul dengan sebuah optimisme baru yang memandang manusia dari sisi yang lebih positif sehingga penelitian dilakukan pada orang-orang yang sehat dan berhasil. Abraham Maslow sebagai tokoh Psikologi Humanistik mencoba membuka mata dunia dengan sebuah pandangan baru, yaitu bahwa manusia adalah makhluk mulia yang mampu memberikan kapasitasnya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terbaik dalam kehidupan sebagai orang yang berguna di masyarakat, bukan hanya sebagai seorang individu yang dipenuhi dengan dorongan-dorongan tidak sadar atau sekadar produk dari stimulus yang diberikan oleh lingkungannya. Sebagai seorang humanis, Maslow memandang manusia secara optimis. Aspek negatif yang terdapat dalam diri manusia tidak akan menghambatnya untuk menjadi manusia yang berhasil karena dalam diri setiap manusia juga ada berbagai aspek positif yang mendukung pengembangan dirinya. Berbagai aspek positif dalam tingkah laku manusia seperti kebahagiaan, kegembiraan, kepuasan hati, hati yang damai, seloroh, permainan, kesejahteraan, kegirangan, dan ektasis telah diabaikan oleh kalangan ilmuwan, demikian pula halnya sifat-sifat positif seperti kebaikan, kebajikan dan persahabatan (Maslow dalam Goble, 1987). Keoptimisan dalam memandang manusia ini bukan berarti memandang manusia hanya dari sisi dirinya yang positif, melainkan memandang manusia sebagai satu kepribadian yang utuh, dimana semua sisi dalam dirinya berperan dalam pembentukan kepribadiannya. Setiap kepribadian yang berbeda-beda memiliki kesamaan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang menurut Maslow terdiri dari beberapa tahap. Aktualisasi diri adalah puncak dari hirarki kebutuhan Maslow, dimana untuk mewujudkannya setiap manusia perlu memenuhi kebutuhan lain yang lebih mendasar. Namun, tidak semua orang mampu mencapai aktualisasi dirinya. Meskipun kebutuhan-kebutuhan dalam tingkat yang lebih rendah dipuaskan – kita merasa aman secara fisik dan emosional, mempunyai perasaan memiliki dan cinta serta merasa bahwa diri kita adalah individu-individu yang berharga – namun kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan merasa kecewa, tidak tenang dan tidak puas kalau kita gagal berusaha untuk memuaskan kebutuhan akan aktualisasi diri (Maslow dalam Schultz, 1991). Aktualisasi diri adalah cita-cita atau impian yang ingin diwujudkan manusia dalam kehidupannya. Pada dasarnya semua potensi dan kemampuan yang dimiliki akan dikerahkan dengan sekuat tenaga untuk dicapai, karena manusia itu sendiri menyadari bahwa cita-cita atau impian tersebut mampu membuat kehidupannya menjadi lengkap dan bermakna. Aktualisasi diri yang diletakkan pada puncak hirarki kebutuhan Maslow menunjukkan ada kebutuhan-kebutuhan lain di bawahnya yang dipenuhi sebelum sampai pada aktualisasi diri. Hal inilah yang membuat usaha setiap individu yang berjuang mengaktualisasikan dirinya mengalami sebuah proses, karena ia harus memulainya dari kebutuhan yang paling dasar menuju ke kebutuhan yang lebih tinggi, sampai pada akhirnya ia mengaktualisasikan dirinya. Sifat dari hirarki kebutuhan Maslow yang dinamis, sangat mempengaruhi perjalanan individu dalam mengaktualisasikan dirinya. Ada saat dimana individu yang sudah sampai pada tahap mendapatkan penghargaan dari masyarakat tiba-tiba kehilangan pemenuhan kebutuhan makanan yang biasa ia dapatkan, sehingga ia harus turun memenuhi kebutuhan tersebut bahkan sampai melupakan bagaimana orang yang telah mendapatkan penghargaan dari masyarakat bertingkah laku. Aktualisasi diri tidak mudah untuk dicapai, perlu banyak usaha dan kerja keras untuk mewujudkannya. Tidak jarang individu menyerah di tengah jalan karena beratnya usaha yang harus dilakukan. Selain itu pilihan-pilihan yang harus dilakukan dalam perjuangan mengaktualisasikan diri bisa jadi merupakan pilihan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pilihan besar yang akan mempengaruhi perjalanan hidup individu tersebut. Pilihan-pilihan ini bisa berupa meninggalkan pekerjaan yang telah memberinya kekayaan atau meninggalkan orang-orang yang dicintai. Semua hal ini dilalui oleh setiap individu yang berjuang mengaktualisasikan dirinya. Aktualisasi
diri
tidak
lepas
dari
pilihan apakah
individu
mau
melakukannya atau tidak. Keputusan untuk melakukan berarti sebuah perjuangan pribadi karena individu akan melakukannya berdasarkan kapasitas dan potensi dirinya sendiri. Perjuangan ini akan semakin berat karena aktualisasi diri setiap orang berbeda. Hal ini juga berarti untuk mengaktualisasikan diri setiap orang akan berjuang sendiri. Individu yang mengaktualisasikan diri memilih untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan keinginannya. Mereka telah mencapai pada suatu tahap dimana telah memenuhi semua kebutuhan yang bersumber dari kekurangan dari dalam diri menuju pada tahap dimana kebutuhan yang muncul harus dipenuhi bukan karena kekurangan melainkan karena ingin mengembangkan diri. Aktualisasi diri berarti melakukan apa yang ingin dilakukan sesuai dengan potensi diri. Aktualisasi diri memiliki 16 karakteristik khusus. Karakteristik ini diperoleh pada saat Maslow menyelidiki orang-orang sukses yang ia kagumi. Dalam penelitian ini akan dilihat karakter apa saja yang mempengaruhi subyek dalam proses mengaktualisasikan diri. Pada saat Maslow mengagumi orang-orang yang menurutnya sukses, ia yakin ada sifat-sifat yang melatarbelakangi kemampuan orang-orang sukses tersebut yang membuat mereka mampu berjuang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengaktualisasikan dirinya. Sifat-sifat yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Sifat-sifat ini dipandang perlu karena merupakan faktor yang melatarbelakangi individu untuk berjuang mengaktualisasikan dirinya. Studi tentang orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya sudah dilakukan Maslow sejak ia merintis faham Psikologi Humanistik, namun pemusatan perhatian pada studi tentang manusia dan pribadi manusia seperti yang dijalankan oleh psikologi humanistik bukanlah suatu hal yang baru. Perhatian semacam itu bisa dijumpai dalam filsafat, agama, sastra, dan dalam humanisme yang memiliki sejarah yang panjang (Misiak dan Sexton, 1988). Sastra adalah salah satu wujud penggambaran kisah hidup manusia, rangkaian tulisan kisah hidup yang tampaknya jauh dari kehidupan pembacanya namun sebenarnya merupakan kisah yang dapat terjadi dalam hidup siapa saja. Setiap cerita yang ada dalam sebuah karya sastra adalah penggambaran hidup individu yang bisa dipahami, sehingga tokoh dalam novel adalah cerminan hidup individu di dunia nyata. Novel sebagai bagian dalam dunia sastra, mampu menampilkan tokohtokoh yang ada di dalamnya melalui isi dan alur cerita yang disampaikan dalam bentuk tulisan. Berbagai tokoh yang ditampilkan memiliki karakteristik tersendiri yang membentuk sebuah interaksi dalam cerita yang dituliskan. Tokoh dalam novel sebagai individu yang mengaktualisasikan dirinya, kiranya juga dapat dipandang sebagai usaha untuk lebih memahami tingkah laku manusia, karena bagaimanapun novel sendiri adalah cerminan dari kehidupan manusia yang digambarkan dengan bahasa yang menarik dan alur cerita yang penuh kejutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Sumardjo (1984), pembaca sastra lebih mengerti kesulitan orang lain, penderitaan orang lain, keinginan orang lain, watak orang lain, sehingga pembaca lebih luas pengetahuannya mengenai manusia lain. Gambaran inilah yang ingin disampaikan oleh pengarang novel kepada para pembacanya. Melalui cerita dalam sebuah novel, seorang pengarang menyampaikan pesan tentang kehidupan setiap tokoh yang ada didalamnya. Psikologi memasuki bidang kritik sastra lewat beberapa jalan, yaitu pembahasan tentang proses penciptaan sastra, pembahasan psikologi terhadap pengarangnya baik sebagai suatu tipe maupun sebagai seorang pribadi, pembicaraan tentang ajaran dan kaidah psikologi yang dapat ditimba dari karya sastra, dan pengaruh karya sastra terhadap pembacanya (Hardjana,1981:60). Sang Alkemis sebagai salah satu novel yang menyajikan perjalanan hidup seorang gembala muda, menampilkan sosok individu biasa yang berjuang untuk mewujudkan mimpinya melalui perjuangan yang berat.
Novel ini memberi
gambaran bahwa setiap manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang dan mewujudkan cita-cita yang dimilikinya dengan tidak meninggalkan sifat-sifat kemanusiaannya, karena sastra sendiri adalah bentuk lain dari pengalaman manusia yang disajikan dengan bahasa yang berbeda. Atas dasar ini penulis ingin menimba kaidah psikologis yang dapat ditimba dari novel tersebut. Paulo Coelho melalui Sang Alkemis memberi sebuah pandangan optimis bagi para pembacanya yang ingin mengejar mimpi yang paling sulit sekalipun. Maka tidak salah jika kita mencoba meninjau lebih jauh kisah sederhana ini dengan menggunakan teori seorang tokoh yang juga optimis memandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
manusia, yaitu Abraham Maslow. Paulo Coelho sebagai pengarang novel Sang Alkemis menyebut cita-cita yang ingin diwujudkan oleh manusia sebagai Legenda Pribadi, sementara Aktualisasi Diri adalah dua kata yang dipilih oleh Maslow untuk melambangkan perwujudan hal tersebut. Sang Alkemis adalah novel yang meraih The International Best Seller karena terjual lebih dari 30 juta eksemplar di seluruh dunia, yang telah diterjemahkan dalam 56 bahasa di lebih dari 150 negara. Pengarangnya sendiri, Paulo Coelho termasuk dalam 15 pengarang terbesar sepanjang sejarah. Hadir dengan bahasa yang ringan, ia mampu mengajak pembaca menyadari bahwa kejadian yang terlihat sederhana di alam sekitar mereka adalah sebuah simbol yang sarat makna. Paulo Coelho menyuguhkan sebuah cerita tentang seorang pemuda bernama Santiago yang berasal dari Spanyol yang mau berjuang mencapai mimpinya meskipun banyak kendala yang menghadang sejak awal ia memutuskan untuk mengejar mimpinya. Hal tersebut jarang ditemui pada masa sekarang. Orang akan lebih mudah melupakan cita-cita dan impiannya karena mudah terbuai dengan kenyamanan yang tengah dirasakannya sehingga lupa dengan apa yang sebenarnya ia inginkan dalam hidupnya. Cita-cita yang dimiliki Santiago adalah aktualisasi dirinya, perwujudan dari seluruh keinginan dan citacita yang dia inginkan selama hidupnya. Dalam novel ini, perwujudan Legenda Pribadi Santiago dimulai ketika ia memutuskan untuk mencoba mewujudkan mimpinya. Sebuah kutipan kalimat dalam Sang Alkemis mengatakan “Kemungkinan untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan membuat hidup menarik”. Pernyataan inilah yang dituangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
oleh Paulo Coelho ketika ia menggambarkan perjuangan Santiago untuk mewujudkan mimpinya. Mewujudkan sebuah impian tidaklah mudah. Keputusan untuk mewujudkan mimpi hanyalah awal dari perjuangan yang berat. Akan ada banyak rintangan yang ditemui. Untuk melalui rintangan itu dibutuhkan kerja keras dan sangat mungkin membuat orang menyerah. Itulah yang terjadi pada Santiago, ketika ia memutuskan untuk mewujudkan mimpinya. Ia tidak menyangka kalau ia harus meninggalkan domba-dombanya, ditipu di negeri asing, bekerja selama setahun di toko kristal, berhari-hari melintasi gurun, beberapa kali hampir terbunuh dan harus belajar banyak membaca pertanda dan mendengarkan kata hatinya. Semua ini membuatnya hampir menyerah ketika menyadari bahwa meraih impian ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Seseorang yang takut mencoba sesuatu yang baru, keluar dari rutinitas, dan takut gagal, tidak akan mampu mewujudkan mimpinya. Semua hal sangat mungkin terjadi saat seseorang berusaha mewujudkan mimpi atau cita-citanya. Sama seperti Maslow yang memandang pemenuhan aktualisasi diri akan membuat hidup seseorang lengkap dan bermakna, dalam novelnya Coelho juga menyatakan jika seorang manusia menolak menderita dan berjuang untuk mewujudkan mimpinya, maka ia akan menderita dan pada akhirnya suara hati yang selama ini selalu mengingatkan akan impiannya yang menunggu untuk diwujudkan akan diam untuk selama-lamanya, karena sejak kecil, setiap orang memiliki mimpi yang berasal dari hati mereka yang masih murni. Dalam pandangan Maslow, semua manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diri (Schultz, 1991). Pandangan ini menunjukkan sikap optimisme Maslow dalam memandang manusia. Penelitian-penelitian terdahulu terhadap novel ini tentu saja akan sangat membantu melihat bagaimana novel yang sama memiliki daya tarik penelitian, meskipun setiap penelitian memiliki fokus berbeda dengan pendekatan yang berbeda pula. Dalam hal ini peneliti mengambil tiga penelitian terdahulu dalam bentuk skripsi yang masing-masing memakai pendekatan psikologi dalam pembahasannya. Skripsi pertama berjudul The Meaning of Hope as The Philosophical Teaching ini Paulo Coelho’s The Alchemist (Satyadharma, 2003). Skripsi ini menganalisa harapan sebagai ajaran filsafat yang muncul dalam novel Sang Alkemis. Penelitian ini menggunakan teori Erich Fromm karena keduanya memiliki dasar pemikiran yang sama. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa di dalam karya sastra terdapat ajaran-ajaran filsafat mengenai harapan. Harapan membawa pandangan baru tentang hidup dan membuat orang bergerak dari kondisi sekarang ke hidup baru yang ia inginkan. Harapan adalah perubahan dari realitas sekarang ke kehidupan dan kegembiraan yang lebih besar. Harapan menginspirasi manusia menggunakan media seperti pandangan, ide, dan mimpi. Mimpi adalah media yang didapat Santiago sehingga menimbulkan harapan dalam dirinya. Orang yang memiliki harapan tidak pasif dan menunggu untuk harapannya terwujud. Mereka akan aktif dalam meraih dan memenuhi harapan dengan mengambil tindakan. Ketika Santiago mengetahui bahwa mimpinya memiliki arti yang besar, ia mengambil tindakan untuk mewujudkannya. Ia melakukan perjalanan melintasi gurun demi mendapatkan harta yang ia harapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perjuangannya selama perjalanannya akan membuatnya matang tidak hanya dalam membaca pertanda tapi juga dalam memahami alam semesta dan menyadari bahwa ada keberuntungan yang disediakan untuknya oleh dunia. Ini sesuai dengan pandangan Fromm yang menyatakan harapan yang pasif tanpa tindakan merupakan perampasan akan harapan itu sendiri. Dengan berharap manusia menyatakan keberadaan dirinya, berharap adalah kesiapan dari dalam diri, sebuah usaha untuk memahami rahasia penciptaan manusia di dunia. Skripsi yang kedua berjudul A Psychological Study of Santiago in Coelho’s The Alchemist : Logic in Relation With Intelligence and Learning as Part af Human Development (Sari, 2004). Penelitian ini menyimpulkan Santiago dapat membuat impiannya menjadi kenyataan dengan kekuatan fikirannya. Dari seorang gembala biasa kemudian ia mempelajari banyak hal dari orang lain dan lingkungannya. Semua ini membuatnya lebih baik dari sebelumnya. Ia berkembang dari seorang gembala biasa menjadi seorang yang memiliki tujuan. Perjalanannya membuatnya kaya pengetahuan yang mempertajam fikirannya, dan kemampuan ini membantunya mengatasi masalah. Santiago mampu membuat pertimbangan
yang
matang
berdasarkan
inteligensi,
pembelajaran
dan
kemampuannya berfikir logis. Perkembangan fikiran Santiago membantunya mengerahkan seluruh kekuatan fikirannya. Kekuatan fikiran Santiago adalah aspek paling penting untuk membuat impiannya menjadi nyata. Skripsi ketiga berjudul The Influence of Minor Characters on Santiago’s Personality Development in Paulo Coelho’s The Alchemist (Anggraeni, 2004). Dari penelitian ini disimpulkan bahwa kepribadian Santiago dipengaruhi oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
orang-orang yang berada di sekitarnya. Penelitian ini menggunakan teori kepribadian Kalish, Allport dan Adler yang memberi deskripsi jelas pada karakter di novel dan menemukan pengaruh pemeran pembantu pada perkembangan kepribadian karakter utama. Pada awalnya tokoh Santiago dijelaskan sebagai orang yang merasa bisa hidup sendiri tanpa orang lain, sebagai gembala ia dapat mengontrol dan mengambil keputusan sendiri dalam hidupnya. Perubahan penting terjadi pada kepribadian Santiago. Dia menjadi bijak, dapat memecahkan masalah sulit sendiri, sabar berfikiran terbuka, menerima perubahan di sekelilingnya, mendengarkan nasihat orang lain, sadar akan pertanda yang terjadi di sekelilingnya, dan yang terpenting dia kembali pada kepercayaannya terhadap Tuhan, yang selalu menolongnya di setiap situasi. Semua perubahan kepribadian Santiago dipengaruhi peran pembantu di sekelilingnya. Dia menjadi orang yang lebih baik karena karakter orang lain di sekitarnya. Ketiga skripsi di atas memfokuskan penelitiannya pada tokoh utama pada novel Sang Alkemis yaitu Santiago. Garis besar yang muncul pada ketiga skripsi di atas adalah melihat apa yang membuat Santiago mampu mewujudkan impiannya. Penelitian pertama memaparkan bagaimana harapan membuat Santiago memiliki pandangan baru tentang hidup sehingga menjadi aktif mewujudkan mimpinya. Penelitian kedua memperlihatkan bagaimana kekuatan fikiran dan kemampuan berfikir logis membantu Santiago mewujudkan mimpinya. Pengetahuan yang didapat selama perjalanan, baik itu membaca pertanda, mempelajari bahasa buana, dan puncaknya mampu mengubah dirinya menjadi angin, adalah perkembangan kekuatan fikiran Santiago yang mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengantarnya
menemukan
hartanya.
Kemampuan
memahami
perkataan
pemimpin perampok yang pada akhirnya membuatnya mengetahui dimana letak harta karun tidak lepas dari kemampuan berfikir logis Santiago. Penelitian ketiga menunjukkan bagaimana pengaruh peran pembantu mempengaruhi kepribadian Santiago. Melchizedek dan sang alkemis mempunyai pengaruh besar merubah cara pandang Santiago sehingga ia mampu menemukan hartanya. Ketiga penelitian terdahulu terhadap tokoh utama dalam novel Sang Alkemis mampu memberikan bantuan gambaran terhadap konteks penelitian sekarang, yaitu menitikberatkan pencapaian aktualisasi diri Santiago berdasarkan hirarki kebutuhan Maslow. Berbagai aspek yang mampu dilihat sebagai penyebab keberhasilan Santiago, baik itu harapan, kekuatan fikiran dan kehadiran orangorang di sekitarnya, yang muncul di tengah perjalanan Santiago mencari hartanya, semakin meyakinkan peneliti akan pentingnya perjalanan sebagai proses mewujudkan aktualisasi diri seseorang. Berbagai upaya yang dilakukan Santiago untuk mengaktualisasikan dirinya, untuk mencapai legenda pribadinya, dapat ditelusuri melalui jalan yang ia tempuh dalam usaha mewujudkan mimpinya. Hal ini dapat dilihat dari Santiago yang menerima kondisinya sebagai manusia yang memiliki kebutuhan fisiologis, rasa aman, dicintai dan mencintai, juga penghargaan, namun tetap berjuang berani menantang bahaya, keluar dari rutinitas untuk meraih mimpinya. Ada kekuatankekuatan yang tidak terlihat namun, sangat mempengaruhi perjuangan Santiago dalam mengaktualisasikan dirinya. Harapan yang tumbuh dalam diri, dan kekuatan fikiran Santiago yang memungkinkannya mampu mempelajari banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hal dari lingkungannya, ternyata sangat mempengaruhi keberhasilan Santiago dalam menggapai mimpinya. Selain itu kehadiran orang-orang di sekitar Santiago juga membantu Santiago dalam upayanya menggapai mimpinya. Tiga hal ini dapat dilihat dalam skripsi sebelumnya yang juga meneliti novel Sang Alkemis. Figur Santiago sebagai seorang gembala yang berusaha menemukan harta terpendam adalah gambaran kesuksesan orang biasa yang berusaha mendapatkan apa yang benar-benar ia inginkan. Ia membutuhkan makanan, rasa aman, ingin dicintai, dan membutuhkan penghargaan seperti manusia pada umumnya. Meskipun ia memiliki kekuatan fikiran yang baik, juga harapan yang besar, Santiago tetap membutuhkan kehadiran orang lain untuk membantunya meraih mimpinya. Akan tetapi yang membedakan Santiago dengan kebanyakan orang adalah ia berjuang dan mau bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya. Ia melalui tahapan hidup seperti orang pada umumnya, namun ia berhasil mencapai apa yang benar-benar ia inginkan dalam hidupnya. Penelitian ini akan melihat lebih jauh bagaimana pencapaian aktualisasi diri Santiago dengan menggunakan pendekatan Psikologi Humanistik Maslow.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian maka rumusan permasalahan yang diteliti adalah: 1. Bagaimana pencapaian aktualisasi diri Santiago berdasarkan hirarki kebutuhan Maslow?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang terdapat dalam diri Santiago sehingga mempengaruhi dan mendukung pencapaian aktualisasi dirinya?
C. Tujuan Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pencapaian aktualisasi diri Santiago berdasarkan hirarki kebutuhan Maslow dan untuk mendapatkan karakteristik pengaktualisasi diri yang terdapat dalam diri Santiago sehingga mampu mengaktualisasikan dirinya.
D. Manfaat Kepentingan kritik sastra secara umum yaitu untuk penerangan kepada para pembacanya yang mengalami kesukaran dalam memahami isi karya sastra tersebut (Pradopo, 1994). Dengan adanya analisis yang dilakukan terhadap novel Sang Alkemis terhadap tokoh utamanya dengan menggunakan tinjauan Psikologi Humanistik Maslow, diharapkan manfaat yang terkandung dalam karya tersebut dapat diterima dengan baik. Berdasarkan analisis yang dilakukan atas novel Sang Alkemis maka manfaat yang dapat diperoleh adalah: 1. Manfaat teoretis a) Untuk memperkaya tinjauan Psikologi Humanistik dalam dunia sastra. b) Untuk melihat bagaimana aktualisasi diri yang merupakan salah satu tinjauan psikologis dapat diterjemahkan ke dalam dunia sastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Manfaat praktis: Memberi masukan lebih dalam bagi para pembaca Novel Sang Alkemis mengenai tokoh utama novel ini dan diharapkan dapat memberi semangat dan motivasi untuk berjuang mewujudkan mimpi para pembacanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI A. 1)
Novel Sang Alkemis
Latar Belakang Penulis Pada sub bab ini kita akan melihat latar belakang Paulo Coelho, pandangan-pandangan hidupnya, dan bagaimana kedua hal tadi memberi pengaruh pada buku-buku yang ia hasilkan. Meskipun, menurut Hardjana (1981) nilai karya sastra bebas dan tidak tergantung dari proses penciptaan maupun penciptanya sendiri, ada baiknya kita mengetahui sedikit perjalanan hidupnya untuk melihat relevansi antara karyanya dengan kehidupan yang ia jalani. Menurut Patricia Martin (2002) yang menulis biografi Paulo Coelho dalam paulocoelho.com, Paulo lahir dari keluarga kelas menengah di Brazil pada tanggal 24 Agustus 1947. Ayahnya seorang insinyur dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Orangtuanya menginginkan Paulo menjadi insinyur dan memaksanya membenamkan diri dalam buku-buku teknik. Sebagai seorang anak yang memiliki jiwa yang bebas Paulo menentangnya karena ia lebih tertarik menjadi seorang penulis. Berbagai tindakan ekstrim yang dilakukan oleh Paulo bahkan sampai membuatnya keluar masuk penjara karena menentang diktatorisme pemerintah adalah jalan yang ia pilih yang sesuai dengan keyakinannya pada masa itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perjalanan hidup yang penuh dengan perjuangan pada akhirnya mengantarnya menjadi seorang penulis sesuai seperti yang ia inginkan. Saat berumur 7 tahun Paulo masuk sekolah Jesuit San Ignacio di Rio de Janeiro, namun ia tidak menyukai kewajiban dan rutinitas religius di sana termasuk berdoa dan pergi ke misa. Untunglah sekolah tersebut memberikan keringanan bagi dirinya. Paulo diperbolehkan menghabiskan waktunya di koridor sekolah untuk menulis, dan ini adalah kegiatan yang benar-benar ia sukai. Paulo memenangkan hadiah sastra pertama di kompetisi puisi sekolah. Bahkan, saudara perempuannya bercerita bagaimana ia memenangkan penghargaan essay dengan mengumpulkan karya Paulo yang telah dibuang ke tong sampah (Martin, 2002). Bakat dan keinginan Paulo untuk menjadi seorang penulis tidak didukung oleh orangtuanya. Paulo dipaksa mengubah minatnya dan mewajibkannya membaca literatur yang berhubungan dengan dunia teknik.
Kekerasan
pendirian
orangtuanya
menimbulkan
semangat
pemberontakan dalam diri Paulo. Hal ini ditandai dengan kelakuannya yang menentang peraturan keluarganya. Ayahnya menganggap tingkah lakunya sebagai gejala sakit mental sehingga pada usia 17 tahun Paulo telah dua kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa, dimana ia mendapat beberapa sesi electroconvulsive therapy (Martin, 2002). Tidak lama kemudian Paulo bergabung dengan grup teater dan mulai bekerja sebagai jurnalis. Pada saat itu di kalangan keluarga kelas menengah di Brazil, teater dianggap sebagai tempat yang rawan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tindakan-tindakan tidak bermoral. Kekhawatiran orangtua Paulo muncul lagi dan ketakutan mereka membuat mereka melanggar janji untuk tidak mencampuri kehidupannya lagi. Untuk ketiga kalinya orangtua Paulo memasukannya ke RSJ. Ketika keluar dari sana, ia sama sekali tidak menunjukkan perubahan sikap ke arah yang lebih positif. Paulo bahkan lebih putus asa, bingung, tertutup dan hidup dalam dunianya sendiri. Dalam
keputusasaan,
orangtuanya
memanggil
dokter
lain
yang
memberitahu mereka bahwa Paulo tidak gila dan tidak seharusnya berada di RSJ (Martin, 2002). Setelah periode ini Paulo kembali ke studinya dan pada saat itu kelihatannya dia telah mengikuti keinginan orangtuanya. Namun, tidak lama sesudah itu dia dikeluarkan dan kembali ke teater. Ini terjadi di tahun 60an, dimana gerakan hippi meledak di seluruh dunia termasuk di Brazil yang pada saat itu dikuasai oleh rezim militer yang represif. Sebagai seorang hippi, Paulo berambut panjang dan berjanji tidak akan membawa kartu identitasnya. Dia menggunakan obat-obatan dan memiliki keinginan untuk hidup sebagai hippi seutuhnya. Namun gairahnya untuk menulis tetap ada, bahkan mengantarnya untuk memulai membuat sebuah majalah yang sempat diterbitkan dua kali (Martin, 2002). Pada masa ini, musisi dan komposer Raul Seixas mengundang Paulo menulis lirik untuk lagu-lagunya. Rekaman kedua mereka sukses besar dan terjual lebih dari 500.000 kopi. Untuk pertama kalinya Paulo memiliki banyak uang dan kerjasama ini berlanjut sampai tahun 1976.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada tahun 1973, Paulo dan Raul menjadi bagian dari Alternative Society, sebuah organisasi yang menentang ideologi kapitalis. Mereka membela hak individu untuk melakukan apa yang disukai, dan pada masa ini mereka juga memprakktekan ilmu hitam. Selama periode ini mereka mulai mempublikasikan Kring-ha, sebuah komik lembaran berseri yang mengajak pembacanya untuk memperoleh kebebasan lebih dari yang selama ini mereka peroleh dari pemerintah. Pemimpin-pemimpin yang ditaktor menyadari tindakan ini sebagai gerakan bawah tanah sehingga memerintahkan penangkapan dan memasukkan Paulo dan Raul ke dalam penjara. Raul segera dibebaskan, tetapi Paulo ditahan lebih lama karena dia adalah ‘otak’ di balik komik tersebut. Permasalahannya tidak berhenti sampai di situ. Paulo kembali ditangkap hanya dua hari setelah kebebasannya karena terlihat berada di jalanan, dan mendapat siksaan dari fihak militer selama beberapa hari. Dia terselamatkan dari kematian dengan mengatakan pernah gila dan masuk RSJ tiga kali. Paulo mulai menyakiti diri sendiri di hadapan penculiknya, dan pada akhirnya mereka berhenti menyiksanya dan membiarkan Paulo pergi (Martin, 2002). Pengalaman ini memberikan kesan yang mendalam pada dirinya, sehingga pada umur 26 tahun Paulo memutuskan bahwa dia sudah memiliki cukup pengalaman hidup dan ingin menjalani hidup seperti kebanyakan orang. Dia mendapatkan pekerjaan pada perusahaan rekaman Polygram dan kemudian menikah. Pada tahun 1977 Paulo dan istrinya pindah ke London. Paulo membeli mesin ketik dan mulai menulis, tanpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
banyak mendapatkan sukses. Tahun berikutnya dia kembali ke Brazil, dimana dia bekerja sebagai eksekutif untuk perusahaan rekaman lain, CBS. Ini hanya berlangsung tiga bulan, setelah itu dia berpisah dari istrinya dan meninggalkan pekerjaannya. Pernikahan kedua Paulo terjadi pada tahun 1979 (Martin, 2002). Bagi Paulo Coelho, kisah hidup yang berat belum cukup untuk benar-benar merasakan hidup yang utuh. Paulo Coelho sendiri mengatakan bahwa pada saat itu, meskipun telah mengetahui bahwa menulis adalah sesuatu yang benar-benar ia inginkan tapi Paulo tidak pernah berani untuk menulis buku. Pada saat ia berumur 38 tahun, ia telah memiliki segalanya, cinta, uang, rumah dan pekerjaan, tapi itu semua belum mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang penulis. Paulo hanya berani beranganangan dengan konsep itu. Dia telah menulis lirik untuk lagu, artikel untuk surat kabar dan skrip untuk televisi, tapi tidak pernah berani untuk menulis buku. Paulo tidak ingin mengungkapkan dirinya dengan menulis buku. Impian Paulo kembali mengusik dirinya ketika pasangan ini mengunjungi beberapa negara di Eropa. Berawal di Jerman ketika mereka mengunjungi kamp konsentrasi di Dachau. Di sana Paulo mendapat penglihatan dimana ada pria menampakkan diri kepadanya. Dua bulan kemudian dia bertemu pria yang sama di cafe di Amsterdam dan menghabiskan waktu yang panjang berbicara dengannya sehingga mengubah pandangannya. Pria itu, yang identitasnya tidak pernah diungkapkan oleh Paulo, menyarankan dia harus kembali ke ajaran Katolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan melakukan perjalanan Road to Santiago yaitu sebuah rute ziarah abad pertengahan antara Perancis dan Spanyol (Martin, 2002). Apa yang menjadi titik balik dalam hidupnya sehingga memutuskan untuk menulis buku adalah ziarah ini. Pada saat itu dia bergabung dengan persaudaraan RAM singkatan dari Regnus Agnus Mundi, tetapi di kesempatan lain Paulo juga menyebut RAM sebagai Rigour, Adoration, Mercy, yaitu sebuah golongan kebatinan dengan akar Katolik yang didirikan pada tahun 1492. RAM mempelajari bahasa simbol dengan sistem pengajaran secara oral. RAM tidak memiliki pemimpin, tidak mempunyai pengetahuan gaib dan prinsip dasarnya adalah orang belajar dengan mengambil langkah maju. Pada saat dia bergabung dengan RAM, Paulo telah mengetahui tentang ziarah tersebut dan teman-temannya di RAM menganjurkan untuk mengikutinya. Pada awalnya Paulo merasa itu adalah ide yang aneh dan membuang-buang waktu, karena ia harus berjalan kaki sejauh 700 km. Namun, dengan bujukan dari istrinya akhirnya Paulo memutuskan untuk melakukannya (Coelho,
; Martin,
2002). Pengalaman Paulo selama melakukan ziarah Road to Santiago akan dijabarkan lebih lanjut karena ziarah ini adalah titik balik dalam hidupnya dan sangat mempengaruhi karyanya, termasuk Sang Alkemis. Ziarah ini adalah perjalanan yang berat dan membutuhkan waktu 56 hari untuk menyelesaikannya. Paulo mengungkapkan bagaimana ia merasa tanah lapang yang ia lalui terasa seperti gurun, panas, berdebu dan tandus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Makanan yang tersedia juga sangat minim, dan hari-hari terasa panjang dan melelahkan. Ia mendapatkan pelajaran yang dipetik selama melakukan perjalanan, yaitu ketika dalam perjalanan pengalaman harus dipraktekkan dalam tindakan sebagai wujud dari kelahiran kembali. Paulo berhadapan dengan situasi yang sama sekali baru, hari berlalu lebih lambat, dan kesulitan bahasa karena ia berada di daerah yang asing. Dia mengumpamakan situsi ini seperti anak yang baru keluar dari rahim ibunya. Sejak saat itu Paulo merasa semua hal adalah baru dan melihat keindahan dalam setiap hal yang ia temui sepanjang jalan, dan memiliki perasaan gembira karena telah hidup. Menurut Paulo, ziarah relijius selalu menjadi satu dari banyak jalan yang obyektif dalam mencapai pengertian dan pemahaman tentang kehidupan, karena kita jauh dari hari-hari yang penuh konflik dan rutin dalam hidup kita, sehingga kita dapat melihat banyak hal dengan lebih jelas. Dalam menempuh tujuan hidup kita adalah hal yang vital untuk memberi perhatian pada jalan yang kita lalui. Dengan demikian kita belajar dari jalan yang kita tempuh dan diperkaya olehnya. Paulo menyarankan untuk melakukan ziarah ini sendiri karena dengan demikian menjauhkan kita dari sistem support yang biasa kita terima, dan itu adalah salah satu keuntungan yang kita peroleh. Kita diberi tenaga untuk lebih waspada dan emosi kita lebih terungkap. Selama ziarah yang dilakukannya, semakin jelas kelihatan bahwa dia tidak bahagia sehingga harus melakukan sesuatu mengenai itu, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berhenti membuat alasan. Tetapi, ketika Paulo pertama kali kembali dari perjalanan terjadi anti klimaks. Paulo menemukan bahwa berat untuk menyesuaikannya ke kehidupan normalnya dan ia tidak sabar untuk segera mengubah hidupnya. Tetapi perubahan terjadi ketika Paulo sudah siap. Membutuhkan beberapa bulan untuk menyadari bahwa dia semata-mata harus berkonsentrasi untuk menulis buku, daripada mencoba memenuhi peraturan-peraturan yang telah dia buat sebelumnya. Mengikuti ziarah menimbulkan kembali kesadaran itu, tetapi menurut Paulo kita tidak harus mengikuti ziarah Road to Santiago untuk mendapatkan kesadaran itu. Hidup itu sendiri adalah sebuah ziarah. Setiap hari adalah berbeda, setiap hari memiliki momen ajaib, tapi kita tidak melihat hal itu. Kita masih melihat hidup itu membosankan dan penuh rutinitas. Sesungguhnya kita semua dalam ziarah meskipun kita menyukainya atau tidak, dan tujuan akhirnya adalah kematian. Menurut Paulo kita harus mendapatkan sebanyak mungkin yang kita bisa dari perjalanan, karena pada akhirnya perjalanan itulah yang kita miliki. Tidak masalah apa yang kita kumpulkan, apakah itu harta benda atau materi lainnya, karena bagaimana pun juga kita akan mati, jadi mengapa tidak hidup. Ketika kita menyadari bahwa kita dapat menjadi berani dan bahwa hal pertama yang harus diambil dari pencarian spiritual adalah mengambil resiko. a. Kaitan kehidupan Paulo Coelho dengan novel Sang Alkemis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ada kalanya peristiwa-peristiwa dalam karya sastra dianggap mempunyai hubungan dengan peristiwa sejarah yang menyangkut kehidupan pengarangnya (Hardjana, 1981). Apa yang tertulis dalam Sang Alkhemis tentu saja merupakan hasil imajinasi Paulo Coelho dipadukan dengan pengalaman pribadinya sebagai manusia. Seorang penulis tentu ingin setiap pembacanya menangkap ide yang ingin disampaikan melalui karyanya, meskipun belum tentu setiap pembaca memiliki pemahaman yang sama dari karya yang ia baca. Dalam situs resminya paulocoelho.com kita akan menemukan bahwa Paulo, sebagai seorang yang banyak makan asam garam kehidupan, ingin membagi apa yang ia alami melalui buku-buku yang ditulisnya kepada pembacanya. Setiap kisah yang ia tuangkan menjadi sebuah novel memuat sebagian dari kisah hidupnya. Paulo Coelho (2004) menyatakan bahwa menulis adalah caranya berbicara tentang apa yang ingin dia ungkapkan mengenai bagian dari dirinya pada saat itu. Oleh karena itu lebih lanjut kita akan melihat sejauh mana Paulo melibatkan dirinya dalam karyanya Sang Alkemis, yang merupakan buku keduanya. Berdasarkan judulnya, Sang Alkemis secara harafiah berarti seorang ahli alkemi. Dalam crystalinks.com, Alkemi adalah ilmu kuno yang muncul 8 abad sebelum masehi, dengan tujuan utama menemukan rahasia memperpanjang usia dan mengubah logam menjadi emas. Pada zaman sekarang kita mengenal alkemi sebagai ilmu kimia. Alkemi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adalah bagian dari tradisi yang berbau misteri dan mistik dari dunia barat yaitu Eropa, dan timur, termasuk Arab, India dan Cina. Alkemi bekerja pada dua level, keduniaan dan spiritual. Pada level keduniaan, para alkemis mencari proses fisik untuk mengubah logam menjadi emas. Pada level spiritual, para alkemis bekerja untuk memurnikan diri mereka sendiri dengan menyingkirkan ‘dasar’ materi dari dalam diri dan meraih ‘emas’ pencerahan. Pada zaman renaissance banyak alkemis yang percaya bahwa pemurnian spiritual penting untuk mampu merubah logam menjadi emas. Para alkemis sangat percaya pada mimpi, inspirasi dan visi mampu membimbing dalam penyempurnaan hasil karya mereka. Untuk melindungi rahasia, mereka menyimpan catatan harian yang dipenuhi dengan simbol-simbol misterius daripada catatan berupa kata-kata Alkemi hanya diketahui oleh beberapa orang saja. dan memiliki kekuatan untuk mengubah kesadaran dan menghubungkan jiwa manusia pada Tuhan. Dalam novel ini kita akan menemui tokoh utama yang tampil dalam diri seorang bocah yang menentang keinginan ayahnya. Ia memutuskan keluar dari seminari, yaitu sebuah sekolah yang dikhususkan bagi para calon pastur, memilih menjadi gembala agar dia dapat melihat dunia di luar desanya. Melihat masa kecil dan remaja Paulo, maka kita akan menemui hal yang sama, yaitu seorang pemberontak yang tidak pernah menuruti keinginan ayahnya menjadi insinyur. Paulo memiliki jiwa yang bebas. Ide kebebasan ini ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tuangkan dalam Sang Alkemis. Santiago digambarkan memiliki jiwa yang sangat bebas dan merasa jika ia menghabiskan hidupnya di seminari maka ia akan kehilangan identitasnya sebagai individu. Kegemaran Paulo membaca dan keinginan menulis dalam dirinya juga dimiliki oleh Santiago yang gemar membaca dan memiliki keinginan untuk menjadi seorang penulis. Tokoh utama yang juga seorang Katolik juga merupakan cerminan dari diri Paulo yang juga seorang Katolik. Kekatolikan Paulo juga sangat tampak disaat dia menuangkan ilmu yang ia dapat di RAM dalam karyanya yang sarat dengan bahasa simbol. Paulo mengajak pembacanya untuk peka terhadap pertanda, seperti Santiago, untuk dapat terus berjalan mewujudkan mimpinya. Dengan adanya simbol dan pertanda di sekeliling Santiago, Paulo hendak menyatakan tidak ada sesuatu yang kebetulan, yang ada adalah petunjuk dari Tuhan agar Santiago semakin peka dengan alam dan mampu berkomunikasi dengan hatinya agar terus berjuang mewujudkan mimpi yang berasal dari hatinya. Paulo juga manggabungkan karyanya dengan kisah-kisah yang ia kutip dari kitab suci maupun legenda yang terus hidup di antara umat manusia. Dalam Sang Alkemis ia mengangkat cerita perwira yang kata-katanya masih digunakan dalam perayaan misa umat Katolik sampai sekarang, beberapa ayat dalam Alkitab yang dinarasikan oleh tokoh dalam novelnya, juga tokoh dalam perjanjian lama yang juga ia masukkan dalam novel ini, yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mechizedek, yang dikenal sebagai imam agung yang mengikat perjanjian dengan Abraham dalam Perjanjian Lama. Sama seperti Paulo yang menunaikan sebuah ziarah panjang dan berat baru kemudian berani menulis sebuah buku, demikian pula halnya dengan Santiago. Setahun bekerja di toko kristal dan melintasi gurun yang luas adalah ziarah yang panjang dan berat bagi dirinya. Santiago berhadapan dengan hari-hari yang penuh gerutuan dari pemilik toko, Bahasa Arab yang asing, dan penolakan atas ide-idenya meskipun untuk kebaikan toko itu sendiri. Di gurun ia menhadapi bahaya perang dan belajar berkomunikasi dengan onta bahkan dengan angin. Namun, Santiago yakin sebagaimana ia mampu menaklukkan toko kristal dengan mengubah toko kecil yang tidak laku menjadi toko kristal yang besar dan menghasilkan banyak uang, mampu menguasai Bahasa Arab, maka ia pun akan mampu menaklukkan dunia. Sama seperti Paulo, Santiago bukanlah orang yang akan menjadi miskin dan tidak berguna jika tidak mengejar mimpinya. Paulo Coelho adalah penulis terkenal, kaya dan punya istri yang mencintainya. Santiago sendiri setelah bekerja di toko kristal punya cukup uang untuk membeli domba yang lebih banyak, surat izin mendatangkan barang dari Afrika yang memungkinkannya menjadi pedagang yang sukses. Namun, keduanya tahu pasti akan ada yang kurang dalam hidup mereka. Mereka memutuskan tidak ada salahnya mencoba, berani menuruti kata hati, mengambil tindakan yang penuh resiko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam Sang Alkemis dikisahkan Santiago bepergian ke banyak tempat, tidak hanya karena ia memang seorang gembala yang melintasi berbagai daerah untuk menggiring kawanan dombanya tetapi juga berkelana ke negara lain untuk mengejar mimpinya. Paulo dapat menampilkan daerah-daerah tersebut dengan detail, baik itu bagaimana gambaran lokasinya, bagunan-bangunan yang ada di sana, tiupan angin dan aroma udara di sana, gambaran fisik penduduknya, kebiasaannya, bahkan bagaimana jika seorang asing berada di sana. Kemampuan ini tidak lepas dari bekal pengetahuan yang luas mengenai tempat-tempat yang pernah ia kunjungi, yaitu Meksiko, Eropa, dan Afrika Utara. Diantara banyak tempat yang ia gunakan sebagai setting, Paulo secara khusus memakai gurun sebagai tempat yang paling banyak mengambil peran dalam novel ini. Dalam sebuah wawancara Paulo menyatakan saat ia kecil memiliki buku yang sangat berkesan, yaitu The Arabian Night. Ketertarikannya pada buku ini ia tuangkan kembali dalam Sang Alkemis, dimana kita menemukan Paulo mengupas kehidupan orang Arab di gurun dengan perang antar suku, adatistiadatnya, dan kehidupan di oasis. Pengalaman Paulo tumbuh dalam keluarga yang patrilineal. Otoritas seorang ayah yang besar dalam hidup Paulo juga sangat mempengaruhi cerita dalam novelnya. Dalam Sang Alkemis, kehidupan patrilineal juga dianut oleh para suku di gurun, dimana para wanita diposisikan sebagai fihak yang menunggu, dan para pria adalah tulang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
punggung
keluarga
yang
mencari
nafkah,
dan
berperang
mempertahankan wilayah kekuasaan mereka. Paulo beberapa kali mengangkat sosok pria yang lebih tua dalam novel ini, yaitu ayah Santiago yang ingin anaknya menjadi biarawan, raja tua Melchizedek, pemilik toko kristal di Tangier dan Sang Alkemis sendiri yang menuntunnya menuju Piramida. Kehadiran tokoh-tokoh ini memegang peranan penting, sama seperti banyak pria yang juga memiliki peran penting dalam kehidupan Paulo, termasuk ayahnya sendiri yang sangat menginginkan ia menjadi seorang insinyur. Melchizedek yang tampil sebagai raja tua misterius yang pada akhirnya berhasil meyakinkan Santiago untuk terus melanjutkan perjalanannya, merupakan gambaran pria yang menghampirinya, yang hadir dalam penglihatan yang ia alami di kamp konsentrasi di Dachau, Jerman. b. Kaitan Kehidupan Paulo Coelho dengan Novel-novelnya yang Telah Diterbitkan di Indonesia. Tentu saja tidak semua sisi kehidupannya sebagai manusia ia tuangkan dalam Sang Alkemis. Buku lain yang memiliki tema berbeda adalah jalan bagi Paulo untuk mengungkapkan sisi lain dari dirinya. Oleh karena itu, kita akan melihat tema-tema apa saja yang muncul dalam buku-bukunya dan pengalaman hidup apa saja yang ia kembangkan dalam hasil karyanya. The Pilgrimage adalah buku pertamanya yang menjelaskan pengalaman Paulo selama menjalani ziarah Road to Santiago. Paulo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyadari selama ini ia telah mengabaikan mimpinya menjadi seorang penulis novel, dan ia juga belajar untuk lebih menjalani tiap hari dengan memanfaatkan waktu yang ada dengan melakukan hal-hal yang berguna. Kehidupannya sebagai orang biasa telah berubah semenjak ia mengikuti ziarah tersebut. Sebagai seorang Katolik, Paulo juga menampilkan tokoh utama yang beragama Katolik dalam novel-novelnya, diantaranya The Devil and Miss Prym, By the River Piedra I Sat Down and Wept, dan The Zahir. Dalam By the River Piedra I Sat Down and Wept, agama Katolik dikupas lebih dalam. Ini dapat dilihat dari bagaimana Paulo mengupas keberadaan Katolik Kharismatik, bahasa roh, dan Bunda Maria. Selain menampilkan tokoh utama yang beragama Katolik, Paulo juga secara berani mengisahkan kehidupan Elia yang dikenal sebagai nabi besar dalam Alkitab di novelnya, The Fifth Mountain. Tema keluarga yang ingin anaknya menjadi sama dengan orangtuanya, baik itu profesi maupun pemikiran mendapat tempat pada beberapa tema novel Paulo Coelho. Dalam Veronica Decides to Die, Paulo mengisahkan bagaimana Eduard dimasukkan oleh ayahnya yang seorang duta besar ke RSJ karena hendak menjadi seniman. Dengan Veronica Decides to Die, Paulo mendapat banyak perhatian dari publik. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tanggapan dari pembacanya yang menyatakan memiliki pengalaman yang sama seperti kisah yang ia tuturkan dalam Veronica Decides to Die. Novel ini menggugah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masyrakat sehingga Kongres Brazil menetapkan hukum yang melarang kesewenang-wenangan dalam perawatan di rumah sakit. Seperti yang telah dijabarkan di atas, Paulo pernah dianggap mengalami gangguan jiwa oleh orangtuanya sendiri sehingga dimasukkan ke RSJ. Pengalaman Paulo selama menempati RSJ kembali ia tuangkan di novel ini. Dalam novelnya The Zahir, Paulo mengisahkan kehidupan seorang pria yang kalut karena ditinggal oleh istrinya. Tentu saja pembaca setianya yang pernah membaca biografi dan wawancarawawancara Paulo, akan menyadari bahwa di buku ini Paulo mengungkapkan banyak sekali bagian dari dirinya meskipun buku ini bukan sebuah otobiografi. Tema-tema yang banyak muncul di buku-bukunya adalah mengenai orang yang mengejar mimpi, orang yang berani mencoba sesuatu yang baru meskipun tampak mustahil dan tidak semua orang mendukung apa yang ia lakukan. Tokoh Nabi Elia dalam The Fifth Mountain yang dikejar dan akan dibunuh di negerinya sendiri, yaitu Israel karena menyampaikan pesan dari Tuhan. Namun, karena isteri Raja Israel pada saat itu adalah seorang penyembah berhala maka keberadaan Elia sebagai perantara Tuhan dianggap sebagai ancaman. Elia yang hampir pesimis dengan tugas perutusannya sebagai nabi akhirnya mampu menyelesaikan tugasnya meskipun harus melewati banyak penderitaan. Tokoh Nona Prym dalam The Devil and Miss Prym adalah gambaran seorang wanita desa yang ingin keluar dari kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
desanya, meskipun penduduk desanya sendiri menganggap kehidupan di desa mereka adalah kehidupan yang sempurna dan tenang, bahkan para pendatang dari kota ingin menetap di sana karena kota kecil tersebut sangat tenang, jauh dari kebisingan seperti di kota besar. Dalam Veronica Decides to Die, dikisahkan seorang anak duta besar yang dianggap menderita schizophrenia, yaitu gangguan pada kehidupan emosional dan afektif (Chaplin, 2002), karena sangat menyukai melukis dan mengatakan telah melukis surga. Anak duta besar tersebut tidak begitu saja menyerah dengan keinginan orang tuanya yang sangat tidak setuju dengan minat seninya. Ia terus melukis meskipun pada akhirnya itu membawanya masuk ke dalam RSJ. Dari semua tema yang Paulo munculkan dalam hasil karyanya tampak Paulo sangat percaya pada sisi positif manusia, kemampuan untuk berkembang lebih baik, bahkan mencapai mimpinya, asal mau berjuang, bekerja keras, dan keluar dari area nyaman yang selama ini telah dia tempati. Paulo juga sangat menekankan pentingnya mendengar suara hati karena suara hati selalu mengatakan yang benar dan membimbing manusia untuk hidup di dunia sesuai dengan kehendak Tuhan. Paulo juga menekankan tidak perlu takut untuk berjuang karena alam sendiri akan membantu manusia yang berjuang mencapai mimpinya. c. Karya-karya yang telah dihasilkan oleh Paulo Coelho dalam santjordiasociados.com adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1)
The Pilgrimage(The Diary of Magus) (1987), ini adalah buku pertama yang merupakan hasil kerja keras Paulo dengan mengambil tema ziarah yang telah ia lakukan.
2)
The Alchemist (1988), sebuah kisah perjuangan seorang anak gembala untuk mewujudkan mimpinya, meskipun itu terdengar mustahil bagi kebanyakan orang.
3)
Brida (1990), cerita nyata tentang seorang wanita yang bernama Brida O’Fern dan perjalanannya melewati tradisi penyembah berhala Wicca. Buku ini juga membawa pesan bahwa cinta adalah satu-satunya jalan untuk menjembatani jalan menuju dunia spiritual. Cinta membuat kita menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
4)
The Gift (1991), Paulo menulis tentang bakat yang dibawa oleh setiap orang dalam dirinya.
5)
The Valkyries (1992), buku ini membawa pesan yang sangat kuat mengenai memaafkan masa lalu kita dan percaya pada masa depan kita.
6)
Maktub (1994), merupakan kumpulan cerita bijaksana dari berbagai budaya. Menurut Paulo Maktub bukan sebuah buku nasihat melainkan buku yang berisi pertukaran pengalaman.
7)
By the River Piedra I Sat Down and Wept (1994), di buku ini Paulo mengeksplorasi sisi feminimnya.
8)
The Fifth Mountain (1996), kisah perjuangan seorang nabi besar bernama Elia yang ditolak di negerinya sendiri dan berusaha sekuat tenaga menjalani tugas perutusannya sebagai nabi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9)
The Manual of the Warrior of Light (1997), sebuah kumpulan pemikiran filosofis yang menolong kita menemukan bahwa dalam diri kita terdapat keberanian untuk berjuang. Buku ini menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang yang membutuhkan peneguhan dalam perjuangan hidup di dunia.
10) Love Letters From a Prophet (1997), dalam buku ini Paulo mengungkapkan siapa yang berdiri di belakang Kahlil Gibran, seorang penulis termasyur di dunia yang oleh Paulo disebut The Prophet. Menurut Paulo, Kahlil Gibran telah membantu banyak orang untuk menemukan diri mereka yang otentik. Dengan meneliti korespondensi Kahlil Gibran dengan kekasihnya Mary Haskell, Paulo menemukan apa yang menjadi inspirasi The Prophet dalam menghasilkan karya-karyanya yang indah. 11) Veronica Decides to Die (1998), kisah seorang wanita muda yang memutuskan untuk bunuh diri dan dimasukkan ke RSJ. Buku ini juga mengungkap bagaimana penghuni RSJ diperlakukan oleh dokter, perawat, dan keluarganya. 12) The Devil and Miss Prym (2000), buku yang menuturkan kehidupan seorang wanita muda yang ingin keluar dari desanya dan harus berhadapan dengan setan dan malaikat yang selalu ada di sisinya. 13) Eleven Minutes (2003), sebuah buku yang menuangkan pandangan Paulo Coelho mengenai seks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14) The Zahir (2005), kisah seorang suami yang ditinggal istrinya yang menemukan dan mempelajari banyak hal dalam usaha menemukan istrinya. 15) Be Like the River Flow (2006), buku ini merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan Paulo yang telah diterbitkan di surat kabar dan majalah di seluruh dunia. Buku ini berkisah tentang perjalanan hidup Paulo, ceritacerita yang pernah ia ungkapkan, refleksi Paulo untuk setiap moment yang ia lalui dalam ‘sungai’ kehidupannya. Paulo juga menulis buku edisi khusus untuk anak sekolah yaitu: 1) The Alchemist (2003), buku ini dibuat untuk siswa yang berusia 14 sampai 17 tahun. Novel edisi khusus ini disertai buku latihan untuk siswa dan buku panduan untuk guru. Ada latihan dan pertanyaan yang dibuat berdasarkan novel yang berbeda untuk setiap negara. 2)
Veronica Decides to Die (2004), edisi sekolah untuk Veronica Decides to Die secara khusus dibuat untuk guru dan siswa yang berumur 14 sampai 17 tahun. Novel ini disertai panduan membaca yang terdiri dari beberapa pertanyaan dan aktivitas dengan tujuan untuk membantu siswa memahami novel ini.
3) On the Seventh Day (2004), buku ini merangkum tema yang terkandung dalam trilogi novel yang telah ia terbitkan, yaitu By the River Piedra I Sat Down and Wept, Veronica Decides to Die, dan The Devil and Miss Prym. Dengan mengaitkan ketiga cerita ini Paulo percaya bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kesempatan datang dalam waktu yang singkat. Novel ini mengajak pembacanya menguji keberanian, dan kemauan beradaptasi.
Buku anak-anak yang ditulis oleh Paulo adalah: 1)
The Genie and the Roses (2004), merupakan kumpulan 24 dongeng popular yang biasa diceritakan oleh orangtua kepada anak-anaknya.
2)
Father, Sons and Grandsons (2001), dalam buku ini terdapat kegembiraan, cerita-cerita yang dramatis dan luar biasa. Cerita yang disajikan berasal dari legenda tradisional dan dongeng dari berbagai kultur. Termasuk cerita-cerita yang didasari pengalaman pribadi Paulo Coelho.
Paulo juga menulis sebuah buku seni yaitu: 1)
Revived Paths (2005), buku ini berisi faksimil dari 40 manuskrip Paulo Coelho, ilutrasi dengan serigraphies oleh istrinya, Christina Oiticica.
Buku biografi Paulo Coelho adalah: 1)
The Survivor (Provisional Title) The Story of Paulo Coelho by Fernando Morais (2006). Buku ini ditulis oleh Fernando Morais, salah satu dari penulis biografi Brazil yang paling penting di kawasan America Latin. Morais terkenal dengan bakat dan kepekaannya dan telah menjadi jurnalis sejak 1961. Morais menggali kehidupan Paulo dengan menemani Paulo dalam turnya dan mewawancarai orang-orang yang berada di sekitar Paulo dari tahun 50an sampai tahun 2000.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Mereka termasuk mantan pacar, mantan istri, polisi yang terlibat dalam penahanan politiknya, dan dokter yang memberinya electocompulsive therapy. 2)
Paulo Coelho: The Confession of a Pilgrim (1996). Buku ini ditulis oleh Paulo Coelho sendiri. Ia menawarkan pembaca kesempatan untuk menemukan cerita tentang kehidupan yang menginspirasi dan dramatik. Para kritikus buku di Brazil dalam wikimedia.org, mengatakan karya-
karya Paulo berusaha untuk mengerjakan pertanyaan fundamental yang berkaitan dengan kondisi manusia, seperti kebaikan melawan kejahatan, kegembiraan dan keputusasaan, juga terang dan gelap. Karya-karya Paulo tidak lepas dari kritik. Para kritikus juga mengatakan Paulo sebagai pengarang yang bekerja terlalu simpel dan menghasilkan buku yang sama seperti self-help book. Beberapa bahkan menyebut novel-novelnya komersial dan berorientasi pada pasar. 1.
Sinopsis Santiago adalah seorang gembala muda dari Andalusia, sebuah daerah dengan padang rumput yang luas di Spanyol. Pada saat berjalan bersama domba-dombanya melintasi padang rumput ia mengalami mimpi yang sama. Mimpi itu terjadi setiap kali ia dan domba-dombanya bermalam di sebuah gereja tua yang hampir rubuh dengan pohon sikamor yang sangat besar tumbuh di sakristinya. Mimpi itu bercerita tentang harta terpendam yang akan ia temukan di Piramida. Rasa penasaran mendorong Santiago untuk menanyakan arti mimpi tersebut kepada seorang wanita gipsi penafsir mimpi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Wanita itu mengatakan bahwa Santiago harus mencari harta tersebut ke Piramida di Mesir. Mendengar hal itu Santiago merasa semakin yakin bahwa itu hanyalah sebuah mimpi tanpa arti. Terlebih karena Mesir terletak di Afrika yang merupakan negeri asing. Di tengah keraguannya Santiago bertemu dengan Melchizedek, seorang raja tua misterius dengan pakaian bertabur batu mulia yang pada awalnya sangat mengganggu dirinya. Namun, raja tua ini mampu melakukan hal-hal ajaib dan meyakinkannya bahwa mimpi itu adalah legenda pribadinya, mimpi yang harus ia wujudkan karena itu akan membuatnya bahagia. Melchizedek sebagai utusan Tuhan yang mengemban tugas meneguhkan langkah setiap orang yang ingin mencapai legenda pribadinya. Ia membekali Santiago dengan pengetahuan tentang alam, kepekaan terhadap pertanda dan dua batu yang akan membantunya mengambil keputusan. Dua batu yang diberikan Melchizedek disebut Urim untuk yang berwarna hitam, dan Thummim untuk yang berwarna putih. Kedua batu ini boleh digunakan oleh Santiago jika ia tidak bisa membaca tanda-tanda. Batu hitam berarti iya, sedangkan batu putih berarti tidak. Keputusan untuk pergi ke Mesir tidaklah mudah bagi Santiago karena ia harus meninggalkan pekerjaannya sebagai gembala yang sangat ia cintai. Menjadi gembala adalah pilihannya sendiri, menentang keinginan ayahnya yang ingin agar ia menjadi pastur. Itu juga berarti dia harus meninggalkan domba-domba yang telah mengajarkan banyak hal dan melupakan perjumpaan dengan gadis pujaannya yang telah ia nantikan. Pergi ke Mesir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berarti ia akan berada di tempat baru yang asing, dan harus berjuang sendiri untuk menemukan hartanya. Namun, Melchizedek dengan kepiawaiannya mampu memberikan semangat dan keyakinan kepada Santiago untuk berani melakukan perjalanan panjang untuk mewujudkan Legenda Pribadinya. Ia juga meyakinkan bahwa dalam mewujudkan mimpinya tersebut Santiago akan dituntun oleh pertanda yang merupakan petunjuk dari Tuhan sehingga ia tidak akan kehilangan arah. Dalam perjalanannya menuju Piramida Santiago menghadapi beberapa rintangan. Ketika baru melangkahkan kaki di Afrika, ia ditipu oleh penduduk setempat yang mengambil semua uangnya. Terdampar di negri orang tanpa uang membuat Santiago pesimis akan tujuan awalnya datang ke Afrika. Ia merasa telah melakukan tindakan bodoh demi sebuah mimpi. Mau tidak mau ia harus bekerja di toko kristal yang hampir bangkrut selama hampir setahun untuk mengumpulkan uang agar bisa kembali ke negerinya dan menjadi gembala lagi, karena ia sendiri sudah kehilangan keyakinan mampu menemukan hartanya. Santiago bertambah pesimis setelah tahu bahwa piramida itu terletak di Mesir yang ternyata terletak ribuan kilometer gurun dari Tangier, tempat ia berada sekarang. Bahkan jika ia ingin ke Mesir ia harus bekerja keras di toko kristal karena biaya ke sana sangat mahal. Bekerja di toko kristal bukanlah hal yang mudah. Ia harus mengambil hati pria tua yang memiliki toko tersebut, belajar Bahasa Arab dan berani mengutarakan ide yang nantinya membawa toko itu kembali ke masa jayanya. Namun, pertanda tidak pernah diam. Meskipun ia telah bertekad akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menggunakan uang hasil bekerjanya di toko kristal untuk membeli lebih banyak domba dan kembali menjadi gembala, pertanda membawa dia kembali untuk terus berjalan menemukan harta karunnya yang merupakan tujuan utama dari perjalanannya ke Mesir. Dalam perjalanannya melintasi gurun yang penuh bahaya bersama rombongan karavan, ia bertemu dengan seorang ahli kimia yang berkebangsaan Inggris. Pria ini bercerita tentang seorang pria di oasis yang mampu mengubah logam menjadi emas dan pria tersebut disebut sang alkhemis. Pertemuannya dengan orang Inggris, perbincangannya dengan orang-orang Arab di karavan, kesunyian sepanjang perjalanan, bahaya perang yang selalu mengintai, gurun yang terhampar luas seolah tanpa batas, justru memberi kekuatan baru bagi Santiago untuk meneruskan perjalanannya mencari harta terpendam. Gurun ternyata mampu memberi banyak pelajaran berharga
bagi
Santiago.
Melalui
gurun
ia
semakin
memperdalam
kemampuannya untuk membaca pertanda, mempelajari bahasa gurun dan bahasa buana. Sang alkemis yang dibicarakan oleh orang Inggris tadi tidak lain adalah pembimbing Santiago yang akan menularkan ilmunya sebelum akhirnya Santiago sendiri akan berjuang untuk menyelesaikan pencarian harta karunnya. Ketika rombongan karavan sampai di oasis, Santiago jatuh cinta dengan seorang gadis Arab yang bernama Fatima. Santiago mengetahui bahwa Fatima adalah pasangan hidupnya begitu bertemu untuk pertama kalinya. Pada saat ia berada di oasis ia juga mengalami saat-saat yang kritis, ketika ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapat tawaran menjadi penasihat oasis dikarenakan kemampuannya membaca pertanda bahaya. Kemampuannya ini membuatnya menyelamatkan seluruh penduduk oasis. Tawaran untuk menjadi penasihat oasis juga berarti kesempatan untuk dapat segera mempersunting Fatima dan hidup serba berkecukupan. Hal ini tentu saja dapat menjadi salah satu peristiwa yang mampu menghentikan langkahnya untuk mencapai legenda pribadinya. Sementara itu pertemuan dan perkenalan dengan sang alkemis, membuatnya semakin memperdalam dan mengetahui banyak hal tentang pertanda, legenda pribadi dan kapasitas yang sebenarnya dimiliki oleh setiap orang untuk mewujudkannya. Sang alkemis meyakinkan Santiago bahwa cinta tidak pernah menjadi penghalang bagi seseorang untuk berjuang menggapai mimpinya. Justru cinta akan memberi semangat dan alasan bagi seseorang untuk berjuang. Jika cinta itu sejati maka ia akan tetap berada di sana untuk menunggu, jika tidak maka cinta itu akan hilang. Berkuda berdua bersama sang alkemis melintasi gurun merupakan perjuangan tersendiri bagi Santiago yang bergulat dengan hatinya. Santiago merasa
terkadang
hatinya
adalah
penghianat,
hanya
diam,
terus
mengingatkannya pada Fatima dan tidak meneguhkan dirinya untuk mengejar mimpinya. Pergolakkan hatinya membuat Santiago belajar berkomunikasi lagi dengan hatinya agar mampu mengatur langkahnya menuju mimpinya. Sang alkemis membimbingnya, menempatkan Santiago dalam posisi sulit yang justru membuatnya mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk mampu berbicara dengan Tuhan. Namun, Sang alkemis tidak menemaninya sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akhir
perjalanan.
Ia
membiarkan
Santiago
menuntaskan
perjalanan
menggapai legenda pribadinya seorang diri. Pada saat Santiago berhadapan dengan Piramida, ia sangat gembira. Ia langsung menggali pasir berjam-jam berharap menemukan harta karun yang telah ia cari dengan penuh perjuangan. Penggalian itu tampak sia-sia apalagi setelah ia dipukuli oleh sekelompok perampok. Pemimpin perampok itu menertawakan Santiago setelah tahu bahwa ia menggali pasir untuk menemukan harta karun yang ia lihat di mimpinya yang berulang. Pria itu mengatakan bahwa ia juga pernah mengalami mimpi berulang. Mimpi itu menggambarkan jika ia berkelana di ladang-ladang Spanyol mencari sebuah gereja rusak yang dipakai gembala bermalam bersama domba-dombanya, dengan pohon sikamor yang tumbuh di tengah sakristinya dan menggali akar pohon itu, maka ia akan menemukan harta terpendam. Pria itu kemudian melanjutkan bahwa ia tidak bodoh dengan menyebrangi gurun demi mimpi yang berulang. Segera setelah berkata demikian para perampok itu menghilang. Santiago tersenyum lega, pencariannya tidak sia-sia. Ia tahu dimana menemukan hartanya. Harta yang merupakan perwujudan legenda pribadinya, yang akan melengkapi hidupnya dan membuatnya bahagia. Harta itu selama ini ada di dekatnya, di sebuah tempat yang tak asing baginya. Harta Santiago yang sebenarnya adalah hatinya. Dengan mendengarkan hatinya ia mampu melakukan apa saja, bahkan hal yang paling sulit sekalipun. Hatinyalah yang menuntun Santiago menemukan harta karun yang selama ini dicarinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B. Konsep Psikologi Humanistik Maslow 1. Prinsip Umum Maslow melandasi teori kepribadiannya dengan motivasi sebagai penggerak tingkah laku manusia. Menurut Maslow (1984) motivasi adalah dorongan yang timbul dari dalam diri individu sebagai hasil kesatuan terpadu yang memiliki tujuan atau keinginan tertentu, yaitu mewujudkan kebutuhankebutuhan manusiawi sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan tidak sadar. Tiap kebutuhan yang ada dalam diri manusia menuntut pemuasan yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan tertentu yang mampu memuaskan kebutuhan tersebut. Teori motivasi yang dikemukakan oleh Maslow memiliki anggapan-anggapan dasar sebagai berikut (Maslow dalam Koeswara, 1989): a. Manusia adalah sebuah kesatuan yang utuh. Untuk mempelajari individu dibutuhkan sebuah pemahaman bahwa bagian tertentu dari individu akan mempengaruhi dirinya secara keseluruhan. Apa yang dirasakan bagian tubuh tertentu akan mempengaruhi prilaku individu secara keseluruhan. Rasa lapar tidak hanya dirasakan oleh perut tapi diri individu secara keseluruhan. Rasa lapar bisa membuat individu tidak mampu melakukan aktivitas yang lain. Satu kebutuhan yang tidak dipenuhi mampu mempengaruhi prilaku individu secara keseluruhan. (Maslow, 1984; Maslow dalam Koeswara, 1989). b. Untuk benar-benar memahami manusia yang sehat, maka yang harus dipelajari adalah orang-orang yang juga sehat dan matang secara psikologis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jika yang dipelajari hanya orang-orang yang sakit maka Ilmu Psikologi akan timpang, karena hanya memahami manusia dari satu sisi tanpa melihat sisi lain yang lebih optimis dan positif (Maslow dalam Koeswara, 1989). Menurut Maslow (1971), mencari individu yang terbaik di bidangnya adalah cara untuk mengetahui kapasitas terbaik yang mampu dikeluarkan seseorang untuk mengetahui kemampuan terbaik individu dalam melakukan sesuatu. c. Pada dasarnya manusia adalah netral dan memiliki potensi untuk berkembang secara optimal dalam hidupnya. Oleh karena sifat dasar manusia ini netral maka sangat baik untuk membawanya keluar dan mengembangkannya. Jika dorongan untuk berkembang yang sudah ada dalam diri manusia ini tidak diwujudkan maka dorongan itu akan berada dalam diri manusia itu selamanya terus menekan menuntut untuk diaktualisasikan (Maslow, 1971; Maslow dalam Koeswara, 1989). d. Setiap manusia memiliki potensi kreatif yang mendorongnya untuk berkembang dan tumbuh ke arah yang lebih baik, bahkan mencapai aktualisasi diri. Potensi kreatif ini berkaitan dengan daya temu yang asli dan memiliki kekhasan. Untuk merealisasikan daya kreatif yang sudah ada dalam dirinya, individu perlu bekerja keras sehingga kreatifitas yang dimilikinya membantu mengaktualisasikan dirinya (Maslow, 1971; Maslow, 1984; Maslow dalam Koeswara, 1989). Empat hal di atas melandasi Maslow dalam membentuk hirarki kebutuhan pokok dengan aktualisasi diri sebagai puncaknya. 2. Teori Hirarki Kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maslow membagi kebutuhan dalam hidup manusia ke dalam dua bagian. Hal ini dilakukan berdasarkan pada kebutuhan paling dasar, yang muncul sejak manusia lahir, yaitu berdasarkan perkembangan umur sehingga yang dibutuhkan selalu meningkat. Kebutuhan ini dimulai dengan kebutuhan yang paling dasar yang membuat manusia bertahan hidup, yaitu kebutuhan fisiologis. Setelah itu beranjak ke kebutuhan yang membuat manusia merasa aman dengan keberadaannya di dunia. Tahap kebutuhan selanjutnya adalah cinta yang membuat manusia memiliki tempat di hati orang lain, kemudian kebutuhan akan penghargaan yang memungkinkan manusia merasa berarti di dunia. Manusia lahir dengan berbagai kebutuhan dalam dirinya sejak dilahirkan. Bayi
yang
baru
dilahirkan
membutuhkan
ASI
tidak
membutuhkan
pembelajaran untuk dapat menyusu dari ibunya. Beranjak dari kebutuhan fisiologis, anak mulai menyadari bahwa ia membutuhkan perlindungan dari orangtua sehingga akan menangis jika ditinggal oleh orangtuanya. Ketika beranjak dewasa manusia mulai menyadari adanya dorongan dari dalam diri untuk mencintai dan dicintai. Kebutuhan ini kemudian beranjak menjadi kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan baik itu dari lingkungan maupun dirinya sendiri. Semua kebutuhan ini muncul dari dalam diri secara otomatis, dalam bentuk dorongan-dorongan. Menurut Maslow (1984), doronganlah yang mengelompokkan dirinya dalam sebuah hirarki namun tidak terpisah karena manusia adalah satu kesatuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maslow menetapkan hirarki kebutuhan pokoknya menjadi dua bagian yaitu Deficiency needs (D-needs) dan Being needs (B-needs). D-needs adalah kebutuhan-kebutuhan yang terkait dengan kebutuhan untuk bertahan hidup dan dipenuhi berdasarkan kekurangan. Yang termasuk dalam D-needs adalah kebutuhan-kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta, dan penghargaan. Kebutuhan ini juga terkait dengan homeostatis, yaitu sistem keseimbangan tubuh. Tubuh manusia dengan sendirinya akan memberi tanda jika mengalami kekurangan. Dalam keadaan lapar tubuh akan meminta makanan, jika sudah kenyang maka tubuh tidak akan meminta makanan lagi. Kebutuhan-kebutuhan pada tahap ini terkait dengan insting karena tubuh individu sendiri yang memintanya. Kepuasan yang muncul dari pemenuhan D-needs berasal dari luar diri individu, oleh karena itu maka sangat penting bagi individu untuk beradaptasi dengan lingkungan yang merupakan sumber pemuas D-needs. Setiap kebutuhan dalam D-needs dilalui per tahap berdasarkan perkembangan umur biologis. Individu yang baru lahir sangat membutuhkan pemuasan kebutuhan fisiologisnya. Setelah itu yang dibutuhkan adalah rasa aman, dan kemudian sadar bahwa ia membutuhkan cinta dan perhatian dari orang lain. Ini semua dirasa belum cukup jika individu belum mendapatkan penghargaan, terutama dari orang lain di sekitarnya (Maslow dalam Boeree, 2004). Pada D-needs sangat dimungkinkan individu yang sudah memenuhi kebutuhannya pada tahap penghargaan melalui pekerjaan yang sekarang ia tekuni akan kembali pada tahap kebutuhan fisiologis. Ini terjadi jika kebutuhan fisiologis yang biasa didapat tiba-tiba menghilang. Kejadian ini membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
individu tersebut akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya, bahkan mengabaikan pekerjaannya yang selama ini membuatnya mendapatkan penghargaan sebagai orang yang sukses. Ini disebut regresi ke tingkat kebutuhan yang lebih rendah, dikarenakan kebutuhan yang biasanya terpuaskan hilang keberadaannya (Maslow, 1984). Bagian kebutuhan selanjutnya disebut Being needs (B-needs). Kebutuhankebutuhan pada bagian ini sangat berbeda dengan D-needs. Kebutuhan ini tidak dipenuhi untuk menyeimbangkan homeostatis tubuh. Kebutuhan ini meliputi hasrat dan dorongan yang berkesinambungan untuk memenuhi potensi yang ada dalam diri individu (Maslow dalam Boeree, 2004). Individu akan terus menerus melakukan sesuatu untuk memenuhi dorongan yang membuat dirinya menjadi lebih baik, sesuai dengan apa yang ia inginkan. Kebutuhan ini membuat individu menjadi lengkap dan sepenuhnya, menjadi individu yang mengaktualisasikan diri. Berdasarkan fokus penelitian yang meneliti proses pencapaian aktualisasi diri, berikut akan dipaparkan hirarki kebutuhan pokok Maslow dari puncak hirarki kebutuhan sampai kebutuhan yang paling dasar, yaitu (Schultz,1991): a.
Aktualisasi Diri Ini adalah puncak dari hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow, yaitu sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat individu, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas individu. Pada tahap ini, individu akan didorong oleh Being Motivation (BMotivation) atau Metamotivation, yang berarti ia akan bertindak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berdasarkan dorongan karena pertumbuhan bukan karena kekurangan. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak berjuang, mereka berkembang. Mereka terus mengeksplorasi semua kemampuan yang mereka miliki dan mengembangkannya, demi mencapai apa yang mereka cita-citakan. Cita-cita yang dapat mereka wujudkan akan meningkatkan kegembiraan dalam hidup mereka (Maslow dalam Schutz,1991). Individu yang memiliki metamotivation akan merasa aman, memiliki jati diri, dan merasa dicintai. Metamotivation mendorong individu mengaktualisasikan diri untuk memenuhi metaneeds atau B-Values, yaitu keadaan-keadaan pertumbuhan yang mengarahkan ke arah mana pengaktualisasi-pengaktualisasi diri bergerak sesuai dengan nilai-nilai kebutuhan yang ada dalam dirinya. Akan tetapi jika terjadi kegagalan dalam pemenuhan Metaneeds maka akan menyebabkan Metapatologi, yaitu pengurangan tenaga atau hambatan pertumbuhan dan perkembangan manusia yang penuh (Maslow, 1971; Maslow dalam Crapps, 1993; Maslow dalam Schultz, 1991). Bagaimanapun individu memilih prioritas tingkat kebutuhan hidupnya sebagai seseorang yang ingin berfungsi secara penuh, ia akan bergerak ke arah pengembangan seluruh potensi dirinya, yaitu aktualisasi diri.
Karakteristik pengaktualisasi diri didapat dari penelitian Maslow
terhadap teman-teman, tokoh-tohoh publik dan sejarah yang menggunakan dan mengeksploitasi penuh bakat, kapasitas dan potensinya. Selain itu semua subyek memiliki perasaan aman, dicintai dan mencintai, juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mampu menentukan sikap hidup mereka (Maslow, 1984). Berdasarkan hasil penelitian yang ia lakukan ia menemukan ada kesamaan karakteristik dalam diri subyek. Pada saat ia menemukan adanya karakteristik yang terdapat dalam diri setiap orang yang sukses, maka Maslow menyimpulkan ada karakteristik yang mendukung orang tersebut untuk mengaktualisasikan diri. Dalam Kamus Lengkap Psikologi (Chaplin, 2002), karakter adalah satu kualitas atau sifat tetap terus-menerus dan kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi. Berdasarkan hal ini maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik-karakteristik ini tidak hanya muncul
pada
saat
mengaktualisasikan
individu
dirinya,
tersebut
tapi
sudah
akan
mulai
merupakan
berjuang
bagian
dari
kepribadiannya. Hal ini juga berarti pada tahap-tahap sebelumnya ia pun sudah memiliki karakter tersebut, yaitu (Maslow dalam Schultz, 1991) : 1) Mengamati Realitas Secara Efisien Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri memiliki B-Cognition atau Being Cognition yang membuat mereka mengamati objek-objek dan orang-orang di sekitarnya secara objektif. Mereka juga mampu melihat realitas yang tersembunyi. Kemampuan ini didukung oleh sifat mereka yang tidak hanya bergantung pada hal-hal yang mereka kenal, tetapi juga sifat mereka yang tidak begitu saja mengabaikan hal-hal yang tidak mereka ketahui dengan berusaha mempelajarinya dan tidak terburu-buru mengambil kesimpulan. Kemampuan persepsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mereka lebih tepat dibandingkan kebanyakan orang karena lebih sedikit dicemari oleh hasrat-hasrat, kecemasan, ketakutan, harapan, optimisme palsu ataupun pesimisme. Ini membuat mereka memiliki pengertian yang jelas mengenai mana yang benar dan mana yang salah. Pandangan mereka akan masa depan juga lebih tepat dikarenakan pemahaman mereka tentang apa yang sekarang tengah terjadi dan apa akibat yang akan ditimbulkan dimasa depan (Maslow dalam Goble,1987;
dalam Koeswara,1989; Maslow,1984; Maslow
dalam Schultz,1991). 2) Penerimaan Umum atas Alam, Kodrat Orang-orang Lain dan Diri Sendiri Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri mereka apa adanya tanpa mengeluh, baik itu kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka. Penerimaan diri yang baik membuat mereka menampilkan diri mereka apa adanya, tanpa kepura-puraan, sifat defensif, maupun bersembunyi di belakang peranan sosial (Maslow dalam Schultz,1991). Apabila mereka melakukan kesalahankesalahan, mereka menerima dan mengakuinya dengan lapang hati. 3) Spontanitas, Kesederhanaan, dan Kewajaran Pengaktualisasi-pengaktualisasi
diri
adalah
individu
yang
bertingkah laku terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Mereka dapat memperlihatkan emosi mereka dengan jujur. Kejujuran mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disertai dengan kebijaksanaan, sehingga apa yang mereka ungkapkan tidak melukai perasaan orang lain (Maslow dalam Schultz,1991). 4) Fokus pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka Orang-orang yang mengaktualisasikan diri pada umumnya sangat dipusatkan pada persoalan-persoalan di luar diri mereka sendiri, atau terpusat pada persoalan dan bukan pada ego. Mereka menyadari akan adanya tugas atau misi yang harus dijalankan dalam kehidupan, dimana untuk melaksanakannya, mereka harus mengerahkan seluruh energi yang dimiliki. Pekerjaan adalah sesuatu yang ingin mereka lakukan. Mereka mencintai pekerjaannya dan tahu bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Dilakukan tidak semata-mata untuk mendapatkan penghasilan, popularitas, atau kekuasaan, tetapi karena pekerjaan itu memuaskan metakebutuhan-metakebutuhan, menantang dan mengembangkan kemampuan-kemampuan
mereka
(Maslow,1984;Maslow
dalam
Schultz,1991). 5) Kebutuhan akan Privasi dan Independensi Orang-orang yang mengaktualisasikan diri membutuhkan privasi dan independensi untuk menentukan sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan. Ketidaktergantungan pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya membuat mereka sedikit menjauhkan diri dari orang lain dan memberi kesan sebagai orang yang tidak ramah dan sombong. Namun, ini semua bukan berarti mereka adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
orang yang sengaja menghindari keberadaan orang lain, tetapi mereka hanya tidak memiliki suatu kebutuhan yang kuat akan orang-orang lain. Independensi mereka juga tampak dari tanggung jawab yang muncul dari setiap pilihan yang mereka buat (Maslow,1984;Maslow dalam Schultz, 1991). 6) Berfungsi secara Otonom Motivasi orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak tergantung pada dunia luar untuk kepuasan mereka karena pemuasan datang dari dalam diri sendiri. Mereka lebih bergantung pada potensi dan sumber-sumber daya yang terpendam dalam diri sendiri bagi perkembangan dan kelangsungan pertumbuhan dirinya masingmasing. Mereka memandang diri sebagai orang yang berkompeten, mampu menentukan nasib sendiri, aktif, dan bertanggung jawab. (Maslow dalam Koeswara,1989;Maslow dalam Schultz,1991). 7) Apresiasi yang Senantiasa Segar Pengaktualisasi-pengaktualisasi
diri
senantiasa
menghargai
pengalaman-pengalaman tertentu dengan perasaan terpesona dan kagum, meskipun pengalaman-pengalaman itu terulang setiap hari dan bahkan tidak diperhatikan oleh kebanyakan orang. Ini membuat mereka tidak menjadi puas atau bosan oleh pengalaman-pengalaman hidup sebagaimana pengalaman hidup sehari-hari itu membosankan bagi orang lain (Maslow dalam Schultz,1991).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Maslow (1984), hal ini juga termasuk mensyukuri nikmat yang didapat sekarang, meskipun itu adalah hal yang sering kita tidak sadari keberadaannya, seperti kehadiran teman dan orang tua, kesehatan fisik, kebebasan politik dan kesehjateraan ekonomi. 8) Pengalaman-pengalaman Mistik atau Puncak Menurut
Maslow
(1971)
pengalaman
puncak
adalah
penyamarataan untuk moment terbaik dari manusia, moment yang paling membahagiakan dalam hidup, pengalaman kegembiraan yang meluap-luap
dan
rasa
terpesona.
Orang-orang
yang
mengaktualisasikan diri mengalami pengalaman-pengalaman mistik atau puncak pada saat mereka berada dalam kondisi terbaiknya, dimana timbul perasaan tenang, kebahagiaan yang mendalam, dan ketentraman. Momen-momen yang menandai pengalaman puncak dialami sebagai hasil dari penyatuan, penemuan, dan pemahaman terhadap alam. Pengalaman ini tidak selalu berupa pengalaman keagamaan atau pengalaman spiritual, melainkan bisa dialami melalui buku, musik, kegiatan-kegiatan intelektual, dan dari kegiatan berhubungan dengan sesama. Pengalaman puncak membuat individu lebih tegas dan kuat, mampu menetapkan tujuan dalam hidupnya, menumbuhkan keyakinan diri sehingga mampu menghadapi tantangan yang dihadapi. Pengalaman puncak tidak hanya membawa efek positif bagi yang mengalaminya, tetapi juga membawa efek positif bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lingkungannya
(Maslow
dalam
Goble,1987;
Maslow
dalam
Koeswara,1989). Dalam pengalaman puncak terdapat B-Languange atau Being Languange, yaitu komunikasi pada level mistik. Komunikasi ini penuh arti dan mengarah ke transendensi, yaitu keadaan melampaui (Maslow, 1969).
Sama seperti pengalaman puncak yang sukar
diterjemahkan dalam kata-kata maka bagaimana wujud bahasa yang digunakan dalam B-languange pun sulit dijabarkan. Berdasarkan jumlah dan intensitas pengalaman puncak yang dialami oleh orang-orang yang mengaktualisasikan diri, maka mereka dapat dikelompokan dalam dua tipe yaitu pengaktualisasi yang “bukan pemuncak”
atau nonpeakers
dan
“pemuncak”
atau
peakers
(Maslow,1984; Maslow dalam Schultz,1991). Nonpeakers cenderung menjadi orang-orang yang praktis dan efektif berinteraksi dengan dunia nyata, dan kurang dengan B-living yang lebih tinggi. Mereka menggunakan kapasitas dan potensi mereka untuk menjadi pelaku yang efektif dan pragmatis yang bekerja menggunakan kemampuan kognitif mereka seperti politisi, pekerja sosial, pembaharu dan pejuang (Maslow,1984; Maslow dalam Schultz,1991). Peakers hidup dalam B-living, dekat dengan kehidupan agama, nilai-nilai hidup yang bersifat mistik juga pribadi. Ini membuat mereka menjadi lebih mistik, puitis, saleh dan lebih tanggap terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keindahan sehingga punya potensi untuk menjadi pembaharu dan penemu, penulis syair dan musik (Maslow,1984;Maslow dalam Schultz,1991). 9) Minat Sosial Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri memiliki rasa keterikatan yang mendalam dengan sesama. Minat sosial yang sangat besar ini membuat mereka merasa menjadi bagian dari umat manusia di seluruh dunia. Ini ditunjukkan dengan perasaan empati, sikap penuh belas kasih dan hasrat yang tulus untuk membantu sesamanya (Maslow, 1984). Kesadaran diri mereka akan kemampuan untuk berfungsi pada suatu tingkat yang lebih tinggi membuat mereka memposisiskan diri sebagai saudara yang lebih tua, sehingga sama seperti seseorang dapat mencintai dan berfihak pada saudaranya yang lebih muda, demikian juga pengaktualisasi-pengaktualisasi diri mencintai kemanusiaan (Maslow dalam Schultz, 1991). 10) Hubungan Antarpribadi Hubungan antarpribadi orang-orang yang mengaktualisasikan diri adalah hubungan yang mendalam dan kuat. Mereka memiliki cinta dan keakraban yang besar dalam menjalin relasi dengan sesamanya meskipun tidak dalam jumlah yang besar. Relasi ini hanya terjadi dalam lingkup yang kecil karena mereka lebih suka memilih sahabat yang memiliki persamaan karakter, bakat dan minat dengan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri sabar dan berbudi baik terhadap orang-orang lain khususnya terhadap anak-anak (Maslow dalam Koeswara,1989;Maslow,1984; Maslow dalam Schultz,1991). Cinta yang dirasakan oleh pengaktualisasi-pengaktualisasi diri terhadap orang lain adalah suatu cinta khusus yaitu Being-love (B-love) berlawanan dengan Deficiency-love (D-love) yang didorong oleh kebutuhan-kebutuhan karena kekurangan dan cinta yang egois. Dalam D-love cinta dibutuhkan untuk mengisi lubang kesepian dalam diri yang jika tidak dipenuhi akan menimbulkan patologi. Ini ditunjukkan dengan dependensi yang kuat pada orang yang dicintai dan ketakutan kehilangan
cinta.
Apabila
kehilangan
cinta,
mereka
sangat
mengharapkannya seperti orang yang lapar sangat mengharapkan, meminta dan membutuhkan makanan (Maslow, 1968; Maslow dalam Schutz,1991). B-love adalah cinta yang membuat orang lain tumbuh dan berkembang, tidak menuntut dan tidak egois. Cinta ini tumbuh setiap waktu dan tidak lekang dimakan waktu. Orang yang memiliki B-love lebih
mandiri,
kurang
cemburu,
dan
tidak
tergantung
pada
pasangannya. Yang paling penting adalah mereka mendorong agar orang yang mereka cintai mengaktualisasikan dirinya, bangga dengan keberhasilan pasangannya. Cinta membuat mereka melakukan segala hal lebih baik dan optimal
bahkan saling mendorong untuk
mengaktualisasikan diri (Maslow, 1968).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11) Struktur Watak Demokratis Dalam kesehariannya orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak sekadar bertoleransi dengan sesamanya. Namun, mereka membiarkan dan menerima semua orang tanpa memperhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan, golongan politik atau agama, ras atau warna kulit (Maslow dalam Schutz,1991). Mereka tidak meremehkan orang lain yang memiliki inteligensi dan kemampuan yang kurang dari diri mereka. Orang-orang yang mengaktualisasikan diri siap belajar mengenai segala sesuatu dari siapapun. Mereka menyadari betapa sedikit pengetahuan mereka dibandingkan dengan apa yang dapat mereka ketahui dan yang diketahui oleh orang-orang lain, karena itu mereka akan sangat kagum dan hormat dengan keahlian yang dimiliki oleh orang lain. (Maslow,1984; Maslow dalam Schultz,1991). 12) Perbedaan antara Sarana dan Tujuan, antara Baik dan Buruk Orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak pernah ragu antara benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari. Mereka jarang menampilkan
kekalutan,
kebingungan,
ketidaktaatan
terhadap
peraturan umum, atau mengalami konflik-konflik yang begitu umum dalam urusan etika seperti yang dialami oleh banyak orang (Maslow,1984). Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menganggap banyak pengalaman dan kegiatan mereka sebagai tujuan yang bagi orang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
orang lain hanya merupakan cara. Hal ini terjadi karena mereka menikmati proses yang harus dilalui untuk mencapai tujuan seperti pada akhirnya mereka menikmati ketika tujuan itu tercapai (Maslow,1984; Maslow dalam Schultz,1991). 13) Perasaan Humor yang Tidak Menimbulkan Permusuhan Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menganggap humor lebih dekat pada falsafah dan bersifat filosofis, yaitu humor yang menertawakan manusia pada umumnya bukan kepada seorang individu secara khusus. Bagi mereka humor adalah suatu pendidikan dalam bentuk yang lebih menyenangkan. Humor ini bersifat instruktif dan bijaksana, yang dipakai langsung kepada hal yang dituju namun tetap menimbulkan anggukan atau tawa. Humor semacam ini hanya dihargai oleh orang-orang lain yang juga sehat. Mereka tidak menertawakan tiga macam humor yang yang biasanya ditertawakan oleh orang-orang yang kurang sehat, yaitu humor yang bersifat permusuhan dengan menyakiti perasaan orang lain, humor yang menertawakan kekurangan orang lain, dan humor yang berhubungan dengan situasi oedipus atau percakapan cabul. Individu-individu biasa umumnya tidak merasa bahwa pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri sangat lucu dan mungkin menjauhi mereka, karena terkesan kaku dan serius (Maslow,1984; Maslow dalam Schultz,1991). 14) Kreativitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki ciri yang menonjol sebagai orang yang kreatif. Mereka adalah asli, inventif, dan inovatif. Mereka mampu mengemukakan ide-ide yang sangat luar biasa, namun juga mereka sangat memahami akan ada dari ide-ide mereka tersebut yang tidak dapat diwujudkan. Orang kreatif juga bersifat fleksibel, mampu menyesuaikan diri jika situasinya berubah, mampu menghentikan kebiasaan-kebiasaan, dan mampu menghadapi kebimbangan serta perubahan-perubahan kondisi tanpa mengalami ketegangan yang tidak perlu. Maslow menyamakan kreativitas ini dengan daya cipta dan daya khayal naif yang dimiliki anak-anak, suatu cara yang tidak berprasangka dan langsung melihat kepada sasarannya. Kreativitas mereka akan tampak dalam jenis pekerjaan apapun yang mereka
tekuni
(Maslow
dalam
Goble,1987;
Maslow
dalam
Schultz,1991). 15) Resistensi Terhadap Inkulturasi Orang-orang yang mengaktualisasikan diri mampu menentukan apa yang harus mereka lakukan tanpa terpengaruh situasi sosial, termasuk kebudayaan mereka sendiri. Apabila timbul masalah penting yang menyangkut moral, mereka akan terus terang menentang aturanaturan dan norma-norma masyarakat (Maslow dalam Shultz,1994). Peraturan dan norma yang ada tidak membelenggu mereka untuk melakukan sesuatu yang mendukung pencapaian aktualisasi diri mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b.
Kebutuhan akan Penghargaan Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan, yaitu penghargaan yang berasal dari orang-orang lain dan penghargaan terhadap diri sendiri. Penghargaan yang berasal dari luar dapat berdasarkan reputasi, kekaguman, status, popularitas, prestise atau keberhasilan dalam masyarakat, semua sifat dari bagaimana orang-orang lain berfikir dan bereaksi terhadap kita. Untuk menumbuhkan harga diri yang sejati, setiap orang harus mengenal dirinya dengan baik sehingga mampu menilai dengan obyektif
kelebihan dan kekurangan dirinya (Maslow dalam
Schultz,1991). Pemenuhan kebutuhan akan harga diri menumbuhkan percaya diri, kekuatan, kapabilitas, perasaan layak, dan berguna bagi dunia. Akan tetapi rintangan dalam memenuhi kebutuhan ini menimbulkan perasaan rendah diri, kelemahan dan tidak berdaya (Maslow,1987). c.
Kebutuhan-kebutuhan akan Memiliki dan Cinta Cinta adalah hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, dimana di dalamnya ada sikap saling percaya dan tidak ada rasa takut. Individu yang menjalaninya akan membuka dirinya sehingga segala bentuk pertahanan diri akan runtuh. Kebutuhan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia akan kasih sayang, dengan membangun suatu hubungan akrab, tulus, dan penuh perhatian dengan orang lain atau dengan orang-orang pada umumnya, dan dalam hubungan ini memberi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menerima cinta adalah sama penting (Maslow dalam Goble,1987; Maslow dalam Schultz,1991). d.
Kebutuhan akan Rasa Aman Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpenuhi. Kebutuhan ini meliputi jaminan keselamatan dirinya, bebas dari ketakutan dan kecemasan, kebutuhan akan stabilitas, ketertiban, dan perlindungan. Secara otomatis sedikit banyak manusia akan membutuhkan keteraturan
dan
melakukan
tindakan
yang
diyakini
tidak
akan
membahayakan dirinya. Namun, rasa aman tidak boleh selalu menjadi tuntutan yang harus selalu dipenuhi karena manusia yang sehat juga menyukai tantangan dan punya keberanian untuk melakukan hal-hal baru (Maslow dalam Schultz,1991). e.
Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling kuat dari semua kebutuhan manusia karena berhubungan dengan upaya mempertahankan kelangsungan hidup. Termasuk di dalamnya kebutuhan terhadap makanan dan air. Jika seseorang kekurangan makanan, cinta, rasa aman dan harga diri dalam waktu yang bersamaan, maka besar sekali kemungkinan motivasi hidupnya untuk saat itu adalah untuk mencari makanan (Maslow, 1984). Maslow menambahkan dua jenis kebutuhan pokok yang dimiliki oleh
individu yang sehat, yaitu hasrat untuk mengetahui dan memahami, dan kebutuhan estetis. Dua kebutuhan ini termasuk dalam tahap B-needs bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
aktualisasi diri. Sama seperti aktualisasi diri, dua kebutuhan ini berkembang memenuhi dorongan dari dalam diri individu. Berikut akan dijabarkan lebih lanjut dua kebutuhan yang dimiliki individu yang sehat (Maslow,1984): a.
Hasrat untuk Mengetahui dan Memahami Kebutuhan ini terkait dengan gerak hati dan ketertarikan pada halhal yang belum dikenal bahkan misterius. Mereka tertarik menantang bahaya demi memuaskan rasa ingin tahu mereka, dan tidak jarang berhasil menemukan penemuan baru yang didasari oleh rasa ingin tahu tersebut (Maslow, 1987).
b.
Kebutuhan Estetis Menurut Maslow setiap orang yang sehat membutuhkan keindahan sama seperti mereka membutuhkan kebutuhan fisiologis. Hal ini didasari oleh penelitian yang menunjukkan bahwa lingkungan yang buruk menimbulkan kejemuan dan melemahkan semangat dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Maslow dalam Goble, 1987). Kebutuhan ini juga terkait dengan gambaran seseorang atas dirinya. Gambaran diri sebagai orang yang mampu, layak dan pantas memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan gambaran dirinya tersebut. Maslow memberikan contoh bagaimana seseorang merasa tidak nyaman berada di restoran mewah karena merasa dirinya tidak layak berada di tempat sebagus itu (Maslow dalam Goble, 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dua kebutuhan ini memang tidak termasuk dalam hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow. Namun, akan tetap digunakan dalam penelitian ini untuk melihat apakah dua kebutuhan ini juga terdapat dalam diri subyek dan mempengaruhi keberhasilannya mengaktualisasikan diri.
C. Aktualisasi Diri Santiago dalam Novel Sang Alkemis Menurut Psikologi Humanistik Maslow Para pembaca karya sastra tidak jarang kagum dengan cerita yang mereka baca karena menampilkan kisah yang luar biasa, tidak mereka alami bahkan terasa sangat jauh dari diri para pembacanya. Namun, sastra pada hakekatnya adalah suatu pengungkapan kehidupan lewat bentuk bahasa (Daiches dalam Hardjana, 1981). Cerita dalam sebuah novel bisa jadi sebuah fiksi, sebuah rekaan manusia, namun cerita tersebut dapat ditulis oleh pengarangnya dengan melihat bagaimana manusia hidup dalam dunia nyata. Penelitian ini menggunakan novel sebagai sumber data yang mengisahkan perjuangan seorang gembala muda bernama Santiago untuk mewujudkan mimpinya. Mewujudkan sebuah mimpi membutuhkan pengorbanan besar karena ia harus meninggalkan pekerjaannya, melakukan perjalanan ke negeri asing, dan berkelana di padang gurun. Bagaimana sebuah mimpi mampu memberi kekuatan yang besar bagi seorang gembala untuk menyebrangi benua, menunjukkan mimpi mempunyai arti dalam hidup manusia. Dalam kehidupan nyata, manusia tentu pernah bermimpi, namun apakah ia mau melakukan sesuatu demi mewujudkan mimpi tersebut tergantung pada kemauannya untuk bekerja keras dan mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
resiko. Mimpi mampu mengarahkan perjalanan hidup manusia sehingga dapat mewujudkan cita-cita yang akan membuatnya bahagia. Penelitian ini menggunakan pendekatan Psikologi Humanistik Maslow yang menekankan pentingnya motivasi sebagai penggerak tingkah laku manusia. Selalu ada yang melatarbelakangi manusia untuk melakukan sesuatu. Ketika manusia dihadapkan pada kebutuhan untuk mengembangkan diri, melakukan sesuatu yang ia inginkan dan ditunjang oleh seluruh kemampuan yang ada dalam dirinya, maka manusia itu tidak sekadar digerakkan oleh motivasi, melainkan oleh metamotivasi. Kebutuhan yang menggerakkan metamotivasi adalah kebutuhan dengan nilai-nilai keberadaan atau B-Values. B-Values harus memiliki fondasi untuk menopang keberadaanya agar kokoh. Penopang B-Values adalah kebutuhan-kebutuhan dalam tahap D-Needs. Dengan demikian terpenuhinya kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta, dan penghargaan, memberi jalan bagi munculnya kebutuhan-kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (Maslow dalam Crapps,1993). Aktualisasi diri merupakan pilihan untuk bergerak naik dari melakukan sesuatu karena kekurangan menuju melakukan sesuatu untuk mengembangkan diri, mewujudkan mimpi, dan memenuhi hidup dengan kegembiraan (Maslow dalam Crapps, 1993). Ketika individu sudah sampai pada tahap kehidupan dimana kebutuhan-kebutuhan dasarnya sebagai manusia telah terpuaskan, maka ia akan dihadapkan pada pilihan apakah ia akan melakukan sesuatu yang benar-benar ia inginkan, mengembangkan diri dengan semua kapasitas yang ia miliki atau tidak. Membuat keputusan ini tidak mudah karena individu harus keluar dari area nyaman yang selama ini telah ia tempati, bekerja keras dan mengambil resiko.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada saat Santiago sudah menjadi gembala, sesuai dengan apa yang selalu ia inginkan, ia dihadapkan lagi pada pilihan baru. Pergi ke Afrika untuk mewujudkan mimpinya atau meninggalkan pekerjaannya sebagai gembala yang ia sukai. Ini juga berarti ia harus meninggalkan domba-domba yang sudah menjadi bagian dari hidupnya dan melupakan perjumpaan dengan wanita yang selama ini ia nantikan. Ketika Santiago memutuskan untuk pergi ke Afrika ia membuat progressian choice, yaitu sebuah pilihan maju berlawanan dengan regression choice, yaitu sebuah pilihan mundur (Maslow dalam Crapps, 1993). Pilihan inilah yang mengantar Santiago menuju perwujudan aktualisasi dirinya. Paulo Coelho sebagai pengarang novel ini menyebutkan bahwa harta yang ia lihat di mimpinya adalah Legenda Pribadi Santiago, sebuah pencapaian dari keinginan yang selama ini terdapat dalam dirinya. Untuk mewujudkannya Santiago akan menghadapi berbagai ujian yang menantang seluruh kemampuan dirinya. Namun, meskipun membutuhkan perjuangan yang berat Legenda Pribadi yang tercapai akan membuat hidup Santiago menjadi lengkap dan bermakna. Menurut Maslow individu yang mengaktualisasikan diri menggunakan dan mengeksploitasi bakat, kapasitas dan potensinya. Mereka berprestasi dan sedang melakukan sesuatu yang dapat mereka lakukan dengan sebaik-baiknya (Maslow, 1984). Aktualisasi Diri merupakan puncak dari hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow. Untuk mencapainya, individu harus memenuhi tahapan kebutuhan dalam D-needs. Aktualisasi diri bersama kebutuhan mengetahui dan memahami, beserta kebutuhan estetika termasuk dalam B-needs. Perjalanan Santiago untuk mewujudkan legenda pribadinya yang merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
perwujudan seluruh kapasitasnya sebagai manusia akan ditinjau dengan aktualisasi diri yang dikemukakan oleh Maslow. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap teks novel Sang Alkemis yang merupakan sumber data penelitian. Content analysis atau analisis isi dilakukan berdasarkan permasalahan yang hendak diungkap, yaitu pencapaian aktualisasi diri Santiago dan karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang terdapat dalam diri Santiago sehingga mendukung dan mempengaruhi pencapaian tersebut. Menurut Stone, analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat kesimpulan secara sistematik dan obyektif mengidentifikasi karakteristik spesifik dalam teks (Milles&Huberman,1992). Berdasarkan hal ini maka peneliti juga akan melihat karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang terdapat dalam diri subyek sehingga mampu mencapai aktualisasi dirinya. Karakteristik merupakan bagian dari kualitas kepribadian seorang individu sehingga tentu saja akan mempengaruhi tingkah laku. Dalam penelitian ini pencapaian aktualisasi diri tentu saja tidak lepas dari kehidupan sehari-hari individu yang bersangkutan sehingga tentu saja dipengaruhi oleh karakteristik subyek yang bersangkutan. Karakteristik yang terungkap disini akan dispesifikan pada karakteristik-karakteristik pengaktualisasi diri untuk melihat sejauh mana itu mempengaruhi dan mendukung pencapaian aktualisasi diri Santiago. Kehidupan Santiago yang ditinjau dengan pendekatan Psikologi Humanistik Maslow akan menghasilkan kesimpulan yang merupakan perjalanan
kehidupan
Santiago
yang
diungkap
dalam
novel
sehingga
mempengaruhi dirinya secara keseluruhan sehingga mampu mencapai aktualisasi dirinya. Selain itu dinamika psikologis Santiago akan dilihat untuk melihat lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
jelas
bagaimana
perjalanan
mengaktualisasikan dirinya.
dan
dinamika
psikis
santiago
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif karena data yang digunakan adalah kata-kata yang berasal dari sebuah novel dan dianalisis sesuai dengan bentuk aslinya dengan tujuan untuk mengungkap kompleksitas permasalahan yang diteliti (Moelong, 2006;Poerwandari, 1998). Dalam penelitian ini permasalahan yang diteliti adalah Bagaimana pencapaian aktualisasi diri Santiago berdasarkan hirarki kebutuhan Maslow, dan karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang terdapat dalam diri Santiago sehingga mempengaruhi dan mendukung pencapaian aktualisasi dirinya.
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah content analysis atau analisis isi karena data penelitian ini berbentuk narasi dan deskripsi tertulis yang berasal dari konteks cerita. Menurut Stone, analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat kesimpulan secara sistematik dan obyektif mengidentifikasi karakteristik spesifik dalam teks (Milles&Huberman,1992). Dalam hal ini data penelitian adalah sebuah novel yang termasuk dalam literatur nonteknis, yang berarti literatur tersebut bukan berasal dari karya tulis teoritik (Strauss & Corbin, 2003). Naskah dalam novel yang berupa cerita akan disaring berdasarkan tujuan penelitian, yaitu yang mengungkap pencapaian aktualisasi diri subyek dan mencari karakter pengaktualisasi diri apa yang mempengaruhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pencapaian tersebut. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Reduksi Data Memilih adegan dalam teks secara sistematis sesuai dengan urutan halaman dan paragrap. Data yang digunakan adalah adegan yang memiliki makna yang sesuai dengan permasalahan yang hendak diteliti (Moleong, 2006). Reduksi data bertujuan untuk memilah-milah adegan dalam teks sehingga pencapaian diri Santiago dapat terlihat secara sistematis.
2.
Pengkodean Tahap ini dilakukan dengan memberikan kode pada setiap adegan tokoh Santiago dalam novel Sang Alkemis. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetil sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang masalah yang hendak diteliti (Poerwandari, 1998).
3.
Deskripsi Data dan Penafsiran data Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang merupakan bagian dari karya sastra maka hasil pengkodean yang masih dalam bentuk kutipan langsung dari teks akan dideskripsikan untuk memudahkan intepretasi data. Pada tahap selanjutnya data yang telah dideskripsikan ditafsirkan sesuai dengan teori yang digunakan (Moleong, 2006).
4.
Kesimpulan dan Dinamika Psikologis Berdasarkan hasil deskripsi dan penafsiran data maka akan ditarik kesimpulan yang menunjukkan pencapaian aktualisasi diri Santiago dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
awal, perjalanan dan hambatan-hambatan yang subyek alami, sehingga pada akhirnya mampu mencapai aktualisasi dirinya. Dinamika psikologis subyek akan diperoleh berdasarkan kesimpulan yang telah didapat sebelumnya.
C. Teknik Penelitian Teknik penelitian yang ditempuh adalah proses yang dijalankan secara sistematis
untuk
mengolah
data
yang
diperoleh
sehingga
mampu
dikategorisasikan dan diambil kesimpulan untuk memperoleh tujuan penelitian yang dilakukan. Tahapan proses yang dilakukan adalah: 1. Pengkodean Pengkodean adalah pemberian kode pada sumber data tertulis yaitu teks narasi yang terdapat dalam novel Sang Alkemis. Kode merupakan simbol pada sekelompok kata-kata yaitu paragrap atau kalimat berdasarkan kategorikategori tertentu yang berasal dari permasalahan penelitian. Dengan adanya pengkodean maka peneliti mengorganisasi data sehingga menemukan dan mampu
menggolongkan
ke
dalam
permasalahan
penelitian
(Miles&Huberman, 1992). Pengkodean dibuat berdasarkan pencapaian aktualisasi diri Santiago, dan karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang mempengaruhi Santiago dalam mengaktualisasikan dirinya. Rancangan tabel analisis yang dipersiapkan adalah sebagai berikut: Tabel 1 : Rancangan Tabel Analisis Kolom
Kode
1
No
Keterangan
Fungsi
Nomor urut adegan Untuk mengurutkan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam teks.
sistematik adegan dari awal sampai akhir teks.
2
Adegan
Adegan
dalam Untuk
teks.
menjelasan
letak
adegan dalam teks. Ditulis sesuai dengan yang tertera dalam
teks
berdasarkan
halaman (h…) dan urutan paragrap
(p…).
halaman
10
Contoh:
paragrap
6
ditulis h.10,p.6 3
Teks
Cuplikan
dari Untuk menunjukan adegan
dokumen.
dalam
teks
menunjukkan
yang pencapaian
aktualisasi diri. 4
Konteks
Konteks teks.
dalam Untuk
menjelaskan
lebih
lanjut isi dari teks sehingga dapat
menunjukkan
pencapaian aktualisasi diri. 5
Hirarki Kebutuhan
Analisa
konteks Untuk
dari teks ke dalam tahapan hirarki Maslow.
menggolongkan kebutuhan
yang
kebutuhan sedang dilalui oleh subyek. Hirarki
kebutuhan
akan
ditulis dalam huruf kapital,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk tahap D-Needs, yaitu (F)
Kebutuhan Fisiologis,
(RA) Kebutuhan akan Rasa Aman,
(C)
Kebutuhan-
kebutuhan akan Memiliki dan Cinta, (P) Kebutuhan akan
Penghargaan. Untuk
tahap B-Needs, yaitu (AD) Aktualisasi Diri, (M) Hasrat untuk
Mengetahui
dan
Memahami, (E) Kebutuhan Estetis. mewakili
Setiap
kolom
satu
hirarki
kebutuhan. mengetahui termasuk
Untuk hasil dalam
analisa tahapan
yang mana, maka salah satu dari kolom akan diberi tanda ’’. 6
Karakteristik
Karakteristik
Pengaktualisasi subyek Diri
Untuk melihat karakteristik yang pengaktualisasi
mengaktualisasikan mempengaruhi diri.
dalam
diri
yang subyek
pencapaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
aktualisasi
dirinya.
Karakteristik pengaktualisasi ditulis
diri
langsung,
akan beserta
penjelasan
yang
menunjukkan
karakteristik
pengaktualisasi
tersebut.
Karakteristik pengaktualisasi diri yaitu, Mengamati Realitas secara Efisien, Penerimaan Umum atas Kodrat, Orang-orang Lain
dan
Diri
Sendiri,
Spontanitas, Kesederhanaan dan Kewajaran, Fokus pada Masalah-masalah di Luar Diri akan
Mereka,
Kebutuhan
Privasi
Indepedensi,
dan Berfungsi
secara Otonom, Apresiasi yang
Senantiasa
Segar,
Pengalaman-pengalaman Mistik atau Puncak, Minat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Sosial,
Hubungan
Pribadi,
Struktur
Demokratis,
antar Watak
Perbedaan
antara Sarana dan Tujuan, antara
Baik
dan
Buruk,
Perasaan Humor yang Tidak Menimbulkan Permusuhan, Kreativitas,
Resistensi
terhadap Inkulturasi.
Dari rancangan tabel analisis kemudian peneliti membuat tabel analisis pemenuhan hirarki kebutuhan dan sifat-sifat individu yang mengaktualisasikan diri yang terdapat dalam upaya pemenuhan aktualisasi diri. Tabel 2: Rancangan Tabel Analisis Pemenuhan Hirarki Kebutuhan dan Sifatsifat Individu yang Mengaktualisasikan Diri yang Terdapat dalam Upaya Pemenuhan Aktualisasi Diri. No Adegan
Teks
Konteks
Hirarki Kebutuhan Karakteristik Pengaktualisa D-needs B-needs si Diri F RA C P AD M E
2. Menyajikan hasil pengkodean. Hasil pengkodean disajikan dengan bentuk narasi. Dalam setiap adegan dicari apa konteks yang mengarah pada pencapaian aktualisasi diri serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
karakteristik pengaktualisasi apa yang mempengaruhi pemenuhan hirarki kebutuhan tersebut. 3. Interpretasi data berdasarkan hasil pengkodean. Interpretasi data merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan (Moleong,2006). Data yang telah diperoleh kemudian dihubungkan dengan landasan teori yang dipakai untuk mengungkap rumusan masalah yang telah diajukan. Dalam penelitian ini permasalahan yang ingin diungkap adalah pencapaian aktualisasi diri Santiago dan karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang mempengaruhi dan mendukung pencapaian aktualisasi dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV PEMBAHASAN Hasil pengkodean terhadap novel Sang Alkemis yang menunjukkan Santiago telah berada sampai pada tahap apa dalam hirarki kebutuhan beserta karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang terdapat dalam dirinya akan dipaparkan pada hasil penelitian secara naratif. Pada analisis hasil penelitian akan dibagi ke dalam dua bagian sesuai dengan pokok masalah yang ingin diungkap, yaitu pencapaian Aktualisasi Diri Santiago dan karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang mempengaruhi dan mendukung pencapaian Aktualisasi Diri tersebut. Bagian terakhir dari pembahasan akan menyajikan dinamika psikologis Santiago dalam pencapaian aktualisasi dirinya, terutama dinamika yang menampilkan perubahan hirarki kebutuhan dalam dirinya.
A. Hasil Penelitian Santiago lahir di tengah keluarga petani miskin yang bekerja keras untuk mendapatkan makanan dan rumah, yang termasuk dalam D-Needs. Kebutuhan keluarga itu meningkat menjadi kebutuhan akan penghargaan yang diharapkan dapat dipenuhi melalui diri Santiago untuk menjadi seorang pastur. Pastur yang lahir dari keluarga miskin akan mengangkat nama keluarga tersebut. Santiago sejak kecil telah mengetahui apa yang ia inginkan yaitu menjadi seorang pengembara. Kehidupan dalam seminari yang terbatas dengan aturanaturan, menghalangi kebutuhan Santiago untuk berkelana bebas melihat dunia luar. Potensi yang ada dalam diri Santiago untuk menjadi pengembara otomatis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhambat ketika ia memasuki seminari. Menurut Maslow (1971) dorongan untuk berkembang dalam diri yang belum diwujudkan akan tetap berada di situ dan akan menuntut untuk diaktualisasikan. Hal ini terjadi pada Santiago, meskipun ia telah masuk seminari dorongan untuk menjadi gembala tetap ada dan membuatnya berani mengutarakan keinginannya tersebut kepada orangtuanya. Keberanian untuk memutuskan menjadi pengembara menentang pendapat orangtuanya menunjukkan Santiago memiliki karakteristik pengaktualisasi diri yang memiliki otonomi dalam mengambil keputusan lepas dari keinginan orangtuanya (Maslow dalam Koeswara, 1989). Karakteristik pengaktualisasi diri lain yang muncul pada tahap ini adalah resistensi terhadap inkulturasi. Hal ini dapat dilihat dari keberanian Santiago untuk menjadi pengembara meskipun dalam budayanya yang melakukan perjalanan ke negeri lain adalah orang kaya karena harus memiliki uang yang banyak. Namun, Santiago juga melakukan adaptasi dengan kebudayaannya, ia memutuskan menjadi penggembala domba disesuaikan dengan kemampuan ekonomi keluarganya. Keputusan menjadi gembala didorong oleh B-Needs, yaitu motivasi untuk berkembang bukan motivasi kurang sempurna. Ia ingin mengembangkan diri bukan memenuhi D-needs yaitu memenuhi kebutuhan penghargaan dalam keluarganya. Keputusan menjadi gembala ini sudah mengarah ke aktualisasi diri karena Santiago bertindak untuk melakukan apa yang benar-benar ingin ia lakukan dalam hidupnya. Setelah Santiago menjadi Gembala, ia merasa bahagia. Kebahagiaan yang ia dapatkan setelah menjadi gembala menunjukkan karakteristik pengaktualisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diri yang lain, yaitu apresiasi yang senantiasa segar (Maslow, 1984). Kebahagiaan ini terjadi karena setiap hari ia menjalani mimpinya menjadi gembala yang berkelana ke banyak tempat. Dengan menjadi gembala ia menemukan Tuhan yang tidak ia temui di seminari. Seorang wanita juga telah memenuhi fikirannya yaitu putri pedagang kain yang kagum dengan kemampuannya membaca yang jarang dimiliki oleh seorang gembala domba. Kebutuhan akan penghargaan dalam diri Santiago terpenuhi ketika ia bertemu dengan putri pedagang kain itu. Menurut Maslow (1984), motivasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan tidak sadar. Mimpi berulang yang dialami Santiago di tempat yang sama merupakan bentuk motivasi yang mendorongnya mencari tahu arti mimpi tersebut. Hasrat untuk mengetahui dan memahami merupakan salah satu kebutuhan yang dimiliki individu yang mencapai B-Needs (Maslow, 1987). Keingintahuan ini juga didukung oleh sifat spontan Santiago dalam menanggapi mimpi berulangnya yang merupakan salah satu karakteristik individu yang mengaktualisasikan diri. Santiago mampu mengambil pelajaran dari pengalaman yang telah ia lalui sebagai seorang gembala. Kemampuan ini berkaitan dengan kemampuannya mengamati realitas secara efisien. Hal ini dapat dilihat dari musnahnya keraguan Santiago untuk mencari tahu arti mimpinya ketika ia menyadari bahwa kehidupan gembala lebih beresiko daripada hanya sekadar mencari tahu arti mimpi yang berulang. Berhadapan dengan wanita Gipsi yang ia ragukan kemampuannya menafsirkan mimpi merupakan tantangan tersendiri bagi Santiago. Terlebih ternyata tafsiran mimpinya sederhana, yaitu pergi ke Mesir dan disana Santiago
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akan menemukan harta terpendam. Ini membuat Santiago kecewa. Santiago yang tidak tahu cara sampai ke Piramida di Mesir merasa itu hanya mimpi tanpa arti dan membuatnya tidak percaya lagi pada mimpi. Ia merasa ada hal lain yang perlu ia lakukan daripada sekadar percaya pada mimpi. Keputusan Santiago menjadi gembala tidak lepas dari kebutuhan privasi dan independensinya yang tinggi. Ia tidak menyukai hidup bersama orang-orang yang sama kerena menurutnya ia akan kehilangan jati diri dan dituntut berubah sesuai dengan keinginan orang lain. Gembala yang hidup sendiri dan tidak pernah menetap merupakan pilihan yang sangat sesuai dengan kesukaan Santiago terhadap kesunyian. Ia punya banyak teman disetiap tempat yang ia singgahi, tapi tidak harus menghabiskan waktu dengan mereka. Melchizedek yang datang dan mengatakan akan memberi tahu dimana lokasi harta terpendam dalam mimpi Santiago dengan imbalan sepersepuluh kawanan dombanya membuat Santiago curiga. Ia sempat mengira bahwa pria tua ini adalah suami wanita Gipsi yang berusaha mendapatkan uang lebih. Kecurigaan Santiago pada orang lain terkait dengan kebutuhan privasi dan independensi dalam dirinya, yang memungkinkannya menjadi tidak mudah percaya pada orang lain. Namun, kecurigaan ini berakhir ketika Melchizedek mengatakan apa maksud kedatangannya yang ingin membantu Santiago mewujudkan Legenda Pribadinya. Santiago kagum dengan penjelasan Melchizedek mengenai daya misterius yang membuat manusia merasa bahwa mustahil untuk mewujudkan mimpinya, juga bagaimana segenap alam semesta akan membantu manusia untuk mewujudkan mimpi itu. Namun, Santiago yang belum mengerti betul apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dikatakan Melchizedek sudah membayangkan bagaimana kagumnya putri pedagang kain mendengar penjelasannya mengenai daya misterius yang disebutkan oleh Melchizedek. Santiago
yang merasa belum mendapat
penghargaan dari luar terhadap pekerjaannya sebagai gembala, merasa hanya putri pedagang kain yang kagum pada dirinya, terlebih dengan kemampuannya membaca dan bercerita banyak hal. Melchizedek juga mengatakan bahwa fikiran manusia sendiri sering menggagalkan perwujudan Legenda Pribadinya, terutama jika menyangkut keharusan untuk meninggalkan kemapanan untuk mewujudkan Legenda Pribadinya. Hal inilah yang membuat Melcizedek mendatangi Santiago, karena ia hampir menyerah untuk mewujudkan Legenda Pribadinya, yaitu apa yang selalu ingin diwujudkan setiap orang dalam hidupnya dari kecil. Pekerjaan Santiago sebagai gembala merupakan pilihan yang tidak mudah bagi dirinya. Santiago dihadapkan pada sebuah mimpi yang tafsirannya mengatakan ia harus melepaskan pekerjaan yang dicintai dan dijalani dengan penuh pengabdian dan melakukan perjalanan ke Mesir. Pada tahap ini Santiago harus memilih antara progression choice, yaitu sebuah pilihan maju berlawanan dengan regression choice, yaitu sebuah pilihan mundur (Maslow dalam Crapps, 1993). Apresiasi Santiago yang senantiasa segar dapat dilihat dari kemampuannya menyadari hal-hal baik dalam hidupnya meskipun itu terjadi setiap hari, seperti terbitnya matahari. Ia juga mampu memaknai hal-hal yang terjadi setiap harinya, termasuk hembusan angin di wajahnya. Ini merupakan bentuk pemahaman Santiago akan alam yang merupakan pengalaman mistik atau puncak. Ia mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merasakan wangi perempuan gurun, dan keringat lelaki yang mencari hartanya melalui angin yang berhembus di wajahnya. Melalui hembusan angin ini juga Santiago sadar ia juga sebebas angin dalam mengejar mimpinya, dan menyadari bahwa menjadi gembala adalah sarana yang harus ia tempuh sebelum mencapai legenda
pribadinya.
Ini
termasuk
dalam
karakteristik
individu
yang
mengaktualisasikan diri, yaitu mampu membedakan sarana dan tujuan (Maslow, 1984). Pada saat Santiago memberi sepersepuluh dombanya kepada Melchizedek, terdapat satu domba yang pincang. Santiago yang mampu melihat realitas secara efisien mengetahui bahwa dombanya yang pincang justru yang paling pintar dan menghasilkan paling banyak wol. Melchizedek mengatakan bahwa setiap orang yang mengejar mimpinya memiliki kemujuran pemula. Kemujuran ini memungkinkan keberhasilan pada siapapun untuk berhasil pada usaha pertama dirinya untuk mencapai legenda pribadinya. Pemahaman Santiago akan pertanda dan simbol-simbol tertentu merupakan bentuk pengalaman mistik Santiago yang menyatu dengan alam. Dengan bantuan tanda-tanda yang ditinggalkan Tuhan di sepanjang jalan menuju Legenda Pribadinya Santiago akan membuat keputusan sendiri. Ia lepas dari pengaruh luar dan berfungsi secara otonom. Keyakinan Santiago dalam menemukan hartanya bertambah ketika ia menyadari bahwa sebagaimana Tuhan membimbing domba-domba melalui tandatanda melintasi padang rumput maka Tuhan juga akan membimbingnya menemukan harta terpendam di Mesir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Pada saat Santiago sampai di Afrika dan kehilangan uang karena ditipu oleh orang yang mengaku akan memandunya ke Mesir, ia sangat terpukul. Nilai estetika dalam dirinya membuat Santiago terpesona pada keindahan sebuah pedang meskipun pada akhirnya itu membuatnya lengah dan kehilangan uang. Peristiwa ini menyadarkan Santiago bahwa ia telah keluar dari hal rutin yang biasa ia lakukan. Ia merasa Tuhan tidak adil. Santiago kembali mengenang saat ia menjadi gembala. Ia menjadi pesimis dan tidak sanggup meneruskan perjalanan menuju Piramida. Pada akhirnya Santiago menjadi sadar ia masih memandang dunia seperti apa yang ia inginkan bukan yang sesungguhnya terjadi. Ini menunjukkan kemampuan Santiago untuk menerima kodratnya sebagai manusia (Maslow dalam Schultz, 1991). Kemampuan Santiago untuk dapat kembali mendapatkan semangat meneruskan perjuangan mewujudkan Legenda Pribadinya, tidak lepas dari pengalaman mistik yang menguatkannya. Pengalaman mistik memungkinkan siapapun yang mengalaminya memiliki perasaan gembira atau kagum yang besar (Maslow, 1971). Kemampuan untuk terus maju berjuang mewujudkan Legenda Pribadinya disaat dirinya sendiri mengalami kekurangan, menunjukkan Santiago didorong oleh B-Needs. Ia ingin menjadi sesuatu yang sesuai dengan apa yang kehendaki meskipun pada saat itu ia terdampar di negeri asing tanpa uang. Santiago kembali dikuatkan untuk mencari hartanya dengan keyakinan bahwa berkah Melchizedek masih bersamanya. Ia menjadi percaya diri dan senang di tempat baru dan asing, karena bagaimanapun inilah yang selalu ia inginkan, yaitu mengenal tempat-tempat baru. Ia kembali mampu memfokuskan diri pada tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
utamanya datang ke Afrika yaitu menemukan hartanya. Kemalangan yang menimpa Santiago di Afrika mampu ia atasi dengan baik, karena bagaimana pun, hal ini terjadi di tengah petualangan di negeri asing, dimana bepergian ke tempat yang baru adalah sesuatu yang sangat ia sukai. Dalam pengalaman mistik terdapat B-Languange (Maslow, 1969) yang memungkinkan Santiago berkomunikasi dan mengetahui segala sesuatu tanpa kata-kata. Kemampuan ini membuatnya mampu merasakan apakah seseorang dekat atau jauh dari legenda pribadinya, juga memahami orang lain meskipun mereka berbicara dalam bahasa yang berbeda. B-Languange juga memungkinkan Santiago untuk memahami domba-dombanya ketika masih menjadi gembala. Semua peristiwa ini membuat Santiago sadar bahwa segala sesuatu dalam dunia ini adalah satu karena dibuat oleh tangan yang sama. Kesadaran ini membuatnya tidak takut lagi meskipun ia sedang mengalami kesulitan di negeri asing dalam usaha mewujudkan Legenda Pribadinya. Manusia adalah sebuah kesatuan yang utuh. Satu kebutuhan yang tidak terpenuhi mampu mempengaruhi prilaku individu secara keseluruhan (Maslow, 1984; Maslow dalam Koeswara, 1989). Pada saat Santiago kelaparan, ia tahu harus mendapatkan makanan. Pada tahap ini, Santiago yang memiliki harga diri tinggi tahu harus melakukan sesuatu meskipun itu perbuatan yang tidak pernah ia lakukan
sebelumnya,
yaitu
membersihkan
etalase sebuah
toko
kristal.
Kepercayaan diri Santiago membuatnya tetap mampu mengambil inisiatif secara spontan. Ide kreatif untuk membersihkan etalase toko kristal membuahkan hasil. Ia mendapatkan makan siang dari pemilik toko itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Keteguhan niat Santiago untuk mencari hartanya sampai ke Mesir kembali diuji. Ia harus menempuh ribuan kilometer gurun untuk sampai ke Mesir. Bahkan jika ia bekerja keras setiap hari selama setahun di toko kristal dan mendapat komisi yang tinggi, Santiago masih harus meminjam uang untuk bisa sampai ke sana. Kenyataan ini membuat Santiago patah semangat karena ia telah melakukan banyak perubahan besar dalam hidupnya untuk memberanikan diri melakukan perjalanan ke Mesir. Ia meninggalkan domba-dombanya, melakukan perjalanan ke negeri asing, kehilangan uang, bahkan kelaparan. Santiago juga harus mengumpulkan segenap tenaga dan gairah untuk kembali dapat membulatkan tekadnya mencari harta terpendam di Piramida Mesir. Pada tahap ini, kebutuhan Santiago yang semula sudah sampai tahap BNeeds yaitu aktualisasi diri, kembali turun ke tahap D-Needs, yaitu kebutuhan akan penghargaan. Hal ini terjadi untuk menyesuaikan dorongan dari dalam dirinya. Ia memutuskan kalaupun ia harus bekerja keras untuk mendapatkan uang, ia akan mempergunakan itu untuk biaya pulang ke Spanyol dan membeli domba karena ia ingin menjadi gembala lagi. Pada tahap ini Santiago telah memperoleh pemenuhan kebutuhan fisiologis, dan pekerjaan dari pemilik toko kristal yang merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan akan rasa aman. Namun, tujuan
awal
Santiago
ke
Mesir
yang
merupakan
kebutuhan
untuk
mengaktualisasikan diri yang sesuai dengan potensi dirinya kini telah hilang. Pada saat ini Santiago hanya memikirkan bagaimana ia kembali memperoleh penghargaan yang telah ia lepaskan demi mimpinya yang sekarang terdengar mustahil untuk dilakukan. Maka, cara yang ia tempuh untuk kembali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mendapatkannya
adalah
menjadi
gembala
domba
lagi
karena
melalui
pekerjaannya sebagai gembala ia memperoleh kebanggaan diri, yang merupakan wujud penghargaan Santiago terhadap dirinya sendiri. Bekerja di toko kristal merupakan usaha Santiago untuk mendapatkan uang untuk kembali ke Spanyol. Bekerja di toko kristal tidak membuat Santiago bahagia, terlebih pada tahap ini ia sedang mengalami perubahan hirarki kebutuhan dalam dirinya, dari BNeeds ke D-Needs. Namun, karakteristik pengaktualisasi diri tidak hilang dari dalam dirinya. Santiago mampu menanggapi pertanda menghasilkan ide-ide kreatif yang akan memajukan toko tersebut, yaitu membuat lemari pajangan di luar toko dan menjual teh di dalam gelas kristal. Pada awalnya ide-ide Santiago tidak ditanggapi dengan serius oleh pemilik toko, karena terlalu beresiko, namun Santiago mengatakan hidup akan selalu penuh risiko dan kita harus memanfaatkan kemujuran yang sekarang sedang ada di fihak kita. Pada akhirnya ide yang dikemukakan Santiago mampu memajukan toko tersebut. Karakteristik lain yang muncul adalah struktur watak yang demokratis, sehingga ia mampu menerima pendapat dari pedagang kristal yang berbeda dari dirinya dalam menanggapi mimpi. Santiago berpendapat tidak ada salahnya mewujudkan mimpi kita, sementara pedagang kristal takut impiannya tidak sama seperti yang ia bayangkan sehingga lebih suka memimpikannya saja. Setelah setahun bekerja di toko kristal Santiago faham bahwa bekerja di toko kristal adalah bagian dari perjalanan mewujudkan mimpinya. Ia telah belajar bahasa gairah yang memungkinkannya tetap bekerja keras di sana selama setahun, ia tahu tentang bahasa tanpa kata-kata dan pertanda, ia tidak takut perubahan, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mampu berbicara dalam bahasa Arab, dan ia tahu bagaimana cara berdagang kristal. Keinginan menjadi gembala tetap ada karena sebagai manusia biasa ia juga mengalami ketakutan mencoba sesuatu yang baru, sementara ia telah tahu bagaimana menjadi seorang gembala yang baik. Keinginan untuk menjadi pedagang kristal juga muncul dalam dirinya, karena ia telah mengetahui bagaimana melakukannya dengan baik. Namun, semua pengalaman yang ia lalui menguatkan niatnya untuk meneruskan perjalanan ke Mesir. Ini memberi kekuatan yang luar bisa dalam diri Santiago yang membuatnya yakin terbukanya segala kemungkinan akan apa yang akan ia jalani. Kekuatan ini merupakan bentuk pengalaman mistik yang terjadi lagi dalam dirinya, sekaligus menimbulkan keyakinan diri yang menerima kemampuan dirinya sendiri untuk melakukan perjalanan. Penguasaan bahasa Arab tentu saja membantunya melakukan perjalanan jauh ke Mesir. Santiago mampu mengambil hikmah dari semua yang ia alami. Selama ia menjadi gembala dan bekerja di toko kristal, Santiago melaksanakan tugastugasnya dengan baik. Ia menyadari kemampuannya untuk melalui tahapan ini dengan baik karena pada akhirnya semua akan mengantarnya menuju ke Legenda Pribadinya. Ia menjadi lebih dekat dengan Legenda Pribadinya karena memutuskan untuk melakukannya. Selama melakukan perjalanan melintasi gurun, Santiago semakin melatih kemampuannya dan kapasitasnya sebagai pengaktualisasi diri. Ia menyadari gurun akan mengajarinya banyak hal karena ia telah menyatu dan berkomunikasi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
alam, yang merupakan bentuk B-Languange. Ia juga tetap memiliki kemampuan mengamati realitas secara efisien dikarenakan kewaspadaannya terhadap lingkungan sekitar. Selama melintasi gurun, Santiago mau menerima perbedaan pendapat dengan teman seperjalanannya, yaitu seorang ahli kimia Inggris. Santiago mau membaca buku-buku yang dianggap penting oleh pria itu meskipun pria itu tidak menganggap penting gurun yang menurut Santiago merupakan guru yang bijak. B-Cognition yang dimiliki oleh Santiago, membuatnya mampu menganalogikan dan mengambil kesimpulan dari buku-buku kimia teman seperjalannya. Ia yakin alkemis mampu dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, bahwa dunia memiliki jiwa dan siapapun yang memahami jiwa itu dapat juga memahami bahasa benda-benda. Pada saat rombongan karavan tiba di osis setelah melalui perjalanan yang panjang, Santiago memilih untuk menikmatinya dalam diam dan kesunyian. Ia sadar ia masih menempuh perjalanan panjang ke Piramida. Ia sangat menyadari bahwa harus menikmati keindahan oasis ini karena ia tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Setelah merenung dalam diam, Santiago sadar bahwa ia memiliki kelemahan. Ia harus sabar dan harus mengendalikan dorongan hatinya. Ia merasa keadaan yang ia alami tidak semudah dulu lagi. Dia menyadari akan ada ujian bagi dirinya dalam menempuh Legenda Pribadinya. Namun, ia yakin akan pertanda dari Tuhan yang akan membimbing langkahnya. Kebutuhan cinta Santiago terpenuhi melalui kehadiran Fatima yang ia yakini sebagai pasangan jiwa yang selama ini ia cari. Kemampuan Santiago memaknai pengalaman mistik membuatnya tahu bahwa Fatima adalah wanita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang akan menjadi istrinya. Cinta yang Santiago rasakan pada Fatima adalah BLove, yaitu cinta yang membuat orang yang dicintai mengaktualisasikan diri (Maslow, 1968). Fatima mendorong Santiago untuk mengejar hartanya dan mengatakan ia akan menunggunya, meskipun menurut Santiago Fatima lebih penting dari hartanya. Fatima mampu meyakinkan Santiago bahwa cinta tidak menjadi penghalang bagi seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Fatima yang mendorong Santiago mengejar mimpinya, membuat Santiago gundah. Menurut Santiago, Fatima jauh lebih berharga daripada mimpi yang ia kejar. Ia berusaha memahami Fatima dengan pergi ke gurun. Keingintahuan Santiago atas jalan pikiran Fatima yang menginginkan Santiago mencari hartanya didorong oleh hasrat untuk mengetahui dan memahami yang ada dalam dirinya. Ia meyakini gurun menyimpan jawaban atas pertanyaannya karena Fatima adalah wanita gurun. Tapi ia justru memperoleh sesuatu diluar tujuan awal ia datang ke gurun. Melalui terbangnya elang-elang di atas kepalanya ia tahu bahwa oasis yang harusnya menjadi wilayah netral akan diserbu oleh suku yang berperang. Keraguan Santiago untuk menceritakan pertanda yang dilihatnya kepada kepala suku sirna ketika ia mengingat Fatima. Wanita ini telah memberi Santiago kekuatan menghadap para ketua suku yang sudah terbiasa menghadapi pertanda. Pada saat Santiago memasuki tenda utama di oasis itu untuk menghadap ketua suku, sekali lagi nilai estetika Santiago tergugah. Ia sangat terpesona dengan keindahan tenda itu. Santiago
tidak
menyesali
kedatangannya
untuk
menceritakan
penglihatannya kepada para tetua suku. Ia telah melakukan taruhan berbahaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dalam hidupnya sejak meninggalkan rumahnya dan memutuskan menjadi gembala. Santiago sadar kemampuannya berkomunikasi dengan alam melalui BLanguange harus ditebus dengan nyawanya, karena jika pertanda yang ia lihat tidak terjadi maka ketua suku akan mencabut nyawanya. Jika pun ia harus mati karena pertanda yang ia lihat tidak terjadi, Santiago puas dengan hidupnya. Ia sudah berkelana sampai ke negeri asing, bekerja sepenuh hati di toko kristal, mengenal gurun yang sunyi sebagai guru yang bijak, dan mengenal Fatima cinta dalam hidupnya. Sikap pasrah Santiago terhadap kematian kembali terlihat ketika ia diancam sang alkemis dengan pedang di lehernya. Ancaman itu tidak membuat Santiago takut karena jika ia harus mati sekarang, ia mati dalam usaha mengaktualisasikan dirinya. Ancaman sang alkemis juga tidak membuat Santiago tidak dapat menjelaskan mengapa ia mampu membaca Bahasa Buana. Santiago sampai pada tahap telah terpenuhi kebutuhan fisiologis, rasa aman, penghargaan dan cinta. Ketika kapasitas yang ada dalam dirinya menuntut untuk diwujudkan ke pengaktualisasian, Santiago merasa itu sudah tidak perlu lagi. Menurut Santiagao ia telah menemukan hartanya. Ia memiliki onta, emas sebagai ucapan terimakasih ketua suku karena berhasil mencegah oasis diserang, dan Fatima. Sang alkemis mengatakan itu semua tidak ia temukan di Piramida, dimana disanalah letak mimpinya berada. Dimana hati santiago berada, maka disana ia akan menemukan hartanya. Sang alkemis mengatakan akan membimbing Santiago menuju harta karunnya. Namun, sebelumnya ia akan menguji kemampuan Santiago untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berkomunikasi dengan gurun, karena piramida dikelilingi oleh gurun. Dengan kemampuannya berkomunikasi dengan alam, Santiago mampu melewati ujian ini dengan baik. Kemampuan Santiago untuk berfungsi secara otonom membuatnya mengambil keputusan untuk tetap mengejar hartanya, karena cinta Fatima tidak pernah menahan dirinya untuk mengejar hartanya. Keputusan ini mengarah pada usaha untuk mewujudkan B-Needs, yaitu kebutuhan mengaktualisasikan diri. Santiago
menyadari
keputusannya
mewujudkan
mimpinya
akan
memisahkan dirinya dengan Fatima dalam jangka waktu yang tidak pasti. Menyadari hal ini, maka Santiago melakukan pelanggaran terhadap tradisi dengan mengajak Fatima berjalan keluar pada malam hari. Prilaku ini didorong oleh rasa cintanya pada Fatima sehingga ia mampu melakukan tindakan yang menunjukkan resistensi terhadap inkulturasi. Selama perjalanan bersama sang alkemis melintasi gurun, Santiago harus belajar mendengarkan hatinya. Pada awalnya sulit bagi Santiago untuk mendengarkan hatinya, namun ia sadar bahwa hati akan selalu ada dan mengingatkan Santiago akan mimpinya. Ia juga sadar hatinya bisa merasa takut dan memiliki muslihat. Hati juga takut menderita dalam usaha mengejar mimpinya. Kemampuan ini berkaitan dengan karakteristik pengaktualisasi diri penerimaan terhadap kodratnya sebagai manusia. Santiago melihat sifat manusiawinya sebagaimana adanya sehingga mampu menerima jika hatinya sendiri bisa merasa takut dan menderita. Apa yang dirasakan hati Santiago merupakan cerminan apa yang dirinya rasakan. Perjuangan dalam mewujudkan mimpi merupakan bentuk rasa syukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Santiago kepada Tuhan karena ia memanfaatkan waktunya di dunia untuk menjadi lebih baik dari dirinya yang sekarang. Dengan mengejar mimpinya, Santiago mampu membedakan apa yang seharusnya harus ia raih dan apa yang harus ia lalui sebelum mencapainya. Dengan berjuang mewujudkan mimpinya, Santiago sadar hidupnya menjadi lebih bermakna. Satu-satunya yang mendorong dan meyakinkan Santiago untuk meraih mimpinya adalah hatinya. Santiago menyadari keberaniannya yang terbesar yaitu keluar dari zona aman dalam hidupnya dan mengambil resiko, yaitu meninggalkan pekerjaannya sebagai gembala, bertahan hidup di tengah cobaan, dan bekerja di toko kristal. Pada saat Santiago dan sang alkemis tertangkap warga suku yang mengira mereka mata-mata musuh, sang alkemis mengatakan bahwa Santiago bisa mengubah dirinya menjadi angin. Santiago yang mendengar perkataan sang alkemis sangat ketakutan karena belum mengetahui bagaimana cara mengubah dirinya menjadia angin. Sang alkemis mengatakan pada Santiago supaya jangan takut gagal karena perasaan takut gagal yang membuat mimpi tidak mungkin diwujudkan. Di bawah ancaman kematian Santiago mencoba berkomunikasi dengan alam melalui B-Languange yang telah ia kuasai. Ia berbicara dengan angin, gurun, dan matahari, meminta mereka mengubahnya menjadi angin. Namun, ketiga ciptaan Tuhan yang luar biasa itu pun tidak mengetahui bagaimana melakukannya. Matahari mengatakan pada Santiago untuk berbicara kepada Tuhan melalui surga. Setelah melewati banyak latihan untuk berkomunikasi kepada Jiwa Buana, ia mengetahui bahwa Jiwa Buana merupakan bagian dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jiwa Tuhan. Jiwanya adalah jiwa Tuhan dan sebagai manusia biasa Santiago dapat melakukan keajaiban-keajaiban. Pada saat terakhir Santiago akan menemukan hartanya di Piramida, ia kembali mengalami ujian berat. Ia dirampok dan ditertawakan karena usaha kerasnya menggali pasir untuk menemukan harta terpendam. Di tengah kesakitan karena dipukuli, Santiago pasrah pada nasibnya. Pada saat ia akan ditinggalkan dalam keadaan terluka parah, terjadi keajaiban melalui ketua rombongan perampok itu yang mengatakan dengan tepat dimana sebenarnya lokasi harta Santiago. Harta itu terletak di tempat yang sama sekali tidak asing bagi dirinya. Sebuah gereja tua tempat dimana ia bermimpi mengenai harta karun itu. Pada tahap ini, Santiago telah mengaktualisasikan dirinya. Ia telah melakukan apa yang ingin ia lakukan dan didukung oleh kapasitasnya sebagai manusia biasa. Santiago tidak menyesali perjalanan panjang dan berliku yang harus ia tempuh untuk menemukan harta terpendamnya. Meskipun tempat harta terkubur itu bukan di Afrika, melainkan di tempat yang biasa ia tempati bersama domba-dombanya. Dalam perjalanan menemukan harta itu, ia menemukan Fatima, bertemu sang alkemis, memahami gurun, dan belajar ilmu berdagang kristal. Ia bersyukur atas begitu banyak berkah yang ia dapat selama hidupnya yang terjadi berkat kemauannya mewujudkan mimpinya. Sebuah novel adalah media ekspresi pengarangnya untuk menyampaikan pesan kepada pembacanya, apakah itu berdasarkan pengalaman hidupnya sendiri atau tidak. Meneliti kisah hidup Santiago akan menghantarkan kita pada kehidupan pengarangnya, Paulo Coelho. Banyak kesamaan dirinya yang ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tampilkan dalam diri Santiago. Jalan berliku yang harus ditempuh sebelum mencapai aktualisasi diri tidak hanya dialami oleh Santiago, melainkan juga oleh Paulo Coelho pengarang novel ini. Selain harus menentang keinginan orangtua, Coelho juga pernah dimasukkan orangtuanya sendiri ke RSJ, dipenjara, menjadi penulis lagu, sukses dan mendapatkan penghargaan atas pekerjaannya. Santiago dengan tawaran sebagai penasihat gurun dan Coelho dengan kehidupan mapannya, memiliki kesamaan untuk tidak mau berada dalam kenyamanan yang telah mereka dapat. Mereka berjuang untuk mewujudkan apa yang benar-benar mereka inginkan dalam hidup ini, meskipun dalam perjalanan hidupnya masingmasing, mereka sempat berusaha melupakan mimpi mereka. Mereka melakukan progression choice dalam hidupnya untuk mewujudkan metamotivation dalam diri mereka masing-masing.
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Pencapaian aktualisasi diri Santiago berdasarkan hirarki kebutuhan Maslow Kebutuhan Santiago pada tahap D-Needs telah terpenuhi dengan baik sebelum pada akhirnya mampu mencapai tahap B-Needs. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah ia dapatkan dari keluarganya, meskipun kedua orangtuanya berupaya keras untuk mendapatkan makanan dan rumah yang layak untuk ditinggali. Sebagai seorang anak, Santiago memahami hasrat orangtuanya yang miskin untuk memperoleh penghargaan dari luar melalui dirinya yang diharapkan untuk menjadi pastor. Namun, pada saat yang sama Santiago telah menjadi individu yang memiliki cita-cita. Ia ingin menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gembala yang berkelana ke banyak tempat, dan yakin bahwa hal ini mampu membawa kebahagiaan dalam dirinya. Keputusan untuk melakukan sesuatu bukan berdasarkan kekurangan yang ada dalam dirinya, melainkan untuk mengembangkan kemampuan yang ada dalam diri merupakan bentuk kebutuhan untuk berkembang yaitu B-Needs. Keputusan Santiago menjadi gembala dan menjalankan profesi tersebut dengan baik dan penuh tanggung jawab merupakan bentuk aktualisasi diri. Ia melakukan apa yang benar-benar ia inginkan dan sesuai dengan kapasitas yang ia miliki. Melalui profesinya sebagai gembala, ia tidak hanya mendapatkan makanan dan rasa aman. Santiago juga mendapatkan penghargaan
dari
orang
lain
yang
menghargai
kemampuannya
menggembalakan domba, berkelana melihat wilayah-wilayah baru, juga kemampuan membaca yang jarang dimiliki oleh seorang gembala. Mimpi berulang yang ia alami di sebuah gereja tua membawanya pada seorang penafsir mimpi yang mengatakan bahwa Santiago harus melakukan perjalanan ke Mesir untuk menemukan harta terpendam. Apabila ia setuju untuk melakukannya berarti Santiago harus meninggalkan pekerjaannya sebagai gembala bahkan menjual domba-dombanya, padahal untuk menjalani profesi sebagai gembala Santiago telah melakukan banyak pengorbanan. Ia harus menentang keinginan orangtuanya dan meninggalkan kampung halamannya. Namun, Santiago berani memilih meninggalkan pekerjaan yang memberinya banyak kebahagiaan demi sebuah mimpi berulang yang ia alami di sebuah gereja yang hampir rubuh. Mimpi berulang yang dialami oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Santiago merupakan motivasi yang melatarbelakanginya mengaktualisasikan dirinya, karena motivasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan tidak sadar. Santiago melakukan perjalanan ke Mesir dengan harapan ia akan segera menemukan harta terpendam yang oleh Melchizedek disebut sebagai Legenda Pribadinya. Namun, ternyata ia harus kehilangan semua uangnya dan terdampar di negeri asing yang bahasanya sama sekali tidak ia mengerti. Santiago yang datang ke Afrika dengan sejuta asa, tiba-tiba mengalami musibah yang tidak ia duga akan terjadi. Kebutuhan Santiago yang sudah sampai pada tahap B-Needs dalam sekejap turun ke D-Needs yang paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis. Kelaparan tanpa uang di negeri yang asing, Santiago mampu menemukan cara agar ia mendapatkan makan. Pada saat kebutuhan fisiologisnya telah terpenuhi, Santiago tahu ia harus mendapatkan rasa aman melalui pekerjaan yang mampu memberinya penghasilan dan tempat berteduh meskipun ia sendiri tidak menyukai pekerjaannya itu. Setelah setahun bekerja di toko kristal, Santiago memiliki uang yang mampu membuatnya jadi orang kaya jika kembali ke Spanyol, ia telah menguasai bahasa Arab, dan tahu cara berdagang kristal. Kemampuan ini membuat kebutuhan penghargaan yang sebelumnya hilang dalam diri Santiago, ia dapatkan kembali. Tantangan yang Santiago hadapi selanjutnya adalah apakah ia akan meneruskan tujuan awalnya datang ke Afrika, yaitu untuk menemukan harta terpendam di Mesir dengan melintasi gurun yang penuh bahaya perang suku atau pulang ke Sapnyol sebagai orang kaya yang siap memulai usaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berdagang kristal. Pada saat ini Santiago dihadapkan pada pilihan untuk tetap berada pada zona amannya atau menantang dirinya memasuki B-Needs yang ia tahu akan membuatnya bahagia. Keputusan untuk mengarungi gurun merupakan sebuah penjalanan panjang yang penuh tantangan karena selain gurun yang penuh bahaya perang yang membahayakan jiwanya, Santiago juga bertemu Fatima cinta dalam hidupnya. Sampai pada tahap ini Santiago belum mendapatkan cinta yang juga merupakan kebutuhan yang terdapat dalam D-Needs. Kehadiran Fatima bisa menghentikan langkah Santiago untuk mendapatkan harta terpendamnya di Mesir. Hal ini dapat terjadi karena dengan menikahi Fatima dan dengan kemampuan Santiago membaca pertanda dan berkomunikasi dengan alam, ia akan diangkat menjadi penasihat oasis. Terlebih dengan kemampuannya itu Santiago baru saja menyelamatkan oasis dan mendapatkan penghargaan dari para tetua suku. Namun, karena cinta yang dirasakan oleh Santiago dan Fatima
adalah
cinta
yang
memampukan
pasangannya
untuk
terus
mengaktualisasikan diri atau B-Love, maka Fatima mampu meyakinkan Santiago untuk terus mengaktualisasikan dirinya. Santiago pun dimampukan untuk terus meneruskan perjalanannya ke Mesir dan setelah menemukan hartanya ia akan segera kembali kepada Fatima. Selama perjalanan melintasi gurun, Santiago belajar untuk mendengarkan hatinya. Mendengarkan hati merupakan bagian penting dalam perjalanan Santiago mewujudkan Legenda Pribadinya karena pada akhirnya Santiago akan berjuang sendiri dan hatinya yang akan menuntunnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perjalanan Santiago untuk sampai pada hartanya juga beberapa kali menguji jiwanya dan mengancam keselamatan jiwanya. Namun, dengan keyakinan diri ia tidak menyerah meskipun maut benar-benar sudah ada di depan matanya. Meskipun sudah berada pada tahap B-Needs, Santiago tidak langsung dengan mudah mengaktualisasikan dirinya bahkan sampai pada titik terakhir penemuan hartanya. Ia tetap menjalani dengan sabar, tidak tergesagesa, sehingga pada akhirnya itu semua mengantarnya pada aktualisasi diri yang telah ia perjuangkan selama ini. 2. Karakteristik pengaktualisasi diri yang terdapat dalam diri Santiago sehingga mempengaruhi dan mendukung pencapaian aktualisasi dirinya Karakteristik pengaktualisasi diri yang muncul adalah: a.
Mengamati realitas secara efisien Santiago mampu mengambil pelajaran dari pengalamannya sebagai gembala, sehingga ia menyadari bahwa kehidupan gembala lebih beresiko daripada hanya sekadar mencari tahu arti mimpi yang berulang. Sebagai gembala yang baik ia mampu melihat kenyataan yang tersembunyi bahwa dombanya yang paling pintar justru dombanya yang pincang. Kemampuan Santiago untuk mengamati gurun dan perubahanperubahan yang terjadi di dalamnya dibantu oleh kewaspadaannya terhadap lingkungan sekitar. Ia berusaha untuk tetap waspada dalam segala situasi yang ia hadapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b.
Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri Pada saat ia mengalami penipuan di Afrika dan kecewa karena merasa Tuhan tidak adil padanya, Santiago sadar ia masih memandang dunia seperti apa yang ia inginkan bukan yang sesungguhnya terjadi. Namun, kepercayaan diri Santiago muncul saat ia membersihkan etalase toko kristal, dengan melakukan itu ia yakin akan mendapatkan makanan. Kepercayaan diri ini membuatnya dapat membersihkan etalase toko dengan baik dan mendapatkan hasil seperti yang ia harapkan. Santiago menyadari ketakutan dirinya saat mencoba melakukan sesuatu yang baru, yaitu berkelana di gurun yang asing, sementara jika ia memilih menjadi gembala atau berdagang kristal ia akan melakukannya dengan baik. Namun, keyakinan diri yang muncul kembali dan kemampuannya berbahasa Arab membuatnya percaya diri untuk melintasi gurun bersama rombongan karavan. Kemampuan Santiago untuk menyatu dengan hatinya membuatnya mampu melanjutkan perjalanan mencari hartanya. Dengan kemampuan ini Santiago tahu bahwa dengan mendengarkan hatinya, ia akan menemukan harta yang selama ini ia cari. Sikap pasrah Santiago terhadap keselamatan dirinya muncul pada saat ia sadar harus mempertaruhkan nyawanya demi pertanda yang ia lihat di gurun, pada saat pedang sang alkemis berada di lehernya, dan pada saat ia dipukuli oleh kawanan perampok di Piramida Mesir. Sikap ini didorong oleh kesadaran diri bahwa ia telah melakukan yang terbaik dalam hidupnya dan kematiannya tidak akan sia-sia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
c.
Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran Spontanitas Santiago muncul pada saat ia mencari tahu arti mimpi berulangnya. Sifat ini juga membantunya saat ia harus mencari cara yang cepat
untuk
mendapatkan
makanan
di
Afrika,
dengan
inisiatif
membersihkan etalase toko kristal. Pada saat bertemu Fatima, dengan spontan Santiago meminta wanita itu menjadi istrinya. Spontanitas ini didukung oleh keyakinannya bahwa Fatima adalah cinta dalam hidupnya. d.
Fokus pada masalah-masalah di luar diri mereka Santiago fokus pada pencarian hartanya. Meskipun banyak yang ia hadapi selama perjalanan menuju Mesir, ia tahu bahwa yang akan ia hadapi akan bertambah sulit, namun ia juga yakin pertanda dari Tuhan akan membimbingnya.
e.
Kebutuhan akan privasi dan independensi Menjadi gembala berarti memiliki kehidupan sosial yang terbatas, namun ini sesuai dengan kegemaran santiago berkelana dan ia tetap memiliki banyak teman namun, tidak harus bertingkah laku sama seperti mereka juga menghabiskan waktu dengan mereka. Sifat ini juga membuatnya tidak mudah percaya pada orang lain sehingga sempat mencurigai
Melchizedek
yang
sebenarnya
ingin
menolongnya
mewujudkan Legenda Pribadinya. f.
Berfungsi secara otonom Santiago berani mengambil keputusan menjadi gembala, berbeda dari keinginan orangtuanya yang ingin ia menjadi pastur. Keputusan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terus mengejar mimpi, meskipun ia telah mendapatkan harta, jabatan di oasis
juga
Fatima,
merupakan
wujud
otonomi
Santiago
dalam
memutuskan apa yang penting dalam hidupnya. g.
Apresiasi yang senantiasa segar Kebahagiaan yang dialami oleh Santiago selama menjadi gembala menunjukkan apresiasinya yang senantiasa segar. Ia juga selalu menyadari hal-hal baik dalam hidupnya meskipun itu terjadi setiap hari.
h.
Pengalaman-pengalaman mistik atau puncak Santiago mampu memaknai hal-hal kecil dalam hidupnya termasuk hembusan angin di wajahnya. B-Languange memampukannya mengetahui makna dari setiap pertanda dari alam yang ia dapati. Dengan bahasa ini pula ia mampu berkomunikasi dengan baik dengan domba-dombanya selama menjadi gembala. Ia mendapat kekuatan dari setiap pertanda yang ia alami dalam kondisi yang sulit sekalipun, melalui perasaan mengenai terbukanya kemungkinan-kemungkinan pandangan yang tak terbatas, sehingga membuatnya lebih berdaya. Pada saat ia bekerja di toko kristal, Santiago memiliki kepekaan yang
tinggi
untuk
menanggapi
pertanda
yang
mengarahkannya
menghasilkan ide kreatif yang memajukan toko tersebut. Pada saat ia memutuskan untuk melakukan perjalanan melintasi gurun ke Mesir, pengalaman mistik muncul sehingga ia merasa diperkuat dengan pengalaman hidup yang sebelumnya telah ia jalani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i.
Minat sosial Dalam kondisi kelaparan Santiago masih mau membantu seorang pedagang manisan memasang tenda untuk berjualan. Ia juga peduli dengan keselamatan para penduduk oasis yang terancam bahaya perang. Kepeduliannya ia wujudkan dengan memberanikan diri menghadap tetua suku dan menceritakan penglihatannya.
j.
Hubungan antar pribadi Cinta yang ia rasakan pada Fatima adalah B-Love sehingga membuatnya melakukan segala sesuatu lebih baik, termasuk memberi kekuatan lebiih saat akan menghadap para tetua suku untuk memberi tahu arti mimpinya, juga melanjutkan perjalanan untuk mengaktualisasikan dirinya.
k.
Struktur watak demokratis Santiago mampu menerima pandangan yang sangat berbeda dalam memahami karavan dan gurun dengan teman seperjalanannya. Ia juga menerima perbedaan pendapat yang muncul di antara Santiago dan pedagang kristal dalam menanggapi mimpi. Santiago tidak pernah memaksakan pendapatnya terhadap orang lain.
l.
Perbedaan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk Santiago mengetahui bahwa menjadi gembala bekerja di toko kristal dan melintasi gurun adalah sarana yang harus ia tempuh sebelum mencapai legenda pribadinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
m.
Kreatifitas Pada saat ia kelaparan, Santiago mampu mencari cara yang memungkinkannya mendapatkan makanan, yaitu membersihkan etalase toko dengan jaketnya. Kreatifitas Sntiago kembali muncul saat ia melihat pertanda yang memberinya ide untuk membuat lemari pajangan di luar toko dan menjual teh jahe dalam gelas kristal, yang membuat toko itu berkembang pesat.
n.
Resisitensi terhadap inkulturasi Menjadi pengembara adalah sebuah pilihan yang bertentangan dari kebiasaan masyarakat dimana Santiago tinggal, karena yang menjalani profesi ini biasanya adalah orang kaya sementara Santiago berasal dari keluarga miskin. Santiago juga tidak ragu melanggar tradisi di gurun, yaitu berduaan dengan wanita di tengah malam, karena ia ingin bertemu wanita yang ia cintai sebelum berjuang meraih mimpinya.
C. Dinamika Psikologis Keputusan Santiago untuk menjadi gembala berkaitan erat dengan keinginannya untuk berfungsi secara otonom, kebutuhan privasi dan independensi yang tinggi, juga keinginan untuk berkelana ke tempat-tempat baru. Hal ini berlawanan dengan keinginan orangtuanya yang menginginkannya menjadi seorang pastur. Dalam budaya Santiago, pastur yang lahir dari keluarga petani yang miskin akan mengangkat nama keluarga tersebut. Namun, Santiago memilih tidak menjadi pemenuh kebutuhan penghargaan dalam keluarganya karena ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ingin memuaskan metamotivation dalam dirinya. Ia bertindak sesuai dengan potensi dan keinginan dalam dirinya. Sebagai gembala yang tiap hari melewati rute baru, Santiago tahu bahwa apa yang ia hadapi setiap hari pasti akan berbeda dan beresiko. Ini membuatnya tidak pernah bosan menjalani kehidupan. Apresiasi yang selalu segar ini membuatnya mampu memaknai setiap hal rutin yang terjadi setiap hari, sehingga kapasitasnya untuk menjalani aktifitas setiap hari selalu baik. Apresiasi yang selalu segar ini membantu Santiago untuk memaknai setiap hal yang ia lalui dalam hidup sehingga ia mampu merasakan pengalaman mistik dengan baik. Pengalaman mistik yang berkaitan dengan alam tidak lepas dari hidup Santiago yang dekat dengan alam. Ia terbiasa membaca membaca tanda-tanda di alam untuk mencari air bagi kawanan dombanya, melihat cuaca dan arah angin. Kepekaan terhadap alam sehingga memungkinkan Santiago berkomunikasi dengan alam merupakan penguasaan Santiago terhadap Bahasa Buana yang memungkinkan semua ciptaan Tuhan di dalam dunia berkomunikasi. Santiago pernah mengenyam pendidikan di Seminari dan mempunyai kegemaran membaca. Latar belakang ini membuatnya mempunyai B-Cognition yang baik. Kemampuan ini memungkinkan Santiago untuk mengamati realitas secara efisien dan memiliki kreatifitas yang membantunya dalam proses perwujudan mimpinya. Pada saat Santiago memutuskan untuk mengejar mimpinya ke Afrika, ia melakukan keputusan yang berat, karena ia harus meninggalkan pekerjaannya sebagai gembala. Namun, dengan keyakinan diri bahwa dulu ia telah memutuskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menjadi gembala yang pada akhirnya tidak ia sesali, maka ia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Afrika. Keputusan ini juga didukung oleh kegemaran Santiago melihat negeri asing dan bagaimana orang-orang disana hidup. Keputusan Santiago untuk melakukan perjalanan ke Afrika adalah sebuah Progression Choice, sebuah pilihan maju yang mengarah ke perwujudan aktualisasi diri. Keputusan melakukan perjalanan ke Afrika adalah pembuka jalan bagi Santiago untuk mewujudkan mimpinya. Pada tahap ini Santiago berani keluar dari kebiasaan dan rutinitas yang ia hadapi sehari-hari. Ia lepas dari bahasa yang ia gunakan sehari-hari, makanan yang biasa ia makan, dan lepas dari dombadombanya. Ia keluar dari area nyaman yang telah biasa ia tempati. Pada saat Santiago mengalami perubahan drastis dalam hidupnya, yaitu dimana ia dirampok dan kelaparan di negeri asing yang tidak ia mengerti bahasanya, Santiago mengalami perubahan kebutuhan dari B-Needs ke D-needs. Semangat untuk menemukan harta dengan uang di tangan yang akan membantunya melintasi gurun hilang dengan sekejap berganti dengan kebutuhan bertahan hidup yang paling dasar yaitu mendapatkan makanan. Santiago tidak kehabisan akal. Karakterisrtik pengaktualisasi diri yang ada dalam dirinya membantunya menemukan cara agar kebutuhan fisiologisnya terpenuhi. Kepercayaan diri yang tinggi, kemampuan melihat peluang pada sebuah toko kristal
yang
pemiliknya
menguasai
bahasa
Spanyol,
kreatifitas
untuk
membersihkan etalase yang kotor membuatnya mendapatkan makanan yang benar-benar ia butuhkan pada saat itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Satu kebutuhan terpenuhi membuat kebutuhan yang lain muncul. Santiago tahu ia harus mendapatkan rasa aman dengan pekerjaan dan tempat tinggal. Maka ia bekerja di toko kristal selama setahun dengan tekun meskipun ia tidak menyukai pekerjaanya itu. Hal ini tidak hanya membuat kebutuhan akan rasa aman pada dirinya terpenuhi, juga secara otomatis ia mendapat penghargaan dengan uang yang ia dapat, kemampuan berdagang kristal, dan kemampaun berbahasa Arab. Pada tahap ini, santiago bisa kembali ke Spanyol dengan kebanggaan, bahkan ia bisa memilih apakah ingin menjadi Gembala atau berdagang kristal. Kedua profesi ini akan membuatnya menjadi orang yang sukses. Namun, pertanda yang selalu mengingatkan akan tujuan awalnya datang ke Afrika terus ada, dan Santiago belum kehilangan kemampuannya membaca pertanda. Pada akhirnya ia sadar bahwa ia harus melakukan perjalanan melintasi gurun karena kesempatan itu sudah ada di depan mata sementara ia bisa menjadi gembala kapan saja. Ia mencoba melakukan sesuatu yang ia inginkan meskipun untuk itu ia harus melalui jalan yang asing dan berbahaya. Tindakan yang tidak mudah ini dibantu oleh karakteristik-kerakteristik pengaktualisasi diri yang telah melekat pada dirinya juga potensi dirinya. Keputusan untuk menantang dirinya, melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya, mengembangkan potensi dirinya, bukan terus berada dalam area nyaman yang biasa ia tekuni, kembali membuat Santiago bergerak pada tahap B-Needs. Santiago adalah individu yang mampu menerima kelebihan dan kekurangan dirinya. Ia sangat percaya diri dengan kemampuannya sebagai gembala dan dengan kemampuan dirinya untuk hidup sendiri sebagai pengelana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Namun, ia juga menerima kecenderungan dirinya untuk tidak sabar, dan berusaha untuk mengendalikannya. Ada kalanya ia menjadi takut dan pesimis, namun setelah merenung dan menguatkan dirinya sendiri melalui usaha menerima dirinya sebagai manusia, ia mampu mengambil keputusan yang tepat. Selain mampu menerima kodratnya sebagai manusia biasa, Santiago juga menerima kodrat orang lain. Kemampuan ini membuatnya memiliki struktur watak yang demokratis, sehingga mampu menerima perbedaan pendapat dengan orang lain, menerima saran dan bimbingan dari orang lain, juga mengakui keunggulan orang lain dari dirinya. Minat sosial yang baik juga dipengaruhi oleh penghargaan Santiago atas orang-orang di sekitarnya. Meskipun bukan orang yang menghabiskan waktu di tengah masyarakat, ia mampu berbuat baik, menghargai dan menolong sesamanya. Pada saat Santiago mencapai B-Love yang memungkinkannya menjadi lebih baik dengan cinta yang ia rasakan pada pasangannya, Santiago harus berperang dengan dirinya sendiri. Hubungan antar pribadi yang mendalam antara dirinya
dan
Fatima,
membuatnya
harus
menghapuskan
egonya,
yang
menghendaki untuk segera menikahi Fatima dan hidup makmur sebagai penasihat oasis, sehingga melupakan harta yang menunggunya di Mesir. Penerimaan Santiago yang baik atas dirinya membuatnya sangat menyukai keindahan. Nilai estetika dalam dirinya tidak jarang bangkit begitu melihat sesuatu yang menurutnya indah. Meskipun kemampuan ini membuat perhatiannya teralih sehingga mengalami kemalangan, pada saat tertipu di pasar, kemampuan ini membantunya saat mengetahui bahwa etalase kristal yang bersih, ditata dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
baik, dan dipajang di luar toko akan menarik pembeli. Nilai estetika dan kreatifitas dalam dirinya mampu ide-ide cemerlang untuk memajukan toko kristal tempatnya bekerja, termasuk menjual teh jahe dalam gelas kristal. Santiago juga memiliki hasrat untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Hasrat ini muncul pada saat ia mengalami mimpi yang sama kemudian mencari tahu artinya melalui wanita Gipsi peramal mimpi. Selain itu Santiago juga sangat tertarik dengan kemampuan kerja para alkemis, yang ia tunjukkan dengan membaca buku-buku tentang alkemi, bahkan sampai memiliki keinginan untuk mampu mengubah logam menjadi emas seperti yang mereka lakukan. Pada saat Fatima menghendaki Santiago terus mengejar hartanya, dan meninggalkan wanita yang ia cintai itu di gurun, Santiago juga mencari tahu jawabnya melalui gurun. Hasrat untuk mengetahui dan memahami yang tumbuh dalam diri Santiago dapat dipuaskan didukung oleh BCognition yang baik dalam dirinya. Kemampuan ini membuatnya mampu mengamati realitas secara efisien, memiliki penalaran yang baik, dan membuat kesimpulan yang tepat, bahkan untuk hal yang paling tidak dikenal sekalipun. Santiago beberapa kali hampir kehilangan nyawanya dalam perjalanan mengaktualisasikan dirinya. Sebagai manusia biasa ia mengalami ketakutan saat berhadapan dengan situasi itu. Namun, ia mampu melewati semuanya dengan baik. Kemampuan ini didasari oleh sikap pasrahnya ketika menghadapi maut. Santiago yakin bahwa apa yang ia lakukan demi sesuatu yang benar sehingga jika harus ditebus dengan nyawanya ia tidak menyesal. Keyakinan ini yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membuatnya mampu terus berjuang dan mengambil resiko, termasuk nyawanya sendiri. Santiago memiliki sifat sebagai orang yang individualis, namun juga peduli dengan lingkungan sosialnya. Pada saat ia membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri, ia akan sangat terganggu dengan kehadiran orang lain, namun ia masih memiliki tata krama sehingga tidak begitu saja bertindak kasar untuk menunjukkan ketidaksukaannya. Kepedulian terhadap lingkungan sosialnya yang bahkan baru tampak saat ia menyelamatka oasis dari serangan suku yang sedang berperang. Ia mampu menjadi orang yang beradaptasi dengan lingkungannya tanpa kehilangan identitas dirinya yang menyukai kesunyian. Bentuk adaptasi yang juga dilakukan Santiago dapat dilihat dari kemauannya belajar bahasa Arab, mengenakan pakaian Arab, menghormati adat-istiadat di sana, meskipun sekali waktu ia pernah melanggarnya untuk menemui Fatima di malam hari. Tindakan yang mengarah pada resistensi terhadap inkulturasi ini dapat terjadi karena pada ia berada pada tahap B-Love, yang memungkinkannya melakukan tindakan yang akan menguatkan dirinya untuk mengaktualisasikan diri. Kemampuan Santiago untuk mengubah dirinya menjadi angin merupakan puncak dari pengalaman mistik yang selama ini ia alami. Penguasaan BLanguange yang memungkinkannya berkomunikasi dengan semua ciptaan Tuhan mengantarnya pada Jiwa Buana yang tidak lain penggerak kehidupan di dunia. Pada saat Santiago mampu memaknai apa tujuan dari penciptaan dunia dan isinya termasuk manusia, ia mampu mengalami keadaan melampaui dirinya sendiri. Ia menjadi satu dengan Tuhan sehingga mampu merasakan kehadiran Tuhan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dirinya. Keyakinan ini membuat Santiago sadar sebagai manusia biasa ia mampu melakukan keajaiban-keajaiban.
D. Kritik Terhadap Teori Maslow Maslow menyatakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri biasanya berumur enam puluh tahun atau lebih karena sudah sampai pada kematangan diri dan statis (Maslow dalam Goble, 1987). Usia Santiago sebagai subyek dalam penelitian ini memang tidak disebutkan dengan jelas, namun dari cerita yang ditampilkan dapat diambil kesimpulan usianya belum enam puluh tahun, melainkan masih dalam usia muda. Santiago telah mengaktualisasikan dirinya dalam usia yang muda. Keberhasilan ini terjadi karena ia telah mengetahui apa yang ia inginkan dari saat ia anak-anak dan terus memperjuangkannya. Santiago muda mengenal dirinya sendiri dengan baik, apa cita-citanya, dan potensi-potensi diri yang mendukung cita-citanya tersebut. Selain itu Santiago melakukan tindakan nyata untuk mewujudkan mimpinya, meskipun itu berarti ia meninggalkan orangtuanya, hidup sendiri di alam, kelaparan di negeri asing, berkelana di gurun yang kejam, dan beberapa kali hampir kehilangan nyawanya. Apa yang membuat Santiago berhasil mewujudkan cita-citanya dalam usia muda adalah ia selalu tahu apa yang ia inginkan dan hanya melakukan apa yang benarbenar sesuai dengan keinginannya dalam hidupnya. Ia memiliki otonomi diri yang tinggi, kebutuhan independensi yang juga tinggi, dan fokus pada apa yang sedang ia lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maslow memandang aktualisasi diri sebagai keadaan akhir, bukan sebagai suatu proses dinamis yang terus aktif sepanjang hidup (Maslow dalam Goble, 1987), dengan kata lain bahwa jika sudah sampai pada aktulisasi dirinya individu akan tetap berada di situ dan tidak berkembang lagi. Aktualisasi diri adalah sebuah kebutuhan hidup manusia yang berada dalam tahap B-Needs, dimana individu melakukannya untuk memenuhi potensi diri dan mengembangkannya. Pada saat Santiago memutuskan untuk menjadi gembala karena ia tahu profesi itu sesuai dengan keinginannya dan dengan menjadi gembala ia akan berkembang, pada tahap itu Santiago sudah mengaktualisasikan dirinya. Menjadi gembala berarti mengembangkan kemampuan dirinya, membuat dirinya bahagia, dan ini juga berarti Santiago sudah berada dalam tahap B-Needs. Namun, hidup terus berjalan, akan ada motivasi baru, tantangan baru yang tidak akan berhenti memberi sinyal untuk segera diwujudkan. Mimpi berulang mengenai harta terpendam di Mesir adalah motivasi Santiago untuk kembali mengaktualisasikan dirinya ke tingkat yang lebih tinggi. Tantangan baru dengan tingkat kesulitan yang lebih akan terus ada dan menggoda untuk diaktualisasikan. Tentu saja semua tantangan itu tidak akan melebihi potensi individu yang bersangkutan untuk melakukannya. Oleh karena itu akan selalu ada aktualisasi diri yang menanti dalam hidup manusia, meskipun sebelumnya ia telah mencapai tahap itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1.
Pencapaian aktualisasi diri Santiago dapat terjadi karena ia berani melakukan progression choice, yaitu meninggalkan kemapanan yang ia dapat dari pekerjaannya sebagai gembala. Pada saat ia menjadi gembala, Santiago sudah berada dalam tahap B-Needs, karena ia melakukannya atas dasar metamotivation. Pada saat ia memutuskan mengikuti ramalan mimpi untuk melakukan perjalanan ke Mesir, ia harus menjual domba-dombanya dan pergi ke daerah yang asing. Mimpi yang ia alami adalah motivasi yang mendorongnya melakukan perjalanan yang mengantarnya ke perwujudan aktualisasi diri. Santiago keluar dari zona aman yang selama ini ia tempati, meskipun menjadi gembala sudah merupakan perjuangan tersendiri bagi dirinya karena menentang keinginan orangtuanya. Selain berani melakukan progression choice, Santiago mampu bertahan pada saat ia mengalami perubahan drastis dari B-Needs ke D-Needs. Ia mampu bertahan, kembali memenuhi tiap kebutuhan dalam D-Needs secara bertahap sampai pada akhirnya
harus
memutuskan
apakah
akan
kembali
berjuang
mengaktualisasikan dirinya atau tidak. Keputusan ini sangat berat karena dengan materi yang ia dapat dari bekerja setahun di toko kristal ia bisa kembali menjadi gembala dengan kawanan domba yang lebih banyak atau pedagang kristal yang sukses di Spanyol. Keputusan untuk kembali mengaktualisasikan diri adalah sebuah progression choice, keputusan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kembali berjuang, keluar dari area amannya untuk mengembangkan potensi dan keinginan dalam dirinya. Santiago berani memilih kembali berjuang daripada menikmati kemapanan yang sudah ia dapat. 2.
Karakteristik-karakteristik pengaktualisasi diri sudah muncul pada saat Santiago memutuskan untuk menjadi gembala. Karakteristik-karakteristik tersebut
adalah
berfungsi
secara otonom,
kebutuhan
privasi
dan
independensi, apresiasi yang senantiasa segar, pengalaman mistik, dan resistensi
terhadap
inkulturasi.
Munculnya
karakteristik-karakteristik
pengaktualisasi diri pada tahap ini menunjukkan bahwa karakteristik pengaktualisasi diri adalah bagian dari dalam diri Santiago, dan sudah ada sebelum ia menemukan harta terpendamnya di Mesir. Dari keseluruhan karakteristik pengaktualisasi diri pengalaman mistiklah yang mendukung Santiago untuk menemukan hartanya karena memungkinkannya untuk menguasai B-Languange dan memaknai simbol. Karakteristik-karakteristik pengaktualisasi diri tidak berdiri sendiri-sendiri melainkan saling terkait antara satu dengan yang lain. Pengalaman mistik Santiago didukung oleh apresiasinya yang senantiasa segar dan penghargaannya terhadap alam. Santiago adalah seorang individualis, namun ia belajar bahwa dalam usaha mengaktualisasikan dirinya, ia dibantu oleh banyak orang, mulai dari wanita Gipsi, Melchizedek, pedagang kristal, ahli kimia Inggris, Fatima, dan sang alkemis. Ia belajar untuk menerima keunggulan orang lain, menerima perbedaan pendapat dan cara fikir dengan mereka, dan menerima masukan dari mereka. Minat sosial yang mulai muncul dalam diri Santiago ini tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membuatnya kehilangan idividualitasnya. Pada saat kebutuhan aktualisasi diri turun sampai pada kebutuhan fisiologis, Santiago tidak kehilangan karakteristik pengaktualisasi diri. Karakteristik-karakteristik ini justru membantunya untuk kembali memenuhi kebutuhan yang telah hilang. Berdasarkan jumlah dan intensitas pengalaman mistik yang dialami oleh Santiago, ia termasuk dalam Peakers yang hidup dalam B-Living. Hal ini didasari oleh Santiago yang dekat dengan kehidupan agama, peka terhadap keindahan, dan sering mengalami pengalaman mistik yang bersifat pribadi. Tidak semua karakteristik pengaktualisasi diri muncul dalam diri Santiago, yaitu humor yang filosofis. Hal ini dilatarbelakangi oleh sifat Santiago yang penyendiri, jarang bergaul dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
B. Saran 1.
Novel adalah sebuah produk sastra yang diminati banyak orang. Diharapkan para penulis mampu menghasilkan karya yang mendorong pembacanya untuk berjuang meraih apa yang diinginkan dan menjadi lebih baik, tentu saja dengan alur cerita, gaya bahasa, dan tema yang berbeda.
2.
Bagi para peneliti selanjutnya diharapkan menguasai materi dan teori yang digunakan sebelum melakukan penelitian sehingga hasil yang didapat sesuai dengan tujuan awal penelitian.
3.
Bagi para penikmat karya sastra khususnya novel Sang Alkemis, diharapkan mampu menyadari bahwa novel adalah cerminan kehidupan nyata, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bukanlah tidak mungkin jika keberhasilan dan kebahagiaan yang dialami oleh tokoh di dalamnya juga bisa dialami oleh pembacanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Daftar Pustaka Anggraeni, Diah Helena. (2004). The Influence of Minor Characters on Santiago’s Personality Development in Paulo Coelho’s The Alchemist. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Boeree, George. (2006). Personality theories, Abraham Maslow 1908-1970. Diakses pada 2 Oktober 2006 dari http://www.ship.edu/%7Ecgboeree/maslow.html Chaplin, JP. (2002). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Coelho, Paulo. (2004). Sang Alkemis. Jakarta : AlvaBet. Crapps W, Robert. (1993). Dialog psikologi dan agama sejak William James hingga Gordon W Allport. Yogyakarta : Kanisius. Critical acclaims and critisims. (2006). Diakses pada 3 Oktober 2006 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Paulo_Coelho Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi peneliti kualitatif. Ancangan metodologi, presentasi, dan publikasi hasil penelitian untuk mahasiswa dan peneliti pemula bidang ilmu-ilmu sosial, pendidikan, dan humaniora. Bandung : Penerbit Pustaka Setia. Goble, Frank G. (1987). Mazhab ketiga. Psikologi humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta : Kanisius. Handoko, Martin. (1992). Motivasi daya penggerak tingkah laku. Yogyakarta : Kanisius. Hardjana, Andre. (1981). Kritik sastra: sebuah pengantar. Jakarta : PT Gramedia. Koeswara, E. (1989). Motivasi, teori dan penelitiannya. Bandung : Penerbit Angkasa. Martin, Patricia. (2002). Paulo Coelho’s biography. Diakses pada 2 Oktober 2006 dari http://www.paulocoelho.com/rume/bio.shtml Maslow, Abraham H. (1968). Toward a psychology of being. New York : Van Nostrand Reinhold Company. Maslow, Abraham H. (1969). The healthy personality readings. New York : Van Nostrand Reinhold Company.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Maslow, Abraham H. (1971). The farther reachers of human nature. New York : Penguin Books. Maslow, Abraham H. (1984). Motivasi dan kepribadian. Teori motivasi dengan ancangan hirarki kebutuhan manusia. Jakarta : PT. Gramedia. Miles, M.B. dan Huberman, A.M. (1992). Analisis data kualitatif. Buku sumber tentang metode-metode baru. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UIPress). Misiak, H. dan Sexton, V.S. (1988). Psikologi fenomenologi eksistensial dan humanistik. Bandung : PT. Eresco. Moleong, L.J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif. Edisi revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Paulo
Coelho’s titles. (2006). Diakses pada 28 http://www.santjordi-asociados.com/titles.html
Agustus
2006
dari
Poerwandari, Kristi. (2001). Pendekatan kualitatif dalam psikologi. Jakarta : UI. Pradopo, Rachmat Djoko. (1994). Prinsip-prinsip kritik sastra. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Recent
interviews. (2004). Diakses pada 3 http://www.paulocoelho.com/rume/bio.shtml
Oktober
2006
dari
Strauss, A. dan Corbin, J. (2003). Dasar-dasar penelitian kualitatif. Tatalangkah dan teknik-teknik teoritisasi data. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sari, Rintha Helena. (2004). A psychological study of Santiago in Coelho’s The Alchemist: Logic in relation with intelligence and learning as a part of human development. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Satyadharma, Yudhistira. (2003). The meaning of hope as the philosophical teaching ini Paulo Coelho’s The Alchemist. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Shultz, Duane. (1991). Psikologi pertumbuhan. Model-model kepribadian sehat. Yogyakarta : Kanisius Sumardjo, Jakob. (1984). Memahami kesusastraan. Bandung : Penerbit Alumni.