33 Jurnal Wahana-Bio Volume I Juni 2009
ABSTRAK INVENTARISASI JENIS ULAR DI DESA KELILING BENTENG ILIR KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR Oleh : Chandra Wiguna, Dharmono, Kaspul
Hampir di seluruh permukaan bumi, dapat ditemukan beragam spesies ular, begitu juga di Indonesia khususnya Kalimantan Selatan. Beberapa spesies ular tersebut, sebagian diantaranya masih belum banyak informasi yang secara ilmiah membahas mengenai ular tersebut, sebagian besar informasi hanya berdasarkan pada pengetahuan-pengetahuan lokal saja dan yang lebih mengkhawatirkan ada sebagian orang yang beranggapan bahwa semua spesies ular berbahaya dan harus dibunuh. Anggapan tersebut turut berpengaruh dan menjadikan kebanyakan orang merasa tidak suka dan takut kepada ular. Meskipun ketakutan itu kurang beralasan, atau lebih disebabkan hanya karena kurangnya informasi yang didapatkan masyarakat mengenai sifat dan bahaya yang ditimbulkan ular. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Daerah Desa Keliling Benteng Ilir Kecamatan Sungai Tabuk kabupaten Banjar ditemukan 4 familia yang berbeda yaitu familia Viperidae dengan Subfamilia Crotalinae yaitu spesies Agrikistrodon rodostomata (Ular tanah), Familia Colubridae dengan Subfamilia Colubrinae dan genusnya Dendrelaphis yaitu dari spesies Dendrelaphis pictus (Ular tadung hari) dan dari genus Enhydris yaitu spesies Enhydris enhydris (Ular air pelangi) dan Enhydris plumbea (Ular air) yang ketiga adalah dari familia Elapidae, subfamilianya Elapinae yaitu dari spesies Naja naja sputatrix (Ular senduk) serta dari familia Phytonidae dari spesies Python breitensteini (Ular Sanca tutul). Kata Kunci : Inventarisasi, Jenis Ular, Desa Keliling Benteng Ilir
34 Jurnal Wahana-Bio Volume I Juni 2009
PENDAHULUAN Dunia hewan terbagi dalam dua subphylum yaitu subphylum hewan tidak bertulang belakang (avertebrata) dan subphylum hewan bertulang belakang (vertebrata) . Pada hewan bertulang belakang terbagi lagi kedalam lima clasis hewan yaitu clasisi Aves (Burung), Pisces (ikan), Reptil (melata), Amphibi (hidup dua alam) dan Mamalia (menyusui). Khususnya pada hewan kelompok reptil keadaaan lingkungan tempat hewan itu tinggal sangat mempengaruhi terhadap hewan tersebut, kebanyakan hewan kelas ini berdarah dingin di mana habitatnya dapat ditemui hampir di seluruh daerah kecuali pada daerah kutub (Wildan ,1987). Menurut Messer (1971) dalam Setiati (1992) semua spesies hewan dari Subordo Serpentes atau Ophidia merupakan bagian dari ordo squamata yang meliputi semua spesies ular. Sementara itu Anonima (2007) mengatakan ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Ular dapat ditemukan di gunung, hutan,
gurun,
dataran
rendah,
lahan
pertanian,
lingkungan
pemukiman, sampai ke lautan. Banyak juga spesies ular yang hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah dan tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi-akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan laut. Banyak tidaknya spesies ular yang mendiami suatu habitat tergantung atas lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan merupakan totalitas beraneka faktor abiotik (ruang, cuaca dan iklim) dan biotik (hewan lain, sesama spesies, berlainan spesies, tumbuhan dan mikroba) yang terdapat di sekitar hewan itu
(Manurung, 1995).
Ular telah ratusan atau ribuan tahun dieksploitasi dan dimanfaatkan oleh manusia. Ular kobra misalnya
digunakan dalam pertunjukan-
pertunjukan keberanian. Empedu, darah dan daging beberapa spesies ular dianggap sebagai obat berkhasiat tinggi. Sementara itu kulit beberapa spesies ular memiliki nilai yang tinggi sebagai bahan
35 Jurnal Wahana-Bio Volume I Juni 2009
perhiasan, sepatu dan tas, terutama kulit ular sanca, ular karung, dan ular anakonda. Sebagian ular merupakan salah satu predator bagi tikus hingga turut serta berperan dalam mengontrol populasi hama tikus di sawah-sawah dan kebun, jadi dalam ekosisitem ular memberi andil yang besar terhadap keseimbangan ekosistem tersebut dan juga menambah kekayaan keanekaragaman. (Anonima , 2007). Hampir di seluruh permukaan bumi, dapat ditemukan beragam spesies ular, begitu juga di Indonesia khususnya Kalimantan Selatan. Beberapa spesies ular tersebut, sebagian diantaranya masih belum banyak informasi yang secara ilmiah membahas mengenai ular tersebut,
sebagian
besar
informasi
hanya
berdasarkan
pada
pengetahuan-pengetahuan lokal saja dan yang lebih mengkhawatirkan ada sebagian orang yang beranggapan bahwa semua spesies ular berbahaya dan harus dibunuh. Anggapan tersebut turut berpengaruh dan menjadikan kebanyakan orang merasa tidak suka dan takut kepada ular. Meskipun ketakutan itu kurang beralasan, atau lebih disebabkan hanya karena kurangnya informasi yang didapatkan masyarakat mengenai sifat dan bahaya yang ditimbulkan ular. Desa Keliling Benteng Ilir adalah desa yang memiliki luas 900 ha yang merupakan kawasan persawahan, aliran sungai dan rawa, sehingga sangat mendukung baik dari segi fisik maupun ketersediaan makanan bagi ular untuk melangsungkan kehidupannya. Hal tersebut senada dengan informasi masyarakat setempat yang menyatakan beberapa spesies ular sering ditemukan di persawahan dan di sekitar pemukiman mereka. Akan tetapi saat ini keberadaan ular di daerah Keliling Benteng Ilir menurut informasi masyarakat setempat berkurang dari tahun-tahun sebelumnya yang disebabkan beberapa faktor misalnya seperti kawasan pemukiman penduduk yang semakin luas, sehingga keberadaan habitat ular semakin berkurang, selain itu adanya perburuan-perburuan liar yang tidak terkontrol yang dapat
36 Jurnal Wahana-Bio Volume I Juni 2009
mengakibatkan berkurangnya populasi atau bahkan spesies ular yang ditemukan . Berdasarkan uraian di atas, maka hal ini merupakan kewajiban bagi kita untuk menggali lebih
dalam potensi keanekaragaman
terutama yang menyangkut ular
yang masih tersimpan tersebut.
Selain itu penelitian-penelitian tentang ular khususnya di program studi pendidikan Biologi Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan belum pernah dilakukan.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode diskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti yang dimaksudkan untuk menggambarkan “apa adanya” tentang suatu gejala atau keadaan tetapi tidak dimaksudkan untuk
menguji
suatu
hipotesis
(Arikunto,
1998),
dengan
teknik
pengambilan sampel secara jelajah. Teknik jelajah dalam penelitian ini adalah teknik pencarian sampel di keseluruhan kawasan dan pencarian lebih diutamakan pada kawasan-kawasan yang berpotensi dimana ular tersebut hidup. Ular ditangkap langsung menggunakan alat berupa tongkat dan serapang yang telah dimodifikasi atau dengan cara yang dimungkinkan, pencarian ini dibantu delapan orang pawang tradisional dan masyarakat satempat. Data yang diperoleh dianalisa secara deskriftif dengan melihat isian tabel pengamatan, foto, dan hasil validasi menggunakan pustaka. Untuk menguatkan data identifikasi maka hasil identifikasi divalidasi oleh ahli atau pawang ular.
37 Jurnal Wahana-Bio Volume I Juni 2009
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan hasil identifikasi, spesies ular yang terdapat di kawasan desa Keliling Benteng Ilir kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar ada 6 spesies ular yaitu : Agrikistrodon rodostomata (Ular Tanah), Dendrelaphis pictus, dan Naja-naja sputatrix (Ular Kobra). Enhydris enhydris (ular air pelangi), Python breitensteini (Ular sanca tutul),dan Enhydris plumbea (ular air). Tabel 1. Daftar spesies ular yang ditemukan pada desa Keliling Benteng Ilir No
Famili
1. 2.
Viperidae Colubridae
3. 4.
Elapidea Pythonidae
Genus Agrikistrodo n Dendrelaphi s Enhydris Naja Python
Spesies Agrikistrodon rodostomata Dendrelaphis pictus Enhydris enhydris Enhydris plumbea Naja-naja sputatrix Python breitensteini
Nama Indonesia (Daerah*) Ular tanah Ular tadung hari* Ular air pelangi Ular air Ular senduk Ular Sanca tutul
Di temukan di... Sawah Semak Sungai Sungai Semak Serasah
Pembahasan Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat spesies ular yang dapat hidup dan berkembang baik di daerah rawa dan persawahan seperti di desa Keliling Benteng Ilir adalah spesies dari famili Colubrudiae dimana didapatkan tiga Spesies ular dari famili ini yaitu Dendrelaphis pictus ular ini biasanya hidup merayap-rayap atau melata diatas rerumputan atau batang-batang semak kecil yang ada di sekitar persawahan, menurut anonimr (1986) kebanyakan yang menjadi mangsa ular spesies ini adalah amphibiamphibi kecil dengan kebanyakan waktu berburu pada malam hari, ular ini tidak mempunyai bisa racun yang berbahaya hingga ular ini tidak termasuk kedalam ular yang berbahaya. Sedangkan dua spesies lainnya adalah Enhydris enhydris dan Enhydris plumbea merupakan satu genus Enhydris, kedua spesies ular ini ditemukan di sungai, menurut anonimo (2006) spesies ular dari genus Enhydris memang paling banyak dijumpai di drainase-drainase dan
38 Jurnal Wahana-Bio Volume I Juni 2009
kawasan perairan kalimantan. Semua ular dari genus Enhydris termasuk kedua spesies yang ditemukan di desa Keliling Benteng Ilir ini tidak termasuk ular yang berbahaya karena kedua ular ini tidak memiliki bisa racun yang membahayakan, pada gigi taringnya hanya akan keluar sekret yang berfungsi untuk memudahkannya menelan mangsanya seperti ikanikan kecil dan amphibi kecil, ular ini termasuk Ovivivar karena telur ular ini akan menetas dalam perut induknya (anonimr .1986). Selain itu ada juga ular yang didapatkan dari famili Viveridae yaitu Spesies Agrikistrodon rodostomata atau ular tanah spesies ular ini memang sangat suka tinggal di daerah-daerah persawahan dan mendiami liang-liang dalam tanah, menurut penjelasan anonimr (1986) spesies ular ini bersifat pasif mereka hanya diam saja di dalam sarang sambil menunggu mangsanya datang, jika mangsanya seperti hewan kadal dan mamalia-mamalia kecil memungkinkan untuk diserang maka ular ini akan segera menyerang mangsanya dengan menggigitnya dan menyuntikkan racun bisanya kedalam tubuh mangsanya, kemudian mangsanya tersebut dilepaskan kembali dan jika mengsanya sudah benar-benar mati maka ular ini baru mencari mangsanya tersebut dengan cara lidahnya dikeluarkan keluar untuk menangkap molekul-molekul bau di udara, dan mengujinya dengan menarik lidahnya kedalam lalu ujung lidahnya di tempelkan keatas langit-langit tempat pengecap rasa. Spesies ular tanah ini termasuk ular yang berbahaya karena bisanya mengadung racun haemotoksin yang bisa menyebabkan pendarahan, ada pun tanda-tanda jika terkena gigitan ular tanah yaitu akan terasa sangat sakit di daerah bekas gigitan selama kurang lebih lima menit, setelah setengah jam maka sekitar daerah bekas gigitan tadi akan berubah warna kebiru-biruan dan bengkak, karena racun ular ini dapat menyebabkan darah tidak membeku maka pendarahan akan terus terjadi di bekas gigitan tadi selain itu pendarahan juga bisa terjadi pada gusi, usus, dan saluran kencing disertai pembengkakan dilengan dan lutut bagian atas (Ahmad, 2007).
39 Jurnal Wahana-Bio Volume I Juni 2009
Begitu juga dengan ular yang didapatkan dari famili Elapidae, genus Naja dari spesies Naja naja sputatrix, ular yang sering disebut dengan ular senduk atau kobra ini penyebarannya memang luas dan mereka sangat suka tinggal dikawasan semak-semak ditepian sawah (Anonimj 2007). Ular kobra yang didapatkan di daerah desa Keliling Benteng Ilir ini termasuk ular yang aktif mencari mangsanya pada malam hari, ular ini akan mengembangkan tudungnya apabila ia terkejut atau terdesak dan akan menyerang apabila di dekati, kebanyakan hewan yang menjadi mangsanya adalah hewan-hewan rodensia (hewan pengerat) seperti tikus dan kadang-kadang ular ini juga bisa memangsa unggas seperti burung dan telornya, bisa juga kadal, ular-ular lainnya, ikan dan ampibi bahkan belalang pun bisa menjadi mangsa dari ular spesies kobra ini (Anonim, 1986). Berdasarkan keterangan Ahmad (2007) spesies ular kobra ini memiliki bisa racun yang sangat berbahaya, bisanya mengandung racun neurotoksin yang dapat menyerang pada sistem saraf, apabila terkena gigitan ular ini maka akan terasa sangat sakit dibekas gigitan taringnya tersebut, rasa sakit ini akan terasa kurang lebih setengah jam, dan dalam satu jam bekas gigitan tadi akan membengkak, maka badan akan terasa lemah, mengantuk, banyak mengeluarkan kerinagt dan pandangan menjadi kabur, selain itu pengeluaran air liur juga berlebih disertai penurunan tekanan darah, jika tidak segera ditanggulangi maka akan terjadi lumpuh pada otot-otot muka, bibir, lidah dan saluran pernafasan yang bisa menyebabkan komplikasi kardiovaskuler dan hipotensi. Ada juga spesies ular dari famili Phytonidae yang didapatkan di dalam Serasah pohon tua yang sudah tumbang yaitu dari spesies Python breitensteini atau ular sanca tutul menurut Murphy and Henderson (1997) dalam Anonimf (2007) spesies sanca tutul ini menyebar di hutan-hutan Asia Tenggara. Mulai dari Kepulan Nikobar, Burma hingga ke Indochina; ke
selatan
melewati
Semenanjung
Malaya
hingga
ke
Sumatra,
Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara (hingga Timor), Sulawesi; dan ke utara
40 Jurnal Wahana-Bio Volume I Juni 2009
hingga Filipina. Tidak terkecuali daerah Kalimantan Selatan karena menurut anonimm (2007) daerah penyebarannya yang paling banyak di temukan spesies ini adalah di daerah Kalimantan termasuk Kalimantan Selatan. Dapat terlihat juga tempat ditemukannya spesies-spesies ular tersebut berbeda-beda ada yang ditemukan di kawasan peraiaran dan ada yang ditemukan dikawasan darat. Spesies ular yang ditemukan di daerah perairan ada dua yaitu dari spesies Enhydris enhydris (Ular air pelangi) dan Enhydris plumbea (Ular air), spesies ular yang ditemukan di daerah perairan menunjukkan ciri morfologi yang berbeda dengan ular yang ditemukan di darat, misalnya saja bentuk ujung ekor lebih pipih dan tubuhnya agak berlendir , menurut anonimrr (1986) hal ini disebabkan adaptasi morfologi dari ular tersebut untuk mempermudah pergerekannya di dalam air, menurut Budi (2007) spesies ular yang habitatanya dikawasan perairan tawar misalnya seperti sungai umumnya tidak termasuk ular yang berbahaya atau frekuensi bisanya tidak mematikan. Berbeda dengan ular yang di temukan di darat misalkan saja ular tanah dan ular senduk bentuk sisiknya lebih kasar dengan bentuk ekor lebih runcing dan tergolong spesies ular yang membahayakan karena bisanya mengandung racun yang dapat mematikan. Terlihat dari hasil identifikasi spesies-spesies ular yang mampu berkembang baik sesuai dengan tekstur geografis kawasan dan keadaan faktor kimia fisika lingkungan didesa Keliling Benteng Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar yaitu Famili Colubruniae yang terdiri dari dua genus, genus Dendrelaphis spesies yang ditemukan yaitu Dendrelaphis pictus sedangkan genus Enhydris spesies yang ditemukan Enhydris enhydris dan Enhydris plumbea, ada juga spesies yular yang ditemukan dari famili Viveridae yaitu spesies Agrikistrodon rodostomata, selain itu ada juga spesies lain yang ditemukan dari famili Elapinae dari genus Naja yaitu spesies Naja naja sputatrix dan dari suku Phytonidae genus Phyton dari spesies Python breitensteini.
41 Jurnal Wahana-Bio Volume I Juni 2009
KESIMPULAN Berdasarkan hasil identifikasi, spesies ular yang terdapat di kawasan desa Keliling Benteng Ilir kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar ada 6 spesies ular yaitu : Agrikistrodon rodostomata (Ular Tanah), Dendrelaphis pictus, dan Naja-naja sputatrix (Ular Kobra). Enhydris enhydris (ular air pelangi), Python breitensteini (Ular sanca tutul),dan Enhydris plumbea (ular air).
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Rusman. 2007. Mengenal Ular-Ular Berbisa. Pusat Racun Negara. Malaysia Anonima. 2007. ( www.Wikipedia Indonesia.com,2007 : Wawancara Majalah Rona dengan Drs. Boedi, biolog lulusan Akademi Biologi Ciawi tahun 1959. Majalah Rona volume II. no. 08 - hal. 83. Agustus 1988 ). Di akses : 12 Agustus 2007. Bellairs, A.d’A and C. Barry. 1976. Morphology and Biology of Reptiles. New York Budi, 2007. http://arachnophiliac.info/burrow/snakestar.htm. diakses : 27 Oktober 2007, 22 September 2007, 12 Desenber 2007. De Vogel, 1987, Manual of Herbarium of Taxonomy ( Theory and Practice), UNESCO, Jakarta Hamzah, 2007. http://www.jphpk.gov.my/Malay/Ogos03%2010.htm. Diakses : 27 Oktober 2007 Iqbal, 2007. http://bio-um.blogspot.com/2007/04/. Diakses : 27 Oktober 2007 Manurung, Binari. 1995. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Jurusan Pendidikan Biologi. Institut Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Medan Setiati, Ning. 1992. Kajian Anatomi Gigi Dan Kelenjar Labial Atas Ular Picung ( Natrix subminiata ) untuk memastikan Kedudukan Taksonominya. Tesis program S2 UGM, Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Sutoyo, S.U. Susilo Handari. 1987. Anatomi Hewan. Karunika, Jakarta Suhono, Budi.1986. Mengenal Ular Berbisa di Indonesia. Tjipta Jaya. Surabaya