1
Analisa Unsafe Behaviour pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi di CV. Wahana Cipta (Studi Kasus : Pembangunan Dermaga Multipurpose PT. Gresik Jasatama) Miftakhul Khoiri, Sri Gunani Pratiwi, Anny Maryani. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected] ABSTRAK Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang merugikan, bukan hanya berdampak kepada korban saja namun juga berdampak kepada perusahaan. Dengan terjadinya kecelakaan kerja otomatis perusahaan kehilangan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun peralatan yang dimiliki, menyebabkan terhentinya proses produksi dan dapat menimbulkan kesan buruk terhadap konsumen. Bidang jasa konstruksi memiliki resiko yang besar akan kecelakaan kerja, karena pekerjaan yang dilakukan berhubungan dengan alat berat, pekerjaan dengan alat berbahaya, polusi udara dan polusi suara dan pekerjaan dalam ketinggian. Penelitian ini diawali dengan pengamatan kondisi eksisting dari pekerja lepas yang digunakan dalam proses pembangunan kontruksi dermaga. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data perilaku tidak aman pekerja (unsafe behaviour) melalui penyebaran kuesioner, wawancara dan pengamatan. Setelah diketahui faktornya, maka dilanjutkan dengan pengolahan menggunakan RCA (Root Cause Analysis) untuk mendeteksi penyebabnya. Setelah diketahui penyebabnya dilanjutkan dengan perangkingan menggunakan FMECA (Failure Mode, Effect and Criticality Analysis) untuk mendapatkkan tingkat kekritisan dari penyebab perilaku tidak aman pekerja. Unsafe behavior yang ditemukan meliputi tidak digunakannya APD, penempatan peralatan kerja sembarangan,merokok di lingkungan kerja, bahkan ada yang sengaja menceburkan diri ke laut karena kepanasan. Poin paling penting dari unsafe behavior tersebut adalah kelalaian saat bekerja dengan terburu-buru yang memiliki nilai RPN 160, tingkat kekritisan 5 dengan nilai kepelikan 8, rekomendasi untuk poin tersebut adalah memberikan pemahaman prosedur kerja dan rotasi pekerjaan.
Kata Kunci : Failure Mode, Effect and Criticality Analysis (FMECA), Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Proyek Konstruksi Dermaga, Root Cause Analysis (RCA).
I. PENDAHULUAN ertumbuhan penduduk yang cenderung meningkat tiap tahunnya (berdasarkan data sensus penduduk oleh BPS) berdampak pada peningkatan permintaan aspek-aspek penunjang kehidupan yang meliputi pekerjaan, konsumsi barang pelengkap, konsumsi bahan makanan dan kebutuhan tempat tinggal. Hal-hal tersebut memiliki dampak yang signifikan pada sektor bisnis (jasa dan manufaktur). Pada sektor manufaktur pemenuhan permintaan tersebut bisa direspon dari peningkatan jumlah produksi, sedangkan pada sektor jasa peningkatan permintaan tersebut direspon dari perbaikan dan peningkatan pelayanan terhadap konsumen. Namun semua peningkatan tersebut tidak akan tercapai jika tidak diiringi dengan peningkatan kesadaran akan keamanan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kecelakaan kerja dapat menghambat pemenuhan permintaan yang mengakibatkan keluarnya biaya lebih untuk kompensasi kesehatan pekerja yang celaka ataupun penggantian peralatan yang terkena dampak dari kecelakaan tersebut. Dari tabel 1.1 diketahui jumlah kecelakaan kerja di Indonesia cenderung meningkat tiap tahunnya.
P
Tabel 1.1 Data Kasus Kecelakaan Kerja 2008-2012 Periode Jumlah Kasus Tahun Kecelakaan Kerja 2008 94.736 2009 96.314 2010 98.711 2011 99.491 2012 103.074 Sumber : Jamsostek, 2012 Bidang konstruksi yang merupakan sektor bisnis jasa memiliki andil besar untuk merespon peningkatan permintaan ini. Mulai dari pembangunan lini produksi baru, pembangunan gedung untuk perkantoran ataupun pemasaran, pembanguan fasilitas umum dan pembuatan tempat tinggal. Akan tetapi, dalam Maryani (2012) disebutkan bahwa Konstruksi menempati posisi pertama berkaitan dengan prosentase terjadinya kecelakaan kerja seperti terlihat pada Tabel 1.2. disebutkan bahwa 32% dari total kecelakaan kerja yang terjadi pada bidang konstruksi.
2
Tabel 1.2 Kecelakaan Kerja Bedasarkan Sektor Bisnis No. Sektor Data 1. Konstruksi 32% 2. Industri 31,6% 3. Tranportasi 9,3% 4. Kehutanan 3,8% 5. Pertambangan 2,6% 6. Lainnya 20,7% Sumber : Maryani, 2012; data diperoleh dari Tren Konstruksi Juli 2010 Menilik data-data diatas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang sangat penting dalam bidang usaha konstruksi, karena meliputi pekerjaan dengan alat berat, pekerjaan dengan alat berbahaya, polusi udara dan polusi suara dan pekerjaan dalam ketinggian. Faktor tersebut menyebabkan proyek pengerjaan konstruksi memiliki risiko yang tinggi. Disamping itu, faktor pekerja yang melakukan perilaku tidak aman (unsafe behaviour) juga menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Untuk merespon risiko itu, perlu diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang baik untuk menjamin kelancaran kinerja perusahaan konstruksi dalam memenuhi permintaan. CV. Wahana Cipta yang bergerak dalam bidang bisnis jasa konstruksi merupakan salah satu perusahaan jasa konstruksi yang sudah lama didirikan. Perusahaan ini berdiri sekitar tahun 1990, dan sudah menangani lebih dari 50 proyek pembangunan yang lokasinya tersebar di Indonesia. Namun masih terdapat beberapa permasalahan dalam bidang K3 yang dihadapi oleh CV.Wahana Cipta tersebut membutuhkan penyelesaian yang tepat. Permasalahan yang sering muncul adalah perilaku pekerja yang menyepelakan keamanan dalam bekerja atau biasa disebut unsafe behaviour. Maka dari itu, dalam penelitian ini dilakukan evaluasi unsafe behaviour pekerja yang bisa mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja dan kondisi kebijakan K3 yang dijalankan sehingga bisa diketahui perbedaan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang seharusnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Disamping itu dilakukan pula pengolahan data dengan metode FMECA (Failure Mode, Effect and Criticality Analysis) untuk mendapatkan kondisi yang paling kritis, sehingga dapat menjadi prioritas dalam pembenahannya. II. LITERATUR REVIEW A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur, 1989). Undang-Undang No. 1 tahun 1970 menerangkan bahwa keselamatan kerja yang mempunyai ruang lingkup yang berhubungan dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberikan perlindungan sumber-
sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas. K3 sangat diperlukan di tempat kerja, khususnya bagi sebuah perusahaan, hal tersebut merupakan salah satu unsur penting untuk menjalankan roda bisnis. Jika aspek K3 terselenggara dengan baik maka tujuan dari kegiatan perusahaan dapat tercapai dengan baik, dimana para pekerja maupun aset-aset perusahaan tidak mengalami kerusakan yang berujung pada kerugian finansial bagi perusahaan. Selain untuk meminimalkan kerugian, K3 juga merupakan hak bagi semua tenaga kerja dan juga merupakan kewajiban perusahaan dalam memenuhinya. Bila merujuk pada ketentuan hukum, negara memberikan perlindungan menyeluruh bagi para pekerja melalui UU no.13 tahun 2003 sehingga kesejahteraan para pekerja dapat terjamin selama melakukan pekerjaannya. B. Unsafe Behaviour Unsafe behaviour merupakan tipe perilaku yang mengarah pada kecelakaan, seperti bekerja tanpa menghiraukan keselamatan, melakukan pekerjaan tanpa ijin, menyingkirkan peralatan keselamatan, operasi pekerjaan pada kecepatan yang berbahaya, menggunakan peralatan tidak standar, bertindak kasar, kurang pengetahuan, cacat tubuh atau keadaan emosi yang terganggu (Miner, 1994). Pekerja sering melakukan unsafe behaviour terutama disebabkan oleh : 1) Merasa telah ahli dibidangnya dan belum pernah mengalami kecelakaan. 2) Perilaku unsafe mendapat reinforcement yang besar dari lingkungan sehingga terus dilakukan dalam pekerjaan. Para pekerja sebenarnya ingin mengikuti kebutuhan akan keselamatan (safety needs) namun adanya kebutuhan lain menimbulkan konflik dalam dirinya (Muchinsky, 1987). Hal ini membuat pekerja mengesampingkan safety needs dibanding banyak faktor yang lain. Faktor-faktor tersebut adalah keinginan untuk menghemat waktu, menghemat usaha, merasa lebih nyaman, menarik perhatian, mendapat kebebasan dan mendapat peneriamaan dari lingkungan. 3) Unsafe behaviour juga sering dipicu oleh adanya pengawas atau manajer yang tidak peduli dengan safety. C. Root Cause Analysis (RCA) Root Cause Analysis (RCA) digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab terjadinya unsafe behaviour. RCA merupakan suatu metode evaluasi terstruktur untuk mengidentifikasi akar penyebab (root cause) suatu kejadian yang tidak diharapkan (undesired outcome) dan langkahlangkah yang diperlukan untuk mencegah terulangnya kembali kejadian yang tidak diharapkan (undesired outcome) (Heuvel, 2004). RCA merupakan suatu metode yang membantu dalam menemukan: “kejadian apa yang terjadi?, “bagaimana kejadian itu terjadi?”, mengapa kejadian itu terjadi?”. Memberikan pengetahuan dari masalah-masalah sebelumnya, kegagalan, dan kecelakaan. Salah satu metode untuk mendapatkan akar permasalahan adalah dengan menggunakan kata tanya mengapa beberapa kali, sehingga pada akhirnya diperoleh
3 tindakan yang sesuai dengan akar penyebab masalah yang ditemukan yang akan menyelesaikankan masalah. D. Failure Mode, Effect and Criticality Analysis (FMECA) Penelitian ini menggunakan Failure Mode, Effect and Criticality Analysis (FMECA) untuk mendapatkan perbaikan dari permasalahan keselamatan kerja yang paling kritis prioritasnya. FMECA terdiri dari dua analisis yang terpisah, FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) dan CA (Criticality Analysis). FMEA menganalisa mode kegagalan dan pengaruhnya terhadap sistem, sedangkan CA mengklasifikasikan atau memprioritaskan tingkat kepentingan berdasarkan tingkat kegagalan dan tingkat keparahan dampaknya. Proses peringkatan CA dapat dicapai dengan memanfaatkan data kegagalan yang ada atau dengan prosedur rangking subjektif yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan pemahaman tentang sistem tersebut. Criticality Analysis (CA) merupakan suatu cara pengukuran terhadap efek dari suatu model kegagalan yang sangat berarti yang bisa terjadi pada peralatan atau sistem pada sisi keselamatan dan keberhasilan operasi. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan rangking dari setiap potensi kegagalan untuk setiap komponen yang ada di dalam sistem yang didasarkan pada failure mode dan severity rangking. CA dapat digunakan untuk : 1) Merangking setiap potensi failure mode yang ada pada komponen yang akan diidentifikasi. 2) Menentukan criticality number dan criticality rangking pada komponen yang mengalami kegagalan. 3) Mengkombinasikan severity classification dan probabilitas berdasarkan data yang ada. CA dapat ditampikan dengan menggunakan 2 metode pendekatan, yaitu : 1) Metode Kuantitatif Metode kuantitatif digunakan ketika failure rate, failure modes, failure mode ratio dan failure mode probabilities diketahui. Metode ini digunakan setelah desain dilengkapi ketika data pada sistem dapat dihitung. Variabel yang digunakan untuk menghitung criticality number yang digunakan untuk memprioritaskan penanganan pada komponen. 2) Metode Kualitatif Metode kualitatif digunakan ketika failure rate dan failure modes tidak diketahui. Pada metode ini menggunakan penilaian subyektif pada sistem rangking, yaitu dalam hal penentuan severity dan akurasi dari kegagalan komponen. Metode ini akan menghasilkan relatif rangking dari bagian efek failure mode untuk identifikasi area. III. URAIAN PENELITIAN A. Identifikasi dan Perumusan Masalah Tahap ini merupakan tahap awal dari rangkaian penelitian ini, pengidentifikasian terhadap masalah yang akan diteliti dan dicari solusi perbaikannya. Setelah itu dilakukan perumusan permasalahan yang sesuai dengan penelitian. Perumusan masalah dari penelitian ini adalah melakukan
analisa terhadap Unsafe Behaviour pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi di CV. WAHANA CIPTA dan melakukan identifikasi untuk menekan timbulnya kecelakaan kerja akibat dari perilaku tidak aman yang dilakukan pekerja dengan menggunakan FMECA (Failure Mode, Effect and Criticality Analysis) B. Studi Literatur Studi literatur digunakan untuk mendapatkan landasan teori dan konsep-konsep yang mendukung penelitian. Hasil dari studi literatur adalah metode serta tool yang digunakan dalam penelitian. Dengan mengetahui metode dan teori yang ada, penelitian akan menjadi lebih baik. C. Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi nyata yang terjadi pada perusahaan. Peninjauan ini mencakup kondisi lingkungan kerja dan konsep/peraturan yang dirancang perusahaan, serta penerapan dan kontrol yang dilakukan perusahaan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada karyawannya. D. Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data adalah proses pencarian data yang dilakukan. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kepada karyawan terkait yang menangani permasalahan K3 di perusahaan. Data yang diperoleh adalah : 1) Profil perusahaan, untuk memberikan gambaran mengenai perusahaan, bisnis yang dijalankan dan kondisi lingungan kerja. 2) Identifikasi unsafe behaviour yang dilakukan pekerja, sehingga dapat dilakukan solusi perbaikan yang tepat. 3) Alat Pelindung Diri (APD) yang dimiliki perusahaan, untuk mengetahui macam APD yang disediakan perusahaan dan penggunaan oleh karyawannya. 4) Data-data penunjang yang lain, misal jumlah kecelakaan kerja. E. Pengolahan Data Tahap pengolahan data adalah tahapan dimana dilakukan pengolahan dari data yang didapat sesuai dengan metode dan konsep yang telah dipelajari saat melakukan studi literatur. Tahap pengolahan data ini meliputi : 1) Mendata semua kemungkinan penyebab timbulnya perilaku tidak aman. Pada tahap evaluasi ini dilakukan dengan pengamatan dan wawancara terhadap karyawan perusahaan yang menjadi pengawas lapangan saat pengerjaan proyek, dimana semua poin yang didata dikelompokkan bedasarkan Manusia, Metode, Material, Mesin, Lingkungan dan Organisasi. 2) Mendapatkan akibat-akibat potensial dari unsafe behaviour yang dilakukan oleh pekerja. Akibat-akibat potensial dari unsafe behaviour didapatkan melalui pengolahan data dengan RCA, dimana inputan awal dari kondisi unsafe behaviour
4 diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan karyawan bidang K3 pada perusahaan. 3) Mendapatkan prioritas mode-mode kegagalan yang perlu mendapatkan tindakan dari pengolahan dengan FMECA. Prioritas mode kegagalan didapatkan setelah melalui proses pengolahan dengan metode FMEA dengan inputan data dari RCA hasil unsafe behaviour. Pada tahapan awal dibuat daftar tiap-tiap akibat dari masing-masing mode kegagalan yang telah diketahui, kemudian ditentukan nilai severity, occurance dan detection dari masing-masing akibat untuk tiap mode kegagalan. Setelah itu, dilanjutkan untuk masuk ke tahapan CA yang dimulai dengan menentukan nilai dari criticality number untuk setiap mode kegagalan yang telah dideteksi. Pada tahapan yang terakhir, barulah diprioritaskan mode-mode kegagalan mana yang perlu dan mendapatkan tindakan dahulu.
18 orang, kelompok pekerja besi 8 orang dan kelompok pekerja batu/cor sebanyak 28 orang yang merupakan gabungan dari pekerja kayu dan besi. Untuk persebaran tingkat pedidikan dan usia pekerja lepas ditampilkan dalam diagram pada gambar 4.1 dan 4.2 di bawah ini.
Gambar 4.1 Persebaran Usia Pekerja Lepas (Sumber : hasil pengamatan)
F. Analisis dan Interpretasi Data Pada tahap ini dilakukan pembahasan dari hasil yang didapat setelah melakukan pengolahan data dengan konsep dan metode yang telah ditentukan sebelumnya. Pembahansan tersebut meliputi : 1) Analisis Kondisi K3 pada proyek. 2) Analisis unsafe behaviour pekerja. 3) Analisis FMECA. 4) Membuat rekomendasi perbaikan K3 perusahaan. G.Tahap Penarikan Kesimpulan dan Saran Tahapan paling akhir dari penelitian ini adalah penyusunan simpulan dari keseluruhan penelitian. Kesimpulan disusun dengan pertimbangan tujuan penelitian, guna menjawab tujuan penelitian. Pada tahapan ini juga diberikan rekomendasi untuk perbaikan K3 perusahaan. IV. PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI Perluasan dan peningkatan kapasiatas dermaga ini dilatar belakangi oleh peningkatan permitaan bongkar muat kapal yang terus meningkat pada pelabuhan Gresik yang merupakan pelabuhan pendukung untuk pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Proyek pembangunan dermaga ini dikerjakan oleh PT. Nindya Karya sebagai main kontraktor dan bekerja sama dengan CV. Wahana Cipta sebagai subkontraktor untuk pengerjaan konstruksi sipil umum. CV. Wahana Cipta merupakan rekanan dalam proyek ini dan berada pada posisi subkontraktor, sehingga tidak semua lingkup pekerjaan proyek menjadi tanggung jawab perusahaan ini. CV. Wahana Cipta hanya bertanggung jawab terhadap pengerjaan dermaga yang meliputi pekerjaan pemangcangan dan pekerjaan pembetonan yang merupakan pekerjaan sipil umum. Pada saat penelitian dilakukan di proyek ini, CV. Wahana Cipta menggunakan jasa 26 orang pekerja lepas dengan deskripsi 2 orang kepala tukang, 11 orang tukang dan 13 orang pembantu tukang. Berdasarkan jenis pekerjaan hanya terdapat 3 kelompok, yaitu kelompok pekerja kayu sebanyak
Gambar 4.2 Persebaran Tingkat Pendidikan Pekerja Lepas (Sumber : hasil pengamatan)
Berdasarkan hasil pengamatan kondisi K3 pada proyek dan hasil wawancara kepada pekerja dan pengawas, diperoleh informasi mengenai perilaku tidak aman yang dilakukan pekerja. Dari pengamatan lanjutan yang dilakukan, diketahui bahwa perilaku tidak aman yang sering dilakukan pekerja adalah : a. Pekerja bekerja tanpa menggunakan pelindung kepala / helm. b. Pekerja bekerja tanpa menggunakan APD Safety shoes. c. Pekerja bekerja tanpa menggunakan sarung tangan. d. Pekerja bekerja tanpa menggunakan APD Life jacket, dengan posisi kerja yang memiliki resiko tercebur di laut dengan kedalaman yang memungkinkan untuk tenggelam. e. Pekerja meletakkan peralatan secara sembarang. f. Pekerja lalai saat bekerja. g. Pekerja sengaja menceburkan diri ke laut saat bekerja pada saat suhu tinggi (kepanasan). h. Pekerja merokok di lingkungan kerja pada saat bekerja. Dari hasil identifikasi penyebab perilaku tidak aman secara umum menggunakan diagram tulang ikan, kemudian dilakukan pembobotan dengan menggunakan kuesioner skala Likert untuk mengetahui penyebab utama dari perilaku tidak aman pekerja yang telah teridentifikasi. Kuesioner disebar
5 kepada 26 responden pekerja dan dipilih berdasarkan kategori sering dan sangat sering terjadi. Hasil dari kuesioner tersebut dirangkum sebagai berikut. 1) Pekerja bekerja tanpa menggunakan pelindung kepala / helm. Penyebab utamanya : a. APD sengaja tidak dipakai. b. Tidak ada peneguran. c. Aturan tidak dijalankan. 2) Pekerja bekerja tanpa menggunakan APD Safety shoes. Penyebab utamanya : a. Tidak disiplin. b. APD sengaja tidak dipakai. c. APD tidak tersedia. d. Sepatu bermassa berat. 3) Pekerja bekerja tanpa menggunakan sarung tangan. Penyebab utamanya : a. Persediaan Terbatas. b. Aturan tidak dijalankan. 4) Pekerja bekerja tanpa menggunakan APD Life jacket, dengan posisi kerja yang memiliki resiko tercebur di laut dengan kedalaman yang memungkinkan untuk tenggelam. Penyebab utamanya : a. APD sengaja tidak dipakai. b. Life jacket terlalu tebal. c. Aturan tidak dijalankan. 5) Pekerja meletakkan peralatan secara sembarang. Penyebab utamanya : a. Alat kerja bermacam. b. Tidak terdapat toolbox. 6) Pekerja lalai saat bekerja. Penyebab utamanya : a. Kurangnya safety sign. b. Kurang konsentrasi. 7) Pekerja sengaja menceburkan diri ke laut saat bekerja pada saat suhu tinggi (kepanasan). Penyebab utamanya : a. Tidak memahami risiko. b. Tidak ada larangan. c. Panas. 8) Pekerja merokok di lingkungan kerja pada saat bekerja. Penyebab utamanya : a. Tidak ada ruangan khusus merokok. b. Tidak ada sanksi yang jelas. Penyebab utama tersebut menjadi inputan untul analisa dengan menggunakan metode RCA, kemudian dilanjutkan dengan analisa FMECA berdasarkan hasil dari RCA. Berdasarkan hasil perhitungan FMEA diketahui nilai RPN dari tiap mode kegagalan dan diambil 8 poin dengan nilai RPN tertinggi dan diberi tanda warna berbeda untuk memudahkan pencarian. 8 RPN tersebut adalah : 1) Lalai saat bekerja, dengan penyebab terburu-buru (RPN = 160). 2) Lalai saat bekerja, dengan penyebab kelelahan (RPN = 128).
3) Merokok saat bekerja, dengan penyebab tidak tersedia ruangan khusus merokok (RPN = 108). 4) Tidak menggunakan helm saat bekerja, dengan penyebab kurangnya kesadaran pekerja (RPN = 105). 5) Tidak menggunakan APD safety shoes saat bekerja, dengan pemahaman SOP pekerja kurang (RPN = 96). 6) Sengaja menceburkan diri ke laut saat bekerja, dengan penyebab kurangnya kesadaran pekerja (RPN = 96). 7) Lalai saat bekerja, dengan kurangnya kontrol manajeman (RPN = 90). 8) Sengaja menceburkan diri ke laut saat bekerja, dengan penyebab kurangnya pengawasan (RPN = 84). Selanjutnya dilakukan annalisa kekritisan dengan menggunakan criticality matrix dan didapatkan hasil sebagai berikut: 1) Lalai saat bekerja, dengan penyebab terburu-buru (RPN = 160), memiliki nilai kekritisan sebesar 5 dan nilai kepelikan 8 (poin nomor 6.2). 2) Lalai saat bekerja, dengan kurangnya kontrol manajeman (RPN = 90), memiliki nilai kekritisan sebesar 5 dan nilai kepelikan 6 (poin nomor 6.3). 3) Lalai saat bekerja, dengan penyebab kelelahan (RPN = 128), memiliki nilai kekritisan sebesar 4 dan nilai kepelikan 8 (poin nomor 6.1). 4) Merokok saat bekerja, dengan penyebab tidak tersedia ruangan khusus merokok (RPN = 108), memiliki nilai kekritisan sebesar 3 dan nilai kepelikan 9 (poin nomor 8.1). 5) Tidak menggunakan APD safety shoes saat bekerja, dengan pemahaman SOP pekerja kurang (RPN = 96), memiliki nilai kekritisan sebesar 3 dan nilai kepelikan 8 (poin nomor 2.5). 6) Tidak menggunakan helm saat bekerja, dengan penyebab kurangnya kesadaran pekerja (RPN = 105), memiliki nilai kekritisan sebesar 3 dan nilai kepelikan 7 (poin nomor 1.4). 7) Sengaja menceburkan diri ke laut saat bekerja, dengan penyebab kurangnya kesadaran pekerja (RPN = 96), memiliki nilai kekritisan sebesar 2 dan nilai kepelikan 8 (poin nomor 7.1). 8) Sengaja menceburkan diri ke laut saat bekerja, dengan penyebab kurangnya pengawasan (RPN = 84), memiliki nilai kekritisan sebesar 2 dan nilai kepelikan 7 (poin nomor 7.2). Berdasarkan hasil tersebut, maka direkomendasikan untuk melakukan tindakan terhadap perilaku lalai saat bekerja dengan melakukan : a. Memberikan pemahaman terhadap prosedur kerja saat briefng sebelum memulai pekerjaan. b. Melakukan rotasi pekerja (kelompok dan jam kerja) dan pekerjaan yang dilakukan (posisi berbeda namun jenisnya sama). c. Menambahkan himbauan serta slogan-slogan tentang K3 (misal: Kecerobohan adalah upaya tercepat menuju kecelakaan; Anda lelah, beristirahatlah sejenak; Tidak ada kesuksesan tanpa keselamatan, dsb.).
6 d. CV. Wahana Cipta perlu membentuk tim khusus yang mengurusi tentang K3 pada saat proyek. e. Mempertimbangkan kerjasama dengan pemilik proyek. f. Meninjau kembali pembagian dan porsi kerja untuk pekerja lepas. g. Memperhatikan faktor usia pekerja ketika melakukan pembagian kelompok dan porsi kerja.
[5]
[6] [7]
V. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan pada proyek pembangunan dermaga multipurpose PT. Gresik Jasatama, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Dari hasil pengamatan di lapangan dan wawancara dengan pengawas lapangan diperoleh 8 unsafe behviour yang sering dilakukan oleh pekerja, seperti : bekerja tanpa mengguakan APD (helm, sarung tangan, safety shoes dan life jacket), sengaja menceburkan diri ke laut, merokok dan lalai dalam bekerja. 2) Berdasarkan analisa kekritisan diperoleh kondisi yang paling kritis adalah kelalaian saat bekerja, dimana 3 penyebabnya (terburu-buru, kurangnya kontrol manajemen dan kelelahan) berada pada peringkat 3 teratas dari 8 RPN tertinggi yang diambil untuk analisa tersebut. 3) Dari hasil wawancara tentang kondisi SMK3 dengan staff main kontraktor, disimpulkan bahwa untuk menegakkan kebijakan K3 di lapangan dibutuhkan kerjasama dari 3 pihak (pemilik proyek, main kontraktor dan sub kontraktor). Sebab, jenjang hirarki organisasi yang ada dapat digunakan utuk menekan terjadinya toleransi terhadap pelanggaran peraturan K3 di lapangan. 4) Rekomendasi perbaikan ditekankan pada kriteria unsafe behaviour kelalaian saat bekerja pada sisi metode (karena terburu-buru), organisasi (karena kurangnya kontrol manajemen) dan manusia (karena kelelahan). DAFTAR PUSTAKA [1] [2]
[3]
[4]
Anoraga, P. 2005. Psikologi Kerja. Cetakan ketiga. PT.Rineka Cipta: Jakarta. Budiono. A.M. Sugeng, R.M.S. Jusuf, Adriana Pusparini., 2003. Bunga Rampai Hiperkes & KK: Higiene Perusahaan, Ergonomi, Kesehatan Kerja. Edisi Kedua. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Department of The Army. 2006. Technical Manual: Failure Modes, Effects and Criticality Analysis (FMECA) For Command, Control, Communications, Computer, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance (C4ISR) Facilities. Headquarters, Department of The Army. USA. Heuvel, R. J. 2004. Root Cause Analysis For Beginners, Quality Progress. American Society.
[8]
[9]
[10]
[11] [12] [13] [14]
[15] [16]
International Labour Office. 1997. Technical and Ethical Guidelines for Workers Health Survelliance. Geneva: International Labour Office. Kamaruzzaman, Findy. 2012. Studi Keterlambatan Penyelesaian Proyek Konstruksi.Pontianak: Untan. Larasati, Atika Dewi. 2008. Evaluasi dan Perancangan Solusi Perbaikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam Upaya Perbaikan Safety Behavior Pekerja (Studi Kasus PT. X Indonesia, Surabaya).Surabaya: ITS. Luckyta, Dhinar Tiara. 2012. Evaluasi dan Perancangan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dalam Rangka Perbaikan Safety Behaviour Pekerja (Studi Kasus : PT. X, Sidoarjo).Surabaya: ITS. Maryani, Anny. 2012. Pemodelan Kecelakaan Kerja Konstruksi yang Komprehensif untuk Mengendalikan Biaya K3.Surabaya: ITS. Maulana, Denis. 2012. Evaluasi dan Perbaikan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk Menekan Unsafe Behaviour Pekerja (Studi Kasus : PT. DPS).Surabaya: ITS. Miner, JB. 1992. Industrial And Organizational Psychology. Mc. Graw Hill. USA. Muchinsky, PM. 1987. Psychology Applied to Work. Chicago: Dorsey Press. PP No.50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Silalahi, B.N.B. dan Rumendang B. Silalahi, 1995, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lembaga PPM, Jakarta. Suma’mur, 1989., Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Gunung Agung. UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 86 dan 87.