ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SETELAH MERGER PADA PT. BANK OCBC NISP, TBK DAN BANK OCBC INDONESIA
Endah Noer Cahyati Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan bank sebelum merger (2010) pada Bank OCBC NISP dan Bank OCBC Indonesia, dengan kinerja keuangan bank setelah merger (2011) pada Bank OCBC NISP. Sebagai tolak ukur kinerja keuangan bank tersebut digunakan rasio keuangan bank. Rasio keuangan bank yang digunakan pada penelitian ini adalah Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Assets Ratio (LAR), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Debt to Total Assets Ratio (DTAR). Data yang digunakan adalah Neraca, Laporan Laba Rugi Komprehensif, dan Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Penelitian ini bersifat membandingkan, sehingga diperlukan uji beda terhadap kinerja keuangan bank sebelum dan setelah merger menggunakan Paired Sample T-test. Berdasarkan hasil uji beda tersebut dapat diketahui bahwa rasio keuangan bank yang menunjukkan signifikan beda antara sebelum dan setelah merger adalah LDR, LAR, NIM, dan CAR. LDR dan LAR mengalami peningkatan setelah merger, peningkatan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan likuiditas Bank OCBC NISP semakin rendah. NIM tahun 2011 meningkat, ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank OCBC NISP dalam mengelola aktiva produktifnya guna menghasilkan laba bersih semakin baik. CAR mengalami penurunan yang disebabkan oleh meningkatnya ATMR, sehingga kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko semakin rendah.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan Bank Sebelum dan Setelah Merger
Daftar Pustaka (1993-2011)
ABSTRACT This research aimed to determine the bank's financial performance prior to the merger (2010) with Bank OCBC NISP and Bank OCBC Indonesia, the financial performance of the bank after the merger (2011) with Bank OCBC NISP. As a measure of financial performance of the bank used the bank's financial ratios. Bank financial ratios used in this research is the Cash Ratio, Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to Assets Ratio (LAR), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Operating Expenses / Operating Income, Net Interest Margin (NIM), Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), and Debt to Total Assets Ratio (DTAR). The data used is the Balance Sheet, Statement of Comprehensive Income, and Statements Capital Adequacy Calculation. This research is to compare, so take a different test to the bank's financial performance before and after the merger using paired sample T-test. Based on the results of the different test can be seen that the bank's financial ratios that show a significant difference between before and after the merger is LDR, LAR, NIM, and CAR. LDR and LAR increased after the merger, the increase shows that the ability of liquidity the lower the Bank OCBC NISP. NIM in 2011 increased, indicating that the ability of Bank OCBC NISP in managing productive assets in order to generate better earnings. CAR has decreased due to higher RWA, so the adequacy of capital owned by the bank to support risky assets lower.
Keywords: Bank Financial Performance Before and After the Merger Bibliography (1993-2011)
PENDAHULUAN Pada tanggal 9 Januari 2004 Bank Indonesia selaku otoritas moneter telah menetapkan kebijakan konsolidasi yang diwujudkan melalui Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai suatu kerangka menyeluruh arah kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan yang dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional (Bank Indonesia, 2004). Langkah-langkah konsolidasi perbankan dilakukan antara lain melalui penataan kembali struktur kepemilikan tunggal (single presence policy), dimana dalam kebijakan ini
diatur bahwa pemegang saham pengendali (ultimate shareholder) suatu bank yang mempunyai lebih dari satu bank diharuskan untuk menggabungkan bank-bank yang dimilikinya (Pribadi, 2010). Bank Indonesia selaku bank sentral memberikan tiga opsi bagi bank-bank yang telah memiliki dan mengendalikan lebih dari satu bank berdasarkan kebijakan tersebut, yaitu divestasi
(penjualan
saham-saham
miliknya),
merger
atau
konsolidasi,
dan
pembentukan perusahaan induk (Bank Holding Company) di bidang perbankan (Peraturan Bank Indonesia No. 8/16/PBI/2006). Merger dapat dikatakan berhasil jika bank yang melakukan merger menunjukkan peningkatan kinerja keuangannya (Kusumaningsih, 2010). Kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Dimana kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik yang menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia (Jumingan, 2008). Penelitian Kusumaningsih (2010) menunjukkan bahwa perubahan setelah merger yang signifikan hanya terjadi pada rasio Return on Assets (ROA) dan Net Interest Margin (NIM), sehingga belum dapat mewakili rasio secara keseluruhan untuk menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan sebelum dan setelah merger. Tidak adanya perbedaan kinerja keuangan sebelum dan setelah merger diduga karena merger tidak menimbulkan sinergi bagi bank, yang disebabkan oleh lemahnya strategi, pemilihan target merger yang kurang tepat, serta bank yang merger kurangnya pengalaman dalam melakukan merger dan akuisisi (Kusumaningsih, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Syarifufudin (2011) menunjukkan bahwa merger yang dilakukan oleh pemerintah terhadap lima bank belum memberikan jaminan bahwa kinerja keuangan konsolidasi Bank Permata akan semakin baik setelah adanya merger. Hal ini disebabkan Bank Permata sudah dua kali mendapatkan program rekapitalisasi namun belum berdampak positif terhadap aspek permodalan Bank Permata, dimana Capital Adequacy Ratio (CAR) belum memenuhi kriteria implementasi Basel II yang telah disyaratkan oleh Bank Indonesia seperti rasio kecukupan modal di atas 12 % (Syarifudin, 2011). Sedangkan penelitian Maradona (2011) menunjukkan bahwa belum terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net
Interst Margin (NIM), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebelum dan setelah merger. Sehingga timbul asumsi bahwa merger yang dilakukan terhadap lima bank umum, yaitu Bank Mandiri, Bank Permata, Bank Danamon, Bank Century, dan Bank IFI hanyalah sebagai cara untuk melikuidasi dan menggabungkan asset agar nampak baik (Maradona, 2011). Berdasarkan analisis terhadap penelitian terdahulu, maka penambahan rasio keuangan lain dalam analisis tentang merger bank, seperti Debt to Total Assets Ratio (DTAR), Debt to Equity Ratio (DER), Loan to Assets Ratio (LAR), dan Return on Equity (ROE), menjadi tantangan yang menarik pada penelitian ini, seperti yang dilakukan oleh Kusumaningsih (2010).
METODE PENELITIAN Objek penelitian ini adalah Bank OCBC NISP yang melakukan merger dengan Bank OCBC Indonesia pada tanggal 1 Januari 2011 dan mulai efektif pada Bank Indonesia pada tanggal 7 Februari 2011. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia, yaitu www.bi.go.id. Data tersebut terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi Komprehensif, dan Laporan Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah triwulan yang dibagi menjadi dua periode, yaitu periode sebelum merger dimulai dari bulan Maret 2010, Juni 2010, September 2010, Desember 2010; dan periode setelah merger dimulai dari bulan Maret 2011, Juni 2011, September 2011, dan Desember 2011. Penelitian ini bersifat membandingkan, dimana yang dibandingkan disini adalah kinerja keuangan bank antara sebelum dan setelah merger. Alat analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank tersebut adalah rasio keuangan bank, dimana rasio keuangan bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Rasio Likuiditas a. Cash Ratio Alat Likuid Cash Ratio =
x 100%
Pinjaman yang Harus Segera Dibayar b. Loan to Deposit Ratio (LDR) Jumlah Kredit yang Diberikan
LDR =
x 100% Total Dana Pihak Ketiga
c. Loan to Assets Ratio (LAR) Jumlah Kredit yang Diberikan LAR =
x 100% Jumlah Aset
Rasio Rentabilitas a. Return on Assets (ROA) Laba Bersih ROA =
x 100 % Total Aktiva
b. Return on Equity (ROE) Laba Bersih ROE =
x 100% Modal Sendiri
c. Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) Biaya (Beban) Operasional BOPO =
x 100% Pendapatan Operasional
d. Net Interest Margin (NIM) Pendapatan Bunga Bersih NIM =
x 100% Aktiva Produktif
Rasio Solvabilitas a. Capital Adequacy Ratio (CAR) Modal Bank CAR =
x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
b. Debt to Equity Ratio (DER) Jumlah Utang DER =
x 100% Jumlah Modal Sendiri
c. Debt to Total Assets Ratio (DTAR) Total Kewajiban
DTAR =
x 100% Total Aktiva
Adapun hipotesis statistik pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank sebelum dengan setelah merger. Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan bank sebelum dengan setelah merger. Kriteria pengambilan keputusan : Jika nilai sig. (2-tailed) < 0.05 maka tolak Ho, terima Ha Jika nilai sig. (2-tailed) > 0.05 maka terima Ho, tolak Ha
PEMBAHASAN Uji Normalitas Data Berikut ini adalah hasil pengujian normalitas data dengan Kolmogorov-Smirnov sebelum dan setelah merger pada Bank OCBC NISP dan Bank OCBC Indonesia menggunakan software SPSS 17. Tabel 1 Hasil Pengujian Normalitas Data dengan Kolmogorov Smirnov Sebelum dan Setelah Merger pada Bank OCBC NISP dan Bank OCBC Indonesia One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CashRatio N
12
Normal Parameters
a,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
206.0392 161.93792
LDR
LAR 12
12
ROA 12
ROE 12
BOPO
NIM
12
12
CAR
DER
12
87.2108 63.1883 2.0700 11.0350 78.4867 4.8658 22.2175
DTAR 12
12
1835.4700 85.0875
10.44988 2.73075 .60129 1.35210 5.82996 .38918 9.37821 1073.39640 4.91449
Absolute
.192
.257
.157
.272
.180
.260
.113
.315
.213
Positive
.192
.257
.157
.272
.088
.218
.113
.315
.213
.168
Negative
-.134
-.155
-.136
-.193
-.180
-.260
-.100
-.183
-.185
-.281
Kolmogorov-Smirnov Z
.665
.889
.545
.941
.624
.901
.392
1.091
.739
.975
Asymp. Sig. (2-tailed)
.768
.409
.927
.339
.830
.392
.998
.185
.645
.298
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data Olahan SPSS 17.
Dari tabel di atas diketahui bahwa data terdistribusi secara normal, karena memiliki nilai signifikan lebih dari 5% atau 0,05. Apabila data telah terdistribusi normal, maka dilanjutkan ke pengujian hipotesis menggunakan Paired Sample T-test. Uji Beda
.281
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda atau Paired Sample TTest. Berikut ini adalah hasil uji beda dengan Paired Sample T-Test sebelum dan setelah merger pada Bank OCBC NISP dan Bank OCBC Indonesia menggunakan software SPSS 17. Tabel 2 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Menggunakan Paired Sample T-Test Sebelum dan Setelah Merger pada Bank OCBC NISP dan Bank OCBC Indonesia Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean
Std. Deviation Std. Error Mean
Lower
Upper
T
Sig. (2-tailed)
df
Pair 1
CRSBLM – CRSTLH
-17.16750
118.35024
59.17512
-205.48914
-.290
3
.791
Pair 2
LDRSBLM – LDRSTLH
-7.36500
1.68066
.84033
-10.03931
-4.69069 -8.764
3
.003
Pair 3
LARSBLM – LARSTLH
-4.19250
1.40915
.70457
-6.43477
-1.95023 -5.950
3
.009
Pair 4
ROASBLM – ROASTLH
-.15250
.46378
.23189
-.89048
.58548
-.658
3
.558
Pair 5
ROESBLM – ROESTLH
-.67500
3.18430
1.59215
-5.74193
4.39193
-.424
3
.700
Pair 6
BOPOSBLM – BOPOSTLH
.91250
3.09010
1.54505
-4.00453
5.82953
.591
3
.596
Pair 7
NIMSBLM – NIMSTLH
.39750
.05315
.02658
.31293
.48207 14.957
3
.001
Pair 8
CARSBLM – CARSTLH
1.95000
1.18513
.59257
Pair 9
DERSBLM – DERSTLH
941.99000
1201.59110
600.79555
1.04000
1.50446
.75223
Pair 10 DTARSBLM – DTARSTLH
.06419
171.15414
3.83581
3.291
3
.046
-970.00957 2853.98957
1.568
3
.215
1.383
3
.261
-1.35393
3.43393
Sumber : Data Olahan SPSS 17.
Dari hasil tabel di atas dapat digunakan sebagai uji hipotesis. Diketahui bahwa jika nilai sig. (2-tailed) dari masing-masing rasio yang diuji lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima, yang artinya tidak ada perbedaan yang signifikan untuk rasio yang diuji antara sebelum dengan setelah merger. Namun, jika nilai sig. (2-tailed) kurang dari 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, itu berarti ada perbedaan yang signifikan untuk rasio yang diuji antara sebelum dengan setelah merger. Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai sig. (2-tailed) untuk LDR, LAR, NIM, dan CAR kurang dari 0.05, dengan demikian berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara LDR, LAR, NIM, dan CAR sebelum dengan setelah merger.
Tabel 3 Perbandingan Rasio Keuangan Sebelum dan Setelah Merger pada PT. Bank OCBC NISP, Tbk. Sebelum Merger Rasio Maret 2010
Bank OCBC NISP Juni September Desember 2010 2010 2010
Setelah Merger
Maret 2010
Bank OCBC Indonesia Juni September Desember 2010 2010 2010
Maret 2011
Bank OCBC NISP Juni September Desember 2011 2011 2011
Cash Ratio
160.09
189.83
467.50
381.76
32.05
26.41
26.49
28.47
255.12
272.38
407.36
279.00
LDR
76.70
77.64
78.76
78.42
106.12 103.65
85.61
100.78
83.92
85.96
83.78
87.38
LAR
59.76
61.21
62.59
62.86
62.40
64.54
58.18
63.53
64.54
64.89
65.11
68.65
ROA
0.35
0.61
0.92
0.72
0.60
1.09
1.28
1.87
0.31
0.59
0.95
1.26
ROE
10.53
20.00
30.87
26.75
4.95
10.24
14.79
13.27
12.18
8.92
14.92
21.50
BOPO
81.44
82.46
82.62
84.59
69.66
70.86
71.51
70.78
84.00
82.49
81.16
79.85
NIM
3.92
7.48
13.50
18.50
3.36
6.17
6.47
10.68
5.21
13.48
22.48
23.93
CAR
17.12
18.65
17.03
16.04
40.84
36.09
29.69
30.78
16.62
15.46
15.06
13.75
2971.82
3328.53
639.22 740.57
956.13
543.75
1390.43
1479.16
88.63
89.81
76.93
82.60
76.74
88.45
86.52
DER
2623.12 2890.20
87.93 DTAR Sumber : Data Olahan
88.63
78.94
3482.66 1336.75 87.48
88.39
Cash Ratio Sebelum Merger (2010)
Bank OCBC NISP Persentase Cash Ratio mulai dari periode Maret hingga September 2010 terus meningkat, namun pada periode Desember 2010 menurun. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan likuiditas Bank OCBC NISP juga menurun, tepatnya kemampuan bank tersebut dalam mengelola aset yang digunakan untuk membayar kewajiban yang harus segera dibayar pada waktunya juga menurun.
Bank OCBC Indonesia Persentase Cash Ratio mulai dari periode Maret dan Juni 2010 terlihat menurun, namun pada periode September hingga Desember 2010 kembali meningkat. Peningkatan tersebut menggambarkan bahwa kemampuan likuiditas Bank OCBC Indonesia meningkat. Ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank OCBC Indonesia dalam mengelola aset yang digunakan untuk membayar kewajiban yang harus segera dibayar pada waktunya pada periode September hingga Desember 2010 lebih baik dibandingkan dengan Bank OCBC NISP.
Setelah Merger (2011) Persentase Cash Ratio Bank OCBC NISP pada periode Maret hingga September 2011 meningkat, namun pada periode Desember 2011 menurun. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan Bank OCBC NISP dalam mengelola aset yang digunakan untuk membayar kewajiban yang harus segera dibayar pada waktunya menurun. Ini menunjukkan jika kemampuan likuiditas Bank OCBC NISP setelah merger tidak lebih baik dari sebelum merger.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Sebelum Merger (2010)
Bank OCBC NISP Persentase LDR mulai dari periode Maret hingga September 2010 meningkat, namun pada periode Desember 2010 terlihat menurun. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan likuiditas Bank OCBC NISP pada akhir tahun 2010 semakin baik. Dengan kata lain jumlah dana yang diperlukan oleh bank tersebut untuk membiayai kreditnya semakin kecil.
Bank OCBC Indonesia Persentase LDR mulai dari periode Maret hingga September 2010 menurun, namun pada periode Desember 2010 kembali meningkat. Peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan likuiditas Bank OCBC Indonesia pada akhir tahun 2010 tidak semakin baik, dikarenakan jumlah dana yang diperlukan oleh bank tersebut untuk membiayai kreditnya semakin besar.
Setelah Merger (2011) Persentase LDR pada periode Maret hingga Juni 2011 meningkat, namun pada periode September 2011 menurun dan pada periode Desember 2011 kembali meningkat. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa jumlah dana yang diperlukan oleh Bank OCBC NISP untuk membiayai kreditnya semakin besar. Dengan kata lain kemampuan likuiditas bank tersebut tidak semakin baik setelah merger.
Loan to Assets Ratio (LAR) Sebelum Merger (2010) Persentase LAR Bank OCBC NISP mulai dari periode Maret hingga Desember 2010 terus meningkat. Sedangkan persentase LAR Bank OCBC Indonesia pada periode Maret hingga Juni 2010 meningkat, namun pada periode September 2010 menurun, kemudian pada periode Desember 2010 kembali meningkat. Peningkatan tersebut menggambarkan bahwa tingkat likuiditas Bank OCBC NISP dan Bank OCBC Indonesia pada tahun 2010 semakin kecil, dikarenakan jumlah aset yang dimiliki oleh kedua bank tersebut guna membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Setelah Merger (2011) Persentase LAR mulai dari periode Maret hingga Desember 2011 semakin meningkat. Peningkatan tersebut menggambarkan bahwa tingkat likuiditas Bank OCBC NISP tidak semakin baik setelah merger, dikarenakan jumlah aset yang dimiliki oleh Bank OCBC NISP untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar.
Return on Assets (ROA) Sebelum Merger (2010)
Bank OCBC NISP Persentase ROA mulai dari periode Maret hingga September 2010 meningkat, namun pada periode Desember 2010 terlihat menurun. Ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen Bank OCBC NISP dalam memperoleh laba tidak tampak baik, dan posisi bank tersebut dari segi penggunaan asetnya juga tidak semakin baik.
Bank OCBC Indonesia Persentase ROA mulai dari periode Maret hingga Desember 2010 semakin meningkat. Meningkatnya persentase ROA pada Bank OCBC Indonesia sepanjang tahun 2010, menunjukkan bahwa kemampuan manajemen Bank OCBC Indonesia dalam memperoleh laba semakin baik, dan posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset yang dimilikinya juga semakin baik dibandingkan dengan Bank OCBC NISP.
Setelah Merger (2011) Persentase ROA mulai dari periode Maret hingga Desember 2011 semakin meningkat. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa setelah merger kemampuan manajemen Bank OCBC NISP dalam memperoleh laba semakin baik, dan posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset yang dimilikinya juga semakin baik.
Return on Equity (ROE) Sebelum Merger (2010) Persentase ROE pada Bank OCBC NISP dan Bank OCBC Indonesia mulai dari periode Maret hingga September 2010 meningkat, namun pada periode Desember 2010 terlihat menurun. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan kedua bank tersebut dalam memperoleh laba bersih menurun. Setelah Merger (2011) Persentase ROE pada Bank OCBC NISP selama tahun 2011 cenderung meningkat, walaupun sempat terjadi penurunan pada periode Juni 2011. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan Bank OCBC NISP dalam memperoleh laba bersih meningkat setelah merger.
Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) Sebelum Merger (2010)
Bank OCBC NISP Persentase BOPO sepanjang tahun 2010 semakin meningkat mulai dari periode Maret hingga Desember 2010. Peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa Bank OCBC NISP tidak efisien dalam mengendalikan biaya operasionalnya.
Bank OCBC Indonesia Persentase BOPO mulai dari periode Maret hingga September 2010 meningkat, namun pada periode Desember 2010 terlihat menurun. Penurunan tersebut mengindikasikan bahwa Bank OCBC Indonesia lebih efisien dibandingkan dengan Bank OCBC NISP dalam mengendalikan biaya operasionalnya.
Setelah Merger (2011) Persentase BOPO sepanjang tahun 2011 terlihat menurun. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa setelah merger Bank OCBC NISP lebih efisien dalam mengendalikan biaya operasionalnya.
Net Interest Margin (NIM) Sebelum Merger (2010) Persentase NIM baik Bank OCBC NISP maupun Bank OCBC Indonesia mulai dari periode Maret hingga Desember 2010 terlihat meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan kedua bank tersebut dalam mengelola aktiva produktifnya guna menghasilkan pendapatan bersih semakin baik, sehingga kemungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Setelah Merger (2011) Persentase NIM sepanjang tahun 2011 terlihat meningkat. Peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan Bank OCBC NISP dalam mengelola aktiva produktifnya guna menghasilkan pendapatan bersih
semakin baik, sehingga
kemungkinan bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Capital Adequacy Ratio (CAR) Sebelum Merger (2010)
Bank OCBC NISP Persentase CAR mulai dari periode Maret hingga Desember 2010 menurun, walaupun sempat meningkat pada periode Juni 2010. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa kecukupan modal yang dimiliki oleh Bank OCBC NISP untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko semakin rendah.
Bank OCBC Indonesia Persentase CAR mulai dari periode Maret hingga September 2010 menurun, namun pada periode Desember 2010 kembali meningkat.
Peningkatan tersebut
menunjukkan bahwa kecukupan modal yang dimiliki oleh Bank OCBC Indonesia untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko lebih baik dibandingkan dengan Bank OCBC NISP. Setelah Merger (2011) Persentase CAR mulai dari periode Maret hingga Desember 2011 tampak semakin menurun. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa setelah merger kecukupan modal yang dimiliki oleh Bank OCBC NISP untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko tidak semakin baik dibandingkan dengan sebelum merger.
Debt to Equity Ratio (DER) Sebelum Merger (2010)
Bank OCBC NISP Persentase DER sepanjang tahun 2010 semakin meningkat. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan Bank OCBC NISP dalam menutupi utangutangnya menggunakan dana yang berasal dari modalnya sendiri semakin rendah.
Bank OCBC Indonesia Persentase DER mulai dari periode Maret hingga September 2010 meningkat, namun pada periode Desember 2010 terlihat menurun. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan Bank OCBC Indonesia dalam menutupi utangutangnya menggunakan dana yang berasal dari modalnya sendiri lebih baik dibandingkan dengan Bank OCBC NISP.
Setelah Merger (2011) Persentase DER pada periode Maret ke periode Juni 2011 terlihat menurun, namun pada periode September hingga Desember 2011
kembali meningkat. Peningkatan tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan Bank OCBC NISP dalam menutupi utang-utangnya menggunakan dana yang berasal dari modalnya sendiri tidak semakin baik setelah merger.
Debt to Total Assets Ratio (DTAR) Sebelum Merger (2010)
Bank OCBC NISP Persentase DTAR mulai dari periode Maret hingga Desember 2010 meningkat. Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan Bank OCBC NISP dalam menggunakan utang dari luar untuk membiayai kegiatan operasionalnya tidak semakin baik selama tahun 2010.
Bank OCBC Indonesia Persentase DTAR mulai dari periode Maret hingga September 2010 meningkat, namun pada periode Desember 2010 menurun. Penurunan yang terjadi pada akhir tahun 2010 tersebut menunjukkan bahwa kemampuan Bank OCBC Indonesia dalam menggunakan utang dari luar untuk membiayai kegiatan operasionalnya lebih baik dibandingkan dengan Bank OCBC NISP.
Setelah Merger (2011) Persentase DTAR sepanjang tahun 2011 semakin meningkat. Peningkatan tersebut Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan Bank OCBC NISP dalam menggunakan utang dari luar untuk membiayai kegiatan operasionalnya tidak semakin baik setelah merger.
PENUTUP Kesimpulan
Jika dilihat berdasarkan pengelompokkan modal menurut Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Bank OCBC NISP dan Bank OCBC Indonesia termasuk ke dalam kelompok bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai dengan kapasitas dan kompetensi masing-masing bank. Karena modal inti kedua bank tersebut pada tahun 2010 (sebelum merger) antara Rp 100 miliar sampai dengan Rp 10 triliun.
Kinerja keuangan bank baik pada Bank OCBC NISP maupun Bank OCBC Indonesia pada tahun 2010 tidak terlalu baik. Kemampuan likuiditas baik Bank OCBC NISP maupun Bank OCBC Indonesia sangat rendah. Terlihat dari persentase Cash Ratio yang menurun dan persentase LAR yang meningkat di akhir tahun 2010. Selain itu, kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya pada Bank OCBC NISP sangat rendah dibandingkan dengan Bank OCBC Indonesia. Terlihat dari persentase CAR yang meningkat, serta persentase DER dan DTAR yang menurun pada akhir tahun 2010. Namun, kemampuan pengelolaan aktiva produktif Bank OCBC NISP dan Bank OCBC Indonesia guna menghasilkan pendapatan bersih terlihat baik sampai akhir tahun 2010, sehingga kemungkinan kedua bank tersebut dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Ini tampak dari persentase BOPO Bank OCBC Indonesia yang menurun dan persentase NIM dari kedua bank tersebut yang meningkat pada akhir tahun 2010.
Kemampuan Bank OCBC NISP dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya pada tahun 2011 (setelah merger) belum menunjukkan ke arah yang lebih baik. Ini dikarenakan merger yang dilakukan tanpa melikuidasi Bank OCBC Indonesia terlebih dahulu, oleh karena itu semua kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang Bank OCBC Indonesia menjadi tanggung jawab Bank OCBC NISP sehingga dana yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut juga menjadi semakin besar. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan menggunakan Paired Sample T-Test menunjukkan bahwa perubahan kinerja keuangan bank yang signifikan setelah merger hanya terjadi pada LDR, LAR, NIM, dan CAR, sehingga belum mewakili
rasio secara keseluruhan. Setelah merger persentase LDR dan LAR meningkat maka mengindikasikan bahwa kemampuan likuiditas Bank OCBC NISP setelah merger semakin rendah. Penurunan persentase NIM menunjukkan bahwa kemampuan Bank OCBC NISP dalam mengelola aktiva produktifnya guna menghasilkan pendapatan bersih tidak semakin baik. Dan penurunan persentase CAR setelah merger disebabkan oleh meningkatnya total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang tidak dapat diimbangi dengan modal bank itu sendiri. Sehingga kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko itu sendiri semakin rendah. Saran
Manajemen PT. Bank OCBC NISP, Tbk. harus berupaya untuk meningkatkan pengelolaan likuiditas bank. Karena melalui pengelolaan likuiditas yang baik, maka bank dapat memberikan keyakinan kepada para nasabahnya bahwa mereka dapat mengambil dananya sewaktu-waktu atau pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu, bank harus mempertahankan sejumlah alat likuidnya guna memastikan bahwa bank sewaktu-waktu dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Penyehatan perbankan perlu dilakukan oleh PT. Bank OCBC NISP, Tbk. karena jumlah utang yang tidak sebanding dengan jumlah modal yang dimilikinya. Penyehatan perbankan dapat dilakukan melalui restorasi solvabilitas dengan cara menambah modal, mengurangi utang, dan menambah nilai aset. Penambahan modal dapat berasal dari pemilik lama dan pemilik baru. Pengurangan utang dilakukan dengan cara pengalihan utang, sedangkan peningkatan nilai aset dapat dilakukan dengan cara memperbesar tingkat pengembalian utang bermasalah dan peningkatan nilai jaminan utang.
DAFTAR PUSTAKA Dendrawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia. Drebin, Allan R. 2006, Advanced Accounting (Akuntansi Keuangan Lanjutan). Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kusumaningsih, Yeni. 2010. “Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger pada PD BPR BKK Kabupaten Kendal”. Semarang: Universitas Diponegoro. Maradona, Dery. 2011. “Analisis Rasio Kinerja Perbankan Pre-Merger dan PostMerger pada Bank-Bank Umum Nasional”. Jakarta: Universitas Gunadarma. Nugroho, Bhuono Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian Dengan SPSS. Yogyakarta: ANDI. Pribadi, Bimo Setyoagung. 2010. “Implikasi Penerapan Single Presence Policy Dalam Bentuk Bank Holding Company Terhadap Bank-Bank BUMN”. Depok: Universitas Indonesia. Suyatno, Thomas. 1994. Kelembagaan Perbankan. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Syarifudin, Syahrul. 2011. “Analisis Keuangan Konsolidasi Bank Permata Sebelum dan Setelah
Merger
Sebagai
Bank
Rekapitalisasi”.
Jakarta:
Universitas
Gunadarma. Widjaja, Gunawan. 2002. Merger Dalam Perspektif Monopoli. Edisi Pertama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wiratno, Dwi Haryono. 1993. Akuntansi Keuangan Lanjut 2. Jakarta: Universitas Gunadarma. Yunus, Hadori & Harnanto. 1995. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. www.bi.go.id www.idx.co.id