Kajian Strategi dan Bauran Pemasaran Batik Garutan (Studi Kasus : Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut, Jawa Barat) 1
2
Muliana Yulianti , Kooswardhono Mudikdjo dan Ma’mun Sarma
2
Abstract In some areas of Indonesia, Batik Crafting Art is still expanding. This fact indicates that this kind of national cultural identity can survive and must be reckoned in the national community as well as international community, eventhough it always forced by a globalization current that bring economic liberalisation and free competition. The main factor that lead to these achievements is the endurance of the product and supported by the improvement of human resources. This study aimed to : (1) analyze marketing hotchpotch performed by PBT Garutan RM, (2) identify external and internal environment conditions that could be opportunities, threats, strengths, and weaknesses of PBT Garutan RM and (3) get alternative strategy which enable to be formulated based on the environment condition of the company. Data collecting is conducted through direct observation of raw material supplying, production, and distribution process, and interview with the owner and general administration of PBT Garutan RM, Garut West Java. The method of this study is case study with quantitative and qualitative analysis. The analysis consist of Internal Factor Evaluation (IFE) and External Factor Evaluation (EFE), Internal-External matrix (IE) and analysis of strengths, weaknesses, opportunities, and threats (SWOT Analysis) to formulate alternative strategies in order to support marketing development of Batik Tulis Garutan. Based on the marketing hotchpotch study, PBT Garutan perform these following marketing hotchpotches : (1) product strategy (high quality and several kind of product), (2) product pricing based on the basic production cost (HPP) plus benefit margin, (3) distribution strategy (telemarketing services and delivery cost is the responsible of company), and (4) promotion (news paper, magazine, radio, television, domestic and abroad exhibitions). Environment conditions affecting the company are : (1) external factor consist of 5 opportunity factors and 4 threats factors, (2) internal factor consist of 5 strength factors and 6 weaknesess factors. Based on the SWOT analysis, marketing development alternative strategy of Batik Garutan performed by PBT Garutan RM consist of 10 marketing strategies. Eight of these ten strategies are identified enabled to be done based on the marketing hotchpotch strategy, i.e : (1) to maintain product quality, (2) to improve consumers’ trust, (3) to do eficiency effort to press production cost, (4) to maintain product price, (5) to do efective and eficient promotions, (6) to develop networking with same kind companies, (7) to do outsourcing, and (8) to make bussiness partnerships.
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Batik merupakan salah satu karya budaya bangsa yang bersifat khusus karena produk ini adalah hasil perpaduan antara seni dan teknologi. Nilai seni ditunjukkan dengan motif dan warna batik, sedangkan teknologi ditunjukkan dalam proses pembuatannya (Depperindag, 1999). Seni kerajinan batik hingga kini tetap berkembang di daerah tertentu di tanah air. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis identitas budaya nasional ini mampu bertahan hidup dan patut diperhitungkan dalam komunitas nasional maupun internasional. Melihat sejarahnya, seni kerajinan batik di Indonesia digolongkan dan dibedakan ke dalam dua jenis kelompok berdasarkan ragam hias dan corak warnanya, yaitu Batik Vorstenlanden adalah seni kerajinan batik yang terdapat di daerah kerajaan zaman penjajahan Belanda dan menunjuk pada dua daerah keraton-sentris, yaitu Solo dan Yogya; Batik Pesisir adalah semua seni kerajinan batik yang berasal dari luar daerah Solo dan Yogya (Yayasan Harapan Kita, 1997). Batik Garut mendapat dua pengaruh, yakni pengaruh batik pesisiran, serta batik Tasikmalaya dan Ciamis. Pengaruh batik pesisiran timbul, karena para pedagang dari daerah pesisiran datang menawarkan batiknya, di antaranya pedagang Pekalongan, yang turut andil dalam mengembangkan batik Garut (Yayasan Harapan Kita, 1997). Salah satu pengusaha batik tulis Garutan yang giat mempertahankan batik Garutan adalah Ibu X. Perusahaan batik tulis Ibu X adalah Perusahaan Batik 1 2
Alumni PS MPI, SPs IPB Staf Pengajar PS MPI, SPs IPB
12 Tulis Garutan RM yang dikenal dengan PBT Garutan RM (PBT Garutan RM, 2003). Usaha yang didirikan pada tahun 1979 ini, berusaha melestarikan batik Garutan agar dapat dikenal secara luas seperti batik-batik dari daerah lain. Salah satu cara yang dilakukan dengan melakukan pemasaran secara aktif. Menurut Stanton dalam Swastha dan Irawan (1990), pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun yang potensial. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi di dalam suatu lingkungan yang dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial dari perusahaan. Namun harga yang relatif lebih mahal dari batik daerah lain yang disebabkan proses pembuatannya serta pembuatan batik yang tidak massal akibat tenaga pembatik yang terbatas di daerah tersebut menjadi hambatan batik Garutan, sehingga tidak begitu dikenal masyarakat. 2. Permasalahan Strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang biaya pemasaran perusahaan, bauran pemasaran dan alokasi pemasaran (Kotler, 1997). Pada dasarnya, strategi pemasaran memberikan arah dalam kaitannya dengan peubah-peubah seperti segmentasi pasar, identifikasi pasar sasaran, positioning, elemen bauran pemasaran dan biaya bauran pemasaran (Tjiptono, 1995). Strategi pemasaran yang berhasil umumnya ditentukan dari satu atau beberapa peubah bauran pemasaran. Dalam hal ini, perusahaan dapat mengembangkan strategi produk, harga, distribusi atau promosi; atau mengelompokkan peubah tersebut ke dalam suatu rencana strategis yang menyeluruh. Ada 5 konsep yang mendasari suatu strategi pemasaran (Swastha dan Irawan, 1990), yaitu segmentasi pasar, Penentuan posisi pasar (market positioning), Strategi memasuki pasar (market entry strategy), strategi marketing mix, strategi penentuan waktu (timing strategy). Berdasarkan hal yang telah dijabarkan di atas, maka permasalahan pada kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana strategi produk, harga, distribusi dan promosi yang telah dilakukan oleh PBT Garutan RM ? b. Faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal apakah yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan bagi PBT Garutan RM ? c. Alternatif strategi apakah yang dapat diformulasikan berdasarkan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan untuk meningkatkan dan memperbaiki strategi pemasaran yang dilakukan oleh PBT Garutan RM ? 3. Tujuan Tujuan kajian ini secara umum adalah mengkaji strategi dan bauran pemasaran batik Garutan dalam pelestarian batik Kabupaten Garut. Secara khusus, kajian ini bertujuan untuk : a. Mengkaji strategi produk, harga, distribusi dan promosi yang telah dilakukan oleh PBT Garutan RM. b. Mengidentifikasi kondisi lingkungan eksternal dan internal yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan bagi PBT Garutan RM. c. Mendapatkan alternatif strategi yang dapat diformulasikan berdasarkan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan untuk meningkatkan dan memperbaiki strategi pemasaran yang dilakukan oleh PBT Garutan RM. . METODOLOGI 1. Lokasi Lokasi kajian merupakan studi kasus di PBT Garutan RM Kabupaten Garut. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposif, yaitu didasarkan pada pertimbangan : (1) PBT Garutan RM merupakan perusahaan yang bergerak di bidang batik tulis, khususnya batik tulis khas daerah Garut, serta (2) adanya ketersediaan data yang diperlukan dan kesediaan manajemen menjadikan perusahaan menjadi lokasi kajian.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 1. Februari 2008
13 2. Metode Kerja Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara : (1) Studi kepustakaan (eksplorasi), terutama perkembangan batik di Indonesia, industri perbatikan serta strategi dan bauran pemasaran; (2) Pengamatan langsung dengan cara mempelajari berbagai dokumen, proses produksi dan pemasaran; (3) Membuat daftar pertanyaan (kuesioner) dan wawancara dengan manajemen perusahaan yang terdiri dari pemilik dan bagian administrasi umum PBT Garutan RM. Pengolahan dan analisis data Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang diolah dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel, disajikan dalam bentuk tabulasi untuk menyusun sasaran yang merupakan prioritas bagi perusahaan. Analisis kualitatif dilakukan dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap bauran pemasaran dan lingkungan pemasaran perusahaan, matriks IFE, EFE, IE dan analisis SWOT. Matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan beberapa langkah berikut (Rangkuti, 1998) : a. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan. Faktor internal perusahaan diperoleh dengan mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi. Daftar dibuat spesifik dengan menggunakan persentase, rasio atau angka perbandingan. Faktor eksternal perusahaan diidentifikasi dengan mendata semua peluang dan ancaman organisasi. Data eksternal perusahaan diperoleh dari hasil wawancara atau kuesioner dan diskusi dengan pihak manajemen perusahaan, serta data penunjang lainnya. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor di atas tersebut menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang selanjutnya akan diberikan bobot dan rating. b. Penentuan Bobot Setiap Peubah. Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategis eksternal dan internal tersebut kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode Paired Comparison (Kinnear dan Taylor, 1991). Bentuk penilaian pembobotan menggunakan skala 1, 2, dan 3. Nilai i jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal. Nilai 2 jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal. Nilai 3 jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal. Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai rataan (2 pakar) dari setiap peubah terhadap jumlah nilai keseluruhan peubah dengan menggunakan rumus :
ai =
xi
n
∑ Xi i =1
Dimana : a i xi i n
= = = =
Bobot peubah ke-i Nilai peubah ke-i 1, 2, 3, ….., n Jumlah peubah
c. Penentuan Peringkat (Rating) Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen atau pakar dari perusahaan yang dianggap sebagai decision maker terhadap peubah-peubah dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk matriks EFE digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3, dan 4, yaitu : 1 = Rendah, respon kurang 2 = Sedang, respon sama dengan rataan 3 = Tinggi, respon di atas rataan 4 = Sangat tinggi, respon superior Untuk faktor-faktor ancaman merupakan kebalikan dari faktor peluang, dimana skala 1 berarti sangat tinggi (respon superior terhadap perusahaan) dan skala 4 berarti rendah (respon kurang terhadap perusahaan). Untuk matriks IFE, skala nilai peringkat yang digunakan adalah : 1 = Kelemahan utama 3 = Kekuatan kecil
2 4
= Kelemahan kecil = Kekuatan utama
Hasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan analisa situasi perusahaan, dalam penilaian EFE dikelompokkan dalam tinggi (3,0–4,0), sedang (2,0–2,99) dan rendah (1,0–1,99), sedangkan nilai-nilai IFE dikelompokkan dalam kuat (3,0 – 4,0), rata-rata (2,0 – 2,99), dan lemah (1,0 – 1,99) (David, 1998). Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi perusahaan yang menggambarkan secara jelas bagaimana peluang (Opportunities : O) dan ancaman (Threats : T) eksternal yang dihadapi perusahaan untuk disesuaikan dengan kekuatan (Strengths : S) dan kelemahan (Weaknesses : W) yang dimilikinya. Terdapat 8 tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu :
Jurnal MPI Vol. 3 No. 1. Februari 2008
14 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan Tentukan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan Tentukan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S – O. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W – O. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi S – T. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W – T.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum PBT Garutan RM didirikan oleh pada tahun 1979. PBT Garutan RM ini merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang batik tulis, khususnya batik tulis khas daerah Garut yang dikenal dengan nama Batik Garutan. PBT Garutan RM baru mendapatkan nomor surat ijin usaha perusahaan (SIUP) setelah berdiri selama 18 tahun, yaitu tepatnya pada tahun 1997 dengan NO SIUP 00270/1014/PK/XI/97B. Selain terdapat di daerah Garut, PBT Garutan RM terdapat di daerah Bandung, yaitu di Jalan Pasir Salam Air E 1 dan kedua perusahaan ini masih bersifat home industry. Manajemen yang diterapkan perusahaan ini masih bersifat sederhana, dimana pimpinan usahanya adalah pemilik perusahaan. Tenaga kerja untuk bagian pemasaran, produksi, keuangan, administrasi dan umum dipegang oleh satu orang, yaitu staf administrasi umum, meskipun tanggungjawab dan pengambilan keputusan tetap dipegang oleh pimpinan ataupun wakil pimpinan. Manajer umum (pemilik usaha) merangkap jabatan pengawas, sedangkan bagian lain (pembelian bahan baku, proses produksi dan pemasaran) sebagian diserahkan kepada orang tertentu di lingkungan keluarga atau pegawai yang telah dipercayai Keterampilan yang dimiliki para karyawan, baik penulis pola dan pembatik maupun pemberi warna umumnya diperoleh dari pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh perusahaan maupun pemerintah daerah, atau di dapat dari faktor keturunan, yaitu keterampilan menulis pola dan membatik tersebut di dapat dari orang tuanya. Tingkat pendidikan para karyawan pada umumnya tamatan SD sampai dengan SMU, dengan usia para karyawan berkisar antara 14-50 tahun. Sebagian besar para karyawan tersebut memiliki hubungan kekeluargaan. Jam kerja dimulai pada pukul 08.00-16.00 WIB dengan waktu istirahat selama satu jam yaitu pada jam 12.00-13.00 WIB. Jadwal hari kerja adalah hari Senin-Sabtu, sedangkan hari Minggu dan hari besar libur. Tunjangan hari raya juga diberikan kepada karyawan sesuai dengan lama bekerjanya serta prestasi bekerja masing-masing tenaga kerja. 2. Proses Produksi a. Permodalan dan Biaya Produksi Modal yang digunakan untuk membangun perusahaan ini adalah modal sendiri, karena bersifat home industry dan peralatan yang digunakan bersifat sederhana. Dalam hal permodalan, khususnya modal kerja yang digunakan adalah proses produksi kain tenun masak dan mentah, berbeda sesuai dengan volume produksi masing-masing. Besar kecilnya modal yang dimiliki perusahaan menjadi ukuran besarnya volume produksi yang dihasilkan. b. Bahan Baku Bahan baku untuk kain batik tulis sutera Garutan di RM ini berupa kain sutera dari Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), baik kain sutera masak maupun mentah, kain sutera Alat Tenun Mesin (ATM) dan kain sutera super. Kebutuhan bahan baku tergantung dari pesanan yang datang. Kain batik tulis sutera ini dapat diperoleh dengan cara memesan sesuai motif yang diinginkan maupun dapat datang langsung ke showroom yang terdapat di sekitar pabrik. Kuantitas masingmasing jenis kain tidak sama, karena disesuaikan dengan pesanan. c. Proses Produksi PBT Garutan RM menghasilkan beberapa jenis output yang cukup beragam, di antaranya batik tulis untuk jenis kain primisima, batik cap untuk jenis kain primisima dan batik tulis sutera. Untuk masing-masing jenis kain, PBT Garutan RM membuat beberapa model, yaitu selendang, sarung, bahan kebaya, baju muslim dan kemeja. Setiap motif yang disediakan merupakan ciri khas Garutan dan tersedia dalam beragam motif. Kain sutera yang digunakan untuk batik tulis sutera menggunakan jenis kain yang berbedabeda untuk setiap model yang akan dibuat. Meskipun ada beberapa keluaran yang dihasilkan,
Jurnal MPI Vol. 3 No. 1. Februari 2008
15 namun proses produksinya sama untuk setiap keluaran. Proses produksi batik tulis dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu (a) perendaman kain dengan air dingin, (b) pemlorotan kain dengan air mendidih, (c) Penulisan pola dan membatik dengan menggunakan pensil halus, (d) Pewarnaan untuk warna dasar kain sutera, (e) Pemlorotan malam, untuk menghilangkan malam yang menempel pada kain dan untuk mencerahkan kain, (f) Pembilasan akhir untuk mencerahkan kain dan garis-garis pembatikan tulis, serta (g) Bagian akhir, melakukan perapihan pada kain sutera yang telah diwarna. 3. Pemasaran Produksi yang dihasilkan oleh perusahaan berupa kain batik tulis sutera dengan macam model untuk selendang, sarung, bahan kebaya, baju muslim dan kemeja. Motif dan warna yang ditawarkan oleh perusahaan beragam dan para pembeli dapat membeli sesuai dengan seleranya. Perusahaan menyediakan pula showroom, sehingga para pembeli dapat datang langsung ke perusahan dan memilih motif, warna dan model yang diinginkan. Perkembangan volume penjualan PBT Garutan dari tahun 1999-2003 dapat dilihat pada Gambar 1.
Nilai Penjualan (Rp)
100.000.000 80.000.000 60.000.000 40.000.000 20.000.000 1999
2000
2001
2002
2003
Gambar 1. Perkembangan volume penjualan kain batik Garutan Untuk konsumen luar kota dapat dilakukan pemesanan via telepon ataupun datang langsung ke perusahaan. Kain batik yang dipesan akan dikirim melalui jasa pengiriman dengan biaya pengiriman ditanggung oleh perusahaan. Harga kain batik tulis ini beragam baik itu dilihat dari jenis kain, motif, warna dan model. Namun perusahaan memiliki harga standar sebagai patokan dalam menjual kain per meternya. Adapun volume penjualan kain batik tulis sutera Garutan RM selama tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Volume penjualan kain batik tulis sutera Garutan Jenis Produk Jumlah (potong) Selendang 26 Sarung 36 Kebaya 24 Baju muslim 14 Kemeja 20 Total 120 Sumber : PBT Garutan RM, 2004.
Harga (Rp) 350.000 1.000.000 1.800.000 600.000 500.000
Nilai (Rp) 9.100.000 36.000.000 43.200.000 8.400.000 10.000.000 106.700.000
4. Analisis Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan kombinasi dari empat peubah yang merupakan inti dari sistem pemasaran, yaitu : a. Produk (product). Strategi produk adalah strategi yang dilakukan perusahaan berkaitan dengan produk yang dipasarkan, keputusan konsumen untuk menentukan jenis produk yang dimiliki sangat ditentukan oleh tingkat mutu, serta kemanfaatan dan kemampuan produk untuk
Jurnal MPI Vol. 3 No. 1. Februari 2008
16 memberikan kepuasan kepada konsumen (Tjiptono, 1995). Strategi produk yang dilakukan PBT Garutan RM dapat dilihat dari segi mutu dan kuantitas produk. b. Harga (price). Secara tradisional, harga merupakan salah satu faktor utama penentu keputusan untuk membeli suatu produk oleh konsumen, sehingga dengan keputusan penentuan harga yang tepat dapat menentukan sukses tidaknya penjualan produk perusahaan di pasar. Penetapan harga jual yang dilakukan oleh PBT Garutan RM didasarkan pada harga pokok produksi (HPP) ditambah dengan margin keuntungan. c. Tempat (place). Distribusi merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh perusahaan. Dengan strategi distribusi yang baik, barang-barang yang dihasilkan oleh perusahaan dapat sampai ke konsumen dengan cepat dan tepat ke lokasi yang diinginkan, serta menjamin ketersediaan barang di pasar. d. Promosi (promotion). Dalam pemasaran diperlukan promosi untuk memperkenalkan dan mengkomunikasikan produk suatu perusahaan dengan harapan konsumen dapat membeli produk perusahaan. Menurut Kotler (1997) kegiatan promosi dapat dijelaskan dalam bauran promosi yang terdiri dari empat alat utama, yaitu iklan, promosi penjualan pemasaran langsung, penjualan personal dan hubungan masyarakat. Promosi yang dilakukan PBT Garutan RM adalah melalui surat kabar, majalah, radio dan televisi. Selain itu, ikut serta pada pameran baik di dalam negeri maupun di luar negeri (Malaysia, Singapura dan Australia). 5. Analisis Lingkungan Perusahaan Identifikasi faktor internal dan eksternal Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), serta kondisi eksternal perusahaan yang meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap PBT Garutan RM, maka selanjutnya diidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamannya. Hasil analisis tersebut digunakan untuk menetapkan posisi perusahaan dengan menggunakan matriks IE. Selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk merumuskan alternatif strategi usaha ke dalam analisis SWOT. 1) Kekuatan a) Mutu produk Produk yang dihasilkan mempunyai mutu baik dan dapat bersaing di pasaran. Hal ini dapat dilihat dari motif, warna dan bahan baku sudah memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh konsumen/pemesan. Standar mutu meliputi motif, warna, model dan bahan baku yang digunakan. Hasil tersebut sangat erat kaitannya dengan proses produksi yang dilakukan dan pemanfaatan teknologi yang digunakan. Pihak manajemen perusahaan mempunyai perhatian serius, komitmen yang kuat terhadap mutu dan selalu berusaha mensosialisasikan kebijakan mutu perusahaan kepada semua karyawannya. Di samping itu, adanya pengawasan pada setiap tahapan proses produksi memungkinkan produk terkontrol dengan baik dan apabila terjadi penyimpangan akan segera dilakukan koreksi dan perbaikan. Peralatan dan teknologi yang dimiliki mendukung dihasilkannya produk dengan mutu baik. Pengawasan internal dilakukan oleh pemilik PBT Garutan RM. b) Tenaga kerja setempat Sifat pekerjaan yang diterapkan manajemen perusahaan merupakan padat karya. Oleh karena itu, kebutuhan tenaga kerja menjadi faktor penting dalam operasional perusahaan dengan jumlah cukup banyak yang sesuai dengan jumlah pesanan. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari daerah sekitar PBT Garutan RM. Banyaknya tenaga kerja yang ada di lingkungan masyarakat sekitar perusahaan merupakan sisi positif bagi kedua belah pihak. Pihak perusahaan merasa diuntungkan dengan mempekerjakan tenaga kerja yang murah, sehingga tidak perlu menyediakan tempat untuk menginap atau mengadakan fasilitas antar jemput karyawan, sedangkan pihak masyarakat setempat merasa diuntungkan dengan diberikannya kesempatan untuk menjadi karyawan di perusahaan. c) Keuletan manajer dalam mengelola usaha Usaha batik tulis Garutan dirintis oleh keluarga Ibu X. Ibu X merintis dan menjalankan usahanya sendiri, mengelola dengan ulet untuk tetap bertahan dan berkembang.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 1. Februari 2008
17 d) Pelayanan yang baik terhadap konsumen Pelayanan yang diberikan terhadap pelanggan (konsumen) sudah dilakukan dengan baik, dengan cara selalu menjaga dan memperhatikan mutu produk sebagaimana yang diminta oleh konsumen/pelanggan. Pelayanan terhadap konsumen juga dilakukan dengan cara menanggapi secara terbuka semua keluhan dari pelanggan. Selama keluhan tersebut disebabkan oleh kesalahan pihak perusahaan, maka keluhan tersebut dilayani dengan baik. Selain itu pelayanan yang baik juga dilakukan dengan cara melakukan pengiriman produk dengan tepat waktu. e) Jalur distribusi sederhana Jalur distribusi yang sederhana menjadi kekuatan PBT Garutan RM, karena semakin pendek jalur distribusi, harga produk semakin murah. Untuk itu, perusahaan sengaja membuka showroom dan melayani pemesanan via telepon untuk memperpendek jalur distribusi. 2) Kelemahan a) Kapasitas produksi terbatas Hal ini berkaitan dengan sumber daya modal, tenaga kerja terbatas dan waktu pengerjaan yang cukup lama (rataan 7-10 hari) atau tergantung dari jenis kain batik yang dibuat. b) Kurangnya promosi Untuk produk kain batik yang dihasilkan pihak manajemen perusahaan melakukan promosi terbatas melalui iklan, pameran dan telephone selling. Namun demikian, promosi yang dilakukan masih terbatas pada wilayah tertentu. Hal ini terbukti banyaknya masyarakat yang belum mengetahui batik Garutan. c) Harga jual produk relatif mahal Jika dibandingkan dengan harga secara umum di pasaran, produk perusahaan relatif lebih mahal. Hal ini disebabkan bahan dasar kain masih cukup mahal dipasaran dan tidak mudah untuk didapatkan. Di samping itu juga ada penambahan unsur pajak dalam harga jual. Harga jual kain batik dipengaruhi oleh motif, warna dan model. Batik Garutan ditulis bolak balik, lain halnya dengan kain batik dari Pekalongan, Yogya dan Solo. d) Sumber daya manusia di bagian produksi relatif rendah Tingkat pendidikan para karyawan pada umumnya tamatan SD sampai dengan SMU, maka menjadi sebuah beban tersendiri bagi pihak manajemen dalam melakukan sosialisasi kebijakan-kebijakan perusahaan misalnya pengawasan mutu. Di samping itu, untuk jabatan tertentu yang mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan (di tingkat bawah sekalipun) diperlukan kemampuan analisis yang cukup untuk membuat sebuah keputusan. e) Biaya produksi yang semakin tinggi Biaya produksi yang tinggi disebabkan oleh volume produksi yang masih sedikit dengan kapasitas yang besar, sehingga biaya per satuan produk menjadi tinggi. Di samping itu, harga bahan baku kain sutera yang juga terus meningkat dan juga adanya kenaikan harga BBM. f)
Pemasaran yang belum optimal Kegiatan pemasaran lebih banyak pada kegiatan penjualan sedangkan komponen lain yang ada dalam bauran pemasaran (marketing mix), yaitu penetapan harga dan promosi belum dioptimalkan untuk meraih pangsa pasar yang masih luas. Saat ini jumlah pelanggan tidak meningkat secara nyata, tetapi tetap mempertahankan pelanggan yang telah ada.
3) Peluang a) Meningkatnya permintaan batik Di samping disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, peningkatan permintaan kain batik juga disebabkan oleh meningkatnya kesadaran konsumen terhadap pentingnya penampilan dan kerapian dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Di samping itu, banyaknya perusahaan dan instansi yang membutuhkan kain batik baik untuk seragam kantor maupun untuk keperluan kantor membuat permintaan akan kain batik semakin meningkat. b) Terbukanya pasar ekspor Pangsa pasar ekspor masih sangat luas dengan kecenderungan permintaan yang terus meningkat, tentunya dengan memenuhi mutu dan model yang disyaratkan. Selama ini pasar ekspor yang dilayani baru ke beberapa negara tetangga, yaitu Malaysia, Singapura dan Australia. Pasar tersebut terbentuk dari hasil pameran yang diadakan di Negara-negara tersebut.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 1. Februari 2008
18 c) Pangsa pasar yang masih luas Secara geografis, pangsa pasar yang baru dilayani lebih banyak terkonsentrasi di Bandung dan Jakarta, Bogor, Tengerang dan Bekasi. Daerah-daerah lain masih belum, begitu pula dengan pangsa pasar ekspor yang masih terbuka. d) Hubungan baik dengan pemasok Selama ini perusahaan selalu menjaga hubungan baik dengan pemasok, baik dengan pemasok bahan baku maupun pemasok bahan-bahan penolong lainnya. Hubungan baik dijaga dengan cara menciptakan kondisi bisnis yang saling menguntungkan kedua belah pihak e) Adanya materi pembinaan dan pelatihan dari dinas perindustrian Dinas perindustrian melaksanakan tugas pembinaannya, yaitu dengan cara memberikan peluang untuk melaksanakan pameran dan kemudahan dalam perijinan usaha. Pelatihanpelatihan manajemen, teknis produksi dan administrasi keuangan sering dilakukan oleh dinas tersebut, sehingga menjadi peluang bagi PBT Garutan dalam menjalankan usahanya. 4) Ancaman a) Kondisi ekonomi yang belum stabil Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997 - 1998 dan mulai mengalami pemulihan sejak tahun 1999. Pada tahun-tahun berikutnya pertumbuhan ekonomi meningkat. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2000-2003 pertumbuhan ekonomi rataan 3,86% per tahun (BPS, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa ancaman ini tidak begitu besar. b) Banyaknya pesaing Di samping menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan lain pada segmen pasar yang sama, perusahaan juga harus bersaing dengan kain batik yang berasal dari Pekalongan, Solo dan Yogyakarta. c) Adanya produk pengganti Produk pengganti seperti batik cap dan batik printing merupakan ancaman sangat serius untuk pengembangan pemasaran kain batik tulis. Hal ini karena batik cap atau batik printing dapat diproduksi secara massal. Produk pengganti ini harganya jauh lebih murah dengan motif dan warna yang sangat variatif. d) Kondisi pasar global Perdagangan bebas regional maupun internasional mulai terasa dampaknya. Hal ini menjadi ancaman tersendiri bagi produk-produk karya seni tinggi seperti batik. Pelestarian budaya ini diharapkan mampu menjadi aset bangsa. 6. Penetapan Alternatif Strategi Pemasaran a. Matriks IFE Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 2 terlihat bahwa mutu produk diakui sebagai faktor paling penting dalam kegiatan produksi dengan nilai skor 0,374 dan merupakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk memberikan yang terbaik bagi konsumen. Hal ini terkait dengan adanya keuletan manajer dalam mengelola usaha dengan menitikberatkan pada pengawasan mutu produk (0,309) dan jalur distribusi yang dapat menjangkau konsumen atau pelanggan (0,307). Harga jual produk relatif tinggi menjadi kelemahan yang besar terhadap perusahaan dengan nilai skor 0,227. Hal ini berkaitan erat dengan biaya produksi yang tinggi (0,195) dan kurangnya promosi (0,155) yang mengakibatkan nilai produk mahal per satuan. Semakin banyak pesanan harga akan lebih murah. Selain itu, harga jual relatif mahal dipengaruhi oleh pembuatan batik tulis, karena dilakukan dua kali kerja, yaitu menulis bolak balik pada kain sutera. b. Matriks EFE Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3, terlihat bahwa adanya peningkatan permintaan produk fashion khusus batik Garutan dengan nilai 0,380 yang merupakan kesempatan atau peluang yang dapat diraih oleh PBT Garutan RM. Hal ini didukung oleh hubungan yang sangat baik dengan pemasok (0,357), baik bahan baku maupun bahan penolong lainnya. Kontinuitas bahan baku merupakan hal penting bagi perusahaan dalam memperoleh produk kain batik yang bermutu. Adanya produk pengganti yang semakin banyak telah menjadi ancaman yang besar terhadap perusahaan dengan nilai skor 0,345, berupa batik cap dan batik cetak. Hal ini berkaitan
Jurnal MPI Vol. 3 No. 1. Februari 2008
19 erat dengan banyaknya pesaing baik industri batik Priangan maupun batik dari Pekalongan, Yogyakarta maupun Solo (0,338). Tabel 2. Faktor strategis internal PBT Garutan pada tahun 2004 Faktor Strategis Internal A. Kekuatan Produk bermutu Tenaga kerja setempat Keuletan manajer Pelayanan yang baik Jalur distribusi sederhana Jumlah (A) B. Kelemahan Kapasitas produksi terbatas Kurangnya promosi Harga jual produk relatif tinggi SDM relatif rendah Biaya produksi tinggi Pemasaran belum optimal Jumlah (B) Total (A+B)
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (c=axb)
Ranking (d)
0,107 0,093 0,077 0,075 0,102 0,454
3,5 3 4 4 3
0,374 0,280 0,309 0,300 0,307 1,570
1 5 2 4 3
0,082 0,077 0,114 0,086 0,098 0,089 0,546 1,000
2 2 2 1,5 2 1,5
0,164 0,155 0,227 0,130 0,195 0,133 1,004 2,574
3 4 1 6 2 5
Tabel 3. Faktor strategis eksternal PBT Garutan RM pada tahun 2004 Faktor Strategis Eksternal A. Peluang Meningkatnya permintaan batik Terbukanya pasar ekspor Pangsa pasar yang luas Hubungan baik dengan pemasok Pembinaan dan pelatihan Jumlah (A) B. Ancaman Kondisi ekonomi belum stabil Banyaknya pesaing Adanya produk pengganti Kondisi pasar global Jumlah (B) Total (A+B)
Bobot (a)
Rating (b)
Skor (c=axb)
Ranking (d)
0,127 0,116 0,109 0,102 0,116 0,570
3 2 3 3,5 3
0,380 0,232 0,327 0,357 0,349 1,645
1 5 4 2 3
0,109 0,113 0,099 0,109 0,430 1,000
2,5 3 3,5 3
0,273 0,338 0,345 0,327 1,283 2,928
4 2 1 3
c. Matriks IE Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis internal eksternal yang menghasilkan matriks IE, sehingga dapat diketahui posisi perusahaan untuk mempermudah pemilihan alternatif strategi. Pemetaan posisi perusahaan sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi dalam menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi dalam industri kain batik. Dengan total nilai pada matriks internal 2,573, maka PBT Garutan RM memiliki faktor internal yang tergolong sedang atau rataan dalam melakukan industri kain batik. Total nilai matriks eksternal 2,930 memperlihatkan respon yang diberikan oleh PBT Garutan RM kepada lingkungan eksternal tergolong sedang. Apabila masing-masing total skor dari faktor internal maupun eksternal dipetakan dalam matriks, maka posisi perusahaan saat ini adalah pada kotak di kuadran kelima yang berarti inti strategi yang diterapkan perusahaan adalah strategi stabilitas. Strategi yang dapat dikembangkan adalah intensive strategy (market penetration, market development dan product development). Secara lengkap matriks dan posisi PBT Garutan RM relatif terhadap industri kain batik dapat dilihat dalam Gambar 2.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 1. Februari 2008
20
Total Skor Evaluasi Faktor Internal Rata-rata
Kuat 4.0
Total Skor Evaluasi Faktor Eksternal
Tinggi
3.0
Lemah 1.0
2.0
I Pertumbuhan
II Pertumbuhan
III Penciutan
IV Stabilitas
V Pertumbuhan/ Stabilitas
VI Penciutan
VII Pertumbuhan
VIII Pertumbuhan
IX Likuidasi
3.0
Menengah 2.0 Rendah 1.0
Gambar 2. Posisi perusahaan pada Matriks IE d. Analisis Matriks SWOT Setelah mengetahui posisi perusahaan saat ini dan diperoleh inti strategi perusahaan, selanjutnya disusun faktor-faktor strategi perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT (Tabel 4). 1) Strategi S – O Kolom strategi S – O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada. Beberapa strategi yang dapat digunakan berkenaan dengan strategi ini adalah : a) Mempertahankan dan memperluas jaringan pemasaran yang sudah ada Secara geografis pangsa pasar yang dilayani oleh perusahaan lebih banyak terpusat di Bandung dan sekitarnya serta wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (JABODETABEK), sebagian kecil daerah Bali dan pasar ekspor. Memperluas pangsa pasar masih sangat mungkin dilakukan, mengingat pasar yang berada di luar JABODETABEK mempunyai daya serap yang cukup besar untuk produk batik tulis Garutan. Dengan mempertahankan mutu produk secara kontinyu, kemungkinan besar produk yang dihasilkan oleh PBT Garutan RM dapat diterima di berbagai segmen pasar, termasuk pasar ekspor yang biasanya mensyaratkan mutu produk tinggi. Untuk jangka panjang, perusahaan dapat menunjuk outlet-outlet sebagai distributor pada daerah-daerah yang mempunyai potensi pasar besar. Hal ini dilakukan agar pihak perusahaan dapat memperoleh informasi yang akurat mengenai perkembangan pasar di area tersebut. Dengan cara itu, pula konsumen dapat dengan cepat mendapatkan informasi mengenai produk-produk baru perusahaan yang berkaitan dengan pelanggan. b) Memelihara dan mempertahankan mutu produk dan terus berusaha melakukan sosialisasi kepada seluruh karyawan Perhatian manajemen terhadap mutu saat ini sudah cukup baik, maka yang perlu ditingkatkan adalah sosialisasi kepada karyawan di tingkat bawah, terutama terhadap karyawan yang berhubungan langsung dengan produksi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan struktur organisasi yang ada sampai kebijakan perusahaan tersebut benar-benar dimengerti dan dilaksanakan di lapangan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan penjelasan mengenai pentingnya menjaga mutu produk dan alasan mengapa karyawan harus melakukan hal tersebut. Dengan cara itu diharapkan karyawan dapat menjaga mutu produk pada setiap tahapan proses produksi atas dasar kesadaran sendiri. c) Mengembangkan networking dengan perusahaan sejenis, baik skala yang sama dan lebih besar Strategi mengembangkan networking dengan perusahaan sejenis, baik skala yang sama dan lebih besar merupakan strategi yang dikembangkan oleh perusahaan dalam
Jurnal MPI Vol. 3 No. 1. Februari 2008
21 menghadapi permintaan pasar yang cukup besar. Networking ini dibangun berdasarkan atas kebersamaan, kejujuran dan kesamaan produk, sedangkan dengan perusahaan yang lebih besar, strategi ini digunakan untuk membangun pasar yang lebih luas dan mempertahankan produk yang dihasilkan oleh PBT Garutan RM. Tabel 4. Perumusan Strategi PBT Garutan RM dengan Matriks SWOT INTERNAL
EKSTERNAL OPPORTUNITIES – O O1. Meningkatnya permintaan batik O2. Terbukanya pasar ekspor O3. Pangsa pasar yang masih luas O4. Hubungan baik dengan pemasok O5. Pembinaan dan pelatihan
THREATS – T T1. Kondisi ekonomi belum stabil T2. Banyaknya pesaing T3. Adanya produk pengganti T4. Kondisi pasar global
STRENGTH – S S1. Produk bermutu S2. Tenaga kerja setempat S3. Keuletan manajer S4. Pelayanan yang baik terhadap konsumen S5. Jalur distribusi sederhana STRATEGI S – O 1. Mempertahankan dan memperluas jaringan pemasaran (O1,O2,O3,S1,S3,S5) 2. Memelihara dan mempertahankan mutu produk (O2,O4,O5, S1,S2,S4) 3. Mengembangkan networking dengan perusahaan sejenis, baik skala yang sama dan lebih besar (O1,O2,O3,S1,S2,S4) STRATEGI S – T 1. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap batik tulis Garutan (T2,T3,T4,S4, S5) 2. Melakukan kemitraan usaha (T1,T4, S5)
WEAKNESS – W W1. Kapasitas produksi terbatas W2. Kurangnya promosi W3. Harga jual tinggi W4. SDM relatif rendah W5. Biaya produksi semakin tinggi W6. Pemasaran belum optimal STRATEGI W – O 1. Melakukan promosi dengan efektif dan efisien (O2,O3,O5, W2,W3,W6) 2. Melakukan efisiensi untuk menekan biaya produksi (O1,O2,O3,W1,W4,W5) 3. Meningkatkan kinerja pemasaran dalam menganalisis permintaan pasar (O1,O2,O3,W6) STRATEGI W – T 1. Mempertahankan harga jual produk di pasaran (T1,T2,T3, T4,W3,W5,W6) 2. Melakukan outsourcing (T2,T3, W1,W2,W3,W6)
2) Strategi W - O Kolom strategi W – O adalah strategi yang dipakai oleh perusahaan untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki perusahaan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah : a) Melakukan promosi dengan efektif dan efisien Langkah awal yang perlu dilakukan berkaitan dengan promosi adalah membuat produk yang dihasilkan PBT Garutan RM mudah dikenali di pasaran. Hal tersebut salah satunya dapat dilakukan pada segmen pasar tertentu, dengan mengenalkan identitas produk yang membedakannya dengan produk yang sama dari perusahaan pesaing, misalnya membuat kemasan menarik dengan identitas perusahaan yang jelas. Dengan beberapa keunggulan mutu produk yang diperkenalkan melalui media promosi, konsumen akan dengan mudah mengenali produk yang dimaksud di pasaran. b) Melakukan efisiensi untuk menekan biaya operasional perusahaan Tingginya harga jual produk erat kaitannya dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, yaitu semakin tinggi biaya produksi per satuan produk, maka harga jual akan semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan sulitnya produk untuk masuk pasar, ditambah lagi dengan kondisi ekonomi masyarakat yang secara umum masih dalam keadaan krisis. Tingginya harga jual produk tersebut dapat disiasati dengan melakukan efisiensi selama proses produksi berjalan. Efisiensi secara langsung dapat dilakukan dengan mengurangi biaya-biaya yang dianggap tidak perlu dan tidak terlalu mendesak untuk dikeluarkan. Efisiensi secara tidak langsung salah satunya dapat dilakukan dengan cara pengawasan mutu produk lebih ketat sehingga persentase produk dengan kategori mutu yang bagus dapat ditingkatkan dan pada akhirnya berpengaruh nyata terhadap penerimaan perusahaan. Efisiensi dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan kapasitas produksi yang ada. c) Meningkatkan kinerja pemasaran dalam menganalisis permintaan pasar Bagian pemasaran pada sebuah perusahaan diumpamakan sebagai ujung tombak perusahaan, dimana kinerja bagian ini memberikan pengaruh nyata terhadap penerimaan
Jurnal MPI Vol. 3 No. 1. Februari 2008
22 perusahaan. Efektifitas kinerja pemasaran dapat dilakukan dengan pendekatan bauran pemasaran (marketing mix) dengan cara mengevaluasi sejauh mana penerapan strategi produk, harga, promosi dan distribusi dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Pangsa pasar diluar JABODETABEK masih sangat potensial untuk dikembangkan dan begitu pula dengan pangsa pasar ekspor. Jika dianggap perlu, perusahaan dapat melakukan perubahan strategi pemasaran yang lebih relevan dengan kondisi yang ada untuk dapat mencapai pangsa pasar potensial dengan pendekatan harga, promosi dan distribusi yang ada, karena produk yang dihasilkan sudah dianggap cukup baik dan dapat diterima di berbagai segmen pasar. 3) Strategi S – T Kolom strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk menghindari ancaman-ancaman yang ada. Strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah : a) Meningkatkan kepercayaan konsumen Meningkatkan kepercayaan konsumen merupakan hal penting yang dapat dilakukan dalam untuk menjaga loyalitas konsumen dalam menggunakan produk. Dengan pelayanan yang baik, konsumen merasa puas dan melakukan pembelian ulang dan tidak akan berpindah pada produk yang sama dari perusahaan pesaing. Di sisi lain, konsumen dimanfaatkan sebagai media promosi untuk memberitahukan kepada calon konsumen lainnya tentang mutu produk dan pelayanan yang diberikan. Mutu pelayanan juga dapat ditingkatkan dengan cara memenuhi keinginan pelanggan, terutama terhadap produk yang diminati. b) Melakukan kemitraan usaha Hal ini penting dilakukan untuk menjaga keberlangsungan produksi. Bahan baku misalnya, perusahaan melakukan kemitraan dengan peternak (ulat sutera) atau pengrajin sutera alam. Dalam pola pemasaran, perusahaan melakukan pemasaran dengan berbagai pihak, di antaranya pedagang kecil, pedagang menengah dan besar, toko serta mengikuti pameran-pameran yang dilakukan oleh Dinas perindustrian dan perdagangan, Dinas koperasi dan usaha kecil, KADIN serta instansi terkait lainnya. 4) Strategi W – T Kolom strategi W-T adalah strategi perusahaan untuk berusaha meminimalkan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan dalam menghindar dari ancaman yang ada. Strategi yang dapat dilakukan adalah : a) Mempertahankan harga jual produk Strategi ini dilakukan mengingat kondisi ekonomi masyarakat pada saat ini masih dalam keadaan kurang baik, sehingga daya beli masyarakat masih lemah. Strategi mempertahankan harga jual dapat dilakukan dengan cara melakukan produksi dengan efisien, sehingga biaya produksi per satuan produk menjadi lebih rendah. Pada saat ini walaupun permintaan produk batik tulis Garutan, terutama selendang, sarung, kebaya, baju muslim dan kemeja cenderung meningkat, tetapi bukan saat yang tepat untuk menaikkan harga jual produk. b) Melakukan outsourcing Strategi ini dilakukan agar produk dikenal luas oleh konsumen dalam menghadapi banyaknya pesaing dan produk pengganti. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara melakukan perluasan dan memperbesar area pemasaran, yaitu dengan menitipkan produk ke perusahaan-perusahaan fashion, misalnya factory outlet, butik-butik dan perusahaan lainnya. e. Strategi Berdasarkan Bauran Pemasaran Hasil kajian analisis strategi pemasaran tidak hanya ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk. Tetapi juga dapat digunakan untuk menganalisis implikasi bauran pemasaran terhadap strategi pemasaran bagi perusahaan, sehingga perlu disusun suatu strategi bauran pemasaran yang terdiri
Jurnal MPI Vol. 3 No. 1. Februari 2008
23 dari (1) strategi produk, (2) strategi harga, (3) strategi promosi dan (4) strategi distribusi secara kualitatif dan kuantitatif dengan analisis SWOT. Secara ringkas, alternatif strategi berdasarkan bauran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Alternatif strategi berdasarkan bauran pemasaran batik tulis Garutan Strategi bauran pemasaran Strategi produk
Strategi harga Strategi promosi
Strategi distribusi atau tempat
Strategi yang dijalankan 1. Memelihara dan mempertahankan mutu produk 2. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap batik tulis Garutan 1. Melakukan efisiensi untuk menekan biaya produksi 2. Mempertahankan harga jual produk di pasaran 1. Melakukan promosi dengan efektif dan efisien 2. Mengembangkan networking dengan perusahaan sejenis, baik skala yang sama maupun lebih besar 1. Melakukan outsourcing 2. Melakukan kemitraan
Strategi pemasaran yang dapat dilakukan berdasarkan bauran pemasaran dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Strategi Produk Strategi pengembangan suatu produk yang dilakukan produsen disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Hal tersebut tercermin dari mutu produk yang dihasilkan, jenis dan ragam corak yang ditawarkan dan jenis bahan baku yang digunakan. Oleh karena itu, penting bagi produsen untuk melakukan suatu strategi produk yang berupa memelihara dan mempertahankan mutu produk, serta meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap batik tulis Garutan. 2) Strategi Harga Strategi harga yang ditetapkan oleh produsen sangat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian. Strategi yang dapat dilakukan adalah melakukan efisiensi untuk menekan biaya produksi dan mempertahankan harga jual produk di pasaran. 3) Strategi Promosi Promosi ikut memegang peranan penting dalam memberikan pengaruh terhadap penjualan. Promosi yang dilakukan harus disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan produsen. Tujuan dari usaha yang dikelola pengusaha PBT Garutan RM adalah untuk memaksimalkan laba atau keuntungan. Upaya promosi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan promosi efektif dan efisien, salah satunya melalui penyebaran brosur dan leaflet. Tujuan upaya ini adalah untuk menginformasikan kepada konsumen tentang keberadaan batik Garutan. Jenis promosi ini cukup murah dan efektif, mengingat produsen tidak menetapkan pangsa pasar tertentu. Selain itu, promosi dapat dilakukan dengan mengembangkan networking dengan perusahaan sejenis, baik skala yang sama dan lebih besar. 4) Strategi Distribusi (Tempat) Tempat penjualan merupakan salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan guna menarik perhatian konsumen. Suasana yang nyaman dan bersih memberi nilai tersendiri bagi konsumen yang datang. Dalam hal ini, sistem penataan penjualan yang baik dapat memberikan sesuatu yang memudahkan konsumen dalam memilih produk yang akan dibeli. Upaya yang dilakukan dalam strategi distribusi adalah dengan melakukan outsourcing dan melakukan kemitraan usaha, baik dengan perusahaan yang bergerak dalam transportasi maupun jasa pengiriman barang, dengan tujuan untuk menjaga kontinuitas ketersediaan produk. Hal seperti ini dapat membantu meningkatkan loyalitas konsumen terhadap produk batik tulis Garutan, sehingga pembeli atau pembelian berulang kali dapat terjadi.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 1. Februari 2008
24 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. PBT Garutan RM melakukan bauran pemasaran sebagai berikut : (1) Strategi produk yang didasarkan pada (a) produk bermutu (bahan baku, motif, warna dan model) dan (b) kuantitas produk; (2) Penetapan harga jual berdasarkan pada HPP ditambah dengan margin keuntungan; (3) Strategi distribusi untuk mempermudah konsumen mendapatkan produk dengan cara memberikan layanan via telepon dan pesanan melalui jasa pengiriman dan (4) Promosi dengan surat kabar, majalah, radio dan televisi (TVRI Bandung), di samping ikut serta dalam pameran di dalam negeri maupun di luar negeri (Malaysia, Singapura dan Australia). b. Pelaksanaan strategi dan bauran pemasaran batik Garutan berdasarkan matriks IE yang didapatkan dari sintesa matriks IFE dan EFE adalah berada pada sel V, yaitu strategi pertahankan dan pelihara, dengan aplikasi strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. c. Dari posisi dan kondisi perusahaan berdasarkan hasil analisis matriks IE dapat disusun beberapa alternatif strategi pengembangan usaha batik Garutan yang dilakukan oleh PBT Garutan RM, yaitu : (1) Mempertahankan dan memperluas jaringan pemasaran, (2) Memelihara dan mempertahankan mutu produk, (3) Mengembangan networking dengan perusahaan sejenis baik skala yang sama dan lebih besar, (4) Melakukan promosi dengan efektif dan efisien, (5) Melakukan efisiensi untuk menekan biaya produksi, (6) Meningkatkan kinerja pemasaran dalam menganalisis permintaan pasar, (7) Melakukan kemitraan usaha, (8) Meningkatkan kepercayaan konsumen, (9) Mempertahankan harga jual produk dan (10) Melakukan outsourcing. 2. Saran Untuk melakukan pengembangan usaha di masa mendatang, diperlukan komitmen manajer untuk memperbaiki kondisi internal saat ini, terutama pembenahan dan pengembangan mutu SDM melalui pelatihan terpadu, baik pelatihan internal perusahaan maupun mendatangkan pakar dari lingkungan akademis, atau dengan cara mengikutsertakan wakil dari karyawan untuk aktif mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak luar.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2004. Profil Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga di Indonesia. Biro Pusat Statistik Indonesia, Jakarta. David, F. R. 1998. Manajemen Strategi : Konsep (Terjemahan). Prenhalindo, Jakarta. Depperindag. 1999. Profil Komoditi Batik, Kanwil Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jawa Tengah, Semarang. Kinnear, T. L. and Taylor. 1991. Marketing Research, An Applied Aproach, Mc. Graw Hill, New York. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol (Terjemahan). Prentice-Hall, New Jersey. PBT Garutan RM. 2003. Company Profile. Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut, Jawa Barat. ______________. 2004. Laporan Tahunan Perusahaan Batik Tulis Garutan RM, Garut, Jawa Barat. Rangkuti, F. 1998. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Swastha, D.H dan B. Irawan. 1990. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty, Yogyakarta. Tjiptono, F. 1995. Strategi Pemasaran. Andi Offset, Yogyakarta. Yayasan Harapan Kita. 1997. Indonesia Indah “Batik”. Jakarta.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 1. Februari 2008