i
DAMPAK KOMERSIALISASI DAN PRIVATISASI PT. AMERTA INDAH OTSUKA TERHADAP SUMBER AIR BERSIH DARI SUDUT PANDANG SYARIAH ISLAM (Kasus Desa Kutajaya, Sukabumi)
ABDURRAHMAN FATHONY SYAUKAT
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Komersialisasi dan Privatisasi PT. Amerta Indah Otsuka Terhadap Sumber Air Bersih dari Sudut Pandang Syariah Islam (Kasus Desa Kutajaya, Kota Sukabumi) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Abdurrahman Fathony Syaukat NIM H54100013
ii
ABSTRAK ABDURRAHMAN FATHONY SYAUKAT. Dampak Komersialisasi dan Privatisasi PT. Amerta Indah Otsuka terhadap Sumber Air Bersih dari Sudut Pandang Syariah Islam (Kasus Desa Kutajaya, Kota Sukabumi). Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Air adalah kebutuhan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan penjelasan berdasarkan Al-Quran, air digolongkan kepada harta yang haknya dimiliki oleh setiap umat karena urgensi kebutuhannya. Komoditas air memiliki manfaat, tetapi kepemilikannya kerap menimbulkan sengketa pemilik hak antara masyarakat dan instansi, seperti PT. Amerta Indah Otsuka sebagai perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) dari minuman isotonik Pocari Sweat yang menggunakan air sebagai bahan baku produksi. Air yang digunakan untuk produksi berasal dari Desa Kutajaya yang sumber air tanahnya juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Kondisi ini menimbulkan permasalahan hak kepemilikan air bersih bagi warga karena sumber air bersih diprivatisasi oleh perusahaan. Warga RT 07 RW 04 yang bersebelahan langsung dengan perusahaan mengalami kekeringan air dan kekeruhan air pada sebagian responden. Penelitian ini menganalisis persepsi responden sebelum dan sesudah adanya PT. Amerta Indah Otsuka di Desa Kutajaya, nilai Willingness To Pay dan Willingness To Accept beserta faktor-faktor yang memengaruhi dan titik perpotongannya, dan solusi air bersih menggunakan analytical hierarchy process (AHP) serta pandangan maqashid syariah Islam ditinjau dari dua kondisi, yaitu bila maqashid syariah tidak ditegakan dan bila maqashid syariah ditegakan. Hasil analisis menunjukkan masyarakat menginginkan kompensasi atas hak air bersih yang hilang dengan aliran air bersih oleh PT. Amerta Indah Otsuka. Kata kunci: AHP, Air Bersih, Contingent Valuation Method (CVM), Maqashid Syariah
ABSTRACT ABDURRAHMAN FATHONY SYAUKAT. Commercialization and Privatization Impact by PT. Amerta Indah Otsuka on Water Resources from Islamic Shariah Perspective (Case Kutajaya Village, Sukabumi). Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS. Water is one of the basic human daily needs. Islam reviews on its urgency that water is categorized as a property that every human being has rights on its ownership. Water as a commodity has many benefits, however the ownership often leads to disputes between residents and the private agencies, such as bottled water company. PT. Amerta Indah Otsuka that is known for its isotonic drink, Pocari Sweat. The company uses water as one of the raw material of its production. The water used for the production is obtained from the village of Kutajaya as ground water that is also utilized by
iii
the surrounding residents. This condition raises ownership issues on water as a source of clean water that is privatized by the company. Resident of RT 07 RW 04 is located directly next to the water company drought water. This study analyzes the perceptions of the respondents on impacts before and after PT. Amerta Indah Otsuka started its production in Kutajaya. The willingness to pay (WTP) and willingness to accept (WTA) is also analyzed. And not to forget alternative solution by analytical hierarchy process (AHP). Islamic law is viewed by maqashid sharia. As result of the analysis, it is known that respondents desire compensation for the right of their clean water because of the lack of access to clean water from PT. Amerta Indah Otsuka. Therefore purchasing back clean water from the company (BELI) is one of the alernative solution. Keywords: AHP, Clean Water, Contingent Valuation Method (CVM), maqashid Sharia
iv
v
DAMPAK KOMERSIALISASI DAN PRIVATISASI PT. AMERTA INDAH OTSUKA TERHADAP SUMBER AIR BERSIH DARI SUDUT PANDANG SYARIAH ISLAM (Kasus Desa Kutajaya, Sukabumi)
ABDURRAHMAN FATHONY SYAUKAT
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah Departemen Ilmu Ekonomi
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
vi
vii
Judul Skripsi
: Dampak Komersialisasi dan Privatisasi PT. Amerta Indah Otsuka Terhadap Sumber Air Bersih dari Sudut Pandang Syariah Islam (Kasus Desa Kutajaya, Kota Sukabumi)
Nama
: Abdurrahman Fathony Syaukat
NIM
: H54100013
Disetujui oleh
Prof Dr Muham
Tanggal Lulus:
1 1 AUG 2014
viii
PRAKATA Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Dampak Komersialisasi dan Privatisasi PT. Amerta Indah Otsuka Terhadap Sumber Air dari Sudut Pandang Syariah Islam (Kasus Desa Kutajaya, Kota Sukabumi). Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang sejenis. Skripsi ini bertujuan untuk memberikan gambaran bahwa ekonomi syariah bersifat universal tidak hanya fokus terhadap perbankan, melainkan juga terhadap lingkungan. Ekonomi syariah dalam prakteknya memprioritaskan kepentingan sosial dan lingkungan dengan berprinsip kepada Al-Quran dan hadits. Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi pemerintah dan masyarakat setempat dalam mempertimbangkan langkah untuk menyusun kebijakan kompensasi sumber air bersih Desa Kutajaya untuk warga yang merasa dirugikan, serta dapat bermanfaat bagi pihak lain yang berkepentingan. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Firdaus, SP, M.Si selaku pembimbing. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dekan FEM IPB sekaligus ayah, Yusman Syaukat, keluarga, dan teman-teman atas doa dan dukungannya. Selain itu, penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Badri sebagai pembela hak air di Desa Kutajaya, Yusuf „Fluxcup‟ Ismail, Fadhilla Izzaty Syaukat, dan Nana Rodiana. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Penulis memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini.
Bogor, Juli 2014 Abdurrahman Fathony Syaukat
ix
DAFTAR ISI ABSTRAK
ii
ABSTRACT
ii
PRAKATA
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
4
Hukum Islam dalam Pengelolaan Air
4
Analisis Persepsi
5
Property Rights
6
Air Bersih
10
Privatisasi
12
Contingent Valuation Method (CVM)
13
Analytical Hierarchy Process (AHP)
14
Maqashid Syariah
15
Penelitian Terdahulu
18
METODE PENELITIAN
18
Lokasi dan Waktu Penelitian
18
Jenis dan Sumber Data
19
Metode Penentuan Sampel
19
Metode Analisis Data
19
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
19
x
Identifikasi Manfaat dan Kegunaan
20
Pasar Hipotetik
20
Penentuan Besarnya Penawaran Nilai WTP dan WTA
20
Estimasi Nilai Rata-Rata WTP
21
Estimasi Kurva WTP
21
Penjumlahan Data WTP
21
Estimasi Nilai Rata-Rata WTA
22
Estimasi Kurva WTA
22
Penjumlahan Data WTA
22
Rekomendasi Alternatif Air Bersih dengan Metode AHP dan Analisis Maqashid Syariah 23 KERANGKA PEMIKIRAN
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
25
Gambaran Umum
25
Hukum Islam dalam Mengelola Air
26
Analisis Persepsi
26
Analisis Persepsi Masyarakat Kutajaya Terhadap Sumber Air Bersih
30
Estimasi Willingness To Pay dan Willingness To Accept
35
Rekomendasi Alternatif
40
KESIMPULAN DAN SARAN
45
Kesimpulan
45
Saran
46
DAFTAR PUSTAKA
47
RIWAYAT HIDUP
60
xi
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Tipe Kepemilikan beserta Hak-haknya Besaran WTA Responden Faktor-Faktor Pengaruh Nilai WTP Faktor-Faktor yang Memengaruhi WTA Alternatif Solusi Air Bersih Faktor Alternatif Solusi Air Bersih
7 35 38 39 41 42
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kerangka Pemikiran Penelitian Dampak komersialisasi dan Privatasi Sumber Air dari Sudut Pandang Syariah Islam Kebersihan Sebelum Ada PT. Amerta Indah Otsuka Kebersihan Setelah Adanya PT. Amerta Indah Otsuka Kenyamanan Sebelum Adanya PT. Amerta Indah Otsuka Kondisi Air Sebelum Ada PT. Amerta Indah Otsuka Kondisi Air Setelah Ada PT. Amerta Indah Otsuka Biaya tambahan Akibat Adanya PT. Amerta Indah Otsuka Mengandalkan Sumur sebagai Sumber Air Kelayakan Air Sumur untuk Dimanfaatkan Sumber Lain Memperoleh Air Bersih Selain dari Sumur Kepuasan dengan Adanya PT. Amerta Indah Otsuka Dampak yang Dirasakan Atas Keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka Risiko yang Ditimbulkan Setelah Adanya PT. Amerta Indah Otsuka Keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka Memberikan Gangguan Terhadap Aktivitas Sehari-Hari Bentuk Gangguan yang Dirasakan Responden Merasa Dirugikan dengan Kehadiran PT. Amerta Indah Otsuka Tingkat Responden Menginginkan Kompensasi Kurva perpotongan WTP dan WTA
24 27 27 28 28 29 29 30 30 31 31 32 32 33 33 34 34 37
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Lokasi PT. Amerta Indah Otsuka, Sukabumi dan Lokasi Desa Kutajaya Kuesioner Penelitian Model Regresi WTA Model Regresi WTP Dokumentasi Penelitian
49 50 57 58 59
xii
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Al-Quran menilai pemilik asal semua harta dengan berbagai macamnya adalah Allah SWT karena Dialah Pencipta, Pengatur dan Pemilik segala yang ada di alam semesta ini, termasuk harta sebagaimana firman-Nya dalam Q.S AlMaidah ayat 17: ”Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya, Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Al-Maidah [5]: 17. Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang dikaruniai akal adalah pihak yang mendapatkan kuasa dari Allah SWT untuk memiliki dan memanfaatkan harta tersebut, Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Hadid ayat 7 : “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya...” AlHadid [57]: 7. Allah SWT menetapkan bahwa harta hendaknya digunakan, baik untuk kepentingan individu atau kelompok. Masyarakat berwenang atas penggunaan harta tersebut secara keseluruhan dan pemanfaatannya kepada individu dan instansi terkait yang mengusahakan perolehannya sesuai kebutuhan masingmasing. Sebuah kepemilikan atas harta kekayaan oleh manusia baru dapat dipandang sah, apabila telah mendapatkan izin dari Allah SWT untuk memilikinya, yaitu kepemilikan dan pemanfaatan suatu harta haruslah didasarkan pada ketentuan-ketentuan syara‟ yang tertuang dalam Al-Qur‟an maupun AsSunnah. Air dalam Al-Quran dikategorikan sebagai salah satu harta dari Allah SWT kepada makhluk hidup-Nya yang dapat memberi kelangsungan hidup dan membersihkan diri manusia di muka bumi. Air dalam bahasa arab, yaitu „ma, ditemukan sebanyak 63 kali di dalam Al-Quran, lebih banyak dibandingkan dengan larangan riba yang terdapat sebanyak 5 kali disebutkan dalam Al-Quran dan menjadikanya sebuah hajat penting dalam aspek kehidupan. Air erat kaitannya dengan Islam sebab air diatur dalam Islam untuk beribadah, thaharah atau mensucikan diri dari najis. Air tersedia melimpah di bumi dengan 2/3 bagian bumi tertutupi oleh perairan yang menyisakan hanya 1/3 bagian oleh daratan dengan 97.5% (1.34 milyar km3) dari seluruh perairan yang ada di bumi tertutupi oleh air laut dan sisanya 2.5% (35 juta km3) air tawar (Pankratz 2013). Menurut keberadaannya, air dapat dibedakan menjadi air permukaan dan air tanah. Air permukaan (surface water) dapat diperoleh langsung dari sungai, danau atau laut. Air memiliki siklus air untuk mendaur ulang sumberdaya airnya, dengan kata lain memperbarui sumberdaya air, namun tidak menambah volume air yang sudah ada. Hasil akhir dari siklus air berupa air tawar yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari manusia. Adanya kekhawatiran masyarakat umum akan kualitas air yang tersedia di alam untuk dapat dikonsumsi. Peluang ini dimanfaatkan oleh produsen air minum dalam kemasan (AMDK) untuk
2
membangun pasar air minum dalam kemasan yang menjamin konsumsi air bersih untuk konsumen. AMDK menawarkan kualitas air yang dapat dikonsumsi setelah memproduksi air minum siap kemas dan didistribusikan kepada konsumen. Kebijakan perusahaan AMDK membeli sumber mata air dari tangan warga dan mengalihkan hak kepemilikanya menjadi milik perusahaan AMDK untuk keperluan komersialisasi dikategorikan kepada aktivitas privatisasi air. Perusahaan AMDK melakukan kegiatan privatisasi air dengan membeli sumber air milik warga dengan jumlah besar agar dapat diproduksi secara massal untuk kepentingan komersial. Sumber air yang dibeli dari warga dikelola secara terpadu menggunakan teknologi yang menjamin air dapat dikonsumsi. Air memiliki kedudukan sebagai property rights yang haknya dimiliki masyarakat atau warga negara. Kepemilikan ini bersifat kepemilikan bersama dimana pemiliknya adalah masyarakat secara kolektif. Status kepemilikan secara kolektif dapat bergeser menjadi milik individu/kelompok apabila kepemilikannya diserahkan kepada individu atau kelompok. Perusahaan AMDK dalam pengoperasian aktivitas produksi memindahkan kepemilikan sumberdaya air dari warga menjadi milik perusahaan AMDK. Islam sendiri mengatur bagaimana property rights atau kepemilikan sumberdaya alam terbagi kepada kelompokkelompok warga yang memiliki hak dan kuasa atas sumberdaya tersebut. Jenis kepemilikan atas sumberdaya alam terdiri atas kepemilikan individu (milk fardhiyah), kepemilikan umum (milk „ammah), dan kepemilikan negara (milk daullah). Kemudahan air minum kemasan yang ditawarkan produsen AMDK dengan mengemas dan mendistribusi air minum kepada konsumen menarik minat konsumen menengah ke atas yang menginginkan adanya kepraktisan. Hal ini ditunjukkan dengan konsumsi air minum dalam kemasan di Indonesia pada tahun 2013 yang diperkirakan mencapai lebih dari 21.78 miliar liter, naik 10% dibandingkan tahun 2012, yaitu 19.8 miliar liter.a Kenaikan tersebut seiring pertambahan penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi air minum yang baik. Konsumen rela mengeluarkan uang untuk membeli kepraktisan dalam air minum kemasan dibandingkan harus memasak air terlebih dahulu untuk keperluan konsumsi. Pembangunan perusahaan AMDK pada dasarnya memberi banyak manfaat bagi pelanggan, begitupun dengan masyarakat yang bersebelahan langsung dengan perusahaan. Masyarakat yang sudah menetap di dekat perusahaan mendapatkan berbagai manfaat dengan dibangunya perusahaan, seperti pembangunan akses jalan di desa dan berbagai bantuan dari perusahaan melalui program CSR. Akan terbina hubungan simbiosis yang saling menguntungkan antara masyarkat dengan perusahaan bila hubungan keduanya terjalin. Namun bila tidak adanya interaksi perusahaan dengan masyarakat maka kedua belah pihak, masyarakat maupun perusahaan akan terkena dampak buruk seperti kekeringan air yang dirasakan pihak masyarkat. Desa Kutajaya, Sukabumi adalah salah satu desa yang mengalami kekeringan akibat perebutan hak air setelah sumber air dibeli oleh perusahaan AMDK, PT. Amerta Indah Otsuka yang berasal dari Jepang. Perusahaan dengan produk minuman isotonik Pocari Sweat ini menggunakan sumber air dari Desa a
Aspadin 2012. http://www.wartaekonomi.co.id
3
Kutajaya sebagai bahan baku produksinya. Perusahaan mengebor air dalam tanah, sehingga terjadi penurunan tinggi muka air tanah dan kualitas air. Hal ini mengakibatkan sumur-sumur yang digunakan warga tidak hanya mengering, melainkan juga memiliki kualitas buruk dan warna keruh, sekalipun dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kepemilikan air seperti yang sudah diatur dalam Al-Quran dan hadits menjelaskan bagaimana air merupakan komoditas yang haknya dimiliki oleh seluruh umat. Tujuan komersialisasi sumberdaya air yang diutamakan perusahaan berdampak dengan meminimalkan fungsi penyediaan dan pemanfaatan air sebagai kebutuhan warga sekitar. Masyarakat Desa Kutajaya selayaknya masyarakat pada umumnya memiliki kebutuhan dasar yang berhubungan erat dengan air seperti buang hajat, mencuci, dan mandi, memiliki kesulitan memperoleh air bersih sejak keberadaan AMDK. Rumusan Masalah Kebutuhan air yang intens oleh makhluk hidup menjadikan air sebagai harta dari Allah SWT yang penggunaannya milik bersama sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran. Penggunaan air bersama memiliki risiko dalam pembagian kepemilikan air sebab kebutuhan dan kepentingan setiap individu yang berbedabeda. Oleh karena itu, selain pengguna air, ada pemilik sumber air selaku pemilik wewenang mengatur kepemilikan air tiap individu dengan jumlah yang dapat diterima secara bersama. Perbedaan kepentingan penggunaan air oleh perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan masyarakat umum Desa Kutajaya menimbulkan permasalahan dalam manajemen pengelolaan air bersih. Komersialisasi sumber air adalah bentuk lanjutan permasalahan setelah kepemilikan sumber air dari milik negara yang diprivatisasi menjadi milik swasta. Kegiatan privatisasi sumberdaya air yang dilakukan oleh PT. Amerta Indah Otsuka di Desa Kutajaya sebagai penghasil AMDK mengkhawatirkan warga Desa Kutajaya karena penurunan kualitas dan kuantitas air yang diperoleh warga. Pemindahan kepemilikan sumberdaya air kepada PT. Amerta Indah Otsuka tidak mengubah kebutuhan warga terhadap air. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah : 1. Bagaimana pandangan Islam dalam pengelolaan sumberdaya air? 2. Bagaimana persepsi warga Desa Kutajaya terhadap dampak sebelum dan sesudah keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka? 3. Bagaimana reaksi warga mengatasi permasalahan komersialisasi sumberdaya air di Desa Kutajaya: a. Membeli kembali air mata air? (Willingness To Pay) b. Hak warga yang hilang dan ingin digantikan? (Willingness To Accept) 4. Bagaimana alternatif solusi terhadap penyedia air bersih di Desa Kutajaya dan bagaimana solusi ideal tersebut berdasarkan maqashid syariah?
4
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan pandangan Islam dalam pengelolaan sumberdaya air. 2. Mendeskripsikan persepsi warga Desa Kutajaya terhadap dampak sebelum dan sesudah keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka. 3. Mengestimasi nilai willingness to pay warga terhadap sumberdaya air dan nilai willingness to accept warga terhadap kesediaan menerima kompensasi. 4. Merekomendasi alternatif solusi terhadap penyedia air bersih di Desa Kutajaya dan menganalisis solusi ideal tersebut berdasarkan maqashid syariah. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain: 1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara akademis serta pemahaman yang mendalam mengenai privatisasi sumberdaya air dari sudut pandang ekonomi syariah. 2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan sebagai salah satu sumber rujukan pustaka dalam membuat penulisan ilmiah ekonomi syariah maupun lingkungan. 3. Bagi masyarakat pemilik sumberdaya air, penelitian diharapkan mampu memberikan penjelasan akan dampak kerugian yang akan dirasakan sebagai upaya preventif hilangnya hak kepemilikan sumberdaya air. 4. Bagi pemerintah, penelitian diharapkan mampu menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penetapan kebijakan yang terkait pemanfaatan sumberdaya air.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada jarak lokasi rumah responden dengan PT. Amerta Indah Otsuka. Responden yang tidak berjarak langsung dengan sisi samping perusahaan tidak dipilih dalam peneliian. Hal ini bertujuan agar hasil yang diperoleh persisi kepada responden yang bersifat homogen.
TINJAUAN PUSTAKA Hukum Islam dalam Pengelolaan Air Islam mengatur manusia dalam Islam diposisikan tidak hanya sebagai hamba Allah, melainkan juga khalifah-Nya di bumi yang bertugas memberi kemakmuran kepada umat, seperti yang dijelaskan dalam Q.S. Fathir ayat 39. Tugas manusia adalah menjaga keharmonisan alam bersama manusia yang sama-
5
sama merupakan penciptaan Allah SWT. Wujud ketundukan manusia kepada Allah adalah tidak mengabaikan alam, tetapi merawatnya. Pola hubungan manusia dan alam dibangun atas dua prinsip, yaitu pemanfaatan sumberdaya alam untukk umum termasuk air dan pemeliharaan keseimbangan alam. Pemanfaatan Air Semua yang ada di bumi disediakan untuk manusia dijelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 29, sehingga manusia memiliki hak untuk memanfaatkan sumberdaya alam, seperti air untuk kesejahteraan semua orang dengan distribusi yang merata dan melarang sikap mementingkan kepentingan diri sendiri hingga membahayakan kepentingan orang lain dalam ketidakadilan distribusi manfaat air. Pemborosan oleh pihak tertentu yang berpotensi merugikan kepentingan umum tak luput oleh Islam berdasarkan Q.S. Al-A‟raf ayat 31. Dasar kepemilikan air adalah milik bersama, namun telah diatur bahwa individu dan kelompok memiliki hak untuk memiliki, menggunakan, dan menjual sumberdaya air. Tiga jenis kepemilikin, antara lain kepemilikan pribadi, kepemilikan pribadi yang terbatas, dan kepemilikan publik. Kepemilikan air secara publik dalam kondisi alamnya tidak dapat diperjualbelikan. Akan tetapi, infrastruktur dan pengetahuan yang telah diinvestasikan dalam memperoleh sumber air dapat mengubah kepemilikan air publik menjadi kepemilikan privat (Wickstrom 2010: 102-103). Pemeliharaan Air Islam mendorong manusia untuk memanfaatkan sekaligus memelihara sumberdaya alam, seperti air (Dien 2003). Pemeliharaan sekaligus melarang penyalahgunaan dan perusakan sumberdaya alam. Islam membangun pandangan hidup atas prinsip kebaikan dan keadilan. Kedua prinsip ini vital keberadaannya dalam pemeliharaan karena kesadaran bahwa pemeliharaan sumberdaya alam seperti air kepentingannya tidak milik pribadi, tetapi milik bersama. Nabi Muhammad SAW sekalipun melarang air tenang untuk dicemari dan Nabi secara preventif mengupayakan umatnya menjaga kemurnian air. Konsep syariah mengenalkan dua konsep umum terkait pemeliharaan lingkungan air, yaitu konsep harim dan hima. Konsep harim adalah zona penyangga seputar sumber air terutama bantaran sungai yang terlarang untuk pengembangan pemukiman agar melindungi batas air dan mencegah terjadinya pencemaran air. Konsep hima adalah semacam hutan lindung sebagai pemberi fungsi lindung. Analisis Persepsi Kartono (1987) menjelaskan persepsi memiliki pengertian sebagai proses seseorang menuju keadaan sadar terhadap segala sesuatu dalam lingkungannya melalui intersepsi indera yang dimiliki. Persepsi tentang kesejahteraan hidup manusia terbangun melalui pengalaman dan berbagai macam proses dalam usaha manusia menjalin hubungan dengan lingkungan mereka. Terbangunnya persepsi tersebut mendorong manusia dalam usaha mendekati atau mencapai suatu kondisi kehidupan sesuai dengan gambaran hidup sejahtera yang ada dalam konsep manusia. Menurut Sudrajat (2003), persepsi merupakan hasil akhir dari proses
6
psikologi yang dialami seseorang setelah menerima stimulus yang mendorong tumbuhnya motivasi untuk memberikan respon melakukan atau tidak melakukan suatu kegiatan. Property Rights Hak berarti klaim atas sesuatu yang dapat ditegakkan (enforceable) oleh pihak lain. Pengertian property sudah mengandung makna hak (rights), sehingga dalam penggabungan „property‟ dengan „rights‟ memunculkan penegasan arti hak dalam kata property. Property rights atau hak kepemilikan atas sesuatu dalam kandungannya memiliki pengertian hak untuk memanfaatkan, mengakses, mengelola, bahkan mentransfer sebagian atau seluruh hak atas sesuatu tersebut pada pihak lain. Property rights dari sudut pandang ekonomi adalah hak untuk mendapatkan aliran keuntungan secara aman karena pengakuan pihak lain atas keberadaan aliran transaksi laba tersebut (Bromley 1989). Property rights merupakan klaim seseorang secara ekslusif atas sesuatu untuk memanfaatkan, mengelola, mengubah atau mentransfer sebagian atau seluruh hak tersebut. Perpindahan hak bisa dalam bentuk menjual, menghibahkan, menyewakan, atau meminjamkan. Property berperan penting dalam perekonomian karena memiliki kaitan dengan kepastian penguasaan faktor produksi. Faktor-faktor produksi memiliki prioritas utama karena tidak adanya faktor produksi akan menyebabkan proses produksi yang terganggu dan berpotensi menyebabkan perekonomian macet. Hak kepemilikan menghubungkan hak antarmanusia atas keberadaan sesuatu dan terhadap penggunaannya. Status kepemilikan atas sesuatu mengandung kepentingan penggunanya, di mana keberadaannya dapat bersifat langka dan atas kepastian kepemilikan yang langka maka penting untuk dapat berlangsungnya proses transaksi. Semakin tinggi adanya kepastian tersebut, biaya transaksinya semakin rendah dan begitu pun sebaliknya. Biaya transaksi meliputi biaya transfer hak-hak kepemilikan dan perlindungan kepemilikan tersebut dari klaim pihak lain. Furubotn dan Richter (2000) melacak teori kepemilikan dan bermuara pada dua teori : 1. Teori kepemilikan individu adalah teori utama doktrin atas hak-hak alamiah (natural rights) dari ekonomi klasik yang mengarah pada lahirnya private property right atau individualistis. 2. Teori kepemilikan sosial, pencetus lahirnya commons property atau state property yang dianut terutama oleh negara-negara sosialis. Caporaso dan Levine (1992) menjelaskan dua teori yang berbeda mengenai property rights, yaitu : 1. Aliran positivism, menganggap hak-hak kepemilikan diperoleh melalui sistem politik. Sistem politik berperan menrancang dan menciptakan hak kepemilikan dan menegakannya melalui pengadilan hukum. 2. Aliran alamiah, berprinsip bahwa hak kepemilikan sudah diperoleh sejak lahir. Hak-hak diperoleh individu disaat kelahiranya dan bersifat tidak bisa dipisahkan. Tietenberg (1992) mengidentifikasi karakteristik property right :
7
1. Eksklusivitas: pemanfaatan dan nilai manfaat adalah wewenang pemilik termasuk keuntungan yang diperoleh dari transfer hak kepemilikan tersebut 2. Transferability: seluruh hak kepemilikan dapat dipindahkan dari satu pemilik ke pemilik yang lain secara sukarela melalui jual beli, sewa, hibah dll. 3. Enforceability: hak kepemilikan bisa ditegakan, dihormati dan dijamin dari praktik perampasan. Hanna (1995) membagi kepemilikan menjadi empat macam sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Pertama, private property, yaitu suatu kepemilikan oleh swasta di mana hak akses, pemanfaatan, pengelolaan dan lain-lain yang melekat dengan barang atau komoditas tersebut sepenuhnya menjadi hak swasta. Swasta dapat bersifat perorangan atau badan hukum. Kedua, kepemilikan oleh negara, di mana hak akses, pemanfaatan, dan pengelolaan dikendalikan oleh negara. Negara pula yang berhak mentransfer hak atas barang atau komoditas tersebut kepada pihak lain. Ketiga, kepemilikan kolektif, di mana hak akses, pemanfaatan, dan pengelolaan menjadi milik bersama dari sekelompok orang yang sudah terdefinisi secara jelas. Hak-hak tersebut hanya melekat pada sejumlah orang yang telah terdefinisikan secara jelas. Keempat, kepemilikan terbuka (open access). Pada hakikatnya, kepemilikan terbuka bukanlah hak kepemilikan karena tidak ada pihak yang mengklaim diri sebagai pemilik, contohnya laut atau hutan belantara yang umumnya merupakan kepemilikan terbuka karena tidak ada yang mengklaim sebagai pemiliknya. Tabel 1 Tipe Kepemilikan beserta Hak-haknya Tipe
Pemilik
Kepemilikan privat
Individu
Kepemilikan bersama
Kolektif
Kepemilikan negara
Negara/warga negara
Akses terbuka
Tidak ada
Pemilik akses Hak Kewajiban Mencegah Akses, pemanfaatan, pemanfaatan yang kontrol merugikan sosial Akses, pemanfaatan, Merawat, mengatur konrol (pengecualian tingkat kepada non pemilik) pemanfaatan Akses, pemanfaatan, Menjaga kontrol (menentukan tujuan/manfaat aturan) sosial Pemanfaatan Tidak ada
Bromley (1991) menyebutnya rezim pengelolaan ada empat macam rezim kepemilikan, yaitu: 1. Rezim kepemilikan individu (private property regime), kepemilikan pribadi atas sesuatu. Segala aturan yang bersangkutan ditetapkan secara pribadi dan hanya berlaku untuk pemiliknya. 2. Rezim kepemilikan kelompok (common property regime), kepemilikan sekelompok orang tertentu di mana hak, kewajiban, dan aturan ditetapkan untuk anggota kelompok bersangkutan. 3. Rezim kepemilikan oleh negara, hak kepemilikan dan peraturan ditetapkan oleh negara.
8
4. Rezim akses terbuka, tidak ada aturan yang mengatur mengenai hak dan kewajiban. Konsep Kepemilikan dalam Islam An-Nabhani dikutip oleh Hafidhuddin (2007), mengemukakan berdasarkan hukum syara‟ bahwa kepemilikan harta seseorang didasarkan kepada sebab-sebab harta tersebut dapat dimiliki. Maka sebab-sebab kepemilikan tersebut terbatas pada lima sebab berikut : 1. Bekerja. Bekerja memiliki berbagai macam sebagai berikut : a. Menghidupkan Tanah Mati Tanah yang tidak ada pemiliknya dan tidak dimanfaatkan oleh siapapun dapat dihidupkan kembali dengan mengolah, menanami atau mendirikan bangunan diatas tanah tersebut sehingga menghidupkan tanah mati dimaksudkan memanfaatkan tanah tersebut dengan cara apapun hingga menjadikan tanah tersebut dapat digunakan kembali. Hal itu menyebabkan seseorang menjadi memiliki tanah tersebut. b. Menggali Kandungan Bumi Menggali apapun yang terdapat dalam kandungan bumi, dapat dijadikan sebab kepemilikan harta asal bukan merupakan harta yang diperlukan oleh sebuah komunitas masyarakat atau bukan merupakan harta milik umum seluruh kaum muslim. Ada juga jenis harta yang bisa disamakan statusnya dengan jenis harta yang digali dari perut bumi yaitu harta yang diserap dari udara misalnya oksigen. c. Berburu Harta yang didapat dari hasil buruan darat, laut dan udara adalah menjadi milik orang yang memburunya sebagai mana halnya yang berlaku dalam perburuan hewan-hewan lainnya. d. Makelar dan Pemandu Makelar begitupun pemandu memanfaatkan jasa sebagai perantara antara penjual dan pembeli untuk memudahkan langkah penjual maupun pembeli. Menjadi makelar atau pemandu sama halnya sebagai sebab kepemilikan. e. Mudharabah Mudharabah adalah kerjasama antara dua orang dalam suatu perniagaan atau perdagangan dengan kata lain mudharabah yaitu meleburnya tenaga disatu pihak dengan harta dari pihak lain, artinya satu pihak bekerja dan yang lain menyerahkan harta selanjutnya kedua belah pihak menyepakati mengenai prosentase tertentu dari profit yang didapatkan. Mudharabah mengharuskan adanya modal yang diterima oleh pekerja dengan ketentuan pengelola boleh mengajukan persyaratan sehingga harta tersebut bisa menjadi miliknya. f. Musaqat Musaqat adalah seseorang menyerahkan kebunnya kepada orang lain agar ada yang mengurus dan merawatnya dengan harapan mendapat imbalan berupa bagian dari hasil panen kebun tersebut karena kebun tersebut memerlukan banyak perawatan penyiraman biasanya
9
menggunakan air dari sumur bor. Musaqat hanya berlaku untuk pohon yang berbuah dan bermanfaat. g. Ijarah Ijarah adalah usaha seorang majikan memperoleh manfaat dari seorang pekerja atau pembantu dan usaha pekerja atau pembantu guna mendapat upah dari majikan. Artinya ijarah adalah transaksi jasa dengan adanya suatu kompensasi atau imbalan yang bertumpu pada manfaat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja atau pembantu. 2. Warisan. Warisan adalah salah satu sarana untuk membagi kekayaan seorang muslim yang meninggal dunia diwakilkan oleh keluarga kepada yang berhak menerima warisan. Ada 3 kondisi seseorang bisa membagikan kekayaan dalam masalah waris: a. Harta waris bisa dibagikan apabila ahli waris yang ada mampu menghabiskan semua harta waris yang ditinggalkan sesuai dengan hukum waris. b. Jika tidak ada ahli waris yang bisa menghabiskan semua harta waris sesuai hukum syariah maka sebagiannya harus diserahkan kepada baitul mal. c. Jika tidak ada ahli waris sama sekali maka semua harta pusaka yang ada diserahkan kepada baitul mal. 3. Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup. Hidup adalah hak setiap orang dan seseorang itu harus mendapatkan kehidupan sebagai haknya sehingga adanya kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup merupakan sebab-sebab kepemilikan. 4. Harta pemberian negara yang diberkan kepada rakyat. Pemberian harta negara kepada rakyat diambil dari harta baitul mal, seperti badan amil zakat baik untuk memenuhi hajat hidup atau untuk memanfaatkan kepemilikan. 5. Harta-harta yang diperoleh oleh seseorang dengan tanpa mengeluarkan harta atau tenaga apapun. Sebab kepemilikan harta demikian diantaranya disebabkan : a. Hubungan antar individu satu sama lain baik, misal hibah dan hadiah. b. Menerima harta sebagai ganti rugi dari musibah yang menimpa seseorang atas orang yang terbunuh dan luka. c. Memperoleh mahar atau harta yang didapat melalui akad nikah sesuai hukum-hukum pernikahan. d. Barang temuan atau luqathah. Menemukan barang yang bukan milik pribadi harus diteliti, apakah barang tersebut mungkin untuk disimpan dan diumumkan seperti perhiasan dan pakaian, dan bukan punya orang yang sedang berhaji maka boleh dimiliki. e. Santunan untuk khalifah dan orang-orang yang sama-sama melaksanakan tugas pemerintahan. Islam sebagai agama yang diturunkan Allah SWT juga telah mengatur keberadaan sumberdaya alam untuk kepemilikan, pemanfaatan, dan pengelolaannya. Jenis kepemilikan atas sumberdaya alam terdiri atas: 1. Kepemilikan individu (milk fardhiyah), yaitu harta milik pribadi. Kepemilikan ini hanya dibebankan kepada individu sebagai pemilik dan berkuasa sepenuhnya secara individu.
10
2. Kepemilikan umum (milk ‟ammah). Benda-benda yang tergolong kategori kepemilikan umum adalah benda-benda yang telah dinyatakan sebagai bendabenda yang dimiliki kelompok atau masyarakat luas secara bersama-sama dan tidak boleh dikuasai oleh hanya seorang karena kepemilikanya untuk umum. Setiap individu dapat memanfaatkannya, namun dilarang memilikinya. 3. Kepemilikan negara (milk daullah) yaitu harta milik negara sebagai hak seluruh rakyat dan pengelolaannya menjadi wewenang kepala negara. Kepala negara memiliki kekuasaan untuk mengeluarkan kebijakan dan mengelola kepemilikannya. Secara konsep kepemilikan dalam Islam tidak memiliki perbedaan konsep dengan konsep konvensional yang berkembang. Akan tetapi, terdapat perbedaan pada substansi dan implementasi konsep kepemilikannya (property right). Islam mengakui kepemilikan individu atau swasta, tetapi tidak boleh memilikinya dan sebatas pemanfaatan. Pemanfataannya pun diperbolehkan dengan batas-batas tertentu agar tidak menimbulkan kerusakan sumberdaya alam yang ada, seperti yang dijelaskan dalam Q.S. Ar Rum ayat 41. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali.” (Q.S. Ar Rum : 41) Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya dalam Islam direkomendasikan berkelanjutan dan memberi manfaat bagi kehidupan. Secara terpisah Allah SWT memperingatkan secara tegas bahwa manusia dilarang melakukan kerusakan di muka bumi, tercantum dalam Q.S. Al-Araaf ayat 56. “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. Al-Araaf : 56) Hal ini berbanding terbalik dengan konsep ekonomi liberal yang memberikan akses menguasai dan mengeksploitasi dengan memperjualbelikan sumberdaya alam milik negara dengan pihak lain. Islam mengakui kepemilikan umum atau bersama, seperti barang tambang, tanah, sumber air (sungai, mata air), lautan dan biotanya (QS An Nahl:14), namun ada batasan dalam pemanfaatannya dan tidak berlebihan seperti yang dijlaskan pada Q.S Al Furqon ayat 67. “Orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-lebihan, tidak (pula) kikir tapi adalah (pembelanjaan itu) di tengahtengah antara yang demikian.” (Q.S. Al Furqon: 67) Air Bersih Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat pengawasan kualitas air.Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitsanya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
11
Syarat Air Bersih Pemenuhan kebutuhan akan air bersih haruslah memenuhi dua syarat, yaitu kuantitas dan kualitas (Depkes RI 2005b). 1. Syarat Kuantitas Syarat kuantitas menurut Chandra (2006), adanya kebutuhan masyarakat terhadap air yang bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat. Konsumsi air bersih di perkotaan Indonesia berdasarkan keperluan rumah tangga, diperkirakan sebanyak 138.5 liter/orang/hari dengan perincian yaitu untuk mandi, cuci, kakus 12 liter, minum 2 liter, cuci pakaian 10.7 liter, kebersihan rumah 31.4 liter, taman 11,8 liter, cuci kendaraan 21.8 liter, wudhu 16.2 liter, lain-lain 33.3 liter (Slamet 2007). 2. Syarat Kualitas Syarat kualitas meliputi pemenuhan persyaratan fisik, kimia, radioaktivitas, dan mikrobiologis untuk dikategorikan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. a. Parameter Fisik Air yang memenuhi persyaratan parameter secara fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh, dan dengan suhu dibawah suhu udara sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan rasa dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang rendah. I. Bau Air yang baik untuk konsumsi tidak memiliki bau tidak sedap.Bau tidap sedap pada air juga tidak diminati oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air; semakin berbau tidak sedap, semakin berkualitas rendah. II. Rasa Air yang bersih untuk dikonsumsi memiliki rasa yang tawar. Air tawar tanpa rasa menandakan bahwa air tidak tercampur zat lain. Sebaliknya, air yang tidak tawar dapat menunjukkan adanya berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. III. Warna Air bersih tidak berwarna dimaksudkan agar estetis sesuai warna alaminya, yaitu bening tidak berwarna. Warna bening sebagai parameter tercegahnya keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan adanya zatzat seperti tannin dan asam humat yang terdapat secara alamiah di air rawa berwarna kuning muda menyerupai urin dan menghilangkan minat masyarakat untuk mengkonsumsinya. Selain itu, warna pada air dapat menandakan air telah tercemar buangan industri. IV. Kekeruhan Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik dapat
b
www.pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/53_Permenkes%20492.pdf
12
berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Buangan industri dapat juga merupakan sumber kekeruhan. V. Suhu Suhu air sejuk dan tidak panas dimaksudkan agar tidak ada zat kimia yang terlarut dan membahayakan kesehatan.Suhu air untuk dikonsumsi dibawah suhu udara mempertahankan air tetap memiliki suhu yang sejuk. VI. Jumlah Zat Padat Terlarut Jumlah zat padat terlarut (TDS) terdiri atas zat organik, garam anorganik, dan gas terlarut. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. Selanjutnya, efek TDS ataupun kesadahan terhadap kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalah tersebut. b. Parameter Mikrobiologis Sumber- sumber air di alam bebas dalam kandunganya terdapat bakteri dengan jumlah dan jenis yang berbeda sesuai tempat dan kondisi yang memengaruhinya. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen maupun bakteri E. Coli. c. Parameter Radioaktivitas Parameter radioaktivitas harus terpenuhi sebagai preventif pengaruh radioaktif yang mampu menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Perubahan komposisi genetik mengakibatkan kerusakan dan berakibat fatal bila dikonsumsi. Perubahan genetis dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti kanker dan mutasi. d. Parameter Kimia Parameter kimia mendefinisikan air yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain alumunium (Al), air raksa (Hg), arsen (As), barium (Ba), besi (Fe), flourida (F), tembaga (Cu), derajat keasaman (pH), dan zat kimia lainnya yang berpotensi berbahaya bagi kesehatan. Kandungan zat kimia dalam air bersih untuk keperluan konsumsi hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990. Privatisasi Penelitian mengenai privatisasi air di belahan dunia telah banyak diselesaikan mengingat adanya kepentingan mendasar dari air. Namun dari berbagai tinjauan yang digunakan dalam penelitian tak banyak penelitian yang meninjau dari sudut pandang Islam terhadap sumberdaya air sebagai harta. Air sebagai harta sebagaimana digambarkan dalam Q.S. Al-Maidah ayat 17. “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putra Maryam”. Katakanlah: “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orangorang yang berada di bumi semuanya?” Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Q.S. Al-Maidah: 17
13
Privatisasi yang juga dapat disebut swastanisasi, adalah penjualan aset negara yang berkaitan dengan kepentingan publik. Bagi umum, privatisasi adalah penjualan aset oleh pemerintah atau perusahaan dalam negri kepada investor sektor publik (Leonard 1996). Kebijakan terjadinya privatisasi umum dilakukan guna efisiensi kinerja anggaran dalam negeri suatu negara. Praktik privatisasi awalnya dimotori ekonomi liberal-kapitalis di abad ke-20 dan telah melahirkan lebih dari sekitar 80 negara yang telah mencanangkan privatisasi yang melibatkan sekitar 6 800 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di seluruh dunia (World Bank 1992). Secara terori, privatisasi merupakan suatu kebijakan yang lahir dari konsep neoliberalisme yang berangkat dari teori ekonomi klasik Adam Smith, yaitu membantu terbentuknya pasar bebas, mengembangnya kompetisi kapitalis, dimana pendukungnya dianggap memberikan harga yang lebih kompetitif kepada publik. Privatisasi air dapat terjadi karena dua faktor, yaitu faktor kepemilikan yang ingin menguasai sumberdaya tertentu dan faktor bahwa sumberdaya yang sudah dimiliki tidak dapat dikelola dengan maksimal sehingga pengelolaanya dikelola oleh swasta. Politik pengelolaan sumberdaya dan pelayanan air bersih juga tak luput dari proses liberalisasi. Kebutuhan yang mutlak akan air, ditambah ketidak merataan ketersediaan air telah menjadikan air sebagai lahan bisnis, sekaligus ajang rebutan antar berbagai kekuatan. Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) adalah penilaian kesediaan masyarakat menyumbang untuk mempertahankan atau mengembalikan berbagai fungsi sumberdaya alam. Valuasi kontingen merupakan metode mengestimasi nilai yang diberikan oleh individu terhadap suatu barang atau jasa. Penilaian dengan menggunakan teknik CVM dilakukan untuk fungsi barang atau jasa yang tidak ada dalam struktur pasar (non-marketed goods and service). Barton (1994) menyebutkan bahwa CVM digunakan pada kondisi di mana masyarakat tidak mempunyai preferensi terhadap suatu fungsi barang karena tidak ada dalam pasar. Menurut Yakin (1997), CVM dapat mengukur nilai penggunaan (use value) dan nilai non pengguna (non use values) dengan baik. Penilaian ekonomi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok (Yakin 1997), yaitu: 1. Revealed preference approach merupakan teknik penilaian yang mengandalkan harga implisit di mana Willingness to Pay terungkap melalui model yang dikembangkan, meliputi Travel Cost, Hedonic Pricing, dan Random Utility Model. 2. Stated preference approach merupakan teknik penilaian yang didasarkan pada survei di mana keinginan membayar atau Willingness to Pay diperoleh dari responden, meliputi Contingent Valuation, Random Utility Model, dan Contingent Choice. Menurut Fauzi (2006), metode CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu teknik eksperimental melalui simulasi dan teknik survei. Metode CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif sumberdaya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaaan. Tujuan metode ini untuk
14
mengetahui keinginan membayar dari masyarakat terhadap perbaikan lingkungan dan keinginan menerima kompensasi dari kerusakan lingkungan. Metode pendekatan terhadap pasar ini oleh beberapa ahli ekonomi telah dikembangkan dan diaplikasikan untuk menilai manfaat sumber mata air yang tidak memiliki harga pasar dalam satuan moneter. Metode ini mencoba untuk menggambarkan permintaan konsumen, sebagai contoh kesediaan membayar konsumen (willingness to pay) terhadap manfaat sumber mata air yang tidak memiliki harga pasar dalam satuan moneter, atau kesediaan menerima konsumen (willingness to accept) terhadap kompensasi yang diberikan kepada konsumen untuk manfaat yang hilang dalam satuan moneter. Willingness to Pay (WTP) Willingness to Pay (WTP) adalah kerelaan atau keinginan untuk membayar jumlah yang dapat dibayarkan seorang konsumen untuk memperoleh suatu barang atau jasa (Nababan 2008). WTP menghitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat secara agregat untuk rela membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan kondisi yang diinginkan. WTP air bersih di suatu daerah berbeda-beda tergantung dengan kuantitas dan kualitas air yang ada pada suatu daerah dan pendapatan dari konsumen. WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan (Hanley dan Spash 1993). Willingness to Accept (WTA) Willingness to Accept (WTA) merupakan suatu ukuran dalam konsep penilaian ekonomi dari barang lingkungan. WTA memberikan informasi tentang besarnya nilai dana kompensasi yang bersedia diterima oleh masyarakat atas penurunan kualitas lingkungan di sekitarnya yang setara dengan biaya perbaikan kualitas lingkungan tersebut. Penilaian barang lingkungan dari sisi WTA mempertanyakan berapa jumlah minimum uang bersedia diterima oleh seseorang (rumah tangga) setiap bulan atau setiap tahunnya sebagai kompensasi atas diterimanya kerusakan lingkungan. Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode terstruktur secara hierarki. Metode ini memiliki fungsi untuk menyederhanakan suatu persoalan kompleks dan tidak memiliki hierarki menjadi bagian-bagian tertata dalam suatu hierarki. Setiap tingkat kepentingan variabel diberi penilaian angka dari range angka 9 hingga 1 dan 1 hingga 9 untuk memberi penilaian secara subjektif mengenai tingkat kepentingan suatu variabel biladibandingkan dengan variabel yang lain. Saaty (1991) menjelaskan AHP memasukkan aspek kualitatif maupun kuantitatif pendapat responden. Aspek kualitatif mendefinisikan persoalan yang hierarki, sedangkan aspek kuantitatif yang ditunjukkan nilai numeric untuk mengekspresikan penilaian secara singkat. Proses itu sendiri dirancang untuk mengintegrasikan dua sifat ini. Proses hierarki menggambarkan tingkatan dari pengambilan keputusan yang baik oleh responden. Segi kuantitatif merupakan
15
dasar untuk mengambil keputusan yang terukur dimana perlu menetapkan prioritas dan melakukan perimbangan.
Maqashid Syariah Secara bahasa maqashid syari‟ah terdiri dari dua kata yaitu maqashid dan syari‟ah. Maqashid berarti kesengajaan atau tujuan, maqashid merupakan bentuk jama‟ dari maqsud yang berasal dari suku kata Qashada yang berarti menghendaki atau memaksudkan. Maqashid berarti hal-hal yang dikehendaki dan dimaksudkan, sedangkan Syari‟ah secara bahasa berarti „Jalan menuju sumber air‟ dan jalan menuju sumber air dapat juga diartikan berjalan menuju sumber kehidupan. Alqur‟an menyebutkan penggunaan syariah sebagai peraturan dalam Q.S. Al-Jatsiyah [45]: 18. “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” Q.S. Al-Jatsiyah [45]: 18. Maqashid Syariah secara istilah adalah tujuan-tujuan syariat Islam yang terkandung dalam setiap aturannya. Maqashid Syari‟ah adalah konsep untuk mengetahui hikmah (nilai-nilai dan sasaran syara' yang tersurat dan tersirat dalam Al-Qur‟an dan Hadits). yang ditetapkan oleh Allah ta‟ala terhadap manusia adapun tujuan akhir hukum tersebut adalah satu, yaitu mashlahah atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia baik di dunia (dengan Mu‟amalah) maupun di akhirat (dengan „aqidah dan Ibadah), sedangkan cara untuk tercapai kemaslahatan tersebut manusia harus memenuhi kebutuhan Dharuriat (Primer), dan menyempurnakan kebutuhan Hajiyat (sekunder), dan Tahsiniat (tersier). Secara umum tujuan syariat Islam dalam menetapkan hukum-hukumnya adalah untuk kemaslahatan manusia seluruhnya, baik kemaslahatan di dunia maupun kemashlahatan di akhirat. Tertuang dalam Q.S. Al-Baqarah [2] : 201-202: “Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: „Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.‟” QS. Al-Baqarah [2]: 201-202 Tujuan hukum Islam tersebut dapat dilihat dari dua segi yakni (1) segi Pembuat Hukum Islam yaitu Allah dan Rasul-Nya. Dan (2) segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam itu. Jika dilihat dari pembuat hukum Islam tujuan hukum Islam itu adalah: Untuk memelihara keperluan hidup manusia yang bersifat primer, sekunder, dan tersier, yang dalam kepustakaan hukum Islam masing-masing disebut dengan istilah daruriyyat, hajjiyat dan tahsniyyat. Kebutuhan primer adalah kebutuhan utama yang harus dilindungi dan dipelihara sebaik-baiknya oleh hukum Islam agar kemaslahatan hidup manusia bener-benar terwujud. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai kehidupan primer, seperti kemerdekaan, persamaan, dan sebagaianya, yang bersifat menunjang eksistensi kebutuhan primer. Kebutuhan tersier adalah kebutuhan hidup manusia selain yang bersifat primer dan sekunder itu yang perlu diadakan dan dipelihara untuk kebaikan hidup manusia dalam masyarakat, misalnya sandang, pangan, perumahan dan lain-lain.
16
Kebutuhan pokok atau Al-Dharuriyyat yaitu segala apa yang paling penting dalam kehidupan manusia dan memiliki urgensi untuk dipenuhi, baik bagi tujuan kebaikan agama dan kehidupan di dunia maupun akhirat. Sehingga dalam syariat dikenal dengan Al-Dharuriyaat Al-Khamsah ( lima kebutuhan pokok ) yang memiliki keutamaan untuk dijaga keberlangsunganya, diantaranya adalah : 1. Memelihara agama 2. Memelihara jiwa 3. Memelihara akal 4. Memelihara keturunan 5. Memelihara harta Memelihara Agama Pemeliharan agama merupakan tujuan pertama hukum Islam. Sebabnya adalah agama merupakan pedoman hidup manusia dan didalamnya selain terdapat komponen-komponen akidah yang merupakan sikap hidup seorang muslim, terdapat juga syariat yang merupakan sikap hidup seorang muslim baik dalam berrhubungan dengan Tuhannya maupun dalam berhubungan dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat. Maka hukum Islam wajib melindungi agama yang dianut oleh seseorang dan menjamin kemerdekaan setiap orang untuk beribadah menurut keyakinannya. Beragama merupakan hakikat bagi manusia, merupakan kebutuhan utama yang harus dipenuhi karena agamalah yang dapat menyentuh nurani manusia. Allah memerintahkan kita untuk tetap berusaha menegakkan agama, firmannya dalam surat Q.S. Asy-Syura‟ [42]: 13: “Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” Q.S. Asy-Syura‟ [42]: 13. Memelihara jiwa Allah SWT mengharamkan pembunuhan dan penumpahan darah umat Islam. Islam memelihara jiwa, oleh karena itu Islam mengharamkan pembunuhan secara tidak hak (benar), dan hukuman bagi orang yang membunuh jiwa seseorang secara tidak benar adalah hukuman mati (dibalas dengan pembunuhan juga atau disebut dengan qishash) sehingga dengan demikian diharapkan agar orang sebelum melakukan pembunuhan, berpikir panjang karena apabila orang yang dibunuh itu mati, maka si pembunuh juga akan mendapatkan ganjaran setimpal mati. Memelihara Akal Manusia sebagai makhluk Allah SWT memiliki dua hal yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Pertama, Allah SWT telah menjadikan manusia dalam bentuk yang paling baik, dibandingkan dengan bentuk makhluk-makhluk lain dari berbagai makhluk lain. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. At-Tiin: 4
17
"Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Q.S. At-Tiin: 4 Akan tetapi bentuk fisik harus diimbangi dengan hal yang kedua, yaitu akal. Oleh karena itu Allah SWT melanjutkan Firman-Nya dalam surat At-Tiin ayat 5 dan 6: "Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” Q.S. At-Tiin: 5-6 Maka akal paling penting dalam pandangan Islam. Oleh karena itu Allah SWT selalu memuji orang yang berakal. Hal ini dapat dilihat pada firman Allah ta‟ala dalam Q.S. Al-Baqarah: 164: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” Q.S. Al-Baqarah: 164 Begitu pula mengkonsumsi Khamr adalah apa-apa yang menutup akal, baik bentuknya basah maupun kering, yang dimakan atau diminum dan setiap yang memabukkan adalah sumber dari segala kejelekan, sarangnya dosa dan pintu setiap kejelekan. Tidak menjauhkannya berarti mengancam akal. Memelihara Keturunan Perlindungan Islam terhadap keturunan adalah dengan mensyariatkannya pernikahan dan mengharamkan zina, menetapkan siapa-siapa yang tidak boleh dikawini, bagaimana cara-cara perkawinan itu dilakukan dan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi, sehingga perkawinan itu dianggap sah dan pencampuran antara dua manusia yang belainan jenis itu tidak dianggap sah dan menjadi keturunan sah dari ayahnya Memilihara Harta Benda Islam meyakini bahwa semua harta di dunia ini adalah milik Allah SWT, manusia hanya berhak untuk memanfaatkannya saja. Meskipun demikian Islam juga mengakui hak pribadi seseorang. Islam mengatur supaya tidak sampai terjadi bentrokan antara satu sama lain. Untuk ini Islam mensyariatkan peraturanperaturan mengenai muamalah seperti jual beli, sewa-menyewa, gadai, dan sebagainya, serta melarang penipuan, riba dan mewajibkan kepada orang yang merusak barang orang lain untuk membayarnya, harta yang dirusak oleh anakanak yang di bawah tanggungannya, bahkan yang dirusak oleh binatang peliharaannya sekalipun. Islam mengajarkan amanah (kejujuran) dan menghargai orang-orang yang amanah, bahkan menjanjikan kehidupan bahagia dan Surga kepada mereka. Islam melarang menipu, korupsi dan mencuri serta mengancam pelakunya dengan hukuman. Islam mensyari‟atkan had (hukum) pencurian, yaitu potong tangan pencuri agar seseorang tidak memberanikan diri mencuri harta orang lain. Dan
18
apabila ia tidak merasa takut akan hukuman di akhirat, maka ia akan jera karena dipotong tangannya. Perlindungan Islam terhadap harta benda seseorang tercermin dalam firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” Q.S. An-Nisa: 29-32. Penelitian Terdahulu Sejumlah penelitian sebelumnya sudah dilakukan terkait willingness to pay dan willingness to accept, namun sedikit yang mengaitkan keduanya. Penelitian yang dilakukan Utari (2006) meneliti bagaimana WTP dan WTA pada pembuangan akhir sampah di Pondok Rajeg, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan untuk mengetahui nilai dugaan WTP dan WTA. Peneliti melakukan penelitian pada WTA maupun WTP karena pada lokasi penelitian tidak terdapat dana kompensasi untuk warga setempat, namun peneliti tidak mengaitkan keduanya. Peneliti bertujuan untuk mengetahui tingkatan dugaan total keduanya dan didapatkan hasil bahwa tingkat dugaan total WTA lebih tinggi dibandingkan WTP. Yuniarti (2013) dalam penelitianya menggunakan analisis persepsi untuk mengetahui persepsi efektivitas program CSR Program Penghijauan yang dilakukan PT. Pertamina Gas dan keberlanjuan kelembagaan lokal desa. Hasilnya menunjukan implementasi Program Penghijauan berpengaruh terhadap tingkat persepsi masyarakat terhadap Program Penghijauan. Penelitian menggunakan analisis persepsi terhadap masyarakat yang merasakan keuntungan dengan tergabung kepada CSR Program Penghijauan. Ramdan (2006) melakukan penelitian disertasi mengenai pengelolaan sumber air minum di Kawasan Gunung Ciremai. Penelitian ini menganalisis potensi konflik yang ditimbulkan akibat penggunaan dan ketersediaan air minum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konflik penggunaan air akan terjadi apabila kebutuhan air minum lebih besar dibandingkan potensi ketersediaan air minum yang ada. Upaya yang dilakukan sebagai resolusi konflik di kawasan Gunung Ciremai adalah melalui penataan mekanisme alokasi air minum lintas wilayah, kelembagaan pengelolaan sumber air minum, dan mengestimasi nilai dana kompensasi konservasi dari pengguna air minum.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi RT 07 RW 04 Desa Kutajaya, Kota Sukabumi yang bersebelahan langsung dengan perusahaan air minum asal Jepang, PT. Amerta Indah Otsuka. Pemilihan lokasi ini dilakukan sengaja dengan
19
pertimbangan hipotesis bahwa kuantitas dan kualitas sumberdaya air milik warga Desa Kutajaya terdegradasi dengan adanya aktivitas PT. Amerta Indah Otsuka. Pengambilan data berlangsung pada 11-13 Maret 2014. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan metode wawancara kepada responden, yaitu warga Desa Kutajaya RT 07 RT 04 dengan observasi lapang. Warga Desa Kutajaya RT 07 RT 04 diwawancara secara individu sebagai wakil dari rumah tangga yang berada di wilayah RT setempat yang berbatasan langsung dengan PT. Amerta Indah Otsuka. Data primer yang dibutuhkan, meliputi data karakteristik warga, persepsi warga sebelum dan sesudah adanya PT. Amerta Indah Otsuka, nilai hak yang hilang dan kompensasi yang bersedia diterima responden, nilai yang responden bersedia keluarkan untuk memperoleh sumberdaya air, dan faktorfaktor yang memengaruhi WTP dan WTA responden. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang relevan, diantaranya buku referensi, laporan kegiatan, internet, serta informasi data dari instansi terkait yang berada di Desa Kutajaya, seperti kantor kecamatan. Metode Penentuan Sampel Pengambilan sampel dari responden dilakukan secara purposive sampling. Pada metode ini pemilihan responden dilakukan dengan kriteria sendiri yang ditentu oleh peneliti, yaitu responden dipilih dengan pola memilih rumah berdasarkan jarak terhadap industri. Ditetapkanya jumlah reponden sebanyak 30 responden didasari letak geografis rumah responden yang berdekatan langsung dengan PT. Amerta Indah Otsuka dan jumlah tersebut mewakili jumlah rumah tangga RT 07 RW 04 Desa Kutajaya yang berjumlah 175 rumah tangga. Metode Analisis Data Data responden yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini juga melihat kondisi warga dengan analisis persepsi responden, nilai WTA dan WTP warga RT 07 RW 04 Desa Kutajaya akibat aktivitas PT. Amerta Indah Otsuka, dan penilaian AHP responden terhadap solusi air bersih. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dengan menggunakan program Microsoft Excel 2010, Expert Choice 10,dan SPSS 16. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dan pengisian kuesioner. Analisis persepsi terhadap sebelum dan sesudah adanya PT Amertea Indah Otsuka dan dampak aktivitas PT. Amerta Indah Otsuka. Estimasi nilai WTP dengan metode wawancara langsung, sedangkan WTA menggunakan bidding dengan variasi nilai sebesar Rp 50 000, Rp 100 000, Rp 150 000, Rp 300 000, dan Rp 400 000. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi nilai WTP dan WTA diuji menggunakan regresi linier. Pengumpulan data AHP dilakukan wawancara langsung dengan menanyakan tingkatan nilai terhadap solusi air bersih.
20
Identifikasi Manfaat dan Kegunaan Identifikasi dilakukan untuk mengetahui dampak apa saja yang dialami oleh masyarakat RT 07 RW 04 Desa Kutajaya akibat keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka. Identifikasi dilakukan dengan cara pengisian kuesioner dan wawancara langsung kepada masyarakat sebagai responden penelitan bersangkutan. Pertanyaan akan disusun untuk memperoleh dampak apa yang mereka terima akibat keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka di lingkungan tempat tinggal mereka. Pasar Hipotetik Pasar hipotetik dibangun atas ketiadaan kompensasi yang dibayarkan kepada masyarakat Desa Kutajaya oleh PT. Amerta Indah Otsuka atas hilangnya hak kepemilikan air bersih bila dibandingkan dengan nilai fungsi yang didapatkan PT. Amerta Indah Otsuka atas pemakaian sumber mata air yang diperoleh dari sumber mata air milik warga Desa Kutajaya. PT. Amerta Indah Otsuka selayaknya memberi kompensasi kepada warga atas kehilangan hak air warga terhadap kualitas dan kuantitas sumber mata air. Selain itu, pasar hipotetik yang dibangun dalam penelitian ini didasari menurunnya kualitas dan kuantitas air dalam tanah yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat Desa Kutajaya. Keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka mengakibatkan degradasi kuantitas dan kualitas sumber mata air yang diperuntukkan bagi warga. Hal tersebut dapat diatasi dengan beralih dari penggunaan sumber mata air kepada aliran PAM, membeli filtrasi air, ataupun membeli kembali sumber mata air dari PT. Amerta Indah Otsuka. Namun tidak adanya anggaran warga menjadi salah satu alasan warga masih mengandalkan sumber mata air secara apa adanya. Dengan demikian, pasar hipotetik yang ditawarkan dibentuk dalam skenario sebagai berikut : Skenario: “Agar aktivitas warga RT 07 RW 04 Desa Kutajaya dengan PT. Amerta Indah Otsuka dapat berjalan selaras tanpa ada pihak yang dirugikan atau merugikan, akan diajukan suatu kebijakan baru berdasarkan keinginan warga menerima dana kompensasi. Warga Desa Kutajaya sebagai pihak yang dirugikan tidak pernah mendapatkan dana kompensasi atas kerugian kehilangan hak air bersihnya. Kebijakan ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan warga Desa Kutajaya yang berada di lokasi aktivitas PT. Amerta Indah Otsuka. Warga diharapkan bersedia membayar untuk memperoleh hak kepemilikan air, baik melalui aliran PAM, teknologi penjernih air, ataupun membeli kembali sumber mata air yang kepemilikanya telah beralih dari warga menjadi milik PT. Amerta Indah Otsuka, agar warga tidak merasa dirugikan. Sehubungan dengan hal ini, akan ditanyakan apakah warga bersedia menerima kompensasi, berapa nilai kompensasi yang bersedia diterima warga, dan solusi apa yang diinginkan warga untuk memperoleh kembali hak air bersihnya.” Penentuan Besarnya Penawaran Nilai WTP dan WTA Teknik yang digunakan dalam mendapatkan besarnya nilai penawaran pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan metode pertanyaan terbuka untuk memperoleh besarnya nilai WTA masyakat terhadap dana kompensasi dari PT.
21
Amerta Indah Otsuka dan WTP terendah hingga nilai tertinggi yang bersedia diberikan oleh masyarakat terhadap air. Estimasi Nilai Rata-Rata WTP WTP dapat diduga dengan melakukan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan rataan WTP dibagi dengan rumus :
Dimana : EWTP = Dugaan rataan WTP Wi = Nilai WTP ke-i n = Jumlah responden i = Responden yang bersedia membayar Estimasi Kurva WTP Pendugaan kurva WTP akan dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut: = β0 +β1TGGN+β2PDDK+β3PNDPT+β4 LMTGGL+β5 JRKRMH+ β6 KNSMAIR+є
WTP Dimana: WTP TGGN PDDK PNDPT LMTGGL JRKRMH KNSMAIR Є
= Nilai tengah WTP responden = Jumlah tanggungan (orang) = Tingkat pendidikan (tahun) = Pendapatan (rupiah/bulan) = Lama tinggal (tahun) = Jarak rumah (m) = Konsumsi air (liter/bulan) = Galat
Penjumlahan Data WTP Penjumlahan data adalah proses dimana penawaran rata-rata dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Nilai total WTP dari masyarakat diduga dengan menggunakan rumus:
Dimana : TWTP = total WTP WTPi = WTP individu sampel ke-i P = jumlah populasi m = jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP n = jumlah sampel
22
Estimasi Nilai Rata-Rata WTA EWTA dapat diduga dengan melakukan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTA dibagi dengan jumlah responden. Perhitungan dari dugaannilai rataan WTA (EWTA) responden ditentukan dengan rumus:
Dimana : EWTA = Dugaan rataan WTA Wi = Nilai WTA ke-i n = Jumlah responden i = Responden yang bersedia menerima Estimasi Kurva WTA Pendugaan kurva WTA akan dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut : WTA
Dimana: WTA TGGN PDDK PNDP LM TGGL JRK RMH TGGU Є
= β0 +β1 TGGN+β2 PDDK+ β3 PNDP+β4 LM TGGL+ β5 JRK RMH + β6 TGGU + є = Nilai tengah WTA responden = Jumlah tanggungan (orang) = Tingkat pendidikan (tahun) = Pendapatan (rupiah/bulan) = Lama tinggal (tahun) = Jarak rumah dengan PT. Amerta Indah Otsuka (m) = Tingkat gangguan (bernilai 1 untuk “terganggu” dan “0” untuk “tidak terganggu”) = Galat
Penjumlahan Data WTA Penjumlahan data adalah proses dimana penawaran rata-rata (nilai tengah penawaran) dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Nilai total WTA dari masyarakat diduga dengan menggunakan rumus:
Dimana : TWTA = total WTA WTAi = WTA individu sampel ke-i P = jumlah populasi m = jumlah sampel ke-i yang bersedia menerima sebesar WTA n = jumlah sampel
23
Rekomendasi Alternatif Air Bersih dengan Metode AHP dan Analisis Maqashid Syariah Alternatif solusi atas air bersih warga diberikan sebanyak 3 pilihan : 1. Membeli kembali air bersih dari PT. Amerta Indah Otsuka 2. Beralih ke aliran PDAM 3. Membeli filtrasi air. Ketiga opsi solusi ditanyakan kepada warga melalui wawancara dengan timbal balik warga memilih opsi solusi secara urutan hierarki. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi pilihan adalah faktor biaya, kualitas, kuantitas, dan kepraktisan. Analisis maqashid syariah mengenai lima pilar maqashid syariah sebagaimana yang dipelajari peneliti selama perkuliahan di Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah. Analisis diuraikan berdasarkan dua macam kondisi, yaitu kondisi pertama bila maqashid syariah tidak ditegakan maka apa yang akan berdampak pada kehidupan masyarakat Desa Kutajaya, dan kondisi kedua, yaitu bila maqashid syariah ditegakan maka apa yang akan berdampak pada masyarakat Desa Kutajaya.
KERANGKA PEMIKIRAN Allah SWT melalui Al-Quran mengatur bagaimana harta diberikan kepada manusia secara merata dan terbagi-bagi kepemilikanya dari yang milik pribadi hingga milik bersama. Air sebagai komoditas yang memiliki nilai manfaat dan ekonomis telah diatur oleh Allah SWT agar akses pemanfaatanya tidak terhalangi atau diberatkan karena manusia memiliki hak atasnya. Air sebagai kebutuhan dasar masyarakat Desa Kutajaya tidak lagi sepenuhnya terpenuhi setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka. Umumnya warga Desa Kutajaya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi air menggunakan sumur air namun adanya penurunan kualitas dan kuantitas sumur air warga RT 07 RW 04 yang tinggal bersebelahan langsung dengan PT. Amerta Indah Otsuka, perusahaan air minum asal Jepang yang memanfaatkan sumber mata air yang berasal dari Desa Kutajaya sebagai bahan baku produksinya. Pemanfaatan air oleh PT. Amerta Indah Otsuka dimaksudkan untuk keperluan komersialisasi. Ketiadaan kompensasi dari PT. Amerta Indah Otsuka kepada warga atas hak air bersih yang hilang memberatkan warga untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk konsumsi dan kebutuhan sehari-hari. Kurangnya anggaran yang dimiliki warga memaksa warga untuk tetap mengkonsumsi air dari sumur dengan volume air yang berkurang dan berwarna keruh pada sebagian responden. Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) digunakan untuk menjawab permasalahan nilai kerelaan dan nilai kompensasi warga atas air bersih. Diukur faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kerelaan (willingness to pay) dan nilai kompensasi (willingness to accept) untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi responden dalam penentuan nilai keduanya, serta nilai perpotongan dari kurva WTP dan WTA sebagai nilai keseimbangan. Alternatif mengenai solusi yang diinginkan warga diukur menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) diantara tiga alernatif air bersih, yaitu membeli kembali
24
sumber air bersih dari PT. Amerta Indah Otsuka (BELI), beralih langganan ke PDAM (PDAM), atau menggunakan teknologi filtrasi air (FILTER). Analisis Maqashid Sharia dilakukan dengan dua kondisi; kondisi yang terjadi bila pilar maqashid tidak ditegakkan dan yang terjadi pilar maqashid ditegakkan.
Kehadiran PT. Amerta Indah Otsuka memanfaatkan sumber mata air di Desa Kutajaya, Sukabumi
Degradasi kualitas dan kuantitas air bersih di Desa Kutajaya, Sukabumi
Persepsi warga mengenai Amerta Indah Otsuka
Faktor- faktor WTP : Tanggungan, Pendidikan, Pendapatan, Lama Tinggal, Jarak rumah
PT.
Ketiadaan kompensasi air bersih dari PT. Amerta Indah Otsuka
Willingness to Pay membayar air
Willingness to Accept kompensasi
Upaya memperoleh air bersih untuk konsumsi warga Desa Kutajaya
AHP Beralih kepada aliran PAM
Membeli kembali air dari PT. Amerta Indah Otsuka
Filtrasi air bersih
Solusi Sudut Pandang Maqashid Syariah
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Faktor- faktor WTA : Tanggungan, Pendidikan, Pendapatan, Lama Tinggal, Terganggu
25
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT. Amerta Indah Otsuka Pocari Sweat merupakan minuman ringan berasal dari Jepang, di produksi oleh Otsuka Pharmaceutical Co, Ltd. Tahun 1989 Pocari Sweat kemasan kaleng diluncurkan, tahun 1990 penetapan kontrak pengemasan (peralatan pabrik), kemudian bulan Februari tahun 1997 PT. Amerta Indah Otsuka berdiri di Sukabumi, Jawa Barat. PT. Amerta Indah Otsuka atau yang lebih dikenal dengan PT. Pocari Sweat beralamat di Jl. Raya Siliwangi KM 28 desa Kutajaya, Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi 43359. Produk unggulan dari PT. Amerta Indah Otsuka adalah Pocari Sweat dan Soyjoy, produk makanan ringan batang kedelai dan buah. Proses produksi PT. Amerta Indah Otsuka lebih banyak menggunakan tenaga mesin daripada SDM. PT. Amerta Indah Otsuka menghasilkan produk pocari sweat dengan kemasan botol plastik 350 ml, dan 500 ml, dan makanan (snack) Sojyoy. Pocari kemasan 15gr diluncurkan pada bulan Februari tahun 2001, pada awal 2004 mulai memproduksi di Sukabumi. Lalu pada bulan Juni 2006, Pocari Sweat kemasan 500 ml diluncurkan. PT. Amerta Indah Otsuka juga meluncurkan Soyjoy pada September 2007, kemudian bulan Oktober kembali meluncurkan Pocari Sweat kemasan 350 ml. Februari 2008 kantor Sukabumi & line produksi Pocari Sweat kemasan PET resmi dibuka. Bulan April tahun 2009 PT. Amerta Indah Osuka kembali meluncurkan kemasan PET 2 liter, masih dibulan April 2010 Soyjoy rasa stroberi diluncurkan. Karakteristik Responden Diperoleh responden berjenis kelamin perempuan terdapat 11 responden dan responden berjenis kelamin pria terdapat 19 responden. Kompsisi demikian didapatkan karena masyarakat Desa Kutajaya yang berjenis kelamin perempuan mayoritas bekerja sebagai buruh pabrik dengan jam kerja yang berbeda-beda sehingga tidak dapat banyak yang ditemui untuk wawancara. Usia responden berusia dibawah 20 tahun terdapat 1 responden, usia 20-25 terdapat 6 responden, usia 26-30 terdapat 4 responden, usia 31-40 terdapat 9 responden, dan usia >40 terdapat 10 responden. Responden tersebar merata dengan jenis pekerjaan yang beragam, seperti buruh pabrik, kuli, dan berdagang. Responden didominasi penduduk asli Sukabumi. Hanya terdapat empat masyarakat pendatang yang berasal diluar penduduk asli Sukabumi dengan satu diantaranya merupakan warga pendatang dari Tegal, Jawa Tengah yang bekerja untuk PT. Amerta Indah Otsuka sebagai karyawan tetap. Responden mayoritas bergantung kepada pendapatan dari pekerjaan utama sebab hanya terdapat 5 responden yang mampu memperoleh penghasilan diluar pekerjaan utama. Terdapat 5 responden yang masih berstatus belum menikah sedangkan sisanya yaitu 25 responden sudah berumah tangga. Pendidikan responden didominasi responden lulusan SD dengan jumlah 15 responden atau setengah jumlah responden sedangkan hanya terdapat satu
26
responden yang merupakan lulusan perguruan tinggi. Hanya terdapat dua responden yang menetap di Desa Kutajaya setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka, sedangkan 28 reponden lainya sudah bertempat tinggal di Desa Kutajaya sebelum dibangunya perusahaan namun hanya ada responden yang mengetahui kapan PT. Amerta Indah Otsuka dibangun sedangkan responden lainnya walaupun tinggal bersebelahan tidak mengetahui kapan persisnya perusahaan resmi dibangun. Diakuinya demikian disebabkan karena seluruh responden mengakui tidak diberi sosialisasi oleh perusahaan. Hukum Islam dalam Mengelola Air Penggunaan air dalam industri bila dibandingkan dengan individu memiliki kecenderungan pemborosan. Pemborosan jelas bertentangan dengan nila-nilai Islam seperti nilai kesederhanaan dan moderasi dalam konsumsi. Yusuf AlQardawi (1960) menjelaskan bahwa dari pandangan Al-Quran kehidupan mewah mendorong kepada kelemahan anak bangsa dan mengarah kepada kejatuhan bangsa. Pandangan Islam, bertambahnya penghasilan tidak berarti naiknya tingkat konsumsi. Prinsip umum pembelanjaan harta adalah mempertahankan konsumsi pada tingkat minimum. Kelebihan penghasilan justru digunakan untuk kemanfaatan anggota masyarakat sehingga kompetisi peralihan sumberdaya secara materil diminimalkan dan dipertahankan pada tingkat relatif rendah. Faktanya yang terjadi di Desa Kutajaya, pembangunan PT. Amerta Indah Otsuka tidak berdampak baik terhadap kehidupan masyarakat Desa Kutajaya yang bersebelahan langsung. Naiknya pendapatan perusahaan meningkatkan konsumsi perusahaan terhadap air yang berdampak buruk terhadap masyarakat. Konsumsi air perusahaan meningkat dengan ditandai pembangunan sumur air produksi yang semula berjumlah hanya 1 unit dan dewasa ini sudah berjumlah 6 unit. Dampaknya terhadap warga, hak kepemilikan air berkurang dengan menurunya volume air sumur dan kualitas air sumur. Selain itu, Islam mengakui kepemilikan individu atau swasta, tetapi tidak boleh memilikinya dan sebatas pemanfaatan. Pemanfataannya pun diperbolehkan dengan batas-batas tertentu agar tidak menimbulkan kerusakan sumberdaya alam yang ada. PT. Amerta Indah Otsuka memanfaatkan sumber air bersih di Desa Kutajaya namun dengan kepemilikan terhadapnya. Privatisasi hak air yang dilakukan perusahaan menyulikan masyarakat sekitar di Desa Kutajaya untuk memperoleh air bersih. Hak air bersih warga terambil oleh perusahaan dengan beralihnya kepemilikan hak air bersih. Analisis Persepsi Analisis Kondisi Lingkungan Desa Kutajaya Sebelum dan Sesudah Adanya PT. Amerta Indah Otsuka Gambar 2 menggambarkan responden didominasi oleh penduduk asli Desa Kutajaya sebanyak 27 responden sedangkan hanya ada 4 responden yang berasal dari luar Desa Kutajaya atau pendatang. Sebanyak 15 responden menilai kebersihan Desa Kutajaya „sangat bersih‟ sebelum adanya PT. Amerta Indah
27
Otsuka. Responden beralasan kebersihan sebelum adanya PT. Amerta Indah Otsuka dapat ditandakan dengan jernihnya aliran air dari limbah. 11 responden merasa kebersihan sebelum adanya PT. Amerta Indah Otsuka „biasa saja‟ sedangkan sisanya sejumlah 4 responden menilai bahwa kebersihan dikategorikan „bersih‟. Kebersihan desa sebelum adanya PT. Amerta Indah Otsuka dinilai „biasa saja‟ diantaranya dipilih responden yang merupakan pendatang sedangkan pilihan „bersih‟ dipilih responden muda <25 tahun. Tidak ada responden yang memilih pilihan „kotor‟ dan „sangat kotor‟. 00 11
15
4 Sangat kotor
Kotor
Biasa saja
Bersih
Sangat bersih
Gambar 2 Kebersihan Sebelum Ada PT. Amerta Indah Otsuka Adapun Gambar 3 menunjukn sebanyak 13 responden menilai setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka, kebersihan Desa Kutajaya digolongkan kepada „sangat kotor‟. Kategori „kotor‟ dipilih oleh delapan responden. Responden yang menilai kebersihan setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka dikategorikan „sangat kotor‟ dan „kotor‟ sebanyak 100% responden mengakui bahwa saluran air mereka tercemar limbah perusahaan. Sedangkan 9 responden menilai kebersihan Desa Kutajaya setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka „biasa saja‟. Pilihan „biasa saja‟ dianggap bahwa kebersihan lingkungan desa tidak menonjol kebersihanya maupun kekotoranya. 4 dari 9 responden yang menilai kebersihan Desa Kutajaya „biasa saja‟ merupakan pendatang dimana satu diantaranya adalah warga pendatang yang bekerja untuk PT. Amerta Indah Otsuka. 0
0
9
13
8
Sangat kotor
Kotor
Biasa saja
Bersih
Sangat bersih
Gambar 3 Kebersihan Setelah Adanya PT. Amerta Indah Otsuka Tidak terdapat responden yang memilih pilihan „tidak nyaman‟ dan „sangat tidak nyaman‟ untuk petanyaan kenyamanan sebelum adanya PT. Amerta Indah
28
Otsuka. Terdapat tiga pilihan pada Gambar 4 yaitu „sangat nyaman‟, „nyaman‟, dan „biasa saja‟ yang dipilih oleh responden secara imbang ketiga pilihan tersebut dipilih msing-masing oleh 10 responden. Adapun pilihan „biasa saja‟ dipilih diantaranya oleh 3 warga pendatang yang menikah dengan warga Desa Kutajaya. Mereka memilih pilihan „biasa saja‟ karena tidak merasakan sebelum adanya PT. Amerta Indah Otsuka sebagai warga Desa Kutajaya namun cukup mengetahui kondisi sebelum adanya PT. Amerta Indah Otsuka. 00 10
10
10 Sangat tidak nyaman
Tidak nyaman
Biasa saja
Nyaman
Sangat nyaman
Gambar 4 Kenyamanan Sebelum Adanya PT. Amerta Indah Otsuka Responden diperbolehkan memilih lebih dari satu pilihan jawaban pertanyaan persepsi masyarakat mengenai kondisi air sebelum dibangunya PT. Amerta Indah Otsuka. Gambar 5 menunjukan pilihan „air jernih‟ dipilih sebanyak 24 responden atau lebih satu suara dibandingkan pilihan „air banyak‟ yang berjumlah 23 suara. Kedua pilihan ini mendominasi persepsi masyarakat mengenai kondisi air sebelum adanya PT. Amerta Indah Otsuka. Tidak ada responden yang memilih pilihan „air keruh‟ dan „air sedikit‟. Seluruh responden menyetujui kondisi air sebelum adanya perusahaan dikatakan layak secara kuantitas dan kualitas.
0
0
23 Air keruh
24
Air sedikit Air jernih Air banyak Tak terpengaruh karena menggunakan PDAM
Gambar 5 Kondisi Air Sebelum Ada PT. Amerta Indah Otsuka Responden diperbolehkan memilih lebih dari satu pilihan jawaban sebagaimana pertanyaan sebelumnya. Hasilnya menunjukkan pada Gambar 6 bahwa pilihan „air sedikit‟ mengungguli seluruh pilihan sedangkan pilihan „air
29
jernih‟, „air banyak‟, dan „tak terpengaruhi karena menggunakan PDAM‟ tidak ada responden yang memilih. „Air sedikit‟ dirasakan oleh seluruh responden. Seluruh responden minimal merasakan kekurangan air setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka.Pilihan „air keruh‟ menempati urutan kedua dengan dipilih 17 responden. Adapun pilihan „air keruh‟ tidak dirasakan seluruh responden.Hanya responden yang menempati rumah yang letaknya tidak jauh dari PT. Amerta Indah Otsuka atau sekitar >100 meter yang merasakan tidak hanya kekurangan air namun juga kekeruhan dalam sumber air mereka. 0 0
Air keruh Air sedikit
0
17 30
Air jernih Air banyak Tak terpengaruh karena menggunakan PDAM
Gambar 6 Kondisi Air Setelah Ada PT. Amerta Indah Otsuka Responden diperbolehkan memilih lebih dari satu jawaban. Hasilnya pada Gambar 7 memperlihatkan 25 responden memilih „air minum‟ sebagai biaya tambahan yang harus dikeluarkan. Seluruh responden yang memilih „air minum‟ mengakui sebelumnya mereka mengkonsumsi air minum langsung dari air sumur. Setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka, mereka mengkonsumsi air dari air galon yang dijual. Adapun sebanyak 5 responden memilih „obat‟ sebagai biaya tambahan setelah adanya PT Amerta Inda Otsuka. Obat yang dibeli 3 responden diantaranya membeli obat kulit sedangkan dua sisanya membeli obat sakit perut karena mengakui sakit perut dan mual-mual setelah mengkonsumsi air dari sumur setelah sekian lama. Pilihan „lain-lainya‟ dipilih oleh 2 responden yang harus mengeluarkan biaya untuk kolam ikan. Kolam ikan tercemar air limbah dari perusahaan sehingga airnya terkandung zat besi berbahaya dan seluruh ikanya mati.Responden terpaksa mengeluarkan biaya tambahan untuk menggantikan kerugian kolam ikan yang tercemar.
Gambar 7 Biaya tambahan Akibat Adanya PT. Amerta Indah Otsuka
30
Analisis Persepsi Masyarakat Kutajaya Terhadap Sumber Air Bersih Sebanyak 25 responden masih mengandalkan sumurnya untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sumur digunakan sekalipun oleh responden yang mengalami kekeringan dan air keruh. Adapun 5 responden memilih „tidak‟ karena sudah beralih kepada aliran air PDAM.
5
25 Masih
Tidak
Gambar 8 Mengandalkan Sumur sebagai Sumber Air Pertanyaan persepsi kelayakan air dari sumur dijawab sebanyak 18 responden yang memilih „iya‟ sebagai jawaban kelayakan air sumur untuk dimanfaatkan. Responden yang memilih „iya‟ tidak mengalami kekeruhan air melainkan mengalami kekeringan air namun dengan air yang masih jernih. Seluruh responden mengalami kekurangan air namun hanya 17 responden mengalami kekeruhan air sekaligus sehingga jumlah responden pemilih „tidak‟ berjumlah lebih sedikit, yaitu 12 responden.
Gambar 9 Kelayakan Air Sumur untuk Dimanfaatkan Gambar 10 memperlihatkan 23 responden memilih tidak menggunakan sumber air selain sumur Responden yang memilih tidak menggunakan sumber air selain sumur bergantung kepada sumurnya dan tetap memanfaatkan sumurnya sebagai sumber air bersih selain dari air galon untuk konsumsi. Adapun 7
31
responden memilih menggunakan sumber lain selain sumur. Diantaranya menggunakan PDAM dan meminta air dari keluarga/tetangga.
7
23
Iya
Tidak
Gambar 10 Sumber Lain Memperoleh Air Bersih Selain dari Sumur Analisis Dampak dan Kepuasan Masyarakat Terhadap PT. Amerta Indah Otsuka Gambar 11 menunjukan sebanyak 23 responden memilih „tidak puas‟ dengan adanya PT. Amerta Indah Otsuka.Responden yang memilih „tidak puas‟ seluruhnya mendapatkan kerugian baik kekeringan air bahkan air yang keruh. Adapun 7 responden memilih pilihan „puas‟ dengan adanya PT. Amerta Indah Otsuka. 3 dari 7 responden yang memilih „puas‟ diberikan jatah mengelola limbah produksi PT. Amerta Indah Otsuka, sedangkan 1 responden merupakan karyawan tetap PT. Amerta Indah Otsuka. Mereka memilih puas dengan adanya PT. Amerta Indah Otsuka karena mendapatkan hasil nyata berupa gaji/uang dari keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka.
7
23
Puas
Tidak Puas
Gambar 11 Kepuasan dengan Adanya PT. Amerta Indah Otsuka Terdapat 3 dampak yang dirasakan warga atas keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka, yaitu penurunan volume air sumur, pencemaran air pada sumur, dan perkembangan bibit penyakit. Responden dapat memilih lebih dari satu
32
pilihan jawaban. Pilihan „mengurangi volume air‟ dipilih oleh seluruh responden. Seluruh responden merasakan dampak volume air pada sumurnya berkurang setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka. Gambar 12 menunjukan pada pilihan „menimbulkan pencemaran air‟ dan „berkembangnya bibit penyakit‟ dipilih oleh 16 dan 6 responden yang tidak hanya merasakan kekurangan air namun juga air yang tercemar dan terkandung bibit penyakit dalam sumur air setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka. Seluruh responden yang pernah mengalami sakit kulit atau pencernaan akibat penggunaan air dari sumurnya memilih pilihan „berkembangnya bibit penyakit‟.
6
0
16
30
Mengurangi volume air
Menimbulkan pencemaran air
Berkembangnya bibit penyakit
Lainya
Gambar 12 Dampak yang Dirasakan Atas Keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka Persepsi terbesar dari dampak risiko yang ditimbulkan setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka adalah „berbahaya‟ yang dipilih responden sebanyak 12 responden ditunjukan pada Gambar 13. Pilihan „sangat berbahaya‟ dan „berbahaya‟ dipilih oleh 9 dan 7 responden. Pemilihan ini didasari oleh pengalaman responden yang merasakan dampak bahaya kondisi air sumurnya setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka. Adapun 2 responden memilih „tidak berbahaya‟. Kedua responden yang memilih pilihan „tidak berbahaya‟ merupakan warga yang bekerja sebagai karyawan PT. Amerta Indah Otsuka.
Gambar 13 Risiko yang Ditimbulkan Setelah Adanya PT. Amerta Indah Otsuka
33
„Sangat mengganggu‟ adalah persepsi terbanyak yang dipilih sebanyak 13 responden untuk pertanyaan persepsi apakah keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka memberikan gangguan terhadap aktivitas sehari-hari. Responden yang merasa „sangat teranggu‟ terdiri dari seluruh responden yang merasakan kekeruhan air pada sumur mereka. Tak hanya itu, responden yang menjawab „sangat terganggu‟ seluruhnya adalah warga dengan jarak terdekat dengan PT. Amerta Indah Otsuka. Pilihan „mengganggu‟ dipilih oleh 6 responden dan pilihan „biasa saja‟ dipilih oleh 5 responden. Adapun responden yang memilih „tidak mengganggu‟ berjumlah 4 responden yang dimana diantaranya 2 responden merupakan karyawan PT. Amerta Indah Otsuka. 0
5
4
6 13 Sangat tidak mengganggu
Tidak mengganggu
Sangat mengganggu
Biasa saja
Mengganggu
Gambar 14 Keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka Memberikan Gangguan Terhadap Aktivitas Sehari-Hari 19 responden memilih terganggu dengan kebisingan yang ditimbulkan aktivitas PT. Amerta Indah Otsuka. Responden mengakui terganggu kebisingan setiap terjadi pengeboran air yang berlangsung dari jam 19.00 WIB hingga menjelang tengah malam setiap harinya. Responden terjauh dari PT. Amerta Indah Otsuka mengakui tetap mendengarkan kebisingan pengeboran air sekalipun berjarak lebih dari 300 meter dari lokasi perusahaan. Persepsi bahwa air tercemar dipilih oleh 14 responden yang mengakui tidak hanya sumur pribadi yang tercemar namun begitupun saluran air got yang tercemar limbah. 2 responden yang berjarak paling dekat dengan lokasi hilir pembuangan limbah perusahaan mengakui pembuangan limbah ke saluran air warga kerap dilakukan jam 03.0004.00 WIB. Responden lainya mengakui jemarinya kerap berwarna hitam bila mencuci di aliran sungai yang terkena dampak pencemaran limbah.
Gambar 15 Bentuk Gangguan yang Dirasakan Responden
34
Dominasi warga yang merasa rugi dengan kehadiran dan aktivitas produksi PT. Amerta Indah Otsuka berjumlah 22 responden. 7 warga memilih persepsi bahwa mereka kurang rugi dengan kehadiran perusahaan sedangkan hanya terdapat 1 responden yang merasa tidak dirugikan. Responden yang tidak merasa dirugikan berprofesi sebagai salah satu karyawan PT. Amerta Indah Otsuka. Seluruh responden mengakui tidak mendapatkan kompensasi atas kehilangan sumber air mereka. Kompensasi yang pernah didapatkan seluruh responden dari PT. Amerta Indah Otsuka berupa sejumlah uang atas kejadian bencana yang tak sengaja disebabkan aktivitas PT. Amerta Indah Otsuka. Diakui salah satu responden yang hanya berjarak 5 meter dari perusahaan, pernah kejatuhan bahan-bahan bangunan PT. Amerta Indah Otsuka lalu merusak sumur dan kolam ikan miliknya. Pihak PT Amerta Indah mendatangi rumah responden dan mentaksir kerugian hanya sebesar Rp 500 000 yang dapat diberikan sebagai kompensasi kerusakan. Namun responden mengakui sebelumnya tidak pernah ada pihak PT. Amerta Indah Otsuka yang memberikan kompensasi atas kekeringan dan buruknya kualitas air sumur miliknya semenjak dibangun PT. Amerta Indah Otsuka. 10 7
22
Rugi
Kurang rugi
Tidak rugi
Biasa saja
Gambar 16 Merasa Dirugikan dengan Kehadiran PT. Amerta Indah Otsuka Kondisi seluruh responden yang tidak mendapatkan kompensasi atas hilangnya hak air bersih mereka menghasilkan analisis persepsi bahwa seluruh responden atau 100% responden menginginkan kompensasi atas hilangnya hak kepemilikan air bersih.
0 Iya Tidak 30
Gambar 17 Tingkat Responden Menginginkan Kompensasi
35
Estimasi Willingness To Pay dan Willingness To Accept Analisis Willingness to Accept (WTA) Pendekatan analisis Contingen Valuation Method (CVM) digunakan untuk mengestimasi besarnya nilai kompensasi yang diinginkan masyarakat atas kerugian air bersih mereka berkurang dan tercemar. Nilai kompensasi yang diinginkan masyarakat diartikan sebagai nilai hak yang diinginkan atas hak air yang hilang. Hasil dari pelaksanaan CVM sebagai berikut : 1. Membangun Pasar Hipotesis Seluruh responden disampaikan bahwa PT. Amerta Indah Otsuka sebagai perusahaan air minum dalam kemasan yang memanfaatkan sumber air dari kekayaan sumber air Desa Kutajaya, akan memberikan kompensasi kepada warga. Warga diberikan kompensasi atas kehilangan hak kepemilikan air bersihnya. Warga akan menerima kompensasi dapat berupa uang atau fasilitas untuk memulihkan kehilangan hak kepemilikan air bersihnya. Pemberian kompensasi ini bertujuan mengembalikan kesejahteraan masyarakat yang merasa dirugikan. Dengan demikian, responden mengetahui gambaran tentang pasar hipotesis mengenai nilai kompensasi. 2. Mendapatkan Nilai WTA Nilai WTA didapatkan dari hasil wawancara dengan responden menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan dengan melakukan bidding nilai kompensasi yang diinginkan responden dimulai dari nilai kompensasi terendah hingga nilai maksimal.Nilai terendah bidding nilai kompensasi adalah Rp 50000 diikuti oleh Rp 100000, Rp 150000, Rp 300000, hingga Rp 400000. 3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA Dugaan nilai rataan WTA dari responden didapatkan dari distribusi WTA responden. Tabel 1 menunjukkan rataan WTA responden. Dugaan nilai rataan WTA responden adalah sebesar Rp231 666.667 per bulan per rumah tangga. Nilai tersebut menunjukkan nilai hak air milik individu yang terkena dampak negatif PT. Amerta Indah Otsuka.
Tabel 2 Besaran WTA Responden Nilai WTA (Rp/bulan/RT)
No
Total
Frekuensi (orang)
Frekuensi Relatif
Mean WTA(Rp/bulan)
1
50000
4
0.133
6666.667
2
100000
4
0.133
13333.333
3
150000
5
0.167
25000
4
300000
12
0.400
120000
5
400000
5
0.167
30
1
66666.667 231666. 667
36
Analisis Willingness to Pay (WTP) Dugaan rataan WTP didapatkan dari hasil wawancara kepada seluruh responden terkait WTP dengan menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimal yang sanggup dibayarkan responden untuk memperoleh air. 1. Membangun Pasar Hipotesis Seluruh responden disampaikan bahwa PT. Amerta Indah Otsuka sebagai perusahaan air minum dalam kemasan yang memanfaatkan sumber air dari kekayaan sumber air Desa Kutajaya, mengurangi volume dan kualitas air bersih. Untuk memperoleh air kembali untuk kebutuhan sehari-hari, warga diharuskan membeli kembali air bersih. Keputusan membeli air bertujuan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian, responden mengetahui gambaran tentang pasar hipotesis mengenai nilai kerelaan membeli air. 2. Mendapatkan Nilai WTP Nilai WTP didapatkan dari hasil wawancara dengan responden menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan dengan melakukan openended question dengan nilai terendah sebesar Rp 10000, Rp 12000, Rp 15000, Rp 20000, Rp 24000, Rp 30000, Rp 40000, Rp 48000, Rp 60000, Rp 64000, Rp 180000, dan nilai terbesar Rp 250000. 3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP Dugaan nilai rataan WTP dari responden didapatkan dari distribusi WTA responden. Tabel 2 menunjukkan rataan WTP responden.Dugaan nilai rataan WTP responden adalah sebesar Rp 49 433 per bulan per rumah tangga. Tabel 2 Besaran WTP Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
Nilai WTP (Rp/bulan/RT) 10000 12000 15000 20000 24000 30000 40000 48000 60000 64000 180000 250000
Frekuensi (orang) 1 1 1 13 1 3 1 1 4 1 1 2 30
Frekuensi Relatif 0.033 0.033 0.033 0.433 0.033 0.100 0.033 0.033 0.133 0.033 0.033 0.067 1
Mean WTP (Rp/Bulan) 333.333 400 500 8666.667 800 3000 1333.333 1600 8000 2133.333 6000 16666.667 49433.333
Hubungan tingkat WTA dan WTP yang diinginkan responden (dalam Rp/bulan/RT) dengan jumlah responden, baik yang bersedia menerima tingkat
37
WTA dengan yang bersedia mengeluarkan tingkat WTP digambarkan oleh kurva perpotongan permintaan WTP dan penawaran WTA. Terlihat pada Gambar 17, semakin tinggi nilai WTA yang ditawarkan maka semakin banyak responden yang bersedia menerima, sedangkan pada WTP, ada kecenderungan semakin kecil nilai WTP maka semakin banyak responden namun pada Gambar 17 nilai WTP menyebar sehingga pada nilai minimum WTP tidak ditemukan berjumlah banyak pada nilai WTP yang kecil, seperti Rp 10 000 hanya terdapat 1 responden. Kurva yang dibentuk, terlihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Kurva perpotongan WTP dan WTA Terdapat titik potong antara kurva WTP dan WTA pada nilai Rp 62 950. Perpotongan ini sebagai nilai keseimbangan antara permintaan warga yang tinggi akan kompensasi hingga menyentuh nilai maksimum Rp 400 000 dan rendahnya kesanggupan masyarakat mengeluarkan uang untuk memenuhi kebutuhan air dengan nilai minimum Rp 10 000. Terlalu jauhnya rentang nilai minimal WTP dan maksimal WTA menghasilkan titik potong pada nilai Rp 62 950 yang berfungsi memberikan nilai kompensasi per bulan yang seimbang dengan rataan kemampuan masyarakat rela mengeluarkan uang untuk memperoleh air bersih untuk kebutuhanya. Bila nilai kerelaan masyarakat mengeluarkan uang per bulanya untuk memperoleh air kecil, sedangkan nilai kompensasi yang diberikan kepada masyarakat tinggi mengikuti rataan keinginan WTA masyarakat, maka akan terjadi pemborosan sebab kompensasi yang besar tidak diimbangi dengan alokasi pendapatan masyarakat per individu untuk mengkonsumsi air. Sebaliknya bila nilai kerelaan masyarakat mengeluarkan uang per bulanya tinggi untuk memperoleh air, sedangkan nilai kompensasi yang diberikan kepada masyarakat rendah, maka kebutuhan masyarakat untuk mengkonsumsi air tidak terpenuhinya. Faktanya yang terjadi di Desa Kutajaya, tidak ada kompensasi dari PT. Amerta Indah Otsuka kepada masyarakat atas kehilangan hak air mereka. Warga Desa Kutajaya menginginkan adanya kompensasi atas kehilangan hak air mereka. Kompensasi yang pernah diberikan PT. Amerta Indah Otsuka berupa dua macam,
38
yaitu kompensasi pembangunan (seperti pembangunan sumur PT. Amerta Indah Otsuka diawal pembangunan perusahaan dan kebisingan yang ditimbulkan akibat pembangunan lanjutan sumur ke-2) dan kompensasi musibah (kompensasi yang diberikan setiap terjadi musibah seperti kejatuhan peralatan berat atau bahan bangunan perusahaan kepada rumah warga). Kompensasi tersebut dinilai tidak tepat sasaran sebab warga menginginkan kompensasi atas hak air mereka yang hilang.Oleh sebab itu, nilai titik potong sebesar Rp 62 950 perbulan untuk setiap rumah tangga RT 07 RW 04 Desa Kutajaya dinilai sudah mencukupi WTP dan keinginan WTA warga. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Nilai WTP Variabel respon (dependent) adalah nilai WTP yang diberikan setiap responden sedangkan variabel penjelas (independent) yang diduga memengaruhi nilai WTP tersebut terdiri dari tanggungan, pendidikan, pendapatan, lama tinggal, jarak tinggal, dan konsumsi air. Tabel 3 Faktor-Faktor Pengaruh Nilai WTP Variabel
B
Sig
Constant
1.911
.176
Tanggungan
.014
.886
1.220
Pendidikan
.157
.045
1.179
Pendapatan
.353
.004
2.214
Lama tinggal
.115
.400
1.632
Jarak rumah
-.062
.364
1.108
Konsumsi air
.807
.000
2.035
R2
87.3%
F-Statistik
26.383
Sig
0.000
VIF
Seluruh variabel dalam pengujian menggunakan ln. Penggunaan ln dimaksudkan agar rentang besaran antar variabel menjadi merata. Besaran variabel berbeda-beda dan dalam penghitunganya menyebabkan ketidak akuratan. Alasan lain adalah agar range besaran antara variabel menjadi dekat. Tabel 3 menjelaskan variabel yang memiliki pengaruh nyata adalah variabel pendidikan, pendapatan, dan konsumsi air. Variabel pendidikan, pendapatan dan konsumsi air berturut-turut memiliki P-value sebesar 0.045, 0.005 dan 0.000 yang berarti bahwa ketiga variabel memilliki pengaruh nyata terhadap peluang responden bersedia membayar untuk memperoleh kebutuhan air pada taraf kepercayaan 90% dan taraf nyata 10%. Nilai koefisien pendidikan bernilai positif berarti dengan bertambahnya tingkat pendidikan responden maka responden bersangkutan akan menyadari tingkat kepentingan air dan menaikan tingkat kerelaanya mengeluarkan uang untuk memperoleh air bersih sebesar 0.157%. Pendapatan bernilai positif berarti
39
dengan bertambahnya pendapatan responden sebesar 1% maka responden bersangkutan akan berfikir bahwa air bersih untuk mencukupi kebutuhan secara volume dan kualitas yang bagus adalah berharga sehingga responden akan mempertimbangkan meningkatkan kerelaan pendapatanya tersebut disalurkan untuk memperoleh kebutuhan air sebesar 0.353%. Adapun nilai koefisien konsumsi air bernilai positif sebesar 0.807 yang berarti dengan bertambahnya konsumsi air responden sebesar 1% maka tingkat kerelaan membeli air bersih akan naik sebesar 0.807%. Pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada nilai VIF pada output regresi pada Tabel 3. Nilai VIF semua variabel bernilai kurang dari 10, sehingga tidak terjadi pelanggaran asumsi multikolinieritas antar variabel. Nilai sig pada F-stat bernilai 0.000 berarti lebih kecil dibandingkan taraf nyata yaitu 10%. Dengan demikian, maka variabel independen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel dependent yang membentuk model dengan baik. Hasil pengolahan data diperoleh bahwa model yang dihasilkan memiliki R2 yang bernilai 87.3%. Nilai tersebut berarti keragaman WTP responden sebesar 87.3% dapat dijelaskan oleh model, sisanya 12.7% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Secara kolektif, seluruh variabel-variabel berpengaruh nyata terhadap model. Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah : ln WTPi= 1.911 - 0.014 ln TGGNi+ 0.157 ln PDDKi + 0.353 ln PNDPTi + 0.115 ln LMTGLi - 0.062 ln JRRMHi + 0.807 ln KNSMAIR Faktor-Faktor yang Memengaruhi Nilai WTA Variabel respon (dependent) adalah peluang responden memilih ketersediaan menerima kompensasi atau nilai WTA atas berkurangnya volume air dan tercemarnya air akibat kegiatan produksi PT. Amerta Indah Otsuka sedangkan variabel penjelas (independent) yang diduga memengaruhi nilai WTP tersebut terdiri daritanggungan, pendidikan, pendapatan, lama tinggal, jarak tinggal, dan terganggu. Tabel 4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTA Variabel Constant Tanggungan Pendidikan Pendapatan Lama Tinggal Jarak Rumah Terganggu R2 F-Statistik Sig
B 14.633 .346 -.201 -.269 -.036 .016 .555 94.5% 54.066 .000
Sig .000 .000 .000 .000 .566 .683 .000
VIF 1.292 1.124 1.409 1.405 1.239 1.376
40
Tabel 4 menjelaskan variabel yang memiliki pengaruh nyata adalah variabel tanggungan, pendidikan, pendapatan, dan terganggu. Variabel-variabel dengan nilai P-value dibawah 10% berarti bahwa variabel ini memilliki pengaruh nyata terhadap peluang responden bersedia mendapatkan kompensasi atas kehilangan hak kepemilikan air bersih. Seluruh variabel independent dan depdendent menggunakan ln dalam pengujianya. Penggunaan ln dimaksudkan karena adanya perbedaan besaran antar variabel. Untuk meratakan ragam antar variabel, baik variabel dependent dan independent digunakan ln terlebih dahulu sebelum diuji. Alasan lain adalah agar range besaran antara variabel menjadi dekat. Variabel tanggungan memiliki nilai P-value 0.000 yang berarti variabel tanggungan memiliki pengaruh nyata dalam model WTA pada taraf nyata 10%. Nilai koefisien bernilai positif sebesar 0.346 berarti dengan bertambahnya tanggungan responden (anak, istri, cucu, dsb.) sebesar 1% maka responden akan menaikan keinginan terhadap kompensasi karena harus memenuhi kebutuhan seluruh tanggunganya sebesar 0.346%. Tanggungan menjadi variabel yang signifikan memengaruhi tingkat WTA. Variabel pendidikan menunjukkan hasil signifikan dengan nilai sig sebesar 0.000 dan berpengaruh nyata dalam model. Naiknya tingkat pendidikan responden sebesar 1% akan menurunkan keinginan untuk mendapatkan kompensasi sebesar 0.201%. Ini dikarenakan dengan naiknya tingkat pendidikan, maka responden akan bergantung pada keunggulan pendidikanya yang dimiliki untuk memperoleh air bersih dibandingkan bergantung kepada kompensasi perusahaan. Variabel pendapatan juga menunjukkan hasil signifikan ditunjukkan dengan nilai P-value sebesar 0.000. Nilai koefisien bernilai negatif sebesar -0.269 berarti dengan bertambahnya pendapatan sebesar 1% maka keinginan responden untuk memperoleh kompensasi berkurang sebesar 0.269%. Kondisi ini dikarenakan responden dengan kenaikan pendapatan akan bergantung kepada pendapatanya untuk memperoleh air bersih dibandingkan bergantung kepada kompensasi. Variabel tingkat terganggu juga menunjukan hasil yang signifikan atau berpengaruh nyata terhadap model dengan nilai P-value sebesar 0.000. Nilai koefisien yang diperoleh sebesar 0.555% memiliki arti bahwa setiap kenaikan sebesar 1% tingkat terganggu oleh perusahaan terhadap responden, maka akan menaikan tingkat keinginan dikompensasi oleh perusahaan sebesar 0.555%.954 Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah : ln WTAi= 14.633+ 0.346 ln TGGNi – 0.201 ln PDDKi – 0.269 ln PNDPTi – 0.036 ln LMTGLi – 0.016 ln JRKRMH + 0.555 ln TGGUi Rekomendasi Alternatif Analytical Hierarchy Process (AHP) Penentuan solusi sumber air yang memenuhi kebutuhan masyarakat RT 07 RW 04 Desa Kutajaya menggunakan analisis AHP. Solusi yang ditawarkan ke responden terdapat 3 pilihan, yaitu membeli air kembali dari PT. Amerta Indah Otsuka (BELI), beralih ke aliran PDAM (PDAM), atau menggunakan teknologi filtrasi air (FILTER). Ketiga pilihan solusi ini dipilih dari kondisi lingkungan dan dampak terhadap masing-masing responden. Ketiga pilihan solusi tersebut
41
terdapat 4 faktor yang saling memengaruhi, yaitu biaya, kualitas, kuantitas, kuantitas, dan kepraktisan. Faktor-faktor tersebut berlaku bagi ketiga pilihan solusi. Seluruh responden diwawancarai dengan menanyakan alternatif yang dipilih ditinjau dari faktor yang mendukungnya dan dari faktor masing-masing ditanyakan apakah alternatif solusi yang dirasa paling menggambarkan keinginanya. Alternatif yang mayoritas dipilih dari tiga alternatif adalah alternatif solusi membeli air kembali dari PT. Amerta Indah Otsuka (BELI). Alternatif ini dipilih dengan persentase 36.5% responden. Adapun faktor yang paling memengaruhi seluruh alternatif adalah faktor kualitas dengan persentase 36.7%. Alternatif BELI dipilih mayoritas responden dengan faktor kualitas sebagai faktor yang paling mempengaruhi pemilihan alternatif BELI. Responden memberi kecenderungan memilih alternatif BELI dengan meyakini faktor kualitas air yang ditawarkan lebih baik dibandingkan alternatif solusi lainya. Demikian dikarenakan sumber air PT. Amerta Indah Otsuka yang sebelumnya milik warga dan sudah bertahun-tahun digunakan warga dengan mengetahui kualitas unggul yang dimiliki sumber air bersihnya. Setelah pengalihan hak kepemilikan air menjadi milik PT. Amerta Indah Otsuka, warga kehilangan kualitas airnya. Maka dengan solusi alternatif BELI warga mendapatkan kembali hak kepemilikan airnya beserta kualitasnya. Tabel 5 Alternatif Solusi Air Bersih Solusi Membeli air bersih dari PT. Amerta Indah Otsuka Berlangganan PDAM Menggunakan teknologi filtrasi air
Bobot .366 .331 .303
Prioritas 1 2 3
Minat warga untuk beralih kepada aliran PDAM tidak terlalu besar dikarenakan stigma PDAM yang mahal dan sulit prosedur penginstalasinya. Ini diakui mayoritas responden yang mengaku tetap bertahan menggunakan sumur dengan alasan PDAM mahal dan sulit prosedur instalasinya. Begitupun alternatif filtrasi air tidak terlalu diminati karena kurangnya pengetahuan warga mengenai teknologi filtrasi air. Adapun ketidakpraktisan dari filtrasi air yang menghalangi minat warga untuk menggunakan teknologi tersebut. Terakhir, tidak seluruh responden mengalami kekeruhan air yang harus memaksa responden memfilterkan air sumurnya untuk mendapatkan air bersih dan jernih. Seluruh responden mengalami kekurangan air maka solusi filtrasi air tidak tepat mengembalikan kekurangan air. Faktor yang mayoritas dipilih responden sebagai faktor yang paling memengaruhi alternatif solusi maupun seluruh alternatif adalah faktor kualitas. Seluruh responden mengakui menginginkan kualitas air yang baik dibandingkan kuantitas sebab air dengan volume yang banyak namun keruh apalagi tercemar, tidak dirasa akan berguna. Faktor kualitas juga dipengaruhi pengakuan mayoritas responden yang sudah tinggal di Desa Kutajaya sebelum adanya PT. Amerta Indah Otsuka dan mengetahui kualitas air bersih yang dimiliki oleh air tanah di daerah tersebut. Adapun faktor kepraktisan diminati responden dibawah faktor
42
kualitas. Faktor kepraktisan diinginkan warga untuk mendapatkan air bersih dan tidak ingin melewati birokrasi berbelit. Tingginya dipilih faktor kepraktisan sekaligus menandakan kurang minatnya warga terhadap solusi alternatif PDAM dan filtrasi air yang dinilai warga memiliki proses birokrasi yang panjang dan tidak praktis dalam penggunaanya. Tabel 6 Faktor Alternatif Solusi Air Bersih Solusi
Faktor BELI
PDAM
FILTER
Biaya .060 0.55 .058 Kualitas .118 .119 .130 Kuantitas .077 .062 .058 Kepraktisan .110 .095 .058 Keterangan : BELI : Membeli sumber air bersih dari PT. Amerta Indah Otsuka PDAM : Berlangganan aliran air PDAM FILTER : Menggunakan teknologi filtrasi air Analisis Alternatif dari Sudut Pandang Syariah Analisis persepsi menghasilkan 73% atau 22 responden mengalami kerugian dengan adanya PT. Amerta Indah Otsuka. Kerugian yang responden rasakan bervariasi dan tersebar, seperti kerugian volume air berkurang, air keruh, hingga kebisingan yang disebabkan perusahaan. Maka sehubungan dengan cukup besarnya jumlah responden yang merasa dirugikan, seluruh responden menginginkan adanya kompensasi atas hak air bersih mereka yang hilang dan tidak pernah digantikan oleh perusahaan. Analisis persepsi mengantar kepada pengujian tingkat willingness to pay (WTP) dan willingness to accept (WTA) beserta faktor-faktor yang memengaruhi tingkat WTP dan WTA seluruh responden. Seluruh responden mengaku tidak pernah mendapatkan kompensasi atas hak kepemilikan air bersih mereka yang hilang. Kompensasi hanya terjadi dua kali, yaitu kompensasi pembangunan dan kompensasi per kejadian musibah. Setelah melakukan wawancara secara bidding, nilai WTA didapatkan variasi nilai kompensasi sebesar Rp 50000, Rp 100000, Rp 150000, Rp 300000, hingga Rp 400000. Didapatkan nilai rata-rata WTA sebesar Rp 231 666.67 per bulan per rumah tangga yang diinginkan responden. Di lain pihak, nilai WTA yang tinggi tidak diimbangi WTP yang besar diperoleh nilai rataan WTP sebesar Rp 49 433 sehingga titik perpotongan antara kurva WTA dan WTP berada di nilai Rp 62 950. Titik perpotongan ini sebagai titik seimbang tingkat keinginan responden dengan kesanggupan responden. Analisis AHP menghasilkan alternatif solusi untuk membeli air kembali dari PT. Amerta Indah Otsuka. PT. Amerta Indah Otsuka sendiri tidak memberikan fasilitas kepada warga untuk mendapatkan air bersih, tidak seperti PT. Tirta Jaya Aqua yang memberikan fasilitas MCK (mandi, cuci, kakus) kepada masyarakat yang bersebelahan langsung dengan perusahaan. Hal ini dikeluhkan mayoritas responden karena tidak ada alternatif mendapatkan air bersih disaat
43
sumur mengering atau air keruh. Demikian bila ditinjau dari hulu permasalahan hingga nilai titik potong kurva WTP dan WTA sebagai nilai kompensasi, nilai titik potong kurva WTP dan WTA tersebut dapat dialokasikan PT. Amerta Indah Otsuka sebagai pencairan dana terhadap warga setiap bulanya atau menjadikanya sebuah fasilitas senilai jumlah kompensasi warga Desa Kutajaya untuk memperoleh air bersih seperti fasilitas MCK atau pengisian air minum di galon yang diperuntukkan warga dapat membeli air di PT. Amerta Indah Otsuka. Kedua solusi ini diharapkan mengembalikan hak memperoleh air bersih warga dan memberikan kesejahteraan kepada warga. Diambil kesimpulan bahwa seluruh analisis saling memengaruhi. Hilir solusi dari penelitian ini adalah analisis dengan maqashid syariah. Secara bahasa Maqashid Syari‟ah terdiri dari dua kata yaitu Maqashid dan Syari‟ah. Maqashid berarti tujuan, Maqashid merupakan bentuk jama‟ dari maqsud yang berasal dari suku kata Qashada yang berarti menghendaki atau memaksudkan, Maqashid berarti hal-hal yang dikehendaki dan dimaksudkan. Menurut konsepnya, maqashid syariah berarti aturan-aturan yang diciptakan oleh Allah SWT untuk menjadi pedoman oleh manusia dalam mengatur hubungan dengan Tuhan, dengan manusia baik sesama Muslim maupun non Muslim, alam dan seluruh kehidupan. Kategori hukum maqashid syariah terdapat tiga, yaitu Al-Dharuriat (kebutuhan primer), Al-Hajiat (kebutuhan sekunder), dan Al-Tahsiniat (kebutuhan pelengkap). Air sebagai kebutuhan primer yang dibutuhkan seluruh makhluk hidup, terutama manusia digolongkan kepada Al-Dharuriat. Urgensi untuk terpenuhinya hak kepemilikan air bersih tergolong tinggi karena terkait hajat hidup tiap individu. Hidup matinya makhluk hidup bergantung pada air sebagaimana tumbuhan akan layu lalu mati bila tidak mendapatkan air. Begitupun manusia dapat terancam keberlangsungan hidupnya tanpa air. Maka hilangnya hak kepemilikan air bersih yang dialami masyarakat RT 07 RW 04 Desa Kutajaya sudah menyentuh hilangnya Al-Dharuriat dan berpengaruh terhadap hajat hidup. Menurut Al-Ghazali, ada lima unsur utama yang harus dipelihara untuk menegakkan maslahah Al-Dharuriat yaitu unsur menjaga jiwa, agama, akal, nasab atau keturunan, dan harta. Kelima prinsip ini dikenal dengan Kulliyat AlKhams (lima prinsip universal). Bila beberapa atau bahkan salah satu unsur tidak dapat dijaga atau terancam, maka akan terjadi ketidak stabilan maslahah AlDharuriat dan maqashid syariah. Prinsip jiwa dan harta mendapatkan dampak langsung dengan adanya kesulitan masyarakat RT 07 RW 04 Desa Kutajaya mendapatkan hak air setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka. Prinsip jiwa bisa terancam bila kebutuhan dasar untuk keberlangsungan hidup, yaitu air sulit didapatkan untuk keperluan konsumsi, mandi, mencuci, dan lain-lain. Terancamnya prinsip jiwa karena tidak terpenuhinya air dapat terus berlangsung bahkan semakin buruk dampaknya bila tidak ada kompensasi yang didapatkan warga atas hak air yang hilang. Jumlah nilai rekomendasi kompensasi yang didapatkan dari pertpotongan analisis kurva WTP dan WTP senilai Rp 62 950 per bulan per rumah tangga cukup memenuhi kebutuhan dan keinginan warga yang tinggi akan kompensasi dan rendahnya tingkat kerelaan masyarakat mengeluarkan uang untuk mendapatkan air kembali. Adapun prinsip harta juga mendapatkan dampak langsung atas kesulitan mendapatkan hak kepemilikan air. Pendapatan responden yang sedianya dialokasikan untuk berbagai kebutuhan lainya harus disisihkan sebagian untuk
44
membeli air bersih. Selain teralokasinya dan a, sebagian responden mengalami kerugian usaha diakibatkan air sumurnya sudah keruh dan terkontaminasi. M. Selamat dan Teguh, dua pengusaha industri tahu rumahan dipaksa menghentikan penggunaan air sumur untuk memproduksi tahu sebab tahu yang dihasilkan dengan air sumur terkontaminasi limbah zat besi yang berbahaya bagi konsumen. Agar usaha tahunya tetap bertahan, mereka berlangganan air PDAM dengan pembayaran per bulanya rata-rata sebesar Rp 200 000 atas penggunaan air PDAM. Nilai willingness to pay keduanya dipaksa naik akibat keruhnya air sumur. Kedua prinsip ini bila terus dilanggar akan berkolerasi mengancam prinsip lainya, yaitu keturunan, akal, dan agama. Mengkonsumsi air yang keruh dan terkontaminasi limbah perusahaan dalam jangka panjang akan membahayakan kesehatan individu dan keturunan dimasa yang akan mendatang. Prinsip akal akan terkena dampak dengan diawali tidak memiliki jiwa yang sehat. Prinsip jiwa yang tidak terpenuhi mengakibatkan prinsip akal yang tidak terpenuhi karena akal yang sehat tidak akan optimal bila tidak memiliki jiwa yang sehat. Salah satu responden, M. Badri, kerap depresi hingga dibawa berobat oleh anak sulungnya. Kondisi depresi ini diakibatkan kondisi kolam ikan dan air sumurnya yang tercemar dan tidak mampu memenuhi kebutuhan air bersih. Kondisi depresi ini berdampak buruk pula ke rumah tangga, istri responden sudah setahun tidak menetap di rumah karena tidak tahan dengan kondisi keuangan dan depresi suaminya. Prinsip agama terancam karena air yang digunakan untuk bersuci atau berwudhu tidak layak untuk digunakan bersuci dan dikategorikan kepada makruh. Dianalogikan dengan air mendidih yang digunakan untuk berwudhu. Air tidak membatalkan wudhu namun dengan keadaan air mendidih membatalkan syara‟ untuk berwudhu. Air yang mendidih akan mencederai yang berwudhu dan walaupun tidak ada larangan untuk tidak berwudhu dengan air mendidih namun menghindarinya lebih diutamakan. Air yang sudah berubah dari kondisi asalnya, yaitu air mutlaq yang keluar dari bumi atau turun dari langi yang sudah berubah rasa, bau, dan warnanya dari kondisi air mutlaq dikhawatirkan akan lebih banyak mendatangkan mudharat bila digunakan apalagi untuk jangka panjang. Kondisi air oleh 17 responden mengakui bahwa air sumur mereka keruh. Air yang keruh atau sudah berubah warnanya walau masih dapat digunakan untuk bersuci namun hukumnya makruh karena air yang digunakan berpotensi mendatangkan keburukan dari kandunganya yang sudah tidak ssebagai air mutlaq. Adapun prinsip keturunan sama halnya dengan prinsip lain menjadi terancam. Prinsip keturunan terancam karena keturunan atau calon keturunan dari semua responden mengalami kekurangan air ataupun kekeruhan air. Kondisi ini mengkhawatirkan karena keturunan sama halnya akan mengalami empat prinsip yang terancam oleh orangtuanya. Kesehatan yang terancam karena konsumsi air yang dapat memberikan dampak yang buruk bagi calon keturunan. Sudah terdapat lima responden yang mengharuskan berobat karena mengkonsumsi air yang keruh dan tercemar. Solusi alternatif menurut analisis AHP yaitu membeli air kembali dari PT. Amerta Indah Otsuka (BELI) bila ditinjau dari maqashid syariah menurut konsep Al-Ghazali yang dipelajari peneliti selama perkuliahan di Program Studi Ekonomi Syariah, memenuhi lima prinsip maqashid syariah. Prinsip jiwa terpenuhi karena
45
prinsip jiwa terjamin dengan adanya kembali hak kepemilikan air. Prinsip jiwa harus terjamin keberlangsungannya agar mampu melaksanakan prinsip-prinsip lainya sebab kesehatan menentukan keberlangsungan hidup. Badri, salah satu responden yang mengalami kekeruhan air paling buruk dibandingkan responden lainya berulang kali mengingatkan betapa pentingnya air dibandingkan uang. Bila prinsip jiwa sudah terpenuhi maka prinsip harta dapat teratasi. Walaupun terdapat alokasi pendapatan untuk membeli sumber air bersih, akan tetapi terdapat urgensi memperoleh air bersih untuk kebutuhan sehari-hari dan mengingat sudah dibangun perusahaan maka tidak memungkinkan untuk perusahaan menghentikan produksi. Ditinjau dari nilai willingness to pay responden, seluruh responden sudah mampu mengeluarkan sebagian pendapatan untuk memperoleh air bersih. Kondisi ini berbeda dibandingkan sebelum adanya PT. Amerta Indah Otsuka karena sebelum adanya perusahaan warga tidak memiliki nilai WTP terhadap air bersih karena mudahnya memperoleh air bersih di sumur masing-masing. Adapun prinsip lainya, yaitu prinsip akal, agama, dan keturunan akan terjamin kembali. Prinsip jiwa terpenuhi karena jiwa yang sehat akan menghasilkan akal yang sehat. Keabsahan bersuci menjadi sah setelah diperolehnya air bersih untuk bersuci. Terakhir, keturunan dan calon keturunan terjamin karena 4 prinsip maqashid syariah sudah terpenuhi oleh orangtua dari keturunan responden. Jadi, tinjauan maqashid syariah terhadap kompensasi senilai Rp 62 950 yang dialokasikan kepada masyarakat Desa Kutajaya dalam bentuk fasilitas memperoleh air bersih dari perusahaan untuk warga seperti MCK atau pengisian air minum dalam galon sudah memenuhi prinsip jiwa dan harta dari prinsip AlDharuriat maqashid syariah. Terpenuhinya seluruh prinsip maqashid syariah diharapkan menyejahterakan masyarakat Desa Kutajaya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil dan pembahasan adalah sebagai berikut: 1. Islam menilai bolehnya pengelolaan air, namun penggunaan air sebagai bahan baku perusahaan mengarah kepada pemborosan air dan berakibat meruginya warga Desa Kutajaya. Penyebabnya adalah PT. Amerta Indah Otsuka tidak memberikan manfaat terhadap warga Desa Kutajaya. 2. Responden merasa dirugikan dengan adanya PT. Amerta Indah Otsuka. Keberadaan PT. Amerta Indah Otsuka menyebabkan seluruh responden merasakan kekeringan air dan sebagan besar responden juga merasakan kekeruhan air pada sumurnya. Seluruh responden menginginkan kompensasi atas hak air bersih mereka yang hilang setelah adanya PT. Amerta Indah Otsuka. 3. Nilai rata-rata WTA dari seluruh responden adalah Rp 231 666.667 per bulan per rumah tangga. Nilai rata-rata WTP adalah Rp 49 433 per bulan
46
per rumah tangga. Titik perpotongan kurva WTP dan WTA berada pada nilai Rp 62 950. 4. Solusi yang diinginkan warga adalah dapat memperoleh akses terhadap air bersih dari PT. Amerta Indah Otsuka sebab memenuhi lima pilar pemeliharaan maqashid syariah. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka saran yang diberikan sebagai berikut: 1. Ketegasan Pemda setempat dalam ketentuan pengelolaan air industri. 2. Perlu adanya kompensasi atas hak air bersih yang hilang, bukan melainkan kompensasi atas kerugian lain sebab air adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. 3. Besarnya nilai titik keseimbangan dapat dijadikan acuan PT. Amerta Indah Otsuka dalam memberikan kompensasi yang layak diberikan kepada masyarkat Desa Kutajaya. 4. Penerapan solusi berupa akses membeli air bersih dari PT. Amerta Indah Otsuka bagi masyarakat Desa Kutajaya untuk memperoleh kembali hak air bersih.
47
DAFTAR PUSTAKA Absar SM. 2013. The Future of Water Resource Management in the Muslim World. Journal of Futures Studies, Maret 2013, 17(3): 1-20. Bakri A, Umar N. 1996. Konsep Maqashid Syari'ah Menurut Al-Syatibi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Barton D. 1994. Economic factors and valuation of tropical coastal resources. Norwegia: SMR-Report 14/94 Bashir AM. 1999. Property Rights in Islam [Internet]. 2011; [Diunduh 2014 Januari 2]. Harvard, Amerika Serikat: Harvard University. Bromley D. 1989. Economic Interests and Institutions.The Conceptual Foundations of Public Policy. New York: Basil Blackwell. Bromley D. 1991. Environment and Economy. Property Rights and Public Policy. New York: Basil Blackwell. Caporaso J. & Levin D. 1992. Theories of Political Economy. Cambridge: Cambridge University Press. Chandra B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran : Hubungannya Dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Dien M. 2003. Islam and the Environment, Theory and Practice. http://theamericanmuslim.org/tamp.php/feature/articles/islam_and_the_en vironment_theory_and_practice/ Fachini F. 2007. Islam and private property. Perancis : Univrersity of Reims. Fauqui I, Biswas K, Bino J. 2001. Water Management in Islam. New York: United Nation University Press. Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Furubotn, Richter. 2000. Institution and Economic Theory. The Contribution of the New Institutional Economics. Ann Arbor. Amerika Serikat: The University of Michigan Press. Hafidhuddin D. 2007. Agar Harta Berkah dan Bertambah. Jakarta: Gema Insani Press. Hanna S. 1992. An Introduction to Property Rights and the Environment. Washington: Island Press. Hanley N., Spash L. 1993. Cost-Benefit Analysis and the Environment. Pp.26,53-56. Inggris: Edward Elgar publishers. Kartono K., Dali G. 1987. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya. Leonard S. 1996. The Privatization of Public Utilities. Amerika Serikat: Public Utilities Reports. Nababan T. 2008. Aplikasi Willingness To Pay Sebagai Proksi Terhadap Variabel Harga: Suatu Model Empirik Dalam Estimasi Permintaan Energi Listrik Rumah Tangga. Jurnal Organisasi dan Manajemen, 4(2), hal. 73-84. Nawawi. 2002. Al-Maqasid: Nawawi's Manual of Islam. Amman: Amana Publications. Novianty C. 2013. Estimasi Willingness toPay Air Tanah dan Air Pipa di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
48
Pankratz T. 2013. National Geographic Reader: Sustainability. Amerika Serikat : National Geographic Learning. Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990, tentang Syarat – Syarat dan Pengawasan Kualitas Air bersih Ramadhan A. 2009. Analisis Kesediaan Menerima Dana Kompensasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung Kota Depok Jawa Barat. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Ramdan H. 2006. Pengelolaan Sumber Air Minum Lintas Wilayah di Kawasan Gunung Ciremai Propinsi Jawa Barat [disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Raysuni A. 2004. Imam Shatibi's Theory of the Higher Objectives and Intents of Islamic Law. Nancy Roberts, penerjemah. UEA: IIIT. Saaty, T.L. 1991. Proses Hierarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam situasi yang kompleks (Terjemah). Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Saryono H. 2002. Pengelolaan Hutan, Tanah, & Air dalam Perspektif Al-Quran. Jakarta: Pustaka Alhusna Baru. Slamet J. 2007. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada Pres Sombowidjojo R. 1999. Persepsi dan Perilaku Partisipasi dalam Program Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue oleh Masyarakat di Wilayah Puskesmas Magelang Selatan Kotamadya DATI II Magelang [thesis]. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Sudrajat A. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor : IPB Press. Tietenberg T. 1992. Environmental and Natural Resource Economics. New York: Edward Elgar Pub. Utari A. 2006. Analisis Willingness to Pay dan Willingness to Accept Masyarakat Terhadap Tempat Pembuangan Akhir Sampah Pondok Rajeg Kabupaten Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor Wickstrom L. 2010. Islam and Water: Islamic Guiding Principles on Water Management. FIIA Report 25: 98-108 Wishanti D. 2012. Politik Privatisasi Air di Argentina (1990-1999) Sebagai Upaya Restrukturisasi Ekonomi Nasional di Bawah Rezim Washington Consensus [thesis]. Jakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Pasca Sarjana Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia. Wiwik H. 2010. Hak Atas Air Dalam Konstitusi Negara dan Pengelolaanya di Indonesia. Samarinda: Universitas Mulawarman Samarinda. Yakin A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Akademika Presindo. Yuniarti A. 2013. Persepsi, Keberlanjutan Kelembagaan, dan Efektivitas Program CSR PT. Pertamina Gas di Desa Permisan Kabupaten Sidoarjo. Bogor: Institut Pertanian Bogor
49
Lampiran 1 Lokasi PT. Amerta Indah Otsuka, Sukabumi dan Lokasi Desa Kutajaya
Sumber : apple.maps.com
50
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Nomor Responden Nama Alamat Tanggal Wawancara
KUISIONER PENELITIAN : : : :
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi dengan judul „Estimasi Nilai Dampak Privatisasi dan Komersialisasi Sumber Mata Air dari Sudut Pandang Syariah Islam‟.Oleh karena itu kami mohon partisipasi Saudara untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan data yang sesuai. Informasi yang Saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya tidak untuk dipublikasikan dan tidak digunakan untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasinya, kami ucapkan terima kasih. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan
7. Berapa rata-rata pendapatan Saudara dalam sebulan?
2. Usia: ………tahun 3. Status: a. Menikah b.Belum Menikah 4. Pendidikan formal terakhir: a. SD b. SMP c. SMA d. Perguruan tinggi diploma atau sarjana 5. Apa pekerjaan Saudara sehari-hari: a. Bekerja, sebagai: 1) Petani 2) Pegawai Negeri Sipil 3) Karyawan Swasta 4) Pedagang/Wiraswasta 5) Lainnya……………….. b. Tidak bekerja 6. Jumlah anggota keluarga dalam rumah tangga :……………orang
8. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan yang Saudara sebutkan di atas? a.Ya,bekerja sebagai ....................... b. Tidak 9. Status Tempat Tinggal : a. Milik Sendiri b. Sewa/kontrak 10. Berapa jarak rumah Saudara dengan PT Otsuka? 11. Status Kependudukan : a. Penduduk Asli b. Penduduk Pendatang B. Kondisi Lingkungan Sebelum dan Sesudah Adanya PT Otsuka 1. Sudah berapa tahun Saudara tinggal di Desa Benda?............................
51 2. Apakah Saudara sudah tinggal di Desa Benda sebelum adanya PT Otsuka? a. Iya b. Tidak 3. Bagaimana kebersihan lingkungan sebelum adanya PT Otsuka? a. Sangat kotor b. Kotor c. Biasa saja d. Bersih e. Sangat Bersih 4. Bagaimana kebersihan lingkungan Saudara setelah adanya PT Otsuka? a. Sangat kotor b. Kotor c. Biasa saja d. Bersih e. Sangat bersih 5. Bagaimana kenyamanan tempat tinggal Saudara sebelum adanya PT Otsuka? a. Sangat tidak nyaman b. Tidak nyaman c. Biasa saja d. Nyaman e. Sangat nyaman 6. Bagaimana kenyamanan tempat tinggal Saudara sesudah adanya PT Otsuka? a. Sangat tidak nyaman b. Tidak nyaman c. Biasa saja d. Nyaman e. Sangat nyaman Jawaban pertanyaan 7 & 8 dapat berjumlah lebih dari satu jawaban. 7. Bagaimana kondisi air yang Saudara gunakan sehari-hari sebelum adanya PT Otsuka? a. Air keruh b. Air sedikit c. Air jernih d. Air banyak e. Tidak terpengaruh karena menggunakan PAM
8. Bagaimana kondisi air yang Saudara gunakan sehari-hari setelah adanya PT Otsuka? a. Air keruh b. Air sedikit c. Air jernih d. Air banyak e. Tidak terpengaruh karena menggunakan PAM 9. Apakah ada tambahan biaya untuk membeli air minum ataupun air bersih setelah adanya PT Otsuka? a. Iya, sebesar.................................. b. Tidak 10. Apakah Saudara dan keluarga pernah mengalami penyakit khusus yang disebabkan keberadaan PT Otsuka? a. Iya, yaitu........................................ b. Tidak 11. Apakah ada tambahan biaya kesehatan setelah adanya PT Otsuka? a. Iya, sebesar................................. b. Tidak 12. Apakah ada tambahan biaya selain biaya-biaya tersebut di atas setelah keberadaan PT Otsuka? a. Ya, sebutkan: 1) ............................................... 2) ............................................... b. Tidak Persepsi Masyarakat Desa Benda “Masyarakat Desa Benda, Kelurahan Sindangresmi, Sukabumi bergantung pada sumber mata air sebagai salah satu sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Namun aktivitas PT Otsuka yang memanfaatkan sumber mata air dari Desa Benda sebagai bahan baku produksi air minum dalam kemasan menyebabkan degradasi kualitas dan kuantitas air yang digunakan untuk kebutauhan sehari-hari warga.Masyarakat Desa Benda perlu mengetahui pentingnya keberadaan air tanah untuk memenuhi
52 kebutuhannya sehari-hari, karena dikhawatirkan merugikan warga secara ekonomi maupun lingkungan. 1. Apakah Saudara masih menggunakan sumber air setempat untuk kegiatan sehari-hari? a. Iya b. Tidak 2. Bila iya, apakah masih merasa layak untuk kebutuhan konsumsi? a. Iya b. Tidak 3. Adakah sumber lain Saudara memperoleh air bersih? a. Iya b. Tidak 4. Bila iya, dari manakah Saudara memperoleh air bersih? ..................................... Persepsi Responden Terhadap Solusi Memperoleh Air dan WTP “Air tanah merupakan sumber air bersih bagi penduduk Desa Benda untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.Air bersih dapat digunakan untuk minum, mandi, mencuci dan memasak. Namun pada saat ini diketahui bahwa terjadi penurunan kualitas dan kuantitas air tanah karena beberapa faktor yaitu : aktivitas PT Otsuka memanfaatkan sumber mata air dari Desa Benda sebagai bahan baku produksi air minum dalam kemasan, pertumbuhan penduduk sehingga kebutuhan akan air bersih semakin meningkat sedangkan pasokan air berkurang sehingga terjadi kelangkaan air bersih pada musim kemarau. Untuk mengatasi masalah ini adanya upaya membeli kembali aliran sumber mata air dari PT Otsuka atau beralih ke aliran air PAM. Sehingga masyarakat Desa Bendatidak akan kekurangan pasokan air bersih walaupun pada musim kemarau.”
1. Bagaimana kepuasan Saudara dengan adanya PT Otsuka? a. Puas b. Tidak puas 2. Apakah Saudara bersedia mengeluarkan dana untuk memperoleh kebutuhan air bersih? a. Iya b. Tidak 3. Bagaimana pendapat Saudara jika membeli kembali sumber mata air dari PT Otsuka ? a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 4. Bagaimana pendapat Saudara jika beralih ke aliran PAM? a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 5. Bagaimana pendapat Saudara jika menggunakan teknologi penjernihan air (filter)? a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 6. Dari uraian diatas, berapa nilai uang yang bersedia Anda bayarkan? …......…. 7. Digunakan untuk apa saja air bersih tersebut? a. mandi b. memasak c. mencuci d. berkebun e. lain-lain
53 Persepsi Responden Atas Keberadaan PT Otsuka dan Dampaknya 1. Apakah Anda mengetahui dampak negatif dari privatisasi dan komersialisasi air? a. Iya b. Tidak b. Menimbulkan pencemaran air c. Berkembangnya bibit penyakit d. Semua jawaban di atas atau lainnya, sebutkan .......................................... 3. Bagaimanakah dampak negatif tersebut? a. Sangat tidak berbahaya b. Tidak berbahaya c. Cukup berbahaya d. Berbahaya e. Sangat berbahaya 4. Apakah keberadaan PT Otsuka memberikangangguan terhadap aktivitas dan kehidupan Saudara sehari-hari? a. Sangat tidak mengganggu b. Mengganggu c. Tidak mengganggu d. Sangat Mengganggu e. Biasa saja 5. Apa saja bentuk gangguan yang Saudara alami? Sebutkan................................................. ................................................................
Informasi Tentang Menerima Kompensasi
Kesediaan
1. Dengan jarak PT Otsuka dengan rumah Saudara, apakah Saudara merasa dirugikan dengan kehadiran PT Otsuka? a. Sangat rugi b. Rugi c. Kurang rugi d. Tidak rugi e. Biasa saja 2. Bila Saudara merasa dirugikan, apakah Saudara menginginkan adanya kompensasi dari dampak kerugian? a. Iya b. Tidak
2. Apa saja dampak negatif dari privatisasi dan komersialisasi air yang Saudaraalami atas keberadaan PT Otsuka? a. Mengurangi volume air
54
Berikut petunjuk pengisian untuk no. 3 & 4 : Skala perbandingan 1-9 Intensitas Kepentingan
Keterangan
Penjelasan
Kedua elemen sama Dua elemen mempunyai pengaruh pentingnya yang sama besar terhadap tujuan Elemen yang satu sedikit Pengalaman dan penilaian sedikit 3 lebih penting dari pada menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya elemen lainnya Elemen yang satu lebih Pengalaman dan penilaian sangat kuat 5 penting dari pada elemen menyokong satu elemen dibandingkan yang lainnya elemen lainnya Satu elemen jelas lebih Satu elemen yang kuat dikosong san 7 penting dari pada elemen dominan terlihat dalam praktek lainnya Satu elemen mutlak Bukti yang mendukung elemen yang penting dari pada elemen satu terhadap elemen lain memiliki 9 lainnya tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Nilai-nilai antara dua Nilai ini diberikan bila ada dua 2,4,6,8 nilai pertimbangan yang kompromi diantara dua pilihan berdekatan Jika untuk aktivitas kolom 1 mendapat satu angka dibanding Kebalikan dengan aktivitas kolom 2, maka kolom 2 mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan kolom 1 1
3. Apa faktor yang mempengaruhi terhadap solusi 1, 2, 3? a. Biaya (BIAYA) b. Kualitas (KUAL) c. Kantitas (KUAN) d. Kepraktisan (KPRAK) Kolom 1
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
BIAYA BIAYA BIAYA KUAL KUAL KUAN
4. Apa faktor yang mempengaruhi terhadap solusi membeli aliran air PDAM (PDAM)? a. Biaya (BIAYA) b. Kualitas (KUAL) c. Kantitas (KUAN) d. Kepraktisan (KPRAK)
7
8 Kolom 9 2 KUAL KUAN KPRAK KUAN KPRAK KPRAK
55
Kolom 1
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8 Kolom 9 2
BIAYA BIAYA BIAYA KUAL KUAL KUAN
KUAL KUAN KPRAK KUAN KPRAK KPRAK
5. Apa faktor yang mempengaruhi terhadap solusi membeli penyaring air (FILTER)? a. Biaya (BIAYA) b. Kualitas (KUAL) c. Kantitas (KUAN) d. Kepraktisan (KPRAK) Kolom 1 BIAYA BIAYA BIAYA KUAL KUAL KUAN
9
8
7
6
5
4
3
2
1
2
3
4
5
6
7
8 Kolom 9 2 KUAL KUAN KPRAK KUAN KPRAK KPRAK
*Keterangan. Membeli Aliran Air dari Otsuka (BELI) - Kelebihan : Air terjamin - Kekurangan : Birokrasi, biaya tak sedikit, jumlah air dibatasi Aliran air PDAM (PDAM) - Kelebihan : Praktis, air terjamin - Kekurangan : Biaya iuran rutin tak sedikit, warga menyiakan sumber mata air setempat, merubah kebiasaan warga menimba air dari sumur Penjernih air (FILTER) Kelebihan : Teknologi mutakhir, kualitas terjamin, tidak merubah kebiasaan menimba air dari sumur - Kekurangan : Pengetahuan warga kurang, tidak praktis. -
6. Bentuk kompensasi seperti apa yang Saudara inginkan terhadap faktor biaya (BIAYA)? a. Membeli aliran air dari PT Otsuka (BELI) b. Aliran air PDAM (PDAM) c. Penjernih air (FILTER) Kolom 1 BELI BELI PDAM
9
7
5
3
1
3
5
7
9
Kolom 2 PDAM FLTER FILTER
56
7. Bentuk kompensasi seperti apa yang Saudara inginkan terhadap faktor kualitas (KUAL)? a. Membeli aliran air dari PT Otsuka (BELI) b. Aliran air PDAM (PDAM) c. Penjernih air (FILTER) Kolom 1
9
7
5
3
1
3
5
7
9
BELI BELI PDAM
Kolom 2 PDAM FLTER FILTER
8. Bentuk kompensasi seperti apa yang Saudara inginkan terhadap faktor kuantitas (KUAN)? a. Membeli aliran air dari PT Otsuka (BELI) b. Aliran air PDAM (PDAM) c. Penjernih air (FILTER) Kolom 1
9
7
5
3
1
3
5
7
9
BELI BELI PDAM
Kolom 2 PDAM FLTER FILTER
9. Bentuk kompensasi seperti apa yang Saudara inginkan terhadap faktor kepraktisan (KPRAK)? a. Membeli aliran air dari PT Otsuka (BELI) b. Aliran air PDAM (PDAM) c. Penjernih air (FILTER) Kolom 1
9
7
5
3
1
3
5
7
9
BELI BELI PDAM
10.
Bila Saudara menginginkan kompensasi dalam bentuk uang, berapa nilai kompensasi yang Saudara inginkan?
11. a. b. c. d. e.
Digunakan untuk apa uang kompensasi tersebut? Langganan PAM Kolektif membeli penjernih air Membeli makanan Pendidikan anak Lainya...........
12.
Berapa yang dikeluarkan untuk pengeluaran tersebut?
Kolom 2 PDAM FLTER FILTER
57
Lampiran 3 Model Regresi WTA b
Model Summary
Change Statistics
Std. Error R Model 1
R .972
Adjusted
of the
R Square
Square R Square Estimate a
.945
.928
F
Change Change
.19589
df1
.945 54.066
df2 7
Sig. F
Durbin-
Change
Watson
22
.000
1.668
a. Predictors: (Constant), Unstandardized Residual, Pendapatan, Jarak_Tinggal, Pendidikan, Tanggungan, Terganggu, Lama_Tinggal b. Dependent Variable: WTA b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
14.522
7
2.075
.844
22
.038
15.367
29
F
Sig.
54.066
.000
a
a. Predictors: (Constant), Unstandardized Residual, Pendapatan, Jarak_Tinggal, Pendidikan, Tanggungan, Terganggu, Lama_Tinggal b. Dependent Variable: WTA
Coefficients
a
Unstandardized Standardized Coefficients
Collinearity
Coefficients
Correlations
Std. Model 1 (Constant)
B
Error
Statistics
ZeroBeta
t
Sig. order Partial
Part
Tolerance
VIF
14.633
.675
21.671 .000
.346
.051
.387 6.817 .000 .536
.824
.341
.774
1.292
Pendidikan
-.201
.036
-.294 -5.548 .000 -.286
-.764
-.277
.890
1.124
Pendapatan
-.269
.044
-.360 -6.064 .000 -.451
-.791
-.303
.710
1.409
Lama_Tinggal
-.036
.062
-.034
-.582 .566 .237
-.123
-.029
.712
1.405
Jarak_Tinggal
.016
.039
.023
.414 .683 -.157
.088
.021
.807
1.239
Terganggu
.555
.084
.387 6.598 .000 .162
.815
.330
.727
1.376
Tanggungan
58
Lampiran 4 Model Regresi WTP
b
Model Summary
Change Statistics R Model 1
R .934
Adjusted R Std. Error of
Square a
Square
.873
R Square
the Estimate
.840
Change
.39206
.873
F
Sig. F
Durbin-
Change df1 df2 Change 26.383
6 23
Watson
.000
1.597
a. Predictors: (Constant), konsumsi_air, tanggungan, jarak_rumah, pendidikan, lama_tinggal, income b. Dependent Variable: WTP
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
F
24.331
6
4.055
3.535
23
.154
27.867
29
Sig.
26.383
.000
a
a. Predictors: (Constant), konsumsi_air, tanggungan, jarak_rumah, pendidikan, lama_tinggal, income b. Dependent Variable: WTP
Coefficients
a
Unstandardized Standardized Coefficients
Collinearity
Coefficients
Correlations
Std. Model 1
(Constant)
B
Error
Statistics
ZeroBeta
t
Sig.
order Partial Part Tolerance VIF
1.911
1.367
1.398 .176
tanggungan
.014
.099
.012 .145 .886
-.121
.030 .011
.819 1.220
pendidikan
.157
.074
.171 2.119 .045
.464
.404 .157
.848 1.179
income
.353
.111
.350 3.172 .004
.677
.552 .236
.452 2.214
lama_tinggal
.115
.135
.081 .858 .400
.024
.176 .064
.613 1.632
-.062
.067
-.072 -.926 .364
.807
.140
.609 5.745 .000
jarak_rumah
konsumsi_air
-.270 -.190 .881
.069
.768 .427
.903 1.108 .491 2.035
59
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian
Air sumur milik salah satu responden
Bak air milik salah satu responden
PT. Amerta Indah Otsuka
Kolam ikan milik responden
Sumur penghasil air bersih
60
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Maret 1992 sebagai anak kedua dari dua bersaudara, anak pasangan Yusman Syaukat dan Sjamsiah. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama pula melanjutkan pendidikan di Program Studi Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi di Institut Pertanian Bogor.