A. Judul Essai ini berjudul “Tentang Toleransi di Desa Pancasila ‘Balun’ dan Kemandirian di Pondok Pesantren ‘Entrepreneur’ Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan.” Sistematika penulisan ini diawali oleh pengantar, konsep pokok, pembahasan, kesimpulan dan saran, dan daftar pustaka.
B. Pengantar Kebhinnekaan merupakan realitas bangsa Indonesia yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Indonesia merupakan negara dengan berbagai budaya, ras, suku, dan agama. Keberagaman tersebut tentu sudah diketahui oleh masyarakat. Namun tak boleh hanya sekedar tahu, sebagai masyarakat Indonesia, termasuk dosen dan mahasiswa, kita harus menyadari bahwa memang kita berbeda dan kita harus bisa menghargai serta menghormati keberagaman itu. Dalam hal ini, pembelajaran tentang kesadaran kebhinnekaan tidak cukup hanya dilakukan dengan pendekatan kognitif dalam ruang kelas, tetapi perlu juga dilakukan belajar di luar kelas dengan melihat dan memahami realitas keberagaman dan kebhinnekaan tersebut secara langsung di lapangan. Dengan alasan
inilah maka proses pembelajaran pada mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di Universitas Airlangga juga dilakukan dengan Study Excursie, kuliah di lapangan, tentang penerapan kehidupan bhinneka di Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur. Dalam Study Excursie yang diikuti oleh 400 mahasiswa Universitas Airlangga ini, kami berkunjung ke daerah Kabupaten Lamongan, tepatnya di Desa “Pancasila” Balun. Disana melihat desa yang budaya bertoleransi beragamanya sangat kental dan sangat menjaga kerukunan anta umat beragama. Selain itu, kami juga diberi kesempatan berkunjung ke Pondok Pesantren “Entrepreneur” Sunan Drajat di Paciran. Kami diajar tentang kemandirian dan diajak langsung melihat langsung pabrik air minum dan produksi jasa televisi dan radio di pondok tersebut. Kegiatan Study Excursie di Lamongan ini bertujuan agar mahasiswa memiliki pengalaman nyata tentang kehidupan masyarakat bhinneka di lokasi kegiatan. Selain
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
[email protected]
1
itu juga untuk membentuk karakter mahasiswa sebagai insan yang mandiri dan memiliki sikap toleransi yang terbuka. C. Konsep Pokok Berdasarkan dari temanya kegiatan ini tentang kebhinnekaan, etnisitas, gaya hidup dan solidaritas sosial terbuka, maka konsep pokok essai ini yaitu bahwa setiap individu atau pun golongan punya ciri tersendiri khususnya dalam bidang etnis, agama dan budaya. Sehingga diperlukan adanya kerukunan agar tidak terjadi perpecahan karena perbedaan yang ada.
D. Pembahasan Study Excursie kali ini diadakan di Lamongan, tepatnya di Desa ”Pancasila” Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan dan Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Kabupaten Lamongan. Sebelum berangkat ke tempat tujuan, diadakan upacara pemberangkatan di Kampus C oleh Rektor UA, tapi kali ini diwakili oleh Direktur Kemahasiswaan. Dengan diakhirinya upacara dan berdoa, kami berangkat ke Lamongan dengan tujuan awal ke Kantor Bupati Lamongan atau Pendopo Lamongan. Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Airlangga, kami disambut dengan sangat hangat oleh Lamongan. Deklarasi juga dibacakan dengan kidmat di dalam Pendopo Sabha Dhaksa Adiyaksa saat itu. Beberapa orang penting juga hadir di ruang yang penuh dengan ukir-ukiran klasik tersebut. Walau cuaca begitu panas diikuti dengan sedikitnya angin yang berhembus, sambutan-sambutan dari Bapak Bupati Lamongan dan Bapak Direktur Kemasiswaan ini tetap menarik untuk diikuti dan disimak. Setelah makan siang dan pembentukan kelompok diskusi, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Balun yang tak jauh dari lokasi awal. Balun adalah desa terluas dan terpadat penduduknya di Kabupaten Lamongan, terletak di bagian tengah tepatnya Kecamatan Turi dan hanya mempunyai jarak 4 kilometer dari kota Lamongan. Desa Balun merupakan salah satu desa tua yang syarat dengan berbagai nilai sejarah, termasuk tentang penyebaran Islam oleh para santri murid Walisongo dan masih terkait dengan sejarah hari jadi Kota Lamongan. Yang menarik dari desa ini adalah interaksi sosial di antara warganya yang multi agama, http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
[email protected]
2
Islam, Kristen, Hindu. Bahkan sejak masuknya agama Hindu dan Kristen sejak 1967 belum pernah ada konflik yang berkaitan agama. Dan lagi, tempat ibadah disini, masjid, pura, gereja pun berdekatan, jaraknya tak lebih dari 100 meter. Hal ini menunjukkan bahwa desa ini sangat menjaga kerukunan, kegotong royongan, dan toleransi antar umat beragama. Di desa yang terlihat kekeringan itu, kami mengadakan forum diskusi tanya jawab yang sangat menarik untuk disimak. Bapak Kapala Desa Balun sebagai pembicara awal menjabarkan secara detail keadaan Desa Balun ini, mulai dari kependudukan, luas tanah, sampai budaya toleransinya. Kepala desa lulusan sarjana ekonomi ini juga menceritakan pengalamannya menjadi Kapala Desa Balun selama dua periode berturut-turut. Walaupun pernah gagal tapi beliau tak pantang menyerah karena menurut beliau orang sukses adalah orang yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Tak lupa beliau juga menceritakan kerukunan dan kegotong-royongan warganya dalam beribadah. Pembicara selanjutnya adalah dari tokoh agama islam, kristen, dan hindu. Mereka memulai diskusi dengan memberi salam dengan cara yang berbeda-beda sesuai agama mereka masing-masing. Hal inilah yang membuat kami tertarik, mereka masing-masing memiliki keyakinan yang berbeda tetapi kerukunan terjalin baik bahkan tetap konsisten dalam menjalankan kewajibannya sebagai pemeluk agama. Para tokoh agama juga menceritakan beberapa contohnya. Salah satunya adalah sering kali saat perayaan nyepi bertepatan dengan hari jumat yang bentrok dengan ibadahnya orang islam. Karena memang rasa toleransi antar umat beragama di sini sangat kental, tanpa diminta pun, saat melaksanakan ibadah solat jumat, masjid tidak menyalakan speaker-nya untuk menghormati umat hindu yang beribadah. Selain itu, budaya memakai kopyah di sini tak hanya dilakukan oleh umat muslim saja, bahkan dari agama hindu dan kristen pun ada yang memakai. Dari tokoh agama kristen memaparkan faktor-faktor yang menurutnya menjadikan desa ini tetap rukun adalah adanya keterbukaan dan kesadaran antar warga sehingga walaupun umat hindu yang menjadi umat minoritas di sini pun menjalankan ibadahnya dengan lancar. Selain itu, beliau juga berterima kasih kepada pemerintahan desa dan pemerintah Kabupaten Lamongan yang mendukung penuh bahkan menjadikan desa ini menjadi desa “Pancasila”. http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
[email protected]
3
Setelah berdiskusi cukup lama dan melihat langsung lingkungan Desa Balun, kami melanjutkan perjalanan kami ke Pondok Pesantren “Entrepreneur” Sunan Drajat. Ponpes yang terletak di Desa Banjaranyar, Kecamatan Paciran ini menyelenggarakan banyak pemberdayaan bagi para santrinya dan mengasuh sekitar 10 ribu santri dari tingkat ibtidaiah (SD), sanawiah (SMP), aliah (SMA), hingga perguruan tinggi. Setiba disana kami disambut langsung dan dituntun menuju kamar masing-masing oleh para santrinya. Setelah beristirahat dan membersihkan diri, sebelum tidur kami ditugaskan untuk melakukan wawancara dengan santri ponpes ini. Dari wawancara tersebut kami mendapat beberapa hal menarik, salah satunya adalah hal yang membedakan Ponpes Sunan Drata ini dengan ponpes lainnya adalah jumlah santri di pesantren ini terus meningkat tiap tahunnya. Selain itu, perekonomian ponpes yang pernah vakum dan mulai bangkit di tahun 1977 ini ditopang oleh berbagai usaha secara mandiri. Memang KH Abdul Ghofur, pendiri ponpes ini, berpendapat bahwa kemandirian ekonomi ponpes harus diutamakan sehingga kebutuhan pondok pun bisa terpenuhi. Esok harinya, setelah mengunjungi makam Wali Sanga dan beristirahat sebentar, kami melakukan diskusi yang kedua di Aula Ponpes. Yang paling menarik dari ini adalah, setelah diskusi berakhir kita diperbolehkan melihat langsung proses produksi beberapa usaha yang dilakukan ponpes ini. Tempat yang kami kunjungi pertama adalah perusahaan air minur kemasan Aidrat. Kebanyakan air sumur di Lamongan adalah berasa asin dan agak keruh. Tapi sumur sumber Aidrat ini berbeda. Air sumur yang konon merupakan peninggalan dari Wali Sanga ini sangta jernih dan tidak berasa. Oleh ponpes hal ini dimanfaatkan sebagai usaha. Tentu dengan penyaringan yang canggih dan diramu oleh ahli, air ini bahkan kabarnya sudah punya permintaan di luar daerah Lamongan. Setelah berkunjung di pabrik pertama, kami melanjutkan wawancara dengan direktur utama perusahaan jasa syiar Persada TV. Walau masih berjalan enam bulan, tapi rating penonton terhadap acara live show pengajian kyai ternyata sangat bagus. Terlihat dari beberapa warga lamongan yang pernah mengeluh saat salah satu acara pengajian rutinnya dihapus. Bahkan ada warga yang terpaksa membeli dua televisi karena ada perselisihan dengan anaknya yang ingin melihat acara lain. Hal menarik lainnya adalah ternyata LCD dan beberapa perangkat dari perusahaan ini merupakan http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
[email protected]
4
rakitan dari siswa SMK Sunan Drajat. Selain itu, staf karyawannya pun adalah dari santri ponpes juga. Hal ini menunjukkan bahwa Pondok Pesantren Sunan Drajat juga mengutamakan bidang ekonomi dan kewirausahaan santrinya para tetapi tetap berorientasikan pada syariat islam. Di akhir wawancara, direktur perusahaan ini memberikan kalimat yang menurut kami sangat menarik, bahwa memang pondok pesantren adalah “tempat sampah” orang-orang yang tidak diterima di sekolah-sekolah favorit, tapi di sini kami mendaur ulangnya dan menjadikannya menjadi insan yang lebih baik dan sukses ke depan. Dari perusahaan jasa televisi, kami berpindah ke perusahaan jasa Persada FM. Dari namanya saja sudah jelas ini adalah nama radio. Seperti halnya Persada TV, acara favorit dari radio ini adalah pengajian kyai. Setiap pagi, diputar pengajian langsung oleh kyai di masjid Ponpes Sunan Drajat dan sorenya diputar siaran ulangnya. Sebagai selingan atau hiburan, diputarkan lagi-lagu pop modern setiap hari sabtu dan minggu. Selain itu, radio ini juga sering mengadakan event off air sebagai peringatan ulang tahun radio. Dari semua penjelasan tersebut, perusahaan ini bisa dibilang cukup sukses mengingat radio ini sudah diresmikan sejak tahun 2004. Bahkan sudah banyak sponsor-sponsor beberapa produk yang sudah masuk di perusahaan ini. Sebenarnya masih banyak lagi perusahaan yang telah dirintis oleh ponpes ini, namun karena keterbatasan waktu dan letak perusahaan yang jauh sehingga hanya tiga perusahaan tersebut yang bisa dikunjungi. Tapi sejauh ini, kami bisa melihat bahwa memang ponpes ini berbeda dengan ponpes yang lain. Bila ponpes lain kebanyakan agendanya hanya mengaji kitab, namun Ponpes Sunan Drajat yang terbilang muda ini malah mengutamakan kewirausahaan. Yang menarik lagi, di ponpes ini terdapat santri yang tidak membayar uang sama sekali, diberi tempat tinggal dan makan gratis, tetapi mau bekerja di salah satu perusahaan. Namun walau begitu, ponpes ini tetap menjalankan agenda mengaji kitab secara rutin dan menjalankan syariat agama sesuai perintah Allah SWT. Kami merasa sangat beruntung bisa berkunjung dan berinteraksi langsung baik di Desa Balun maupun Ponpes Sunan Drajat ini. Dari Desa Balun, kami belajar banyak tentang kerukunan dan rasa toleransi antar umat beragama. Dan dari Pondok Pesantren Sunan Drajat, kami diajarkan kemandirian. Sehingga Study Excursie kali ini merupakan sebuah pengalaman yang tak terlupakan. http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
[email protected]
5
E. Kesimpulan dan Saran Dari kegiatan Study Excursie ini, dapat disimpulkan bahwa kita sebagai warga negara yang mempunyai banyak sekali keragaman kita harus tetap menjaga kerukunan. Tak perlu jauh-jauh, di lingkungan kampus pun tentu sudah banyak sekali keragaman yang terjadi mulai dari bahasa, adat, agama, dan kebiasaan. Untuk itulah semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika dibuat. Dengan berprinsip seperti itu, maka kerukunan dan toleransi akan terjalin baik. Sehingga masyarakat yang Pancasila akan terbentuk. Saran untuk panitia penyelenggara Study Excursie ini agar kegiatan ini menjadi lebih baik adalah sebaiknya peserta Study Excursie diberi kesempatan berinteraksi langsung dengan warga Desa Balun sehingga tak hanya mendengar dari tokoh-tokoh agama tetapi juga pernyataan langsung dari warga setempat. Dengan begitu, kemampuan mahasiswa dalam berinteraksi dengan orang lain juga meningkat. Saran untuk Pemerintah Desa Balun adalah seharusnya kebersihan desa “Pancasila” ini harus dijaga mengingat desa ini sering dijadikan percontohan oleh Pemerintah Lamongan. Mungkin dengan begitu desa ini menjadi tempat yang lebih baik. Selain itu masalah air juga perlu diperhatikan karena terlihat sungai-sungai kering bahkan air sumur pun terasa asin sehingga mungkin pengunjung desa ini merasa tidak nyaman.
F. Daftar Pustaka http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/study-excursie-universitas-airlangga-2012/.
Diakses tanggal 15 Oktober 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Balun,_Turi,_Lamongan. Diakses tanggal 16 Oktober 2012.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
[email protected]
6
http://surabaya.tribunnews.com/2012/10/13/400-mahasiswa-unair-study-excursie-didesa-pancasila-lamongan. Diakses tanggal 16 Oktober 2012.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/
[email protected]
7