8
Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PERTUKARAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 10 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh I Wayan Karang Guru pada SMP Negeri 10 Mataram ABSTRAK : Untuk menunjang tercapainya kegiatan belajar yang optimal diperlukan model pembelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu guru wajibu memahami model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX SMP Negeri 10 Mataram tahun 2015. Jenis penelitian merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Untuk mengukur ketuntasan belajar siswa pada masing-masing siklus digunakan tes yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan perhitungan ketuntasan klasikal dan individu yakni 85% siswa memperoleh nilai 70. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok dapat menigkatkan ketuntasan belajar siswa kelas IX SMPN 10 Mataram tahun 2015, yaitu hasil belajar siswa pada siklus I, persentase ketuntasan 61% dengan nilai rata-rata 68.97 dan siklus II menjadi 100% dengan nilai rata-rata 78.29. Kata Kunci : Kooperatif, Pertukaran Kelompok, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar. A. PENDAHULUAN Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pendewasaan anak menuju sikap yang bertanggung jawab baik dalam pola pikir maupun tingkah laku. Dengan demikian, dalam meningkatkan mutu pendidikan tersebut maka perlu dilakukan pembenahan secara terus menerus, yakni diantaranya dengan proses pembelajaran yang efektif serta pembelajaran yang berkualitas. Sehubungan dengan berlaku nya kurikulum berbasis kompetensi, sudah selayaknya sekarang kita beralih dari pandangan bahwa guru sebagai pemberi ilmu pengetahuan, siswa sebagai penerima yang pasif menjadi siswa sebagai agen pembelajaran yang aktif dan guru sebagai fasilitator dan mediator yang kreatif. Pada umumnya metode yang sering digunakan oleh guru terutama pada guru SMP Negeri 10 Mataram adalah metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab serta metode penugasan hal ini perlu dicari strategi, metode maupun pendekatan baru dalam proses pembelajaran, karena metode maupun strategi merupakan langkah awal untuk mencapai kesuksesan dalam proses belajar mengajar, akibatnya prestasi belajar lebih meningkat. Sebagai mana diungkapkan oleh seorang ahli bahwa apabila ingin mengerjakan sesuatu kepada anak dengan baik dan berhasil pertama-tama yang harus diperhatikan adalah metode atau cara pendekatan yang dilakukan, sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai atau terlaksana dengan baik, karena metode atau cara pendekatan yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan (Lisnawati, 1993: 80).
Pemilihan metode mengajar oleh guru bukan merupakan hal yang mudah, karena di dalam setiap kelas itu dipenuhi oleh kemampuan akademik siswa heterogen (kelas heterogen). Oleh karena itu guru dituntut harus meciptakan proses pembelajaran yang inovatif dan kreatif yang mampu mengajarkan siswa untuk memahami konsep kimia dengan mudah. Menyikapi permasalahan tersebut, memungkinkan dikembang kan suatu model pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif ini rupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok- kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. (Depdikbud, 2004). Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsepkonsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah namun terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Salah satu pendekatan pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam pembelajaran biologi yaitu dengan menggunakan tipe pertukaran kelompok . Pembelajaran tipe pertukaran kelompok ini diberikan pada pokok bahasan sistim gerak, karena pada pembelajaran pokok bahasan sistim gerak, minat, motivasi, dan kemauan belajar siswa kurang yang akhirnya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif melalui group to group exchange dapat
_________________________________________________________________
Vol. 10 No. 4 April 2016
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 meningkatkan prestasi belajar siswa. Dan melalui model ini juga dapat memudahkan guru untuk memperbaiki cara berpikir, keterampilan berkomunikasi dengan siswa, dan menggalakkan keterlibatan siswa didalam pembelajaran. Selain itu siswa lebih memiliki kemungkinan mengguna kan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah mengadakan diskusi dalam kelompok pembelajaran kooperatif. Jadi, materi yang dipelajari siswa akan melekat untuk periode waktu yang lama. Dengan demikian, mendorong penulis melakukan penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok untuk meningkatkan aktivitas dan ketuntasan belajar siswa kelas IX SMP Negeri 10 Mataram Tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok secara bersama-sama dapat meningkatkan aktivitas dan ketuntasan belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri 10 Mataram Tahun pelajaran 2015/ 2016. Adapun tujuan yang diharapkan melalui penelitian ini adalah: Untuk mengetahui menerapkan pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok dalam meningkatkan aktivitas dan ketuntasan belajar SDN 11 Cakranegara tahun pelajaran 2015/2016. Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, mengembangkan strategi atau metode pembelajaran terutama pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok sebagai salah satu model yang digunakan pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para guru maupun siswa khususnya guru Bahasa Indonesia, bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok dapat meningkatkan aktivitas dan ketuntasan belajar Bahasa Indonesia. Pembelajaran Kooperatif terdiri dari dua kata yaitu pembelajaran dan kooperatif. Pembelajaran dalam arti yang umum disebut proses belajar mengajar (Arjuddin, 2004) . Sedangkan Kooperatif diartikan sebagai kerja sama (Arjuddin, 2004). Jadi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama. Pembelajaran kooperatif sangat baik untuk membentuk sikap pertanggung jawaban sosial, dan menguarang sifat ke “akua’an yang tinggi, disamping meningkatkan motivasi belajar dan pengembangan kreativitas individu ( Sudrajat, 2004).
Media Bina Ilmiah
9
Pembelajaran group to group exchange atau disebut model pembelajaran pertukaran kelompok mengajar ini, tugas yang berbeda diberikan kepada kelompok peserta didik yang berbeda. Masingmasing kelompok “mengajar” apa yang telah dipelajari untuk sisa kelas ( Dipdiknas, 2004 ) Pertukaran kelompok terdiri dari dua kata yaitu pertukaran dan kelompok. Pertukaran diartikan sebagai bertukar atau mempertukarkan, penganti atau peralihan (Alwi, 2001) sedangkan kelompok diartikan sebagai kumpulan atau golongan (Alwi, 2001). Jadi group pertukaran kelompok diartikan mempertukarkan kumpulan atau golongan dalam hal ini siswa kelas IX SMP Negeri 10 Mataram. Aktivitas pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu aktvitas dan pembelajaran. Aktivitas diartikan sebagai keaktifan dari suatu kegiatan (Alwi, 2001). Pembelajaran diartikan sebagai suatu proses belajar mengajar (Depdiknas, 2004). Dalam penelitian ini aktivitas pembelajaran diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama proses belajar mengajar. Ketuntasan belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni “ketuntasan dan belajar”. Ketuntasan adalah memerinci sampai habis kontras-kontras suatu perangkat data, dan pada akhirnya semua kontras dibahas secara keseluruhan (Alwi, 2001). Sedangkan “belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari” (Djamarah, 1991). Ketuntasan belajar ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai persyaratan penguasaan kompetensi lebih lanjut. Untuk menetukan kategori ketuntasan berdasarkan standar kompetensi, guru memilih topik bahasan yang menjadi beberapa tahapan sesuai dengan urutan bahasan dan waktu yang tersedia dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ketuntasan belajar adalah hasil yang diperoleh berupa suatu nilai prestasi yang diperoleh siswa sesuai dengan yang sudah ditentukan. B. MATODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IXSMP Negeri 10 Mataram SM I Tahun Pelajaran 2015/2016, dimana kelas ini memiliki kekhasan, keragaman serta tingkat prestasinya yang berdasarkan nilai mid di kelas VIII nilainya rendah.
_____________________________________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Vol. 10 No. 4 April 2016
10
Media Bina Ilmiah
Jumlah siswa Laki-laki 18 orang dan perempuan 16 orang. Objek penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kooperatif pertukaran kelompok untuk meningkatkan aktivitas dan ketuntasan belajar pada KD ....dan KD... Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Mataram Jalan Adisucipto....Ampenan. Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil di kelas IX-A SMPN 10 Mataram tahun 2015. Jadual/jurnal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK ). Penelitian tindakan kelas adalah studi sistim terhadap praktek pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dengan melakukan tindakan tertentu (Depdiknas, 2004:18). Penelitian tindakan kelas ini menekankan pada suatu kajian yang benar – benar dari situasi alamiah kelas. Rancangan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan rancangan setiap siklus, sebagai berikut: Tahap siklus Pertama a. Perencanaan Dalam tahap ini, hal - hal yang dilakukan oleh peneliti adalah: • Menyusun rencana pembelajaran • Menyusun skenario pembelajaran • Membuat lembar observasi • Mendesain alat evaluasi dan merencanakan analisis hasil tes. b. Pelaksanaan tindakan Melaksanakan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dirancang c. Observasi Kegiatan observasi dilakukan secara kontinu setiap kali pembelajaran berlangsung dalam pelaksanaan tindakan dengan mengamati kegiatan guru dan aktivitas siswa. d. Refleksi Tahap refleksi ini sebagai pengajar bersama guru yang bertindak sebagai observer mengkaji kekurangan dari tindakan yang telah diberikan. Hal ini dilakukan dengan cara melihat hasil observasi pada siklus I. Jika refleksi menunjukkan bahwa tindakan siklus I memperoleh hasil yang belum optimal yaitu tidak tercapai ketuntasan secara
ISSN No. 1978-3787 individu (memperoleh nilai 6,5), maka dilakukan siklus berikutnya Tahap siklus Kedua a. Perencanaan Dalam tahap ini, hal - hal yang dilakukan oleh peneliti adalah: • Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CL tipe ......yang siklus II setiap pertemuan • Mengembangkan LKS setiap pertemuan • Mengembangkan alat Evaluasi siklus II • Membuat lembar observasi Aktivitas Siswa dan guru • Menyiapkan Format daftar hadir siklus II setiap pertemuan b. Pelaksanaan tindakan Melaksanakan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dirancang yang disesuaikan dengan siklus I c. Observasi Kegiatan observasi dilakukan secara kontinu setiap kali pembelajaran berlangsung dalam pelaksanaan tindakan dengan mengamati kegiatan guru dan aktivitas siswa. d. Refleksi Tahap refleksi ini sebagai pengajar bersama guru yang bertindak sebagai observer setelah mengkaji kekurangan dari tindakan yang telah diberikan diadakan perbaikan-perbaikan yang disesuaikan dengan siklus I, sehingga apa yang diharapkan bisa tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Jika hasil yang diperoleh pada siklus II ini tidak optimal yaitu tidak tercapai ketuntasan secara individu (memperoleh nilai 6,5), maka dilakukan siklus berikutnya yaitu siklus III. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Sumber data Sumber data berasal dari siswa, guru dan observer selama pelaksanaan penelitian pada kelas IV SMP Negeri 11 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis Data a. Data observasi Aktivitas Siswa dan guru b. Data hasil belajar siswa Cara pengambilan data Cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah: a. Data hasil belajar diperoleh dengan cara memberikan tes evaluasi atau ulangan pada siswa setiap akhir siklus. b. Data tentang situasi belajar didapat dengan lembar observasi
_________________________________________________________________
Vol. 10 No. 4 April 2016
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Instrumen penelitian. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Guru Instrumen ini dirancang dalam bentuk skenario pembelajaran oleh peneliti untuk mengumpulkan data mengenai kegiatan guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Tes Hasil Belajar Instrumen ini disusun oleh peneliti yang disetujui guru dengan berpedoman pada kurikulum dan buku paket biologi. Teknik Analisis Data Data aktivitas siswa Data aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi dan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menganalisa data dan mendeskripsikan aktivitas siswa melalui lembar observasi pembelajaran untuk setiap siklus dengan menerapkan pembelajaran coperative tipe pertukaran kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar pokok bahasan Ciri-ciri Mahluk Hidup . b. Menganalisa data dan mendiskripsikan langkah-langkah guru dalam menerapkan pembelajaran coperative tipe pertukaran kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar pokok bahasan Ciri-ciri Mahluk Hidup. Data Tes Hasil Belajar Setelah memperoleh data hasil belajar, maka data tersebut dianalisis dengan mencari ketuntasan belajar, kemudian dianalisis secara kuantitatif. a. Ketuntasan Individu. Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai lebih atau sama dengan 65 ( Arjuddin 2004) b. Ketutasan Klasikal Untuk mencari prosentase prestasi belajar setelah proses pembelajaran ciri-ciri mahluk hidup dengan pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok digunakan rumus persentase adalah sebagai berikut:
P =
R x 100% T
(Purwanto, 2004: 132). P= Persentase ketuntasan klasikal R= Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih besar sama dengan 65 T= Jumlah siswa Patokan untuk menyatakan ketuntasan klasikal dalam proses pembelajaran Ciri-ciri Mahluk Hidup dengan pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok adalah minimal 85% yang nilainya ≥ 65 (Depdiknas, 1994 dan Arjuddin,2004). Indikator Keberhasilan
Media Bina Ilmiah
11
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan minimal dalam 2 siklus dan dihentikan bila telah mencapai indikator keberhasilan: a. Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil jika minimal 85% siswa secara klasikal telah mencapai indikator (tujuan) pembelajaran dengan nilai ≥ 75 b. Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil jika kegiatan mengajar guru tergolong baik berdasarkan kategori penilaian kegiatan guru. c. Penelitian Tindakan kelas ini dikatakan berhasil jika aktivitas belajar siswa tergolong aktif berdasarkan kategori penilaian aktivitas siswa. C. HASIL PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengetahui tingkat aktivitas dan ketuntasan belajar siswa pada pokok bahasn ciri-ciri mahluk hidup kelas IX SMPN 10 Mataram dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok. Dari observasi dan tes diperoleh data kualitatif. Data-data tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode dan rumus yang telah ditetapkan sebelumnya. Analisis dengan menggunakan metode dan rumus yang telah ditetapkan sebelumnya. Analisis tiap-tiap siklus akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Hasil Penelitian Siklus I Langkah-langkah pokok yang dilaksanakan pada siklus I adalah: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. a. Perencanaan Perencanaan merupakan tahapan awal yang harus dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam penelitian ini mempersiapkan hal-hal sebagai berikut: 1) Membuat skenario pembelajaran ciri-ciri mahluk hidup 2) Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan guru 3) Menyiapkan bahan dan lembar kegiatan siswa (LKS) 4) Menyususn tes hasil belajar dalam bentuk objetif b. Pelaksanaan Tindakan Tindakan pada siklus I dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan, dimana pertemuan pertama dan kedua dilakukan untuk mendiskusikan materi dan mengerjakan LKS. Pertemuan ketiga dilakukan untuk mengerjakan tes evaluasi. Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah guru menyampaikan beberapa informasi tentang materi _____________________________________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Vol. 10 No. 4 April 2016
12
Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
yang dipelajari kemudian guru membagi materi dan LKS pada masing-masing kelompok dan siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan materi dan mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan LKS secara individual, tapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota lain dalam kelompoknya, kemudian LKS tersebut dikumpulkan untuk dinilai dan tindakan selanjutnya, guru memandu siswa melakukan Tanya jawab, sekaligus langsung mengklarifikasi kesalahan-kesalahn yang dialami siswa sehingga terjadi persamaan persepsi tentang materi yang dibahas. Pada akhir tindakan siswa diberikan tes evaluasi dalam bentuk objektif. c. Observasi dan Evaluasi Kegiatan observasi dilaksanakan selama berlangsungnya pelaksanaan tindakan, dalam observasi ini akan diamati aktivitas-aktivitas siswa dan guru yang tampak selama proses pembelajaran. Semua aktivitas siswa dan guru dicatat dalam lembar observasi sesuai dengan deskriptor yang muncul serta menuliskan komentar tentang kekurangankekurangan dalam pelaksanaan tindakan selama proses pembelajaran. Adapun analisis data tentang prestasi belajar dan aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok adalah: 1) Data hasil evaluasi belajar siswa Tabel 4.1: Hasil evaluasi belajar siswa siklus I No.
Aspek Penilaian
1. 2. 3.
Jumlah siswa peserta tes Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rerata nilai siswa Persentase ketuntasan belajar Indikator Keberhasilan
4. 5 6 7 8.
Uraian 33 orang 20 orang (60.61%) 13 orang (39.39%) 85 50 68.97 61% 85% siswa memperoleh nilai ≥ 70
Sumber : Data Primer yang diolah Berdasrkan tabel di atas dari 33 orang peserta tes nilai rata-rata kelas adalah 68.97. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 20 orang (60.61%), sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas sebanyak 13 orang (39.39%). Jadi ketuntasan belajar pada siklus I adalah 61%. Nilai ini masih kurang dari 85%, sehingga pada pelaksanaan siklus I belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Dengan demikian perlu dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. 2) Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Data aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran diperoleh dengan
menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Rerata hasil aktivitas siswa siklus I pertemuan ke-1 dan ke-2 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Hasil observasi aktivitas siswa siklus I No
Indikator
Kesiapan siswa dalam 1. mengikuti pelajaran Antusiasme siswa dalam 2. mengikuti pelajaran 3. Interaksi siswa dengan Guru Interaksi siswa dalam kegiatan 4. demonstrasi Interaksi siswa dalam diskusi 5. kelompok Jumlah skor Nilai Rata-rata Katergori Indikator Keberhasilan
Skor Pert. I
Pert. II
2.94
3
3
4
2.94
3
2.03
4
3
3
13.97 17 55.88 68 61.94 Cukup ≥86 kategori Sangat Tinggi
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah skor aktivitas siswa pada siklus I pertemuan ke-1 adalah 13.97 dengan nilai 55.88, sedangkan pada pertemuan ke-2 adalah 17 dengan nilai 68. Rata-rata nilai aktivitas siswa pada siklus I adalah 61.94 dengan kategori cukup. Hal ini berarti untuk aktivitas siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yakni ≥86. Berdasarkan hasil pengamatan observer menunjukkan masih terdapat beberapa kekurangan. Adapun kekurangan yang terdapat pada pertemuan I adalah sebagai berikut: a) Masih ada siswa yang melakukan pekerjaan lain yang akan mengganggu proses pembelajaran. b) % dan kurang dari atau sama dengan 50% belum berani memberikan tanggapan terhadap apa yang disampaikan guru. c) Lebih dari 25% dan kurang dari atau sama dengan 50% belum berani mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang belum jelas d) Lebih dari 25% dan kurang dari 50% belum bisa menggunakan alat sesuai dengan ketentuan pada saat demonstrasi e) Kurang dari 25% belum bisa bekerjasama dalam demonstrasi. f) Lebih dari 25% dan kurang dari 50% belum bisa menghargai pendapat anggota lain dalam diskusi g) Kurang dari 25% belum bisa bekerjasama dalam menyelesaikan masalah. Untuk menyempurnakan kekurangankekurangan yang terdapat pada siklus I pertemuan I
_________________________________________________________________
Vol. 10 No. 4 April 2016
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah
pada pertemuan berikutnya observer menyarankan agar: a) Guru hendaknya menegur siswa yang mengerjakan tugas lain b) Guru hendaknya memeriksa kelengkapan belajar siswa agar benar-benar siap untuk belajar. c) Guru hendaknya menegur siswa yang kurang memperhatikan pelajaran d) Arahkan siswa untuk memanfaatkan waktu berdiskusi dengan baik. Sedangkan kekurangan yang terdapat pada pertemuan II adalah sebagai berikut: a) Lebih dari 25% dan kurang dari atau sama dengan 50% siswa masih melakukan kegiatan lain yang akan mengganggu proses pembelajaran b) Lebih dari 25% dan kurang dari atau sama dengan 50% belum berani memberikan tanggapan terhadap apa yang disampaikan guru. c) Lebih dari 25% dan kurang dari atau sama dengan 50% belum berani mengajukan pertanyaan terhadap masalah yang belum jelas d) Lebih dari 25% dan kurang dari atau sama dengan 50% belum bisa bekerjasama dalam melakukan demonstrasi. e) Lebih dari 25% dan kurang dari atau sama dengan 50% belum bisa bekerjasama dalam menyelesaikan masalah. Untuk menyempurnakan kekurangankekurangan yang terdapat pada siklus I pertemuan II pada pertemuan berikutnya observer menyarankan agar guru lebih sering memberikan motivasi kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. 3) Observasi kegiatan guru Pada proses pembelajaran di kelas, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun. Hasil yang diperoleh dari lembar observasi kegiatan guru dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3: Hasil observasi kegiatan guru siklus I Skor No. A
Indikator
B 1
Penyajian konsep
2
2 3 4
Pert. II
3
4
4
4
3
3
3
4
3
3
3
3
Membuka Pelajaran Membangkitkan minat motivasi siswa untuk belajar Memberikan Kaitan dengan materi sebelumnya Kegiatan Inti
1
Pert. I
Pengaturan waktu dan materi diskusi Pendampingan kerja siswa secara kelompok Pendamping siswa secara individu
5 C 1 2
Presentasi hasil diskusi siswa
4
4
3
4
3
4
Jumlah skor
29
33
Nilai
64.44
73.33
Rata-rata
68.89
Menutup Pelajaran Bersama siswa membuat rangkuman/kesimpulan Melaksanakan penilaian dan pemberian tugas
13
Kategori
Cukup
Indikator Keberhasilan
≥86 kategori Sangat Tinggi
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran belum optimal. Berdasarkan pengamatan observer terdapat beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran, baik pada pertemuan I maupun pertemuan II. Pada pertemuan I, deskriptor yang tidak tampak pada lembar observasi adalah: a) Guru tidak menggunakan gambar/charta pada pemberian apersepsi dan motivasi b) Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi informasi yang disampaikan c) Guru belum bisa menarik perhatian siswa untuk tetap konsentrasi dalam pembelajaran d) Guru belum bisa menciptakan suasana yang menarik dan tidak membosankan siswa e) Guru belum menyimpulkan seluruh kegiatan pembelajaran. Untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I pertemuan ke1, observer menyarankan agar: a) setelah penyampaian informasi hendaknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya b) upayakan suasana belajar yang menarik, agar siswa tetap memperhatikan penjelasan guru. c) sebaiknya guru menginformasikan materi yang akan di bahas pada pertemuan berikutnya. Sedangkan untuk pertemuan ke-2, deskriptor yang tidak tampak yaitu guru masih belum sepenuhnya dapat menciptakan suasana yang menarik dan tidak membosankan siswa. Untuk menyempurnakan kekurangan yang terdapat pada siklus I pertemuan ke-2 pada pertemuan berikutnya, observer menyarankan agar guru mengupayakan sedapat mungkin untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. d. Refleksi
_____________________________________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Vol. 10 No. 4 April 2016
14
Media Bina Ilmiah
Dilihat dari hasil evaluasi dan observasi yang diperoleh pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas dalam belajar yaitu 60.61% dari 33 orang siswa yang diteliti, sedangkan aktivitas siswa tergolong Cukup aktif atau dengan rata-rata nilai 55.88. Dalam pelaksanaan sikus I masih belum mencapai hasil yang diharapkan, maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II diadakan penyempurnaan dan perbaikan kepada kendalakendala yang muncul pada siklus I. Penyempurnaan dan perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah: 1) Pada siklus I terlihat guru tidak menanyakan kesulitan belajar kepada siswa saat melakukan proses pembelajaran misalnya menyanyakan kesulitan dalam pelaksanaan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok. Oleh karena itu diharapkan pada guru, di siklus kedua agar menanyakan kendala ataupun kesulitan yang di alami oleh siswa saat melakukan proses pembelajaran. 2) Dalam mempresentasikan hasil diskusinya hanya sebagian kelompok yang maju, hal ini dikarenakan oleh waktu yang cukup terbatas. Oleh karena itu untuk mengatasi hasil tersebut diharapkan pada guru untuk menentukan waktu dalam proses pembelajaran baik waktu diskusi, presentasi, maupun Tanya jawab pada siklus yang ke II 3) Pada siklus I komunikasi dan kerja sama siswa masih kurang, siswa yang berkemampuan meningkat yang selalu mengerjakan tugas-tugas diskusinya sedangkan yang lain kurang berpartisipasi dalam melakukan diskusi. Untuk mengatasi hasil tersebut, maka pada siklus II, diharapkan pada guru untuk melakukan pembagian tugas masing-masing dalam diskusinya 4) Pada saat siswa memperesentasikan materi masih didominasi oleh siswa yang berani berbicara, untuk mengatasi hasil tersebut guru menerangkan bahwa tiap siswa dalam kelompok harus maju untuk berani mengemukakan pendapatnya. 5) Guru belum memberikan ganjaran kepada siswa maupun kelompok yang mampu mengerjakan tugas dengan baik, untuk itu diharapkan guru memberikan ganjaran kepada siswa maupun kelompok yang mengerjakan tugas dengan baik. 6) Pada saat siswa diberikan kesempatan untuk diskusi kelompok beberapa siswa mengalami kesulitan dan memerlukan waktu cukup banyak untuk menyelesaikan tugas kelompoknya. Melihat kendala ini pada siklus III guru menjelaskan pentingnya tugas dalam kelompok
ISSN No. 1978-3787 agar semua anggota kelompok memiliki tanggung jawab. Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh, aktivitas siswa pada siklus I dalam dua kali pertemuan masih tergolong cukup aktif. 2. Hasil Penelitian Siklus II Siklus II dilaksanakan .............Adapun strategi yang dilaksanakan pada siklus II adalah sama pada siklus I. Untuk menyempurnakan permasalahan yang dihadapi pada siklus I akan diberikan tindakan antara lain peneliti kembali memberikan arahan kepada siswa mengenai proses pembelajaran dengan menggunakan pertukaran kelompok. a. Perencanaan Perencanaan tindakan pada siklus II ini hampir sama dengan siklus I antara lain: 1) Bersama guru menyiapkan materi yang akan digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung 2) Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran “pertukaran kelompok.” 3) Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi 4) Menyiapkan lembar kegiatan siswa sesuai dengan sub pokok bahasan yang akan dipelajari 5) Menyususn tes hasil belajar dalam bentuk obyektif untuk mengetahui hasil belajar siswa. b. Pelaksanaan Tindakan Pada siklus II, tindakan yang dilaksanakan pada dasarnya hampir sama dengan siklus I yaitu melaksanakan tindakan belajar mengajar di kelas sesuai dengan rencana yang dituangkan dalam skenario pembelajaran dan lengkah-langkah penerapan pertukaran kelompok sebagai berikut: 1) LKS dibagikan setelah siswa merumuskan tugas-tugas belajar, mendiskusikan materi kelompoknya, mempresentasikan materi kelompoknya, dan melakukan Tanya jawab antar siswa yang dipandu oleh guru 2) Jawaban dari soal-soal LKS tidak dikumpulkan tetapi dibahas oleh guru bersama siswa 3) Penanganan kelompok bermasalah ditangani oleh guru dengan hanya memberi arahan dan siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan sendiri. Pada akhir pelaksanaan tindakan guru memberi tes hasil belajar kepada siswa secara individual, kemudian guru bersama siswa membahas tes presentasi tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. c. Observasi dan Evaluasi
_________________________________________________________________
Vol. 10 No. 4 April 2016
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah
Seperti halnya pada siklus I, pada siklus ke II juga diadakan observasi terhadap aktivitas siswa selama dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, aktivitas yang muncul selanjutnya dicatat pada lembar observasi yang telah disiapkan. Evaluasi hasil belajar dilaksanakan pada akhir tindakan dengan memberikan tes dalam bentuk obyektif yang dikerjakan secara individu. Adapun analisis data tentang prestasi belajar dan aktivitas siswa adalah: 1) Data hasil evaluasi belajar siswa Tabel 4.4: Hasil evaluasi belajar siswa siklus II No.
Aspek Penilaian
1. 2. 3.
Jumlah siswa peserta tes Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rerata nilai siswa Persentase ketuntasan belajar Indikator Keberhasilan
4. 5 6 7 8.
Uraian 28 orang 28 orang (100%) 85 74 78.29 100% 85% siswa memperoleh nilai ≥ 70
Sumber : Data Primer yang diolah Setelah dianalaisis hasil evaluasi belajar siswa pada siklus II sesuai dengan skenario yang direncanakan. Hasil evaluasi belajar siswa yang lengkap dapat dilihat pada lampiran 9. Dari hasil evaluasi siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut; Peserta tes sebanyak 28 orang. Nilai rata-rata kelas adalah 78.29. Dari 28 orang yang telah memperoleh nilai ≥70 sebanyak 28 orang (100%), sehingga persentase ketuntasan belajar siswa telah mencapai 100% dikategorikan bahwa pelaksanaan siklus II telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. 2) Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Data aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Rerata hasil aktivitas siswa siklus II pertemuan ke-1 dan ke-2 dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil observasi aktivitas siswa siklus II Skor No. 1. 2.
Indikator Kesiapan siswa mengikuti pelajaran Antusiasme siswa mengikuti pelajaran
dalam dalam
Skor No.
Indikator
5.
Interaksi siswa dalam diskusi kelompok
Pert. I
Pert. II
4.06
4.06
Jumlah skor
22.79
22.79
Nilai
91.16
91.16
Rata-rata
91.16
Kategori
Sangat Tinggi
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah skor aktivitas siswa pada siklus II pertemuan ke-1 dan ke2 adalah 22.79 dengan nilai 91.16. Rata-rata nilai aktivitas siswa pada siklus II adalah 91.16 dengan kategori Sangat Tinggi. Hal ini berarti untuk aktivitas siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yakni ≥86. Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok pada siklus II dapat dilihat pada lampiran 9 dan 13, berdasarkan kriteria penggolongan aktivitas siswa, maka hasil observasi aktivitas yang diperoleh tergolong sangat aktif atau rata-rata skor aktivitas pada pertemuan pertama dan kedua sebesar 4.56. Yang artinya bahwa aktivitas siswa terdapat antara skor empat dan lima. 3) Observasi kegiatan guru Pada proses pembelajaran di kelas, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun. Hasil yang diperoleh dari lembar observasi kegiatan guru dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6: Hasil observasi kegiatan guru siklus II Skor No. A 1
2 B 1 2
Pert. I
Pert. II
4.97
4.97
4.85
4.85
3 4 5
3.
Interaksi siswa dengan Guru
4.88
4.88
4.
Interaksi siswa dalam kegiatan demonstrasi
4.03
4.03
15
C 1
Indikator Pert. I
Pert. II
5
5
4
4
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Membuka Pelajaran Membangkitkan minat motivasi siswa untuk belajar Memberikan Kaitan dengan materi sebelumnya Kegiatan Inti Penyajian konsep Pengaturan waktu dan materi diskusi Pendampingan kerja siswa secara kelompok Pendamping siswa secara individu Presentasi hasil diskusi siswa Menutup Pelajaran Bersama siswa membuat rangkuman/kesimpulan
_____________________________________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Vol. 10 No. 4 April 2016
16
Media Bina Ilmiah Melaksanakan penilaian pemberian tugas
2
dan
ISSN No. 1978-3787
4
4
Jumlah skor
42
42
Nilai
93.33
93.33
Rata-rata
93.33 Baik Sekali/Sangat tinggi ≥86 kategori Sangat Tinggi
Kategori Indikator Keberhasilan
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah mencapai skor ..dengan nilai ..... Berdasarkan pengamatan observer masih terdapat beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran, baik pada pertemuan ke-1 maupun pertemuan ke-2, namun bila dilihat dari indikator kinerja telah terpenuhi. d. Refleksi Dari hasil yang diperoleh pada siklus II ratarata skor aktivitas siswa dalam dua kali pertemuan tergolong aktif, dan nilai-rata-rata kelas 78.29 serta ketuntasan belajar sebesar 100%. Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam dua siklus ini dapat diketahui peningkatan aktivitas dan ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan model pemebalajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok. B. Pembahasan Data hasil observasi dan evaluasi belajar siswa dari siklus I dan siklus II Ringkasan dan hasil observasi dan evaluasi belajar siswa dari siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada table berikut ini: Tabel 4.7: Rekapitulasi data hasil evaluasi (ketuntasa belajar) siswa Siklus I dan Siklus II. Siklus I II %
Nilai ratarata 68.97 78,29 9.32%
Ketuntasan Belajar
Indikator Keberhasilann
61% 100% 39%
85% siswa memperoleh nilai ≥ 70
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil evaluasi data dari siklus I dan II, tentang aktivitas dan prestasi belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan. Dimana aktivitas siswa tergolong sangat aktif dan telah mencapai ketuntasan secara klasikal yaitu 100%. Bedasarkan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I, maka nilai rata-rata adalah 68.97 dan pada siklus II meningkat sebesar 9.32% .menjadi 78.29. hasil tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan di sekolah. Untuk ketuntasan belajar pada siklus I baru
mencapai 61% dan pada siklus II menjadi 100%. Terjadi peningkatan sebesar 39%. Tabel 4.8: Rekapitulasi data hasil observasi aktivitas siswa Siklus I dan II Siklus I II % Peningkatan
Rata-rata Aktivitas Siswa 61.94 91.16 29.22
Indikator Kinerja ≥86 kategori Sangat Aktif
Untuk aktivitas belajar siswa pada siklus I tergolong cukup aktif dengan rata-rata nilai 61.94 dengan kategori cukup aktif dan pada siklus II menjadi 91.16 dengan kategori sangat aktif, mengalami peningkatan sebesar 29.22%. Tabel 4.9: Rekapitulasi data hasil observasi aktivitas guru Siklus I dan II Siklus I II % Peningkatan
Rata-rata Aktivitas Guru 68.89 93.33 24.44
Indikator Kinerja ≥86 kategori Sangat Tinggi
Untuk aktivitas guru pada siklus I tergolong cukup dengan rata-rata nilai 68.89 dengan kategori cukup dan pada siklus II menjadi 93.33 dengan kategori sangat baik, mengalami peningkatan sebesar 24.44%. Dengan memperhatikan hasil yang telah diperoleh bahwa ketuntasan belajar siswa pada siklus I belum tercapai sesuai dengan ketuntasan belajar yang ditetapkan. Berdasarkan catatan observer pada saat proses pembelajaran berlangsung; 1) guru tidak menanyakan kesulitan belajar kepada siswa saat melakukan proses pembelajaran. Oleh karena itu diharapkan pada guru, di siklus kedua agar menanyakan kendala ataupun kesulitan yang dialami oleh siswa saat melakukan proses pembelajaran, 2) dalam mempresentasikan hasil diskusi hanya sebagian kelompok yang maju, hal ini dikarenakan oleh waktu yang cukup terbatas. Oleh karena itu untuk mengatasi hasil tersebut diharapkan pada guru untuk menentukan waktu dalam proses pembelajaran baik waktu diskusi, presentasi maupun Tanya jawab pada siklus yang ke II, 3) komunikasi dan kerja sama siswa masih kurang. Dimana siswa yang berkemampuan tinggi yang selalu mengerjakan tugas-tugas diskusinya sedangkan yang lain kurang berpartisipasi dalam melakukan diskusi. Untuk mengatasi hal tersebut,
_________________________________________________________________
Vol. 10 No. 4 April 2016
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 maka pada siklus II diharapkan pada guru agar membagi siswa dengan tugas yang merata pada masing-masing individu dalam kelompok diskusinya. 4) Pada saat siswa mempersentasikan materi masih didominasi oleh siswa yang berani berbicara, untuk mengatasi hal tersebut hendaknya guru mengingatkan kepada semua siswa bahwa setiap siswa dalam kelompok harus maju dan berani mengemukakan pendapatnya. Ini dapat dilihat dari perilaku yang telah diamati oleh observer tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung berdasarkan deskriptor-deskriptor yang ada dalam lembar observasi. Untuk mengatasi hal tersebut, guru melakukan perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran dan meningkatkan hal-hal yang dianggap masih kurang. Berdasarkan analisis di atas, dalam siklus I baik dilihat dari prestasi belajar dan aktivitas belajar siswa, belum mencapai target sasaran yang ditetapkan. Oleh karena itu, perlu melakukan perbaikan tindakan siklus II. Pada siklus II, dengan memperhatikan hasil yang diperoleh dalam siklus I, peneliti dan observer melakukan diskusi dan hasil diskusi menyimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakukan telah sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Melalui pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 39%, sedangkan untuk aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar 29.22%. Pada siklus II, menindak lanjuti perbaikan yang perlu dilakukan dari siklus I adalah siswa mempresentasikan materi yang dibahas di depan kelas. Tindakan ini diberikan agar siswa yang enggan bertanya dan mengemukakan permasalahannya dapat berperan lebih aktif, jika ada siswa dalam kelompok yang bermasalah maka presenter memberikan penjelasan. Tetapi jika presenter dalam kelompok tersebut tidak mampu memecahkan masalahnya maka untuk itu diminta guru yang menanganinya untuk menyelesaikan masalah, kemudian meminta siswa untuk menyimpulkan kembali hasil penjelasan dari guru tersebut. Melalui pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompokn dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat mengajak siswa berperan aktif dan melibatkan segenap kemampuan yang dimiliki siswa sehingga pemahaman tentang suatu konsep dapat diterima dengan baik. Dari hasil penelitian yang diperoleh ternyata pembagian kelompok yang tepat dapat
Media Bina Ilmiah
17
meningkatkan interaksi antar siswa. Ha ini sesuai dengan pendapat (Dipdiknas, 2004) pembelajaran pertukaran kelompok mengajar ini, tugas yang berbeda diberikan kepada kelompok peserta didik yang berbeda. Masing-masing kelompok “mengajar” apa yang telah dipelajari. Dengan demikian pembelajaran tipe pertukaran kelompok dapat diterapkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, dengan menggunakan beberapa petunjuk praktis, antara lain: 1. Bagilah para siswa menjadi beberapa kelompok kecil 5-6 anggota 2. Berikan permasalahan atau bahan bacaan pada setiap kelompok. 3. Setiap kelompok membahas dan memecahkan permasalahan yang diterima. 4. Masing-masing kelompok diminta mempresentasikan, dan kelompok lain dapat menanggapi. 5. Berikan respon dan kesimpulan dari materi yang telah dikaji.
PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa “melalui penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok dapat meningkatkan aktivitas dan ketuntasan belajar siswa kelas IX SMP Negeri 10 Mataram Tahun Pelajaran 2015/2016. hal ini dibuktikan dengan rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I 61.94 dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 91.16, sedangkan persentase ketuntasan belajar pada siklus I 61% dan siklus II menjadi 100%. B. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti dapat memberikan saran yang berguna bagi pembaca pada khususnya dan pada guru-guru yang lain pada umumnya yaitu: 1. Kepada guru di SMP Negeri 10 Mataram terutama guru Bahasa Indonesia hendaknya lebih memantapkan lagi penerapan pembelajaran kooperatif tipe pertukaran kelompok dalam proses belajar mengajar, karena tipe pembelajaran pertukaran kelompok merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengarah pada partisipasi dan proses berpikir yang lebih baik bagi siswa. 2. Kepada siswa hendaknya lebih ditingkatkan lagi aktivitas belajarnya ehingga dapat meraih sesuatu yang telah diinginkan _____________________________________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Vol. 10 No. 4 April 2016
18
Media Bina Ilmiah terutama dalam hal pencapaian ketuntasan belajar.
DAFTAR PUSTAKA Alwi, 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas, 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Mata Pelajaran Sains. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Djamarah, 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rimeka Cipta. Gulo, 2004. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: PT Grasindo Hadi, 2000. Statistik Jilid II Cetakan ke-17. Yogyakarta: Andi Offset. Hamalik, 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Garasindo Lisnawati, 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta: Rineka Cipta Lukman, 2003. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas. Mataram Margono Surachmad, 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Muhibbin, 2001. Psikologi Pendidikan . Bandung: Remaja Rosdakarya.
ISSN No. 1978-3787 Nasution, 2000. Metode Research. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Poerwadarminta, 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Rosnani, 2005. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pendekatan Belajar Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Daya Serap Dan Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran Biologi Di Kelas I-C SMP Negeri 13 Mataram Tahun Pelajaran 2005/2006. FPMIPA IKIP Mataram Ruseffendi, 1988. Matematika Membantu Guru Mengembangkan Kompetensi Dalam Pengajaran Matematika. Bandung:Tarsito. Sardiman, 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada Sugiyono, 2000. Metode Penelitian Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabet Tim Penyusun, 2006. Pedoman Penulisan Skripsi. Mataram: FPMIPA IKIP Mataram.
_________________________________________________________________
Vol. 10 No. 4 April 2016
http://www.lpsdimataram.com