64 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU SMA NEGERI 3 MATARAM DALAM MENGANALISIS KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) MELALUI BIMBINGAN INDIVIDU Oleh: H. Muhammad Jauhari Kepala SMA Negeri 3 Mataram Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: apakah dengan Bimbingan Individu dapat meningkatkan kemampuan guru-guru SMA NEGERI 3 Mataram dalam melakukan analisis KKM. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah dengan subyek penelitian semua guru SMA NEGERI 3 Mataram. Teknik pengambilan data yang digunakan dengan observasi, evaluasi, dan dokumentasi. Sedangkan Teknik analisa data adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Dengan Bimbingan Individu kemampuan guru-guru dalam menganalisis KKM meningkat, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis Rerata skor pencapaian hasil pengamatan dan evaluasi kemampuan keterampilan menyusun KKM pada siklus I untuk persentase ketercapaian 60.72% dengan kategori rendah, sedangkan pada siklus II menjadi 91.07% dengan kategori Amat Baik; ada peningkatan 30.35%. Bila di lihat dari indikator kinerja untuk kemampuan guru dalam menganalisis KKM dapat dikatakan berhasil karena telah mencapai persentase ideal dengan ketuntasan ≥ 86 % dengan kategori Sangat tinggi. Kata Kunci: Bimbingan Individu , Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) PENDAHULUAN Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 disebutkan bahwa salah satu prinsip penilaian dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah beracuan kriteria. Hal ini berarti bahwa penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, satuan pendidikan harus menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran sebagai dasar dalam menilai pencapaian kompetensi peserta didik. Penetapan kriteria ketuntasan minimal belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Berdasarkan hasil supervisi tahun pelajaran 2015/2016 Semester I, masih banyak masalah yang ditemukan berkenaan dengan penetapan kriteria ketuntasan minimal oleh guru-guru, diantaranya 1) pada umumnya guru-guru sudah menyusun KKM, namun tidak menyimpan hasil analisis KKM yang telah dilakukan karena mereka belum tahu bahwa berkas analisis KKM menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen KTSP; 2) masih banyak guru yang belum mengetahui bahwa KKM yang disusun sudah benar atau belum dan sejumlah guru belum memahami secara benar tentang penerapan kriteria kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa dalam penyusunan KKM; 3) beberapa guru menetapkan KKM tanpa proses analisis. Penetapan KKM berdasarkan pengalaman guru mengajar dan atau kesepakatan dengan guru mata pelajaran sejenis; dan 4) tidak pernah diadakan Bimbingan Individu khusus yang membahas tentang KKM, 5) _____________________________________________ Volume 9, No. 7, Desember 2015
KKM yang dibuat hanya sebatas KKM KD dan mata pelajaran. Sebagai respon atas temuan dan masukan tersebut, maka dalam upaya membantu guru dalam menetapkan kriteria ketuntasan minimal setiap mata pelajaran, peneliti sebagai kepala sekolah tertarik untuk melakukan penelitian tindakan sekolah dalam meningkatkan kemampuan guru-guru di SMA Negeri 3 Mataram melakukan analisis KKM melalui Bimbingan Individu . Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan: (1) Bagaimana pelaksanaan Bimbingan Individu dapat meningkatkan kemampuan guru-guru dalam melakukan analissi KKM di SMA Negeri 3 Mataram, (2) Bagaimana perkembangan kemampuan guru-guru SMA Negeri 3 Mataram dalam proses melakukan analisis KKM setiap siklus. Tujuan Penelitian untuk: (1) Mengetahui pelaksanaan Bimbingan Individu dalam meningkatkan kemampuan guru-guru dalam melakukan analisis KKM di SMA Negeri 3 Mataram, (2) Meningkatkan kemampuan guruguru dalam melakukan analisis KKM setiap siklus di SMA Negeri 3 Mataram. Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, sebagai berikut: (1) Merupakan masukan bagi rekan-rekan kepala sekolah untuk lebih meningkatkan pemahaman dan keterampilannya, baik secara konseptual maupun operasional dalam mengembangkan KKM, sehingga dapat melakukan bimbingan secara tepat http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 dan benar. (2) Setelah memperoleh perlakuan tindakan dengan Bimbingan Individu maka guruguru merasa termotivasi, terbantu, dan terbimbing dalam meningkatkan kemampuan menganalisis KKM. (3) Bagi guru hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan menilai dirinya (self Evaluation) dan sekaligus dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan analisis KKM secara benar. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dengan berkolaborasi dengan pengawas sekolah. Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah semua guru di SMA Negeri 3 Mataram yang berjumlah 6 orang. Pengambilan guru sebanyak 6 orang guru tersebut menjadi subjek penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan kemampuan menganalisis KKM untuk tahun pelajaran 2015 /2016. Waktu penelitian dilakukan selama 5 bulan, mulai dari bulan Juli sampai dengan Nopember 2015 . Dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini variabel yang akan diteliti adalah meningkatkan kemampuan guru-guru SMA Negeri 3 Mataram dalam menganalisis KKM untuk tahun pelajaran 2015 /200 melalui kegiatan Bimbingan Individu . Variabel penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini terdiri dari variabel masalah/hasil dan variabel tindakan. Variabel hasil dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan guru-guru dalam menganalisis KKM mulai dari KKM indikator, KD, SK dan Mata Pelajaran, sedangkan variabel tindakan adalah kegiatan Bimbingan Individu . Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel harapan adalah lembar observasi/penilaian/telaah tahapan menetapkan KKM dan Tes kemampuan pengetahuan KKM, sedangkan untuk mengukur variable tindakan adalah lembar observasi untuk aktivitas kepala sekolah (peneliti). Untuk mengukur kebenaran dari langkahlangkah atau tahapan penyusunan KKM dipergunakan instrumen telaah penyusunan KKM guru dengan jumlah item 20, dimana masing – masing butir menggunakan rentangan skor 1 – 4, sehingga skor minimal 20 dan skor maksimalnya 80. Penentuan Kriteria Kemampuan Keterampilan menganalisis KKM Sangat tinggi = 73 - 80 Tinggi = 61 – 72
Media Bina Ilmiah 65 Sedang = 61 – 72 Rendah = …< 50 Untuk mengukur keterlaksanaan Bimbingan Individu digunakan instrumen observasi aktivitas peneliti dengan jumlah item 25 dimana masing – masing butir menggunakan rentangan skor 1 – 4, sehingga skor minimal 25 dan skor maksimalnya 100. Sedangkan pedoman penskoran yang digunakan sebagai dasar untuk mendeskripsikan data hasil pengamatan aktivitas peneliti adalah sebagai berikut: Sangat Tinggi = 86 – 100 Tinggi = 70 – 85 Sedang = 51 – 69 Rendah = …< 50 Kondisi akhir yang diharapkan setelah dilakukan Bimbingan Individu adalah meningkatnya kemampuan guru-guru di SMA Negeri 3 Mataram yang menjadi subyek penelitian dalam menganalisis KKM. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka ditetapkan indikator kinerja sebagai berikut: (1) dilihat dari kemampuan keterampilan menganalisis KKM dikatakan meningkat (berhasil) apabila hasil penilaian telah mencapai rerata skor ≥ 70 dengan pencapaian persentase ≥ 85% (2) pelaksanaan Bimbingan Individu dikatakan berhasil bila kepala sekolah (peneliti) telah melaksanakan langkah-langkah Bimbingan Individu ≥ 85% HASIL PENELITIAN a.
Deskripsi Hasil penelitian Siklus I Data yang diperoleh pada siklus I antara lain (1) hasil observasi aktivitas peneliti (kepala sekolah) dalam melaksanakan Bimbingan Individu , (2) hasil tes awal untuk mengetahui kemampuan pengetahuan dalam menyusun KKM, (3) hasil penilaian hasil karya KKM berupa penilaian produk, (5) hasil tes untuk mengetahui kemampuan pengetahuan dalam melakukan analisis dan menentukan KKM mulai dari analisis SK/KD, analisis IPK sampai menentukan KKM Mata Pelajaran. 1.
Aktivitas peneliti (kepala sekolah)
Berdasarkan tabel di atas maka pencapaian skor aktivitas peneliti (kepala sekolah) dalam melakukan bimbingan/pembinaan pada kegiatan Bimbingan Individu terhadap guru dalam melakukan analisis KKM melalui Bimbingan Individu telah mencapai skor 81 dengan kategori tinggi, namun bila di lihat dari persentasenya baru mencapai 82% sedangkan pada indikator kinerja ≥ 86%.
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 9, No. 7, Desember 2015
66 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
Tabel 1. Rekapitulasi hasil pengamatan aktivitas peneliti No.
Perilaku yang dinilai
1.
Perencanaan
2.
Pelaksanaan/Kegiatan Appersepsi Pelaksanaan/Kegiatan Inti Pelaksanaan/Kegiatan Penutup Jumlah Kategori Persentase (%) Indikator Kinerja (%)
3. 4. 5. 6. 7. 8.
2.
Skor Maks
13
16
26 12
32 16
81
100
36
2. Tinggi 81% ≥ 86% (Sangat Tinggi)
Penilaian hasil karya guru (KKM)
Tabel 2. Rekapitulasi menganalisis kelompok No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Skor Perolehan Siklus I 30
hasil KKM
Aspek Jumlah Subyek Nilai Tertinggi Nilai Terendah Jumlah Nilai Keseluruhan Nilai Rata-rata Jumlah yang Tuntas Kategori Jumlah yang Tidak Tuntas Indikator Kinerja
Berdasarkan tabel di atas maka pencapaian skor aktivitas peneliti (kepala sekolah) dalam melakukan bimbingan/pembinaan pada kegiatan Bimbingan Individu terhadap guru dalam melakukan analisis KKM melalui Bimbingan Individu telah mencapai skor 97 dengan kategori sangat tinggi, dan bila di lihat dari persentase ketuntasan telah mencapai 82% sedangkan pada indikator kinerja ≥ 85%.
telaah/penilaian masing-masing Jumlah 6 67.86 55.36 364.29 60.72 0% Rendah 6 orang (100) ≥ 85% mendapat nilai ≥ 86 dengan kategori Sangat Baik
Berdasarkan penilaian hasil menganalisis KKM ternyata dari 6 orang, tidak ada yang memperoleh nilai ≥86. Kisaran nilai hasil analisis KKM adalah antara 55.36 s.d 67.86 dengan kategori sedang. Sedangkan untuk tingkat ketrcapaian dalam menganalisis KKM baru mencapai 60.72% dengan kategori sedang. Jadi yang belum tuntas sebanyak 6 orang (100%). b.
Deskripsi Hasil pengamatan proses dan hasil siklus II
1.
Aktivitas peneliti (kepala sekolah)
Tabel 3. Rekapitulasi hasil pengamatan aktivitas peneliti
_____________________________________________ Volume 9, No. 7, Desember 2015
Penilaian hasil karya guru (KKM)
Tabel 4. Rekapitulasi menganalisis kelompok No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
hasil KKM
Aspek Jumlah Subyek Nilai Tertinggi Nilai Terendah Jumlah Nilai Keseluruhan Nilai Rata-rata Jumlah yang Tuntas Kategori Jumlah yang Tidak Tuntas Indikator Kinerja
telaah/penilaian masing-masing Jumlah 6 orang 96.43 85.71 546.43 91.07 6 orang/100% Sangat Tinggi ≥ 85% mendapat nilai ≥86 dengan kategori Sangat tinggi
Berdasarkan penilaian kemampuan guru dalam melakukan analisis KKM ternyata dari 6 orang telah memperoleh nilai ≥86. Jadi persentase Ketuntasan yang dicapai sebesar 100%, sedangkan persentase indikator kinerja yang diharapkan berdasarkan tabel di atas dari 6 orang responden sebanyak 6 orang (100%) tuntas dengan rerata 91.07%. Jadi persentase Ketuntasan yang dicapai sebesar 100%, Daya Serap 91%, sedangkan persentase indikator kinerja yang diharapkan ≥ 85% dari seluruh responden memperoleh nilai ≥ 86% dengan kategori sanggat tinggi. PEMBAHASAN Latar belakang dari penelitian tindakan sekolah ini adalah hasil temuan pada saat peneliti (kepala sekolah) melakukan reviu dokumen I KTSP ternyata pada lampiran ada beberapa orang guru yang tidak mengumpulkan hasil analisis KKM. Jadi guru menentukan KKM tanpa melalui tahapan yang benar sesuai dengan Permendiknas No. 20 Tahun 2007. Hal ini terjadi karena peneliti sebagai kepala sekolah menyadari belum adanya pembinaan secara khusus bagaimana tahapan dalam menentukan KKM yang benar. Inilah yang menjadi akar permasalahan sehingga muncul gagasan untuk melaksanakan Bimbingan Individu dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru-guru di SMA Negeri 3 Mataram yang menjadi binaan peneliti. http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 67
Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan/observasi terhadap aktivitas guru mulai dari bagaimana mereka menganalisis KKM sesuai dengan langkah-langkah penyusunan KKM sampai dengan dihasilkan KKM. Disamping itu juga dilakukan penilaian atau evaluasi tiap siklus untuk mengetahui kemampuan responden dalam hal pengetahuan tentang KKM dan juga dilakukan observasi terhadap aktivitas peneliti (kepala sekolah) dalam melaksanakan Bimbingan Individu a.
Perbandingan hasil aktivitas Peneliti siklus I dan II
Perbandingan hasil observasi dari variabelvariabel tindakan tiap siklus dapat dilihat pada tabel beikut. Tabel 5. Rekapitulasi hasil observasi dan evalusi aktivitas peneliti dalam melaksanakan Bimbingan Individu siklus I dan II Siklus
I II
Rerata skor dan % Ketercapaian Variabel Tindakan 81 96
Rerata skor (%) Ketercapaian Variabel Tindakan 60.72 91.07
Dari analisis data hasil pengamatan Bimbingan Individu yang dilakukan peneliti pada siklus I untuk aktivitas kepala sekolah sebagai peneliti pencapaian rerata skor pada siklus I adalah 81 dengan kategori tinggi dengan persentase 81% sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 96 (kategori sangat tinggi) dengan persentase 96%; ada peningkatan rerata skor sebanyak 30.35% (31%). Bila di lihat dari indikator kinerja untuk pelaksanaan kegiatan Bimbingan Individu dapat dikatakan telah berhasil dengan persentase ideal yang telah melampui ≥ 86 %. b.
Perbandingan hasil pengamatan dan evaluasi dari kemampuan keterampilan (tahapan menganalisis dan hasil karya KKM )
Tabel 6: Rekapitulasi hasil observasi dan evalusi tahap menganalisis dan hasil karya KKM siklus I dan II Siklus
Rerata Skor Variabel Harapan (Hasil Karya Analisis KKM)
I II
60.72 91.07
Persentase Ketercapaian Variabel Harapan (Hasil Karya Analisis KKM) 61% 91%
Skor dan % Ideal Ketercapaian Variabel Harapan
85% memperoleh nilai 86 dengan kategori Sangat Tinggi
Dari analisis data hasil pengamatan dan evaluasi kemampuan keterampilan menyusun KKM pada siklus I untuk persentase ketercapaian daya serap 61.72% sedangkan pada siklus II menjadi 91.07%; ada peningkatan 30.35%. Dan untuk ketuntasan klasikal pada siklus I 0% manjadi 100% pada siklus II. Secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa untuk pencapaian persentase dari aktivitas peneliti dalam melakukan Bimbingan Individu pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 15% untuk rerata skor pencapaian (dari 81% menjadi 96%). Begitu juga dengan kemampuan keterampilan dalam menganalisis KKM mengalami peningkatan yang sangat signifikan yakni dari 61% untuk daya serap menjadi 91%; ada peningkatan 30%. Dan untuk ketuntasan klasikal pada siklus I mencapai 0% manjadi 100% pada siklus II. Terjadi peningkatan 100%. Melihat data di atas dapat dikatakan bahwa indikator variabel harapan/hasil maupun variabel tindakan sudah tercapai. Dengan demikian pembimbingan melalui Bimbingan Individu telah dapat meningkatkan kemampuan guru-guru di SMA Negeri 3 Mataram dalam melakukan analisis dan menyusun KKM. Dari paparan hasil siklus I dan II dapat dijelaskan bahwa pada siklus I baik menganalisis maupun keterlaksanaan Bimbingan Individu sebagai tindakan yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan guru-guru di SMA Negeri 3 Mataram belum tercapai maka pelaksanaan kegiatan tindakan dilanjutkan ke siklus kedua (II) dengan perbaikan-perbaikan seperti yang disarankan oleh observer pada lampiran kegiatan observasi baik pada saat mulai menganalisis SK/KD sampai pada tersusunnya KKM. Belum tercapainya indikator kinerja khususnya pada variabel harapan yaitu kemampuan guru dalam menyusun KKM pada saat pelaksanaan siklus I disebabkan oleh beberapa hal antara lain: 1) tidak semua guru dalam menentukan KKM melalui suatu proses analisis dari analisis SK/KD, sampai analisis tentang tingkat kompleksitas, daya dukung dan Intake. Tetapi yang dilakukan guru selama ini menentukan KKM berdasarkan kesepakatan saja, 2) kemampuan guru dalam menggunakan program exel masih kurang sehingga kesulitan pada saat melakukan analisis, 3) Partisipasi dari beberapa anggota kelompok pada saat mendiskusikan draf KKM masih kurang, 4) Rendahnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam menyusun KKM khususnya dalam menentukan tingkat kompleksitas baik pada pendidik maupun peserta didik, begitu jua ketika menentukan daya dukung. Hal ini menyebabkan proses diskusi membutuhkan waktu yang lama
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 9, No. 7, Desember 2015
68 Media Bina Ilmiah karena dari 49 orang guru tidak ada yang memiliki kemampuan pengetahuan menyusun KKM cukup, begitu juga dengan keterampilan menyusun KKM. Sedangkan kemampuan komputer, dari 6 responden rata-rata mampu mengoperasikan dan menggunakan program exel dengan baik sehingga sangat membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas dari peneliti. Sedangkan ketidak tercapaian keterlaksanaan Bimbingan Individu yang dilakukan (variabel tindakan) baik mulai dari pemaparan materi tentang menganalisis sampai pada tersusunnya KKM pada siklus I berdasarkan catatan peneliti maupun observer karena kesibukan dari guru, artinya ada beberapa guru tidak secara kontinyu mengikuti kegiatan tersebut karena pada saat yang bersamaan ada kegiatan lain yang harus diikuti meskipun persentasenya kecil, namun akan mempengaruhi pemahaman dari tiap tahap menganalisis . Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (Depdiknas, 2006). KKM adalah merupakan kriteria paling rendah yang harus dicapai oleh peserta didik. Materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD) pada standar isi yang harus dipelajari oleh siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Setiap guru harus menjadikan KKM yang telah ditentukan sebagai acuan dalam penilaian baik itu penilaian dalam bentuk penugasan, ulangan harian, ulangan tengah semester, maupun ulangan akhir semester/ulangan kenaikan kelas. Dengan menjadikan KKM sebagai pedoman dalam penilaian diharapkan mengurangi kekeliruan guru dalam memberikan penilaian terhadap peserta didik. Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah barhak untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik.
_____________________________________________ Volume 9, No. 7, Desember 2015
ISSN No. 1978-3787 PENUTUP a.
Simpulan Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Bimbingan Individu dalam penyusunan KKM oleh kepala sekolah dapat meningkatkan keterampilan guru-guru di SMA Negeri 3 Mataram dalam penyusunan KKM melalui suatu analisis yang didahului dengan melakukan analisis SK/KD. Dari hasil evaluasi kemampuan keterampilan menganalisis KKM pada siklus I untuk persentase ketercapaian daya serap 60.72%, sedangkan pada siklus II menjadi 91.07%; ada peningkatan 30.35%. Dan untuk ketuntasan klasikal pada siklus I 0% manjadi 100% pada siklus II. Terjadi peningkatan 100%. Bila di lihat dari indikator kinerja untuk evaluasi terhadap keterampilan guru dalam menganalisis KKM dapat dikatakan berhasil karena telah mencapai persentase ideal untuk daya serap 85% dan ketuntasan ≥ 86 % dengan kategori sangat tinggi. Untuk aktivitas kepala sekolah sebagai peneliti pencapaian rerata skor pada siklus I adalah 81 dengan kategori tinggi, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 96 (kategori sangat tinggi); ada peningkatan rerata skor sebanyak 30.35 (30%). Bila di lihat dari indikator kinerja untuk pelaksanaan kegiatan Bimbingan Individu dapat dikatakan telah berhasil dengan persentase ideal yang telah melampui ≥ 85 % 2. Pembinaan melalui Bimbingan Individu sangat efektif karena pada kegiatan ini kepala sekolah/peneliti secara langsung dapat melakukan tatap muka bagaimana guru menentukan KKM setiap awal Tahun Pelajaran baru melalui suatu analisis. b. Saran 1. Untuk kepala sekolah, KKM memiliki fungsi sebagi acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaianya berdasarkan KKM yang ditetapkan. Oleh karena Bimbingan Individu oleh kepala sekolah dalam penyusunan KKM sangat baik di kembangkan, sehingga guru tidak lagi menentukan KKM tanpa melalui suatu proses analisis. 2. Untuk Guru, tingkatkan kemampuan profesional sebagai guru dengan penguasaan melalukan analisis dalam menentukan KKM
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 69
DAFTAR PUSTAKA --------------. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: --------------. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: --------------. (2008). Metode dan Teknik Supervisi. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Mataram, (2008). Laporan Akhir identifikasi permasalahan kualitas pembelajaran di Kota Mataram. Mataram:Rizkika consultant Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis. (1997/1998). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 020/U/1998 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Kepala sekolah Sekolah dan Angka Kreditnya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. (2007) Panduan Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal. Jakarta. Kemmis, S dan Mc. Taggart. (1990). The Action Research Planner. Geeleng Deakin University. Pemerintah Republik Indonesia. (2003). Undangundang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: -
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 9, No. 7, Desember 2015