...erwin rizaldi...
1 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Hi, telogrng · settings · logout
Inbox
My Site
Contacts
Groups
Post
Invite
Search
...erwin rizaldi...
Home Blog Photos Reviews Links
Erwin 's posts with tag: dasar fotografi What are tags? You can give your posts a "tag", which is like a keyword. Tags help you find content which has something in common. You can assign as many tags as you wish to each post.
View posts by people in your network with tag dasar fotografi
Mengenal Komposisi
Aug 5, '08 4:14 AM for everyone
Menurut kamus bahasa, komposisi ( composition) berarti sebuah proses penggabungan beberapa elemen menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam fotografi komposisi merupakan sebuah proses yang sangat vital karena dari komposisi itulah sebuah foto bisa becerita, dari komposisi pula sebuah foto terlihat indah dan enak dipandang untuk dinikmati. Berbeda dengan seni lukis yang memulai komposisi dari bidang kosong, kemudian menambahkan elemen-elemen yang dirasa perlu agar pesan lukisannya bisa sampai ketika dilihat orang lain. Komposisi dalam fotografi dimulai dari bidang yang penuh, kemudian satu-persatu elemen yang tidak perlu disingkirkan untuk mencapai tujuan yang sama. Komposisi sangat berkaitan dengan estetika, untuk itu tidak ada peraturan yang mengikatnya, kalaupun ada hanyalah sebatas panduan yang boleh diikuti dan boleh juga tidak dikuti. Untuk itu ada istilah following the rule dan breaking the rule. Tetapi bagaimanapun panduan-panduan dalam menentukan komposisi ini sudah melalui proses studi yang cukup panjang sehingga sangat sesuai dengan indera penglihatan manusia dalam menikmati karya visual ini. Untuk itu tidak ada salahnya panduan ini dipelajari dan dikuasai betul, setelah itu baru putuskan apakah akan mengikutinya atau tidak karena esensi dunia seni sangat tidak terbatas. Sebagai bahan masukan juga, setiap lomba foto formal selalu mendasarkan salah satu penilaiannya pada panduan komposisi ini.
erizaldi
Last Login: Sep 9 Erwin Jakarta, DKI Photos of Erwin Personal Message Add as Contact RSS Feed [?] Report Abuse Block this User [?]
Buatlah simple ( Simplicity) Pada forum-forum kritik foto, sering kita dengar komentar-komentar seperti ini: “simple tapi menarik…”, atau “backgroundnya terlalu ramai sehingga POI kurang menonjol…” dan lain-lain. Tujuan komposisi ini adalah memberikan penonjolan pada object utama foto (point of interest – POI)agar langsung terlihat secara utuh tanpa gangguan elemen-elemen lain yang tidak diperlukan. Karena itu saat melihat sebuah object yang hendak difoto, pastikan benar bahwa elemen-elemen yang masuk kedalam frame kamera adalah elemen-elemen yang benar-bener diperlukan. Cobalah zoom lebih dekat atau cari sudut pandang lain jikalau hal itu terjadi. Perhatikan contoh berikut :
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
2 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Photos View the coolest Pictures, Enjoy & Share for Free, Join Now! Bigadda.com
Gambar 1 Sexy Filipina Women Browse Galleries and Profiles 100% Free Private Messaging akojo.com
$75 Bonus For You Find Out How You Can Get A $75 Bonus Guaranteed. Sign Up Now! www.AffiliateJunktion.com
Gambar 2 Perhatikan gambar 1, object utama tidak terlalu menonol karena penglihatan akan terbagi ke beberapa aspek lainnya yang sama menonjol atau kurang menonjol tapi punya implikasi untuk mengalihkan perhatian. Struktur kayau dermaga yang kompleks bisa menyaingi object utama karena porsi dan intensitas cahayanya seimbang dengannya. Orang-orang yang terlihat di background juga punya andil yang cukup besar untuk mengalihkan perhatian karena orang akan merasa penasaran dengan aktivitas yang sedang dilakukannya.
Email Address Search World's Shortest Email ID @ IN.com Anti-Spam+Virus, Speed Optimized! www.in.com/mail/
Perhatikan gambar 2. Seluruh tumpuan penglihatan hanya tertuju kepada object utama karena tidak ada bagian lain yang akan menarik perhatian yang melihatnya. Semua elemen yang berpotensi mengganggu sudah dihilangkan. Contoh ini menunjukan bahwa zooming atau memfokuskan ke frame hanya ke object utama akan menghasilkan gambar yang simple tapi tepat sasaran.
Gambar 3
Gambar 4
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
3 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Pada gambar 3, object utama duduk di dermaga dengan background kapal-kapal yang sedang bersandar. Background dibutuhkan untuk memberikan cerita dan suasana di dermaga. Masalahnya adalah background terlalu ramai sehingga perhatian akan terpecahkan dan object utamanya sendiri menjadi agak kurang menonjol. Gambar 4, memperbaiki kondisi tersebut tanpa menghilangkan suasana dermaganya, porsi kapal hanya diberi sedikit sehingga object utama menjadi lebih menonjol. Contoh ini memperlihatkan bahwa hanya dengan menggeser sudut pengambilan gambar, simplicity bisa didapatkan. Hindari penumpukan object ( merger ) Penumpukan object akan sangat mengganggu object utama (POI) karena bisa merusak keindahannya dan mengurangi rasa nikmat dalam melihatnya. Perhatikan contoh berikut :
Gambar 5
Gambar 6 Perhatikan gambar 5, posisi kamera tepat sejajar dengan kepala object utama bahkan terkesan menyatu dengan bagian rambut karena tidak ada pemisah. Kondisi ini adalah salah satu yang bisa dikategorikan sebagai penumpukan. Model yang harusnya terlihat cantik akan terganggu oleh keberadaan elemen kamera yang tidak pada tempatnya. Gambar 6, diambil dari sudut tembak yang lain dan memperbaiki kondisi yang ada. Bisa dilihat gambar 6 terlihat lebih menarik dibandingkan dengan gambar 5. Rule of Third Panduan komposisi rule of third mungkin yang paling populer dan paling sering diterapkan. Pada prinsipnya panduan ini adalah menempatkan object utama tidak pada tengah frame tetapi pada salah satu dari 1/3 bagian sisi pojok foto, lihat grafik berikut.
Gambar 7. Skema Rules of Third Menempatkan object utama di tengah frame akan menghasilkan foto yang kurang dinamis dan terkesan snapshot. Menempatkan object utama pada prinsip rule of third akan memberikan efek yang
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
4 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
lebih dinamis. Dan berdasarkan penelitian, mata kita memang lebih terasa nyaman pada posisi tersebut.
Gambar 8
Gambar 9
Gambar 10
Gambar 11 Perhatikan gambar 8, pada gambar ini object utama tepat berada di tengah frame, foto seperti ini biasanya dihasilkan dari para pemula yang melakukan snap shot. Begitu melihat object, langsung ditempatkan pada tengah frame mengikuti titik focus tengah lalu jepret tanpa berfikir untuk melakukan rekomposisi atau menggunakan bagian titik focus sisi yang lain (pada kamera-kamera terbaru). Hasilnya dikenal dengan sebutan dead center. Foto seperti ini terlihat tidak dinamis.
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
5 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Gambar 9, 10 dan 11 memperlihatkan contoh komposisi yang sesuai dengan rule of third. Penempatan object utama dan object lain diposisikan pada setiap titik persilangan garis. Pada gambar 9, si anak diposisikan pada titik kanan bawah dan sepeda diposisikan pada kiri bawah. Foto ini menjadi lebih dinamis dan enak untuk dilihat karena posisinya tersebut. Gambar 10, mempelihatkan nelayan di atas rakit yang diposisikan pada titik kiri atas dan gambar 11, memperlihatkan bayi yang menangis yang menjadi object utama foto ini dan diposisikan pada titik kiri atas. Mengikuti rule of third sangatlah mudah, cukup membayangkan empat titik tersebut saat membidik lalu putuskan pada titik mana object utama akan ditempatkan. Golden Mean Golden mean juga dikenal dengan golden section adalah sebuah panduan komposisi yang didasarkan pada perhitungan matematika yang unik.
Gambar 12. Formula Golden Section Panduan komposisi ini pertama kali didokumentasikan oleh seniman yunani kuno dan sampai saat ini masih digunakan meskipun popularitasnya agak tertutupi oleh panduan komposisi rule of third. Prinsipnya panduan kompoisi ini hamper sama dengan rule of third namun titik interesnya lebih sempit sekitar 5% kearah tengah. Perhatikan gambar berikut:
Gambar 13. Rule of third vs Golden Mean Pada teorinya golden mean ini bisa digunakan pada semua scene foto, tapi pada prakteknya lebih mudah diaplikasikan pada foto portrait formal/klasik. Pada scene lain lebih mudah menggunakan komposisi rule of third.
Gambar 14. Golden Mean vs Rule of third
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
6 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Gambar 15. Golden Mean Perhatikan gambar 14, garis kuning yang berada disebelah luar adalah panduan komposisi rule of third dan garis putih yang berada dibagian dalam adalah panduan komposisi golden mean. Golden mean sangat cocok untuk portrait wajah karena point of interestnya ada pada bagian mata dan sangat sesuai dengan besaran rasionya. Perhatikan juga gambar 15 untuk contoh lainnya. Balance Dalam fotografi balance berarti mengisi frame dengan porsi yang kurang lebih seimbang, bisa oleh elemen object, warna ataupun contrast. Sebuah foto dengan komposisi yang balance akan terasa saat kali pertama dilihat begitu juga sebaliknya. Perhatikan contoh berikut;
Gambar 16 Pada gambar 16, satu bagian terisi oleh elemen object yaitu seorang wanita cantik, meskipun pandangan menyapu kearah kiri sehingga kesan dinamis terlihat, foto ini tetap timpang, tidak balance. Bagian kosong dalam frame ini telalu lebar sehingga terasa ada sesuatu yang kurang ketika melihatnya.
Gambar 17 Pada gambar 16, kekosongan ruang yang mengakibatkan foto terasa tidak seimbang diperbaiki dengan hanya menambah satu elemen kecil saja yaitu sebuah lilin yang menyala. Jadi balance tidak perlu elemen yang sama besar, yang terpenting adalah jangan sampai membiarkan ada kekosongan yang terlalu besar dalam frame foto tersebut.
Gambar 18
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
7 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Pose juga bisa menjadikan sebuah komposisi menjadi balance atau tidak balance. Gambar 18 adalah contoh pose yang memberikan kesan balance pada foto. Shape/bentuk pose yang membentuk segitigalah (triangle shape) yang menjadikan kesan balance tersebut. Banyak contoh-contoh lain dan Kasus yang lain yang bisa dijadikan contoh, namun karena keterbatasan resource tampaknya contoh diatas bisa dijadikan panduan tentang bagaimana sebuah komposisi yang balance. Sekali lagi yang terpenting adalah jangan sampai ada kekosongan yang terlalu luas dalam sebuah frame. Framing Dalam komposisi, framing adalah memberikan elemen-elemen tertentu diantara object utama sehinga membuat kesan object utama tersebut berada dalam sebuah bingkai/frame. Frame tersebut bisa berbentuk apa saja, bisa dedaunan, bisa bidang gelap, bisa jendela ruma, kaca pecah dan lain-lain yang tidak terbatas jumlahnya. Diperlukan pemikiran kreatif memang untuk mendapatkan komposisi framing yang menawan. Perhatikan contoh berikut:
Gambar 19
Gambar 20
Gambar 21 Gambar 19, 20 dan 21 adalah contoh komposisi dengan menggunakan framing. Sekali lagi contohnya sangat luas, yang saya coba tampilkan di sini adalah contoh-contoh yang saya miliki saja. Pada gambar 20, meskipun daunnya tidak begitu banyak, tetap saja kesan yang diberikan seakan object
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
8 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
utamanya berada dalan frame daun tersebut. Gambar 21, object utama berada dalam bingkai yang berupa cermin. Banyak hal bisa menarik kalau kita cermat menjadi sesuatu sebagai frame dan kabar baiknya adalah modal yang dibutuhkan hanyalah kreatifitas. Line & Curve Komposisi ini berdasarkan pada garis dan curve yang membentuk arah penglihatan menuju object utama. Secara tidak sadar mata kita selalu mengikuti arah garis jika melihat sebuah foto yang memang ada garisnya, untuk itu sebagai fotografer kita dituntut untuk bisa memanfaatkan garis ini semaksimal mungkin untuk menggiring mata yang melihat foto yang kita ciptakan ke object utama. Garis bisa berupa apa saja, bisa jalan, sungai, pagar, tali atau bahkan bayangan. Garis adalah hal yang setiap hari bisa kita temui di mana saja, ia bisa menggabungan beberapa elemen menjadi satu kesatuan atau bisa memisahkannya menjadi bagian-bagian yang berdiri sendiri. Komposisi line & curve bisa berupa komposisi diagonal, vertical, horizontal dan kurva atau garis lengkung yang masing-masing bisa membentuk mood tersendiri. Vertical biasa digunakan untuk kesan kuat yang diterapkan pada cityscape. Horizontal bisa memberikan mood kedamaian, biasanya diterapkan pada landscape, diagonal memberikan mood pergerakan dan kurva memberikan mood elegan seperti yang sering diterapkan pada portrait wanita dengan menggunakan S-curve. Perhatikan contoh-contoh berikut:
Gambar 22
Gambar 23.
Tags: dasar fotografi
share 9 comments
Apa dosa OE / UE ???
Jul 17, '08 2:04 AM for everyone
Berikut ini adalah diskusi ringan dan singkat mengenai OE/UE di website Jakarta Photo Club, dengan izin moderator JPC saya copy paste ke blog ini dengan harapan bisa menambah wawasan kita mengenai masalah ini dan fotografi secara umum. Silahkan, komentar dan saran dipersilahkan. Author
Erwin Rizaldi
Message Ada dua hal yang menarik saya untuk membuat thread ini: pertama, mengutip kata-kata pak Deniek, pembicara pertemuan 3 mingguan JPC semalam. Beliau mengatakan bahwa yang terpenting dari sebuah foto adalah kepuasan batin saat foto itu dibuat, bukan foto yang sempurna karena memang tidak ada juga foto yang sempurna. Kedua, pagi ini saya membuka karya-karya maestro fotografi di antaranya Bill Brandt (http://www.masters-of-photography.com/B/brandt/brandt.html). Yang menarik adalah sebagian besar fotonya benar-benar tinggi kontrasnya sehingga highlight menjadi washout dan shadow menjadi Hitam pekat. Saya langsung tersenyum melihat foto-foto tersebut, apa jadinya kalau foto-foto tersebut di upload di JPC ini, komentar yang muncul pasti ... wah sayang OE yah ...wah sayang UE yah :) dengan variasi nilai tentunya.
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
9 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Sengaja saya beri judul begitu supaya sedikit provokatif, mohon pendapat dan pemikiran rekan-rekan JPC dalam diskusi ini. Semoga dengan diskusi ini bisa membuka wawasan saya dan kita semua dalam setiap aspek fotografi.....terutama dalam menyikapi OE/UE (saya lebih sreg kata-kata kehilangan detail pada highlight dan shadow) Salam :) 2008-07-12 11:48:18
Nah ini dia topik yang di tunggu tunggu. Pak Erwin mengangkat topik ini dengan sangat baik, suatu awal diskusi yang sangat menarik. Mari kita sama sama berdiskusi, saya pribadi juga kadang masih salah kapra dengan hal ini. Johannes Go
Kadang kita cepat mengomentari suatu foto itu OE atau washout atau hitam pekat seperti ngeblok tanpa melihat konsep foto itu. Termasuk saya juga hehehe. Menurut saya (belum tentu benar loh), sebuah foto tergantung konsep dan hasil akhirnya seperti apa. Foto foto seperti foto jurnalistik, justru moment yang nomor satu. Foto foto dekoratif, yang penting artisitik dan enak di pandang. Untuk foto foto nature, di utamakan unsur alaminya. Foto modelpun juga beda - beda, bisa bermain di Hi Key atau Low Key, atau foto normal biasa dengan mengutamakan tone yang natural.
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
10 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Semua tergantung konsep. Jadi yang salah itu bukan OE atau over under, tetapi menurut saya, OE dan over under di tempatkan pada tempat yang sesuai konsepnya. Kapan? kita yang menentukan kemana foto kita mau di bawa. ini contohnya: http://www.jakartaphotoclub.com/public/burgy/2008/23578.php. Untuk foto foto landscape nature, bagi saya, tetap dijaga natural nya, detailnya, jangan sampai OE atau terlalu under sampai hilang detail di bidang shadow. Tapi sekali lagi, nggak mutlak karena kalau kita motret di nuansa yang low light seperti sun rise, sunset, night shot, bidang shadow yang ngeblok tidak masalah, selama porsi nya tidak menggangu. Semoga dengan terus menerus melihat foto foto referensi, kita semakin terus belajar untuk tidak salah kapra.. Thanks for bung Erwin untuk mengangkat topik ini. Salam
2008-07-12 17:03:47
Rully Bomil C
Maaf saya org baru mau ikut nimbrung,menurut saya sebuah karya OE atau UE msh oke kalau hasil karya dari fotografer yg konsisten dgn gayanya,bukan hasil sebuah kecelakaan apalagi dibuat-buat, contoh spt karya2 Davi Linggar,Marsio yg mungkin kl diupload di Jpc akan dibantai habis,tp karya2 mrk terkenal mahal lho...tp sayang di Jpc ini hanya beberapa org saja yg karya2nya terlihat 'mahal'...(ma'af lg, sebagai contoh disini lg demam jadul yg dibuat2,senua serba settingan tanpa terasa ruh jadul dr sang fotografernya)...saya jg melihat ada foto milik seseorang yg rajin ksh komentar (walaupun cuma ikut2an) dpt komentar dan point bisa lbh dari 200,padahal dari segi kualitas buruk sekali (salah satu fotonya diambil dr dlm mobil http://www.jakartaphotoclub.com/public/Than87/2008/24055.php,tonenya tanggung,miring,tidak fokus dan msh banyak kecacatan sbg sebuah karya seni...) hal ini benar2 tidak mendidik,bagaimana JPC? 2008-07-12 20:04:53
wah...bisa panjang dan tidak akan habis2nya kalau kita bicara OE atau UE...itu bagus atau tidak.... kalau kita ambil sebuah contoh karya fotografer terkenal dan setidaknya komersial.... maka kita tidak bisa lagi memberikan bahwa itu OE atau UE.., karena namanya sudah mempengaruhi karyanya...., jadi teori dalam suatu ilmu apa saja, kalau teori dengan praktek bisa berbeda 180 derajat.... saya ambil contoh saja , saya seorang arsitek..., dalam mempelajari sewaktu kuliah, bahwa design harus begini dan begitu... , tapi setelah terjun kelapangan...'begini dan begitu' nya sudah tidak berlaku..., Saelanwangsa sekarang tergantung kitanya bagaimana memberikan kepercayaan kepada client bahwa itu bagus.... Sama seperti halnya fotografi, bahwa kita dalam sharing seharusnya memegang teguh, bahwa OE itu tidak akan menghasilkan detail [ mutlak], sedangkan UE kelihatannya tidak akan menghasilkan detail, tapi detail itu akan terlihat kalau diterangkan lagi, tapi, ada tapinya akan terjadi di sekitar yg UE itu akan menjadi kasar atau akan timbul noise.... nah dengan kejadian itu saja kita sudah dapat ambil suatu kesimpulan bahwa bahwa memang OE atau UE itu kurang begitu baik untuk fotografi, karena kalau suruh saya pilih EO atau tidak, saya opasti pilih tidak OE, kalau disuruh UE atau tidak..? saya pasti pilih tidak under...., kecuali ada suatu karya yg memang momentnya tingkat kesulitannya memang sangat tinggi, sehingga ada bidang yg OE atau UE.. maka saya akan pilih moment yg tingkat kesulitannya tinggi dong.. karena tidak akan dapat lagi moment itu...! coba kita lihat karay yg di tampilkan diatas seorang model wanita nude, tapi detailnya sudah tidak terlihat, saya bisa bayangkan kalau detailnya terlihat...karya itu jauh lebih bagus... dengan dimensinya akan keluar.... Saya pribadi kalau melihat suatu karay tidak pernah akan mau dipengaruhi nama besar seseorang..., kalau memang nggak bagus,, bilang aja jelek...! Dalam dunia fotografi sangat sulit bahwa kita katakan itu benar , itu salah... karena dunia fotografi itu adalah salah satu karya seni, sedangkan karya seni itu bukan ilmu pasti...., jadi selera bisa mempengaruhinya... Dalam sharing di web ini, saya lebih berperinsip bahwa "OE atau UE"itu kurang baik...dan harus usahakan detail harus terlihat... kecuali di bidang2 yg kurang penting... dan saya ambil contoh lagi, kalau kita mengikuti sebuah lomba foto atau salon foto indonesia..., kalau ada sebuah karya yg OE atau UE, pasti out..., tidak ada tawar menawar..., karena point yg penting dalam dunia fotografi apalgi dalam salon foto, itu teoritisnya dipakai..., karena bukan komersial, jadi disana di uji bagaimana seorang fotografer bisa menghasilkan karya yg benar2 prima dan ideal..! bukan lagi selera yg berbicara, tapi teori yg menentukan, apakah dia seorang fotografer yg menguasai teori itu.... kalau tidak percaya, coba kirim karya anda di salon foto yg akan di selenggarakan di malang..., kalau OE atau UE pasti tersingkir..., tapi dgn karya yg sama kalau anda jual dgn tujuan komersial...bisa laku.... dan 'kesalahan umum' itu bisa dimaklumi. 2008-07-12 20:40:22 hehehehehe...well said bang saelan... saya setuju ama bang saelan....
2008-07-13 15:11:06 Edward Chen
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
11 of 26
Edward Chen
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Tambahan saja, ada dua tipe kepuasan batin dalam berkarya. Ada artist yang puas apa adanya sesuai keinginan hatinya setelah karyanya selesai. Jadi tidak peduli deh komentar orang lain. Jadi kalau dibilang bagus yah syukur kalau tidak, cuek2 saja. Tapi ada juga orang yang senang "dipuji" kalau karyanya bagus. Baginya kepuasan tersendiri kalau mendapat acknowledgement/credit dari orang2 sekitar. Ini dulu saya pelajari di ilmu psikologi. Jadi kalau anda tipe pertama, berarti tidak ada batasan dalam berkarya. Sky is the limit. Kata orang bule..beauty lies in the eye of beholder. Mau OE/UE....yang penting saya suka hasilnya, saya puas. Kalau anda tipe kedua, yah buatlah karya yang disenangi oleh rata2 kritisi photographer. Rule of 1/3, correct exposure, bla..bla..dst. 2008-07-13 15:21:37 Menarik diskusi ini, sampai sini kita bisa ambil beberapa poin dari pendapat-pendapat di atas, mungkin dari poin-poin ini bisa dijadikan patokan bagi rekan-rekan lain yang ingin mengungkapkan pemikiran atau pendapatnya tentang masalah, dan setidaknya dari diskusi ini bisa diambil satu pengetahuan yang lebih utuh tentang masalah OE/UE sehingga kita bisa mengkritisi sebuah foto lebih bijak lagi.
Erwin Rizaldi
1. OE/UE bisa benilai "jual" jika si fotografer mempunyai konsistensi ke arah itu dan yang pasti foto tersebut OE/UE bukan karena "kecelakaan" tetapi merupakan hasil pemikiran fotografernya dan menjadi ciri khas tersendiri untuknya. 2. Secara teori/teknis, OE/UE tidak bisa dibenarkan kecuali untuk bagian-bagian yang kurang penting. Sebagai pertimbangan adalah foto yang masuk lomba foto, OE/UE akan menjadi syarat mutlak apakah foto itu bisa lolos saringan atau tidak. 3. Pada kepuasan pribadi atau komersial, batasan OE/UE menjadi batasan seni yang bersifat subjectif dan tidak mempunyai panduan benar atau salah. 4. Pada foto-foto tertentu semisal landscape, OE/UE memang disarankan tidak terjadi karena akan mengganggu keindahan foto secara keseluruhan. 5. Karya yang mengikuti aturan teknis fotografi, biasanya disukai oleh rata-rata kritisi foto. Silahkan ditambahkan, dikurangi atau dikoreksi. Saya tunggu pendapat dari rekan-rekan yang lain. 2008-07-13 20:06:58 Menarik mendiskusikan soal ini, Over Exposure dan Under Exposure. Kadang2 kita memang terjebak dalam dua hal ini kalau kita melihat atau menilai foto yg kontras high light nya tinggi atau shadow nya terlalu gelap. Kadang kita berpendapat bahwa foto2 tsb OE atau UE.
Ishaq Pagar Alam
Apa sih sebenarnya OE (over exposure) itu? Menurut istilah fotografi Over Exposure: Improper exposure causing an image to look too light. There is a lost of detail in bright area. Artinya OE itu disebabkan oleh exposure yg tdk tepat shg menimbulkan foto jadi terlalu terang dan kehilangan detail. Dan pada foto berwarna cenderung kehilangan warna atau wash out. UE (under exposure): Improper exposure causing an image to look too dark. There is a lost of detail in dark area. Artinya UE itu adalah suatu gambar yg exposurenya tidak tepat shg tampak terlalu gelap dan kehilangan detail pada area gelap. Jadi jika sbh foto terlalu gelap dan kehilangan detail di area gelap maka dikatakan UE. Kenapa sih detail sangat perlu dlm sbh foto? Ideal nya sbh foto adalah alat komunikasi utk menyampaikan informasi kpd penikmat nya ttg suatu hal, lha kalau detail nya hilang maka informasi yg ingin disampaikan juga hilang atau berkurang maka pemirsanya bisa bingung dan bertanya : "ini nih foto apaan"? Jadi menurut saya foto yg disbt OE atau UE adalah foto yg kehilangan detail pada area terang atau gelap. Tapi walaupun sbh foto nampak terang atau gelap tapi tidak kehilangan detail maka belum bisa dikatakan OE atau UE. Jadi Apa sih dosa nya OE atau UE? Dosa terbesarnya adalah kehilangan detail. Lantas bagaimana dg foto2 sang maestro Bill Brant? Apakah OE atau UE? Menurut saya tidak, sbb yg saya lihat dr foto2 tsb walupun terang atau gelap tp tidak kehilangan detail. Dan foto2 ini merupakan Style nya si Bill Btandt. Untuk menjadi terkenal dan top maka salah satu syaratnya memang harus punya style atau ciri khas dan tampil beda. Dan jangan salah bahwa foto2 Bill Brandt tsb adalah foto hitam-putih yg mmg hrs menonjol warna putih maupun hitamnya. Kalau foto hitam-putih banyak di dominasi warna abu-abu belum bisa dikatakan foto hitam putih atau murni hitamputih. That's my two cent 2008-07-13 22:35:36
Yaaaah..garis besarnya kembali kepada selera masing2 yg melihat photo tsb...dan dimana menempatkan mana yg bagus jika ada unsur OEnya... Salam... 2008-07-13 22:43:14 ferdiansyah abikusna Tags: dasar fotografi
share 8 comments
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
12 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Jun 6, '08 3:48 AM for everyone
White Balance
Apakah white balance itu? Pada prinsipnya, white balance adalah sebuah fitur yang menyuruh kamera untuk menentukan dahulu warna putih seperti yang terlihat oleh mata kita. Hanya itu? Ya hanya sesederhana itu. Pada prosesnya, setelah warna putih ditentukan maka kamera akan menyesuaikan semua object yang berada dalam frame yang kita bidik ke warna putih tadi sehingga hasil yang dikeluarkan bisa akurat seperti halnya mata kita memandang object tersebut. Dalam fotografi digital, white balance sangat memegang peranan penting bagaimana hasil akhir sebuah foto akan terlihat. Dalam fotografi analog peranan white balance ini dilakukan oleh filter-filter berwarna yang penggunaan warnanya disesuaikan dengan kondisi sumber cahaya yang ada. Lantas mengapa white balance dan filter tersebut sampai dibutuhkan? Apa yang menyebabkannya? Marilah kita bahas tentang masalah ini. Cahaya dan sumber cahaya Mata manusia mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan penglihatannya pada setiap kondisi yang berbeda sehingga pada kondisi bagaimana ekstremnya pun manusia tetap bisa mengenali mana object yang berwarna putih, mana object yang berwarna merah, hijau, biru dan selanjutnya. Pada siang hari kita bisa melihat kertas putih sebagai warna putih, daun hijau sebagai daun hijau, pada malam hari pada penerangan lilin, kita masih bisa melihat hal yang sama, juga pada kondisi lampu disko yang beragam warna, kemampuan mata kita masih tetap bisa menentukan hal tersebut. Kemampuan ini sayangnya tidak bisa diterapkan pada tools buatan manusia yang kita kenal sebagai kamera. Kamera tidak bisa menentukan warna selain dari spectrum warna cahaya yang ditangkap oleh sensor. Masalahnya adalah ketika sebuah object terkena cahaya dari satu sumber cahaya, warna cahaya dari sumber cahaya tersebut akan melapisi objek tersebut. Artinya jika kertas putih terkena cahaya lilin, maka warna kertas putih tersebut akan berwarna kekuningan/orange. Spektrum cahaya dengan warna inlah yang kemudian akan ditangkap oleh sensor kamera. Maka putih tidak lagi menjadi putih pada hasil foto, tetapi kekuningan/orange. Warna cahaya dari sumber cahaya ditentukan oleh derajat panas yang ditimbulkannya. Satuan yang digunakan untuk derajat panas ini ditentukan oleh kelvin (K). Semakin panas derajatnya maka warnanya semakin dingin (cool). Merah adalah derajat panas paling rendah dan biru adalah derajat panas paling tinggi. Perhatikan gambar berikut: Dari gambar tersebut jelas terlihat bahwa semakin rendah derajat kervin suatu sumber cahaya maka semakin hangat (warm) warna cahayanya, itulah sebabnya foto dengan sumber cahaya lilin berwarna kemerahan begitu juga halnya dengan foto pada saat pagi menyingsing. Sebaliknya foto tengah hari, hamper tidak ada mood warnanya dan foto dalam ruangan dengan lampu fluorescent cenderung kebiruan. Fungsi dari seting white balance di dalam kamera sebenarnya adalah menetralkan warna cahaya tersebut agar tidak terlalu kemerahan atau kebiruan dengan patokan bahwa warna putih yang terlihat oleh mata harus terlihat putih di dalam foto agar hasil foto tersebut natural atau apa adanya untuk dilihat. Dengan kondisi tersebut maka derajat panas pada seting white balance adalah kebalikan dari derajat panas sumber cahaya sebenarnya. Artinya derajat Kelvin paling tinggi pada setting white balance adalah berwarna merah dan sebaliknya derajat terendahnya berwarna biru. Perhatikan gambar berikut:
Gambar 2. Spektrum warna
Gambar 2. memperlihatkan ketika sumber cahaya membawa warna cahayanya pada suatu objek maka spectrum warna yang akan ditangkap oleh sensor kamera adalah seperti itu. Hal ini menyebabkan warna object yang kita lihat akan berubah warna sesuai dengan sumber cahayanya.
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
13 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Gambar 3. Kompensasi spektrum warna
Untuk mendapatkan warna yang sesuai dengan penglihatan tanpa terpengaruh oleh perubahan warna yang ditangkap tersebut maka kamera perlu melakukan kompensasi atas warna tersebut. Gambar 3. mempelihatkan proses tersebut yang dikenal sebagai white balance. Apakah Auto WB tidak cukup? Sama halnya dengan auto exposure, apa yang dilakukan oleh auto WB juga sama. Kamera akan menilai object mayoritas yang berada dalam frame kemudian melakukan kalkulasi dan analisa. Data analisa tersebut kemudian diperbandingkan dengan database yang dimiliki kamera kemudian diambil setting terbaik untuk scene tersebut. Sekali lagi kamera hanya akan mengira-ngira berdarkan object yang berada dalam frame. Kita ambil sebuah contoh: Jika pada sebuah frame didominanasi oleh warna merah, maka kamera akan menganggap bahwa frame tersebut kemerahan dan kecenderungan kamera jika menemukan hal seperti itu adalah memberikan kompensasi agar frame tersebut tidak menjadi kemerahan, maka kamera akan menambah warna biru sebagai kompensasinya. Hasil akhirnya gambar yang kita lihat memang berwarna merah, menjadi sedikit kebiruan karena kompensasi yang diberikan oleh kamera tadi. Prinsip ini sama persis dengan exposure, ketika frame didominasi warna putih, maka kamera akan menjadikannya warna mid grey, lihat metering untuk lebih jelasnya. Selain Auto WB fitur-fitur apakah yang disediakan oleh kamera untuk setting WB? Setidaknya setiap kamera akan memiliki symbol-simbol pada gambar di atas untuk sarana seting WB. Kelvin, akan memberikan keleluasaan kepada fotografer untuk mencoba-coba berapa derajat yang cocok untuk scene yang sedang dihadapinya. Tungten, fluorescent, daylaigh, dll, merupakan preset yang telah dibuat untuk kondisi scene dengan sumber cahaya sejenis. Tapi sekali lagi semua fitur tersebut adalah berupa kira-kira dan bukan satu kepastian. Fitur yang paling baik memberikan kepastian WB adalah custom WB. Dengan fitur ini kita bisa menset WB pada kondisi yang sama dengan sumber cahaya. Cara paling popular adalah dengan menggunakan kertas putih. Pada arena yang sama dengan sumber cahaya yang ada, kertas putih dizoom sehingga seluruh frame berisi kertas tersebut, focus biasanya diset manual dan set exposure yang tepat kemudian tekan shutter speed. Data kertas putih tadi menjadi dasar warna putih untuk pengolahan warna object keseluruhan. Saat ini set custom bahkan lebih mudah lagi, hanya dengan memasang sejenis filter di depan lensa, kemudian melakukan proses perekaman data seperti tadi, maka WB yang tepat sudah bisa didapat. Pabrikan yang mengeluarkan metode baru tersebut Expo Disc, saying harganya masih cukup mahal. Untuk membedakan hasil seting WB, contoh berikut bisa mudah-mudahan bisa memberikan pandangan, suasana ruangan memakai lampu compact fluorescent dengan K 6500 (data spec dari manufaktur).
Cool white flourescent
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
14 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
White fluorescent
Auto
Shade
Custom
Dalam pandangan mata saya setelah dibandingkan dengan bonekanya pada saat itu, hasil custom sangat mendekati warna aslinya. Dengan mengetahui prinsip kerja kamera seperti itu maka akan menjadi jelas bagi kita untuk bisa menentukan kapan Auto WB bisa diandalkan dan kapan manual atau customize WB harus dilakukan. Tags: dasar fotografi
share 9 comments
Jun 1, '08 10:53 PM for everyone
Depth of Field (DOF)
Masih seputar tutorial dasar buat fotografi. Setelah kita bahas exposure dan metering maka saat ini kita akan bahas tentang depth of field (DOF). Bahasan ini mempunyai kaitan dengan aperture dan exposure, karena bukaan diafragma akan mempengaruhi DOF sekaligus mempengaruhi exposure secara keseluruhan.
Secara garis besar, rumusnya adalah sebagai berikut: DOF semakin dangkal, maka background semakin blur DOF semakin dalam, maka background semakin jelas Untuk mendapatkan kondisi tersebut maka, tiga hal berikut bisa dilakukan: 1. Semakin besar bukaan diafragma (angka aperture kecil) maka semakin dangkal DOFnya. Sebaliknya semakin kecil bukaan diafragma (angka aperture besar) maka
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
15 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
semakin dalam DOFnya.
Bidang putih dalam gambar memperlihatkan rentang ketajaman dari sebuah gambar, sedangkan warna abu-abu adalah bagian gambar yang tidak focus (blur). Semakin bear bukaan diafragma, semakin sempit rentang ketajaman gambarnya. 2. Semakin dekat jarak ke titik focus maka semakin dangkal DOF, semakin jauh jarak ke titik focus maka semakin dalam DOF
3.
Semakin panjang focal point yang digunakan semakin dangkal DOF, Semakin pendek Focal point yang digunkaan semakin dalam DOF.
Untuk hal ketiga (focal length), memang masih menjadi perdebatan karena menurut beberapa pendapat, DOF yang dihasilkan hanyalah merupakan persepsi saja karena semakin panjang Focal length maka gambar yang tampak akan semakin besar dan ini mengakibatkan DOF terlihat semakin nyata. Sedangkan pada focal length pendek, DOF tidak begitu terlihat, tetapi jika dilakukan cropping maka DOFnya sebenarnya sama saja. Terlepas dari pendapat tersebut, Focal length yang panjang memang memberikan persepsi DOF yang lebih dangkal.
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
16 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Aperture 4,5mm dengan FL 85mm
Aperture 11mm dengan FL 85mm
Aperture 22mm dengan FL 85mm
Aperture 22mm dengan FL 85mm dengan jarak fokus lebih jauh
Ada beberapa kajian tentang DOF ini, namun yang paling penting bagi fotografer hanyalah bagaimana menentukan sebuah object lebih menonjol dari object lainnya atau bagaimana semua object terlihat tajam secara keseluruhan. Next: White Balance… Tags: dasar fotografi
share 4 comments
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
17 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
May 21, '08 1:59 AM for everyone
Metering
Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah metering dan focusing adalah dua hal yang berbeda, meskipun keduanya bisa dilakukan secara bersamaan dan pada sebagian besar pemula hal tersebut dianggap sama J. Saya juga dulu menganggap demikian, bidikan kamera pada object yang hendak dijadikan POI, tekan tombol shutter setengah, rekomposisi lalu jepret. Kapan metering dilakukan? Ya itu tadi pas tombol shutter ditekan setengah. Ketika melihat hasilnya, cuma senyum-senyum saja, kok begini ya… Pada kamera DSLR, tentunya ada sebuah tombol yang namanya AEL/AFL (Auto exposure Lock/Auto Focusing lock). Fungsi tombol tersebut bisa bergantian dengan fungsi tombol shutter yang ditekan setengah. Untuk settingnya, silahkan buka buku manual kamera masing-masing. Fokusing harus diarahkan ke POI tetapi metering tidak harus diarahkan ke POI. Metering bisa diarahkan ke mana saja bahkan bisa juga dan dianjurkan diarahkan ke grey card. Untuk itulah maka tersedia exposure lock pada kamera, yaitu untuk bisa mengunci exposure pada bagian lain dan fokusing dan komposisi pada bagian lain. Metering sangat erat kaitannya dengan exposure yang telah dibahas pada bagian terdahulu. Secara garis besarnya metering adalah melakukan pengukuran pada suatu object utama (POI) agar mendapatkan exposure yang tepat. Metering adalah juga pengamatan terhadap cahaya, pengamatan terhadap highlight, shadow dan middle tone lalu memutuskan pada bagian manakah exposure akan didasarkan, ataukah akan diambil nilai rata-rata terhadap kondisi yang ada. Metering adalah jiwa dari fotografer, semakin paham dan piawai dalam satu masalah ini maka akan semakin mendekatilah apa yang ada dibenak fotografer dengan foto yang dihasilkannya. Bukankah kita selalu berkeluh kesah, wah…saya maunya begini kok hasilnya begitu…semua itu adalah masalah metering, jadi perdalam masalah ini dan hasil foto yang diharapkan akan bisa didapatkan. Metering kamera bekerja dengan mengkalkulasi object menjadi middle grey. Kalau kamera diarahkan pada object berwarna putih terang yang memenuhi frame kamera maka metering kamera tersebut akan menset object tersebut menjadi middle grey, maka hasilnya akan under exposure. Kalau kamera di arahkan pada object hitam pekat yang memenuhi frame kamera maka metering kamera akan mensetnya juga menjadi middle grey, maka hasilnya akan menjadi over exposure. Bukankah itu yang sering kita alami? Perhatikan diagram 1 berikut untuk memperjelas pemahaman mengenai masalah ini.
Diagram 1. Kamera akan mengkalkulasi ke middle grey
Setelah mengenal apa itu metering, langkah selanjutnya adalah mengetahui bagaimana metering itu bekerja. Untuk itu perlu dipahami dulu amunisi apakah yang dimiliki oleh kamera untuk masalah metering ini. Secara umum sebuah kamera saat ini paling tidak telah dilengkapi oleh 3 buah jenis metering: 1. Matrix metering 2. Center Weight Metering 3. Spot Metering Ketiga jenis metering tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan dan tergantung pada kondisi pencahayaan yang dihadapi. Bagaimana kelebihan dan kekurangannya serta aplikasinya, mari kita bahas ini lebih jauh. Matrix metering Matrix metering adalah penemuan terbaru dari sistim metering kamera. Metering ini bekerja dengan cara membagi frame ke dalam grid-grid kecil. Setiap grid akan di analisis oleh kamera dan hasilnya akan digabungkan untuk dicocokkan dengan database yang telah disimpan didalam sebuah processor dalam kamera tersebut. Hasil kecocokan tersbut adalah hasil metering yang akan digunakan untuk merekam foto
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
18 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
yang kita bidik. Database itu sendiri adalah hasil exposure dari ribuan sample exposure berbagai kondisi pencahayaan yang dihasilkan oleh ratusan fotografer profesional. Untuk itu pabrikan kamera mengklaim bahwa metering system ini sangat ampuh dan presisi untuk digunakan dalam berbagai keadaan. Kalau metering ini digunakan maka maka kasus object putih, kita tidak lagi perlu melakukan kompensasi penambahan exposure untuk mendapatkan hasil putih seperti yang terlihat, atau pengurangan exposure pada warna hitam untuk mendapatkan warna hitam seperti yang terlihat. Jika sistem metering ini sangat ampuh, mengapa di setiap kamera masih disediakan metering yang lain? masih ada center weighted dan spot metering. Pertanyaan sederhana namun sedikit sulit dijawab. Tapi bagaimanapun kompleknya sistem ini dan bagaimanapun banyaknya database yang tersedia, tetap saja kondisi yang kita hadapi adalah unik. Yang dilakukan oleh kamera adalah tetap menghitung rata-rata dari kondisi yang ada. Kita bisa puas dengan hasilnya atau tidak. Center weight metering Metering ini menekankan pada bagian tengah foto, dengan asumsi bahwa POI sebuah foto biasanya berada ditengah. Perhatikan gambar berikut. Apa yang dilakukan oleh sistem metering ini adalah melakukan analisa dan mengambil nilai rata-rata dari kondisi pencahayaan yang terjadi pada bidang tengah foto. Bagaimanapun nilai yang dihasilkan adalah nilai rata-rata, maka akan selalu terjadi ketidak sesuaian antara kondisi sebenarnya dan kondisi yang dihasilkan. Sebagai contoh, seorang model yang berada dipantai dengan langit yang mendominasi sebagian besar bagian tengah foto, maka saat kalkulasi dilakukan maka yang paling dominan adalah nilai cahaya langit, maka hasil akhirnya akan lebih cenderung untuk mendapatkan exposure langit dan bukan model itu sendiri. Pada kondisi pencahayaan normal, artinya kondisi hightligh dan shadow yang tidak terlalu kontrast, maka biasanya system metering ini bisa diandalkan. Kompensasi diperlukan untuk menyesuaikan dengan kondisi sebenarnya, seperti pada kasus hitam dan putih di atas. Spot metering Spot metering bekerja dengan kemampuan menangkap exposure pada bagian kecil foto, pada kamera biasanya sekitar 3% dari total frame foto, pada light meter malah lebih kecilnya lagi sehingga mencapai 1% dari total frame foto. Dengan kemampuan ini spot metering mampu mengkalkulasi sebuah exposure pada sebuah bidang tanpa dipengaruhi oleh exposure bidang lainnya. Tidak perlu nilai rata-rata di sini. Kita bisa menangkap exposure pada bidang paling terang, paling gelap, menengah sesuai kehendak kita mengarahkan kamera. Konsekuensinya exosure yang diharapka akan bisa kita kendalikan sendiri. Ada dua hal yang bisa dilakukan dengan spot metering ini. Pertama lakukan pemgukuran pada bidang paling terang atau bidang palin terang atau pada bidang mana saja, kemudian lakukan kompensasi yang diperlukan untuk menangkap area yang diinginkan tersebut terlihat sebagaimana aslinya. Kedua, lakukan pengukuran pada beberapa bidang yang berbeda yang mencakup bidang paling terang ke bidang paling gelap kemudian switch kamera ke mode Manual lalu tentukan sendiri nilai yang dirasa paling cocok berdasarkan pengukuran yang tadi dilakukan. Spot metering memberikan pengukuran yang sangat presisi namun memerlukan campur tangan yang cukup banyak dari fotografer itu sendiri. Itulah mengapa spot metering banyak digunakan oleh fotografer yang ingin mengontrol exposure sepenuhnya oleh diri sendiri dan bukan oleh kamera. Setiap scene adalah unik, setiap fotografer adalah unik dan untuk itulah spot metering ini dibuat. Metering yang manakah yang paling baik? Setiap sistem metering mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi. Untuk itulah setiap kamera tetap dilengkapi oleh ketiga sistem tersebut, yang perlu dipahami adalah bagaimana cara setiap sistem tersebut bekerja sehingga kita sebagai fotografer bisa mengambil tindakan yang diperlukan untuk menggunakan metering tersebut pada setiap kondisi yang dihadapi. Next: Depth of Field (DOF) Tags: dasar fotografi
share 4 comments
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
19 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
May 16, '08 5:20 AM for everyone
Mengenal Exposure
Setelah membahas Aperture, shutter speed dan ISO, sekarang mari melangkah lebih jauh lagi untuk menggunakan ke tiga hal tersebut secara bersamaan. Bersamaan? Ya, karena dalam sebuah kamera hubungan ketiganya adalah saling terikat dan saling mempengaruhi. Setiap perubahan pada 1 hal dari ke tiga hal tersebut akan/harus merubah juga hal yang lainnya. Kombinasi yang tepat dari ke tiga hal tersebutlah yang membuat foto dengan exposure yang tepat pula.
Gb1. Under Exposure
Gb. 2 Correct Exposure
Gb. 3 Over Exposure
Bagaimana sih exposure yang tepat itu? Pertanyaan yang gampang namun sedikit sulit untuk dijelaskan jawabannya. Mungkin kita bisa awali dengan rule of thumb “Sunny 16”. Apakah “Sunny 16” itu? Saat pertama kali serius mempelajari fotografi, saya sempat bingung dengan rule yang satu ini dan bagaimana terapannya pada kamera. Sekarang mari kita bahas masalah yang satu ini dengan mendalam. Sunny 16 adalah sebuah setting standar yang bisa dimasukan ke kamera sebagai setting exposure yang tepat pada kondisi langit cerah dan terang. Jika kita mendapatkan kondisi seperti ini kemudian memasukan rule sunny 16 ini ke kamera maka sudah dipastikan hasil foto yang dihasilkan mendapatkan exposure yang tepat. 16 itu sendiri adalah bukaan diafragma f16, pada kecepatan 1/125 dan pada sensitivitas sensor ISO 100. Jelas bukan pada setting tersebut terdapat ke-tiga komponen yang kita bahas dari awal. Aperture : f/16, Shutter Speed: 1/125 detik dan ISO 100. Kemudian timbul pertanyaan kalau saya sedang memotret orang yang sedang bermain bola dan ingin efek freeze pada foto yang saya ambil bagaimana caranya, karena keceparan 1/125 tidak akan cukup untuk
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
20 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
membuat frezze bola yang sedang melayang. Hhmm, inilah yang saya maksudkan pada awal tulisan ini bahwa ketiga komponen ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Pertama kita asumsikan bahwa bola bisa freeze pada kecepatan 1/500, kita set shutter speed kita di 1/500. Bagaimana dengan aperture dan ISO? Jika aperture dan/atau ISO tidak ikut dirubah maka sudah bisa dipastikan foto yang dihasilkan gelap semua atau under expose. Mengapa? Karena dengan pemindahan shutter speed dari 1/125 ke 1/500 maka ada penurunan cahaya yang masuk sebanyak 2-stop atau pengurangan cahaya 4 kali dari jumlah cahaya awal. Untuk menutupi kekurangan tersebut maka harus ada kompensasi dari komponen lainnya yaitu aperture dan/atau ISO. Katakanlah kta tidak perlu DOF yang terlalu dalam, maka ISO tidak perlu dikompensasi. Untuk itu kita tambah cahaya yang masuk melalui bukaan diafragma atau aperture sebanyak cahaya yang dikurangi melalui shutter speed. f/16 diperlebar sebanyak 2-stop berarti ada di f/8. Jadi setting di kamera menjadi shutter speed: 1/500, Aperture: f/8 dan ISO tetap 100. dengan kondisi tersebut maka foto yang dihasilkan akan sama exposurenya dengan rule 16 awal. Mari kita ambil contoh lain setting dengan tetap pada kondisi langit yang sama. Misalkan kita hendak memotret pemandangan dan kita ingin semuanya terlihat tajam maka misal kita set aperture di f/32, artinya ada penurunan aperture sebesar 2-stop. Maka kita harus kompensasikan penurunan tersebut apakah dengan penurunan kecepatan atau menaikan ISO. Katakanlah kita tidak membawa tripod maka kecepatan paling rendah yang kita yakin tidak membuat kamera goyang adalah 1/60. dari 1/125 ke 1/60 berarti terjadi penurunan kecepatan sebesar 1-stop. Sedangkan kompensasi cahaya yang diperlukan adalah 2-stop. Tidak ada jalan lain maka ISO harus kita naikan 1-stop menjadi ISO 200 agar foto yang kita ambil tetap terjaga exposurenya. Jadi settingan baru kita menjadi Aperture:f/32, shuuter speed: 1/60 dan ISO: 200. Perhatikan table berikut untuk menjelas perhitungan kompensasi yang diperlukan.
Apakah setiap foto harus berdasarkan setting rule “Sunny 16”? Setiap kondisi disekitar kita mempunyai ukuran yang unik, jadi rule sunny 16 tidak bisa digunakan pada setiap kondisi. Sebagaimana dijelaskan di atas rule ini hanya bisa digunakan pada kondisi langit cerah dan terang. Rule 16 ini saya angkat untuk mempermudah pengertian tentang hubungan antara aperture, shutter speed dan ISO. Setting setiap kondisi bisa didapatkan dengan melakukan metering, yaitu pengukuran exposure yang dilakukan pada object yang akan kita potret. Setiap kamera sudah dilengkapi dengan fungsi metering ini. Keakuratan metering setiap kamera bervariasi tergantung dari jenis dan biasanya harga kamera itu sendiri. Selain kamera ada alat yang namanya light meter. Alat ini biasanya menjadi senjata utama bagi fotografer yang menggunakan kamera analog untuk mendapatkan one shot one kill. Sekarang ini sudah jarang fotografer yang mempergunakannya dan lebih mengandalkan metering pada kamera digitalnya. Salah satu alasannya adalah kamera digital bisa menampilkan langsung foto juga histogramnya sehingga fotografer dapat dengan mudah menganalisa dan memperbaikinya. Pada kamera digital saat ini, khususnya dslr pada umumnya sudah dilengkapi dengan 4 mode utama, program (P), aperture priority (AV), Shutter priority dan Manual (M). Pada mode program, kita tinggal pointing ke object yang hendak kita foto selebihnya kamera sendiri yang melakukannya. Pada mode aperture priority, kita tinggal set ISO, set aperturenya berapa dan kecepatannya biarkan kamera yang menghitungnya. Pada mode Shutter priority, kita tinggal set ISO dan shutter speed dan biarkan kamera yang mengatur bukaan aperturnya. Pada mode manual semuanya kita yang atur, dengan terlebih dahulu melihat hasil metering pada kamera, lalu kita set ulang ukurannya seperti contoh di atas. Lebih jauh tentang metering akan dibahas pada bagian yang lain.
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
21 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Mendapatkan exposure yang tepat dengan kamera digital saat ini tidaklah sulit tetapi memang ada kondisi yang “tricky“ yang kamera tidak bisa atasi dan harus dilakukan secara manual, itulah sebabnya pengertian tentang exposure masih menjadi hal yang penting untuk diketahui. Kamera secanggih apapun tetap mempunyai batasan, kamera tetap tidak bisa mengerti mau diapakan object didepannya, apakah bagian gelapnya diterangkan, atau makin digelapkan, apakah bagian terangnya dibiarkan seadanya atau dikurangi sedikit. kita sebagai fotograferlah yang menentukan semua itu. Kamera sebagai alat dan memang berfungsi sebagai alat. Next: metering Tags: dasar fotografi
share 0 comments
Mengenal ISO
May 15, '08 10:50 PM for everyone
Mungkin cara termudah untuk mambahas ISO dalam fotografi adalah dengan mengingat masa lalu dimana kamera analog yang menggunakan rol kamera masih jaya dan kamera digital belum hadir dan semarak seperti sekarang ini. Masih ingat beberapa tahun lalu fuji menawarkan kamera-kamera poket superianya yang berharga murah. Ketika kita hendak membeli rol film tersebut, pertanyaan si penjual selalu “ASA” berapa? Lalu kita yang masih awam selalu bertanya balik, memangnya “ASA” itu apa? Dan sipenjual akan menjawab, kalau untuk dipakai didalam ruangan, pakai ASA 400 saja sedangkan untuk dipakai di luar ruangan, pakai ASA 100 saja. Saat itu saya selalu putuskan untuk beli ASA 400 karena bagaimanapun saya gunakan foto tersebut di dalam dan di luar ruangan. Belakangan baru saya tahu bahwa “ASA” itu adalah tingkat sensitivitas film terhadap cahaya, semakin tinggi ASA maka semakin sensitif sensitifasnya terhadap cahaya, artinya kalau pada ASA rendah diperlukan waktu lebih lama untuk mengexpose object ke film sedangkan pada ASA yang tinggi diperlukan waktu yang lebih singkat. Film dengan ASA yang rendah akan menghasilkan gambar yang halus/rapat, film dengan ASA tinggi akan menghasilkan gambar yang kurang halus atau grainy. Semakin tinggi ASA yang digunakan, maka semakin grainy juga hasilnya. Tentunya harga menentukan kualitas grainynya. Dalam era digital saat ini, peran film sudah digantikan oleh sensor yang kemudian mengkonvertnya menjadi file computer. Namun sensitifitas ini masih tetap dibutuhkan, kalau pada film kita sebut ASA, pada sensor kamera digital kita sebut ISO. Sama halnya seperti ASA, ISO juga terdiri dari beberapa tingkatan sensitifitas, ISO 50, 100, 200, 400, 800, 1600, 3200, 6400? Karakter ISO sama halnya dengan karakter ASA, semakin tinggi akan menghasilkan noise yang semakin banyak. Noise pada kamera digital entry level biasanya membuat gambar menjadi tidak enak dilihat karena noise tersebut terkadang disertai bintik berwarna biru atau merah. Pada kamera kelas di atasnya sudah mulai enak dilihat seperti melihat efek grainy pada ASA film. Kapan ISO tinggi di gunakan? Pertanyaan ini tentunya sudah tidak asing lagi. Pada dasarnya ISO tinggi itu digunakan pada kondisi cahaya kurang dan pemotretan dilakukan handheld atau tanpa bantuan tripod dan sejenisnya, dengan demikian untuk mengkompensasikan kecepatan agar pada kecepatan yang aman dari goyangan, maka ISO dinaikan. Ingat! sama halnya dengan aperture dan shutter speed, setiap kenaikan 1-stop ISO sama halnya dengan memasukan cahaya 2 kalinya dan setiap pengurangan 1-stop ISO akan mengakibatkan penurangan cahaya ½ kalinya. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diingat dalam menentukan setting ISO. 1. Sebisa mungkin salalu gunakan ISO terendah, karena pada setting tersebut kualitas foto akan sangat bagus, artinya setiap pixel akan berisi informasi foto itu sendiri. Kalaupun pada akhirnya kita ingin efek grainy, bisa dengan mudah ditambahkan dengan menggunakan software image processing seperti Photoshop atau Correl. 2. Pada kondisi cahaya yang temaram, kalau memungkinkan lebih baik menggunkan flash, agar tidak perlu menggunkan ISO tinggi. 3. Kalau mood foto yang diharapkan dan penggunaan flash dirasa akan menghilangkan mood tersebut, maka gunakan tripod agar ISO rendah masih bisa di pakai.
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
22 of 26
4.
5.
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
kalau memang terpaksa menggunakan ISO tinggi, kenalilah kamera anda, pada ISO berapa maksimal kamera anda bisa digunakan dan menghasilkan gambar yang masih lumayan bagus. Kalau memang tidak ada jalan lain kecuali menggunakan ISO paling tinggi, gunakan format RAW saat mengambil gambar, nantinya RAW processing mungkin bisa sedikit membantu memperbaiki foto anda.
Gambar berikut merupakan contoh perbandingan penggunaan ISO (gambar diambil dengan kamera Fuji S3 dan di croping .
Gambar 1. Foto dengan ISO rendah
Gambar 1. Foto dengan ISO lebih tinggi
Next: Exposure Tags: dasar fotografi
share 0 comments
Mengenal Shutter Speed
May 15, '08 4:11 AM for everyone
Dalam fotografi Shutter speed berarti waktu yang dibutuhkan untuk membuka dan menutup kembali tirai (shutter) sehingga cahaya bisa diterima masuk oleh sensor (dalam dslr). Pada diagram 1 dan diagram 2 bisa dilihat jelas bagaimana proses tersebut berlangsung. Ketika kamera dalam posisi diam maka shutter akan menutupi semua bagian sensor dan posisi cermin ke arah bawah sehingga mata bisa melihat object yang akan di rekam. Ketika tombol shutter ditekan, maka posisi cermin akan menutup ke atas dan bersamaan dengan itu shutter akan membuka dan membiarkan cahaya masuk ke sensor. Pergerakan cermin dan shutter itulah yang mengeluarkan suara “klik“ pada saat tombol shutter ditekan. Waktu yang dibutuhkan untuk menutup kembali shutter itulah yang dinamakan shutter speed. Masalahnya sekarang adalah berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk membuka dan menutup kembali shutter tersebut? Jawabannya adalah tergantung kepada keadaan cahaya yang
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
23 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
ada, kondisi lensa dan kamera itu sendiri, juga kreatifitas/keinginan si fotografer sendiri. Lebih jauh tentang masalah ini akan dibahas pada bagian exposure. Satuan waktu pada kecepatan Shutter kamera berada dalam rentang detik dan 1/sekian detik. Biasanya diset dalam interval “1 stop“, sama halnya dengan aperture, setiap penambahan 1 stop berarti jumlah cahaya yang masuk menjadi 2 kalinya dn sebaliknya setiap pengurangan 1 stop berarti jumlah cahaya yang masuk menjadi ½ kalinya. Range intervalnya adalah sebagai berikut: ...1/1000, 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30, 1/15, 1/8, 1/4, 1/2 ,1, 2, 4, 8, 15, 30.... Semakin ke kiri berarti semakin cepat kecepatan shutternya dan semakin sedikit cahaya yang bisa masuk, sebaliknya semakin ke kanan, berarti semakin lambat kecepatan shutternya dan semakin banyak cahaya yang bisa ditampung. 1/1000 berarti satu per seribu detik, mungkin lebih cepat dari kedipan mata. Efek kecepatan terhadap foto Shutter speed yang cepat bisa menangkap object yang sedang bergerak seakan berhenti (freeze) dan shutter speed yang rendah akan mengakibatkan object yang sedang bergerak terlihat bergerak (blur/motion). Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk menangkap object dengan shutter speed rendah, tapi hal itu akan dibahas pada bagian lain. Di sini kita hanya akan membahas efek pada umumnya saja. Shutter dengan kecepatan tinggi Untuk aktifitas manusia biasa kecepatan 1/125 sudah cukup untuk membuat aktifitas tampak diam. Untuk aktifitas olahraga membutuhkan kecepatan yang lebih cepat dari itu, balap mobil, perlu lebih cepat lagi. Pendek kata kecepatan aktifitas yang cepat perlu di set shutter yang lebih cepat lagi untuk membekukan aktifitas tersebut. Gambar 3, memberikan contoh bagaimana seorang anak yang sedang berlari tampak seakan melayang karena saat momen itu terjadi kamera merekam dengan kecepatan yang lebih cepat daripada gerakan si anak. Foto tersebut diambil dengan kecepatan 1/800 detik.
Shutter dengan kecepan rendah Ketika shutter speed diset pada kecepatan rendah, maka efek gerak pada setiap aktifitas yang direkan akan terlihat seperti bayangan blur. Foto 4, diambil pada kecepatan sekitar 1 detik, memperlihatkan air yang mengalir pada air terjun. Efek shutter lambat ini akan memperlihatkan aliran air yang seperti kapas, indah untuk dilihat karena memberikan mood yang berbeda dibanding dengan foto air yang direkam dengan kecepatan tinggi. Pada kecepatan yang lebih lambat lagi, efek yang dihasilkan bisa lebih mengasikan lagi, karena selama shutter terbuka maka akan merekam gambar yang masuk ke sensor, dan karena gambar yang masuk tersebut tidak utuh maka akan merupakan bayangan-bayangan saja. Gambar 5, diambil pada kecepatan 30 detik, memperlihatkan contoh efek tersebut.
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
24 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Perlukah Tripod pada kecepatan rendah? Rule of thumb dari para fotografer bahwa penggunaan kamera dengan hanya menggunakan tangan (handheld) maksimal pada kecepatan 1/60. Kecepatan dibawah itu akan sangat riskan mengakibatkan kamera bergoyang dan menimbulkan blur pada gambar. Perlu dibedakan antara blur pada slow effect dengan blur akibat kamera bergoyang. Pada slow effect masih terdapat bagian tajam pada object statis sedangkan pada kamera yang goyang semua bagian akan menjadi blur dan tidak jelas. Bagi saya pribadi 1/125 adalah angka yang paling aman untuk mengambil foto tanpa bantuan tripod atau alat bantu lainnya. Gambar 7, memperlihatkan contoh gambar blur akibat kamera bergoyang dan gambar yang tidak.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa kecepatan yang aman akan tergantung juga pada Focal length yang digunakan. Sebagai contoh jika focal length yang digunakan 500 mm maka kecepatan amannya adalah 1/500. Jika focal length 100 mm maka kecepatan amannya adalah 1/100, begitu seterusnya. Penggunaan tripod atau setidaknya monopod akan membantu kita mendapatkan gambar yang tajam atau istilah kerennya tact sharp. Next: Mengenal ISO.... Tags: dasar fotografi
share 0 comments
May 14, '08 10:38 AM for everyone
Mengenal Aperture
Pada fotografi, aperture adalah lubang yang terdapat dalam lensa yang berfungsi untuk mengalirkan cahaya yang terproyeksikan ke sebuah benda masuk ke sensor pada kamera digital atau film pada kamera analog. Pada lensa, lubang ini di hasilkan dari beberapa material tipis yang membetuk lingkaran yang sering di kenal dengan sebutan diafragma (lihat gb. 1). Besar-kecilnya lubang inilah yang kemudian dijadikan sebuah ukuran baku yang dinamakan f-stop.
Gambar 1. Diafragma
Ukuran baku f-stop adalah sebagai berikut:
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
25 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
f/64, f/32, f/22, f/16, f/11, f/8.0, f/5.6, f/4.0, f/2.8, f/2.0, f/1.8, /f1.4 Ukuran tersebut adalah range f-stop yang ada di pasaran. Setiap lensa tentunya akan mempunya range yang berbeda-beda yang akan disesuaikan oleh factor lainnya dan akan sangat mempengaruhi harga lensa itu sendiri. f pada f-stop adalah kependekan dari kata fraction, atau dalam bahasa kita “satu per…”. Pada ukuran f/64, itu berarti lubang yang dibentuk oleh diafragma 1/64 satuan dan pada f/1.4 berarti 1/1.4 satuan. Artinya semakin kecil angka f-stop, berarti semakin besar lubang pada lensa tersebut dan sebaliknya semakin besar angka f-stop berarti semakin kecil lubang pada lensa tersebut. Lihat gambar 2 dan gambar 3.
Gambar 2. Posisi bukaan diafragma pada f-4
Gambar 3. Posisi bukaan diafragma pada f-22
Semakin lebar bukaan yang dibentuk oleh diafragma berarti semakin banyak cahaya yang bisa masuk dalam satu satuan waktu. Satuan waktu ini berhubungan dengan kecepatan kamera (shutter speed) yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Oleh sebab itu lensa yang mempunyai kemampuan bukaan diafragma yang besar sering dikategorikan sebagai lensa cepat. Sebaliknya semakin kecil bukaan lensa berarti semakin sedikit cahaya yang bisa masuk per satu satuan waktu. Pada ukuran baku di atas setiap pergantian angka ke angka di depannya, sebagi contoh dari f/22 ke f/16, berarti ada penambahan cahaya yang masuk sebesar 1 stop atau cahaya yang masuk menjadi 2 kali dari jumlah cahaya awal. Sebaliknya pada pergantian angka dibelakangnya seperti dari f/4.0 ke f/5.6 berarti ada pengurangan cahaya yang masuk sebesar 1 stop atau cahaya yang masuk menjadi ½ dari jumlah cahaya awal. Hukum intensitas cahaya Mari kita ambil sebuah contoh, di saat kita menset sebuah lampu flash pada jarak katakanlah ½ m, katakanlah kita tidak menggunakan flash meter sehingga tidak bisa mendapatkan ukuran yang pas. Jepretan pertama foto yang di ambil over expose, lalu berdasarkan analisa foto, cahayanya kelebihan 2 kalinya. Kita ambil keputusan untuk memundurkan lampu agar intesitas cahaya lampu tersebut menjadi ½ nya. Lalu kita mundurkan lampu tersebut menjadi 1 m, ketika di jepret maka fotonya kok menjadi under exposure. Padahal asumsi kita dengan memundurkan lampu dari jarak ½ m ke 1 m, kita sudah menurunkan intensitas cahaya 2 kalinya. Benarkah? Cahaya mempunyai kekompleksan tersendiri dalam proses perambatannya, namun para ahli telah menemukan semuah formula yang sampai saat ini masih valid untuk digunakan. Formula tentang intensitas cahaya adalah bahwa intensitas cahaya akan berlipat atau menjadi setengahnya berdasarkan jarak yang dikalikan dengan akar 2. kalau hasil dari akar 2 dibulatkan sekitar 1.4142, maka untuk mendapatkan ½ jarak dari ½ m, maka jarak yang dibutuhkan untuk mendapat cahaya yang tepat adalah ½ x 1,4142 = 0,7 m. Jadi bukan ½ x 2=1m. Penambahan atau pengurangan angka pada f-stop menggunakan formula intensitas cahaya tersebut: Perhatikan table 1 berikut:
11/09/2008 18:25
...erwin rizaldi...
26 of 26
http://erizaldi.multiply.com/tag/dasar%20fotografi
Tabel 1. Perhitungan f-stop berdasarkan hukum intensitas cahaya
Bagaimana dengan maksimal aperture pada zoom lens? Kalau kita perhatikan pada kebanyakan lensa zoom pada kelas entry level selalu tertulis range zoom dan range aperture. Contoh pada gambar 4 berikut: lensa 14-45mm, 3.5 – 5.6, apakah artinya?
Tulisan tersebut berarti maksimal bukaan diafragma pada focal length 14mm adalah f/3.5 dan ketika zoom-nya diputar menjadi lebih besar dg focal length 45mm, maka maksimal bukaan diafragmanya menjadi 5.6. lebih jauh tentang focal length akan di jelaskan secara terpisah. Dengan kondisi yang demikian maka dibutuhkan kehati-hatian ketika kita memotret dalam mode manual (M), karena pergerakan focal length akan mengakibatkan perubahan f-stop lensa. Jika metering dilakukan pada focal length 14 mm maka ketika zoom diputar ke arah focal length 45 mm dan metering tidak dirubah maka foto akan menjadi under expose. begitu juga sebaliknya akan mengakibatkan terjadi over expose. Lalu mengapa f/3.5 tidak ada dalam table f-stop standard? Saat ini pada setiap kamera telah dilengkapi dengan interval f-stop 1/3 atau 1/2 stop. Pada f-stop standar, intervalnya adalah 1-stop. Berapapun interval tersebut, pemahaman f-stop ini sangat dibutuhkan untuk memotret secara manual, saya pribadi lebih cenderung menggunakan interval 1-stop karena lebih memudahkan untuk mengkalkulasinya. Penentuan f-stop selain berhubungan dengan setting shutter speed juga sangat menentukan depth of field (DOF) yang akan dijelaskan pada bagian tersendiri. next: Mengenal Shutter Speed Tags: dasar fotografi
share 4 comments
© 2008 Multiply, Inc.
About · Blog · Terms · Privacy · Corp Info · Contact Us · Help
11/09/2008 18:25