145
Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/2015 Oleh: 1
PARIOTO, S.Pd ABSTRAK
Pembelajaran learning together merupakan pendekatan yang dilakukan pada guru untuk bekerja sebagai suatu keompok untuk menyelesaikan sebuah produk kelompok, berbagai gagasan, dan membantu satu sama lain dengan jawaban, dan meminta bantuan dari guru yang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk kualitas guru mengajar melalui konsep pembelajaran learning together di SMA Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research) yang pelaksanaannya mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil selama 5 bulan yaitu mulai bulan Juli 2014 sampai dengan November 2014 Tahun Pelajaran 2014/2015. Subjek dalam penelitian ini adalah Subjek dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah semua guru yang ada di SMA Negeri 2 Teupah Barat yang berjumlah 26 guru. Teknik pengumpulan data melalui observasi, tes belajar siswa dan dokumentasi. Data dilakukan analisis dengan cara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I adalah 3,4 yang tergolong cukup. Pada siklus II meningkat 0,3 sehingga menjadi 3,7 yang tergolong baik. Persentase kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran secara klasikal pada siklus I adalah 57,7%. Kemudian meningkat 26,9% pada siklus II sehingga menjadi 84,6%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa konsep pembelajaran learning together dapat meningkatkan kualitas guru mengajar di SMA Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Kata Kunci: Kualitas Guru Mengajar dan Konsep Pembelajaran Learning Together.
1
Penulis adalah, Pengawas SMA Dinas Pendidikan Kabupaten Simeulue
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu upaya mempercepat pengembangan sumber daya manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya, dengan tujuan untuk membuat manusia yang bersangkutan hidup penuh makna dan berguna bagi manusia lainnya. Pendidikan merupakan komponen yang memiliki peran yang stratejik bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan diriya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diberikan tugas untuk mewujdkan tujuan pendidikan nasional harus menjalankan perannya dengan baik. Guru merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Baik atau buruknya perilaku atau cara mengajar guru akan sangat mempengaruhi citra pendidikan. Oleh sebab itu, sumber daya guru ini harus dikembangkan baik melalui pendidikan dan pelatihan dan kegiatan lain agar kemampuan profesionalnya lebih meningkat, sehingga setiap guru memiliki kompetensi profesional. Aktivitas guru mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya. Manajemen pembelajaran merupakan siasat guru dalam mengefektifkan, mengefisienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
146
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
tujuan pengajaran.3 Manajemen pembelajaran secara umum memiliki makna sebagai usaha mengelola pembelajaran menuju pembelajaran yang efektif dan efisien. Konsep manajemen pembelajaran meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses membelajarkan siswa dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya guna mencapai tujuan. Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran/pembelajaran yang sudah dibuat. Evaluasi proses pengajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat atau mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang dicapai. Berdasarkan hasil observasi peneliti sebagai pengawas di SMA Negeri 2 Teupah Barat menunjukkan bahwa proses pembelajaran berlangsung kurang memperhatikan kebutuhan siswa dan metode pembelajaran masih bersifat konvensional. Misalnya, metode yang digunakan adalah ceramah, metode ini akan membuat siswa lebih banyak pasif, yang akan menghambat pemahaman siswa tentang suatu pelajaran. Pembelajaran masih berpusat pada guru bukan pada peserta didik sehingga pembelajaran kurang aktif. Aktivitas siswa hanya mendengar dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru dan siswa bosan serta kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan cara memilih cara yang tepat untuk meningkatkan kemampuan guru. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan cara belajar bersama (learning together). Dalam konsep pembelajaran learning together, para guru dikelompokkan ke dalam tim dengan empat sampai lima
3
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta: Prenada Media, 2010).
Hal.132.
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
147
orang per tim dan heterogen kemampuannya. Para guru bekerja sebagai suatu keompok untuk menyelesaikan sebuah produk kelompok, berbagai gagasan, dan membantu satu sama lain dengan jawaban, dan meminta bantuan dari guru yang lain. Berdasarkan latar belakang dan pengalaman di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam dengan melakukan penelitian tindakan sekolah denganjudul ”Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Mengajar Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together di SMA Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015”.
II.
KAJIAN PUSTAKA Standar Kompetensi Guru
Kompetensi adalah kemampuan yang menggambarkan kelayakan setiap individu dalam menjalankan tugas.
Kompetensi guru merupakan kebulatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan profesinya. Kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.4 Guru sebagai agen pembelajaran diharapkan memiliki empat jenis kompetensi guru. Empat kompetensi tersebut yakni kompetensi pedagogik, sosial,
kepribadian, dan kompetensi profesional. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.
4
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
148
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
Pengertian Guru Profesional
Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengatahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seseorang guru. Persiapan dan pengembangan
pembentukan
guru
yang
kompeten
harus
mampu
mengembangkan kemampuan yang ada pada diri guru, sehingga mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan kompetensi yang diinginkan dalam nilai normatif pendidikan. Kemampuan perofesional guru dimaksud adalah: 1. Kemampuan menjabarkan kurikulum kedalam program catur wulan 2. Kemampuan menyusun perencanaa mengajar atau satuan pelajaran 3. Kemampuan melaksanakan kegiatan kegiatan belajar-mengajar dengan baik 4. Kemampuan menilai proses dan hasil belajar 5. Kemampuan untuk memberikan umpan balik secara teratur dan terus menerus 6. Kemampuan membuat dan menggunakan alat bantu mengajar secara sederhana 7. Kemampuan memenfaatkan dan menggunakan lingkungan sebagai sumber dan media pengajaran 8. Kemampuan membimbing dan melayani murid yang mengalami kesulitan dalam belajar. 9. Kemampuan mengatur waktu dan menggunakan secara efesien untuk menyelesaikan program-program belajar siswa 10. Kemampuan memberikan pelajaran dengan memperhatikan perbedaan individual diantara siswa
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
149
11. Kemampuan mengelolah kegiatan belajar mengajar kokurikuler dan ektrkurikuler serta kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran siswa.5
Berdasarkan uraian paparan di atas, maka disimpulkan bahwa yang dimaksud guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta punya pengalaman bidang keguruan. Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal antara lain; memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus
melalui
organisasi
profesi, buku, seminar,
dan
semacamnya. Strategi Peningkatan Profesional Guru
Pendidikan dan pelatihan merupakan bentuk pengembangan sumber daya manusia yang sangat strategis. Sebab dalam program pendidikan dan pelatihan selalu berkaitan dengan masalah nilai, norma dan prilaku individu dan kelompok. Program pendidikan dan pelatihan selalu direncanakan untuk tujuantujuan seperti pengembangan pribadi sekolah, pengembangan profesional kinerja, pemecahan masalah yang dihadapi, tindakan dan kebijakan, motivasi kepada para guru dan bawahan lainnya, meningatkan mobilitas dan kesejahteraan guru, murid dan bawahan lainnya. Kemampuan teknis untuk melaksanakan tugas pokok guru ditunjukkan untuk peningkatan kemampuan sebagai berikut: 1. Merencanakan pembelajaran. 2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran 3. Menilai proses dan hasil pembelajaran. 5
Suhardan, D. Standar Kinerja Guru dan Pengaruhnya Terhadap Pelayanan Belajar, dalam Mimbar Pendidikan. (Bandung: UPI, 2010). Hal. 53.
150
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
4. Memanfaatkan hasil penilaian bagi peningkatan layanan pembelajaran. 5. Memberikan umpan balik secara tepat, teratur, dan terus menerus kepada peserta didik. 6. Melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. 7. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. 8. Mengembangkan
dan
memanfaatkan
alat
bantu
dan
media
pembelajaran. 9. Memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia 10. Mengembangkan interaksi pembelajaran yang tepat dengan memilih strategi, metode dan teknik yang sesuai dengan kebutuhan. 11. Melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran, dan 12. Berinteraksi dengan komunitas pembelajaran lainnya.6
Pembinaan guru diarahkan pada upaya peningkatan sumberdaya dan pembinaan peningkatan kinerja sebagai tenaga profesional. Upaya lain yang harus dilakukan adalah memotivasi guru agar dapat menguasai teknologi dan informasi yang dibutuhkan dengan mengikut sertakan guru dalam setiap kesempatan ilmiah seperti: seminar pendidikan, pelatihan-pelatihan yang relevan dengan bidang studi yang diperlukan agar seimbang dengan kebutuhan peserta didik. Guru profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia, dan masyarakat. Hakikat-hakikat ini akan melandasi pola pikir dan budaya kerja guru, serta loyalitasnya terhadap profesi pendidikan. Demikian halnya dalam pembelajaran, guru harus mampu mengembangkan
6
Siahaan, Amiruddin, dkk. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. (Ciputat: Quantum Teaching Ciputat Press Group, 2006). Hal. 144.
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
151
budaya dan iklim organisasi pembelajaran yang bermakna, kreatif dan dinamis, bergairah, dialogis, sehingga menyenangkan bagi peserta didik maupun guru.
Konsep Pembelajaran Learning Together
Cooperative learning di definisikan sederhana sebagai sekelompok kecil pembelajaran yang bekerja sama menyelesaikan masalah, merampungkan tugas atau menyelesaikan tugas bersama. Dengan catatan mengharuskan siswa bekerja sama dan saling bergantung secara positif antar satu sama lain dalam konteks struktur tugas, struktur tujuan dan struktur reward. Konsep pembelajaran learning together yang dimaksud adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kualitas guru mengajar dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik yang berbeda (heterogen). Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.7 Adapun langkah-langkah model pembelajaran Learning Together adalah sebagai berikut: 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran diiringi dengan motivasi. 2. Menyajikan informasi tentang materi pembelajaran. 3. Membagi dalam beberapa kelompok. 4. Membimbing
kelompok-kelompok
belajar
pada
saat
mereka
mengerjakan tugas. 5. Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan atau mempresentasikan hasil kerjanya. 6. Memberikan penghargaan pada hasil belajar, baik individu atau kelompok. 7
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2007). Hal. 242.
152
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
III.
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dengan menggunakan desain penelitian tindakan yang meliputi empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilaksanakan pada SMA Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun pelajaran 2014/2015. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada banyaknya guru yang belum tepat dan sesuai RPP dalam mengajar pada setiap mata pelajaran. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil selama 5 bulan yaitu mulai bulan Juli 2014 sampai dengan November 2014 dengan jumlah subjek penelitian 26 orang. Data dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi
tentang
pemahaman guru dalam mengelola pembelajaran. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dokumentasi digunakan untuk mempelajari dan menyeleksi dokumen yang relevan dengan penelitian. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Adapun pendeskripsian skor rata-rata tingkat kemampuan guru adalah sebagai berikut: 1,00 ≤ TKG < 1,50 tidak baik 1,50 ≤ TKG < 2,50 kurang 2,50 ≤ TKG < 3,50 cukup 3,50 ≤ TKG < 4,50 baik 4,50 ≤ TKG < 5,00 sangat baik.
Untuk menganalisis kemampuan guru yang diamati digunakan teknik persentase (%), yakni banyaknya guru yang tuntas secara individu dibagi dengan jumlah guru keseluruhan dikalikan dengan 100. Adapun rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
153
=
Keterangan:
100 %
P = Persentase kemampuan guru F = Banyaknya guru yang tuntas N = jumlah guru keseluruhan
Hasil penelitian ini dikatakan berhasil apabila secara individu kemampuan guru dalam menggunakan pembelajaran berada pada kategori baik atau sangat baik. Sedangkan berhasil secara klasikal apabila persentase kemampuan guru ≥ 80%. IV.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pembahasan
diuraikan
berdasarkan
permasalah
penelitian.
Maka
pembahasan berikut ini adalah tentang kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada SMA Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Guru melaksanakan pembelajaran sedangkan supervisor dan guru lain memperhatikan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru yang mempresentasikan. Pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran, supervisor mengamati proses pembelajaran dan sekaligus mengisi angket yang telah disediakan. Kemudian guru lain memberikan saran dan pendapat untuk perbaikan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru yang mengajar. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dideskripsikan dalam beberapa indikator yaitu: memeriksa kesiapan siswa, melakukan kegiatan apersepsi, menunjukkan penguasaan materi pembelajaran, mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar, mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai, melaksanakan pembelajaran secara runtut, menguasai kelas, menguasai 154
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
kelas, melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan, menggunakan media secara efektif dan efisien, menghasilkan pesan yang menarik, melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran,
menunjukkan
sikap
terbuka
terhadap
respons
siswa,
menumbuhkan keceriaan siswa dalam belajar, memantau kemajuan belajar selama proses, melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan), menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar, menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai, melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan, tugas sebagai bagian remedial/pengayaan. Adapun hasil penelitian tentang rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Rata-rata Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran 3.75 3.7 3.65 3.6 3.55 3.5 3.45 3.4 3.35 3.3 3.25 rata-rata
Siklus I
Siklus II
3.4
3.7
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata kemampuan guru siklus I dalam melaksanakan pembelajaran secara klasikal adalah 3,4 yang Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
155
tergolong cukup. Pada siklus II kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran meningkat 0,3 sehingga menjadi 3,7 yang tergolong baik. Adapun hasil penelitian tentang persentase kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Persentase Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran
100 80
84.6% 57.7%
60 40 20 0 Siklus I
Siklus II
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa persentase kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran secara klasikal pada siklus I adalah 57,7%. Kemudian meningkat 26,9% pada siklus II sehingga menjadi 84,6%. Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dikatakan tuntas apabila kemampuan guru yang berada pada kategori baik dan sangat baik ≥ 80%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat dikatakan tuntas secara klasikal dan berhasil. Sebagai seorang pendidik, harus memahami bahwa pembelajaran merupakan suatu yang kompleks, dimana tidak hanya transfer of knowledge atau menyampaikan pesan kepada peserta didik akan tetapi merupakan aktivitas profesional untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif, inspiratif, menantang dan menyenangkan. Tentu saja mencapai kondisi tersebut bukanlah
156
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
hal yang mudah, karena menuntut keterampilan guru dalam menata dan melaksanakan pembelajaran di dalam kelas ataupun di luar kelas. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.8 Guru harus mampu menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mendukung peserta didik dalam mengaktualisasikan potensi akademik, kepribadian, dan kreativitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka. Guru mampu berkomunikasi dengan baik dan efektif, empatik, santun dengan peserta didik, serta bersikap antusias dan positif. sehingga mampu memberikan respon yang lengkap dan relevan kepada komentar atau pertanyaan peserta didik.
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan bahwa rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus I adalah 3,4 yang tergolong cukup. Pada siklus II meningkat 0,3 sehingga menjadi 3,7 yang tergolong baik. Persentase kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran secara klasikal pada siklus I adalah 57,7%. Kemudian meningkat 26,9% pada siklus II sehingga menjadi 84,6%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa konsep pembelajaran learning together dapat meningkatkan kualitas guru mengajar di SMA Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015.
8
Pasal 19 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN).
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
157
VI.
REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: Untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui konsep Learning Together memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan sehingga diperoleh hasil yang optimal. Guru diharapkan harus siap secara mental dalam mempraktekkan mengajar di depan guru-guru lain agar tujuan yang diharapkan tercapai secara optimal. Dalam rangka meningkatkan kualitas guru mengajar, pengawas hendaknya lebih sering melatih guru dengan berbagai pendekatan, walau dalam taraf yang sederhana, sehingga guru nantinya dapat menemukan konsep dan keterampilan, sehingga guru mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikanperbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
158
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
Referensi
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN). Riyanto, Yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media. Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Siahaan, Amiruddin, dkk. (2006). Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Ciputat: Quantum Teaching Ciputat Press Group. Suhardan, D. (2010). Standar Kinerja Guru dan Pengaruhnya Terhadap Pelayanan Belajar, dalam Mimbar Pendidikan. Bandung: UPI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Islamic Studies Journal | Vol. 3 No. 2 Juli – Desember 2015
159