PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), RETURN ON ASSET (ROA) DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) TERHADAP RISIKO LIKUIDITAS PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Periode 2008-2012
SKRIPSI
Oleh Nurrahmi Dianingtyas NIM : 109081000100
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Nurrahmi Dianingtyas
2. Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 19 Mei 1991 3. Alamat
: Srimulyo Barat, RT 02/ I, Karanggeneng, Boyolali, Jateng 57312
II.
III.
4. Telepon
: 08562709905
5. E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1. SD Negeri 5 Boyolali
Tahun 1997-2003
2. SMP Negeri 1 Boyolali
Tahun 2003-2006
3. SMA Negeri 1 Boyolali
Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2009-2013
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
:Maskuntoro
2. Ibu
: Widartini
3. Alamat
: Srimulyo Barat, RT 02/ I, Karanggeneng, Boyolali, Jateng 57312
IV.
PENGALAMAN ORGANISASI 1. 2012-2013
Bendahara Lab. Pasar Modal
vi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. 2012
Leader Korean Youth Volunteer Programme (KYVP)
3. 2010-2011
Anggota Lab. Pasar Modal Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah JAkarta
4. 2010-2011
Staff Bidang Data dan Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
EFFECT OF CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), RETURN ON ASSETS (ROA), AND FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) AGAINTS LIQUIDITY RISK IN ISLAMIC BANK IN INDONESIA PERIOD OF 2008-2012 Nurrahmi Dianingtyas Abstract This study aimed to analyze the effect of capital adequacy ratio (CAR), debt to equity ratio (DER), return on assets (ROA), and financing to deposit ratio (FDR) of the liquidity risk in Islamic banks in Indonesia. The research was conducted during the period 2008-2012 using quarterly data of Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah. Multiple regression was used to analyze the effect of independent variables on the dependent variable. The test result at 95% confidence level, indicating that the CAR, ROA and FDR have positive effect, while DER negatively affect the liquidity risk. DER has a negative impact on Islamic banks because there are unique term in it. Islamic bank have fund resources with no cost, so that the greater the debt-to-equity ratio, the higher the level of liquidity of Islamic banks and without worried of having increasing cost of capital and the risk of liquidity shortages.
Keywords : Islamic Bank, Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt To Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), And Financing To Deposit Ratio (FDR).
viii
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), RETURN IN ASSET (ROA), DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR) TERHADAP RISIKO LIKUIDITAS PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2008-2012 Nurrahmi Dianingtyas Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh capital adequacy ratio (CAR), debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA), dan financing to deposit ratio (FDR) terhadap risiko likuiditas pada bank umum syariah di Indonesia. Penelitian ini dilakukan selama periode tahun 2008-2012 menggunakan data triwulanan pada Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah. Regresi berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian pada tingkat kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa CAR, ROA, dan FDR berpengaruh positif, sedangkan DER berpengaruh negatif terhadap risiko likuiditas. DER memiliki pengaruh negatif karena pada bank syariah terdapat sumber dana yang tidak berbiaya, sehingga semakin besar rasio utang terhadap ekuitas bank syariah maka semakin tinggi tingkat likuiditasnya tanpa harus meningkatkan biaya modal dan risiko kekurangan likuiditas. Kata kunci : Bank Syariah, capital adequacy ratio (CAR), debt to equity ratio (DER), return on asset (ROA), dan financing to deposit ratio (FDR).
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillâhirabbil’âlamîn. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Sang penguasa alam dan seisinya. Atas rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam juga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang telah memberikan penerangan kepada semua umat manusia.
Skripsi yang berjudul “PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), RETURN ON ASSET (ROA), DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO (DER) TERHADAP RISIKO LIKUIDITAS PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA” (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2008-2012), disusun sebagai tugas akhir yang dilakukan guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Banyak pihak yang telah membantu guna terselesaikannya penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih sebesar – besarnya kepada :
1. Kedua orang tua penulis, papa (Maskuntoro) dan ibu (Widartini). Untuk
segenap cinta kasih, doa, dan dukungan yang
selalu tercurah kepada
penulis. Terimakasih untuk semua bantuan moril maupun materiil yang selalu diberikan dengan penuh keikhlasan. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan dan kenikmatan rohani serta kesehatan jasmani. 2. Seluruh keluarga besar. Terutama kakakku Awaluddien Indra Waskita, S.P
dan Corry Angelia, S.T., MT terimakasih untuk bantuannya, ilmu, dan pengalaman kalian. Semoga Allah SWT berkati keluarga kecil kalian. 3. Bapak Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Prof. Dr. abdul Hamid, MS beserta jajarannya.
x
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni., MM selaku dosen pembimbing
pertama. Terimakasih atas kesediaan dan waktunya dalam membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Murdiyah Hayati, S.Kom., MM selaku dosen pembimbing kedua.
Terimakasih untuk semua bantuan, waktu, ilmu, dan semua saran serta pengalaman yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Ahmad Dumyathi Bashori, BA., MA selaku Ketua Jurusan
Manajemen beserta jajarannya. 7. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Terimakasih
untuk semua jasa dan ilmunya selama ini. 8. Teman – teman manajemen C 2009. Gita, Ami, Tya, Aci, Rizor, Iam,
Ibnu, David, Dina, Hilal, dan teman- teman yang lain. semoga selalu terjaga kebersamaannya.Terimakasih untuk semua semangatnya. 9. Ageng Satria Anugrah, terimakasih untuk semua yang membahagiakan,
ilmu, bantuan, semangat, kesabaran. Semoga Allah memudahkan semua langkahmu. 10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang
telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Segala masukan, kritik, dan saran yang membangun selalu penulis harapkan guna kesempurnaan karya–karya selanjutnya.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca sekalian.
Jakarta, Juni 2013
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..........................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ............................
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ............................................
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .....................
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................
vi
ABSTRACT . .. ................................................................................................ viii ABSTRAK ... .. ................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI … .............................................................................................. xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
1
A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Perumusan Masalah ................................................................ 10 C. TujuandanManfaatPenelitian .................................................. 10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 12 A. Studi Pustaka ........................................................................... 12 1. Manajemen Risiko dalam Perbankan ................................ 12 2. Risiko Likuiditas ............................................................... 16 3. Capital Adequacy Ratio (CAR)......................................... 19 4. Debt to equity Ratio (DER) ............................................... 20 5. Return on Assets (ROA) .................................................... 21 6. Financing to Deposit Ratio (FDR) .................................... 22 B. Keterkaitan Antar Variabel ..................................................... 23 1. Pengaruh CAR terhadap Risiko Likuiditas ....................... 23 2. Pengaruh DER terhadap Risiko Likuiditas ....................... 24 3. Pengaruh ROA terhadap Risiko Likuiditas ....................... 24 xii
4. Pengaruh FDR terhadap Risiko Likuiditas ....................... 25 C. Penelitian Terdahulu ............................................................... 25 D. Kerangka Pemikiran ................................................................ 29 E. Hipotesis .................................................................................. 30 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 32 A. Ruang LingkupPenelitian ........................................................ 32 B. Metode Penentuan Sampel ...................................................... 33 C. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 34 D. Metode Analisis Data ............................................................. 35 1. Uji Asumsi Klasik ............................................................. 35 2. Analisis regresi Berganda ................................................. 39 3. Pengujian Hipotesis ........................................................... 40 E. Definisi Operasional ................................................................ 43
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................ 45 A. Gambaran Umum Perusahaan ................................................. 45 B. Data penelitian ........................................................................ 45 C. Hasil Analisis ……………………………………………… . 54 1. Analisis Deskriptif……………………………………….. 54 a. Risiko Likuiditas……………………………………… 54 b. Capital Adequacy Ratio (CAR)……………………… 57 c. Debt to equity Ratio (DER)………………………… . 60 d. Return on Assets (ROA)……………………………… 63 e. Financing to Deposit Ratio (FDR)…………………… 66 2. Uji Asumsi Klasik ............................................................. 69 a.
Uji Normalitas……………………………………….. 69
b.
Uji Autokorelasi……………………………………… 70
c.
Uji Heteroskedastisitas………………………………. 71
d.
Uji multikolinieritas…………………………………. 72
3. Analisis Model Regresi berganda………………………… 73 4. Hasil Uji Hipotesis……………………………………… a.
74
Uji F………………………………………………… 75
xiii
b.
Uji t………………………………………………….. 76
5. Koefisien Determinasi……………………………………. 81 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 82 A. Kesimpulan ............................................................................. 82 B. Saran ........................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 84 LAMPIRAN .................................................................................................... 88
xiv
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
1.1
Pertumbuhan Bank Syariah Dunia .......................................................
2
1.2
Jumlah rekening BUS dan UUS di Indonesia .....................................
6
2.1
Ringkasan Penelitian terdahulu ...........................................................
25
3.1
Kriteria Penentuan Sampel ..................................................................
33
3.2
Daftar Sampel Penelitian.. ..................................................................
33
3.3
Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ......................................
37
3.4
Definisi Operasional Variabel .............................................................
43
4.1
Nilai Risiko Likuiditas Bank Sampel ..................................................
55
4.2
Nilai CAR Bank Sampel ....................................................................
58
4.3
Nilai DER Bank Sampel ....................................................................
61
4.4
Nilai ROA Bank Sampel ....................................................................
63
4.5
Nilai FDR Bank Sampel ....................................................................
65
4.6
Hasil Uji Autokorelasi…………………. ............................................
69
4.7
Hasil Uji Autokorelasi dengan Metode First Difference .....................
69
4.8
Uji Glejser……………... ....................................................................
71
4.9
Uji Multikolinieritas…… ....................................................................
72
4.10
Hasil Regresi…………… ...................................................................
73
4.11
Hasil Uji F……………………………………………………………... 75
4.12
Hasil Uji t……………………………………………………………… 76
4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi………………………………………. 81
xv
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
1.1
Perkembangan Industri Perbankan Syariah di Indonesia........ ...........
1.2
Jumlah Aset, DPK, dan Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia........ 6
2.1
Kerangka Pemikiran…. .....................................................................
30
4.1
Histogram Uji Normalitas......... ........................................................
68
4.2
P-Plot Uji Normalitas......... ...............................................................
68
4.3
Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas.............. .....................................
70
xvi
2
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
Lampiran 1
Daftar Sampel Penelitian ............................................................... 88
Lampiran 2
Nilai Risiko Likuiditas Bank Sampel ............................................ 88
Lampiran 3
Nilai CAR Bank Sampel ............................................................... 89
Lampiran 4
Nilai DER Bank Sampel................................................................ 90
Lampiran 5
Nilai ROA Bank Sampel ............................................................... 91
Lampiran 6
Nilai FDR Bank Sampel ................................................................ 92
Lampiran 7
Hasil Output Regresi Berganda 1 .................................................. 93
Lampiran 8
Hasil Output Regresi berganda 2 ................................................... 95 Pengobatan Autokorelasi dengan Metode First Difference
Lampiran 9
Hasil Uji Glejser............................................................................ 97
Lampiran 10 Tabel dl-du .................................................................................... 98
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama krisis keuangan global tahun 2007, sejumlah bank konvensional komersil dan beberapa institusi keuangan di dunia mengalami kerugian yang masiv pada aset jenis hipotek dan sekuritas berbasis hipotek (mortgages). Terjadi bailout besar-besaran terhadap bank komersial di seluruh dunia oleh pemerintahnya masing–masing. Kekhawatiran terhadap penurunan solvabilitas bank, ketersediaan kredit dan rusaknya kepercayaan investor mempengaruhi pasar saham. Lebih lanjut lagi, hal ini mempengaruhi output dan peningkatan pengangguran (Reinhart dan Rogoff, 2009:2). Padahal, sistem perbankan yang sehat yang mempertahankan fungsinya dalam mengalirkan kredit ke sektor swasta adalah tujuan utama dari seluruh pembuat kebijakan dan para regulator perbankan di seluruh dunia (Levine dan Zervos, 1998:2). Jika membandingkan kinerja perbankan Islam dengan perbankan konvensional secara global, maka akan terlihat bahwa kinerja perbankan Islam lebih baik daripada perbankan konvensional mengingat kerugian besar yang ditanggung oleh perbankan konvensional di Eropa dan Amerika Serikat akibat krisis (Hasan dan Dridi, 2010:6). Kontras dengan bank konvensional, bank syariah merupakan salah satu segmen jasa keuangan global dengan pertumbuhan tercepat dengan pertumbuhan rata-rata 10 persen per tahun (Pappas, et al. 2012:2). Berdasarkan data The City UK (2011), aset bank syariah meningkat dari 947 triliun dolar AS 1
pada akhir 2008 menjadi 1.041 triliun dolar AS pada akhir 2009 Perbankan Islam juga mengalami pertumbuhan yang lebih pesat dibanding bank konvensional setelah krisis 2008 (Hasan dan Dridi, 2010:6). Di Indonesia sendiri, industri perbankan syariah secara umum terus berkembang selama tahun 2011, bahkan pertumbuhan y-o-y tertinggi selama tiga tahun terakhir terjadi dibulan Oktober 2011 yaitu mencapai 48,10% (Outlook perbankan syariah 2012:2) Tabel 1.1 Pertumbuhan Bank Syariah Dunia
(Sumber : Central banks and Islamic banks annual repoort, dalam Hasan dan Dridi,2010) Gambar 1.1 Perkembangan Industri Perbankan Syariah di Indonesia
(Sumber : Outlook perbankan syariah 2012)
2
Secara umum bank adalah lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary). Kegiatan pokok industri perbankan adalah menghimpun dana dari anggota masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada anggota masyarakat yang memerlukan dana.
Dengan kegiatan tersebut maka akan tercipta satu
mekanisme yang dapat mendayagunakan sumber ekonomi masyarakat sehingga pada akhirnya akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi negara. Dalam meghimpun dana, bank harus mengeluarkan biaya dana yang disebut Biaya Bunga Dana (Interest Expenses), sementara dalam penyaluran dana kepada pihak yang membutuhkan dana, bank akan memperoleh bunga dana yang disebut dengan Pendapatan Bunga Dana (Interest Income). Dari selisih antara biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dana dengan bunga yang diperoleh karena meminjamkan dana, maka bank akan mendapatkan selisih pendapatan bunga (Net Interest Margin) (Anwar, 2010). Berdasarkan kegiatan bank, mulai dari pengumpulan dana sebagai sumber likuiditas, hingga penyaluran dana pada aktiva produktif dan berbagai kegiatan jasa yang ditawarkan bank, menjadikan perbankan sebagai industri yang sarat dengan risiko. Namun krisis perbankan 1997-1998 dan 2008 membuat bank menjadi
risk-phobia.
Perbankan
cenderung
bermain
aman
untuk
mengalokasikan aktiva produktif pada instrumen-instrumen bebas risiko. Walaupun secara neraca bank per bank terdapat perolehan laba yang meyakinkan,
sebenarnya
situasi
tersebut
secara
makro
justru
telah
memberatkan keuangan negara dengan membiayai bunga obligasi pemerintah
3
dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Akan tetapi yang paling fatal adalah dana masyarakat yang diserap perbankan tidak mengalir kembali ke masyarakat untuk membiayai berbagai kegiatan usaha yang produktif, melainkan hanya mengendap pada rekening-rekening pemerintah. Perlu adanya cara pandang yang baru terhadap risiko perbankan. Risiko pada industri perbankan harus dikelola dengan penerapan manajemen risiko, namun pada sisi lain perbankan juga perlu didorong untuk mengembalikan dana masyarakat yang telah diserap melalui peningkatan jumlah kredit kepada dunia usaha, maupun investasi langsung pada dunia usaha (bukan investasi portofolio saham pada bursa efek) (Idroes, 2010:xi). Sejumlah risiko yang melekat pada bisnis perbankan antara lain adalah : risiko kredit,
risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional. Krisis
keuangan global yang dipicu oleh subprime mortgage menjadikan risiko likuiditas menjadi isu terpenting dalam otoritas perbankan. Krisis yang berawal pada kuartal III tahun 2007 ini menjadi salah satu dari krisis yang terparah dalam sejarah, dalam hal durasi, lingkup, dan dampak kerugian bagi lembaga keuangan, serta perekonomian global (Consultative Paper BI, 2009:2). Krisis keuangan global menekankan bahwa risiko likuiditas dapat berkembang dengan cepat dengan menghilangnya sumber dana dan munimbulkan kekhawatiran tentang nilai aset dan kecukupan modal. Secara umum, bukti empirirs menunjukkan bahwa bank-bank dengan likuiditas yang cukup dapat memenuhi kewajiban pembayarannya sementara bank-bank dengan likuiditas rendah tidak mampu melakukannya (Gideon, et al. 2012:1).
4
Manajemen risiko likuiditas pada bank syariah sama pentingnya seperti pada bank konvensional. Namun, dibandingkan dengan bank konvensional, pengelolaan likuiditas pada bank syariah sangat unik dan lebih menantang dikarenakan fakta bahwa kebanyakan instrumen yang digunakan untuk mengelola likuiditas adalah berbasis bunga atau riba, dimana hal tersebut tidak sesuai dengan hukum syariah. Sebagai tambahan, rasionalisasi nasabah bank dalam arti konvensional dalam masalah profit berlaku dalam setiap transaksi dapat menyebabkan penarikan dana pada bank konvensional ketika tingkat bunga di bank konvensional lebih tinggi. Bank Syariah juga mungkin mengalami mismatch likuiditas yang parah ketika suku bunga berubah karena perubahan kondisis ekonomi (Ariffin, 2012:68). Namun, risiko likuiditas yang dihadapi oleh bank syariah saat ini terlihat lebih rendah, hal ini karena bank syariah menghadapi kelebihan likuiditas sebagai akibat dari tidak tersediaanya instrumen yang sesuai dengan syariah. Seperti pada kondisi perbankan syariah di Indonesia, jumlah pembiayaan secara umum selalu lebih rendah dibanding aset dan dana pihak ketiga yang dimiliki. Namun, banyak hal yang dapat meningkatkan risiko likuiditas dimasa mendatang. Pertama, masih tingginya rekening giro yang dapat ditarik setiap saat. Kedua, adanya batasan fikih dalam jual-beli utang, yang merupakan bagian utama dari aset. Ketiga, karena lambatnya pengembangan instrumen keuangan
syariah,
yang
menyebabkan
bank
syariah
tidak
mampu
meningkatkan dananya dengan cepat. Meskipun demikian sampai sejauh ini tidak ada bank syariah yan mengalami masalah likuiditas (Chapra, 2000:71).
5
Kondisi ini pun terjadi di Indonesia, jumlah pembiayaan yang diberikan lebih rendah dibanding dana pihak ketiga yang dimiliki bank syariah. Begitu pula dengan strutur dana pihak ketiga yang lebih banyak dalam bentuk simpanan jangka pendek yaitu tabungan dan giro. Gambar 1.2 Jumlah Aset, DPK, dan Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia
(Sumber : Statistik Perbankan Syariah) Tabel 1.2 Jumlah Rekening Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia
(Sumber : Statistik Perbankan Syariah)
6
Risiko likuiditas timbul ketika terjadi penurunan yang tidak diharapkan pada arus kas bersih (net cash flow) dan bank tidak mampu untuk meningkatkan sumber dananya dengan biaya yang rasional, baik dengan cara menjual aset atau dengan meminjam dana melalui penerbitan instrumen keuangan yang baru. Hal ini bisa menyebabkan bank tidak mampu lagi untuk memenuhi kewajibannya dan atau membiayai bisnis yang profitable. Oleh karena itu, peran manajemen likuiditas adalah sangat penting bagi bank untuk menghindari masalah yang lebih serius (Chapra, 2000:71). Karena pentingnya aspek risiko likuiditas, beberapa penelitian terdahulu pernah dilakukan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi risiko likuiditas. Beberapa diantaranya
sangat menarik dan
berguna untuk penelitian yang akan
dilakukan saat ini. Naveed Ahmed, et al (2011), melakukan penelitian dengan judul Risk Management Practices and Islamic Banks: An Empirical Investigation from Pakistan pada 6 bank syariah di Pakistan. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Size of the Banks, Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Non Performing Loans (NPL), dan manajemen aset. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel size of the banks dan manajemen aset berpengaruh positif signifikan, serta variabel CAR dan DER berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko likuiditas. Sedangkan variabel NPL tidak berpengaruh terhadap risiko likuiditas.
7
M. Farhan Akhtar, et al (2011), melakukan penelitian dengan judul Liquidity Risk Management: A comparative study between Conventional and Islamic Banks of Pakistan pada 6 bank konvensional dan 6 bank syariah di Pakistan. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Size of the firm, Networking capital, Return on Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara size dan networking capital terhadap net asset dan liquidity risk positif tetapi tidak signifikan pada bank konvensional dan syariah. Namun CAR di bank konvensional, dan ROA di bank syariah memiliki pengaruh positif dan signifikan. Naveed Ahmed, et al (2011), melakukan penelitian dengan judul Liquidity Risk and Islamic Banks: Evidence from Pakistan pada 6 bank syariah di Pakistan. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Leverage, Tangibility, Age, Size, dan Profitability. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara Leverage dan age adalah positif dan signifikan terhadap risiko likuiditas pada tingkat signifikansi sebesar 5%. Sedangkan tangibility mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap risiko likuiditas pada tingkat signifikansi 1%. Variabel size dan profitabilitas tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap risiko likuiditas. Rifki Ismal (2008) melakukan penelitian kepada 3 bank umum syariah nasional untuk mengukur praktek manajemen risiko likuiditas dengan membuat indeks manajemen risiko likuiditas. indeks tersebut mencakup sisi asset dan liability bank syariah termasuk praktek kebijakan manajemen risiko likuiditas
8
yang mereka lakukan. Hasil analisa indeks ini menunjukkan kriteria ”baik” analisa indeks per komponen memberikan gambaran yang beragam. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dilihat bahwa perkembangan bank syariah mengalami pertumbuhan yang pesat dan diprediksi mampu menjadi sistem alternatif dalam dunia perbankan. Namun, penelitian mengenai bank syariah khususnya yang terkait dengan risiko likuiditas dalam bank syariah yang dilakukan di Indonesia dirasa masih terbatas. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian yang diberi judul : “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt To Equity Ratio (DER), Return On Assets (ROA), dan Financing to deposit Ratio (FDR) Terhadap Risiko Likuiditas Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia” Terdapat perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak pada objek penelitian yang digunakan sebagai variabel, sampel, dan periode penelitian. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan data panel (pool) yakni data yang merupakan gabungan antara data runtut waktu (time series) dengan data seksi silang (cross section). Oleh karenanya, data panel memiliki gabungan karakteristik keduanya yaitu terdiri atas beberapa objek dan meliputi beberapa waktu (Winarno, 2011:2.5). Metode regresi digunakan untuk menganalisis subyek penelitian. Sampel dalam penelitian ini menggunakan Bank Umum Syariah di Indonesia. Dengan periode penelitian yang dimulai dari tahun 2008-2012. Periode tersebut dipilih untuk meneliti risiko likuiditas di saat dan setelah krisis ekonomi global.
9
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disajikan diatas dapat diketahui bahwa risiko likuiditas menjadi risiko yang penting dalam menganalisis kesehatan dalam bank syariah, dari permasalahan tersebut sehingga dapat diturunkan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh Debt to equity Ratio (DER) terhadap Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia? 4. Bagaimana pengaruh Financing to deposit Ratio (FDR) terhadap Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. TujuanPenelitian Atas dasar permasalahan tersebut diatas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah : a. Menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia. b. Menganalisis pengaruh Debt to equity Ratio (DER) terhadap Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia. c. Menganalisis pengaruh Return on Assets (ROA) terhadap Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia.
10
d. Menganalisis pengaruh Financing to deposit Ratio (FDR) terhadap Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Bank Umum Syariah di Indonesia Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi risiko likuiditas yang akan dihadapi dalam perkembangan perusahaan kedepannya. Sehingga bank umum syariah di Indonesia dapat lebih berhati-hati dan waspada dalam mengelola dana yang dimiliki dan berhati-hati dalam menyalurkan dana ke masyarakat. b. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai kemungkinan terjadinya risiko likuiditas dalam perusahaan perbankan, dimana likuiditas tersebut mengacu kepada kemampuan bank untuk memenuhi penarikan deposito, pembayaran pinjaman jatuh tempo, dan kewajiban-kewajiban lainnya tanpa mengalami kemunduran. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan untuk pembanding hasil riset maupun sebagai acuan penelitian berikutnya. c. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dalam kehidupan nyata sehari-hari.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Studi Pustaka 1. Manajemen risiko dalam perbankan a.
Pengertian risiko Risiko bisa dikategorikan sebagai bahaya dan peluang. (Idroes, 2011:4) 1) Risiko sebagai bahaya : risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. 2) Risiko sebagai peluang : risiko adalah sisi yang berlawanan dari peluang untuk mencapai tujuan. Kata kunci dari penjelasan diatas adalah tujuan dan dampak atau sisi yang berlawanan. Dalam definisi lain disebutkan bahwa risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (Event) tertentu. (PBI No 13/23/PBI/2011, Bank Indonesia:3)
b.
Jenis – jenis risiko pada perbankan Pada dasarnya jenis-jenis risiko yang dihadapi dalam dunia perbankan dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu risiko finansial dan risiko nonfinansial. Risiko finasnsial terkait dengan kerugian langsung berupa hilangnya sejumlah uang akibat event yang terjadi. Pada sisi lain, risiko nonfinansial terkait kepada kerugian yang tidak dapat dikalkulasikan secara jelas jumlah uang yang hilang. Namun
12
pada gilirannya risiko nonfinansial berpotensi untuk menimbulkan kerugian finansial. (Idroes, 2011:22) Dalam Peraturan Bank Indonesia No 13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko pada bank umum syariah dan unit usaha syariah, jenis – jenis risiko dalam perbankan syariah dikelompokkan sebagai berikut : 1) Risiko kredit Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati. 2) Risiko pasar Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan. 3) Risiko likuiditas Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.
13
4) Risiko operasional Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian – kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. 5) Risiko hukum Risiko hukum adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. 6) Risiko stratejik Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. 7) Risiko reputasi Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. 8) Risiko kepatuhan Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah.
14
9) Risiko imbal hasil Risiko imbal hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga bank. 10) Risiko investasi Risiko investasi (Equity Investment Risk) adalah risiko akibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing. c. Pengertian Manajemen Risiko Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu metode dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses. (Idroes, 2011:5). Menurut Peraturan Bank Indonesia No 13/23/PBI/2011 tentang penerapan manajemen risiko pada bank umum syariah dan unit usaha syariah, manajemen risiko didefinisikan sebagai serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan
untuk
mengidentifikasi,
mengukur,
memantau,
dan
mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank. (Peraturan BI, 2011:3).
15
2. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan Bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu. Risiko likuiditas dapat dikategorikan sebagai berikut. a.
Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena Bank tidak mampu melakukan offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau terjadi gangguan di pasar (market disruption)
b.
Risiko Likuiditas Pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena Bank
tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain. Risiko likuiditas dapat melekat pada aktivitas fungsional pembiayaan (penyediaan dana), treasuri dan investasi, kegiatan dan pendanaan utang. Pengelolaan likuiditas ini sangat penting karena kekurangan likuiditas dapat mengganggu bukan hanya internal Bank tersebut namun sistem perbankan secara keseluruhan (Rivai dan Arifin, 2010: 984). Risiko likuiditas yang berkaitan dengan sumber dana bank terutama adalah adanya kemungkinan deposan atau debitur menarik dananya dari bank. Risiko penarikan dana tersebut berbeda antara masing – masing jenis sumber dana (Siamat, 2001:113). Risiko likuiditas merupakan risiko terbesar karena likuiditas merupakan ’darah’ bagi bank. Meskipun suatu bank masih dapat membayar seluruh hutangnya (solvabel), tetapi ketidakmampuan menyediakan dana jangka pendek, dapat menyebabkan
16
kegagalan bank, karena penyimpan akan melakukan rush kepada bank itu (Sukarman, 2007:57) Menurut Khan, et al (2001:155) risiko likuiditas adalah variasi pendapatan bersih dalam sebuah bank karena ketidakmampuan bank untuk meningkatkan modal dengan biaya yang wajar, baik dengan pendapatan dari menjual asetnya di tempat (kesulitan likuiditas aset) atau dengan pinjaman dengan menerbitkan Instrumen keuangan baru (masalah likuiditas pendanaan). Semua risiko lainnya akan berujung pada likuiditas bank sebelum membawa masalah ke bank. Secara operasional, bank gagal ketika arus kas dari pembayaran kredit, penjualan aset di tempat dan mobilisasi dana tambahannya gagal, penarikan deposito, biaya operasi, dan pertemuan utang kewajiban. Menurut laporan tahunan Bank BCA tahun 2011, risiko likuiditas merupakan risiko yang mungkin dihadapi bank karena tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada deposan, investor, dan kreditur, yang disebabkan oleh keterbatasan pendanaan atau ketidakmampuan bank untuk melikuidasi aset pada harga wajar. Untuk mengelola likuiditas, selain menjaga primary reserves, juga menjaga secondary reserves, dan membuat proyeksi arus kas yang terinci dalam mata uang USD dan Rupiah. Sedangkan menurut surat edaran Bank Indonesia No. 13/23/PBI/2011, risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas
17
dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Manajemen risiko likuiditas di bank didefinisikan sebagai risiko ketidakmampuan bank dalam memenuhi kewajibannya kepada nasabah penyimpan dana atau kenaikan dana dalam aset saat jatuh tempo tanpa menimbulkan biaya yang tidak dapat diterima atau kerugian (Ismail, 2010:230). Risiko ini terjadi ketika deposan kolektif memutuskan untuk menarik dana lebih dari bank (Hubbard, 2002:323), atau ketika peminjam gagal memenuhi kewajiban keuangan mereka ke bank. Dengan kata lain, risiko likuiditas terjadi dalam dua kasus. Risiko likuiditas ini merupakan risiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan kredit dan semua penarikan dana oleh penabung pada suatu waktu. Masalah yang mungkin timbul disini adalah bank – bank tidak dapat mengetahui dengan tepat kapan dan berapa jumlah dana yang akan dibutuhkan atau akan ditarik oleh nasabah. Oleh karena itu memperkirakan kebutuhan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks. Bank harus memperkirakan kebutuhan likuiditas dan mencari cara bagaimana memenuhi semua kebutuhan dana pada saat diperlukan. Kebutuhan likuiditas bank bersumber dari dua kebutuhan. Pertama, kebutuhan penarikan dana oleh penabung dan kebutuhan likuiditas wajib dan kedua, untuk memenuhi kebutuhan pencairan dan permintaan kredit dari nasabah terutama kredit yang telah disetujui (Siamat, 2001:92).
18
Dalam penelitian ini risiko likuiditas diukur menggunakan rasio permodalan bank. Yaitu modal dibagi total aset. Modal dalam perbankan terdiri dari modal inti dan modal pelengkap (Siamat, 2001:105). Dimana di dalam modal pelengkap masih terdapat risiko tersendiri seperti misalnya modal pinjaman yang memiliki jatuh tempo. Sehingga peningkatan modal juga akan meningkatkan risiko. 3. Capital Adequacy Ratio (CAR) CARmerupakan rasio antara modalsendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko
(ATMR).
CAR
merupakan
rasio
permodalan
yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampungrisiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. CAR menunjukkansejauh mana penurunan Asset Bank masih dapat ditutup oleh Equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank (Nusantara, 2009:14).
MenurutMakiyan (2010), kecukupan modal diukur berdasarkan volume aset berisiko. Pada prinsipnya, sebagian besar aset bank syariah harus terbuat dari mode Profit and Loss Sharing (PLS), yang sebagian besar tidak terkolerasi. Aset ini mempunyai risiko lebih daripada yang terbuat dari nonPLS mode yang pada prinsipnya dijamin. Dengan demikian, rasio aset berisiko terhadap total aktiva biasanya harus lebih tinggi dalam kerangka Islam daripada di bank konvensional. Norma kecukupan modal dalam kerangka Islam karena itu harus lebih ditekankan. Perlu dicatat bahwa dalam prakteknya, PLS mode adalah sebagian kecil dari total aset bank
19
Islam. Data Agregat menunjukkan bahwa Mudarabah dan Musharakah aset mencapai sekitar 25 persen dari operasi bank Islam di sisi aset. Mayoritas dari sisi aset bank syariah terdiri dari non-PLS mode, terutama mark-up transaksi. Dengan demikian, cukup beralasan untuk menyimpulkan bahwa penilaian kecukupan modal untuk bank-bank Islam harus didasarkan tidak hanya pada evaluasi menyeluruh dari tingkat risiko masing-masing portofolio bank, tetapi juga penilaian terhadap campuran PLS dan non-PLS aset . CAR merupakan rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia mengacu pada ketentuan
standar
internasional
yang
dikeluarkan
oleh
Banking
for
International Settlement (BIS) (Riyadi, 2006:161). Secara matematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut:
CAR =
Dimana modal sendiri adalah Modal inti ditambah modal pelengkap. Dan ATMR merupakan Neraca aktiva ditambah neraca administrasi.
4. Debt to Equity Ratio (DER) Rivai dan Arifin (2010:578) menjelaskan, pada industri perbankan, sumber dana yang terbesar berasal dari dana masyarakat disamping sumber dana lainnya yang berasal dari pinjaman modal sendiri. Sumber dana pihak ketiga seperti giro, tabungan dan deposito lazim juga disebut sebagai 20
sumber tradisional. Sedangkan pinjaman melalui pasar uang dengan menerbitkan instrumen utang disebut sumber nontradisional. Debt to Equity Ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (hutang) dengan total shareholder’s equity (total modal sendiri). Rasio Debt to Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :
DER =
5. Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh dan mengelola profitabilitas efisiensi bisnis bank secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan bahwa tingkatan profitabilitas bank lebih baik atau lebih sehat (Mahrinasari, 2003:22). Sementara itu
menurut Bank Indonesia, ROA adalah rasio keuntungan
sebelum pajak terhadap total aset selama periode tertentu. Rasio ini bisa digunakan untuk mengukur kesehatan bank. Rasio ini sangat penting, mengingat bahwa keuntungan yang dihasilkan oleh sebuah aset mungkin merefleksikan tingkat efisiensi bisnis sebuah bank. Dalam framework penilaian kesehatan bank, bank sentral akan memberi nilai maksimum 100 (sehat), jika bank memiliki ROA lebih besar dari 1,5% (Hasibuan, 2005).Semakin besar ROA sebuah bank, semakin tinggi tingkat profit yang dihasilkan oleh bank. Dan semakin baik posisi bank dalam penggunaan aset (Kurnia, 2012:45).
21
Return on Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur risiko likuiditas perbankan karena Return on Asset (ROA) adalah ukuran akuntansi bank yang paling komprehensif. Return on Asset (ROA) sebagai indikator efisiensi bank dan ukuran kemampuan bank untuk mendapatkan sewa/keuntungan dari seluruh operasinya (Goudreau, 1992 :5). Return on Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata – rata total aset. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh sebuah bank. Berdasarkan ketentuanbank Indonesia, yang tercantum dalam Surat Edaran BI No. 9/24/DPbS, secara matematis, ROA dirumuskan sebagai berikut (Almilia, 2005:14):
ROA =
6. Financing to Deposit Ratio Financing to deposit ratio (FDR)atau loan to deposit ratio adalahpembiayaanterhadapdanapihakketiga yang diterimaoleh bank. FDR digunakanuntuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank umum (Kamus Bank Indonesia).Rasio ini memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
22
likuiditasnya. Rasio yang tinggi menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas suatu bank (Siamat, 2001:160).
B. Keterkaitan Antar Variabel 1.
Pengaruh CAR terhadap Risiko Likuiditas Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal untuk menunjang kepemilikan aset bank yang mengandung atau yang menghasilkan risiko. CAR merupakan rasio untuk membuktikan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk investasi bisnis dan mengakomodir risiko operasional yang dihadapi bank. Semakin besar rasio CAR ini, maka artinya bank memiliki modal yang cukup yang bisa digunakan sebagai dana likuid (Kurnia, 2012:44). Namun dalam permodalan Bank terdiri dari dua sumber, yaitu modal inti dan modal pelengkap, dimana modal pelengkap merupakan modal yang berisiko (misalnya modal pinjaman yang memiliki waktu jatuh tempo). Sehingga peningkatan modal disatu sisi akan meningkatkan risiko pada bank itu sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhtar (2011) yang menemukan CAR berpengaruh positif terhadap risiko likuiditas.
23
2.
Pengaruh DER terhadap Risiko Likuiditas Debt ratio, yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang apabila suatu saat perusahaan dilikuidasi. Rasio ini juga menunjukkan seberapa besar perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau kreditor (Rodoni, Ali, 2010:27). Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan financial laverage yang tinggi. Risiko perusahaan dengan financial laverage yang tinggi akan semakin tinggi pula (Hanafi dan Halim, 2009:81).
3.
Pengaruh ROA terhadap Risiko Likuiditas Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik (Dendawijaya, 2003:120). Tujuan dalam manajemen dana adalah untuk memperoleh profit yang optimal. Hal itu bisa direalisasi dengan memberikan pembiayaan yang sebesar-besarnya. Namun di sisi lain bank harus menyediakan dana kas untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dibayar. Dengan banyaknya pemberian pembiayaan maka risiko likuiditas akan meningkat,
dikarenakan
kemungkinan
nasabah
akan
gagal
bayar
(Muhammad, 2005:48).
4.
Terhadap FDR terhadap Risiko Likuiditas
24
Rivai dan Arifin (2010) menjelaskan, bahwa semakin tinggi FDR suatu bank, berarti bank semakin tidak likuid, sehingga semakin tinggi pula risiko bank tidak dapat memenuhi kewajiban tepat pada waktunya atau hanya dapat memenuhi kewajiban melalui pinjaman darurat atau dengan kata lain semakin tinggi pula risiko likuiditasnya.
C. PenelitianTerdahulu Abdullah (2003), melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara kinerja terhadap risiko pada industri bank komersial di Arab Saudi. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja adalah earning per share, dividend payout ratio, loans to deposit ratio, equity to total deposits, return on asset dan loan loss reserve. Pengaruh indikator kinerja bank terhadap risiko diuji menggunakan OLS dan korelasi Spearman’s Rank. Penelitian tersebut menemukan bahwa earning per share dan return on asset (net income to total asset) berpengaruh signifikan. Menurut Naveed Ahmed, et al (2011) berdasarkan pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai Risk Management Practices and Islamic Banks : An Empirical Investigation from Pakistan dapat disimpulkan bahwa ukuran bank (size of the bank) mempunyai hubungan yang positif, dan signifikan dengan risiko likuiditas. Hubungan antara Debt Equity Ratio (DER) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah signifikan, dan berhubungan negative dengan risiko likuiditas. Asset Utilization Ratio terbukti mempunyai hubungan yang positif, dan signifikan terhadap risiko likuiditas.Sedang kan hubungan
25
dari rasio NPLs dengan risiko likuiditas adalah negatif, dan tidak signifikan. Dari hasil regresi, penelitian ini menerima hipotesis bahwa terdapat hubungan antara Size of The Banks, Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt Equity Ratio (DER), dan Manajemen Aset dengan risiko likuiditas. Dan tidak terjadi hubungan antara rasio NPL terhadap risiko likuiditas.. M. Farhan Akhtar, et al (2011), melakukan penelitian dengan judul Liquidity Risk Management: A comparative study between Conventional and Islamic Banks of Pakistan pada 6 bank konvensional dan 6 bank syariah di Pakistan. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Size of the firm, Networking capital, Return on Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan antara size dan networking capital terhadap net asset dan liquidity risk positif tetapi tidak signifikan pada bank konvensional dan syariah. Namun CAR di bank konvensional, dan ROA di bank syariah memiliki pengaruh positif dan signifikan. Menurut Vido Niangga (2012) berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko Likuiditas Bank di Indonesia dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif, dan signifikan antara Size of the Firm, Networking capital, dan Return on Assets (ROA) dengan risiko likuiditas. Dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Return on Equity (ROE), dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap risiko likuiditas.
26
Menurut Ahmed Naveed, et al (2011) berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian mengenai Liquidity Risk and Islamic Banks: Evidence from Pakistan dapatdisimpulkanbahwa variable Leverage, dan Age berpengaruh signifikan terhadap risiko likuiditas. Sedangkan variabel tangibility, size of the banks, dan profitabilitas tidak terdapat pengaruh terhadap risiko likuiditas pada bank syariah. Menurut Asdini Andi (2012) berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian hipotesis mengenai pengaruh LDR, NPL, CAR terhadap risiko likuiditas pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) se Indonesia dapat disimpulkan bahwa variabel LDR, dan NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap risiko likuiditas. Sedangkan variabel CAR berpengaruh positif signifikan terhadap risiko likuiditas.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No 1
Peneliti dan Judul Penelitian Asdini Andi Syahril (2012), Pengaruh LDR, NPL, CAR Terhadap Risiko Likuiditas Pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Se Indonesia
Variabel Variabel Independen : Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loans (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR) Variabel Dependen : Risiko Likuiditas
Hasil Penelitian Loan to Deposit Ratio (LDR) : (-) signifikan Non Performing Loans (NPL) : (-) signifikan 27
(lanjutan tabel 2.1) Capital Adequacy Ratio(CAR) : (+) signifikan 2
Vido Niangga Widyantoro (2012), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Likuiditas Bank Di Indonesia
Variabel Independen : Size of the Firm, Networking Capital, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), danCapital Adequacy Ratio (CAR) Variabel Dependen : Risiko Likuiditas
Size of the Firm: (+) signifikan, Networking Capital : (+) signifikan, Return on Asset (ROA) : (+) signifikan Return on Equity (ROE) : Tidak signifikan Capital Adequacy Ratio (CAR) : Tidak signifikan
3
M.Farhan Akhtar, Khizer Ali, dan Shama Sadaqat (2011), Liquidity Risk Management: A comparative study between Conventional and Islamic Banks of Pakistan
Variabel Independen : Size of the firm, Networking Capital, Return on Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA) Variabel Dependen : Risiko Likuiditas
Size of the Bank : (+) tidak signifikan Networking Capital : (+) tidak signifikan ROE : (-) tidak signifikan CAR : (+) signifikan ROA : (+) signifikan
4
Naveed Ahmed, M.Farhan Akhtar, dan M.Usman (2011), Risk Management Practices and Islamic Banks: An Empirical Investigation from Pakistan
Variabel Independen : Size of the Banks, Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Non Performing Loans (NPL), Manajemen aset Variabel Dependen : Risiko Likuiditas
Size of the Bank: (+) signifikan CAR : (-) signifikan DER : (-) signifikan NPL : (+) tidak signifikan Manajemen Aset : (+) signifikan
28
(lanjutan tabel 2.1)
5
Naveed Ahmed, Zulfqar Ahmed, Imran Haider Naqvi (2011), Liquidity Risk and Islamic Banks: Evidence from Pakistan
Variabel Independen : Leverage, Tangibility, Age, Size of the Bank, Profitabilitas Variabel Dependen : Risiko Likuiditas
Leverage : (+) signifikan Tangibility : (-) signifikan Age : (+) signifikan Size of the Bank : (-) tidak signifikan Profitabilitas : (-) tidak signifikan
6
Abdullah (2003), The Relationship Between Commercial Banks Performance and Risk Measures : A Case Studi Arabia Stock Market
Variabel Independen : Deposits, Dividen Payout Ratio, Equity to Total Deposits Ratio, Earning per Share, Loan to Deposit Ratio, Loan loss Reserve, Net Income to Total Asset. Variabel Dependen : Systematic Risk, Total Risk
Earning per Share: signifikan Net Income to Total Asset : Signifikan
D. Kerangka Pemikiran Berdasarkan telaah pustaka dan hasil dari penelitian terdahulu diduga bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset (ROA), dan Financing to Deposits Ratio (FDR) berpengaruh terhadap risiko likuiditas bank syariah secara masing – masing, dan bersama – sama. Dengan demikian dapat dirumuskan kerangka pikir penelitian sebagai berikut :
29
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir LatarBelakangMtasalah KrisisKeuangan 2008 BerkembangnyaPerbankanSyariah PenelitianTe rdahulu
Landasan Teori
Pengaruh CAR, DER, ROA, dan FDR terhadapRisikoLikuiditasPada Bank Syariah di Indonesia Periode 2008-2012 RumusanMasalah
VariabelDependen : RisikoLikuiditas
VariabelIndependen : CAR, DER, ROA, FDR
UjiRegresiBerganda
UjiAsumsiKlasik
UjiF
Ujit
Kesimpulan& Saran
E. Hipotesis Berdasarkan hubungan antara tujuan penelitian serta kerangka pemikiran teoritis terhadap rumusan masalah penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H1
:Terdapat hubungan antara Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), dan Financing to
30
Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap risiko likuiditas secara simultan. H2
:Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap risiko likuiditas.
H3 :Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap risiko likuiditas. H4
:Return on Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap risiko likuiditas.
H5
:Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap risiko likuiditas.
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. RuangLingkupPenelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dan regresional. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dengan cara menganalisis dan menafsirkan variabel-variabel yang diteliti. Sedangkan penelitian regresional dimaksudkan untuk menghubungkan serta mengukur pengaruh variabel independen, yaitu : Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap variabel dependen risiko likuiditas Bank Syariah. Objek yang diteliti adalah Bank Umum Syariah yang terdaftar dalam daftar Bank Indonesia, yang memiliki laporan keuangan periode 2008 – 2012. Periode pengamatan 2008-2012 dipilih karena pada periode tersebut terjadi banyak peristiwa ekonomi global maupun di Indonesia. Diantaranya krisis ekonomi global yang diawali dengan krisis ekonomi di Amerika Serikat, yang sedikit banyak telah mempengaruhi gejolak perekonomian Indonesia khususnya di sektor perbankan. Variabel yang diangkat dalam penelitian kali ini meliputi variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR), sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah resiko likuiditas Bank Syariah.
32
B. MetodePenentuanSampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, yakni pengambilan subyek bukan didasarkan atas strata atau random tetapi didasarkan atas adanya tujuan dan pertimbangan tertentu. Peneliti mengambil 3 Bank Umum Syariah sebagai sampel karena bank tersebut mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Sampel digunakan apabila memenuhi kriteria yang ditunjukkan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Sampel No. Kriteria 1 Bank Umum Syariah di Indonesia 2 Bank yang diteliti masih beroperasi pada periode tahun penelitian. (2008-2012) 3 Bank yang diteliti sudah menjadi bank umum syariah dalam kurun waktu penelitian. 4 Tersedia laporan keuangan triwulanan pada periode waktu penelitian (Sumber: Laporan Perkembangan Perbankan Syariah)
Jumlah Bank 11 11 11
3
Berdasarkan kriteria dalam tabel 3.1 di atas, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 Bank Umum Syariah yaitu: Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian No. 1 2 3
Nama Bank Bank Muamalat Indonesia Bank Syariah Mandiri Bank Mega Syariah
33
C. MetodePengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu diperoleh dari buku–buku ilmiah, laporan penelitian, karangan–karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan– peraturan, ketetapan –ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber– sumber tertulis baik dalam media cetak maupun media elektronik lainnya. Metode kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kegiatan bank syariah untuk memperoleh landasan teoritis secara komprehensif.
Selain
itu,
metode
kepustakaan
digunakan
untuk
mengeksplorasi laporan keuangan dari Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah yang berupa neraca, laporan laba-rugi, kualitas aktiva produktif, perhitungan kewajiban penyediaan modal minimum, dan perhitungan rasio keuangan dalam laporan keuangan triwulanan yang dipublikasikan oleh masing – masing bank umum syariah melalui website Bank Indonesia maupun website resmi masing – masing bank. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data yang dikumpulkanadalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER),Return on Assets (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang diperoleh dari Laporan Keuangan PublikasiTriwulanan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, dan laporan keuangan yang dipublikasikan
34
pada website masing – masing bank. Periodesasi data menggunakan data Laporan Keuangan Triwulanan Bank Umum Syariah yang dipublikasikan selama tahun 2008-2012. Jangka waktu ini dirasa cukup untuk meliput perkembangan kinerja bank karena menggunakan data panel. D. MetodeAnalisis Data Metode deskriptif dan regresional di aplikasikan untuk mempelajari dan membandingkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat pada objek penelitian. Untuk mengetahui pengaruh hubungan antar variabel dilakukan dengan pengujian regresional statistik dengan menggunakan alat analisis SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 16. Sedangkan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik, untuk memastikan apakah model regresi linier berganda yang digunakan tidak terdapat masalah normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolinieritas. Jika semua itu terpenuhi dapat diartikan bahwa model analisis telah layak digunakan (Gujarati, 1995). 1. UjiAsumsiKlasik a. UjiNormalitas Ujinormalitasbertujuanuntukmengujiapakahdalam model regresi, variabelpenggangguatau
residual
memilikidistribusi
normal.Sepertidiketahuibahwauji t dan F mengasumsikanbahwanilai residual
mengikutidistribusi
normal.Kalauasumsiinidilanggarmakaujistatistikmenjaditidak
valid
35
untukjumlahsampelkecil.Untukmendeteksiapakah berdistribusi
normal
residual
atautidakdengananalisisgrafikdanujistatistik
(Ghozali, 2009:147) b. UjiAutokorelasi Ujiautokorelasibertujuanmengujiapakahdalam model regresi linear adakorelasiantarakesalahanpengganggupadaperiode dengankesalahanpengganggupadaperiode (sebelumnya).Jikaterjadikorelasi,
t t-1
makadinamakanada
autokorelasi.Autokorelasimunculkarenaobservasi
problem yang
berurutansepanjangwaktuberkaitansatusamalainnya. Masalahinitimbulkarena
residual
(kesalahanpengganggu)
tidakbebasdarisatuobservasikeobservasilainnya. Untukmendekteksiadaatautidaknyaautokorelasi, dilakukandenganUji
Durbin
–
Watson
(DW
Test).Ujiinihanyadigunakanuntukautokorelasitingkatsatu (first order autocorrelation) danmensyaratkanadanya intercept (konstanta) dalam model regresidantidakadavariabel lag diantaravariabelindependen (Ghozali, 2009:100).Pengambilankeputusanadaatautidaknyaautokorelasididasar kanpadaTabel 3.3 berikut:
36
Tabel 3.3 PengambilanKeputusan Ada TidaknyaAutokorelasi HipotesisNol Keputusan Jika Tidakadaautokorelasipositif Tolak 0 < d < dl Tidakadaautokorelasipositif No Decision dl ≤ d ≤ du Tidakadaautokorelasinegatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidakadaautokorelasinegatif No Decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl Tidakadaautokorelasi, Tidakditolak / positifataunegatif diterima (Sumber : Ghozali, 2009:100)
du < d < 4-du
c. UjiHeteroskedastisitas Ujiheteroskedastisitasbertujuanuntukmengujiapakahdalam regresiterjadiketidaksamaan
variance
dari
model residual
satupengamatankepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satukepengamatanlaintetap, makadisebutHomoskedastisitasdanjikaberbedadisebutHeteroskedastisi tas.
Model
regresi
yang
baikadalah
yang
HomoskedastisitasatautidakterjadiHeteroskedastisitas.Pengujianadatid aknyamasalahheteroskedastisitasdapatdilakukandenganmelihatGrafik Plot antaranilaiprediksivariabelterikat (dependen) yaitu ZPRED denganresidualnya SRESID.Deteksiadatidaknyaheteroskedastisitasdapatdilakukandengan melihatadatidaknyapolatertentupadagrafik scatterplot.Dasaranalisisuntukpengujianiniadalah:
37
1) Jikaadapolatertentu,
–
sepertititik
titik
yang
adamembentukpolatertentu, makamengindikasikantelahterjadiheteroskedastisitas 2) Jikatidakadapola yang jelas, sertatitik – titikmenyebar di atasdan
di
bawahangka
0
padasumbu
Y,
makatidakterjadiheteroskedastisitas. Untukmenjaminkeakuratanhasil, makadiperlukanujistatistik.Salah satunyaadalahujiGlejser.Glejsermengusulkanuntukmeregresnilai absolute
residual
terhadapvariabeldependen
(Gujarati,
2003,
dalamGhozali, 2009:129).Dasarpengambilankeputusanujiheteroskedastisitasmelaluiuj iGlejserdilakukansebagaiberikut: 1) Jikavariabelindependensignifikansecarastatistikmempengaruhiv ariabeldependen, makaadaindikasiterjadiheteroskedastisitas. 2) Jikaprobabilitasnilaitest tidaksignifikansecarastatistikmakadapatdiartikanbahwa
data
empiris yang diestimasitidakterdapatheteroskedastisitas. d. UjiMultikolinieritas Ujimultikolinieritasbertujuanuntukmengujiapakah
model
regresiditemukanadanyakorelasiantarvariabelbebas (independen).Model
regresi
yang
baikseharusnyatidakterjadikorelasidiantaravariabelindependen.Untuk
38
mendeteksiadaatautidaknyamultikolinieritas
di
dalam
model
dihasilkanolehsuatuestimasi
model
regresiadalahsebagaiberikut : 1) Nilai
R2
yang
regresiempirissangattinggi, tetapisecara individual variabel – variabelindependenbanyak
yang
tidaksignifikanmempengaruhivariabeldependen. –
variabelindependen.
Jikaantarvariabelindependenadakorelasi
yang
2) Menganalisismatrikkorelasivariabel
cukuptinggi(umumnya
di
atas
0,90),
makahalinimerupakanindikasiadanyamultikolinieritas. 3) Multikolinieritasdapatdilihatdarinilai
tolerance
danlawannyavariance inflation factor (VIF). (a)
Jikanilaitolerance>
0,10dannilai
VIF
<
10,
makadapatdisimpulkanbahwatidakterdapatmultikolinieritasa ntarvariabelindependendalam model regresi. (b)
Jikanilaitolerance<
0,10dannilai
VIF
>
10,
makadapatdisimpulkanbahwaterdapatmultikolinieritasantar variabelindependendalam model regresi.(Ghozali, 2009: 96). 2. AnalisisRegresiBerganda Untuk menguji kekuatan variabel - variabel penentu Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR)terhadap resiko likuiditas, maka
39
digunakan analisis regresi berganda dengan model dasar sebagai berikut : (Gujarati, 1995). Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e Dimana : Y
: Resiko likuiditas pada periode t
X1
:Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Syariah
X2
:Debt to Equity Ratio (DER)Bank Syariah
X3
: Return on Assets (ROA) Bank Syariah
X4
:Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Syariah
e
: Error
Besarnya konstanta tercermin dalam a, dan besarnya koefisien regresi dari masing - masing variabel independen ditunjukkan dengan b1, b2, b3, dan b4. 3. PengujianHipotesis Untuk melakukan peengujian terhadap hipotesis – hipotesis yang diajukan, perlu digunakan analisis regresi melalui uji t maupun uji F. Tujuan dilakukan analisis regresi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel independen (Xi) terhadap variabel dependen (Y) baik secara bersama - sama maupun parsial pada hipotesis 1 (H1) sampai dengan hipotesis 5 (H5). a. Uji – F Uji statistik F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen, dalam hal ini adalah CAR (Capital Adequacy
40
Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), ROA (Return on Assets), dan FDR (Financing to Deposit Ratio) terhadap variabel dependen Risiko Likuiditas secara simultan.
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Hipotesis nol yang hendak di uji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau : H0 : b1 ; b2 ; .... ; bk = 0 Artinya, apakah variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternaltifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau : Ha : b1 ; b2 ; ... ; bk ≠ 0 Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Ghozali,2009 :88). Untuk memperoleh Fhitung digunakan rumus : ( (
) ) (
)
Dimana : Y
= nilai pengamatan
Y°
= nilai Y yang ditaksir dengan model regresi
Ȳ
= nilai rata – rata pengamatan
n
= jumlah pengamatan / sampel 41
k
= jumlah variabel independen
Untuk menguji hipotesis ini digunakan statsitik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha.
b. Uji - t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut : Ha : bi > 0 , atau Ha : bi < 0 Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari α 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan, artinya secara parsial variabel bebas (Xi) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) maka hipotesis alternatif diterima, sementara jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan, artinya secara parsial variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y), hipotesis ditolak (Ghozali, 2009 :88). Untuk memperoleh nilai thitung digunakan rumus: T hitung=
( ) ( )
42
Dimana : bᵢ
= variabel independen
βᵢ
= parameter ke-i yang dihipotesiskan
se (bᵢ) = kesalahan standar bᵢ Atau dapat ditentukan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan menolak Ha. Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima Ha. E. DefinisiOperasionalVariabel Secaragarisbesar,
definisioperasional
yang
digunakanadalahsebagaiberikut :
Tabel 3.4 DefinisiOperasionalVariabelPenelitian No 1
2
3
Variabel
Definisi
Pengukuran
Capital Perbandingan antara Adequacy Ratio modal dan Aktiva (CAR) (X1) Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Sumber : SEBI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Debt to Equity Mengukur kemampuan Ratio (DER) perusahaan untuk membayar (X2) hutang apabila suatu saat perusahaan dilikuidasi. Rasio ini juga menunjukkan seberapa besar perusahaan dibiayai oleh pihak luar atau kreditor. Return on Perbandingan laba sebelum Assetes (ROA) pajak dengan rata – rata total (X3) aset.
43
LanjutanTabel 3.4 4 Financing to Deposit Ratio (FDR) (X4)
5
Risiko Likuiditas (Y)
Sumber : SEBI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 Rasio ini menggambarkan seberapa besar dana pihak ketiga (DPK) yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan (Siamat, 2001:160) Risiko akibat ketidak mampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Sumber : SEBI no. 13/23/PBI/2011
Dalam hal ini modal diperoleh dari penjumlahan total modal inti dengan total modal pelengkap masing-masing bank.
44
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan Dalam bab ini akan dijelaskan hal–hal yang berkaitan dengan data– data yang berhasil dikumpulkan, hasil pengolahan data dan pembahasan dari hasil pengolahan data tersebut. Adapun urutan pembahasan secara sistematis adalah sebagai berikut: deskripsi umum hasil penelitian, pengujian asumsi klasik, analisis data yang berupa hasil analisis regresi, pengujian variabel independen secara parsial dan simultan dengan model regresi, pembahasan tentang pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut data Bank Indonesia, terdapat 11 Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di Indonesia.Dalam periode 2008-2012 hanya sebanyak 3 bank umum syariah yang menyajikan laporan keuangan triwulanan secara lengkap.Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 3 bank umum syariah. B. Data Penelitian Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling guna menghindari adanya ambiguitas yang disampaikan oleh informasi– informasi tersebut. Atau dapat diartikan bahwa pemilihan sampel penelitian didasarkan pada kriteria – kriteria tertentu, kualifikasi sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:
45
1. Merupakan Bank Umum Syariah di Indonesia 2. Bank yang digunakan sebagai sampel masih beroperasi pada periode tahun penelitian 3. Bank yang diteliti sudah menjadi bank umum syariah pada kurun waktu penelitian 4. Bank yang diteliti memiliki laporan triwulanan yang lengkap pada periode penelitian. Dari kriteria yang tersebut diatas, didapatlah 3 bank umum syariah yang terdaftar di direktorat Bank Indonesia dan menyediakan laporan keuangan yang dibutuhkan secara lengkap pada periode penelitian 20082012. Bank–bank yang termasuk dalam sampel penelitian adalah: 1. Bank Syariah Mandiri (BSM) Bank Syariah Mandiri merupakan lembaga perbankan di Indonesia.bank ini berdiri pada tahun 1973 dengan nama Bank Susila Bakti (dimiliki YKP, BDN, dan Mahkota). Pada tahun 1999, bank ini terpengaruh krisis moneter. Bersamaan itu pula Bank Dagang Negara, Bank Pembangunan Indonesia, Bank Bumi Daya, dan Bank Ekspor Impor Indonesia melakukan merger dan terbentuklah Bank Mandiri. Bank ini diambil alih oleh Bank Mandiri menjadi Bank Syariah. Pada tanggal 19 mei 1999, menjadi Bank Syariah Sakinah Mandiri, dan pada tanggal 8 September 1999 menjadi Bank Syariah Mandiri. Bank Syariah Mandiri resmi menjadi Bank Syariah pada tanggal 1 November 1999.Pada tahun 2002 mendapat status Bank Devisa.
46
Bank Syariah Mandiri didirikan dengan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain. Kedekatan nasabah akan diimbangi dengan keterbukaan dalam layanan produk BSM sesuai syariah, modern, dan universal. Meski sudah menjadi bank syariah terbesar dengan jaringan terluas di Tanah Air, BSM masih terus berupaya mewujudkan visi untuk menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha. Layanan perbankan yang real time dan online di 91 kantor cabang yang tersebar di 19 provinsi di Indonesia hanya menjadi salah satu upaya untuk meraih predikat sebagai bank syariah terpercaya. Presiden direktur BSM Nurdin Hasibuan menjelaskan bahwa BSM telah memiliki Sembilan produk berteknologi. Diantaranya adalah SMS banking, Sistem Komputerisasi haji terpadu (Siskohat) yang online dengan Deprtemen Agama RI, dan intercity clearing atau kliring lokal, serta Real-Time Gross Settlement (RTGS). Direktur BSM Muhammad Haryoko menambahkan, BSM juga memiliki training master plan yang selalu menempa sumber daya manusia dengan latihan–latihan intensif agar siap sedia. Agar tidak tertinggal dengan bank–bank konvensional maka Bank Syariah mandiri akan selalu mem-provide produk–produk di bank konvensional. Bank Syariah Mandiri didirikan dengan dasar aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain. Terutama
47
berkaitan dengan penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Sejumlah prestasi pernah diraih oleh bank yang menganut prinsip keadilan, kesederajatan, dan ketentraman ini. Diantaranya mendapat predikat Bank Sehat dari Bank Indonesia, Bank Sangat Bagus selama tiga tahun berturut-turut versi Infobank Award, Sepuluh Bank Terbaik kategori asset 1 hingga 10 triliun versi Majalah Investor. Selain itu, BSM pernah ditetapkan sebagai bank syariah dengan pertumbuhan paling cepat serta The Best Customer Satisfaction Karim Business Consulting, hasil survey Majalah Modal dan Karim Business Consulting. Beberapa nasabah BSM yang sering menggunakan layanan RTGS mengaku dana yang mereka transferkan dapat diterima oleh partner bisnisnya dalam beberapa menit. Hal tersebut sangat memudahkan mereka.Kondisi seperti ini layak terjadi.Sebab, RTGS yang dimiliki BSM didukung dengan 1800 ATM Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri di seluruh Indonesia. Selain itu, dalam mencari nasabah, BSM menerapkan persamaan atau tidak membedakan seseorang berdasrakan suku, agama, golongan, dan ras.Terbukti sejumlah nasabah BSM adalah dari kalangan nonmuslim. Nurdin Hasibuan selaku presiden direktur Bank Syariah Mandiri berharap visi sebagai bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha dapat tercapai pada 2008.Sehingga kedekatan BSM kepada seluruh
48
masyarakat cukup baik. Kedekatan itu akan diimbangi dengan keterbukaan dalam setiap layanan produk BSM sesuai syariah, modern, dan universal (www.syariahmandiri.co.id). 2. Bank Muamalat Indonesia (BMI) PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 November 1991.Pendirian bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 Miliar pada saat penandatanganan akta pendirian perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober 1994, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa.Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporak-porandakan
sebagian
besar
perekonomian
Asia
49
Tenggara.Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi.Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis.Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%.Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi.Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2000 merupakan masa–masa penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Melalui masa–masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari
50
para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, (v) pembangunan tonggak–tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya.Yang akhirnya membawa Bank Muamalat dengan rahmat Allah, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya. Saat ini bank Muamalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online (SOPP) di seluruh Indonesia. 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang di luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia.Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank Muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara.
51
Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima BMI dalam 5 tahun terakhir. Penghargaan yang telah diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution In Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong) (www.muamalatbank.com). 3. Bank Mega Syariah Perjalanan PT Bank Mega Syariah diawali dari sebuah bank umum konvensional bernama PT Bank Umum Tugu yang berkedudukan di Jakarta. Pada tahun 2001, Para Group (sekarang berganti nama menjadi CT Corpora), kelompok usaha yang juga menaungi PT Bank Mega Tbk, Trans TV, dan beberapa perusahaan lainnya, mengakuisisi PT Bank Umum Tugu untuk dikembangkan menjadi bank syariah. Pada hasil konversi tersebut diputuskan, pada tanggal 25 Agustus 2004 PT Bank Umum Tugu resmi beroperasi secara syariah dengan nama PT Bank Syariah Mega Indonesia. dan terhitung mulai tanggal 23 September 2010 nama badan hukum Bank ini resmi berubah menjadi PT Bank Mega Syariah. Komitmen penuh PT Mega Corpora (dahulu PT Para Global Investindo) sebagai pemilik saham mayoritas untuk menjadikan Bank
52
Mega Syariah sebagai bank syariah terbaik, diwujudkan dengan mengembangkan bank ini melalui pemberian modal kuat demi kemajuan perbankan syariah dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya.Penambahan modal dari Pemegang Saham merupakan landasan utama untuk memenuhi tuntutan pasar perbankan yang semakin meningkat dan kompetitif.Dengan upaya tersebut, PT Bank Mega Syariah yang memiliki semboyan “Untuk Kita Semua” tumbuh pesat dan terkendali serta menjadi lembaga keuangan syariah yang berhasil memperoleh berbagai penghargaan dan prestasi. Seiring dengan perkembangannya PT Bank Mega Syariah dan keinginan untuk memenuhi jasa pelayanan kepada masyarakat khususnya yang berkaitan dengan transaksi devisa dan internasional, maka pada tanggal 16 Oktober 2008 Bank Mega Syariah menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai Bank Syariah yang dapat menjangkau bisnis yang lebih luas lagi bagi pasar domestik maupun internasional. Dalam upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang disandangnya, PT Bank Mega Syariah selalu berpegang pada azas keterbukaan dan kehati-hatian. Didukung oleh beragam produk dan fasilitas terkini, PT Bank Mega Syariah terus tumbuh dan berkembang hingga saat ini memiliki 394 jaringan kerja dengan komposisi: 8 kantor cabang, 13 kantor cabang pembantu, 49 Gallery Mega Syariah, dan 324 kantor Mega Mitra Syariah yang tersebar di Jabodetabek,
53
Pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Dengan menggabungkan profesionalisme dan nilai-nilai rohani yang melandasi kegiatan operasionalnya, PT Bank Mega Syariah hadir untuk mencapai visi menjadi “Bank Syariah Kebanggaan Bangsa” (www.bsmi.co.id). C. Hasil Analisis 1. Analisis Deskriptif Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat dijelaskan mengenai varibel–variabel yang terdapat dalam model yang digunakan dalam penelitian ini. Pengolahan data dengan menggunakan
alat
bantu
Microsoft
Excel
dan
SPSS
untuk
mempercepat dan mempermudah perolehan hasil data yang dapat menjelaskan
variabel–variabel
yang
diteliti.
Tabel
deskriptif
menunjukkan semua variabel yang digunakan dalam model analisis regresi berganda, yaitu varibel Y (Risiko Likuiditas) sebagai variabel Dependen, variabel X1 (Capital Adequacy Ratio), X2 (Debt to equity Ratio), X3 (Return on Assets), dan X4 (Financing to Deposit Ratio) sebagai variabel independen. Penjelasan dari masing – masing variabel adalah:
a. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan Bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo (Rivai, 2010:984). Dalam penelitian ini risiko likuiditas dilihat
54
dari rasio permodalan bank yaitu rasio modal terhadap total asset.Rasio ini tidak dipengaruhi oleh perbedaan risiko yang berkaitan dengan struktur asset yang mungkin berbeda (Siamat, 2001:104). Tabel 4.1 Nilai Risiko Likuiditas Bank Sampel (Dalam Persen) Bank Tahun Bank Syariah Mandiri 2008 2009 2010 2011 2012 Bank Muamalat 2008 2009 2010 2011 2012 Bank Mega Syariah 2008 2009 2010 2011 2012 (Sumber: Data diolah)
I 8.32 9.39 8.33 7.40 7.97 9.78 10.51 8.95 10.32 8.48 12.63 8.58 8.28 9.65 8.32
Triwulan II III 8.05 8.16 9.11 9.00 7.81 7.65 7.23 6.54 8.14 8.13 8.78 10.34 9.03 8.86 8.76 11.63 9.67 9.29 10.55 9.94 12.32 10.24 8.17 7.66 8.33 8.49 9.41 8.98 8.63 7.55
IV 8.40 8.06 6.71 7.64 8.42 10.14 8.21 9.92 7.58 8.27 8.83 7.26 8.16 7.93 7.11
Berdasarkan data risiko likuiditas yang diperoleh dari tabel diatas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) Tahun 2008 : Pada kuartal I dan II Bank Mega Syariah memiliki nilai risiko paling tinggi yaitu 12,63% dan 12,32%. Pada kuartal III dan IV bank Muamalat nilai risiko likuiditas yang paling tinggi yaitu 10,34% dan 10,14%. Sedangkan Bank
55
Syariah Mandiri memiliki nilai risiko likuiditas paling rendah dari kuartal I hingga kuartal IV yaitu sebesar 8,32%, 8,05%, 8,16%, dan 8,40%. 2) Tahun 2009 :Pada kuartal I dan kuartal IV Bank Muamalat memiliki nilai risiko likuiditas yang paling tinggi yaitu sebesar 10,51% dan 8,21%. Pada kuartal II dan kuartal III Bank Syariah Mandiri memiliki nilai risiko likuiditas paling tinggi yaitu sebesar 9,11% dan 9,00%. Sedangkan risiko likuiditas terendah dimiliki oleh Bank Mega Syariah pada kuartal I hingga kuartal IV yaitu sebesar 8,58%, 8,17%, 7,66% dan 7,26%. 3) Tahun 2010 :Nilai risiko likuiditas tertinggi pada kuartal I, II, III, dan IV dimiliki oleh bank Muamalat yaitu sebesar 8,95%, 8,76%, 11,63%, dan 9,92%. Nilai risiko likuiditas terendah pada kuartal I dimiliki oleh Bank Mega Syariah yaitu sebesar 8,28%. Pada kuartal II, III, dan IV Bank Syariah Mandiri memiliki nilai risiko likuiditas terendah yaitu sebesar 7,81%, 7,65%, dan 6,71%. 4) Tahun 2011 :Nilai risiko likuiditas tertinggi pada kuartal I, II, dan III dimiliki oleh Bank Muamalat yaitu sebesar 10,32%, 9,67%, dan 9,29%. Pada kuartal IV nilai risiko likuiditas dimiliki oleh Bank Mega Syariah yaitu sebesar 7,93%. Nilai risiko likuiditas terendah dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri
56
pada kuartal I, II, dan III yaitu sebesar 7,40%, 7,23%, dan 6,54%. Pada kuartal IV Bank Muamalat memiliki nilai risiko likuiditas terendah yaitu sebesar 7,58%. 5) Tahun 2012 : Nilai risiko likuiditas tertinggi pada kuartal I, II, dan III dimiliki oleh Bank Muamalat yaitu sebesar 8,48%, 10,55%, 9,94%. Pada kuartal IV Bank Syariah Mandiri memiliki nilai risiko likuiditas tertinggi yaitu sebesar 8,42%. Risiko likuiditas terendah pada kuartal I, dan II dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 7,97% dan 8,14%. Risiko likuiditas terendah pada III dan IV dimiliki oleh bank Mega Syariah yaitu sebesar 7,55% dan 7,11%. Nilai risiko likuiditas ini menunjukkan seberapa besar bank memenuhi kecukupan modal untuk menunjang asset yang tidak diperhitungkan
risikonya.Semakin
besar
nilai
risiko
ini
memperlihatkan bahwa modal yang dimiliki oleh sebuah bank semakin banyak, namun risiko yang dimiliki juga semakin tinggi karena tidak memperhitungkan tingkat modal yang berisiko.
b. CAR (Capital Adequacy Ratio) Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur proporsi modal sendiri dibandingkan dengan dana dari luar di dalam pembiayaan kegiatan usaha perbankan (Rivai,
57
2010:785). Semakin besar rasio ini maka semakin baik posisi modal sebuah bank.
58
Tabel 4.2 Nilai CAR Bank Sampel (Dalam persen) Triwulan Bank Tahun I II III Bank Syariah Mandiri 2008 12.08 12.31 11.59 2009 14.78 14.07 13.37 2010 12.52 12.46 11.49 2011 11.89 11.26 11.10 2012 13.97 13.70 13.20 Bank Muamalat 2008 11.63 9.64 11.34 2009 12.29 11.22 10.85 2010 10.52 10.12 14.62 2011 12.42 11.64 12.59 2012 12.13 14.55 13.28 Bank Mega Syariah 2008 17.56 18.14 15.51 2009 12.04 11.45 11.06 2010 13.14 12.11 12.14 2011 12.03 14.75 15.07 2012 12.90 13.08 11.16 (Sumber : Data diolah) Berdasarkan tabel
CAR
IV 12.72 12.44 10.64 14.70 13.88 11.44 11.15 13.32 12.05 11.70 13.48 10.96 12.36 13.77 13.46
diatas, dapat diperoleh hasil
kesimpulan sebagai berikut : 1) Tahun 2008: Pada tahun 2008 Bank Mega Syariah memiliki nilai CAR paling tinggi pada kuartal I hingga kuartal IV, yaitu sebesar 17,56%, 18,14%, 15,51%, dan 13,48%. Sedangkan Bank Muamalat memiliki nilai CAR yang terkecil pada kuartal I hingga kuartal IV, yaitu sebesar 11,63%, 9,64%, 11,34%, dan 11,44%. 2) Tahun 2009: Pada tahun 2009 Bank Syariah Mandiri memiliki nilai CAR paling tinggi diantara kedua bank yang lain. Pada
59
kuartal I, II, III, maupun IV, yaitu sebesar 14,78%, 14,07%, 13,37%, dan 12,44%. Sedangkan pada kuartal I dan III Bank Mega Syariah memiliki nilai CAR terkecil yaitu 12,04%, dan 11,06%. Sedangkan Bank Muamalat memiliki nilai CAR terkecil pada kuartal II dan IV yaitu sebesar 11,22% dan 11,15%. 3) Tahun 2010: Pada kuartal I bank Mega Syariah memiliki nilai CAR paling tinggi yaitu sebesar 13,14%, sedangkan pada kuartal II Bank Syariah Mandiri memiliki nilai CAR tertinggi yaitu 12,46%. Pada kuartal III dan IV Bank Muamalat yang memiliki nilai CAR tertinggi yaitu sebesar 14,63% dan 13,32%. Sedangkan yang memiliki nilai CAR paling rendah pada kuartal I dan II adalah Bank Muamalat yaitu sebesar 10,52% dan 10,12%. Pada kuartal III dan IV Bank Syariah Mandiri yang memiliki nilai CAR terkecil yaitu 11,49% dan 10,64%. 4) Tahun 2011: Pada tahun ini Bank Muamalat memiliki nilai CAR paling tinggi pada kuartal I sebesar 12,42%. Pada kuartal II dan III Bank Mega syariah yang memiliki nilai CAR tertinggi yaitu sebesar 14,75% dan 15,07%. Pada kuartal IV CAR tertinggi dimiliki oleh Bank Syariah mandiri yaitu 14,70%. Sedangkan CAR terkecil pada kuartal I, II, dan III
60
dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 11,9%, 11,26%, dan 11,10%. 5) Tahun 2012: Pada tahun 2012 Bank Syariah Mandiri memiliki nilai CAR tertinggi pada kuartal I dan IV yaitu sebesar 13,97% dan 13,88%. Sedangkan pada kuartal II dan III Bank Muamalat memiliki nilai CAR yang paling tinggi yaitu sebasar 14,55% dan 13,28%. CAR terendah pada kuartal I dan kuartal IV adalah Bank Muamalat yaitu sebesar 12,13% dan 11,70%. Bank Mega Syariah memiliki nilai CAR terendah pada kuartal II dan III yaitu sebesar 13,08% dan 11,16%. Nilai CAR yang semakin tinggi menunjukkan kinerja manajemen bank yang semakin baik dalam memiliki modal. Nilai CAR minimum menurut peraturan BI adalah 8%, jika suatu bank memiliki nilai CAR diatas 8% maka dapat dikatakan bank tersebut sudah memenuhi syarat minimal kepemilikan modal bank sesuai peraturan Bank Indonesia. c. DER (Debt to Equity Ratio) Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk membayar kewajibannya (Rodhoni, Ali, 2010:27).
61
Tabel 4.3 Nilai DER Bank Sampel (Dalam persen)
Bank Tahun Bank Syariah Mandiri 2008 2009 2010 2011 2012 Bank Muamalat 2008 2009 2010 2011 2012 Bank Mega Syariah 2008 2009 2010 2011 2012
I 15.36 11.90 13.11 14.41 14.19 10.90 11.66 14.55 10.94 13.56 6.94 11.57 11.34 9.03 11.08
Triwulan II III 15.16 14.62 12.02 11.86 13.67 13.61 14.35 15.54 13.33 12.96 11.30 11.33 13.89 14.93 14.74 9.61 11.66 11.98 13.72 14.37 6.89 8.54 11.73 11.75 10.64 10.10 9.65 10.00 9.79 10.73
IV 13.17 12.77 15.22 14.84 11.97 12.04 16.89 10.96 14.87 8.17 10.96 12.74 10.33 11.10 10.86
(Sumber : data diolah) Dari tabel DER diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Tahun 2008: Bank Syariah Mandiri mendominasi tingkat DER yang paling tinggi pada kuartal I hingga kuartal IV, yaitu sebesar 15,36%, 15,16%, 14,62%, dan 13,17%. Sedangkan nilai DER terendah ditunjukkan oleh Bank Mega Syariah pada kuartal I hingga kuartal IV. Yaitu sebesar 6,94%, 6,89%, 8,54%, dan 10,96%. 2) Tahun 2009: Bank Muamalat memiliki nilai DER paling tinggi pada
kuartal
I
hingga
kuartal
IV,
yaitu
sebesar
11,66%,16,89%. Bank Mega Syariah mendominasi tingkat
62
DER terendah pada kuartal I hingga kuartal IV yaitu sebesar 11,57%, 11,73%, 11,75%, dan 12,74%. 3) Tahun 2010: Pada kuartal I dan II Bank Muamalat memiliki nilai DER paling tinggi yaitu sebesar 14,55% dan 14,74%. Sedangkan pada kuartal III dan kuartal IV Bank Syariah Mandiri memiliki nilai DER paling tinggi yaitu sebesar 13,61% dan 15,22%. Nilai DER terendah pada kuartal I dan II ditunjukkan oleh Bank Mega Syariah yaitu sebesar 11,34% dan 10,64%. Pada kuartal III dan IV Bank Muamalat memiliki niali DER paling rendah yaitu sebesar 9,61% dan 10,96%. 4) Tahun 2011: Pada tahun 2011 Bank Syariah Mandiri mendominasi tingkat DER yang paling tinggi pada kuartal I hingga kuartal IV, yaitu sebesar 14,41%, 14,35%, 15,54%, dan 14,84%. Sedangkan niali DER terendah dimiliki oleh Bank Mega Syariah pada kuartal I hingga kuartal IV, yaitu sebesar 9,03%, 9,65%, 10,00%, dan 11,10%. 5) Tahun 2012: Bank Syariah Mandiri menunjukkan nilai DER paling tinggi pada kuartal I dan kuartal IV, yaitu sebesar 14,19% dan 11,97%. Nilai DER terbesar pada kuartal II dan III ditunjukkan oleh Bank Muamalat yaitu sebesar 13,72% dan 14,37%. Nilai DER terendah dimiliki oleh Bank Mega Syariah pada kuartal I, II, dan III. Yaitu sebesar 11,08%, 9,79%, dan 10,73%. Dan pada kuartal IV Bank Muamalat menunjukkan
63
nilai DER paling rendah diantara kedua bank yang lain, yaitu sebesar 8,17%. Semakin besar rasio DER menunjukkan bahwa bank memiliki tingkat kewajiban yang harus dibayar yang semakin tinggi pula. d. ROA (Return on Asset) Return on Asset adalah salah satu bentuk rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Semakin besar ROA, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan menunjukkan
kinerja
perusahaan
yang
semakin
baik
(Dendawijaya, 2003:120). Tabel 4.4 Nilai ROA Bank Sampel (Dalam persen) Bank Tahun Bank Syariah Mandiri 2008 2009 2010 2011 2012 Bank Muamalat 2008 2009 2010 2011 2012 Bank Mega Syariah 2008 2009 2010 2011 2012
I 2.05 2.08 2.04 2.22 2.17 3.04 2.76 1.48 1.38 1.51 4.25 0.62 1.90 1.58 3.52
Triwulan II III 1.94 1.91 2.00 2.11 2.22 2.30 2.12 2.03 2.25 2.22 2.77 2.62 1.83 0.53 1.07 0.81 1.74 1.55 1.61 1.62 3.15 2.14 1.56 2.08 2.98 3.18 1.87 1.77 4.13 4.12
IV 1.83 2.23 2.21 1.95 2.25 2.60 0.45 1.36 1.52 1.54 0.98 2.22 2.47 1.65 4.20
(Sumber : data diolah)
64
Berdasarkan data ROA yang diperoleh dalam tabel diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Tahun 2008: Pada kuartal I dan II Bank Mega Syariah memiliki nilai ROA paling tinggi, yitu sebesar 4,25% dan 3,15%. Pada kuartal III dan IV Bank Muamalat memiliki tingkat ROA yang lebih tinggi yaitu sebesar 2,62% dan 2,60%. Sedangkan Bank Syariah Mandiri memiliki tingkat ROA paling kecil pada kuartal I, II, dan III. Sedangkan pada kuartal IV Bank Mega Syariah menduduki posisi dengan nilai ROA paling kecil. 2) Tahun 2009: Pada kuartal I Bank Muamalat memiliki ROA paling tinggi yaitu sebesar 2,76%. Pada kuartal II, III, dan IV Bank Syariah Mandiri memiliki tingkat ROA tertinggi berturut – turut sebesar 2,00%, 2,11%, dan 2,23%. Bank Mega Syariah memiliki tingkat ROA paling kecil pada kuartal I dan II yaitu sebesar 0,62% dan 1,56%. Pada kuartal III dan IV, Bank Muamalat memiliki tingkat ROA terkecil yaitu sebesar 0,53% dan 0,45%. 3) Tahun 2010: Pada kuartal I Bank Syariah Mandiri memiliki tingkat ROA yang paling tinggi yaitu sebesar 2,04%. Pada kuartal II, III, dan IV Bank Mega Syariah yang memiliki tingkat ROA paling tinggi yaitu sebesar 2,89%, 3,18%, dan 2,47%. Sedangkan pada Bank Mega Syariah pada kuartal I
65
memiliki ROA paling kecil yaitu 1,90%. Pada kuartal II, III, dan IV Bank Muamalat memiliki ROA paling kecil, yaitu 1,07%, 0,81%, dan 1,36%. 4) Tahun 2011: Pada tahun ini Bank Syariah Mandiri mendominasi tingginya tingkat ROA dibandingkan kedua bank yang lain. Pada kuartal I sebesar 2,22%, pada kuartal II sebesar 2,12%, pada kuartal III sebesar 2,03%, dan pada kuartal IV sebesar 1,95%. Sedangkan tingkat ROA terendah ditunjukkan oleh Bank Muamalat pada kuartal I hingga kuartal IV, yaitu sebesar 1,38%, 1,74%, 1,55%, dan 1,52%. 5) Tahun 2012: Pada tahun ini Bank Mega Syariah mendominasi tingkat ROA yang paling tinggi sejak kuartal I hingga kuartal IV, yaitu sebesar 3,52%, 4,13%, 4,12%, dan 4,20%. Sedangkan Bank Muamalat memiliki nilai ROA terendah pada kuartal I hingga kuartal IV, yaitu sebesar 1,51%, 1,61%, 1,62%, dan 1,54%. Nilai ROA yang semakin besar menunjukkan semakin besar pula kemampuan bank dalam menghasilkan laba.Jika bank memiliki tingkat rasio ROA yang semakin tinggi, maka kinerja bank tersebut terlihat semakin baik. e. FDR (Financing to Deposit Ratio)
66
Financing to Deposit Ratio dalam penelitian ini diukur dengan skala pegukuran rasio pada data triwulan yang ada pada laporan keuangan bank syariah. Tabel 4.5 Nilai FDR Bank Sampel (Dalam persen) Bank Tahun Bank Syariah Mandiri 2008 2009 2010 2011 2012 Bank Muamalat 2008 2009 2010 2011 2012 Bank Mega Syariah 2008 2009 2010 2011 2012
I 91.05 86.85 83.93 84.06 87.25 95.73 98.45 99.47 95.82 97.08 90.27 90.23 92.44 79.20 84.90
Triwulan II III 89.21 99.11 87.03 87.93 85.16 86.31 88.52 89.86 92.21 93.90 102.94 106.39 90.27 92.93 103.71 99.68 95.71 92.45 99.85 99.96 81.76 81.16 85.20 82.25 86.68 89.11 81.48 83.00 92.09 88.03
IV 89.12 83.07 82.54 86.03 94.40 104.41 85.82 91.52 85.18 94.15 79.58 81.39 78.17 83.08 93.08
(Sumber : data diolah) Berdasarkan tabel tingkat FDR diatas, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Tahun 2008: Pada tahun 2008 ini Bank Muamalat memiliki tingkat FDR paling tinggi pada kuartal I hingga kuartal IV, yaitu sebesar 95,73%, 102,94%, 106,39%, dan 104,41%. Sedangkan Bank Mega Syariah memiliki tingkat FDR paling rendah pada kuartal I sampai dengan kuartal IV dengan nilai FDR sebesar 90,26%, 81,76%, 81,16%, dan 79,58%.
67
2) Tahun 2009: nilai FDR tertinggi masih dimiliki oleh Bank Muamalat pada kuartal I, II, III, dan IV dengan nilai FDR sebesar 98,44%, 90,27%, 92,93%, dan 85,82%. Nilai FDR terendah pada kuartal I dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri sebesar 86,85%. Pada kuartal II, III, dan IV Bank Mega Syariah memiliki nilai FDR paling rendah yaitu 85,20%, 82,25%, dan 81,39%. 3) Tahun 2010: tingkat FDR paling tinggi ditunjukkan oleh Bank Muamalat pada kuartal I, II, III, dan IV yaitu sebesar 99,47%, 103,71%, 99,68%, dan 91,52%. Sedangkan Bank Mega Syariah memiliki FDR paling rendah pada kuartal I, yaitu sebesar 78,17%. Serta Bank Syariah Mandiri memiliki nilai FDR terendah pada kuartal II, III, dan IV yaitu sebesar 85,16%, 86,31%, dan 82,54%. 4) Tahun 2011: Pada kuartal I, II, dan III Bank Muamalat memiliki tingkat FDR terbesar yaitu sebesar 95,82%, 95,71%, dan 92,45%. Sedangkan pada kuartal IV Bank Syariah Mandiri memiliki tingkat FDR yang paling besar yaitu sebesar 86,03%. Nilai FDR terkecil dimiliki oleh Bank Mega Syariah pada kuartal I hingga kuartal IV, yaitu sebesar 83,08%, 81,48%, 79,20%, dan 83,00%. 5) Tahun 2012: Nilai FDR tertinggi pada kuartal I, II, dan III ditunjukkan oleh Bank Muamalat dengan nilai sebesar 97,08%,
68
99,85%, dan 99,96%. Pada kuartal IV Bank Syariah Mandiri memiliki nilai FDR tertinggi yaitu sebesar 94,40%. Sedangkan nilai FDR terendah pada kuartal I hingga kuartal IV dimiliki Bank Mega Syariah dengan nilai FDR sebesar 84,90%, 92,09%, 88,03%, dan 93,08%. Rasio LDR ini menyatakan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit atau pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan (Rivai, 2010:560).
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Dari hasil pengolahan data, dapat dilihat pada output berikut ini:
69
Gambar 4.1 Uji Normalitas Histogram
Gambar 4.2 Uji Normalitas P – Plot
Berdasarkan hasil dari output spss pada grafik normalitas gambar 4.1 dan grafik normal plot gambar 4.2 diketahui bahwa data bersifat normal. Dari grafik normal plot terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, dan grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
70
normal. Maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1) dalam suatu model regresi linier. Hasil pengolahannya adalah: Tabel 4.6 Uji autokorelasi Model Summaryb R Square
Model R
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .831a .690 .667 .00712 a. Predictors: (Constant), FDR, ROA, CAR, DER b. Dependent Variable: LR Setelah diobati Tabel 4.7 Uji Autokorelasi Metode First Difference Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
DurbinWatson 1.385
DurbinWatson
a
1 .835 .697 .675 .00626 2.320 a. Predictors: (Constant), DIFF(FDR,1), DIFF(ROA,1), DIFF(DER,1), DIFF(CAR,1) b. Dependent Variable: DIFF(LR,1)
Berdasarkan hasil dari output SPSS pada tabel 4.6 diketahui nilai Durbin-Watson sebesar 1,385. Karena nilai DW tidak memenuhi persyaratan du < DW < 4-du, maka dimungkinkan terjadi autokorelasi.Untuk itu dilakukan pengobatan autokorelasi
71
dengan menggunakan metode first difference. Transformasi first difference sesuai untuk kasus jika koefisien autokorelasi sangat tinggi diatas 0,80 (Ghozali, 2009:110). Pada tabel 4.7 diketahui nilai Durbin-Watson sebesar 2,320.Dikarenakan nilai DW lebih besar dari du (1,444) dan lebih kecil dari 4-du (2,556).Atau dapat ditulis 1,444 < 2,320 < 2,556.Oleh karena itu dapat disimpulkan data dalam penelitian ini tidak terdapat autokorelasi. c. Uji Heteroskedastisitas Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas Scatter Plot
72
Tabel 4.8 Uji Glejser Nilai t-statistik dan sig. Coefficientsa
Model
t
Sig.
1 (Constant)
6.790
.000
DIFF(CAR,1)
.600
.551
DIFF(ROA,1)
.087
.931
DIFF(DER,1)
-1.815
.075
DIFF(FDR,1) -.115 .909 a. Dependent Variable: AbsRes
Berdasarkan gambar 4.3 diatas tidak terlihat titik-titik pada gambar scatterplot membentuk pola tertentu. Atau bisa dikatakan bahwa titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Pada tabel 4.8 terlihat bahwa dari keempat variabel independent first difference CAR, ROA, DER, dan FDR diperoleh hasil nilai Sig. > 5%. Karena nilai Sig. > 5% maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas. d. Uji Multikolinieritas Berikut ini adalah hasil uji multikolinieritas variabel independen Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR).
73
Tabel 4.9 Uji Multikolonieritas Nilai Tolerance dan VIF Coefficientsa Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
DIFF(CAR,1)
.835
1.198
DIFF(ROA,1)
.910
1.099
DIFF(DER,1)
.836
1.196
1 (Constant)
DIFF(FDR,1) .960 1.042 a. Dependent Variable: DIFF(LR,1) Dari tabel diatas, nilai tolerance masing – masing variabel mendekati 1 dan nilai VIF masing – masing variabel kurang dari 10, hal ini membuktikan bahwa masing – masing variabel yang terdapat dalam model tidak memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna, artinya tidak terdapat masalah multikolonieritas dalam penelitian ini. Sehingga hasil uji dapat digunakan untuk pengujian regresi. 3. Analisis Model Regresi berganda Berikut ini adalah hasil regresi berganda variabel independen Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Assets (ROA), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap risiko likuiditas.
74
Tabel 4.10 Hasil Regresi Nilai Coefficient, t dan sig. Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
Standardized Coefficients
B
Std. Error
.0005702
.001
DIFF(CAR,1)
.422
.056
.614
7.487 .000
.835
1.198
DIFF(ROA,1)
.344
.134
.202
2.570 .013
.910
1.099
-.002
.001
-.223
.009 2.722
.836
1.196
DIFF(FDR,1) .045 .015 a. Dependent Variable: DIFF(LR,1)
.222
2.907 .005
.960
1.042
1 (Constant)
DIFF(DER,1)
Beta
Collinearity Statistics T
Sig. Tolerance
-.698 .488
Hubungan masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = 0,0005 + 0,422 X1 + 0,344 X2 – 0,002 X3 + 0,045X4+ e Persamaannya dapat diuraikan sebagai berikut : a. Koefisien regresi perubahan CAR sebesar 0,422 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1%
VIF
perubahan CAR akan menaikkan
perubahan risiko likuiditas sebesar 42,2%. b. Koefisien regresi perubahan ROA sebesar 0,344 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1% perubahan ROA akan menaikkan perubahan risiko likuiditas sebesar 34,4%. c. Koefisien regresi perubahan DER -0,002 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1% perubahan DER akan menurunkan perubahan risiko likuiditas sebesar 0,2%.
75
d. Koefisien regresi perubahan FDR sebesar 0,045 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1% perubahan FDR akan menaikkan perubahan risiko likuiditas sebesar 4,5%. 4. Hasil Uji Hipotesis Hasil uji hipotesis diperoleh dari hasil olah data dengan menggunakan program SPSS. Hasil pengujian hipotesis dilihat dari tingkat signifikansinya. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F dan uji t. Bentuk pengujiannya adalah :
a. Uji F Tabel 4.11 Uji F ANOVAb Sum of Squares
1 Regression Residual
Model
df
Mean Square
F
Sig.
.005
4
.001
31.074
.000a
.002
54
.000
Total .007 58 a. Predictors: (Constant), DIFF(FDR,1), DIFF(DER,1), DIFF(CAR,1) b. Dependent Variable: DIFF(LR,1)
DIFF(ROA,1),
Berdasarkan pada tabel ANOVA diatas diperoleh nilai F hitung sebesar 31,074 dengan probabilitas sebesar 0.000. Karena probabilitas lebih kecil dari derajat kesalahan α 5% atau 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk
mengestimasi
variabel
dependen.
Hasil
tersebut
menunjukkan bahwa CAR, DER, ROA, dan FDR berpengaruh
76
secara simultan terhadap risiko likuiditas.Sehingga hipotesis 1 (H1) dalam penelitian ini diterima. b. Uji t Pengujian parsial terhadap koefisien regresi secara parsial menggunakan uji-t pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan dalam analisa (α) 5%. Tabel 4.12 Uji t Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B
Std. Error
.0005
.001
DIFF(CAR,1) .422
.056
DIFF(ROA,1) .344 DIFF(DER,1) -.002
Model 1 (Constant)
Collinearity Statistics Tolera nce
VIF
.000
.835
1.198
2.570
.013
.910
1.099
-.223
-2.722
.009
.836
1.196
.222
2.907
.005
.960
1.042
T
Sig.
-.698
.488
.614
7.487
.134
.202
.001
DIFF(FDR,1) .045 .015 a. DependentVariable: DIFF(LR,1)
Beta
Pembahasan mengenai hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut 1) Nilai konstanta sebesar 0,0005 dengan signifikansi 0,488 lebih besar dari 0,05. Menyatakan bahwa nilai constant dalam penelitian ini tidak signifikan karena lebih besar dari 0,05. Meskipun demikian, hal ini tidak menjadi permasalahan dalam menentukan variabel dependen Y. dikarenakan
77
variabel X1, X2, X3, dan X4 dalam penelitian ini berbentuk rasio. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilainya tidak sama dengan nol. Dengan demikian variabel Y dapat dijelaskan pengaruhnya oleh variabel X1, X2, X3, dan X4. 2) Uji-t untuk b1 yaitu pengaruh Difference Capital Adequacy Ratio terhadap Difference Risiko Likuiditas Dilihat dari nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000 Dari hasil pengujian hipotesis dapat diketahui variabel CAR
memiliki
nilai
beta
positif,
hal
tersebut
berarti
menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh positif terhadap risiko likuiditas. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis alternatif kedua (H2), yang menyebutkan bahwa CAR memiliki pengaruh positif terhadap risiko likuiditas. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Akhtar, et al (2011) yang menemukan bahwa hubungan antara CAR terhadap risiko likuiditas pada bank konvensional memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Dikarenakan permodalan bank yang terdiri dari dua kelompok, dimana pada kelompok modal pelengkap terdapat risiko bank tidak dapat mengembalikan modal pinjaman yang telah jatuh tempo. Sehingga peningkatan modal juga akan meningkatkan risiko.
78
3) Uji-t untuk b2 yaitu pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap risiko likuiditas. Nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,009. Dari hasil pengujian di atas dapat diketahui bahwa variabel DER memiliki nilai beta negatif, hal tersebut berarti menunjukkan bahwa DER memiliki pengaruh negatif terhadap risiko likuiditas. Maka pada hipotesis 3, H0 diterima dan Ha ditolak. Hasil ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmed, et al (2011) yang menyatakan bahwa DER memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap risiko likuiditas pada bank. Rivai dan Arifin (2010) menjelaskan bahwa sumber dana bank yang terbesar berasal dari dana pihak ketiga,disamping dana lainnya yg berasal dari pinjaman dan modal sendiri. Abdullah (2003) menyatakan bahwa sumber dana yang berasal dari DPK merupakan sumber dana yang paling stabil. Selain itu karakter bank syariah yang unik, memiliki sumber dana tidak berbiaya seperti misalnya; giro wadiah, tabungan mudharabah yang berada dibawah saldo tertentu, tabungan wadiah, deposito dan sertifikat deposito yang telah jatuh tempo tetapi belum dicairkan, transfer masuk yang belum dicairkan oleh nasabah, setoran jaminan atas pembukaan L/C, dan setoran jaminan atas penerbitan Bank Garansi (Rivai dan Arifin, 2010 :666).
79
Berdasarkan kondisi tertentu yang tersebut diatas, maka apabila bank memiliki utang atau sumber dana yang tidak berbiaya semakin besar, maka bank akan dapat menurunkan kegagalan bank dalam memenuhi likuiditasnya tanpa harus mengalami trade-off terhadap profitabilitas dan meningkatkan beban biaya. 4) Uji-t untuk b3 pengaruh Return On Asset terhadap risiko likuiditas Nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,013 Dari hasil pengujian di atas dapat diketahui bahwa variabel ROA
memiliki nilai beta positif,
hal tersebut berarti
menunjukkan bahwa ROA memiliki pengaruh positif terhadap risiko likuiditas.Maka pada hipotesis 4, H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Akhtar, dan Sadaqat (2011) yang menyatakan bahwa ROA memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap risiko likuiditas pada bank syariah. Tujuan dalam manajemen dana bank syariah adalah untuk memperoleh profit yang optimal. Hal itu dapat direalisasi dengan memberikan
pembiayaan yang sebesar-besarnya.
Namun di sisi lain, bank harus menyediakan dana kas untuk memenuhi kewajiban yang harus segera dibayar. Dengan banyaknya pemberian pembiayaan tersebut, maka risiko
80
likuiditas akan meningkat. Dikarenakan kemungkinan nasabah akan gagal bayar (Muhammad, 2005:48) 5) Uji-t untuk b4 pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap risiko likuiditas Nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,005 Dari hasil pengujian di atas dapat diketahui bahwa variabel FDR memiliki nilai beta positif, hal tersebut dapat diartikan bahwa FDR memiliki pengaruh positif terhadap risiko likuiditas. Maka pada hipotesis 5, H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Abdullah (2003) yang menyatakan bahwa rasio dari total loans atau LDR (FDR) memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap risiko pada bank. Semakin banyak bank menyediakan pembiayaan maka semakin rendah bank menyimpan aset likuid, maka dari itu bank akan menghadapi masalah likuiditas. Selain itu, Rivai dan Arifin (2010) juga menjelaskan, bahwa semakin tinggi FDR suatu bank, berarti bank semakin tidak likuid, sehingga semakin tinggi pula risiko bank tidak dapat memenuhi kewajiban tepat pada waktunya atau hanya dapat memenuhi kewajiban melalui pinjaman darurat atau dengan kata lain semakin tinggi pula risiko likuiditasnya.
81
5. Koefisien Determinasi Nilai Adjusted R Square dapat dilihat pada output SPSS dalam tabel model summary. Hasil outpu koefisien determinasi adalah sebagai berikut : Tabel 4.13 Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
DurbinWatson
1 .835a .697 .675 .00626 2.320 a. Predictors: (Constant), DIFF(FDR,1), DIFF(ROA,1), DIFF(DER,1), DIFF(CAR,1) b. Dependent Variable: DIFF(LR,1)
Pada tabel 4.11 menunjukkan nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini adalah 0,675, yang berarti 67,5% variabel risiko likuiditas bisa dijelaskan oleh variabel independen (CAR, DER, ROA, FDR), sedangkan sisanya (32,5%) kemungkinan dijelaskan oleh faktor lain diluar model.
82
BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Berdasarkan
pada
hasil
penelitian
dan
pembahasan
yang
telah
dikemukakan oleh penulis, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Hasil uji regresi menunjukkan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia. 2. Hasil uji regresi menunjukkan Return on Assets (ROA) berpengaruh positif signifikan terhadap Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia. 3. Hasil uji regresi ternyata menunjukkan bahwa Debt to equity Ratio (DER) berpengaruh negatif signifikan terhadap Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia. Hal ini dikarenakan bank syariah memiliki karakter unik yaitu sumber dana yang tidak berbiaya. 4. Hasil uji regresi menunjukkan Financing to deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap Risiko Likuiditas Bank Umum Syariah di Indonesia.
B. Saran Saran untuk penelitian selanjutnya adalah : 1. Bagi bank umum syariah, sebaiknya meningkatkan jumlah penggunaan utang atau sumber dana yang tidak berbiaya, karena hal ini justru dapat
82
meningkatkan posisi likuiditas dan menurunkan risiko likuiditas tanpa harus kehilangan kesempatan untuk meningkatkan profitabilitas.
2. Penelitian ini menggunakan variabel CAR, DER, ROA, dan FDR. Dengan demikian penelitian yang akan datang diharapkan dapat menguji variabel – variabel lain yang juga berpengaruh terhadap risiko likuiditas, misalnya ROE, Size of Firm, dan lain – lain.
3. Penelitian ini menggunakan sampel Bank UmumSyariah di Indonesia. untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengujian pada bank lain, seperti bank BUMN, bank swasta, Bank asing, maupun BPR dan BPR Syariah yang ada di Indonesia.
83
Lampiran 1
Daftar Sampel Penelitian
No. 1 2 3
Nama Bank Bank Muamalat Indonesia Bank Syariah Mandiri Bank Mega Syariah
Lampiran 2
Nilai Risiko Likuiditas Bank Sampel
(Dalam Persen)
Bank Bank Syariah Mandiri
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Bank Muamalat
2008 2009 2010 2011 2012
Bank Mega Syariah
2008 2009 2010 2011 2012
I 8.32
Triwulan II III 8.05 8.16
IV 8.40
9.39
9.11
9.00
8.06
8.33
7.81
7.65
6.71
7.40
7.23
6.54
7.64
7.97
8.14
8.13
8.42
9.78
8.78
10.34
10.14
10.51
9.03
8.86
8.21
8.95
8.76
11.63
9.92
10.32
9.67
9.29
7.58
8.48
10.55
9.94
8.27
12.63
12.32
10.24
8.83
8.58
8.17
7.66
7.26
8.28
8.33
8.49
8.16
9.65
9.41
8.98
7.93
8.32
8.63
7.55
7.11
88
Lampiran 3
Nilai CAR Bank Sampel
(DalamPersen)
Bank Bank Syariah Mandiri
Bank Muamalat
Bank Mega Syariah
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
I 12.08 14.78 12.52 11.89 13.97 11.63 12.29 10.52 12.42 12.13 17.56 12.04 13.14 12.03 12.90
Triwulan II III 12.31 11.59 14.07 13.37 12.46 11.49 11.26 11.10 13.70 13.20 9.64 11.34 11.22 10.85 10.12 14.62 11.64 12.59 14.55 13.28 18.14 15.51 11.45 11.06 12.11 12.14 14.75 15.07 13.08 11.16
IV 12.72 12.44 10.64 14.70 13.88 11.44 11.15 13.32 12.05 11.70 13.48 10.96 12.36 13.77 13.46
89
Lampiran 4
Nilai DER Bank Sampel
(DalamPersen)
Bank
Triwulan
Tahun I
Bank Syariah Mandiri
Bank Muamalat
Bank Mega Syariah
II
III
IV
2008
15.36 15.16 14.62 13.17
2009
11.9 12.02 11.86 12.77
2010
13.11 13.67 13.61 15.22
2011
14.41 14.35 15.54 14.84
2012
14.19 13.33 12.96 11.97
2008
10.9
11.3 11.33 12.04
2009
11.66 13.89 14.93 16.89
2010
14.55 14.74
2011
10.94 11.66 11.98 14.87
2012
13.56 13.72 14.37
2008
6.94
6.89
9.61 10.96 8.17
8.54 10.96
2009
11.57 11.73 11.75 12.74
2010
11.34 10.64
2011
9.03
2012
11.08
9.65
10.1 10.33 10
11.1
9.79 10.73 10.86
90
Lampiran 5
Nilai ROA Bank Sampel
(DalamPersen)
Bank Bank Syariah Mandiri
Bank Muamalat
Bank Mega Syariah
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012
I 2.05 2.08 2.04 2.22 2.17 3.04 2.76 1.48 1.38 1.51 4.25 0.62 1.90 1.58 3.52
Triwulan II III 1.94 1.91 2.00 2.11 2.22 2.30 2.12 2.03 2.25 2.22 2.77 2.62 1.83 0.53 1.07 0.81 1.74 1.55 1.61 1.62 3.15 2.14 1.56 2.08 2.98 3.18 1.87 1.77 4.13 4.12
IV 1.83 2.23 2.21 1.95 2.25 2.60 0.45 1.36 1.52 1.54 0.98 2.22 2.47 1.65 4.20
91
Lampiran 6
Nilai FDR Bank Sampel
(DalamPersen)
Bank
Triwulan
Tahun I
Bank Syariah M andiri
Bank M uamalat
II
III
IV
2008 91.05
89.21
99.11
89.12
2009 86.85
87.03
87.93
83.07
2010 83.93
85.16
86.31
82.54
2011 84.06
88.52
89.86
86.03
2012 87.25
92.21
93.9
94.4
2008 95.73 102.94 106.39 104.41 2009 98.45
Bank M ega Syariah
90.27
92.93
85.82
2010 99.47 103.71
99.68
91.52
2011 95.82
95.71
92.45
85.18
2012 97.08
99.85
99.96
94.15
2008 90.27
81.76
81.16
79.58
2009 90.23
85.2
82.25
81.39
2010 92.44
86.68
89.11
78.17
2011
79.2
81.48
83
83.08
2012
84.9
92.09
88.03
93.08
92
Lampiran 7
Hasil Output Regresi Berganda 1
93
Model Summaryb
Model
Std. Error of Adjusted R the DurbinR Square Square Estimate Watson
R
1 .831a .690 .667 .00712 a. Predictors: (Constant), FDR, ROA, CAR, DER
1.385
b. Dependent Variable: LR
b
ANOVA Sum of Model 1
Squares
Df
Mean Square
Regression
,006
4
Residual
,003
55 ,000
Total
,009
59
F
Sig.
30,597 ,000a
,002
a. Predictors: (Constant), FDR, ROA, CAR, DER b. Dependent Variable: LR
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
,002
,020
CAR
,358
,068
Beta
Collinearity Statistics t ,124
,474
Sig.
Tolerance
VIF
,902
5,268 ,000
,698
1,433
DER
-,003 ,001
-,494
-5,254 ,000
,638
1,567
ROA
-,377 ,122
-,254
-3,091 ,003
,834
1,199
6,519 ,000
,931
1,074
FDR
,091
,014
,507
a. Dependent Variable: LR
94
Lampiran 8
Hasil Output Regresi Berganda 2
Pengobatan Autokorelasi Dengan First Difference
Model Summaryb
Model
R
1
a
,835
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square ,697
,675
Durbin-Watson
,0062608
2,321
a. Predictors: (Constant), DIFF(FDR,1), DIFF(ROA,1), DIFF(DER,1), DIFF(CAR,1) b. Dependent Variable: DIFF(LR,1)
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
,005
4 ,001
Residual
,002
54 ,000
Total
,007
58
F
Sig.
31,085 ,000a
a. Predictors: (Constant), DIFF(FDR,1), DIFF(ROA,1), DIFF(DER,1), DIFF(CAR,1) b. Dependent Variable: DIFF(LR,1)
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant) DIFF(CAR,1)
Std. Error
Beta
-,001 ,001 ,421
DIFF(DER,1)
,056
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-,698 ,488 ,614
-,002 ,001
-,223
7,485 ,000
,834
1,198
-2,724 ,009
,836
1,197
DIFF(ROA,1) ,344
,134
,202
2,570 ,013
,910
1,099
DIFF(FDR,1)
,015
,222
2,908 ,005
,960
1,042
,045
a. Dependent Variable: DIFF(LR,1)
95
96
Lampiran 9
Hasil Output Uji Glejser
Coefficientsa
Model
t
Sig.
1 (Constant)
6.790
.000
DIFF(CAR,1)
.600
.551
DIFF(ROA,1)
.087
.931
DIFF(DER,1)
-1.815
.075
DIFF(FDR,1) -.115 .909 a. Dependent Variable: AbsRes
97
Lampiran 10
Tabel Durbin Watson
98