perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: FEBRIANA IKA RATNASARI K7408215
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commiti to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh: FEBRIANA IKA RATNASARI K7408215
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Program Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitvto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Febriana Ika Ratnasari. STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. (2) Mengetahui hambatan-hambatan/kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi. (3) Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan. (4) Mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa akselerasi dengan siswa reguler tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengumpulkan data dan memperoleh informasi dari sumber data. Sumber data berasal dari nara sumber/informan, aktivitas, tempat, dokumen/arsip. Teknik cuplikan yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi langsung, wawancara mendalam, pencatatan dokumen. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi sumber. Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Prosedur penelitian dimulai dari tahap pralapangan, tahap kegiatan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) Penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta khususnya tahun ajaran 2011/2012 sudah berjalan cukup baik yaitu meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi/penilaian. (2) Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi yaitu jumlah sarana dan prasarana, waktu pembelajaran yang singkat, jumlah dana yang terbatas, siswa merasa mudah jenuh, siswa sulit berkonsentrasi, terkadang ada materi yang tidak dapat dipahami karena guru terlalu cepat menerangkan, banyaknya tugas yang diberikan menuntut siswa harus terus belajar. (3) Upaya-upaya yang dilakukan sekolah diantaranya pihak sekolah mengatur jadwal pelajaran, pihak sekolah akan mengajukan proposal kepada Dinas Kota Surakarta untuk memperoleh dana, guru berusaha menyampaikan materi dengan berbagai metode, guru juga dapat mengatur waktu untuk setiap kompetensi dasar dalam setiap bab sehingga tidak tergesa-gesa dalam menyampaikan materi karena sudah terjadwal. (4) Hasil belajar yang diperoleh siswa akselerasi terutama pada tahun ajaran 2011/2012 sudah cukup baik daripada hasil belajar siswa reguler. Nilai-nilai siswa akselerasi lebih unggul ketika ulangan harian maupun ulangan umum karena nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) lebih tinggi daripada siswa reguler, tetapi pada saat Ujian Nasional (UAN) justru siswa reguler yang memperoleh nilai tertinggi.
Kata kunci: anak berbakat, program akselerasi, hasil belajar commitviito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Febriana Ika Ratnasari. A STUDY ON ACCELERATION PROGRAM IMPLEMENTATION IN SMP NEGERI 9 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. July 2012. The objectives of research are (1) To find out the acceleration program implementation in SMP Negeri 9 Surakarta in the school year of 2011/2012. (2) To find out the obstacles encountered in the acceleration program implementation. (3) To find out the measures taken to deal with such the obstacles. (4) To find out the difference in learning achievement between acceleration students with regular students in the school year of 2011/2012. This study employed a descriptive qualitative approach. The research was conducted to collect data and to obtain information from the data source. The data source derived from informant, activity, place, and document/archive. The sampling technique used was purposive sampling technique. The techniques of collecting data used were direct observation, in depth interview, and documentation. The data validation was done using source triangulation technique. The data analysis was done using an interactive model of analysis. The procedure begins study of post-pre field phase, fieldwork phase, the stage of analysis and report writing stage. From the result of research, it could be concluded that (1) The implementation of acceleration program in SMP Negeri 9 Surakarta particularly in the school year of 2011/2012 involved preparation, implementation, and evaluation/assessment stages. (2) The obstacles encountered in the implementation of acceleration program included: inadequate infrastructure, short learning time, limited fund amount, easily saturated students, difficultly concentrating students, sometimes there was elusive material because the teacher explained too quickly, and so many assignments given required the students to learn continuously. (3) The measures taken by the school included the school scheduled the learning, the school submitted the fund requesting proposal to the Surakarta City’s Education Service, the teachers attempted to deliver material by using a variety of methods, the teachers could also schedule the time for each basic competency in each chapter so that they would not deliver material in hurry because it had been scheduled. (4) The learning achievement the acceleration students achieved particularly in the school year of 2011/2012 had been sufficiently good than learning achievement of regular students. Acceleration values are students when daily test or exam because the Minimum Passing Criteria (KKM) value is higher than regular students, but national final exam or UAN at exactly regular student who got highest score.
Keywords: gifted child, acceleration program, learning achievement. commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Jangan pernah merasa takut selama masih berada dalam jalan yang benar. (Penulis)
Jangan pernah menganggap remeh akan suatu hal karena sesuatu yang dianggap remeh bisa jadi suatu saat dapat menjadi bumerang bagi diri sendiri. (Penulis)
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya. (Alexander Pope)
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah. (Abu Bakar Sibli)
commitixto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan karunia Allah SWT, skripsi ini peneliti persembahkan untuk: Ibu dan Bapak yang selama ini telah mencurahkan kasih sayang. Adik-adikku (Sasa, Prabu, Nimas) yang telah menghiasi hari-hariku. Pakdhe dan budhe beserta keluarga besar yang memberikan motivasi. Sahabat-sahabatku
Kafe Robelin (Febri,
Rovi, Bety, Herlin) yang telah memberikan keceriaan, motivasi serta bantuan dalam menyusun skripsi. Sahabat-sahabatku SMA (Triyanti, Wahid, Ambar). Teman-teman PAK angkatan 2008. Almamater
commitxto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Bidang Keahlian Khusus Akuntansi, Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan,
dan
pengarahan
dari
berbagai
pihak.
Untuk
itu,
penulis
menyampaikan terimakasih kepada: 1.
Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Sosial.
3.
Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Akuntansi yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
4.
Ibu DR. Susilaningsih, M.Bus, selaku pembimbing I yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Bapak Muhtar, S.Pd, M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Para dosen di Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingan.
7.
Ibu Endang Mangularsih, S.Pd, M.M, M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 9 Surakarta yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian ini.
8.
Ibu Dra. Danarti selaku Manajer Program Akselerasi SMP Negeri 9 Surakarta yang telah memberi bantuan dan bimbingan dalam penelitian. commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Para guru dan siswa SMP Negeri 9 Surakarta yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. 10. Bapak dan Ibu yang telah mencurahkan kasih sayangnya untuk mendampingi, memberikan motivasi, dan bantuan selama penyusunan skripsi. 11. Sahabat-sahabatku “Kafe Robelin” (Febri, Rovi, Bety, Herlin) yang selalu menghiasi hari-hari dengan keceriaan, memberikan motivasi serta bantuan dalam penyusunan skripsi. 12. Teman-teman akuntansi angkatan 2008 khususnya kelas B dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
commitxiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .....................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................
iv
HALAMAN REVISI ..................................................................................
v
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
vi
HALAMAN ABSTRAK .............................................................................
vii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
x
KATA PENGANTAR .................................................................................
xi
DAFTAR ISI ...............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xvi
DAFTAR TABEL ......................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ............................................................
1
B. Perumusan masalah ..................................................................
5
C. Tujuan penelitian ......................................................................
5
D. Manfaat penelitian ....................................................................
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan......................
7
1. Konsep Kemampuan dan Kecerdasan .................................
7
2. Program Pendidikan Bagi Anak Cerdas Istimewa dan atau Berbakat .............................................................................. 3. Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Cerdas istimewa commit to user xiii
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan atau Berbakat ...............................................................
15
4. Penyelenggaraan Program Akselerasi .................................
18
5. Hasil Belajar Siswa ..............................................................
26
6. Penelitian yang Relevan ......................................................
27
B. Kerangka berpikir .....................................................................
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
30
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................
31
C. Data dan Sumber Data .............................................................
32
D. Teknik Sampling (Cuplikan).....................................................
33
E. Pengumpulan Data ...................................................................
34
F. Uji Validitas Data ....................................................................
35
G. Analisis data ..............................................................................
36
H. Prosedur penelitian ...................................................................
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ...........................................
41
1. Sejarah SMP Negeri 9 Surakarta .........................................
41
2. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 9 Surakarta ................
42
3. Kondisi Lingkungan SMP Negeri 9 Surakarta.....................
42
4. Struktur Organisasi Sekolah ................................................
43
B. Deskripsi Temuan Penelitian ....................................................
47
1. Penyelenggaraan Program Akselerasi ..................................
47
2. Hambatan-Hambatan Penyelenggaraan Akselerasi..............
60
3. Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan ................................... 4. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa Akselerasi dengan
64
Siswa Reguler ......................................................................
65
C. Pembahasan ..............................................................................
66
1. Penyelenggaraan Program Akselerasi...................................
66
2. Hambatan-Hambatan Penyelenggaraan Akselerasi .............
70
commit xivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan ....................................
71
4. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa Akselerasi dengan Siswa Reguler ......................................................................
72
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ...............................................................................
74
B. Implikasi ...................................................................................
77
C. Saran .........................................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
80
LAMPIRAN ................................................................................................
82
commitxvto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ..............................................................................
29
3.1 Skema Model Analisis Interaktif ..........................................................
38
3.2 Prosedur Penelitian ...............................................................................
40
4.1 Struktur Organisasi Sekolah .................................................................
43
commit xvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .............................................................
31
4.1 Data Ruang Belajar Lainnya di SMP Negeri 9 Surakarta ....................
42
4.2 Jumlah Tenaga Pendidik dan Tata Usaha (TU) ...................................
47
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Pedoman Wawancara .............................................................................
82
2. Catatan Lapangan ..................................................................................
89
3. Surat Keputusan Penetapan Sekolah Penyelenggara Akselerasi ...........
109
4. Struktur Organisasi Sekolah ..................................................................
114
5. Daftar Nama Guru Akselerasi ...............................................................
117
6. Daftar Nama Siswa Akselerasi .............................................................
119
7. Program Pembinaan Karakter Siswa .....................................................
121
8. Agenda Kegiatan Program Akselerasi ..................................................
130
9. Dokumentasi Penelitian ........................................................................
132
10. Surat Ijin Penelitian ..............................................................................
134
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi juga mengalami perkembangan secara pesat di seluruh bidang kehidupan manusia. Dalam bidang teknologi informasi, penguasaan teknologi informasi menjadi sangat penting bagi keberadaan suatu negara. Salah satu aspek yang penting dan berpengaruh dalam penguasaan teknologi informasi yaitu sumber daya manusia (SDM). SDM yang dibutuhkan dalam penguasaan teknologi informasi adalah SDM yang mampu bersaing secara internasional. Untuk itu, pendidikan menjadi tumpuan bagi peningkatan kualitas SDM di Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. Hak mendapatkan pendidikan sudah tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 yang menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Hal itu berarti setiap individu berhak mendapatkan layanan pendidikan tanpa memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun demikian pendidikan bukan hanya mentransfer ilmu dari pengajar ke peserta didik tetapi pendidikan akan dapat mengantarkan peserta didik menjadi pribadi yang unggul dan mampu menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang. Supriyanto berpendapat, “Pada dasarnya tujuan pendidikan menengah yaitu meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta agar dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi” (2003: 100). Keberhasilan dalam bidang pendidikan ditentukan oleh banyak faktor. Salah satunya yaitu faktor inteligensi, Purwanto berpendapat, “Inteligensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu” (2002:55-56). Perbedaan faktor inteligensi disebabkan oleh faktor pembawaan, kematangan, pembentukan sehingga mereka berhak mendapatkan program pendidikan yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan, commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
usia, dan tingkat inteligensinya. Sampai saat ini acuan umum yang digunakan untuk menentukan apakah seorang anak bisa dikategorikan sebagai anak yang memiliki bakat istimewa atau biasa saja adalah mengunakan ukuran skor IQ. Dalam pandangan umum, anak dikatakan memiliki bakat istimewa adalah mereka yang dalam dirinya memiliki tiga hal utama yaitu IQ (cukup skor 125-130), memliki CQ (creativity quotient dalam kadar yang cukup, tidak harus tertingi), dan memiliki TC (task commitment atau kelekatan terhadap tugas) dalam rentang nilai baik. Jadi anak-anak berbakat istimewa adalah mereka yang memiliki tiga hal yakni kecerdasan umum, kreativitas, dan kelekatan terhadap tugas menjadi satu kesatuan kepribadian. Setiap anak memang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda yaitu anak dengan kecerdasan di bawah rata-rata, kecerdasan rata-rata, dan kecerdasan di atas rata-rata serta memiliki bakat istimewa. Anak dengan kecerdasaan di bawah rata-rata memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar anak-anak pada umumnya. Anak yang berada di atas rata-rata memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar anak-anak lainnya. Anak-anak yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa itu membutuhkan layanan yang memang berbeda dengan anak-anak pada umumnya karena dalam potensi yang serba unggul tersebut terkadang adanya kebutuhan belajar yang unggul pula. Siswa yang merasa luar biasa (cerdas) tidak dirugikan oleh keterlambatan belajar siswa biasa. Sering dikeluhkan banyak guru, anak-anak cerdas di kelas heterogen cenderung merasa cepat bosan, terkesan santai, tampak kurang memperhatikan pelajaran dan akibatnya cenderung mengganggu teman lainnya. Oleh karena itu, anak-anak cerdas ini perlu mendapat layanan khusus di kelas yang terpisah dari kelas anak biasa. Dengan begitu, pengelolaan kelasnya menjadi lebih mudah. Menurut Martison dalam Munandar (1992: 30) bahwa “Anak-anak berbakat memiliki ciri-ciri yang unik dan khas yakni cepat menyelesaikan masalah, membaca pada usia muda, membaca lebih cepat dan lebih banyak, memiliki perbendaharaan kata yang luas, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai minat yang luas, mempunyai inisiatif, tidak cepat puas dengan prestasinya, senang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
mencoba hal-hal baru”. Hal inilah yang menjadi keunggulan dan keistimewaan anak berbakat yang harus dikembangkan melalui pendidikan yang sesuai. Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 4 tentang sistem pendidikan nasional, “Bahwa warga negara yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Dari undang-undang tersebut maka pemerintah berupaya menyelenggarakan suatu program pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi cerdas istimewa dan atau berbakat istimewa yaitu program khusus yang dikembangkan untuk memungkinkan siswa dapat mengikuti pelajaran sesuai dengan irama kecepatan belajarnya yang dirancang lebih cepat dari waktu belajar siswa yang normal. Pelayanan pendidikan tersebut yaitu berupa program akselerasi. Menurut Latifa dalam Hawadi (2004: 118) bahwa “Program akselerasi adalah program layanan belajar yang diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kemampuan tinggi supaya dapat menyelesaikan studinya sesuai kecepatan dan kemampuannya”. Dalam program ini, pendidikan dapat ditempuh dalam waktu lebih singkat daripada program regular, misalnya pada tingkat SD yang seharusnya ditempuh dalam waktu 6 tahun dapat dipercepat menjadi 5 tahun, tingkat SMP dan SMA yang seharusnya ditempuh dalam 3 tahun dipercepat menjadi 2 tahun. Namun, program akselerasi tidak semata-mata memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah, tetapi sekaligus memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyedian kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman. Bentuk layanan program akselerasi yang diberikan antara lain dapat berupa kegiatan penelitian, pengikutsertaan alam, berbagai lomba di bidang akademik Penyelenggaraan program akselerasi perlu dilakukan sebagai upaya dari pemerintah untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas dalam segala bidang sehingga dapat bersaing di era globalisasi. Program akselerasi sebenarnya memiliki keuntungan karena dengan proses yang cepat akan menghasilkan sejumlah lulusan yang memadai dan nantinya akan bermanfaat dalam masyarakat. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa proses yang dipercepat bukanlah beban karena proses cepat itulah yang sesuai dengan potensi commit to user mereka. Penyelenggaraan program akselerasi dilaksanakan oleh sekolah-sekolah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
yang telah siap, baik dari segi kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana, manajemen dan lingkungan. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan sehingga apabila pihak sekolah belum memiliki kesiapan dari semua komponen, maka belum dapat menyelenggarakan program akselerasi. Berhasil atau tidaknya program akselerasi tergantung dari pengelolaan masing-masing sekolah. Setiap sekolah mempunyai kebijakan yang berbeda-beda dalam menyelenggarakan program akselerasi, namun tetap mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Depdikbud. Di Surakarta sudah ada beberapa sekolah yang menyelenggarakan program akselerasi mulai dari tingkat SD, SMP maupun SMA. Masing-masing jenjang pendidikan tersebut berusaha untuk memberikan layanan sebaik mungkin terutama untuk siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Beberapa sekolah yang telah siap dari segi kurikulum, guru, sarana dan prasarana, dana, manajemen dan lingkungan berlomba-lomba agar dapat menghasilkan siswa yang berkualitas, salah satunya melalui penyelenggaraan program akselerasi. SMP Negeri 9 Surakarta merupakan salah satu sekolah unggulan di Surakarta. Hal itu terbukti bahwa sekolah tersebut sudah menyelenggarakan program akselerasi sejak tahun ajaran 2005/2006. Dengan penyelenggaraan program akselerasi menunjukkan bahwa SMP Negeri 9 Surakarta sudah siap dari berbagai segi, misalnya sarana dan prasarana yang dimiliki sudah dapat menunjang proses belajar mengajar kelas akselerasi. Namun, penyelenggaraan program akselerasi dari tahun ke tahun biasanya mengalami perbedaan tergantung dari pengelolaannya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta secara nyata apakah sudah berjalan dengan baik atau belum. Atas dasar itulah, penulis mengangkat judul “STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta pada tahun ajaran 2011/2012? 2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta? 3. Apa saja upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut? 4. Bagaimana perbedaan hasil belajar antara siswa program akselerasi dengan siswa reguler di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta pada tahun 2011/2012. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta. 3. Untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendalakendala yang dihadapi. 4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa program akselerasi dengan siswa reguler di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan meneliti permasalahan mengenai penyelenggaraan program akselerasi di suatu sekolah. 2. Manfaat Praktis a) Bagi sekolah Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan commit to user kebijakan selanjutnya serta memberikan sumbangan pemikiran dalam pe-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
ngembangan pendidikan khususnya mengenai penyelenggaraan program akselerasi. b) Bagi penulis Dapat menambah wawasan serta mengetahui tentang penyelenggaraan program akselerasi di suatu sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1.
Konsep Kemampuan dan Kecerdasan a.
Batasan Kemampuan dan Kecerdasan Kemampuan biasanya dikaitkan dengan inteligensi atau kecerdasan. Munandar berpendapat “Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan” (1996: 17). Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kekuatan yang dimiliki seseorang baik dari sejak lahir maupun latihan untuk melakukan suatu tindakan yang berhubungan dengan kecerdasan. Purwanto berpendapat “Inteligensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu” (2002: 52). Sementara itu, sesuai dengan simpulan Clark (1986) bahwa “Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifatsifat manusia yang mencakup kemampuan untuk pemahaman terhadap hu-bungan yang kompleks, semua proses yang terlibat dalam berfikir abstrak, kemampuan penyesuaian dalam pemecahan masalah, dan kemampuan untuk memperoleh kemampuan baru” (Semiawan, 1997: 11). Dari dua pengertian tersebut dapat diketahui bahwa kecerdasan adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir untuk melakukan sesuatu dimana mencakup keseluruhan pemahaman seseorang dari segala aspek. Setiap orang memiliki inteligensi yang tidak sama, Purwanto berpendapat “Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi sehingga terdapat perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lain yaitu pembawaan, kematangan, pembentukan, minat dan pembawaan yang khas, kebebasan” (2002: 55). Faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
1) Pembawaan Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang ditentukan sejak lahir. 2) Kematangan Tiap organ dalam tubuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ baik fisik maupun psikis dapat dikatakan matang apabila ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsi masing-masing. 3) Pembentukan Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. Dapat dibedakan menjadi pembentukan yang disengaja (dilakukan di sekolah) dan pembentukan yang tidak disengaja (pengaruh alam sekitar). 4) Minat dan pembawaan yang khas Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat motif yang mendorong untuk berinteraksi dengan dunia luar. 5) Kebebasan Kebebasan berarti manusia dapat memilih metode-metode tertentu dalam memecahkan masalahnya. Dengan adanya kebebasan berarti minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam inteligensi. Pada umumnya kecerdasan dapat diukur dengan tes inteligensi yang menghasilkan IQ yang dapat menentukan keterbakatan seseorang. IQ masih tepat jika digunakan untuk mengukur bakat intelektual seseorang, tetapi belum tentu untuk bakat seni, bakat kreatif serta bakat kepemimpinan. Hal tersebut dikarenakan sesuai dengan simpulan Renzulli (1981) bahwa “Ciri-ciri yang dapat menentukan kemampuan dan kecerdasan adalah: (1) kemampuan/inteligensi; (2) kreativitas; (3) tanggungjawab atau pengikatan diri terhadap tugas yang tinggi” (Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 18). Seseorang dikatakan mempunyai bakat intelektual apabila memcommit atau to user punyai inteligensi yang tingggi kemampuan di atas rata-rata dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
bidang intelektual, namun kecerdasan yang tinggi belum menjamin keterbakatan seseorang. Kreativitas juga penting karena untuk menciptakan sesuatu yang baru, gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah.
b.
Pengertian Anak Berbakat Mengenai pengertian anak berbakat, Hawadi menyatakan: Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai taraf intelegensi di atas 140 dan yang diidentifikasikan oleh psikolog dan atau guru sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi yang memuaskan serta memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, keterikatan terhadap tugas yang tergolong baik serta kreativitas yang memadai (2004: 34). Sementara itu, sesuai dengan simpulan Fledhusen (1986) bahwa istilah lain untuk menyebut anak berbakat atau anak yang memiliki kemampuan luar biasa adalah gifted, genius, precocious (Ikhrom, 2000: 5). Gifted adalah anak yang menunjukkan tanda-tanda atau kemampuan unggul, sedangkan precocious adalah anak yang memiliki kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya merupakan pekerjaan orang dewasa. Genius sebagai individu yang menunjukkan kemampuan yang tinggi dalam berbagai pekerjaan yang mempunyai nilai maslahat yang besar, mereka mempunyai kemampuan yang lebih dalam menyelesaikan pekerjaan dibandingkan dengan anak-anak normal lainnya. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa atau unggul sehingga mampu mengerjakan pekerjaan orang dewasa serta dapat mencapai prestasi yang memuaskan. Anak-anak tersebut memerlukan program pendidikan khusus sesuai dengan kebutuhan belajar mereka sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
c.
Identifikasi Anak Berbakat Munandar berpendapat “Identifikasi terhadap anak berbakat dapat dibedakan menjadi dua yaitu identifikasi melalui pengetesan dan identifikasi melalui studi kasus” (1982: 9). Identifikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Identifikasi melalui pengetesan (psikometrik maupun prestasi belajar), identifikasi ini meliputi dua tahap, yaitu : a) Tahap Screening yaitu pengetesan massal dengan menggunakan tes kelompok. b) Tahap seleksi/identifikasi dengan menggunakan tes individual yang memungkinkan pengukuran yang lebih cepat dan teliti. 2) Identifikasi melalui studi kasus Identifikasi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin tentang anak yang diperkirakan berbakat dari sumbersumber yang berbeda, misalnya: guru, orang tua, teman sebaya atau anak itu sendiri. Identifikasi studi kasus ini dapat dimulai dengan menyusun daftar pertanyaan atau kuisoner atau checklist untuk diisi masing-masing sumber.
d.
Karakteristik Anak Berbakat Setiap anak memiliki karakter atau ciri-ciri yang berbeda-beda, anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata serta anak berbakat juga memiliki ciri-ciri tersendiri yang melebihi dari anak-anak normal lainnya. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Martinson (1974) bahwa ciriciri anak berbakat antara lain membaca pada usia lebih muda, membaca lebih cepat dan lebih banyak, memiliki perbendaharaan kata yang luas, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai minat yang luas, mempunyai inisiatif, tidak cepat puas dengan prestasinya, mempunyai banyak kegemaran, senang mencoba hal-hal baru (Munandar, 1992: 30). commit to user Keberbakatan anak dapat meliputi bermacam-macam bidang, namun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam salah satu bidang saja. Tidak semua anak berbakat mempunyai semua ciri-ciri tersebut karena setiap anak termasuk anak berbakat mempunyai kekuatan dan kelemahan. Anak berbakat dapat menunjukkan ciri-ciri yang positif apabila mereka di lingkungan yang baik, tetapi dalam lingkungan yang kurang baik dapat muncul ciri-ciri yang negatif. Ciri-ciri negatif tersebut terkadang dapat menimbulkan masalah bagi siswa berbakat. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Martinson (1974) bahwa “Ciri-ciri negatif siswa ber-bakat yang dapat menimbulkan masalah-masalah antara lain mudah ter-singgung atau peka terhadap kritik, cepat bosan terhadap tugas-tugas rutin, menjurus ke keinginan memaksakan atau mempertahankan pendapatnya, acuh tak acuh dan cepat malas karena pengajaran yang diberikan kurang menantang bagi mereka” (Munandar, 1992: 32).
2.
Program Pendidikan Bagi Anak Cerdas Istimewa dan atau Berbakat Pemerintah berupaya untuk memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada semua warga negara Indonesia, baik yang normal maupun yang memiliki potensi luar biasa. Selama ini perhatian terhadap siswa-siswa yang berprestasi dan berbakat di sekolahnya hanya sebatas memberikan beasiswa sehingga memungkinkan mereka untuk meneruskan pendidikannya. Meskipun bantuan berupa beasiswa sudah diberikan kepada siswa-siswa yang berbakat dan berprestasi, namun hal tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak berbakat. Mereka masih memerlukan perhatian khusus dari pemerintah yaitu berupa program pendidikan yang khusus. Perhatian khusus tersebut tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi, tetapi pemberian perhatian sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak. Melalui penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi siswa yang memiliki kecerdasan istimewa dan atau berbakat agar dapat berkembang secara optimal sesuai potensi yang mereka miliki. Program pendidikan yang sesuai user program pendidikan yang beruntuk anak cerdas dan atau commit berbakattoadalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
diferensiasi yaitu pelayanan pendidikan yang berbeda dengan siswa-siswa normal lainnya. Depdikbud berpendapat “Penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi anak cerdas istimewa/berbakat istimewa dapat dilakukan dalam bentuk kelas khusus, kelas inklusi, dan satuan pendidikan khusus” (Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 43). Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kelas khusus adalah kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan reguler pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran yang diberikan adalah mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA). b. Kelas inklusif adalah kelas yang memberikan layanan kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam proses pembelajaran bergabung dengan peserta didik program reguler. Mata pelajaran yang diberikan adalah mata pelajaran lain di luar rumpun matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA). c. Satuan pendidikan khusus adalah lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar (SD) dan pendidikan menengah (SMP/SMA) yang semua peserta didik memiliki potensi kecerdasan istimewa/bakat istimewa. Depdikbud berpendapat “Layanan pendidikan untuk siswa cerdas/bakat istimewa dapat berupa program pengayaan (enrichment) dan gabungan program percepatan dengan pengayaan (acceleration-enrichment)” (Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 44). Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Program pengayaan adalah pemberian pelayanan pendidikan kepada siswa yang memiliki kecerdasan/bakat istimewa dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas tambahan yang bersifat pendalaman. Bentuk layanan ini antara lain dengan memperkaya materi melalui kegiatan-kegiatan peuser nelitian dan sebagainya.commit Fokustolayanan ini adalah pada perluasan/
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
pedalaman materi yang dipelajari dan bukan pada kecepatan belajar di kelas. b. Gabungan program percepatan dan pengayaan adalah pemberian pelayanan pendidikan kepada siswa yang memiliki kecerdasan/bakat istimewa untuk dapat menyelesaikan pendidikannya dalam jangka waktu yang lebih singkat disbanding teman-teman yang lainnya. Jadi siswa dapat menyelesaikan pendidikan di SD dalam jangka 5 tahun dan di SMP atau SMA dalam waktu 2 tahun. Dalam program ini, siswa tidak semata-mata memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah, tetapi sekaligus memperoleh pengayaan materi dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan.
Berdasarkan bentuk-bentuk layanan pendidikan tersebut, berbagai pihak baik pengambil keputusan di lingkungan Ditjen, Dikdasmen, Depdikbud maupun pihak pelaksana yaitu yayasan atau sekolah lebih condong untuk menerapkan program akselerasi. Hal ini dikarenakan pemilih-an bentuk program pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa/anak berbakat tidak hanya tergantung pada individu-individu yang terlibat, melainkan juga pada situasi dan kondisi lingkungan tempat program akan dilaksanakan. Selain itu, tidak lepas dari pertimbangan ekonomis yaitu mudah dan murah dalam pelaksanaanya. Penyelenggaraan program akselerasi berupaya untuk mengoptimalkan pengembangan potensi kecerdasan luar biasa atau bakat siswa sehingga menghasilkan keluaran/output yang unggul. Untuk mencapai keunggulan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Herry berpendapat “Faktor-faktor itu meliputi: masukan atau input, kurikulum, guru, sarana prasarana, dana, manajemen, lingkungan, dan proses belajar mengajar” (1999: 9). Faktorfaktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Masukan atau input Peserta didik/siswa sebagai masukan harus diseleksi secara ketat commit to user dan komprehensif dengan kriteria tertentu. Seleksi tidak hanya me-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
nyangkut prestasi akademik, tetapi juga menyangkut tes psikologis, tes kreativitas, dan tanggungjawab pada tugas. b. Kurikulum Kurikulum sengaja dikhususkan dengan memberikan kedalaman dan keluasan materi serta tantangan penyelesaian yang lebih berat. Kurikulum bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau anak berbakat memiliki format yang berlainan dengan kurikulum pada umumnya yaitu dengan adanya penambahan unsur-unsur substansial. c. Guru Tenaga kependidikan yaitu guru diupayakan memenuhi kriteria yang baik dan profesional. Pengetahuan guru yang luas, memiliki pemahaman tentang karakteristik siswa dengan kemampuan yang luar biasa serta apresiatif dalam mengajar harus menjadi standar bagi guru yang melayani pembelajaran akselerasi. d. Sarana prasarana Sarana prasarana disesuaikan dengan sifat siswa yang memang memiliki tingkat kecerdasan tinggi sehingga dapat menunjang pemenuhan kebutuhan belajar siswa. Sarana dan prasarana dapat berupa ruang kelas yang dilengkapi dengan media pembelajaran seperti komputer, LCD, dan alat peraga. e. Dana Segi material sangat penting dalam program akselerasi mengingat perluasan kegiatan. Ketersediaan dana yang memadai lebih dari sekedar pelaksanaan program reguler harus diusahakan terpenuhi karena tidak mungkin tenaga pengajar yang ekstra kerjanya tidak diberikan insetif lebih. Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk pemenuhan alat pendukung lainnya. Sumber dana dapat berasal dari pemerintah dan sumbangan orang tua. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
f. Manajemen Manajemen dalam program akselerasi yang meliputi pengaturan waktu belajar, mobilisasi tenaga pengajar atau guru, keterkaitan dengan orang tua, maupun kerjasama dengan instansi luar sekolah harus diselenggarakan secara optimal sehingga program akselerasi dapat berjalan lancar. Manajemen tidak terbatas pada pengaturan aspek fisik dan material personal, tetapi juga aspek motivasi psikologik. g. Lingkungan Lingkungan belajar baik secara fisik maupun sosial psikologis yang kondusif sangat diperlukan untuk berkembangnya potensi kecerdasan dan bakat yang dimiliki siswa. Menjadikan lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai lingkungan belajar yang kompak dengan sekolah perlu diciptakan oleh semua pihak. h. Proses belajar mengajar Pembelajaran bagi siswa cerdas dan berbakat tidak cukup hanya dengan mengacu pada standar isi maupun standar kompetensi yang sudah ada saat ini. Proses belajar mengajar pada kelas akselerasi ditandai dengan adanya proses yang kreatif diikuti dengan pengayaan serta mengundang tantangan bagi siswa.
3.
Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Cerdas Istimewa dan atau Berbakat Siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau dikategorikan berbakat mempunyai cara belajar dan aktivitas yang berbeda dengan anak normal lainnya. Program akselerasi sebagai layanan pendidikan khusus bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa, dituntut untuk menyediakan kurikulum yang diadaptasi dan dirancang untuk memenuhi perbedaan yang ada. Kurikulum tersebut diformatkan untuk melayani pembelajaran bagi siswa berbakat agar ada kesesuaian antara keunggulan siswa dengan volume materi pembelajaran yang padat dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
akseleratif. Dengan demikian kurikulum berdiferensiasi dirasa sesuai untuk melayani kebutuhan pembelajaran bagi siswa berbakat. Munandar berpendapat, “Kurikulum berdiferensiasi yang diperuntukkan bagi anak berbakat meliputi: konsep dan pokok-pokok kurikulum diferensiasi serta modifikasi kurikulum anak berbakat” (1999: 205). Modifikasi kurikulum untuk anak berbakat tersebut terdiri dari: a. Modifikasi materi kurikulum Modifikasi kurikulum diperlukan karena anak berbakat memiliki kemampuan untuk belajar ketrampilan dan konsep yang lebih maju. Dalam modifikasi materi kurikulum, guru dapat merencanakan dan menyiapkan materi yang lebih kompleks serta menyiapkan alat yang lebih canggih. b. Modifikasi proses atau metode pembelajaran Hal ini menuntut guru untuk melonggarkan pengendalian dalam kurikulum. Selain itu, kegiatan guru dan siswa harus dapat membuka pintu pelibatan siswa sehingga dalam proses pembelajaran tidak hanya ter-pusat pada guru, namun siswa juga harus dilibatkan agar mereka lebih bertanggungjawab dalam belajarnya. c. Modifikasi produk belajar Siswa dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk memahami dan menyelesaikan berbagai masalah serta menunjukkan kreativitas dalam merancang produk-produk baru berdasarkan pengalaman belajarnya. Sementara itu, guru akan menghadapi tantangan menemukan saluran untuk produk-produk siswa karena diharapkan setiap tahun ajaran dapat menghasilkan karya yang lebih baik. d. Memilih modifikasi yang sesuai Dalam melakukan modifikasi materi, proses, dan produk di dalam kelas guru dituntut untuk melakukan persiapan yang matang agar dapat berhasil. Guru yang bijak akan memulainya dengan skala yang konservatif dan menanjak ke perubahan-perubahan setelah siswa dan guru terbiasa dengan prosedur baru. Sesuai dengan simpulan Parke (1989) bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
pedoman untuk memudahkan transisi dari cara-cara pembelajaran yang lama ke yang baru yaitu: 1) Pembatasan pada satu bidang studi atau salah satu kelompok siswa yang minat dan kemampuannya setara. 2) Membuat bagan untuk mendaftar program yang hendak diselenggarakan dan modifikasi yang dapat dipergunakan untuk masing-masing program. 3) Dalam melakukan modifikasi hendaklah dipilih yang paling dikuasai oleh siswa barulah kemudian diperluas dengan bidangbidang yang lain. 4) Pertimbangan sumber-sumber yang tersedia, bahan yang sudah ada di dalam kelas, orang-orang yang dapat membantu. 5) Setiap program alternatif yang dimulai harus diberi kesempatan untuk berkembang. (Munandar, 1999: 213) e. Modifikasi lingkungan belajar Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh lingkungan belajar yang aman dan kondusif serta diperlukan lingkungan yang berpusat pada siswa. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Parke (1989) bahwa ciri-ciri lingkungan belajar yang berpusat pada siswa, yaitu: 1) 2) 3) 4) 5)
Siswa menjadi mitra dalam membuat keputusan tentang kurikulum. Pola duduk yang memudahkan belajar. Kegiatan dan kesibukan di dalam kelas. Rencana belajar yang diindividualkan. Keputusan dibuat bersama oleh guru dan siswa jika mungkin. (Munandar, 2004: 146)
Menurut Sisk (1987) bahwa asas-asas kurikulum berdifensiasi adalah se-bagai berikut: a. Memadukan berbagai disiplin ilmu dalam bidang studi. b. memberikan pengalaman yang komprehensif, berkaitan dan saling memperkuat dalam suatu bidang studi. c. Memberi kesempatan untuk mendalami topik yang dipilih sendiri dalam suatu bidang studi. d. Mengembangkan ketrampilan belajaryang mandiri atau diarahkan pada diri sendiri. e. Mengembangkan ketrampilan yang berfikir lebih, produktif, kompleks dan abstrak. f. Memusatkan tugas-tugas yang berakhir terbuka. g. Mengembangkan ketrampilan dasar dan ketrampilan berfikir kreatif commit to user dalam kurikulum.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
h. Mendorong siswa untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru. (Munandar, 2004: 139)
4.
Penyelenggaraan Program Akselerasi a. Pengertian Akselerasi Akselerasi dapat memiliki arti yang beraneka ragam, salah satunya sesuai dengan simpulan Pnessey (1949) bahwa “Akselerasi artinya sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang konvensional” (Hawadi, 2004: 31). Sementara itu, sesuai dengan simpulan Latifah bahwa “Program akselerasi adalah program siswa cepat sebagai sarana layanan kepada siswa yang memiliki kemampuan atau bakat yang menonjol se-hingga dapat menyelesaikan masa belajarnya lebih cepat dari program regular” (Hawadi, 2004: 118). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa program akselerasi adalah program percepatan belajar bagi anak-anak yang memiliki potensi dan kecerdasan luar biasa dimana masa pendidikannya dapat ditempuh lebih cepat dari anak-anak normal.
b. Tujuan Program Akselerasi Program akselerasi tentunya memiliki tujuan tersendiri, hal tersebut sesuai dengan simpulan Latifah bahwa tujuan penyelenggaraan program akselerasi adalah sebagai berikut: 1) Memberikan layanan pendidikan kepada anak berbakat akademik untuk mewujudkan bakat dan kemampuanny secara optimal. 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program pendidikan di SLTP/SMU lebih cepat yaitu dalam waktu dua tahun. 3) Mengembangkan kemampuan berfikir dan bernalar siswa secara lebih komprehensif dan optimal. 4) Mengembangkan kreativitas siswa secara optimal (Hawadi, 2004: 121). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
c. Manfaat Akselerasi Adanya program akselerasi dapat memberi manfaat terutama bagi siswa. Hal tersebut sesuai simpulan Southern dan Jones (1991) bahwa “Manfaat pelaksanaan program akselerasi bagi siswa berbakat adalah meningkatkan efisiensi, meningkatkan efektifitas, meningkatkan penghargaan, meningkatkan waktu untuk karier, membuka siswa pada kelompok barunya, dan ekonomis” (Hawadi, 2004: 7). Dari manfaat pelaksanaan program akselerasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Meningkatkan efisiensi Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien. 2) Meningkatkan efektifitas Siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan menguasai ketrampilan-ketrampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif. 3) Meningkatkan penghargaan Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya. 4) Meningkatkan waktu untuk karier Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain. 5) Membuka siswa pada kelompok barunya Siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama. 6) Ekonomis Dengan mengikuti program akselerasi, siswa dapat menghemat waktu dan biaya sekolahnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
d. Kelemahan Program Akselerasi Penyelenggaraan program akselerasi tidak hanya memiliki kelebihan, tetapi juga terdapat kelemahan. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Southern dan Jones (1991) bahwa “Ada empat hal yang berpotensi negatif dalam proses akselerasi bagi anak berbakat yaitu bidang akademik, segi penyesuaian sosial, aktivitas ekstrakurikuler, penyesuaian emosional” (Hawadi, 2004: 8). Empat hal yang berpotensi negatif dalam proses akselerasi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Bidang akademik, meliputi: (a) Bahan ajar yang terlalu tinggi bagi siswa akselerasi sehingga akan membuat mereka menjadi siswa yang tertinggal di belakang kelompok teman barunya. (b) Kemampuan yang dimiliki bersifat sementara. (c) Proses akselerasi menyebabkan siswa terikat pada keputusan karier lebih dini. (d) Pengalaman-pengalaman yang seharusnya dialami oleh anak seusianya mungkin tidak akan dialami oleh siswa akselerasi. 2) Segi penyesuaian sosial, meliputi: (a) Kekurangan waktu untuk beraktivitas dengan teman sebayanya. (b) Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia sebenarnya. (c) Hilangnya kesempatan mengenal ketrampilan kepemimpinan yang dibutuhkan dalam pengembangan karier dan sosialnya. 3) Aktivitas ekstrakurikuler, meliputi: (a) Berkurangnya kesempatan bagi siswa akselerasi untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. (b) Siswa akselerasi tidak dapat mengikuti kegiatan-kegiatan di luar pelajaran karena mereka dibatasi dengan masa studi yang lebih singkat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
4) Penyesuaian emosional, meliputi: (a) Frustasi karena tekanan dan tuntutan berprestasi yang dapat mengakibatkan anak menjadi underachiever. (b) Kurang mampu menyesuaikan diri dalam karier karena menempati karier yang tidak tepat atau tidak mampu bekerja secara efektif dengan orang lain. (c) Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi. (d) Sedikitnya kesempatan dalam proses bersosialisasi, maka mereka akan cenderung merasa terisolasi.
e. Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Akselerasi di Indonesia Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa di Indonesia menggunakan landasan hukum antara lain sebagai berikut: 1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: (a) Pasal 5 ayat 4, “Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. (b) Pasal 32 ayat 1, “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. 2) UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak pasal 52 yang berbunyi “Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan khusus”. 3) PP No.72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa. 4) Permendiknas No. 34/2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa. Hawadi berpendapat “Dasar hukum penyelenggaraan program commit to user akselerasi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No.2 tahun 1989
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
tentang Sistem Pendidikan Nasional” (2004: 120). Dasar hukum tersebut antara lain: 1) Pasal 8 ayat 2, “Bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus”. 2) Pasal 24, “Bahwa setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan mempunyai hak-hak sebagai berikut: a) Ayat 1, “Mendapat perlakuan sesuai dengan bakat minat dan kemampuannya”. b) Ayat 2, “Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan”. c) Ayat 6, “Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan”. 3) Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1998, “Bahwa sasaran bidang pembangunan ketujuh adalah memberi perhatian dan pelayanan khusus bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa mengabaikan potensi peserta didik lainnya”.
f. Manajemen Penyelenggaraan Program Akselerasi Depdikbud berpendapat “Prinsip manajemen yang digunakan dalam pengelolaan layanan pendidikan khusus bagi peserta didik cerdas istimewa/berbakat istimewa adalah manajemen berbasis sekolah”. (Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 71). Pengelolaan program akselerasi di sekolah reguler harus memiliki manajer/pengelola program tersendiri dan tidak boleh dirangkap oleh kepala sekolah. Sementara itu, Hawadi berpendapat “Manajemen penyelenggaraan program akselerasi antara lain adalah rekutmen siswa dan kegiatan pembelajaran” (2004: 122). Manajemen penyelenggaraan program akselerasi commitberikut: to user tersebut dapat dijelaskan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
1) Rekrutmen siswa Proses rekrutmen untuk melakukan penjaringan terhadap siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu: a) Tahap 1 Tahap ini dilakukan dengan meneliti dokumen data seleksi Penerimaan Siswa Baru (PSB). Kriteria lolos pada tahap 1 didasarkan atas criteria tertentu yang berdasar pada skor: (1) Nilai rapor kelas 4, 5, dan 6. (2) Nilai Ebtanas Murni (NEM). (3) Skor tes seleksi akademis. (4) Skor tes psikologis yang diperoleh melalui tiga jenis pemeriksaan yaitu inteligensi/kecerdasan, kreativitas, dan keterikatan pada tugas serta bebas dari gangguan emosional. b) Tahap 2 Tahap ini dilakukan melalui proses penyaringan dengan dua strategi, yaitu: (1) Strategi informasi data subjektif, yaitu informasi diperoleh dari proses pengamatan yang bersifat kumulatif. Informasi dapat diperoleh melalui nominasi pleh guru, nomonasi oleh orang tua, nominasi oleh teman sebaya, dan dari diri sendiri. (2) Strategi informasi data objektif, yaitu informasi diperoleh melalui alat-alat tes lebih lengkap, seperti Tes Inteligensi Kolektif Indonesia (TIKI). 2) Kegiatan pembelajaran (a) Guru Guru yang mengajar program akselerasi adalah guru-guru yang biasanya mengajar di program reguler. Hanya saja sebelumnya mereka telah dipersiapkan dalam suatu lokakarya dan workshop sehingga memiliki pemahaman tentang perlunya layanan pencommit to user didikan bagi anak-anak berbakat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
(b) Kurikulum Muatan materi kurikulum untuk program akselerasi tidak berbeda dengan kurikulum standar yang digunakan untuk program reguler. Perbedaannya hanya terletak pada penyusunan kembali struktur program pengajaran dalam alokasi waktu yang lebih singkat. Pada tahun pertama siswa akan mempelajari seluruh materi kelas 1 dan sebagian materi kelas 2. Di tahun kedua, mereka akan mempelajari materi kelas 2 yang tersisa dan seluruh materi kelas 3. (c) Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran untuk siswa berbakat intelektual berbeda dengan siswa reguler. Pembelajaran untuk program akselerasi harus diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan tingkat kemampuan yang lebih tinggi daripada siswa kelas reguler serta menekankan perkembangan kreatif dan proses berfikir tinggi. (d) Evaluasi belajar dan laporan hasil belajar Perbedaan evaluasi belajar antara program akselerasi dengan reguler terletak pada jadwal tes karena siswa program akselerasi mengacu pada kalender yang dibuat khusus untuk mereka. Program ini memungkinkan guru untuk memodifikasi proses tanpa mengganggu kelancaran pembelajaran di dalam kelas.
g. Layanan Bimbingan dalam Program Akselerasi Hawadi berpendapat “Pelayanan bimbingan konseling sangat diperlukan agar potensi keterbakatan tinggi yang dimiliki oleh siswa dapat dikembangkan dan tersalur secara optimal” (2004: 127). Layanan bimbingan konseling untuk program akselerasi dapat meliputi bidang-bidang berikut: 1) Bimbingan akademis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Bimbingan ini diperlukan agar siswa dapat mencapai prestasi yang optimal dalam belajar sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Upaya yang dapat dilakukan adalah: a) Memonitor hasil ulangan harian. b) Memanggil siswa atau orang tua yang berkaitan dengan prestasi akademis siswa apabila di bawah target. c) Memotivasi kedisiplinan dalam belajar. 2) Bimbingan kepribadian Bimbingan ini diarahkan agar siswa dapat mengembangkan konsep diri dan dapat memahami dirinya dan lingkungannya dengan baik. Selain itu, agar mampu mewujudkan dirinya dalam hubungan yang serasi dengan diri sendiri, keluarga, sekolah dan lingkungan sekitarnya. 3) Bimbingan karier Bimbingan ini diperlukan agar siswa dapat membuat pilihan yang tepat dalam merencanakan kariernya.
h. Sistem Evaluasi Program Akselerasi Evaluasi yang dilaksanakan pada program akselerasi pada dasarnya sama dengan yang dilaksanakan pada program reguler yaitu untuk mengukur daya serap siswa atau ketercapaian materi. Perbedaannya hanya terletak pada jadwal tes karena evaluasi pada program akselerasi mengacu pada kalender pendidikan yang dibuat khusus. Adapun sistem evaluasi yang ada di program akselerasi yaitu sebagai berikut: 1) Ulangan harian Dalam satu semester setiap guru minimal memberikan ulangan harian sebanyak tiga kali. Bentuk soal disarankan dalam bentuk uraian. 2) Ulangan umum Ulangan umum pada siswa akseleasi diberikan lebih cepat dibandingkan siswa reguler karena disesuaikan dengan kalender pendidikan commit to user akselerasi. Untuk membandingkan kemampuan siswa program aksel-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
erasi dengan siswa reguler bisa dilakukan antara lain dengan menyertakan siswa akselerasi dalam ulangan umum bersama dengan siswa reguler. 3) Ujian Akhir Nasional (UAN) Ujian Akhir Nasional (UAN) akan diikuti siswa akselerasi pada tahun kedua, bersamaan dengan pelaksanaan UAN siswa reguler. Laporan hasil pendidikan atau rapor siswa akselerasi juga mempunyai format yang sama dengan rapor siswa reguler.
5.
Hasil Belajar Siswa Slameto berpendapat, “Hasil belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dituangkan dengan angka maupun dalam pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari atas ilmu yang didapat. Hasil belajar yang tinggi atau rendah menunjukkan keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dalam proses pembelajaran” (2003: 54). Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: a. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri siswa, meliputi faktor psikologis, faktor jasmaniah, dan faktor kesiapan. b. Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajaran. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes ahir catur wulan dan sebagainya. Djamarah berpendapat, “Hasil belajar diartikan sebagai hasil akhir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya” ( 2000: 25).
6.
Penelitian yang Relevan a. Prihatin (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Penyelenggaraan Program Akselerasi Tahun Ajaran 2005/2006 (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Karanganyar), menyimpulkan bahwa penyelenggaraan program akselerasi sudah baik karena sasaran belajar di sekolah tersebut sudah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Akan tetapi, kurikulum yang digunakan masih belum dimodifikasi. Siswa merasa cukup puas terhadap penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 1 Karanganyar. b. Retno Sunarsih (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas Penyelenggaraan Program Akselerasi Tahun Ajaran 2007/2008 (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Karanganyar), menyimpulkan bahwa penyelenggaraan program akselerasi di sekolah tersebut meliputi tiga tahap yaitu persiapan, proses, dan evaluasi. Apabila ditinjau dari aspek kemampuan untuk mencapai tujuan program, memelihara kegiatan operasional sehari-hari, dan menyesuaikan terhadap perubahan maka penyelenggaraan program akselerasi sudah efektif. Namun, dalam penyelenggaraannya masih menemui hambatan diantaranya biaya yang cukup besar, sarana dan prasarana yang kurang lengkap serta siswa kekurangan waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebaya. c. Yusuf (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Studi Efektivitas Program Akselerasi di SMU Surakarta, menyimpulkan bahwa secara umum manajemen penyelenggaraan program akselerasi termasuk kategori baik hampir semua komponen dari input, proses dan output telah memadai. Apabila dilihat dari sisi proses rekruitmen masih menunjukkan perlunya perbaikan dan penyempurnaan karena siswa yang terjaring belum semuanya memiliki standar minimal yang dipersyaratkan. Penyelenggaraan akselerasi tersebut juga memliki dampak positif terhadap kepribadian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
siswa serta motivasi berprestasi siswa akselerasi lebih tinggi daripada siswa reguler. Beberapa hasil penelitian diatas pada dasarnya memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti mengenai penyelenggaraan program akselerasi di sekolah tingkat menengah, kendala/ hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan serta upaya untuk mengatasi hambatan tersebut. Sementara itu, selain persamaan terdapat pula perbedaannya yaitu dalam penelitian ini membahas mengenai hasil belajar siswa program akselerasi sehingga dapat diketahui apakah ada perbedaan dengan hasil belajar siswa reguler. Dalam penelitian ini, penyelenggaraan program akselerasi dilihat dari beberapa komponen yang meliputi kurikulum, tenaga pendidik (guru), sarana dan prasarana, dana, manajemen serta lingkungan.
B. Kerangka Berfikir Setiap anak memiliki kemampuan dan inteligensi yang berbeda-beda. Untuk itu, diperlukan adanya perhatian khusus kepada anak yang memliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau berbakat. Perhatian khusus tersebut perlu diupayakan untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal. Pengembangan potensi siswa berbakat memerlukan strategi yang terarah dan sistematis. Namun, strategi pendidikan yang ditempuh selama ini umumnya bersifat massal yaitu memberikan perlakuan rata-rata kepada semua siswa sehingga kurang memperhatikan perbedaan antar siswa. Strategi tersebut kurang mampu menunjang usaha mengoptimalkan pengembangan potensi siswa karena setiap anak memiliki perbedaan kemampuan dan kecerdasan. Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa diperlukan program pendidikan khusus agar mereka dapat mengembangkan potensi dan kreativitas yang dimiliki. Program tersebut berupa program akselerasi atau percepatan belajar. Dalam penyelenggaraannya, diperlukan komponenkomponen yang menunjang proses belajar mengajar yang meliputi kurikulum, commit to user tenaga pendidik (guru), sarana dan prasarana, dana, manajemen serta lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Tanpa adanya komponen-komponen tersebut proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Kurikulum yang digunakan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa/berbakat adalah kurikulum berdiferensiasi yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sehingga sesuai dengan kecepatan belajar siswa. Kurikulum tersebut dapat diimplementasikan melalui program akselerasi sehingga pendidikan dapat ditempuh dalam waktu yang lebih cepat dan tentunya siswa mampu mencapai prestasi yang memuaskan. Penyelenggaraan program akselerasi diharapkan dapat menjadi suatu wadah bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa/berbakat agar dapat mengembangkan potensinya.
Namun, dalam penyelenggaraannya
tidak selalu berjalan dengan lancar dan baik karena adanya hal-hal yang menjadi kendala/hambatan. Pihak sekolah harus dapat mencari solusi untuk mengatasi kendala/hambatan yang timbul dalam penyelenggaraan program akselerasi. Penyelenggaraan program akselerasi juga diharapkan dapat menghasilkan siswa yang memiliki prestasi tinggi sehingga ada perbedaan antara nilai-nilai siswa akselerasi dengan siswa reguler. Dari uraian di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Penyelenggaraan program akselerasi
Hasil belajar siswa
1. Kurikulum 2. Tenaga pendidik/guru 3. Sarana dan prasarana 4. Dana 5. Manajemen
Hambatan-
Upaya
hambatan yang
mengatasi
dihadapi
hambatan
6. Lingkungan Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kartono berpendapat “Metodologi merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau pengetahuan dengan memakai metode-metode ilmiah” (1990: 28). Metodologi diperlukan untuk mendapat kebenaran dari suatu penelitian. Metodologi perlu ditentukan terlebih dahulu sebelum kegiatan penelitian kegiatan dilakukan. Hal ini karena ketepatan dalam menentukan metodologi akan mengantarkan penelitian ke arah tujuan yang diinginkan, yaitu hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai tempat dan waktu penelititan, pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, teknik sampling, pengumpulan data, uji validitas data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian Berdasarkan masalah yang ada, penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Surakarta. Alasan mengapa memilih di SMP Negeri 9 Surakarta karena sekolah tersebut sudah lama melaksanakan program akselerasi sehingga memungkinkan memiliki data yang dibutuhkan oleh peneliti. Selain itu, belum ada penelitian sejenis yang dilakukan di sekolah tersebut.
2.
Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama enam bulan terhitung mulai dari pengajuan masalah sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian, diawali dari bulan Februari sampai bulan Juli 2012.
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Jadwal Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2012 Feb
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1. Persiapan penelitian - Pengajuan masalah - Penyusunan proposal - Ijin penelitian 2. Pelaksanaan penelitian - Pengumpulan data - Analisis data 3. Penyusunan laporan
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1.
Pendekatan Penelitian Untuk mengkaji permasalahan penelitian diperlukan suatu bentuk pendekatan penelitian yang tepat. Ada tiga bentuk pendekatan yang dapat digunakan dalam penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi antar keduanya. Sutopo berpendapat “Penelitian kualitatif mempunyai tiga tingkatan penelitian yaitu meliputi penelitian eksploratif, deskriptif, dan eksplanatif” (2002: 110). Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Bogdan dan Taylor (1975) bahwa “Metode deskriptif kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati” (Moleong, 2007: 4). Sementara itu, Nasir berpendapat “Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok commit to user manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
kelas peristiwa pada masa sekarang” (1999: 63). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti situasi-situasi tertentu berdasarkan suatu keadaan yang hasilnya berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati.
2.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipilih akan digunakan untuk mengamati, mengumpulkan informasi, menyajikan analisis hasil penelitian, dan untuk menetapkan sampel serta pemilihan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan informasi. Jenis penelitian terdiri dari berbagai macam diantaranya yaitu etnografi, studi kasus, historis. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus sendiri terdiri dari tunggal terpancang dan ganda terpancang. Jadi jenis penelitian yang digunakan yaitu studi kasus tunggal terpancang. Disebut kasus tunggal karena penelitian ini terarah pada satu karakteristik yaitu masalah yang akan diteliti hanya ada satu. Maksud dari terpancang adalah peneliti sudah memilih dan menentukan aspek yang menjadi fokus utamanya sebelum melaksanakan penelitian di lapangan. Aspek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah terbatas pada penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta.
C. Sumber Data Sesuai dengan simpulan Loflan (1984) bahwa “Sumber data utama dalam pe-nelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lain-lain” (Moleong, 2007: 157). Oleh karena itu, sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi : 1.
Nara sumber (informan) Nara sumber dalam penelitian kualitatif sering disebut informan yaitu orang yang dapat memberikan informasi dan keterangan mengenai permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Informan dalam penelitian ini to usersekolah bidang kurikulum, wakil terdiri dari kepala sekolah, commit wakil kepala
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
kepala sekolah bidang kesiswaan, ketua program akselerasi, guru bidang studi serta perwakilan dari siswa. 2.
Peristiwa atau aktivitas Data atau informasi dapat dikumpulkan dari peristiwa, aktivitas atau perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran penelitiannya. Dari pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti dapat mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi. Peristiwa yang relevan dalam penelitian ini adalah tentang penyelenggaraan program akselerasi, sedangkan aktivitas yang diamati adalah proses belajar mengajar di kelas akselerasi.
3.
Tempat Informasi mengenai peristiwa atau aktivitas yang dilakukan dapat digali melalui sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun lingkungannya. Penelitian ini mengambil tempat di SMP Negeri 9 Surakarta.
4.
Dokumen dan Arsip Dokumen dan arsip merupakan sumber data tertulis yang berkaitan dengan peristiwa atau aktivitas tertentu. Penelitian ini menggunakan dokumen dan arsip berupa profil dan struktur organisasi sekolah, kurikulum yang digunakan, pembagian tugas dan wewenang, catatan tentang siswa dan rapor atau data prestasi siswa.
D. Teknik Sampling (Cuplikan) Cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka teknik cuplikan yang digunakan lebih bersifat selektif karena peneliti mendasarkan pada landasan teoritis yang digunakan, keingintahuan pribadi, dan karakteristik empiris yang dihadapi. Oleh karena itu, teknik cuplikan yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi secara mendalam mengenai masalah yang diteliti. Sesuai simpulan Bogdan dan Biklen (1982) bahwa “Cuplikan dalam commitsebagai to userinternal sampling” (Sutopo, 2002: penelitian kualitatif sering juga disebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
55). Dapat dikatakan internal sampling karena cuplikan diambil untuk mewakili informasi-nya, jumlah informan yang kecil bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara lebih lengkap daripada nara sumber yang lebih banyak tetapi mungkin kurang mengetahui dan memahami informasi yang sebenarnya. Keputusan dalam me-nentukan informan dapat diambil begitu peneliti mempunyai suatu pemikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, informasi apa yang akan dibutuhkan, kapan melakukan observasi yang tepat, dan berapa macam dokumen yang akan diteliti.
E. Pengumpulan Data Data yang valid sangat diperlukan dalam memecahkan suatu masalah secara tuntas. Untuk mendapatkan data, maka diperlukan suatu teknik pengumpulan data. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Goetz dan LeCompte (1984) bahwa “Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dikelompokkan menjadi dua cara yaitu: metode interaktif dan non interaktif” (Sutopo, 2002: 58). Metode interaktif meliputi wawancara mendalam dan observasi langsung, sedangkan metode non interaktif meliputi observasi, kuisioner, dan mencatat dokumen maupun arsip. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Observasi langsung Moleong berpendapat “Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data pengamatan, memungkinkan pembentukan pengetahuanyang diketahui bersama baik dari pihaknya maupun dari pihak subyek” (2000: 117). Teknik ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian meliputi: keadaan sekolah dan lingkungan sekitar, proses belajar mengajar terutama di kelas akselerasi.
2.
Wawancara mendalam Teknik ini dilakukan guna memperoleh informasi yang lebih mendalam secara tidak formal atau tidak terstruktur guna menggali pandangan commithal to user subyek yang diteliti tentang banyak yang bermanfaat sebagai dasar peng-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
galian informasi yang lebih jauh dan mendalam. Dalam penelitian ini subyek yang diteliti berperan sebagai informan dan dapat dilakukan pada waktu dan kondisi yang dianggap paling tepat guna mendapatkan data yang rinci, jujur, dan mendalam. Informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini antara lain: kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, ketua program akselerasi, guru bidang studi serta perwakilan dari siswa. 3.
Pencatatan dokumen Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip. Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang memiliki peranan penting dalam penelitian kualitatif. Dokumen dapat memiliki beragam bentuk dari yang tertulis sederhana sampai yang lebih lengkap bahkan dapat berupa benda-benda peninggalan masa lampau. Penelitian ini memerlukan dokumen dan arsip yang berupa profil dan struktur organisasi sekolah, kurikulum yang digunakan, pembagian tugas dan wewenang, catatan tentang siswa dan rapor atau data prestasi siswa.
F. Uji Validitas Data Validitas data sangat diperlukan agar data dan informasi yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sutopo berpendapat “Validitas merupakan jaminan dari kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian” (2002: 78). Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yang dapat dipilih untuk pengembangan validitas data penelitian. Cara-cara tersebut antara lain berupa teknik trianggulasi dan reviu informan. Dalam penelitian ini untuk memperoleh validitas data menggunakan cara trianggulasi. Moleong berpendapat “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu” (2000: 178). Teknik trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif yaitu untuk menarik kesimpulan yang mantap tidak hanya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
diperlukan satu cara pandang (Sutopo, 2002: 78). Sementara itu, sesuai simpulan Patton (1987) bahwa trianggulasi dibagi menjadi empat macam, yaitu: 1. Trianggulasi sumber adalah pengumpulan data sejenis dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda. 2. Trianggulasi metode adalah pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. 3. Trianggulasi teori adalah pengumpulan data dengan melakukan penelitian tentang topik yang sama dan datanya di analisis dengan menggunakan beberapa perspektif teoritis yang berbeda. 4. Trianggulasi peneliti adalah pengumpulan data yang sejenis yang dilakukan oleh beberapa peneliti. (Moleong, 2007: 330) Jenis trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber yaitu menggunakan berbagai sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu dapat teruji kebenarannya apabila dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda. Sumber data tersebut berupa informan yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, ketua program akselerasi, guru bidang studi, dan siswa. Selain itu, sumber data dapat diperoleh dari dokumen yang berupa profil dan struktur organisasi sekolah, kurikulum yang digunakan, catatan tentang siswa dan rapor atau data prestasi siswa.
G. Analisis Data Menurut Bogdan dan Biklen (1975) bahwa “Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain” (Moleong, 2007: 248). Ada dua model pokok dalam melaksanakan analisis di dalam penelitian kualitatif, yaitu model analisis jaringan atau mengalir dan model analisis inter-aktif. Miles dan Huberman berpendapat “Analisis mengalir terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan pe-narikan kesimpulan atau verifikasi” (1992: 16). Jadi antara reduksi data, penyajian data, dan verifikasi dilakukan commit to user sebelum, selama, dan sesudah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk menghasilkan suatu analisis yang terpercaya. Tiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses siklus. Dalam bentuk analisis ini peneliti bergerak dalam empat komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan selama proses pengumpulan data berlangsung. Adapun kegiatannya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Reduksi data Miles dan Huberman berpendapat “Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan” (1992: 16). Reduksi data muncul pada saat sebelum peneliti memutuskan wilayah penelitian, permasalahan penelitian serta pengumpulan data yang dipilihnya. Dalam penelitian ini reduksi data lebih terfokus pada penyelenggaraan program akselerasi. 2. Penyajian data Sutopo berpendapat “Sajian data merupakan rakitan kalimat berupa informasi yang disusun secara logis dan sistematis sehingga mudah dipahami serta memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan” (2002: 92). Penyajian informasi tersebut dapat berbentuk matriks, gambar atau skema, grafik, jaringan dan bagan yang tersusun secara terpadu sehingga memudahkan peneliti dalam menentukan langkah selanjutnya. Kegiatan ini disamping sebagai kegiatan analisis juga merupakan kegiatan reduksi data. 3. Penarikan kesimpulan atau verifikasi Merupakan rangkaian pengolahan data yang berupa gejala dan kasus yang terdapat di lapangan. Penyusunan catatan, pernyataan, pola dan arahan dilakukan secara teratur. Hal ini berarti kesimpulan akhir yang ditulis merupakan rangkaian keadaan dari yang belum jelas sampai pada pernyataan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis terhadap fenomena yang ada. Ketiga komponen tersebut berjalan bersama pada waktu kegiatan pengumpulan data. Setelah memperoleh data, maka reduksi data segera dibuat dan diteruskan dengan penyajian data. Dari penyajian data tersebut dapat dipergunakan untuk menyusun kesimpulan sementara. Untuk memperjelasnya, peneliti menyajikan model analisis interaktif sebagai berikut: Pengumpulan data
Reduksi data
Sajian data
Penarikan kesimpulan/ verifikasi
Gambar 3.1 Skema Model Analisis Interaktif (Sumber: Sutopo, 2002: 96)
A. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dapat berupa bagan atau skema yang menggambarkan kegiatan dari awal (persiapan) sampai dengan pembuatan laporan. Menurut Bogdan (1975) bahwa “Dalam penelitian ada tiga tahapan yaitu: (1) pra lapangan; (2) kegiatan lapangan; (3) analisa data” (Moleong, 2007: 126). Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini menggunakan prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
1. Tahap pra lapangan Tahap ini dilakukan mulai dari pengajuan masalah, menyusun rancangan penelitian, mengurus perijinan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap kegiatan lapangan Tahap ini dilakukan untuk menggali data mengenai penyelenggaraan program akselerasi, hambatan-hambatan yang dihadapi dan solusi untuk mengatasinya serta perbedaan hasil belajar antara siswa program akselerasi dengan siswa reguler. Peneliti sudah mulai terjun ke lapangan penelitian yakni mulai menggali data dan sumber data yang relevan dengan tujuan penelitian. Sumber data tersebut dapat berupa informan, dokumen dan arsip. Informan meliputi: kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, ketua program akselerasi, beberapa guru serta perwakilan dari siswa. Dokumen dapat berupa profil dan struktur organisasi sekolah, kurikulum yang digunakan, catatan tentang siswa, dan rapor atau data prestasi siswa. 3. Tahap analisis data Tahap ini dilakukan setelah penggalian data dan informasi dianggap sudah cukup untuk mendukung tujuan penelitian. Pada tahap ini, peneliti berusaha untuk menemukan tema yang relevan dengan masalah penelitian. Tema tersebut adalah tentang penyelenggaraan program akselerasi, hambatanhambatan yang dihadapi, solusi untuk menghadapi hambatan, dan perbedaan hasil belajar siswa program akselerasi dengan reguler. 4, Tahap penulisan laporan Tahap ini merupakan tahap akhir dari prosedur penelitian yang harus dilakukan. Pada tahap ini, penulis menyusun dan menulis laporan dari hasil analisis data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Untuk lebih memperjelas dapat dibuat bagan prosedur penelitian sebagai berikut:
Proposal
Persiapan
Pengumpulan
pelaksanaan
data dan analisis
Analisis akhir
Penarikan
Trianggulasi
kesimpulan
dan review
Laporan Gambar 3.2 Prosedur Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1.
Sejarah SMP Negeri 9 Surakarta Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Surakarta adalah program pemerintah yang bernama KPKPKB (Kursus Pendidikan Ke-Pengajaran dan Kewajiban Belajar) yang berdiri mulai tahun 1950. Kursus ini bertempat di rumah-rumah penduduk di sekitar Kampung Mangkuyudan sampai tahun 1953. Pimpinan KPKPKB waktu itu adalah bapak Sudjadi Siswodiprodjo, beliau anggota Yayasan Murni. Oleh beliau kursus tersebut dipindah dengan menyewa di komplek Tugu Kebangkitan Nasional. Tugu ini terletak di Kampung Penumping Surakarta. Tugu ini menjadi saksi sejarah berdirinya cikal bakal SMP Negeri 9 Surakarta. Pada waktu itu kepala sekolah digantikan oleh bapak Supardi Tondomartono. KPKPKB terdiri dari 3 kelas, yaitu kelas A, B, dan C. Bersamaan dengan itu mulai tanggal 1 Juli 1958 menerima siswa SGB III, 2 tahun filial SMP Negeri 1 Surakarta sampai tahun 1960. Berdasar SK No. 69691/S.22-7-1959 SGB III menerima siswa SMP dengan nama SMP Negeri 9 Surakarta. Kepala sekolah waktu itu bapak Pramono sampai tahun 1963, dilanjutkan bapak Sumartono. Selama 14 tahun SMP Negeri 9 Surakarta menumpang di komplek Tugu Lilin Penumping dengan bentuk bangunan yang masih sederhana. Pada tahun 1973 pemerintah memindahkan lokasi sekolah yang baru, berupa ruang belajar baru di sebidang tanah di desa Jegon, Pajang, Laweyan, Surakarta dengan luas tanah 5230 m. Bangunan diresmikan oleh Kepala Bidang Pendidikan Menengah Umum Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 4 November 1973.
commit41to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
2.
Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 9 Surakarta Visi: Bertaqwa, Berprestasi, Cerdas, dan Terampil Misi: a. Menumbuhkan penghayatan dan ketaatan terhadap ajaran agama yang dianut sehingga selalu menjadi sumber kearifan dalam bertindak. b. Melaksanakan pendidikan, pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai bakat dan potensi yang dimiliki. c. Mengembangkan semangat berprestasi, sikap cerdas, dan terampil dalam setiap tindakan dan kegiatan. d. Menerapkan manajemen partisipatif untuk semua warga sekolah.
3.
Kondisi Lingkungan SMP Negeri 9 Surakarta SMP Negeri 9 Surakarta terletak di daerah Kota Surakarta bagian barat daya. Lokasi SMP Negeri 9 Surakarta berada di Jalan Sekar Jagad I Jegon, Pajang, Laweyan, Surakarta dengan kode pos 57146, telp. (0271) 718604. Batas sebelah utara adalah Jalan Sekar Jagad I, batas barat adalah rumah penduduk, batas timur berupa lapangan Jegon-Pajang, dan batas selatan adalah Jalan Sekar Jagad III. Bangunan atau ruang belajar SMP Negeri 9 Surakarta terdiri dari ruang kelas berlantai dua, ruang penunjang, lapangan basket dan tenis. Sementara itu, fasilitas pendidikan terdiri dari: Tabel 4.1 Data Ruang Belajar Lainnya di SMP Negeri 9 Surakarta Jenis Ruangan
Jumlah
Ukuran
Kondisi
Perpustakaan
1
12 x 7
Baik
Laboratorium Fisika
1
12 x 7
Baik
Laboratorium Biologi
1
12 x 7
Baik
Multimedia
1
9x7
Baik
Ruang Kesenian
1 commit to user
3 x 10
Sedang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
4.
Laboratorium Bahasa
1
15 x 7
Baik
Laboratorium Komputer
1
7 x 15
Baik
Aula
1
17 x 10
Baik
Masjid
1
19 x 11
Baik
Struktur Organisasi Sekolah Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah
Akselerasi
Bidang Kurikulum
Bidang Kesiswaan
Bidang Humas
Bidang TU
Wali Kelas
Guru Bidang Studi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sekolah
a. Tugas dan Fungsi Pokok 1) Kepala Sekolah Kepala sekolah pada umumnya mempunyai fungsi dan tugas antara commit to user lain sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
(a) Membimbing guru dalam hal menyusun dan melaksanakan program pengajaran, mengevaluasi hasil belajar dan melaksanakan program pengajaran dan remidial. (b) Mengelola administrasi kegiatan belajar dan bimbingan konseling dengan memiliki data lengkap administrasi kegiatan belajar mengajar dan kelengkapan administrasi bimbingan konseling. (c) Menyusun program kerja, baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. (d) Mengoptimalkan sumber daya manusia secara optimal, memanfaatkan sarana/prasarana secara optimal. (e) Menyusun dan melaksanakan program supervise kelas, kegiatan ekstrakurikuler dengan baik. 2) Wakil Kepala Sekolah Fungsi dan tugas wakil kepala sekolah adalah membantu dan bertanggungjawab kepada kepala sekolah dalam hal: (a) Menyusun perencanaan, membuat program pelaksanaan, koordinasi pengawasan, dan evaluasi. (b) Mewakili kepala sekolah untuk menghadiri rapat-rapat. (c) Mewakili tugas-tugas kepala sekolah bila kepala sekolah sedang berhalangan. (d) Membuat laporan secara berkala. 3) Manajer Akselerasi (a) Menyusun dan melaksanakan kegiatan kelas akselerasi. (b) Mengatur dan mempertanggungjawabkan keuangan kepada kepala sekolah. (c) Mengkoordinasikan dan melakukan evaluasi kegiatan akselerasi. (d) Mengatur proses belajar mengajar. 4) Bidang Kurikulum (a) Menyusun program pengajaran. (b) Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan. commit to user (c) Menyususn pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
(d) Melakukan supervisi administrasi akademis. (e) Melakukan pengarsipan program kurikulum. (f) Menyusun laporan secara berkala. 5) Bidang Kesiswaan (a) Menyusun program pembinaan kesiswaan (OSIS). (b) Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan kesiswaan. (c) Membina dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler. (d) Menyusun jadwal dan pembinaan secara berkala maupun incidental. (e) Menyusun dan membuat jadwal kegiatan akhir sekolah. (f) Membuat laporan kegiatan kesiswaan secara berkala. 6) Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) (a) Mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan Dewan Sekolah. (b) Membina hubungan antara sekolah dengan wali murid. (c) Membuat dan menyusun program semua kebutuhan sekolah. (d) Koordinasi dengan semua staf untuk kelancaran kegiatan sekolah. (e) Menyusun laporan secara berkala. 7) Bidang Tata Usaha Pengelola tata usaha sekolah mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah dan bertanggungjawab kepada Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a) Menyusun program kerja tata usaha sekolah. (b) Pengelolaan keuangan sekolah. (c) Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa. (d) Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah. (e) Penyusunan laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara berkala. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
8) Wali Kelas Wali kelas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan berikut: (a) Pengelolaan kelas. (b) Penyelenggaraan administrasi kelas. (c) Penyusunan dan pembuatan statistik bulanan anak didik. (d) Pembuatan catatan khusus tentang anak didik. (e) Pengisian dan pembagian buku laporan penilaian hasil belajar. 9) Guru Bidang Studi Guru bertanggungjawab kepada Kepala Sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Tugas dan tanggungjawab guru meliputi: (a) Membuat perangkat program pembelajaran. (b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran. (c) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian, ulangan umum, ulangan semester dan ujian akhir. (d) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan. (e) Mengisi daftar nilai siswa. (f) Membuat alat peraga. b.
Jumlah Tenaga Pendidik dan Tata Usaha Tenaga pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran selain sarana dan prasarana. Tersedianya jumlah tenaga pendidik yang cukup dapat menunjang kegiatan belajar mengajar agar berjalan dengan lancar. Selain tenaga pendidik, diperlukan juga staff tata usaha yang membantu dalam proses pembelajaran. Adapun data tentang jumlah tenaga pendidik dan tata usaha SMP Negeri 9 Surakarta adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Pendidik dan Tata Usaha (TU) Tenaga Pendidik/TU
Jumlah
Keterangan
Guru
51 Orang
PNS= 45, GTT= 6
Pustakawan
1 Orang
PTT= 1
Laboran IPA/Bhs/Komputer
1 Orang
PTT= 1
Staff Tata Usaha
14 Orang
PNS= 3, GTT= 11
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1.
Penyelenggaraan Program Akselerasi a. Latar Belakang/Dasar Penyelenggaraan Program Akselerasi Setiap anak memang memiliki tingkat kecerdasan yang berbedabeda yaitu anak dengan kecerdasan di bawah rata-rata, kecerdasan ratarata, dan kecerdasan di atas rata-rata serta memiliki bakat istimewa. Anak yang berada di atas rata-rata memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar anak-anak lainnya. Anak-anak yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa itu membutuhkan layanan yang memang berbeda dengan anakanak pada umumnya karena dalam potensi yang serba unggul tersebut dapat menimbulkan kebutuhan belajar yang unggul pula. Penyelenggaraan program akselerasi perlu dilakukan sebagai upaya dari pemerintah untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas dalam segala bidang sehingga dapat bersaing di era globalisasi. Penyelenggaraan program akselerasi dilaksanakan oleh sekolah-sekolah yang telah siap, baik dari segi kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dana, manajemen dan lingkungan. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan sehingga apabila pihak sekolah belum memiliki kesiapan dari semua komponen, maka belum dapat menyelenggarakan program akselerasi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu Endang Mangularsih selaku kepala sekolah bahwa “Dasar penyelenggaraan program akselerasi commit to user di SMP Negeri 9 Surakarta yaitu SK dari Provinsi Jawa Tengah dan Dinas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Kota Surakarta berdasarkan penilaian terhadap sekolah yang menyatakan SMP Negeri 9 Surakarta layak untuk menyelenggarakan program akselerasi. Sementara itu, Bapak Tarno menyatakan bahwa: Penentuan penyelenggaraan akselerasi berdasarkan hasil penilaian dari Direktorat Pendidikan Jendral Luar Biasa, aspek yang dinilai meliputi sumber daya manusia/tenaga pendidik dan siswa serta fasilitas yang dimiliki SMP Negeri 9 Surakarta, apabila sekolah sudah terakreditasi A maka akan mendapatkan SK dan berhak menyelenggarakan akselerasi. Setelah itu, pihak sekolah baru melakukan persiapan-persiapan. Dari beberapa hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak semua sekolah berhak menyelenggarakan program akselerasi, akan tetapi harus melalui penilaian dari Direktorat Pendidikan Jenderal Luar Biasa. Aspek yang dinilai meliputi sumber daya manusia yaitu siswa, tenaga pendidik maupun karyawannya, dan fasilitas yang dimiliki SMP Negeri 9 Surakarta. Apabila hasil penilaian menunjukkan bahwa sekolah sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka sekolah tersebut berhak menyelenggarakan program akselerasi. SMP Negeri 9 mendapatkan kesempatan untuk menyelenggarakan program akselerasi sejak tahun ajaran 2005/2006 karena sudah memiliki akreditasi A, telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang ada, dan lolos penilaian dari Direktorat Jendral Pendidikan Luar Biasa. Tujuan SMP Negeri 9 Surakarta melaksanakan program akselerasi yaitu untuk memberikan pelayanan khusus bagi anak-anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa.
b. Penyelenggaraan Program Akselerasi SMP Negeri 9 Surakarta mulai menyelenggarakan program akselerasi sejak tahun ajaran 2005/2006. Dalam penyelenggaraan program akselerasi terdiri dari tiga tahap, yaitu meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi/penilaian. Ketiga tahapan tersebut saling berkaitan dan harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
1) Tahap Persiapan Sebelum program akselerasi diselenggarakan di SMP Negeri 9 Surakarta harus ada persiapan-persiapan terlebih dahulu agar nantinya penyelenggaraan dapat berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Tarno yang menyatakan bahwa: Sebelum diselenggarakannya program akselerasi, SMP Negeri 9 Surakarta harus melakukan persiapan dari fasilitas fisik terlebih dahulu seperti ruang kelas harus dilengkapi dengan multimedia, ber AC, jendela dan pintu kelas diberi tralis, selain itu juga harus mempersiapkan tenaga pendidik yang memiliki dedikasi tinggi”. Sementara itu, selain persiapan fasilitas secara fisik, persiapan lain juga dijelaskan oleh Ibu Danarti yang menyatakan bahwa: Persiapan yang dilakukan dalam penyelenggaraan akselerasi yaitu pertama melakukan perekrutan siswa sesuai kriteria, setelah sudah ada siswanya selanjutnya ya menentukan guru yang akan mengajar, mempersiapkan kurikulum yang akan digunakan serta menyediakan sarana prasarana untuk menunjang pelaksanaan program akselerasi. (a) Perekrutan Siswa Siswa merupakan faktor utama dalam penyelenggaraan program akselerasi. Namun, tidak semua anak dapat masuk menjadi siswa akselerasi karena program akselerasi diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Oleh karena itu, diperlukan perekrutan siswa untuk mengidentifikasi anak berbakat melalui pengetesan yang diadakan sekolah. Tahap pengetesan dapat berupa tes IQ, tes akademik, tes psikologi, dan task commitment. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Manajer Program Akselerasi, Ibu Danarti menyatakan bahwa: Siswa yang ingin masuk program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta harus mendaftar terlebih dahulu dengan menyerahkan nilai rapor kelas 4. 5, dan 6 setelah itu mengikuti tes akademik, tes psikologi dan tes IQ serta task commitment kemudian commit dilakukan to user wawancara terhadap orang tua
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
siswa. Setelah pengumuman kelulusan SD, siswa menyerahkan nilai UASBN yang minimal 8. Hal sama mengenai persyaratan bagi siswa yang ingin masuk program akselerasi juga diungkapkan oleh Ibu Umi Marjanah yang menyatakan bahwa: Perekrutan siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta dari tahun ke tahun sangat ketat karena yang mendaftar banyak sementara kriteria untuk masuk akselerasi tinggi yaitu nilai rata-rata rapor minimal 8, nilai UASBN minimal juga harus 8, dan harus mengikuti berbagai macam tes yang meliputi tes IQ ditentukan dengan skala westler, tes psikologi, tes akademik. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa proses perekrutan siswa di SMP Negeri 9 Surakarta melalui beberapa tahap yaitu dimulai dari mendaftar terlebih dahulu dengan menyerahkan nilai rapor kelas 4, 5, 6 minimal 8. Setelah itu siswa mengikuti tes akademik kemudian disusul dengan tes psikologi dan tes IQ serta tahap terakhir yaitu wawancara orang tua siswa. Pada saat tes psikologi, pihak sekolah menyediakan seorang psikolog untuk menentukan apakah siswa tersebut layak masuk program akselerasi atau tidak. Apabila hasil dari tes akademik mencapai nilai 8, IQ minimal 130, disarankan oleh psikolog bahwa siswa tersebut layak, dan nilai UASBN minimal 8, maka siswa tersebut dinyatakan diterima masuk program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta. (b) Perekrutan Guru Dalam proses belajar mengajar, selain adanya siswa diperlukan guru sebagai fasilitator dalam menyampaikan materi. Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar juga ditentukan oleh guru. Pada dasarnya siswa akselerasi memang membutuhkan pelayanan khusus dibandingkan siswa lainnya karena kemampuan dan kecerdasan yang mereka miliki di atas rata-rata, guru yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
mengajar di program akselerasi diharapkan benar-benar berkompeten. Oleh karena itu, guru diharuskan memiliki keempat kompetensi yaitu meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Guru yang memiliki kompetensi-kompetensi tersebut diperlukan dalam proses belajar mengajar program akselerasi agar dapat membimbing, mendidik, dan mengarahkan siswa-siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Seorang guru diharapkan menguasai bahan ajar, mampu mengelola kelas, dan mampu menggunakan media pembelajaran. Selain itu, guru juga harus bertanggungjawab, memiliki jiwa kepemimpinan yang baik, terampil berkomunikasi, dan ikut serta dalam kegiatan sosial. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Endang Mangularsih selaku Kepala SMP Negeri 9 Surakarta yang menyatakan bahwa: Guru yang mengajar di kelas akselerasi SMP Negeri 9 Surakarta harus minimal lulusan S1, mempunyai dedikasi yang tinggi, dilakukan penilaian terhadap kinerja guru tersebut melalui supervisi. Kepala sekolah berhak untuk menentukan guru yang akan mengajar di kelas akselerasi berdasarkan hasil penilaian kinerja dan kemampuan yang dimiliki. Pernyataan tersebut senada dengan hasil wawancara salah satu guru yaitu Ibu Sri Yuliastuti yang memberikan penjelasan bahwa guru yang mengajar di kelas akselerasi dipilih oleh kepala sekolah berdasarkan hasil penilaian kinerja, kedisiplinan serta tanggungjawab yang tinggi terhadap tugasnya, mampu menggunakan media pembelajaran, pendidikan terakhir guru minimal harus S1. Guru yang mengajar di kelas akselerasi juga mengajar di kelas reguler. Dari beberapa hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa semua guru yang mengajar di kelas reguler SMP Negeri 9 commit to user Surakarta mempunyai peluang untuk mengajar di kelas akselerasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
asalkan memenuhi beberapa persyaratan dari kepala sekolah, diantaranya yaitu pendidikan minimal S1. Kepala sekolah memberikan penilaian terhadap guru berdasarkan kinerja melalui dedikasi dalam proses belajar mengajar, kedisiplinan serta tanggungjawab terhadap tugasnya. Selain itu, guru di kelas akselerasi juga harus mampu menggunakan media misalnya mengoperasikan laptop, LCD, dan alat peraga lainnya. Apabila guru sudah memenuhi kriteria-kriteria tersebut, maka kepala sekolah berhak untuk memilih guru yang akan mengajar di kelas akselerasi. Guru yang mengajar program akselerasi diharapkan mempunyai kemampuan yang lebih daripada guru-guru lainnya. (b) Persiapan Kurikulum Kurikulum merupakan salah satu pendukung dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar tujuan pendidikan tercapai. Hal tersebut dikarenakan rencana dan pengaturan mengenai waktu dan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa terdapat dalam kurikulum. Kurikulum yang digunakan untuk siswa akselerasi seharusnya dimodifikasi sedemikian rupa sesuai kebutuhan siswa. Namun, di SMP Negeri 9 Surakarta kurikulum yang digunakan untuk program akselerasi sama dengan program reguler, yang membedakan hanya pada alokasi waktu penyampaian materi untuk siswa akselerasi jauh lebih singkat. Sesuai dengan pernyataan Bapak Tarno yang mengatakan bahwa: Kurikulum yang digunakan sama dengan program reguler yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), perbedaannya untuk program akselerasi alokasi waktu lebih singkat, tetapi materi pelajarannya tetap sama. Jadi kalau misalnya bab 1 ditempuh siswa reguler dalam waktu 4x pertemuan, maka siswa akselerasi hanya 2x pertemuan saja. Di SMP Negeri 9 Surakarta tidak dilakukan persiapan khusus mengenaicommit kurikulum to useryang akan digunakan di kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
akselerasi. Kurikulum yang digunakan untuk program akselerasi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sama dengan program reguler. Modifikasi kurikulum hanya terletak pada alokasi waktunya, sedangkan untuk isi materi pelajaran tetap sama dengan program reguler. Oleh karena itu, guru yang mengajar di kelas akselerasi tetap diharuskan untuk membuat silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes) yang disesuaikan dengan alokasi waktunya. Hal tersebut karena pendidikan program akselerasi hanya ditempuh dalam waktu 2 tahun, sedangkan untuk program reguler ditempuh selama 3 tahun. Jadi, dalam penyampaian materi untuk siswa akselerasi harus lebih dipersingkat agar tetap dapat menyelesaikan semua materi sesuai dengan siswa reguler. Setiap guru mempunyai cara yang berbeda dalam menyampaikan materi sesuai dengan tingkat kesulitan mata pelajaran yang diampu agar tetap mudah dipahami siswa dengan waktu yang lebih singkat. Cara tersebut diantaranya yaitu materi yang sekiranya mudah tidak dijelaskan keseluruhan secara detail, melainkan siswa diberikan tugas untuk mempelajarinya, apabila ada yang belum jelas siswa dapat menanyakan kepada guru sehingga tidak menyita banyak waktu. (b) Persiapan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana diperlukan untuk mendukung kelancaran dalam proses belajar mengajar di setiap sekolah. Siswa dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah untuk kegiatan pembelajaran. Sarana prasarana di SMP Negeri 9 Surakarta dibedakan menjadi dua yaitu sarana dan prasarana edukatif bersifat fisik yang digunakan dalam proses belajar mengajar, misalnya ruang kelas, ruang laboratorium, perpustakaan, papan tulis, spidol, meja, kursi dan lain-lain. Selain itu, commit user non edukatif yang diperlukan terdapat pula sarana dan to prasarana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
untuk menunjang kegiatan siswa di sekolah, misalnya aula, masjid, kantin sekolah, ruang koperasi. Sarana dan prasarana untuk siswa akselerasi seharusnya disesuaikan dengan karakter/sifat siswa yang memiliki kemampuan dan tingkat kecerdasan tinggi. Namun, di SMP Negeri 9 Surakarta sarana dan prasarana yang disediakan untuk siswa akselerasi tidak berbeda jauh dengan siswa reguler. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Danarti yang menyatakan bahwa: Pada dasarnya siswa akselerasi itu mempunyai hak yang sama dengan siswa reguler, sarana dan prasarana yang disediakan sekolah juga sama, perbedaannya hanya terletak pada ruang kelasnya dimana ruang kelas akselerasi dilengkapi dengan AC, LCD, komputer, televisi dan untuk sarana dan prasarana lain misal laboratorium serta perpustakaan sama. Akan tetapi, saat ini di kelas reguler pun sudah ada LCD walaupun belum semua kelas. Sementara itu, menurut Ibu Endang Mangularsih bagi siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta disediakan fasilitas yang sama dengan siswa reguler agar tidak terjadi kesenjangan, yang membedakan hanya ruang kelas siswa akselerasi dilengkapi dengan AC, LCD, satu unit komputer untuk setiap kelas, serta televisi karena disesuaikan dengan kebutuhan siswa akselerasi. Hal yang sama juga di ungkapkan oleh siswa akselerasi yaitu Sarah yang mengatakan bahwa selama menjadi siswa akselerasi, sarana dan prasarana yang dapat digunakan hampir sama dengan siswa lainnya yaitu laboratorium fisika, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, ruang kesenian. Perbedaannya kalau di kelas reguler hanya disediakan papan tulis, spidol, kipas angin, sedangkan di kelas akselerasi dilengkapi LCD, AC, televisi, komputer, dan loker. Dari beberapa pernyataan di atas, maka dapat dito user simpulkan bahwa commit sarana dan prasarana di SMP Negeri 9 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
yang disediakan untuk siswa akselerasi pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan siswa reguler. Hal tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan kesenjangan sosial antara siswa akselerasi dengan siswa reguler. Jadi siswa akselerasi juga berhak menggunakan sarana dan prasarana untuk siswa reguler, misalnya laboratorium yang digunakan siswa akselerasi digunakan juga oleh siswa reguler. Namun, bagi siswa akselerasi SMP Negeri 9 Surakarta yang ingin menggunakan laboratorium harus bergantian dengan siswa reguler dan biasanya siswa akselerasi dapat giliran di siang hari setelah jam pelajaran. Perbedaan sarana dan prasarana untuk siswa akselerasi hanya pada fasilitas di ruang kelas karena dilengkapi dengan AC, LCD, satu unit komputer, televisi, dan loker.
2) Tahap Pelaksanaan Program Akselerasi Setelah sekolah melakukan berbagai persiapan, maka selanjutnya program akselerasi dapat dilaksanakan. Selain dari persiapan, pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 dapat dilihat dari proses belajar mengajar di kelas, bentuk pelayanan yang diberikan untuk siswa akselerasi termasuk dengan kegiatan yang harus diikuti, dan pengaturan manajemennya. Proses belajar mengajar ketika di kelas akselerasi sebenarnya hampir sama dengan di kelas reguler karena guru pasti akan menggunakan metode ceramah. Sesuai dengan penjelasan Ibu Danarti yang menyatakan bahwa: Ketika guru mengajar di kelas akselerasi biasanya metode yang akan digunakan itu disesuaikan dengan kondisi siswa dan materi yang akan disampaikan, jadi misalnya pelajaran sejarah guru juga tetap menggunakan ceramah seperti di kelas reguler. Tetapi, bedanya guru menyampaikan materi lebih cepat karena tuntutan waktu juga. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Selain itu, Ibu Sri Yuliastuti menambahkan perbedaan mengajar di kelas akselerasi yaitu terletak pada siswanya, siswa akselerasi cenderung kritis dan aktif sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik karena tercipta suasana yang kondusif, jadi guru juga harus siap dan tidak boleh terlalu cepat dalam menyampaikan materi agar lebih mudah dipahami siswa. Hal tersebut senada dengan hasil pengamatan peneliti, suasana kelas di akselerasi memang kondusif, hampir semua siswa memperhatikan penjelasan guru sehingga tidak ada kegaduhan. Ketika guru mengajukan pertanyaan, dengan cepat siswa menjawabnya dan juga aktif dalam bertanya. Selain dari proses belajar mengajar di kelas, keberhasilan pelaksanaan program akselerasi dapat dilihat dari bentuk pelayanan yang diberikan dan kegiatan yang diikuti oleh siswa. Siswa akselerasi tentunya membutuhkan pelayanan yang khusus disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan yang dimiliki. Di SMP Negeri 9 Surakarta terdapat perbedaan antara pelayanan yang diberikan untuk siswa akselerasi dengan siswa reguler. Namun, tidak semua pelayanan dikhususkan untuk siswa akselerasi. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Endang Mangularsih yang menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan untuk siswa akselerasi diantaranya pendalaman materi dan pembinaan mental, tetapi siswa reguler juga mendapatkan pelayanan tersebut. Selain itu, Ibu Umi Marjanah juga menambahkan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat diikuti siswa akselerasi sama dengan siswa reguler, tidak ada pemisahan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler. Hal tersebut dilakukan agar mereka dapat bersosialisasi, siswa akselerasi juga berhak untuk ikut dalam kepengurusan organisasi sekolah seperti OSIS dan MPK. Perbedaan pelayanan program akselerasi dijelaskan oleh Ibu Danarti,
pihak sekolah bekerjasama dengan pihak psikolog yaitu commit to user psikolog bagi siswa akselerasi ANAVA untuk menyediakan beberapa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
agar dapat membantu dan melayani siswa yang ingin konsultasi, menceritakan permasalahan yang dihadapi. Selain itu juga dapat mendampingi siswa dalam melakukan kegiatan terutama saat di luar sekolah seperti outbond, tadabur alam, dan kegiatan lain. Mengenai pengaturan manajemen termasuk di dalamnya pengelolaan administrasi, menurut pernyataan Ibu Endang Mangularsih menyatakan bahwa “Di SMP Negeri 9 Surakarta dibentuk struktur organisasi yang terpisah dari program reguler, tetapi ya hanya ada manajer/ketua program akselerasi, sekretaris, dan bendahara. Untuk jabatan yang lain tetap sama dengan reguler karena kan gurunya juga sama”. Sebagai manajer program akselerasi, Ibu Danarti menyatakan untuk pengelolaan terkait masalah administrasi dan pembayaran bagi siswa akselerasi terpisah dari siswa reguler sehingga disediakan tata usaha yang khusus untuk melayani administrasi dan pembayaran agar memudahkan dalam pengelolaan. Dari berbagai pernyataan di atas dapat diketahui bahwa tahap pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 sudah berjalan cukup baik. Dilihat dari proses belajar mengajar di kelas sudah berjalan baik karena suasana kelas yang kondusif, guru menyampaikan materi dengan metode yang bervariasi. Bentuk pelayanan bagi siswa akselerasi juga sudah tepat yaitu dengan membantu menyediakan psikolog untuk memberikan konseling/pengarahan maupun mengatasi permasalahan siswa. Sementara itu, untuk pengaturan manejemen program akselerasi yaitu dengan dibentuknya struktur organisasi yang terpisah agar memudahkan dalam pengelolaan, tetapi masih di bawah pengawasan kepala sekolah.
3) Tahap Evaluasi Setelah persiapan penyelenggaraan program akselerasi sudah selesai, maka program akselerasi dapat dilaksanakan oleh sekolah commit to user dengan sebaik mungkin. Dari pelaksanaan program akselerasi di-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
perlukan adanya evaluasi/penilaian. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauhmana program akselerasi yang telah dilaksanakan, apakah sudah berjalan lancar sesuai tujuan atau masih perlu ada peningkatan lagi. Evaluasi perlu dilakukan secara berkelanjutan dan terus-menerus agar pihak sekolah yaitu kepala sekolah, guru, para staf karyawan, dan siswa dapat mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada selama pelaksanaan program akselerasi sehingga dapat memperbaikinya. Hal-hal yang perlu dievaluasi diantaranya yaitu, tenaga pendidik dan staf, kurikulum, hasil belajar, sarana dan prasarana, biaya. Tenaga pendidik/guru yang mengajar di kelas akselerasi SMP Negeri 9 Surakarta rata-rata sudah baik dalam melaksanakan tugasnya terutama pada saat proses belajar mengajar di kelas. Mereka terlihat antusias untuk mengajar di kelas akselerasi karena siswa-siswanya bersemangat dan aktif ketika menerima pelajaran sehingga para guru akan lebih mudah dan cepat menyampaikan materi. Guru juga sudah mempersiapkan materi sebelum mengajar sehingga dapat menguasai materi dengan baik serta sudah mampu mengoperasikan media yang tersedia. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan pada saat salah satu guru sedang mengajar di kelas VIIIA akselerasi, guru bersemangat ketika menyampaikan materi kepada siswa, tidak terlihat kebosanan karena didukung oleh suasana kelas yang kondusif dengan siswa yang aktif. Kurikulum yang digunakan di SMP Negeri 9 Surakarta, khususnya untuk program akselerasi belum disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa karena kurikulum yang digunakan masih sama dengan reguler. Kurikulum untuk siswa akselerasi belum dimodifikasi, pihak sekolah hanya mengatur alokasi waktu yang lebih singkat agar semua materi pelajaran dapat disampaikan kepada siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Menurut penjelasan dari Ibu Danarti yang menyatakan bahwa: Setiap guru mempunyai cara tersendiri untuk memberikan penilaian terhadap siswa, guru akan memberikan tugas baik individu maupun kelompok, melaksanakan ulangan harian, ulangan umum, dan Ujian Akhir Nasional (UAN). Seandainya nilai ulangan siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) biasanya guru akan memberikan remidial atau mungkin diambil dari nilai tugas. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa bentuk penilaian bagi siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta meliputi pemberian tugas, ulangan harian, ulangan umum, dan Ujian Nasional (UAN). Mengenai pemberian nilai yang akan diberikan kepada siswa tergantung pada masing-masing guru yang terpenting harus dapat mencapai nilai sesuai KKM. Apabila belum memenuhi KKM, maka siswa harus mengikuti remidial yang sudah disiapkan oleh guru. Penilaian tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kemampuan yang dimiliki setiap siswa dan sebagai instropeksi diri bagi siswa maupun guru. Apabila hasilnya belum memuaskan, maka siswa dapat lebih meningkatkan belajarnya dan untuk guru evaluasi berguna untuk mengetahui keberhasilannya dalam proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 9 Surakarta sudah cukup lengkap dan memadai, hanya saja jumlah ruangannya terbatas, misalnya laboratorium. Saat ini kondisi sarana dan prasarana dalam keadaan baik walaupun ada ruangan yang sedang rusak yaitu ruang kesenian. Ruang kelas akselerasi juga sudah cukup nyaman karena sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang tidak dimiliki oleh kelas reguler. Namun, pihak sekolah masih perlu memperbaiki sarana dan prasarana yang sudah tersedia dan menambah jumlah laboratorium agar siswa akselerasi dapat menggunakan dengan leluasa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Pembiayaan untuk program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta sampai saat ini masih menjadi permasalahan karena subsidi dari pemerintah masih belum mencukupi. Sumber dana untuk program akselerasi berasal dari Pemerintah Pusat yaitu berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Pemerintah Daerah, iuran komite, orang tua siswa.
2.
Hambatan-Hambatan Penyelenggaraan Program Akselerasi a. Hambatan yang Dihadapi Pihak Sekolah Penyelenggaraan program akselerasi tidak selalu berjalan dengan baik, terkadang muncul kendala/hambatan. Hambatan yang timbul dalam penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta adalah sebagai berikut: 1) Sarana dan prasarana yang jumlahnya terbatas Sarana dan prasarana merupakan salah satu penunjang dalam penyelenggaraan akselerasi. Siswa maupun guru membutuhkan sarana dan prasarana agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Pada dasarnya sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 9 Surakarta sudah cukup memadai. Namun, hambatan yang dihadapi yaitu mengenai jumlah laboratorium yang terbatas, sedangkan yang menggunakan laboratorium tersebut tidak hanya siswa akselerasi saja. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Tarno bahwa “Di SMP Negeri 9 Surakarta itu hanya memiliki laboratorium masing-masing 1 jadi pemakaiannya harus bergantian dengan siswa reguler, tetapi untuk sarana dan prasarana lain sudah cukup memadai”. Hal tersebut mengakibatkan pada saat siswa akselerasi ingin menggunakan laboratorium harus bergantian dengan siswa reguler dan biasanya jadwal untuk siswa akselerasi siang hari setelah pulang sekolah. 2) Waktu yang terlalu singkat Pendidikan yang ditempuh oleh siswa akselerasi berbeda user menempuh dalam waktu 2 tahun. dengan siswa reguler, commit mereka to hanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Oleh karena itu, dengan singkatnya waktu yang dimiliki maka setiap kegiatan juga dilakukan secepat mungkin. Waktu yang relatif singkat tersebut terkadang menimbulkan masalah terutama berkaitan dengan proses pembelajaran. Sesuai dengan penjelasan Ibu Sri Yuliastuti yaitu guru dituntut menyampaikan semua materi dengan waktu yang singkat sehingga materi yang diberikan kepada siswa hanya berupa point-pointnya, bahkan ada materi yang tidak dijelaskan jadi siswa diminta untuk mempelajari sendiri. Hal lain juga disampaikan oleh Bapak Tarno yang menyatakan bahwa: Pada dasarnya kan siswa akselerasi itu memiliki waktu lebih singkat daripada reguler sehingga kegiatan-kegiatan pembelajaran juga harus lebih dulu dilaksanakan, contohnya yaitu pelaksanaan ulangan umum baik mid semester maupun semester tidak bersamaan dengan reguler. Hal tersebut mengharuskan pihak sekolah untuk membentuk panitia sendiri, sedangkan guru yang ditunjuk juga memiliki tanggungjawab mengajar di kelas reguler. Dari beberapa penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa dengan waktu pendidikan yang lebih singkat ternyata dapat menimbulkan permasalahan bagi sekolah maupun guru. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu guru dalam menyampaikan materi tidak mempunyai kebebasan mengembangkan materi secara detail karena harus menyesuaikan alokasi waktu yang ditentukan agar semua materi tersampaikan. Selain itu, waktu yang singkat menuntut pihak sekolah untuk melaksanakan ulangan umum terlebih dahulu sehingga harus membentuk panitia tersendiri. 3) Jumlah dana yang terbatas Dana diperlukan dalam setiap menjalankan kegiatan termasuk juga dalam proses belajar mengajar. Pada saat proses pembelajaran tentu akan membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Sarana dan prasarana tersebut dapat tersedia apabila memiliki dana yang cukup. Selain itu, dana juga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
diperlukan untuk membiayai berbagai kegiatan. Menurut pernyataan Ibu Endang Mangularsih bahwa: Selama ini dana diperoleh dari Pemerintah Pusat diantaranya berupa dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Pemerintah Daerah, iuran komite, dan para orang tua siswa, tetapi dana yang diperoleh dari bantuan pemerintah masih minim dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkannya karena harus melalui proses pengajuan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Tarno bahwa “Dana yang dimiliki untuk menunjang kegiatan akselerasi masih belum cukup, kan kalau akselerasi itu butuh biaya yang banyak dibandingkan dengan reguler”. Sementara itu menurut Ibu Danarti menjelaskan bahwa: Untuk masalah dana sampai saat ini masih menjadi permasalahan yang belum terpecahkan ya karena dana khusus dari pemerintah jumlahnya terbatas dan harus menunggu cukup lama, biasanya harus mengajukan proposal. Jadi subsidi dari orang tua sangat dibutuhkan, tetapi terkadang apabila dipungut biaya yang besar orang tua siswa masih ada yang protes. Padahal biaya diperlukan untuk membiayai anak-anaknya. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta diperlukan biaya yang cukup besar. Sebenarnya pemerintah sudah menyediakan dana untuk membiayai berbagai kegiatan program akselerasi, tetapi dana tersebut belum dapat mencukupi. Dana dari pemerintah biasanya tidak dapat langsung diterima, terkadang untuk meminta dana khusus untuk kegiatan program akselerasi harus mengajukan proposal. Kegiatan program akselerasi dapat berjalan lancar apabila dibantu dengan sumbangan dari orang tua karena kegiatannya lebih banyak dari reguler.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
b. Hambatan yang Dihadapi Siswa Hambatan dalam penyelenggaraan program akselerasi juga timbul dari siswa itu sendiri. Hambatan-hambatan yang dihadapi siswa biasanya terkait dengan bidang akademik, penyesuaian sosial, dan penyesuaian emosional. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, Ibu Umi Marjanah mengatakan bahwa "Siswa akselerasi seringkali merasa mudah jenuh saat berada di dalam kelas, pada awal masuk program akselerasi siswa susah untuk berbaur dengan siswa reguler, saingan antar teman tinggi mengakibatkan muncul sifat egois”. Selain itu, terkadang masalah keluarga juga dapat membawa pengaruh terhadap siswa. Biasanya siswa ketika di sekolah akan melamun dan tidak berkonsentrasi saat pelajaran sehingga mengakibatkan prestasi belajar menurun. Sementara itu, menurut pernyataan dari siswa kelas VIII aksel, Sarah Julysha bahwa “Kesulitan saya dalam mengikuti pelajaran di kelas ya kalau guru menerangkan pelajaran kurang jelas, biasanya teman-teman tidak mau memperhatikan dan otomatis mengganggu konsentrasi, akibatnya saya tidak mengerti pelajaran yang disampaikan guru”. Hal lain juga ditambahkan oleh Muhammad Elang yang menjelaskan bahwa “Selama menjadi siswa akselerasi saya setiap hari harus belajar giat karena tugasnya banyak, biasanya kalau sudah selesai satu tugas nanti ada tugas baru lagi, selain itu terkadang saya susah memahami materi karena guru menjelaskannya terlalu cepat”. Dari beberapa hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa selama ini siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta mudah jenuh ketika berada di dalam kelas karena mereka dituntut untuk menerima pelajaran dengan frekuensi waktu yang singkat, pada awal masuk akselerasi biasanya mereka susah berbaur dengan siswa lain, munculnya sifat egois karena tingginya persaingan. Selain itu, siswa terkadang sulit untuk memahami materi pelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
3.
Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan Hambatan-hambatan yang timbul selama penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta harus dapat diatasi agar penyelenggaraan selanjutnya dapat berjalan dengan baik. Upaya-upaya/solusi diperlukan pihak sekolah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang timbul. Sesuai dengan pernyataan Bapak Tarno yang mengungkapkan bahwa: Untuk permasalahan keterbatasan laboratorium upaya yang dilakukan pihak sekolah ya dengan mengatur jadwal pelajaran yang sekiranya akan menggunakan laboratorium, misalnya untuk pelajaran komputer biasanya siswa akselerasi mendapatkan jadwal di siang hari karena paginya digunakan oleh siswa reguler. Begitu pun untuk laboratorium yang lain apabila ingin menggunakannya harus bergantian dengan siswa reguler, terkadang guru juga mengajak siswa untuk praktek di luar laboratorium. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pihak sekolah sudah berupaya untuk mengatur jadwal agar penggunaan laboratorium siswa akselerasi tidak bentrok dengan siswa reguler yaitu dengan memberikan jadwal di siang hari untuk siswa akselerasi sehingga pada saat ada praktek siswa pulang lebih siang. Untuk mengatasi masalah waktu yang dimiliki lebih singkat yaitu sesuai dengan pendapat Bapak Tarno bahwa “Kalau dari pihak guru agar tidak dikejar waktu ketika menyampaikan materi yaitu pada saat mengajar menggunakan metode yang sesuai dengan isi materi, sedangkan dari pihak sekolah dengan memberikan jam tambahan yang biasanya digunakan untuk pengayaan/pendalaman materi”. Sementara itu untuk mengatasi masalah dana yang terbatas, menurut penjelasan dari Ibu Danarti yaitu pembiayaan kegiatan program akselerasi tidak mungkin kalau hanya mengandalkan dana dari pemerintah, untuk itu pihak sekolah memohon subsidi dana dari orang tua siswa dengan memberikan pengertian mengenai kegunaan dana tersebut, selain itu sekolah juga bekerjasama dengan pihak komite sekolah untuk menghimpun dana. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa, Ibu Umi Marjanah menambahkan bahwa: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Ketika di dalam kelas guru akan mengetahui kondisi siswanya saat itu, jadi sebelum menyampaikan materi, guru menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan kondisi siswa saat itu. Metode yang digunakan juga bervariasi dan dibuat menarik. Selain itu, guru juga dapat mengatur waktu untuk setiap kompetensi dasar dalam setiap bab sehingga tidak tergesa-gesa dalam menyampaikan karena sudah terjadwal. 4.
Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa Akselerasi dengan Siswa Reguler Siswa akselerasi pada dasarnya sudah mempunyai kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa. Oleh karena itu, hasil belajar serta prestasi yang dapat diraih oleh siswa akselerasi diharapkan lebih baik daripada siswa reguler. Pada tahun ajaran 2011/2012 ini hasil belajar siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta terbilang sudah cukup memuaskan. Berhasil atau tidaknya hasil belajar siswa ditentukan oleh nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Menurut pernyataan dari Ibu Danarti yang menjelaskan bahwa: Setiap siswa akselerasi harus mencapai atau bahkan melebihi nilai KKM yang telah ditentukan, masing-masing mata pelajaran tidak harus memiliki nilai KKM yang sama tergantung dari guru tersebut. Selama ini nilai-nilai yang didapat siswa akselerasi rata-rata sudah bagus apabila dibandingkan dengan siswa reguler karena dilihat dari nilai KKM saja sudah lebih tinggi. Tetapi siswa akselerasi Sementara untuk prestasi akademik siswa akselerasi tahun ajaran 2011/2012 memang sampai saat ini belum ada karena ya tidak ada perlombaan yang mengikutsertakan siswa akselerasi. Sementara itu, sesuai keterangan dari Sarah Julysha yang menjelaskan bahwa “Selama ini nilai-nilai yang saya dapatkan tidak stabil karena kadang naik dan kadang turun, saya merasa kurang puas dengan nilai tersebut karena teman-teman yang lain nilainya rata-rata bagus”. Selain hal tersebut Ibu Sri Yuliastuti selaku guru bidang studi menambahkan bahwa nilai yang diperoleh siswa akselerasi dalam satu kelas biasanya merata, selisih nilai mereka tidak terlalu jauh karena memang persaingannya sangat ketat. Untuk nilai harian dan ulangan umum memang siswa akselerasi lebih unggul, tetapi dalam hal ujian nasional biasanya siswa reguler yang nilainya lebih tinggi. Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pada commit to user umumnya hasil belajar siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta memang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
lebih unggul daripada siswa reguler karena dilihat dari nilai KKM pada setiap mata pelajaran yang lebih tinggi. Namun, ketika siswa akselerasi berbaur dengan siswa reguler dengan mengerjakan soal yang sama seperti pada saat latihan ujian dan Ujian Nasional (UN), maka belum tentu siswa akselerasi yang lebih unggul karena nilai tertinggi biasanya diperoleh siswa reguler.
C. Pembahasan Data-data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan rumusan masalah yang ada. Setelah dianalisis akan mendapatkan hasil dan dari hasil penelitian diatas, maka akan dibahas mengenai penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta. 1.
Penyelenggaraan Program Akselerasi a. Tahap Persiapan SMP Negeri 9 Surakarta tidak melakukan persiapan secara khusus dalam menyelenggarakan program akselerasi. Persiapan awal yang dilakukan yaitu mempersiapkan fasilitas secara fisik yaitu ruang kelas yang dilengkapi dengan tralis, AC, LCD, komputer, televisi, loker. Hal tersebut merupakan salah satu persyaratan yang telah ditentukan apabila ingin menyelenggarakan program akselerasi. Setelah syarat tersebut terpenuhi, sekolah berhak untuk menyelenggarkan program akselerasi dan terlebih dahulu melakukan persiapan. Persiapan yang dilakukan meliputi perekrutan siswa, perekrutan guru, persiapan kurikulum, persiapan sarana dan prasarana. Untuk perekrutan/penyeleksian siswa dimaksudkan untuk menyaring siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Pihak SMP Negeri 9 Surakarta sudah memberikan beberapa kriteria bagi siswa yang ingin mendaftar program akselerasi. Kriteria tersebut diantaranya yaitu nilai rapor kelas 4, 5, 6 harus memiliki nilai rata-rata 8, IQ minimal harus 130, nilai UASBN minimal 8. Sementara itu, langkah penjaringan yang dicommitharus to user lakukan yaitu pertama siswa mendaftar terlebih dahulu dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
menyerahkan foto copy nilai rapor kelas 4, 5, 6. Selanjutnya apabila ratarata rapor sudah mencapai nilai 8, maka siswa mengikuti tes akademik kemudian disusul dengan tes psikologi dan tes IQ serta tahap terakhir yaitu wawancara orang tua siswa. Langkah yang terakhir yaitu dengan menyerahkan nilai UASBN karena apabila siswa sudah lulus dari berbagai tes, tetapi nilai UASBN tidak mencapai 8, maka tidak dapat diterima di program akselerasi SMP Negeri 9 Surakarta. Penentuan guru yang mengajar di program akselerasi merupakan hak dari kepala sekolah. Kepala sekolah akan melakukan penilaian terhadap guru yang memiliki empat kompetensi yaitu paedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Selain berdasarkan kompetensi yang dimiliki guru, penilaian juga didasarkan atas kinerja serta tanggungjawab yang tinggi terhadap pekerjaan. Hal lain yaitu guru yang mengajar di kelas akselerasi harus mampu mengoperasikan media pembelajaran yang ada. Pihak sekolah belum mempersiapkan kurikulum yang khusus untuk siswa akselerasi. Sesuai dengan ketentuan seharusnya program akselerasi menggunakan kurikulum yang sudah di modifikasi dengan memberikan kedalaman dan keluasan materi serta tantangan penyelesaian yang lebih berat. Modifikasi kurikulum dapat terdiri dari modifikasi materi pembelajaran, proses/metode pembelajaran, dan produk belajar. Namun, kurikulum yang digunakan untuk siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta masih sama dengan reguler yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Modifikasi hanya dilakukan pada alokasi waktu yang lebih dipersingkat. Dalam satu semester ditempuh dalam waktu 4 bulan, sedangkan untuk reguler dapat ditempuh selama 6 bulan. Untuk sarana dan prasarana yang dipersiapkan untuk siswa akselerasi secara keseluruhan sama dengan siswa reguler. Jadi apabila ingin menggunakan harus bergantian dengan siswa reguler. Perbedaanya hanya terletak pada ruang kelas akselerasi yang dilengkapi dengan AC, user LCD, komputer, televisi,commit loker, tosedangkan untuk siswa reguler hanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
tersedia kipas angin dan setiap kelas belum tersedia LCD. Selain beberapa hal tersebut, masih ada hal lain yaitu dana yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan program akselerasi. Sumber dana dapat diperoleh dari Pemerintah Pusat yaitu salah satunya berupa dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Pemerintah Daerah, iuran komite, dan subsidi dari orang tua siswa. b. Tahap Pelaksanaan Program Akselerasi Pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta dapat dilihat dari proses belajar mengajar di kelas, bentuk pelayanan yang diberikan untuk siswa akselerasi, serta pengaturan manajemennya. Dilihat dari proses belajar mengajar di kelas sebenarnya hampir sama dengan reguler, guru juga menjelaskan materi kepada siswa, hanya saja metode yang digunakan berbeda dengan siswa reguler karena disesuaikan dengan kebutuhan siswa akselerasi. Metode yang digunakan guru selain ceramah yaitu dengan diskusi yang memberikan tantangan kepada siswa agar dapat memecahkan sendiri, kemudian dengan permainan agar siswa tidak jenuh dan tertarik untuk memahami materi. Proses belajar mengajar di kelas akselerasi dapat berjalan dengan baik karena para siswa juga cenderung aktif saat kegiatan belajar mengajar dilaksanakan, mereka mau bertanya dan ketika guru memberikan pertanyaan maka siswa berusaha untuk menjawab. Sementara itu, untuk bentuk pelayanan yang diberikan kepada siswa akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta yaitu berupa pengayaan materi, pembinaan mental siswa biasanya dilaksanakan di pagi hari sebelum pelajaran dimulai yang sebenarnya juga diberikan untuk siswa reguler. Perbedaan bentuk pelayanan siswa yaitu disediakan psikolog khusus untuk menangani permasalahan siswa akselerasi, pihak sekolah bekerjasama dengan ANAVA. Pada setiap tiga bulan sekali psikolog akan datang ke sekolah untuk melayani siswa akselerasi yang ingin konsultasi, biasanya siswa akan dipanggil untuk menceritakan apakah ada percommit to ekstrakurikuler user masalahan atau tidak. Kegiatan yang di ikuti siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
akselerasi SMP Negeri 9 Surakarta sama dengan reguler, siswa akselerasi juga diberi kesempatan untuk ikut dalam kepengurusan organisasi seperti OSIS dan MPK. Dalam penyelenggaraan program akselerasi diperlukan adanya manajemen yang mengatur setiap kegiatan program akselerasi termasuk juga pengaturan administrasinya. Untuk mempermudah dalam mengatur manajemen, maka dibentuk struktur organisasi tersendiri yaitu meliputi manajer program akselerasi, sekretaris, dan bendahara yang terpisah dari program reguler, tetapi untuk komite tetap sama dan tetap berada di bawah pimpinan kepala sekolah. c. Tahap Evaluasi Evaluasi diperlukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari penyelenggaraan program akselerasi. Dari hasil deskripsi dan analisis data dapat diketahui bahwa evaluasi/penilaian dapat mencakup beberapa hal yang meliputi, tenaga pendidik dan staf, kurikulum, hasil belajar, sarana dan prasarana, biaya. Evaluasi terhadap hasil belajar lebih di prioritaskan daripada yang lain, tetapi di akhir semester biasanya SMP Negeri 9 Surakarta mengadakan pertemuan antarguru untuk membahas mengenai kegiatan yang sudah dilakukan selama satu semester. Sementara itu, evaluasi hasil belajar dilakukan dengan memberikan ulangan harian, ulangan umum baik mid semester maupun semester. Mengenai pemberian nilai yang akan diberikan kepada siswa tergantung pada masing-masing guru dan terpenting harus dapat mencapai nilai sesuai KKM. Apabila nilai ulangan siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) biasanya guru akan memberikan remidial atau mungkin diambil dari nilai tugas.
2.
Hambatan-Hambatan dalam Penyelenggaraan Program Akselerasi Dari hasil deskripsi dan analisis data dapat diketahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 user Surakarta terutama pada tahuncommit ajaran to 2011/2012 adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
a. Hambatan yang dihadapi pihak sekolah, diantaranya yaitu: 1) Jumlah sarana dan prasarana masih terbatas Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 9 Surakarta sudah cukup memadai karena hampir semua yang dibutuhkan siswa sudah tersedia seperti lapangan, perpustakaan, ruang multimedia, ruang kesenian, laboratorium, dll. Hanya saja pada laboratorium jumlah yang dimiliki masih terbatas, siswa akselerasi tidak mempunyai laboratorium tersendiri. 2) Waktu pembelajaran yang singkat Hal tersebut mengakibatkan guru harus menyampaikan materi secepat mungkin agar dengan waktu singkat semua materi dapat tersampaikan. Hal tersebut mengakibatkan ada materi yang tidak dijelaskan karena dikejar oleh waktu sehingga hanya memberi tugas kepada siswa untuk mempelajarinya sendiri. Selain itu, dengan waktu yang lebih singkat maka pelaksanaan evaluasi yaitu ulangan umum dilaksanakan terlebih dahulu sehingga sekolah harus membentuk panitia tersendiri yang terdiri dari beberapa guru, sementara itu guru tersebut juga mempunyai tanggungjawab mengajar di kelas reguler mengingat belum ada guru yang khusus untuk mengajar kelas akselerasi. Sehingga guru yang menjadi panitia akan kesulitan membagi waktu antara mengurus pelaksanaan ulangan umum siswa akselerasi dengan tugas mengajar di kelas reguler. 3) Jumlah dana yang terbatas Dana yang dibutuhkan untuk pembiayaan program akselerasi cukup banyak. Akan tetapi, selama ini dana yang dimiliki masih belum mencukupi karena dana yang disediakan oleh pemerintah belum mencukupi, sedangkan dalam penyelenggaraan program akselerasi diperlukan biaya yang cukup besar. Apabila memungut biaya yang terlalu besar kepada orang tua siswa, terkadang masih ada yang protes. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
b. Hambatan yang dihadapi siswa, antara lain yaitu: 1) Siswa akselerasi seringkali merasa mudah jenuh saat berada di dalam kelas karena jadwal pelajaran yang terlalu padat dan materi yang diterima siswa akselerasi lebih banyak daripada siswa reguler. 2) Pada awal masuk program akselerasi siswa susah untuk berbaur dengan siswa reguler, merasa bahwa mereka yang paling pintar dan hebat daripada teman-temannya di reguler. Selain itu, tingkat persaingan yang tinggi mengakibatkan muncul sifat egois. 3) Ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas siswa sulit berkonsentrasi, terkadang ada materi yang tidak dapat dipahami karena guru terlalu cepat menerangkannya. Biasanya guru menyampaikan materi hanya bagian yang penting saja agar waktunya cukup. Apabila semua materi tidak disampaikan kepada siswa, maka guru akan memberikan tugas yang terlalu banyak untuk melengkapi materi yang belum tersampaikan sehingga menuntut siswa harus terus belajar.
3.
Upaya-Upaya untuk Mengatasi Hambatan-Hambatan a. Upaya mengatasi hambatan yang dihadapi pihak sekolah, diantaranya yaitu: 1) Pihak sekolah sudah berupaya untuk mengatur jadwal agar penggunaan laboratorium siswa akselerasi tidak bentrok dengan siswa reguler yaitu dengan memberikan jadwal di siang hari untuk siswa akselerasi sehingga pada saat ada praktek siswa pulang lebih siang. 2) Pihak sekolah memberikan jam tambahan di luar jam pelajaran, terutama pada saat kelas IX agar siswa lebih dapat menguasai materi. Selain itu, di bentuk panitia tersendiri untuk mengatur kegiatan program akselerasi, misalnya ketika ulangan umum sudah ada panitia yang berbeda dari reguler. 3) Pihak sekolah meminta bantuan dana dari orang tua siswa dengan commit to user memberikan pengertian mengenai kegunaan dana tersebut, selain itu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
sekolah juga bekerjasama dengan pihak komite sekolah untuk menghimpun dana. b. Upaya mengatasi hambatan yang dihadapi siswa antara lain sebagai berikut: 1) Guru berusaha menyampaikan materi dengan berbagai metode yang menarik dan disesuaikan dengan kondisi siswa saat itu agar siswa tidak mudah jenuh. 2) Guru melakukan pendekatan kepada siswa dengan memberikan pengertian bahwa siswa akselerasi tidak selalu yang paling pandai karena sebenarnya siswa reguler juga ada yang memiliki kemampuan seperti siswa akselerasi. Hal tersebut dapat disampaikan pada saat bimbingan konseling. 3) Guru berusaha mengatur waktu untuk setiap kompetensi dasar dalam setiap bab sehingga tidak tergesa-gesa dalam menyampaikan materi karena sudah terjadwal. Dalam penyampaian materi tersebut, guru menggunakan metode yang disesuaikan dengan alokasi waktu setiap bab.
4.
Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa Akselerasi dengan Siswa Reguler Salah satu cara untuk mengetahui berhasil atau tidaknya penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta yaitu dengan melihat hasil belajar yang diperoleh siswa. Sementara itu untuk mengetahui apakah hasil belajar tersebut sudah memuaskan apabila nilai yang diperoleh dapat melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan. Setiap guru bidang studi berhak untuk menentukan nilai KKM yang disesuaikan dengan tingkat kesulitan materi serta kemampuan siswa dalam menerima materi tersebut. Nilai KKM untuk siswa akselerasi tentunya lebih tinggi daripada siswa reguler, misalnya untuk mata pelajaran ekonomi nilai KKM akselerasi yaitu 80, sedangkan untuk reguler yaitu 70. Dengan demikian secara otomatis nilai siswa akselerasi harus melebihi 80 apabila ingin commit to user tuntas, sedangkan siswa reguler dengan nilai 75 saja sudah tuntas. Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
bentuk dan bobot soal yang diberikan untuk siswa askelerasi juga berbeda sehingga akan terdapat perbedaan pada hasil belajarnya. Ketika ulangan harian maupun ulangan umum, nilai-nilai siswa akselerasi memang lebih baik dibandingkan dengan siswa reguler. Selain itu, siswa di program akselerasi mampu melebihi nilai KKM di setiap mata pelajaran sedangkan program reguler tidak semua siswa mampu melebihi nilai KKM bahkan terkadang ada mata pelajaran yang belum tuntas. Belum semua siswa akselerasi merasa puas dengan nilai yang diperoleh karena tingkat persaingan antar teman sangat ketat sehingga masing-masing siswa berlomba-lomba agar memperoleh nilai yang baik. Akan tetapi, tidak semua siswa selalu memperoleh nilai yang diharapkan, beberapa siswa mengalami pasang surut nilai yang kadang naik dan kadang turun. Hasil belajar siswa akselerasi juga tidak selalu yang unggul seperti pada saat siswa kelas IX mengikuti try out secara bersama dengan siswa reguler, maka yang mendapatkan rangking pertama justru siswa reguler. Selain itu, untuk hasil Ujian Nasional (UN) tahun ini nilai tertinggi juga diraih oleh siswa reguler.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Dari hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka secara garis besar dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta khususnya tahun ajaran 2011/2012 sudah berjalan cukup baik karena sesuai dengan ketentuan dalam pedoman penyelenggaraan akselerasi, tetapi belum semua ketentuan dapat terpenuhi dan masih ada hambatan yang timbul. Namun, selama ini pihak sekolah masih dapat mengatasinya. Kesimpulan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.
Penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta terdiri dari tiga tahap, yaitu meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi/penilaian. a. Tahap persiapan sebelum penyelenggaraan akselerasi yaitu meliputi perekrutan siswa, perekrutan guru, menyiapkan kurikulum yang akan digunakan, menyediakan sarana dan prasarana. Di SMP Negeri 9 Surakarta persiapan awal yang dilakukan yaitu dengan mempersiapkan fasilitas secara fisik seperti ruang kelas yang akan digunakan untuk siswa akselerasi harus dilengkapi dengan AC, LCD, komputer, tralis agar nyaman. Setelah fasilitas secara fisik terpenuhi selanjutnya menyeleksi siswa dengan persyaratan yang cukup sulit. Sementara itu, untuk perekrutan guru yang mengajar di kelas akselerasi yaitu sesuai dari hasil penilaian kepala sekolah dilihat dari kompetensi yang dimiliki, kinerja, kedisiplinan, dan tanggungjawab yang tinggi. Kurikulum yang dipakai sama dengan reguler yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), perbedaanya hanya alokasi waktunya. Sarana dan prasarana yang disediakan untuk siswa akselerasi juga sama dengan reguler, perbedaan hanya pada ruang kelas. b. Tahap pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta tahun user mengajar di kelas, bentuk peajaran 2011/2012 meliputicommit prosestobelajar 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
layanan yang diberikan untuk siswa akselerasi, serta pengaturan manajemennya. Selama ini proses belajar mengajar di kelas dapat berjalan dengan lancar karena guru menyampaikan materi dengan metode yang bervariasi tidak hanya ceramah, selain itu juga didukung oleh siswa yang aktif, kreatif, dan kritis. Bentuk pelayanan yang berbeda untuk siswa akselerasi yaitu disediakan beberapa psikolog yang dapat membantu maupun mendampingi siswa dalam setiap kegiatannya. Selain hal tersebut, pelayanan yang diberikan dan kegiatan ekstrakurikuler untuk siswa akselerasi sama dengan siswa reguler. Dalam hal pengaturan manajemen, pihak SMP Negeri 9 Surakarta c. Tahap evaluasi/penilaian bertujuan untuk mengetahui sejauhmana penyelenggaraan program akselerasi yang telah dilaksanakan, apakah sudah berjalan lancar sesuai tujuan atau masih perlu ada peningkatan lagi. Halhal yang perlu dievaluasi diantaranya yaitu, tenaga pendidik dan staf, kurikulum, hasil belajar, sarana dan prasarana, biaya. Tenaga pendidik/ guru yang mengajar kelas akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta rata-rata sudah baik dalam melaksanakan tugasnya, mereka juga memiliki tanggung jawab yang cukup besar. Sementara itu, untuk kurikulum yang digunakan masih perlu di modifikasi lagi karena kurikulumnya sama dengan program reguler. Hasil belajar yang diperoleh siswa akselerasi sebagaian besar sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) karena kalau belum sesuai KKM akan diadakan remidial. Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 9 Surakarta untuk program akselerasi sudah cukup memadai, hanya saja jumlah laboratorium masih terbatas. Dilihat dari segi biaya, maka biaya yang diperlukan belum mencukupi karena bantuan dari pemerintah masih minim. Jadi untuk memperlancar kegiatan dibutuhkan subsidi dana dari orang tua siswa. 2.
Hambatan-hambatan yang dihadapi pihak SMP Negeri 9 Surakarta maupun siswa adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
a. Jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah masih terbatas yaitu terutama untuk laboratoriumnya. Siswa akselerasi belum mempunyai laboratorium khusus, laboratorium yang digunakan sama dengan reguler. b. Waktu pembelajaran yang singkat mengakibatkan guru tidak dapat mengembangkan materi dengan leluasa karena dituntut agar semua materi disampaikan, terkadang ada materi yang tidak disampaikan. Pelaksanaan ulangan umum harus mendahului reguler. c. Jumlah dana yang terbatas karena dana yang disediakan oleh pemerintah belum mencukupi, sedangkan dalam penyelenggaraan program akselerasi diperlukan biaya yang cukup besar. Apabila memungut biaya yang terlalu besar kepada orang tua siswa terkadang masih ada yang protes. d. Siswa merasa mudah jenuh ketika di dalam kelas, pada awalnya sulit menyesuaikan/berbaur dengan teman-teman terutama kelas reguler, muncul sifat egois karena merasa kalau teman adalah siangannya. e. Kesulitan yang dihadapi siswa berkaitan dengan proses belajar mengajar yaitu siswa sulit berkonsentrasi, terkadang ada materi yang tidak dapat dipahami karena guru terlalu cepat menerangkan, banyaknya tugas yang diberikan menuntut siswa harus terus belajar. 3.
Upaya-upaya/solusi yang dilakukan oleh pihak SMP Negeri 9 Surakarta untuk mengatasi hambatan-hambatan yang timbul dalam penyelenggaraan program akselerasi adalah sebagai berikut: a. Pihak sekolah mengatur jadwal pelajaran yang sekiranya membutuhkan laboratorium sehingga pemakaiannya dapat bergantian. Siswa akselerasi akan mendapatkan giliran di siang hari. b. Pihak sekolah membentuk panitia tersendiri untuk mengatur kegiatan program akselerasi, misalnya ketika ulangan umum sudah ada panitia yang berbeda dari reguler. Selain itu, sekolah memberikan jam tambahan untuk pengayaan/pendalaman materi. c. Apabila membutuhkan dana khusus, maka pihak sekolah akan mengajukan proposal kepada Dinas Kota Surakarta. Selain itu dengan berusaha untuk commit to user menggalang dana dari orang tua siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
d. Guru berusaha menyampaikan materi dengan berbagai metode yang menarik agar siswa tidak bosan. Selain itu, guru melakukan pendekatan kepada siswa dengan memberikan pengertian. e. Metode yang digunakan guru disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dan kondisi siswa saat itu. Selain itu, guru juga dapat mengatur waktu untuk setiap kompetensi dasar dalam setiap bab sehingga tidak tergesa-gesa karena sudah terjadwal. 4.
Perbedaan hasil belajar antara siswa akselerasi dengan siswa reguler dapat dilihat ketika ulangan harian maupun ulangan umum nilai siswa akselerasi lebih unggul daripada siswa reguler karena nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk siswa akselerasi lebih tinggi daripada siswa reguler. Misalnya nilai KKM siswa akselerasi untuk mata pelajaran ekonomi adalah 80, sedangkan nilai KKM ekonomi untuk siswa reguler adalah 70. Nilai yang diperoleh siswa akselerasi memang lebih unggul daripada siswa reguler untuk nilai ulangan harian dan ulangan umum, tetapi apabila siswa akselerasi mengerjakan soal yang sama dengan siswa reguler pada saat try out/latihan ujian dan Ujian Nasional (UN), maka nilai tertinggi justru diperoleh siswa reguler. Jadi apabila evaluasi dilaksanakan secara terpisah dari reguler seperti ulangan harian dan ulangan umum, maka hasil yang diperoleh akan lebih unggul daripada siswa reguler, sedangkan untuk evaluasi yang dilaksanakan secara bersama seperti Ujian Nasional, maka siswa akselerasi masih kalah karena nilai tertinggi diraih oleh siswa reguler.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Implikasi Praktis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta sudah berjalan cukup baik, hanya saja masih kurang persiapan karena ada hal yang belum sesuai dengan ketentuan, to user yang digunakan. Oleh karena seperti tenaga pendidik/gurucommit serta kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pihak sekolah dalam mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan program akselerasi seperti penjaringan siswa, perekrutan guru, kurikulum yang digunakan, sarana dan prasarana, lingkungan agar nanti dalam penyelenggaraan tahun ajaran berikutnya berjalan lebih baik. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi sekolah mengenai masalah pembiayaan berbagai kegiatan untuk program akselerasi sehingga dapat mengurangi beban orang tua siswa. Selama ini penyelenggaraan program akselerasi membutuhkan biaya yang besar, tetapi sumber dana masih mengandalkan bantuan dari orang tua siswa. Untuk itu, dengan hasil penelitian ini sekolah dapat mengupayakan agar memperoleh dana tanpa membebani orang tua siswa. 2.
Implikasi Teoretis Penyelenggaraan program akselerasi berupaya mengoptimalkan pengembangan potensi kecerdasan luar biasa atau bakat siswa sehingga menghasilkan keluaran/output yang unggul. Sesuai dengan pendapat Herry (1999) yang mengatakan bahwa untuk mencapai keunggulan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, input/siswa, kurikulum, guru, sarana prasarana, dana, manajemen, lingkungan, dan proses belajar mengajar. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembuktian bahwa penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta sudah memenuhi faktor-faktor tersebut, salah satunya yaitu faktor input/siswa karena prosedur rekruitmen siswa sudah sesuai dengan tahap-tahap yang telah ditetapkan diantaranya yaitu dengan meneliti dokumen data seperti nilai rapor kelas 4, 5, dan 6, nilai UASBN murni, hasil tes seleksi akademis, dan tes psikologis. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah lain yang akan menyelenggarakan program akselerasi agar dapat memperhatikan faktor-faktor seperti input/siswa, kurikulum, guru, sarana prasarana, dana, manajemen, lingkungan, dan proses belajar mengajar. Sehingga setelah memperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan penyelenggaraan program akselerasi pada suatu sekolah berjalan dengan baik dan dapat commit to user menghasilkan output yang unggul.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
C. Saran Masukan yang dapat diberikan peneliti berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan, kesimpulan, dan implikasi yang telah diambil adalah sebagai berikut: 1.
Pihak Sekolah a. Sebaiknya pihak sekolah menyiapkan guru khusus untuk mengajar di kelas akselerasi sehingga guru tersebut dapat lebih fokus dalam mendidik siswa akselerasi. b. Sebaiknya kurikulum yang digunakan untuk program akselerasi di modifikasi terutama mengenai isi materinya agar sesuai dengan kebutuhan siswa karena selama ini kurikulum yang digunakan masih sama dengan reguler hanya di ubah alokasi waktunya. c. Sebaiknya sekolah menambah jumlah sarana dan prasarana terutama laboratorium yang di khususkan untuk siswa akselerasi agar dapat leluasa menggunakan sesuai kebutuhannya. d. Sebaiknya pihak sekolah dapat mengikutsertakan siswa akselerasi dalam berbagai perlombaan tidak hanya yang diselenggarakan oleh sekolah maupun Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta.
2.
Pihak Guru a. Guru sebaiknya selalu menggunakan metode mengajar yang menarik dan bervariasi agar suasana belajar menyenangkan. b. Sebaiknya guru melakukan modifikasi kurikulum terutama mengenai isi materi pelajaran dengan mengembangkannya sesuai kebutuhan siswa akselerasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Untuk Peserta Didik Berkecerdasan Istimewa. Jakarta: Balitbang. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Hawadi, Reni Akbar dkk. 2001. Keberbakatan Intelektual (Panduan Bagi Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar). Jakarta: PT. Grasindo. .
.2004. Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: PT. Grasindo.
Ikhrom, Sholeh. 2000. Perspektif Pendidikan Anak Gifted. Jakarta: Depdikbud. Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: PT. Mandar Maju. Miles, M. B. & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Munandar, Utami. 1982. Pembinaan dan Pendidikan Anak-Anak Berbakat. Jakarta: CV Rajawali. . 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas anak Sekolah Penuntun bagi Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT. Grasindo. . 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Grasindo. Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT. Grasindo. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Supriyanto, Eko. 2003. Inovasi Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. Widyastono, Herry. 1999. Rancangan Pengembangan Pendidikan bagi Peserta Didik yang Memiliki Kecerdasan Istimewa. Jakarta: Balitbang. Yusuf, Munawir. 2010. “Studi Efektivitas Program Akselerasi di SMU Surakarta”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 16.
commit to user